opini audit going concern: kajian berdasarkan model

33
79 OPINI AUDIT GOING CONCERN: KAJIAN BERDASARKAN MODEL PREDIKSI KEBANGKRUTAN, PERTUMBUHAN PERUSAHAAN, LEVERAGE DAN REPUTASI KANTOR AKUNTAN PUBLIK Farid Muhamadiyah (Universitas Muhamadiyah) Email : [email protected] Abstract Going-concern audit opinion is the auditor’s opinion regarding the ability of the entity to maintain the viability of their business is one of the important things to consider users of financial statements to make decisions especially berinvestas decisions. This study aimed to examine the effect of bankruptcy prediction models (Altman revised model), growth companies (earnings), leverage and reputation of the public accounting firm of the admission trends going concern audit opinion. The sample used in this study consisted of 32 financial statements of listed manufacturing companies in Indonesia Stock Exchange (IDX) during the period 2007-2010. The sample was selected by using the purposive sampling method. In this research, data analysis using SPSS by binary logistic regression analysis to test the hypothesis. From the analysis in this study suggests that the use of bankruptcy prediction model (Altman revised model) positive effect on revenue trends going concern audit opinion, while the company’s growth, leverage and reputable CPA firm negatively affect revenue trends going concern audit opinion. Keywords : Bankruptcy Prediction Model (Altman revised model), Corporate Growth (income), Leverage, Reputation Public Accountant and Going Concern Audit Opinion.

Upload: others

Post on 18-Oct-2021

14 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: OPINI AUDIT GOING CONCERN: KAJIAN BERDASARKAN MODEL

79

Opini Audit  Going Concern: Kajian  Berdasarkan  Model  Prediksi  Kebangkrutan,  Pertumbuhan

Perusahaan,  Leverage  Dan  Reputasi  Kantor Akuntan  Publik

OPINI AUDIT GOING CONCERN: KAJIANBERDASARKAN MODEL PREDIKSI

KEBANGKRUTAN, PERTUMBUHAN PERUSAHAAN,LEVERAGE DAN REPUTASI KANTOR

AKUNTAN PUBLIK

 Farid Muhamadiyah(Universitas Muhamadiyah)

Email : [email protected]

Abstract

Going-concern audit opinion is the auditor’s opinion regarding the ability of

the entity to maintain the viability of their business is one of the important things to

consider users of financial statements to make decisions especially berinvestas

decisions. This study aimed to examine the effect of bankruptcy prediction models

(Altman revised model), growth companies (earnings), leverage and reputation of

the public accounting firm of the admission trends going concern audit opinion.

The sample used in this study consisted of 32 financial statements of listed

manufacturing companies in Indonesia Stock Exchange (IDX) during the period

2007-2010. The sample was selected by using the purposive sampling method. In

this research, data analysis using SPSS by binary logistic regression analysis to

test the hypothesis.

From the analysis in this study suggests that the use of bankruptcy prediction

model (Altman revised model) positive effect on revenue trends going concern audit

opinion, while the company’s growth, leverage and reputable CPA firm negatively

affect revenue trends going concern audit opinion.

Keywords : Bankruptcy Prediction Model (Altman revised model), Corporate

Growth (income), Leverage, Reputation Public Accountant and Going

Concern Audit Opinion.

Page 2: OPINI AUDIT GOING CONCERN: KAJIAN BERDASARKAN MODEL

80

Media  Riset Akuntansi, Auditing &  Informasi, Vol.13  No.1, April  2013

PENDAHULUAN

Laporan  opini  audit  merupakan  suatu  hal  yang  penting  sekali  karena  laporan

menginformasikan mengenai apa yang  telah dilakukan auditor dalam sebuah audit dan

kesimpulan yang diperolehnya. Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) mengharuskan

dibuatnya  laporan  setiap  kali  Kantor Akuntan Publik  (KAP) dikaitkan  dengan  laporan

keuangan.

Opini audit merupakan bagian penting dari laporan audit yang disampaikan oleh auditor

ketika mengaudit laporan keuangan suatu perusahaan yang memfokuskan pada kesesuaian

antara laporan keuangan suatu perusahaan dengan standar akuntansi yang berterima umum.

Opini auditor juga merupakan sumber informasi bagi pihak luar perusahaan sebagai pedoman

untuk  mengambil  keputusan. Auditor  harus  dapat  menjamin  bahwa  laporan  yang

dihasilkannya adalah benar adanya.

Sebagaimana yang dikutip dari Petronella (2004:1) Going concern adalah kelangsungan

hidup suatu badan usaha dan merupakan suatu asumsi dalam pelaporan keuangan suatu

entitas  sehingga  jika  suatu  entitas mengalami kondisi yang sebaliknya,  entitas  tersebut

menjadi bermasalah. Opini audit going concern merupakan opini yang dikeluarkan auditor

untuk memastikan apakah perusahaan masih dapat mempertahankan kelangsungan kegiatan

operasinya dalam  jangka waktu ke depan. Auditor harus bertanggung  jawab atas opini

audit going concern yang  dikeluarkannya,  karena  akan  mempengaruhi  keputusan  para

pemakai laporannya.

Menurut  Carlson  yang  dikutip  dari  Ramadhany  (2004:)  melakukan  studi  yang

mengidentifikasi reaksi investor terhadap opini audit yang memuat informasi kelangsungan

hidup perusahaan  berdasarkan  pengungkapan  hasil  analisis  laporan  keuangan.  Ketika

investor akan melakukan investasi pada suatu perusahaan, maka perlu untuk mengetahui

kondisi keuangan  perusahaan  tersebut  terutama  yang  menyangkut kelangsungan  hidup

perusahaan. Opini audit atas laporan keuangan merupakan suatu pertimbangan yang sangat

penting bagi  investor dalam mengambil keputusan berinvestasi oleh karena  itu  auditor

sangat diandalkan dalam memberikan informasi yang baik bagi investor.

Menurut Basri yang dikutip dari Fanny dan Saputra (2005:1) menemukan sekitar 80%

dari sekitar 280 perusahaan yang sudah go public praktis bisa dikategorikan sudah bangkrut,

Page 3: OPINI AUDIT GOING CONCERN: KAJIAN BERDASARKAN MODEL

81

Opini Audit  Going Concern: Kajian  Berdasarkan  Model  Prediksi  Kebangkrutan,  Pertumbuhan

Perusahaan,  Leverage  Dan  Reputasi  Kantor Akuntan  Publik

sebab nilai asset perusahaan-perusahaan tersebur saat itu jauh di bawah angka nominal

utang atau pinjaman luar negerinya. Beberapa penelitian terdahulu mencoba untuk melihat

sejauh  mana  kebangkrutan  tersebut  dapat  diprediksikan  beberapa  waktu  sebelum

kebangkrutan tersebut benar-benar terjadi. Pada kasus lainnya pernah terjadi pada beberapa

perusahaan besar di Amerika, seperti Enron dan Worldcom, yang melibatkan banyak pihak

dan  berdampak  cukup  luas. Weiss  yang  dikutip  dari Rudyawan  dan  Badera  (2009:1)

menemukan bahwa dari 228 perusahaan publik mengalami kebangkrutan, Enron dan 95

perusahaan lainnya menerima opini wajar tanpa pengecualian pada tahun sebelum terjadinya

kebangkrutan.

Selain itu, krisis global tahun 2008 berdampak bagi banyak perusahaan besar yang ada

di dunia dan di Amerika Serikat khususnya terjadi kepanikan sampai adanya perusahaan

besar sekaliber General Motor Corporation (GMC) yang mengumumkan kebangkrutan

usaha. Sebenarnya kebangkrutan GMC telah dapat diprediksi dalam waktu 2 tahun sebelum

kebangkrutan benar-benar terjadi. Fakta ini memunculkan pertanyaan mengapa perusahaan

yang dinyatakan wajar tanpa pengecualian bisa berhenti operasi.

Pemberian status going concern bukanlah suatu tugas yang mudah (koh & tan; 1999)

karena berkaitan erat dengan reputasi auditor, Auditor mempunyai tanggung jawab untuk

menilai  apakah  terdapat  kesangsian  besar  terhadap  kemampuan  satuan  usaha  dalam

mempertahankan kelangsungan hidupnya di dalam periode waktu pantas. Pada saat auditor

menetapkan bahwa ada keraguan yang pasti terhadap kemampuan klien untuk melanjutkan

usahanya sebagai going concern, auditor diijinkan untuk memilih apakah akan mengeluarkan

unqualified modified report atau disclaimer opinion. Bagaimanapun juga, hampir  tidak

ada  panduan  yang  jelas  atau  penelitian  yang  sudah  ada  yang  dapat  dijadikan  acuan

pemilihan tipe going concern report yang harus dipilih (lassale & anandarajan; 1996).

Reputasi sebuah Kantor Akuntan Publik di pertaruhkan ketika opini yang diberikan

tidak  sesuai  dengan  kondisi  perusahaan  yang  sesungguhnya. Auditor  harus  memiliki

keberanian  untuk mengungkapkan  permasalahan mengenai  kelangsungan hidup  (going

concern) perusahaan klien. Permasalahan going concern seharusnya diberikan oleh auditor

dan dimasukan dalam opini auditnya pada saat opini audit  itu diterbitkan. Sebagaiman

yang dikutip dari Rudyawan dan Badera (2008:2) Auditor bertanggung jawab mengevaluasi

apakah  terdapat kesangsian besar  terhadap kemampuan entitas dalam mempertahankan

kelangsungan hidupnya dalam periode waktu pantas.

Page 4: OPINI AUDIT GOING CONCERN: KAJIAN BERDASARKAN MODEL

82

Media  Riset Akuntansi, Auditing &  Informasi, Vol.13  No.1, April  2013

The cohen commission  menyatakan  bahwa  penggunaan  suatu  model  prediksi

kebangkrutan akan lebih akurat dibandingkan opini auditor untuk menunjukan sinyal-sinyal

kebangkrutan di masa yang akan datang. Altman dan McGough dikutip dari Fanny dan

Saputra (2005:6), mencoba untuk menganalisa  tingkat keakuratan prediksi kebangkrutan

dengan menggunakan  opini  auditor  dan model  prediksi kebangkrutan.  Tingkat  akurasi

dengan menggunakan model prediksi kebangkrutan jauh lebih tinggi dibandingkan dengan

opini audit yaitu sebesar 82%. Altman dan McGough (1974) menyarankan penggunaan

model prediksi kebangkrutan sebagai alat bantu auditor untuk memutuskan kemampuan

perusahaan mempertahankan kelangsungan hidupnya dengan memberikan sinyal kepada

auditor  terhadap suatu masalah tertentu yang akan sulit dideteksi dengan menggunakan

prosedur audit tradisional.

