pembelajaran dengan pendekatan open-ended untuk
TRANSCRIPT
Pembelajaran Dengan Pendekatann Open-Ended....
FENOMENA, Vol. 14 No. 2 Oktober 2015 | 327
PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN
OPEN-ENDED UNTUK MENINGKATKAN
KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF
Oleh:
Mohammad Kholil
Dosen Institut Agama Islam Negeri Jember
ABSTRACT
Rapid technological developments require people to be able to adapt quickly
as well. People who can adapt quickly is a creative person. There for, in the
school we need to implement a learning method that can improve student’s
creativity so that students are able to face extremely rapid technological
developments. One of some learning methods that can improve student’s
creative thinking skill is learning with open-ended approach. This research
is a qualitative descriptive research with the type of classroom action
research to improve student’s creative thinking skill and student’s result
learning. This research was conducted at SMA Satya Dharma Balung in
odd semesters 2013-2014. Data was taken from the observations during the
learning, the results of field notes, and interviews.The learning steps with
open-ended approach that can improve student’s creative thinking skill are:
(1) teacher gives open-ended problems, (2) students solves the problem
individually, (3) students do group discussion, and (4) student do class
discussion. Researcher (teacher) gives enough time for students to solve the
problems individually or in groups so that students more flexibility to solve
the problems. The researcher involves students actively to conclude the lesson
at the class discussion so that it can be seen student’s creative thinking skill.
The findings of the research showed that there was an increasing students'
creative thinking skill, that students' creative thinking skill at the first cycle
is 30.02% in the good enough category and at the second cycle is 35.42% in
the good enough category. Although student’s creative thinking skill on the
both of cycle in the same category, but for quantitative student’s creative
thinking skill will be increase from 30,02% to 35,42%. For the result
Mohammad Kholil
328 | FENOMENA, Vol. 14 No. 2 Oktober 2015
learning of students at the first cycle and second cycle reach in the very well
category with the percentage of students finished study at the first cycle is
78.57% and at the second cycle is 89.29%.
Kata Kunci: Pembelajaran, Pendekatan Open-Ended, Kemampuan Berpikir
Kreatif, Hasil Belajar.
PENDAHULUAN
Pembelajaran merupakan proses memperoleh informasi oleh siswa.
Prosesnya melalui persepsi, penyimpanan informasi, dan pemanfaatan
kembali informasi tersebut untuk memecahkan masalah yang dihadapi.
Belajar merupakan aktifitas siswa dalam membangun makna atau
pemahaman.1 Dengan demikian, guru perlu memberikan dorongan kepada
siswa untuk menggunakan otoritasnya dalam membangun gagasan.
Tanggung jawab belajar berada pada diri siswa, sedangkan guru
bertanggung jawab untuk menciptakan situasi yang mendorong dan
memotivasi siswa untuk belajar sepanjang hayat.
Dalam proses pembelajaran siswa harus memunculkan dorongan-
dorongan untuk menemukan pengalaman yang baru. Proses pembentukan
pengetahuan oleh siswa sendiri dinamakan pembelajaran konstruktivis.2
Tujuan pembelajaran berdasarkan pandangan konstruktivis adalah
membangun pemahaman. Belajar dalam pandangan ini tidak ditekankan
untuk memperoleh pengetahuan yang banyak, tetapi yang lebih utama
adalah memberikan informasi melalui skemata yang dimiliki siswa.3
Berdasarkan filsafat konstruktivis banyak muncul pendekatan dalam
pembelajaran, diantaranya adalah: (a) pendekatan penemuan, (b)
pemecahan masalah (problem solving), (c) problem posing, (d) investigasi, (e)
open-ended, dan (f) pendekatan realistik.4 Semua pendekatan mempunyai
kelebihan dan kelemahan. Semua materi pelajaran mempunyai karakteristik
1 Hudojo, H. 1990. Strategi Belajar Mengajar Matematika. Malang: IKIP Malang. Hlm 1. 2 Suparno, P. 1997. Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan. Yogyakarta: kansius. Hlm.
44 3 Hudojo, H. 2005. Kapita Selekta Pembelajaran Matematika. Malang: UM Press. Hlm. 6 4 Tim MKPBM. 2001. Strategi pembelajaran matematika kontemporer. Bandung. JICA-
Universitas Pendidikan Indonesia
Pembelajaran Dengan Pendekatann Open-Ended....
FENOMENA, Vol. 14 No. 2 Oktober 2015 | 329
tersendiri sehingga tidak semua materi dapat disampaikan dengan satu
macam pendekatan.
Dalam pelaksanaan pembelajaran, guru hendaknya dapat memilih dan
menggunakan pendekatan yang melibatkan siswa aktif belajar, baik secara
fisik maupun sosial. Untuk membuat siswa aktif, guru dapat memberikan
bentuk soal yang mengarah pada jawaban divergen (terbuka,
dimungkinkan lebih dari satu jawaban dan penyelidikan). Berpikir divergen
membuka peluang bagi siswa untuk berpikir kreatif. Dalam pembelajaran,
siswa dimungkinkan mencari jawaban atau metode lebih dari satu terhadap
persoalan yang diajukan. Hal tersebut merupakan pembelajaran matematika
dengan pendekatan open-ended. Pendekatan open-ended dapat membangun
kemampuan siswa berpikir kritis dan kreatif untuk memunculkan
pemahaman konsep-konsep, ide-ide, gagasan dan pola serta mengembang-
kan kreativitas siswa.
