pemanfaatan video tutorial pada model pembelajaran paikem
TRANSCRIPT
Pemanfaatan Video Tutorial Pada Model Pembelajaran PAIKEM
Mata Pelajaran Kewirausahaan Di SMK Negeri 3 Salatiga
Artikel Ilmiah
Peneliti:
Nanin Binafsihi (702011019)
Krismiyati, S.Pd., M.A
Program Studi Pendidikan Teknik Informatika Dan Komputer
Fakultas Teknologi Informasi
Universitas Kristen Satya Wacana
Salatiga
Oktober 2015
1
Penerapan Metode Pembelajaran Digital Stroytelling Guna Meningkatkan
Keaktifan Siswa Pada Pelajaran Kewirausahaan di SMK Negeri 3 Salatiga
1) Nanin Binafsihi 2)
Krismiyati
Fakultas Teknologi Informasi
Universitas Kristen Satya Wacana
Jl. Diponegoro 52-60, Salatiga 50711, Indonesia
Email : 1)
Abstract
The implementation of the unappropriate learning method and the lack of the use
of teaching media could make the students’ active learning become low. The
students get bored, did not pay attention and under estimated in learning
Kewirausahaan. Therefore, the research was conducted by using video tutorial
learning method in Kewirausahaan subject. The results showed that the
implementation of video tutorial learning method could improve students’ active
learning toward Kewirausahaan subject. The students’ active learning becomes
higher than the students who are taught by using conventional method learning.
Therefore, it could be said that the implementation of video tutorial leaning
method has positive influence toward students’ active learning in Kewirausahaan
subject.
Keywords : learning method, video tutorial, students’ active learning
Abstrak
Penerapan metode pembelajaran yang kurang tepat dan kurangnnya penggunaan
media pembelajaran membuat keaktifan belajar siswa rendah. Siswa merasa
bosan, kurang memperhatikan dan menyepelekan mata pelajaran Kewirausahaan.
Oleh karena itu dilakuan penelitian dengan penerapan metode pembelajaran video
tutorial pada mata pelajaran Kewirausahaan. Hasil penelitian menunjukan bahwa
penerapan metode pembelajaran video tutorial dapat meningkatkan keaktifan
belajar siswa terhadap mata pelajaran Kewirausahaan. Keaktifan belajar siswa
yang diterapkan dengan metode pembelajaran video tutorial semakin meingkat.
Sehingga dapat dikatakan bahwa penerapan metode pembelajaran video tutorial
berpengaruh positif terhadap keaktifan belajar siswa terhadap mata pelajaran
Kewirausahaan.
Kata Kunci : metode pembelajaran, video tutorial, keaktifan siswa
1
Mahasiswa Fakultas Teknologi Informasi Jurusan Pendidikan Teknik
Informatika dan Komputer Universitas Kristen Satya Wacana 2 Staff Pengajar Fakultas Teknologi Informasi Universitas Kristen Satya Wacana
2
1. Pendahuluan
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan
yang diperlukan dirinya dan masyarakat (UU SISDIKNAS No. 20 tahun 2003).
Melalui pendidikan, diharapkan seorang anak akan mampu melaksanakan
hidupnya tanpa bergantung dengan bantuan orang lain. Pendidikan dibagi
menjadi 2, formal dan informal. Pendidikan formal didapat dari sekolah dan
universitas. Sedangkan pendidikan informal didapat dari kursus.
Pendidikan formal di sekolah umumnya dihadiri sebanyak 20-40 siswa di
kelas dan ditangani oleh satu guru, seperti di sekolah SMK N 3 Salatiga.
Pembelajaran yang saat ini dikembangkan dan banyak dikenalkan ke seluruh
pelosok tanah air adalah Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan
Menyenangkan atau disingkat dengan PAIKEM. Pemberian materi dari guru
diharapkan mampu meningkatkan daya tarik siswa untuk mendalami suatu
pelajaran. Namun permasalahan tak hanya sampai disitu. Tak jarang siswa
kurang aktif, contohnya berupa mengantuk di kelas, gaduh, dan bermain
handphone/gadget secara diam-diam. Ingatan materi siswa rendah dan akhirnya
nilai yang diraih siswa hanya sampai pada batas Kriteria Ketuntasan Minimal
(KKM). Dunia pendidikan sangat erat hubungannya dengan nilai. Keberhasilan
pendidikan seorang siswa dilihat dari nilai yang ia dapat.
Pengaruh era digital dan peran TIK dalam pendidikan sangat dominan. Pro
dan kontra selalu ada dalam perkembangannya. Sebagian para guru setuju atas
kehadiran TIK dalam pendidikan kita, karena TIK merupakan alat pendukung
pembelajaran dan sekaligus sebagai sumber belajar yang dapat diintegrasikan
dalam proses pembelajaran. Berbagai model rancangan pembelajaran telah
dikembangkan sekaligus model-model pembelajarannya [1].
