optimasi site layout dengan metode multi-objectives pada proyek

6
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2014) 16 1 OPTIMASI SITE LAYOUT DENGAN METODE MULTI-OBJECTIVES PADA PROYEK GEDUNG PUSAT RISET ITS-SUKOLILO Dinar Ariyanto, Trijoko Wahyu Adi dan Cahyono Bintang Nurcahyo. Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 E-mail: [email protected] AbstrakPenataan lokasi proyek merupakan salah satu aspek penting yang menunjang pelaksanaan proyek berjalan lancar. Tujuan dari tata lokasi (site layout) yaitu mengatur sedemikian rupa letak fasilitas bangunan sementara sehingga dapat meningkatkan produktivitas dan keselamatan kerja di lokasi tersebut secara efisien. Pada penelitian ini Proyek Gedung Pusat Riset ITS digunakan sebagai obyek studi kasus dimana proyek ini memiliki luas lahan proyek sebesar 8,374.7109 m 2 , luas fasilitas pendukung sebesar 845.698 m 2 dan luas Gedung Pusat Riset yang akan dibangun seluas 1,946.784 m 2 . Penelitian maupun studi tentang optimasi site layout dalam perhitungan jarak (traveling distance) cenderung menggunakan metode Euclidean. Perhitungan traveling distance dengan metode Manhattan lebih mewakili jarak aktual dibanding dengan metode Euclidean, dimana metode Manhattan mempertimbangkan halangan-halangan dalam penentuan jarak Dalam penelitian ini optimasi site layout meninjau minimasi traveling distance dan minimasi safety index dengan perhitungan matematis dimana perhitungan traveling distance menggunakan metode Manhattan. Optimasi penataan site layout menggunakan asumsi unequal site layout. Dari 6 skenario yang telah dilakukan didapat nilai traveling distance terendah adalah 21,432.75 m atau mengalami penurunan sebesar 8.76% dari kondisi awal yang terdapat pada skenario 2 dan nilai safety index terendah adalah 1,836.17 atau mengalami penurunan sebesar 1.58% dari kondisi awal yang terdapat pada skenario 6. Kata kunci – manhattan, optimasi, safety index, traveling distance, unequal site-layout I. PENDAHULUAN ENATAAN lokasi proyek merupakan salah satu aspek penting yang menunjang pelaksanaan proyek berjalan lancar. Keputusan menata lokasi bukan hal yang mudah, perlu kemampuan manajemen proyek yang baik didalamnya. Pertimbangan aspek-aspek kelancaran pendistribusian material dan perlindungan keselamatan kerja sangat diperlukan dalam penataan lokasi proyek. Tujuan dari tata lokasi (site layout) yaitu mengatur sedemikian rupa letak fasilitas bangunan sementara sehingga dapat meningkatkan produktivitas dan keselamatan kerja di lokasi tersebut secara efisien. Tata lokasi (site layout) yang baik dapat meminimalkan time travel, mengurangi tindakan penanganan material, memperefektif dan mengamankan operasional serta menghindarkan pergerakan yang saling menghalangi antara material dan peralatan yang digunakan[1]. Sasaran yang perlu dicapai dalam penataan site yang baik adalah untuk meningkatkan keselamatan kerja, operasional yang efisien dan untuk meminimalisasi traveling distance (TD) dan waktu pergerakan pekerja maupun material[2]. Dengan site-layout yang memiliki nilai traveling distance terkecil dapat mempercepat arus pergerakan pekerja yang juga meningkatkan produktivitas pekerja. Site-layout berkaitan dengan penetapan sejumlah fasilitas yang telah ditentukan ke sejumlah tempat yang telah ditentukan sebelumnya. Apabila setiap tempat yang telah ditentukan dapat mengakomodasi setiap fasilitas, maka tata letak fasilitas dapat dimodelkan sebagai equal- site layout. Apabila setiap tempat yang telah ditentukan hanya dapat mengakomodasi beberapa faslitas saja, maka tata letak fasilitas dimodelkan sebagai unequal-site layout, dimana tempat yang telah ditentukan memiliki luasan yang berbeda[3]. Beberapa fasilitas sementara meliputi kantor dan tool trailer, lahan parkir, gudang, batch plant, area pemeliharaan, lahan atau bangunan fabrikasi, area staging dan area peletakan atau bongkar muat [4]. Fasilitas site konstruksi direpresentasikan menggunakan bentuk persegi 2D dan dikategorikan kedalam 3 tipe: fasilitas tetap (fixed), yang tidak dapat bergerak (stationary) dan yang dapat bergerak (moveable)[5]. Dalam masalah penataan fasilitas, jarak biasanya diukur dengan menggunakan perumusan Manhattan (menghitung jumlah dari nilai absolut dari selisih jarak titik koordinat dengan beberapa pertimbangan) atau Euclidean (menghitung jarak diagonal antar titik dengan menggunakan perhitungan)[6]. Penelitian sebelumnya telah mengadopsi pendekatan Euclidean untuk menyederhanakan kompleksitas masalah. Hal ini mungkin tidak akurat dalam proyek karena beberapa perjalanan tidak memungkinkan dimana fasilitas tersebut terhalang dengan keberadaan obyek atau aktivitas, maka dari itu pengukuran jarak dengan Euclidean tidak mewakili jarak tempuh aktual dan mungkin menghasilkan layout yang kurang optimal[7]. Perencanaan layout pada suatu konstruksi dapat dikonsepsualisasikan sebagai permasalahn multi- objectives dimana layout optimal untuk posisi fasilitas sementara perlu untuk diidentifikasi yang mencakup kebutuhan dan kendala proyek sekaligus meminimalkan aliran atau pergerakan sumber daya dan meningkatkan keselamatan kerja konstruksi. Optimasi multi-objectives atau multi-kriteria adalah proses mengoptimalkan sekelompok tujuan yang saling bertentangan yang bergantung pada sejumlah batasan atau kendala[8]. Dalam optimasi multi-objectives tidak ada solusi optimal tunggal, seperti mengoptimalkan salah satu hasil objektif dalam degradasi kualitas solusi dalam tujuan lain. Sebaliknya sekelompok solusi optimal yang ada mempertimbangkan berbagai pertukaran atau trade-off antar tujuan yang saling bertentangan[9]. Solusi trade-off ini, disebut seperangkat pareto-optimal yang P

