pendidikan nilai karakter dalam proses menyiapkan
TRANSCRIPT
166
PENDIDIKAN NILAI KARAKTER DALAM PROSES
MENYIAPKAN PEMBANGUNAN MANUSIA
ERA ASEAN ECONOMIC COMMUNITY
DENGAN METODE AFL
Joko Sekti Riyadi, Arief Budhi Dharma, Andjarwani Putri W.
STIE-AUB SURAKARTA
ABSTRACT
This study explained that the ASEAN Economic Community (AEC) is
already running with the strategies and models showcased in treary and
aggrement arangements included in the Mutual Recognition (MRA). Basic layout
implementation of the ASEAN Economic Community (AEC) is located on the
shoulders of the next generation is an Indonesian who is creative and innovative.
The youth needed to create the role of educators in order to make fully human
through character education.
The role of universities as a container molding the youth of character can
be measured by using the method of assessment for learning (AFL) based on
higher order thinking skills (HOTS) for the students as the future generation.
Which is expected by the method implied role of universities in carrying out its
functions as stipulated in Law No. 20 of 2003.
Keywords: Character Education, Human Development, AEC, AFL
PENDAHULUAN
ASEAN Economic Community
(AEC) bertujuan mewujudkan
kawasan ekonomi ASEAN yang
stabil, makmur, dan berdaya saing
tinggi melalui integrasi ekonomi
regional. AEC telah disepakati oleh
10 negara anggota ASEAN dan
Indonesia merupakan negara dengan
penduduk sekitar 41% dari total
penduduk ASEAN pada 2012 dan
diperkirakan mencapai 43% saat
2015, sehingga memposisikan
Indonesia sebagai pasar utama untuk
arus barang dan investasi.
Indonesia merupakan negara
yang kaya akan sumber daya alam
dan sumber daya manusia, Indonesia
dengan jumlah penduduk kurang
lebih 230.000.000 jiwa, dengan
prosentase 60% remaja (pemuda) (
kategori remaja 15-54 tahun)
sehingga masih produktif.1
Dibandingkan dengan negara-negara
lain yang memiliki remaja kurang
dari 50%, termasuk China. Makanya
peran pemuda di Indonesia menjadi
kekuatan ekonomi (baca wahyu
jatmiko, fe-ui) karena letak
perekonomian akan dibebankan ke
generasi penerus berikutnya.
1 When The china Rule The Word
Joko Sekti R, Arief Budhi D, Andjarwani P. Pendidikan Nilai Karakter dalam... 167
Terlebih era ekonomi sudah beralih
dari ekonomi pertanian, ekonomi
industri, ekonomi informasi dan
sekarang dihadapkan kepada
ekonomi kreatif. Ekonomi kreatif
mengedepankan asset yang didapat
dari ide dan kreatifitas.
Kreatifitas berada di pundak
generasi penerus, para generasi
penerus bangsa ialah mereka setiap
individu yang mampu menggunakan
pilihan-pilihan kreatifitasnya yang
tidak hanya untuk meningkatkan
pendapatan saja melainkan
bagaimana mengupayakan agar
tercapainya pilar pembangunan
manusia hingga tercapai tujuan
nasional hingga mengantar ke negara
maju. Pilar pembangunan manusia
berada di tangan pemuda yang berani
dalam kebenaran, berintegritas
tinggi, nasionalis yang tidak bisa
dijual belikan. Dikaitkan dengan
pilar pembangunan manusia
mengacu pada standart kompetensi
yang disepakati dalam Mutual
Recognition Arangements (MRA) era
Asean Economic Community.
Berdasarkan UU No 40 Tahun
2009 tentang Kepemudaan, Pasal 1
(2) menyebutkan Kepemudaan
adalah berbagai hal yang berkaitan
dengan potensi, tanggung jawab,
hak, karakter, kapasitas, aktualisasi
diri, dan cita-cita pemuda. Dalam
Pasal 3 UU No 40 tahun 2009
disebutkan bahwa Pembangunan
kepemudaan bertujuan untuk
terwujudnya pemuda yang beriman
dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
cerdas, kreatif, inovatif, mandiri,
demokratis, bertanggungjawab,
berdaya saing, serta memiliki jiwa
kepemimpinan, kewirausahaan,
kepeloporan, dan kebangsaan
berdasarkan Pancasila dan Undang-
Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 dalam
kerangka Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
Era pembangunan manusia
merupakan tantangan bagi seluruh
generasi penerus bangsa, karena
generasi penerus bangsa yang akan
melanjutkan perjuangan cita-cita
bangsa indonesia menjadi negara
maju ke-9 pada Tahun 2020 dan ke-5
di Tahun 2030, dimana posisi
indonesia berada setelah india, uni
eropa, amerika dan china. Indikator
negara maju atau negara berkembang
adalah bagaimana Gross National
Product (GNP) suatu negara. Negara
maju tidak bisa lepas dari Global
Wisdom Society (GWS), bagaimana
pemerintah harus menciptakan dan
mewujudkan masyarakat yang adil,
makmur dan sejahtera. Modal untuk
Global Wisdom Society adalah
pendapatan ekonomi yang dapat
menunjang hidup layak masyarakat,
bagaimana rakyat mampu memenuhi
kebutuhan sehari-hari, mampu saving
untuk masa depan, sedangnya secara
sosial bagaimana kesejahteraan
masyarakat tercukupi dari sandang,
pangan, papan dan pendidikan serta
kesehatan menjadi kebutuhan dasar
manusia, secara politik bagaimana
168 Proceedings International Seminar FoE (Faculty of Education) – Vol. 1 Mei 2016
pemerintah menciptakan politik yang
berkesinambungan dengan
kepentingan rakyat, menerapkan
keadilan dan demokrasi yang tidak
kebablasan.
