national research 1ljm pros i ding - unair
TRANSCRIPT
ISBN 9789794957516
KONTRIBUSI HASIL PENELITIAN
UNTUK PENINGKATAN
KUALITAS
SOM
Aula A3, Lt.2 Universitas Negeri Malang
Rabu dan Kamis 8 - 9 Oktober 2014
NATIONAL RESEARCH SY 0�1LJM
The Learning �-- University �
LUSTRUM XII UNIVERSITAS NEGERI MALANG (UM)
PROS I DING 1st National Research Symposium
Universitas Negeri Malang
ISBN: 978.979.495.751.6
xiv, 1292 him; 29 cm
Kontribusi Hasil Penelitian Untuk Peningkatan Kualitas SOM
Pengarang Universitas Negeri Malang Universitas Negeri Malang
Undang-undang pada Hak Penerbitan pada Dicetak oleh
Hak cipta yang dilindungi:
PROSIDING 1st National Research Symposium Universitas Negeri Malang
Editor Rr. Poppy Puspitasari, S.Pd, M.T., Ph.D. Layout Andika Bogus, S.Pd. Cover Design : Puput Risdanareni, S.T., M.T.
Dilarang mengutip atau memperbanyak dalam bentuk apapun tanpa izin tertulis dari Penerbit.
Universitas Negeri Malang d/h IKIP Malang, Anggota IKAPI No. 059/JTl/89 JI. Semarang 5 (JI. Gombong 1) Malang, Kode Pos 65145 Kotak Pos 13, MLG/IKIPTelp. (0341) 553959, 562391, 551312 (4 saluran) psw. 453; Faks. (0341) 566025
r" National Research. Symyosium 8-9 Oktober 2014
DAFTARISI
No.
1.
Pemakalah
A.N. AFANDI
Judul TEKNOLOGI DAN REKAYASA
Aplikasi Intelijen Komputasi Terbaru Pada Dinamika Operasi Ekonomis Sistem Tenaga
Kode
NRS-TR-01
Halaman
1
2. Andika Bagus N Analisis Ketangguhan Dan Patahan Baja St 60 NRS-TR-02 15 Akibat Perubahan Temperatur Dan Sudut Impak
Optimasi Kekasaran Permukaan, Tebal Lapisan
3. Bachtiar Recast, Lebar Pemotongan Dan Laju Pengerjaan NRS-TR-03 24 Bahan Pada Wire-Edm Menggunakan Metode Taguchi Dan Logika Fuzzy
Potensi Ekstrak Labu Siam (Sechium Edule) 4. Betty Lukiati Untuk Terapi Tikus Wistar Dm Hasil Induksi NRS-TR-04 35
Streptozotocin
Analisis Tingkat Kepentingan Kriteria Desain 5. Dian Ariestadi Yang Mempengaruhi Kinerja Energi Pada NRS-TR-05 41
Bangunan Fasilitas Pendidikan Tinggi
6. Didik Dwi Prasetya Game Multimedia Interaktif Untuk Anak Usia Dini NRS-TR-06 52
Menurunkan Kehilangan Berat Bahan Pengikat 7. Henri Siswanto Aspal Menggunakan Serbuk Limbah Ban Sepeda NRS-TR-07 59
Motor )
8. Henry Pengembangan Simulator Kenyamanan NRS-TR-08 69 Praherdhiono Lingkungan Belajar Berbasis Ergonomi
15r Nationai 'Research Symyosium 8-9 Oktober 2014
Pembelajaran Kalam Berbasis Phonetic Accuracy 37. Kholisin Untuk Meningkatkan Kemampuan Berbicara NRS-SS-05 348
260 Bahasa
38. Ponimin Kisah Cinta Panji Asmorobangun Dalam NRS-SS-06 357 Representasi Artistik Keramik 266
PENDIDIKAN DAN OLAHRAGA Penerapan Pembelajaran Tematik Pada Terna
279 39. Abdul Hafi Kegiatanku Untuk Meningkatkan Kualitas Proses NRS-P0-01 367 Pembelajaran, Aktivitas, Dan Hasil Belajar Siswa Kelas Iii Sdn Sumbersari I Kota Malang
40. Agus Hery Relevansi Pelaksanaan Prakerin Siswa Sekolah NRS-P0-02 375 292 Supadmi Irianti Menengah Kejuruan (Smk) Di Malang Raya
Pengembangan Model Pembelajaran Literasi 41. Alif Mudiono Fokus Menulis Narasi Dengan Teknik Probing- NRS-P0-03 387
296 Prompting Di Sekolah Dasar Pembelajaran Terintegrasi Model Shared Berbasis Gallery Projct Matakuliah Metodologi
42. Amat Mukhadis Penelitian Dan Skripsi Untuk Meningkatkan NRS-P0-04 407 Kualitas Dan Mempercepat Penyelesaian Studi
305 Mahasiswa Kependidikan
43. Arbin Janu Pengembangan Komik Moral Sebagai Media NRS-P0-05 419 Setiyowati Layanan Informasi Bagi Siswa Smp
44. Ayu Kusumastuti Analisis Kebijakan Dinas Pendidikan Kota Malang NRS-P0-06 433 Dalam Mend, ikunq Pendidikan Inklusi 313
Using Local Environments In Direct Experience 45. Betry Saputri Based Learning To Assess Students Attitude NRS-P0-07 445
Dimension Toward Insect Penerapan Simulasi Kreatif Berbantuan Boneka
!05 Tangan Imajiner Untuk Meningkatkan 46. Dhiyan
Kemampuan Mengkritik/Memuji Menggunakan NRS-P0-08 454 Wulandhari Bahasa Yang Santun Siswa Kelas Vi Sdn Bandulan 5 Malang
) Peningkatan Keaktifan, Kreativitas, Dan Prestasi 131 Belajar Melalui Pembelajaran Tematik Terna
47. Dila Mei Dwiharini Sayangi Hewan Dan Tumbuhan Sekitar Dengn NRS-P0-09 465 Media Bervariasi Pada Siswa Kelas Iii Sdn Pisangcandi 4 Kota Malang Pengembangan Teknologi Kolaborasi On-Line