Beberapa hasil penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa pendekatan
open-ended dapat meningkatkan pemahaman dan kreativitas siswa dalam
berpikir. Diantaranya adalah Klavir dan Hershkovitz5 menyatakan bahwa
pemberian tugas yang dirancang dengan open-ended dapat membantu siswa
untuk mengembangkan berpikir kreatif dalam matematika. Lee dan Seo6
menyatakan bahwa pembelajaran dengan pendekatan open-ended dapat
meningkatkan kreativitas matematis siswa. Siswono7 menyatakan bahwa
open-ended problem dapat meningkatkan kreativitas berpikir siswa.
Berdasarkan observasi dan dialog dengan guru mata pelajaran
matematika kelas XI SMA Satya Dharma Balung diperoleh informasi
tentang kondisi kelas. Guru matematika mengatakan bahwa dalam proses
pembelajaran yang telah dilaksanakan sebelumnya, para siswa kurang kreatif
karena mereka cenderung untuk mengikuti penjelasan dari guru tanpa ada
pemahaman terhadap konsep matematika, rata-rata para siswa cenderung
5 Klavir and Hershkovitz, S. 2005. Teaching and Evaluating ‘Open-Ended’ Problem. (online),
(http://www.cimt.plymouth.ac.uk/journal/klavir.pdf, di akses tanggal 25 Januari 2012) 6 Lee and seo. 2003. A Development of the Test for Mathematical Cerative Problem
Solving Ability. (Online), (http://www.aera.net/uploadedFiles/Publications/Journals/Educational Researcher/3405/03 Wang.pdf, di akses tanggal 25 Januari 2012)
7 Siswono, Tatag. 2008. Promoting creativity in learning mathematics using open-ended problem. (online). (http://tatagyes.wordpress.com/category/paradigma-pendidikan-mate matika, diakses 8 Oktober 2011 )
Mohammad Kholil
330 | FENOMENA, Vol. 14 No. 2 Oktober 2015
menghafal rumus-rumus dan langkah-langkah dalam mengerjakan soal-soal
sehingga kreativitas siswa dalam berpikir tidak berkembang.8 Hal ini terjadi
karena dalam kegiatan belajar di kelas, pembelajaran masih berpusat pada
guru. Selain itu, pembelajaran dengan pendekatan open-ended belum
diterapkan di kelas XI SMA Satya Dharma Balung.
Berdasarkan fakta yang terjadi inilah peneliti melakukan penelitian di
sekolah tersebut. Peneliti membantu siswa untuk berpikir kreatif. Penelitian
ini dilaksanakan pada kelas XI SMA Satya Dharma Balung dengan materi
logika matematika. Bertitik tolak pada latar belakang di atas, maka peneliti
melakukan penelitian yang berjudul “Pembelajaran Dengan Pendekatan
Open-Ended Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa
Kelas XI SMA Satya Dharma Balung”.
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
(1) Bagaimanakah pembelajaran dengan pendekatan open-ended yang dapat
meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa kelas XI SMA Satya
Dharma Balung?, dan (2) Bagaimanakah hasil belajar siswa kelas XI SMA
Satya Dharma Balung setelah pelaksanaan pembelajaran dengan pendekatan
open-ended?.
Berdasarkan rumusan masalah di atas, penelitian ini dilaksanakan
dengan tujuan sebagai berikut: (1) Mendeskripsikan pembelajaran dengan
pendekatan open-ended yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir
kreatif siswa kelas XI SMA Satya Dharma Balung. (2) Mendeskripsikan
hasil belajar siswa kelas XI SMA Satya Dharma Balung setelah pelaksanaan
pembelajaran dengan pendekatan open-ended.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini berusaha mengungkapkan penerapan pembelajaran
materi logika matematika dengan pendekatan open-ended yang dapat
meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa. Dalam penelitian ini,
peneliti terlibat langsung dari awal hingga akhir penelitian yang meliputi
perencanaan, pelaksanaan, observasi, refleksi, dan laporan. Data yang
dikumpulkan bersifat deskriptif, yaitu menjabarkan pembelajaran logika
matematika dengan pendekatan open-ended yang dapat meningkatkan
8 Wawancara dengan guru matematika SMA Satya Dharma Balung.
Pembelajaran Dengan Pendekatann Open-Ended....
FENOMENA, Vol. 14 No. 2 Oktober 2015 | 331
kemampuan berpikir kreatif siswa. Data yang diperoleh tersebut haruslah
mengutamakan proses dari pada hasil atau produk belaka dan dianalisis
secara induktif. Berdasarkan ciri-ciri tersebut pendekatan penelitian ini
menggunakan pendekatan kualitatif seperti yang dikemukakan oleh Bogdan
dan Biklen.9
Penelitian pembelajaran matematika yang dilakukan, bertujuan untuk
meningkatkan berpikir kreatif siswa dalam pembelajaran. Untuk
meningkatkan berpikir kreatif siswa dalam pembelajaran tentunya berkaitan
erat dengan pemilihan pendekatan dan metode pembelajaran yang
digunakan guru di kelas. Pemilihan pendekatan dan metode pembelajaran
yang sesuai dan tepat sangat membantu guru memperbaiki dan
meningkatkan pembelajaran matematika di kelas. Peneliti mempunyai
harapan bahwa melalui pendekatan dan metode yang dipilih dapat
memberikan dampak positif dalam meningkatkan berpikir kreatif siswa
kelas XI SMA Satya Dharma Balung. Dalam mengimplementasikan
tindakan dalam penelitian, peneliti bertindak sebagai pelaku tindakan,
perencana, perancang, pelaksana, pengumpul data, penganalisis data, dan
pelapor penelitian. Peneliti juga bekerjasama dengan guru matematika SMA
Satya Dharma Balung, yang bertindak sebagai observer. Kerjasama antara
peneliti dan observer diharapkan dapat meningkatkan kualitas pembuatan
rencana pelaksanaan pembelajaran matematika yang selanjutnya dapat
meningkatkan kualitas pembelajaran matematika di kelas.
