motivasi masyarakat terhadap penyelenggaraan …

18
Motivasi Masyarakat Terhadap Penyelenggaraan Telekomunikasi... Hilarion Hamjen 185 MOTIVASI MASYARAKAT TERHADAP PENYELENGGARAAN TELEKOMUNIKASI DI PEDESAAN MOTIVATION OF SOCIETY TO THE OPERATIONS OF TELECOMMUNICATION IN RURAL AREA Hilarion Hamjen Balai Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika Banjarmasin Jl. Yos Sudarso No. 29 Banjarmasin, Kalimantan Selatan; Telp. (0511) 3353849 / Hp. 08538644098 Email: [email protected] diterima: 16 Desember 2014 | direvisi: 5 Januari 2015 | disetujui: 16 Januari 2015 ABSTRACT This research be held in Sei. Liju Village, Jamut Village and Liang Buah Village in North Barito district of Central Kalimantan in order to determine the level of motivation and social demand for telecommunications operations in the rural area. The study was conducted using quantitative method, Ana Alt survey quota sampling. Based on the survey results revealed that people are highly motivated and require telecommunications operations in their village in order to have telecommunications easily, quickly and smoothly for agricultural purposes such as the distribution of the harvest, the need for knowledge, the need to increase the income and needs of communication with their family and friend who are planted away from the village or wander in other areas. It is expected that telecommunications providers pay attention to the villages that have a society with a high motivation and needs in telecommunications access, so that the implementations of telecommunications in rural areas become more effective and efficient in order to support the law no. 36 Years 1999 Article 3 of the purpose of the operation of telecommunications and law No. 6 Years 2014, Article 8 and Article 12 of development and community empowerment. Keywords : Motivation, needs, rural, operation, telecommunication ABSTRAK Penelitian ini dilakukan di desa Sei. Liju, Desa Jamut dan desa Liang Buah di Kabupaten Barito Utara Kalimantan Tengah dengan tujuan untuk mengetahui tingkat motivasi dan kebutuhan masyarakat terhadap penyelenggaraan telekomunikasi di desa tersebut. Penelitian dilakukan dengan metode survei secara kuantitatif dengan teknik quota sampling. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa masyarakat sangat termotivasi dan membutuhkan penyelenggaraan telekomunikasi di desanya agar dapat melakukan telekomunikasi secara mudah, cepat dan lancar untuk keperluan pertanian serta pendistribusian hasil panen, kebutuhan untuk pengetahuan, kebutuhan untuk meningkatkan pendapatan dan kebutuhan komunikasi dengan keluarga dan kerabat mereka yang berada di lokasi jauh dari desa atau merantau di daerah lain. Diharapkan pihak penyelenggara telekomunikasi dapat memperhatikan desa-desa yang memiliki masyarakat dengan motivasi yang tinggi dalam mengakses telekomunikasi, sehingga realisasi penyelenggaraan telekomunikasi di pedesaan menjadi lebih efektif dan efisien guna mendukung Undang-Undang no. 36 Tahun 1999 pasal 3 tentang tujuan penyelenggaraan telekomunikasi dan Undang-Undang No.6 tahun 2014 pasal 8 dan pasal 12 tentang pembangunan dan pemberdayaan masyarakat desa. Kata Kunci : Motivasi, kebutuhan, masyarakat, desa, penyelenggaraan, telekomunikasi I. PENDAHULUAN Kebutuhan untuk bertukar informasi atau berkomunikasi antara satu pihak dengan pihak lainnya merupakan salah satu kebutuhan mendasar yang telah dilakukan oleh manusia sejak dahulu. Dalam perkembangannya pada masa kini berkomunikasi tidak hanya dilakukan oleh orang- orang yang berada dilokasi yang sama, namun juga dapat dilakukan oleh orang-orang yang berada dilokasi yang berbeda-beda misalnya komunikasi

Upload: others

Post on 20-Oct-2021

8 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: MOTIVASI MASYARAKAT TERHADAP PENYELENGGARAAN …

Motivasi Masyarakat Terhadap Penyelenggaraan Telekomunikasi... Hilarion Hamjen

185

MOTIVASI MASYARAKAT TERHADAP PENYELENGGARAAN TELEKOMUNIKASI DI PEDESAAN

MOTIVATION OF SOCIETY TO THE OPERATIONS OF TELECOMMUNICATION IN RURAL AREA

Hilarion Hamjen

Balai Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika Banjarmasin

Jl. Yos Sudarso No. 29 Banjarmasin, Kalimantan Selatan; Telp. (0511) 3353849 / Hp. 08538644098

Email: [email protected]

diterima: 16 Desember 2014 | direvisi: 5 Januari 2015 | disetujui: 16 Januari 2015

ABSTRACT

This research be held in Sei. Liju Village, Jamut Village and Liang Buah Village in North Barito district of