Pertumbuhan  perusahaan  mengindikasikan  kemampuan  perusahaan  dalam

mempertahankan  kelangsungan  usahanya.  Pertumbuhan  perusahaan dapat  diproksikan

dengan pertumbuhan laba. Penjualan yang meningkat menunjukan aktivitas operasional

perusahaan  berjalan  dengan  semestinya.  Dengan  demikian,  penjualan  yang  meningkat

akan  memberikan  peluang  kepada  perusahaan  dalam  meningkatkan  laba  dan

mempertahankan kelangsungan hidupnya (going concern).

Pada kenyataannya, masalah going concern merupakan hal yang kompleks dan terus

ada. Banyak asumsi yang digunakan dalam penentuan status going concern yang akan

diberikan kepada  suatu  perusahaan.  Namun hal  tersebut  akan menimbulkan kerancuan

tentang pemberian status going concern yang diberikan oleh auditor, apakah status going

concern itu sudah tepat diberikan sehingga dapat diterima, ataukah justru pemberian status

going concern tersebut tidak tepat. diperlukan faktor-faktor sebagai tolak ukur yang pasti

untuk menentukan status going concern pada suatu perusahaan. Dan kekonsistenan faktor-

faktor tersebut harus diuji agar dalam keadaan ekonomi yang fluktuatif, status going concern

tetap dapat diprediksi.

Berdasarkan uraian tersebut diatas, penulis termotivasi untuk melakukan pengujian

kembali tentang pengaruh model prediksi kebangkrutan, pertumbuhan perusahaan, leverage

dan reputasi Kantor Akuntan Publik pada penerimaan opini audit going concern. Hal ini

dikarenakan penulis memandang bahwa perlunya  mengetahui  seberapa  besar pengaruh

model  prediksi  kebangkrutan,  pertumbuhan  perusahaan,  leverage dan  reputasi  Kantor

Akuntan Publik terhadap penerimaan opini audit going concern.

Page 5: OPINI AUDIT GOING CONCERN: KAJIAN BERDASARKAN MODEL

83

Opini Audit  Going Concern: Kajian  Berdasarkan  Model  Prediksi  Kebangkrutan,  Pertumbuhan

Perusahaan,  Leverage  Dan  Reputasi  Kantor Akuntan  Publik

TINJAUAN TEORITIS

Going Concern

Sebagaimana yang dikutip  Petronela  (2004:1) Going concern  adalah kelansungan

hidup suatu badan usaha dan merupakan asumsi dalam pelaporan keuangan suatu entitas

sehingga jika suatu entitas mengalami kondisi yang sebaliknya, entitas tersebut menjadi

bermasalah. Going concern  disebut  juga  sebagai  kontinuitas  yang merupakan  asumsi

akuntansi yang memperkirakan suatu bisnis akan berlanjut dalam jangka waktu yang tidak

terbatas (Syahrul;  2000).

Menurut Lenard, dkk dikutip dari setyarno et, al (2007)  ketika auditor memeriksa

kondisi  keuangan  suatu  perusahaan  dalam  audit  tahunan,  auditor  harus  menyediakan

laporan audit untuk digabungkan dengan laporan keuangan perusahaan. Salah satu dari

hal-hal penting yang  harus diputuskan adalah apakah perusahaan dapat mempertahankan

hidupnya (Going Concern). Keefektifan dari laporan audit dalam membantu para pengguna

laporan  keuangan  telah  menjadi  subjek  perdebatan  selama  ini.  Salah  satu  hal  yang

diperdebatkan adalah model dari paragraf penjelasan dalam laporan audit pada saat klien

telah memenuhi pengungkapan dari laporan keuangan yang diminta (Bamber dan Stratton;

1997).

Audit report dengan modifikasi mengenai Going Concern, mengindikasikan bahwa

dalam penilaian auditor terdapat resiko perusahaan tidak dapat bertahan dalam bisnis. Di

lain pihak,  perusahaan yang  “sehat”  memperoleh  opini  “standard”  atau  “unqualified”.

Dari sudut pandang auditor, keputusan tersebut melibatkan beberapa tahap analisis. Auditor

harus  mempertmbangkan  hasil  dari  operasi,  kondisi  ekonomi  yang  mempengaruhi

perusahaan, kemampuan pembayaran hutang, dan kebutuhan likuiditas di masa yang akan

datang (Lenard, dkk, 1998).

Going concern dipakai sebagai asumsi dalam pelaporan keuangan sepanjang tidak

terbukti adanya informasi yang menunjukan hal berlawanan. Biasanya informasi yang secara

signifikan dianggap berlawanan dengan asumsi kelangsungan hidup satuan usaha adalah

berhubungan  dengan  ketidakmampuan  satuan  usaha  dalam  memenuhi kewajiban  pada

saat jatuh tempo tanpa melakukan penjualan sebagian besar aktiva kepada pihak luar melalui

bisnis biasa, restrukturisasi utang, perbaikan operasi yang dipaksakan dari luar dan kegiatan

serupa yang lain (PSA No 30).

Page 6: OPINI AUDIT GOING CONCERN: KAJIAN BERDASARKAN MODEL

84

Media  Riset Akuntansi, Auditing &  Informasi, Vol.13  No.1, April  2013

Opini Audit Going Concern

Opini audit going concern merupakan opini yang dikeluarkan oleh Kantor Akuntan

Publik (auditor) untuk memastikan apakah perusahaan dapat mempertahankan kelangsungan

hidupnya (SPAP, 2001). Dalam hal auditor mengevaluasi apakah ada kesangsian tentang

kemampuan entitas dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya, maka menurut SA

Seksi 341 (SPAP, 2001), menyebutkan bahwa auditor bertanggung jawab mengenai evalusai

apakah  terdapat kesangsian besar terhadap kemampuan entitas dalam mempertahankan

kelangsungan  hidupnya  dalam  periode  waktu  pantas,  tidak  lebih dari  satu  tahun  sejak

tanggal laporan keuangan yang sedang diaudit (selanjutnya periode tersebut akan disebut

dengan jangka waktu yang pantas).

PSA No. 29 paragraf 11 huruf d, menyatakan bahwa, keraguan yang besar tentang

kemampuan satuan usaha dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya (going concern)

merupakan keadaan yang mengharuskan auditor menambahkan paragraf penjelasan (atau

bahasa penjelasan lain) dalam laporan audit, meskipun tidak mempengaruhi pendapat wajar

tanpa pengecualian, yang dinyatakan oleh auditor.

PSA No 30 memberikan pedoman kepada auditor tentang dampak kemampuan satuan

usaha dalam  mempertahankan  kelangsungan  hidupnya  terhadap  opini  auditor  sebagai

berikut:

a. Jika manajemen tidak memiliki rencana yang mengurangi dampak kondisi dan Jika auditor

yakin  bahwa  terdapat  kesangsian  mengenai  kemampuan  satuan  usaha  dalam

mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka waktu pantas, ia harus:

1) Memperoleh  informasi  mengenai  rencana  manajemen  yang  ditujukan  untuk

mengurangi dampak kondisi dan peristiwa tersebut.

2) Menetapkan kemungkinan bahwa rencana tersebut secara efektif dilaksanakan.

b. peristiwa  terhadap kemampuan  satuan usaha  dalam mempertahankan  kelangsungan

hidupnya auditor mempertimbangkan untuk memberikan pernyataan tidak memberikan

pendapat (Disclaimer).

c. Jika manajemen memiliki rencana tersebut, langkah selanjutnya yang harus dilakukan

oleh  auditor  adalah  menyimpulkan  (berdasarkan  pertimbangannya)  atas  efektivitas

rencana  tersebut.

Page 7: OPINI AUDIT GOING CONCERN: KAJIAN BERDASARKAN MODEL

85

Opini Audit  Going Concern: Kajian  Berdasarkan  Model  Prediksi  Kebangkrutan,  Pertumbuhan

Perusahaan,  Leverage  Dan  Reputasi  Kantor Akuntan  Publik

1) Jika auditor bekesimpulan rencana tidak efektif, maka auditor menyatakan tidak

memberikan pendapat (Disclaimer).

2) Jika  auditor  berkesimpulan  rencana  tersebut  efektif  dan  klien  mengungkapkan

keadaan tersebut dalam catatan atas laporan keuangan, maka auditor menyatakan

pendapat wajar tanpa pengecualian (Unqualified Opinion).

3) Jika  auditor  berkesimpulan  rencana  tersebut  efektif  akan  tetapi  klien  tidak

mengungkapkan keadaan tersebut dalam catatan atas laporan keuangan maka auditor

menyatakan pendapat tidak wajar (Adverse Opinion).

Menurut Arens dikutip dari Santosa dan Wedari (2007:144), terdapat beberapa faktor

yang menimbulkan ketidakpastian mengenai kelangsungan hidup perusahaan, yaitu:

a. Kerugian usaha yang besar secara berulang atau kekurangan modal kerja.

b. Ketidakmampuan perusahaan untuk membayar kewajibannya pada saat jatuh tempo

dalam jangka pendek.

c. Kehilangan pelanggan utama, terjadinya bencana yang tidak diasuransikan seperti

gempa bumi atau banjir atau masalah perburuhan yang tidak biasa.

d. Perkara pengadilan, gugatan hukum atau masalah serupa yang sudah terjadi yang

dapat membahayakan kemampuan perusahaan untuk beroperasi.