Menurut observasi yang telah dilakukan pada pembelajaran kewirausahaan
di SMK N 3 Salatiga menunjukkan keakifan siswa hanya mencapai 30%, hal
itu disebabkan adanya permasalahan partisipasi siswa kurang dalam
pembelajaran. Ada banyak sekali metode pembelajaran yang bisa diterapkan,
bahkan bisa jadi penyajian setiap materi bisa dengan metode pembelajaran
yang berbeda-beda. Bisa pula dengan penerapan teknologi pembelajaran
berbasis TIK. Rujukan yang akan diterapkan dalam permasalahan ini adalah
pemecahan masalah kepasifan siswa dengan menerapkan teknologi
pembelajaran berbasis TIK. Era digital saat ini sangat memudahkan interaksi
guru dan siswa semakin menarik, yakni dengan penerapan metode teknologi
pembelajaran video tutorial. Diharapkan siswa lebih berpartisipasi dan aktif
saat pelajaran kewirausahaan berlangsung dan tujuan pembelajaran yang
diinginkan dapat tercapai.
Strategi video tutorial diharapkan tidak membuat siswa pasif
mendengarkan ceramah guru, karena mereka dituntut berpartisipasi melalui
video/gambar pembelajaran. Guru dapat memenuhi harapan siswa sehingga
hasil belajar siswa lebih maksimal [2]. Penelitian ini dapat mengetahui sejauh
3
mana penerapan metode pembelajaran tipe video tutorial terhadap partisipasi
siswa di SMK N 3 Salatiga.
2. Tinjauan Pustaka
Penelitian Rosdiana menjelaskan bahwa antara pembelajaran konvensional
dengan pembelajaran kooperatif tipe paired storytelling berbantuan media
audio visual memiliki karakteristik, landasan teori, dan langkah-langkah
pembelajaran yang berbeda. Implikasi dari penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe paired storytelling berbantuan media audio visual yaitu: (1)
dapat meningkatkan keterampilan menyimak siswa, (2) interaksi-interaksi yang
terjadi saat proses pembelajaran dapat meningkatkan rasa percaya diri dan
kemampuan siswa dalam berkomunikasi, (3) dapat merangsang motivasi siswa
dalam pembelajaran, (4) melatih siswa untuk lebih disiplin dan bertanggung
jawab terhadap tugas yang diberikan [3].
Video tutorial memiliki salah satu keuntungan yaitu suara yang diisikan
dapat suara asli seorang native speaker ataupun suara guru. Jika guru ingin
menyampaikan suara asli seorang native speaker maka suara tersebut dapat
diambil di beberapa web yang menyediakannya secara gratis. Nilai plus (added
value) inilah yang membuat video tutorial sebagai salah satu jenis media
pembelajaran yang cukup ’luwes’. Artinya, keluwesannya terletak pada jenis
materi dapat dipilih sendiri oleh si penyusun media dan gambar maupun
suaranya pun demikian [4].
Pembelajaran PAIKEM adalah pembelajaran bermakna yang
dikembangkan dengan cara membantu peserta didik membangun keterkaitan
antara informasi (pengetahuan) baru dengan pengalaman (pengetahuan lain)
yang telah dimiliki dan dikuasai peserta didik. Peserta didik dibelajarkan
bagaimana mereka mempelajari konsep dan bagaimana konsep tersebut dapat
dipergunakan di luar kelas. Peserta didik diperkenankan bekerja secara
kooperatif [5].
Keaktifan dan kekreatifan siswa adalah tujuan utama pembelajaran
PAIKEM. Jadi, pembelajaran PAIKEM adalah metode pembelajaran yang
melibatkan siswa secara langsung dengan berbagai pengenalan terhadap
lingkungan. Kegiatan belajar mengajar dengan kondisi lingkungan tanpa
tekanan, dan kegiatan belajar dengan cara menyenangkan serta bervariasi.
Dengan demikian, proses pembelajaran mengajak siswa lebih aktif, inovatif,
kreatif, efektif, dan menyenangkan.
Metode pembelajaran inovatif dikembangkan untuk memacu siswa untuk
berperan aktif dalam setiap pembelajaran. Pembelajaran inovatif dipilih karena
beragam gaya belajar untuk membangkitkan minat, perhatian, dan motivasi
siswa di dalam kelas. Ide kreatif sangat dibutuhkan sehingga siswa diharapkan
mampu memberikan pendapatnya. Banyak cara untuk mendapatkan
pengalaman dan belajar komunikasi, yang bisa diterapkan di sekolah maupun
luar sekolah, kelas maupun luar kelas. Salah satu metode yang bisa digunakan
4
untuk memacu kemampuan komunikasi melalui pembelajaran adalah video
tutorial (penceritaan digital).
Video tutorial adalah suatu seni mengubah cerita ke bentuk multimedia,
berisi kombinasi antara musik, film dan atau gambar yang diwarnai dengan
suara. Guru menerapkan metode ini sebagai salah satu upaya membangkitkan
minat dan semangat belajar siswa. Selain itu, video tutorial memiliki kesan
yang mendalam sehingga meningkatkan daya ingat siswa [6].