Central Kalimantan in order to determine the level of motivation and social demand for telecommunications

operations in the rural area. The study was conducted using quantitative method, Ana Alt survey quota

sampling. Based on the survey results revealed that people are highly motivated and require

telecommunications operations in their village in order to have telecommunications easily, quickly and

smoothly for agricultural purposes such as the distribution of the harvest, the need for knowledge, the need to

increase the income and needs of communication with their family and friend who are planted away from the

village or wander in other areas. It is expected that telecommunications providers pay attention to the villages

that have a society with a high motivation and needs in telecommunications access, so that the

implementations of telecommunications in rural areas become more effective and efficient in order to support

the law no. 36 Years 1999 Article 3 of the purpose of the operation of telecommunications and law No. 6 Years

2014, Article 8 and Article 12 of development and community empowerment.

Keywords : Motivation, needs, rural, operation, telecommunication

ABSTRAK

Penelitian ini dilakukan di desa Sei. Liju, Desa Jamut dan desa Liang Buah di Kabupaten Barito Utara

Kalimantan Tengah dengan tujuan untuk mengetahui tingkat motivasi dan kebutuhan masyarakat terhadap

penyelenggaraan telekomunikasi di desa tersebut. Penelitian dilakukan dengan metode survei secara

kuantitatif dengan teknik quota sampling. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa masyarakat sangat

termotivasi dan membutuhkan penyelenggaraan telekomunikasi di desanya agar dapat melakukan

telekomunikasi secara mudah, cepat dan lancar untuk keperluan pertanian serta pendistribusian hasil panen,

kebutuhan untuk pengetahuan, kebutuhan untuk meningkatkan pendapatan dan kebutuhan komunikasi dengan

keluarga dan kerabat mereka yang berada di lokasi jauh dari desa atau merantau di daerah lain. Diharapkan

pihak penyelenggara telekomunikasi dapat memperhatikan desa-desa yang memiliki masyarakat dengan

motivasi yang tinggi dalam mengakses telekomunikasi, sehingga realisasi penyelenggaraan telekomunikasi

di pedesaan menjadi lebih efektif dan efisien guna mendukung Undang-Undang no. 36 Tahun 1999 pasal 3

tentang tujuan penyelenggaraan telekomunikasi dan Undang-Undang No.6 tahun 2014 pasal 8 dan pasal 12

tentang pembangunan dan pemberdayaan masyarakat desa.

Kata Kunci : Motivasi, kebutuhan, masyarakat, desa, penyelenggaraan, telekomunikasi

I. PENDAHULUAN

Kebutuhan untuk bertukar informasi atau

berkomunikasi antara satu pihak dengan pihak

lainnya merupakan salah satu kebutuhan mendasar

yang telah dilakukan oleh manusia sejak dahulu.

Dalam perkembangannya pada masa kini

berkomunikasi tidak hanya dilakukan oleh orang-

orang yang berada dilokasi yang sama, namun juga

dapat dilakukan oleh orang-orang yang berada

dilokasi yang berbeda-beda misalnya komunikasi

Page 2: MOTIVASI MASYARAKAT TERHADAP PENYELENGGARAAN …

Jurnal Penelitian Pers dan Komunikasi Pembangunan Vol. 18 No.3 Februari 2015: 185-202

186

antar negara, antar kota disuatu negara, antar desa

ke kota atau sebaliknya, bahkan antar desa dengan

jarak yang berjauhanpun hal tersebut dapat

dilakukan dengan bantuan perangkat

telekomunikasi, selama infrastruktur diwilayah

tersebut memadai dan tersedia jasa telekomunikasi

diwilayah tersebut (Gouzali 2006).

Jasa telekomunikasi yang disediakan oleh

operator sebagian besar berbasis komunikasi

bergerak atau komunikasi seluler yang memerlukan

infrastruktur berupa BTS (Base Transceiver

Station) yang berfungsi sebagai stasiun pemancar

dan penerima sinyal informasi dari dan ke perangkat

Ponsel yang berada dalam area cakupan BTS

tersebut. Dengan kata lain perangkat ponsel yang

jauh dari cakupan BTS akan sulit untuk mengakses

jasa telekomunikasi dan perangkat ponsel yang

tidak berada pada cakupan BTS tidak dapat

digunakan untuk berkomunikasi dengan perangkat

ponsel lainnya. (Gouzali 2006).

Dalam Undang-Undang No.36 Tahun 1999

tentang Telekomunikasi, pada pasal 3 disebutkan

bahwa Telekomunikasi diselenggarakan dengan

tujuan untuk mendukung persatuan dan kesatuan

bangsa, meningkatkan kesejahteraan dan

kemakmuran rakyat secara adil dan merata. Artinya

penyelenggaraan telekomunikasi seharusnya

direalisasikan secara merata mulai dari perkotaan

hingga ke desa-desa. Akan tetapi dalam realisasinya

untuk pemerataan tersebut tidak dapat dilakukan

secara serentak melainkan secara bertahap, karena

terlebih dahulu diperlukan pembangunan

infrastruktur telekomunikasi berupa BTS (Base

Tranceiver Station) yang tentu saja membutuhkan

waktu dan biaya yang relatif besar agar dapat

menyelenggarakan jasa telekomunikasi hingga ke

desa-desa.