39 48. Eka Pramono Adi Pada Penulisan Dan Penyuntingan Karya Ilmiah NRS-P0-10 481 Dosen
v
'Universitas Neqeri :M.a[ang
Nainunis Aulia WARISAN BUDAYA ULURsULUR: STUD! 104. KONSERVASI LINGKUNGAN YANG NRS-SB-17 1129 Izza BERKELANJUT AN
105. Nunik Puspitasari Analisis Demografi dan Kesehatan Calon NRS-SB-18 1138 Pengantin di Kabupaten Probolinggo
PENGEMBANGAN BAHAN BACAAN BERBASIS PENDIDIKAN MULTI KUL TURAL, REUGI
106.· Nur Hadi KOMUNITAS PEGUNUNGAN: STUD! KASUS NRS-SB-19 1149 PADA MASYARAKATTERUNYAN DI GUNUNG BATUR, TENGGER DI GUNUNG BROMO DAN KINAHREJO DI LERENG MERAPI THE TRAFFIC LIGHT NECESSITY IN UNSIGNAL
107. Ridwan Romadoni CROSSROAD AT LANGSEP-MERGAN LORI NRS-SB-20 1159 STREETS, MALANG
Kontribusi Layanan Ekosistem Hutan Besowo
� 108. Rustinsyah terhadap Kehidupan Ekonomi Rumah Tangga NRS-SB-21 1169
Pedesaan ,/
PREDIKSI LAJU EROSI SEBAGAI UPAYA 109. Sam Yudi Susilo PENINGKATAN SDM PERTANIAN PADA SUB DAS NRS-SB-22 1180
LANANG DI KECAMATAN BUMI AJI KOTA Pengembangan Modul Periklanan Kreatif
110. Sarjono Berbasis Estetika Postkolonial Sebagai Media NRS-SB-23 1187 Literasi Kreatif Untuk Pelaku Bisnis Periklanan Mikro AKUARIUM AQUASPACE PRODUK INDUSTRI
111. Sitoresmi KREATIF NRS-SB-24 1197 ELEMEN INTERIOR YANG ARTISTIK RAMAH LINGKUNGAi� Kerukunan Beraqarna dan Harrnoni Sosial pada Masyarakat Plural Desa Sitiarjo Kecamatan
112. Sri Sumartini Sumbermanjing Wetan Kabupaten Malang, NRS-SB-25 1205 Sosialisasi dan Edukasinya kepada Pemuda Aktivis Organisasi Keagamaan di Kota Malang ELECTRONIC GOVERNMENT (E-GOV) SEBAGAI
113. Sri Weningsih BASIS PELAYANAN PUBLIK: STUD! KASUS PADA NRS-SB-26 1218 BADAN PENANAMAN MODAL DAN PERIZINAN
) (BPMPP), PEMERINTAH KABUPATEN BANYUMAS JIMPITAN SEHAT: PEREMPUAN DAN BENCANA
114. Titi Fitrianita (STUD! PEREMPUAN PENYINTAS LUMPUR NRS-SB-27 1232 LAPINDO DESA BESUKI BARAT) AJEG BAU: PEMERTAHANAN IDENTITAS ETNIK
115. Tuty Maryati MELALUI PELEMBAGAAN PENDIDIKAN NRS-SB-28 1242 INFORMAL BERBASIS KUREN DENGAN PENDEKATAN ETNOPEDAGOGIK PENGEMBANGAN MODEL PENOLONG SEBAYA
116. Yuliati Hotifah (PEER HELPER) BERBASIS KEARIFAN LOKAL NRS-SB-29 1251 PESANTREN
x
1
Universitas Negeri Malang Jalan Semarang 5 Malang (65145). Telepon (0341) 552114, 580227
Laman : www.um.ac.id, E-Mail: [email protected]
1
Kontribusi Layanan Ekosistem Hutan Besowo terhadap Kehidupan
Ekonomi Rumah tangga Pedesaan
Rustinsyah ([email protected])
Departemen Anthropologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas
Airlangga, Surabaya
ABSTRACT
Indonesia has a potential resource of forest resources. Forest area in Indonesia
approximately 120.34 million hectares of forest conservation consists of an area of 20.5
million hectares, 33.52 million hectares of protected forest and production forest 66.33
million hectares. Forests play an important role in both human life and the community about
the global community. However, forest destruction is inevitable because human behaviour
and natural disasters. According to data from the UN Food and Agriculture Organization
(FAO) of forest destruction in Indonesia reached 1.87 million hectares per year (Pariangu,
2011). That is unfortunate and reduce the importance of forests for the benefit of human life.
One of the important benefits of the forest ecosystem or the economy is a source of livelihood
for the rural life in the surrounding communities. To the research on the "Contribution of
Besowo forest ecosystems services to the economic life rural household". This research was
conducted padata 2013/2014 years in Central Community Forest Sidodadi Hamlet, Village
Besowo. Qualitative methods of data collection through observation and interviews with
villagers around the forest. Results of the study is that the maintenance of forest ecosystems
Besowo provide benefits and as a source of livelihood for the people living nearby villages.
Some economic resources can be exploited villagers are a) to provide diversity of foodstuffs
that can be used alone even become a source of their livelihood; b) provide livestock feed;
c)provide wood for the manufacture of construction materials and other home; d) open up
employment opportunities, d) providing fresh water.
