pelvic inflammatory disease
TRANSCRIPT
Pelvic Inflammatory Disease
TUTOR 29
DEFINISIPelvic Inflammatory Disease
MCCQE 2002 Review Notes
• Inflammation of the endometrium, fallopian tubes, pelvic peritoneum, +/- contiguos structure
• Acute febrile illness• Usually bilateral
• Infection of the upper female genital tract
O’ Donnell, Judith APelvic Inflammatory Disease, 2007
Infobase Publishing
• Infectious and inflammatory disorder of the upper female genital tract
• It may spread to the abdomen, including perihepatic structures (Fitz-Hugh-Curtis Syndrome)
www.medscape.comPelvic Inflammatory Disease
Suzanne Moore Shepherd
• Kelainan Inflamasi pada daerah trakt. Genital bagian atas, dapat berupa :– Endometritis– Salpingitis– Tubovarian abscess– Pelvic peritonitis
– Insidennya 10-20 per 1000 wanita pada masa reproduksi (15-49 tahun)
Mekanisme Pertahanan Tubuh Alami
• Keasaman pH vagina• Mukus Serviks• Endometrial shedding
Risk Factors
• History of Salpingitis• Hygiene• IUD • Infertility • Age• Smoking
ETIOLOGIPelvic Inflammatory Disease
• Infeksi asendering• Puerperal dan post abortal• Tindakan yang berhubungan dengan infkesi,
ex : Endometrial Biopsy• Infeksi lainnya (Actinomycosis, Tuberculosis)
Infeksi Puerperal dan Post Abortus
• Lymphatics
Prosedur yang berhubungan dengan infeksi
• Endometrial Biopsy• Insersi IUD• Kuretase
Causative Organisms
• C. Trachomatis• N. Gonorrhea• GC and Chlamydia often co exist• Endogenous Flora– Anaerobic organisms (e.g. Bacteroides)– A cause of reccurent PID– Associated with instrumentation
• Actinomyces– In 1-4% of PID associated with IUDs
• Others– TB– Gram negatives, etc
EPIDEMIOLOGI & FAKTOR RESIKO
EPIDEMIOLOGI
• Sekitar 1 juta kasus PID terjadi di AS dalam setahun. Lebih dari seperempat kasus PID membutuhkan rawat inap.
• PID menyebabkan 0,29 kematian per 1000 wanita usia 15-44 tahun dan diperkirakan 100.000 wanita menjadi infertil akibat PID
EPIDEMIOLOGI
• WHO mengalami kesulitan untuk menentukan prevalensi PID akibat dari beberapa hal termasuk :1. Kurangnya pengenalan penyakit oleh pasien,2. Kesulitan akses untuk merawat pasien,3. Metode subjektif yg digunakan untuk mendiagnosa dan kurangnya fasilitas diagnosa
FAKTOR RESIKO
• Aktivitas Seksual (85%)• Kuretase dan AKDR (15%)• Jumlah Pasangan Seksual• Usia Muda• Pemasangan Kontrasepsi• Etnik Kulit Putih dan Golongan SosioEkonomik
Rendah
Patofisiologi PID
Agustina Sri S11-145
DIAGNOSIS PELVIC INFLAMMATORY DISEASE
Trias Dinnar Azwarini Rahayu1161050080
Table 16.4 Clinical Criteria for the Diagnosis of PelvicInflammatory Disease
Tanda• Nyeri pelvik• Nyeri pada gerakan serviks• Nyeri tekan adnexa• Leukorrhea dan mucopurulen endoservisitis
Kriteria tambahan untuk meningkatkan spesifisitas diagnose• Biopsy endometrium yang menunjukkan endometritis• Peningkatan C-reactive protein atau erythrocyte sedimentation rate• Suhu lebih dari 38°C• Leukositosis• Test Positif untuk gonorrhea atau chlamydia
Kriteria rumit • Ultrasound menunjukkan tubo-ovarian abscess• Laparoscopi menunjukkan konfirmasi salpingitis
ANAMNESIS• Gejala muncul pada saat awal siklus menstruasi atau pada saat akhir
menstruasi.• Nyeri abdomen bagian bawah kriteria nyeri tumpul, bilateral, konstan.