Dalam penelitian pembelajaran matematika yang dilakukan, peneliti
menggunakan suatu pendekatan pembelajaran matematika yang belum
pernah dilakukan dan dilaksanakan oleh guru matematika SMA Satya
Dharma Balung dalam proses belajar mengajar. Peneliti juga melihat
tingkat keberhasilan dari pendekatan pembelajaran matematika yang telah
dipilih apakah dapat meningkatkan berpikir kreatif siswa. Dimungkinkan
dalam penelitian ini, bahwa peneliti sebagai pelaku tindakan melakukan
siklus tindakan yang berulang-ulang sampai tercapai indikator keberhasilan
yang diharapkan. Dengan melihat aktivitas penelitian yang dilakukan,
penelitian ini termasuk penelitian tindakan kelas. Hal ini sesuai dengan
9 Bogdan, R.C and Biklen. S.K. 1998. Qualitative Research in Education: an introduction to
theory and methods. Third Edition. Boston: Allyn and Bacon. Hlm. 4
Mohammad Kholil
332 | FENOMENA, Vol. 14 No. 2 Oktober 2015
pendapat yang dikemukakan Kunandar10, jika penelitian tindakan yang
berkaitan dengan bidang pendidikan dan dilaksanakan dengan tujuan
memperbaiki mutu praktik pembelajaran di kelas maka penelitian tersebut
dinamakan penelitian tindakan kelas.
Model penelitian tindakan kelas yang digunakan adalah model
Kemmis dan Mc. Taggart. Penelitian dilaksanakan dalam empat tahap
penelitian, yaitu: perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi yang
berlangsung dalam siklus atau kegiatan berulang. Siklus berikutnya
dilakukan apabila siklus yang baru dilaksanakan dianggap tidak berhasil
sesuai kriteria keberhasilan yang ditetapkan. Perencanaan siklus berikutnya
memperhatikan hasil refleksi siklus sebelumnya.
Prosedur pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah (1) tes, (2) pengamatan/observasi, (3) wawancara, dan (4) catatan
lapangan. Instrumen dalam penelitian ini terdiri atas instrumen utama dan
instrumen penunjang. Peneliti merupakan instrumen utama karena peneliti
yang merencanakan, merancang, melaksanakan, mengumpulkan data,
menganalisa data, menarik kesimpulan dan membuat laporan. Sedangkan
yang termasuk instrumen penunjang merupakan alat bantu dalam
mengumpulkan dan mengidentifikasi perolehan data penelitian secara tepat,
meliputi rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), lembar kerja siswa
(LKS), lembar tes, lembar observasi aktivitas guru dan siswa, pedoman
wawancara, format catatan lapangan, format penilaian keterampilan
berpikir kreatif dan lembar validasi.
HASIL PENELITIAN
Data penelitian pada tindakan I menunjukkan bahwa hasil catatan
lapangan yang dilakukan oleh 2 observer selama pembelajaran berlangsung
dan analisis data yang dilakukan peneliti dari pekerjaan siswa dalam
mengerjakan masalah dengan tipe open-ended diperoleh persentase
keberhasilan berpikir kreatif siswa. Persentase keberhasilan berpikir kreatif
siswa pada pertemuan I adalah 23,81% dengan klasifikasi tidak baik, pada
pertemuan II adalah 26,19% dengan klasifikasi cukup baik, pada
10 Kunandar. 2008. Langkah mudah penelitian tindakan kelas sebagai pengembangan
profesi guru. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Hlm. 45
Pembelajaran Dengan Pendekatann Open-Ended....
FENOMENA, Vol. 14 No. 2 Oktober 2015 | 333
pertemuan III adalah 34,08% dengan klasifikasi cukup baik, dan pada
pertemuan IV adalah 36,01% dengan klasifikasi cukup baik. Sehingga
persentase rata-rata keberhasilan berpikir kreatif siswa pada siklus I adalah
30,02% dengan klasifikasi cukup baik.
Selain data di atas terdapat aktivitas guru yang dilakukan oleh 2
observer. Berdasarkan data observasi dari kedua observer diperoleh total
skor yang diperoleh dari observer I pada pertemuan I adalah 51 dari skor
maksimal 56, persentase rata-ratanya adalah 91,1% sehingga berada pada
kriteria sangat baik. Sedangkan total skor yang diperoleh dari observer II
pada pertemuan I adalah 52 dari skor maksimal 56, persentase rata-ratanya
adalah 92,8% sehingga berada pada kriteria sangat baik. Pada pertemuan
II, total skor yang diperoleh dari observer I adalah 48 dari skor maksimal
56, persentase rata-ratanya adalah 85,7% berada pada kategori sangat baik.
Sedangkan total skor yang diperoleh dari observer II adalah 51 dari skor
maksimal 56, persentase rata-ratanya adalah 91,1% sehingga berada pada
kriteria sangat baik. Pada pertemuan III, total skor yang diperoleh dari
observer I adalah 51 dari skor maksimal 56, persentase rata-ratanya adalah
91,1% berada pada kategori sangat baik. Sedangkan total skor yang
diperoleh dari observer II adalah 49 dari skor maksimal 56, persentase rata-
ratanya adalah 87,5% sehingga berada pada kriteria sangat baik. Pada
pertemuan IV, total skor yang diperoleh dari observer I adalah 53 dari skor
maksimal 56, persentase rata-ratanya adalah 94,6% berada pada kategori
sangat baik. Sedangkan total skor yang diperoleh dari observer II adalah 53
dari skor maksimal 56, persentase rata-ratanya adalah 94,6% sehingga
berada pada kriteria sangat baik. Berdasarkan data tersebut persentase rata-
ratanya adalah 91,06% berada pada kriteria sangat baik.
