pemetaan partisipatif untuk pengembangan ekosistem mangrove filepemetaan partisipatif untuk...

20
2396 Oleh : N.L Hanum, M. A. Marfai, E.T.W Mei Faculty of Geography, Universitas Gadjah Mada – INDONESIA Corresponding Author: [email protected], +6481226933755 Bulaksumur – Sekip Utara, Yogyakarta Indonesia Pemetaan Partisipatif untuk Pengembangan Ekosistem Mangrove ABSTRACT Mangrove is a wetland resource in a coastal area that has a high potential diversity and provides ecological and socio-economic advantages. Mangrove conservation has already been established in Tirtohargo coastal area between Samas and Depok beaches. Mangrove ecosystem development as a conservation area is possible to be exploited through activities that can increase the income of the local economy, such as tourism. Tourism and conservation development cannot work well if there is no participation from society. One form of public participation can be realized through participatory mapping. The targets of the mangrove ecosystem development mapping in the village of Tirtohargo are, among others, mangrove community groups, local government, and government agencies. Participatory mapping in this study aims 1) to map the potential and mangrove ecosystems resources in the Baros, Tirtohargo, Kretek using community-based approach, 2) to map and analyze the development plan of the community-based mangrove ecosystem, 3) to compile the information system of the results of participatory mapping mangrove ecosystem development mapping as an information and promotion media. The methods used in this study are, among others, participatory mapping scaled 2D using remote sensing image (Worldview2) to achieve the first objective, qualitative descriptive analysis to achieve the second goal, in addition, to obtain information that can be accessed digitally, and Geographic Information System (GIS) and multimedia software to create the information system. Participatory mapping is conducted in terms of physical and social aspects. The mapping results of the physical aspect shows that infrastructure, facilities, and mangrove ecosystems need to be developed. While the potentials of social aspects that need to be developed are community group and the livelihood of the population. The mangrove ecosystem development plan has received support from local governments, community groups, and local agencies through review of the results of participatory mapping activities. Then, the results of participatory mapping is packaged as an information system of interactive maps and a website. Interactive maps are very helpful for local people or users who are unfamiliar to the use of maps. In addition, the interactive map on the website can be used as a promotion media of mangrove tourism and conservation. Keywords : Participatory mapping, mangrove ecosystem, conservation, GIS Jurnal Riset Daerah Vol. XV, No.1. April 2016

Upload: doannhan

Post on 30-Apr-2019

234 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: Pemetaan Partisipatif untuk Pengembangan Ekosistem Mangrove filePemetaan Partisipatif untuk Pengembangan Ekosistem Mangrove ABSTRACT Mangrove is a wetland resource in a coastal area

2396

Oleh : N.L Hanum, M. A. Marfai, E.T.W Mei

Faculty of Geography, Universitas Gadjah Mada – INDONESIACorresponding Author: [email protected], +6481226933755

Bulaksumur – Sekip Utara, Yogyakarta Indonesia

Pemetaan Partisipatif untuk Pengembangan Ekosistem Mangrove

ABSTRACT

Mangrove is a wetland resource in a coastal area that has a high potential diversity and provides ecological and socio-economic advantages. Mangrove conservation has already been established in Tirtohargo coastal area between Samas and Depok beaches. Mangrove ecosystem development as a conservation area is possible to be exploited through activities that can increase the income of the local economy, such as tourism. Tourism and conservation development cannot work well if there is no participation from society. One form of public participation can be realized through participatory mapping. The targets of the mangrove ecosystem development mapping in the village of Tirtohargo are, among others, mangrove community groups, local government, and government agencies. Participatory mapping in this study aims 1) to map the potential and mangrove ecosystems resources in the Baros, Tirtohargo, Kretek using community-based approach, 2) to map and analyze the development plan of the community-based mangrove ecosystem, 3) to compile the information system of the results of participatory mapping mangrove ecosystem development mapping as an information and promotion media. The methods used in this study are, among others, participatory mapping scaled 2D using remote sensing image (Worldview2) to achieve the first objective, qualitative descriptive analysis to achieve the second goal, in addition, to obtain information that can be accessed digitally, and Geographic Information System (GIS) and multimedia software to create the information system. Participatory mapping is conducted in terms of physical and social aspects. The mapping results of the physical aspect shows that infrastructure, facilities, and mangrove ecosystems need to be developed. While the potentials of social aspects that need to be developed are community group and the livelihood of the population. The mangrove ecosystem development plan has received support from local governments, community groups, and local agencies through review of the results of participatory mapping activities. Then, the results of participatory mapping is packaged as an information system of interactive maps and a website. Interactive maps are very helpful for local people or users who are unfamiliar to the use of maps. In addition, the interactive map on the website can be used as a promotion media of mangrove tourism and conservation.

Keywords : Participatory mapping, mangrove ecosystem, conservation, GIS

Jurnal Riset Daerah Vol. XV, No.1. April 2016

Page 2: Pemetaan Partisipatif untuk Pengembangan Ekosistem Mangrove filePemetaan Partisipatif untuk Pengembangan Ekosistem Mangrove ABSTRACT Mangrove is a wetland resource in a coastal area

PENDAHULUAN

Mangrove merupakan sumber daya lahan basah di wilayah pesisir yang memiliki potensi keanekaragaman tinggi dan manfaat secara ekologis dan sosial ekonomi. Namun, data terakhir mengindikasikan total luas mangrove Indonesia dalam waktu dua puluh tahun terakhir telah berkurang hampir 1,1 juta hektar atau sekitar tujuh puluh lima persen akibat konversi (KKMT Nasional, 2013). Oleh karena itu, perlu adanya upaya dalam mempertahankan kelestarian mangrove sebagai salah satu sistem penyangga kehidupan yaitu dengan cara konservasi.

Pengembangan ekosistem mangrove sebagai kawasan konservasi tidak menutup kemungkinan untuk dimanfaatkan melalui kegiatan-kegiatan yang dapat meningkatkan pendapatan ekonomi masyarakat, salah satunya dengan pengembangan pariwisata. Hal tersebut didukung dalam Rencana Program Jangka Menengah Nasional 2015-2019 tentang strategi pengembangan ekonomi perde-saan yang dilakukan melalui pengem-bangan pariwisatanya. Berbagai jenis pariwisata yang dapat dikembangkan di kawasan konservasi, salah satunya dengan wisata minat khusus yang dikemas dengan kegiatan konservasi.