Key words:, ecosystems services, forest Besowo, livelihoods, rural
Pendahuluan
Hutan adalah kawasan yang ditumbuhi pepohonan lebat dan tumbuhan lainnya. Suatu
kumpulan pepohonan dianggap khas apabila menciptakan iklim dan kondisi lingkungan yang
khas. Hutan sebagai ekosistem tidak hanya menyimpan sumberdaya alam berupa kayu tetapi
ada banyak potensi lainnya yang memberikan manfaat bagi kehidupan masyarakat. Beberapa
jenis hutan dapat ditemukan di Indonesia antara lain hutan tetap, hutan konservasi, hutan
lindung, hutan produksi terbatas, hutan produksi tetap, hutan produksi yang dapat di
konservasi dan lain-lain. Indonesia memiliki sumberdaya daya hutan yang potential. Luas
kawasan hutan di seluruh Indonesia kurang lebih 120,34 juta hektar terdiri dari hutan
konservasi seluas 20,5 juta hektar, hutan lindung 33,52 juta hektar dan hutan produksi 66,33
juta hektar (http://www.tempo.co/read/news/2003/03/27/0567664/Kerusakan-Hutan-
Indonesia-Dua-Juta-Hektar- Per-tahun). Hutan di Indonesia mengalami kerusakan akibat
perilaku manusia dan bencana alam. Menurut data ICW (Indonesian Corruption Watch)
kerugian yang yang ditanggung negara akibat penebangan hutan pada periode tahun 2005-
2009 mencapai Rp 71,28 triliun. Disebutkan pula berdasarkan penelitian ICW pada tahun
2
2009 bahwa praktik korupsi dan mafia sektor kehutanan merugikan negara negara kurang
lebih rata-rata Rp20 trililun pertahun (http://id.kopea.com/question/115292/kerugian-apa-
yang-ditanggung-negara-akibat-kerusakan).
Kerusakan hutan akibat penebangan hutan oleh perusahaan pertambangan,
perkebunan dan lain perlu mendapatkan perhatian serius karena hutan mempunyai manfaat
besar bagi kehidupan masyarakat sekitar mapun masyarakat global. Adapun fungsi hutan
adalah: a) Mencegah erosi tanah longsor. Akar-akar pohon berfungsi sebagai pengikat
butiran-butiran tanah. Adanya hutan, air hujan tidak langsung jatuh ke permukaan tanah
tetapi jatuh ke permukaan daun atau terserap masuk ke dalam tanah; b) Menyimpan,
mengatur, dan menjaga persediaan dan keseimbangan air di musim hujan dan musim
kemarau; c) Menyuburkan tanah karena daun-daun yang gugur akan terurai menjadi humus;
d) Sebagai sumber ekonomi. Hutan dapat dimanfaatkan hasilnya sebagai bahan mentah atau
bahan baku industri atau bahan bangunan; e) Sebagai sumber plasma duftah keanekaragaman
ekosistem di hutan memungkinkan untuk berkembangnya keanekaragaman hayati genetika;
f) Mengurangi polusi untuk encemaran udara. Tumbuhan mampu menyerap karbon dioksida
dan menghasilkan oksigen yang dibutuhkan oleh makhluk hidup
(http://www.artikellingkungan.com/6-fungsi-hutan-indonesia.html). Untuk itu pengelolaan
hutan dengan paradigm kehutanan sosial diharapkan dapat menjaga kelestarian hutan dan
memberdayakan masyarakat lokal. Sejalan dengan itu misi dari Perhutani dalam pengelolaan
hutan adalah “Hutan Lestari Masyarakat Sejahtera”. Hal itu berdampak pada ekosistem hutan
yang terpelihara sehingga dapat memberikan manfaat bagi kehidupan masyarakat desa.
Layanan ekosistem hutan diartikan sebagai manfaat yang diperoleh manusia dari
ekosistem hutan. Perhatian masyarakat global terhadap ekosistem hutan mengalami
peningkatan karena fungsinya dalam mengurangi mitigasi perubahan iklim dan layanan
terhadap kehidupan masyarakat pedesaan terutaa untuk negara-negara berkembang. Telah
diakui tentang manfaat ekonomi dari ekosistem hutan (Pearson, 1937; Whitford, 1923).
Meskipun demikian kondisi ekosistem hutan telah mengkhawatirkan karena mengalami
kerusakan. Menurut Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (FAO) bahwa Indonesia termasuk
negara perusak hutan terbesar dengan laju kerusakan 2% atau 1,87 juta hektar per tahun (
Pariangu, 2011). Hal itu mendorong suatu kebijakan pembangunan untuk mengelola hutan
lestari guna meningkatkan pembangunan ekonomi dan sebagai konservasi keanekaragaman
hayati (Paumgarten dan Shackleton, 2011). Sepertihalnya dituangkan dalam misi Perhutani
dalam pengelolaan hutan adalah “ Hutan Lestari Masyarakat Sejahtera”. Hutan menyediakan
produk yang memberikan peluang sebagai mata pencaharian hidup masyarakat pedesaan.
Produk-produk kolektif yang dihasilkan ekosistem hutan dapat diambil untuk konsumsi
maupun diperdagangkan.
Penelitian tentang pentingnya layanan ekosistem hutan bagi kehidupan rumah tangga
dilakukan Cavendish(2000) bahwa di Zimbabwe rumah tangga kaya telah megkonsumsi
hasil hutan lebih besar dibandingkan rumah tangga miskin.
Berbeda dengan penelitian Paumgarten dan Shackleton (2009) bahwa di Afrika selatan
kekayaan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap konsumsi hasil hutan. Di Kamerun
bahwa rumah tangga kelas menengah dan kaya memperoleh penghasilan lebih besar dari
hasil penjualan layanan produk ekosistem hutan (Ambrose-Oji, 2003). Demikian halnya
studi Kalaba et al (2013) di Miombo Woodlandz Zambia menyimpulkan layanan ekosistem
hutan memberikan kontribusi lebih besar terhadap pendapatan rumah tangga miskin
dibandingkan rumah tangga kaya dan menengah di pedesaan.
Dari studi tersebut menunjukkan bahwa layanan ekosistem hutan memberikan
kontribusi terhadap pendapatan rumah tangga kaya maupun miskin di pedesaan. Oleh karena
3
itu dalam paper ini akan diuraikan tentang “Kontribusi layanan ekosistem hutan Besoowo
terhadap ekonomi rumah tangga di pedesaan “.
Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada tahun 2013 dan 2014 di Kawasan Hutan Besowo dan
Dusun Sidodadi yang dikenal dengan”Masyarakat Tengah Hutan”. Penduduk Sidodadi
terdiri kurang lebih 300 kepala keluarga yang hidup sebagai petani. Sebagai petani, mereka
mendapatkan hak pakai lahan perhutani untuk bertani di kawasan hutan produksi. Sistem
pertanian dapat disebut wana tertani atau agroforestry dengan aturan-aturan yang
disepakati antara Perhutani dan masyarakat desa yang tergabung dalam LMDH.
Pengumpulan data secara kualitatif dilakukan dengan wawancara terhadap warga, pengurus
LMDH, petugas Perhutani. Observasi partisipasi dilakukan untuk melihat kehidupan sehari-
hari dan kawasan Hutan Besowo. Bulan Februari 2014, Gunung Kelud meletus yang
berdampak pada kondisi hutan Besowo. Data yang terkumpul kemudian di analisis secara
kualitatif untuk menjawab pertanyaan dalam penelitian.
Hasil dan Pembahasan
A. Kawasan Hutan Besowo
Pada tahun 1980, hutan Besowo masuk dalam wilayah kerja Kabupaten Malang.
Baru tahun 2000-an, hutan Besowo menjadi wilayah kerja Dinas Perhutani Kabupaten Kediri.
Menjadi batas wilayah hutan Besowo Kabupaten Malang dan Kediri adalah Sungai Konto.
Wilayah kerja hutan Kabupaten Malang terletak di sebelah timur. Ada 5(lima) wilayah RPH
(Resort Pemangkuan Hutan) di Pare, Kediri yaitu Besowo, Pandan Tejo, Jatirejo, Manggis,
dan Kandangan.
Dalam penelitian ini difokuskan pada kawasan Hutan Besowo yang berupa kawasan
Hutan Produksi dan Kawasan Hutan lindung. Menurut Undang-Undang RI no 41/1999, hutan
lindung adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok sebagai perlindungan sistem
penyangga kehidupan untuk mengatur tata air, mencegah banjir, mengendalikan erosi,
mencegah intrusi air laut dan memelihara kesuburan tanah
(Wikipedia.org/wiki/Hutan_lindung). Hutan lindung Besowo merupakan hutan alamiah
sehingga tumbuh pohon yang beragam seperti pohon beringin, kedawung, kemiri cempaka,
salam, bendo, aspen, pucung dan sebagainya. Pepohonan di wilayah ini tidak boleh ditebang
tetapi bisa diambil buahnya seperti kemiri, pucung, kedawung dan sebagainya. Di hutan
lindung ini juga tumbuh tanaman lindung seperti pohon pisang, sayuran, dan tanaman liar
lainnya dimanfaatkan untuk pakan ternak. Satwa liar seperti lebah membuat sarang di pohon-
pohon besar. Menurut data LMDH (Lembaga Masyarakat Desa Hutan), Sidodadi Besowo
tahun 2012/2013, luas hutan lindung Besowo adalah 22.300 hektar,
Hutan produksi adalah kawasan hutan untuk produksi hasil hutan guna memenuhi
keperluan masyarakat, pembangunan, industri dan ekspor. Terpeliharanya tanaman, pohon di
kawasan hutan sangat penting bagi kehidupan masyarakat sekitar, negara maupun paru-paru
dunia. Luas hutan produksi Besowo kurang lebih 740 hektar. hutan produksi ditanami jenis
pohon pinus, sengon, mindi, gembilina, dan jabon. Hama penyakit yang menyerang pohon-
pohon di kawasan hutan produksi yaitu: a)Penyakit Charafuru, hama penyakit menyerangan
pohon sengon pada daun dan batang yang berupa benjolan-benjolan; b) Penyakit Embug
adalah hama penyakit berupa serangga berwarna puti yang merusak akar. Hal itu
menyebabkan tanaman patah dan mengering. c) Boxfor menyerang batang-batang pohon
yang menyebabkan mengering dan kemudian mati. Apabila pohon sudah mengering jika
terkena angin akan tumbang.
4
Jenis penyakit tersebut merusak pohon-pohon yang kemudian mongering dan mati.
Menurut keterangan mantri kehutanan Besowo bahwa apabila dapat mengatasi persoalan
hama penyakit yang menyerang pepohonan maka merupakan hal yang sangat
menguntungkan. Lebih lanjut dikatakan bahwa pernah ada ahli kehutanan dari Universitas
Gadjah Mada Yogyakarta untuk melakukan penelitian guna membasmi hama penyakit
tersebut namun hingga sekarang belum berhasil. Di kawasan hutan produksi, petani dapat
menanam tanaman hortikultura setelah penebangan selama kurangv lebih empat tahun.
Setelah empat tahun, apabila petani menanam tanaman di sela-sela tanaman milik perhutani
dengan sistem bagi hasil dengan Perhutani.
Kawasan Hutan Besowo dapat dikatakakan sebagai hutan yang dapat terpelihara,
meskipun mengalami kerusakan. Kerusakan hutan disebabkan perilaku manusia, bencana
alam seperti gunung meletus, dan hama penyakit yang menyerang pepohon. Kerusakan
akibat perilaku manusia terjadi kebakaran akibat pencari lebah yang belum mematikan apinya
secara sempurna setelah digunakan untuk mengambil madu, pengambilan daun-daun dan
rantingnya untuk pakan ternak. Kerusakan yang disebabkan bencana alam seperti
meletusnya Gunung Kelud.
Meletusnys Gunung Kelud bulan Februari 2014 menyebabkan 30 hektar pohon pinus
mongering sehingga tidak bisa disadap getahnya, pohon-pohon besar di hutan lindung
mongering rantinnya, menghilangnya satwa, lebah madu. Apakah lebah itu mati atau migrasi
ke tempat lain karena hingga bulan Juli 2014 lebah tidak ditemukan lagi di hutan lindung.
