pendudukdanpertumbuhanekonomi di indonesia: …

22
PENDUDUK DAN PERTUMBUHAN EKONOMI DI INDONESIA: ANALISIS KAUSALITAS Agus Widarjono Abstract' linpaci of population on economic growth had been questioned a long time'ago. Classical economist. Adam Smith, emphasizes that high rate of population growth would support economic growth through specialization and division of labor. In other hand. Thomas R. Maithus, another classical economist, emphasizes the negative ejfects of .population growth. The high population growth causes diminishing returns and lowers saving and investment rate, and in turn results in a lower rate ofeconomic growth. Many Developing countries have problems of population such as the high rate of population growth and their number. Empirical researches on the impact of population on economic growth has yielded mixed Results. Some researches found a significance relationship between population and economic growth and the othersfound no significance relationship. The purpose of this paper to test whether population has positive impact to economic growth or has no impact in Indonesia by using modification of Granger Causality Test(VectorAutoregressive). Theresult revealsfor supports thepositive impact ofpopulation growth on economic growth. Indonesia adalah salah satu negara terbesar jumlah penduduknya, sebesar 194.8 Juta orang tahun 1995 dan diperkirakan menjadi 210,26 juta orang pada tahun 2000. Dengan jumlah penduduk yang sangat besar tersebut. pemerintah Orde Baru menganggap bahwa .penduduk adalah modal dasar pembangunan. Para perencana pembangunan me- mandang bahwa jumlah penduduk yang besar adalah sebagai aset sekaligus sebagal beban di. dalam pembangunan. Sebagai aset, apabila dapat ditingkatkan baik kualltas maupun keahliannya, akan mampu mening- katkan produksi nasional dan pada giliran- nya akan meningkatkan pula pendapatannya. Akan tetapi jumlah yang besar tersebut akan menjadi beban jlka jumlah, struktur, perse- baran dan mutunya sedemikian rupa se- hingga menuntut pelayanan sosial dan ting- kat produksi yang tidak sepenuhnya bisa ditanggung oleh penduduk yang bekerja secara efektif(Wirosardjono, 1988). JEPV0L4 NO. 2,1999 Tulisan ini menelaah hubungan antara penduduk dan pertumbuhan ekonomi. Apakah pertumbuhan penduduk mem- pengaruhi pertumbuhan ekonomi ataukah sebaliknya pertumbuhan penduduk di- sebabkan oleh pertumbuhan ekonomi. Bagian pertama tulisan ini akan membahas masalah-masalah kependudukan di Indonesia. Selanjutnya akan dibahas isu- isu teoritik yang mengkaitkan antara per tumbuhan penduduk dengan pertumbuhan ekonomi dan hasil-hasil empiris penelitian sebelumnya. Bagian ketiga tulisan ini mem bahas metodologi studi ini yaitu alat analisis dan diskripsi data yang digunakan. Model analisisnya adalah kausalitas Granger yang dimodifikasi oleh Cheng Hsiao atau disebut model Vector Autoregressive (VAR) (lihat juga Aliman, 1999). Pembahasan hasil akan disajikan dalam bagian empat, sedangkan bagian terakhir dari tulisan ini berisi im- plikasi kebijakan. 147

Upload: others

Post on 16-Oct-2021

0 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENDUDUKDANPERTUMBUHANEKONOMI DI INDONESIA: …

PENDUDUK DAN PERTUMBUHAN EKONOMI

DI INDONESIA: ANALISIS KAUSALITAS

Agus Widarjono

Abstract'

linpaci ofpopulation on economic growth had been questioned a long time'ago.Classical economist. Adam Smith, emphasizes that high rate ofpopulation growth wouldsupport economic growth through specialization and division oflabor. In otherhand. ThomasR. Maithus, another classical economist, emphasizes the negative ejfects of.populationgrowth. The high population growth causes diminishing returns and lowers saving andinvestment rate, and in turn results in a lower rate ofeconomic growth.

Many Developing countries have problems of population such as the high rate ofpopulation growth and their number. Empirical researches on the impact ofpopulation oneconomic growth has yielded mixed Results. Some researches found a significancerelationship between population and economic growth and the othersfound no significancerelationship. The purpose of this paper to test whether population has positive impact toeconomic growth or has no impact in Indonesia by using modification of Granger CausalityTest (VectorAutoregressive). Theresult revealsfor supports thepositive impact ofpopulationgrowth on economic growth.

Indonesia adalah salah satu negaraterbesar jumlah penduduknya, sebesar 194.8Juta orang tahun 1995 dan diperkirakanmenjadi 210,26 juta orang pada tahun 2000.Dengan jumlah penduduk yang sangat besartersebut. pemerintah Orde Baru menganggapbahwa .penduduk adalah modal dasarpembangunan.

Para perencana pembangunan me-mandang bahwa jumlah penduduk yangbesar adalah sebagai aset sekaligus sebagalbeban di.dalam pembangunan. Sebagai aset,apabila dapat ditingkatkan baik kualltasmaupun keahliannya, akan mampu mening-katkan produksi nasional dan pada giliran-nya akan meningkatkan pula pendapatannya.Akan tetapi jumlah yang besar tersebut akanmenjadi beban jlka jumlah, struktur, perse-baran dan mutunya sedemikian rupa se-hingga menuntut pelayanan sosial dan ting-kat produksi yang tidak sepenuhnya bisaditanggung oleh penduduk yang bekerjasecara efektif (Wirosardjono, 1988).

JEPV0L4 NO. 2,1999

Tulisan ini menelaah hubunganantara penduduk dan pertumbuhan ekonomi.Apakah pertumbuhan penduduk mem-pengaruhi pertumbuhan ekonomi ataukahsebaliknya pertumbuhan penduduk di-sebabkan oleh pertumbuhan ekonomi.

Bagian pertama tulisan ini akanmembahas masalah-masalah kependudukandi Indonesia. Selanjutnya akan dibahas isu-isu teoritik yang mengkaitkan antara pertumbuhan penduduk dengan pertumbuhanekonomi dan hasil-hasil empiris penelitiansebelumnya. Bagian ketiga tulisan ini membahas metodologi studi ini yaitu alat analisisdan diskripsi data yang digunakan. Modelanalisisnya adalah kausalitas Granger yangdimodifikasi oleh Cheng Hsiao atau disebutmodel Vector Autoregressive (VAR) (lihatjuga Aliman, 1999). Pembahasan hasil akandisajikan dalam bagian empat, sedangkanbagian terakhir dari tulisan ini berisi im-plikasi kebijakan.

147

Page 2: PENDUDUKDANPERTUMBUHANEKONOMI DI INDONESIA: …

AgusWidarjono. Pendudukdan Pertumbuhan Ekonomi diIndonesia: Anali&s Kausalitas ISSN: 1410-2641

MASALAH KEPENDUDUKAN

DI INDONESIA

Pembangunan ekonomi di negara-negara sedang berkembang yang mengalamiiedakan penduduk, termasuk Indonesia, akanselalu mengkaitkan antara kependudukandan pembangunan ekonomi. Akan tetapihubungan antara masalah kependudukandan pembangunan ekonomi tergantung darislfet dan masalah kependudukan yang dihadapitiap negara {country specific). Dengandemikian. tiap negara mempunyal masalahkependudukan yang khas dan mempunyaipotensi dan tantangan pembangunan ekonomiyang khas pula(Wirosardjono, 1988).

Ledakan penduduk di Indonesia se-benarnya sudah muiai pada jaman penja-jahan Belanda, khususnya di pula Jawa.Laporan resmi dilakukan menjelang tahun1930 dengan jumlah sebesar 30 juta. Padatahun I940-an yaitu selama masa kependudukan Jepang dan masa Revolusi tingkatpertumbuhan penduduk mengalami penurunanyang cepat bahkan pada tahun 1944 dan1945 terjadi pertumbuhan penduduk yangnegatif sebesar -1 persen sedangkan padatahun 1943 dan 1946-1947 sebesar nol

persen. (Hull dan Mantra, 1982: 342).Pada tahun 1961 jumlah penduduk

Indonesia sebesar 97,1 Juta dengan tingkatpertumbuhan rata-rata pertahun sebesar 1.56persen. Sementara itu berdasarkan sensuspada tahun 1971 Jumlah penduduk sebesar119,2 juta orang dengan pertumbuhan rata-rata pertahun sebesar 2,1 persen, yangberarti mengalami kenaikan dari periodesebelumnya (TJiptoherJanto, 1999: 3).

148

Menyadari adanya masalah ledakanpenduduk dilihat dari pertumbuhannya mau-pun Jumlahnya, pemerintah Orde Baru mulaimenjalankan program pembatasan Jumlahkelahiran melalui program Keluarga Beren-cana (KB) tahun 1968 dan secara resmidimasukkan dalam Pelita I pada tahun 1969.Keterlibatan pemerintah terus berlanjutdengan pembentukan Badan KoordinasiKeluarga Berencana Nasional (BKKBN) yangbertanggungjawab iangsung kepada Presi-den.

Walaupun demikian, pada awalnyaprogram ini kurang berhasil dilihat daripertumbuhan penduduk selama periodeberikutnya yaitu 1971-1980. Pada periodeini mengalami kenaikan menjadi 2,32% pertahun. Baru pada periode 1980 - 1990 ke-berhasilan program KB ini nampak denganadanya penurunan pertumbuhan pendudukmenjadi 1,98%. Walaupun telah berhasilmenurunkan angka pertumbuhan penduduk,Jumlah penduduk tetap mengalami pening-katan dan akan terus menjadi beban pemerintah. Sebagai gambaran pada tahun 1990sebesar 179,3 Juta dan diperkirakan padatahun 1997 sebesar201,4Juta.(lihatTabel 1).

Tabel 1 menunjukkan Juga bahwatransisi demograpi telah terjadi di Indonesia.Pemerintah Orde Baru mampu menekanangka kelahiran kasar (CBR) dan kematiankasar' (CDR). Pada tahun 1971 masing-masing sebesar 40,6 dan 19,1, menjadi 24,1dan 7,8 pada tahun 1994. Sementara ituangka kematian bay! (IMR) mengalamipenurunan dari 145 menjadi 57 per 1000kelahiran bayi.

