paper_hafiezd_islamic social reporting index

21
Islamic Social Reporting Index Sebagai Model Pengukuran Kinerja Sosial Perbankan Syariah (Studi Komparasi Indonesia dan Malaysia) Hafiez Sofyani, Ihyaul Ulum, Daniel Syam, Sri Wahjuni L. Program Studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Malang Jln. Raya Tlogomas No.246 Malang Jawa Timur 65145 E_mail; [email protected] ABSTRACT The aim of this study is tocompare thesocial performanceofIslamicbankinginIndonesiaandIslamic bankingin Malaysiausing amodel ofIslamicSocialReportingIndex (ISR Index). The objects of this study are threeIslamic banks both inIndonesiaand Malaysia.Content analysis was used to analyse the data. Expectedresultsofthis studycan contributeto the practice ofIslamic banking-related business insocialresponsibilityactivitiesthey run, andalsocontribute tofurtherstudyboth interms of providinginputsof knowledge, as acomparison, andreplicationmaterialstoconductfurtherstudyrelated tothe modelISR Indexin assessing thesocial performanceof Islamic banking. The results ofthis study indicatethatthetrain-average overallsocialperformance ofIslamic bankinginMalaysiais higher than that of inIndonesia. Social performanceof Islamic bankinginIndonesiain 2010experience a significant increase, about 10% from the previous year(2009). While thelevel ofsocial performanceonIslamic bankingin Malaysiacan besaid to be stablebecause itdoes not increaseordecrease. However,ofallIslamic banksbothIndonesiaand Malaysia, there is still noone hasreached the level ofexcellent performance. Key words: Islamic socialreporting Index,socialperformance, Islamic banking. PENDAHULUAN Tanggung jawab sosial yang lebih akrab disebut-dalam ranah Akuntansi- sebagai Corporate Social Responcibility (Selanjutnya disingkat CSR) merupakan wacana yang semakin umum di Indonesia. Hal ini dapat kita lihat dari semakin maraknya unit-unit bisnis yang menerapkan praktik pengungkapan CSR tersebut. Dalam pasar modal, hal tersebut terlihat dengan mulai adanya penerapan indeks yang memasukkan kategori saham-saham perusahaan yang telah mempraktikkan CSR. Sebagai contoh, New York Stock Exchange memiliki Dow Jones Sustainability index (DJSI), London Stock Exchange memiliki Socially Responsible Investment (SRI) Index dan Financial Times Stock Exchange (FTSE) memiliki FTSE4Good. Inisiatif ini bahkan mulai diikuti otoritas bursa saham di Asia, seperti Hanseng Stock Exchange dan Singapore Stock Exchange (Fitria dan Hartanti:2010).

Upload: hafiez-aliyatul-anwar

Post on 02-Aug-2015

302 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: Paper_hafiezd_Islamic Social Reporting Index

Islamic Social Reporting Index Sebagai Model Pengukuran

Kinerja Sosial Perbankan Syariah (Studi Komparasi

Indonesia dan Malaysia)

Hafiez Sofyani, Ihyaul Ulum, Daniel Syam, Sri Wahjuni L. Program Studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Muhammadiyah Malang

Jln. Raya Tlogomas No.246 Malang Jawa Timur 65145

E_mail; [email protected]

ABSTRACT

The aim of this study is tocompare thesocial

performanceofIslamicbankinginIndonesiaandIslamic bankingin Malaysiausing amodel

ofIslamicSocialReportingIndex (ISR Index). The objects of this study are threeIslamic

banks both inIndonesiaand Malaysia.Content analysis was used to analyse the data.

Expectedresultsofthis studycan contributeto the practice ofIslamic banking-related

business insocialresponsibilityactivitiesthey run, andalsocontribute tofurtherstudyboth

interms of providinginputsof knowledge, as acomparison,

andreplicationmaterialstoconductfurtherstudyrelated tothe modelISR Indexin assessing

thesocial performanceof Islamic banking.

The results ofthis study indicatethatthetrain-average overallsocialperformance ofIslamic

bankinginMalaysiais higher than that of inIndonesia. Social performanceof Islamic bankinginIndonesiain 2010experience a significant increase, about 10% from the

previous year(2009). While thelevel ofsocial performanceonIslamic bankingin

Malaysiacan besaid to be stablebecause itdoes not increaseordecrease.

However,ofallIslamic banksbothIndonesiaand Malaysia, there is still noone hasreached

the level ofexcellent performance.

Key words: Islamic socialreporting Index,socialperformance, Islamic banking.

PENDAHULUAN

Tanggung jawab sosial yang lebih akrab disebut-dalam ranah Akuntansi- sebagai Corporate Social Responcibility (Selanjutnya disingkat CSR) merupakan wacana yang

semakin umum di Indonesia. Hal ini dapat kita lihat dari semakin maraknya unit-unit

bisnis yang menerapkan praktik pengungkapan CSR tersebut. Dalam pasar modal, hal

tersebut terlihat dengan mulai adanya penerapan indeks yang memasukkan kategori

saham-saham perusahaan yang telah mempraktikkan CSR. Sebagai contoh, New York

Stock Exchange memiliki Dow Jones Sustainability index (DJSI), London Stock

Exchange memiliki Socially Responsible Investment (SRI) Index dan Financial Times

Stock Exchange (FTSE) memiliki FTSE4Good. Inisiatif ini bahkan mulai diikuti otoritas

bursa saham di Asia, seperti Hanseng Stock Exchange dan Singapore Stock Exchange (Fitria dan Hartanti:2010).

Page 2: Paper_hafiezd_Islamic Social Reporting Index

Di Indonesia, kesadaran mengenai CSR ini terlihat dari semakin maraknya unit-

unit bisnis yang melaporkan praktik CSR dalam laporan keuangan tahunan maupun press

leresa lainnya (Fitria dan Hartanti:2010). Pengungkapan CSR di Indonesia sendiri kini tidak lagi bersifat sukarela. Melainkan merupakan bagian dari kewajiban beberapa

perusahaan yang diatur dalam Undang-Undang No. 40 tahun 2007 tentang Perseroan

Terbatas (UU PT) yang di-sahkan pada 20 Juli 2007. Pasal 74 Undang-Undang perseroan terbatas menyatakan : (1) Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang

dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakn tanggung jawab sosial

dan lingkungan (TJSL). (2) TJSL merupakan kewajiban perseroan yang dianggarkan dan

diperhitungkan sebagai biaya perseroan yang pelaksanaannya dilakukan dengan

memperhatikan kepatutan dan kewajaran. (3) perseroan yang tidak melakukan kewajiban

dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Meskipun praktik CSR lebih banyak dilakukan oleh perusahaan tambang dan

manufaktur, namun, seiring dengan adanya trend global akan praktik CSR, saat ini

industri perbankan juga telah menuliskan aspek pertanggungjawaban sosial dalam laporan

tahunannya meskipun dalam bentuk yang relatif sederhana. Pengungkapan tersebut tidak

hanya dilakukan oleh perbankan konvensional tetapi juga dilakukan oleh perbankan

syariah (Fitria dan Hartanti: 2010).

Perbankan syariah merupakan sektor yang patut diperhitungkan. Survey yang dilakukan oleh Bahrain Monetary Agency di tahun 2004 memperlihatkan bahwa jumlah

institusi perbankan syariah melonjak dengan cukup signifikan dari 176 di tahun 1997

menjadi 267 di tahun 2004 yang beroperasi di 60negara di dunia. Dengan tingkat

pertumbuhan 15% pertahunnya maka industri perbankan syariah merupakan sektor yang

paling cepat berkembang di negara muslim (Zaher dan Hassan, 2001, sebagaimana

dikutip Fitria dan Hartanti). Di Indonesia, walaupun perbankan syariah tercatat tumbuh

dengan sangat signifikan, namun dibandingkan perbankan konvensional, pangsa pasar

perbankan syariah relatif kecil ukurannya, yaitu sebesar 2,2% (Bank Indonesia, 2008).