Upload: nguyenbao

Post on 14-Dec-2016

223 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: optimasi site layout dengan metode multi-objectives pada proyek

JURNAL  TEKNIK  POMITS  Vol.  1,  No.  1,  (2014)  1-­‐6    

1  

OPTIMASI SITE LAYOUT DENGAN METODE MULTI-OBJECTIVES PADA PROYEK GEDUNG PUSAT RISET ITS-SUKOLILO

Dinar Ariyanto, Trijoko Wahyu Adi dan Cahyono Bintang Nurcahyo.

Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111

E-mail: [email protected]

Abstrak– Penataan lokasi proyek merupakan salah

satu aspek penting yang menunjang pelaksanaan proyek berjalan lancar. Tujuan dari tata lokasi (site layout) yaitu mengatur sedemikian rupa letak fasilitas bangunan sementara sehingga dapat meningkatkan produktivitas dan keselamatan kerja di lokasi tersebut secara efisien. Pada penelitian ini Proyek Gedung Pusat Riset ITS digunakan sebagai obyek studi kasus dimana proyek ini memiliki luas lahan proyek sebesar 8,374.7109 m2, luas fasilitas pendukung sebesar 845.698 m2 dan luas Gedung Pusat Riset yang akan dibangun seluas 1,946.784 m2. Penelitian maupun studi tentang optimasi site layout dalam perhitungan jarak (traveling distance) cenderung menggunakan metode Euclidean. Perhitungan traveling distance dengan metode Manhattan lebih mewakili jarak aktual dibanding dengan metode Euclidean, dimana metode Manhattan mempertimbangkan halangan-halangan dalam penentuan jarak Dalam penelitian ini optimasi site layout meninjau minimasi traveling distance dan minimasi safety index dengan perhitungan matematis dimana perhitungan traveling distance menggunakan metode Manhattan. Optimasi penataan site layout menggunakan asumsi unequal site layout. Dari 6 skenario yang telah dilakukan didapat nilai traveling distance terendah adalah 21,432.75 m atau mengalami penurunan sebesar 8.76% dari kondisi awal yang terdapat pada skenario 2 dan nilai safety index terendah adalah 1,836.17 atau mengalami penurunan sebesar 1.58% dari kondisi awal yang terdapat pada skenario 6. Kata kunci – manhattan, optimasi, safety index, traveling distance, unequal site-layout

I. PENDAHULUAN ENATAAN lokasi proyek merupakan salah satu aspek penting yang menunjang pelaksanaan proyek

berjalan lancar. Keputusan menata lokasi bukan hal yang mudah, perlu kemampuan manajemen proyek yang baik didalamnya. Pertimbangan aspek-aspek kelancaran pendistribusian material dan perlindungan keselamatan kerja sangat diperlukan dalam penataan lokasi proyek. Tujuan dari tata lokasi (site layout) yaitu mengatur sedemikian rupa letak fasilitas bangunan sementara sehingga dapat meningkatkan produktivitas dan keselamatan kerja di lokasi tersebut secara efisien. Tata lokasi (site layout) yang baik dapat meminimalkan time travel, mengurangi tindakan penanganan material, memperefektif dan mengamankan operasional serta menghindarkan pergerakan yang saling menghalangi antara material dan peralatan yang digunakan[1]. Sasaran yang perlu dicapai dalam penataan site yang baik adalah untuk meningkatkan keselamatan kerja, operasional yang efisien dan untuk meminimalisasi traveling distance (TD) dan waktu pergerakan pekerja maupun material[2]. Dengan site-layout yang memiliki nilai traveling distance

terkecil dapat mempercepat arus pergerakan pekerja yang juga meningkatkan produktivitas pekerja.