Seperti yang kita ketahui bahwa  terdapat  lima (5)  tipe opini yang dapat diberikan

auditor atas kewajaran suatu laporan keuangan perusahaan  yang dinyatakan dalam Standar

Profesional Akuntan Publik (SPAP). Tipe opini audit tersebut yaitu:

a. Pendapat wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion)

Pendapat  wajar  tanpa  pengecualian  merupakan pendapat  yang menyatakan  bahwa

laporan keuangan  menyajikan  secara  wajar,  dalam  semua hal  yang material,  posisi

keuangan, hasil usaha, dan arus kas entitas tertentu sesuai dengan prinsip akuntansi

yang berlaku umum di  Indonesia. Pendapat  ini dinyatakan  laporan keuangan dalam

bentuk baku.

b. Bahasan penjelasan  ditambahkan dalam  laporan  auditor  bentuk  baku  (unqualified

opinion with explanatory language)

Page 8: OPINI AUDIT GOING CONCERN: KAJIAN BERDASARKAN MODEL

86

Media  Riset Akuntansi, Auditing &  Informasi, Vol.13  No.1, April  2013

Pertimbangan  auditor  memberikan bahasan  penjelasan,  antara  lain  adalah  adanya

kesangsian  auditor  terhadap  kelangsungan  usaha  perusahaan,  adanya  perubahan

material dalam penggunaan prinsip akuntansi atau dalam metode penerapannya, dan

kondisi ekonomi yang tidak pasti.

c. Pendapat wajar dengan pengecualian (qualified opinion)

Prndapat wajar dengan pengecualian menyatakan bahwa laporan keuangan menyajikan

secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas

entitas  tertentu  sesuai  dengan  prinsip  akuntansi  yang  berlaku  umum di  Indonesia,

kecuali untuk dampak hal-hal yang berhubungan dengan yang dikecualikan.

d. Pendapat tidak wajar (adverse opinion)

Pendapat tidak wajar menyatakan bahwa laporan keuangan tidak menyajikan secara

wajar posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas entitas tertentu sesuai dengan prinsip

akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.

e. Pernyataan tidak memberikan pendapat (disclaimer opinion)

Pernyataan tidak memberikan pendapat menyatakan bahwa auditor tidak menyatakan

pendapat atas laporan keuangan.

Model Prediksi Kebangkrutan

Menurut Frasser yang dikutip dari Fanny dan Saputra (2005:3) Penelitian mengenai

kebangkrutan perusahaan diawali dari analisa rasio keuangan, karena laporan keuangan

lazimnya berisi informasi-informasi penting mengenai kondisi dan prospek perusahaan di

masa yang akan datang.

The cohen commission  menyatakan  bahwa  penggunaan  suatu  model  prediksi

kebangkrutan akan lebih akurat dibandingkan opini auditor untuk menunjukan sinyal-sinyal

kebangkrutandi masa yang akan datang. Altman dan McGough dikutip dari Fanny dan

Saputra (2005:1), mencoba untuk menganalisa tingkat keakuratan prediksi kebangkrutan

dengan menggunakan  opini  auditor  dan model  prediksi kebangkrutan.  Tingkat  akurasi

dengan menggunakan model prediksi kebangkrutan jauh lebih tinggi dibandingkan dengan

opini audit yaitu sebesar 82%. Altman dan McGough (1974) menyarankan penggunaan

model prediksi kebangkrutan sebagai alat bantu auditor untuk memutuskan kemampuan

perusahaan mempertahankan kelangsungan hidupnya dengan memberikan sinyal kepada

Page 9: OPINI AUDIT GOING CONCERN: KAJIAN BERDASARKAN MODEL

87

Opini Audit  Going Concern: Kajian  Berdasarkan  Model  Prediksi  Kebangkrutan,  Pertumbuhan

Perusahaan,  Leverage  Dan  Reputasi  Kantor Akuntan  Publik

auditor  terhadap suatu masalah tertentu yang akan sulit dideteksi dengan menggunakan

prosedur audit tradisional.

Casterella, Lewis dan Walker sebagaimana dikutip dari Fanny dan Saputra (2005:3),

menggambarkan suatu kerangka waktu urutan perusahaan yang mengalami kebangkrutan

sebagai berikut.

Gambar 1 Kerangka waktu perusahaan yang mengalami kebangkrutan 

               Casterella, Lewis dan Walker dalam Fanny dan Saputra (2005:3) 

A B C D

Keterangan :

A = Akhir tahun

B = Tanggal laporan audit

C = Masuk ke dalam kebankrutan atau tidak

D = Penyelesaian kebangkrutan

Casterella, Lewis dan Walker (2000) yang dikutip dari Fanny dan Saputra (2005:3)

menjelaskan bahwa setelah laporan audit dikeluarkan, dapat diketahui apakah tergolong ke

dalam perusahaan yang mengalami kebangkrutan. Hal ini diikuti dengan adanya periode

reorganisasi (antara poin C dan poin D). Periode ini dapat meluas sampai dengan periode

tahun fiskal berikutnya. Periode reorganisasi diakhiri dengan keputusan apakah perusahaan

akan dilikuidasi atau pulih.

Pertumbuhan Perusahaan

Pertumbuhan  perusahaan  mengindikasikan  kemampuan  perusahaan  dalam

mempertahankann kelangsungan usahanya, pertumbuhan perusahaan dalam penelitian ini

diproksikan dengan rasio pertumbuhan laba. Perusahaan dengan pertumbuhan yang baik

akan  mampu  meningkatkan  volume  penjualannya  dibandingkan  dengan  tahun-tahun

sebelumnya.  Rasio  ini  mengujur  seberapa  baik  perusahaan  mempertahankan  posisi

ekonominya., baik dalam industrinya maupun dalam kegiatan ekonomi secara keselutuhan

(Weston dan Copeland, 1992 dikutip dari Setyarno et.al, 2007).

Page 10: OPINI AUDIT GOING CONCERN: KAJIAN BERDASARKAN MODEL

88

Media  Riset Akuntansi, Auditing &  Informasi, Vol.13  No.1, April  2013

Pertumbuhan  perusahaan  pada  umumnya  digambarkan  dengan  pertumbuhan  laba

yang tinggi. Laba yang tinggi pada umumnya menandakan arus kas yang tinggi (Weston

dan bringham yang dikutip dari Santoso dan Wedari, 2007:146). Perusahaan yang mempunyai

pertumbuhan laba yang tinggi cenderung memiliki laporan sewajarnya, sehingga potensi

untuk mendapatkan opini yang baik (opini non-going concern) akan lebih besar.

Pertumbuhan perusahaan juga dapat ditunjukan dengan pertumbuhan aset perusahaan

yang  mengindikasikan  kemampuan perusahaan  dalam  mempertahankan  kelangsungan

usahanya.

Leverage

Rasio leverage merupakan rasio yang mengukur seberapa jauh kemampuan perusahaan

dalam memenuhi kewajiban keuangannya. Leverage mengacu pada jumlah pendanaan yang

berasal dari utang perusahaan kepada kreditor. Rasio leverage diukur dengan menggunakan

rasio debt to total assets. Rasio  leverage yang  tinggi dapat berdampak buruk  terhadap

kondisi keuangan perusahaan. Semakin tinggi rasio leverage, semakin menunjukan kinerja

perusahaan yang buruk dan dapat menimbulkan kepastian mengenai kelangsungan hidup

(going concern) peruasahaan. Hal ini menyebabkan perusahaan berpeluang mendapatkan

opini audit going concern (Rudyawan dan Badera; 2009:8).

Reputasi Kantor Akuntan Publik

Menurut Miller dan Smith dikutip dari Elisa tjondro (2007) berdasarkan reputasinya

Kantor Akuntan Publik dikategorikan menjadi 2 yaitu:

a. Kantor Akuntan Publik bertaraf internasional dengan reputasi baik, Kantor Akuntan

Publik yang termasuk kategori ini adalah KAP yang memilki kriteria :

1) Brand Name The Big Four (Balver et al; 1988), yang dikutip dari Carter et al; 1998.

2) Audit Firm Grouping Based On size (Beatty; 1989), yang dikutip dari Carter et al;

1998.

b. Kantor Akuntan Publik dengan reputasi tidak diketahui

DeAngelo dikutip dari Anita (2010:13) menyatakan bahwa perusahaan audit skala

besar  memiliki  insentif  yang  lebih  untuk  menghindari  kritikan  kerusakan  reputasi

Page 11: OPINI AUDIT GOING CONCERN: KAJIAN BERDASARKAN MODEL

89

Opini Audit  Going Concern: Kajian  Berdasarkan  Model  Prediksi  Kebangkrutan,  Pertumbuhan

Perusahaan,  Leverage  Dan  Reputasi  Kantor Akuntan  Publik

dibandingkan dengan  perusahaan  audit  skala  kecil.  Perusahaan  audit  besar  juga  lebih

cenderung untuk mengungkapkan masalah-masalah yang ada karena lebih kuat menghadapi

resiko proses peradilan.

Menurut Craswell et. al. Yang dikutip Fanny dan Saputra (2005:6) menyatakan bahwa

auditor yang berasal dari Kantor Akuntan Publik besar dan memilki afiliasi dengan Kantor

Akuntan Publik Internasional yang memiliki kualitas yang lebih tinggi karena auditor tersebut

memiliki karakteristik yang dapat dikaitkan dengan kualitas seperti, pelatihan, pengakuan

internasional, serta adanya peer review.

Sharma dan Sidhu dikutip dari Fanny dan Saputra (2005:6) menggolongkan reputasi

Kantor Akuntan Publik ke dalam skala big six firms dan non big six firms untuk melihat

tingkat indepedensi serta kecendrungan sebuah Kantor Akuntan Publik terhadap besarnya

audit yang diterimanya. Mutchler yang dikutip dari Fanny dan Saputra (2005:6) menggunakan

proksi skala Kantor Akuntan Publik untuk melihat kecendrungan opini audit yang diberikan

kepada perusahaan yang bermasalah.

McKinley et. al. dalam Fanny dan Saputra (2005:6) menyatakan ketika sebuah Kantor

Akuntan Publik mengklaim dirinya sebagai KAP besar seperti big four firms, maka mereka

akan berusaha keras untuk menjaga nama besar tersebut, mereka akan menghindari tindakan-

tindakan yang akan mengganggu nama besar mereka.