Video tutorial memberi kesempatan kepada siswa untuk mendapat
keterampilan kreativitas dan daya cipta, kecerdasan ganda, pemikiran tingkat
tinggi, berkomunikasi efektif, pengelolaan proyek, dan memperkuat
pemahaman. Gambar video digital bisa direkayasa, disimpan, diduplikasi,
dikirimkan ke komputer lain, dan dapat diputar ulang tanpa kehilangan
kualitasnya. Video digital mampu mengurangi biaya dan meningkatkan
kemudahan dan portabilitas perekaman video yang memungkinkan produksi
video dilakukan di lapangan di mana saja tempatnya. Keuntungan lainnya dari
video digital adalah bahwa penyuntingan bisa dilakukan di komputer
menggunakan piranti lunak yang memudahkannya untuk merekayasa urutan
gambar. Kualitas gambar video tidak akan berkurang selama penyuntingan dan
penyalinan. Video digital juga bisa ditonton pada berbagai kecepatan yang
memungkinkan para siswa untuk mempelajari gambar dari yang sangat lambat
sampai yang sangat cepat [7].
Pada hasil observasi yang telah penulis lakukan, terdapat beberapa alasan
mengapa siswa cenderung kurang aktif. Salah satu alasannya adalah terjadi
perbedaan daya serap siswa terhadapa materi yang disampaikan oleh guru.
Ketika siswa mendengarkan terus menerus, siswa cenderung bosan sehingga
fokus terhadap pelajaran menurun. Pike dalam (Silberman, 1996)
menyampaikan bahwa dengan menambahkan visual pada pelajaran menaikkan
ingatan 14% ke 38% [8]. Hal itu berarti dengan berbantu alat visual maka
kegiatan belajar mengajar menjadi lebih aktif. Siswa akan lebih aktif apabila
materi pelajaran disajikan dengan cara yang kreatif. Siswa ingin terlibat pada
penyajian materi. Diharapkan dengan penggunaan Microsoft Windows Movie
maker, siswa semakin antusias dan rasa ingin tahunya selalu muncul. Siswa
berusaha mencari berbagai informasi dari penyajian film/video materi, bukan
selalu terpaku dari buku saja. Pada akhirnya tercipta kondisi kelas yang tepat
sasaran pada pembelajaran PAIKEM.
3. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas (PTK).
PTK berfokus pada kelas atau pada proses pembelajaran yang terjadi di kelas,
bukan pada instrument input kelas (silabus, RPP, materi, dan lain-lain) ataupun
output (hasil belajar). PTK harus tertuju atau mengkaji mengenai hal-hal yang
terjadi di dalam kelas [9].
Penelitian Tindakan Kelas bertujuan untuk mendapatkan pemecahan
masalah dalam praktik pembelajaran di sekolah. Penelitian tindakan kelas
5
merupakan bentuk kegiatan refleksi diri yang dilakukan oleh pelaku
pendidikan untuk memperbaiki praktik pembelajaran [10].
Populasi yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI
Ototronika 1 SMK N 3 Salatiga pada semester gasal tahun ajaran 2015/2016.
Penulis mengadopsi dan menerapkan konsep dasar penelitian tindakan menurut
Kurt Lewin pada buku Wijaya Kusumah (2010) yang terdiri dari empat
tahapan, yaitu: (1) perencanaan (planning), (2) pelaksanaan (acting), (3)
pengamatan (observing), (4) refleksi (reflecting).
Penelitian dilaksanakan melalui dua siklus, setiap siklus terdiri dari dua
kali pertemuan. Pertemuan pertama dan pertemuan kedua pembelajaran
menggunakan model pembelajaran tipe video tutorial dan diakhiri dengan
evaluasi.
Kegiatan yang dilaksanakan pada tahap persiapan ini meliputi;
mengidentifikasi masalah yang akan diteliti yang berkenaan dengan
pembelajaran kewirausahaan di sekolah. Studi pendahuluan yaitu dengan
studi literatur dan observasi ke lokasi penelitian, pembuatan proposal
penelitian atau merumuskan masalah, merumuskan anggapan dasar, membuat
hipotesis, menentukan metode dan desain penelitian, menentukan variabel dan
sumber data, menyusun instrumen yang akan digunakan dalam penelitian,
melakukan studi pembuatan media pembelajaran TIK dengan menggunakan
Video tutorial (windows movie maker), uji instrumen tes, analisis instrumen
tes dan revisi instrumen tes berdasarkan hasil uji coba.
Tindakan penelitian dilaksanakan untuk mengetahui keaktifan siswa pada
penerapan metode pembelajaran tipe video tutorial. Pelaksanaannya dilakukan
dalam empat kali pertemuan (dua siklus; siklus I dan siklus II).