Masyarakat di pesisir Baros Desa Tirtohargo telah menerapkan pengembangan ekosistem mangrove yang dimulai sejak tahun 2000 sebagai upaya untuk mengurangi permasalahan yang timbul akibat pengaruh alam. Saat ini ekosistem mangrove tersebut telah ditetapkan sebagai kawasan konservasi berdasarkan Surat Keputusan Bupati Nomor 284 Tahun 2014. Pada tahun 2012 mulai dikembangkan ekosistem mangrove sebagai objek wisata minat khusus dengan kegiatan-kegiatan konservasi yang diharapkan nantinya dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Dalam pengembangan ekosis tem mangrove ini terdapat kendala-kendala yang belum dapat diatasi secara menyeluruh, antara lain (i) pengembangan ekosistem mangrove belum tersusun secara sistematis, detail, dan terpetakan dengan baik, hal ini dikarenakan pengembangan ekosistem mangrove masih belum berjalan dengan optimal sesuai dengan perencanaan program yang tercantum dalam RPJM Desa Tirtohargo, (ii) media promosi dan informasi ekosistem mangrove belum dikembangkan secara optimal, yang diakibatkan oleh (iii) kemampuan sumber daya manusia untuk mengelola informasi masih kurang memadai, dan (iv) adanya anggapan bahwa pekerjaan mengelola informasi kurang menarik serta (v) rendahnya kemampuan dan kemauan untuk memelihara dan pemutakhiran (updating) data dan informasi sumber daya alam dan lingkungan hidup.

Permasalahan tersebut dapat diselesaikan apabila ada partisipasi masyarakat yang aktif dalam pengembangan kawasan. Partisipasi masyarakat dalam pemba-ngunan mulai dikembangkan sejak berlakunya kebijakan “bottom up”. Partisipasi masyarakat yang tinggi menjadi salah satu faktor penentu keberhasilan pengelolaan mangrove (Cahyawati, 2012). Perwujudan partisipasi masyarakat dapat dilakukan dengan pemetaan partisipatif untuk mengetahui kondisi lapangan, potensi pengembangan, dan rencana pengembangan sesuai dengan pengetahuan dan kemampuan masyarakat lokal yang nantinya dapat menjadi dasar perencanaan yang sistematis. Hasil dari pemetaan ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi yang sistematis, detail, dan menarik yang diwujudkan dengan aplikasi multimedia pemetaan.

Berdasarkan pernyataan di atas, penelitian ini bertujuan untuk memetakan potensi dan

2397

Jurnal Riset Daerah Vol. XV, No.1. April 2016

Page 3: Pemetaan Partisipatif untuk Pengembangan Ekosistem Mangrove filePemetaan Partisipatif untuk Pengembangan Ekosistem Mangrove ABSTRACT Mangrove is a wetland resource in a coastal area

sumberdaya ekosistem mangrove di Dusun Baros, Desa Tirtohargo, Kecamatan Kretek secara partisipatif , memetakan dan menganalisis rencana pengembangan ekosistem mangrove berbasis masyarakat, menyusun sistem informasi hasil pemetaan partisipatif pengembangan ekosistem mangrove sebagai media informasi dan promosi.

METODE PENELITIAN

1. PEMILIHAN LOKASI

Pemilihan lokasi ini berdasarkan pertimbangan bahwa ekosistem mangrove di Dusun Baros merupakan ekosistem mangrove yang konsisten dikembangkan di DI. Yogyakarta khususnya di Kabupaten Bantul. Keterlibatan masyarakat dalam pengembangan dan penge lo laan merupakan suatu keunggulan dalam pengembangan ekosistem mangrove di Dusun Baros.

2. PENENTUAN INFORMAN KUNCI

Informan ditentukan berdasarkan tujuan kegiatan dengan pertimbangan t e r t e n t u y a n g d i p a n d a n g d a p a t memberikan informasi secara maksimal, misalnya informan tersebut dianggap paling tahu tentang apa yang kita harapkan. Dalam hal ini, peneliti menentukan informan berdasarkan rekomendasi kepala dusun dengan syarat tidak keluar dari kriteria. Dalam kegiatan ini pemilihan banyaknya informan d i d a s a r k a n a t a s p e r t i m b a n g a n -pertimbangan, yaitu ketepatan (key person, peneliti melibatkan key person untuk mendapatkan informasi yang lebih mendalam) dan praktis (penghematan biaya, waktu, tenaga, dan kemampuan).

3. VARIABEL PENELITIAN

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini dikelompokan menjadi dua,

yaitu variabel pemetaan aspek fisik dan aspek sosial. Variabel pemetaan aspek fisik dibedakan menjadi ekosistem mangrove dan lokasi pengembangan. Aspek fisik yang termasuk dalam ekosistem mangrove, yaitu batas administasi, sebaran dan sumberdaya mangrove, infrastruktur sarana prasarana, peng-gunaan lahan, aksesibilitas, dan status lahan sedangkan aspek fisik yang termasuk dalam pengembangan eko-sistem mangrove dibedakan menjadi pengembangan wisata dan konservasi. Variabel pemetaan partisipatif aspek sosial yang digunakan, antara lain jumlah penduduk, mata pencaharian, usia produktif, dan kelompok masyarakat.

4. PENGUMPULAN DATA

a. Metode Pemetaan Partisipatif

Pemetaan partisipatif merupakan m e t o d e k o m u n i k a s i d a l a m pembangunan masyarakat. Komu-nikasi antar masyarakat, masyarakat dengan pemerintah lokal maupun daerah, serta akademisi dengan masyarakat maupun pemerintah lokal/daerah merupakan keterkaitan yang dapat memperkuat pembangunan masyarakat dan wilayah. Selain itu, pemetaan partisipatif dipilih sebagai upaya penerapan kebijakan bottom-up.

Metode komunikasi partisipatif dalam pembangunan masyarakat ini diterapkan pada pengembangan ekosistem mangrove di Dusun Baros Desa Ti r tohargo . Komunikas i partisipatif pengembangan ekosistem m a n g r o v e d i l a k u k a n d e n g a n menggunakan pemetaan partisipatif sca led 2D mapping (S2DM). Pengembangan ekosistem mangrove akan berjalan dengan baik apabila masya raka t , peme in t ah desa ,

2398

Jurnal Riset Daerah Vol. XV, No.1. April 2016

Page 4: Pemetaan Partisipatif untuk Pengembangan Ekosistem Mangrove filePemetaan Partisipatif untuk Pengembangan Ekosistem Mangrove ABSTRACT Mangrove is a wetland resource in a coastal area

2399

pemerintah lokal, dan ilmuwan/ akademisi dapat berkoordinasi dengan baik.