Penyelenggaraan telekomunikasi meliputi

Infrastruktur dan layanan telekomunikasi yang

memadai disuatu wilayah dipedesaan tentu saja

perlu didukung oleh motivasi yang tinggi dari

masyarakat setempat agar tidak merugikan pihak

operator untuk memungkinkan penyelenggaraan

telekomunikasi secara efektif dan efisien

dipedesaan, dengan kata lain keberhasilan

komunikasi disuatu daerah ditentukan oleh

dukungan dari masyaraakat. Oleh karena itu

dilakukan penelitian ini dengan rumusan masalah

adalah bagaimana tingkat motivasi masyarakat dan

bagaimana kebutuhan masyarakat terhadap

penyelenggaraan telekomuniasi didesanya ?

sehingga sesuai dengan rumusan masalah maka

tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui

tingkat motivasi masyarakat dan kebutuhan

terhadap penyelenggaraan telekomunikasi

didesanya.

Berdasarkan teori kebutuhan dikembangkan

oleh David McClelland yang berfokus pada tiga

kebutuhan yang didefinisikan yaitu Need for

Achievement (kebutuhan pencapaian) adalah

dorongan/keinginan untuk melebihi, mencapai

standar-standar, berusaha keras untuk berhasil /

mencapai kesuksesan (High Achiever). Kebutuhan

akan prestasi merupakan dorongan untuk

mengungguli, berprestasi sehubungan dengan

seperangkat standar, bergulat untuk sukses.

Kebutuhan ini pada hirarki Maslow terletak antara

kebutuhan akan penghargaan dan kebutuhan akan

aktualisasi diri. Ciri-ciri individu yang

menunjukkan orientasi tinggi antara lain bersedia

menerima resiko yang relatif tinggi, keinginan

Page 3: MOTIVASI MASYARAKAT TERHADAP PENYELENGGARAAN …

Motivasi Masyarakat Terhadap Penyelenggaraan Telekomunikasi... Hilarion Hamjen

187

untuk mendapatkan umpan balik tentang hasil kerja

mereka, keinginan mendapatkan tanggungjawab

pemecahan masalah.

Kemudian Need for Power (Kebutuhan

kekuatan) adalah Kebutuhan untuk membuat

individu lain berperilaku sedemikian rupa sehingga

mereka tidak akan berperilaku sebaliknya atau

keinginan untuk mempunyai pengaruh dan senang

mengatur. Kebutuhan akan kekuasaan adalah

kebutuhan untuk membuat orang lain berperilaku

dalam suatu cara dimana orang-orang itu tanpa

dipaksa tidak akan berperilaku demikian atau suatu

bentuk ekspresi dari individu untuk mengendalikan

dan mempengaruhi orang lain. Kebutuhan ini pada

teori Maslow terletak antara kebutuhan akan

penghargaan dan kebutuhan aktualisasi diri.

McClelland menyatakan bahwa kebutuhan

akan kekuasaan sangat berhubungan dengan

kebutuhan untuk mencapai suatu posisi

kepemimpinan dan need for affiliation adalah

Kebutuhan hubungan: keinginan untuk menjalin

suatu hubungan antarpersonal yang ramah dan

akrab untuk bekerjasama, bersahabat, menanggung

bersama. Pada umumnya para ahli teori perilaku

beropini bahwa dalam setiap perilakunya manusia

mempunyai tujuan yang hendak dicapai. Kebutuhan

akan Afiliasi adalah hasrat untuk berhubungan antar

pribadi yang ramah dan akrab. Individu

merefleksikan keinginan untuk mempunyai

hubungan yang erat, kooperatif dan penuh sikap

persahabatan dengan pihak lain. Individu yang

mempunyai kebutuhan afiliasi yang tinggi

umumnya berhasil dalam pekerjaan yang

memerlukan interaksi sosial yang tinggi.

McClelland mengatakan bahwa kebanyakan

orang memiliki kombinasi karakteristik tersebut,

akibatnya akan mempengaruhi perilaku karyawan

dalam bekerja atau mengelola organisasi.

Tiga karakteristik dan sikap motivasi prestasi

ala Mcclelland: (1) Pencapaian adalah lebih penting

daripada materi; (2) Mencapai tujuan atau tugas

memberikan kepuasan pribadi yang lebih besar

daripada menerima pujian atau pengakuan. (3)

Umpan balik sangat penting, karena merupakan

ukuran sukses, umpan balik yang diandalkan,

kuantitatif dan faktual.