Survei Global Competitiveness
Index tahun 2014-2015 membuktikan
bahwa daya saing Indonesia masih
lemah dibandingkan dengan negara-
negara ASEAN lainnya. Posisi
Indonesia berada pada peringkat ke
34. Di level ASEAN, peringkat
Indonesia ini masih kalah dengan
tiga negara tetangga, yaitu Singapura
yang berada di peringkat 2, Malaysia
di peringkat 20, dan Thailand yang
berada di peringkat ke-31. Salah satu
faktor yang menyebabkan rendahnya
daya saing Indonesia adalah korupsi
sebagai masalah utama dalam
menjalankan bisnis yang merupakan
dampak dari lemahnya karakter
integritas pada bangsa Indonesia.2
Berdasarkan hasil pengamatan
bahwa ASEAN Economic Community
(AEC) sudah berjalan dengan strategi
dan model yang di tuangkan dalam
treary maupun aggrement termasuk
dalam Mutual Recognition
Arangements (MRA). Letak dasar
pelaksanaan tersebut berada di
pundak generasi penerus bangsa
yaitu pemuda Indonesia yang kreatif
dan inovatif. Untuk menciptakan
pemuda yang nasionalis terhadap
bangsa dibutuhkan peran tenaga
kependidikan supaya menjadikan
2 Ari T, Global ASEAN
manusia seutuhnya melalui
pendidikan karakter.
PERUMUSAN MASALAH
1. Apakah pendidikan nilai karakter
berpengaruh terhadap penyiapan
pembangunan manusia dalam
asean economic community?
2. Bagaimana perguruan tinggi
menyiapkan pendidikan nilai
karakter bagi pembangunan
manusia khususnya mahasiswa?
TUJUAN PENELITIAN
1. Untuk mengetahui apakah
pendidikan nilai karakter
berpengaruh terhadap penyiapan
pembangunan manusia dalam
Asean Economic Community.
2. Untuk mengetahui bagaimana
perguruan tinggi menyiapakan
pendiidkan nilai karakter bagi
pembagunan manusia khususnya
mahasiswa.
TINJAUAN TEORI
Pendidikan Karakter
Pendidikan adalah suatu usaha
yang sadar dan sistematis dalam
mengembangkan potensi peserta
didik. Pendidikan adalah juga suatu
usaha masyarakat dan bangsa dalam
mempersiapkan generasi mudanya
bagi keberlangsungan kehidupan
masyarakat dan bangsa yang lebih
baik di masa depan.
Keberlangsungan itu ditandai oleh
pewarisan budaya dan karakter yang
telah dimiliki masyarakat dan
bangsa. Oleh karena itu, pendidikan
adalah proses pewarisan budaya dan
Joko Sekti R, Arief Budhi D, Andjarwani P. Pendidikan Nilai Karakter dalam... 169
karakter bangsa bagi generasi muda
dan juga proses pengembangan
budaya dan karakter bangsa untuk
peningkatan kualitas kehidupan
masyarakat dan bangsa di masa
mendatang.