- Nyeri diperburuk oleh gerakan, olahraga, atau koitus.- Nyeri dapat juga dirasakan seperti tertusuk, terbakar, atau kram.- Nyeri biasanya berdurasi < 7 hari
• Sekresi cairan vagina• Demam, mual, dan muntah.• Gejala tambahan: perdarahan per vaginam, nyeri punggung bawah, dan
disuria.
PEMERIKSAAN FISIK
• Suhu oral lebih dari 38ºC• Nyeri tekan perut bagian bawah
Pemeriksaan pelvis:• Sekresi cairan mukopurulen• Nyeri pada pergerakan serviks• Nyeri tekan uteri• Nyeri tekan adnexa bilateral
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
• Pemeriksaan darah rutin dijumpai jumlah leukosit > 100.000• Peningkatan erythrocyte sediment• Peningkatan C-reaktif protein level• Pemeriksaan DNA dan kultur gonorrhea dan chlamidya konfirmasi PID.
• Urinalisis menyingkirkan kemungkinan ISK• Kultur sekret vagina
PEMERIKSAAN RADIOLOGI1. Transvaginal ultrasonografi:- Memperlihatkan adnexa, uterus, ovarium.- Nampak ketebalan dinding tuba > 5 mm
berisi cairan, adanya silia menebal, dan tanda cogwheel.
- Tuba fallopi normal biasanya tidak terlihat pada USG.
- Sensitifitas 81%, spesifisitas 78%
Endometritis Hidrosalping
Abses tuba ovarian
PEMERIKSAAN RADIOLOGI2. Computed Tomography- Penemuan CT pada PID adalah servisitis, ooforitis, salpingitis, penebalan
ligamen uterosakral, dan adanya abses atau kumpulan cairan pelvis.- Tidak spesifik
PEMERIKSAAN RADIOLOGI3. Magnetic Resonance Imaging - Spesifisitas dan sensitivitas: 95%- Terlihat penebalan, tuba yang berisi cairan dengan atau tanpa cairan pelvis
bebas atau abses tuba-ovarian
a. multiple fluid-filled cystic structures within the right adnexa (black arrows) b. bilateral tubo-ovarian abcesses. c. low signal intensity within the pus-filled cavities and marked enhancement of the inflammatory walls.
PROSEDUR LAIN
1. Laparoskopi• Standar baku diagnosis defenitif PID.• Lebih spesifik dan sensitif daripada pemeriksaan lainnya• Mengevaluasi cairan untuk interpretasi kerusakan.• Criteria minimum untuk diagnosa PID adalah
- Edema dinding tuba- Hiperemia permukaan tuba- Terdapat eksudat pada permukaan tuba dan fimbriae.
• Massa pelvis akibat abses tubaovarian atau kehamilan ektopik dapat terlihat.
PROSEDUR LAIN
2. Culdosentesis
PROSEDUR LAIN
3. Biopsi Endometrial
Endometrial biopsi dapat dilakukan untuk mendiagnosa endometritis secara histopatologis
REFERENSI
• http://emedicine.medscape.com/article/404537-overview
DIAGNOSIS BANDING
DIAGNOSIS BANDING
• KEHAMILAN EKTOPIK• RUPTUR KISTA OVARIUM• ENDOMETRIOSIS AKUT• APENDICITIS AKUT
• Kehamilan ektopik biasanya tdk ada demam, LED tdk meninggi dan leukositosis tdk terlalu tinggi. Jk tes kehamilan positif, maka PID dpt disampingkan, jk negatif keduanya mungkin
• Appendicitis: tempat nyeri lebih tinggi (titik Mc. Burney)
Penatalaksanaan PID
Pencegahaan
• Mencegah terjadi infeksi krn kuman penyebab PMS ( ex:Chlamydia) peningkatan edukasi masyarakat, diagnosis dini, penanganan yg tepat thdp infeksi chlamydia.
• Program penapisan PMS pada pria & wanita.• Pasien dgn diagnosa PMS (& patner sex) hrs
diterapi sampai tuntas biar tdk menular.
Pencegahan
• Wanita usia remaja hrs menghindari aktivitas seksual hingga usia > 16thn
• Kontrasepsi oral menurunkan risiko PID• Wanita >25thn hrs dilakukan penapisan thp
chlamydia tanpa memandang fktr risiko
Tatalaksana menurut CDC
Criteria diagnostic:1. Grup 1 : minimum kriteria terapi empiris diindikasikan bila tdk ada etiologi yg dpt dijlskn. Kriteria ada nyeri tekan uterin/adnexa & nyeri saa pergerakan servix.