Peta yang digunakan dalam pemetaan partisipatif didasarkan pada Surat Keputusan Pencadangan Kawasan Konservasi Mangrove meliputi zona inti ekosistem mangrove, zona lainnya, dan zona pemanfaatan terbatas. Zona pemetaan dilakukan pada zona inti ekosistem mangrove. Bahan utama yang digunakan dalam pemetaan partisipatif adalah citra penginderaan jauh Worldview2 dengan menggunakan metode interpretasi visual.

b. Observasi

Pada tahap ini, dilakukan observasi dan pengumpulan materi yang dibutuhkan. Observasi dilakukan dengan metode Rapid Rural Appraisal (RRA). Dalam metode ini, pengenalan wilayah dilakukan secara cepat untuk mendapatkan gambaran umum wilayah.

5. ANALISIS DATA

Analisis data merupakan upaya untuk memperoleh temuan lapangan dalam unit informasi kemudian diinduksi ke dalam rumusan konsep yang berhubungan dengan tujuan kegiatan. Setiap tujuan memiliki cara analisis yang berbeda, masing-masing memiliki karakteristik tersendiri dalam pengukuran. Teknik analisis untuk setiap tujuan dijabarkan sebagai berikut:

Tujuan 1: Memetakan ekosistem mangrove di Dusun Baros, Desa Tirtohargo, Kecamatan Kretek berbasis masyarakat

Metode pemetaan partisipatif yang digunakan adalah pemetaan dua

d i m e n s i o n a l b e r s k a l a d e n g a n menggunakan citra Worldview2 sebagai dasar pemetaan. Pemetaan partisipatif dengan menggunakan peta dan citra berskala digunakan apabila tersedia peta atau citra yang akurat dan terjangkau. Citra skala detail sangat membantu ketika bekerja dengan masyarakat non-terpelajar, termasuk di dalamnya orang-orang yang berasal dari sistem kehidupan yang marjinal seperti masyarakat adat dan penduduk pedalaman. Dengan mengguna-kan metode pemetaan partisipatif, masyarakat dapat secara bertahap dibekali kemam-puan menyusun, membaca, dan menganalisis peta untuk keperluan perencanaan dan kegiatan lapangan. Selain citra, peta dan data sekunder pendukung data sosial ekonomi digunakan untuk mencapai tujuan pertama ini.

Pemetaan partisipatif dilakukan berdasarkan aspek fisik dan sosial ekonomi wilayah. Informasi yang dipetakan, antara lain aspek fisik (batas dusun, sebaran mangrove, penutup lahan, aksesibilitas, dan sarana prasarana,) dan aspek sosial ekonomi (kepadatan penduduk, matapenca-harian, usia produktif, asosiasi/ kelompok masya-rakat). Pemetaan batas dusun dilakukan untuk mendapatkan informasi detail mengenai batas administratif dusun. Deliniasi sebaran mangrove dilakukan pada zona inti pencadangan mangrove dengan memberi batasan mangrove dan non mangrove. Sarana dan prasarana desa yang dipetakan meliputi, jalan dan sumber air bersih. Penggunaan lahan permukiman, sawah, dan lahan pertanian juga dipetakan. Selain itu aksesibilitas yang merupakan jarak dari jalan utama menuju lokasi dideliniasi guna memberikan informasi akses yang dapat dilalui.

Jurnal Riset Daerah Vol. XV, No.1. April 2016

Page 5: Pemetaan Partisipatif untuk Pengembangan Ekosistem Mangrove filePemetaan Partisipatif untuk Pengembangan Ekosistem Mangrove ABSTRACT Mangrove is a wetland resource in a coastal area

2400

Langkah-langkah pemetaan partisipatif yang tergambar (Gambar 1) dapat dijelaskan sebagai berikut :

a. M e l a k u k a n d e l i n e a s i m a n u a l berdasarkan variabel yang ditentukan

b. Diskusi permasalahan

c. Dokumentasi

d. Konversi data hasil pemetaan kedalam Sistem Informasi Geografis (SIG)

Tu j u a n 2 : M e m e t a k a n d a n menganalisis rencana pengembangan e k o s i s t e m m a n g ro v e b e r b a s i s masyarakat

C i t r a Wo r l d v i e w 2 d a n P e t a Pencadangan Kawasan Konservasi Taman Pesisir Mangrove di Desa Tirtohargo, Bantul digunakan sebagai media bantu dalam pemetaan partisipatif untuk mencapai tujuan kedua. Penentuan rencana pengembangan baik wisata maupun konservasi dilakukan dengan mendelineasi citra dan dilakukan diskusi.

R e n c a n a p e n g e m b a n g a n w i s a t a difokuskan pada objek sarana wisata alam maupun pendidikan lingkungan berbasis kehidupan masyarakat desa dan pengenalan ekologi muara sungai opak. Pada tahapan ini dilakukan proses penentuan objek dan jalur kunjungan. Selain itu, dilakukan focus group discussion (FGD) dalam pengembangan objek wisata dan penentuan jalur

kunjungan. Rencana pengembangan konservasi dilakukan dengan memberi batasan rencana penambahan tanaman mangrove di zona int i kawasan pencadangan mangrove dan diskusi. Hasil dari pemetaan rencana pengembangan ekosistem mangrove kemudian dianalisis dengan metode analisis deskriptif untuk menentukan rencana pengembangan ekosistem mangrove.

Tujuan 3: Pembuatan Peta Interaktif Pengembangan Ekosistem mangrove

Jurnal Riset Daerah Vol. XV, No.1. April 2016

Gambar 1. Tahapan Pemetaan Partisipatifsumber : Survei Lapangan, Juni 2015

Page 6: Pemetaan Partisipatif untuk Pengembangan Ekosistem Mangrove filePemetaan Partisipatif untuk Pengembangan Ekosistem Mangrove ABSTRACT Mangrove is a wetland resource in a coastal area

2401

Sistem informasi dikemas dalam bentuk peta interaktif. Peta interaktif merupakan peta yang divisualisasikan dengan multimedia yang bertujuan membentuk interaksi pengguna dalam navigasi dan legenda.