Motivasi berasal dari bahasa latin yaitu

“Movere” yang berarti dorongan atau daya

penggerak. Mc Donald (Djamarah 2008)

mengatakan bahwa, motivation is a energy change

within the person characterized by affective arousal

and anticipatory goal reactions. Motivasi adalah

suatu perubahan energi didalam pribadi seseorang

yang ditandai dengan timbulnya afektif (perasan)

dan reaksi untuk mencapai tujuan.

Ada beberapa pengertian motivasi menurut

Para ahli sebagai berikut:

- Menurut Wexley & Yukl (dalam As’ad 1987)

motivasi adalah pemberian atau penimbulan

motif, dapat pula diartikan hal atau keadaan

menjadi motif.

- Motivasi adalah suatu perubahan energi dalam

pribadi seeseorang yang ditandai dengan

timbulnya afektif dan reaksi untuk mencapai

tujuan (Hamalik 2009).

- Makmun (2009) mendefinisikan motivasi

sebagai kekuatan (power) atau tenaga (forces)

atau daya (energy) atau suatu keadaan yang

kompleks dan kesiapsediaan dalam diri

individu yang bergerak kearah tertentu, baik

disadari maupun tidak disadari.

Page 4: MOTIVASI MASYARAKAT TERHADAP PENYELENGGARAAN …

Jurnal Penelitian Pers dan Komunikasi Pembangunan Vol. 18 No.3 Februari 2015: 185-202

188

- Sedangkan menurut Mitchell (dalam Winardi

2002) motivasi mewakili proses-proses

psikologikal, yang menyebabkan timbulnya,

diarahkanya, dan terjadinya persistens.

Dari seluruh definisi tentang motivasi dapat

ditarik kesimpulan bahwa motivasi adalah suatu

dorongan kebutuhan dan keinginan individu yang

diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu.

Motivasi adalah proses yang menjelaskan

intensitas, arah, dan ketekunan seorang individu

untuk mencapai tujuannya (Mitchell 1997). Tiga

elemen utama dalam definisi ini adalah intensitas,

arah, dan ketekunan (Robbins 2008).

Hubungan antara motivasi dan intensitas,

intensitas terkait dengan dengan seberapa giat

seseorang berusaha, tetapi intensitas tinggi tidak

menghasilkan prestasi kerja yang memuaskan

kecuali upaya tersebut dikaitkan dengan arah yang

menguntungkan. Sebaliknya elemen yang terakhir,

ketekunan, merupakan ukuran mengenai berapa

lama seseorang dapat mempertahankan usahanya

(Robbins 2008).

Konteks studi psikologi, Abin Syamsuddin

Makmun (2003) mengemukakan bahwa untuk

memahami motivasi individu dapat dilihat dari

beberapa indikator, diantaranya: (1) durasi

kegiatan; (2) frekuensi kegiatan; (3) persistensi pada

kegiatan; (4) ketabahan, keuletan dan kemampuan

dalam mengahadapi rintangan dan kesulitan; (5)

devosi dan pengorbanan untuk mencapai tujuan; (6)

tingkat aspirasi yang hendak dicapai dengan

kegiatan yang dilakukan; (7) tingkat kualifikasi

prestasi atau produk (out put) yang dicapai dari

kegiatan yang dilakukan; (8) arah sikap terhadap

sasaran kegiatan.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Desa

adalah kesatuan wilayah yang dihuni oleh sejumlah

keluarga yang mempunyai sistem pemerintahan

sendiri (dikepalai oleh seorang Kepala Desa) atau

desa merupakan kelompok rumah di luar kota yang

merupakan kesatuan.

Mengacu pada hukum menurut UU No. 5

Tahun 1979, Desa adalah suatu wilayah yang

ditempati oleh sejumlah penduduk sebagai kesatuan

masyarakat termasuk di dalamnya kesatuan

masyarakat dan hukum yang mempunyai organisasi

pemerintahan terendah langsung di bawah camat

dan berhak menyelenggarakan rumah tangganya

sendiri dalam ikatan Negara Kesatuan Republik

Indonesia.

Menurut UU No. 22 Tahun 1999, Desa adalah

kesatuan masyarakat hukum yang memiliki

kewenangan untuk mengatur dan mengurus

kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal

usul dan adat istiadat setempat yang diakui dalam

sistem pemerintahan nasional dan berada di daerah

kabupaten.

Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 72

Tahun 2005, Desa adalah kesatuan masyarakat

hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang

berwenang untuk mengatur dan mengurus

kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan

asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan

dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara

Kesatuan Republik Indonesia.

