pemetaan potensi usaha perdagangan kabupaten situbondo

Upload: edwin-octavian-mahendra

Post on 20-Jul-2015

389 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Jurnal ISEI Jember, Volume 2 Nomor 1, April 2012

PEMETAAN POTENSI USAHA PERDAGANGAN KABUPATEN SITUBONDO(MAPPING THE POTENTIAL OF TRADE DISTRICT SITUBONDO)Regina Niken Wilantari

Staf Pengajar Jurusan IESP Fakultas Ekonomi Universitas Jember. Jl.Kalimantan No 37 Jember Telp. 0331 337990/Fax. 332150/HP08123456290 Abstract

The Number Of Businesses, The Workforce, The Number Of Venturecapital, The Amount Of Assets And The Amount Of Turnover Are 4 (Four)Districts With A Very Large Value Criteria. Districts Are: District Flag, Situbondo, Panarukan, And Besuki. While The District With A Very Lowvalue Criteria Includes 3 (Three) Districts, Namely District Sumbermalang, Banyuglugur, And Jatibanteng. Calculation Results Show That The Average Number Of Workers Whowork On Trade Union Business Unit Amounted To 4.72 Persons. The Highest Ratios Occur Where The District Jatibanteng, Amounting To6.50, Followed By 6.29 People Gird District, And District Asembaguswith A Ratio Of 5.96 Persons. Retail Trade Is The Staple Food In Most Of The Trading Businesssitubondo The Total 83 Units. Followed By Construction Materialstrade, As Many As 56 Business Units, And Then The Retail Trade Of Riceand Pulses Totaling 42 Units. Trade In Services Was Ranked Lowest Insitubondo Dikabupaten Trade, Which AmountedTo 4 Units. Followedby Retail Trade In Grocery Items, Which Amounted To 5 Business Units ,And Other Service Trade Amounted To 6 Units. KeyWords: Data Base Of Business, The Business Changes, Identification Of Intervention 1. Pendahuluan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah merupakan usaha yang mampu memperluas lapangan kerja dan memberikan pelayanan ekonomi secara luas kepada masyarakat, dan dapat berperan dalam proses pemerataan dan peningkatan pendapatan masyarakat, mendorong pertumbuhan ekonomi, dan berperan mewujudkan stabilitas nasional. Selain itu Usaha Mikro, Kecil dan Menengah adalah salah satu pilar utama ekonomi nasional yang harus memperoleh kesempatan utama, dukungan, perlindungan dan pengembangan seluas-luasnya sebagai wujud keberpihakan yang tegas kepada kelompok usaha ekonomi rakyat, tanpa mengabaikan peranan Usaha Besar dan Badan Usaha Milik Negara yang tertuang dalam undang-undang tersendiri, yaitu Undang-Undang No.20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UU UMKM). Dalam UU No. 20 Tahun 2008 tentang UMKM menyebutkan bahwa usaha mikro, kecil dan menengah berasaskan kekeluargaan, demokrasi ekonomi, kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional serta bertujuan menumbuhkan dan mengembangkan 123

Regina Niken Wilantari, Pemetaan Potensi Usaha Perdagangan

usahanya dalam rangka membangun perekonomian nasional berdasarkan demokrasi ekonomi yang berkeadilan. Dengan demikian, salah satu kegiatan atau usaha yang sangat berpotensi untuk memberikan kontribusi ke arah tersebut adalah kegiatan ekonomi berskala kecil dan menengah yang jumlahnya sangat banyak dan tersebar di seluruh tanah air, sehingga perlu pendataan untuk mengetahui besarnya jumlah usaha yang ada di yang ada di Indonesia khususnya di Kabupaten Situbondo. Agar pembangunan usaha perdagangan kecil dan menengah di Kabupaten Situbondo dapat berhasil dengan baik maka dibutuhkan data yang akurat sebagai faktor penunjang dalam perencanaan dan evaluasi hasil-hasil pembangunan. Oleh karenanya, tersedianya data base usaha perdagangan kecil dan menengah yang mencakup data kelembagaan usaha perdagangan kecil dan menengah adalah data yang sangat penting dan harus segera disiapkan dan tidak dapat dibantah lagi serta tidak dapat ditunda lagi. Berkaitan dengan kondisi tersebut sudah saatnya dibutuhkan pengumpulan data base usaha perdagangan kecil dan menengah berupa data kelembagaan dari seluruh usaha perdagangan kecil dan menengah yang ada di Kabupaten Situbondo ini. Tujuan dari pemetaan ini adalah : a) Untuk penyusunan data basis usaha perdagangan di Kabupaten Situbondo, yang didasarkan pada skala usaha dan sebaran wilayah; b) Untuk mengetahui perubahan usaha perdagangan, yang meliputi perubahan komposisi dan sebaran usaha perdagangan tersebut di Kabupaten Situbondo, c) Melakukan identifikasi intervensi berupa kebijakan pemerintah dalam rangka peningkatan peran dan kontribusi usaha perdagangan tersebut. 2. Landasan Teori 2.1 Strategi Pengembangan Usaha Perdagangan Setiap perusahaan yang bergerak dalam bidang usaha jasa termasuk usaha perdagangan mempunyai tujuan yang harus dicapai. Adapun tujuan perusahaan bergerak di bidang usaha jasa bermacam-macam, antara lain: mendapatkan laba, untuk kelangsungan hidup usaha yang bersangkutan, perkembangan daerah pemasaran, meningkatkan penyeraapan tenaga kerja dan sebagainya. Berbagai tujuan pengembangan usaha tersebut pada akhirnya mempunyai tujuan untuk memuaskan kebutuhan konsumen. Oleh sebab itu, untuk mencapai tujuan pengembangan usaha jasa tersebut seharusnya menerapkan strategi yang terbaik. Menurut Glueck dan Jauch (1996), yang dimaksud strategi adalah rencana yang disatukan, menyeluruh dan terpadu yang mengaitkan strategi perusahaan dengan tantangan lingkungan dan dirancang untuk memastikan bahwa tujuan utama perusahaan dapat dicapai melalui pelaksanaan yang tepat oleh perusahaan. Dengan demikian strategi merupakan suatu program untuk menentukan dan mencapai tujuan perusahaan dan mengimplementasikan misinya. Selain itu strategi dapat dikatakan sebagai tanggapan perusahaan terhadap lingkungan sepanjang waktu. Strategi memiliki beberapa sifat, yakni : a) Menyatu (unifed) antar seluruh bagian dalam perusahaan; b) Menyeluruh (comprehensive), yakni mencakup seluruh aspek dalam perusahaan; dan c) Integral (integrated), yakni terintegrasi antar seluruh tingkatan (coorperate, business, dan functional). Untuk menghasikan strategi yang baik tidaklah mudah, akan tetapi perlu adanya proses manajemen dengan diikuti dengan teknik tertentu, sehingga pada akhirnya mendapatkan strategi yang baik. Manajemen strategi merupakan suatu proses untuk 124