JEPV0L4 NO. 2.1999

Page 3: PENDUDUKDANPERTUMBUHANEKONOMI DI INDONESIA: …

ISSN: 1410 - 2641 AgusWidarjono. Pendudukdan Periumbuhan Ekonomi diIndonesia:Analisis Kausalitas

Tabel 1

Beberapa Indikator Demograpi Indonesia, I96I-1997

Indikator Demograpi 1961 1971 1980 1990 1994 1995' 1997'

Penduduk (juta) 97,1 119,2 147,4 179,2 192,2 194.8 201,4

Pertumbuhan per tahun (%) i;56 2,1 2,32 1,98 1,63 1,66 1.54

Kepadatan (Penduduk/Km) 62 77 93 95 96 99

Penduduk Urban {%) 14,8 17,3 22,4 30,9 33 35,91 • 36,8-• Crude Birth Rate (CDR) 46 40,6 35,5 27,9 24,1 22,9

Crude Death Rate (CDR) 19,1 13>1 8,9 7,8 • 7,54Total Fertility Rate (TFR) 5,60 4,68 3,33 2,81 2,80 2,58Infant Mortality Rate(IMR)

150 145 109 71 57 •••"62 '• -52

Harapan Hidup 52,2 52,2 59,8 63,1 64,3Sumber: Menteri Kependudukan, 1994 dlkutip dari Prijono Tjipioherjanto (1999),

Population Issues in the Economic Development, Lembaga Penerbit FE UI." Berdasarkan SUPAS 1995'

Berdasarkan proyek'si pada Sensus Penduduk lahun 1990

.Beberapa kharakteristik sosial ekonomi penduduk yang umum di negarasedang berkernbang juga .melekat unlukIndonesia. Data pada tahun.1993, jumlahpenduduk yang berumur 10 tahun keatasmasih didominasi oleh mereka yarig mem-punyai tingkat pendidikan yang rendah yaitusekolah dasar s'ebesar49,7 juta ( 34,5%) danmereka yang mengenyam pendidikan tinggiyang terdiri dari diploma, akademi dan uni-versitas hanya sebesar 2,5 juta (1,7%).Sementara itu, tingkat pendidikan pekerjairata-ratanya Juga masih rendah sehinggamemperigaruhi produktivitas kerja., Seba-gaian besar pekerja yaitu 29,7 juta (37,5%)hanya berpendidikah sekolah dasar bahkan29,2 juta (36,9 %) adalah tidak tamat SDdan tidak pernah sekolah.'Sedangkan yangberpendidikan diploma, akademi danuniversitas sebesar 1,9 juta (2,4%) (Baswedan,1997).

Fenomena lain adalah masalah pe-ngangguran. Bagi negara sedang berkem-

JEPV0L4 NO. 2.1999

bang masalah pengangguran tidak hanyaterbatas kepada pengangguran terbuka {openunemployment) tetapi juga setengah'pengangguran {underemployment). Biasanyatingkat pengangguran terbuka adalah sangatr'endah, tetapi kondisi setengah pengangguranyaitu prang yangbekerja denganjam kerja dibawah normal jumlahnya cukup signifil<an.Pada tahun 1994 pengangguran' terbuka diliidonesia hanya sebesar 4,4% dari totalangkatan kerja, sedangkan yang setengahmenganggur yang berkerja kurang dari 25jam dalam seminggu kurang lebih 25%(Kuncoro, 1997).

ISy-ISU TEORITIKDAN BUKTI EMPIRIS

Ahli demograpi dan ekonomiyang pertama kali membahas penganihpertumbuhan penduduk terhadap pertum-buhan ekonomi adalah Thomas R. Malthus

(1766-1834). Gambaran tentang dampakyang negatif dari pertumbuhan penduduk

149

Page 4: PENDUDUKDANPERTUMBUHANEKONOMI DI INDONESIA: …

Agus Widarjono. Penduduk danPedumbuhan Ekonomi diIndonesia: Analisis Kausalitas ISSN; 1410-2641

dan pertumbuhan ekonomi dijelaskan dalambuku yang ditulisnya dengan judul An Essayon the Principle ofPopulation.

Pertumbuhan penduduk yang tinggiakan mengurangi output per kapita. Jika adapertumbuhan penduduk tanpa adanya ke-naikan input yang lain seperti kapital danadanya hukum lambahan basil yang semakinmenurun {deminishing return) akan mengurangi pertumbuhan output. Walaupun adakenaikan input yang lain, pertumbuhanpenduduk yang cepat akan tetap menurunkanpertumbuhan output per kapita.

Pertumbuhan penduduk yang tinggijuga akan menyebabkan kebutuhan konsumsilebih banyak daripada kebutuhan untukinvestasi. Sumberdaya yang ada hanyadialokasikan lebih banyak ke pertumbuhantenaga kerja yang tinggi daripada disum-bangkan untuk meningkatkan kapital kepadasetiap tenaga kerja. Selanjutnya ini akanmenyebabkan penyerapan tenaga kerja yanglambat di sektor-sektor yang modem danpeningkatan pengangguran. Dampak berikutnyaadalah pertumbuhan penduduk yang tinggiakan menyebabkan rasio ketergantungan{dependency ratio) juga tinggi, yang akanmengurangi tingkat tabungan masyarakat.Akhirnya, jika pertumbuhan penduduk yangcepat ini menyebabkan ketidakstabilan sosialdan politik. ha! ini akan mengakibatkanpengurangan investasi asing dan mungkinjuga pelarian modal ke luar negeri {capitalflight). Dengan demikian, kondisi ini akanmengurangi investasi asing dan tabungandalam negeri.

Pada waktu itu, pikiran yang pesi-mis dari Malthus tentang pertumbuhan penduduk memang berlawanan" arus denganpikiran yang berkembang dari para ekonomklasik yang dipelopori oleh Adam Smith.Adam Smith dengan teori spesialisasi danpembagian tenaga kerja {specialization anddivision of labor) mengajukan hipotesisbahwa pertumbuhan penduduk yang tinggi

150

akan dapat menaikkan output melaluipenambahan tenaga kerja dan ekspansipasar baik pasar dalam negeri maupun luarnegeri. Para ekonom klasik mengemukakanbahwa pertumbuhan penduduk yang diiringidengan adanya perubahan teknologi akanmendorong tabungan dan juga penggunaanskala ekonomi di dalam produksi.

Pertumbuhan penduduk yang tinggijuga mengakibatkan pertumbuhan angkatankerja yang tinggi. Proporsi yang besar daripenduduk yang berusia muda di dalam angkatan kerja akan mendorong perubahanteknologi dan pertumbuhan ekonomi melaluimobilitas dan adaptasi mereka. Disampingitu, tekanan kepadatan penduduk akan mendorong penggunaan teknologi baru, penge-loiaan sumberdaya alam yang lebih efisien,meningkatkan tabungan dan akhirnya mendorong pertumbuhan ekonomi.

Hasil-hasil penelitian empiris selamaini mendukung baik hipotesa dari Malthusdan Adam Smith di atas. Artinya, beberapapenelitian menunjukkan adanya hubungansignifikan antara pertumbuhan penduduk danpertumbuhan ekonomi sedangkan beberapayang lain tidak.

Ansley C. dan Edgar H. adalahsalah satu dari beberapa ahli ekonomi dandemografi yang mencoba mengkaitkan antarapertumbuhan penduduk dan pertumbuhanekonomi. Melalui model ekonomi makro

pertumbuhan penduduk yang diaplikasikan diIndia menyimpulkan bahwa pengurangantingkat keiahiran di India akan mempercepatpertumbuhan pendapatan per kapita. Adadua alasan yang menghasilkan kesimpulanini. Pertama, pertumbuhan penduduk yangrendah akan mengurangi dependency ratiodan hal ini selanjutnya akan mengurangitingkat konsumsi dan menaikkan tabunganpada setiap tingkat pendapatan yang tertentu.Kedua, pertumbuhan penduduk yang rendahjuga mengurangi sumber-sumber daya yangdialokasikan ke sektor publik yang digunakan

JEPV0L4 NO. 2.1999

Page 5: PENDUDUKDANPERTUMBUHANEKONOMI DI INDONESIA: …

ISSN: 1410-2641 Agus Widarjono, Penduduk dan Pertmbuhan Ekonomi diIndonesia: Analisis Kausalitas

untuk menyediakan jasa-jasa sosial dan olehkarena ilu dapat dialihkan untuk investasisehingga bisa menaikkan pendapatan. Theworld Bank sebagai lembaga. donorinternasional yang mengurusi' masalah-masalah pembangunan • menemukan- jugabahwa pertumbuhan penduduk yang cepatakan mengurangi tabungan dan perluasankapital {capital widening) yang merupakanfaktor utama peningkatan produktivitas danpendapatan per kapita (Gills et.al, 1987: 164-65).

Richard Easterlin mencoba menga-nalisis apakah terdapat hubungan antaratingkat pertumbuhan penduduk denganpendapatan riil perkapita di negara-negarasedang berkerhbang. Data yarig digunakanadalah data dari tahun 1957/58 sarhpai tahuh1963/64. Kesimpulan yang didapat adalahtidak menemukan buKti hubungan yangsignifikan. Penelitian berikutnya dilakukanoleh Paul Bairoch dengan data tahun 1950 -1960 dan tahun 1960 - 1970 serta oleh GerryRodgers mengunakan data yang lebih baruyaitu 1970 - 1977. Kesimpulan yang di-peroleh sama dengan penelitian yang dilakukan sebelumnya (Foreman, 1995).

Di lain pihak, ada beberapa penelitian yang mendukung adanya hubungan yangpositif antara pertumbuhan penduduk denganpertumbuhan ekonomi. Penelitian dari ColinCark. Ester Boserup dan Julian Simonmenyimpulkan bahwa pertumbuhan pendudukdapat menaikkan pendapatan per kapitamelalui perubahan teknologi dan adanyakenaikan permintaan investasi yang selanjutnyamengakibatkan pengunaan skala ekonomiyang' efisien (economies, ofscale). Sementaraitu Rati Ram dan Theodore W. Schultz

menunjukkan, bahwa harapan hidup yangtinggi diimbangi dengan turunnya tingkatkematian dan pertumbuhan penduduk yangtinggi di negara-negara sedang berkembang

JEP VOL 4'NO. 2,1999

menyebabkan peningkatan investasi di sumberdaya manusia dan membuat tenaga kerjalebih produktif (Gill et.al, 1987: 165).