Sedangkan hasil observasi aktivitas siswa yang dilakukan oleh 2
observer diperoleh total skor yang diperoleh dari observer I pada
pertemuan I adalah 40 dari skor maksimal 48, persentase rata-ratanya
adalah 83,3% sehingga berada pada kriteria sangat baik. Sedangkan total
skor yang diperoleh dari observer II pada pertemuan pertama adalah 39
dari skor maksimal 48, persentase rata-ratanya adalah 81,2% sehingga
berada pada kriteria sangat baik. Pada pertemuan II, total skor yang
diperoleh dari observer I adalah 41 dari skor maksimal 48, persentase rata-
Mohammad Kholil
334 | FENOMENA, Vol. 14 No. 2 Oktober 2015
ratanya adalah 85,4% berada pada kategori sangat baik. Sedangkan total
skor yang diperoleh dari observer II adalah 42 dari skor maksimal 48,
persentase rata-ratanya adalah 87,5% sehingga berada pada kriteria sangat
baik. Pada pertemuan III, total skor yang diperoleh dari observer I adalah
40 dari skor maksimal 48, persentase rata-ratanya adalah 83,3% berada
pada kategori sangat baik. Sedangkan total skor yang diperoleh dari
observer II adalah 40 dari skor maksimal 48, persentase rata-ratanya adalah
83,3% sehingga berada pada kriteria sangat baik. Pada pertemuan IV, total
skor yang diperoleh dari observer I adalah 43 dari skor maksimal 48,
persentase rata-ratanya adalah 89,6% berada pada kategori sangat baik.
Sedangkan total skor yang diperoleh dari observer II adalah 41 dari skor
maksimal 48, persentase rata-ratanya adalah 85,4% sehingga berada pada
kriteria sangat baik. Berdasarkan data tersebut persentase rata-ratanya
adalah 85,86% berada pada kriteria sangat baik.
Berdasarkan data yang diperoleh setelah melaksanakan pengumpulan
data, maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan pendekatan
open-ended yang telah dirancang sesuai dengan kriteria. Dengan demikian,
peneliti melanjutkan ke siklus II dengan cara merevisi kendala-kendala yang
ada pada siklus I.
Berdasarkan pada hasil tes akhir tindakan I sebelumnya, telah
diperoleh data bahwa siswa yang memperoleh skor ≥ 75 adalah sebanyak
22 siswa dari 28 siswa yang mengikuti tes dengan persentase siswa tuntas
belajar sebesar 78,57% berada pada kategori sangat baik. Sedangkan pada
hasil tes akhir tindakan II dapat diperoleh bahwa siswa yang memperoleh
skor ≥ 75 adalah sebanyak 25 siswa dari 28 siswa yang mengikuti tes akhir.
Hal ini berarti pada tes akhir ini persentase siswa tuntas belajar sebesar
89,29% berada pada kategori sangat baik. Dari hasil ini diketahui bahwa
persentase siswa tuntas belajar pada tes akhir tindakan II lebih tinggi dari
pada persentase siswa tuntas belajar pada tes akhir tindakan I.
Sedangkan pada hasil penilaian kemampuan berpikir kreatif siswa
diperoleh persentase rata-rata keberhasilan berpikir kreatif siswa pada siklus
II pertemuan I adalah 32,74% dengan klasifikasi cukup baik, dan pada
pertemuan II adalah 38,09% dengan klasifikasi cukup baik. Sehingga
persentase rata-rata keberhasilan berpikir kreatif siswa pada siklus II adalah
Pembelajaran Dengan Pendekatann Open-Ended....
FENOMENA, Vol. 14 No. 2 Oktober 2015 | 335
35,42% dengan klasifikasi cukup baik. Dari hasil ini diketahui bahwa
persentase rata-rata keberhasilan berpikir kreatif siswa pada tindakan II
lebih tinggi dari pada persentase rata-rata keberhasilan berpikir kreatif siswa
pada tindakan I.
Pada observasi dari 2 (dua) observer diperoleh persentase skor rata-
rata pada observasi aktivitas guru adalah 89,3% pada tindakan II
pertemuan pertama, dan 92,6% pada pertemuan kedua. Berdasarkan hasil
persentase tersebut dapat disimpulkan bahwa aktivitas guru pada
pembelajaran tersebut dalam kriteria sangat baik. Selain itu, observer juga
memberikan penilaian terhadap aktivitas siswa. Persentase skor rata-rata
pada observasi aktivitas siswa yang diberikan ke-2 observer adalah 82,25%
pada tindakan II pertemuan pertama, dan 89,6% pada pertemuan kedua.
Berdasarkan hasil persentase tersebut dapat disimpulkan bahwa aktivitas
siswa pada pembelajaran tersebut dalam kriteria sangat baik. Berdasarkan
data yang diperoleh setelah melaksanakan pengumpulan data, maka dapat
disimpulkan bahwa pembelajaran dengan pendekatan open-ended yang telah
dirancang sesuai dengan kriteria keberhasilan.
Temuan-temuan penelitian pada pelaksanaan tindakan dapat diuraikan
sebagai berikut :
1. Dari pembelajaran yang telah diterapkan, penelitian ini telah
menghasilkan langkah-langkah pembelajaran dengan pendekatan open-
ended untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa kelas XI
SMA Satya Dharma Balung. Secara umum langkah-langkah
pembelajaran dengan pendekatan open-ended yang dapat meningkatkan
kemampuan berpikir kreatif siswa dan hasil belajar siswa adalah sebagai
berikut: (1) pengajuan masalah open-ended, (2) kerja individu, (3)
diskusi kelompok, dan (4) diskusi kelas.