Tetapi prospek industri syariah ini di masa datang diyakini akan semakin bagus dan patut diperhitungkan.

Ahmad (2002, sebagaimana dikutip Fitira dan Hartanti, 2010) menjelaskan

bahwa lembaga yang menjalankan bisnisnya berdasarkan syariah pada hakekatnya

mendasarkan pada filosofi dasar Al-quran dan sunnah. Sehingga hal ini menjadikan dasar

bagi pelakunya dalam berinteraksi dengan lingkungan dan sesamanya. Dan mengingat

dasar filosifi tersebut bersifat relijius, maka diyakini bahwa hubungan yang ada akan

lebih bersifat berkelanjutan dibandingkan pola konvensional. Dusuki dan Dar (2005)

mengatakan bahwa, pada perbankan syariah tanggung jawab sosial sangat relevan untuk

dibicarakan mengingat beberapa faktor berikut; perbankan syariah berlandaskan syariah yang meminta mereka untuk beroperadi dengan landasan moral, etika, dan tanggung

jawab sosial. Selain itu adalnya prinsip atas ketaatan pada perintah Allah dan khalifah.

Dan yang terakhir adanya prinsip atas kepentingan umum, terdiri dari penghindaran dari kerusakan dan kemiskinan.

Sejauh ini pengukuran CSR disclosure yang pula merupakan gambaran dari

sebuah kinerja sosial dibanyak perbankan syariah masih mengacu kepada Global

Reporting Initiative Index (Indeks GRI). Padahal, terkait dengan adanya kebutuhan

mengenai pengungkapan kinerja sosial di perbankan syariah, saat ini marak

diperbincangkan mengenai Islamic Social Reporting Index (Selanjutnya disebut Indeks ISR). Indeks ISR merupakan tolok ukur pelaksanakaan kinerja sosial perbankan syariah

Page 3: Paper_hafiezd_Islamic Social Reporting Index

yang berisi kompilasi item-item standar CSR yang ditetapkan oleh AAOIFI (Accounting

and Auditing Organization for Islamic Financial Institutions) yang kemudian

dikembangkan lebih lanjut oleh para peneliti mengenai item-item CSR yang seharusnya diungkapkan oleh suatu entitas Islam. Indeks ISR diyakni dapat menjadi pijakan awal

dalam hal standar pengungkapan CSR yang sesuai dengan pijakan Islam (Fitria dan

Hartanti, 2010).

Penelitian terdahulu yang menjelaskan tentang pelaporan CSR dengan indeks ISR

dilakukan oleh Firtia dan Hartanti ditahun 2010. Pada penelitian tersebut dijelaskan

bahwa dari tiga objek bank syariah yang melakukan praktik pengungkapan CSR, pengungkapan dengan menggunakan Indeks GRI lebih besar daripada pengungkapan

dengan menggunakan Indeks ISR. Tingkat pengungkapan CSR dengan indeks ISR hanya

dapat memenuhi maksimal 50% dari skor maksimal jika semua item dilakukan secara sempurna.

Sampai saat ini, penelitian menganai Indeks ISR pada industri perbankan syariah

umunya dilakukan di negara-negara lain, dan jarang sekali dilakukan di Indonesia.

Mengingat industri perbankan syariah di Indonesia dan Malaysia saat ini sedang tumbuh

dengan cukup pesat, ditambah dengan isu pengukuran kinerja sosial yang makin marak,

maka penelitian ini mencoba untuk menelaah bagaimana kinerja sosial bank syariah

ditinjau dengan pendekatan Islamic Social Reporting Index yang dilakukan oleh industri perbankan syariah di Indonesia dan Malaysia.

PERUMUSAN MASALAH

Berdasarkan pembahasan yang dipaparkan dalam latar belakang

penelitian, maka peneliti mencoba untuk mengkaji tentang bagaimana kinerja

sosial perbankan syariah di Indonesia dan Malaysia dilaksanakan, ditinjau dengan

menggunakan model Islamic Social Reporting Index, serta untuk mengkaji

perbedaan pada kinerja sosial yang dilaksanakan oleh industri perbankan syariah

di Indonesia dan Malaysiaditinjau dengan menggunakan model Islamic Social

Reporting Index.

TUJUAN PENELITIAN

Penelitian ini dibuat dalam rangka menjawab permasalahan yang ada pada

perumusan masalah, yaitu menjelaskan kinerja sosial pada industri perbankan syariah

yang ada di Indonesia dan Malaysia, serta menjelaskan perbedaaan yang ada pada

kinerja sosial perbankan syariah dari kedua negara tersebut dengan mengacu kepada

model Islamic Soial Reporting Index.

MANFAAT PENELITIAN

Manfaat penelitian atau kegunaan hasil penelitian terdiri dari dua hal

(Sugiyono, 2002), yaitu:

a. Bagi perkembangan kajian Akuntansi (Kegunaan Teoritis)

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan kajian dalam

pendalaman isu kinerja sosial (Corporate Social Responcibility) perbankan syariah dengan mengacu kepada Indeks ISR.

b. Manfaat bagi dunia praktik (Kegunaan praktis)

Page 4: Paper_hafiezd_Islamic Social Reporting Index

Penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi kepada para pelaku bisnis,

khususnya perbankan syariah dalam menjalankan praktik pengungkapan

CSRnya dengan mengacu kepada model ISR indeks.

LANDASAN TEORI

1. Perkembangan Corporate Social Responsibility di Indonesia

Saidi dan Abidin (2004, sebagaimana dikutip Suharto, 2006) mengatakan bahwa

sedikitnya ada empat model atau pola penerapan CSR yang biasanya diterapkan oleh

perusahaan di Indonesia, yaitu: (1) Keterlibatan langsung, (2) Melalui yayasan atau

organisasi sosial perusahaan, (3) Bermitra dengan pihak lain dan terakhir (4)

Mendukung atau bergabung dalam suatu konsorsium.

Hasil survei penelitian yang dilakukan oleh Saidi dan Abidin menunjukkan bahwa model yang paling banyak digunakan perusahaan sebagai suatu sarana penerapan

CSR adalah dengan bermitra dengan pihak lain atau lembaga sosial. Hal ini terbukti dari

total 279 kegiatan penerapan CSR yang sedang dilakukan perusahaan, 144 kegiatan

diantaranya (51,6%) dilakukan melalui bermitra dengan lembaga sosial dengan total dana

teralokasi sebesar 79 miliar rupiah.

Dapat dikatakan secara umum perkembangan CSR di Indonesia telah mengalami

peningkatan baik dalam kuantitas maupun kualitas dibandingkan dari tahun-tahun sebelumnya. Penelitian yang dilakukan oleh PIRAC pada tahun 2001 menunjukkan

bahwa dana CSR mencapai lebih dari 115 miliar rupiah dari 180 perusahaan yang

disalurkan untuk 279 kegiatan sosial (Said dan Abidin, 2004, dalam Suharto, 2006).

Angka rata-rata perusahaaan yang menyumbangkan dana bagi kegiatan CSR adalah

sekitar 640 juta rupiah. Tetapi berdasarkan survei yang dilakukan oleh Kementrian

Negara Lingkungan Hidup, dinyatakan bahwa sampai tahun 2006 belum ada 2% dari

seluruh perusahaan kelas menengah dan besar di Indonesia yang menerapkan CSR secara

berkesinambungan. Sebagai perbandingan, pada tahun 2000 Amerika Serikat mempunyai

dana CSR yang mencapai 2.030 triliun rupiah (Saidi dan Abidin, 2004, sebagaimana dikutip Suharto, 2006). Hal ini mengindikasikan masih rendahnya kesadaran perusahaan

dalam penerapan CSR.

