pembinaan karakter kristen pada anak asuh di panti asuhan
TRANSCRIPT
PEMBINAAN KARAKTER KRISTEN PADA ANAK ASUH
DI PANTI ASUHAN GRAHA ANUGERAH
JAKARTA BARAT
Nama : Novita Sari Sirait
Program Studi Pendidikan Agama Kristen
Sekolah Tinggi Teologi Pelita Bangsa Jakarta , Jl.Pasar Baru Selatan No.25
Jakarta Pusat 10710
PEMBINAAN KARAKTER KRISTEN PADA ANAK ASUH DI
PANTI ASUHAN GRAHA ANUGERAH JAKARTA BARAT
Novita Sari Sirait
Program Studi Pendidikan Agama Kristen, Sekolah Tinggi Teologi Pelita Bangsa
Jakarta
Jl.Pasar Baru Selatan No.25 Jakarta Pusat 10710
Email :[email protected]
Abstract
This research aims to knowing and get the information from builder, about
role leader in proccessdevelop the character of Christian so that impact so it has
an impacton behavior or christian character in foster children at the orphanage
Graha Anugerah, west Jakarta. Research methods that used is qualitative
descriptive, data collection which is done by observation, interview, and literature
review. With interviewees totaled nine (9) people that is 2 builder orphanage and
seven(7) foster child. Location research is Graha Anugerah orphanage west
Jakarta, from this research hopefully can useful for the development of character
education inchildren and teenagers which is in line with christian religious
education, and for orphanages in general and in developing foster children.Based
on interviews, that builderacting the elder sister builder and also for the parents
of foster children who are responsible for caring for and providing for all the
needs of the orphanages. In the coaching process, an approach is carried out with
the exemplary method of the builder and also the habituation method (which has
been taught and done in habitual manner every day). With patience and loyalty
from the builder in theaching and guilding foster children so that it has an impact
on the character building process in foster children, namely children who initially
have bad behavior. With the role of the builder and the process that has been
passed, it will have an impact on the character of the foster children, such as
children who have, no longer steal, lie, are selfish, and live in mutual respect,
love, and fear of God
Key words :the role of coach, Foster child, Christian Character
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran pembina dalam proses
pembentukan karakter Kristen sehingga berdampak pada perilaku pada anak asuh
di panti asuhan Graha Anugerah, Jakarta Barat. Permasalahan penelitian ini
adalah karakter dasar anak yang masuk dalam panti asuhan ini sangat bervariasi
dengan ciri-ciri rasa egois tinggi, tidak memiliki rasa hormat, sulit diatur,
berteriak, tidak memiliki rasa sopan santun serta perilaku negatif lainnya.
Permasalahan utama lainnya adalah rendahnya pemahaman akan nilai-nilai ke-
Kristen-an serta perilaku beragama yang belum terlihat. Metode penelitian yang
digunakan adalah penelitian kualitatif deskriptif dengan kondisi yang alamiah
melalui pendekatan secara empiris yang melekat dengan para narasumber dalam
jangka waktu yang cukup lama. Data diperoleh melalui wawancara kepada 9
narasumber yaitu pembina dan anak-anak panti asuhan yang masih belajar
maupun yang sudah selesai menamatkan pendidikannya. Observasi dilakukan
secara langsung, untuk mendapatkan data yang dapat teramati, dimana peneliti
berusaha memahami peran pembina dan kaitan-kaitannya dengan situasi perilaku
pembinaan kepada anak asuh yang berhubungan dengan pembentukan karakter.
Hasil penelitian mendapatkan bahwa Pembina menerapkan perilaku kristen
terlebih dahulu sebelum mengajarkan kepada anak asuh. Pembina telah berperan
dalam pembentukan karakter kristen, sehingga telah dirasakan pada perilaku anak
asuh yang telah menamatkan sekolahnya serta terbentuknya perilaku beragama
Kristen secara nyata.
Kata kunci: Pembinaan, Anak Asuh, Karakter Kristen
PENDAHULUAN
Generasi penerus bangsa ini hidup dalam masyarakat yang
bertumbuh dari masa anak-anak sampai dewasa di dalam keluarga.Keluarga
merupakan unit terkecil dalam masyarakat yang memiliki tanggung jawab dalam
pembentukan karakter anak sejak dini. Orang tua bertanggungjawab dalam
pertumbuhan anak serta pertumbuhan karakternya melalui pendidikan keluarga
dalam lingkungan pendidikan informal.Keluarga harmonis yang utuh merupakan
harapan semua kalangan yang terdiri dari ayah, ibu dan anak. Namuntidak dapat
dipungkiri bahwa terdapat orang tua yang tidak bisa menjalankan tanggung jawab
untuk membimbing anak-anaknya. Berbagai persoalan dapat ditemui pada
keluarga yang bermasalah dalam membangun komunikasi yang timbul karena
hanya terdapat orang tua tunggal karena masalah perceraian atau meninggal dunia.
Permasalahan ekonomi keluarga, dan kehidupan orang tua tunggal serta
ketidakharmonisan antara orang tua dan anak dan membuat terbengkelainya
proses pendidikan dan pengembangan karakter anak. Ketidakmampuan orangua
untuk mendidik anak atau ketiadaan orang tua sehingga anak menjadi yatim piatu
menjadi persoalan persoalan lain. Persoalan tersebut membuat terbengkelainya
proses pengasuhan anak yang tidak mendapatkan hak perlindungan, dan
pendidikan. Pada tahap inilah Panti asuhan Graha Anugerah yang sejak tahun
2000 berperan dalam menggantikan peran orang tua untuk mendidik anak. Panti
asuhan ini menemukan adanya anak-anak terlantar yang kehilangan pengasuhan
dan perlindungan yang kemudian ditampung dan dibina. Terdapat pula anak-anak
yang sengaja dititipkan oleh orang tua karena permasalahan ketidakmampuan
ekonomi.
Panti Asuhan Graha Anugerah sudah menjadi rumah dan keluarga bagi
anak-anak yang tinggal didalamnya. Anak-anak yang dibesarkan di panti asuhan
Graha Anugerah dididik oleh pembina agar bisa mandiri melalui pendidikan
formal dan pendidikan karakter. Panti asuhan ini merupakan panti yang
didasarkan pada azas kekristenan, sehingga pembentukan karakter diarahkan pada
karakter Kristen yang mengajarkan nilai-nilai kristiani dalam diri mereka. Anak-
anak tumbuh di bawah bimbingan para Pembina yang bertanggung jawab
terhadap kehidupan jasmani dan kerohaniannya. Berbagai jenis karakter anak
yang tinggal di dalam panti asuhan ini telah dihadapi pembina dalam proses
pembimbingannya. Berbagai cara dilakukan pembina agar anak-anak dapat
bertumbuh sesuai dengan karakter Kristen yang diharapkan.
Penulis tertarik memilih penelitian di panti asuhan Graha Anugera.