6. VALIDASI DATA

Review hasil pemetaan partisipatif dan rencana pengembangan dilakukan dengan tujuan untuk menilai kebenaran dan kesesuaian data serta hasil. Selain itu, review dilakukan untuk menampung saran, tanggapan, dan kritik terkait dengan penelitian ini. Review dilakukan dengan diskusi yang melibatkan stakeholder pengembangan mangrove di Desa Tirtohargo. Stakeholder yang diundang dalam diskusi antara lain, pemerintah Desa Tirtohargo, kelompok masyarakat, dan instansi-instansi pemerintah daerah Kabupaten Bantul yang terkait dengan pengembangan ekosistem mangrove.

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. P E M E TA A N P O T E N S I D A N S U M B E R D AYA E K O S I S T E M M A N G R O V E S E C A R A PARTISIPATIF

Pemetaan partisipatif dilakukan pada tanggal 9 Juni 2015 dengan peserta, meliputi perangkat Desa Tirtohargo, pengelola mangrove, dan perwakilan

kelompok masyarakat . Pemetaan partisipatif ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pandangan masyarakat setempat tentang kondisi ekosistem mangrove yang berkembang selama ini baik dari aspek fisik dan sosial. Pemetaan partisipatif yang diterapkan adalah pemetaan dua dimensi berskala (Scaled-2D) dengan menggunakan c i t ra Worldview2 yang dicetak ukuran 3 meter x 2 meter dengan skala 1: 2000, transparansi, spidol berwarna, penghapus (Gambar 2). Kegiatan tersebut berlangsung selama 3 jam.

Pelaksanaan kegiatan pemetaan partisipatif di Desa Tirtohargo dimulai dengan pengarahan tentang simbolisasi peta yang telah ditetapkan sebelumnya dan pengenalan citra penginderaan jauh secara singkat oleh fasilitator. Pengarahan tentang simbolisasi ini bertujuan untuk m e n y a m a k a n p e r s e p s i a n t a r a peneliti/fasilitator dengan peserta. Peta citra yang digunakan masih bersifat tentatif yang menyajikan tentang informasi awal seperti batas desa yang didapat dari peta RBI (Rupa Bumi Indonesia) dan peta pencadangan konservasi taman pesisir mangrove. Setelah mendapatkan pengarahan, peserta melakukan delineasi peta dengan didampingi oleh pemandu di masing-masing kelompok.

Jurnal Riset Daerah Vol. XV, No.1. April 2016

Gambar 2. Pemetaan Partisipatif Masyarakat Desa Tirtohargo(A.Proses Kegiatan Pemetaan Partisipatif; B. Hasil Pemetaan Partisipatif;

sumber : Pemetaan Partisipatif Juni, 2015)

Page 7: Pemetaan Partisipatif untuk Pengembangan Ekosistem Mangrove filePemetaan Partisipatif untuk Pengembangan Ekosistem Mangrove ABSTRACT Mangrove is a wetland resource in a coastal area

2402

Terdapat beberapa kelebihan dan kekurangan dalam penerapan metode pemetaan scaled-2D yang ditemui di lapangan (Tabel 1).

a. Pemetaan Aspek Fisik

1) Batas Administrasi

P e t a b a t a s a d m i n i s t r a s i dideliniasi berdasarkan lokal knowledge masyarakat. Peta batas administrasi yang terdiri dari batas administrasi desa dan dusun menjadi dasar dalam pemetaan tematik selanjutnya. Pemetaan batas administrasi bertujuan untuk mengetahui pengetahuan warga terhadap lingkup wilayahnya sendiri. Berikut merupakan hasil dari pemetaan batas administrasi Desa Tirtohargo dengan keenam

dusun, yaitu Dusun Muneng, Dusun Baros, Dusun Kalangan, Dusun Karang, Dusun Gegunung, dan Dusun Gunungkunci

Berdasarkan hasil pemetaan partisipatif, didapatkan luas total Desa Tirtohargo adalah 34,44 Ha. Dusun terluas adalah Dusun Baros dengan luas 909.269 meter persegi. Dapat dilihat pada peta, Dusun Baros yng terletak di sebelah barat memiliki wilayah yang didominasi oleh lahan pertanian. Dusun Kalangan merupakan Dusun dengan luasan terkecil di sebelah timur wilayah administrasi Desa Tirtohargo dengan luas 277.494 meter persegi atau 27,74Ha.

Jurnal Riset Daerah Vol. XV, No.1. April 2016

Tabel 1. Kelebihan dan Kekurangan Penggunaan Metode Pemetaan Scaled-2D

Page 8: Pemetaan Partisipatif untuk Pengembangan Ekosistem Mangrove filePemetaan Partisipatif untuk Pengembangan Ekosistem Mangrove ABSTRACT Mangrove is a wetland resource in a coastal area

2403

2) Sebaran Mangrove

Hasil pemetaan partisipatif masyarakat menunjukkan bahwa luasan tertinggi adalah mangrove yang memiliki kerapatan sedang pada zona inti pencadangan sedang-kan mangrove yang memiliki kerapatan tinggi pada zona inti hanya mencapai kurang lebih 1/3 dari luasan mangrove berkerapatan sedang (Gambar 3) . Dapat disimpulkan bahwa masih banyak lahan yang dapat di tanami mangrove pada zona inti yang merupakan kawasan perlindungan pesisir dan biota laut yang hidup

didalamnya. Zona inti pengem-bangan ekosistem mangrove ini berada pada lingkup administrasi Desa Tirtohargo. Pada lingkup zona pemanfaatan terbatas dan zona lainnya mulai dikembangkan tanaman mangrove sebagai perlindungan alami. Luas tanaman mangrove berkerapatan rendah mencapai 37171,50 meter persegi yang te rbagi pada l ingkup administrasi Desa Tirtohargo dan Desa Srigading . Detail klasifikasi mangrove dan luasannya dapat dilihat pada tabel 2.