2. Tren Pelaporan Corporate Social Responsibility di Dunia dan di Indonesia

Berdasarkan survey yang dilakukan oleh Global Reporting Initiative (2008),

terdapat peningkatan yang signifikan atas jumlah perusahaan yang membuat laporan CSR

yang dikenal sebagai laporan keberlanjutan (Sustainability Reporting), yaitu dari sekitar 300 di tahun 1996 menjadi 3.100 di tahun 2008. Selain itu survey tersebut juga

memperlihatkan bahwa pelaporan CSR tersebut kebanyakan dilakukan sebagai pelaporan

yang bersifat sukarela dan bukan bersifat wajib. Oleh karenanya bentuk dan format sustainability reporting sangat bervariasi sesuai dengan kebutuhan organisasi. Hal ini

menjadi wajar mengingat banyaknya organisasi internasional yang telah memberikan

panduan untuk menyajikan pelaporan CSR seperti : Global Reporting Initiative

Sustainability Reporting Guidelines (diterbitkan oleh Global Reporting Intiative (GRI)),

Organization for Economic Coorperation and Development guidelines for multinational

enterprise (diterbitkan oleh Organization for Economic Cooperation and Development

(OECD)), Social Accountability 8000 (diterbitkan oleh Social Accountability

International), AA 1000 for auditing and assurance process (ditebitkan oleh

Page 5: Paper_hafiezd_Islamic Social Reporting Index

Accountability, sebuah organisasi membership internasional), Sistem manajemen

lingkungan (ISO 14001, EMAS), Global Compact dan United Nation Norms,

(diterbitkan oleh United Nations), serta Greenhouse gas Protocol (diterbitkan oleh World Business Council for Sustainable Development (WBCSD) dan Worl Resources Institute).

Di antara berbagai reporting standards tersebut GRI G3 Sustainability Reporting

Guidelines adalah standar pelaporan yang diterima secara umum dan paling banyak digunakan oleh perusahaan-perusahaan di dunia.

Di Indonesia, CSR merupakan konsep yang paling banyak diterapkan dalam

tataran strategis perusahaan-perusahaan di indonesia, dan masyarakat merasa perlu agar perusahaan melakukan aktivitas CSR (Majalah Swa, 2005, sebagaimana dikutip Fitira

dan Hartanti, 2010). Penelitian empiris juga memperlihatkan bahwa terjadi peningkatan

pengungkapan social dalam laporan keuangan tahunan perusahaan Indonesia (Hartanti, 2003). Dan semakin banyaknya perusahaan di Indonesia yang mempergunakan standar

Global reporting Initiative dalam melakukan pelaporan CSR (Darwin, 2007,

sebagaimana dikutip Fitira dan Hartanti, 2010).

3. Konsep Corporate Social Responsibility Secara Konvensional

Menurut Suharto (2006), konsep CSR sebagai sebuah tanggung jawab sosial

perusahaan kini semakin diterima dengan luas. Walaupun ada beberapa pihak yang

menganggapnya masih kontroversial, dimana mereka beragumen bahwa perusahaan

sebagai pencari laba telah membayar sejumlah uang berupa pajak kepada negara untuk

disalurkan kepada publik dalam rangka peningkatan kesejahteraan. Sementara, pihak

yang berseberangan menyatakan bahwa perusahaan tidak dapat dipisahkan dari individu yang terlibat didalamnya, seperti pemilik dan karyawan. Oleh karena itu, sudah bukan

saatnya perusahaan hanya memikirkan keuntungan finansial semata, tetapi juga harus

memperdulikan hak dan kepentingan publik, khususnya yang berada di sekitar perusahaan.

Hingga saat ini belum ada definisi tetap atas tanggung jawab sosial, masing-

masing pihak memiliki definisi dan interpretasi yang beragam mengenai CSR.

Keragaman ini sesungguhnya merupakan cerminan dari perbedaan latar belakang serta

pola pikir para praktisi yang mendefinisikan CSR, walaupun secara garis besar dapat

terlihat bahwa mereka telah memiliki benang merah yang sama. Secara umum CSR dapat didefinisikan sebagai tanggung jawab yag dilakukan oleh perusahaan kepada para

pemangku kepentingan untuk berlaku etis dan memenuhi seluruh aspek ekonomi, social

dan lingkungan dengan baik demi pembangunan yang berkelanjutan (Wibisono, 2007).

Dari sisi filosofi konvensional, terdapat beberapa teori yang melatarbelakangi

pelaksanaan CSR dalam perusahaan, yaitu:

a. Teori Kapitalisme Milton Friedman merupakan pendukung teori ini. Menurut Friedman (1967,

sebagaimana dikutip Fitira dan Hartanti, 2010) apabila perusahaan melakukan

aktivitas CSR di luar kepentingan para pemegang sahamnya, maka itu menyalahi tujuan perusahaan. Satu-satunya kewajiban perusahan dan termasuk CSR

didalamnya adalah memberikan kemakmuran kepada pemegang saham. Aktivitas

donasi dibolehkan jika dirasa dapat memberikan keuntungan bagi perusahaan dan bukan sekedar filantropi.

Page 6: Paper_hafiezd_Islamic Social Reporting Index

b. Teori Kontrak Sosial Dalam teori ini diyakini bahwa perusahaan hanya dapat berusaha dengan baik jika ia

didukung oleh masyarakat sekitarnya (Moir, 2001, sebagaimana dikutip Fitira dan Hartanti, 2010). Sehingga dalam hal ini perusahaan akan dianggap sebagai institusi

social yang harus berkontribusi kepada lingkungan sosialnya.

c. Teori Instrumen Menurut teori ini CSR dipandang sebagai alat strategi untuk mencapai tujuan

perusahaan. Sehingga menurut teori ini perusahaan dalam melakukan aktivitas

CSRnya memiliki tujuan tertentu seperti menciptakan reputasi positip, kehumasan

atau manfaat sejenis lainnya (Burke dan Logsdon, 1996, sebagaimana dikutip Fitira

dan Hartanti, 2010).

d. Teori Legitimasi Menurut teori ini, perusahaan akan melakukan aktivitas CSR dikarenakan adanya

tekanan social, politik dan ekonomi dari luar perusahaan. Sehingga perusahaan akan

menyeimbangkan tuntutan tersebut dengan melakukan apa yang diinginkan oleh masyarakat dan apa yang diharuskan oleh peraturan (Deegan, 2002, sebagaimana

dikutip Fitira dan Hartanti, 2010).

e. Teori Stakeholder Aktivitas CSR menurut teori ini dilakukan untuk mengakomodasi keinginan dan

kebutuhan pemangku kepentingan (stakeholder) sehingga perusahaan dapat

beraktivitas dengsn baik dengan seluruh dukungan pemangku kepentingan tersebut

(Clarkson, 1995, sebagaimana dikutip Fitira dan Hartanti, 2010).

4. Konsep Corporate Social Responsibility Dalam Islam

Islam sebagai cara hidup memberikan panduan bagi umatnya untuk beradaptasi

dan berkembang sesuai dengan jamannya. Islam memungkinkan umatnya untuk

berinovasi dalam muamalah, namun tidak dalam akidah, ibadah dan akhlaq (Kamali,

1989). Lembaga yang menjalankan bisnisnya berdasarkan syariah pada hakekatnya

mendasarkan pada filosofi dasar Al Qur’an dan Sunah (Ahmad, 2002). Sehingga hal ini

menjadikan dasar bagi pelakunya dalam berinteraksi dengan lingkungan dan sesamanya.

Oleh karenanya ikatan hubungan antara institusi dengan lingkungannya dalam konsep syariah akan lebih kuat ketimbang dalam konsep konvensional, karena pada syariah

didasarkan pada dasar-dasar relijius.

Dalam Islam manusia bertanggungjawab terhadap Allah dalam melaksanakan

aktivitasnya, dan segenap aktivitas dijalankan untuk mencapai RidhoNya (Al Attas, 1996,

sebagaimana dikutip Fitira dan Hartanti, 2010). Sehingga, hubungan dan tanggungjawab

antara manusia dengan Allah ini akan melahirkan kontrak relijius (divine contract) yang

lebih kuat dan bukan sekedar kontrak sosial belaka (Osman, 2001, sebagaimana dikutip

Fitira dan Hartanti, 2010).

