pemimpin dan pengelolaan keanekaragaman dalam tim (studi...
TRANSCRIPT
1
PEMIMPIN DAN PENGELOLAAN KEANEKARAGAMAN DALAM TIM
(Studi Kasus Tim Rektorat UKSW Periode 2009-2013)
Oleh : Stephanie Tjoegito
ABSTRACT
This research aimstoknow the perceptions of members and leader about team diversity
and actionstaken by leader in managing team diversity. Data was collected from the
rectorat team of Christian University Satya Wacana,in the period of 2009-2013. This is
qualitative research. Using empirical data,which collected from interviews with leader
and members of the team rectorate. This reseach uses thematic analysis. The results
shows that diversity management undertaken by team leader can be divided into three
parts, namely: the principles (transparent, free speech, professional, willing to learn ,
have a clear vision);actions (aware of diversity, gives authorize and trust an task,create a
trust, to act fairly, listening, created a good relationship with the other member,good
communication) ; and authority (postpone the decision and seek information, the highest
authority by leader, shared responsibility).
Keywords: Leader, Diversity Management, Team Diversity
PENDAHULUAN
Setiap organisasi modern membutuhkan tim kerja. Tim dipandang dapat
melakukan berbagai hal yang belum tentu dapat dilakukan secara individual. Kerja sama
tim juga bisa memberikan hasil yang lebih baik dari individual. Delapan puluh persen
perusahaan-perusahaan yang masuk dalam Fortune,lima ratus di antaranya dikerjakan
oleh tim, dan enam puluh delapan persen perusahaan manufaktur di AS juga
menggunakan tim (Robbins dan Judge, 2008). Hal ini dapat diperkuat dengan
mengatakan bahwa tim berkontribusi terhadap hasil yang lebih baik bagi organisasi
karena peningkatan kinerja karyawan. Dengan melihat dari contoh banyak perusahaan
besar yang menggunakan tim, maka tim dirasa mampu untuk memberikan sinergi yang
baik untuk organisasi (Greenberg, 2005).
2
Tim terdiri dari orang-orang yang heterogen latar belakang kemampuannya.
Karena beragam latar belakang kemampuan tersebut, maka dalam tim setiap anggota juga
memiliki peran yang beragam (Pohan, 2010). Tim dengan tingkat keanekaragaman yang
tinggi akan meningkatkan keanekaragaman sudut pandang yang berpotensi untuk
menciptakan proses berfikir kreatif. Sekelompok orang dengan domain pengetahuan dan
keahlian yang berbeda-beda dipercaya akan lebih kreatif dikarenakan mereka akan
cenderung membangun ide-ide yang baru.
Dalam melakukan penyelesaian tugas di dalam tim dibutuhkan suatu kolaborasi
yang baik, antar anggota tim. Hal ini diperkuat oleh pandangan (Kozlowski & Bell, 2001)
dimana ketergantungan tugas dalam tim atau kelompok membutuhkan kolaborasi
masing- masing anggotanya. Kolaborasi yang baik itulah yang mengakibatkan timsukses.
Zaccaro, Rittman, dan Marks (2001) mengatakan bahwa tim yang sukses membutuhkan
tindakan 1) identifikasi yang sesuai kontribusi anggota individu, dan 2) rencana terbaik
dalam kontribusi tersebut dapat dikombinasikan untuk membuat respons tim terpadu.
Itulah mengapa bisa dikatakan bahwa tim merupakan hal yang cukup penting dan baik
untuk organisasi modern saat ini.
Keanekaragaman karenanya merupakan hal yang baik dalam tim kerja. Perbedaan
memberikan lingkungan yang jauh lebih kaya, memiliki keberagaman dapat membuat
sudut pandang dan produktivitas yang lebih besar (Horwitz& Horwitz, 2007). Beberapa
penelitian berpendapat bahwa keanekaragaman tim memiliki dampak positif pada kinerja
karena atribut kognitif yang unik pada tiap anggota yang dibawa ke dalam tim (Horwitz&
Horwitz, 2007). Keanekaragaman menjadi sangat berharga ketika menambah munculnya
informasi kepada anggota tim lainnya (Horwitz& Horwitz, 2007). Anggota yang
3
heterogen didalam tim akan memberikan pemecahan, inovasi, dan juga adanya kreativitas
yang lebih besar sehingga dapat mempengaruhi kinerja yang lebih unggul dalam tim
(Horwitz & Horwitz, 2007) mengacu pada argumen Cox & Blake (1991).
Namun keanekaragaman juga merupakan sebuah tantangan bagi tim. Semakin
beragam orang yang berada di dalam tim tersebut, maka semakin kompleks pula segala
hal yang terjadi di dalam tim tersebut. (Greenberg, 2005) mengatakan tim memang
memiliki potensi untuk meningkatkan kinerja dan sikap pekerja, tetapi tidak semua
memiliki hasil yang positif. (Horwitz & Horwitz 2007) mengatakan bahwa karakteristik
anggota yang berbeda- beda seperti usia, etnis, dan keahlian dapat memberikan dampak
merugikan pada hasil tim, serta keanekaragaman juga berdampak negatif pada kinerja
tim. Karena keanekaragaman dalam tim merupakan hal yang sangat kompleks oleh
karena itu dibutuhkan pemimpin yang mampu mengelola keanekaragaman yang ada di
dalam tim.
Kepemimpinan menjadi hal yang sangat vital dalam tim bercirikan
keanekaragaman. Contohnya saja bila terjadi sharing di dalam tim, maka peran pemimpin
menjadi hal yang penting. Bahwa (Srivastava, Bartol, Locke, 2006)mengatakan sharing
di dalam tim tidak dapat terjadi secara otomatis, dan pemimpin di dalam tim sangat
penting dalam memainkan perannya. Pemimpin harus memberikan kontribusinya di
dalam tim, dalam hal memperlakukan semua individu dengan mengakui perbedaan dan
merespons perbedaan tersebut, dan pada saat yang sama tidak mendiskriminasi (Robbins
dan Judge, 2008). (Srivastavadkk, 2006) pemimpin harus mempelajari bagaimana
menghargai karyawan secara individu maupun secara tim.(Somech, 2009) yang mengacu
pada hasil penelitian Simon perilaku yang tepat dari pemimpin yaitu dapat memainkan
4
peran, karena ketika pemmpin dapat memainkan perannya sehingga dapat mengkonversi
fungsi dari heterogenitas tim dalam proses konstruktif. Tanpa intervensi dari pemimpin,
tim yang beranekaragam tidak dapat berfungsi dengan baik sehingga tim menjadi sumber
daya yang belum di manfaatkan, ada namun tidak pernah digunakan.