Rerangka Pemikiran

Model Prediksi Kebangkrutan dan Opini Audit Going Concern

Lenard et. al dikutip dari Fanny dan Saputra (2005:5) mengatakan bahwa salah satu hal

penting yang harus diputuskan auditor adalah apakah perusahaan dapat mempertahankan

kelangsungan hidupnya (going concern). Laporan keuangan dengan “modifikasi” tentang

going concern mengindikasikan bahwa dalam penilaian auditor ada resiko bahwa perusahaan

tidak dapat bertahan dalam bisnis. Barnes dan Huan dikutip dari Fanny dan Saputra (2005:5)

berpendapat bahwa seharusnya permasalahan going concern diberikan oleh auditor yang

dimasukkan dalam opini auditnya pada saat opini tersebut dibuat.

Mutchler dikutip dari Praptitorini (2007:11) berusaha untuk meninjau opini audit yang

sedang bermasalah dengan mempelajari apa yang disebutnya sebagai masalah. Studi dengan

menggunakan rasio keuangan untuk memprediksikan kebangkrutan mulai dilakukan pada

Page 12: OPINI AUDIT GOING CONCERN: KAJIAN BERDASARKAN MODEL

90

Media  Riset Akuntansi, Auditing &  Informasi, Vol.13  No.1, April  2013

tahun 1930. Kebanyakan hasil penelitian meyakini bahwa perusahaan yang bangkrut memiliki

rasio yang berbeda dari perusahaan yang tidak bangkrut. Beberapa metode pengolahan

data juga dilakukan untuk menghasilkan suatu model prediksi kebangkrutan dengan tingkat

akurasi yang lebih baik. Altman dan McGough (1974) dikutip Fanny dan Saputra (2005:6)

mencapai tingkat keakuratan 82%, sedangkan dengan menggunakan opini audit  tingkat

keakuratannya hanya mencapai 46%.

Pertumbuhan Perusahaan dan Opini Audit Going Concern

Weston dan Bringham yang dikutip dari Arga dan Wedari (2007:146) menyatakan

bahwa laba yang tinggi menandakan arus kas yang tinggi pula. Perusahaan yang memiliki

laba  yang  tinggi  cenderung  memiliki  laporan  sewajarnya,  sehingga  potensi  untuk

mendapatkan opini yang baik (opini audit non going concern) akan lebih besar.

Altman dikutip dari Fanny dan Saputra (2005:6) mengemukakan bahwa perusahaan

dengan  negative growth mengindikasikan  kecendrungan  yang  lebih  besar  kearah

kebangkrutan sehingga perusahaan yang mengalami pertumbuhan laba tidak akan mengalami

kebangkrutan.  Karena  kebangkrutan  merupakan  salah  satu  dasar  bagi  auditor  untuk

memberikan opini audit going concern maka perusahaan yang mengalami pertumbuhan

yang negatif akan makin tinggi kecendrungan untuk menerima opini audit going cocern.

Setyarno et. al., (2007) menyatakan auditee yang mempunyai rasio pertumbuhan penjualan

yang positif mengindikasikan bahwa auditee dapat mempertahankan posisi ekonominya

dan lebih dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya (going concern).

Pertumbuhan  perusahaan  mengindikasikan  kemampuan  perusahaan  dalam

mempertahankan kelangsungan hidupnya dikutip dari Rudyawan dan Badera (2009:7). Dalam

penelitian  ini  pertumbuhan  perusahaan  diproksikan  dengan  rasio  pertumbuhan  laba.

Perusahaan  dengan  pertumbuhan  yang  baik  akan  mampu  meningkatkan  volume

penjualannya  dibandingkan  dengan  tahun-tahun  sebelumnya.  Hal  ini  menunjukan

kemampuan perusahaan dalam mempertahankan posisi ekonominya sehingga memberikan

peluang kepada perusahaan dalam meningkatkan laba dan mempertahankan kelangsungan

hidupnya (going concern). Dengan demikian, semakin tinggi rasio pertumbuhan laba maka

semakin kecil kemungkinan perusahaan menerima opini audit going concern.

Page 13: OPINI AUDIT GOING CONCERN: KAJIAN BERDASARKAN MODEL

91

Opini Audit  Going Concern: Kajian  Berdasarkan  Model  Prediksi  Kebangkrutan,  Pertumbuhan

Perusahaan,  Leverage  Dan  Reputasi  Kantor Akuntan  Publik

Leverage dan Opini Audit Going Concern

Leverage menggambarkan struktur modal perusahaan, berhubungan dengan best debt-

equity mix. Perusahaan menggunakan utang  jangka panjang dengan bunga  tetap untuk

membiayai investasinya. Weston dan Copeland dikutip dari Petronela (2004:48) menyatakan

bahwa  rasio  leverage  dapat  mengukur  tingkat  aktiva  perusahaan  yang  dibiayai  oleh

penggunaan utang. Perusahaan yang memilki leverage yang tinggi berarti sangat tergantung

pada pinjaman luar untuk membiayai aktivanya.

Tingginya debt to total assets mencerminkan tingginya resiko keuangan perusahaan.

Resiko keuangan yang  tinggi mengindikasikan bahwa perusahaan mengalami kesulitan

keuangan. Hal ini merupakan berita buruk yang dapat mempengaruhi kondisi perusahaan

di mata masyarakat. Altman (1968) dikutip dari petronela (2004:48) mengemukakan bahwa

perusahaan dengan nilai aset lebih kecil daripada kewajibannya akan menghadapi bahaya

kebangkrutan. Simpulan ini didukung oleh Chen dan Church (1992) dikutip dari Petronella

(2004:49)  yang  mengkaji  kemampuan  variabel  kegagalan  pembayaran  utang  untuk

menjelaskan opini audit. Semakin tinggi leverage, perusahaan harus semaksimal mungkin

meningkatkan labanya agar mampu membiayai dan membayar utang. Apabila tidak mampu

menghasilkan  laba, maka perusahaan tersebut akan memiliki peluang yang besar untuk

mengalami kebangkrutan.

Leverage yang  tinggi  menjadi  perhatian  auditor  karena  leverage  yang  tinggi

mengindikasikan bahwa perusahaan tidak dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya

(going concern). Hal ini menyebabkan perusahaan lebih berpeluang mendapatkan opini

audit going concern.

Reputasi Kantor Akuntan Publik (auditor) dan Opini Audit Going Concern

Reputasi Kantor Akuntan Publik menunjukkan prestasi dan kepercayaan publik yang

disandang Kantor Akuntan Publik atas nama besar yang dimiliki Kantor Akuntan Publik

tersebut. Dalam penelitian ini Kantor Akuntan Publik diproksikan dengan ukuran skala

Kantor Akuntan Publik. Craswell et. al. dikutip dari Fanny dan Saputra (2005:6) menyatakan

bahwa klien biasanya mempersepsikan bahwa auditor yang berasal dari Kantor Akuntan

Publik besar dan memiliki afiliasi dengan Kantor Akuntan Publik internasioanal yang memiliki

kualitas yang lebih tinggi karena auditor tersebut memillki karakteristik yang dapat dikaitkan

deengan kualitas seperti pelatihan, pengakuan internasional, serta adanya peer review.

Page 14: OPINI AUDIT GOING CONCERN: KAJIAN BERDASARKAN MODEL

92

Media  Riset Akuntansi, Auditing &  Informasi, Vol.13  No.1, April  2013

Kantor Akuntan Publik yang mempunyai reputasi dan nama besar dapat menyediakan

kualitas audit yang lebih baik, termasuk dalam mengungkapkan masalah going concern

demi  menjaga  reputasi  mereka.  McKinley  et. al.  dalam  Fanny  dan  Saputra  (2005:6)

menyatakan,  ketika  sebuah  Kantor Akuntan  Publik mengklaim  dirinya  sebagai  Kantor

Akuntan Publik besar seperti yang dilakukan big four firms, maka mereka akan berusaha

keras untuk menjaga nama besar  tersebut, mereka akan menghindari  tindakan-tindakan

yang dapat mengganggu nama besar.

Va riab el Inde penden  

                                                                                                                              

                                                                                                                            VAR IABEL DEPENDEN    

 

 

 

 

M odel Prediksi K ebangkru tan  

Pertumbuhan 

Perusahaan 

L everage

Reputasi Kantor 

Akuntan Publik 

O pini A udit Going

Concern

Gambar 2Rerangka Pemikiran

Page 15: OPINI AUDIT GOING CONCERN: KAJIAN BERDASARKAN MODEL

93

Opini Audit  Going Concern: Kajian  Berdasarkan  Model  Prediksi  Kebangkrutan,  Pertumbuhan

Perusahaan,  Leverage  Dan  Reputasi  Kantor Akuntan  Publik

METODOLOGI PENELITIAN

Populasi sasaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur

yang  tercatat di Bursa Efek Indonesia  (BEI). Pengambilan sampel dalam penelitian  ini

diperoleh  dengan  metode  purposive sampling. Metode  purposive sampling adalah

penentuan sampel berdasarkan kriteria yang telah dirumuskan terlebih dahulu oleh peneliti

(Siagian dan Sugiarto, dikutip dari Rudyawan dan Badera, 2008:11). Kriteria perusahaan

yang dijadikan sampel  dalam penelitian adalah sebagai berikut:

a. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI selama periode penelitian  2007-2010.

b. Delisting selama periode pengamatan (2007-2010).

c. Pernah  mengalami  laba  bersih  setelah  pajak yang  negatif  sekurang-kurangnya  dua

periode laporan keuangan selama periode penelitian (2007-2010).

d. Menggunakan mata uang Rupiah sebagai mata uang pelaporan.

e. Data  yang  dibutuhkan  tersedia dengan  lengkap  dan  menerbitkan  laporan  keuangan

yang telah di audit oleh auditor independen selama periode penelitian (2007-2010).

f.  Menggunakan periode laporan keuangan mulai 1 Januari sampai 31 Desember

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini bersifat kausalitas. Penelitian

kausal  kausalitas  adalah  bentuk  penelitian  yang menjelaskan  pengaruh  antara  variabel

dependen dan variabel independen yang berada dalam penelitian ini, dikutip dari Anita

(2010:21). Dimana variabel dependen dari penelitian ini adalah opini audit going concern

yang dipengaruh oleh variabel independen yaitu model prediksi kebangkrutan, pertumbuhan

perusahaan, leverage dan reputasi Kantor Akuntan Publik. Peneliti dapat mengindentifikasi

fakta atau peristiwa sebagai variabel yang dipengaruhi dan melakukan penyelidikan terhadap

variabel-variabel yang mempengaruhinya.