Di samping itu, Islam juga mengajarkan bahwa tidak cukup bagi seorang Muslim hanya menfokuskan diri beribadah kepada Allah. Sebagaimana kehendak-Nya bahwa

manusia merupakan khalifah dimuka bumi, maka mereka juga harus menyemarakkan

kebaikan kepada sesama makhluk ciptaan-Nya. Oleh sebab itu, kesempurnaan iman

seorang muslim tidak dapat hanya dicapai dengan hubungan vertikal kepada Allah saja

(Hablumminallah)-kesalehan Individual. Akan tetapi juga harus dibarengi dengan

hubungan yang baik kepada sesama makhluk ciptaan Allah (Hablumminannas)-kesalehan

sosial. Hal ini ditegaskan Allah dengan firman-Nya dalam Alqur’an surat Al-Ma’un ayat

1-7;

Page 7: Paper_hafiezd_Islamic Social Reporting Index

Artinya;

[107:1] Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama? [107:2] Itulah orang yang

menghardik anak yatim, [107:3] dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin.

[107:4] Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat, [107:5] (yaitu) orang-orang

yang lalai dari shalatnya, [107:6] orang-orang yang berbuat riya, [107:7] dan enggan

(menolong dengan) barang berguna. (QS; Al-Ma’uun; 1-7)

5. Perkembangan Islamic Social Reporting

Sejalan dengan makin meningkatnya pelaksanaan CSR dalam konteks islam,

maka makin meningkat pula keinginan untuk membuat pelaporan sosial yang bersifat syariah (Islamic Social Reporting atau ISR). Ada dua hal yang harus diungkapkan dalam

perspektif Islam, yaitu: pengungkapan penuh (full disclosure) dan akuntabilitas sosial

(social accountability).

Konsep akuntabilitas sosial terkait dengan prinsip pengungkapan penuh dengan

tujuan untuk memenuhi kebutuhan publik akan suatu informasi. Dalam konteks Islam,

masyarakat mempunyai hak untuk mengetahui berbagai informasi mengenai aktivitas

organisasi. Hal ini dilakukan untuk melihat apakah perusahaan tetap melakukan

kegiatannya sesuai syariah dan mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Baydoun dan

Willet, 1997, sebagaimana dikutip Fitira dan Hartanti, 2010). Hanya saja ketiadaan standar CSR secara syariah menjadikan pelaporan CSR perusahaan syariah menjadi tidak

seragam dan standar. Standar yang dikeluarkan oleh AAOIFI (Accounting and Auditing

Organization for Islamic Financial Institutions) tidak dapat dijadikan sebagai suatu standar pengungkapan CSR karena tidak menyebutkan keseluruhan item-item terkait CSR

yang harus diungkapkan suatu perusahaan.

Othman, Thani dan Ghani (2009) melakukan penelitian mengenai praktek

pelaporan CSR perusahaan syariah yang terdaftar di bursa Malaysia, dan hasilnya

memperlihatkan bahwa kebanyakan masih pada tahap konseptual. Hal ini dikarenakan

belum adanya standar yang bisa di adopsi perusahaan dalam penerapan CSR syariah tersebut. Penelitian dalam ranah CSR syariah umumnya menggunakan model indeks

Islamic Social Reporting yang dikembangkan dengan dasar dari standar pelaporan

berdasarkan AAOIFI yang kemudian dikembangkan oleh masing-masing peneliti berikutnya (Hanifa, 2002; Maali et al, 2006; Ousama dan Fatima, 2006; Sulaiman, 2005;

Othman et al, 2009).

Secara khusus indeks ISR adalah perluasan dari social reporting yang meliputi

harapan masyarakat tidak hanya mengenai peran perusahaan dalam perekonomian, tetapi

juga peran perusahaan dalam perspektif spiritual (Haniffa, 2002). Selain itu, indeks ISR

Page 8: Paper_hafiezd_Islamic Social Reporting Index

juga menekankan pada keadilan sosial terkait pelaporan mengenai lingkungan, hak

minoritas, dan karyawan.

METODE PENELITIAN

Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian komparatif, dimana penelitian akan

difokuskan pada analisis dalam rangka membandingkan suatu objek penelitian antar subjek yang berbeda dalam kurun waktu yang sama.

Objek Penelitian Objek penelitian ini merupakan tiga bank syariah Indonesia dan Malaysia yang

menjalankan bisnisnya di Indonesia dan Malaysia, serta melaporkan laporan tahunan

(Annual Report) periode 2009-2010 dan memuat semua kategori dari Indeks ISR dalam

pelaporan kinerja sosialnya, yakni Bank Muamalat Indonesia (BMI), Bank Syariah

Mandiri (BSM), dan Bangk Mega Syariah (BMS), Bank Muamalat Malaysia (BMM),

Bank Islam Malaysia (BIM), dan Hong Leong Islamic Bank (HLIB).

Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan adalah laporan tahunan periode 2009-2010 dari perbankan

syariah yang menjadi objek pada penelitian ini. Data diperoleh melalui official website

masing-masing perbankan syariah yang menjadi objek penelitian.

Teknik Perolehan Data Data laporan tahunan perbankan syariah yang menjadi objek penelitian

diperoleh dengan cara mengunduh (download) laporan tahunan tersebut melalui official website masing-masing objek.Metode pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan

dengan metode dokumentasi.

Teknik dan Tahapan Analisis Data

Content Analysis

Content Analysis bertujuan untuk menjawab pertanyaan pertama yaitu kinerja

sosial pada perbankan syariah di Indonesia dan Malaysia.Analisis data dilakukan dengan

memberikan tanda checklist pada tiap item yang mengungkapkan aktivitas sosial pada

laporan keuanganbank syariah. Jika terdapat satu item yang diungkapkan maka akan

mendapakan skor “1”, dan jika tidak maka akan mendapat skor “0”. Pemberian tanda

checklistdidasarkan pada analisis isi (content analysis).Konten analisis ini mengacu pada

Abdolmohammadi (2005, sebagaimana dikutip Puspitahati, 2011).Menurut Walizer dan

Wienir (1987, sebagaimana dikutip Puspitahati, 2011) analisis isi adalah setiap prosedur sistematis yang dirancang untuk mengkaji isi informasi terekam.Komponen Indek ISR

terdiri dari 38 item dalam 6 kategori yaitu :

a. Investasi dan Keuangan (Finance And Investment Theme)

Riba Activities

Gharar

Zakat

Bad Debts Written-off

Current Value Balance Sheet

Value Added Statement

b. Tata Kelola Organisasi (Corporate Governance Theme)

Page 9: Paper_hafiezd_Islamic Social Reporting Index

Shariah Compliance Status

Ownership Stucture

Bod

Declaration of Forbidden Activities

Anti-Corruption Policies c. Produk dan Jasa (Products And Services Theme)

Green Produt

Halal Status of Product

Product Quality

Customer Complaints

d. Tenaga Kerja (Employees Theme)

Nature of Work

Education and Trining

Equal Opportunities

Employee Involvement

Health and Safety

Working Environment

Employment of Other Special

e. Sosial (Society Theme)

Sadaqah

Waqaf

Qard Hasan

Employee Volunteerism

Scholarship

Graduate Employment

Underprivilage Community

Youth Development

Children Care

Sponsoring Public Health

f. Lingkungan (Environment)

Conservation Of Environment

Endangered Wildlife

Polution

Education

Environmental Audit

Policy

Tahapan Analisis Data 1. Mencari data berupa Laporan tahunan perbankan syariah yang menjadi

objek penelitian, yakni perbankan syariah di Indonesia dan Malaysia.

2. Mengklasifikasikan informasi ISR Indeks ke dalam sub-tema (kategori),

yakni; Investasi dan Keuangan (Finance And Investment Theme), Produk dan Jasa

(Products And Services Theme,Tenaga Kerja (Employees Theme), Sosial (Society

Theme), Lingkungan (Environment),

3. Melakukan penilaian atas kinerja sosial berdasarkan model ISR Indeks

menggunakan teknik Content analysis, dimana: - Nilai 0 jika tidak ada pengungkapan terkait item tersebut,

- Nilai 1 jika ada pengungkapan terkait item tersebut.

