pendidikan nilai karakter dalam proses menyiapkan

14
166 PENDIDIKAN NILAI KARAKTER DALAM PROSES MENYIAPKAN PEMBANGUNAN MANUSIA ERA ASEAN ECONOMIC COMMUNITY DENGAN METODE AFL Joko Sekti Riyadi, Arief Budhi Dharma, Andjarwani Putri W. STIE-AUB SURAKARTA ABSTRACT This study explained that the ASEAN Economic Community (AEC) is already running with the strategies and models showcased in treary and aggrement arangements included in the Mutual Recognition (MRA). Basic layout implementation of the ASEAN Economic Community (AEC) is located on the shoulders of the next generation is an Indonesian who is creative and innovative. The youth needed to create the role of educators in order to make fully human through character education. The role of universities as a container molding the youth of character can be measured by using the method of assessment for learning (AFL) based on higher order thinking skills (HOTS) for the students as the future generation. Which is expected by the method implied role of universities in carrying out its functions as stipulated in Law No. 20 of 2003. Keywords: Character Education, Human Development, AEC, AFL PENDAHULUAN ASEAN Economic Community (AEC) bertujuan mewujudkan kawasan ekonomi ASEAN yang stabil, makmur, dan berdaya saing tinggi melalui integrasi ekonomi regional. AEC telah disepakati oleh 10 negara anggota ASEAN dan Indonesia merupakan negara dengan penduduk sekitar 41% dari total penduduk ASEAN pada 2012 dan diperkirakan mencapai 43% saat 2015, sehingga memposisikan Indonesia sebagai pasar utama untuk arus barang dan investasi. Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam dan sumber daya manusia, Indonesia dengan jumlah penduduk kurang lebih 230.000.000 jiwa, dengan prosentase 60% remaja (pemuda) ( kategori remaja 15-54 tahun) sehingga masih produktif. 1 Dibandingkan dengan negara-negara lain yang memiliki remaja kurang dari 50%, termasuk China. Makanya peran pemuda di Indonesia menjadi kekuatan ekonomi (baca wahyu jatmiko, fe-ui) karena letak perekonomian akan dibebankan ke generasi penerus berikutnya. 1 When The china Rule The Word

Upload: others

Post on 16-Oct-2021

5 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENDIDIKAN NILAI KARAKTER DALAM PROSES MENYIAPKAN

166

PENDIDIKAN NILAI KARAKTER DALAM PROSES

MENYIAPKAN PEMBANGUNAN MANUSIA

ERA ASEAN ECONOMIC COMMUNITY

DENGAN METODE AFL

Joko Sekti Riyadi, Arief Budhi Dharma, Andjarwani Putri W.

STIE-AUB SURAKARTA

ABSTRACT

This study explained that the ASEAN Economic Community (AEC) is

already running with the strategies and models showcased in treary and

aggrement arangements included in the Mutual Recognition (MRA). Basic layout

implementation of the ASEAN Economic Community (AEC) is located on the

shoulders of the next generation is an Indonesian who is creative and innovative.

The youth needed to create the role of educators in order to make fully human

through character education.

The role of universities as a container molding the youth of character can

be measured by using the method of assessment for learning (AFL) based on

higher order thinking skills (HOTS) for the students as the future generation.

Which is expected by the method implied role of universities in carrying out its

functions as stipulated in Law No. 20 of 2003.

Keywords: Character Education, Human Development, AEC, AFL

PENDAHULUAN

ASEAN Economic Community

(AEC) bertujuan mewujudkan

kawasan ekonomi ASEAN yang

stabil, makmur, dan berdaya saing

tinggi melalui integrasi ekonomi

regional. AEC telah disepakati oleh

10 negara anggota ASEAN dan

Indonesia merupakan negara dengan

penduduk sekitar 41% dari total

penduduk ASEAN pada 2012 dan

diperkirakan mencapai 43% saat

2015, sehingga memposisikan

Indonesia sebagai pasar utama untuk

arus barang dan investasi.

Indonesia merupakan negara

yang kaya akan sumber daya alam

dan sumber daya manusia, Indonesia

dengan jumlah penduduk kurang

lebih 230.000.000 jiwa, dengan

prosentase 60% remaja (pemuda) (

kategori remaja 15-54 tahun)

sehingga masih produktif.1

Dibandingkan dengan negara-negara

lain yang memiliki remaja kurang

dari 50%, termasuk China. Makanya

peran pemuda di Indonesia menjadi

kekuatan ekonomi (baca wahyu

jatmiko, fe-ui) karena letak

perekonomian akan dibebankan ke

generasi penerus berikutnya.

1 When The china Rule The Word

Page 2: PENDIDIKAN NILAI KARAKTER DALAM PROSES MENYIAPKAN

Joko Sekti R, Arief Budhi D, Andjarwani P. Pendidikan Nilai Karakter dalam... 167

Terlebih era ekonomi sudah beralih

dari ekonomi pertanian, ekonomi

industri, ekonomi informasi dan

sekarang dihadapkan kepada

ekonomi kreatif. Ekonomi kreatif

mengedepankan asset yang didapat

dari ide dan kreatifitas.