Dalam rangka memahami tindakan-tindakan pemimpin secara aktual dalam
mengelola tim yang memiliki keanekaragaman didalamnya, masih relatif sedikit literatur
yang membahasnya. Banyak penelitian yang hanya meneliti bagaimana pengambilan
keputusan bersama, atau setidaknya pengaruh bersama dalam pengambilan keputusan
oleh karyawan unggul, dan kepemimpinan direktif, yang didefinisikan sebagai
menyediakan anggota tim dengan kerangka kerja untuk membuat keputusan dalam
bertindak dan keselarasan dengan visi pengawas, serta bagaimana gaya kepemimpinan
dapat membentuk dasar untuk memeriksa yang lebih kompleks dalam kerja tim (Somech,
2009). Penelitian ini dilakukan didalam tim Rektorat UKSW, dimana peneliti ingin
mempelajari bagaimana pengelolahan yang dilakukan oleh seorang pemimpin dalam
timnya yang memiliki keragaman, selain itu tim rektorat juga merupakan kumpulan dari
pemimpin- pemimpin didalamnya. Oleh karena itu peneliti menganggap bahwa penelitian
ini baik untuk diteliti, karena masih kurangnya penelitian tentang bagaiman seorang
pemimpin dapat mengelola tim yang memiliki keanekaragaman didalamnya.
Persoalan yang diangkat dari penelitian ini adalah,
1) Bagaimana persepsi anggota tim dan pemimpin tentang keanekaragaman dalam tim?
2) Bagaimana pemimpin dan anggota tim menilai pemimpin dalam mengelola heterogen?
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui persepsi pemimpin dan
anggota tim serta tindakan pemimpin mengelola keanekaragaman. Penelitian ini
5
bermanfaat sebagai dasar atau rujukan bagi penelitian- penelitian serupa di masa
mendatang. Hasil penelitian ini diharapkan menjadi sumbangan pemikiran bagi penelitian
lainnya yang ingin meneliti lebih jauh dan mendalam terhadap hal- hal yang belum
terungkap dalam penelitian ini.
TINJAUAN TEORITIS
Peran Tim dalam Organisasi
Tim dapat didefinisikan sebagai orang yang anggotanya berasal dari beberapa
divisi yang berbeda, seperti divisi keuangan, marketing, produksi atau divisi ahli lainnya
(Gustomo, 2011). Tim dapat dikatakan lebih fleksibel dibandingakn dengan kelompok,
tim dapat melakukan perputaran peran pemimpin, tanggung jawab individual maupun
bersama, serta adanya umpan balik, adanya diskusi secara terbuka maupun tertutup
(Bachroni, 2011).
Untuk menghadapi tantangan dalam dunia yang lebih modern. Membuat
organisasi memunculkan tim didalamnya untuk dapat bertahan di lingkungan global,
dimana tim dianggap mampu untuk menghadapi tantangan kompetisi (Pohan, 2010).
Selain itu organisasi juga penting membentuk tim karena dengan adanya tim maka akan
memberikan inovasi, meningkatkan produktifitas organisasi tersebut, tim juga merupakan
hal yang sangat baik dalam organisasi karena dengan adanya tim maka akan lebih banyak
pencapaian tujuan yang berhasil dibandingkan dengan pekerjaan yang dilakukan secara
individu (Bachroni, 2011).
Tim juga dapat menjadi faktor yang memberikan hasil positif. Dengan adanya tim
dalam organisasi maka pencapaian tujuan melalui orang lain dapat terjadi dengan baik.
Dengan adanya tim membuat kecenderungan anggota tim untuk berkolaborasi, untuk
mempercayai anggota tim, dan merasa diberdayakan dan dapat menyuarakan
6
pendapatnya, dengan adanya perbedaan, maka para anggota tim dapat belajar dari
perspektif yang berbeda, tim juga dapat berfungsi untuk membalikkan efek negatif dari
keanekaragaman (Joshi & Roh, 2007).
Tim dapat menyelesaikan penyelesaian tugas yang lebih banyak.Karena
pembagian peran didalamnya maka tugas yang bervariasi atau tugas yang mengharuskan
untuk memiliki banyak sudut pandang dalam peyelesaiannya dapat terselesaikan lebih
cepat (Robbins dan Judge, 2008) oleh karena itu secara umum tim terdiri dari berbagai
jenis yaitu,Tim penyelesaian masalah, dengan adanya tim maka penyelesaian masalah
dapat dilakukan lebih cepat, karena munculnya berbagai ide yang berbeda.Tim yang
mengelola diri sendiri, dimana tim ini bersama-sama melakukan tanggung jawabnya atas
hasil yang telah diputuskan bersama.Tim lintas fungsional, diamanapara anggotanya
berasal dari hierarkis sama namun dari bidang pekerjaan yang berbeda.Tim virtual, tim
ini tidak bertemu secara langsung dengan para anggota tim lainnya, namum memalalui
media lain seperti video, tetapi tim ini tetap melakukan keputusan secara bersama serta
berbagi informasi.
(Pohan, 2010) dengan mengacu pada hasil penelitian yang dilakukan oleh
Gullymengatakan bahwa kekuatan hubungan timsangat dipengaruhi oleh konteks di
dalam tim yakni ketika tugas dan konteks menuntut adanya koordinasi, komunikasi dan
kerjasama antara anggota tim.Tim dapat dikategorikan menjadi tiga dimensi yaitu, 1)
karakteristik yang berbeda dari tim dan anggotanya dapat dipelajari termasuk ukuran
demografi, kemampuan, keterampilan, dan kepribadian. 2) distribusi karakteristik tertentu
dalam suatu kelompok dapat dinilai. 3) perspektif analisis yang berbeda dapat diambil
7
terhadap komposisi dari sebuah tim (misalnya fenomena, atau penyebab yang
mempengaruhi struktur tim, dinamika, atau kinerja) (Kozlowski & Bell, 2001).
Tim dapat saling melengkapi peran internal. Tujuan adanya pemberian peran
didalam tim adalah untuk mengisi setiap pekerjaan yang berbeda-beda. Oleh karena itu
peran-peran utama dari suatu tim dibagi menjadi sembilan peran yaitu, peran sebagai
penghubung yang bertugas mengkoordinasi dan mengintegrasikan, peran pencipta
dimana pada peran ini mengajukan ide-ide kreatif, promotor bertugas untuk
memperjuangkan ide-ide setelah diajukan, penilai bertugas menawarkan berbagai pilihan
analisia yang berwawasan, organisator yang bertugas memberikan struktur, produser
memberikan pengarahan dan tindakan lanjutan, pengontrol yang memeriksa detail dan
menjalankan peraturan, pemeliharaan yang memerangi perlawanan dari luar, dan yang
terakhir berperan sebagai penasihat bertugas untuk mendorong mencari informasi
sebanyak-banyaknya (Robbins dan Judge, 2008).