Adapun variabel yang akan diteliti dalam penelitian ini dikelompokkan menjadi dua

kelompok variabel, yaitu variabel independen (variabel bebas/variabel yang mempengaruhi)

dan variabel dependen (variabel tidak bebas/variabel yang dipengaruhi). Variabel independen

dalam penelitian ini adalah model prediksi kebangkrutan, pertumbuhan perusahaan, leverage

dan reputasi Kantor Akuntan Publik. Sedangkan variabel dependennya adalah opini audit

going concern.

Page 16: OPINI AUDIT GOING CONCERN: KAJIAN BERDASARKAN MODEL

94

Media  Riset Akuntansi, Auditing &  Informasi, Vol.13  No.1, April  2013

Revised Altman Model adalah  revisi  dari  Model  prediksi  kebangkrutan  yang

sebelumnya (The Altman Model 1968) yang tujuannya adalah agar model prediksinya tidak

hanya  digunakan  pada  perusahaan  manufaktur  saja  tetapi  juga  dapat  digunakan  untuk

perusahaan selain manufaktur.

Revised Altman Model dengan formulasi sebagai sebagai berikut:

  Z = 0.717 Z1 + 0.847 Z

2 + 3.107 Z

3 + 0.420 Z

4 + 0.998 Z

5

Sumber: Revised Altman Model dikutip dari Anita (2010:26)

Keterangan :

Z1  

= Working capital/total assets (perbandingan antara modal kerja (bersih)

        dengan total aktiva).

Z2 =  Retained earning/total assets (perbandingan antara saldo laba dengan

        total aktiva).

Z3  

= Earning before interest and taxes/total asset  (perbandingan antara  laba  sebelum

biaya bunga dan pajak dengan total aktiva).

Z4 =  Market capitalization/book value of debt (perbandingan antara nilai pasar ekuitas

dengan nilai buku utang).

Z5  

=  Sales / total assets (perbandingan antara penjualan dengan total aktiva).

Uraian setiap variabel tersebut adalah sebagai berikut:

1. Working capital/total assets (Z1) atau Modal kerja bersih/total aktiva.

Modal  kerja  bersih yang  dimaksud  adalah  selisih  antar  aktiva  lancar  dengan utang

lancer.  Rasio  ini  pada dasarnya  adalah  rasio  liquiditas  yang mengukur kemampuan

perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek. Hasil rasio ini dapat negatif

apabila aktiva lancar lebih kecil dari kewajiban lancar.

2. Retained earning/total assets (Z2) atau Laba ditahan/Total aktiva.

Rasio ini mengukur akumulasi laba selama perusahaan beroperasi. Umur perusahaan

berpengaruh  terhadap  rasio  tersebut  karena  semakin  lama  perusahaan  beroperasi

memungkinkan untuk memperlancar akumulasi laba ditahan. Hal tersebut menyebabkan

Page 17: OPINI AUDIT GOING CONCERN: KAJIAN BERDASARKAN MODEL

95

Opini Audit  Going Concern: Kajian  Berdasarkan  Model  Prediksi  Kebangkrutan,  Pertumbuhan

Perusahaan,  Leverage  Dan  Reputasi  Kantor Akuntan  Publik

perusahaan yang masih relative muda pada umumnya akan menunjukkan hasil rasio yg

rendah, kecuali yang labanya sangat besar pada awal berdirinya.

3. Earning before interest and taxes/total asset (Z3) atau Laba sebelum biaya bunga dan

pajak/Total aktiva.

Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dari aktiva yang

digunakan. Rasio ini merupakan kontributor  terbesar dari model tersebut. Beberapa

indikator yang dapat kita digunakan dalam mendeteksi adanya masalah pada kemampuan

profitabilitas  perusahaan  diantaranya  adalah  piutang  dagang  meningkat,  rugi  terus

menerus dalam beberapa kuartal.

4. Market capitalization/book value of debt  (Z4)  atau Nilai  Pasar Equitas/Nilai  Buku

Utang.

Rasio ini menunjukan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban-kewajiban

dari nilai pasar modal sendiri (saham biasa). Nilai pasar equitas sendiri diperoleh dengan

mengalikan jumlah lembar saham biasa yang beredar dengan harga pasar per lembar

saham biasa. Nilai buku utang diperoleh dengan menjumlahkan kewajiban lancar dengan

kewajiban jangka panjang.

5. Sales/total assets (Z5) atau Penjualan/Total aktiva.

Rasio ini menunjukkan apakah perusahaan menghasilkan volume bisnis yang cukup

dibandingkan  investasi  dalam  total  aktivanya.  Rasio  ini  mencerminkan  efisiensi

manajemen dalam menggunakan keseluruhan aktiva perusahaan untuk menghasilkan

penjualan dan menghasilkan laba,

Zona Diskriminasi:

Z’ < 1,23       

   Zona Bangkrut (distress zone)

1,23< Z’< 2,9 

   Zona Abu-abu (grey zone)

Z’ > 1,23       

     Zona Aman (safe zone)

Dari hasil analisis dengan revised altman model, akan diperoleh hasil berupa angka-

angka atau nilai Z’ score yang kemudian akan dapat menjelaskan kemungkinan kebangkrutan

itu akan terjadipada sebuah perusahaan. Sebagaimana yang dikutip dari Fachrozy (2007:35)

Page 18: OPINI AUDIT GOING CONCERN: KAJIAN BERDASARKAN MODEL

96

Media  Riset Akuntansi, Auditing &  Informasi, Vol.13  No.1, April  2013

Nilai Z’ score ini akan menjelaskan kondisi keuangan perusahaan yang dibagi dalam beberapa

tingkatan atau kategori yaitu :

1. Nilai Z’ score lebih kecil dari 1,23 (Z’ score < 1,23) termasuk dalam kategori zona bangkrut

(distress zone), yang berarti perusahaan mengalami kesulitan keuangan dengan resiko

tinggi,

2. Nilai Z’ score antara 1,23 sampai 2,9 (1,23< Z’<2,9) termasuk dalam kategori zona abu-

abu (grey zone), yang berarti pada kondisi ini perusahaan memiliki masalah keuangan

yang harus ditangani dengan tepat oleh manajemen. Jika penanganannya  terlambat

atau tidak tepat, perusahaan akan mengalami kebangkrutan. Jadi, pada kategori ini ada

kemungkinan  perusahaan  mengalami  bangkrut  atau  ada pula  yang  tidak.  Tinggal

bagaimana pihak  manajemen dapat  segera  mengambil  tindakan  atas  masalah yang

dialami perusahaan.

3. Nilai Z’ score lebih dari 2,9 (Z’ score >2,9) termasuk dalam kategori aman (safe zone),

yang  berarti  perusahaan  berada dalam  kondisi  yang  sehat  sehingga  kemungkinan

mengalami kebangkrutan sangat kecil.

b. Pertumbuhan Perusahaan (Firms Growth/FG)

Sebagaimana  yang  dikutip  dari  Rudyawan  dan  Badera  (2008:7)  Pertumbuhan

perusahaan mengindikasikan kemampuan perusahaan dalam mempertahankan kelangsungan

hidupnya.  Dalam  penelitian  ini  pertumbuhan  perusahaan  diproksikan  dengan  rasio

pertumbuhan laba. Perusahaan dengan pertumbuhan yang baik akan mampu meningkatkan

volume penjualannya dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya.

Pertumbuhan perusahaan dalam penelitian ini diproksikan dengan rasio pertumbuhan

laba. Rumus dari rasio pertumbuhan laba tersebut adalah:

Pertumbuhan Laba = Laba Bersih t – Laba Bersih t-1 

                                             Laba Bersih t-1 

 

Sumber: dikutip dari Anita (2010:25)

Keterangan:

Laba Bersih t=    Laba bersih pada tahun ini.

Laba Bersih t-1

=    Laba bersih pada tahun lalu.

Page 19: OPINI AUDIT GOING CONCERN: KAJIAN BERDASARKAN MODEL

97

Opini Audit  Going Concern: Kajian  Berdasarkan  Model  Prediksi  Kebangkrutan,  Pertumbuhan

Perusahaan,  Leverage  Dan  Reputasi  Kantor Akuntan  Publik

Leverage (L)

Leverage menggambarkan struktur modal perusahaan, berhubungan dengan best debt-

equity mix, Perusahaan menggunakan utang  jangka panjang dengan bunga  tetap untuk

membiayai investasinya. Weston dan Copeland dikutip dari Petronela (2004:48) menyatakan

bahwa  rasio  leverage  dapat  mengukur  tingkat  aktiva  perusahaan  yang  dibiayai  oleh

penggunaan utang. Perusahaan yang memilki leverage yang tinggi berarti sangat tergantung

pada pinjaman luar untuk membiayai aktivanya.

Leverage dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan debt to total assets. Rasio

ini mengukur  sejauh mana asset perusahaan dibelanjai dengan utang yang berasal dari

kreditor dan modal sendiri yang berasal dari pemegang saham, Rumus dari rasio debt to

total assets  tersebut adalah:

Debt to total assets = total utang / total asset 

     Sumber: Dikutip dari Rudyawan dan Badera (2008:10)

Tingginya debt to total assets mencerminkan tingginya resiko keuangan perusahaan,

Resiko keuangan yang  tinggi mengindikasikan bahwa perusahaan mengalami kesulitan

keuangan. Hal ini merupakan berita buruk yang dapat mempengaruhi kondisi perusahaan

di mata masyarakat. Altman (1968) dikutip dari petronela (2004:3) mengemukakan bahwa

perusahaan dengan nilai aset lebih kecil daripada kewajibannya akan menghadapi bahaya

kebangkrutan.

Teoh dan Wong (1993) dikutip dari Januarti (2007) mengemukakan bahwa Pengukuran

kualitas audit tetap saja masih merupakan sesuatu yang tidak jelas. Kantor Akuntan Publik

yang memiliki reputasi yang baik akan cenderung mempertahankan kualitas auditnya agar

reputasinya terjaga dan tidak kehilangan klien.