Pada Kebijakan Nasional
pengembangan karakter Bangsa
tahun 2010-2025 dinyatakan bahwa
karakter adalah nilai-nilai yang khas-
baik (tahu nilai kebaikan, mau
berbuat baik, nyata berkehidupan
baik, dan berdampak baik terhadap
lingkungan) yang terpateri dalam diri
dan terejawantahkan dalam perilaku.3
Karakter menurut Narwanti
(2011:27) adalah suatu hal yang unik
hanya ada pada diri individual
ataupun pada suatu kelompok,
bangsa. Terbentuknya karakter yang
kuat dan kokoh diyakini merupakan
hal penting dan mutlak dimiliki
peserta didik untuk menghadapi
tantangan hidup di masa mendatang
(Dirjen Dikti, 2011). 4Sedangkan
dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia (2008) disebutkan bahwa
karakter merupakan sifat-sifat
kejiwaan, akhlak atau budi pekerti
yang membedakan seseorang dengan
yang lainnya.5
Pendidikan karakter
merupakan upaya-upaya yang
dirancang dan dilaksanakan secara
sistematis untuk membantu peserta
didik memahami nilai-nilai perilaku
manusia yang berhubungan dengan
Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri,
3 sisdiknas 4 Narwati, Pendidikan karakter 5 Kamus Besar Bahasa Indonesia
sesama manusia, lingkungan, dan
kebangsaan yang terwujud dalam
pikiran, sikap, perasaan, perkataan,
dan perbuatan berdasarkan norma-
norma agama, hukum, tata krama,
budaya, dan adat istiadat. Ki Hajar
Dewantara dengan tegas menyatakan
bahwa ―pendidikan merupakan
upaya untuk memajukan
bertumbuhnya budi pekerti (kekuatan
batin,karakter), pikiran (intellect),
dan tubuh anak. Jadi jelaslah,
pendidikan merupakan wahana
utama untuk menumbuhkembangkan
karakter yang baik. Di sinilah
pentingnya pendidikan karakter
(Kemendiknas, 2010:3).
Menurut David Elkind &
Freddy Sweet Ph.D. (2004),
pendidikan karakter dimaknai
sebagai berikut: “character
education is the deliberate effort to
help people understand, care about,
and act upon core ethical values.
When we think about the kind of
character we want for our children,
it is clear that we want them to be
able to judge what is right, care
deeply about what is right, and then
do what they believe to be right, even
in the face of pressure from without
and temptation from within”.
Lebih lanjut dijelaskan bahwa
pendidikan karakter adalah segala
sesuatu yang dilakukan guru, yang
mampu mempengaruhi karakter
peserta didik. Guru membantu
membentuk watak peserta didik. Hal
ini mencakup keteladanan bagaimana
perilaku guru, cara guru berbicara
atau menyampaikan materi,
170 Proceedings International Seminar FoE (Faculty of Education) – Vol. 1 Mei 2016
bagaimana guru bertoleransi, dan
berbagai hal terkait lainnya.
Pendidikan karakter juga dapat
diartikan suatu sistem penanaman
nilai-nilai karakter kepada warga
sekolah yang meliputi komponen
pengetahuan, kesadaran atau
kemauan, dan tindakan untuk
melaksanakan nilai-nilai tersebut,
baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa
(YME), diri sendiri, sesama,
lingkungan, maupun kebangsaan
sehingga menjadi manusia insan
kamil. Dalam pendidikan karakter di
sekolah, semua komponen
(stakeholders) harus dilibatkan,
termasuk komponen-komponen
pendidikan itu sendiri, yaitu isi
kurikulum, proses pembelajaran dan
penilaian, kualitas hubungan,
penanganan atau pengelolaan mata
pelajaran, pengelolaan sekolah,
pelaksanaan aktivitas atau kegiatan
ko-kurikuler, pemberdayaan sarana
prasarana, pembiayaan, dan ethos
kerja seluruh warga dan lingkungan
sekolah.
Tujuan Pendidikan Karakter
Menurut Kemendiknas
(2011:7), pendidikan karakter
bertujuan mengembangkan nilai-nilai
yang membentuk karakter bangsa
yaitu Pancasila, meliputi :
1. Mengembangkan potensi peserta
didik agar menjadi manusia
berhati baik, berpikiran baik, dan
berprilaku baik;
2. Membangun bangsa yang
berkarakter Pancasila;
3. Mengembangkan potensi
warganegara agar memiliki sikap
percaya diri, bangga pada bangsa
dan negaranya serta mencintai
umat manusia.
Sesuai dengan fungsi
pendidikan nasional, pendidikan
karakter dimaksudkan untuk
mengembangkan kemampuan
dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa.
Secara lebih khusus pendidikan
karakter memiliki tiga fungsi
utama, yaitu:
(1) Pembentukan dan
Pengembangan Potensi
Pendidikan karakter
berfungsi membentuk dan
mengembangkan potensi
manusia atau warga negara
Indonesia agar berpikiran
baik, berhati baik, dan
berperilaku baik sesuai
dengan falsafah hidup
Pancasila.