Keragaman dalam Tim
Keragaman dalam tim didefinisikan sebagai sejauh mana anggota tim berbeda
dalam hal keahlian, pengalaman, dan perspektif (Horwitz &Horwitz, 2007). Persepsi
akan keragaman tim (perception of team diversity) memiliki tiga buah dimensi seperti
yang diungkapkan oleh (Maryen, 2011) yaitu : perbedaan pengetahuan (knowledge),
perbedaan kemampuan (abilities), dan perbedaan keahlian (skill). Ketika sebuah tim
memiliki keragaman dalam hal kepribadian, gender, usia pendidikan, spesialisasi
fungsional, dan pengalaman, terdapat kemungkinan yang lebih besar bahwa tim tersebut
akan memiliki karakteristik yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tugas-tugasnya secara
efektif (Robbins dan Judge, 2008). Hal tersebut diperkuat oleh (Horwitz & Horwitz,
8
2007) berdasarkan argumen Miliken & Matins (1996) keanekaragman dalam tim
dikategorikan menjadi dua yaitu berdasarkan demografis serta keanekaragaman individu
berdasarkan keahlian fungsianal, pendidikan, serta masa kerja organisasi.
Keanekaragaman pada tim terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi, 1) efek
dari keanekaragaman mungkin tergantung pada sifat dari tugas tim, 2) keanekaragaman
memberikan efek positif bagi kinerja, tetapi efek yang lebih negatif pada aspek perilaku,
3) penelitian telah menunjukan bahwa dampak keanekaragaman dapat bervariasi
sepanjang waktu (Kozlowski dan Bell, 2001). Keanekaragaman dalam karakteristik
demografi mungkin memiliki konsekuensi negatif, tetapi keragaman dari segi
keterampilan dan keahlian mungkin memiliki efek positif (Horwitz & Horwitz, 2007).
Setiap anggota tim harus memainkan perannya masing-masing dalam organisasi.
Tidak ada peran anggota tim yang satu lebih tinggi dari peran anggota yang lainnya.
Peran tim menggambarkan pola karakteristik perilaku cara, dimana salah satu anggota
tim berinteraksi dengan yang lain, dimana penampilannya berfungsi untuk memfasilitasi
kemajuan tim secara keseluruhan (Belbin, 1997). Mengingat tentang kemampuan dan
karakteristik tiap anggota tim,sehingga keberhasilan atau kegagalan tim dapat diprediksi.
Tim dapat dikatakan berhasil dengan menganalisis kekurangan mereka dan membuat
perubahan (Belbin, 1997). Tetapi juga penting bagi individu dalam tim untuk memahami
peran yang lain bermain, kapan dan bagaimana untuk membiarkan anggota tim lain
mengambil alih, dan bagaimana untuk mengkompensasi kekurangan.Kerja tim dapat
dilihat dari berbagai ukuran di dalam organisasi, namun beberapa aspek memberikan
dasar yaitu dimana tim terdiri dari dua atau lebih individu, yang ada untuk melakukan
tugas- tugas organisasi yang relevan, dan saling berinteraksi (Kozlowski & Bell, 2001).
9
Meskipun dengan adanya keberagaman bisa memberikan konflik yang cukup
beragam pula di dalam tim. Adanya keragaman dalam tim membuat kemungkinan
terjadinya konflik didalam tim tersebut karena adanya perbedaan pengalaman, persepsi,
usia, motivasi, ataupun perbedaan budaya (Irawati, 2007).
Kepemimpinan dalam Tim yang Beragam
Pemimpin merupakan hal yang penting dalam pengelolaan tim yang beragam.
Definsi kepemimpin dalah kemampuan mempengaruhi orang yang mengarah kepada
pencapaian tujuan Daft (2003).Hal ini diperkuat pula oleh pendapat Mayasari (2010)
mengatakan bahwa pemimpin yang selalu melibatkan karyawannya dalam pengambilan
keputusan, menempatkan bawahannya sebagai mitra kerja serta mengedepankan rasa
sosial dan menumpukan sikap positif dari bawahan.
Pemimpin tim harus menyadari bahwa dengan terdapatnya keberagaman di dalam
tim, oleh karena itu peran pemimpin dalam melakukan pengelolaan yaitu dengan
menciptakan timbulnya berbagai motivasi (Intristic Interest), persepsi, kebiasaan,
pendapat serta pengalaman yang berbeda dari setiap individu dalam memandang
pekerjaan mereka (Irawati, 2007).Salah satu peran seorang pemimpin agar dapat
mengarahkan dan mengontrol para anggota timnya yang beragam dengan cara
menerjemahkan visi dalam realita, dengan kata lain pemimpin harus melibatkan orang
lain dan lebih mengutamakan visi diatas segalanya (Bennis, 2007). Berkaitan dengan
bagaimana peran pemimpin menugaskan para anggota timnya untuk dapat memainkan
peran yang berbeda-beda, hal ini membantu dalam pencapaian tujuan, para anggota
memberi kontribusi dengan cara yang berbeda, terkait dengan penjelasan sebelumnya
tantang peran dalam tim.
10
Keragaman dalam tim memiliki implikasi penting terhadap praktek seorang
pemimpin (Robbins dan Judge, 2007).Menurut (Rath dan Conchie, 2008) dibutuhkan
pemimpin yang handal untuk tim yang heterogen dimana pemimpin tersebut dapat
membangun hubungan seperti kemampuan beradaptasi, sebagai penghubung,
pengembang, empati, dapat menciptakan tim yang harmoni dengan adanya heterogenitas
dan berfikir positif, dan juga pemimpin diposisikan sebagai perekat kebersamaan tim.