Site-layout berkaitan dengan penetapan sejumlah fasilitas yang telah ditentukan ke sejumlah tempat yang telah ditentukan sebelumnya. Apabila setiap tempat yang telah ditentukan dapat mengakomodasi setiap fasilitas, maka tata letak fasilitas dapat dimodelkan sebagai equal-site layout. Apabila setiap tempat yang telah ditentukan hanya dapat mengakomodasi beberapa faslitas saja, maka tata letak fasilitas dimodelkan sebagai unequal-site layout, dimana tempat yang telah ditentukan memiliki luasan yang berbeda[3]. Beberapa fasilitas sementara meliputi kantor dan tool trailer, lahan parkir, gudang, batch plant, area pemeliharaan, lahan atau bangunan fabrikasi, area staging dan area peletakan atau bongkar muat [4].

Fasilitas site konstruksi direpresentasikan menggunakan bentuk persegi 2D dan dikategorikan kedalam 3 tipe: fasilitas tetap (fixed), yang tidak dapat bergerak (stationary) dan yang dapat bergerak (moveable)[5]. Dalam masalah penataan fasilitas, jarak biasanya diukur dengan menggunakan perumusan Manhattan (menghitung jumlah dari nilai absolut dari selisih jarak titik koordinat dengan beberapa pertimbangan) atau Euclidean (menghitung jarak diagonal antar titik dengan menggunakan perhitungan)[6]. Penelitian sebelumnya telah mengadopsi pendekatan Euclidean untuk menyederhanakan kompleksitas masalah. Hal ini mungkin tidak akurat dalam proyek karena beberapa perjalanan tidak memungkinkan dimana fasilitas tersebut terhalang dengan keberadaan obyek atau aktivitas, maka dari itu pengukuran jarak dengan Euclidean tidak mewakili jarak tempuh aktual dan mungkin menghasilkan layout yang kurang optimal[7].

Perencanaan layout pada suatu konstruksi dapat dikonsepsualisasikan sebagai permasalahn multi-objectives dimana layout optimal untuk posisi fasilitas sementara perlu untuk diidentifikasi yang mencakup kebutuhan dan kendala proyek sekaligus meminimalkan aliran atau pergerakan sumber daya dan meningkatkan keselamatan kerja konstruksi. Optimasi multi-objectives atau multi-kriteria adalah proses mengoptimalkan sekelompok tujuan yang saling bertentangan yang bergantung pada sejumlah batasan atau kendala[8]. Dalam optimasi multi-objectives tidak ada solusi optimal tunggal, seperti mengoptimalkan salah satu hasil objektif dalam degradasi kualitas solusi dalam tujuan lain. Sebaliknya sekelompok solusi optimal yang ada mempertimbangkan berbagai pertukaran atau trade-off antar tujuan yang saling bertentangan[9]. Solusi trade-off ini, disebut seperangkat pareto-optimal yang

P

Page 2: optimasi site layout dengan metode multi-objectives pada proyek

JURNAL  TEKNIK  POMITS  Vol.  1,  No.  1,  (2014)  1-­‐6    

2  

mendominasi sisa dari solusi yang memungkinkan dengan performa yang lebih baik dari semua tujuan yang dipertimbangkan[10].

Penelitian terdahulu yang telah membahas tentang optimasi site layout antara lain: Yeh (1995) yang melakukan optimasi single objective terhadap minimasi biaya layout[4]. Li dan Love (1998, 2000) yang melakukan optimasi single objective terhadap minimasi traveling distance dengan metode pengukuran jarak Euclidean[11][3]. Hegazy, T. dan Elbeltagi, E (1999) yang melakukan optimasi single objective terhadap minimasi biaya layout dengan metode pengukuran jarak Euclidean[1]. Mawdesley dkk. (2002) yang melakukan optimasi single objective terhadap minimasi biaya layout dengan metode pengukuran jarak Euclidean[6]. Sanad dkk. (2008) yang melakukan optimasi multi objectives terhadap minimasi biaya layout dan peningkatan safety dengan metode pengukuran jarak Manhattan[7]. El-Rayes dan Said (2009) yang melakukan optimasi multi objective terhadap minimasi biaya layout dan peningkatan safety dengan metode pengukuran jarak Euclidean[5]. Penelitian ini melakukan optimasi multi objectives terhadap minimasi traveling distance dan minimasi safety index dengan metode pengukuran jarak Manhattan pada site layout Proyek Gedung Pusat Riset ITS-Sukolilo sehingga dapat mementukan posisi bangunan fasilitas sementara yang paling optimal sesuai dengan kriteria tujuan.