Jurnal ISEI Jember, Volume 2 Nomor 1, April 2012

mencapai tujuan pengembangan usaha jasa termasuk usaha perdagangan dengan menganalisis lingkungan internal dan eksternal dan menggunakan alternatif strategi untuk pengambilan keputusan yang efektif dan efisien dalam jangka panjang. Sebagai sebuah proses, manajemen strategi dapat digambarkan seperti Gambar .1, sebagai berikut Gambar 1 Model Proses Manajemen Strategi DisederhanakanAnalaisa Lingkungan Menentukan & Menetapkan Arah Perusahaan Strategic Architecture Misi Tujuan Strategic Intent Formulasi Strategi Tingkat Korporat Tingkat Bisnis Tingkat Fungsional Implentasi Strategi Struktur Organisasi Budaya Persuahaan Kepemimpinan

Pengendalian Strategi Tradisional Adaptif

Ling. Eksternal Lingk. Umum Lingk. Industri Lingkungan

Sumber : Hadi Purnomo, 1999.Umpan Balik

2.2 Strategi Pengembangan Tata Niaga Pada dasarnya, secara wilayah dalam suatu usaha jasa terdapat tiga tingkatan strategi, dalam pengembangan tata niaga. Ketiga tingkatan sstrategi tersebut antara lain adalah: (1) Strategi Tingkat Koorporasi; (2) Strategi Bidang Satuan Bisnis; serta (3) Strategi Tingkat Fungsional. Salah satu bidang fungsi yang dihasilkan dari aktivitas proses manajemen strategi adalah strategi pemasaran. Menurut Kottler (1997), yang dimaksud strategi pemasaran adalah prinsip dasar pemasaran dan berdasarkan unit bisnis yang diharapkan untuk mencapai sasaran-sasaran pemasaran yang telah ditetapkan oleh perusahaan ataupun untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya. Jadi strategi pemasaran itu merupakan suatu cara yang dilakukan oleh pemasaran perusahaan untuk mencapai tujuan perusahaan dengan menciptakan keunggulan bersaing yang berkesinambungan melalui pasar yang dimasuki dan digunakan untuk melayani pasar sasaran tersebut. Macam-macam Strategi Pemasaran, terdiri dari: (i) Penetrasi Pasar, (ii) Pengembangan Produk, dan (iii) Pengembangan Pasar. Perumusan strategi pemasaran tidak dapat dilepaskan dari pertimbangan yang menyangkut daur hidup suatu produk (product life circle). Dalam melakukan strategi pemasaran, suatu perusahaan tidak terlepas dari melihat persaingan dengan perusahan lain. Oleh sebab itu diperlukan suatu strategi untuk bersaing. Yang dimaksud strategi bersaing adalah menghubungkan perusahaan dengan lingkungannya, walaupun lingkungannya sangat luas. Fakta memang menunjukkan bahwa kelompok usaha perdagangan mampu bertahan ditengah krisis ekonomi yang hebat dan berkepanjangan yang melanda Indonesia. Namun untuk tumbuh dan berkembang, tantangan yang dihadapi usaha perdagangan cukup besar, antara lain, 1) krisis ekonomi yang dihadapi masyarakat telah menyebabkan 125