Page 10: Paper_hafiezd_Islamic Social Reporting Index

Apabila seluruh item telah diungkapkan maka nilai maksimal yang dapat dicapai

sebesar 38 (100%).

4. Perhitungan Statistik Diskriptif Statistik deskriptif digunakan untuk mengetahui tingkat kinerja sosial dari

perbankan syariah yang menjadi objek dalam penelitian ini. Pengukuran yang

digunakan dalam penelitian ini adalah nilai minimum, nilai maximum, dan nilai rata-rata. Hal ini juga dilakukan dalam rangka untuk menentukan negara mana dari

objek keseluruhan yang memiliki kinerja lebih tinggi dibandingkan dengan negara

lain.

HASIL PENELITIAN

Kinerja Sosial pada Bank Syariah di Indonesia (Pendekatan Indeks ISR)

Prosentase pelaksanaan aktivitas CSR dengan menggunakan Indeks ISR di

masing-masing bank syariah di Indonesia dilaporkan dalam table 1.

Tabel 1. Tingkat Kinerja Sosial Perbankan Syariah di Indonesia

Kode Nama Bank 2009 2010 π (2009-2010)

BMI Bank Muamalat Indonesia 68,42% 73,68% 71,05%

BSM Bank Syariah Mandiri 63,16% 71,05% 67,11%

BMS Bank Mega Syariah 60,53% 55,26% 57,89%

Dari tabel 1 diketahui bahwa kinerja sosial Bank Muamalat Indonesia (BMI)

mengalami kenaikan dari 68,42% pada tahun 2009 menjadi 73,68% di tahun 2010.

Kenaikan juga diikuti oleh Bank Syariah Mandiri (BSM) dari 63,16% di tahun 2009 menjadi 71,05% di tahun 2010. Namun, kenaikan kedua bank tersebut tidak diikuti oleh

Bank Mega Syariah (BMS). BMS justru mengalami penurunan dari 60,53% di tahun

2009 menjadi 55,26% pada tahun 2010.

Kinerja Sosial pada Bank Syariah di Malaysia (Pendekatan Indeks ISR)

Tingkat kinerja sosial perbankan syariah di Malaysia selama tahun 2009-2010

dapat di lihat pada tabel 2 di bawah ini.

Tabel 2. Tingkat Kinerja Sosial Perbankan Syariah di Malaysia

Kode Nama Bank 2009 2010 π (2009-2010)

BMM Bank Muamalat Malaysia 65,79% 65,79% 65,79%

BIM Bank Islam Malaysia 81,58% 81,58% 81,58%

HLIB Hong Leong Islamic Bank 78,95% 78,95% 78,95%

Dari tabel 2 dapat diketahui bahwa semua bank syariah tidak mengalami

kenaikan maupun penurunan. Semua bank syariah di Malaysia yang menjadi objek, yakni Bank Muamalat Malaysia, Bank Islam Malaysia, dan Hong Leong Islamic Bank memiliki

tingkat kinerja yang tetap. Ditahun 2009 kinerja sosial BMM mencapai angka 65,79%

dan begitu pula di tahun 2010. BIM dan HLIB juga mengalami hal yang sama, yakni

Page 11: Paper_hafiezd_Islamic Social Reporting Index

memiliki tingkat kinerja sosial yang tetap di tahun 2009 maupun 2010 yang masing-

masingnya mencapai tingkat 81,58% dan 78,95%.

Perbandingan Tingkat Kinerja Sosial Pada Objek Kedua Negara

Berdasarkan Indeks ISR

Hasil Skoringpelaporan kinerja sosial pada perbankan objek dengan

menggunakan model Indeks ISR dapat dilihat pada tebel 3.

Tabel 3. Perbandingan Tingkat Kinerja Sosial Perbankan Syariah

di Indonesia dan Malaysia

Kode Nama Bank 2009 2010 π (2009-2010) π2009 π2010 π∑(2009-2010)

BMI Bank Muamalat Indonesia 68,42% 73,68% 71,05%

64,04%

66,67%

65,35%

BSM Bank Syariah Mandiri 63,16% 71,05% 67,11%

BMS Bank Mega Syariah 60,53% 55,26% 57,89%

BMM Bank Muamalat Malaysia 65,79% 65,79% 65,79%

75,44%

75,44%

75,44%

BIM Bank Islam Malaysia 81,58% 81,58% 81,58%

HLIB Hong Leong Islamic Bank 78,95% 78,95% 78,95%

Dari tabel 3 diketahui bahwa secara rata-rata keseluruhan (2009-2010) kinerja

sosial bank syariah di Indonesia mencapai tingkat 64,04% ditahun 2009 dan 66,67%

ditahun 2010, dan rata-rata selama dua tahun tersebut tingkat kinerja sosial bank syariah di Indonesia mencapai 65,35%. Sedangkan dari rata-rata keseluruhan, tingkat kinerja

bank syariah Malaysia mencapai angka yang tetap-tanpa kenaikan maupun penurunan-

dari tahun 2009 ke 2010 yakni 75,44%.

Perbandingan secara rata-rata keseluruhan per sub-item indeks ISR dari semua

bank syariah dapat dilihat pada tabel 4.Dari tabel 4 diketahui bahwa kinerja sosial bank

syariah di Indonesia dan Malaysia dapat dilihat secara rata-rata (2009-2010) per sub-item. Pada kategori Tata Kelola Organisasi, baik perbankan syariah di Indonesia maupun

Malaysia memiliki tingkat kinerja sosial yang sama, yakni 100%. Adapun untuk kategori

Lingkungan, perbankan syariah di Malaysia lebih unggul karena memiliki tingkat kinerja sosial yang lebih tinggipada sub-item Education, Polution, dan Conservation Of

Environmentdimana secara berturut-turut perbankan syariah di Indonesia hanya mampu

mencapai angka 83,33%, 33,33%, dan 16,67%. Sedangkan perbankan syariah di malaysia

memiliki tingkat kinerja 100% dalam pengimplementasian poin Education dan Polution,

serta 66,67% pada sub-item Conservation Of Environment.

Dari seluruh sub-item kategori Society, perbankan syariah Indonesia juga memiliki kinerja yang lebih rendah. Hal ini ditunjukkan pada sub item waqaf,

Scholarship, Youth development, Children Care, Sponsoring Public Health yang secara

berturut-turut adalah 83,33%, 66,67%, 50%, 83,33%, dan 16,67%. Sedangkan perbankan syariah Malaysia secara berturut-turut pula mencapai angka 100%, 100%, 66,67%, 100%,

dan 66,67%.

Dibeberapa sub-item kategori yang lain, Indonesia juga memiliki kinerja lebih rendah dibandingkan Malaysia. Yakni, Gharar dimana perbankan syariah Indonesia tidak

satupun yang melaksanakannya(0%). Adapun untuk implementasi sub-item Customers

Page 12: Paper_hafiezd_Islamic Social Reporting Index

Complaint, hanya mampu mencapai angka 16,67%. Padahal perbankan syariah Malaysia

mampu mencapai angka 66,67%.

Tabel 4. Perbandingan Kinerja Sosial Perbankan Syariah di Indonesia dan

Malaysia per-sub item Indeks ISR.