(2) Perbaikan dan Penguatan
Pendidikan karakter
berfungsi memperbaiki
karakter manusia dan warga
negara Indonesia yang
bersifat negatif dan
memperkuat peran keluarga,
satuan pendidikan,
masyarakat, dan pemerintah
untuk ikut berpartisipasi dan
bertanggung jawab dalam
pengembangan potensi
manusia atau warga Negara
menuju bangsa yang
Joko Sekti R, Arief Budhi D, Andjarwani P. Pendidikan Nilai Karakter dalam... 171
berkarakter, maju, mandiri,
dan sejahtera.
(3) Penyaring
Pendidikan karakter
bangsa berfungsi memilah
nilai-nilai budaya bangsa
sendiri dan menyaring nilai-
nilai budaya bangsa lain
yang positif untuk menjadi
karakter manusia dan warga
negara Indonesia agar
menjadi bangsa yang
bermartabat.
Pembangunan Manusia
Pembangunan Manusia adalah
suatu proses untuk memperbesar
pilihan-pilihan bagi manusia (UNDP,
1990:1). Pembangunan manusia
perlu adanya pilihan-pilihan untuk
menemukan ruang gerak yang
felksibel dan kreatif dalam
pengembangan dirinya agar dapat
mengaktualisasikan dirinya sesuai
dengan bakat, minat agar memiliki
profesi yang profesional. Ruang-
ruang tersebut yang akan
mengantarkan manusia pada
pemenuhan kebutuhannya sendiri
yang dapat tunduk pada mencapaian
Gross National Product (GNP),
sehingga tercapainya tujuan
pembangunan nasional dalam hal
kesehatan, pendidikan dan standart
kehidupan yang sejahtera.
Dalam (UNDP 1995:118)
konsep pembangunan manusia
tertuju pada 5 sasaran, 1.
pembangunan yang mengutamakan
penduduk, 2. Pembangunan untuk
memperbesar pilihan-pilihan
manusia yang tidak hanya untuk
meningkatkan pendapatan saja, 3.
Pembangunan tidak hanya pada
upaya meningkatkan kemampuan
tetapi upaya memanfaatkan
kemampuan secara optimal, 4. Pilar
pembangunan manusia
(produktifitas, pemerataan,
kesinambungan dan pemberdayaan,
5. Pembangunan manusia menjadi
dasar penentuan tujuan
pembangunan dan dalam
menganalsis pilihan-pilihan untuk
mencapainya. 6
PEMBAHASAN
1. PENGARUH PENDIDIKAN
KARAKTER TERHADAP
PEMBANGUNAN MANUSIA
Dalam buletin tersebut
diuraikan bahwa hasil studi Dr.
Marvin Berkowitz dari
University of Missouri- St.
Louis, menunjukan peningkatan
motivasi siswa sekolah dalam
meraih prestasi akademik pada
sekolah-sekolah yang
menerapkan pendidikan
karakter. Kelas-kelas yang
secara komprehensif terlibat
dalam pendidikan karakter
menunjukkan adanya penurunan
drastis pada perilaku negatif
siswa yang dapat menghambat
keberhasilan akademik.7
Sebuah buku yang
berjudul Emotional Intelligence
6 Sumber internet, 7 pilar pembangunan manusia 7 Ali idrus, Pendidikan Global
172 Proceedings International Seminar FoE (Faculty of Education) – Vol. 1 Mei 2016
and School Success (Joseph
Zins, et.al, 2001)
mengkompilasikan berbagai
hasil penelitian tentang pengaruh
positif kecerdasan emosi anak
terhadap keberhasilan di
sekolah. Dikatakan bahwa ada
sederet faktor-faktor resiko
penyebab kegagalan anak di
sekolah. Faktor-faktor resiko
yang disebutkan ternyata bukan
terletak pada kecerdasan otak,
tetapi pada karakter, yaitu rasa
percaya diri, kemampuan
bekerja sama, kemampuan
bergaul, kemampuan
berkonsentrasi, rasa empati, dan
kemampuan berkomunikasi.
Hal itu sesuai dengan
pendapat Daniel Goleman
tentang keberhasilan seseorang
di masyarakat, ternyata 80
persen dipengaruhi oleh
kecerdasan emosi, dan hanya 20
persen ditentukan oleh
kecerdasan otak (IQ). Anak-anak
yang mempunyai masalah dalam
kecerdasan emosinya, akan
mengalami kesulitan belajar,
bergaul dan tidak dapat
mengontrol emosinya. Anak-
anak yang bermasalah ini sudah
dapat dilihat sejak usia pra-
sekolah, dan kalau tidak
ditangani akan terbawa sampai
usia dewasa. Sebaliknya para
remaja yang berkarakter akan
terhindar dari masalah-masalah
umum yang dihadapi oleh
remaja seperti kenakalan,
tawuran, narkoba, miras,
perilaku seks bebas, dan
sebagainya.