Regina Niken Wilantari, Pemetaan Potensi Usaha Perdagangan

turunnya daya beli dan produksi, 2) Struktur ekonomi masih ditandai dengan pemusatan asset produksi ditangan sekelompok kecil masyarakat (konglomerasi), 3) ketergantungan yang tinggi terhadap internasional (luar negeri) baik berupa pinjaman maupun investasi luar negeri menyebabkan lemahnya sektor permodalan di Indonesia, 4) Adanya persaingan tidak sehat di antara pelaku-pelaku ekonomi menyebabkan tidak efisiennya ekonomi nasional, dan 5) Sebagian kecil masyarakat mendapatkan akses melakukan penguasaan industri hulu sampai hilir, mulai dari penyediaan bahan baku industri dan distribusi. Usaha perdagangan memiliki peranan yang sangat penting, namun kenyataan yang ada memperlihatkan rendahnya tingkat produktivitas, hal ini erat kaitannya dengan masalah-masalah yang dihadapi dan merupakan hambatan dalam mendorong pertumbuhan dan perkembangan usaha perdagangan. Faktor lain yang memiliki pengaruh besar adalah tenaga kerja. Pengusaha merupakan tenaga kerja yang bekerja secara mandiri, oleh karena itu aspek internal dari pengusaha merupakan faktor yang sangat penting terhadap perkembangan usaha. Usaha akan berjalan dengan baik apabila ditopang oleh kemampuan internal pengusaha seperti tingkat pendidikan, umur dan jenis kelamin (Manning,1996). 3. Rancangan Penelitian Penelitian ini adalah penelitian survey yaitu penelitian yang menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpul data yang pokok. Penelitian survey ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran dan pola sebaran dari obyek penelitian. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode pendekatan wilayah usaha perdagangan yang didasarkan jenis usaha perdagangan dan lokasi dari usaha perdagangan. Objek penelitian ini adalah usaha perdagangan yang berada di wilayah Kabupaten Situbondo. 4. Hasil Analisis Data Penelitian 4.1 Usaha Perdagangan Berdasarkan Lokasi Usaha Hasil survey menunjukkan jumlah usaha perdagangan sebanyak 449 buah, dengan 20 (dua puluh) jenis usaha perdagangan yang meliputi; usaha perdagangan besar dan eceran (penjualan mobil, penjualan eceran suku cadang dan asesoris mobil, penjualan eceran sepeda motor serta suku cadang dan asesorisnya, dan perdagangan eceran bahan bakar kendaraan SPBU), perdagangan eceran sembako, perdagangan eceran barang-barang kelontong selain Toserba, perdagangan eceran padi dan palawija, hasil pertanian (perdagangan eceran buah-buahan, dan perdagangan eceran sayuran), hasil peternakan, perikanan dan pertanian lainnya (perdagangan eceran hasil perternakan, perdagangan eceran hasil perikanan, dan perdagangan eceran hasil pertanian lainnya), perdagangan makanan minuman/tembakau, barang farmasi, kosmetik, dan alat laboratorium, perdagangan pupuk dan pemberantasan hama, perdagangan barang-barang keperluan pribadi, perdagangan eceran furniture, perdagangan eceran barang elektronik, bahan kontruksi, ATK dan hasil percetakan, komputer dan mesin-mesin, dan barang-barang kerajinan, serta perdagangan jasa (jasa wartel dan jasa lainnya). Adapun rincian usaha perdagangan berdasarkan lokasi usaha tersebut dapat dilihat pada tabel 5.1. Konsentrasi usaha perdagangan terjadi pada 3 (tiga) kecamatan, yakni Kecamatan Panji, Situbondo, dan Panarukan. Kecamatan Panji merupakan kecamatan dengan jumlah usaha perdagangan paling banyak, yaitu sebanyak 107 buah atau 23,83 persen. Disusul Kecamatan Situbondo dengan jumlah usaha perdagangan sebanyak 92 126

Jurnal ISEI Jember, Volume 2 Nomor 1, April 2012

buah atau 20,49 persen, dan Kecamatan Panarukan merupakan urutan ketiga dengan jumlah usaha perdagangan sebanyak 63 buah atau 14,03 persen. Sedangkan 3 (tiga) kecamatan dengan jumlah usaha perdagangan paling rendah/sedikit adalah Kecamatan Jatibanteng, Sumbermalang, Banyuglugur dan Mlandingan. Untuk Kecamatan Jatibanteng jumlah usaha perdagangan hanya sebanyak 2 (dua) buah atau 0,45 persen. Disusul Kecamatan Sumbermalang dengan jumlah usaha perdagangan sebanyak 3 (tiga) buah atau 0,67 persen, disusul Kecamatan Banyuglugur dan Mlandingan sebanyak 4 (empat) buah atau 0,89 persen. Kecamatan dengan potensi yang cukup besar dalam pengembangan usaha perdagangan adalah Kecamatan Besuki dengan jumlah usaha perdagangan sebanyak 43 buah atau 9,58 persen. Disusul Kecamatan Asembagus, Kapongan dan Banyuputih, dengan jumlah usaha perdagangan masing-masing 23 buah atau 5,12 persen, 21 buah atau 4,68 persen, dan 20 buah atau 4,45 persen. Secara rinci dapat dilihat pada gambar 1. Gambar .1 Rincian Jumlah Usaha Perdagangan Berdasarkan Wilayah Kecamatan

J ml Usaha120 100 80 60 40 20 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17

Keterangan: (1) Kecamatan Banyuputih, (2) Kecamatan Asembagus, (3) Kecamatan Jangkar, (4) Kecamatan Arjasa, (5) Kecamatan Kapongan, (6) Kecamatan Mangaran, (7) Kecamatan Panji, (8) Kecamatan Situbondo,(9) Kecamatan Panarukan,(10) Kecamatan Kendit, (11) Kecamatan Bungatan, (12) Kecamatan Mlandingan, (13) Kecamatan Suboh, (14) Kecamatan Basuki, (15) Kecamatan Jatibanteng, (16) Kecamatan Sumbermalang, (17) Kecamatan Banyuglugur

Secara keseluruhan jumlah tenaga kerja yang bekerja pada usaha perdagangan sejumlah 2.264 orang dimana Kecamatan Panji merupakan kecamatan dengan jumlah tenaga kerja paling besar, dan Kecamatan Kecamatan Sumbermalang merupakan kecamatan dengan jumlah tenaga kerja paling kecil. Jumlah tenaga kerja yang bekerja pada 127