Item Sub item

Ina Mly

2009-2010 2009-2010

% %

Finance and

Investment theme Riba Activities 100 100

Gharar 0 16,67

Zakat 100 100

Bad Debts Written-off 0 0

Current Value Balance Sheet 0 0

Value Added Statement 100 100

Produts

and service

theme

Green Product 0 0

Halal Status of Product 100 100

Product Quality 100 100

Customer Complaints 16,67 66,67

Employees theme Nature of Work 100 100

Education and Trining 100 100

Equal Opportunities 100 100

Employee Involvement 0 50,00

Health and Safety 66,67 66,67

Working Environment 100 100

Employment of Other Special 100 100

society theme

Sadaqah 100 100

Waqaf 83,33 100

Qard Hasan 100 100

Employee Volunteerism 100 100

Scholarship 66,67 100

Graduate Employment 66,67 66,67

Underprivilage Community 100 100

Youth Development 50,00 66,67

Children Care 83,33 100

Sponsoring Public Health 16,67 66,67

Environment Conservation Of Environment 16,67 66,67

Endangered Wildlife 0 0

Polution 33,33 100

Education 83,33 100

Environmental Audit 0 0

Policy 0 0

Corporate

governance

theme

Shariah Compliance Status 100 100

Ownership Stucture 100 100

Bod 100 100

Declaration of Forbidden Activities 100 100

Anti-Corruption Policies 100 100

Page 13: Paper_hafiezd_Islamic Social Reporting Index

Adapun beberapa kesamaan yang muncul dari perbankan syariah dikedua negara

adalah semua perbankan syariah baik di Indonesia maupun Malaysia tidak ada satupun

(0%) yang melaksanakan sub-item Environmental Audit, Policy, Green Product, Bad Debts Written-off, dan Current Value Balance Sheet.

PEMBAHASAN (khusus Perbandingan)

Kinerja Bank Syariah di Indonesia

Dalam menjalankan aktivitas sosialnya, hampir semua bank syariah di Indoensia

mengalokasikannya dari dana kebajikan (Qard hasan) yang diperoleh dari aktivitas non halal bank dan dari denda atas keterlambatan pengembalian kewajiban oleh nasabah yang

tidak boleh dimasukkan kedalam pendapatan operasi bank. Untuk penyalurannya

biasanya dilakukan dalam bentuk pinjaman kebajikan yang diberikan kepada fakir miskin untuk mendorong usaha yang dijalankan agar mampu hidup mandiri tanpa imbal

hasil apapun (Fitria dan Hartanti:2010).

Selain dana kebajikan, semua bank syariah juga mengalokasikan dana untuk

aktivitas sosialnya dari zakat perusahaan, zakat karyawan, serta zakat dan infak dari

nasabah bank. Mengenai berapa besar jumlah yang dianggarkan untuk dana sosial ini,

tidak satu pun bank syariah yang secara khusus menentukan besarnya persentase untuk

dana sosial dari laba yang didapat oleh bank. Karena apabila terjadi suatu peristiwa atau bencana alam yang membutuhkan dana cukup besar, bank syariah juga mengumpulkan

dana dengan membuka pos bantuan dan menjadi bank penyalur dana sosial dari

masyarakat atau institusi lainnya. Kadang bank juga mengeluarkan dana tambahan

tersendiri apabila bencana tersebut terjadi.

Dari tabel 1 dapat diketahui adanya peningkatan kinerja sosial yang terjadi pada

Bank Muamalat Indonesia (BMI) dan Bank Syariah Mandiri (BSM). Hanya Bank Mega Syariah (BMS) yang mengalami penurunan kinerja sosial. Meningkatnya prosentase

kinerja sosial pada BMI 68,42% (2009) menjadi 73,68% (2010) dan BSM 63,16%

(2009) menjadi 71,05% (2010) dikarenakan kedua bank tersebut gencar memberikan bantuan di beberapa daerah yang tertimpa musibah, seperti gempa Padang dan Erupsi

Merapi di Jogjakarta pada tahun 2010. Disamping itu, peningkatan kinerja pada BMI

disebabkan partisipasinya dalam memberikan sponsor untuk kegiatan-kegiatan sosial,

seperti pendidikan dan kesehatan, serta aktivitas tanggap polusi dan global warming.

Adapun kenaikan kinerja sosial BSM merupakan hasil dari adanya partisipasi

BSM dalam aktivitas pengembangan generasi muda, peduli lingkungan (polusi) dan konservasi hutan bakau dan lahan gundul. Adapun penurunan kinerja BMS dari 60,53%

pada tahun 2009 menjadi 55,26% pada tahun 2010, dikarenakan pada tahun 2010 Bank

tersebut tidak melaksanakan aktivitas sosialnya, yaitu waqaf, bantuan pendidikan, dan bantuan kesehatan, dimana pada tahun 2009 BMS melaksanakan serta melaporkan

aktivitas tersebut pada laporan tahunannya.

Namun, secara keseluruhan tidak ada bank syariah di Indonesia-dari ketiga objek tersebut- yang melaksanakan aktivitas sosialnya secara sempurna (100%)-berdasarkan

model Indeks ISR. Hal ini disebabkan oleh dua faktor penting, yakni; pertama

dikarenakan bank syariah memang tidak melaksanakan aktivitas sosial yang sebenarnya mereka mampu untuk melaksanakannya seperti melaporkan aktivitas gharar dannasabah-

Page 14: Paper_hafiezd_Islamic Social Reporting Index

nasabah yang bermasalah dengan bank syariah. Dan hampir semua bank syariah di

Indonesia-pada kasus ini- tidak melaporkannya. Kedua, dipengaruhi oleh adanya item-

item pengukuran dengan model ISR yang memang bank tidak melaksanakan aktivitas itu, seperti bantuan untuk aktivitas politik, audit lingkungan terkait limbah, dan memproduksi

komoditas alami (Green Product). Keberadaan item-item tersebut dikarenakan Indeks

ISR tidak hanya diperuntukkan bagi perbankan syariah, tetapi juga bagi perusahaan baik dagang, jasa, maupun manufaktur.

Kinerja Bank Syariah di Malaysia

Hampir sama dengan yang terjadi di Indonesia hampir semua bank syariah di Indoensia mengalokasikannya dari dana kebajikan (Qard hasan) yang diperoleh dari

aktivitas non halal bank dan dari denda atas keterlambatan pengembalian kewajiban oleh

nasabah yang tidak boleh dimasukkan kedalam pendapatan operasi bank. Hanya saja

untuk penyalurannya bank syariah di Malaysia lebih terorganisir dengan baik. Sehingga

pengalokasian dana sosial benar-benar disalurkan secara tepat sasaran baik secara

prioritas kebutuhan masyarakat maupun secara syariah, misal dana zakat hanya

diserahkan kepada para fakir miskin yang berada di daerah yang lebih membutuhkan.

Bahkan bantuan yang dilakukan oleh Bank Islam malaysia (BIM) tidak hanya disalurkan

di Malaysia, tetapi juga hingga ke negara tetang, seperti Indonesia saat terjadi gempa

padang 2010.

Jika dilihat pada tabel 2, dapat diketahui bahwa semua bank syariah-yang

menjadi objek penelitian- memiliki tingkat kinerja tetap dari 2009 ke tahun 2010. Hal itu

mencerminkan bahwa aktifitas tanggungjawab sosial yang dilakukan oleh bank terorganisir dengan cukup konsisten. Disamping itu, hal tersebut juga merupakan

gambaran bahwa aktivitas sosial yang dijalankan oleh bank berorientasi untuk masa

panjang (berkesinambungan). Dari ketiga bank syariah tersebut, hampir semuanya memiliki jenis program aktivitas sosial yang serupa, yakni fokus kepada masalah

pendidikan, kesehatan, pengembangan generasi muda, pengembangan lembaga keuangan

syariah, aktivitas peduli lingkungan, dan pemberdayaan sumber insani masing-masing bank.

Namun, secara keseluruhan tidak ada bank syariah di Malaysia-dari ketiga objek

tersebut- yang melaksanakan aktivitas sosialnya secara sempurna (100%)-berdasarkan model Indeks ISR. Hal ini disebabkan oleh dua faktor; pertama dikarenakan bank

syariah memang tidak melaksanakan aktivitas sosial yang sebenarnya mereka mampu

untuk melaksanakannya seperti melaporkannasabah-nasabah yang bermasalah dengan bank syariah. Dan hampir semua bank syariah di Malaysia-dalam kasus- ini tidak

melaporkannya. Kedua, disebabkan oleh adanya item-item pengukuran dengan

menggunakan model Indeks ISR yang memang bank tidak melaksanakan aktivitas itu, seperti bantuan untuk aktivitas politik, audit lingkungan terkait limbah, dan memproduksi

komoditas alami (Green Product). Keberadaan item-item tersebut dikarenakan Indeks

ISR tidak hanya diperuntukkan bagi perbankan syariah, tetapi juga bagi perusahaan baik

dagang, jasa, maupun manufaktur.