Jurnal Riset Daerah Vol. XV, No.1. April 2016

Tabel 2. Klasifikasi Mangrove pada Zona Pencadangan Konservasi

Gambar 3. Peta Sebaran Mangrove

Page 9: Pemetaan Partisipatif untuk Pengembangan Ekosistem Mangrove filePemetaan Partisipatif untuk Pengembangan Ekosistem Mangrove ABSTRACT Mangrove is a wetland resource in a coastal area

2404

3) Penggunaan Lahan dan Status Lahan

Hasil pemetaan partisipatif penggunaan lahan Desa Tirtohargo menun jukkan bahwa l ahan pertanian memiliki luas lahan terbesar. Hal tersebut menunjukkan bahwa lahan pertanian memiliki potensi yang besar pula untuk dikembangkan. Lahan pertanian saat ini menjadi sumber matapen-caharian utama sebagian besar penduduk Desa Tirtohargo. Selain itu, perkembangan permukiman di Desa Tirtohargo kini telah mencapai

2854,380 m .

Hasil pemetaan partisipatif menggambarkan bahwa sebagian besar wilayah pesisir Desa Tirtohargo merupakan sultan ground . Terkait dengan zona pencadangan kawasan konservasi taman pesisir di Desa Tirtohargo, terdapat lahan yang berstatus hak milik dan sultan ground yang t e r m a s u k d i d a l a m z o n a pencadangan (Tabel 3). Lahan yang berstatus hak milik dalam zona pencadangan inilah yang menjadi pertimbangan dalam penentuan pemanfaatan dalam pengembangan ekosistem mangrove.

4) Infrastruktur Sarana Prasarana

Perkembangan wilayah, Desa Tirtohargo, dapat dicirikan oleh adanya perkembangan penduduk, permukiman dan fasilitas pen-dukung kegiatan penduduk seperti prasarana yang terdiri dari jaringan jalan, jaringan listrik, serta sarana dan prasarana lainnya. Ketersediaan infrastruktur sarana prasarana di Desa Tirtohargo menjadi aspek yang penting dalam pengembangan wilayah khususnya dalam pengem-bangan ekosistem mangrove. Infrastruktur sarana prasarana yang baik akan memudahkan masyarakat lokal dalam memenuhi kebutuhan dan menjadi daya tarik tersendiri bagi masyarakat luas untuk turut serta berkontribusi dalam mengem-bangkan ekosistem mangrove.

Berdasarkan pemetaan partisi-patif, ketersediaan infrastruktur sarana prasarana di Desa Tirtohargo cukup memadai (Gambar 4). Ketersediaan sarana penunjang kegiatan publik di Desa Tirtohargo cukup memadai. Pembangunan sarana pelayanan publik di Desa Tirtohargo cenderung menge-lompok di Dusun Muneng dan sekitarnya. Hal tersebut terjadi

Jurnal Riset Daerah Vol. XV, No.1. April 2016

Tabel 3. Luas Status Lahan Pada Zona Pencadangan Konservasi

Page 10: Pemetaan Partisipatif untuk Pengembangan Ekosistem Mangrove filePemetaan Partisipatif untuk Pengembangan Ekosistem Mangrove ABSTRACT Mangrove is a wetland resource in a coastal area

2405

karena Dusun Muneng merupakan pusat pemerintahan Desa Tirto-hargo dan dusun terdekat dari jalan utama. Kualitas fisik dari fasilitas pelayanan publik yang ada di Desa Tirtohargo sudah baik dan dapat dijangkau dengan mudah. Selain itu, ketersedian jaringan listrik sudah menyebar diseluruh Desa Tirtohargo. Kebutuhan energi listrik juga menjadi penunjang untuk mendukung kegiatan masyarakat Desa Tirtohargo.

b. Pemetaan Aspek Sosial

1) Demografi

Peta - peta yang diperoleh dari aspek sosial antara lain, peta jenis mata pencaharian, peta jumlah penduduk laki-laki dan perempuan, peta jumlah penduduk usia produktif, dan peta kepadatan penduduk. Berdasarkan data, jumlah penduduk yang termasuk dalam penduduk usia produktif (15-49 th) di Desa Tirtohargo mencapai 1907 jiwa. Dengan banyaknya penduduk yang termasuk dalam us ia p rodukt i f , d iha rapkan

kontribusi masyarakat dalam pe-ngembangan ekosistem mangrove juga tinggi. Dusun yang termasuk dalam kelas jumlah penduduk dengan usia produktif tertinggi adalah Dusun Baros, Dusun Muneng, dan Dusun Karang. Sedangkan dusun yang memiliki jumlah penduduk dengan usia produktif terendah adalah Dusun Gunungkunci. Pada usia produktif ini, jenis matapencaharian yang ditekuni oleh masyarakat Desa

Tirtohargo terbanyak adalah tani dan buruh tani. Pertanian masih memberi peran yang sangat penting bagi perkembangan perekonomian di wilayah ini. Selain itu, pedagang, pegawai negeri, dan pegawai swasta juga menjadi jenis matapencaharian masyarakat desa.

Mata pencaharian lainnya yang dikembangkan masyarakat Desa Tirtohargo adalah industri rumah tangga dan wiraswasta. Industri rumah tangga yang dikembangkan salah satunnya adalah pengolahan makanan. Pengolahan makanan

Gambar 4. Peta Infrastruktur Sarana Prasarana

Jurnal Riset Daerah Vol. XV, No.1. April 2016

Page 11: Pemetaan Partisipatif untuk Pengembangan Ekosistem Mangrove filePemetaan Partisipatif untuk Pengembangan Ekosistem Mangrove ABSTRACT Mangrove is a wetland resource in a coastal area

2406

yang dikembangkan merupakan hasil dari perikanan. Beberapa pelatihan pengolahan makanan juga telah dilakukan untuk menunjang peningkatan kapasitas masyarakat. Makanan olahan yang dihasilkan dapat dikembangkan menjadi makanan khas warna Desa Tirtohargo yang dapat memiliki nilai jual.

Peluang adanya matapenca-harian alternatif dapat dikembang-kan melalui kegiatan pengem-bangan ekosistem mangrove. Matapencaharian alternatif tersebut justru melibatkan matapencaharian utama seperti bertani, beternak, dan mencari ikan. Matapencaharian alternatif tersebut diperoleh dari kegiatan wisata yang ditawarkan seperti kegiatan wisata edukasi tentang peternakan, pertanian, dan perikanan dapat melibatkan warga secara langsung. Melalui pengem-bangan ekosistem mangrove sebagai objek wisata, masyarakat mempunyai pendapatan tambahan. Berdasarkan hasil penelitian Cahyawati, 2012 menyatakan bahwa terdapat pengaruh sosial terkait mata pencaharian, yaitu 33,6 % responden bekerja terkait mangrove. Selain itu, pengaruh ekonomi yang dirasakan masya-rakat, antara lain memunculkan peluang usaha baru, meningkatkan pendapatan, dan memberikan kesempatan menabung.