Regina Niken Wilantari, Pemetaan Potensi Usaha Perdagangan

usaha perdagangan di Kecamatan Panji sebesar 615 orang atau 27,16 persen. Hal ini sesuai dengan jumlah usaha yang terdapat pada kecamatan tersebut yang juga merupakan kecamatan dengan jumlah usaha perdagangan paling besar. Disusul Kecamatan Situbondo dengan jumlah tenaga kerja sebanyak 455 orang atau 20,10 persen, dan Kecamatan Panarukan dengan jumlah tenaga kerja sebesar 329 orang atau 14,53 persen. Sementara kecamatan dengan jumlah tenaga kerja yang bekerja pada usaha perdagangan adalah Kecamatan Sumbermalang dengan jumlah tenaga sebanyak 10 orang atau 0,55 persen dari keseluruhan tenaga kerja pada usaha perdagangan. Hal tersebut sesuai dengan jumlah usaha perdagangan yang berada pada wilayah kecamatan tersebut. Disusul Kecamatan Jatibanteng dan Banyuglugur dengan jumlah tenaga kerja masingmasing 13 orang (0,57 persen) dan 20 orang (0,88 persen). Secara detail jumlah tenaga kerja pada usaha perdagangan di masing-masing wilayah kecamatan dapat dilihat pada gambar 2. Gambar 2 Rincian JumlahTenaga Kerja Usaha Perdagangan Berdasarkan Wilayah Kecamatan

J ml Tenaga Kerja700 600 500 400 300 200 100 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17

Keterangan: (1) Kecamatan Banyuputih, (2) Kecamatan Asembagus, (3) Kecamatan Jangkar, (4) Kecamatan Arjasa, (5) Kecamatan Kapongan, (6) Kecamatan Mangaran, (7) Kecamatan Panji, (8) Kecamatan Situbondo,(9) Kecamatan Panarukan,(10) Kecamatan Kendit, (11) Kecamatan Bungatan, (12) Kecamatan Mlandingan, (13) Kecamatan Suboh, (14) Kecamatan Basuki, (15) Kecamatan Jatibanteng, (16) Kecamatan Sumbermalang, (17) Kecamatan Banyuglugur

Berdasarkan analisis data usaha perdagangan, jumlah modal usaha yang terserap pada usaha perdagangan sebesar Rp. 77,06 milyard. Seperti halnya dengan jumlah usaha dan tenaga kerja, Kecamatan Panji merupakan kecamatan dengan jumlah modal usaha terbesar dengan total sebesar Rp. 19,96 milyard atau 25,90 persen. Disusul Kecamatan 128

Jurnal ISEI Jember, Volume 2 Nomor 1, April 2012

Situbondo dengan jumlah modal yang terserap sebesar Rp. 17,48 milyard atau 22,69 persen. Sedangkan urutan ketiga adalah Kecamatan Besuki, dengan jumlah modal usaha sebesar Rp. 10,70 milyard atau 13,89 persen. Hal ini berbeda pada jumlah usaha dan jumlah tenaga kerja dimana Kecamatan Panarukan merupakan kecamatan ketiga pada kedua kriteria tersebut. Sedangkan pada kriteria jumlah modal Kecamatan Panarukan menempati urutan keempat, dengan nilai modal sebesar Rp. 5,65 milyard atau 7,33 persen. Artinya jenis usaha perdagangan di Kecamatan Panarukan lebih bersifat intensif tenaga kerja, sehingga rasio jumlah modal terhadap jumlah usaha lebih sedikit/kecil. Secara detail dapat dilihat pada gambar 3. Gambar 3 Rincian Jumlah Modal Usaha Perdagangan Berdasarkan Wilayah Kecamatan

J ml Modal Usaha20,000,000,000 15,000,000,000 10,000,000,000 5,000,000,000 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17

Keterangan: (1) Kecamatan Banyuputih, (2) Kecamatan Asembagus, (3) Kecamatan Jangkar, (4) Kecamatan Arjasa, (5) Kecamatan Kapongan, (6) Kecamatan Mangaran, (7) Kecamatan Panji, (8) Kecamatan Situbondo,(9) Kecamatan Panarukan,(10) Kecamatan Kendit, (11) Kecamatan Bungatan, (12) Kecamatan Mlandingan, (13) Kecamatan Suboh, (14) Kecamatan Basuki, (15) Kecamatan Jatibanteng, (16) Kecamatan Sumbermalang, (17) Kecamatan Banyuglugur

Seperti halnya dengan kondisi modal usaha, total asset merupakan salah satu indikasi besar kecilnya suatu usaha termasuk usaha perdagangan. Hasil analisis menunjukkan bahwa total asset pada usaha perdagangan Kabupaten Situbondo sebesar Rp. 144,77 milyard, yang tersebar pada 17 (tujuh belas) kecamatan. Total asset tertinggi pada Kecamatan Panji dengan keseluruhan asset sebesar Rp. 28,50 milyard atau 19,69 persen. Disusul Kecamatan Besuki dengan total asset sebesar Rp. 27,26 milyard atau 18,83 persen, kemudian Kecamatan Situbondo dengan total asset sebesar Rp. 23,12 milyard atau 15,97 persen. 129

Regina Niken Wilantari, Pemetaan Potensi Usaha Perdagangan

Keadaan kondisi jumlah usaha dan tenaga kerja, dimana Kecamatan Panji, Situbondo dan Panarukan merupakan kecamatan 3 (tiga) besar, pada kriteria total asset Kecamatan Kapongan merupakan kecamatan dengan potensi yang cukup besar (atau urutan keempat) dengan total asset sebesar Rp. 21,05 milyard atau 14,54 persen. Sedangkan Kecamatan Panarukan merupakan kecamatan urutan kelima berdasarkan kriteria total asset. Berdasarkan kriteria total asset usaha perdagangan Kecamatan Suboh merupakan kecamatan dengan total asset terendah, yaitu sebesar Rp. 294,10 juta atau 0,20 persen Secara rinci kondisi total asset pada masing-masing kecamatan dapat dilihat pada gambar 4. Gambar 4 Rincian Total Asset Usaha Perdagangan Berdasarkan Wilayah Kecamatan

J ml Total AssetTotal Asset 30,000,000,000 25,000,000,000 20,000,000,000 15,000,000,000 10,000,000,000 5,000,000,000 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17