Menyadari kemungkinan adanyapenarikan kesimpulan yang salah denganmenggunakan -data cross section, daripenelitian-penelitian sebelumnya di negara-negara sedang berkembang, Vibha Kapura-Foreman mengunakan data time series untuksetiap negara • dengan mengunakan alatanalisis kausalitas dari Cheng Hisiao yaitukausalitas Granger yang dimodifikasi.Negara yang diteliti adalah 15 negara sedang berkembang yang mempunyaipendapatan perkapita rendah dan menengah.Delapan negara yaitu Ghana, Sri Langka,Bolivia, Philipina, Syria, Thailand danArgentina menunjukkan tidak ada hubunganyang signifikan antara pertumbuhan pendudukdan pertumbuhan ekonomi. Sedangkan ditujuh negara sisanya -yaitu Nepal, India,China, Guatemala, Peru, Turki, Chile danMeksiko mengambarkan hal yang sebaliknyayaitu pertumbuhan penduduk merupakansalah satu faktor yang mempengaruhipertumbuhan ekonomi (Foreman,-1995).

Walaupun bukti-bukti empiris salingmenghasilkan kesimpulan yang berbeda, se-bagian besar^ahli ekonomi dan perencanaanpembangunan di negara-negara sedangberkembang setuju bahwa pertumbuhan penduduk yang rendah akan mampu menaikkanpendapatan perkapita yang lebih cepat. Adadua alasan yang mendasarinya. Pertarria, dikebanyakan negara-negara"sedang berkembangkepadatan penduduk yang tinggi akan meng-eksploitasi tanah dan.sumberdaya alam sehingga itu akan menyebabkan pendapatanperkapitanya rendah. Disamping itu, alasanyang kedua, pertumbuhan penduduk yangcepat akan mengurangi kesempatan melakukaninvestasi dan juga perbaikan fasilitas jasapublik.

151

Page 6: PENDUDUKDANPERTUMBUHANEKONOMI DI INDONESIA: …

Agus Widaijono, Penduduk dan Pertumbuhan Ekonomidi Indonesia: AnalisisKausalitas ISSN: 1410-2641

KAUSALITAS GRANGER

Akhir-akhir ini, hubungan timbal-balik atau kausalitas (causality) antara duavarlabel adalah elemen yang sangat pentingdi dalam analisis ekonometrik. C.W.J. Grangeradalah orang yang pertama kalimemperkenalkan konsep tersebut. Di dalamstudi ini. model kausalitas Granger yangmenjelaskan hubungan timbal balik antarapertumbuhan ekonomi dan pertumbuhanpenduduk dapat diformulasikan sebagai berikut:

m n

P,= ZajP..i + SbjY,.j.ri j=l

m n

Y, =ZcjY..j + IdjPnj=l j=l

(I)

(2)

di mana P,, P,.j, Y„ Y,.j masing-masing ada-'lah pertumbuhan penduduk, lag dari pertumbuhan penduduk (P), pertumbuhan PDBper kapita (Y), dan lag dari pertumbuhanPDB per kapita.

Uji kausalitas Granger yang member! sumbangan yang sangat besar dalamanalisis time series mempunyai kelemahan didalam menentukan panjangnya kelambanan (laglength) karena panjangnya lag ditentukansecara arbiter. Studi yang dilakukan olehDavid K. Guilkey dan Michael K. Salemiserta Daniel S. Thronton dan Dallas S.

Batten menunjukkan bahwa ada ti-daknya hubungan timbal balik antaradua variabel dalam uji kausalitas Grangerditentukan oleh lag yang dipilih (Foreman,1995).

Adanya sensitifitas panjangnya lagmenyebabkan uji ini tidak menjamin adanyaserial korelasi pada residual (error term).Jika panjangnya lag terlalu pendek, makahasil estimasi akan bias dan akan memberi-

kan hasil yang menyesatkan (misleading. Dilain pihak, jika panjangnya lag tertaiu

152

panjang, hasilnya akan tidak bias tetapi tidakefisien (inefficient) (Aliman, 1998).

Berdasarkan kelemahan dari Ujikausalitas Granger tersebut, studi ini mengi-kuti Cheng HIsiao untuk menentukan panjangnya lag yang optimal dengan cara me-minimkan Final Prediction Error dari

Akiake (FPE). Metode ini disebut VectorAutoregressive Model (VAR). Oleh karenaitu, P berpengaruh terhadap Y jika pema-sukan variabel lag P mengurangi kesalahanpredeksi (FPE). Disamping itu, model Hsiaodengan menggunakan FPE minimum tersebut juga berguna untuk menguji apakahsuatu variabel berpengaruh terhadap variabelyang lain atau tidak di dalam suatu model.Model dari Hsiao dapat difomiulasikan sebagaiberikut (Arief, 1993: 156-57):

P, =4'n(L)P.+ 4',2(L)Y,+ u,

Y, =4'2i(L)Y, + %2(L)P, + v,

Mr

%i(L)= 'L TiikL'

(3)

(4)

k=l

di mana L adalah lag operator dan M adalahpanjangmaksimum lag untukTy.

Berdasarkan persamaan (3) dan (4),dilakukan uji apakah P mempengaruhi Yatau sebaliknya setelah menentukan panjanglag yang optimal untuk P dan Y. Langkah inidiperlukan agar tidak terjadi error termstetapi menjadi white noise innovation yangbebas dari situasi korelasi serial di dalam

model autoregressive tersebut (Arief, 1993:157).

Penentuan panjangnya lag untukmenentukan FPE yang minimum dan ujikausalitas Granger dilakukan melalui tigalangkah. Pertama, setiap variabel yaitu pertumbuhan ekonomi dan pertumbuhan penduduk diregresikan pada nilai lag masing-masing dengan maksimum panjangnya lagadalah lima tahun. Berdasarkan persamaan

JEP VOL.4 NO. 2.1999

Page 7: PENDUDUKDANPERTUMBUHANEKONOMI DI INDONESIA: …

ISSN: 1410-2641 AgusWidarjono, Pendudukdan Pertumbuhan Ekonomi diIndonesia: Analisis Kaasalitas

(3) hanya (L)P, sebagai variabel bebas danbegitu pula hanya (L)Y, yang diregresikanpada persamaan (4) diatas. FPE yang ru-musnya dikembangkan oleh Akaike dihitungdari setiap regresi (formulanya lihat Arief,1993: hal 158; Aliman, 1998). Jumlah timelag yang optimal diperoleh jika FPEnyaadalah minimum.

Langkah selanjutnya adalah mela-kukan regresi pada persamaan balk 3 dan 4diatas untuk menentukan lag yang optimalbag! Y dan P. Hal in! dilakukan dengan caramempertahankan lag yang optimal padalangkah pertama. Untuk itu Akaike menga-jukan rumus yang sedikit berbeda diban-dingkan dengan penentuan FPE pada langkah pertama untuk memperoleh FPE yangminimum (Arief 1993:158; Aliman 1998). '

Penentuan apakah Y disebabkanoleh P dan sebaliknya adalah langkah yanglerakhir. Kausalitas Grangger akan terjadiyaitu P mempengaruhi Y jika nilai minimumFPE pada langkah kedua lebih kecil darilangkah pertama. Sementara itu jika PFEyang minimum langkah kedua lebih besarlangkah pertama, maka variabel P tidakmempengaruhi Y. Langkah yang sama dapatdilakukan yaitu apakah Y mempengaruhi Patau tidak.

Studi ini menggunakan data ta-hunan dari tahun 1967 sampai tahun 1995yang diperoleii dari International FinancialStatistics (IFS). Data yang digunakan untukmengukur pertumbuhan ekonomi adalahpertumbuhan GDP riil per kapita berdasar-kan tahun dasar 1990. Pertumbuhan GDP riil

per kapita dan pertumbuhan pendudukdiperoleh dengan cara menghitung logaritmanatural tahun yang bersangkutan dikurangitahun sebelumnya.

ANALISIS HASIL EMPIRIS

Tabel 2 menyajikan hasil perhi-tungan FPE untuk langkah pertama untuk Pdan Y pada periode 1967-1995 dengan pan-

JEPV0L.4 NO. 2,1999

jangnya lag (M) adalah 5. Berdasarkan padatabel tersebut, FPE yang minimum terjadipada lag 1 baik untuk P maupun Y. Artinyapanjangnya time lag yang optimal untukkedua variabel tersebut adalah 1.

Langkah selanjutnya adalah menentukan pola kausalitas dua arah menurutmodel Granger. Dari langkah ini pula dapatditentukan variabel mana yang relevan untukdimasukkan dalam model. Langkah keduaini dilakukan dengan menentukan time lagyang optimal untuk Y dan P denganmempertahankan time lag yang optimal yangsudah diperoleh untuk P dan Y pada langkahpertama. Untuk memperoleh FPE yangminimum, lime lag yang optimal langkahpertama ini diberlakukan sebagai controlledvariable, sementara itu model yang cocokuntuk kausalitas Granger Y. dan Pdiberlakukan sebagai manipulated variable.

Hasil PFE yang minimum untuklangkah kedua ini disajikan dalam Tabel 3.Dalam pasangan Model I yaitu Y dan P, Pdiperlakukan sebagai manipulated variabledengan time lag yang optimal 1. PFE yangminimum untuk model tersebut adalah yaitu0,88587 XIC' berkurang dari sebesar 0,1547 x10'̂ yang diperoleh pada langkah pertama.Sedangkan pada saat Y diperlakukan sebagaimanipulated variable yaitu model 2, FPEyang minimum adalah 0,10731 x 10*^ yaituturun darisebesar 0,96387 x 10*'.

Hasil perhitungan yang disajikanpada Tabel 3 menunjukkan bahwa modelkausalitas antara pertumbuhan penduduk (P)dan pertumbuhan ekonomi (Y) berlakuuntuk kausalitas dua arah. Artinya, datapertumbuhan penduduk dan pertumbuhanekonomi di Indonesia untuk periode yangditeliti mendukung hipotesis bahwa pertumbuhan penduduk mempengaruhi pertumbuhan ekonomi yaitu pertumbuhan pen-dapatan riil per kapita dan sebaliknya pertumbuhan ekonomi juga mempengaruhipertumbuhan penduduk di Indonesia.

153

Page 8: PENDUDUKDANPERTUMBUHANEKONOMI DI INDONESIA: …

Agus Widarjono, Penduduk dan Periumbuhan Ekonomidi Indonesia:AnalisisKausalitas ISSN: 1410-2641

Ada beberapa hai yang menye-babkan adanya hubungan signiflkan antarapertumbuhan penduduk dan pertumbuhanPDB per kapita. Pertama, pada awalpemerintahan Orde Baru pertumbuhanpenduduk cukup tinggi sehingga tingkatketergantungan {dependency ratio) jugatinggi. Akan tetap'i sejak keberhasilankeluarga, komposisi penduduk mengalamiperubahan yaitu semakin banyak pendudukyang memasuki usia produktif. Perkembangandari tahun ke tahun menunjukkan meningkatnyaangkatan" kerja balk dari jumlah maupunpersentase. Pada tahun 1971 sebesar42 Juta(35%). menjadi 78 juta (43%) tahun 1990dan pada tahun 1995 sebesar 88;7juta (44,9%)(Baswir dkk, 1999: hal 38; Muqorobin, 1999).Kecenderungan in! menyebabkan semakinrendalinya dependencyratio, dan selanjutnyamenyebabkan peningkatan tabunganmasyarakat dan investasi.