Kantor Akuntan Publik yang mempunyai reputasi dan nama besar dapat menyediakan

kualitas audit yang lebih baik, termasuk dalam mengungkapkan masalah going concern

demi menjaga reputasi mereka. McKinley et. al. (1985) dalam Fanny dan Saputra (2005)

menyatakan,  ketika  sebuah  Kantor Akuntan  Publik mengklaim  dirinya  sebagai  Kantor

Akuntan Publik besar seperti yang dilakukan big four firms, maka mereka akan berusaha

Page 20: OPINI AUDIT GOING CONCERN: KAJIAN BERDASARKAN MODEL

98

Media  Riset Akuntansi, Auditing &  Informasi, Vol.13  No.1, April  2013

keras untuk menjaga nama besar  tersebut, mereka akan menghindari  tindakan-tindakan

yang dapat mengganggu nama besar.

Berdasarkan  Kompartemen Akuntan  Publik  Ikatan Akuntan  Indonesia  menurut

Ramadhany yang dikutip dari Anita (2010:23), the big 4 KAP Indonesia pada tahun 2003

yaitu:

1. KAP Prasetio Utomo & Co. yang pada tahun 2003 merger dengan Hanadi, Sarwoko &

Sandjaja (berafiliasi dengan Ernst & Young),

2. KAP Hans Tuanakotta & Mustofa (berafiliasi dengan Deloitte Touche Tohmatsu),

3. KAP Sidharta, Sidharta & Harsono (berafiliasi dengan KPMG),

4. KAP Hadi Susanto & Rekan (berafiliasi dengan Pricewaterhouse).

Dalam penelitian ini Reputasi Kantor Akuntan Publik diproksikan dengan ukuran Kantor

Akuntan Publik yang menggunakan variabel dummy. Jika Kantor Akuntan Publik termasuk

dalam kategori The Big Fours akan diberi kode 1, sedangkan jika tidak termasuk The Big

Fours maka akan diberi kode 0.

Dalam penelitian  ini metode  pengumpulan data  menggunakan data-data  sekunder

yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. Data sekunder yang digunakan diperoleh dari

laporan keuangan auditan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia,

pada tahun pengamatan 2007-2010 yang dapat diakses langsung melalui www.idx.co.id,

maupun data laporan keuangan yang diperoleh dari Indonesian Capital Market Directory

(ICMD).

Pengujian  hipotesis  untuk  menguji  ada  atau  tidaknya  pengaruh  model  prediksi

kebangkrutan  (Z’),  pertumbuhan  perusahaan  (FG),  leverage (L)  dan  Reputasi  Kantor

Akuntan Publik (RKAP) terhadap opini audit going concern (OAGC). Pengujian hipotesis

dilakukan dengan  analisis  multivariat  dengan  menggunakan  regresi  logistik  (logistic-

regression), yang variabel bebasnya merupakan kombinasi antara metric dan non metric

(nominal) menurut Sumodiningrat yang dikutip dari Rudyawan dan Badera (2008:12), Model

regresi yang digunakan untuk menguji hipotesis sebagai berikut:

Page 21: OPINI AUDIT GOING CONCERN: KAJIAN BERDASARKAN MODEL

99

Opini Audit  Going Concern: Kajian  Berdasarkan  Model  Prediksi  Kebangkrutan,  Pertumbuhan

Perusahaan,  Leverage  Dan  Reputasi  Kantor Akuntan  Publik

Dimana:

           GC

LN  --------  =  Opini audit going concern

         1-GC

α  =  Konstanta

β1-4

 =  Koefisien regresi dari masing-masing variabel independen

Z’  =  Model prediksi kebangkrutan

FG  =  Pertumbuhan perusahaan

L  =  Leverage

RKAP  =  Reputasi Kantor Akuntan Publik

ε  =  error term

Untuk menguji hipotesis apakah hipotesis diterima atau ditolak, maka digunakan binary

logistic regression. Kriteria dalam penerimaan dan penolakan hipotesis dengan logistic

regression adalah sebagai berikut:

a) Apabila signifikansi (SIG) < 0.05, maka Ha diterima.

b) Apabila signifikansi (SIG) > 0.05, maka Ha gagal diterima.

GC LN                   =  α + β1Z’ + β2FG + β3L + β4RKAP +  

      1-GC 

     Sumber: dikutip dari Rudyawan dan Badera (2008:12)

Page 22: OPINI AUDIT GOING CONCERN: KAJIAN BERDASARKAN MODEL

100

Media  Riset Akuntansi, Auditing &  Informasi, Vol.13  No.1, April  2013

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Analisis Deskriptif

Jumlah  perusahaan  yang  diteliti  adalah  sebanyak  32  perusahaan  dengan  periode

pengamatan selama 4 tahun yaitu tahun 2007 sampai dengan 2010 sehingga jumlah data

yang dijadikan sampel adalah sebanyak 96. Tabel 7 dibawah ini menyajikan hasil pengujian

menggunakan  statistik deskriptif  untuk  sampel  perusahaan  tahun  2007  sampai  dengan

2010.

Tabel 1

Descriptive Statistics 

 N  Minimum  Maximum  Mean 

Std. Deviation 

OAGC  128  0  1  .43  .497 

Reputasi KAP  128  0  1  .40  .492 

Z SCORE  128  -8.6211E2  13.7015  -6.010941E0  76.2969899 

Firms Growth  128  -2.1271E2  2.3427E4  1.794736E2  2.0710824E3 

Leverage  128  .1123  72.7317  1.477079E0  6.4090051 

Valid N (listwise)  128        

     Sumber: Hasil data yang diolah. 

Dari  tabel 1 menunjukkan bahwa Variabel opini going concern memiliki nilai

minimum 0 dimana  tergolong perusahaan yang mendapatkan opini non going concern,

nilai maximum 1 dimana tergolong perusahaan yang mendapatkan opini going concern.

Nilai Mean 0.43, hal ini menunjukkan bahwa sebanyak 43% perusahaan mendapatkan opini

audit going concern dan 57% perusahaan tidak mendapatkan opini audit going concern,

dengan standard deviation atau penyimpangan sebesar 0.497 atau 49.7%.

Variabel Reputasi KAP  memiliki nilai minimum 0 dimana tergolong perusahaan yang

diaudit  oleh  KAP Non Big Four, nilai maximum  1  dimana  tergolong perusahaan  yang

diaudit oleh KAP Big Four. Nilai mean 0.40, hal ini menunjukkan dari 40% perusahaan yang

menjadi sampel audit diaudit oleh KAP non big fours dan 60% perusahaan yang menjadi

sampel diaudit oleh KAP Non Big Four dengan standard deviation atau penyimpangan

adalah sebesar 0.492 atau 49.2%.

Page 23: OPINI AUDIT GOING CONCERN: KAJIAN BERDASARKAN MODEL

101

Opini Audit  Going Concern: Kajian  Berdasarkan  Model  Prediksi  Kebangkrutan,  Pertumbuhan

Perusahaan,  Leverage  Dan  Reputasi  Kantor Akuntan  Publik

Variabel model prediksi kebangkrutan (Z’ score) memiliki nilai minimum sebesar -8.6211,

nilai maximum sebesar 13.7015, nilai mean sebesar -6.010941 dan nilai standard deviation

sebesar 76.2969899.

Variabel Firms growth atau pertumbuhan perusahaan memiliki nilai minimum sebesar

-2.1271, nilai maximum sebesar 2.3427, nilai mean sebesar  1.794736 dan nilai standard

deviation sebesar  2.0710824. Tanda  negatif  pada nilai  firms growth atau pertumbuhan

perusahaan (FG) menunjukkan adanya penurunan asset perusahaan, sedangkan nilai positif

menunjukkan adanya kenaikan asset perusahaan. Dengan demikian, berdasarkan nilai rata-

rata pertumbuhan perusahaan sebesar 1.794736 diperoleh indikasi kecendrungan terjadi

kenaikan asset perusahaan selama periode 2007-2010.

Variabel Leverage memiliki nilai minimum sebesar 0.1123, nilai maximum sebesar

72.7317, nilai mean sebesar 1.47707 dan nilai standard deviation sebesar 6.4090051.

Uji Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini diuji dengan mengguanakan regresi logistik. Tujuan

pengujian  hipotesis,  yaitu  untuk  mengetahui  apakah  penggunaan  model  prediksi

kebangkrutan  yang  diproksi  dengan  revised altman model,  pertumbuhan  perusahaan,

leverage dan reputasi kantor akuntan publik mempengaruhi ketepatan penerimaan opini

audit going concern. Uji hipotesis dalam penelitian ini antara lain yaitu :

Hasil daripada uji kelayakan model regresi ditunjukkan pada tabel 2 dibawah ini:

Tabel 2

Hosmer and Lemeshow Test 

Step  Ch i-square  df  Sig. 

1  6.043  8  .642 

Sumber: Hasil data  yang diolah . 

Dari  tabel di atas dapat dilihat bahwa nilai Hosmer and Lemeshow’s adalah 6.043

dengan probabilitas signifikasi 0.642 dimana nilai tersebut lebih besar dari 0.05 maka hipotesis

nol  diterima  yang  berarti  tidak  ada  perbedaan  signifikan  antara  model  dengan  nilai

observasinya  sehingga  goodness fit model  baik karena  model  dapat memprediksi nilai

observasinya.

Page 24: OPINI AUDIT GOING CONCERN: KAJIAN BERDASARKAN MODEL

102

Media  Riset Akuntansi, Auditing &  Informasi, Vol.13  No.1, April  2013

Hasil  uji  koefisien determinasi dapat  dilihat  dari  nilai Nagelkerke R Square  yang

ditunjukkan pada tabel 3 berikut ini:

Tabel 3 Hasil Uji Koefisien Determinasi

Step  -2 Log likelihood Cox & Snell R Sq uare 

Nagelkerke R  Square 

1  137.567  .253  .340 

    Sumber: Hasil data yang diolah  

Tabel 3 menunjukan bahwa nilai Nagelkerke R Square  sebesar 0.340 yang berarti

bahwa  variabilitas  variabel  dependen yang  dapat  dijelaskan  oleh variabilitas  variabel

dependennya adalah sebesar 34 % dan sisanya sebesar 66% dijelaskan oleh variabel lain

yang tidak dimasukkan ke dalam model regresi.