Dimana dengan adanya heterogenitas dalam tim pemimpin juga mampu untuk berfikir
strategis serta mampu menganalisis informasi serta rincian fenomena sebab akibat untuk
memperkirakan kondisi masa depan. (Kozlowski dan Bell, 2001) tadinya pendekatan
yang dilakukan oleh pemimpin untuk menghadapi perbedaan di dalam tim adalah dengan
menggunakan cara melting pot (melebur) namun anggota tim tidak mengesampingkan
nilai kultural, gaya hidup ,dan perbedaan ketika mereka bekerja, oleh karena itu asumsi
melting pot diganti oleh sebuah asumsi yang mengakui dan menghargai perbedaan.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini bersifat kualitatif. Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang
menggunakan latar ilmiah, dengan maksud menafsirkan fenomena yang terjadi dan
dilakukan dengan jalan melibatkan berbagai metode yang ada (Moleong, 2007). Data
yang digunakan merupakan data empiris, makna yang ada dalam analisis empiris tidaklah
jelas dengan sendirinya oleh karena itu perlu penafsiran dan mendefinisikan pengalaman
tersebut (Denzin, 2009 p:180).
Metode pengambilan data yang digunakan yaitu dengan cara wawancara tak
terstruktur / Unstructured Interview. Wawancara tak terstruktur bersifat terbuka, dimana
peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara secara sistematis. Pedoman dalam
11
melakukan wawancara hanya berupa garis-garis besar pertanyaan yang akan ditanyakan
(Satori, 2011 p:136). Wawancara tak terstruktur memberikan ruang yang lebih luas
dibandingkan dengan tipe wawancara yang lain (Denzin, 2009 p: 507). Wawancara
dilakukan secara langsung dengan pemimpin dan para anggota tim. Sehingga data yang
diperoleh akurat.
Proses pengumpulan data yang dilakukan tidak mudah. Pengambilan data
dilakukan yaitu dengan cara membuat janji terlebih dahulu setelah itu melakukan
wawancara, dalam melakukan wawancara dengan orang-orang yang cukup sibuk terdapat
kendala yang dihadapi, maka seringkali sulit untuk bertemu dengan anggota tim rektorat,
selain itu juga apabila ada anggota tim rektorat yang sedang melakukan studi lanjut maka
wawancara dilakukan melalui via email, dan juga keterbatasan waktu dalam melakukan
wawancara. Lama waktu dalam melakukan wawacara sekitar lima belas menit sampai
satu jam untuk setiap anggota tim rektorat yang diwawancarai, wawancara dilakukan
dengan merekam hasil wawancara dengan bantuan alat perekam. Ketika sudah
mendapatkan hasil wawancara, dan hasil wawancara terebut dianalisis namun ternyata
masih ada yang kurang, lalu peneliti melakukan janji kembali dengan para anggota tim
untuk melakuan wawancara, wawancara tidak dilakukan hanya satu kali pertemuan
dengan para anggota tim namun dilakukan beberapa kali.
Analisis yang digunakan dalam penelitian adalah analisis tema. Analisis tema
merupakan analisis entnografi dimana memperesentasikan pengalaman serta realita,
pelaporan selama melakukan penelitian (Bungin, 2012 p: 639). Analisis tema berusaha
menemukan hubungan yang terdapat pada domain yang dianalisis sehingga membentuk
suatu kesatuan yang holistik, terpola dalam bentuk complex pattern yang akhirnya
12
muncul tema-tema atau faktor yang paling mendominasi dan mana yang kurang
mendominasi (Bungin, 2012 p: 98). Langkah-langkah dalam melakukan analisis
datasetelah data dari hasil wawancara terkumpul yaitu, Pertama, dengan mendengarkan
kembali hasil dari wawancara yang telah direkam dan dituliskan kembali. Kedua, dengan
melakukan coding dan memasukkannya kedalam tema-tema. Analisis data dan
pengembangan teori dengan cara meletakkan paragraf-paragraf teks pada bagian analisis
data dan meng-kode teks tersebut untuk menunjukan bagaimana pengkodean (coding)
dilakukan (Denzin, 2009 p: 289). Ketiga, tema- tema tersebut lalu dinarasikan
TEMUAN
Fakta Keanekaragaman
Terdapat berbagai macam latar belakang yang berbeda didalam Tim Rektorat
UKSW.Tim rektorat terdiri dari enam orang dengan komposisi dua perempuan dan empat
priayang membuat keberagaman gender, latar belakang pendidikanuntuk Rektor Teologi
(Fakultas Teologi), PR 1 FTI (Fakultas Teknologi dan Informasi), PR 2 FKIP (Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan), PR 3 FH (Fakultas Hukum), PR 4 FBS (Fakultas
Bahasa dan Sastra), PR 5 FSM (Fakultas Sains dan Matematika). Keberagaman dalam
latar belakang gereja dan juga latar belakang suku: Ambon, Rote, Jawa, Timor, Manado.
Terkait dengan fakta keberagaman yang dijumpai pada Tim Rektorat (UKSW), salah
seorang anggota tim mengungkapkan bahwa,
"...sehingga dia sejak pertama sudah beranekaragam. Oleh karena itu dalam
kepemimpinan, keanekaragaman itu harus dimasukkan dalam pertimbangan
supaya yang beragam ada terwakili, sehingga dukungan dari sivitas akademika
para dosen yang beragam itu juga terwakili.Mereka merasa ada bagiannya.Itu
dengan sendirinya." (Diungkapkan oleh A).
13
Persepsi Atas Keanekaragaman Tim
Secara umum dapat dikatakan semua anggota tim setuju dengan adanya
keberagaman dan menerima keberagaman dalam tim rektorat. Ada sejumlah alasan yang
diajukan atas sikap itu, di antaranya,
“Setuju, dengan keanekaragaman.Perlu, karena latar belakang pendidikan itu
perlu supaya kita dapat mengenal program studi yang beragam.”(Diungkapkan
oleh F).
“Saya setuju, kita saling melengkapi dengan adanya keberagaman, sehingga tidak
ada masalah.Pencapain tujuan melalui orang lain. Komunikasi atas bawah, dan
samping juga penting.”(Diungkapkan oleh C).
Dampak Keberagaman dan Kemungkinan yang Dihadapi
Keanekaragaman dalamtim sering digambarkan sebagai kekuatan positif yang
mengarah ke fungsi efektif dari tim. Keanekaragaman yang terjadi dalam tim
rektoratmemberikan hasil yang positif seperti yang diungkapkan oleh anggota tim
rektorat yang mengatakan bahwa,
“Pada titik tertentu, keanekaragaman, baik pendidikan, budaya dan ras dan
disiplin ilmu, menolong dan memperkaya pemahaman pimpinan atau pihak- pihak
terkait di UKSW dalam menangani sebuah isu atau masalah. Disini dibutuhkan
kemampuan memahami secara lintas budaya dan lintas ilmu sehingga proses
berjalan dengan baik”. (Diungkapkan oleh D).