Beberapa negara yang
telah menerapkan pendidikan
karakter sejak pendidikan dasar
di antaranya adalah; Amerika
Serikat, Jepang, Cina, dan
Korea. Hasil penelitian di
negara-negara ini menyatakan
bahwa implementasi pendidikan
karakter yang tersusun secara
sistematis berdampak positif
pada pencapaian akademis.
2. UPAYA PERGURUAN
TINGGI DALAM
MENYIAPKAN
PENDIDIKAN KARAKTER
Perguruan tinggi
merupakan institusi yang
memiliki peran dan posisi
strategis dalam pencapaian
tujuan pendidikan secara makro.
Tujuan pendidikan tinggi diatur
dalam pasal 2 Peraturan
Pemerintah Nomor 60 Tahun
1999 adalah sebagai berikut : (1)
Menyiapkan peserta didik
menjadi anggota masyarakat
yang memiliki kemampuan
akademik dan/atau profesional
yang dapat menerapkan,
mengembangkan dan/atau
menciptakan ilmu pengetahuan
teknologi dan/atau kesenian. (2)
Mengembangkan dan
menyebarluaskan ilmu
pengetahuan, teknologi dan/atau
kesenian serta mengupayakan
penggunaannya untuk
meningkatkan taraf kehidupan
Joko Sekti R, Arief Budhi D, Andjarwani P. Pendidikan Nilai Karakter dalam... 173
masyarakat dan memperkaya
kebudayaan nasional. 8
Sesuai dengan Fungsi
Pendidikan Nasional yang
tertuang dalam UU No 20 Tahun
2003 tentang Sisdiknas
menyatakan bahwa Pendidikan
nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan
dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan
bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri, dan
menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung
jawab. Hal tersebut menegaskan
bahwa tujuan pendidikan bukan
hanya sekedar pengajaran ilmu,
tetapi juga bertujuan membina
dan mengembangkan potensi
subjek didik menjadi manusia
yang berbudaya, sehingga
diharapkan mampu memenuhi
tugasnya sebagai manusia yang
diciptakan Allah Tuhan Semesta
Alam dan sekaligus menjadi
warga negara yang berarti dan
bermanfaat bagi suatu Negara.9
Menurut Farida
(2012:450) pendidikan karakter
di Perguruan Tinggi merupakan
kelanjutan dari implementasi
8 PP No 60/1999 9 UU No 20/2003
pendidikan karakter di sekolah
(PAUD sampai SLTA). Jenjang
perguruan tinggi merupkan
jenjang terakhir dari pendidikan
formal yang harus ditempuh
peserta didik. Setelah melalui
tahap ini, peserta didik akan
menjadi tenaga kerja yang siap
bersaing pada pasar global.
Di lingkungan perguruan
tinggi, pendidikan karakter
menjadi bagian integral dalam
proses perkuliahan.
Implementasi pendidikan
karakter di perguruan tinggi
harus disesuaikan dengan visi
dan misi perguruan tinggi
tersebut dengan berbasis jurusan
dan atau program studi.
Penyelenggaraan pendidikan
karakter di perguruan
tinggi(LPTK) dilakukan secara
terpadu melalui tiga jalur, yaitu
pembelajaran, manajemen
perguruan tinggi, dan kegiatan
kemahasiswaan. Nilai-nilai
karakter yang diterapkan adalah
dengan memilih nilai-nilai inti
(core values) yang akan
dikembangkan dan
diimplementasikan pada masing-
masing jurusan atau program
studi tersebut (Hasanah,
2013:188). Adapun nilai-nilai
inti yang dimaksud ada 18 buah.
Kemendiknas (2011), telah
mengidentifikasi 18 nilai
karakter yang perlu ditanamkan
kepada peserta didik yang
bersumber dari Agama,
Pancasila, Budaya, dan Tujuan
174 Proceedings International Seminar FoE (Faculty of Education) – Vol. 1 Mei 2016
Pendidikan Nasional. Kedelapan
belas nilai tersebut adalah:
1)religius, 2) jujur, 3) toleransi,
4) disiplin, 5) kerja keras, 6)
kreatif, 7) mandiri, 8)
demokratis, 9) rasa ingin tahu,
10) semangat kebangsaan, 11)
cinta tanah air, 12) menghargai
prestasi, 13)
bersahabat/komunikatif, 14)
cinta damai, 15) gemar
membaca, 16) peduli
lingkungan, 17) peduli sosial,
18) tanggungjawab.10
Menurut Hasanah
(2013:193), implementasi
pendidikan karakter di perguruan
tinggi (LPTK) dilaksanakan
dalam tiga kelompok kegiatan,
seperti berikut.