Hasil Uji Ketepatan Prediksi dapat dilihat pada table 4 di bawah ini:

Tabel

Classifica tion Tablea

        Observed 

Predic ted 

oagc 

Percentage Correct 

"non going concern" 

"going concern" 

Step  1 

oagc  "non going concern" 

64  9  87.7 

"going concern"  25  30  54.5 

O verall Percentage      73.4 

Sumber: Hasil data yang d io lah       

Page 25: OPINI AUDIT GOING CONCERN: KAJIAN BERDASARKAN MODEL

103

Opini Audit  Going Concern: Kajian  Berdasarkan  Model  Prediksi  Kebangkrutan,  Pertumbuhan

Perusahaan,  Leverage  Dan  Reputasi  Kantor Akuntan  Publik

Tabel 4 menunjukkan prediksi prusahaan manufaktur yang memiliki opini audit non

going concern dalam annual report (non going concern) adalah 73 sampel laporan audit

perusahaan manufaktur. Hasil observasi perusahaan manufaktur yang memiliki opini audit

non going concern adalah  64  sampel  laporan  audit  perusahaan  manufaktur,  sehingga

ketepatan prediksi model untuk penerimaan opini audit non going concern dalam annual

report )non going concern) adalah sebesar 87.7%.

Sedangkan prediksi perusahaan manufaktur yang memiliki opini audit going concern

dalam  annual report  (going concern)  adalah  55  sampel  laporan  audit  perusahaan

manufaktur. Hasil observasi perusahaan manufaktur yang memiliki opini audit going concern

adalah 30 sampel laporan audit perusahaan manufaktur, sehingga ketepatan prediksi model

untuk penerimaan opini audit going concern dalam annual report (going concern) adalah

sebesar 54.5%. dan ketepatan prediksi model secara keseluruhan adalah sebesar 73.4%.

Tabel 5 Hasil K lasifika si Ke salahan Tipe I dan II

Keter angan Jum lah P ersenta se

Estimas i yan g ben ar  94  73.4% Kesalaha n T ipe I  9  7 .1%  Kesalaha n T ipe II  25  19.5% Ju mla h  1 28  100%  

 Sum ber: Ha sil pengolah an peru sah aan 

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 128 data laporan audit perusahaan manufaktur

yang  diprediksi  secara  benar  adalah  sebanyak 116  data  laporan  audit  perusahaan  atau

sebesar  73.4%  yang  diprediksi  secara  benar.  Kesalahan  Tipe  I,  maksudnya  adalah

perusahaan yang mendapatkan opini going concern namun diprediksi sebagai perusahaan

yang mendapatkan opini non going concern adalah sebesar 7.1% atau sebanyak 9 laporan

audit perusahaan. Dan Kesalahan Tipe II, maksudnya adalah perusahaan yang mendapatkan

opini non going concern namun diprediksi sebagai perusahaan yang mendapatkan opini

going concern adalah sebesar 19.5% atau sebanyak 25 laporan audit perusahaan.

Page 26: OPINI AUDIT GOING CONCERN: KAJIAN BERDASARKAN MODEL

104

Media  Riset Akuntansi, Auditing &  Informasi, Vol.13  No.1, April  2013

Sebagai hasil daripada penelitian ini yang akan menunjukkan apakah hipotesis Ha

akan diterima atau gagal diterima, maka dapat terlihat dan dapat dianalisis dari nilai signifikansi

yang terdapat di dalam tabel variable in the equation pada hasil output SPSS yang terdapat

pada tabel 12 di bawah ini:

Tabel 6

Variables in the Equation 

    B  S.E.  Wald  Df  Sig.  Exp(B) 

Step 1

Z  -.585  .160  13.428  1  .000  .557 

fg  .000  .001  .067  1  .796  1.000 

L  .462  .293  2.486  1  .115  1.587 

rkap  -.525  .432  1.475  1  .225  .592 

Constant  -.108  .381  .080  1  .778  .898 

Sumber: Hasil data yang diolah       

Dengan  demikian dapat  dinyatakan  persamaan  logistic regression  adalah  sebagai

berikut:

  Ln  

           = - 0.108  −  0.585 Z’  –  0.000 FG  +  0.462 L  - 0.525 RKAP + 

 1-GC          

Kriteria dalam penerimaan dan penolakan hipotesis dengan logistic regression adalah

sebagai berikut:

c) Apabila signifikansi (SIG) < 0.05, maka Ho ditolak dan Ha diterima.

d) Apabila signifikansi (SIG) > 0.05, maka Ho diterima dan Ha gagal diterima.

Interpretasi tabel 12 adalah sebagai berikut :

1) Nilai konstanta ini menunjukkan bahwa jika tidak ada model prediksi kebangkrutan,

pertumbuhan perusahaan, leverage dan reputasi kantor akuntan publik bernilai sebesar

-0.108. Hal ini berarti opini audit going concern (OAGC) sebesar -0.108 sebelum atau

tanpa adanya model prediksi kebangkrutan, pertumbuhan perusahaan, leverage dan

reputasi kantor akuntan publik.

Page 27: OPINI AUDIT GOING CONCERN: KAJIAN BERDASARKAN MODEL

105

Opini Audit  Going Concern: Kajian  Berdasarkan  Model  Prediksi  Kebangkrutan,  Pertumbuhan

Perusahaan,  Leverage  Dan  Reputasi  Kantor Akuntan  Publik

2) Berdasarkan tampilan output SPSS tabel variables in equation diatas menunjukkan

bahwa variabel model prediksi kebangkrutan (Z’) memiliki nilai sig. 0.000 yang lebih

kecil dari 0.005 (0.000 < 0.05) maka dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima,

yang berarti variabel model prediksi kebangkrutan berpengaruh terhadap penerimaan

opini audit going concern. Jadi, dapat disimpulkan bahwa variabel yang dihipotesiskan

sudah fit dengan data sehingga variabel model prediksi kebangkrutan yang digunakan

dalam penelitian ini dapat memprediksi dengan baik. Untuk perhitungan nilai marginal

effect  pada  signifikasi  5%  menunjukkan nilai  sebesar  -0.585,  yang berarti  setiap

penurunan  model  prediksi  kebangkrutan  maka  akan  menyebabkan  penurunan

penerimaan opini  audit going concern sebesar  0.585.  Hasil  ini  konsisten  dengan

penelitian yang dilakukan oleh Ramadhany (2004), Fanny dan Saputra (2005), Setyarno

et. al (2007), Praptitorini dan Januarti (2007), Santosa dan Wedari (2007), Fitrianasari

(2008), Donny Fachrozy (2007), Rudyawan dan Badera (2009) dan Anita Ramli (2010)

3) Variabel firms growth atau pertumbuhan perusahaan (FG) memiliki nilai sig. 0.798 lebih

besar dari 0.05 (0.798 > 0.05) maka dapat disimpulkan bahwa Ho diterima dan Ha gagal

diterima  yang  berarti  variabel  firms growth atau  pertumbuhan  perusahaan  tidak

berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern. Jadi  ̧dapat disimpulkan

bahwa variabel firms growth atau pertumbuhan perusahaan (FG) yang dihipotesiskan

tidak  fit dengan data  sehingga  variabel   pertumbuhan perusahaan yang digunakan

dalam penelitian ini tidak dapat memprediksi dengan baik. Hasil ini tidak konsisten

dengan  penelitian yang  dilakukan Setyarno  et. al (2007),  tetapi  konsisten  dengan

penelitian yang dilakukan oleh Santosa dan Wedari (2007), Donny Fachrozy (2007)

dan Anita ramli (2010).

4) Variabel Leverage (L) memiliki nilai sig. 0.115 lebih besar dari 0.05 (0.115 > 0.005) maka

dapat disimpulkan bahwa Ho diterima dan Ha gagal diterima yang berarti variabel

leverage (L) tidak berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern. Jadi¸

dapat disimpulkan bahwa variabel Leverage (L) yang dihipotesiskan tidak fit dengan

data  sehingga  variabel Leverage  yang  digunakan dalam penelitian  ini  tidak dapat

memprediksi dengan baik. Hasil ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh

Rudyawan dan badera (2009).

5) Variabel Reputasi Kantor akuntan Publik (RKAP) memiliki nilai sig. 0.225 lebih besar

dari 0.05 (0.225 > 0.05) maka dapat disimpulkan bahwa Ho diterima dan Ha gagal

Page 28: OPINI AUDIT GOING CONCERN: KAJIAN BERDASARKAN MODEL

106

Media  Riset Akuntansi, Auditing &  Informasi, Vol.13  No.1, April  2013

diterima  yang  berarti  variabel  Reputasi  Kantor Akuntan  Publik  (RKAP)  tidak

berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern. Jadi  ̧variabel Reputasi

Kantor Akuntan Publik (RKAP) yang dihipotesiskan tidak fit dengan data sehingga

variabel Reputasi Kantor Akuntan Publik yang digunakan dalam penelitian ini tidak

dapat memprediksi dengan baik. Hasil  ini  tidak konsisten dengan penelitian yang

dilakukan oleh Praptitorini Januarti (2007) dan Fitrianasari (2008). Tetapi konsisten

dengan penelitian yang dilakukan Fanny dan Saputra (2005), Donny fachrozy (2007),

Rudyawan dan Badera (2009) dan Anita ramli (2010).

SIMPULAN, KETERBATASAN PENELITIAN DAN SARAN

Simpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan pada BAB IV maka dapat disimpulkan

sebagai berikut:

a. Variabel model prediksi kebangkrutan revised altman models berpengaruh terhadap

kecendrungan penerimaan  opini  audit  going concern pada  perusahaan  manufaktur

yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) sesuai dengan kriteria pemilihan sampel

dalam penelitian ini. Hal ini berarti semakin besar nilai revised altman model maka

perusahaan tersebut memiliki kecendrungan tidak diragukan lagi kelangsungan hidup

perusahaannya (semakin going concern). Hasil ini konsisten dengan penelitian yang

dilakukan oleh Setyarno et. al (2007), Praptitorini dan Januarti (2007), Rudyawan dan

Badera (2009), Santosa dan Wedari (2007), Ramadhany (2004), Januarti dan Fitrianasari

(2008), Fanny dan Saputra (2005),  Donny fachrozy (2007) dan Anita Ramli (2010).

b. Variabel pertumbuhan perusahaan berpengaruh negatif terhadap ketepatan pemberian

opini audit going concern pada perusahaan manufaktur dalam penelitian ini, hal ini

berarti  naiknya  nilai  laba  perusahaan manufaktur  dalam penelitian  ini  belum  tentu

menjamin kepastian kelangsungan perusahaan manufaktur tersebut. Sehingga variabel

pertumbuhan  perusahaan    tidak  berpengaruh  terhadap kecenderungan  penerimaan

opini audit going concern. Hasil ini tidak konsisten dengan penelitian yang dilakukan

Setyarno et. al. (2007), tetapi konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Santosa

dan Wedari (2007), Donny fachrozy (2007) dan Anita ramli (2010).