Karena penulis melihat bahwa panti ini serius dalam pembinaan karakter kristen
bagi setiap anak asuhnya dengan menempatakan para pembina yang memiliki
kompetensi dalam pembinaan karakter Kristen. Panti asuhan Graha Anugerah
telah menghasilkan anak-anak asuh yang telah berhasil menyelesaikan
pendidikannya dengan baik di bidangnya masing-masing seperti lulus dari
Sekolah Tinggi Theologia,sekolah musik, lulus Teknologi Informasi, lulus
sekolah pariwisata dan beberapa lulusan lainnya. Saat ini beberapa dari anak asuh
yang telah lulus telah melayani sebagai staff pastoral di gereja, guru dan
karyawan.
Penulis juga melihat anak-anak asuh yang sudah mulai remaja ataupun
mulai beranjak dewasa yang masih tinggal di panti asuhan ini bersekolah dengan
baik, dan juga memiliki karakter kristen yang baik. Kebanyakan dari anak asuh ini
terlibat aktif melayani di Gereja, baik sebagai pemain musik, guru sekolah
minggu, multimedia, dan lain-lain.Data awal melalui pengamatanberdasarkan
fakta-fakta yang sebenarnyayang membuat peneliti tertari untuk mendalami dan
meneliti tentang peranan pembina dalam membentuk karakter Kristen pada diri
anak asuh yang ada di panti asuhan Graha Anugerah.
Beberapa kajian pada penelitian sebelumnya telah dilakukan sehingga
didapat beberapa artikel jurnal yang meneliti tentang karakter. Gurniwan Kamil
(2015) meneliti Pembentukan Karakter melalui Pendidikan Sosiologi yang
membahas tentang begitu pentingnya peran pendidikan moral melalui
pembentukan karakter pada tiga pilar pendidikan, yaitu sekolah, keluarga, dan
masyarakat. Ketiga pilar ini menjadi sesuatu yang tidak dapat dipisahkan dalam
pendidikan karakter.Maharani Ramadhanti (2019) meneliti Pembentukan Karakter
dengan metode BCCT yang membahas tentang penyusunan proses pembelajaran
yang disusun berdasarkan hasil observasi mengenai perkembangan dan kebutuhan
anak, dimana para pendidik membuat program-program menarik yang dapat
memenuhi kebutuhan anak di sekolah dasar untuk mengembangkan pendidikan
karakternya. Ade Citra Harahap (2019) meneliti Character Building – Pendidikan
Karakter yang membahas tentang pentingnya Pendidikan karakter merupakan
penanaman nilai-nilai moral kepada seseorang atau sekelompok orang dan
mendorong mereka untuk melakukan kebiasaan-kebiasaan baik dalam kehidupan
sehari-hari seperti sopan santun, etika berbicara, sikap jujur, bertanggung jawab,
adil, religius, dan sebagainya. Lembaga pendidikan menjadi salah satu sarana
pengembangan pendidikan karakter bagi siswa di sekolah. Amalia Muhia Khansa
(2020) meneliti tentang Analisis Pembentukan Karakter Siswa SDN Tangerang 15
membahas tentang faktor yang paling utama dalam mempengaruhi karakter siswa
adalah keluarga,guru, lingkungan sekitar, dan media pembelajaran. Jika salah
satunya tidak ada, maka pembentukan karakter siswa tidak akan membentuk
dengan semestinya, karena guru, media pembelajaran, serta model pembelajaran
peserta didik memiliki peran yang besar dalam pembentukan karakter siswa.
Selanjutnya penelitian dari Siti Nurkhotimah (2019) meneliti tentang Peran
Pengasuh dalam membentuk Karakter religius di Panti Asuhan Budy Mulya
Sukarame Bandar Lampung membahas tentang pembentukan karakter religius
berdasarkan nilai ke-Islam-an di lingkungan panti asuhan dilingkungan organisas.
Ani Purwanti (2018) meneliti Pembinaan Karakter Warga Panti Pada Panti
Asuhan Amaliyah Di Kelurahan Rahandouna Kecamatan Poasia Kota Kendari
membahas pembinaan karakter melalui berbagai metode di Panti Asuhan Amaliyah
melaui keteladanan, perhatian, kasih sayang, nasihat, penghargaan dan hukuman melalui
pengajaran 18 nilai-nilai pendidikan karakter. Winda Anggunita Lestari (2016) meneliti
Peran Lembaga Kesejahteraan Anak dalam menanamkan Pendidikan Karakter terhadap
Anak Asuh di Panti Asuhan Nurul Hidayah. Berdasarkan berbagai penelitian tersebut dan
beberapa penelitian lain yang sejenis, peneliti tidak menemukan penelitian tentang
pembentukan karakter yang didasarkan nilai-nilai ke-Kristenan-an di panti asuhan.
Beberapa kesamaan pada penelitian terdahulu adalah nilai-nilai karakter yang bersifat
umum dan nilai-nilai karakter yang bersifat ke-Islam-an. Nilai-nilai karakter yang
dikembangkan pembina di panti asuhan Graha Anugerah merupakan nilai-nilai ke-
Kristen-an. Atas dasar ini, maka penelitian ini dapat dilaksanakan. Pada tahap ini peran
pembina yang mengembangkan karakter Kristendidasarkan padaAlkitab yang
mengajarkan Karakter Yesus yaitu karakter kasih yang terdapat dalam kitab
Ulangan 6: 5-7 yang mengatakan “Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap
jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu”. Dan dalam kitab Ulangan ayat 7yang
mengatakan “Haruslah engkau mengajarkannya berulang-ulang kepada anak-
anakmu dan membicarakannya apabila engkau duduk dirumahmu, apabila engkau
sedang dalam perjalanan, apabila engkau berbaring dan apabila engkau bangun”.
Atas dasar itu pembina bertanggungjawab untuk mengajarkan, membimbing,
menasehati juga memberikan motivasi kepada anak-anak asuh di panti asuhan
Graha anugerah. Selanjutnyapada Lukas 10:2 mengatakan “Kasihilah Tuhanmu,
Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan
segenap kekuatanmu dan dengan segenap akal budimu, dan kasihinilah sesamamu
manusia seperti dirimu sendiri”.Pendekatan ke-Kristen-an didasari pada hukum
kasih tersebut.
Permasalahan yang dijumpai dalam pengelolaan anak asuh di panti
asuhan ini adalah karakter dasar anak yang masuk dalam panti asuhan ini sangat
bervariasi dengan ciri-ciri rasa egois tinggi, tidak memiliki rasa hormat, sulit
diatur, berteriak, tidak memiliki rasa sopan santun. Satu hal lain yang sangat
penting adalah rendahnya pemahaman akan nilai-nilai ke-Kristen-an serta perilaku
beragama yang belum ada dan beberapa karakter negatif lainnya.