2) Pemangku Kepentingan

Masing-masing pemangku kepentingan dalam pengembangan ekosistem mangrove memiliki peran yang penting dalam men-

dukung perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian pengembangan ekosistem mangrove di Desa Tirtohargo. Pemangku kepentingan yang berperan dalam hal ini, antara lain pemerintah lokal/daerah/ nasional, komunitas/kelompok masyarakat, lembaga swadaya masyarakat (LSM), swasta , pengunjung, dan media massa.

2. RENCANA PENGEMBANGAN

Hasil dari pemetaan partisipatif rencana pengembangan adalah peta rute wisata dan peta pengembangan konservasi mangrove. Peta rute wisata memberikan informasi tentang rute-rute wisata yang ditawarkan dan point of interest yang dapat dikunjungi (Gambar 5).

Selain pemetaan partisipatif, dilakukan focus group discussion untuk menentukan rencana pengembangan. Hasil pemetaan partisipatif dan FGD ini digunakan sebagai pert imbangan dalam penyusunan rekomendasi dan indikasi program pengembangan ekosistem mangrove di Desa Tirtohargo dengan mempertim-bangankan kebijakan yang berlaku dan di terapkan dalam pengembangan ekosistem mangrove. Hasil diskusi dirangkum pada tabel 4.

a. Tinjauan Kebijakan

Rencana pengembangan ekosistem mangrove disusun berdasarkan atas hasil analisis dari pemetaan partisipatif dan focus group d iscuss ion ten tang pengembangan ekosistem mangrove di Desa Tirtohargo. Selain itu, tinjauan kebijakan terkait dengan pengembangan wilayah pesisir juga menjadi dasar penentuan rekomendasi program serta indikator kegiatan. Tinjauan kebijakan

Jurnal Riset Daerah Vol. XV, No.1. April 2016

Page 12: Pemetaan Partisipatif untuk Pengembangan Ekosistem Mangrove filePemetaan Partisipatif untuk Pengembangan Ekosistem Mangrove ABSTRACT Mangrove is a wetland resource in a coastal area

2407

Jurnal Riset Daerah Vol. XV, No.1. April 2016

Gambar 5. Peta Rute Wisata

Tabel 4. Rangkuman Hasil Pemetaan Partisipatif dan FGD

Page 13: Pemetaan Partisipatif untuk Pengembangan Ekosistem Mangrove filePemetaan Partisipatif untuk Pengembangan Ekosistem Mangrove ABSTRACT Mangrove is a wetland resource in a coastal area

2408

yang menjadi dasar antara lain Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bantul, Rencana Detail Tata Ruang Kecamatan Kretek, Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, Rencana Program Jangka Menengah Daerah Kabupaten Bantul, dan Rencana Program Jangka Menengah Desa Tirtohargo. Berikut merupakan rangkuman tinjauan kebijakan (tabel 5).

b. R e n c a n a P r o g r a m K e g i a t a n Pengembangan

Terdapat sepuluh rencana pengem-bangan dijabarkan dengan beberapa kegiatan yang mendukung pengembangan ekosistem mangrove pada khususnya dan pengembangan wilayah Desa Tirtohargo pada umumnya. Sepuluh rencana pengembangan ekosistem mangrove tersebut diurutkan berdasarkan prioritas

Jurnal Riset Daerah Vol. XV, No.1. April 2016

Tabel 5. Rangkuman Tinjauan Kebijakan

Page 14: Pemetaan Partisipatif untuk Pengembangan Ekosistem Mangrove filePemetaan Partisipatif untuk Pengembangan Ekosistem Mangrove ABSTRACT Mangrove is a wetland resource in a coastal area

2409

Jurnal Riset Daerah Vol. XV, No.1. April 2016

program. Terdapat tiga pokok rencana pengembangan, yaitu rencana pengem-bangan ekosistem mangrove, pengem-bangan infrastruktur sarana prasarana, dan pengembangan sumebr daya manusia. Sedangkan enam rencana pengembangan lainnya merupakan pengembangan dari tiga pokok rencana pengembangan ekosistem mangrove. Penjabaran dari rencana pengembangan, program, dan kegiatan dapat dilihat pada tabel 6.

3. SISTEM INFORMASI

Peta interaktif yang dikemas dalam bentuk multimedia dapat disebarluaskan dengan lebih menarik menggunakan media web. Web merupakan media penyampaian peta yang menarik karena informasi yang disampaikan dalam web d i t ampi lkan seca ra v i r t ua l dan independent (Kraak, 2007). Terdapat beberapa hal penting dalam pemanfaatan web sebagai media penyampaian peta

Tabel 6. Rangkuman Tinjauan Kebijakan

Page 15: Pemetaan Partisipatif untuk Pengembangan Ekosistem Mangrove filePemetaan Partisipatif untuk Pengembangan Ekosistem Mangrove ABSTRACT Mangrove is a wetland resource in a coastal area

salah satunya adalah desain peta web. Desain peta web dibuat lebih interaktif dengan simbol-simbol yang menarik. Simbol yang menarik akan mendorong keingintahuan pengguna untuk mengakses atau meng-klik simbol tersebut yang nantinya akan membuka halaman baru dengan informasi dibalik gambar peta. Informasi dapat berupa video, foto, teks, maupun audio. Penggunaan desain web tersebut tentunya tidak lepas dari desain dasar peta yang harus ada, antara lain judul, skala, koordinat, arah mata angin, legenda, sumber, dan inset. Tujuan dari penggabungan suara, animasi, teks, dan video dengan peta adalah untuk mendapatkan kesan yang baik terhadap fenomena yang dipetakan secara keseluruhan.