Namun, tidak selalu keberagaman itu diterima sebagai hal positif. Pada hal-hal
tertentu tertentu keberagaman mungkin dapat menghambat, berikut diungkapkan salah
seorang anggota tim rektorat yang mengatakan kendala itu,
14
“Walaupun kadang-kadang juga tidak lancar seperti yang kita bayangkan, karena
(daerah) satu dengan yang lain hal dalam(kultur) keragaman, itu selalu ada
stereotipe.Si ini dari daerah ini biasanya begini.Asumsi-asumsi seperti itu kadang-
kadang bisa menghambat.Kepercayaan terkadang tidak bisa diberikan sepenuhnya
(karena asumsi tadi).Itu ada seperti itu”.(Diungkapkan oleh A).
Terkait dengan isu-isu yang mungkin terjadi karena keberagaman. Terkadang ada
juga permasalahan yang cukup menimbulkan ketegangan, seperti yang diungkapakan
oleh salah satu anggota tim yaitu,
“Ketegangan selalu ada dalam berbagai dimensi, baik akademik maupun
administrative (keuangan, staffing, pengembangan SDM dan
investasi).”(Diungkapkan oleh D).
Pengelolaan Keanekaragaman
Pengelolaan keberagaman sangat menentukan bagaimana dampak dan peran
keanekaragaman tim, pengelolaan yang dilakukan dapat memberikan dampak
berkolaborasi dengan baik atau tidak.
Rapat merupakan salah satu hal yang dilakukan dalam pengelolaan
keanekaragaman tim. Namun dalam menciptkan kolaborasi dalam tim yang
beranekaragaman tidak hanya melakukan rapat-rapat yang dilakukan secara berkala,
seringkali adanya satgas-satgas maupun memanggil orang yang berkaitan langsung
tentang masalah yang akan dibahas untuk mendapatkan informasi.
RAPIM dilakukan secara berkala seminggu sekali yang diadakan setiap hari
Selasa pukul 10.00 pagi. Proses didalam rapat yaitu setiap anggota diberi materi,
bahannya yaitumasalah atau isu-isu yangakan dibahas, diurutkan mulai masalah yang
utama, kemudian berlanjut jadi masalah ketenagaan, lalu membahassurat-surat yang
harus dibahas.
15
“Harus mengadakan rapat komunikasi secara reguler, dan itu yang kita lakukan
rapat rutin setiap hari Selasa, adalah bagian dari kolaborasi jadi anda tidak perlu
menunggu lama-lama. Kalau ada hal yang sudah jelas penyelesaiannya kita
putuskan tidak harus menunggu RAPIM, tapi memang ada hal yang terkait satu
sama lainya kita tunggu RAPIM, rapat itu penting tidak bisa pemimpin
memutuskan sendiri setiap saat atau anggota tim lainnya memutuskan
sendiri.”(Diungkapkan Oleh F).
Pengelolaan keragaman dalam tim rektorat UKSW dibagi menjadi tiga bagian
yaitu,
Prinsip- prinsip dalam Pengelolaan Keanekaragaman
Transparasi
Pemimpin memberikansemua informasi, dan pemimpin memberikan stimulus
kepada para anggotanya untuk dapat memberikan pendapat.Memberikan pengertian
tentang masalah yang harus diputuskan,
“Cara untuk mengelola semuanya supaya berjalan. Kita jelaskan kita maunya apa,
apakah semua orang setuju kan tidak juga.”(Diungkapkan oleh A).
Kebebasan Berpendapat
Para anggota tim juga ditunjuk untuk dapat memberikan pendapat dalam
menyelesaikan masalah atau isu-isu yang sedang terjadi. Karena setiap anggota tim
merupakan kesatuan pemimpin, oleh karena itu anggota tim memiliki kewajiban untuk
mengungkapkan pendapatnya. Dengan mengungkapkan ide-idenya maka permasalahan
atau isu-isu yang sedang terjadi dapat diputuskan bersama. Sehingga para anggota tim
tidak hanya diam saja namun juga aktif dalam memainkan perannya. (Diungkapkan oleh
B).
16
Profesionalisme
Tindakan profesional tidak hanya dilakukan didalam rapat saja, namun tidakan
profesional juga dilakukan diluar rapat. sehingga pencapaian tujuan melalui orang lain
dapat tercapai dengan baik. Ketika tindakan profesional dilakukan maka anggota tidak
merasa terbebani dengan adanya keberagaman, malah menyadari dengan keahliannya
yang beragam dan dapat berkolaborasi dengan baik.
“Tentu di luar rapat juga harus ada tindakan-tindakan yang profesional yang bisa
menimbulkan kepercayaan.”(Diungkapkan oleh A).
"Dengan catatan, tetap mempertimbangkan aspek profesionalitas dan kemampuan
pribadi orang tersebut." (Diungkapkan oleh D).
Kemauan untuk Belajar
Kemauan untuk belajar juga perlu diperhatikan. Karena dengan adanya kemauan
untuk belajar bisa mengasah potensi yang mungkin ada didalam diri anggota tim tersebut,
seperti yang diungkapkan oleh anggota tim,
“…karna memang punya suatu kemampuan, tapi juga mau belajar ya kita jangan
lupa kemampuan seseorang.Dia tidak punya sekarang tapi dia mau belajar
mungkin ada sesuatu yang lebih bagus.”(Diungkapkan oleh B).
Visi yang Jelas
Seorang pemimpin dalam tim juga harus tahu kemana timnya mau diarahkan dan
tahu bagaimana caranya. Salah satu cara pengelolaan keanekaragaman tim untuk dapat
mengontrol anggotanya yaitu dengan visi yang jelas, dengan demikian maka pencapaian
tujuan dapat dilakukan sesuai dengan arahnya. Sesuai dengan pernyataan yang
diungkapkan oleh salah satu anggota tim. yaitu,
17
“Seorang pimpinan itu harus punya visi yang jelas mau dibawa kemana dan
bagaimana caranya begitu. Bukan karena saya mau menyenangkan bagian
(tertentu) ini, tapi apakah itu benar atau tidak”(Diungkapkan oleh B).
Tindakan dalam Pengelolaan
Menyadari Adanya Keberagaman
Anggota dalam tim perlu menyadari akan adanya perbedaan yang ada, dan namun
tetap menghargai tiap perbedaan yang ada dalam tim. seperti pernyataan yang
diungkapkan oleh salah satu anggota tim yaitu,
“ Harus menyesuaikan diri memang dengan keperbedaan itu.”