Kegiatan yang dilakukan dalam tindakan penelitian siklus 1 meliputi: (1)
Membuat dan menerapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). (2)
Membuat dan menerapkan materi pelajaran dengan metode pembelajaran tipe
video tutorial. (3) Menerapkan observasi dengan membuat lembar evaluasi. (4)
Melakukan refleksi setelah mendapatkan hasil dalam tahap observasi.
Hasil analisis siklus I dijadikan acuan untuk merencanakan siklus II.
Sehingga hasil yang dicapai pada siklus II diharapkan lebih baik dari siklus I.
6
Berikut adalah desain pembelajaran yang akan diterapkan pada
pelajaran kewirausahaan kelas XI Ototronika I SMK N 3 Salatiga.
Tabel 3.1 Desain Pembelajaran
No.
Kegiatan
Metode Yang Digunakan
Guru Siswa
1.
Menjelaskan
materi dengan
video
pembelajaran.
(Inovatif)
Memperhatikan
penjelasan guru
dan mencari
jawaban acak dari
pertanyaan guru.
(Aktif)
o Guru membuka kegiatan dengan
pertanyaan untuk merangsang
keingintahuan siswa terhadap
persoalan dari materi.
(Menyenangkan)
o Siswa diminta untuk mencari jawaban
dan guru menerima semua jawaban
yang sudah diutarakan siswa. (Aktif,
Kreatif)
o Jawaban dari pertanyaan dimasukkan
pada video pembelajaran.
2.
Menjelaskan
materi dengan
video
pembelajaran.
(Inovatif)
Berdiskusi untuk
merangkum
materi.
o Guru membuat daftar pertanyaan yang
berkaitan dengan materi (misal: 3
pertanyaan). (Inovatif, Kreatif)
o Siswa diminta untuk membuat 3
kelompok. Masing-masing kelompok
mendapat 1 pertanyaan untuk diskusi.
(Kreatif)
o Beri waktu 5 menit untuk berdiskusi.
(Aktif)
o Saat 3 pertanyaan sudah dibahas,
gabungkan kembali kelas dan
meminta siswa membuat rangkuman
dari hasil diskusi. (Efektif,
7
Menyenangkan)
3.
Memberi isu
dari sebuah
materi dengan
menampilkan
video yang
berkaitan
dengan isu
tersebut.
(Inovatif)
Memberi
pendapat dari
hasil diskusi
kelompok.
o Guru membuat daftar pertanyaan yang
harus dicari jawabannya dari isu yang
ditampilkan. (Inovatif)
o Siswa masih pada posisi kelompok
(pada poin dua).
o Siswa diperbolehkan untuk
menyanggah/berargumen terhadap
jawaban kelompok lain. (Aktif,
Kreatif)
o Supaya lebih interaktif, atur kelompok
yang berlawanan supaya mereka
saling berhadapan. Ketika seorang
siswa menyimpulkan argumennya,
suruh siswa itu melemparkan suatu
benda (gulungan kertas seperti bola)
kepada seorang anggota dari
kelompok lain. Orang yang
menangkap benda tersebut harus
menangkis argumen siswa
sebelumnya. (Aktif, Kreatif, Efektif,
Menyenangkan)
4.
Guru dan siswa bersama-sama
meninjau ulang hasil kegiatan belajar
mengajar. (Aktif, Efektif)
o Guru membuat dua macam kartu
index;
kartu index pertama berisi pertanyaan
tentang materi yang telah diajarkan,
dan kartu index kedua berisi jawaban
dari setiap pertanyaan tersebut.
(Inovatif, Kreatif)
8
o Campur hingga benar-benar
tercampur.
o Minta setiap siswa maju ke depan
untuk mengambil satu kartu. (Kreatif)
o Perintahkan kepada siswa untuk saling
menemukan kartu permainannya.
Pastikan pasangannya adalah jawaban
yang tepat, dan mintalah untuk duduk
bersama. (Aktif, Kreatif,
Menyenangkan)
o Ketika semua pasangan permainan
sudah menempati tempatnya,
perintahkan setiap pasangan untuk
membaca keras pertanyaan dan
jawaban, begitu seterusnya hingga
habis. (Aktif, Kreatif, Menyenangkan)
o Pastikan pasangan lain menulis
sehingga rangkuman belajar didapat.
(Aktif, Kreatif, Menyenangkan)
Teknik pengumpulan data dilakukan untuk mengetahui tingkat keaktifan
siswa pada pelajaran kewirausahaan setelah metode pembelajaran tipe video
tutorial dierapkan. Teknik yang digunakan adalah observasi (pengamatan
kelas) dan wawancara. Cara pengumpulan data dengan cara pengamatan siswa
di kelas pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung. Pengamatan kelas
berguna untuk mengetahui sejauh mana siswa mampu menerima penjelasan
materi dari guru dengan baik. Pengamatan dilakukan sebelum, selama, dan
sesudah siklus penelitian berlangsung [11]. Jenis kegiatan wawancara yang
digunakan adalah wawancara tidak terstruktur, pedoman yang digunakan hanya
berupa garis-garis besarnya saja. Kegiatan penelitian ini menggunakan
observasi terfokus, yaitu observasi yang secara khusus dalam proses
pembelajaran, yaitu keaktifan siswa dalam pembelajaran [12]. Berikut adalah
daftar tabel lembar observasi yang diadaptasi dari Purwitasari [13].