Kreatifitas berada di pundak

generasi penerus, para generasi

penerus bangsa ialah mereka setiap

individu yang mampu menggunakan

pilihan-pilihan kreatifitasnya yang

tidak hanya untuk meningkatkan

pendapatan saja melainkan

bagaimana mengupayakan agar

tercapainya pilar pembangunan

manusia hingga tercapai tujuan

nasional hingga mengantar ke negara

maju. Pilar pembangunan manusia

berada di tangan pemuda yang berani

dalam kebenaran, berintegritas

tinggi, nasionalis yang tidak bisa

dijual belikan. Dikaitkan dengan

pilar pembangunan manusia

mengacu pada standart kompetensi

yang disepakati dalam Mutual

Recognition Arangements (MRA) era

Asean Economic Community.

Berdasarkan UU No 40 Tahun

2009 tentang Kepemudaan, Pasal 1

(2) menyebutkan Kepemudaan

adalah berbagai hal yang berkaitan

dengan potensi, tanggung jawab,

hak, karakter, kapasitas, aktualisasi

diri, dan cita-cita pemuda. Dalam

Pasal 3 UU No 40 tahun 2009

disebutkan bahwa Pembangunan

kepemudaan bertujuan untuk

terwujudnya pemuda yang beriman

dan bertakwa kepada Tuhan Yang

Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,

cerdas, kreatif, inovatif, mandiri,

demokratis, bertanggungjawab,

berdaya saing, serta memiliki jiwa

kepemimpinan, kewirausahaan,

kepeloporan, dan kebangsaan

berdasarkan Pancasila dan Undang-

Undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945 dalam

kerangka Negara Kesatuan Republik

Indonesia.

Era pembangunan manusia

merupakan tantangan bagi seluruh

generasi penerus bangsa, karena

generasi penerus bangsa yang akan

melanjutkan perjuangan cita-cita

bangsa indonesia menjadi negara

maju ke-9 pada Tahun 2020 dan ke-5

di Tahun 2030, dimana posisi

indonesia berada setelah india, uni

eropa, amerika dan china. Indikator

negara maju atau negara berkembang

adalah bagaimana Gross National

Product (GNP) suatu negara. Negara

maju tidak bisa lepas dari Global

Wisdom Society (GWS), bagaimana

pemerintah harus menciptakan dan

mewujudkan masyarakat yang adil,

makmur dan sejahtera. Modal untuk

Global Wisdom Society adalah

pendapatan ekonomi yang dapat

menunjang hidup layak masyarakat,

bagaimana rakyat mampu memenuhi

kebutuhan sehari-hari, mampu saving

untuk masa depan, sedangnya secara

sosial bagaimana kesejahteraan

masyarakat tercukupi dari sandang,

pangan, papan dan pendidikan serta

kesehatan menjadi kebutuhan dasar

manusia, secara politik bagaimana

Page 3: PENDIDIKAN NILAI KARAKTER DALAM PROSES MENYIAPKAN

168 Proceedings International Seminar FoE (Faculty of Education) – Vol. 1 Mei 2016

pemerintah menciptakan politik yang

berkesinambungan dengan

kepentingan rakyat, menerapkan

keadilan dan demokrasi yang tidak

kebablasan.

Survei Global Competitiveness

Index tahun 2014-2015 membuktikan

bahwa daya saing Indonesia masih

lemah dibandingkan dengan negara-

negara ASEAN lainnya. Posisi

Indonesia berada pada peringkat ke

34. Di level ASEAN, peringkat

Indonesia ini masih kalah dengan

tiga negara tetangga, yaitu Singapura

yang berada di peringkat 2, Malaysia

di peringkat 20, dan Thailand yang

berada di peringkat ke-31. Salah satu

faktor yang menyebabkan rendahnya

daya saing Indonesia adalah korupsi

sebagai masalah utama dalam

menjalankan bisnis yang merupakan

dampak dari lemahnya karakter

integritas pada bangsa Indonesia.2

Berdasarkan hasil pengamatan

bahwa ASEAN Economic Community

(AEC) sudah berjalan dengan strategi

dan model yang di tuangkan dalam

treary maupun aggrement termasuk

dalam Mutual Recognition

Arangements (MRA). Letak dasar

pelaksanaan tersebut berada di

pundak generasi penerus bangsa

yaitu pemuda Indonesia yang kreatif

dan inovatif. Untuk menciptakan

pemuda yang nasionalis terhadap

bangsa dibutuhkan peran tenaga

kependidikan supaya menjadikan

2 Ari T, Global ASEAN

manusia seutuhnya melalui

pendidikan karakter.

PERUMUSAN MASALAH

1. Apakah pendidikan nilai karakter

berpengaruh terhadap penyiapan

pembangunan manusia dalam

asean economic community?

2. Bagaimana perguruan tinggi

menyiapkan pendidikan nilai

karakter bagi pembangunan

manusia khususnya mahasiswa?

TUJUAN PENELITIAN

1. Untuk mengetahui apakah

pendidikan nilai karakter

berpengaruh terhadap penyiapan

pembangunan manusia dalam

Asean Economic Community.

2. Untuk mengetahui bagaimana

perguruan tinggi menyiapakan

pendiidkan nilai karakter bagi

pembagunan manusia khususnya

mahasiswa.