B.Dusun Sidodadi, Desa Besowo, sebagai Masyarakat Tengah hutan atau Desa
Magersaren
Masyarakat Dusun Sidodadi yang merupakan bagian Desa Besowo terletak di tengah-
tengah kawasan hutan milik perhutani. Masyarakat Desa Besowo menyebut ” Masyarakat
Hutan”, karena terletak di tengah-tengah hutan. Menurut keterangan kepala dusun bahwa
penduduk Sidodadi diperkirakan sudah ada sejak tahun 1948. Seperti dikatakan kepala dusun
bahwa kakeknya yang berasal dari Nganjuk dating ke Sidodadi kira-kira tahun 1948 yang
kemudian bekerja di Perhutani. Tahun 1951 mendapat tanah pekarangan seluas 25 X25
meter untuk didirikan rumah dengan status hak pakai. Kemudian berdatangan penduduk dari
daerah sekitarnya untuk menempati wilayah ini dan bekerja di perhutani tahun 1979, 1981
dan 1984 sebagian warganya mengikuti transmigrasi ke Sumatra. Menurut catatan kepala
dusun bahwa tanah perhutani yang digunakan untuk pemukiman Dusun Sidodadi seluas 22
hektar. Pada tahun 2013 terdapat kurang lebih 300 kepala keluarga dengan jumlah penduduk
900 orang. Setiap kepala keluarga minimal mendapat tanah garapan dari perhutani kurang
lebih seluas 0,1 hektar. Selesai penebangan kayu tanah dibagikan kepada warga dusun untuk
dikelola. Pembagian tanah garapan diatur oleh LMDH dan Perhutani. Biasanya pengurus
LMDH mendapatkan pembagian lebih luas dibandingkan penduduk biasa karena pengurus
LMDH mempunyai tugas yang lebih besar untuk mengurus hutan. Sedangkan warga dusun
memiliki kewajiban untuk membantu tenaga kerja untuk Perhutani. Misalnya, kerja bakti
memperbaiki jalan, menjaga keamananan. Setiap keluarga wajib membantu tenaga kerja
untuk Perhutani.
Untuk menuju dusun tersebut dapat menggunakan sepeda motor maupun kendaraan
roda empat. Kondisi jalan yang berupa jalan ” makadam” atau tumpukan batu-batu kerikil
yang agak besar. Pada musim hujan kondisi kondisi jalan memburuk terutama untuk jalan-
jalan belum diaspal. Di dusun tersebut sudah ada Sekolah Dasar yang muridnya kurang lebih
100 orang, Sekolah Taman Kanak-kanak dan fasilitas keagamaan yaitu Mesjid, Pura dan
Gereja yang letaknya berdekatan. Pekarangan rumah penduduk milik perhutani yang disebut
”Magersari” sehingga penduduk tidak perlu membayar pajak bumi dan bangunan atau pajak
PBB. Listrik sudah ada sehingga umumnya penduduk Dusun sudah memiliki televisi, lemari
5
es dan sudah banyak yang menggunakan gas untuk memasak. Untuk memenuhi kebutuhan
air minum dari warga, maka dibuat di bak-bak penampungan Dusun Sidodadi. Bangunan
rumah penduduk bervariasi ada yang masih sederhana dengan lantai tanah namun ada yang
bangunan beton modern dan memilik mobil. Meskipun demikian setiap kepala keluarga di
dusun memiliki kendaraan bermotor. Kendaraan bermotor merupakan alat transportasi utama
untuk kegiatan ekonomi sperti ke ladang, ke hutan, dan lain-lain.
C.Kontribusi Layanan Ekosistem Hutan Besowo terhadap Kehidupan Ekonomi Rumah
Tangga Desa
Kawasan Hutan Besowo dapat dikatakakan sebagai hutan yang terpelihara, meskipun
mengalami kerusakan. Kerusakan hutan yang utama disebabkan bencana alam seperti gunung
meletus, hama penyakit yang menyerang pepohonan. Kondisi kawasan Hutan Besowo yang
terdiri dari hutan lindung dan hutan produksi yang terpelihara dapat memberikan kontribusi
yang besar terhadap kehidupan masyarakat lokal khususnya yang dikenal dengan
“Masyarakat Tengah Hutan” yaitu Dusun Sidodadi, Desa Besowo. Yang dimaksud kehidupan
ekonomi rumah tangga pedesaan adalah mata pencaharian hidup yang di dapat dari
ekosistem hutan Besowo. Berikut ini kontribusi layanan ekosistem Hutan Besowo terhadap
kehidupan ekonomi rumah tangga penduduk di sekitarnya:
1. Sebagai sumber makanan dan mata pencaharian hidup
a. Bertani dengan pola wanatani atau agroforestry
Penduduk Dusun Sidodadi yang dikenal dengan “Masyarakat Tengah Hutan”
menggantungkan hidupnya dari sektor pertanian. Bertani dilakukan pada musim penghujan
yaitu kira-kira bulan Oktober hingga Juni. Mereka mendapatkan lahan garapan dari
Perhutani untuk bercocoktanam di kawasan hutan produksi dengan kontrak kerja selama
empat tahun sejak pohon di hutan tersebut di tebang. Mereka bisa menanam hortikultura
(cabai, tomat, sayuran dan sebagainya), jagung, ketela dan sebagainya. Setelah empat tahun,
apabila berkeinginan menanam tanaman di sela-sela pohon milik Perhutani perlu memberikan
bagi hasil kepada Perhutani. Biasanya pohon-pohon sengon, gembilina yang berumur empat
tahun sudah cukup tinggi sehingga biasanya mereka menanam keladi atau bote, jahe. Apabila
pohon sudah tinggi maka tanaman di bawahnya tidak bisa hidup karena tertutup oleh ranting
daun.
Setiap kepala keluarga mendapat tanah garapan dari perhutani kurang lebih seluas 0,1
hektar. Untuk pengurus LMDH mendapatkan bagian lebih dari anggota biasa. Tanah seluas
0,1 hektar ditanami tanaman keras jenis sengon, gembili dan mindi sebanyak antara 60-70
bibit pohon dari perhutani. Para petani-penggarap dapat menanam tanaman musiman
hortikultura seperti cabai, tomat, keladi dan lain-lain. Ada perjanjian kontrak antara
perhutani dan petani penggarap yaitu selama tiga tahun petani dapat menanam tanaman
berada di sela-sela tanaman keras dan hasil panen menjadi milik petani.