Faktor berikutnya adalah keberhasilan program wajib belajar enam tahundan disusul wajib belajar sembllan tahun.Hasilnya menunjukkan penduduk Indonesiasemakin berpendidikan. Persentase pen

duduk berumur 10 tahun yang belum tamatSD mengalami penuruan dari 33,25% tahun1971 menjadi 30,32 % tahun 1994, sedang-kan yang tamat SD mengalami peningkatandari 19,59% menjadi 31,97%. Untuk tingkatpendidikan yang lebih tinggi yaitu SLTP,SLTA dan pendidikan tinggi juga mengalamipeningkatan. Masing-masing pada tahun 1971sebesar 4,38%, 2,04% dan 0,34% menjadi12,16%, 12,12% dan 1,71% tahun 1994(Baswirdkk, 1999, hal 133).

Menurut perkiraan juga akan terjadiledakan tingkat pendidikan diatasnya. Padatahun 2020 jumlah kelompok usia pencarikerja pertama kali mempunyai tingkat pendidikan minimal SLTP sebesar 35 juta ataumeningkat dua kali dibandingkan tahun1990. Sedangkan bagi mereka yang mempunyai pendidikan minimal SLTA saat pertama kali mencari kerja sebesar 71 juta, iiaikhampir lima kali lipat dari tahun 1990. Lon-jakan cukup pesat juga terjadi bagi merekayang memperoleh pendidikan tinggi sebesar18juta orang, meningkat tajam hampir 9 kalilipat (Kuncoro, 1997).

Tabel2. "

Angka-Angka FPE untuk P dan Y di Indonesia 1967-1995dalam Proses Autoregressive Satu Dimensi

154

Time lag FPE untuk P X lO'"* FPE untuk Yx 10"^1 0,1547*' 0,96387*'2 0,1745 1,19681 ' ^J 0,1969 1,13519

4 0,2542 1.13600

5 0,2564 1.19423

Keterangan: ' Nilai FPEyang palingminimum

JEPV0L.4 NO. 2.1999

Page 9: PENDUDUKDANPERTUMBUHANEKONOMI DI INDONESIA: …

ISSN: 1410-2641 AgusWidarjono. Pendudukdan Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia: Analisis KausalHas

Tabel 3

Time Lag yang Optimum untuk Manipulated Variable dan FPEuntuk Controlled Variable di Indonesia

! Modelj

1

Controlled

variable

Manipulatedvariable

Time lag yangoptimum untuk

Manipulatedvariable

FPE X 10-^ Keterangan

1 Y(l) P 1 0,88588 turun

! 2 P(l) Y . 1 0,10731 Turun

Kaitannya dengan masalah tenagakerja, tingginya tingkat pendidikan berartisemakin tingginya tingkat produktivitastenaga kerja. Sebagai contoh pada industribesar dan sedang, pertumbuhan produktivitas tenaga kerja rata-rata selama 1977-1986sebesar 3,72 (%). naik menjadi 4,66 % pertahun dalam periode 1987-1994 (Widarjono,1997).

Ketiga adalah variasi penduduk antardaerah yaitu daerah perkotaan dan daerahpedesaan. Berdasarkan kecenderungan yangada presentase penduduk yang tinggal diperkotaan semakin tahun semakin ineningkat,sebagai contoh pada tahun 1971 hanyasebesar 17,3%, menjadi 35,91%,tahun 1995(Tjiptoherjanto, 1999: hal 3). Gejala inimenyebabkan berkurangnya dominasi sektorekonomi tradisonal pedesaan dan olehkarenanya sektor ekonomi nasional akansemakin didominasi oleh sektor perkotaanyang bercirikanproduktivitasyang lebih tinggi.

Seperti penemuan Rati Ramdan Theodore, tingkat harapan hidup yanglebih tinggi yang disertai dengan tingkatkematian membuat tenaga kerja lebih pro-duktif. Tingkat harapan hidup di Indonesiameningkat dari 52,2 tahun pada awal OrdeBaru, menjadi 63,1 tahun pada tahun 1994.Sementara itu, tingkat kematian menurundari 19,1 menjadi 7.8 per seribu penduduk(Tjiptoherjanto, 1999: 3).

JEPV0L 4 NO. 2; 1999

Faktor yang terakhir adalah berhu-bungan dengan penduduk wanita Indonesiayang jumlahnya lebih besar dari pendudukpria. Menurunnya angka kelahiran dan me-ningkatnya tingkat pendidikan kaum wanitayang diiringi dengan majunya perekonomianIndonesia menyebabkan semakin besarnyapeluang kaum wanita untuk memasuki pasartenaga kerja sehingga sumbangan kaumwanita terhadap kegiatan ekonomi nasionalsemakin meningkat. Partisipasi Wanita dalamkegiatan pembangunan bisa dilihat melaluiindikator Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja(TPAK) wanita. Pada tahun 1988 TPAKwanita sebesar 37,4%, naik menjadi 38,8%tahun 1993 dan bahkan tahun 1998

dipericirakan menjadi 40,2% (Kuncoro, 1997;178).

Kenaikan partisipasi wanita di dalamkegiatan pembangunan juga diimbangi dengankualitas pendidikan yang ditempuh. Persentasependuduk wanita yang tidak sekolah danbelum tamat SD menurun dari 78,2% tahun1971 menjadi 50,3% tahun 1990. Penurunanini diimbangi dengan peningkatan padakelompok tamat SD dari 16,5% menjadi28,1%. Kenaikan juga terjadi pada tingkatpendidikan yang lebih tinggi. Wanita yangmengenyam pendidikan menengah tahun1971 sebesar 5,1% naik menjadi 20,6%tahun 1990, sedangkan untuk kelompokpendidikan lanjutan meningkat dari 0,2%menjadi I%(Hill, 1996,296).

155

Page 10: PENDUDUKDANPERTUMBUHANEKONOMI DI INDONESIA: …

AgusWidarjono, Pendudukdan PedumbuhanEkonomidilndonesia:.AnaHsis Kausalitas ISSN: 1410-2641

Dari uji kausalitas tersebut dltemu-kan bahwa pertumbuhan -ekonomi juga mem-pengaruhi peitUmbuhan penduduk Indonesia.Pembangunan ekonomi Orde Baru telahmampu menciprakan pertumbuhan ekonomiyahg cukup tinggi sehihgga mampu mehaik-kan Indonesia menjadi keiom'pok' negarayang tidak miskin lag! bahkan menjadi salaHsatu kandidat negara - Industri bafu- (A^eu'Industrializing- Countries). Keberhasilan inimampu membuat-masyarakat semakin se-Jalitera secara materiil dan ada kecenderunganmempiinyai Jumlah anak yang lebih banyak.Akan-tetapi disisi lain, melihat'kecenderungantersebut,' ' pemerintah' Orde 'Baru" berusaham^inbatasi jumlalvkeiahirandeilgah programKeiuarga' B'erencaha yarig- 'dimulai tahuhI96'9".' Keberhasilan "ini 'bisa dilihat dari

p'eiiuriVnah pertumbuhan jumlah'pendliduk. •

IMPLIKASI KEBlJAkAN'^ ^•;vu.' ==-7uiisah' ini berlujuan untuk

hieh^ubuhgkah' antara kependuduk'an' ddnpembangunan ekonomi'mengingat Indonesiahierupakan'salah satu" negaVa'yang memilikiJiimlalv penduduk' yang'besaf: Alat ^an'alisjsyang digunikah adalah' kausaiitas Grangeryang di'mpdlfikasi atau disebut' ye'ctdr/li//d/-eg/'ei.y/ve"(VA'Rj rnodel.'Hasilhyameniinjukkan" balVwa 'pertumbuhan "pendudukmempunyai hubungan yang positif terhadappertumbuhan ekonomi.

Implikasi yang^bisa'ditarik darifehomena ini adalah '̂ pendidikan -sangalpenting; "peng'aruhnya •terhadap" tingkat

produktivitas penduduk Indonesia sehinggajumlah penduduk yang besar ini bukanmerupakan beban tetapi penunjang pembangunan. Program wajib belajar sembilantahun perlu terus dilanjutkan bahkan perludirehcaiiakan program wajib belajar 12tahun sehihgga kelompok usia pencari kerjapertama kali adalah dengan pendidikanminimal SLTA.

- pilain pihak, masalah kesehatanpenduduk perlu juga diperhatian pemerintah.Berdasarkan Survei Sosial Ekonomi Nasionai

(Susenas) penduduk Indonesia semakin mudahterkena penyakit. Susenas pada' tahun 1995menunjukkah b^wa'rata-rata 14%'pendudukpria'' dah'"13'?^ -penduduk -wanita' senngmehg'alamr keluhan kesehatan sehingga halin! bisa'-'menganggu-kegiatan seh'ari-hari dana'khirnya'-bisa mehuruhkan' tingkatptoduktivitasnya.'• • " , , '

Di samping " periin'gkatan produktivitas rnelalui tingkat pendidikan yang lebihtinggi,''petlu'juga'dikaji' lilarig tentang ma-salah' pehg'embangaii-tekhblogi 'di Indonesia."Krisis'" nidnker'' yang terjadi' sejak "per-tengaHah tahun 1997 'telah inehyebabkanmdukri-indtistri' modern dengan teknologi

, • •T'. -1. -tin^i dan padat modal tidak mampu ber-tananj 'Mehgihgat masih t>anyaknya tenagakerja Indonesia yang berpendidikan rendah,pleh karehahya,'teknologi yang dikembang-kan sebaiknya^merigarah ke' teknologi'yangtepat guna^ • ' ' '

DAFTAR PUStAKA " ' " '

Aliman (1998), "Model Autbregresif Atialisis Kausalitas Antara Jumlah Uahg Beredar danTingkat Pendapatan Nasiohal:' Studi Kasus'Indonesia-Thailand"; Jurndl EkonomiddnBisnis'Indohesia.,VoV\3\'H6.A,\\.d\\2-29:''"-

Arief. Sritua (1993), Metbdologi Penelitan Ekonomi, Ul-Press, Jakarta

156 JEPV0L.4 NO. 2.1999

Page 11: PENDUDUKDANPERTUMBUHANEKONOMI DI INDONESIA: …

ISSN: 1410- 2641 AgusWidarjono, Pendudukdan Pertumbuhan EkonomidiIndonesia: Analisis Kausalitas

Baswedan, R. A (1997), "Sumberdaya Manusia Indonesia Sebagai Penunjang PembangunanJangka Panjang, Jurnal Ekonomi Pembangunans Vol 2 No.2, hal 150- 158.