KESIMPULAN

Pemetaan potensi dan sumber daya ekosistem mangrove telah dilakukan dan mendapatkan antusias serta tanggapan yang positif dari masyarakat. Terdapat kelebihan dan kekurangan pada penerapan pemetaan partisipatif scaled 2D . Kelebihan dari penerapan tersebut terdapat pada proses penyajian data sedangkan kelemahannya terdapat pada pemahaman masyarakat terhadap pemanfaatan citra. Hasil pemetaan partisipatif terkait potensi aspek fisik menunjukkan bahwa masih banyak yang perlu dikembangkan seperti infrastruktur sarana prasarana dan kondisi ekosistem mangrove. Sedangkan potensi yang ditinjau dari aspek sosial yang menonjol untuk dikembangkan adalah kelompok

2410

Gambar 6. Peta Interaktif Pengembangan Ekosistem Mangrove

Jurnal Riset Daerah Vol. XV, No.1. April 2016

Page 16: Pemetaan Partisipatif untuk Pengembangan Ekosistem Mangrove filePemetaan Partisipatif untuk Pengembangan Ekosistem Mangrove ABSTRACT Mangrove is a wetland resource in a coastal area

masyarakat dan matapencaharian penduduk.

Potensi yang ditinjau dari aspek fisik dan sosial tersebut menjadi dasar untuk mencapai tujuan selanjutnya, yaitu pemetaan dan analisis rencana pengem-bangan mangrove yang menghasilkan rencana program pengembangan mangrove dengan mempertimbangkan kebijakan yang berlaku. Rencana pokok pengembangan ekosistem mangrove yang diperoleh berdasarkan hasil analisis, terfokus pada pengembangan ekosistem mangrove, infrastruktur, dan sumber daya manusia. Rencana pengembangan tersebut telah mendapat dukungan dari pemerintah lokal, kelompok masyarakat, dan pemerintah daerah.

Penyusunan sistem informasi interaktif hasil pemetaan partisipatif sebagai media informasi dan promosi yang menghasilkan website dan peta interaktif dapat digunakan sebagai alat perencanaan dan diskusi bagi masyarakat setempat dan pemerintah lokal. Peta interaktif sangat membantu masyarakat lokal atau pengguna yang awam t e rhadap penggunaan peta menjadi mudah memahami. Selain itu, peta interaktif dalam website ini dapat digunakan sebagai media promosi wisata dan kampanye konservasi mangrove.

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik Kabupaten Bantul, 2014, Bantul Dalam Angka 2014, Yogyakarta: Badan Pusat Statistik Kabupaten Bantul 2014.

Black, J.A., 1981, Urban Transport Planning: Teory and Practice, London, Cromm Helm.

Brown, M. E., 2006, Assessing Natural Resource Management Challenges in Senegal Using Data from Participatory Rural Appraisals and Remote Sensing, journal World Development, 34, 751-767.

Cadag, Jack Rom dan JC Gaillard, 2011, Integrating Knowledge and Actions in Disastetr Risk Reduction: The Contribution of Participatory Mapping, Area Vol. 44 No. 1, pp 100 – 109, 2012

Cahyawati, R., 2012, Pengaruh Pengelolaan Hutan Mangrove Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat di Dusun Baros, Desa Tirtohargo, Kecamatan Kretek, Kabupaten Bantu,Tesis,Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.

Cartwright ,W.,M. Peterson and G. Gartner,1999, Multimedia Cartography. Berlin: Springer

Chambers, R., 1996, Memahami Desa Secara Cepat terjemahan dari Rural Apraisal: Rapid, Rilex, and Participatory, Yogyakarta: Kanisius.

Gaillard dan Pangilinan, 2010, Research Note Participatory Mapping for Raising Disaster Risk Awareness Among the Youth, Journal of Contingencies and Crisis Management Vol. 18 No. 3 September 2010.

KKMT Nasional., 2013, Strategi Nasional Pengelolaan Ekosistem Mangrove Indonesia, Jakarta: Kementerian Kehutanan RI.

Kalibo, H. W., & Medley, K. E., 2007, Participatory Resources Mapping for Adaptive Collaborative Management at Mt.Kasigau, Kenya, Journal Landscape and Urban Planning, 82, 145-158.

2411

Jurnal Riset Daerah Vol. XV, No.1. April 2016

Page 17: Pemetaan Partisipatif untuk Pengembangan Ekosistem Mangrove filePemetaan Partisipatif untuk Pengembangan Ekosistem Mangrove ABSTRACT Mangrove is a wetland resource in a coastal area

2412

Jurnal Riset Daerah Vol. XV, No.1. April 2016

Thamrin, Husni., 2006, Pendekatan Pemberdayaan Pada Kelompok-Kelompok Masyarakat Prakarsa Pemerintah, LSM, dan Swadaya Masyarakat di Kelurahan Tanah Enam Ratus Kecamatan Medan Marelan, Jurnal Wawasan, Juni 2006, Vol.12, Nomor1.

Kordi , M., 2012, Ekosistem Mangrove Potensi, Fungsi, dan Pengelolaan, Jakarta: Rineka Cipta.

Kraak, Menno-Jan & Ormeling, Ferjan, terj. Sukendra, dkk., 2007, Kartografi: Visualisasi Data Geospasial, Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.

Lillesand dan Kiefer, 1990, Penginderaan Jauh dan Interpretasi Citra (Alih Bahasa oleh Dulbahri), Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.

Moleong, L.J., 2009, Metodologi Penelitian Kualitatif, Yogyakarta : PT. Remaja Rosdakarya.

Murdaningsih, 2000, Kajian Kartografis Kerawanan Tindak Kriminal Pencurian di Kota Yogyakarta, Skripsi, Yogyakarta : Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada.

Norris, T. B., 2014, Bridging The Great D i v i d e : S t a t e , C i v i l , S o c i e t y, a n d "Participatory"Conservation Mapping in A Resource Extraction Zone, Journal Applied Geography, 54, 264-274.

Prayitno, Tri Agus, 2000, GIS Workbook (Alih bahasa), Jakarta : Buana Katulistiwa.

Rahardjo, 1985, Esei-Esei Ekonomi Politik, LP3ES. Jakarta

Sekretariat Daerah Kabupaten Bantul, 2012, Identifikasi Potensi Kawasan Mangrove Pantai Baros, Bantul: SEKDA Kab. Bantul.

Saptorini, 2003, Persepsi dan Partisipasi Masyarakat dalam Pelaksanaan Konservasi Hutan Mangrove di Kecamatan Sayung Kabupaten Demak, Tesis. Semarang: P rogram Pascasa r j ana Unive r s i t a s Diponegoro.