1. Pembentukan karakter yang
terpadu dengan pembelajaran
pada mata kuliah; Berbagai hal
yang terkait dengan karakter
inti, yakni: jujur, cerdas,
tangguh, dan peduli dirancang
dan diimplementasikan dalam
pembelajaran kesemua mata
kuliah. Hal ini dimulai dengan
pengenalan nilai secara
kognitif, penghayatan nilai
secara afektif, akhirnya ke
pengamalan nilai secara nyata
oleh peserta didik dalam
kehidupan sehari-hari.
2. Pembentukan karakter yang
terpadu dengan manajemen
perguruan tinggi
10 Hasanah, Jurnal Pendidikan Karakter
(jurusan/prodi). Berbagai hal
yang terkait dengan karakter
inti, yakni: jujur, cerdas,
tangguh, dan peduli dirancang
dan diimplementasikan dalam
aktivitas manajemen PT,
seperti: pelayanan akademik,
regulasi/peraturan akademik,
sumber daya manusia, sarana
dan prasarana, keuangan,
perpustakaan, pembelajaran,
penilaian, dan informasi, serta
pengelolaan lainnya.
3. Pembentukan karakter yang
terpadu dengan kegiatan
kemahasiswaan. Beberapa
kegiatan kemahasiswaan yang
memuat nilai-nilai karakter
inti, yakni jujur, cerdas,
tangguh, dan peduli dapat
dikemas dalam bentuk
kegiatan, seperti: olahraga,
kegiatan keagamaan (baca
tulis Al-Qu’ran, kajian ha
ibadah, dan lain-lain), seni
budaya (menari, menyanyi,
melukis, teater), kepramukaan,
latihan dasar kepemimpinan,
PMR, pameran, lokakarya, dan
lain-lain.
Permasalahan mendasar
bagi dunia pendidikan adalah
bagaimana menyiapkan
generasinya yang cerdas dan
memiliki karakter yang kuat
untuk membangun bangsanya ke
arah yang lebih baik. Sejalan
dengan Rencana Strategis
Kemendiknas 2010-2014 yang
telah mencanangkan visi
penerapan pendidikan karakter
Joko Sekti R, Arief Budhi D, Andjarwani P. Pendidikan Nilai Karakter dalam... 175
(Kemendiknas, 2010a), maka
diperlukan kerja keras semua
pihak, terutama di lembaga-
lembaga pendidikan formal,
termasuk lembaga pendidikan di
Perguruan Tinggi.
Di Perguruan Tinggi,
Pendidikan karakter merupakan
tahapan pembentukan karakter
yang tidak kalah pentingnya dari
pembentukan karakter pada
tahapan pendidikan sebelumnya,
yaitu di lingkungan keluarga dan
di lingkungan tingkat sekolah.
Oleh sebab itu, semestinya setiap
Perguruan Tinggi memiliki pola
pembentukan karakter mahasiswa
sesuai dengan visi, misi, dan
karakteristik Perguruan Tinggi
masing-masing.
Pendidikan karakter di
Perguruan Tinggi adalah suatu
sistem penanaman nilai-nilai
karakter kepada warga civitas
akademika Perguruan Tinggi
yang meliputi komponen
pengetahuan, kesadaran atau
kemauan, dan tindakan untuk
melaksanakan nilai-nilai terpuji,
baik terhadap Tuhan Yang Maha
Esa, diri sendiri, sesama,
lingkungan, maupun kebangsaan
sehingga menjadi manusia
seutuhnya/insan kamil.
Pendidikan karakter di
Perguruan Tinggi perlu dirancang
secara utuh. Saat mahasiswa baru
memasuki wilayah kampusnya
sebagai mahasiswa, di setiap
fakultas, jurusan-jurusan, di
berbagai aktivitas atau kegiatan
organisasi baik intra maupun
ekstra kampus, semua
kegiatannya harus dirancang
sedemikian rupa secara utuh
untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan oleh masing-masing
Perguruan Tinggi.
Dalam pendidikan karakter
di Perguruan Tinggi, semua
komponen harus dilibatkan secara
optimal, komponen
penyelenggara dan tenaga
kependidikan seperti pimpinan
Rektor, Dekan, Ketua Sekolah
Tinggi, Ketua Jurusan, dosen dan
karyawan, kurikulum, proses
pembelajaran dan penilaian,
kualitas hubungan, penanganan
atau pengelolaan mata kuliah,
pelaksanaan aktivitas atau
kegiatan baik intra maupun ekstra
kampus, pemberdayaan sarana
prasarana, pembiayaan, dan ethos
kerja seluruh civitas akademika
dan lingkungan Perguruan Tinggi
secara bersinergis harus saling
mendukung terselenggaranya
pendidikan karakter dengan baik.