Keterangan: (1) Kecamatan Banyuputih, (2) Kecamatan Asembagus, (3) Kecamatan Jangkar, (4) Kecamatan Arjasa, (5) Kecamatan Kapongan, (6) Kecamatan Mangaran, (7) Kecamatan Panji, (8) Kecamatan Situbondo,(9) Kecamatan Panarukan,(10) Kecamatan Kendit, (11) Kecamatan Bungatan, (12) Kecamatan Mlandingan, (13) Kecamatan Suboh, (14) Kecamatan Basuki, (15) Kecamatan Jatibanteng, (16) Kecamatan Sumbermalang, (17) Kecamatan Banyuglugur

Berdasarkan total omset usaha perdagangan, keseluruhan omset usaha perdagangan sebesar Rp. 99,40 milyard yang terbagi pada masing-masing kecamatan. Untuk kriteria ini ada beberapa usaha perdagangan yang tidak mengisikan, sehingga nilai omset disini kurang memberikan nilai omset sesungguhnya. Salah satu contohnya, yaitu Kecamatan Sumbermalang tidak memasukkan nilai omsetnya. Dari data yang masuk nilai omset usaha perdagangan tertinggi adalah Kecamatan Besuki disusul Kecamatan Panji, dan kemudian Panarukan. Total omset usaha perdagangan untuk Kecamatan Panji sebesar Rp. 22,48 milyard atau 22.62 persen. Sedangkan untuk Kecamatan Panji total omset usaha perdagangan sebesar Rp. 22,29 milyard atau 22,43 persen. 130

Jurnal ISEI Jember, Volume 2 Nomor 1, April 2012

Dan Kecamatan Panarukan total omset usaha perdagangan sebesar Rp. 11,25 juta atau 11,32 persen. Kecamatan yang memiliki potensi cukup besar dilihat dari total omset usaha perdagangan adalah Kecamatan Situbondo, dengan nilai omset sebesar Rp. 10,94 milyard atau 11,01 persen. Dari beberapa kriteria, mulai dari jumlah usaha, jumlah tenaga kerja, jumlah modal usaha, jumlah asset dan jumlah omset terdapat 4 (empat) kecamatan dengan nilai kriteria yang sangat besar. Kecamatan-kecamatan tersebut adalah: Kecamatan Panji, Situbondo, Panarukan, dan Besuki. Sedangkan kecamatan dengan nilai kriteria (jumlah usaha, jumlah tenaga kerja, jumlah modal usaha, jumlah asset dan jumlah omset) sangat rendah meliputi 3 (tiga) kecamatan, yaitu Kecamatan Sumbermalang, Banyuglugur, dan Jatibanteng.

Gambar 5 Rincian Total Omset Perdagangan Berdasarkan Wilayah Kecamatan

J ml Total OmsetTotal Omset

25,000,000,000 20,000,000,000 15,000,000,000 10,000,000,000 5,000,000,000 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17

Keterangan: (1) Kecamatan Banyuputih, (2) Kecamatan Asembagus, (3) Kecamatan Jangkar, (4) Kecamatan Arjasa, (5) Kecamatan Kapongan, (6) Kecamatan Mangaran, (7) Kecamatan Panji, (8) Kecamatan Situbondo,(9) Kecamatan Panarukan,(10) Kecamatan Kendit, (11) Kecamatan Bungatan, (12) Kecamatan Mlandingan, (13) Kecamatan Suboh, (14) Kecamatan Basuki, (15) Kecamatan Jatibanteng, (16) Kecamatan Sumbermalang, (17) Kecamatan Banyuglugur

Untuk kriteria total omset pada usaha perdagangan, secara detail dapat dilihat pada gambar 5 diatas, dimana nilai omset terendah pada Kecamatan Jatibanteng dengan nilai 131

Regina Niken Wilantari, Pemetaan Potensi Usaha Perdagangan

Rp. 180 juta atau 0,18 persen. Disusul Kecamatan Arjasa dengan nilai omset sebesar Rp. 441 juta atau 0,44 persen, dan kemudian Kecamatan Suboh dengan nilai omset sebesar Rp. 720 juta atau 0,72 persen. Gambar 6 Rasio Jumlah Tenaga Kerja Terhadap Jumlah Usaha Berdasarkan Wilayah Kecamatan

R asio J ml Tenaga Kerja Terhadap J umlah Usaha7.00 6.00 5.00 4.00 3.00 2.00 1.00 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17

Keterangan: (1) Kecamatan Banyuputih, (2) Kecamatan Asembagus, (3) Kecamatan Jangkar, (4) Kecamatan Arjasa, (5) Kecamatan Kapongan, (6) Kecamatan Mangaran, (7) Kecamatan Panji, (8) Kecamatan Situbondo,(9) Kecamatan Panarukan,(10) Kecamatan Kendit, (11) Kecamatan Bungatan, (12) Kecamatan Mlandingan, (13) Kecamatan Suboh, (14) Kecamatan Basuki, (15) Kecamatan Jatibanteng, (16) Kecamatan Sumbermalang, (17) Kecamatan Banyuglugur

Sebagai bahan perbandingan dari kelima kriteria (jumlah usaha, jumlah tenaga kerja, jumlah modal usaha, jumlah asset dan jumlah omset), maka rasio jumlah usaha terhadap sejumlah kriteria perlu dilakukan (gambar 6). Hal ini juga menunjukkan tingkat konsentrasi atau tingkat kinerja masing-masing wilayah kecamatan. Berdasarkan hasil perhitungan menunjukkan bahwa rata-rata jumlah tenaga kerja yang bekerja pada usaha perdagangan persatuan unit adalah sebesar 4,72 orang. Dimana rasio tertinggi terjadi pada Kecamatan Jatibanteng, yaitu sebesar 6,50 yang artinya setiap unit usaha perdagangan mampu menyerap tenaga kerja sebesar 6,50 orang. Disusul Kecamatan Kendit dengan 6,29 orang, dan Kecamatan Asembagus dengan rasio sebesar 5,96 orang. Sedangkan nilai rasio terrendah terjadi pada Kecamatan Sumbermalan. Rasio jumlah tenaga kerja terhadap jumlah usaha perdagangan untuk Kecamatan Sumbermalang sebesar 3,33. Artinya setiap usaha perdagangan pada Kecamatan Sumberlang mampu menyerap 3,33 orang. 4.2 Usaha Perdagangan Berdasarkan Jenis Usaha Selain kondisi usaha perdagangan pada masing-masing wilayah, sebagai analisis perbanding juga dilakukan berdasarkan jenis usaha perdagangan. Analisis ini 132