2. Pada pertemuan pertama, ada tiga orang siswa yang ngobrol masalah
selain matematika. Melihat hal yang seperti itu, guru mendekati siswa
dan bertanya pada mereka apakah ada kesulitan. Ternyata mereka
mengalami kesulitan dalam memahami masalah yang ada pada LKS,
sehingga mereka mengobrol. Oleh karena itu, hal ini menjadi catatan
bagi peneliti untuk pertemuan berikutnya menjelaskan terlebih dahulu
masalah-masalah yang ada dalam LKS dan memberi kesempatan
Mohammad Kholil
336 | FENOMENA, Vol. 14 No. 2 Oktober 2015
kepada siswa untuk bertanya apabila ada masalah yang belum
dipahami, sehingga hal ini tidak terjadi kembali pada pertemuan
berikutnya.
3. Pada pertemuan pertama, pengaturan bangku yang dilakukan oleh
siswa untuk duduk dengan kelompoknya masing-masing memerlukan
waktu sekitar 7 menit sehingga waktu tidak termaanfaatkan dengan
maksimal. Oleh karena itu, sebelum memulai pelajaran pada
pertemuan kedua dan ketiga guru meminta kepada siswa untuk duduk
berdekatan dengan anggota kelompok masing-masing supaya nanti
setelah mereka selesai mengerjakan masalah pada LKS tidak
memerlukan waktu yang lama sehingga efisiensi waktu dalam
pembelajaran dapat digunakan secara maksimal.
4. Pada pertemuan pertama, siswa masih malu-malu untuk
menyampaikan pendapat dan memberikan tanggapan mereka dalam
melakukan diskusi kelompok dan diskusi kelas. Oleh karena itu, supaya
hal ini tidak terjadi lagi pada pertemuan berikutnya guru memberikan
motivasi dan reward kepada siswa berupa tambahan nilai apabila
mereka berani menyampaikan pendapat dan memberikan tanggapan
mereka kepada siswa atau kelompok lainnya.
5. Berdasarkan hasil analisis data tentang tes belajar siswa yang telah
dilakukan oleh peneliti, diketahui bahwa persentase siswa tuntas belajar
pada tes akhir tindakan II mencapai 89,29% lebih tinggi dari pada
persentase siswa tuntas belajar pada tes akhir tindakan I mencapai
78,57%.
6. Berdasarkan hasil analisis data tentang kemampuan berpikir kreatif
siswa menunjukkan persentase rata-rata keberhasilan berpikir kreatif
siswa pada tindakan II mencapai 35,42% lebih tinggi dari pada
persentase rata-rata keberhasilan berpikir kreatif siswa pada tindakan I
mencapai 30,02%.
7. Berdasarkan hasil observasi guru, hasil pekerjaan siswa, dan hasil
wawancara terhadap subyek wawancara, kemampuan berpikir kreatif
siswa meningkat. Hal ini dapat dilihat dari persentase kemampuan
berpikir kreatif siswa pada tindakan I dan persentase kemampuan
berpikir kreatif siswa pada tindakan II yang mengalami peningkatan
Pembelajaran Dengan Pendekatann Open-Ended....
FENOMENA, Vol. 14 No. 2 Oktober 2015 | 337
yaitu dari 30,02% menjadi 35,42% yaitu berada pada kategori cukup
baik.
PEMBAHASAN
Pembelajaran yang dilakukan sebanyak sembilan kali pertemuan
dimana sebanyak enam kali pertemuan untuk pelaksanaan pembelajaran
dan tiga kali pertemuan untuk pelaksanaan tes, yaitu tes awal, tes akhir
tindakan I dan tes akhir tindakan II. Tes awal dilakukan sebelum
pembelajaran dilakukan, sedangkan tes akhir tindakan I dan tindakan II
dilakukan setelah berlangsungnya masing-masing pembelajaran pada
tindakan I dan tindakan II. Materi yang dibahas dalam penelitian ini adalah
materi logika matematika. Pembelajaran dilakukan dengan menggunakan
pendekatan open-ended yang dapat meningkatkan berpikir kreatif siswa. Hal
ini sesuai dengan pendapat Nohda11 menyatakan bahwa tujuan
dikembangkannya pembelajaran dengan pendekatan open-ended untuk
mengembangkan aktivitas yang kreatif dari para siswa dan kemampuan
berpikir matematis mereka dalam memecahkan masalah. Pendekatan open-
ended menurut Shimada12 adalah pendekatan yang menyajikan suatu
permasalahan (problem) yang memiliki lebih dari satu metode atau selesaian
benar. Pendekatan open-ended ini tidak berorientasi pada hasil akhir tetapi
lebih mengutamakan bagaimana siswa mengembangkan metode, cara, atau
pendekatan untuk menjawab permasalahan yang diberikan.
Dalam pembelajaran dengan materi logika matematika ini,
permasalahan diambil dari permasalahan yang berhubungan dengan
kehidupan nyata sehingga mampu membantu siswa dalam mempelajari
materi dan mengajak siswa untuk berpikir kritis serta menuntut siswa untuk
menemukan sendiri informasi yang lebih banyak dari pada yang diberikan
oleh guru untuk memecahkan suatu masalah yang diberikan sehingga
berpikir kreatif siswa dalam memecahkan suatu permasalahan akan terasah.
11 Nohda, N. 1999. A Study Of "Open-Approach" Method In School Mathematics Teaching -
Focusing On Mathematical Problem Solving Activities. (online). (http://www.nku.edu/~sheffield/ nohda.html, diakses 8 Oktober 2011)
12 Becker, J.P. & Shimada, S. 1997. The Open-Ended approach: A New Proposal for teaching mathematics. Virginia: the National Coucil of Teachers of mathematics. Hlm. 23
Mohammad Kholil
338 | FENOMENA, Vol. 14 No. 2 Oktober 2015
Hal ini didukung oleh oleh Shimada13 yang menyatakan bahwa
karakteristik masalah open-ended yang digunakan dalam pembelajaran
matematika disajikan dengan tujuan mengembangkan kemampuan berpikir
siswa dan membantu mereka berpikir dari titik yang berbeda.