Baswir. Revrisond dkk., (1999), Pembangunan Tanpa Perasaan: Evaluasi PemenuhanEkonomi Sosial Budaya Orde Baru, Pustaka Pelajar- Idea - Elsam, Yogyakarta.

Foreman, Vibha Kapura (1995), "Population and Growth Causality in DevelopingCountries", Journal ofDeveloping Areas, Vol 29, July, hal 531-540.

Gillis. Malcolm, Dwight H. Perkins, Michael Roemer dan Donald R. Snodgrass (1987;,Economics ofDevelopment, 2nd Edition, W.W Norton & Company, New York.

Hill. Hal, (1996), Transformasi Ekonomi Indonesia Sejak 1996: Sebuah Studi Kritis danKomprehensif PAU-UGM-Tiara Wacana, Yogyakarta.

Hull, H. Terence dan Ida Bagus Mantra (1982), "Perubahan Penduduk Indonesia, dalamAnne Booth dan Peter McCawley (penyuting), Ekonomi Orde Barn, Jakarta,LP3ES.

International Monetary Fund, International Financial Statistics, 1997.

Kuncoro, Mudrajat (1997), "Masalah Pembangunan Manusia: Dari Kependudukan,Pengangguran, Wanita, hingga Migrasi, Jurnal Ekonomi Pembangunan, Vol 2 No.2. hal 134- 148.

Kuncoro. Mudrajat (1997). Ekonomi Pembangunan: Teori, Masalah dan Kebijakan, UPPAMP YKPN, Yogyakarta.

Muqorobin, Masyhudi (1999), Rethinking Women Participation in Development: An IslamicPerspective, Iqtisad, Vol.1 Nol, hal 45-60.

TJiptoherjanto, Prijono (1999), Population Issues in The Economic Development, LembagaPenerbit PE Ul, Jakarta.

Widarjono, Agus (1997), "Produktivitas Industri Besar dan Sedang Indonesia 1977-1994".Jurnal Ekonomi Pembangunan, Vol.2 No.3.

Wirosardjono, Soetjipto (1988), "Pertumbuhan Penduduk Indonesia Catalan Analisa".Prisma, No.3, Tahun XVII, hal 16-20.

JEPV0L4 NO.2,1999 .157

Page 12: PENDUDUKDANPERTUMBUHANEKONOMI DI INDONESIA: …

IMPLIKASI PERDAGANGAN

TERHADAP NILAITUKAR RUPIAH DI INDONESIA

Heri Sudarsono

• Abstract

Theorically. export and import are one of the most important factors affectingexchange rate. Empirically, however, some researchs show mixed results. This papere.xamines the implication oftrade (export and import) on exchange rate in case ofIndonesia,liecause ofthe complexity ofrelation between trade and e.\change rate, a simultaneous modelis implementedfor examining quarterly data during 1992-1996 period.

PENDAHULUAN

Untuk mengurangi deflsit transaksiberjalan akibat nilai ekspor lebih kecil darinilai impor dan jasa, Indonesia membukaaltematif pemasukan dalam bentuk lain yangberupa; foreign direct invesnient (FDI),investasi portofolio dan utang luar negeri.Pemasukan dalam bentuk FDI diharapkanlebih besar dibandlng bentuk pemasukanyang lain, kaiena sifat FDI tidak liquidsepeili halnya invetasi portofolio ataupunutang luar negeri yang menipunyai bebandalam bentuk cicilan dan bunga pengem-balian (Praseiyaiitono, i996)

Temyata. FDI kurang bisa mengop-timalkan faktor produksi pada sektor riilsehingga nienipengaruhi rendahnyapertumbuhan ekonomi. Menurut Sritua Arief,hal tersebut disebabkan karena sebagian besarkeuntungan FDI yang dihasilkan dari prosesproduksi di Indonesia dl-repatriasi keluarnegeri. (Arief, 1998). FDI juga cukupdominan menentukan keputu'san produksi,baik sebagai akibat ikut sena dalam pemilikanniaupun akibat qfiliansi. Selain itu, kekakuanbirokrasi menganggu aliran FDI (Pamungkas,1996).

Akhirnya, pemerintah mencarialtematif pemasukan lewat utang luarnegeri. Jadi besarnya jumlah utang Indonesia

JEPV0L.4 NO. 2.1999

saat ini dipengaruhi oleh posisi utang luarnegeri sendiri subtitusi dengan beberapaunsur pemasukan, seperti FDI. Selain FDI,unsur pemasukan lain adalah ekspor.Pembangunan membutuhkan pengeluaranuntuk biaya yang diantaranya diambil dariutang luar negeri. Selain untuk biayapembangunan, utang digunakan untukmembayar pengeluaran yang berupa cicilandan bunga utang. Keadaan ini disebabkankarena pemasukan ekspor yang relatif semakinkecil digunakan untuk membayar cicilan danbunga utang. Hal itu bisa dililiat semakinbesarnya debt service rasio (DSR)(Topalimasang, 1999). Jadi utang sekarangdibayar dengan utang sebelumnya

Kecilnya pemasukan yang diperolehdari ekspor memperkecil nilai rupiah terhadapdollar. Besarnya Jumlah rupiah menyebabkankomoditi dalam negeri menjadi lebih murahdan komoditi luar negeri menjadi lebihmahal. Artinya, untuk mengurangi bebandevisa impor harus dikurangi. Tetapi, bilasebagian besar impor merupakan bahan bakudan penolong, maka rendahnya nilai rupiahrelatif kurang berpengaruh terhadap tingkatimpor (Goeltom, 1996). Keadaan ini akanmemperparah cadangan devisa sebagaipenyangga nilai tukar.

159

Page 13: PENDUDUKDANPERTUMBUHANEKONOMI DI INDONESIA: …

Heri Sudareono. Implikasi Perdagangan lerhadap Nilai Tukar Rupiah diIndonesia ISSN: 1410-2841

KAJIAN PUSTAKA

i, • Made .Suardhini dan Miranda S.Goertom' dengan mengunakan sistem'generalized JJoting Bautista menunjukkanbahwa pengaruh yang dimiliki nilai tukaryang ditunjang dengan intervensi banksentrai dalam pertumbuhan ekspor nonmigascukup besar. Sementara itu dampak intervensibank sentrai terhadap impor berdasarkanmodel generalizedjloting Rana menunjukkanadanya" pengaruh yang erat antara nilai tukardengan impor(Suardhini dan Godtom, 1997).

Dalam peneiitian Chandra SPasaribu dan Komara DJaya dihasilkankesimpulan bahwa elastisitas harga ekspormaupiin jmpor Indonesia adalah inelastis. Inibei^i^, penyesuaian . neraca perdaganganmelalui mek'anisme -harga tidak berlakuefektif karena diperlukan penyesuaian nilaitukar, yang cukup tinggi untuk perpbahanterm of trade yang relatif rendah Sdain itu,peneiitian im' menunjukkan bahwa rendahnyaelastisitas harga ekspor maupun impordisebabkan oleh niasih banyaknya hambatandalam perdagangan. (Pasaribu dah Djaya,1995)! , '

Peneiitian Radius Alvinsy '̂denganmengunakan model dinam'is ECM,menunjukkan bahwa dalam jangka pendekpendekatan moneter kiirang berlaku kareriadalam harga luar tiegeri dan peiidapatannasional mempunyai huburigan yang tidakberarti secara statistik denjgan'nilai tukar(Alviansyah, ,1993). Peneiitian BambangSetiaji "menunjukkan bahwa pengaruh ke'haik'annilai tukar terhadap penerimaan imporsangat kecil, sementara pengaruh terhadapekspor tidak nyata bahkan cenderung negatif(Setiaji, 1997).' .

Dengan memperiiitungkan relevansibeberapa variabel yang dian^ap berpengaruhyang belum masuk dalam peneiitian di atas,bisa diturunkan dalam beberapa hipotesissebagai berikut:

160

a. Nilai tukar berpengaruh negatif terhadaptingkat ekspor nonmigas. Sementara ituperbandingan inflasi ASEAN denganIndonesia, direct invesment periodesebelumnya, harga ekspor nonmigasperiode sebelumnya, dan ekspor nonmigasperiode sebelumnya berpengaruh positifterhadap tingkat ekspor nonmigas

b. Nilai tukar' berpengaruh positif terhadaptingkat impor nonmigas. Perbandinganinflasi ASEAN dengan Indonesia,peridapatan riil periode sebelumnya,hargaimpornonmigas periode sebelumnya,dan impor nonmigas periode sebelumnyaberpengaruh positif terhadap tingkatimpor nonmigas

c. Ekspor nonmigas berpengaruh positifterhadap tingkat nilai tukar, dan itnpornonmigas berpengaruh negatif tehadaptingkat nilai tukar

IMPLEMENTASI KAJIAN PUSTAKA .BiAljAM MODEL PERSAMAANPersamaan Ekspor Nonmigas

• Beberapa Variabel yang mempe-ngaruhi tingkat ekspor lionmigas:Pertamosnilai tukar. Alasaii digunakan.variabelini adalah bila ada kenaikan nilai tukarrupiah terhadap dollar maka harga barangdomestik lebih tinggi di bandingkan denganharga barang luarnegeri, sehingga berakiba'tekspor nonmigas turun.Kedua, Perbandingan Inflasi ASEAN denganIndonesia. Adapun alasan digunakan variabelini. Karena daya saing perdagangan Indonesiadeng^ ASEAN dipengaruhi fluktuasi Inflasi.Inflasi ASEAN yang lebih tinggi akan berakibatnaiknya'ekspor nonmigas Indonesia dansebaliknya.Ketiga, Foreign Direct Invesment. Alasannya,karena FDI mengandung pengaruh tingkatsuku bunga. Untuk mendapatkan komoditasyang kompetitif maka tingkat suku bungadalam negeri hams lebih rendah daripadaluar negeri sehingga investor meningkatkan

JEPV0L4 NO. 2.1999

Page 14: PENDUDUKDANPERTUMBUHANEKONOMI DI INDONESIA: …

ISSN: 1410-2641 Heri Sudarsono.Implikasi Perdagangan TerhadapNilai TukarRupiahdiIndonesia

kegiatan produksi di dalam negeri. Denganini dimungkinkan akan ada penlngkatanekspor nonmigas. Digunakannya lag padavariabel ini karena persoalan sistem biro-krasl dan akselerasi variabel ini pada sektorrill membutuhkan waklu lama.