9
Tabel 3.2 Lembar Observasi Terhadap Siswa Dengan Model
Pembelajaran PAIKEM
No. Indikator Kegiatan
Skala
Penilaian
0 1
1. Presentasi
Materi
Menyimak dan menjawab apersepsi dari guru
Memperhatikan tujuan pembelajaran yang
disampaikan oleh guru
Memperhatikan langkah-langkah pembelajaran
PAIKEM
Memperhatikan penjelasan materi yang
disampaikan guru
Menulis/mencatat materi yang penting
Menjawab pertanyaan dari guru
2. Kegiatan
Praktikum
Memperhatikan penjelasan lembar kerja
individu
Melaksanakan praktikum sesuai petunjuk
Mampu bekerja sama dengan siswa lain
Mempresentasikan hasil kerja
Aktif pada saat presentasi
Keterangan:
Penelitian pada skala di atas dengan nilai 0;1. Siswa aktif dalam
aktivitas tersebut maka nilai yang diberikan adalah 1 dan sebaliknya, jika
tidak aktif maka diberikan nilai 0.
Berikut daftar pertanyaan untuk wawancara siswa yang diadaptasi dari
Purwitasari [13].
1. Menurut Anda apakah pembelajaran dengan metode video tutorial
bersifat menyenangkan?
2. Apakah Anda lebih mudah memahami materi dengan cara belajar
metode video tutorial?
3. Apakah dengan model PAIKEM dan cara belajar metode video
tutorial, Anda ikut menjadi aktif?
4. Apakah belajar dengan metode video tutorial perlu diterapkan pada
pembelajaran berikutnya?
Analisis data merupakan langkah lanjutan setelah hasil pengumpulan data
didapat. Data yang diperoleh adalah hasil observasi tindakan kelas keaktifan
siswa. Tekinik analisis data penelitian tersebut dihitung dengan menggunakan
statistik berikut:
P = 𝑓
𝑁 x 100%
10
Keterangan:
P : angka prosentase
f : frekuensi yang sedang dicari prosentasinya
N : number of cases (jumlah frekuensi/banyaknya individu)
Menurut Mulyasa [14] dikatakan berhasil apabila terjadi perubahan
perilaku yang positif pada siswa. Dalam penelitian ini ditentukan indikator
keberhasilan peningkatan keaktifan siswa mencapai ≥ 75%.
Tabel 3.2 Daftar Persentase Target Capaian dari Masing-masing Variabel yang Akan
Diukur
Aspek Target yang Harus Dicapai
Observasi keaktifan siswa ≥ 75%
Wawancara keaktifan siswa ≥ 75%
4. Hasil Penelitian dan Pembahasan
Siklus I dilaksanakan dalam dua tindakan sebelum mengajar, diantaranya
RPP siklus I dan lembar observasi siswa. Pelaksanaan tindakan merupakan
implementasi kegiatan pembelajaran sesuai dengan Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) yang telah dibuat di tahap perencanaan. Pelaksanaan
tindakan pada siklus I ini terdiri dari dua pertemuan.
Pengamatan dilakukan dari siklus I yaitu pada kegiatan pembelajaran
berlangsung di pertemuan I dan pertemuan II dengan mengisi lembar observasi
yang telah disediakan. Instrumen yang digunakan adalah descriptive graphic
rating scale terhadap kegiatan pembelajaran di kelas. Lembar ini digunakan
untuk melihat keaktifan siswa dalam kegiatan belajar. Pengamatan terfokus
pada keaktifan siswa dalam pembelajaran kewirausahaan.
Berdasarkan dari hasil refleksi siklus I, pelaksanaan tindakan siklus II
sebagai tindak lanjut/perbaikan siklus I. siklus II dilaksanakan dalam dua kali
pertemuan. Siklus II dilaksanakan dalam tiga tindakan sebelum mengajar,
diantaranya RPP siklus II, lembar observasi siswa, dan wawancara siswa.
Tahap perencanaan yang dilakukan terdiri dari melanjutkan materi
pelajaran yang akan disampaikan dan perbaikan dari tahap refleksi siklus I.
Kesalahan, kekurangan, dan hambatan dari siklus I dijadikan pedoman
perbaikan guna menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran yang lebih baik
pada siklus II. Permasalahan yang ada pada siklus I adalah kurangnya perhatian
siswa saat guru menjelaskan materi dengan metode ceramah dan kegiatan
evaluasi penguasaan materi yang kurang bervariatif. Solusi yang telah dibuat
11
adalah membuat video tutorial untuk menjelaskan materi dan kegiatan evaluasi
dengan menggunakan kartu indeks siswa.