Setelah peneliti memberikan masalah, selanjutnya siswa dituntut untuk
menganalisis hingga menemukan berbagai cara dan jawaban benar yang
dilakukan secara individu dan diskusi kelompok. Setelah itu dipresentasikan
oleh kelompok-kelompok diskusi yang dapat berfungsi untuk
mengembangkan keterampilan berpikir kreatif dalam memecahkan masalah
yang dihadapi.
Pembelajaran dengan pendekatan open-ended pada penelitian ini
dilaksanakan sesuai dengan RPP yang telah divalidasi oleh tiga validator.
Dari hasil observasi yang telah dilakukan oleh observer mengenai ketepatan
guru dan siswa dalam menerapkan RPP pada saat pembelarajan
berlangsung melalui lembar observsi ketepatan guru dan siswa dalam
menerapkan RPP dapat disimpulkan bahwa ketepatan guru dalam
melaksanakan pembelajaran sesuai dengan RPP berada pada kategori
sangat baik yaitu 89,3% pada tindakan II pertemuan pertama, dan 92,6%
pada pertemuan kedua. Begitu juga aktivitas siswa dalam pembelajaran juga
berada dalam kategori sangat baik yaitu 82,25% pada tindakan II
pertemuan pertama, dan 89,6% pada pertemuan kedua.
Penelitian mengenai pembelajaran dengan pendekatan open-ended dan
kemampuan berpikir kreatif telah banyak dilakukan. Diantaranya adalah
yang dilakukan oleh Klavir dan Hershkovitz14 yang menyatakan bahwa
pemberian tugas yang dirancang dengan open-ended dapat membantu siswa
untuk mengembangkan berpikir kreatif dalam matematika, Lee dan Seo15
menyatakan bahwa pembelajaran dengan pendekatan open-ended dapat
meningkatkan kreativitas matematis siswa.
13 Ibid. Hlm. 27 14 Klavir and Hershkovitz, S. 2005. Teaching and Evaluating ‘Open-Ended’ Problem.
(online), (http://www.cimt.plymouth.ac.uk/journal/klavir.pdf, di akses tanggal 25 Januari 2012) 15 Lee and seo. 2003. A Development of the Test for Mathematical Cerative Problem
Solving Ability. (Online), (http://www.aera.net/uploadedFiles/Publications/Journals/Educational Researcher/3405/03 Wang.pdf, di akses tanggal 25 Januari 2012).
Pembelajaran Dengan Pendekatann Open-Ended....
FENOMENA, Vol. 14 No. 2 Oktober 2015 | 339
Berdasarkan pernyataan di atas maka peneliti melakukan pembelajran
dengan pendekatan open-ended dengan harapan dapat meningkatkan
kemampuan berpikir kreatif siswa dan hasil belajar siswa. Setelah dilakukan
pembelajaran dengan pendekatan open-ended, diperoleh persentase
kemampuan berpikir kreatif siswa sebagai berikut.
Tabel
Persentase Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa
Dalam Pembelajaran dengan Pendekatan Open-ended
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa kemampuan berpikir kreatif
siswa dalam pembelajaran dengan pendekatan open-ended meningkat dari
setiap pertemuan. Hal ini sesuai dengan Poppy16 yang menyatakan bahwa
salah satu pendekatan pembelajaran yang lebih berorientasi pada aktivitas
dan meningkatkan kreativitas siswa yaitu pendekatan open-ended.
Berdasarkan hasil analisis data tentang tes belajar siswa, diketahui
bahwa persentase siswa tuntas belajar pada tes akhir tindakan siklus II
mencapai 89,29% lebih tinggi dari pada persentase siswa tuntas belajar
pada tes akhir tindakan siklus I mencapai 78,57%. Sesuai dengan data
tersebut, maka pembelajaran ini dikatakan berhasil karena telah mencapai
kategori sangat baik.
Dalam penelitian ini terdapat hambatan-hambatan dan kelemahan
dalam pelaksanaan pembelajaran, yaitu:
16 Japar. 2008. Pembelajaran Matematika Dengan Pendekatan Open-Ended. (online),
(http://pusdiklatteknis.depag.go.id/download/jurnal09.doc, di akses 8 Oktober 2011)
Mohammad Kholil
340 | FENOMENA, Vol. 14 No. 2 Oktober 2015
1. Pada awal pembelajaran yang dilaksanakan, siswa belum terbiasa
mengikuti pembelajaran dengan menggunakan pendekatan open-
ended. Ketidakbiasaan ini karena siswa terbiasa mengawali
pembelajaran dengan menerima materi. Hal ini, kemudian
mempengaruhi siswa menjadi ragu-ragu dalam menjawab pertanyaan
dari peneliti. Meskipun demikian, siswa kelas XI SMA Satya Dharma
Balung dapat diajak bekerja sama dan cepat beradaptasi dengan
pendekatan pembelajaran yang peneliti laksanakan.
2. Pelaksanaan pembelajaran menggunakan pendekatan open-ended
membutuhkan penggunaan waktu yang cukup, dalam arti lebih lama
untuk benar-benar memahamkan siswa mengenai suatu konsep
matematika. Pelaksanaan pembelajaran dapat dilaksanakan dalam
beberapa pertemuan dengan kegiatan berbeda sehingga siswa tidak
bosan dalam mengikuti pembelajaran sehingga siswa mampu
mengaitkan pengetahuan baru yang ia terima dengan pengetahuan
lama yang sudah dimiliki.