TINJAUAN TEORI

Pendidikan Karakter

Pendidikan adalah suatu usaha

yang sadar dan sistematis dalam

mengembangkan potensi peserta

didik. Pendidikan adalah juga suatu

usaha masyarakat dan bangsa dalam

mempersiapkan generasi mudanya

bagi keberlangsungan kehidupan

masyarakat dan bangsa yang lebih

baik di masa depan.

Keberlangsungan itu ditandai oleh

pewarisan budaya dan karakter yang

telah dimiliki masyarakat dan

bangsa. Oleh karena itu, pendidikan

adalah proses pewarisan budaya dan

Page 4: PENDIDIKAN NILAI KARAKTER DALAM PROSES MENYIAPKAN

Joko Sekti R, Arief Budhi D, Andjarwani P. Pendidikan Nilai Karakter dalam... 169

karakter bangsa bagi generasi muda

dan juga proses pengembangan

budaya dan karakter bangsa untuk

peningkatan kualitas kehidupan

masyarakat dan bangsa di masa

mendatang.

Pada Kebijakan Nasional

pengembangan karakter Bangsa

tahun 2010-2025 dinyatakan bahwa

karakter adalah nilai-nilai yang khas-

baik (tahu nilai kebaikan, mau

berbuat baik, nyata berkehidupan

baik, dan berdampak baik terhadap

lingkungan) yang terpateri dalam diri

dan terejawantahkan dalam perilaku.3

Karakter menurut Narwanti

(2011:27) adalah suatu hal yang unik

hanya ada pada diri individual

ataupun pada suatu kelompok,

bangsa. Terbentuknya karakter yang

kuat dan kokoh diyakini merupakan

hal penting dan mutlak dimiliki

peserta didik untuk menghadapi

tantangan hidup di masa mendatang

(Dirjen Dikti, 2011). 4Sedangkan

dalam Kamus Besar Bahasa

Indonesia (2008) disebutkan bahwa

karakter merupakan sifat-sifat

kejiwaan, akhlak atau budi pekerti

yang membedakan seseorang dengan

yang lainnya.5

Pendidikan karakter

merupakan upaya-upaya yang

dirancang dan dilaksanakan secara

sistematis untuk membantu peserta

didik memahami nilai-nilai perilaku

manusia yang berhubungan dengan

Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri,

3 sisdiknas 4 Narwati, Pendidikan karakter 5 Kamus Besar Bahasa Indonesia

sesama manusia, lingkungan, dan

kebangsaan yang terwujud dalam

pikiran, sikap, perasaan, perkataan,

dan perbuatan berdasarkan norma-

norma agama, hukum, tata krama,

budaya, dan adat istiadat. Ki Hajar

Dewantara dengan tegas menyatakan

bahwa ―pendidikan merupakan

upaya untuk memajukan

bertumbuhnya budi pekerti (kekuatan

batin,karakter), pikiran (intellect),

dan tubuh anak. Jadi jelaslah,

pendidikan merupakan wahana

utama untuk menumbuhkembangkan

karakter yang baik. Di sinilah

pentingnya pendidikan karakter

(Kemendiknas, 2010:3).

Menurut David Elkind &

Freddy Sweet Ph.D. (2004),

pendidikan karakter dimaknai

sebagai berikut: “character

education is the deliberate effort to

help people understand, care about,

and act upon core ethical values.

When we think about the kind of

character we want for our children,

it is clear that we want them to be

able to judge what is right, care

deeply about what is right, and then

do what they believe to be right, even

in the face of pressure from without

and temptation from within”.

Lebih lanjut dijelaskan bahwa

pendidikan karakter adalah segala

sesuatu yang dilakukan guru, yang

mampu mempengaruhi karakter

peserta didik. Guru membantu

membentuk watak peserta didik. Hal

ini mencakup keteladanan bagaimana

perilaku guru, cara guru berbicara

atau menyampaikan materi,

Page 5: PENDIDIKAN NILAI KARAKTER DALAM PROSES MENYIAPKAN

170 Proceedings International Seminar FoE (Faculty of Education) – Vol. 1 Mei 2016

bagaimana guru bertoleransi, dan

berbagai hal terkait lainnya.

Pendidikan karakter juga dapat

diartikan suatu sistem penanaman

nilai-nilai karakter kepada warga

sekolah yang meliputi komponen

pengetahuan, kesadaran atau

kemauan, dan tindakan untuk

melaksanakan nilai-nilai tersebut,

baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa

(YME), diri sendiri, sesama,

lingkungan, maupun kebangsaan

sehingga menjadi manusia insan

kamil. Dalam pendidikan karakter di

sekolah, semua komponen

(stakeholders) harus dilibatkan,

termasuk komponen-komponen

pendidikan itu sendiri, yaitu isi

kurikulum, proses pembelajaran dan

penilaian, kualitas hubungan,

penanganan atau pengelolaan mata

pelajaran, pengelolaan sekolah,

pelaksanaan aktivitas atau kegiatan

ko-kurikuler, pemberdayaan sarana

prasarana, pembiayaan, dan ethos

kerja seluruh warga dan lingkungan

sekolah.