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimanakah proses
pembentukan karakter Kristen sehingga berdampak pada perilaku pada anak asuh
di panti asuhan Graha Anugerah?Penelitian difokuskan padaproses pembentukan
karakter Kristen yang dilakukan pembina di panti asuhan Graha Anugerah
dalammembimbing kepada anak asuh mulai dari anak-anak, remaja hingga
dewasa. Adapun tujuan penelitian adalah untuk mengetahui proses pembentukan
karakter Kristen yang berdampak pada perilaku dan karakter Kristiani pada anak
asuh di panti asuhan Graha Anugerah. Penelitian ini dapat dimanfaatkan
bagipengembangan pendidikan karakter pada anak dan remaja yang sejalan
dengan Pendidikan Agama Kristen serta dapat dimanfaatkanbagi lembaga panti
asuhan pada umumnya dan dalam pembinaan anak asuh yang didasarkan akan
nilai-nilai Kristiani.
METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
kualitatif deskriptifdengan kondisi yang alamiah. Peneliti mendalami
permasalahan penelitian melalui pendekatan secara empiris yang melekat dengan
para narasumber dalam jangka waktu yang cukup lama sehingga diperoleh data
yang cukup.Data diperoleh melalui wawancara kepada narasumber sebagai
pembina maupun anak-anak panti asuh yang masih belajar maupun yang sudah
selesai menamatkan pendidikannya. Observasi yang dilakukan secara langsung,
sehingga peneliti dapat mendapatkan data fakta yang dapat teramatipada gejala-
gejala yang terlihat, dimana peneliti berusaha memahami proses pembentukan
karakter oleh pembina dan kaitan-kaitannya dengan situasi perilaku pembinaan
kepada anak asuh yang berhubungan dengan pembentukan karakter.Adapun
prosedur pengumpulan data berupa pengamatan dengan keterlibatan secara
langsung, wawancara kepada narasumber, pengumpulan dokumentasi dan
pembuatan catatan lapangan. Sedangkan teknik analisis datanya yaitu melakukan
analisis hasil wawancara secara induktif dan dipadukan dengan analisa perilaku
dengan langkah-langkah berupa reduksi data, penyajian data dan verifikasi data.
Narasumber berjumlah 9 orang, terdiri dari 2 orang pembina yaitu 1 orang
pembina sekaligus pemimpin panti asuhan dan 1 orangpembina yang bekerja
mengurus kebutuhan anak asuh sehari-hari. Narasumber lainnya adalah 7 anak
asuh di panti asuhan. Ketujuh anak panti asuhan itu adalah 3 anak asuh
menamatkan pendidikannya dan bekerja serta 4 anak asuh yang masih tinggal di
asrama panti asuhan Graha Anugerah dengan status pelajar dan mahasiswa.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Peran menunjukkan cakupan sebagai suatu konsep perihal apa yang dapat
dilakukannya dalam suatu peristiwa atau dapat diartikan sebagai langkah yang
diambil oleh seseorang atau kelompok, sering juga diartikan sebagai lakon atau
sandiwara (film) yang dilakukan oleh seseorang, namun peran juga bisa menunjuk
pada aspek tugas atau fungsi atas posisi atau kedudukan seseorang. Apabila
seseorang sedang melakukan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya,
maka orang tersebut menjalankan suatu peran1. Peran pembina yang berada di
Panti asuhan Graha Anugerah merupakan seseorang yang sedang menjalankan
kewajibannya dalam suatu bimbingan yang harus dilaksanakan untuk merubah
perilaku dan sifat anak asuh di panti asuhan.
Peran menurut Levinson sebagaimana dikutip oleh Soerjono Soekanto,
“Peranan adalah suatu konsep atau rencana dengan hal apa yang dapat dilakukan
individu. Yang penting bagi struktur sosial masyarakat, peran dalam hal ini
artinya adalah peraturan yang membimbing seseorang dalam kehidupan
bermasyarakat.2
Peran pengasuh adalah cara pengasuh dalam hal ini memberikan segala
sesuatu yang dibutuhkan baik perhatian, waktu dan juga dukungan agar dapat
memenuhi upaya Pengasuh dalam membantu menerapkan perilaku disiplin
kebutuhan fisik, mental dan juga sosial anak-anak yang sedang dalam masa
perhatian, Kozier Barbara dalam Syahrony(2013) penguatan fungsi orang tua atau
pengasuh sebagai penanggung jawab utama dalam pengasuhan anak perlu segera
dilakukan. Menurut Naswardi dalam Budiharjo(2015) program penguatan dan
pengembangan ketahanan keluarga dimaksudkan untuk meningkatkan
kemampuan keluarga supaya keluarga memiliki ketangguhan dan keuletan,
menjadi sumberdaya manusia yang tangguh, mandiri, bermoral dan juga
berkualitas. Pengasuh akan mendisiplinkan melalui pembiasaan, mulai dari jam
makan, jam mandi, jam bermain hingga jam belajar, pengasuh juga membuat
jadwal keseharian anak. Peran orang tua bagi anak sangatlah penting dalam
membentuk karakter anak.Anak yatim tidak bisa merasakan peran orang tua,
mereka membutuhkan sosok lain yang bisa menggantikan peran orang tua. Salah
satu cara yang dilakukan agar anak yatim tetap dalam pengasuhan adalah dengan
menampung anak-anak tersebut ke dalam suatu wadah, yaitu panti asuhan guna
membantu meningkatkan kesejahteraan anak dengan cara mendidik, merawat,
1. Abineri Daeli, “Peran Guru Pendidikan Agama Kristen Dalam Membentuk Karakter
Peserta Didik Usia 10-12 Tahun Berdasarkan Galatia 5:22-23 Di Sekolah Dasar Negeri Gunung
Sahari Selatan 01 Jakarta Pusat” Skripsi STTPB, 2017)
2. http:// arisandi.com, Pengertian Peranan.. Dikutip hari selasa tgl 07
November 2017
membimbing, mengarahkan dan memberikan keterampilan-keterampilan seperti
yang diberikan oleh orang tua dalam keluarga
Tanggung Jawab Pembina
Menurut (Hendyat Soetopo dan Wanty Soemanto), “Pembina adalah orang
yang melakukan suatu kegiatan dalam rangka mempertahankan dan
menyempurnakan apa yang telah ada sesuai dengan yang diharapkan” .