2. Grup 2 :Kriteria tambahan suhu oral >38,3 drjt Celcius, secret mukopuruen dr servical/vaginal, peningkatan erythrocyte sediment rate,peningkatan c-reactife protein, LAB: infeksi servikalis oleh N. Gonorhea/ C. trachomatis
3. Grup 3 :Kriteria spesifik konfirmasi laparoskopik, USG transvaginal yg melihat penebalan, tuba terisi cairan dgn/tanpa cairan bebas pd pelvis/ kompleks tuba – ovarian, endometrial biopsy yg melihatkan endometritis
• Kebanyakan pasien diterapi rawat jalan, namun indikasi untuk hospitalisasi yaitu :
1. diagnosis tdk jelas2. abses pelvis pd USG3. pregnancy4. gagal merespon rawat jalan5. ketidakmampuan untuk bertoleransi thdp regimen oral
6. sakit berat/mual muntah7. imunodefisiensi8. gagal utk membaik scr klinis setelah 72jm terapi rawat jalan.
• Pasien dianjurkan untuk tirah baring posisi fowler
• Beri antibiotika spektrum luas dalam dosis tinggi
• Jk pasien gunakan AKDR cabut AKDR!
Terapi Rawat Inap
• Regimen A :1. Cefoxitin 2gr iv / cefotetan 2gr iv per 12jam2. Tambah doxixiklin 100mg peroral/ iv per 12jamLanjutkan regimen ini selama 24jam stlh pasien membaik scr klinis, lalu mulai doxisiklin 100mg peroral 2x sehari slm 14hari.Jk ada abses tubaovarian gunakan metronoidazole/klindamisin utk bakteri anerob
• Regimen B :1. Clindamisin 900mg iv per 8jam + gentamisin
2mg/kgBB dosis awal iv diikuti dgn dosis lanjutan 1,5mg/kgBB per 8 jam.
Terapi iv dihentikan 24jam stlh pasien membaik scr klinis dan terapi peroral 100mg doxosiklin dilanjutkan hgg 14 hari
Terapi Rawat inap
• Regimen A :1. Cefriaxone 250mg im dosis tunggal +
doxisiklin 100mg perorla 2x sehari slm 14hari, dgn/tanpa metroniodazole 500mg 2x sehari selama 14 hari
• Regimen B1. Cefoxitin 2gr im dosis tungal dan proibenecid 1gr
peroral dosis tunggal/dosis tunggal cephalosporin generasi ketiga + doxisiklin 100mg peroral 2xsehari selama 14har\\i, dengan/tanpa metroniodazole 500mg peroral 2xsehari slm 14hri
Pasien dgn terapi iv dpt digantikan dgn terapi peroral stlh 24jam perbaikan klinis. Dilanjutkan hinggal total 14hari .
Terapi Pembedahan
• Jk pasien tdk mengalami perbaikan klinis stelah 72jam terapi hrs dievaluasi ulang! Bila mungkin dengan laparoskopi/intervensi pembedahan.
• Laparotomi untuk kegawatdaruratan ex: ruptureabses, abses yg tdk emrespon terapi, drainase laparoskopi.
• Salpingooforektomi, histerektomi, bilateral salpingooforektomi.
Komplikasi prognosis
Komplikasi
• Komplikasi yang utama terjadi yaitu – Nyeri pelvis kronis– Infertilitas– Kehamilan ektopik
prognosis
• Nyeri biasanya terjadi pada 25% pasien dengan riwayat PID
• Risiko kehamilan ektopik meningkat 15-50% pada ibu dengan riwayat PID.
• 20% pasien mengalami infertilitas• Perempuan dengan riwayat PID memiliki 6-10x
lebih besar resiko kehamilan ektopik• Sekitar 25% pasien PID mengalami akibat
buruk jangka panjang
• Mendapatkan pengobatan yang tepat dan tindak lanjut perawatan dapat menyembuhkan penyakit radang panggul dan menjaga dari menyebabkan masalah lebih lanjut. Ikuti saran dokter Anda erat, menyelesaikan semua obat Anda dan kembali ke dokter Anda untuk semua pemeriksaan dijadwalkan.
• Untuk menghindari infeksi ulang, pasangan seks Anda juga harus dirawat, dan Anda harus mengikuti semua rekomendasi untuk pencegahan.