Jurnal ISEI Jember, Volume 2 Nomor 1, April 2012

menunjukkan kinerja berdasarkan jenis usaha perdagangan, yang meliputi 20 (dua puluh) usaha perdagangan yang di Kabupaten Situbondo. Usaha perdagangan tersebut meliputi: usaha perdagangan besar dan eceran (penjualan mobil, penjualan eceran suku cadang dan asesoris mobil, penjualan eceran sepeda motor serta suku cadang dan asesorisnya, dan perdagangan eceran bahan bakar kendaraan SPBU), perdagangan eceran sembako, perdagangan eceran barang-barang kelontong selain Toserba, perdagangan eceran padi dan palawija, hasil pertanian (perdagangan eceran buah-buahan, dan perdagangan eceran sayuran), hasil peternakan, perikanan dan pertanian lainnya (perdagangan eceran hasil perternakan, perdagangan eceran hasil perikanan, dan perdagangan eceran hasil pertanian lainnya), perdagangan makanan minuman/tembakau, barang farmasi, kosmetik, dan alat laboratorium, perdagangan pupuk dan pemberantasan hama, perdagangan barang-barang keperluan pribadi, perdagangan eceran furniture, perdagangan eceran barang elektronik, bahan kontruksi, ATK dan hasil percetakan, komputer dan mesin-mesin, dan barangbarang kerajinan, serta perdagangan jasa (jasa wartel dan jasa lainnya). Kondisi Usaha Perdagangan Berdasarkan Jenis Usaha ditunjukkan tabel 1.

Tabel 1. Kondisi Usaha Perdagangan Berdasarkan Jenis Usaha Jml Modal No Uraian Total Asset Usaha Perusahaan

Omset Perusahaan

Jml Pekerja

133

Regina Niken Wilantari, Pemetaan Potensi Usaha Perdagangan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20

Perdagangan Besar dan Eceran Perdagangan Eceran Sembako Perdagangan Eceran Barang Kelontong Perdagangan Eceran Padi dan Palawija Perdagangan Hasil Pertanian Perdagangan Hasil Perternakan dan Perikanan Perdagangan Makanan, Minuman dan Tembakau Perdagangan Farmasi, Kosmetik, Alat Lab Perdagangan Eceran Pupuk dan Pemberantasan Hama Perdagangan Barangbarang Keperluan Pribadi Perdagangan Forniture Perdagangan elektronik dan Perlengkapan Listrik Perdagangan Barang Pecah Belah dan Telekomunikasi Perdagangan Bahan Konstruksi Perdagangan ATK dan Hasil Percetakan Perdagangan Komputer dan Mesin Perdagangan Barang Kerjinan Perdagangan Jasa Jasa Wartel dan Koperasi Jasa Lainnya Jumlah

38 83 5 42 8 41 22 7 14 27 26 9 5 56 20 12 10 4 14 6 449

5,722 ,900,000 9,896 ,010,330 482 ,500,000 6,987 ,407,756 764 ,600,000 5,891 ,500,000 3,168 ,050,000 786 ,200,000 6,813 ,142,500 3,419 ,500,000 3,899 ,050,000 1,002 ,231,232 599 ,100,000 8,091 ,695,000 3,320 ,870,000 4,096 ,200,000 1,344 ,707,500 484 ,000,000 8,450 ,657,987 1,835 ,739,550 77,056,061,855

10,718,400, 000 31,288,052, 218 492,500, 000 12,557,812, 445 1,109,600, 000 10,336,500, 000 9,447,550, 000 1,031,200, 000 15,143,300, 000 7,147,500, 000 6,473,800, 000 2,953,292, 590 1,312,100, 000 12,110,205, 000 5,359,850, 000 5,468,600, 000 2,199,707, 500 2,198,086, 493 4,048,961, 624 3,375,452, 559 144,772,470,429

8,585,000,0 00 21,728,945,1 06 340,800,0 00 13,683,487,5 83 2,109,000,0 00 16,154,000,0 00 4,293,000,0 00 851,000,0 00 3,041,000,0 00 5,025,000,0 00 5,139,400,0 00 2,772,795,8 39 864,000,0 00 5,643,200,0 00 2,877,000,0 00 2,155,500,0 00 459,000,0 00 1,397,000,0 00 2,100,508,9 52 182,800,0 00 99,402,437,480

184 275 14 252 23 185 121 47 52 104 182 104 41 262 86 47 36 60 129 60 2264

Sumber: data sekunder diolah, 2011

Secara keseluruhan total usaha perdagangan sebanyak 449 unit usaha, dimana usaha perdagangan eceran sembako merupakan usaha perdagangan paling banyak di Kabupaten Situbondo yaitu berjumlah 83 unit usaha. Disusul perdagangan bahan kontruksi, yaitu sebanyak 56 unit usaha, dan kemudian perdagangan eceran padi dan palawija berjumlah 42 134