Kegiatan siklus II selesai, dilakukan refleksi selama proses pembelajaran
yang dilakukan pada pertemuan I dan pertemuan II siklus II. Pada siklus II
menunjukkan guru memberikan pembelajaran sesuai dengan RPP. Guru dan
siswa melaksanakan proses pembelajaran dengan baik, situasi kelas yang
diharapkan sudah terwujud. Siswa dapat menerima penerapan metode
pembelajaran tipe video tutorial dan permainan kartu indeks siswa. mereka
tampak antusias dengan kegiatan yang diberikan. Keaktifan siswa meningkat
sesuai dengan indikator keaktifan. Pada pertemuan I siklus II masih terdapat
siswa yang kurang aktif, yang sebagian besar pada indikator siswa mencatat
materi yang penting dan indikator siswa mampu menjawab pertanyaan dari
guru. Pada pertemuan II siklus II mengalami peningkatan yang signifikan.
Berikut hasil lembar observasi pada siklus I dan siklus II.
Tabel 4.1 Hasil Lembar Observasi Siklus I dan siklus II
INDIKATOR
SIKLUS I SIKLUS II
Temu
1
Temu
2
Temu
1
Temu
2
Menyimak dan menjawab apersepsi dari guru 33% 39% 72% 92%
Memperhatikan tujuan pembelajaran 31% 33% 56% 94%
Memperhatikan langkah pembelajaran PAIKEM 36% 53% 61% 61%
Memperhatikan penjelasan materi yang disampaikan guru 61% 67% 42% 72%
Menulis/mencatat materi yang penting 25% 53% 36% 58%
Menjawab pertanyaan dari guru 11% 17% 36% 44%
Memperhatikan penjelasan lembar kerja individu 42% 75% 47% 81%
Melaksanakan praktikum sesuai petunjuk 42% 42% 44% 92%
Mampu bekerja sama dengan siswa lain 47% 47% 53% 67%
Mmepresentasikan hasil kerja 36% 67% 75% 100%
Aktif pada saat persentasi 36% 36% 39% 44%
Selain data hasil observasi siswa, pada akhir penelitian siklus II juga
mengumpulkan data wawancara siswa. berikut wawancara siswa dalam tabel
4.5.
Tabel 4.2 Hasil Wawancara Siswa
POIN WAWANCARA PERSENTASE
Kegiatan pembelajaran dengan
metode video tutorial bersifat
menyenangkan
78%
Siswa lebih mudah memahami
materi pelajaran dengan cara 83%
12
belajar metode video tutorial
Siswa lebih aktif dengan cara
belajar metode video tutorial 83%
Belajar dengan metode video
tutorial perlu diterapkan pada
pembelajaran berikutnya
86%
Keaktifan siswa kelas XI Ototronika 1 SMK N 3 Salatiga lebih meningkat
menggunakan metode pembelajaran tipe video tutorial. Keaktifan siswa
meningkat karena metode pembelajaran konvensional banyak didominasi oleh
guru, diubah menjadi pembelajaran kooperatif di mana siswa menjadi lebih
aktif dan dapat menuangkan pendapatnya secara terbuka. Kegiatan belajar
mengajar yang dulunya membosankan, kini menjadi lebih aktif, kreatif,
inovatif, efektif, dan menyenangkan. Proses pembelajaran bervariaif selama
empat pertemuan. Pertemuan pertama siswa diminta maju dan menuangkan ide
hasil kerajinan bahan lunak. Mereka bergantian menuliskannya di papan tulis.
Lalu guru dan siswa bersama-sama membahas hasil jawaban siswa tersebut.
Pada pertemuan kedua kegiatan belajar didominasi dengan presentasi siswa
mengenai hasil kerajinan bahan lunak yang ada di lingkungan sekitar tempat
tinggal. Selanjutnya guru memutarkan video tutorial membuat kerajinan tangan
dari sabun yang berguna untuk memberi pengetahuan siswa pada kegiatan
praktikum. Pertemuan ketiga guru menjelaskan materi praktikum dengan
menampilkan beberapa video tutorial membuat kerajinan tangan dari sabun.
Sebelum kegiatan dimulai, siswa dibagi menjadi 7 kelompok dan diberi tugas
untuk mencatat alat dan bahan serta langkah-langkah pembuatan dari hasil
video tutorial tersebut. Siswa menjadi aktif saat mereka berdiskusi, dan pada
akhir pembelajaran masing-masing kelompok maju untuk mempresentasikan
hasil diskusi kelompok. Pada pertemuan keempat, kegiatan belajar mengajar
bertujuan untuk memperkuat pemahaman siswa mengenai bab kerajinan tangan
bahan dasar lunak, guru membuat kartu indeks siswa. Kegiatan itu dilakukan
dengan membagikan kartu indeks yang setiap anak mendapat satu kartu,
selanjutnya siswa mencari jawaban yang dibawa oleh pasangannya. Setelah
menemukan, setiap pasangan maju untuk menjelaskan poin yang didapatkan.