Pembinaan adalah upaya pendidikan formal maupun non formal yang dilakukan
secara sadar, berencana, terarah, teratur, dan bertanggung jawab dalam rangka
memperkenalkan,menumbuhkan, membimbing, dan mengembangkan.suatu dasar-
dasar kepribadiannya seimbang, utuh dan selaras, pengetahuan dan keterampilan
sesuai dengan bakat, kecenderungan/keinginan serta kemampuan-kemampuannya
sebagai bekal. Tanggung jawab dapat diartikan berbuat sebagai wujud kesadaran
akan kewajiban perbuatan yang dilakukan oleh setiap individu berdasarkan atas
kewajiban ataupun panggilan hati seseorang, sikap yang ditunjukkan bahwa orang
tersebut memiliki sifat kepedulian dan kejujuran yang sangat tinggi. Tanggung
jawab yang dibedakan menurut keadaan manusia, ada beberapa jenis-jenis
tanggung jawab diantaranya diwujudkan dalam tanggung jawab kepada Tuhan,
tanggung jawab terhadap keluarga, terhadap bangsa dan negara.Dalam hal ini,
tanggung jawab yang dilakukan oleh pembina terhadap anak asuh panti asuhan
Graha Anugerah tidak hanya tanggung jawab secara materi, namun juga tanggung
jawab dalam hal waktu membina anak-anak serta paling utama adalah tanggung
jawab pemimpin atau pembina dalam pembentukan karakter Kristen dalam
menanamkan nilai-nilai kristiani dalam diri anak asuh. Dalam tanggung jawab
yang dilakukan itu tidak mudah membutuhkan kesabaran dan hati yang jujur dan
tulus, juga meluangkan waktu bersama untuk bisa membina anak-anak asuh
dipanti asuhan Graha Anugerah. Pembina di panti asuhan Graha Anugerah mereka
tidak hanya bertanggung jawab secara jasmani namun paling penting adalah
bertangung jawab terhadap rohani serta menanamkan nilai-nilai kristiani pada diri
anak asuh, sehingga terbentuk karakter kristen yang mereka miliki seperti karakter
saling mengasihi, saling menolong, mandiri, rendah hati dan cinta Tuhan.
Pengamatan yang intensif kepada pembinan menghasilkan data observasi yang
dapat dirasakan sebagai wujud tanggung jawab pembina yang dilakukan kepada
anak-anak asuh, seperti:
1. Mengasihi
Mengasihi anak tidak berarti memenuhi semua tuntutan atau kemauan anak,
namun tetap ada batasannya karena belum tentu apa yang diminta oleh
anak sesuatu yang sangat dibutuhkan. Oleh karena itu, sebagai pembina
bagi anak asuh harus dengan bijaksana dalam memenuhi permintaan
anak. Mengasihi juga berarti menghormati anak sebagai pribadi yang
utuh yang memiliki harkat dan martabat kemanusiaannya.
2. Mencukupi Kebutuhan Anak
Alkitab mewajibkan bahwa orangtua untuk memelihara anak-anak-nya.
Dalam arti mencukupi kebutuhan anak, memberikan makanan,
kesehatan, perlindungan secara psikologis berupa rasa aman, nyaman,
serta menghargai anak sebagai pribadi utuh yang memiliki cita-cita,
keinginan dan impiannya sendiri. Di samping hal itu, memenuhi
kehidupan rohani anak hal yang utama. Kebutuhan rohani bukan hanya
sebagai pelengkap bagi pertumbhan anak, melainkan menjadi faktor
penentu bagi tumbuh kembang anak sehingga bisa membentuk karakter
anak-anak menjadi pribadi yang dewasa rohani.
3. Mendidik
Dalam kitab Ulangan 6:4-9 mencatat perintah Allah pada setiap
orangtua sebagai wakil Allah di dunia yaitu untuk mendidik anak-
anaknya mengenal Tuhan.
a. Sebelum mengajarkan, pembina terlebih dahulu mengasihi Tuhan
(ayat 5)
b. Setelah itu, pembina mengajarkannya berulang-ulang (ayat 6).
c. Membicarakannya ketika duduk, sedang dalam perjalan,
berbaring dan bangun (ayat 7).
Secara sederhananya bahwa orangtua yang bertanggung jawab akan hal ini
namun tugas ini digantikan oleh pembina panti asuhan yang bertanggung jawab
untuk mengajarkan anak tentang pengenalan akan Tuhan. Pentingnya pengenalan
akan Tuhan diperkuat dalam Amsal 1:7, dan dalam kitab Amsal juga mengatakan
betapa pentingnya mendidik orang muda menurut jalan yang patut baginya.
Tanggung Jawab pembina di panti asuhan telah dilaksanakan sesuai dengan
pendapat Triastuti dkk, (2012: 125-128) bahwa pembina memiliki tanggung jawab
mendidikpembina tentunya memiliki satu perasaan tanggung jawab di dalam tugas
dalam membimbing anak-anak di panti asuhan. Pembina yang memiliki tanggung
jawab mendidik anak-anak asuh ia hadir di setiap waktu yang ditetapkan. Dan
tanggung jawab itu dilakukan seperti yang dikatakan Willian (2004) bahwa
“Seseorang yang bertanggung jawab adalah orang yang dapat menjalankan
kepercayaan yang diberikan kepadanya”3. Selanjutnya pembina melakukan
Bimbingan Kemandirian yang berlangsung sebagai penanaman sikap pada anak
asuh agar dapat melaksanakan semua kegiatan sendiri tanpa bergantung pada
orang lain, disiplin, dan bertanggungjawab pada apa yang dilakukannya sendiri,
serta bisa hidup mandiri saat sudah tidak tinggal lagi di panti asuhan. Pembina
juga memberikan bekal hidup dengan dembinaan keterampilan sebagaibekal
hidup, sehingga mereka diajarkan sesuai bakat atau keterampilan yang mereka
miliki dan bisa diterapkan baik di sekolah, gereja, atau masyarakat. Pemberian
bekal berupa keterampilan maka diharapkan anak-anak bisa memanfaatkan
keterampilan yang mereka miliki dengan baik dan secara maksimal. Pembina juga
telah memberikan pelayanan sosial kepada anak asuh untuk menampung anak-
anak yatim piatu dan terlantar dengan memenuhi kebutuhan pendidikan maupun
kebutuhan sehari- harinya. Anak asuh yang berada di panti asuhan ini telah
terpenuhi akan kebutuhan pendidikan, jasmani dan rohani.
Pembentukan Karakter Kristen
Menurut Griek mengatakan bahwa, “karakter didefinisikan sebagai
panduan dari segala tabiat manusia yang bersifat tetap, sehingga tanda yang
khusus untuk membedakan orang yang satu dengan yang lainnya.4dan menurut
suyanto dan Muslich (2011:70) “karakter adalah cara berpikir dan berperilaku
3. William Sears, Anak Cerdas peran Orang Tua Dalam Mewujudkannya, (Jakarta:
Emerald Publishing, cetakan pertama, 2004) Hal. 400
4Zubaedi, Desain Pendidikan Karakter Konsepsi Dan Aplikasinya Dalam Dunia
Pendidikan (Jakarta: KENCANA, 2013). Hal. 9
seseorang yang menjadi ciri khas dari tiap individu untuk hidup bekerja sama,
baik dalam keluarga, masyarakat dan negara5.
Tujuan dalam mendidik karakter supaya membentuk karakter yang nyata
dalam suatu subyek dan pelaku sikap hidup yang dimilikinya, karakter juga
memberikan kesatuan dan kekuatan yang diambilnya. Kekuatan karakter dalam
pandangan Foerster ialah:
1. Karakter yang terbentuk dengan baik tidak akan mengenal konflik.
2. Tetap pada prinsip, tidak bimbang pada pendirian hanya karena pengaruh
baru .