3. Siswa kurang percaya diri mengungkapkan pengalaman, maupun
tanggapan kepada kelompok lain. Dalam diskusi kelompok, siswa
belum terbiasa memberikan pertanyaan atau tanggapan kepada
kelompok yang presentasi. Siswa masih ragu-ragu dalam
menyampaikan pendapat kecuali ketika ditunjuk oleh guru.
4. Pengaturan bangku untuk diskusi kelompok dilakukan oleh siswa pada
saat pembelajaran. Sehingga pengaturan bangku ini membutuhkan
waktu.
5. Dalam penelitian ini terdapat masalah pada LKS yang penulisannya
tidak sesuai dengan konsep logika matematika, yaitu masalah 2 pada
LKS 6. Penulisan biimplikasi yang benar yaitu “… jika dan hanya jika
…”. Oleh karena itu, pada masalah 2 LKS 6 penulisan yang benar
yaitu matahari terbenam jika dan hanya jika malam tiba.
Pembelajaran Dengan Pendekatann Open-Ended....
FENOMENA, Vol. 14 No. 2 Oktober 2015 | 341
KESIMPULAN
Berdasarkan terlaksananya pembelajaran dengan pendekatan Open
Ended yang telah dideskripsikan pada paparan data dan pembahasan, maka
dapat diambil kesimpulan sebagai berikut.
1. Pembelajaran dengan pendekatan open-ended yang dapat meningkatkan
kemampuan berpikir kreatif siswa dalam penelitian ini terdiri dari
langkah-langkah berikut.
a. Tahap awal
Pada tahap ini peneliti membangkitkan pengetahuan awal siswa,
memberi motivasi kepada siswa tentang pentingnya materi logika
matematika dalam kehidupan sehari-sehari, menyampaikan tujuan
pembelajaran yang digunakan dalam penelitian.
b. Tahap inti
Kegiatan pada tahap inti terdiri dari kerja individu, diskusi kelompok
dan dilanjutkan dengan diskusi kelas. Pada tahap kerja individu, siswa
diminta mengerjakan masalah yang telah diberikan secara individu. Pada
pengerjaan secara individu ini waktu yang diberikan lebih lama dari diskusi
kelompok dan diskusi kelas. Pada waktu ini pula guru berkeliling dan
memonitoring siswa serta membantu siswa apabila mengalami kesulitan
ketika mengerjakan masalah. Setelah bekerja secara individu, guru meminta
siswa untuk berdiskusi kelompok sesuai dengan kelompok yang telah
ditentukan sebelumnya. Diskusi kelompok ini bertujuan untuk
mengembangkan berpikir kreatif siswa. Pada saat diskusi kelompok guru
juga berkeliling dan memonitoring diskusi kelompok serta membimbing
kelompok yang mengalami kesulitan. Selanjutnya dilanjutkan dengan
diskusi kelas. Dalam diskusi kelas ini guru meminta perwakilan dari tiap
kelompok untuk mempresentasikan hasil kerja dan diskusi kelompoknya.
Pada saat diskusi kelas guru hanya sebagai fasilitator saja. Siswa lebih
berperan aktif dibandingkan guru. Sebagai fasilitator guru juga harus
memperhatikan siswa yang tidak aktif agar ikut aktif dalam diskusi kelas.
Diskusi kelas ini bertujuan untuk mengembangkan kemampuan berpikir
lancer (fluency), kemampuan berpikir luwes (flexibility), dan kemampuan
berpikir original (originality). Diakhir diskusi kelas dilakukan penyimpulan
materi.
Mohammad Kholil
342 | FENOMENA, Vol. 14 No. 2 Oktober 2015
c. Tahap akhir
Setelah siswa dibimbing oleh guru untuk melakukan penyimpulan
terhadap materi yang telah mereka pelajari, siswa diminta untuk bertanya
pada guru apabila ada materi yang belum dipahami dan memberi soal
untuk dikerjakan dirumah.
2. Pada hasil penilaian kemampuan berpikir kreatif siswa diperoleh
persentase keberhasilan kemampuan berpikir kreatif siswa pada siklus I
pertemuan pertama sebesar 23,81% berada pada kategori tidak baik,
pada pertemuan kedua sebesar 26,19% berada pada kategori cukup,
pada pertemuan ketiga sebesar 34,08% berada pada kategori cukup,
dan pada pertemuan keempat sebesar 36,01% berada pada kategori
cukup. Sehingga persentase skor rata-rata keberhasilan kemampuan
berpikir kreatif siswa sebesar pada siklus I sebesar 30,02% berada
pada kategori cukup. Sedangkan persentase keberhasilan kemampuan
berpikir kreatif siswa pada siklus II pertemuan pertama sebesar
32,74% berada pada kategori cukup baik, dan pada pertemuan kedua
sebesar 38,09% berada pada kategori cukup. Sehingga persentase skor
rata-rata keberhasilan kemampuan berpikir kreatif siswa sebesar pada
siklus II sebesar 35,42% berada pada kategori cukup. Karena
persentase skor rata-rata keberhasilan kemampuan berpikir kreatif
siswa pada siklus II lebih tinggi dari pada persentase skor rata-rata
keberhasilan kemampuan berpikir kreatif siswa pada siklus I dan
persentase skor rata-rata keberhasilan kemampuan berpikir kreatif
siswa mencapai kategori cukup, maka dapat dikatakan bahwa
pembelajaran ini dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif
siswa.
3. Pada tes awal siswa yang memperoleh skor ≥ 75 adalah sebanyak 16
siswa dari 28 siswa dengan persentase siswa tuntas belajar sebesar
57,14% berada pada kategori baik. Pada tes akhir tindakan I siswa
yang memperoleh skor ≥ 75 adalah sebanyak 22 siswa dari 28 siswa
dengan persentase siswa tuntas belajar sebesar 78,57% berada pada
kategori sangat baik. Pada tes akhir tindakan II siswa yang
memperoleh skor ≥ 75 adalah sebanyak 25 siswa dari 28 siswa dengan
persentase siswa tuntas belajar sebesar 89,29% berada pada kategori
Pembelajaran Dengan Pendekatann Open-Ended....