Keempat, Variabel Harga Ekspor Nonmigas. Pada variabel digunakan lag karenahaiga tidak langsung mempengaruhi ekspornonmigas pada periode yang sama. Hargaakan menjadi pertimbangan eksportir untukmelakukan transaksi masa yang akan datang,bila harga ekspor naik maka ekspor menurun.Kelima. Ekspor Nonmigas PeriodeSebelumnya. Variabel ini digunakan karenalingkat ekspor nonmigas yang telah terjadimempengaruhi proses terjadinya kegiatanyang sama pada periode berikutnya akibatadanya kesepakatan untuk meminimkannegotiantlon coi'tantar kedua belah pihak.

Persamaan Impor NonmigasBeberapa variabel yang mempe

ngaruhi tingkat impor nonmigas; Pertama,Nilai Tukar. Terjadinya apresiasi rupiahakan menyebabkan kenaikan impor nonmmigaskarena harga barang luar negeri lebih murahdibanding dengan harga dalam negeri.Kedua. Perbandingan Inflasi ASEAN denganIndonesia. Inflasi ASEAN yang lebih rendahmenyebabkan meningkatnya impor nonmigas Indonesia.Ketiga.Foreign Direct Invesment. KenaikanFDI meningkatkan persediaan barang dalamnegeri. Maka, dimungkinkan akan bertambahpembelian barang-barang dari luarnegeri untuk melangsungkan prosesproduksi pada perusahaan PMA.Keempat., Pendapatan Riil Satu dan DuaPeriode Sebelumnya. Kenaikan pendapatanakan mempengaruhi kenaikan impornonmigas. Pengunaan lag satu dan duaperiode untuk mengukur efektifitas pendapatandalam mempengaruhi jumlah impor nonmigasdalam periode yang berbeda.

•JEPV0L4 NO. 2; 1999

Kelima, Harga Impor Nonmigas! "Xlasanpengunaannya karena importif''ak'anmenggunakan pertimbangan tingkat•' hargaimpor nonmigas periode sebelumnya untukmenentukan besar impor nonmigas saat'ini.Bila harga impor lebih tinggi cenderungtingkat impor akan semakin turun.Keenam, Impor Nonmigas Periode Sebelumnya. Kegiatan impor periode sebelumnyaakan mempengaruhi kegiatan yang samapada periode berikutnya. Hal ini berkaitandengan komoditas impor Indonesia yangberupa bahan baku dan penolong.

Persamaan Nilai Tukar

Dua variabel yang mempengaruhitingkat nilai tukar:Pertama, Ekspor Nonmigas. Alasannya,kenaikkan ekspor menambah dollar di dalamnegeri. Dengan bertambahnya dollar makatingkat perbandingan dengan rupiahmeningkat. Hal ini akan meningkatkan nilaitukar rupiah terhadap dollar atau apresiasi.Kedua. Impor Nonmigas. Meningkatnya imporakan mengurangi devisa negara yangberbentuk dollar. Berkurangnya dollar mempengaruhi tingkat perbandingan rupiahterhadap dollar. Hal ini akan menyebabkannilai tukar rupiah turun atau depresiasi.

Berdasarkan ketiga persamaan diatas maka dapat dikemukakan model regresisebagai berikut:

Xtr = aO + alStr + a2Iitr + aSFDItr +

a4PXtr + a5Xtr-I+aVl (1)

Mtr =pO + plStr+p2Iitr+p3Ytr-l +p4Ytr-2 + p5PMtr-l + p6Mtr-l +PV2 (2)

Str = xO + xlXtr + x2Mtr (3)

Dimana, Xtr, Str, litr, FDItr-1, Pxtr-1,dan Xtr berturut turut adalah nilai ekspornonmigas, nilai tukar (rupiah terhadapdollar), perbandingan inflasi ASEAN denganIndonesia, foreign direct invesment periode

161

Page 15: PENDUDUKDANPERTUMBUHANEKONOMI DI INDONESIA: …

Heri Sudarsono, Implikasi Perdagangan lerhadap Nilai Tukar Rupiah diIndonesia ISSN: 1410-2641

sebelumnya. harga ekspor nonmigas periodesebelumnya, dan ekspor nonmigas periodesebelumnya.

Sementara, Mtr, Ytr-I, Ytr-2, PMtr-1,dan Mtr-i adalah impor nonmigas,pendapatan riil satu. periode sebelumnya,pendapatan riil dua periode sebelumnya, hargaimpor nonmigas periode sebelumnya danimpor nonmigas periode sebelumnya.

SUMBER DATA DAN METODE

PEMBENTUKAN DATA

Periode penelitian dimulai padatriwulan pertama 1992 triwulan pertama atasdasar kelengkapan data triwulanan. Periodepenelitian diakhiri triwulan keempat tahun1996, dengan alasan akhir tahun 1996 nilaitukar masih reiatif stabil.

Data nilai tukar yang dipergunakanadalah nilai tukar bilateral antara Indonesia

dengan Amerika Serikat atau rupiah denganterhadap dollar atas dasar kurs tengahrupiah. dihitung berdasarkan kurs jual beliyang ditetapkan oleh 81. Data nilai tukarmerupakan data triwulanan denganmengunakan data bulan terakhir, diperolehdari Statistik Ekonomi Keuangan Indonesiaterbitan BI.

Pencatatan statistik ekspor berdasarkan dokumen pemberitahuan ekspor (PEB)yang diterima BPS dari Bank Devisa.Sedangkan pencatatan staitistik impor

berdasarkan dokumen PPUD yang diterimadari Bank Devia. Digunakan data ekspor danimpor nonmigas didasarkan pertimbangandistorsi yang ditemui pada ekspor dan impormigas reiatif besar. Karena mekanismepenentuan harga dipengaruhi OPEC. Selainitu, kontrak pembelian minyak biasanyadilakukan jangka panjang, sehingga menye-babkan fleksibilitas harga agak terbatas.

Perbandingan inflasi ASEAN yangdiwakili Malaysia, Thailand dan Philipinadengan Indonesia berdasarkan formula dariMunrohim Misanam.

Data GDP ASEAN diperoleh dariIFS, sedangkan data GDP Malaysia danPhilipina pada tahun 1995 belum tersedia.Oleh karena itu dipergunakan perhitungan,GDP Malaysia dan Philipina berdasarkanrata-rata pertambahan GDP kedua negaratersebut. Jumlah GDP dari tahun 1992

sampai 1995 dibagi empat kemudian hasilnyadari pembagian ditambah GDP tahun 1995sehingga menghasilkan GDP 1996.

Data inflasi tidak tersedia di tahun

1992 triwulan pertama sampai 1993 triwulankeempat, maka untuk menyediakan datainflasi pada tahun tersebut digunakanperhitungan inflasi dari proksi indeks hargakonsumen. Adapun sumber dalanya dariStatistik Ekonomi Keuangan Indonesia danIndikator Ekonomi.

FORMULA PERBANDINGAN INFLASI ASEAN

GDP Asean = GDP Ind + GDPMAL + GDP Thai + GDPPhil (4)

GDP Mai GDP Thai GDP PhilInfAsean = xlnfMal + xInfThai+ x InfPhil (5)

GDP Asean GDP Asean

Inftriwiilan AseanPerb Inf Asean/lnd (litr) =

Inf triwulan Indonesia

162

GDP Asean

(6)

JEPV0L.4 NO. 2.1999

Page 16: PENDUDUKDANPERTUMBUHANEKONOMI DI INDONESIA: …

ISSN-1410-2641 Heri Sudarsono. Implikasi Perdagangan Terhadap Nilai Tukar Rupiah diIndonesia

Nilai riil (FDI) diambil daripenanaman modal swasta dalam item lalulintas modal neraca pembayaran yangbersumber d^i Indikator Ekonomi Indonesia.

Sementara itu. pendapatan riil berasal dariPDB menurut lapangan usaha berdasarkanharga konstan. Penyajian alas dasar konstandikarenakan semua agregat dinilai alas dasarharga letap yang terjadi pada tahun dasar.Sehingga, perkembangan agregat pendapatandari tahun ke tahun semata-mata disebabkan

oleh perkembangan riil, bukan kenaikanharga.

Harga impor dan ekspor nomigasdiperoleli dari formula Made Suardhini,Miranda Goeltom. Chandra Pasaribu dan

Komara Djaja, yaitu dari perbandingan indeksharga impor dan indeks harga ekspor nonmigasdengan indeks perdagangan besar. Indeksharga perdagangan besar dianggap sebagaifraksi harga karena dianggap lebih»tepatdalam mengambarkan daya saing komoditidi pasar internasional dibanding IndeksHarga Konsumen yang mengandung unsurnon-traded goods.

METODOLOGI ESTIMASI

Karena adanya ketergantungandiantara berbagai variabel dalam-persamaanmaka peneiitian ini mengunakan teknikpenafsiran analisa model persamaansimultan (Koutsoyiannis, 1972) Adapunmetode yang digunakan adalah Two StageLeast Square (2SLS). Metode ini merupakanmetode persamaan tunggal dengan adanyakorelasi antar variabel gangguan dan variabel-variabel bebas, sehingga teknik OLSditerapkan pada setiap persamaan struktursecara terpisah. Dengan diterapkannya OLSpada setiap struktur secara terpisah makabias simultan akan hilang (Sumodinimgrat,412).

JEPV0L4 NO. 2.1999

Cara penafsiran ini itiengguhakanmodel persamaan simultan yang mengandungpersamaan yang overidentified (Gujarat!,1995). Penafsiran terdiri dua tahapperhitungan. Pertama mengaplikasikan metodeOLS terhadap persamaan reduced form\Berdasarkan nilai koeflsien regresi variabel-vafiabel bebas dalam persamaan reducedform ini, maka diperoleh taksiran niengenaivariabel endogneous dalam persam'aan-persamanan ini (Arief, 1993). Adapunreduced form dari persamaan adalah sebagaiberikut; ' '

Xtr = 7iO + Tillitr + 7r2FDItr TiSPXtr +

7r4Xtr-l + 7t5Ytr-l+ 7:6Ytr-2 + n?