Petani di daerah ini cukup maju, hal itu terlihat dari pola usaha tani intensif dengan
menggunakan mulsa. Tanaman sayuran kacang panjang ditanam secara tumpang sari dengan
tanaman cabai, tomat. Pola tanam seperti ini memiliki frekuensi panen yang cukup banyak.
Misalnya sayuran kacang panjang dapat dipanen tiga hari sekali, cabai seminggu dua kali dan
seterusnya. Mereka juga menanam keladi yang biasanya untuk memenuhi kebutuhan
pangan. Setelah empat tahun, petani penggarap dapat menanam tanaman hortikultura di
6
sela-sela tanaman keras namun ada pembagian hasil yaitu 20% untuk perhutani dan 80%
untuk petani penggarap. Petani penggarap bisa menanam tanaman hortikultura hingga masa
tebang yaitu kurang lebih delapan tahun untuk tanaman sengon, gembilina. Setelah empat
tahun biasanya petani hanya menanam mbote atau keladi, jahe di sela-sela tanaman keras
milik Perhutani. Petani penggarap mempunyai kewajiban memelihara tanaman atau pohon
milik Perhutani di kawasan hutan tersebut.
b.Buruh Tebang-Angkut atau blandong
Penebangan berdasarkan surat perintah dari Perhutani. Pada usia delapan tahun
tanaman keras seperti sengon, gembilina di hutan produktif sudah siap untuk di tebang.
Untuk penebangan pohon biasanya memberdayakan anggota LMDH Dusun Sidodadi.
Mereka yang ikut bekerja sebagai buruh tebang angkut mendapatkan upah berkisar antara
Rp 50.000,00 hingga Rp 75.000,00 bergantung dari volume pekerjaan. Biasanya mereka
bekerja dari pukul 06.00 hingga 19.00. Untuk kegiatan penebangan dilakukan musim
kemarau yaitu dimulai bulan Agustus hingga menjelang musim penghujan bulan September.
Saat penebangan pohon, petani penggarap sebagai anggota LMDH yang ikut bekerja
mendapat tambahan ”rencek” atau dahan-dahan kayu yang tidak diambil perhutani. Limbah
rencek biasanya dijual dengan harga satu truk Rp 600.000,00. Apabila kondisi cuaca baik
maka setiap hari mendapatkan empat hingga lima rit. Rata-rata setiap bulan dapat menjual
30 rit rencek. Hasil penjualan rencek dikelola LMDH dengan pembagian sebagai berikut: a)
pekerja atau penebang 50%; Operasional mandor 20%; Mantri (pimpinan mandor) 5%;
LMDH 15%. Uang LMDH digunakan untuk membayar: a) piket keamanan di lokasi
penebangan sebanyak 4(empat) orang untuk 24 jam; b) dua atau tiga minggu sekali polisi
hutan dari KPH Kediri datang, untuk perlu diberi uang bensin dan makan kurang lebih Rp
300.000,00.
Kegiatan warga Dusun Sidodadi padat sepanjang tahun sehingga dipastikan tidak ada
yang menganggur. Pada musim hujan, biasanya mereka melakukan usaha tani hortikultura di
sela-sela tanaman keras milik perhutani kemudian pada musim kemarau merupakan saat
penebangan yang memberdayakan tenaga kerja setempat. Atau sebagai buruh tani dengan
upah Rp 15.000,00 per hari kerja (pukul 06.30 hingga 10.00).
c.Penyadap Getah Pohon Pinus
Luas hutan untuk pohon Pinus sebelum erupsi Gunung Kelud kurang lebih 67 hektar
dengan mempekerjakan 53 orang, namun setelah erupsi 35 hektar hanya mempekerjakan 26
0rang. Hutan pinus yang mongering akibat erups kurang lebih 32 hektar. Para penyadap
pohon pinus kebanyakan berasal dari Dusun Sidodadi, dan lainnya berasal dari Besowo
Timur dan Kenteng. Untuk kegiatan menyadap getah pohon pinus dibagi menjadi kelompok
dengan anggota 15 orang, dan menyadap 200 pohon pinus dengan luas kurang lebih 1,5
hektar.
Penyadap getah Pohon Pinus di Hutan Besowo berasal dari Dusun Sidodadi, Dusun
Besowo Timur dan Dusun Kenteng. Setelah erupsi pekerja dibagi menjadi tiga kelompok
yaitu empat petak untuk 12 pekerja dari Sidodadi, tiga petak untuk 10 pekerja dari Besowo
Timur dan satu petak untuk enam pekerja dari Besowo Timur. Setiap petak dapat menyadap
sekitar 200 pohon pinus dengan luas kurang lebih 1,5 hektar. Setiap orang dapat menyadap
getah pinus dalam sepuluh hari sekali, dan sekali menyadap mendapatkan 40 kilogram
dengan upah Rp 80.000,00. Dengan demikian setiap orang mendapatkan penghasilan kurang
lebih Rp 240.000,00 per bulan.Hasil penyadapan getah pinus 15 pekerja dikumpulkan di
Tempat Penimbunan Getah (TPG). Jumlah getah pinus yang dihasilkan dalam satu bulan
berkisar 1500 kilogram.
7
Hasil penyadapan getah pinus dapat berfluktuasi dari tahun ke tahun. Misalnya, pada
tahun 2012 hasil penyadapan getah pinus mencapai 50 ton namun pada tahun 2013 hanya 48
ton dengan luas hutan pinus 53 hektar. Perbedaan perolehan getah pinus disebabkan cuaca
dan tenaga kerja. Pada tahun 2013, curah hujan cukup panjang hingga tujuh bulan sehingga
getah pinus sulit keluar. Demikian pula tenaga kerja dapat berpengaruh terhadap perolehan
getah karena ada yang rajin dan tidak. Misalnya, mereka yang rajin menyesek kulit pohon
tiga hari sekali, namun adakalanya terlambat menyesek kulit pohon karena sakit atau alas an
lainnya.