Proses pembelajaran kooperatif tipe video tutorial sangat menarik bagi siswa,
menurut mereka kegiatan belajar semakin menyenangkan dan keaktifan siswa
meningkat.
Penentuan nilai keaktifan “0” dan “1” menggunakan skala Gutman, jika
aktif bernilai 1 dan jika tidak aktif bernilai 0.
Data yang diperoleh pada siklus I, siswa kelas XI Ototronika I SMK N 3
Salatiga berjumlah 36 anak. Kenaikan yang signifikan terjadi pada indikator
siswa memperhatikan penjelasan lembar kerja individu dari pertemuan I ke
pertemuan II. Pada pertemuan II siswa lebih memperhatikan penjelasan lembar
kerja individu untuk kegiatan praktikum. Selisih persentase 33% dari 15 siswa
di pertemuan pertama naik menjadi 27 siswa di pertemuan kedua. Pada
indikator siswa aktif pada saat presentasi dari pertemuan I ke pertemuan II
13
tidak ada selisih persentase karena siswa yang aktif saat presentasi hasil tugas
yang diberikan guru hanya berjumlah 13 anak dengan hasil sama, yakni 36%.
Kegiatan siswa melaksanakan praktikum sesuai petunjuk menunjukkan hasil
rata-rata pada siklus I, yakni 42% karena siswa ingin tahu kegiatan
pembelajaran pada tiap pertemuan, mereka merasa pelajaran kewirausahaan
menyenangkan karena teorinya sedikit dan lebih banyak praktikumnya.
Berdasarkan data yang diperoleh pada siklus II, siswa kelas XI Ototronika
I SMK N 3 Salatiga berjumlah 36 anak. Peningkatan terjadi pada setiap
indikator. Kenaikan yang signifikan terjadi pada indikator siswa melaksanakan
praktikum sesuai petunjuk dari pertemuan I ke pertemuan II karena pada
pertemuan II siswa melakukan kegiatan kartu indeks siswa. Pada kegiatan
tersebut siswa menjadi aktif untuk mencari pasangan dari kartu yang didapat.
Siswa merasa senang karena kegiatan kartu indeks belum pernah diterapkan
dan pengetahuan mereka semakin meningkat. Selisih persentase 48% dari 16
siswa di pertemuan pertama naik menjadi 33 siswa. Pada indikator siswa
memperhatikan langkah pembelajaran PAIKEM pertemuan I dan pertemuan II
tidak ada selisih persentase karena siswa yang memperhatikan langkah
pembelajaran PAIKEM hanya berjumlah 22 anak, yakni 61%. Kegiatan siswa
yang menunjukkan rata-rata pada siklus II yaitu pada indikator siswa
memperhatikan penjelasan materi yang disampaikan guru dengan jumlah
persentase 61%.
Data keaktifan yang diperoleh berdasarkan observasi dalam penelitian di
SMK N 3 Salatiga dapat diketahui keaktifan siswa dari siklus I dan siklus II
terjadi peningkatan pada setiap aspek pada poin indikator lembar observasi.
Berikut tabel perbandingan hasil observasi siklus I dan siklus II.
Gambar 4.1 diagram hasil ketercapaian indikator
keaktifan siklus I dan siklus II
Hasil ketercapaian indikator keaktifan siswa tersebut menunjukkan bahwa
kegiatan belajar mengajar PAIKEM dengan penerapan metode video tutorial
meningkatkan keaktifan siswa menurut Mulyasa [14] berhasil. Hal tersebut
dibuktikan adanya rasa tertarik dan menyenangkan membuat siswa terlibat
aktif dalam pembelajaran, mereka lebih mudah menuangkan ide gagasan, tidak
malu bertanya kesulitan yang dihadapi, dan mampu berdiskusi dengan teman
sesuai instruksi guru.
0
100
siklus I42,2%
siklus II62%
per
sen
tase
(%
)
HASIL KETERCAPAIAN INDIKATOR KEAKTIFANSIKLUS I DAN SIKLUS II
14
Berdasarkan tabel 4.5 bahwa indikator wawancara siswa terhadap
penerapan metode kooperatif tipe video tutorial meningkat. Indikator
pembelajaran dengan metode video tutorial bersifat menyenangkan mencapai
78%. Siswa lebih mudah memahami materi dengan cara belajar metode video
tutorial mencapai 83%. Persentase 83% berhasil dicapai pada indikator siswa
ikut menjadi aktif dengan cara belajar metode digital stroytelling. Siswa
menginginkan belajar dengan metode video tutorial diterapkan pada
pembelajaran berikutnya sebanyak 86%. Hasil wawancara siswa tersebut sudah
menunjukkan target yang harus dicapai, yaitu 85%. Target ≥ 75% sudah
berhasil dicapai berdasarkan teori dari Mulyasa [14].