Intinya, semua faktor yang
dapat mempengaruhi hasil pendidikan
karakter yang diinginkan harus terlibat
dengan baik. Untuk lebih
menyederhanakan pemahaman tentang
beberapa faktor yang turut
mempengaruhi pendidikan karakter
dimaksud, khususnya di lembaga
pendidikan formal seperti Perguruan
Tinggi, dapat diperhatikan gambar
berikut ini:
176 Proceedings International Seminar FoE (Faculty of Education) – Vol. 1 Mei 2016
Gambar: Faktor-faktor yang turut
mempengaruhi hasil pembelajaran
Berdasarkan gambar di atas,
untuk mendapatkan output (hasil)
yaitu mahasiswa yang berkarakter,
secara umum ada 3 komponen
berpengaruh yang perlu diperhatikan,
yaitu:
a. Raw input (bahan mentah); yaitu
siswa input (masukan) yang
diterima sebagai mahasiswa.
Selektif tidaknya terhadap
kualitas siswa input yang
diterima akan berpengaruh
terhadap kualitas output
(keluaran/hasil).
b. Environment (lingkungan).
Kondusif atau mendukung dan
tidaknya lingkungan pendidikan
mempengaruhi kualitas hasil
yang diharapkan.
c. Instrument (alat). Termasuk
dalam kelompok instrument atau
alat diantaranya adalah: Tenaga
pendidik atau dosen, kurikulum,
materi, metode dan media
pembelajaran, dan lain-lain.
Dari ke 3 buah komponen
yang mempengaruhi kualitas hasil
yang diharapkan, dalam hal ini
terciptanya mahasiswa yang
berkarakter, raw input, yaitu siswa
sebagai masukan atau bahan mentah
yang akan diproses dalam lembaga
pendidikan, dalam hal ini tidak
dibicarakan, sebab merupakan
komponen yang sudah jadi yang
diperoleh dari hasil olahan atau
pembentukan dari lembaga
pendidikan sebelumnya.
Lingkungan pendidikan
adalah segala kondisi dan pengaruh
dari luar terhadap kegiatan
pendidikan, atau latar tempat
berlangsungnya pendidikan.
Lingkungan pendidikan yang
dimaksudkan di sini, secara umum
meliputi suasana atau kondisi yang
dapat mempengaruhi perkembangan
dan tingkah laku mahasiswa,
lingkungan di mana mahasiswa
dibiasakan dengan nilai-nilai yang
terdapat dalam lingkungan kampus
sehingga meresap ke dalam
kesadaran hati nuraninya, berdampak
pada pembentukan karakternya dan
dapat mempengaruhi tingkahlaku
mahasiswa.
Secara konkrit, lingkungan
pendidikan yang turut membentuk
karakter mahasiswa diantaranya
adalah :
1. Kualitas hubungan antara “aktor”
lingkungan di perguruan tinggi
dengan para mahasiswanya
2. Iklim atau suasana kampus yang
tercipta dalam lingkungan tempat
berlangsungnya berbagai
aktivitas
Joko Sekti R, Arief Budhi D, Andjarwani P. Pendidikan Nilai Karakter dalam... 177
Instumen (alat), yang termasuk
dalam instrumen diantaranta, adalah :
1. Tenaga kependidikan atau dosen,
dosen harus ing ngarso sung
tulodo, ing madya mangunkasro,
tutwuri handayani.
2. Kurikulum dan materi, metode
dan media pembelajaran. salah
satu strategi pendidikan karakter
yang bisa ditempuh adalah dengan
menerapkan sebuah model
penilaian yang terintegrasi dalam
pembelajaran dan bersifat sebagai
assessment for learning (AFL)
berbasis higher order thinking
skills (HOTS) bagi para
mahasiswanya sebagai generasi
penerus bangsa.
Menurut Evienia, dkk
(2013:115) banyak cara yang dapat
dilakukan perguruan tinggi untuk
mempersiapkan diri menyongsong
pemberlakuan MEA melalui
beragam program-program
peningkatan kapasitas dan keahlian
mahasiswa yang sifatnya hard skill
dan soft skill. Berdasarkan penelitian
di Harvard University Amerika
Serikat, sebagaimana dinyatakan
oleh Nurokhim (dikutip Paryanto,
dkk 2013:127), ternyata kesuksesan
seseorang tidak semata-mata oleh
pengetahuan dan kemampuan teknis
(hard skill) saja, tetapi lebih oleh
kemampuan mengelola diri dan
orang lain (soft skill). Penelitian ini
mengungkapkan, kesuksesan hanya
ditentukan sekitar 20% hard skill dan
sisanya 80% oleh soft skill. Ketika
pendidikan terlibat menyambut
datangnya pasar tunggal Asean 2015,
sejatinya adalah mempersiapkan
sumber daya manusia yang terampil,
peka dan kritis. Terampil bekerja,
peka permasalahan dan kritis dalam
berperan (Ulwiyah:
http://download.portalgaruda.org).