(Diungkapkan oleh E)
Menciptakan Trust
Menciptakan trust antar anggota tim rektorat juga harus dilakukan, dengan
adanya keterbukaan maka tidak akan ada kecurigaan yang dapat menimbulkan konflik
dalam keberagaman. Menciptakan trust tidaklah mudah, oleh karena itu harus dilakukan
dengan adanya keterbukaan dan pendekatan kepada pemimpin dengan anggotanya,
dengan adanya keterbukaan maka tidak ada kecurigaan antar anggota maupun kepada
pemimpin.
“Kalau kepercayaan ada saya kira orang tidak akan curiga lagi, jadi kunci di
dalam mengelola keragaman itu adalah trust itu dan itu hanya bisa dicapai bila
ada keterbukaan.”(Diungkapkan oleh A).
18
Bertindak Adil
Terkait dengan pembahasan sebelumnya, bagaimana untuk menciptakan trust.
Pemimpin didalam tim yang heterogen juga harus bertindak adil. Adanya tindakan yang
adil, maka akan tercipta rasa percaya terhadap sesama anggota tim.
“Bukan karna aku suka kamu ya usulanmu terima saja, harus fair ke semua
orang bukan karna usulan orang yang kita tidak suka kita tidak terima.Ya
mungkin ada kebenaran disitu.Supaya kita bersikap adil dalam setiap
keputusan.”(Diungkapakan oleh B).
Memberikan Wewenang dan Kepercayaan Tugas
Dengan adanya pemberian wewenang dan kepercayaanmaka dapat mempengaruhi
kolaborasi antar anggota tim dengan pemimpin, sehingga para anggota dapat merasa
memiliki peran didalam tim rektorat tersebut.
“Selama saya menjadi bagian dari pimpinan, saya merasa bahwa rektor memberi
kepercayaan penuh dalam menjalankan berbagai tugas dan kewenangan yang
ada.demikian pula dalam rapat-rapat, termasuk rapat pimpinan, semua pimpinan
dimintai pendapat atau tanggapan atas berbagai isu yg muncul, dan apabila hal
tersebut mendapat persetujuan maka putusan tersebut ditambat dan dieksekusi.”
(Diungkapakan oleh D).
Mendengarkan Pendapat Orang Lain
Terkait dengan pembasahan sebelumnya, salah satu cara yang dilakukan untuk
agar keanekaragaman itu dapat berjalan dengan baik yaitu dengan mendengarkan
pendapat maupun ide-ide anggota tim yang lainnya, dengan mendengarkan pendapat
orang lain maka orang tersebut merasa dihargai, dan harmonisasi dalam keragaman dapat
tercipta.
19
“Keberanian untuk belajar dan mendengarkan pendapat orang lain, itu suatu kader
dari pimpinan yang perlu ada, pimpinan itu butuh lisening mendengarkan orang
lain, ketika mendengarkan orang lain baru membuat keputusan.(Diungkapkan
oleh B).
Menciptakan Kolaborasi yang Baik Antara Anggota Tim
Kolaborasi yang baik juga baik sangat diperlukan dalam pengelolaan tim. Adanya
kemampuan untuk dapat bersosialisasi dengan orang lain dan menciptakan hubungan
yang baik dengan orang lain. Namun hendaknya menciptakan kolaborasi tidak hanya
dilakukan dalam tim anggota tim rektorat saja, namun juga dilakukan secara lebih luas
contohnya seperti di biro-biro fakultas,dan mahasiswa. Ketika kolaborasi berjalan
baik,maka dalam penyampaian tujuan akan lebih mudah dilakukan serta dapat
menjembatani bagian yang lebih luas diluar tim rektorat.(Diungkapkan oleh B).
Berkomunikasi dengan Baik
Menciptakan komunikasi yang baik sangat penting. Adanya komunikasi yang
baik membuat orang dapat menyingkirkan prasangka-prasangka yang buruk, dan dapat
melihat para anggota tim lebih positif. Komunikasi yang baikyang dilakukan oleh
timdilakukan dengan cara pembicaraan dua arah atausetara, setara artinya orang tidak
melihat lawan bicaranya itu lebih rendah atau lebih tinggi. (Diungkapkan oleh E).
Penggunaan Kewenangan yang Ditetapkan
Pemimpin Pemegang Otoritas Tertinggi
Pemimpin yang pada akhirnya memutuskan keputusan tarakhir. Dasar pemimpin
yang memberikan keputusan terakhir adalah karena sistemnya pemimpin adalah formatur
tunggal sehingga pada akhirnya pemimpinlah yang memutuskan dan penanggung jawab
utama dalam keputusan yang diambil.
20
“Diberikan pengertian tentang masalah yang harus diputuskan, ketika terjadi
keputusan semua tahu, perlu kejujuran, perbedaan itu hanya bisa di atasi dengan
keterbukaan dan kejujuran, orang kan bisa mempertimbangkan.”(Diungkapkan
oleh A)
Menunda Keputusan dan Mencari Informasi
Dalam pengelolaan yang dilakukan seringkali ada hal yang tidak dapat diputuskan
pada hari itu juga atau adanya perbedaan pendapat yang cukup keras karena latar
belakang pendidikan yang berbeda.Oleh karena itu biasanya ketika terjadi isu atau
masalah yang tidak dapat langsung diputuskan jalan keluanyaadanya penundaan
keputusan, dicarikan informasi lebih lanjut, dan ketika informasi sudah terkumpul maka
dilakukan rapat kembali dan diputuskan bersama.Bila ada perbedaan pendapat yang
cukup keras didalam rapat biasanya pemimpin melakukan berdoa bersama untuk
menenangkan kembali emosi dan menciptakan keharmonisan antar anggota tim rektorat.
(Diungkapakan oleh F).
Bertanggung Jawab Bersama
Meskipun pada akhirnya pemimpin yang memberikan keputuskan terakhir,namun
sebetulnya tanggung jawaban atas setiap keputusan dilakukan bersama-sama oleh seluruh
anggota tim lainnya. Adanya rasa tanggung jawab bersama akan membuat para anggota
tim yang lainnya memiliki rasa kebersamaan dan rasa berbagai keputusan menjadi
penting.Hal tersebut diungkapkan dalam sebuah penyataan yang mengatakan,
“Walaupun rektor adalah penanggung jawab tertinggi, tapi sifat
pertanggungjawaban atas berbagai putusan adalah kolegial dan kolektif.artinya
semua pimpinan bertanggungjawab secara tanggung renteng atau bersama atas
berbagai keputusan yang diambil.”(Diungkapkan oleh D).