Berdasarkan hasil analisis di atas telah dibahas secara menyeluruh mulai
dari siklus I sampai siklus II mengenai pembelajaran PAIKEM dengan
menerapkan metode pembelajaran kooperatif tipe video tutorial di kelas XI
Ototronika 1 SMK N 3 Salatiga. Pembelajaran PAIKEM dengan menerapkan
metode pembelajaran kooperatif tipe video tutorial terbukti dapat
meningkatkan keaktifan siswa setelah melalui tahap evaluasi siklus I dan siklus
II yang mengalami peningkatan. Peningkatan tersebut dapat dilihat dari lembar
observasi dan hasil wawancara dengan diterapkannya metode pembelajaran
kooperatif tipe video tutorial pada siklus I dan siklus II.
5. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, maka dapat disimpulkan
bahwa pembelajaran kewirausahaan kelas XI dengan diterapkannya metode
pembelajaran video tutorial berpengaruh positif terhadap keaktifan siswa.
Pengaruh positif terhadap keaktifan dibuktikan pada diterapkannya treatment
dan hasil observasi yang telah dilakukan. Perbedaan keaktifan siswa yang
signifikan antara siklus I dengan siklus II dalam menerapkan metode
pembelajaran video tutorial dengan media video tutorial.
Faktor-faktor penghambat keaktifan siswa kelas XI di SMK N 3 Salatiga
dapat diatasi dengan treatment atau perlakuan yang dilaksanakan.
Memanfaatkan kemajuan teknologi, dengan menggunakan media video tutorial
windows movie maker untuk mengatasi kejenuhan siswa saat penjelasan materi.
Hal ini juga semakin meningkatkan daya ingat serta menggali ide kreatif siswa
saat kegiatan praktikum. Pembelajaran semakin kreatif saat guru menerapkan
kartu indeks siswa untuk menambah wawasan materi. Dilihat dari hasil
wawancara pun proses pembelajaran mendapat tanggapan positif dari siswa.
Selain keaktifan meningkat, siswa merasa tidak mudah bosan dan pelajaran
terasa menyenangkan. Ide kreatif siswa dapat tertuang saat berdiskusi dengan
temannya.
6. Saran
Bagi guru mata pelajaran kewirausahaan, metode pembelajaran video
tutorial bisa dijadikan alternatif dalam pelajaran kewirausahaan, khususnya
pada materi teoritis dan kegiatan praktikum siswa. Bagi penelitian selanjutnya,
15
penelitian ini bisa dikembangkan lagi karena penelitian ini hanya mengukur
keaktifan siswa saja, sehingga perlu dilakukan penelitian yang dapat mengukur
aspek penilaian pembelajaran lain. Bagi pihak sekolah memberi masukan
kepada guru untuk lebih mengupayakan lagi peningkatan keaktifan siswa
dalam pelajaran kewirausahaan melalui penerapan metode pembelajaran
kooperatif.
7. Daftar Pustaka
[1] Sutrisno. (2012). Pengantar Pembelajaran Inovatif: Berbasis Teknologi
Informasi dan Komunikasi. Jakarta: Gaung Persada Press.
[2] Amri, Sofan, S.Pd & Iif Khoiru Ahmadi, S.Pd., M.Pd. (2012). Konstruksi
Pengembangan Pembelajaran. Jakarta: Prestasi Pustaka.
[3] Rosdiana, Eva. et al. (2013). Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif
Tipe Paired Storytelling Berbantuan Media Audio Visual Terhadap
Keterampilan Menyimak Bahasa Indonesia Siswa Kelas V SD.
[4] Muhyadi. et al. (2010). Pelatihan Pembuatan Media DIGITAL STORY
TELLING (DST) Dalam Rangka Pengembangan Media Berbasis ICT
Untuk Pembelajaran Kelas SBI Di SMP 1 KARANGMOJO.
[5] Suprijono, Agus. (2013). Cooperative Learning Teori dan Aplikasi
PAIKEM, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
[6] Miranti Oktafiani. (2013). Pengaruh Pemanfaatan Video Digital
Stroytelling Terhadap Hasil Belajar Ranah Kognitif Siswa Pada Mata
Pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK).
[7] Smaldino, Sharon. et al. (2011). Instructional Technology & Media For
Learning. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
[8] Silberman, Mel. (1996). Active Learning: 101 Strategi Pembelajaran
Aktif, Yogyakarta: Pustaka Insan Madani.
[9] Ekawarna. (2013). Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta Selatan:
REFERENSI (GP Press Group).
[10] Kunandar. (2011). Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta:
Rajawali Pers.
[11] Surjadi. (2012). Membuat Siswa Aktif Belajar (73 Cara Belajar
Mengajar Dalam Kelompok), Bandung: CV. Mandar Maju.
[12] Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D.
Jakarta: Alfabeta.
[13] Purwitasari, Ambar. (2012). Upaya Meningkatkan Keaktifan dan Hasil
Belajar Siswa dengan Model Pembelajaran PAIKEM Pokok Bahasan
Memahami APBN dan APBD Kelas XI IPS 3 Semester 1 2011/2012 SMA
Negeri 02 Salatiga.
[14] Mulyasa, E. (2005). Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.