Getah Pinus dari TPG Sidodadi kemudian dikirim ke PGT(Pabrik Gondorukem
Terpentin) di Trenggalek. Getah pinus diolah untuk dijadikan bahan baku cat, tinner, pernis,
kosmetik dan lain-lain. Harga getah pinus berkisar Rp 2800,00 per kilo gram, dengan
demikian pendapatan Perhutani dari getah pinus berkisar Rp 5.600.000,00 per tahun.
Sebelum erupsi Gunung Kelud bisa mencapai Rp12.000.000,00.
Penyadapan Getah Pinus setelah Erupsi Gunung Kelud. Salah satu dampak erupsi
Gunung Kelud pada bulan Februari 2014 adalah pohon pinus di hutan mengering
diperkirakan seluas lebih dari 30 hektar. Usia pohon pinus yang mengering berkisar 35
tahun. Pihak Perhutani merencanakan Pohon Pinus yang mengering akibat erupsi
diperkirakan akan ditebang tahun 2015. Menurut keterangan mantri perhutani Hutan Besowo
luas hutan untuk pohon pinus di Hutan Besowo dibagi menjadi dua yaitu sebelum eruspsi
Gunung Kelud Februari 2014 adalah 67 hektar, dan sesudah erupsi hanya seluas 31 hektar.
Pohon pinus yang mengering tidak bisa lagi disadap getahnya sehingga ada sekitar 26 orang
kehilangan pekerjaan sebagai penyadap getah pinus. Menurut data dari Mandor Pohon Pinus
bahwa sebelum Gunung Kelud meluas penyadap getah pinus di Hutan Besowo berjumlah 53
orang, setelah meletus tinggal 26 orang.
d. Sayuran, buahan, dedauanan sebagai sumber makanan manusia dan ternak
Penduduk di dusun ini dapat mengambil secara bebas buah, sayuran, daun-daunan di
hutan seperti misalnya buah kemiri, pucung atau kluwak yang biasa digunakan untuk bumbu.
Biasanya buah kemiri dari hutan lindung direbus, dikupas dan diambil bijinya. Harga jual
buah kemiri yang baik kualitasnya berkisar Rp 15.000,00 per kilogram. Demikian pula
mereka juga mengambil buah pucung yaitu kluwak yang dapat dijual. Jenis sayuran yang
biasa diambil dari hutan lindung seperti pakis, terong, daun singkong dan sebagainya.
Biasanya sayuran tersebut juga dijual ke pedagang yang ada di dusun. Seorang pengumpul
daun pakis sehari bisa mendapatkan 10 kilogram , dan harga jual jual Rp 7500,00
perkilogram. Pohon pisang tumbuh liardi hutan lindung, beberapa penduduk mengambil
daun pisang untuk dijual ke pembuat getuk pisang dan lontong. Jenis daun pisang dari hutan
kualitasnya baik sebagai pembungkus getuk pisang. Harga jual daun pisang Rp 35.000,00
per ikat. Biasanya mereka mendapatkan dua atau tiga ikat per hari. Namun sejak Gunung
Kelud meletus, pohon kemiri, pucung mongering sehingga pada tahun 2014 penduduk di
dusun ini tidak bisa mengambil buah tersebut.
Hampir semua keluarga di Sidodadi memelihara ternak yaitu kambing atau sapi.
Biasanya mereka mengambil rumput, daun-daunan dari hutan lindung atau hutan produksi
untuk pakan ternak. Namun adakalanya beberapa mengambil secara diam-diam daun dan
ranting dari pohon milik Perhutani. Apabila ketahuan oleh petugas Perhutani biasanya akan
ditegur dan diberi sangsi.Pengambilan ranting pohon di hutan produksi dilarang oleh
Perhutani karena dapat mengganggu pertumbuhan pohon.
8
e. Pencari Madu lebah
Pada musim kemarau, penduduk di dusun ini mengambil madu lebah di hutan
lindung. Sarang-sarang lebah biasa terdapat di pohon-pohon besar. Untuk mengambil
sarang lebah biasanya menggunakan asap dari api. Apabila mereka tidak dapat mematikan
api dengan sempurna dapat menyebabkan kebakaran hutan. Usaha mencari lebah madu
dapat menguntungkan karena harga madu hutan berkisar Rp 200.000,00 per liter. Biasanya
pencari lebah mendapatkan satu atau dua liter. Namun setelah Gunung Kelud meletus, lebah
madu menghilang apakah mati atau migrasi ke tempat lain sehingga pada musim kemarau
tahun 2014 tidak ada sarang lebah di hutan lindung.
2.Mendapatkan sumber air bersih
Keberadaan hutan memunculkan sumber air bersih. Misalnya, Damlak merupakan
tempat penampungan air bersih yang dibangun pada jaman Belanda hingga sekarang menjadi
sumber air utama untuk memenuhi kebutuhan warga desa. Meskipun kondisi bangunan
Damlak sudah mengalami kerusakan akibat usia dan bencana alam Gunung Kelud, banjir
lahar dingin. Demikian pula ketika Gunung Kelud, muncul sumber air disebut “Sumber
Sangut” di dekat Dusun Sidodadi yang jaraknya kurang lebih satu kilometer. Ketika bulan
Februari 2014 Gunung Kelud meletus, air dari Damlak tidak bisa dikonsumsi karena kotor
tercampur pasir dari erupsi. Oleh karena itu untuk mencukupi kebutuhan air sehari-hari
mengambil dari dari sumber tersebut. Bahkan sumber air sudah ditinjau oleh Bupati Kediri
yang rencananya akan dibangun tempat penampungan air agar bisa disalurkab ke dusun.