Tujuan Pendidikan Karakter

Menurut Kemendiknas

(2011:7), pendidikan karakter

bertujuan mengembangkan nilai-nilai

yang membentuk karakter bangsa

yaitu Pancasila, meliputi :

1. Mengembangkan potensi peserta

didik agar menjadi manusia

berhati baik, berpikiran baik, dan

berprilaku baik;

2. Membangun bangsa yang

berkarakter Pancasila;

3. Mengembangkan potensi

warganegara agar memiliki sikap

percaya diri, bangga pada bangsa

dan negaranya serta mencintai

umat manusia.

Sesuai dengan fungsi

pendidikan nasional, pendidikan

karakter dimaksudkan untuk

mengembangkan kemampuan

dan membentuk watak serta

peradaban bangsa yang

bermartabat dalam rangka

mencerdaskan kehidupan bangsa.

Secara lebih khusus pendidikan

karakter memiliki tiga fungsi

utama, yaitu:

(1) Pembentukan dan

Pengembangan Potensi

Pendidikan karakter

berfungsi membentuk dan

mengembangkan potensi

manusia atau warga negara

Indonesia agar berpikiran

baik, berhati baik, dan

berperilaku baik sesuai

dengan falsafah hidup

Pancasila.

(2) Perbaikan dan Penguatan

Pendidikan karakter

berfungsi memperbaiki

karakter manusia dan warga

negara Indonesia yang

bersifat negatif dan

memperkuat peran keluarga,

satuan pendidikan,

masyarakat, dan pemerintah

untuk ikut berpartisipasi dan

bertanggung jawab dalam

pengembangan potensi

manusia atau warga Negara

menuju bangsa yang

Page 6: PENDIDIKAN NILAI KARAKTER DALAM PROSES MENYIAPKAN

Joko Sekti R, Arief Budhi D, Andjarwani P. Pendidikan Nilai Karakter dalam... 171

berkarakter, maju, mandiri,

dan sejahtera.

(3) Penyaring

Pendidikan karakter

bangsa berfungsi memilah

nilai-nilai budaya bangsa

sendiri dan menyaring nilai-

nilai budaya bangsa lain

yang positif untuk menjadi

karakter manusia dan warga

negara Indonesia agar

menjadi bangsa yang

bermartabat.

Pembangunan Manusia

Pembangunan Manusia adalah

suatu proses untuk memperbesar

pilihan-pilihan bagi manusia (UNDP,

1990:1). Pembangunan manusia

perlu adanya pilihan-pilihan untuk

menemukan ruang gerak yang

felksibel dan kreatif dalam

pengembangan dirinya agar dapat

mengaktualisasikan dirinya sesuai

dengan bakat, minat agar memiliki

profesi yang profesional. Ruang-

ruang tersebut yang akan

mengantarkan manusia pada

pemenuhan kebutuhannya sendiri

yang dapat tunduk pada mencapaian

Gross National Product (GNP),

sehingga tercapainya tujuan

pembangunan nasional dalam hal

kesehatan, pendidikan dan standart

kehidupan yang sejahtera.

Dalam (UNDP 1995:118)

konsep pembangunan manusia

tertuju pada 5 sasaran, 1.

pembangunan yang mengutamakan

penduduk, 2. Pembangunan untuk

memperbesar pilihan-pilihan

manusia yang tidak hanya untuk

meningkatkan pendapatan saja, 3.

Pembangunan tidak hanya pada

upaya meningkatkan kemampuan

tetapi upaya memanfaatkan

kemampuan secara optimal, 4. Pilar

pembangunan manusia

(produktifitas, pemerataan,

kesinambungan dan pemberdayaan,

5. Pembangunan manusia menjadi

dasar penentuan tujuan

pembangunan dan dalam

menganalsis pilihan-pilihan untuk

mencapainya. 6

PEMBAHASAN

1. PENGARUH PENDIDIKAN

KARAKTER TERHADAP

PEMBANGUNAN MANUSIA

Dalam buletin tersebut

diuraikan bahwa hasil studi Dr.

Marvin Berkowitz dari

University of Missouri- St.

Louis, menunjukan peningkatan

motivasi siswa sekolah dalam

meraih prestasi akademik pada

sekolah-sekolah yang

menerapkan pendidikan

karakter. Kelas-kelas yang

secara komprehensif terlibat

dalam pendidikan karakter

menunjukkan adanya penurunan

drastis pada perilaku negatif

siswa yang dapat menghambat

keberhasilan akademik.7

Sebuah buku yang

berjudul Emotional Intelligence

6 Sumber internet, 7 pilar pembangunan manusia 7 Ali idrus, Pendidikan Global

Page 7: PENDIDIKAN NILAI KARAKTER DALAM PROSES MENYIAPKAN

172 Proceedings International Seminar FoE (Faculty of Education) – Vol. 1 Mei 2016

and School Success (Joseph

Zins, et.al, 2001)

mengkompilasikan berbagai

hasil penelitian tentang pengaruh

positif kecerdasan emosi anak

terhadap keberhasilan di

sekolah. Dikatakan bahwa ada

sederet faktor-faktor resiko

penyebab kegagalan anak di

sekolah. Faktor-faktor resiko

yang disebutkan ternyata bukan

terletak pada kecerdasan otak,

tetapi pada karakter, yaitu rasa

percaya diri, kemampuan

bekerja sama, kemampuan

bergaul, kemampuan

berkonsentrasi, rasa empati, dan

kemampuan berkomunikasi.