Sutanto, 1989, Penginderaan Jauh , Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Tuwo, A., 2011, Pengelolaan Ekowisata Pesisir dan Laut (Pendekatan Ekologi, Sosial-Ekonomi, Kelembagaan, dan Sarana Wilayah), Surabaya: Brilian Internasional.

Wardoyo, 1992, Pendekatan Penyuluhan Pertanian untuk Meningkatkan Partisipasi Masyarakat, Jakarta : Pustaka Pembangunan Swadaya Masyarakat.

Widyapratha, Reza. Et.al., 2006, The Dynamic of Human Resources, Jakarta: PT.Grasindo, http://books.google.co.id (diakses Rabu, 12 Agustus 2015).

Page 18: Pemetaan Partisipatif untuk Pengembangan Ekosistem Mangrove filePemetaan Partisipatif untuk Pengembangan Ekosistem Mangrove ABSTRACT Mangrove is a wetland resource in a coastal area

2413

Nurwinda Latifah HanumCurriculum Vitae

PERSONAL INFORMATION

Date of birth November 12, 1990

Gender/Marital Status Female / Single

Nationality Indonesian

Home Address Jln. Sorosutan 49 Yogyakarta 55162

Current Address Jln. Sorosutan 49 Yogyakarta 55162

Mobile Number +6281226933755

E-mail Address [email protected]

EDUCATIONAL BACKGROUND

2013-2015 Student - Majoring in Magister for Planning and Management in Coastal Area and Watershed, Faculty of Geography , Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Indonesia (BU Scholarship for FASTTRACK program)

2013 Student Exchange Indonesia-Japan - TWINCLE student exchange program in Chiba University, Japan

2008-2013 Student – Majoring in Cartography and Remote SensingFaculty of Geography , Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, IndonesiaGPA : 3.70

Jurnal Riset Daerah Vol. XV, No.1. April 2016

Page 19: Pemetaan Partisipatif untuk Pengembangan Ekosistem Mangrove filePemetaan Partisipatif untuk Pengembangan Ekosistem Mangrove ABSTRACT Mangrove is a wetland resource in a coastal area

2414

RESEARCH

May 2015-November 2015

“Participatory Geographical Information System (GIS) for Mangrove Tourism Development in Tirtohargo, Kretek, Bantul” ( GIS Partisipatif untuk Pengembangan Wisata Mangrove di Tirtohargo, Kretek, Bantul). Research is supported by LPPM UGM (As an assistant)

A p r i l -N o v e m b e r 2014

“Capacity Improvement towards Participatory Water Management in Peri-Urban of Giripurwo, Gunungkidul Yogyakarta” (Peningkatan Kapasitas Masyarakat dalam Pengelolaan Sumberdaya Air di Desa Giripurwo). Research is supported by LPPM UGM (As an assistant)

November 2013

“Participatory Planning for Water Resources Management and Sustainable Community Development Case Study: Rural Giripurwo and Giritirto, Puwosari subdistrict, Gunung Kidul” (Perencanaan Partisipatif untuk Pengelolaan Sumberdaya Air dan Pembangunan Komunitas yang Berkelanjutan; Studi Kasus: Desa Giripurwo dan Giritirto, Kecamatan Puwosari,Gunung Kidul) The winner of insentif proposal which is supported by LPPM UGM (As an assistant)

S e p t e m b e r 2013

“Evaluation of Land Resources in Ampel Watershed, Jepara using Geographic Information System and Remote Sensing data”. (Evaluasi Sumberdaya Lahan di DAS Ampel, Jepara dengan Memanfaatkan SIG dan Penginderaan Jauh). As presenter on Simposium Nasional Sains Geoinformasi 2013

May 2013 Communicable Diseases's Mapping in Semarang City (Case Study : Fever Dengue, Pneumonia, Tuberculosis, and Diarea) (Pemetaan Data Penyakit Menular di Kota Semarang (Studi Kasus : Penyakit DBD, Pneumonia, TB Paru +, dan Diare))

D e c e m b e r 2012

Map Analysis for Estimation of vulnerability level of communicable diseases in Semarang City (Case Study : Fever Dengue, Pneumonia, Tuberculosis, and Diarea) (Analisis Peta untuk Tingkat Kerawanan Penyakit Menular di Kota Semarang, Studi kasus : Penyakit DBD, Pneumonia, TB Paru+, dan Diare) Supported by DIKTI (lecturer and student collaboration's research)

July 2011 Estimation of vulnerability level of the disease that is caused by pathogenic bacteria in the soil, Banyuwangi ,Jawa Timur (Estimasi Tingkat Kerawanan Penyakit yang Disebabkan Bakteri Patogen dalam Tanah di Banyuwangi, Jawa

rdTimur) (3 Field Work)

July 2010 Land suitability with master plan of Wonosobo, Jawa Tengah (Kesesuaian Penggunaan Lahan dengan Rencana Tata Ruang Wilayah di Wonosobo, Jawa

ndTengah) (2 Field Work)

July 2010 stIntroduction to landscape ( Pengenalan Bentanglahan ) (1 Field Work)

Jurnal Riset Daerah Vol. XV, No.1. April 2016

Page 20: Pemetaan Partisipatif untuk Pengembangan Ekosistem Mangrove filePemetaan Partisipatif untuk Pengembangan Ekosistem Mangrove ABSTRACT Mangrove is a wetland resource in a coastal area

2415

PUBLICATION

ISBN 978-602-8683-04-3Pages 321-333

The title of paper “Capacity Improvement towards Participatory Water Management in Peri-Urban of Giripurwo, Gunungkidul, Yogyakarta”

thOn Proceeding of The 6 International Graduate Student and Scholars Conference in Indonesia UGM, Yogyakarta Indonesia

ISBN 978-979-98521-4-4Pages 214-225

The title of paper “Evaluation of Land Resources in Ampel Watershed, Jepara using Geographic Information System and Remote Sensing data”On Proceeding of National Simposium Sains Geoinformasi 2013 UGM, Yogyakarta Indonesia

ISBN 979-420-864-7Pages 39-74

Chapter II “Development of Growth Centers in The Border Region”Management of The Border Region (2014), Gadjah Mada University Press, Yogyakarta

I hereby declare that all information provided herein is TRUE and CORRECT.Yogyakarta, September 2015

Nurwinda Latifah H

Jurnal Riset Daerah Vol. XV, No.1. April 2016