Jurnal ISEI Jember, Volume 2 Nomor 1, April 2012

unit usaha. Sementara itu, perdagangan jasa menduduki peringkat paling kecil pada usaha perdagangan dikabupaten Situbondo, yaitu berjumlah 4 unit usaha. Disusul oleh perdagangan eceran barang kelontong, yaitu berjumlah 5 unit usaha, dan perdagangan jasa lainnya berjumlah 6 unit usaha. Apabila diperbandingkan rasio jumlah tenaga terhadap jumlah usaha berdasarkan jenis usaha perdagangan kita dapat melihat kebutuhan tenaga kerja yang dibutuhkan pada masing-masing jenis usaha perdagangan. Artinya dengan rasio tersebut memperlihatkan kemampuan perunit usaha dalam menyerap tenaga kerja. Berdasarkan hasil analisis data secara keseluruhan kemampuan rata-rata per unit usaha perdagangan dalam menyerap tenaga kerja sebanyak 5,04 orang. Jenis usaha perdagangan yang memiliki kemampuan dalam menyerap tenaga kerja yang paling besar adalah perdagangan jasa, dimana perunit usaha mampu menyerap 15 orang. Disusul Perdagangan jasa dengan kemampuan menyerap tenaga kerja sebanyak 11,56 orang (hampir 12 orang. Secara lengkap kemampuan menyerap tenaga kerja berdasarkan jenis usaha perdagangan dapat dilihat pada table 2.Tabel 2. Rasio Jumlah Tenaga Kerja Terhadap Jumlah Usaha Berdasarkan Jenis Usaha Rasio Jml Tenaga Kerja No Uraian terhadap Jml Usaha 1 Perdagangan Besar dan Eceran 4.84 2 Perdagangan Eceran Sembako 3.31 3 Perdagangan Eceran Barang Kelontong 2.80 4 Perdagangan Eceran Padi dan Palawija 6.00 5 Perdagangan Hasil Pertanian 2.88 6 Perdagangan Hasil Perternakan dan Perikanan 4.51 7 Perdagangan Makanan, Minuman dan Tembakau 5.50 8 Perdagangan Farmasi, Kosmetik, Alat Lab 6.71 Perdagangan Eceran Pupuk dan Pemberantasan 9 Hama 3.71 10 Perdagangan Barang-barang Keperluan Pribadi 3.85 11 Perdagangan Forniture 7.00 12 Perdagangan elektronik dan Perlengkapan Listrik 11.56 Perdagangan Barang Pecah Belah dan 13 Telekomunikasi 8.20 14 Perdagangan Bahan Konstruksi 4.68 15 Perdagangan ATK dan Hasil Percetakan 4.30 16 Perdagangan Komputer dan Mesin 3.92 17 Perdagangan Barang Kerjinan 3.60 18 Perdagangan Jasa 15.00 19 Jasa Wartel dan Koperasi 9.21 20 Jasa Lainnya 10.00 Rata-rata 5.04 Sumber: data sekunder diolah, 2011

Berdasarkan hasil analisis rasio modal usaha terhadap jumlah usaha berdasarkan jenis usaha, perdagangan hasil pertanian merupakan jenis usaha perdagangan dengan kebutuhan modal usaha yang paling kecil. Kebutuhan modal usaha setiap unit usaha perdagangan hasil pertanian sebesar Rp. 95,58 juta. Disusul oleh kebutuhan modal usaha perdagangan eceran barang kelontong, sebesar Rp. 96,50 juta, dan kemudian perdagangan 135

Regina Niken Wilantari, Pemetaan Potensi Usaha Perdagangan

elektronik dan perlengkapan listrik sebesar Rp. 111,36 juta. Secara detail kebutuhan modal pada masing-masing untuk jenis usaha perdagangan dapat dilihat pada tabel 3. Tabel 3. Rasio Jumlah Modal Usaha Terhadap Jumlah Usaha Berdasarkan Jenis Usaha Rasio Jml Modal Usaha No Uraian terhadap Jml Usaha 1 Perdagangan Besar dan Eceran 150,602,632 2 Perdagangan Eceran Sembako 119,229,040 3 Perdagangan Eceran Barang Kelontong 96,500,000 4 Perdagangan Eceran Padi dan Palawija 166,366,851 5 Perdagangan Hasil Pertanian 95,575,000 6 Perdagangan Hasil Perternakan dan Perikanan 143,695,122 7 Perdagangan Makanan, Minuman dan Tembakau 144,002,273 8 Perdagangan Farmasi, Kosmetik, Alat Lab 112,314,286 Perdagangan Eceran Pupuk dan Pemberantasan 9 Hama 486,653,036 10 Perdagangan Barang-barang Keperluan Pribadi 126,648,148 11 Perdagangan Forniture 149,963,462 12 Perdagangan elektronik dan Perlengkapan Listrik 111,359,026 Perdagangan Barang Pecah Belah dan 13 Telekomunikasi 119,820,000 14 Perdagangan Bahan Konstruksi 144,494,554 15 Perdagangan ATK dan Hasil Percetakan 166,043,500 16 Perdagangan Komputer dan Mesin 341,350,000 17 Perdagangan Barang Kerjinan 134,470,750 18 Perdagangan Jasa 121,000,000 19 Jasa Wartel dan Koperasi 603,618,428 20 Jasa Lainnya 305,956,592 Rata-rata 171,617,064Sumber: data sekunder diolah, 2011

Berdasarkan hasil analisis rasio omset usaha terhadap jumlah usaha berdasarkan jenis usaha, perdagangan jasa lainnya merupakan jenis usaha perdagangan dengan omset usaha yang paling kecil. Kemampuan omset usaha setiap unit usaha perdagangan jasa lainnya sebesar Rp. 30,47 juta. Sementara jenis usaha perdagangan yang menhasilkan omset usaha paling besar adalah perdagangan hasil peternakan dan perikanan dengan omset usaha sebesar Rp. 394,00 juta. Disusul perdagangan jasa dengan omset usaha sebesar Rp. 349,25 juta, dan kemudian perdagangan padi dan palawija dengan omset usaha sebesar 325,80 juta. Secara detail kebutuhan modal pada masing-masing untuk jenis usaha perdagangan dapat dilihat pada tabel 4.