Hal itu sesuai dengan

pendapat Daniel Goleman

tentang keberhasilan seseorang

di masyarakat, ternyata 80

persen dipengaruhi oleh

kecerdasan emosi, dan hanya 20

persen ditentukan oleh

kecerdasan otak (IQ). Anak-anak

yang mempunyai masalah dalam

kecerdasan emosinya, akan

mengalami kesulitan belajar,

bergaul dan tidak dapat

mengontrol emosinya. Anak-

anak yang bermasalah ini sudah

dapat dilihat sejak usia pra-

sekolah, dan kalau tidak

ditangani akan terbawa sampai

usia dewasa. Sebaliknya para

remaja yang berkarakter akan

terhindar dari masalah-masalah

umum yang dihadapi oleh

remaja seperti kenakalan,

tawuran, narkoba, miras,

perilaku seks bebas, dan

sebagainya.

Beberapa negara yang

telah menerapkan pendidikan

karakter sejak pendidikan dasar

di antaranya adalah; Amerika

Serikat, Jepang, Cina, dan

Korea. Hasil penelitian di

negara-negara ini menyatakan

bahwa implementasi pendidikan

karakter yang tersusun secara

sistematis berdampak positif

pada pencapaian akademis.

2. UPAYA PERGURUAN

TINGGI DALAM

MENYIAPKAN

PENDIDIKAN KARAKTER

Perguruan tinggi

merupakan institusi yang

memiliki peran dan posisi

strategis dalam pencapaian

tujuan pendidikan secara makro.

Tujuan pendidikan tinggi diatur

dalam pasal 2 Peraturan

Pemerintah Nomor 60 Tahun

1999 adalah sebagai berikut : (1)

Menyiapkan peserta didik

menjadi anggota masyarakat

yang memiliki kemampuan

akademik dan/atau profesional

yang dapat menerapkan,

mengembangkan dan/atau

menciptakan ilmu pengetahuan

teknologi dan/atau kesenian. (2)

Mengembangkan dan

menyebarluaskan ilmu

pengetahuan, teknologi dan/atau

kesenian serta mengupayakan

penggunaannya untuk

meningkatkan taraf kehidupan

Page 8: PENDIDIKAN NILAI KARAKTER DALAM PROSES MENYIAPKAN

Joko Sekti R, Arief Budhi D, Andjarwani P. Pendidikan Nilai Karakter dalam... 173

masyarakat dan memperkaya

kebudayaan nasional. 8

Sesuai dengan Fungsi

Pendidikan Nasional yang

tertuang dalam UU No 20 Tahun

2003 tentang Sisdiknas

menyatakan bahwa Pendidikan

nasional berfungsi

mengembangkan kemampuan

dan membentuk watak serta

peradaban bangsa yang

bermartabat dalam rangka

mencerdaskan kehidupan

bangsa, bertujuan untuk

berkembangnya potensi peserta

didik agar menjadi manusia yang

beriman dan bertakwa kepada

Tuhan Yang Maha Esa,

berakhlak mulia, sehat, berilmu,

cakap, kreatif, mandiri, dan

menjadi warga negara yang

demokratis serta bertanggung

jawab. Hal tersebut menegaskan

bahwa tujuan pendidikan bukan

hanya sekedar pengajaran ilmu,

tetapi juga bertujuan membina

dan mengembangkan potensi

subjek didik menjadi manusia

yang berbudaya, sehingga

diharapkan mampu memenuhi

tugasnya sebagai manusia yang

diciptakan Allah Tuhan Semesta

Alam dan sekaligus menjadi

warga negara yang berarti dan

bermanfaat bagi suatu Negara.9

Menurut Farida

(2012:450) pendidikan karakter

di Perguruan Tinggi merupakan

kelanjutan dari implementasi

8 PP No 60/1999 9 UU No 20/2003

pendidikan karakter di sekolah

(PAUD sampai SLTA). Jenjang

perguruan tinggi merupkan

jenjang terakhir dari pendidikan

formal yang harus ditempuh

peserta didik. Setelah melalui

tahap ini, peserta didik akan

menjadi tenaga kerja yang siap

bersaing pada pasar global.

Di lingkungan perguruan

tinggi, pendidikan karakter

menjadi bagian integral dalam

proses perkuliahan.

Implementasi pendidikan

karakter di perguruan tinggi

harus disesuaikan dengan visi

dan misi perguruan tinggi

tersebut dengan berbasis jurusan

dan atau program studi.

Penyelenggaraan pendidikan

karakter di perguruan

tinggi(LPTK) dilakukan secara

terpadu melalui tiga jalur, yaitu

pembelajaran, manajemen

perguruan tinggi, dan kegiatan

kemahasiswaan. Nilai-nilai

karakter yang diterapkan adalah

dengan memilih nilai-nilai inti

(core values) yang akan

dikembangkan dan

diimplementasikan pada masing-

masing jurusan atau program

studi tersebut (Hasanah,

2013:188). Adapun nilai-nilai

inti yang dimaksud ada 18 buah.