II. METODOLOGI PENELITIAN Tahapan yang dilakukan untuk mencapai tujuan dari penelitian ini sesuai dengan diagram alir penelitian yang ditampilkan pada gambar 1 sebagai berikut:

Gambar 1. Diagram Alir Penelitian

III. HASIL PENELITIAN

Sebelum melakukan proses optimasi, hal yang dilakukan terlebih dahulu adalah menetapkan fasilitas sementara pada site Proyek Gedung Pusat Riset ITS yang dapat dilihat ada gambar 2, termasuk kedalam constraints atau tidak kemudian menetapkan jumlah tempat yang tersedia dapat dilihat pada gambar 3. Dari hasil analisa fasilitas sementara yang termasuk ke dalam constraint adalah pos keamanan, genset dan tower crane, untuk

jumlah tempat yang tersedia untuk proses optimasi terdapat 2 (dua tempat) yang melebihi jumlah fasilitas sementara sehingga tempat tadi diasumsikan sebagai dummy (palsu).

Gambar 2. Site Layout Proyek Gedung Pusat Riset ITS

Gambar 3 Titik Lokasi Pemindahan Fasilitas

Perhitungan Frekuensi Perpindahan Antar Fasilitas Pengukuran frekuensi perpindahan pekerja antar fasilitas dilakukan dengan melakukan observasi langsung dan expert judgement atau penilaian ahli yang dalam hal ini merupakan penilaian dari seorang project manager. Frekuensi perpindahan antar fasilitas yang telah didapat digunakan untuk seluruh proses skenario optimasi site layout tanpa harus melakukan pengukuran ulang untuk setiap skenario. Frekuensi perpindahan antar fasilitas dapat dilihat pada tabel 1.

Latar Belakang

Studi Literatur/Tinjauan pustaka

Melakukan Survey & Identifikasi Fasilitas Proyek

Melakukan Pemodelan Site-Layout

Menghitung Frekuensi Identifikasi SafetyMenghitung Jarak

Melakukan Optimasi(minimasi TD dan SI)

Penentuan Site Layout paling Optimal dengan Diagram Pareto

Kesimpulan & Saran

Page 3: optimasi site layout dengan metode multi-objectives pada proyek

JURNAL  TEKNIK  POMITS  Vol.  1,  No.  1,  (2014)  1-­‐6    

3  

Tabel 1. Frekuensi Perpindahan Antar Fasilitas

Perhitungan Jarak Antar Fasilitas Perhitungan jarak antar fasilitas menggunakan

metode Manhattan dengan mempertimbangkan halangan terhadap fasilitas yang ditinjau. Ilustrasi pengukuran jarak dengan metode Manhattan dapat dilihat pada gambar 4.

Gambar 4 Pengukuran Jarak dengan Metode Manhattan

(Alagarsamy, 2012)[12] Perhitungan jarak dilakukan dengan

menggunakan bantuan CAD untuk mempermudah proses pengukuran. Hasil pengukuran jarak antar fasilitas dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 2. Jarak Antar Fasilitas

Identifikasi Tingkat Safety Identifikasi tingkat safety yaitu menentukan

tingkat bahaya yang mungkin terjadi pada site. Pada proses identifikasi tingkat safety ini, terdapat 3 zona keselamatan yang ditampilkan pada tabel 3.

Tabel 3. Tingkat safety pada site

Skala Zona Tingkat Bahaya

Radius Bahaya

1 Daerah yang berada diluar radius/ jangkauan tower crane

Risiko bahaya rendah

2 Daerah yang berada dalam jangkauan tower crane

Kejatuhan benda dari tower crane dengan risiko bahaya sedang

55 m

3 Daerah yang berada di sekitar genset

Tersengat tegangan listrik dari genset dengan risiko bahaya tinggi

20 m

Sumber: hasil analisa

Untuk menentukan tingkat safety antar fasilitas dilakukan dengan menggunakan proporsi jarak. Perumusan untuk tingkat safety antar site adalah sebagai berikut

𝑠!" =𝑠𝑘𝑎𝑙𝑎  𝑠𝑎𝑓𝑒𝑡𝑦 ∗ 𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔  𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘

𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘  𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙

Hasil perhitungan tingkat safety antar fasilitas dapat dilihat pada tabel 4.

Tabel 4. Tingkat Safety antar Fasilitas

Optimasi Site Layout Setelah mendapatkan besaran frekuensi, jarak

dan tingkat safety antar fasilitas, maka proses selanjutnya adalah melakukan perhitungan Traveling Distance dan Safety Index. Proses optimasi dilakukan sebanyak 6 skenario dengan kondisi penempatan fasilitas sementara yang saling berbeda satu sama lain. Perhitungan minimasi Traveling Distance dapat dilakukan dengan perumusan sebagai berikut:

dimana: TD = traveling distance. dij = jarak aktual fasilitas i ke fasilitas j.

Fij = frekuensi perpindahan pekerja dari fasilitas i ke fasilitas j.