PMtr-I +7i8Mtr + al (7)

Mtr = n9 + TilOIitr + 7tl IFDItr + 7il2PXtr

+ 7il3Xtr-l + 7il4Ytr-l + .7tI5Ytr-2

+ 7rl6PMtr-l+Jtl7Mtr + a2 (8)

Str = 7rl8 + 7il9Iitr + 7t20FDltr + 7i21 PXtr

+ Jt22Xtr-l + Ji23Ytr-l+ jr24Ytr-2

+ n25 PMtr-1 + 7t26Mtr + a3 • (9)

Untuk menghilangkan korelasivariabel endogen yang masuk dalam modelsebagai regressor dengan variable error,dilakukan dengan menganti variabel endogentersebut dengan variabel estimate-ny^ yangdiperoleh dari regresi reducedform di atas.Dengan demikian, diperoleh model akhirestimasi 2SLS sebagai berikut:

Xtr = aO + alStr +a2Iitr + a3FDItr+

a4PXtr + a5Xtr-l+a»l (10)

Mtr = pO + plStr + p2Iitr + p3Ytr-l +p4Ytr-2 + p5PMtr-l + p6Mtr-l+ b*2 (11)

Str = xO+ xlXtr + x2Mtr + c*3 (12)

163

Page 17: PENDUDUKDANPERTUMBUHANEKONOMI DI INDONESIA: …

Heri Sudafsono,7mp///(as/ Perdagangan terhadap Nilai TukarRupiah diIndonesia ISSN: 1410-2641

HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabet 1

Hasil Regresi Ekspor Nonmigas

Nama Variabel Estimated Coefisien Standart Error T-RatioConstant -15.004 7.5835 -1.9786LnStr 2.7833 1.2482 2.2298Lnlltr -0.27002E-01 0.16I26E-01 -1.6745LnFDItrl 0.I2087E-01 0.12120E-ai 0.99731LPXtrl -0.40356 0.50537 -0.79854LXtrl 0.28397 0.26312 1.0792

R-Square Adjusted = 0.8712Variance of the Estimated = 0.4081OE-01

Standart Error of the Estimate = 0.63883E-01Durbin Watson = 1.8189

Persamaan di atas menunjukkan,koefisien delerminasi sebesar 0,9051, artinyapersamaan tersebut mampu mengambarkanvariasi dari variabel dependen sebesar 90,5%,sedangkan variabel-variabe! yang tidak masukdalam persamaan yang turut mempengaruhivariasi sebesar 9,5%. Nilai tukar beradadalam arah yang sesuai dengan harapan,signifikan mempengaruhi ekspor nonmigaspada a = 5% dengan koefisien sebesar 2.7833.Artinya, depresiasi rupiah terhadap dollarsebesar 1% menyebabkan kenaikan ekspornonmigas sebesar 2,7833 %

Perbandingan inflasi ASEAN denganIndonesia tidak berpengaruh terhadap ekspornonmigas. Singkatnya waktu penyesuaianyang diberikan oleh data triwulanmenyebabkan elastisitas inflasi ASEANtidak berpengaruh terhadap responsifltaspasarIndonesia. Keadaan inijuga dikarenakanadanya kesamaan keunggulan komoditasdalam suatu kawasan mempengaruhi ekspornonmigas Indonesia tidak terorientasi keASEAN, tetapi ke beberapa negara di luarASEAN, misainya, Amerika Serikat dan Eropa.

Kenaikan foreign direct invesment(FDI) satu periode sebelumnya tidak mem-

164

VonNeuman Ratio = 1.9147

Residual Variance = 0.07633

pengaruhi kenaikan ekspor nonmigas.Pengaruh faktor produksi pendukung prosesproduksi yang tidak mendukung FDI uniukberakselerasi cepat untuk mempengaruhikenaikan output produksi. Dengan kata lainFDI membutuhkan waktu lama untuk

mempengaruhi ekspor nonmigas.Harga ekspor nonmigas tidak mem

pengaruhi tingkal ekspor nonmigas. Inimembuktikan permintaan barang luar negerikurang dipengaruhi oleh adanya kenaikanharga ekspor nonmigas. Jadi kenaikan eksporlebih didukung oleh kenaikan harga secaiaumum. Depresiasi pada variabel nilai tukarlebih mempengaruhi kenaikan ekspor nonmigasdibandingkan kenaikan harga ekspor nonmigas.

Sementara itu, ekspor nonmigas triwulan yang lalu tidak mempengaruhikenaikan ekspor nonmigas saat ini. Hal inidisebabkan karena ekspor nonmigasmerupakan faktor eksogen, faktor yangtidakbisa ditentukan berapa Jumlah yang dimintaoleh negara mitra dagang dalam suatuperiode tertentu. Selain itu, fenomenaini mengindikasikan komoditas domestikkurang kompetitif di pasar dunia.

JEPV0L4 NO. 2.1999

Page 18: PENDUDUKDANPERTUMBUHANEKONOMI DI INDONESIA: …

iSSN: 1410-2641 Heri Sudarsono,ImplikasiPerdagangan TerhadapNilaiJukarRupiahdi Indonesia

Tabel 2

Hasil Regresi ImporNonmigas

Nama Variabel Estimated Coefisien Standard Error T-Ratio

Constant 20.768 11.120 1.8677

Ln Str -2.4887 1.7625 -1.4121

Lnlltr -0.80229E-02 0.I0514E-01 -0.76304

LnYtrl 0.18780 0.78898E-OI 2.3804

LnYtr2 -0.10793 0.78603E-01 -1.3731

LnPMtrl -2.7203 0.82306 -3.3052

LnMtrl 0.72124 0.27824 2.5922

R-Square = 0.9522R-Square Adjusted = 0.9301Variance of the Estimated = 0.18057E-0iStandard Error ofthe Estimated = 0.42494E-01

Durbin Watson = 1.9982

Von Neuman Ratio = 2.1034

Residual Variance = 0.18057E-01

Koefisien determinasi sebesar 0.952,

menunjukkan bahwa presentase kebenaranvariabel-variabel penjelas dalam mempe-ngaruhi impor nonmigas sebesar 95,2%.Sedangkan 4.8% merupakan variabel di luarpeneiitian yang mempengaruhi koefisiendetemiinasi mendekati I %

Depresiasi nilai tukar sebesar 1%tidak berpengaruh terhadap impor nonmigas.Artinya, permintaan impor nonmigas kurangresponsif terhadap perubahan nilai tukarkarena impor nonmigas Indonesia sebagianbesar adalah impor barang-barang yangmembutuhkan proses lanjutan, yaitu bahanbaku dan penolong. Tahun 1992-1996fluktuasi nilai tukar" tidak banyakmempengaruhi tingkat impor karena tingkatimpor digunakan untuk mendapatkan bahan-bahan yang telali menjadi rancangan programpembangunan yang telah direncanakan.

Perbandingan inflasi ASEAN denganIndonesia tidak berpengaruh terhadap impornonmigas. Mengingat kenaikan inflasiASEAN yang diwakili Malaysia, Philipina,

JEPV0L4 NO. 2,1999

dan Thailand tidak menunjukkan harga riilASEAN terhadap Indonesia, maka akselerasikenaikan inflasi tidak berakibat padakenaikan nilai tukar terhadap nilai mata uangketiga negara tersebut. Dan karenanya,pembelian dan penjualan barang harusdiperhitungkan dalam bentuk dollar lebihdahulu. Jadi, turunnya inflasi belum tentuberakibat turunnya harga atau naiknya nilaitukar negara tersebut terhadap harga ataunilai tukar mitra dagang.

. Pendapatan satu periode yang laluberpengaruh terhadap impor nonmigas. Halitu bisa ditunjiikan dengan t-rasio 2.3804dengan koefisien 0.18780. Artinya, kenaikan1% pendapatan satu periode sebelumnyamengakibatkan kenaikan impor nonmigassebesar 0.18780%. Kenaikan Impor yangdiakibatkan oleh pendapatan satu periodelalu akan menambah alokasi pendapatandibelanjakan. Sementara itu pendapatan duaperiode sebelumnya tidak mempengaruhiimpor nonmigas.

165

Page 19: PENDUDUKDANPERTUMBUHANEKONOMI DI INDONESIA: …

Heri Sudarsono. Implikasi Perdagangan terhadap Nilai Tukar Rupiah diIndonesia ISSN: 1410-2641

Harga impor nonmigas berpengaruhnegatifterhadap impor nonmigas. Artinya, ke-naikan .1%. harga impor nonmigasmempengaruhi turunnya impor nonmigassebesar 3.3052%. Tingkat harga impordijadikan dasar'pertimbangan bagi importiruntuk membeli komoditas dari luar negeri.

Impor nonmigas sebelumnya berpengaruh terhadap impor nonmigas. iniberarti kenaikan 1% impor nonmigassebelumnya mempengaruhi kenaikan impor,nonmigas sekarang sebesar 0.721124%.Pengaruh ini disebabkan karena masihadanya hubungan impor nonmigas untukperiode yang akan datang antara Indonesiadengan negara mitra dagang akibat bahanbaku dan penolong digunakan untukmelangsiingan proses produksi yang telahdirencanakan.

Prosentase kebenaran ekspor danimpor nonmigas dalam mempengaruhi nilaitukar sebesar 90.9%. Ekspor nonmigasberpengaruh' terhadap nilai tukar dengankoefisien 0.15086 dan t-rasio sebesar 3.2288.

Angka ini menunjukkan bahwa kenaikan 1%ekspor nonmigas menyebabkan depresiasi

sebesar 0.15086%. Hubungan ini tidaksesuai dengan hipotesis. Secara teoritik,ekspor nonmigas mengakibatkan apresiasi.bukan depresiasi. Hal ini menunjukkan bahwadollar yang digunakan untuk membiayaiimpor nonmigas iebih besar dibandingpemasukan dollar dari ekspor nonmigas.Pengaruh negatif ekspor nonmigas dengannilai tukar mengin-dikasikan adanya intervensipemerintah untuk mempertahankan nilaikompetitif komoditas dalam negeri lewatpengendalian nilai tukar.