Kemendiknas (2011), telah

mengidentifikasi 18 nilai

karakter yang perlu ditanamkan

kepada peserta didik yang

bersumber dari Agama,

Pancasila, Budaya, dan Tujuan

Page 9: PENDIDIKAN NILAI KARAKTER DALAM PROSES MENYIAPKAN

174 Proceedings International Seminar FoE (Faculty of Education) – Vol. 1 Mei 2016

Pendidikan Nasional. Kedelapan

belas nilai tersebut adalah:

1)religius, 2) jujur, 3) toleransi,

4) disiplin, 5) kerja keras, 6)

kreatif, 7) mandiri, 8)

demokratis, 9) rasa ingin tahu,

10) semangat kebangsaan, 11)

cinta tanah air, 12) menghargai

prestasi, 13)

bersahabat/komunikatif, 14)

cinta damai, 15) gemar

membaca, 16) peduli

lingkungan, 17) peduli sosial,

18) tanggungjawab.10

Menurut Hasanah

(2013:193), implementasi

pendidikan karakter di perguruan

tinggi (LPTK) dilaksanakan

dalam tiga kelompok kegiatan,

seperti berikut.

1. Pembentukan karakter yang

terpadu dengan pembelajaran

pada mata kuliah; Berbagai hal

yang terkait dengan karakter

inti, yakni: jujur, cerdas,

tangguh, dan peduli dirancang

dan diimplementasikan dalam

pembelajaran kesemua mata

kuliah. Hal ini dimulai dengan

pengenalan nilai secara

kognitif, penghayatan nilai

secara afektif, akhirnya ke

pengamalan nilai secara nyata

oleh peserta didik dalam

kehidupan sehari-hari.

2. Pembentukan karakter yang

terpadu dengan manajemen

perguruan tinggi

10 Hasanah, Jurnal Pendidikan Karakter

(jurusan/prodi). Berbagai hal

yang terkait dengan karakter

inti, yakni: jujur, cerdas,

tangguh, dan peduli dirancang

dan diimplementasikan dalam

aktivitas manajemen PT,

seperti: pelayanan akademik,

regulasi/peraturan akademik,

sumber daya manusia, sarana

dan prasarana, keuangan,

perpustakaan, pembelajaran,

penilaian, dan informasi, serta

pengelolaan lainnya.

3. Pembentukan karakter yang

terpadu dengan kegiatan

kemahasiswaan. Beberapa

kegiatan kemahasiswaan yang

memuat nilai-nilai karakter

inti, yakni jujur, cerdas,

tangguh, dan peduli dapat

dikemas dalam bentuk

kegiatan, seperti: olahraga,

kegiatan keagamaan (baca

tulis Al-Qu’ran, kajian ha

ibadah, dan lain-lain), seni

budaya (menari, menyanyi,

melukis, teater), kepramukaan,

latihan dasar kepemimpinan,

PMR, pameran, lokakarya, dan

lain-lain.

Permasalahan mendasar

bagi dunia pendidikan adalah

bagaimana menyiapkan

generasinya yang cerdas dan

memiliki karakter yang kuat

untuk membangun bangsanya ke

arah yang lebih baik. Sejalan

dengan Rencana Strategis

Kemendiknas 2010-2014 yang

telah mencanangkan visi

penerapan pendidikan karakter

Page 10: PENDIDIKAN NILAI KARAKTER DALAM PROSES MENYIAPKAN

Joko Sekti R, Arief Budhi D, Andjarwani P. Pendidikan Nilai Karakter dalam... 175

(Kemendiknas, 2010a), maka

diperlukan kerja keras semua

pihak, terutama di lembaga-

lembaga pendidikan formal,

termasuk lembaga pendidikan di

Perguruan Tinggi.

Di Perguruan Tinggi,

Pendidikan karakter merupakan

tahapan pembentukan karakter

yang tidak kalah pentingnya dari

pembentukan karakter pada

tahapan pendidikan sebelumnya,

yaitu di lingkungan keluarga dan

di lingkungan tingkat sekolah.

Oleh sebab itu, semestinya setiap

Perguruan Tinggi memiliki pola

pembentukan karakter mahasiswa

sesuai dengan visi, misi, dan

karakteristik Perguruan Tinggi

masing-masing.

Pendidikan karakter di

Perguruan Tinggi adalah suatu

sistem penanaman nilai-nilai

karakter kepada warga civitas

akademika Perguruan Tinggi

yang meliputi komponen

pengetahuan, kesadaran atau

kemauan, dan tindakan untuk

melaksanakan nilai-nilai terpuji,

baik terhadap Tuhan Yang Maha

Esa, diri sendiri, sesama,

lingkungan, maupun kebangsaan

sehingga menjadi manusia

seutuhnya/insan kamil.

Pendidikan karakter di

Perguruan Tinggi perlu dirancang

secara utuh. Saat mahasiswa baru

memasuki wilayah kampusnya

sebagai mahasiswa, di setiap

fakultas, jurusan-jurusan, di

berbagai aktivitas atau kegiatan

organisasi baik intra maupun

ekstra kampus, semua

kegiatannya harus dirancang

sedemikian rupa secara utuh

untuk mencapai tujuan yang telah

ditetapkan oleh masing-masing

Perguruan Tinggi.