3. Mampu merealisasikan setiap pandangan atau pendapat yang dimiliki dan
dinyatakan dalam kehidupan sehari-hari di lingkungan dimana pun berada.
4. Dapat membentuk ketahanan seseorang untuk mengingini apa yangdi
pandang baik, sedangkan kesetiaan adalah dasar dari penghormatan atas
komitmen yang dipilih.
Demikian juga halnya yang telah dikemukakan diatas bahwa dalam
pembentukan karakter sangat membutuhkan bimbingan dari pembina yang
bertanggung jawab dalam tugas yang telah dilakukan. Pentingnya dalam
pembentukan karakter Kristen pada anak asuh di panti asuhan akan sangat
berguna bagi mereka sebagai orang Kristen yang taat.
Faktor-faktor Pembentuk Karakter Kristen
Ada beberapa hal yang penting dan sangat berperan dalam pembentukan
karakteryang telah dilakukan oleh pembina di panti asuhan.
1. Kebenaran,
Kebenaran bagi orang Kristen adalah dasar dan prinsip, rencana dan
perintah-perintah Alkitab, yang terwujud di dalam diri Kristus dan
pengajaran-Nya, ini akan membentuk diri kita. Seperti dalam teori Jhon
Locke mengatakan hati anak-anak merupakan tabula rasa( kertas kosong
yang putih) tergantung apa yang akan diisi kepada anak. Namun pemikiran
Jhon Locke tentang tabula rasa, tidak sesuai dengan kebenaran Alkitab,
5Muslich Suyanto, Pendidikan Karakter Menjawab Tantangan Krisis Mulitidimensi
(Jakarta: Bumi Aksara, 2011). Hal 70
karena kita tidak dilahirkan dalam keadaan “kertas putih” tetapi sudah
dilahirkan dengan dosa turunan dalam kitab (Roma 3:23-24) ”manusia
telah kehilangan kemuliaan Allah, dan oleh kasih karunia kita telah
dibenarkan dengan cuma-cuma karena penebusan Yesus Kristus). Oleh
karena itu, bukan sekedar belajar firman Tuhan sebagai pengetahuan,
tetapi harus menerapkan dan hidup sepenuhnya bersandar kepada
kebenaran firman.
2. Agama
“Agama mengontrol dan menguasai kepribadian” kita juga bisa melihat
peranan agama di dalam mencegah kejahatan. Akan tetapi agama belum
pernah bisa melahirkan baru satu kepribadian. Itu sebabnya Yesus berkata
kepada pemimpin agama saat itu: “Engkau harus dilahirkan kembali”(Yoh
3:3), karena agama belum mencukupi untuk bisa mengubah kepribadian
seseorang.
3. Pembentukan Roh Kudus
Roh kudus memimpin kepribadian, jika dengan sungguh-sungguh mau
taat kepada Roh kudus, lalu dengan penyerahan yang total menyandarkan
seluruhnya kepada pimpinan Roh Kudus, maka akan menikmati sukacita
karena Roh Kudus6. Ada beberapa hal yang dibutuhkan oleh anak dalam
perkembangan karakternya, antara lain:
a. Rasa Aman
b. Rasa Keadilan
c. Rasa Tanggung Jawab
e. Memiliki Identitas Diri
f. Rasa Kemandirian
g. Berjuang Dengan Kesusahan.
Karakter berdasarkan teladan Yesus
Dasar kedua yang digunakan untuk membentuk karakter anak kristen
adalah dengan mengajarkannya sesuai dengan keteladanan Tuhan Yesus. Seorang
anak tentu tidak mengerti pelajaran yang terkandung dari tindakan Tuhan Yesus di
6Stephen Tong, Arsitek Jiwa (Surabaya: Momentum, 2005). Hal. 75
dalam Alkitab. Karena itu mutlak diperlukan bimbingan orang tua di dalamnya.
Orang tua tidak boleh memberikan kepercayaan penuh kepada guru sekolah
minggu atau pendeta dalam memperkenalkan teladan Yesus. Sebaliknya orang
tualah yang harus memiliki inisiatif awal untuk memperkenalkan keteladan Yesus.
Berikut adalah beberapa contoh keteladanan Yesus yang telah diajarkan kepada
anak, agar mereka dapat memiliki karakter Kristus.
1. Rendah hati
Kerendahan hati adalah kebalikan dari keangkuhan. Kerendahan hati
mengajarkan agar seseorang membuang egosentrisnya dan memiliki hati
sebagai hamba. Matius 20:26-27 " Tidaklah demikian di antara kamu .
Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi
pelayanmu, dan barangsiapa ingin menjadi terkemuka di antara kamu,
hendaklah ia menjadi hambamu.
2. Pengendalian diri
Belajar mengendalikan diri adalah sesuatu yang luar biasa. Yesus telah
mengajarkan pada pengikut-pengikut Nya ketika Ia dicobai di padang
gurun, tapi pada akhirnya Yesus menang. Matius 4:1 "Maka Yesus dibawa
oleh Roh ke padang gurun untuk dicobai iblis."
Ketika Yesus sedang disidang oleh Pilatus, Yesus memiliki keteguhan hati
yang luar biasa. Dia tidak goyah oleh ancaman, kekerasan, fitnahan atau
hal apapun. Yesus tidak pernah tunduk pada dunia walapun harus disalib.
Anak-anak sejak dini harus dilatih memiliki hati yang teguh untuk
mempertahakan imannya dan teguh melakukan kebenaran. Iman tidak
dapat ditukar dengan seluruh kekayaan dunia, atau oleh berbagai kesulitan
dan ancaman.
3. Objektivitas-Nya
Keadilan dan objektifiatas Yesus terlihat ketika Ia bertemu dengan
seorang wanita Samaria yang sedang menimba air (Yoh 4:9). Yesus tetap
ramah dan sabar sehingga bisa tetap objektif menilai wanita Samaria.
Dengan demikian kebenaran dapat disampaikan. Melatih anak-anak
memiliki keadlian dan objektif adalah sesuatu yang membanggakan. Di
dunia ini anak-anak diperhadapkan dengan ketidakadilan hukum serta
keegoisan dan kelobaan manusia, tetapi anak yang memiliki karakter
Yesus akan tetap adil dan objektif.7
Pembinaan Karakter
Strategi pembentukan perilaku anak bahwa anak akan tumbuh menjadi
pribadi yang berkarakter apabila mereka berada di lingkungan yang berkarakter
pula(Zein dalam Indarwati, 2011: 8). Usaha mengembangkan anak-anak agar
menjadi pribadi-pribadi yang bermoral atau berkarakter baik merupakan
tangguang jawab keluarga, sekolah, dan seluruh komponen masyarakat.Usaha
tersebut harus dilakukan secara terencana, terfokus, dan komprehensif. Fungsi
strategi sebagai suatu sistem yang dipakai dalam pendidikan mempunyai fungsi
sosial dan individual8.