Menurut. Undang Undang No. 6 Tahun 2014

Pasal 1 Desa adalah desa dan desa adat atau yang

disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut Desa,

adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki

batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan

mengurus urusan pemerintahan, kepentingan

Page 5: MOTIVASI MASYARAKAT TERHADAP PENYELENGGARAAN …

Motivasi Masyarakat Terhadap Penyelenggaraan Telekomunikasi... Hilarion Hamjen

189

masyarakat setempat berdasarkan prakarsa

masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak tradisional

yang diakui dan dihormati dalam sistem

pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Pasal 8 Pembangunan Desa adalah upaya

peningkatan kualitas hidup dan kehidupan untuk

sebesar-besarnya kesejahteraan masyarakat Desa.

Di Pasal 9 Menyebutkan Kawasan Perdesaan

adalah kawasan yang mempunyai kegiatan utama

pertanian, termasuk pengelolaan sumber daya alam

dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat

permukiman perdesaan, pelayanan jasa

pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan

ekonomi.

Dan Pasal 12 menyebutkan pemberdayaan

masyarakat desa adalah upaya mengembangkan

kemandirian dan kesejahteraan masyarakat dengan

meningkatkan pengetahuan, sikap, keterampilan,

perilaku, kemampuan, kesadaran, serta

memanfaatkan sumber daya melalui penetapan

kebijakan, program, kegiatan, dan pendampingan

yang sesuai dengan esensi masalah dan prioritas

kebutuhan masyarakat desa.

Komunikasi adalah proses saling bertukar

informasi atau berita yang berjalan lancar dan terus

menerus diantara anggota kelompok atau individu

(Gouzali 2006). Teori Komunikasi dari Shanon dan

Weaver (1949) diterima secara luas sebagai salah

satu dasar berkembangnya ilmu komunikasi yang

memandang komunikasi sebagai transmisi pesan.

Menurut Gozali (2006) dijelaskan bahwa

komunikasi dapat berlangsung bila sekurang-

kurangnya ada empat komponen, yaitu: (1)

Pengirim berita (sumber), (2) Pihak yang menerima

berita (sasaran), (3) Isi Pesan (berita) yang akan

disampaikan, dan (4) Media Penyampai atau media

transmisi yang akan mengantarkan pesan dari satu

pihak kepihak lain.

Komunikasi mencakup semua cara untuk

menyampaikan atau menyebarluaskan berita.

Sedang berita yang disampaikan dapat terdiri dari

buah pikiran/gagasan, pengetahuan, nilai-nilai

hidup, kepercayaan, dan lain sebagainya. Demikian

pula media transmisi yang akan menyampaikan

berita itu dapat berupa cahaya atau gelombang

elektromagnetik berkecepatan tinggi.

Komunikasi berasal dari bahasa latin:

Communis = sama (common) Komunikasi berarti

kita salin berusaha mengadakan kesamaan

(commonness) dengan orang lain. Dan orang lain

(sipenerima) tersebut sedang berusaha pula untuk

mengerti isi informasi yang diterimanya. Supaya

proses komunikasi berjalan lancar, adalah antara

pengirim dan penerima pesan harus sama-sama

memahaminya dengan sempurna. Bermacam-

macam cara manusia untuk dapat saling

berkomunikasi ada yang lewat bahasa, isyarat,

tanda, bunyi dan sebagainya.

Arthur Berger dalam Erdhy Fanggida E (2006

hal.13) mengklasifikasikan media komunikasi

kedalam tiga bagian yang terdiri dari media

elektronik (telepon, televisi, radio, rekaman), media

cetak (buku, majalah, suratkabar, billboard) dan

media fotografis (fotogragfi, film, video).

Sedangkan metode komunikasi yang paling Populer

digunakan antara lain: Interaksi adalah sebuah

bentuk komunikasi. Macam-macam komunikasi

sebagai bentuk interaksi manusia terdiri dari

intrapersonal, interpersonal, kelompok kecil (small

group), publik komunikasi, komunikasi massa

(Adler 2006) Interaksi merupakan ungkapan yang

kemudian dapat menggambarkan cara untuk

Page 6: MOTIVASI MASYARAKAT TERHADAP PENYELENGGARAAN …

Jurnal Penelitian Pers dan Komunikasi Pembangunan Vol. 18 No.3 Februari 2015: 185-202

190

mempermudah terjadinya sebuah hubungan antara

seseorang dengan orang lain, yang kemudian

diaktualisasikan melalui praktek komunikasi,

dimana interaksi lisan ini merupakan sesuatu yang

disampaikan dapat berupa pesan, berita, dan lainnya

yang kemudian dapat menggambarkan

mempermudah suatu proses komunikasi dan dalam

berkomunikasi inipun .

Interaksi lisan baik secara formal maupun

tidak, inipun dapat dilakukan yang mana dalam

prosesnya dapat langsung ataupun tidak langsung.