FENOMENA, Vol. 14 No. 2 Oktober 2015 | 343
sangat baik. Dari hasil ini diketahui bahwa persentase siswa tuntas
belajar pada tes akhir siklus II lebih tinggi dari pada persentase siswa
tuntas belajar pada tes akhir siklus I. Karena persentase siswa tuntas
belajar pada akhir siklus II lebih tinggi dari pada persentase siswa
tuntas belajar pada akhir siklus I dan persentase siswa tuntas belajar
mencapai kategori sangat baik, maka dapat dikatakan bahwa
pembelajaran ini berhasil.
Saran-saran
Beberapa saran yang dapat peneliti ajukan untuk penelitian, penulisan,
atau kegiatan pembelajaran lebih lanjut mengenai pembelajaran dengan
pendekatan open-ended adalah sebagai berikut:
1. Materi yang sajikan dalam penelitian ini hanya sebatas pernyataan dan
kalimat terbuka, konjungsi, disjungsi, implikasi dan biimplikasi saja,
penelitian lebih lanjut dapat mengambil keseluruhan topik logika
matematika sehingga materi yang diberikan lebih menyeluruh.
2. Penggunaan waktu pada pertemuan pertama dalam penelitian ini tidak
maksimal, oleh karena itu bagi penelitian selanjutnya supaya dapat
memaksimalkan waktu dari awal hingga akhir penelitian.
3. Pada pertemuan pertama dalam penelitian ini siswa masih merasa malu
untuk menyampaikan pendapat mereka. Untuk penelitian selanjutnya,
diharapkan sejak awal penelitian peneliti memberikan motivasi dan
reward sehingga siswa tidak merasa malu dalam menyampaikan
pendapat mereka.
4. Penerapan pendekatan open-ended memberikan hasil yang baik, oleh
karena itu pendekatan ini dapat dijadikan salah satu alternatif
pendekatan pembelajaran yang dapat diterapkan guru-guru untuk
melaksanakan pembelajaran matematika di sekolah.
Mohammad Kholil
344 | FENOMENA, Vol. 14 No. 2 Oktober 2015
DAFTAR PUSTAKA
Becker, J.P. & Shimada, S. 1997. The Open-Ended approach: A New Proposal
for teaching mathematics. Virginia: the National Coucil of Teachers of
mathematics.
Bogdan, R.C and Biklen. S.K. 1998. Qualitative Research in Education: an
introduction to theory and methods. Third Edition. Boston: Allyn and
Bacon.
Hudojo, H. 1990. Strategi Belajar Mengajar Matematika. Malang: IKIP
Malang.
Hudojo, H. 2005. Kapita Selekta Pembelajaran Matematika. Malang: UM
Press.
Japar. 2008. Pembelajaran Matematika Dengan Pendekatan Open-Ended.
(online), (http://pusdiklatteknis.depag.go.id/download/jurnal09.doc,
di akses 8 Oktober 2011).
Jumiati, Halimah. 2008. Pembelajarandengan pendekatan open ended untuk
meningkatkan pemahaman keliling dan luas persegi panjang pada siswa
kelas III SDN I Bukit Tunggal kota Palangkaraya. Tesis tidak
diterbitkan. Malang: UM.
Klavir and Hershkovitz, S. 2005. Teaching and Evaluating ‘Open-Ended’
Problem. (online), (http://www.cimt.plymouth.ac.uk/journal/klavir.
pdf, di akses tanggal 25 Januari 2012).
Kunandar. 2008. Langkah mudah penelitian tindakan kelas sebagai
pengembangan profesi guru. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Lee and seo. 2003. A Development of the Test for Mathematical Cerative
Problem Solving Ability. (Online), (http://www.aera.net/uploadedFiles/
Publications/Journals/Educational_Researcher/3405/03 Wang.pdf, di
akses tanggal 25 Januari 2012).
Markaban. 2004. Logika matematika, (online), (http://neohosting.jalawave.
net, di akses tanggal 25 Oktober 2011).
Moleong, L. J. 2001. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja
Rosda Karya.
Munandar, U. 1990. Mengembangkan bakat dan kreativitas anak sekolah.
Jakarta: PT. Gramedia.
Pembelajaran Dengan Pendekatann Open-Ended....
FENOMENA, Vol. 14 No. 2 Oktober 2015 | 345
Munandar, U. 2009. Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat-Cet.3.
Jakarta: Rineka Cipta.
Nohda, N. 1999. A Study Of "Open-Approach" Method In School Mathematics
Teaching - Focusing On Mathematical Problem Solving Activities.
(online). (http://www.nku.edu/~sheffield/nohda.html, diakses 8
Oktober 2011).
Shriki, Atara, 2009. Working like real mathematicians:developing prospective
teachers’ awareness of mathematical creativity generating new concepts.
Oranim Academic College of Education, Israel. Springer.
Siswono, Tatag. 2008. Promoting creativity in learning mathematics using
open-ended problem. (online). (http://tatagyes.wordpress.com/category/
paradigma-pendidikan-matematika, diakses 8 Oktober 2011 ).
Subanji, 2007. Pembelajaran dengan Pohon Matematika Sebagai Upaya
Meningkatkan Kreativitas Siswa. Bandung: PT remaja Rosdakarya.
Suparno, P. 1997. Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan. Yogyakarta:
kansius.
Tim MKPBM. 2001. Strategi pembelajaran matematika kontemporer.
Bandung. JICA-Universitas Pendidikan Indonesia.