Tabel 4. Rasio Jumlah Omset Usaha Terhadap Jumlah Usaha Berdasarkan Jenis Usaha Rasio Jml Omset Usaha No Uraian terhadap Jml Usaha 1 Perdagangan Besar dan Eceran 225,921,053 2 Perdagangan Eceran Sembako 261,794,519 136

Jurnal ISEI Jember, Volume 2 Nomor 1, April 2012

3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20

Perdagangan Eceran Barang Kelontong Perdagangan Eceran Padi dan Palawija Perdagangan Hasil Pertanian Perdagangan Hasil Perternakan dan Perikanan Perdagangan Makanan, Minuman dan Tembakau Perdagangan Farmasi, Kosmetik, Alat Lab Perdagangan Eceran Pupuk dan Pemberantasan Hama Perdagangan Barang-barang Keperluan Pribadi Perdagangan Forniture Perdagangan elektronik dan Perlengkapan Listrik Perdagangan Barang Pecah Belah dan Telekomunikasi Perdagangan Bahan Konstruksi Perdagangan ATK dan Hasil Percetakan Perdagangan Komputer dan Mesin Perdagangan Barang Kerjinan Perdagangan Jasa Jasa Wartel dan Koperasi Jasa Lainnya Rata-rata

68,160,000 325,797,323 263,625,000 394,000,000 195,136,364 121,571,429 217,214,286 186,111,111 197,669,231 308,088,427 172,800,000 100,771,429 143,850,000 179,625,000 45,900,000 349,250,000 150,036,354 30,466,667 221,386,275

5. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan maka kesimpulan penelitian ini sebagai berikut: a) Beberapa kriteria, yaitu dari jumlah usaha, jumlah tenaga kerja, jumlah modal usaha, jumlah asset dan jumlah omset terdapat 4 (empat) kecamatan dengan nilai kriteria yang sangat besar. Kecamatan-kecamatan tersebut adalah: Kecamatan Panji, Situbondo, Panarukan, dan Besuki. Sedangkan kecamatan dengan nilai kriteria sangat rendah meliputi 3 (tiga) kecamatan, yaitu Kecamatan Sumbermalang, Banyuglugur, dan Jatibanteng. b) Hasil perhitungan menunjukkan bahwa rata-rata jumlah tenaga kerja yang bekerja pada usaha perdagangan persatuan unit adalah sebesar 4,72 orang. Dimana rasio tertinggi terjadi pada Kecamatan Jatibanteng, yaitu sebesar 6,50, disusul Kecamatan Kendit dengan 6,29 orang, dan Kecamatan Asembagus dengan rasio sebesar 5,96 orang. c) Perdagangan eceran sembako merupakan usaha perdagangan paling banyak di Kabupaten Situbondo yaitu berjumlah 83 unit usaha. Disusul perdagangan bahan kontruksi, yaitu sebanyak 56 unit usaha, dan kemudian perdagangan eceran padi dan palawija berjumlah 42 unit usaha. Perdagangan jasa menduduki peringkat paling kecil pada usaha perdagangan dikabupaten Situbondo, yaitu berjumlah 4 unit usaha. Disusul oleh perdagangan eceran barang kelontong, yaitu berjumlah 5 unit usaha, dan perdagangan jasa lainnya berjumlah 6 unit usaha. Berdasarkan hasil kesimpulan penelitian maka saran yang disampaikan sebagai bertikut: a) Berdasarkan data dan fakta yang ada, terjadi perbedaan yang signifikan antar wilayah kecamatan dimana terdapat kecamatan dengan konsentrasi tinggi, sementara terdapat 137

Regina Niken Wilantari, Pemetaan Potensi Usaha Perdagangan

kecamatan dengan konsentrasi usaha perdagangan yang sangat rendah. Untuk itu kedepan perlu dilakukan pengembangan usaha perdagangan melalui pendampingan dan pemberian kemudahan terhadap akses pada lembanga keuangan terutama usaha perdagangan pada wilayah dengan konsentrasi rendah. b) Munculnya usaha pedagangan modern memberikan ancaman yang cukup serius kepad usaha perdagangan tradisional. Untuk itu perlu adanya ketegasan dan regulasi yang jelas terhadap aturan-aturan, sehingga tidak menganggu keberadaan usaha perdagangan tradisional.

Daftar Pustaka Anwar, Affendi, 1996, Kajian Kelembagaan untuk Menunjang Pengembangan Agribisnis, Makalah, Disampaikan sebagai bahan untuk kerjasama dengan Biro Perencanaan Departemen Pertanian, Jakarta (tidak dipublikasikan). Masyrofie, 1994, Pemasaran Hasil Pertanian, Pascasarjana, Unibraw. Mubyarto dan A. S. Dewanta, 1989, Karet: Kajian Sosial-Ekonomi, Aditya Media, Yogyakarta. Stifel, L.D., 1975, Input Competition in Market Network the Case of Rubber in Thailand, Amer. Jour. Of Agri. Ec., Vol. 57, No. 4. Tomek W.G. and K.J. Robinson, 1975, Agricultural Product Prices, Cornel University Press, Ithaca. Sinungan, Muchdarsyah. 2005. Produktivitas : Apa dan Bagaimana. Jakarta : PT. Bumi Aksara Subanar, Harimurti. 2001. Manajemen Usaha Kecil. Yogyakarta : PT. BPFE Widodo, Suseno Triyanto. 1990. Indikator Ekonomi : Dasar Perhitungan Perekonomian Indonesia. Jakarta : Kanisius

138