Komunikasi tersebut terjadi secara tidak langsung

karena dibatasi oleh jarak, misalnya komunikasi

lewat telepon dlan sebagainya. Komunikasi Lisan

adalah komunikasi yang terjadi secara langsung dan

tidak dibatasi oleh jarak, dimana dua belah pihak

dapat bertatap muka, Misalnya dialog dua orang,

wawancara maupun rapat dan sebagainya. seperti:

pidato, ceramah ,memberi prasaran, wawancara,

memberi perintah atau tugas dan lain-lainnya.

Komunikasi Tertulis, bentuknya beragam,

misalnya Mading (Majalah Dinding), dan Buletin

yang berisi berita-berita sukses pencapaian target

penjualan–informasi produk baru–curah

pendapat/pengetahuan karyawan–sampai dengan

interaksi tanya jawab dengan Manajer HR atas isu

kepersonaliaan internal. Di sini, lagi-lagi terbuka

peluang bagi atasan terutama Manajer HR upaya

saling mempertajam kemampuan komunikatif.

Penulis beruntung berkesempatan

mempraktekkannya di tempat yang telah mengenal

LAN, maka e-discussion, adalah media interaktif

yang real-time dan menantang. Komunikasi tertulis

adalah komunikasi yang dilaksanakan dalam bentuk

surat dan dipergunakan untuk menyampaikan berita

yang sifatnya singkat, jelas tetapi dipandang perlu

untuk ditulis dengan maksud-maksud tertentu.

Media elektronika suatu cara yang

disampaikan dengan menggunakan media

elektronik sebagai perantaranya apapun maksud dan

tujuannya komunikasi ini tentunya akan lebih luas

jangkauanya. Manusia sebagai makhluk sosial

tentunya akan berinteraksi satu dengan yang

lainnya. Interaksi adalah sebuah bentuk

komunikasi. Macam-macam komunikasi sebagai

bentuk interaksi manusia terdiri dari intrapersonal,

interpersonal, kelompok kecil (small group),

komunikasi publik, komunikasi masa (Adler 2006).

Pembagian ini merupakan berdasarkan jumlah

orang yang berkomunikasi, dimana tentunya mass

komunikasi merupakan jumlah terbesar orang

dimana memerlukan media yang harus memediasi

komunikasi diantara mereka. Media yang mereka

gunakan biasanya disebut media massa seperti

koran, majalah, televisi, radio dan sebagainya. Mass

media berasal dari dua kata yaitu “mass” dan

“media”. Mass mengacu pada penerimaan media

secara besar-besaran (massive) seperti televisi, film

dan sebagainya (Laughey 2007).

Telekomunikasi adalah sejenis komunikasi

elektronika yang menggunakan perangkat-

perangkat telekomunikasi untuk berlangsungnya

komunikasi yang kita maksudkan.

Telekomunikasi terdiri dari dua suku kata yaitu

tele=jarak jauh dan komunikasi=kegiatan untuk

menyampaikan berita atau informasi. Jadi

telekomunikasi secara sederhana dapat diartikan

sebagai suatu upaya penyampaian berita dari suatu

tempat ketempat lainnya (jarak jauh) yang

menggunakan alat atau media elektronik.

Page 7: MOTIVASI MASYARAKAT TERHADAP PENYELENGGARAAN …

Motivasi Masyarakat Terhadap Penyelenggaraan Telekomunikasi... Hilarion Hamjen

191

Pasal 1 Undang-Undang No.36 Tahun 1999

tentang telekomunikasi mengemukakan definisi

atau pengertian telekomunikasi, bahwa :

Telekomunikasi adalah setiap pemancara,

pengiriman dan atau penerimaan dari setiap

informasi dalam setiap bentuk tanda, isyarat,

tulisan, gambar, suara dan bunyi melalui sistem

kawat, optik, radio atau sistem elektromagnetik

lainnya.Sedangkan Alat telekomunikasi adalah

setiap alat perlengkapan yang digunakan dalam

bertelekomunikasi.

Dalam pasal 2 peraturan pemerintah No.22

ditegaskan bahwa PT.Telkom diberi wewenang

sebagai satu-satunya BUMN (Badan Usaha Milik

Negara) untuk menyelenggarakan telekomunikasi

untuk umum baik dalam maupun luar negeri.

Dengan berdirinya PT.Indosat (melalui Peraturan

Pemerintah No.54 Tahun 1980), maka Peraturan

Pemeritnah No.22 Tahun 1974 mengalami

penyempurnaan dengan Peraturan Pemerintah

No.53 Tahun 1980 yang menyatakan bahwa tugas

PT.Telkom untuk menyelenggarakan

telekomunikasi untuk umum dan dalam negeri,

sedangkan untuk penyelenggaraan telekomunikasi

untuk umum keluar negeri ditangani oleh PT.

Indosat.