Pembentukan karakter yang dilakukan oleh pembina kepada anak-anak
asuh di panti asuhan Graha Anugerah dilakukandilakukan secara terus menerus
dengan membentuk lingkungan yang berkarakter pula. Pengamatan yang
dilakukan diperoleh bahwa Pembina telah terlebih dahulu melakukan perilaku
dengan nilai-nilai Kristiani, agar dapat dijadikan teladan bagi para anak asuh.
Pendekatan yang dilakukan dalam pembentukan ini kepada anak asuh
dengan memberikan nasihat dan memberi motivasi serta memberikan dukungan
kepada anak-anak juga dengan didikan yang tegas. Pembinaan pengembangan
karakter ini akan sejalan dengan memenuhi kebutuhan anak-anak di panti dengan
memberikan bentuk perhatian dan kebutuhan di panti asuhan Graha Anugerah.
Tata tertib atau peraturan yang harus dipatuhi oleh anak-anak asuh di panti
asuhan Graha Anugerah, yaitu sebagai berikut :
1. Waktu berkunjung wali hari sabtu pukul 14:00 s/d 18:00 wib sebulan
hanya satu kali
2. Wali/ orang tua tidak diperkenankan masuk kamar anak pada waktu
berkunjung.
3. Wali/ orang tua tidak diperkenankan untuk menginap/ bermalam di Panti.
7 Handreas Hartono: Membentuk Karakter Kristen Pada Anak Keluarga Kristen (Jurnal
Teologi dan PAK) KURIOS,2014.
. 8Yahya Sulthoni, “Strategi Pembentukan Karakter Anak Di Panti Asuhan Muhammadiyah Wiyung
Surabaya,” Kajian Moral dan Kewarganegaraan 1, no. 1 (2013): 272–287.
4. Wali/ orang tua wajib menasehati anak yang dititipkan di panti asuhan
Graha Anugerah agar mentaati tata tertib, pengasuh dan pengurus panti
5. Wali/ orang tua tidak diperkenankan memberikan uang/ barang tanpa
sepengetahuan dan seizin pengasuh.
6. Pengasuh dan pengurus panti berkewajiban untuk memperhatikan perilaku
anak asuh, mendidik mereka sesuai dengan Firman Tuhan, mengasihi
mereka sebagai anak titipan Tuhan.
7. Setiap anak wajib mentaati jam bangun pagi- istirahat – jam belajar- jam
makan – jam tidur – jam ibadah yang diatur oleh pengasuh.
8. Setiap anak wajib mentaati pengasuh dalam pembagian tugas kerja.
9. Setiap anak yang akan melakukan kegiatan di luar panti/ keluar untuk
keperluan sesuatu, harus mendapat izin pengasuh.
10. Setiap anak wajib meghormati pengasuh/ pengurus dan semua petugas di
panti asuhan, sehingga tercipta suasana kekeluargaan.
11. Setiap anak wajib mengikuti ibadah di panti asuhan dan di Gereja Sidang
Jemaat Allah Jl.Batu Tulis No.43.
12. Setiap anak wajib bersekolah di sekolah yang ditentukan oleh pengurus
Panti Asuhan Graha Anugerah.
13. Setiap anak akan disekolahkan sampai tingkat Sekolah Menengah
Kejuruan (saat ini sampai kuliah).
14. Setiap anak hanya boleh tinggal di dalam panti sampai umur 20 tahun, dan
harus keluar dari panti asuhan Graha Anugerah untuk mencari pekerjaan
atau tempat tinggal lain. (saat ini sampai selesai kuliah).
15. Setiap anak yang tidak mentaati peraturan dan tidak menghormati
pengasuh dan pengurus, akan diperingatkan apabila sudah diperingatkan
dan dididik tidak juga bisa mentaatiperaturan, maka pengasuh berhak
mendisiplin anak tersebut, dan sampai pada akhirnya pengurus yang akan
memutuskan dengan status anak tersebut, kemungkinan dikembalikan
kepada wali/ orang tua adalah hak badan pengurus.
Hal hal yang belum diatur dalam tata tertib ini akan ditetapkan kemudian.9Tata
tertib tersebut menjadi dasar aturan agar terjadi keteraturan dalam kehidupan di
panti asuhan. Bagian ini merupakan sebagian pembentukan karakter disiplin pada
anak asuh dan orang-orang disekitarnya.
Peran Pembina kepada anak asuh
Peran, menurut Soekanto adalah proses dinamis kedudukan (status). Dalam
sebuah lembaga, setiap orang memiliki berbagai macam karakteristik dalam
melaksanakan tugas, kewajiban atau tanggung jawab yang telah diberikan. Tugas-
tugas tersebut merupakan batasan seseorang untuk melaksanakan pekerjaan dan
dapat dipertanggungjawabkan.10. Pengasuh dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
adalah orang yang mengasuh, wali (orang tua dan sebagainya).11.
Dalam hal ini, Peran yang dilakukan oleh pembina dipanti asuhan yaitu
sebagai kakak, yang artinya anak-anak memiliki hubungan yang lebih akrab atau
dekat sehingga tidak adanya rasa tegang atau anak mendapatkan rasa nyaman
sehingga mereka bisa berbagi cerita ketika anak sedang mengalami masalah
namun tetap dengan rasa hormat dan menghargai kepada pemimpin mereka.
Berperan juga sebagai ibu pembina anak asuh di panti. Yang artinya Ibu Heni
yang memberikan bimbingan atau pembinaan setiap yang terjadi di panti asuhan.
Anak-anak pun dibimbing dan dibina dalam pembentukan karakter anak-anak
Sebagai pengurus: memastikan kebutuhan anak asuh tercukupi ,terutama dalam
hal biaya-biaya yang mereka butuhkan untuk makanan,pakaian,sekolah,dan
kebutuhan lainnya.
Sebagai Pembina : memastikan semua anak asuh terlindungi, merasa nyaman
karena memiliki keluarga yang ada bersama dengan mereka ,memberi nasehat dan
mendukung mereka untuk mencapai cita-citanya. Pembina yang memiliki 2 peran
sebagai pengurus dan pembina anak-anak di panti, tentunya sebagai pembina
bertanggung jawab dalam kebutuhan baik secara jasmani, psikologi, dan
kerohanian anak-anak.
9Badan Pengurus Panti, “Tata Tertib Panti Asuhan Graha Anugerah.” (Jakarta, 2003). 10Soerjono Soekanto, “Sosiologi Suatu Pengantar, Edisi Baru,” Jakarta: Rajawali Pers (2009). 11Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Kelima (Jakarta: Balai
Pustaka, 2017).
Pembentukan Karakter melalui perubahan perilaku
Pembina membuat peraturan untuk dijalankan oleh semua anak asuh.