Page 29: OPINI AUDIT GOING CONCERN: KAJIAN BERDASARKAN MODEL

107

Opini Audit  Going Concern: Kajian  Berdasarkan  Model  Prediksi  Kebangkrutan,  Pertumbuhan

Perusahaan,  Leverage  Dan  Reputasi  Kantor Akuntan  Publik

c. Variabel Leverage tidak berpengaruh terhadap kecendrungan pemberian opini audit

going concern pada perusahaan manufaktur pada penelitian ini. Hal ini berarti, semakin

rendah  nilai  leverage belum  tentu  menjamin  kelangsungan  hidup  (semakin  going

concern)  perusahaannya.  Hasil  ini  konsisten  dengan  penelitian  yang  dilakukan

Rudyawan dan Badera (2009).

d. Variabel  Reputasi  Kantor Akuntan  Publik  (RKAP)  berpengaruh negatif  terhadap

kecendrungan pemberian opini audit going concern. Hal  ini berarti kantor akuntan

publik yang memiliki reputasi baik (tergolong the big four) tidak memberikan jaminan

akan memberikan opini audit going concern terhadap perusahaan manufaktur dalam

penelitian ini yang menjadi kliennya, jadi variabel Reputasi Kantor Akuntan Publik

(RKAP) tidak berpengaruh terhadap pemberian opiniaudit going concern. Hal ini tidak

konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Praptitorini dan Januarti (2007) dan

Januarti dan Fitrianasari (2008). Tetapi konsisten dengan penelitian Fanny dan Saputra

(2005), Donny fachrozy (2007), Rudyawan dan Badera (2009) dan Anita ramli (2010).

Keterbatasan

Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan antara lain adalah:

a. Periode pengamatan memiliki rentang waktu 4 tahun dari tahun 2007 sampai dengan

2010,  sehingga  belum dapat melihat  kecenderungan penerimaan opini  audit going

concern  dalam  jangka  panjang.  untuk  penelitian  selanjutnya diharapkan  periode

pengamatan memiliki rentang waktu yang lebih lama agar semakin mendapat gambaran

variabel yang mempengaruhi penerimaan opini audit going concern.

b. Penelitian  ini  hanya  terbatas  pada  perusahaan  manufaktur,  sehingga  tidak  dapat

menganalisa hasil temuan untuk seluruh perusahaan yang go public. Untuk penelitian

selanjutnya  diharapkan  sampel  yang  digunakan  tidak  hanya  pada  perusahaan

manufaktur saja, akan lebih baik jika sampel ditambah dengan sector industri lain dengan

tetap memprehatikan perbedaan antara sektor perbankan dan non perbankan sehingga

dapat dilakukan perbandingan antar tiap jenis industri.

c. Penelitian  ini  hanya  terbatas  pada  4  variabel  independen,  yaitu  model  prediksi

kebangkrutan, pertumbuhan perusahaan, leverage dan reputasi kantor akuntan publik.

Page 30: OPINI AUDIT GOING CONCERN: KAJIAN BERDASARKAN MODEL

108

Media  Riset Akuntansi, Auditing &  Informasi, Vol.13  No.1, April  2013

Untuk penelitian selanjutnya diharapkan perlu memasukkan variabel-variabel lain yang

memiliki pengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern.

d. Variabel pertumbuhan perusahaan dengan proksi laba kurang baik digunakan karena

berdasarkan  kriteria  yang  digunakan  sebagian  besar  perusahaan  mengalami  rugi

sehingga  nilai  pertumbuhan perusahaan  sebagian  besar  negatif.  Untuk  penelitian

selanjutnya diharapkan variabel pertumbuhan perusahaan tidak menggunakan proksi

laba tapi menggunakan proksi-proksi lain contohnya proksi total asset.

e. Model Prediksi kebangkrutan Revised Altman Model bukanlah merupakan penyelesaian

yang  komplit  bagi  pengukuran  resiko  penerimaan  opini  going concern  karena

mengandung  unsur  bias  akan  nilai  dimana  kondisi  seharusnya  suatu  perusahaan

menerima opini going concern atau tidak. Untuk penelitian selanjutnya sebaiknya juga

memperhatikan aaspek-aspek non ekonomis yang mungkin berpengaruh dalam menilai

kinerja  keuangan perusahaaan  sehingga akan memperoleh gambaran yang  lengkap

mengenai keadaan perusahaan.

Saran

Penelitian  ini  hanya  menggunakan  faktor  ekonomis,  sementara  banyak  faktor

non-ekonomis  seperti  teknologi,  sumber  daya  manusia,  budaya  perusahaan  dan  lain

sebagainya yang juga penting untuk diperhatikan dalam memprediksikan kebangkrutan.

Oleh karena itu, penelitian selanjutnya sebaiknya juga memperhatikan aspek-aspek non-

ekonomis yang mungkin berpengaruh dalam menilai kinerja keuangan perusahaan sehingga

akan diperoleh gambaran yang lebih lengkap mengenai keadaan perusahaan.

Page 31: OPINI AUDIT GOING CONCERN: KAJIAN BERDASARKAN MODEL

109

Opini Audit  Going Concern: Kajian  Berdasarkan  Model  Prediksi  Kebangkrutan,  Pertumbuhan

Perusahaan,  Leverage  Dan  Reputasi  Kantor Akuntan  Publik

DAFTAR PUSTAKA

Anita. 2010. “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kecendrungan Penerimaan Opini Audit

Going Concern”. Trisakti School Of Management. Jakarta.

Fanny,  Margaretta,  dan  Sylvia  Saputra.  2005.  “Opini Audit  Going Concern:  Kajian

Berdasarkan Model Prediksi Kebangkrutan, Pertumbuhan Perusahaan, dan

Reputasi Kantor Akuntan Publik (Studi Pada Emiten Bursa Efek Jakarta)”.

Simposium Nasional Akuntansi VII Solo. September 2005, hal 966-978.

Fachrozy, donny. 2007. “Pengaruh Model Prediksi Kebangkrutan, Pertumbuhan Perusahaan

dan Reputasi Kantor Akuntan Publik Terhadap Ketepatan Pemberian Opini

Audit Going Concern (studi pada perusahaan perbankan yang terdaftar di

Bursa Efek Jakarta)”. Universitas Brawijaya. Malang.

   Ghozali, Imam. 2006. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Badan Penerbit

Universitas Diponegoro.

Ikatan Akuntansi Indonesia. 2009. Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta: Empat, Salemba.

Ikatan Akuntansi  Indonesia-Kompartemen Akuntan  Publik.  2001.  Standar Profesional

Akuntan Publik. Jakarta: Empat, salemba.

Indonesia Capital Market Directory, Jakarta, tahun 2010.

Indonesian Stock Exchange 2007, IDX Statistic January-December, Jakarta: EFCIN. http://

www.idx.co.id.

Indonesian Stock Exchange 2008, IDX Statistic January-December, Jakarta: EFCIN. http://

www.idx.co.id.

Indonesian Stock Exchange 2009, IDX Statistic January-December, Jakarta: EFCIN. http://

www.idx.co.id.

Indonesian Stock Exchange 2010, IDX Statistic January-December, Jakarta: EFCIN. http://

www.idx.co.id.

Januarti, Indira, dan Ella Fitrianasari. 2008. “Analisis Rasio Keuangan dan Non Keuangan

yang Mempengaruhi Auditor dalam Memberikan Opini Audit Going Concern

pada Auditee (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di

Page 32: OPINI AUDIT GOING CONCERN: KAJIAN BERDASARKAN MODEL

110

Media  Riset Akuntansi, Auditing &  Informasi, Vol.13  No.1, April  2013

BEJ tahun 2000-2005)”. Jurnal MAKSI Volume 8 No. 1, Januari 2008, hal 43-

58.

Petronela, Thio A. 2004. “Pertimbangan Going Concern Perusahaan dalam Pemberian Opini

Audit”. Jurnal BALANCE Volume 1 No. 1, Maret 2004, hal 46-55.

Praptitorini, Mirna D., dan Indira Januarti. 2007. “Analisis Pengaruh Kualitas Audit, Debt

Default dan Opinion Shopping terhadap Penerimaan Opini Going Concern”.

Simposium Nasional Akuntansi X, Unhas Makassar, Juli 2007.

Ramadhany, Alexander. 2004. “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penerimaan

Opini  Going Concern  pada  Perusahaan  Manufaktur  yang  Mengalami

Financial Distress di Bursa  Efek Jakarta”. Jurnal MAKSI Volume 4, Agustus

2004, hal 146-160.

Rudyawan, Arry P., dan I Dewa N. Badera. 2009. “Opini Audit Going Concern: Kajian

Berdasarkan  Model  Prediksi  Kebangkrutan,  Pertumbuhan  Perusahaan,

Leverage, dan Reputasi Auditor”. http://ejournal.unud.ac.id

Santosa, Arga F., dan Linda K. Wedari. 2007. “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi

Kecenderungan Penerimaan Opini Audit Going Concern”. JAAI  Volume 11

No. 2, Desember 2007, hal 141-158.

Setyarno, Eko B., Indira Januarti, dan Faisal. 2007. “Pengaruh Kualitas Audit, Kondisi

Keuangan Perusahaan, Opini Audit Tahun Sebelumnya, dan Pertumbuhan

Perusahaan  terhadap  Opini Audit  Going Concern”.  Jurnal Akuntansi &

Bisnis Volume 7 No. 2, Agustus 2007, hal 129-140.

Page 33: OPINI AUDIT GOING CONCERN: KAJIAN BERDASARKAN MODEL