Frekuensi (dalam 1 hari)

Gedung Utama

Direksi Keet Gudang

Barak Pekerja

Area Fabrikasi

Besi Tulangan

Area Fabrikasi Baja WF

Area Fabrikasi

Kayu

Unloading/ Stock Yard

Area

Pos Keamanan Genset

Tower Crane

Dummy 1

Dummy 2

Gedung Utama 0 62 9 178 10 30 10 9 0 6 0 0 0

Direksi Keet 62 0 8 4 6 8 6 8 20 5 0 0 0

Gudang 9 8 0 8 2 6 4 2 2 2 0 0 0

Barak Pekerja 178 4 8 0 16 10 30 3 2 2 2 0 0

Area Fabrikasi Besi Tulangan

10 6 2 16 0 3 3 3 0 2 0 0 0

Area Fabrikasi Baja WF

30 8 6 10 3 0 3 2 0 2 0 0 0

Area Fabrikasi Kayu

10 6 4 30 3 3 0 4 0 0 0 0 0

Unloading/ Stock Yard Area

9 8 2 3 3 2 4 0 2 0 0 0 0

Pos Keamanan 0 20 2 2 0 0 0 2 0 2 0 0 0

Genset 6 5 2 2 2 2 0 0 2 0 2 0 0

Tower Crane 0 0 0 2 0 0 0 0 0 2 0 0 0

Dummy 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Dummy 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

!

Jarak (m)

Gedung Utama

Direksi Keet

Gudang Barak Pekerja

Area Fabrikasi

Besi Tulangan

Area Fabrikasi Baja WF

Area Fabrikasi

Kayu

Unloading/ Stock

Yard Area

Pos Keamanan

Genset Tower Crane

Dummy 1

Dummy 2

Gedung Utama 0 14.62 14.62 11.50 4.71 9.30 21.65 5.21 20.57 19.87 1.57 3.15 29.00

Direksi Keet 14.62 0 0 36.54 2.83 82.41 78.88 10.17 21.09 10.34 25.11 51.97 99.76

Gudang 14.62 0 0 52.04 11.37 88.57 85.04 14.20 28.16 24.42 26.81 58.14 105.92

Barak Pekerja 11.50 36.54 52.04 0 27.87 37.74 62.92 53.80 70.33 24.49 63.69 58.39 55.75

Area Fabrikasi Besi Tulangan

4.71 2.83 11.37 27.87 0 85.40 95.51 23.67 39.23 7.01 31.60 66.99 114.57

Area Fabrikasi Baja WF

9.30 82.41 88.57 37.74 85.40 0 11.48 60.53 69.26 93.70 61.59 7.19 5.74

Area Fabrikasi Kayu

21.65 78.88 85.04 62.92 95.51 11.48 0 67.09 65.73 110.34 58.06 7.42 11.45

Unloading/ Stock Yard Area

5.21 10.17 14.20 53.80 23.67 60.53 67.09 0 11.30 38.56 2.00 40.18 87.76

Pos Keamanan 20.57 21.09 28.16 70.33 39.23 69.26 65.73 11.30 0 53.97 21.93 38.82 86.98

Genset 19.87 10.34 24.42 24.49 7.01 93.70 110.34 38.56 53.97 0 49.31 83.43 131.01

Tower Crane 1.57 25.11 26.81 63.69 31.60 61.59 58.06 2.00 21.93 49.31 0 31.15 78.73

Dummy 1 3.15 51.97 58.14 58.39 66.99 7.19 7.42 40.18 38.82 83.43 31.15 0 20.22

Dummy 2 29.00 99.76 105.92 55.75 114.57 5.74 11.45 87.76 86.98 131.01 78.73 20.22 0

Tingkat Safety

Gedung Utama

Direksi Keet

Gudang Barak Pekerja

Area Fabrikasi

Besi Tulangan

Area Fabrikasi Baja WF

Area Fabrikasi

Kayu

Unloading/ Stock

Yard Area

Pos Keamanan

Genset Tower Crane

Dummy 1

Dummy 2

Gedung Utama 0 2.00 2.06 1.40 2.72 2.00 2.00 2.00 2.00 2.93 2.00 2.00 1.88 Direksi Keet 2.00 0 2.00 2.81 3.00 2.00 2.00 2.00 2.00 3.00 2.00 2.00 1.96 Gudang 2.00 2.00 0 2.67 2.15 2.00 2.00 2.00 2.00 2.68 2.00 2.00 1.96 Barak Pekerja 1.40 2.81 2.67 0 2.76 1.69 1.81 2.03 2.24 2.72 2.24 1.80 1.28 Area Fabrikasi Besi Tulangan

2.72 3.00 2.15 2.76 0 2.14 2.02 2.06 2.04 3.00 2.05 2.00 1.96

Area Fabrikasi Baja WF

2.00 2.00 2.00 1.69 2.14 0 2.00 2.00 2.00 2.20 2.00 2.00 1.41 Area Fabrikasi Kayu

2.00 2.00 2.00 1.81 2.02 2.00 0 2.00 2.00 2.15 2.00 2.00 1.00 Unloading/ Stock Yard Area