Anak-anak dilatih tentang kedisiplinan dengan mengikuti berbagai kegiatan
sesuai jadwal sehari-hari, seperti: waktu bangun dan tidur malam, waktu belajar
bersama, ibadah bersama pagi dan malam, jadwal makan pagi, siang dan malam.
Melatih tanggung jawab dan kemandirian anak dengan membuat jadwal tugas
harian untuk semua anak, seperti tugas membersihkan rumah, mencuci piring,
membantu memasak, membantu mencuci dan menyetrika baju, dan lainnya.
Menumbuhkan rasa cinta kepada Tuhan dengan mewajibkan semua anak asuh
untuk ikut ibadah di gereja setiap minggu, sesuai dengan tingkat usianya
sertamengikuti kelas pendidikan agama Kristen di gereja bagi yang sudah
remaja.Perilaku lain yang ditanamkan oleh pembina kepada anak-anak adalah
membentuk lingkungan yang saling tolong menolong, saling memberi perhatian
seta membangun kepedulian kepada anak-anak yang mengalami kesulitan dalam
belajar. Pendidikan formal diberikan kepada anak dengan mewajibkan sekolah di
luar lingkungan panti asuhan dengan memperhatikan lingkungan pergaulan yang
baik dengan memasukkan anak di sekolah Kristen atau sekolah yang baik. Anak-
anak dididik dan didorong agar sedini mungkin sedini mungkin untuk terlibat
dalam pelayanan di gereja, dengan tujuan agar mereka semakin mencintai Tuhan
dan pelayanan. Pembina melakukan pembinaan ini dengan memproses anak-anak
asuh secara terus menerus secara konsisten agar menjadi anak yang memiliki
karakter Kristen dalam diri mereka.
Pembina telah melakukan keteladanan terlebih kepada anak-anak melalui
perilaku dalam pendekatan kepada anak asuh. Pembina dan pengasuh
memberikan teladan yang baik bagi anak-anak dalam kehidupan sehari-hari,
seperti disiplin, kerajinan, saling menghargai, saling memaafkan. Konsistensi
keteladanan para pembina diterapkan untuk membentuk pembiasaan yang
mengajarkan kepada anak secara berulang-ulang untuk melakukan tanggung
jawabnya. Pembina memberikan teguran jika anak-anak jika melalaikan tugas,
dan memberikan pujian jika melakukan tanggung jawab dengan baik. Hal ini
dilakukan pembina kepada anak-anak agar menyadari akan tugas dan
kewajibannya sejalan dengan hak anak dalam kehidupannya.
Proses pembentukan karakter yang diterapkan pembina telah membuat
perubahan karakter diri anak untuk bertumbuh dengan baik. Kesetiaan dan
kesabaran pembina dalam pembentukan karakter anak, keteladanan dalam
perkataan dan tindakan merupakan nilai tambah sehingga anak-anak dapat melihat
dan meniru serta mengikuti setiap aturan dan tindakan yang diterapkan dalam
apnti asuhan ini.
Proses Pembentukan Karakter Kristen
Pendekatan yang digunakan pada anak-anak panti saat proses
pembentukan karakter Memberi nasehat secara bersama-sama, memberikan
konseling secara pribadi bagi yang memiliki masalah secara khusus. Ada dua cara
pendekatan yang dilakukan yakni secara bersama-sama dalam kelompok dan
secara individual pada masing-masing pribadi anak. Pendekatan kelompok
dilakukan untuk pembimbingan dan konseling yang bersifat umum tentang nilai-
nilai ke-Kristen-an dan pendekatan individual untuk pembimbingan yang bersifat
khusus. Pembinaan konseling inidan pembinaan karakter yang terintegrasi telah
terbukti mengubah berbagai perilaku negatif yang terlihat pada awal anak-anak
masuk ke panti asuhan graha anugerah seperti mencuri, berkelahi, berbohong,
dan bebrbagai perilaku negatif lainnya.Perubahan karakter yang pada anak-anak
dapat terlihat dampaknya melalui periode waktu yang berbeda-beda. ada yang
mebutuhkan waktu yang cepat hanya 2,5 tahun, ada yang 4,5 tahun dan ada pula
yang 11 tahun kemudian baru terlihat secara signifikan perubahan perilaku yang
baik dan dapat dipertanggungjawabkan.
Pembentukan karakter Kristen yang dilakukan dengan cara kesabaran dan
kesetiaan yang dilakukan oleh pembina, telah terbukti dapat mengubah perilaku
anak asuh. Dengan selalu menasehati kita, memberi arahananak-anak diajarkan
bagaimana caranya disiplin, menghargai,menghormati, saling menolong satu sama
lain dan terutama saling mengasihi. Pembina juga mengajarkan tentang karakter
takut akan Tuhan dan memiliki hati dalam melakukan pelayanan di gereja, anak
asuh mampu mengenal dirinya sendiri, menerima dirinya dengan kekurangan dan
kelebihannya dan berusaha sungguh-sungguh memaksimalkan kemampuannya.
Anak mampu bertanggung jawab terhadap dirinya, keluarga, lingkungan dan
kepada Tuhan. Menghargai dirinya, menghormati orang lain dan menghormati
Tuhan. Anak memiliki karakter yang baik sesuai dengan yang diajarkan Firman
Tuhan, seperti mengasihi semua orang, mengampuni, memiliki penguasaan diri
yang baik.Kerendahan hati telah diajarkan pembina agar seseorang membuang
egosentrisnya dan memiliki hati sebagai hamba. Matius 20:26-27 " Tidaklah
demikian di antara kamu . Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu,
hendaklah ia menjadi pelayanmu, dan barangsiapa ingin menjadi terkemuka di
antara kamu, hendaklah ia menjadi hambamu”.
Setelah anak-anak asuh di panti asuhan graha anugerah menjalani proses
pembentukan karakter maka anak yang sebelumnya suka mencuri, melawan
orangtua, berbohong dan berkelahi mengalami perubahan karakter yang terjadi
pada diri anak-anak sehingga mereka memiliki karakter yang baik. Perubahan
karakter pada anak asuh tersebut dapat tercermin dari perilaku yang teramati derta
hasil wawancara kepada pembina dan wawancara kepada anak-anak asuh.
Dampak perubahan karakter Kristen pada diri anak
Ketika anak-anak sudah mulai beranjak remaja tentu saja tidak begitu
dengan mudah mengubah dan membentuk karakter anak-anak pada diri mereka.
Perubahan yang terjadi ketika anak-anak menjalani dan mendapatkan dari proses
pendidikan karakter di panti asuhan Graha Anugerah menjadi lebih disiplin, lebih
menghormati orang lain, berbicara lebih sopan, lebih taat, lebih rajin, suka
menolong, tidak lagi mencuri atau berbohong. Tentunya anak-anak di panti
asuhan mengalami perubahan karakter yang awalnya memiliki karakter tidak baik
sekarang mengalami perubahan menjadi lebih baik. Anak-anak ini pun sekarang
sudah tidak egois, bahkan lebih rendah hati. Hal ini diakui oleh anak asuh yang
sudah bekerja maupun yang masih berada di asrama. Pada narasumber yang sudah
selesai menjalani kehidupan di anti asuhanm diakui telah mengalami perubahan
yang signifikan. Perilaku dalam bekerja dengan karakter yang baik dan aktif
dalam pelayanan di lingkungan gereja. Pana anak-anak yang masih tinggal di
panti asuhan, perubahan karakter telah terjadi secara bertahap dan hal ini dapat
diamati dan diakui oleh para pembina di panti asuhan Graha Anugerah.