3.Mendapatkan kayu untuk keperluan bangunan dan kayu bakar
Keberadaan hutan produksi dan hutan lindung memberikan manfaat akan ketersediaan
kayu sebagai penyokong konstruksi bangunan rumah. Kayu bakar untuk kepentingan rumah
tangga atau dijual. Masyarakat dusun Sidodadi sebagai anggota LMDH (Lembaga
Masyarakat Desa Hutan) dan bertempat tinggal di di kawasan hutan milik Perhutani dapat
memanfaatkan kayu untuk keperluan pembuatan rumah tetapi tidak untuk dijual. Misalnya,
ada kerangka bangunan rumah yang rusak maka mereka dapat mengajukan permohonan
kepada ketua, pengurus LMDH untuk meminta bantuan kayu guna memeperbaiki rumah.
Demikian pula, masyarakat dapat mengambil ranting-ranting kayu dari pepohonan saat
penebangan kayu oleh Perhutani yang disebut rencek. Demikian pula penduduk desa dapat
mengambil kayu yang mongering di hutan lindung untuk kebutuhan kayu bakar bahkan ada
kalanya dapat dijual.
KESIMPULAN
Penelitian ini memberikan gambaran dan wawasan bahwa layanan ekosistem hutan
Besowo atau Besowo forest ecosystem services (BFES) membuktikan pentingnya
kelestarian hutan dalam mendukung kegiatan ekonomi atau mata pencaharian hidup
masyarakat pedesaan di sekitarnya khususnya masyarakat dusun Sidodadi. Dari studi ini
dapat dibuktikan bahwa kontribusi layanan ekosistem kawasan hutan Besowo antara lain: a)
menyediakan keanekaragaman bahan makanan yang dapat dimanfaatkan sendiri, pakan
ternak dan menjadi sumber mata pencaharian hidup untuk dijual; b) menyediakan kayu
untuk bahan kontruksi pembuatan rumah, kayu bakar dan lain-lain; c) menyediakan sumber
air bersih. Layanan ekosistem hutan Besowo dimanfaatkan oleh laki, perempuan, orang
kaya, orang miskin di masyarakat dusun Sidodadi. Namun ada beberapa perbedaan, orang-
orang kaya di dusun tersebut biasanya tidak mencari sendiri sumber anekaragam hayati
sebagai sumber makanan di hutan namun dapat membeli dari orang di daerahnya. Bahkan
orang kaya di daerah ini yang berdagang hasil pertanian juga sebagai pengepul sayuran dari
9
hutan. Biasanya orang-orang miskin mengambil langsung sayuran, kayu, rumput untuk
pakan ternak, madu lebah, daun pisang dan sebagainya untuk kebutuhan sendiri maupun
dijual. Mereka terlibat dalam pekerjaan sebagai buruh di penebangan kayu, penyadap getah
pinus.
Di sisi lain terjadi kerentanan ekosistem hutan akibat bencana alam seperti terjadinya
erupsi Gunung Kelud pada bulan Februari 2014 dapat menyebabkan menghilangnya
keanekaragaman sumber makanan dan lapangan pekerjaan seperti menghilangnya satwa
seperti lebah sehingga untuk tahun itu tidak mendapatkan lebah madu, mengeringnya
pohon seperti pohon pinus yang tidak dapat diambil getahnya, pohon kemiri yang biasa
daimbil buahnya oleh penduduk setempat, mengeringnya pohon pucung dan lain-lain. Namun
erupsi Gunung Kelud memeberikan manfaat besar bagi tanaman hortikultura, pada bulan Juli
2014 tanaman cabai, tomat tumbuh subur karena debu yang dari erupsi Gunung Kelud
menjadi pupuk yang bermanfaat bagi tumbuhnya tanaman.
Kegiatan ekonomi di daerah ini cukup dinamis sepanjang tahun sehingga dapat
mencukupi kebutuhan hidup mereka. Anak-anak bisa melanjutkan sekolah di luar desa,
hampir semua rumah tangga memiliki sepeda motor, kondisi bangunan rumah cukup, kondisi
ekonomi rumah tangga yang cukup baik karena banyak peadagang makanan, sayura, jajanan
anak yang datang ke daerah tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.2003.“Kerusakan hutan Indonesia Dua Juta Hektar Per tahun”.
http://www.tempo.co/read/news/2003/03/27/0567664/Kerusakan-Hutan-Indonesia-
Dua-Juta-Hektar- Per-tahun).
Anonim. 2011. “Negara Rugi Rp 71 trilliun Akibat Deforestasi. Selasa, 22 Februari 2011
http://id.kopea.com/question/115292/kerugian-apa-yang-ditanggung-negara-akibat-
kerusakan
Anonim. (http://www.artikellingkungan.com/6-fungsi-hutan-indonesia.html).
Ambrose-Oji,B. 2003. The contribution of NTFPs to the livehoods of “forest poor”: Evidence
from the tropical forest zone of south-west Cameroon. International Forestry Review,
5(2), 106-117.
Cavendish,W.2000. Empirical regularities in the poverty-environment relationship of rural
household: Evidence from Zimbabwe.World Developmen, 28(11): 1979-2003.
Kalaba, F.K., and Claire, H.Q; Andrew.J.D., 2013. Contribution of forest provisioning
Ecosystem services to rural livelihoods in the Miombo woodlands of Zambia.
Population Enviromment (35): 159-182.
Paumgarte,F., and Shackleton,C.M.2009. Wealth differentiation in household use and trade in
non-timber forest products in South Africa.Ecological Economic,68(12): 2950-2959.
Paumgarten,F. and Shackleton,C.M.2011. The role of non-timber forest products in
Household coping strategies in South Africa: The influence of household wealth and
Gender.Population and Environment,33(1):108-131.
10
Pariangu, Umbu TW. 2011. Tragedi Kerusakan Lingkungan di Indonesia.
(http://gagasanhukum.wordpress.com/2011/12/01/tragedi-kerusakan-lingkungan-di-
indonesia).
Pearson, G.A. 1937. “Conservation and use of forest in the southwest “.Scientific
Monthly,45:150-157.
Whitford,H.N. 1923. The use of tropical land and tropical forests. Scientific Monthly, 17:
135-145.