Dalam pendidikan karakter

di Perguruan Tinggi, semua

komponen harus dilibatkan secara

optimal, komponen

penyelenggara dan tenaga

kependidikan seperti pimpinan

Rektor, Dekan, Ketua Sekolah

Tinggi, Ketua Jurusan, dosen dan

karyawan, kurikulum, proses

pembelajaran dan penilaian,

kualitas hubungan, penanganan

atau pengelolaan mata kuliah,

pelaksanaan aktivitas atau

kegiatan baik intra maupun ekstra

kampus, pemberdayaan sarana

prasarana, pembiayaan, dan ethos

kerja seluruh civitas akademika

dan lingkungan Perguruan Tinggi

secara bersinergis harus saling

mendukung terselenggaranya

pendidikan karakter dengan baik.

Intinya, semua faktor yang

dapat mempengaruhi hasil pendidikan

karakter yang diinginkan harus terlibat

dengan baik. Untuk lebih

menyederhanakan pemahaman tentang

beberapa faktor yang turut

mempengaruhi pendidikan karakter

dimaksud, khususnya di lembaga

pendidikan formal seperti Perguruan

Tinggi, dapat diperhatikan gambar

berikut ini:

Page 11: PENDIDIKAN NILAI KARAKTER DALAM PROSES MENYIAPKAN

176 Proceedings International Seminar FoE (Faculty of Education) – Vol. 1 Mei 2016

Gambar: Faktor-faktor yang turut

mempengaruhi hasil pembelajaran

Berdasarkan gambar di atas,

untuk mendapatkan output (hasil)

yaitu mahasiswa yang berkarakter,

secara umum ada 3 komponen

berpengaruh yang perlu diperhatikan,

yaitu:

a. Raw input (bahan mentah); yaitu

siswa input (masukan) yang

diterima sebagai mahasiswa.

Selektif tidaknya terhadap

kualitas siswa input yang

diterima akan berpengaruh

terhadap kualitas output

(keluaran/hasil).

b. Environment (lingkungan).

Kondusif atau mendukung dan

tidaknya lingkungan pendidikan

mempengaruhi kualitas hasil

yang diharapkan.

c. Instrument (alat). Termasuk

dalam kelompok instrument atau

alat diantaranya adalah: Tenaga

pendidik atau dosen, kurikulum,

materi, metode dan media

pembelajaran, dan lain-lain.

Dari ke 3 buah komponen

yang mempengaruhi kualitas hasil

yang diharapkan, dalam hal ini

terciptanya mahasiswa yang

berkarakter, raw input, yaitu siswa

sebagai masukan atau bahan mentah

yang akan diproses dalam lembaga

pendidikan, dalam hal ini tidak

dibicarakan, sebab merupakan

komponen yang sudah jadi yang

diperoleh dari hasil olahan atau

pembentukan dari lembaga

pendidikan sebelumnya.

Lingkungan pendidikan

adalah segala kondisi dan pengaruh

dari luar terhadap kegiatan

pendidikan, atau latar tempat

berlangsungnya pendidikan.

Lingkungan pendidikan yang

dimaksudkan di sini, secara umum

meliputi suasana atau kondisi yang

dapat mempengaruhi perkembangan

dan tingkah laku mahasiswa,

lingkungan di mana mahasiswa

dibiasakan dengan nilai-nilai yang

terdapat dalam lingkungan kampus

sehingga meresap ke dalam

kesadaran hati nuraninya, berdampak

pada pembentukan karakternya dan

dapat mempengaruhi tingkahlaku

mahasiswa.

Secara konkrit, lingkungan

pendidikan yang turut membentuk

karakter mahasiswa diantaranya

adalah :

1. Kualitas hubungan antara “aktor”

lingkungan di perguruan tinggi

dengan para mahasiswanya

2. Iklim atau suasana kampus yang

tercipta dalam lingkungan tempat

berlangsungnya berbagai

aktivitas

Page 12: PENDIDIKAN NILAI KARAKTER DALAM PROSES MENYIAPKAN

Joko Sekti R, Arief Budhi D, Andjarwani P. Pendidikan Nilai Karakter dalam... 177

Instumen (alat), yang termasuk

dalam instrumen diantaranta, adalah :

1. Tenaga kependidikan atau dosen,

dosen harus ing ngarso sung

tulodo, ing madya mangunkasro,

tutwuri handayani.

2. Kurikulum dan materi, metode

dan media pembelajaran. salah

satu strategi pendidikan karakter

yang bisa ditempuh adalah dengan

menerapkan sebuah model

penilaian yang terintegrasi dalam

pembelajaran dan bersifat sebagai

assessment for learning (AFL)

berbasis higher order thinking

skills (HOTS) bagi para

mahasiswanya sebagai generasi

penerus bangsa.