Kerendahan hati adalah kebalikan dari keangkuhan. Pengendalian diri
Belajar mengendalikan diri adalah sesuatu yang luar biasa. Anak-anak telah
berperilaku sopan dan santun, kerendahan hati secara bertahap dapat terlihat.
Saling peduli dan menolong semakin dapat teramati. Kebaikan Tuhan Yesus tidak
diragukan lagi. Dan pada sekarang ini tentu anak-anak telah banyak diajarkan dan
dibimbing oleh pembina sehingga dapat membentuk dan menanamkan nilai-nilai
kristiani pada diri anak asuh di panti asuhan Graha Anugerah. Inilah dampak
perubahan pendidikan karakter pada anak asuh panti asuhan Graha Anugerah.
Karakter Kristiani telah diajarkan melalui contoh-teladan Tuhan Yesus seperti
terdapat dalam Alkitab.
Kesimpulan :
Dalam hal ini penulis menyimpulkan bahwa Pembina panti asuhan Graha
Anugerah telah melakukan pembinaan dalam proses pemmbentukankarakter anak
asuh. Pembina telah berperan baik sebagaiorang tua, kakak bagi anak-anak asuh
dengan cara memberi contoh, memperhatikan, mengajarkan dan mendidik anak-
anak asuh. Pembinaan pembentukan karakter Kristen dilakukan secara konsisten
dan terus menerus dengan berdasarkan ajaran dari Tuhan Yesus yang tertulis
dalam Alkitab. Pembina terlebih dulu memberikan teladan kepada anak-anak
dalam proses pembinaan dalam pembentukan karakter yang dilakukan.
Pembina menanamkan nilai-nilai Kristiani pada diri anak asuh melalui
berbagai prosesdalam berkehidupan di panti asuhan Graha Anugerah melalui
penerapan peraturan untuk dijalankan oleh semua anak asuh serta melatih
kedisiplinan anak dengan mengatur jadwal sehari-hari untuk melatih tanggung
jawab dan kemandirian anak.Cinta kepada Tuhan serta memberikan kasih kepada
sesama menjadi tujuan pokok dalam pementukan karakter Kristen. Pendidikan
formal disiapkan untukmemberikan lingkungan pergaulan yang baik dengan
menyekolahkan anak di sekolah Kristen atau sekolah yang yang memiliki
lingkungan sosial yang baik. Pembina mendorong anak sedini mungkin untuk
terlibat dalam pelayanan di gereja, dengan tujuan agar mereka semakin mencintai
Tuhan dan pelayanan. Metode yang digunakan pembina dalam membentuk
karakter anak asuh yaitu dengan keteladanan dan membentuk pembiasaan bagi
anak-anak asuh. Dampak yang dihasilkan dari proses pembentukan karakter pada
diri anak asuh adalah adanya perubahan bahwa anakmenjadi lebih disiplin, lebih
menghormati orang lain, berbicara lebih sopan, lebih taat, lebih rajin, suka
menolong, tidak lagi mencuri dan tidak berbohong.. Anak-anak asuh di panti
asuhan Graha Anugerah sudah memiliki karakter Kristen dalam diri mereka,
seperti saling mengasihi, memiliki kerendahan hati, kesabaran, menjadi lebih
sopan dalam perkataan, tidak egois dan saling membantu satu sama lain.
Terjadinya dampak perubahan karakter anak-anak asuh tidak terlepas dari peran
pembina dalam pembinaan dan bimbingan kepada anak-anak di panti asuhan
Graha Anugerah.
Daftar Pustaka :
Abineri, Daeli. “Peran Guru Pendidikan Agama Kristen Dalam Membentuk
Karakter Peserta Didik Usia 10-12 Tahun Berdasarkan Galatia 5:22-23 Di
Sekolah Dasar Negeri Gunung Sahari Selatan 01 Jakarta Pusat”.” Jakarta
Pusat, 2017.
Al-Hasyim, Muhammad Syahid Fudholi. “Metode Pembinaan Agama Bagi
Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) Di Panti Sosial Bangun
Daya I Kedoya Jakarta Barat.” Jakarta: Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif …, n.d.
Arisandi. “Pengertian Peranan.” Http:// Arisandi.Com,.
Devi, Kolama. “Peranan Pembina Dalam Meningkatkan Prestasi Anak Asuh Di
Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak Muslim (LKSAM) Desa Ujung Gurap
Kecamatan Padangsidimpuan Batunadua.” IAIN Padangsidimpuan, 2017.
Hadi, Sutrisno. “Metodologi Research Jilid I.” Yogyakarta: Andi 94 (2004): 95.
Hartono, Handreas. “Membentuk Karakter Kristen Pada Anak Keluarga Kristen.”
Kurios (2018).
Joko Subagyo, P. Metode Penelitian Dalam Teori Praktik. Jakarta: Rineka Cipta,
2015.
Mamik. Metodologi Kualitatif. Sidoarjo: Anggota IKAPI, 2015.
Nana, Syaodih Sukmadinata. “Metode Penelitian Pendidikan.” Bandung: Remaja
Rosdakarya (2010).
Nasional, Departemen Pendidikan. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Kelima.
Jakarta: Balai Pustaka, 2017.
Panti, Badan Pengurus. “Tata Tertib Panti Asuhan Graha Anugerah.” Jakarta,
2003.
Soekanto, Soerjono. “Sosiologi Suatu Pengantar, Edisi Baru.” Jakarta: Rajawali
Pers (2009).
Stephen Tong. Arsitek Jiwa. Surabaya: Momentum, 2005.
Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R & D. Bandung:
Alfabeta, 2011.
Sulthoni, Yahya. “Strategi Pembentukan Karakter Anak Di Panti Asuhan
Muhammadiyah Wiyung Surabaya.” Kajian Moral dan Kewarganegaraan 1,
no. 1 (2013): 272–287.
Suyanto, Muslich. Pendidikan Karakter Menjawab Tantangan Krisis
Mulitidimensi. Jakarta: Bumi Aksara, 2011.
William Sears. Anak Cerdas Peran Orang Tua Dalam Mewujudkannya. Jakarta:
Emerald, 2004.
Yusuf, A M. “Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, & Penelitian Gabungan,
KENCANA.” Jakarta. Deeplish, 2014.
Zubaedi. Desain Pendidikan Karakter Konsepsi Dan Aplikasinya Dalam Dunia
Pendidikan. Jakarta: KENCANA, 2013.