Tidak seperti dalam pei-samaan impornonmigas, nilai tukar tidak signifikandalam mempengaruhi impor nonmigas. Dalampersamaaan nilai tukar, impor nonmigas berpengaruh terhadap nilai tukar dengan t rasio2.2868 dan nilai koefisien 0.11283. Artinya,kenaikan 1% impor nonmigas mempengaruhidepresiasi sebesar 0.11283%. Kenyataan iniberhubungan dengan nilai impor yangmerupakan instrumen pengurang dari cadangandevisa. Impor yang semakin banyak akanmenipiskan jumlali cadangan devisa, sehinggaJumlah dollar semakin sedikit terhadap rupiahatau depresiasi

Tabel 3

Hasil Regresi Nilai Tukar

Nama Variabel Estimated

Coeffisien

Standard Error T-Ratio

Constant 5.3308 0.16549 32.212

Ln Xtr 0.15086 0.46723E-01 3.2288

Ln Mtr 0.11283 0.4934 lE-01 2.2868

R-Square = 0.9094R-Square Adjusted = 0.8987Variance of the Estimated = 0.24912E-03

Standard error of the Estimated = 0.15784E-01

Durbin Watson = 1.8242

Von Neuman Ratio = 1.9202 -

Residual Variance = 0.24912E-03

166 JEPV0L4 NO. 2.1999

Page 20: PENDUDUKDANPERTUMBUHANEKONOMI DI INDONESIA: …

ISSN; 1410-2641 Heri Sudarsono.Implikasi Perdagangan TerhadapNilai TukarRupiahdiIndonesia

SIMPULAN ;

Turunnya nilai tukar rupiah terhadapdollar meningkatkan permintaan terhadapkomoditas domestik. Hal in! bisa dilihat dari

depresiasl 1% yang mengakibatkan kenaikanekspor nonmigas sebesar 2,7833%. Sebailknya,kenaikan 1% ekspor nonmigas mempengaruhidepresiasi rupiah sebesar 0.15086%. Besarnyapengamh nilai tukar terhadap ekspor nonmigasmenunjukkan bahwa kenaikan , ekspornonmigas Indonesia lebih ditentukan olehfluktuasi nilai tukar. Sementara itu, stabilitas

nilai tukar tidak sepenuhnya disebabkan olehpengaiuh ekspor nonmigas. Hal tersebut dapatdibuktikan dengan kecilnya pengaruh ekspornonmigas terhadap nilai tukar sebesar0.41989%.

Persoalan birokrasi dan regulasi padainvestasi membuat lambatnya akselerasi

foreign direci invesment dalam mempengaruhisektor riil. Hal ini menyebabkan FDI kurangbisa mempengaruhi kenaikan ekspor daninipor nonmigas.

Struktur komoditas nonmigas ketiganegara Asia Tengara tersebut, Malaysia,Thailand, dan Philipina, relatif sama denganstruktur komoditas Indonesia, sehinggakomoditas nonmigas kurang kompetitfdiantara negara-negara tersebut, karenamasing-masing negara masih bisa memenuhikebutuhan sendiri. Hal ini mengakibatkankenaikan harga secara umiim ketiga negaratersebut tidak mempengaruhi jumlah ekspornonmigas Indonesia. Fakta .ini relevandengan tidak berpengaruhnya kenaikanharga relatif ekspor nonmigas Indonesia kenegara ASEAN.

Pada umumnya ekspor nonmigasIndonesia tidak bisa menentukan penawaranyangakan diberikan negaraeksportir. Hal inimenunjukkan bahwa komoditas ekspornonmigas Indonesia kurang baik, rentan terhadap tingkat persaingan dan perbandinganharga. Ini yang menyebabkan negaraimportir akan mempertimbangkan kualitas

JEPV0L4 NO. 2.1999

dan harga komoditas di berbagai negara danmengindikasikan Indonesia tidak bisamempengaruhi tingkat kepercayaan importirdalam waktu yang lama.

Tetapi, nilai koefisien pendapatanterhadap impor nonmigas sebesar 0,18780menunjukkan kecilnya pendapatan yangberasal sektor nonmigas. Atau boleh dikatakanbahwa sumber pendapatan yang sebagianbesar diperoleh dari ekspor nonmigas relatifkecil. Walaupun, di lain pihak kenaikanpendapatan ini mempengaruhi impor nonmigas.

Besarnya tingkat impor nonmigastidak dipengaruhi tingkat nilai tukar. Impornonmigas mengurangi cadangan devisanegara yang menjadikan instrumen stabilitasnilai tukar. Semakin banyak impor nonmigasakan menjadikan nilai" tukar'turun ataudepresiasi karena berbandingan rupiahterhadap dollar saat impor akan membesar.

Sementara itu impor nonmigasperiode sebelumnya mempengaruhi kenaikanperiode sekarang. Pengaruh periode laludiakibatkann adanya kesamaan jumlah danpesanan impor nonmigas Indonesia. Inimemperkuat kenyataan bahwa kenaikan nilaitukartidakmempengarulii impor nonmigas.

REKOMENDASI

Pemerintah perlu memperhatikandampak campur tangannya terhadap tingkatnilai tukar dalam mempengaruhi stabilitasperekonomian, dan mempertahankan nilaikompelitif komoditas domestik. Gampurtangan pemerintah akan menimbulkanbeberapa konsekuensi. Pertdma, mekainismeperekonomian Indonesia sulit untukberadaptasi dengan trend perekonomiandunia, karena kestabilan pasaf valastergantung kepentingan pemerintah.

Kedua, mengandalkan nilaikompetitifkomoditas domestik dari harga yang murahakan menyebabkan pendapatan riil Indonesiarendah, walaupun ada peningkatan ekspor.Hal ini dikarenakan perbandingan pendapatan

167

Page 21: PENDUDUKDANPERTUMBUHANEKONOMI DI INDONESIA: …

Heri Sudarsono, Implikasi Perdagangan terhadap Nilai TukarRupiah diIndonesia ISSN: 1410-2641

antar negara dihitung dari perbandingan nilaitukar dalam negeri terhadap dollar, atausekeranjang hard currency

Untuk mengurangi beberapa kon-sewensi tersebut pemerintah hendaknya;melakukan beberapa langkah berikut: Per-lama: mengurangi inefisiensi ekonomi dengankebijakah debirokrasi dan deregulasi.Debirokrasi dan deregulasi akan menghasilkanpercepatan proses produksi, ,pada akhirnyamenghasilkan output produksi yang lebihefisien

Kedua, pemerintah dapat mengurangikeluarnya dollar dengan cara mengurangiimpor. walaupun akan mengurangi nilai

kompetitif komodltas dalam negeri, karenanilai tukar rUpiah akan menguat. Untukmengatasi menguatnya rupiah karenaberkurangnya impor ini, pemerintah perlumeningkatkan dan mengembangkan industrisubtitusi impor yang berorientasi seiainmencukupi kebutuhan pasar dalam negeri.juga kebutuhan pasar luar negeri.

Keiiga, meningkatkan potensikeunggulan daerah dengan cara memper-timbangkan potensi geografi dan demografisetiap daerah. Hal ini dapat diarahkan padapengelolaan sektor-sektor potensial yangbelum tergali; seperti potensi perkebunan,pertanian dan laut/perikanan.

DAFTAR PUSTAKA

Ariel; Sritua, (1990). Dari PrestasiPembangunan Sompai Ekonomi Politik, Ul-Press. Jakarta.

('998), Pembangunisme dan Ekonomi Indonesia. Pemberdayaan Rakyat dalam• Ariis Ghbalisasi. Get I. CPSM dan Zaman, Bandung.

... (1993). Meiodologi P'enelitidn Ekonomi, Ul-Press. Jakarta.

Alyiansyah,. Radius, (1993). "Kebijaksanaan Kurs Devisadan Devaluasi Indonesia Dasawarsa 1980-. an, . Pendekatan Moneter pada Kurs Devisa". Ekonomi dan Induslri

(Vogyakarta), Edisi 1. PAU-UGM.

Gie, Kwik Kian, (1995), Anaiisis Ekonomi Politik Indonesia, Get IV, Gramedia Pustaka Utama,• • ' ' Jakarta.

Goeltom, Miranda S, (1996), "Kinerja Perdagangan Intemasional Indonesia, 1980-1995",/Ltf/o/fl(Yogyakarta), No. 1lA^/1996, MM-UGM.

Gujarati, Damodar, BasicEconometrics, Third Edition, McGraw-Hill, In, Singapore.

Hill, Hal, (1998), Investasi Asing dan Industrialisasi di Indonesia. LP3ES, Jakarta.

Kontsoyiannis, A, (1972), TheoryofEconometrics, University of Lancaster.

Kuncoro. Mudrajat. (1997), Manajemen Keuangan Internasipnal, Pengantar Ekonomi danBisnis Global. Edisi Pertama, BP-FE, Yogyakarta.

Linder, Peter H (1994), (terj), Ekonomi Intemasional, Edisi. IX, Bumi Aksara, Jakarta.

Sumodinigrat Gunawan, Pengantar Ekonometrika, BPPE Yogyakarta, 1996

168 JEPV0L.4 NO. 2.1999

Page 22: PENDUDUKDANPERTUMBUHANEKONOMI DI INDONESIA: …

ISSN •1410 -2641 Heri Sudarsono, ImplikasiPerdagangan Terhadap Nilai TukarRupiah diIndonesia

Pasaribu, Chandra S dan Djaja, Komara, (1995), "Mekanisme Penyesuaian Nilai Tukar RillTerhadap Perubahan Term ofTrade, Stud! Empirisdi Indonesia",Ekonomi danKeuangan Indonesia (Jakarta), Volume XLIIl, Nomer4, PAU-Ul.

Prasetyantono, Ton!, (1995). Agenda Ekonomi Indonesia, Gramedla Pustaka Utama danSekolah Tinggi Ilmu Ekonomi 'Yogyakarta'(STlE 'Yo'), Jakarta.

Salvatore. Dominick (1997), (teij). Ekonomi Iniernasional, Edisi V,Jilid II,Erlangga, Jakarta.

Setiaji, Bambang, (1997), 'Taktor-faktor yang Mempengaruhi Dasar Tukar Valuta Asing",Empirika (Surakarta), Nomer 19, UMS.

Soediyono, (1991) Ekonomi Iniernasional, Pengantar Lain Lintas Pembqyaran Iniernasional,Edisi II. Get I, Liberty, Yogyakarta.

Suardhini. Made dan Goeltom S. Miranda. (1997), "Analisa Dampak Intervensi Bank Sentraldalam Penetapan Nilai Tukar Terhadap Ekspor-Impor Indonesia", Ekonomidan Keuangan Indonesia (Jakarta), Volume XLV,No I.

Topatimasang, Roem (Peny), (1999), Hutang ilu Hulang, GANTI, INFID, IDEA, YBKS,Ma'arifNU, Ide, Forum Selatan, INSIST dan Pustaka Pelajar, Yogyakarta.

JEPV0L.4 NO. 2.1999 169