2.00 2.00 2.00 2.03 2.06 2.00 2.00 0 2.00 2.42 2.00 2.00 1.95 Pos Keamanan 2.00 2.00 2.00 2.24 2.04 2.00 2.00 2.00 0 2.30 2.00 2.00 1.94 Genset 2.93 3.00 2.68 2.72 3.00 2.20 2.15 2.42 2.30 0 2.33 2.20 2.09

Tower Crane 2.00 2.00 2.00 2.24 2.05 2.00 2.00 2.00 2.00 2.33 0 2.00 1.94 Dummy 1 2.00 2.00 2.00 1.80 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.20 2.00 0 1.82

Dummy 2 1.88 1.96 1.96 1.28 1.96 1.41 1.00 1.95 1.94 2.09 1.94 1.82 0

TD = dij *Fiji, j=1

n

Page 4: optimasi site layout dengan metode multi-objectives pada proyek

JURNAL  TEKNIK  POMITS  Vol.  1,  No.  1,  (2014)  1-­‐6    

4  

n = banyaknya fasilitas yang terdapat dalam site.

Untuk perhitungan minimasi Safety Index dapat dilakukan dengan perumusan sebagai berikut:

dimana: SI = safety index. sij = nilai safety disekitar fasilitas i hingga

fasilitas j. Fij = frekuensi perpindahan pekerja dari

fasilitas i ke fasilitas j. n = banyaknya fasilitas yang terdapat

dalam site. Skenario 0

Pada skenario 0 atau kondisi awal simulasi tata letak site proyek ini, letak fasilitas-fasilitas sementara mengacu pada posisi eksisting di proyek tanpa mengalami perubahan lokasi. Lokasi fasilitas pada skenario 0 ditampilkan pada tabel 5.

Tabel 5.

Lokasi fasilitas Skenario 0 Lokasi Fasilitas Constraint L1 Gedung Utama ✓ L2 Direksi Keet & Gudang L3 Barak Pekerja L4 Area Fabrikasi Besi Tulangan L5 Area Fabrikasi Baja WF L6 Area Fabrikasi Kayu L7 Unloading/ Stock Yard Area L8 Pos Keamanan ✓ L9 Genset ✓ L10 Tower Crane ✓ L11 Dummy 1 L12 Dummy 2

Hasil yang diperoleh pada kondisi ini adalah nilai TD sebesar 23,491.23 m dan SI sebesar 1,865.68.

Skenario 1

Pada skenario 1 letak fasilitas-fasilitas sementara yang dipindahtempatkan adalah pertukaran tempat antar area fabrikasi besi tulangan dengan area fabrikasi baja WF dengan posisi acuan kondisi awal. Lokasi fasilitas pada skenario 1 ditampilkan pada tabel 6.

Tabel 6. Lokasi fasilitas Skenario 1

Lokasi Fasilitas Constraint L1 Gedung Utama ✓ L2 Direksi Keet & Gudang L3 Barak Pekerja L4 Area Fabrikasi Baja WF L5 Area Fabrikasi Besi Tulangan L6 Area Fabrikasi Kayu L7 Unloading/ Stock Yard Area L8 Pos Keamanan ✓ L9 Genset ✓

L10 Tower Crane ✓ L11 Dummy 1 L12 Dummy 2

Hasil yang diperoleh pada kondisi ini adalah nilai TD sebesar sebesar 23,041.50 m atau mengalami penurunan sebesar 1.91% dari kondisi awal dan SI sebesar 1,863.85 atau mengalami penurunan sebesar 0.10% dari kondisi awal.

Skenario 2

Pada skenario 2 letak fasilitas-fasilitas sementara yang dipindahtempatkan adalah pertukaran tempat antar area fabrikasi besi tulangan dengan area fabrikasi kayu dengan posisi acuan kondisi awal. Lokasi fasilitas pada skenario 2 ditampilkan pada tabel 7.

Tabel 7. Lokasi fasilitas Skenario 2

Lokasi Fasilitas Constraint L1 Gedung Utama ✓ L2 Direksi Keet & Gudang L3 Barak Pekerja L4 Area Fabrikasi Kayu L5 Area Fabrikasi Baja WF L6 Area Fabrikasi Besi Tulangan L7 Unloading/ Stock Yard Area L8 Pos Keamanan ✓ L9 Genset ✓ L10 Tower Crane ✓ L11 Dummy 1 L12 Dummy 2

Hasil yang diperoleh pada kondisi ini adalah

nilai TD sebesar 21,432.75 m atau mengalami penurunan sebesar 8.76% dari kondisi awal dan SI sebesar. 1,871.96 atau mengalami kenaikan sebesar 0.34% dari kondisi awal.

Skenario 3

Pada skenario 3 letak fasilitas-fasilitas sementara yang dipindahtempatkan adalah pertukaran tempat antar barak pekerja dengan dummy 2 dengan posisi acuan kondisi awal. Lokasi fasilitas pada skenario 3 ditampilkan pada tabel 8.