21
PEMBAHASAN
Tim rektorat UKSW memiliki keanekaragaman didalamnya. Penelitian
sebelumnya mengatakan bahwa keanekaragaman tidak hanya pada perbedaan usia, jenis
kelamin, etnis, namun keragaman dapat dilihat dari sisi yang lebih mendalam seperti
keyakinan, sikap, dan nilai-nilai yang tidak terlihat sebelumnya, namun dapat dipelajari
seiring kebersamaan dari para anggota tim yang beragam (Horwitz & Horwitz, 2009).
Terkait dengan penelitian sebelumnya dari hasil penelitian yang dilakukan di tim rektorat
UKSW menunjukkan bahwa keragaman yang ada didalamnya kurang beragam seperti
pada penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, karena keragaman yang ada
pada tim rektorat UKSW hanya berdasarkan pada perbedaan seperti usia, etnis, gender,
keahlian. Belum ditemukan perbedaan yang lebih mendalam antar anggota tim rektorat
UKSW.
Penerimaan terhadap keanakeragaman dalam tim rektorat, ditunjukan melalui
sikap para anggota tim yang merasa memiliki bagiannya di dalam tim.Implikasinya
mereka dapat dengan bebas untuk mengungkapkan ide-idenya, hal tersebut sesuai dengan
hasil penelitian sebelumnya. Penerimaan terhadap keberagaman juga dapat dilihat dari
beberapa aspek yaitu adanya harmoni didalamnya, merasa dihargai oleh tim, dan juga
dapat menyumbangkan ide-ide maupun pendapatnya (Greenberg, 2005).
Keberagaman juga memberikan pengaruh yang positif dalam tim rektorat.
Keberagaman dapat membuat para anggota tim memiliki kekayaan sudut pandang yang
lebih luas lagi sehingga dapat menyelesaikan masalah yang lebih kompleks (Pohan,
2010).Hasil penelitian lain juga menunjukan dengan adanya kebersamaan para anggota
dalam melakukan tugas bersama secara rutin dapat meningkatkan hubungan positif serta
22
mengurangi hubungan negatif diantara mereka (Joshi & Roh, 2007). Peneliti menemukan
hasil serupa, keragaman dalam tim rektorat juga memberikan hasil yang positif, terutama
ketika menghadapi isu-isu tertentu yang memerlukan keberagaman didalamnya.
Terkait dengan penjelasan diatas, peneliti menemukan juga bahwa terkadang tim
tidak terlepas dari isu-isu yang memungkinkan timbulnya masalah karena keberagaman
tim, misalnya adanya stereotipe. Isu-isu keberagaman seperti itu tidak terlalu memberikan
dampak yang cukup kompleks bagi tim rektorat.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Somech (2009) menunjukkan bahwa yang
penting bagi pemimpin dalam tim heterogen untuk membantu anggota tim
menerjemahkan manfaat dari heterogenitas, seperti berbagai latar belakang profesi,
pengetahuan, keterampilan dan kemampuan, dalam proses signifikasi mempertanyakan,
mengkaji dan mengeksplorasi. Peneliti menemukan bahwa pengelolaan yang dilakukan
dalam tim rektorat, pemimpin mencoba untuk menjembantani para anggota timnya dalam
keragaman, dan juga memberikan segala informasi untuk menciptakan trust,dan
keterbukaan pada pemimpin maupun dengan para anggota tim sehingga menciptakan
kolaborasi yang baik. Pemimpin juga memiliki kemampuan untuk lebih fleksibel untuk
mengenali tindakan atau pendekatan seperti apa yang dibutuhkan dalam situasi tertentu
dan kemudian berbuat sesuai dengan kebutuhan itu (Baron, 2005 p:253).
PENUTUP DAN KESIMPULAN
Kesimpulan
1. Para anggota tim memiliki persepsi yang baik terhadap keragaman, mereka menerima
adanya keberagaman dalam tim. Meskipun terkadang tetap menghadapi beberapa isu-isu
karena keberagaman, para anggota tim dapat mengatasinya dengan positif.
23
2. Model tindakan yang dilakukan pemimpin dalam pengelolaan keanekaragaman dibagi
menjadi tiga, yaitu : Prinsip (Transparansi, Kebebsan untuk berpendapat,
Profesionalisme, Kemauan untuk belajar, Visi yang jelas), Tindakan yang dilakukan
(Menyadari adanya keberagaman, Menciptakan trust, Bertindak adil, Memberikan
wewenang dan kepercayaan tugas, Mendengarkan pendapat orang lain, Menciptakan
kolaborasi yang baik antar anggota tim, Berkomunikasi dengan baik), Kewenangan yang
ditetapkan (Menunda keputusan dan mencari informasi, Pemimpin memegang otoritas
tertinggi, Bertanggung jawab bersama).
Keberagaman tim rektorat UKSW cukup beragam, oleh karena itu pengelolaanya
akan lebih kompleks, sehingga seharusnya sistem atau pengelolaannya pun lebih
terstruktur, dan dapat mengacu pada literatur (Joshi & Roh, 2007) yang ada tentang
keberagaman dalam tim.Dimana penelitan yang telah dilakukannya mungkin akan
membantu dalam pengelolaan keanekaragaman yang lebih kompleks.
Implikasi
Dengan adanya temuan model tindakan yang dilakukan oleh tim rektorat UKSW,
diharapkan dapat menjadi acuan pula oleh tim-tim yang memiliki keanekaragaman di
dalamnya atau sebagai rujukan penelitian yang akan datang.
Keterbatasan Penelitian
Keterbatasan dalam penelitian ini yaitu hanya meneliti pada satu organisasi yang
memiliki keanekaragaman tim didalamnya, diharapkan penelitian yang akan datang dapat
menambahkan beberapa organisasi lainnya yang memiliki keanekargaman didalamnya,
sehingga dapat diketahui apakah terdapat penerimaan keanekaragamn dalam tim tersebut,
24
dan apakah model tindakan dalam pengelolaan yang dilakukan oleh pemimpin dapat
lebih kompleks.
25
DAFTAR PUSTAKA
Bachroni. M. 2011. Pelatihan Pembentukan Tim untuk Meningkatkan Kohesivitas
Tim pada Kopertis V Yogyakarta.JURNAL PSIKOLOGI VOLUME 38, NO. 1,
JUNI 2011: 40 – 51. Universitas Gadjah Mada.
Baron, Robert A. Byrne, Donn. 2005. Psikologi Sosial. Edisi Kesepuluh.Erlangga.