Namun dengan keluarnya UU.No 36 Tahun

1999 pembatasan penyelenggaraaan telekomunikasi

untuk hubungan dalam dan luar negeri tidak berlaku

lagi, karena undang-undang ini membebaskan

setiap badan hukum (BUMN, BUMD, BUMS dan

Koperasi) dapat menyelenggarakan jasa dan

jaringan telekomunikasi untuk keperluan dalam dan

luar negeri apabila berminat dan mendapat izin

usaha dari pemerintah.

Kemudian pasal 4 Undang-undang yang sama

dijelaskan lagi bahwa Telekomunikasi dikuasai oleh

Negara dan pembinaannya dilakukan oleh

pemerintah. Pembinaan tersebut diarahkan untuk

meningkatkan penyelenggaraan telekomunikasi

meliputi penetapan kebijakan, pengaturan,

pengawasan dan pengendalian, namun pengertian

dikuasai oleh negara itu tidaklah berarti bahwa

harus pemerintah atau negara yang

menyelenggarakan secara langsung, akan tetapi

dapat bekerjasama dengan pihak-pihak lainnya.

II. METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Pendekatan Penelitian

Jenis dan pendekatan penelitian dilakukan

secara kuantitatif didukung dengan wawancara

mendalam.

B. Lokasi Penelitian

Pada penelitian ini lokasi yang menjadi lokasi

penelitian adalah di tiga desa yaitu desa sei Liju,

desa Jamut dan desa Liang Buah di Kalimantan

Tengah. Pertimbangan memilih lokasi tersebut di

desa tersebut merupakan desa terpencil yang tidak

terjangkau listrik dan tidak tersedia infrastruktur

telekomunikasi (BTS).

Namun masyarakat mendapatkan sinyal

telekomunikasi yang sangat terbatas untuk dapat

berkomunikasi menggunakan ponsel hanya dapat

dilakukan pada lokasi tertentu saja misalnya di

dataran tinggi dari sinyal BTS yang berada di desa

tetangga yang tersedia BTS yaitu desa Benangin.

Sedangkan untuk men-charger perangkat

ponselnya dengan menggunakan aliran listrik yang

berasal dari genset atau solar sell yang diaktifkan

pada malam hari.

Page 8: MOTIVASI MASYARAKAT TERHADAP PENYELENGGARAAN …

Jurnal Penelitian Pers dan Komunikasi Pembangunan Vol. 18 No.3 Februari 2015: 185-202

192

C. Populasi dan Sample

Populasi penelitian ini adalah penduduk desa di

Kalimantan Tengah, jenis sampling yang digunakan

adalah nonprobability sampling menggunakan

teknik quota sampling dengan pertimbangan jumlah

populasi penduduk desa yang tidak tersedia BTS di

Kalimantan Tengah tidak diketahui dengan persis,

selain itu responden penelitian juga memiliki

karakteristik yang sama yaitu tidak tersedia listrik

dan tidak tersedia menara telekomunikasi (BTS) di

desanya dan didukung dengan wawancara

mendalam kepada informan-informan yang

merupakan sekretaris desa tersebut.

D. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan

instrument penelitian berupa kuisioner dengan

pertanyaan berstruktur tertutup didukung oleh

wawancara mendalam dan observasi lapangan.

Sebelum dilakukan pengumpulan data maka

terlebih dahulu dilakukan uji validitas dan uji

realibilitas terhadap instrument penelitian.

E. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen

1. Uji Validitas Instrumen

Uji Validitas dapat dilakukan dengan

menggunakan software SPSS.Untuk proses ini

digunakan Uji Korelasi Pearson Product Moment.

Dalam uji ini, setiap item akan diuji relasinya

dengan skor total variabel yang dimaksud. Dalam

hal ini masing-masing item yang ada di dalam

variabel X dan Y akan diuji relasinya dengan skor

total variabel tersebut. Responden berjumlah 48

orang. Agar penelitian ini lebih teliti, sebuah item

sebaiknya memiliki korelasi (r) dengan skor total

masing-masing variabel ≥ 0,25. Hasil uji validitas

dapat dilihat pada tabel 1.

Untuk lebih jelas mengenai hasil uji validitas

instrumen penelitian dapat dilihat pada tabel 1.

Berdasarkan tabel 1 maka diketahui bahwa korelasi

(r) untuk masing-masing item ≥ 0,25, Sehingga

instrument kuisioner ini adalah valid.