Tabel 8. Lokasi fasilitas Skenario 3

Lokasi Fasilitas Constraint L1 Gedung Utama ✓ L2 Direksi Keet & Gudang L3 Dummy 2 L4 Area Fabrikasi Besi Tulangan L5 Area Fabrikasi Baja WF L6 Area Fabrikasi Kayu L7 Unloading/ Stock Yard Area L8 Pos Keamanan ✓ L9 Genset ✓ L10 Tower Crane ✓ L11 Dummy 1 L12 Barak Pekerja

Hasil yang diperoleh pada kondisi ini adalah nilai TD sebesar 30,298.94 m atau mengalami kenaikan

SI = sij *Fiji, j=1

n

Page 5: optimasi site layout dengan metode multi-objectives pada proyek

JURNAL  TEKNIK  POMITS  Vol.  1,  No.  1,  (2014)  1-­‐6    

5  

sebesar 28.98% dari kondisi awal dan SI sebesar. 1,932.16 atau mengalami kenaikan sebesar 3.56% dari kondisi awal. Skenario 4

Pada skenario 4 letak fasilitas-fasilitas sementara yang dipindahtempatkan adalah pertukaran tempat antar area fabrikasi besi tulangan dengan area fabrikasi baja WF dengan posisi acuan kondisi skenario 3. Lokasi fasilitas pada skenario 4 ditampilkan pada tabel 9.

Tabel 9. Lokasi fasilitas Skenario 3

Lokasi Fasilitas Constraint L1 Gedung Utama ✓ L2 Direksi Keet & Gudang L3 Dummy 2 L4 Area Fabrikasi Baja WF L5 Area Fabrikasi Besi Tulangan L6 Area Fabrikasi Kayu L7 Unloading/ Stock Yard Area L8 Pos Keamanan ✓ L9 Genset ✓ L10 Tower Crane ✓ L11 Dummy 1 L12 Barak Pekerja

Hasil yang diperoleh pada kondisi ini adalah nilai TD sebesar 28,350.78 m atau mengalami kenaikan sebesar 20.69% dari kondisi awal dan SI sebesar. 1,940.16 atau mengalami kenaikan sebesar 3.99% dari kondisi awal. Skenario 5

Pada skenario 5 letak fasilitas-fasilitas sementara yang dipindahtempatkan adalah pertukaran tempat antar area fabrikasi besi tulangan dengan area fabrikasi kayu dengan posisi acuan kondisi skenario 3. Lokasi fasilitas pada skenario 5 ditampilkan pada tabel 10.

Tabel 10. Lokasi fasilitas Skenario 5

Lokasi Fasilitas Constraint L1 Gedung Utama ✓ L2 Direksi Keet & Gudang L3 Dummy 2 L4 Area Fabrikasi Kayu L5 Area Fabrikasi Baja WF L6 Area Fabrikasi Besi Tulangan L7 Unloading/ Stock Yard Area L8 Pos Keamanan ✓ L9 Genset ✓ L10 Tower Crane ✓ L11 Dummy 1 L12 Barak Pekerja

Hasil yang diperoleh pada kondisi ini adalah

nilai TD sebesar 32,412.58 m atau mengalami kenaikan sebesar 37.98% dari kondisi awal dan SI sebesar. 1,962.35 atau mengalami kenaikan sebesar 5.18% dari kondisi awal. Skenario 6

Pada skenario 6 letak fasilitas-fasilitas sementara yang dipindahtempatkan adalah pertukaran tempat antar direksi keet dan gudang dengan area fabrikasi baja WF dengan posisi acuan kondisi awal. Lokasi fasilitas pada skenario 6 ditampilkan pada tabel 11.

Tabel 11. Lokasi fasilitas Skenario 6

Lokasi Fasilitas Constraint L1 Gedung Utama ✓ L2 Area Fabrikasi Baja WF L3 Barak Pekerja L4 Area Fabrikasi Besi Tulangan L5 Direksi Keet & Gudang L6 Area Fabrikasi Kayu L7 Unloading/ Stock Yard Area L8 Pos Keamanan ✓ L9 Genset ✓ L10 Tower Crane ✓ L11 Dummy 1 L12 Dummy 2

Hasil yang diperoleh pada kondisi ini adalah

nilai TD sebesar 26,717.81 m atau mengalami kenaikan sebesar 13.74% dari kondisi awal dan SI sebesar. 1,836.17 atau mengalami penurunan sebesar 1.58% dari kondisi awal.

Hasil perhitungan optimasi yang telah dilakukan yang ditampilkan pada tabel 12, selanjutnya akan diplotkan kedalam diagram pareto optima yang ditampilkan pada gambar 4.