Page 15: Paper_hafiezd_Islamic Social Reporting Index

Perbandingan Tingkat Kinerja Sosial Pada Objek Kedua Negara (Berdasarkan

Indeks ISR)

Hasil content analysispelaporan kinerja sosial pada perbankan objek dengan menggunakan model Indeks ISR dapat dilihat pada tebel 3.

Tabel 3. Perbandingan Tingkat Kinerja Sosial Perbankan Syariah

di Indonesia dan Malaysia

Kode Nama Bank 2009 2010 π (2009-2010) π2009 π2010 π∑(2009-2010)

BMI Bank Muamalat Indonesia 68,42% 73,68% 71,05%

64,04%

66,67%

65,35%

BSM Bank Syariah Mandiri 63,16% 71,05% 67,11%

BMS Bank Mega Syariah 60,53% 55,26% 57,89%

BMM Bank Muamalat Malaysia 65,79% 65,79% 65,79%

75,44%

75,44%

75,44%

BIM Bank Islam Malaysia 81,58% 81,58% 81,58%

HLIB Hong Leong Islamic Bank 78,95% 78,95% 78,95%

Dari tabel 3 dapat dilihat bahwa secara rata-rata keseluruhan maupun secara

parsial selama tahun 2009 dan 2010, bank syariah di Malaysia lebih unggul dalam hal

pelaksanaan maupun pelaporan aktivitas sosialnya dibandingkan bank syariah di

Indonesia. Secara rata-rata keseluruhan dari 2009 dan 2010, perbankan syariah di

Indonesia hanya mencapai 65,35%, sedangkan Malaysia mencapai 75,44% dari 38 (tiga

puluh delapan) item yang harus diungkapkan (selisih 10,09%).

Adapun dari keseluruhan bank syariah, tingkat kinerja sosial yang paling tinggi

diraih oleh Bank Islam Malaysia (BIM) yakni sebesar 81,58% secara rata-rata. Sedangkan

kinerja sosial paling rendah ditempati Bank Mega syariah (BMS) dengan tingkat kinerja

rata-rata 57,89% . Jika dihubungkan dengan pengalaman bank, memang secara kurun

waktu berdirinya, Bank Islam Malaysia memiliki umur yang jauh lebih tua dibandingkan

Bank Mega syariah. Sehingga hal itu berpengaruh pada tingkat pengalaman dan

kemapanan bank terkait kinerja sosialnya. Peneliti dapat berpendapat demikian karena

secara sejarah berdirinya BIM merupakan bank syariah paling tua, dan BMS merupakan

bank syariah yang paling muda dibandingkan seluruh objek.

Di samping itu, jika diamati pada tabel 3, maka dapat diketahui nilai rata-rata dari

kinerja sosial perbankan syariah di Indonesia (65,35%) tidak lebih tinggi dari pada tingkat

kinerja sosial terendah dari bank Muamalat malaysia yakni 65,79%. Meski demikian

kinerja sosial di Indonesia dikatakan baik karena sudah mengalami peningkatan sekitar

10% jika dibandingkan perbankan syariah Malaysia yang hanya stagnan pada tingkat

kinerja yang tetap. Sayangnya, jika dicermati secara mendalam, meningkatnya tingkat

kinerja sosial perbankan syariah di Indonesia ini bukan merupakan akibat dari adanya

upaya yang direncanakan langsung oleh pihak bank syariah. Melainkan peningkatan ini

terjadi akibat adanya kejadian insidental yakni bencana gempa Padang dan Merapi Jogjakarta yang menjadikan bank ikut berpartisipasi dalam aktivitas sosial pada bencana

tersebut.

Untuk mengetahui perbandingan secara rata-rata keseluruhan semua bank

syariah, dapat dilihat pada tabel 4.

Page 16: Paper_hafiezd_Islamic Social Reporting Index

Tabel 4. Perbandingan Kinerja Sosial Perbankan Syariah di Indonesia dan

Malaysia per-sub item Indeks ISR.

Item Sub item

Ina Mly

2009-2010 2009-2010

% % Finance and

Investment theme Riba Activities 100 100

Gharar 0 16,67

Zakat 100 100

Bad Debts Written-off 0 0

Current Value Balance Sheet 0 0

Value Added Statement 100 100

Produts

and service

theme

Green Produt 0 0

Halal Status of Product 100 100

Product Quality 100 100

Customer Complaints 16,67 66,67

Employees theme Nature of Work 100 100

Education and Trining 100 100

Equal Opportunities 100 100

Employee Involvement 0 50,00

Health and Safety 66,67 66,67

Working Environment 100 100

Employment of Other Special 100 100

society theme

Sadaqah 100 100

Waqaf 83,33 100

Qard Hasan 100 100

Employee Volunteerism 100 100

Scholarship 66,67 100

Graduate Employment 66,67 66,67

Underprivilage Community 100 100

Youth Development 50,00 66,67

Children Care 83,33 100

Sponsoring Public Health 16,67 66,67

Environment Conservation Of Environment 16,67 66,67

Endangered Wildlife 0 0

Polution 33,33 100

Education 83,33 100

Environmental Audit 0 0

Policy 0 0

Corporate

governance

theme

Shariah Compliance Status 100 100

Ownership Stucture 100 100

Bod 100 100

Declaration of Forbidden

Activities 100 100

Anti-Corruption Policies 100 100

Page 17: Paper_hafiezd_Islamic Social Reporting Index

Dari tabel 4 tentang perbandingan tingkat kinerja perbankan syariah di Indonesia

dan Malaysia, dapat dicermati bahwa;

1. Investasi dan Keuangan (Finance And Investment Theme) Pada sub item kategori ini semua bank syariah tidak melaporkan nasabah-

nasabahnya yang bermasalah terkait pemenuhan kewajiban mereka baik dalam

laporan tahunan maupun official website-nya. Peneliti beranggapan hal itu dilakukan dalam rangka menjaga nama baik para nasabah, dimana hal tersebut

juga merupakan bagian dari aturan ajaran islam.Meskipun pihak bank sendiri

tidak mengetahui pasti alasan dari timbulnya masalah itu pada nasabah mereka.

2. Tata Kelola Organisasi (Corporate Governance Theme)

Semua bank syariah telah melaksanakan sub-item dari kategori Corporate

Governance dan semua objek mencapai nilai sempurna (100%) atas pelaksanaan

dari semua sub-item kategori tersebut. Itu artinya untuk masalah Good

Governance semua bank syariah tidak memiliki masalah.

3. Produk dan Jasa (Products And Services Theme) Pada kategori ini semua objek tidak ada yang melaporkan dan melaksanakan sub

item green product. Hal itu dikarenakan semua objek yang notabene adalah bank

memang tidak melakukan aktivitas produksi. Sedangkan untuk sub-item

Customers complaint hanya ada beberapa bank yang melaporkannya. Yakni bank

Bank Muamalat Malaysia (BMM), Bank Islam malaysia (BIM), dan Bank Mega

Syariah (BMS).

4. Tenaga Kerja (Employees Theme) Untuk kategori ini, secara keseluruhan sub-item telah dilaksanakan oleh suma

bank syariah. Hanya saja untuk sub-item healt and safety bagi para karyawan

tidak dilaporkan oleh semua bank. Sedangkan untuk sub-item Employee Involvment hanya dilaksanakan oleh satu bank syariah saja dari semua objek,

yakni Bank Islam Malaysia.

5. Sosial (Society Theme) Pada hakekatnya kelompok lingkup sosial merupakan indikator yang erat

kaitannya dengan pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan atau dengan

kata lain kategori ini merupakan kategori inti dari aktivitas sosial suatu

perusahaan. Secara rata-rata, semua bank syariah telah melaksanakan semua sub-

item dari kategori ini. Akan tetapi, tidak ada satu bank-pun yang melaporkannya

secara sempurna (100%). Disamping itu, dapat disimpulkan pada kategori ini

perbankan syariah Malaysia memiliki tingkat kinerja yang lebih tinggi daripada

perbankan syariah Indonesia. Untuk lebih detailnya digambarkan pada tabel 5.