Pendidikan karakter merupakan
sebuah solusi dalam rangka
menyambut era Masyarakat Ekonomi
Asean. Pada makalah ini akan
diuraikan mengapa pendidikan
karakter menjadi sebuah solusi di
perguruan tinggi dalam menyambut
era MEA.11
SIMPULAN
Bahwa pendidikan karakter
sangat berpengaruh positif terhadap
hasil pembelajaran saja, seperti
beberapa negara yang telah
menerapkan pendidikan karakter
sejak pendidikan dasar di antaranya
adalah; Amerika Serikat, Jepang,
Cina, dan Korea. Hasil penelitian di
negara-negara ini menyatakan bahwa
implementasi pendidikan karakter
yang tersusun secara sistematis
berdampak positif pada pencapaian
akademis. Namun kurang
memunculkan soft skill, ini karena
cara yang digunakan masih dengan
metode pencapaian hardskill.
Untuk mencapai kesuksesan
seseorang tidak semata-mata oleh
pengetahuan dan kemampuan teknis
(hard skill) saja, tetapi lebih oleh
kemampuan mengelola diri dan
orang lain (soft skill). Oleh karena itu
11 Portal garuda, pendidikan karakter untuk perguruan tinggi
178 Proceedings International Seminar FoE (Faculty of Education) – Vol. 1 Mei 2016
peran perguruan tinggi sangat
diharapkan dalam pemenuhan
tanggungjawabnya dalam
pembangunan manusia seutuhnya
yang meliputi hardskill dan softskill
dengan metode assessment for
learning (AFL) berbasis higher
order thinking skills (HOTS).
SARAN
1. Bahwa sistem pendidikan masih
mengacu pada hardskill, sehingga
perlu peraturan pendidikan yang
baru setelah PP 60/1999 dan UU
No 20/2003. Bagaimana bukan
saja hardskill tetapi softskill juga
berpengaruh terhadap
pembangunan manusia agar siap
menghadapi ASEAN Economic
Community (AEC)
2. Perguruan tinggi sebagai wadah
pencetak generasi penerus bangsa,
perlu perubahan metode sistem
pengajaran, dan melaksanakan
UU No 44 Tahun 2015 untuk
mencapai pendidikan yang
berdaya guna ndengan metode
assessment for learning (AFL)
berbasis higher order thinking
skills (HOTS).
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2014. Pahami Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015 .Kompas
(versi elektronik).
Evienia, Dkk. 2014. Pandangan Pelaku Pendidikan Di Universitas Terhadap
Pemberlakuan Masyarakat Ekonomi Asean 2015 Bina Ekonomi Majbina
Ekonomi Majalah Ilmiah Fakultas Ekonomi Unpar. 107 Volume18,
Nomor2,Agustus 2014
Hasanah. 2013. Implementasi Nilai-nilai Karakter Inti di Perguruan Tinggi.
Jurnal Pendidikan Karakter. Yogyakarta: LPPMP UNY.
Illah Sailah, 2007. Pengembangan Soft Skills di Perguruan Tinggi, Sosialisasi
Pengembangan Soft Skills di Kopertis VII Surabaya
Kementerian Pendidikan Nasional, Dirjen Dikti. 2011. Panduan Hibah
Penyusunan Buku Model Pendidikan Karakter Di Perguruan Tinggi.
Jakarta: Dirjen Dikti.
Masaong, A.K.2012. Pendidikan Karakter Berbasis Multiple Intelligence. Jurnal
Konaspi VII Universitas Negeri Yogyakarta, 2012
Septiati. Pendidikan Karakter di Perguruan Tinggi dalam Era Masyarakat
Ekonomi ASEAN, Jurnal IKIP Palembang
Joko Sekti R, Arief Budhi D, Andjarwani P. Pendidikan Nilai Karakter dalam... 179
Sunandar, 2016. Pengembangan Soft Skills di Perguruan Tinggi, Sosialisasi
Pengembangan Soft Skills pada Workshop PEKERTI. di Kopertis VI Jawa
Tengah
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2013 tentang Sistem
Pendidikan Nasional.
Zamroni,2010, Strategi dan Model Implementasi Pendidikan Karakter dalam
Pendidikan dan Pembelajaran, Yogyakarta: PHK-I UNY.