Tabel 12. Hasil Perhitungan Traveling Distance dan Safety Index

Skenario TD (m) SI 0 23,491.23 1,865.68 1 23,041.50 1,863.85 2 21,432.75 1,871.96 3 30,298.94 1,932.16 4 28,350.78 1,940.16 5 32,412.58 1,962.35 6 26,717.81 1,836.17

Sumber: hasil perhitungan

0 1 2

3 4 5

6 1750

1800

1850

1900

1950

2000

20000 22500 25000 27500 30000 32500 35000

SI

TD (m)

Diagram Pareto-Optima

Page 6: optimasi site layout dengan metode multi-objectives pada proyek

JURNAL  TEKNIK  POMITS  Vol.  1,  No.  1,  (2014)  1-­‐6    

6  

Gambar 4. Diagram Pareto Optima

Dari diagram pareto optima pada gambar 4 menunjukkan bahwa pada skenario 6 memiliki nilai Safety Index (SI) yang terendah atau paling minimum yaitu sebesar 1,836.17. Semakin rendah atau kecil nilai SI maka semakin rendah risiko bahaya pada site layout. Sedangkan untuk nili Traveling Distance (TD) terendah atau paling minimum dimiliki oleh skenario 2 sebesar 21,432.75 m. Semakin rendah atau kecil nilai TD, maka semakin pendek jarak yang ditempuh pekerja antar fasilitas pada site layout.

Skenario 2 dan skenario 6 tidak dapat dibandingkan karena memiliki keunggulan masing-masing pada nilai TD maupun nilai SI. Skenario 2 memiliki keunggulan nilai TD yang lebih minimum bila dibandingkan skenario 6. Sebaliknya skenario 6 memiliki nilai SI yang lebih minimum dibanding skenario 2.

Untuk penentuan site yang paling optimal tergantung pada kebutuhan utama atau prioritas pemilihan. Jika mementingkan jarak tempuh yang rendah maka site layout yang dipilih adalah kondisi skenario 2. Namun apabila lebih mementingkan nilai safety maka site layout yang dipilih adalah kondisi skenario 6.

IV. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil analisa yang telah dilakukan terhadap perhitungan optimasi site layout proyek Gedung Pusat Riset ITS, terdapat 2 kondisi optimal, yaitu site layout dengan jarak tempuh terendah terdapat pada skenario 2 dengan nilai TD sebesar 21,432.75 m atau mengalami penurunan sebesar 8.76% dari kondisi awal. Sedangkan site layout dengan risiko bahaya terendah terdapat pada skenario 6 dengan nilai SI sebesar 1,836.17 atau mengalami penurunan sebesar 1.58% dari kondisi awal.

Untuk penentuan site yang paling optimal tergantung pada kebutuhan utama atau prioritas pemilihan. Apabila mementingkan jarak tempuh yang rendah maka site layout yang dipilih adalah kondisi skenario 2.   Apabila lebih mementingkan nilai safety dengan risiko bahaya rendah maka site layout yang dipilih adalah kondisi skenario 6.  

DAFTAR PUSTAKA [1]. Hegazy, T. dan Elbeltagi, E., 1999, “Evosite:

Evolution-Based Model for Site Layout Planning.” Journal of Computing in Civil Engineering, 13(3), 198–206.

[2]. Tommelein, I. D., Levitt, R. E., and Hayes-Roth, B., 1992, “SigthPlan Model for Site Layout.” Journal of Construction Engineering and Management, 118(4), 749-766.

[3]. Li, H. dan Love, P. E. D., 2000, “Genetic Search for Solving Construction Site-Level Unequal-Area Facility Layout Problems.” Automation in Construction, 9, 217–226.

[4]. Yeh, I.-C., 1995, “Construction-Site Layout using Annealed Neural Network”, ASCE Journal of Computing in Civil Engineering 9, 201 – 208.

[5]. El-Rayes, K., Said, H., 2009, "Dynamic Site Layout Planning using Approximate Dynamic Programming." Journal of Computing in Civil Engineering, ASCE, 23(2), 119 – 127.

[6]. Mawdesley, M. J., Al-jibouri, S. H., and Yang, H., 2002, "Genetic Algorithms for Construction Site Layout in Project Planning." Journal of Construction Engineering and Management, 128(5), 418-426.

[7]. Sanad, H. M., Ammar, M. A., and Ibrahim, M. E., 2008, "Optimal Construction Site Layout Considering Safety and Environmental Aspects." Journal of Construction Engineering and Management, 134(7), 536-544.

[8]. Goldberg, D. E., 1989, Genetic Algorithms in Search, Optimization and Machine Learning, Reading, Massachusetts: Addison-Wesley.

[9]. Ehrgott, M., 2005, Multicriteria Optimization, Berlin, Germany: Springer, Inc.

[10]. Deb, K., 2001, Multi-Objective Optimization using Evolutionary Algorithms, New York: John Wiley & Sons, LTD.

[11]. Li, H. and Love, P. E. D., 1998, “Site-Level Facilities Layout using Genetic Algorithms.” Journal of Computing in Civil Engineering, 12(4), 227–231.

[12]. Alagarsamy, K., 2012, “CONSITEPLAN – A Multi-Objective Construction Site Utilization Planning Tool.” Master Thesis of Auburn University, Alabama.