Belbin, M., Watson, B. and West, C. 1997. People Management., pp.36-38, 41. True
Colours
Belbin Associates websitehttp://www.belbin.com
Bennis, Warren. 2007. The Challenges of Leadership in the Modern World,
Introduction to the Special Issue. University of Southern California
Bungin. Burhan. 2012. Analisis Penelitian Kualitatif, Pemahaman Filosofis dan
Metodologis ke Arah Penguasaan Model Aplikasi. Edisi Kedelapan. Rajagrafindo
Persada
Denzin.Norman,K. Lincoln, Yvonna.S. 2009. Handbook Of Qualitative Reseach. Pustaka
Pelajar
Gustomo, A. Hutagaol, M. P. Mangkuprawira, S. Putro, Utomo Sarjono.2011. Pengaruh
Nilai-Nilai Personal dalam Perspektif Dimensi Multikultural terhadap Kinerja
Tim dengan Kepemimpinan Kolaboratif sebagai Variabel Moderator. Jurnal
MANTEK. Institut Pertanian Bogor (IPB).
Greenberg, Edward S.2005. Work Teams and Organizational Commitment :
Exploring The Influence Of The Team Experience On Employee Attitudes.
Work place Change and Its Effect. Working Paper. Institude Of Behavioral
Science. University Of Coloradio at Boulder. University Of Puget Sound.
Halonen, Jane S. Santrock, John W. 1999. Psychology Contexts and Applications. Third
edition. McGraw-Hill
Horwitz, Sujin K. Horwitz, Irwin B.. 2007. The Effect of Team Diversity on Team
Demography: A Meta- Analytic Review of Team Demography . Journal of
Management.
Irawati,Dwi. 2007. MANAJEMEN KONFLIK SEBAGAI UPAYA
MENINGKATKAN KINERJA TEAMWORK DALAM ORGANISASI.
Universitas Muhammadiyah Purworejo
26
Joshi, Aparna. Roh, Hyuntak. 2007. Context Matters: A Multilevel Framework For
Work team Diversity Reasearch. Reasearch in Personnel and Human Resourch
Management, Vol 26, 1-48. Elsevier Ltd.
Knight, Don. 1999. Top Management Team Diversity, Group Process, and Strategic
Consensus. Strategic Management Journal 20: 445-465. The Robert H. Smith
School of Business. University of Maryland. Collage Park. Maryland. U.S.A
Kozlowski, Steve W.J . Bell, Bradford S. 2001. Work Group and Teams in
Organizations. Cornell University ILR School.
Maryen, Andrei S. 2011. Tesis. Pengaruh Iklim Kreatif, Kepemimpinan
Transformasional dan Persepsi Keragaman Tim Terhadap Perilaku Kerja
Inovatif pada PT. Telkom Indonesia area Yogyakarta. Universitas Gajah Mada.
Mayasari, Desi. Syahlani Suci Paramitasari, Ahmadi. 2010. Peran Penambahan gaya
Kepemimpinan Transformasional dalam Mempresdiksikan Kinerja,
Organizational Citizenship Behavior, dan Sikap Bawahan Terhadap Atasan :
Studi Empiris Pada Perusahaan Peternakan BENEFIT. Jurnal Manajemen dan
Bisnis. Vol 14, No 1. hlm 13-21
Moleong, Lexy J. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : Remaja
Rosdakarya.
Pohan, Vivi Gusrini Rahmadani. Ancok, Djamaludin. 2010. Team Learning Ditinjau
dari Team Diversity dan Team Efficacy. Jurnal Psikologi. Vol 37, NO 2. Fakultas
Psikologi Universitas Sumatra Utara. Indonesia
Rath, Tom. Conchie, Barry. 2008. Stregths Based Leadership. New York, NY : Gallup
Press
Richard L Daft. 2003. Manajemen. Edisi kelima, Jakarta Erlangga.
Robbins, Stephen P. Judge, Timothy A. 2008. Perilaku Organisasi. Salemba Empat.
Jakarta
Sakharov Maryen, Andrey. 2011. Pengaruh Iklim Kreatif,
KepemimpinanTransformasional dan Persepsi Keragaman Tim Terhadap
Perilaku Kerja
Inovatif Pada PT. Telkom Indonesia Area Yogyakarta. Universitas Gajah Mada
Satori. Prof. Dr. Djam’an. 2011. Metodologi Penelitian Kualitatif. Cetakan ketiga.
Alfabeta. Bandung.
27
Somech, Anit. 2009. The Effect of Leadership Style and Team Process on
Performance and Innovation in Funcionally Heterogeneous Teams. Journal of
Management.
Sopiah, 2008. Perilaku Organisasi. Edisi Pertama. Yogyakarta: ANDI.
Srivastava, Abhishek. Bartol, Kathryn M. Locke, Edwin A. 2006. Empowering
Leadership in Management Teams: Effect On Knowledge Sharing, Efficiacy,
And Performance. Academy of Management Journal. Vol 49.No 6. 1239-1251.
West Virginia University. University of Maryland.
Zaccaro, Stephen J. L Rittman, Andrea. Marks, Michelle A. 2001: 451-483.Team
Leadership. The Leadership Quarterly. Florida University, Miami, FL, USA
28
RIWAYAT HIDUP
Nama : Stephanie Tjoegito
NIM : 212009018
Alama Asal : Jl. Tebah II no 31-33 RT 013/ RW 003 Kebayoran baru,
Jakarta Selatan
Judul Skripsi : Pemimpin dan pengelolaan Keanekaragaman Dalam Tim
Riwayat Pendidikan : SD MELATI DON BOSCO Pondok Indah, Jakarta Selatan
Lulus Tahun 2003
SMP SERUNI DON BOSCO Pondok Indah, Jakarta Selatan
Lulus Tahun 2006
SMA SERUNI DON BOSCO Pondok Indah, Jakarta Selatan
Lulus Tahun 2009
Fakultas Ekonomika dan Bisnis UKSW Salatiga 2009 -
2014
Pengalaman Organisasi: Panitia P3K kambing cup
Satgas “one for all”
Panitia P3K POM
Panitia “MONDAY” Management On Solidarity sebagai sie Wali
Pengalaman Seminar :Seminar Nasional Kewirausahaan “Great Man Have a Great
Minds” 2011
Kuliah Umum BRI 2011
Seminar “Prospek perdagangan Berjangka Komiditi sebagai
Alternatif Investasi” 2011
Dilema Kebijakan BBM 2012
Seminar Nasional Kewirausahaan “Inspire, Instructur, Improve :
Other Side of Business” 2012