6. Lingkungan (Environment Theme) Pada kategori ini semua objek dari perbankan syariah baik di Indonesia maupun

Malaysia hanya melaksanakan program mendukung gerakan anti polusi dan

pendidikan bagi generasi muda, itupun tidak semua bank syariah yang malaksanakannya. Sedang sub-item lain seperti dukungan politik, audit

lingkungan (limbah pabrik), dan perlingungan hutan kritis tidak dilaksanakan

oleh semua bank syariah dikarenakan tidak adanya hubungan langsung antara

bank dengan aktivitas tersebut layaknya Industri Manufaktur.

Page 18: Paper_hafiezd_Islamic Social Reporting Index

Kelemahan perbankan syariah Indonesia dibandingkan perbankan syariah

Malaysia

Lebih rendahnya kinerja sosial perbankan syariah di Indonesia dibandingkan

perbankan syariah di Malaysia dikarenakan lebih rendahnya pelaksanaan tanggung jawab

sosial pada sub-itemCustomers complaint, employee involvment, waqaf, scholarship,

youth development, children care, polution, dan education. Berikut tabel ringkasan

perbandingan tersebut;

Tabel 5. Ringkasan Kelemahan Tingkat Kinerja Sosial Perbankan Syariah

Indoensia dan Malaysia

Sub-item Ina Mly

Kategori 2009-2010 2009-2010

Customer complaints 16,67% 66,67% Products And Services Theme

Employee involvement 0% 50,00% Employees Theme

Waqaf 83,33% 100% Society Theme

Scholarship 66,67% 100% Society Theme

Youth development 50,00% 66,67% Society Theme

Children care 83,33% 100% Society Theme

Sponsoring public health 16,67% 66,67% Society Theme

Conservation of invironment 16,67% 66,67% Society Theme

Polution 33,33% 100% Environment

Education 83,33% 100% Environment

Dari table 5, dapat diketahui bahwalebih rendahnya kinerja social perbankan

syariah di Indonesia dibandingkan Malaysia didominasi pada Society theme. Padahal

kategori tersebut merupakan kategori inti dari kinerja social dari suatu entitas.

PENUTUP

Kesimpulan

Perkembangan perbankan syariah pada negara-negara Islam di dunia mendorong

kesadaran masyarakat muslim akan pentingnya kinerja sosoal yang sesuai dengan prinsip

syariah. Oleh karena itu dibutuhkan suatu standar pengungkapan yang dapat diterima

secara umum dengan tetap berdasarkan prinsip-prinsip syariah. Tidak hanya untuk

industri perbankan tetapi juga untuk industri lainnya yang berbasis syariah.

Penelitian ini mencoba untuk melihat perbandingan tingkat kinerja sosial

perbankan syariah di negara Indonesia dan Malaysia. Dan dari hasil penelitian ini,

ditemukan beberapa bukti bahwa:

1. Secara umum, perbankan syariah di Malaysia memiliki tingkat kinerja sosial yang lebih tinggi dibandingkan perbankan syariah yang ada di Indonesia.

2. Kinerja sosial perbankan syariah di Indonesia pada tahun 2010 mengalami

kenaikan yang cukup signifikan, yakni sekitar 10% dari tahun sebelumnya

Page 19: Paper_hafiezd_Islamic Social Reporting Index

(2009). Sedangkan tingkat kinerja sosial pada perbankan syariah di Malaysia bisa

dikatakan stabil karena tidak mengalami kenaikan maupun penurunan.

3. Dari semua bank syariah baik Indonesia maupun Malaysia, masih belum ada satupun yang mencapai angka penuh, yakni implementasi dan pengungkapan

Indeks ISR secara 100% (seratus persen). Hal ini dikarenakan adanya sub item

dari Indeks ISR yang memang tidak mungkin dipenuhi oleh industri perbankan seperti green product, audit environmental, dan bantuan untuk aktivitas politik.

Keterbatasan Penelitian dan Saran

Penelitian selanjutnya mengenai Islamic Social ReportingIndex dan kinerja sosial perusahaan (Corporate Social Responsibility) menjadi suatu hal

yang penting untuk mendukung praktik tanggungjawab sosial dan syariah di

Indonesia. Beberapa hal yang menjadi keterbatasan sekaligus menjadi saran

penulis dalam penelitian ini adalah:

1. Jumlah bank yang diteliti relatif sedikit, yakni hanya pada tiga bank syariah

Indonesia dan tiga bank syariah Malaysia. Sehingga terdapat keterbatasan dalam generalisasi hasil penelitian. Oleh karenanya, penulis mengharapkan untuk

penelitian selanjutnya agar jumlah objek bank syariah dari tiap-tiap negara dapat

diperbanyak (memenuhi kuota objek) sehingga hasil yang diperoleh dari

penelitian bisa lebih menggambarkan keadaan yang sebenarnya.

2. Penggunaan indeks ISR yang item-itemnya merupakan hasil pengembangan

penulis memungkinkan adanya indikator yang kurang dikembangkan secara

komprehensif. Karena itu, penelitian selanjutnya harus dapat mengembangkan item-item secara lebih detail dan komprehensif.

3. Subjektifitas penulis dalam pemberian bobot dan nilai pada penilaian kinerja

sosial dari keenam bank yang menjadi objek penelitian berdasarkan indeks ISR.

Page 20: Paper_hafiezd_Islamic Social Reporting Index

DAFTAR PUSTAKA

Alqur’anul Karim.

Accounting and Auditing Organization for Islamic Financial Institutions. 2010.

Accounting, Auditing and Governance Standards for Islamic Financial

Institutions, AAOIFI.

Dusuki, A.W.,& Dar, H. 2005. Stakeholders’ perceptions of Corporate Social

Responsibility of Islamic Banks: Evidence From Malaysian Economy.

International Conference on Islamic Economics and Finance.

Fitria, Soraya dan Dwi Hartanti. 2010. Studi Perbandingan Pengungkapan Berdasarkan

Global Reporting Initiative Indeks Dan Islamic Social Reporting Indeks.

Simposium Nasional. Purwokerto.

Haniffa, R. 2002. Social Reporting Disclosure-An Islamic Perspective. Indonesian

Management & Accounting Research 1 (2), pp.128-146.

Porwanto, Suharyadi. 2004. Statistika untuk ekonomi dan keuangan modern buku 2.

Jakarta: Salemba 4.

Puspitahati, Arimbi. 2011. Analisis Pengungkapan Intellectual Capital pada WebsiteTiga

Perguruan Tinggi Negeri di Indonesia. Skripsi. FEB-UMM. Tidak

dipublikasikan.

Suharto, Edi. 2006. Pekerjaan Sosial Industri, CSR, dan ComDev.

Othman, R., Md. Thani, A., K. Ghani, E. 2009. Determinants of Islamic Social Reporting

Among Top Shariah-Approved Companies in Bursa Malaysia. Research Journal of International Studies – Issue 12(October, 2009).

Republik Indonesia. Undang-Undang No. 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas

(UU PT)

Sugiyono. 2002. Metode Penelitian bisnis. Bandung: Alfabeta.

Wibisono, Yusuf. 2007. Membedah Konsep dan Aplikasi Corporate Social

Responsibility. Cetakan Kedua. Gresik:Fancho Publishing.

http://www.muamalatbank.com/ (diakses September 2011)

http://www.syariahmandiri.co.id/(diakses September 2011)

http://www.bsmi.co.id/(diakses September 2011)

http://www.muamalat.com.my/ (diakses September 2011)

http://www.bankislam.com.my/(diakses September 2011)

http://www.hlisb.com.my/(diakses September 2011)

Page 21: Paper_hafiezd_Islamic Social Reporting Index

http://www.bi.go.id/web/id/ (diakses September 2011)