Menurut Evienia, dkk

(2013:115) banyak cara yang dapat

dilakukan perguruan tinggi untuk

mempersiapkan diri menyongsong

pemberlakuan MEA melalui

beragam program-program

peningkatan kapasitas dan keahlian

mahasiswa yang sifatnya hard skill

dan soft skill. Berdasarkan penelitian

di Harvard University Amerika

Serikat, sebagaimana dinyatakan

oleh Nurokhim (dikutip Paryanto,

dkk 2013:127), ternyata kesuksesan

seseorang tidak semata-mata oleh

pengetahuan dan kemampuan teknis

(hard skill) saja, tetapi lebih oleh

kemampuan mengelola diri dan

orang lain (soft skill). Penelitian ini

mengungkapkan, kesuksesan hanya

ditentukan sekitar 20% hard skill dan

sisanya 80% oleh soft skill. Ketika

pendidikan terlibat menyambut

datangnya pasar tunggal Asean 2015,

sejatinya adalah mempersiapkan

sumber daya manusia yang terampil,

peka dan kritis. Terampil bekerja,

peka permasalahan dan kritis dalam

berperan (Ulwiyah:

http://download.portalgaruda.org).

Pendidikan karakter merupakan

sebuah solusi dalam rangka

menyambut era Masyarakat Ekonomi

Asean. Pada makalah ini akan

diuraikan mengapa pendidikan

karakter menjadi sebuah solusi di

perguruan tinggi dalam menyambut

era MEA.11

SIMPULAN

Bahwa pendidikan karakter

sangat berpengaruh positif terhadap

hasil pembelajaran saja, seperti

beberapa negara yang telah

menerapkan pendidikan karakter

sejak pendidikan dasar di antaranya

adalah; Amerika Serikat, Jepang,

Cina, dan Korea. Hasil penelitian di

negara-negara ini menyatakan bahwa

implementasi pendidikan karakter

yang tersusun secara sistematis

berdampak positif pada pencapaian

akademis. Namun kurang

memunculkan soft skill, ini karena

cara yang digunakan masih dengan

metode pencapaian hardskill.

Untuk mencapai kesuksesan

seseorang tidak semata-mata oleh

pengetahuan dan kemampuan teknis

(hard skill) saja, tetapi lebih oleh

kemampuan mengelola diri dan

orang lain (soft skill). Oleh karena itu

11 Portal garuda, pendidikan karakter untuk perguruan tinggi

Page 13: PENDIDIKAN NILAI KARAKTER DALAM PROSES MENYIAPKAN

178 Proceedings International Seminar FoE (Faculty of Education) – Vol. 1 Mei 2016

peran perguruan tinggi sangat

diharapkan dalam pemenuhan

tanggungjawabnya dalam

pembangunan manusia seutuhnya

yang meliputi hardskill dan softskill

dengan metode assessment for

learning (AFL) berbasis higher

order thinking skills (HOTS).

SARAN

1. Bahwa sistem pendidikan masih

mengacu pada hardskill, sehingga

perlu peraturan pendidikan yang

baru setelah PP 60/1999 dan UU

No 20/2003. Bagaimana bukan

saja hardskill tetapi softskill juga

berpengaruh terhadap

pembangunan manusia agar siap

menghadapi ASEAN Economic

Community (AEC)

2. Perguruan tinggi sebagai wadah

pencetak generasi penerus bangsa,

perlu perubahan metode sistem

pengajaran, dan melaksanakan

UU No 44 Tahun 2015 untuk

mencapai pendidikan yang

berdaya guna ndengan metode

assessment for learning (AFL)

berbasis higher order thinking

skills (HOTS).

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2014. Pahami Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015 .Kompas

(versi elektronik).

Evienia, Dkk. 2014. Pandangan Pelaku Pendidikan Di Universitas Terhadap

Pemberlakuan Masyarakat Ekonomi Asean 2015 Bina Ekonomi Majbina

Ekonomi Majalah Ilmiah Fakultas Ekonomi Unpar. 107 Volume18,

Nomor2,Agustus 2014

Hasanah. 2013. Implementasi Nilai-nilai Karakter Inti di Perguruan Tinggi.

Jurnal Pendidikan Karakter. Yogyakarta: LPPMP UNY.

Illah Sailah, 2007. Pengembangan Soft Skills di Perguruan Tinggi, Sosialisasi

Pengembangan Soft Skills di Kopertis VII Surabaya

Kementerian Pendidikan Nasional, Dirjen Dikti. 2011. Panduan Hibah

Penyusunan Buku Model Pendidikan Karakter Di Perguruan Tinggi.

Jakarta: Dirjen Dikti.

Masaong, A.K.2012. Pendidikan Karakter Berbasis Multiple Intelligence. Jurnal

Konaspi VII Universitas Negeri Yogyakarta, 2012

Septiati. Pendidikan Karakter di Perguruan Tinggi dalam Era Masyarakat

Ekonomi ASEAN, Jurnal IKIP Palembang

Page 14: PENDIDIKAN NILAI KARAKTER DALAM PROSES MENYIAPKAN

Joko Sekti R, Arief Budhi D, Andjarwani P. Pendidikan Nilai Karakter dalam... 179

Sunandar, 2016. Pengembangan Soft Skills di Perguruan Tinggi, Sosialisasi

Pengembangan Soft Skills pada Workshop PEKERTI. di Kopertis VI Jawa

Tengah

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2013 tentang Sistem

Pendidikan Nasional.

Zamroni,2010, Strategi dan Model Implementasi Pendidikan Karakter dalam

Pendidikan dan Pembelajaran, Yogyakarta: PHK-I UNY.