2. Uji Realibilitas Instrumen

Uji Reliabilitas dilakukan dengan uji Alpha

Cronbach. Rumus Alpha Cronbach sebagai berikut:

𝑎 = (𝐾

𝐾 − 1) (

𝑠𝑟2 − ∑ 𝑠𝑖

2

𝑠𝑥2

)

Keterangan: Remarks:

𝑎 = koefisien reliabilitas 𝑎 = coefficient realibity 𝑛 = jumlah pertanyaan 𝑛 = number question ∑ 𝑠𝑖

2 = varian skor item ∑ 𝑠𝑖2 = score item varian

𝑠𝑥2 = varian skor 𝑠𝑥

2 = score of varian

Jika nilai alpha > 0,7 artinya reliabilitas

mencukupi (sufficient reliability) sementara jika

alpha > 0,80 ini mensugestikan seluruh item reliabel

dan seluruh tes secara konsisten secara internal

karena memiliki reliabilitas yang kuat. Atau, ada

pula yang memaknakannya sebagai berikut:

Tabel 1. Hasil uji Validitas

Table 1. Result of validation test

Jenis Pertanyaan

(Question Type)

Kepemilikan Ponsel

(Phone Ownership)

Pengeluaran

Pulsa

(Relation)

Penggunaan

Ponsel

(Phone Utility)

Kepemilikan Ponsel

Pearson Correlation 1 0,839 0,807

Sig. (2 Tailed) 0,000 0,000

N 48 48 48

Page 9: MOTIVASI MASYARAKAT TERHADAP PENYELENGGARAAN …

Motivasi Masyarakat Terhadap Penyelenggaraan Telekomunikasi... Hilarion Hamjen

193

Tabel 1. Lanjutan

Table 1. Continued

Jenis Pertanyaan

(Question Type)

Kepemilikan Ponsel

(Phone Ownership)

Pengeluaran

Pulsa

(Relation)

Penggunaan

Ponsel

(Phone Utility)

Pengeluaran Pulsa

Pearson Correlation 0,839 1

Sig. (2 Tailed) 0,000

N 48 48 48

Penggunaan Ponsel

Pearson Correlation 0,807 0,899 1

Sig. (2 Tailed) 0,002 0,849

N 48 48 48

- Jika alpha > 0,90 maka reliabilitas sempurna.

- Jika alpha antara 0,70 – 0,90 maka reliabilitas

tinggi.

- Jika alpha antara 0,50 – 0,70 maka reliabilitas

moderat.

- Jika alpha < 0,50 maka reliabilitas rendah.

Tabel 2. Hasil Uji Reliabilitas

Table 2. Result of reliability Test

Cronbach’s Alpha N of Items

0,941 3

Berdasarkan tabel 2 maka diketahui bahwa

seluruh item reliabel karena memiliki reliabilitas

sempurna yakni >0,90.

F. Pengolahan Data

Untuk pengolahan data penelitian dengan

menggunakan aplikasi SPSS, dimana data-data

penelitian disesuaikan dengan indikator penelitian.

Seluruh data yang telah terkumpul, di coding, lalu

di analisa melalui perangkat lunak tersebut.

G. Analisis Data

Analisis data dilakukan secara kuantitatif

deskriptif. Menurut Sugiono (2010) bahwa data

kuantitatif dianalisa dengan rumus:

𝑃 =𝑓

𝑛 𝑥100

Keterangan: Remarks:

P = Presentase P = Percentage

f = Frekuensi f = Frequency

n = Responden n = responden

III. HASIL PENELITIAN

Sebelum mengetengahkan hasil penelitian

terlebih dahulu di tampilkan mengenai identitas

responden yang meliputi jenis kelamin, jenis

pekerjaan, usia, pendidikan dan jumlah penghasilan

pada tabel 3.

Tabel 3. Jenis Kelamin

Table 3. Respondent Gender

Jenis Kelamin (Gender)

Desa

(Village) Total

Sei. Liju Jamut Liang Buah

F % F % F % F %

Laki – Laki (Man)

10 62.50 11 68.75 14 87.50 35 72.92

Perempuan (Women)

6 37.50 5 31.25 2 12.50 13 27.08

Page 10: MOTIVASI MASYARAKAT TERHADAP PENYELENGGARAAN …

Jurnal Penelitian Pers dan Komunikasi Pembangunan Vol. 18 No.3 Februari 2015: 185-202

194

Gambar 1. Usia Responden

Figure 1. Respondent Age

Berdasarkan tabel 3 diketahui bahwa jumlah

responden berjenis kelamin laki-laki lebih banyak

dibandingkan perempuan baik pada tiap desa

maupun secara total.

Selanjutnya untuk jenis pekerjaan responden

dapat dilihat pada tabel 4. Pada tabel 4 di ketahui

bahwa sebagian besar responden bekerja sebagai

petani, kemudian urutan kedua terbanyak adalah Ibu

rumah tangga dan urutan ketiga adalah PNS.

Pada Gambar 1 terlihat usia responden di Desa

Sei Liju terbanyak adalah yang berusia 46 tahun ke

atas. Sedangkan yang berusia 20-25 dan 36-40 tidak

ada. Pada Gambar 2 terlihat usia responden di Desa

Jamut terbanyak adalah yang berusia 36-40 tahun.

Sedangkan, yang berusia 20-25 tidak ada responden

pada penelitian ini.

Responden di desa Jamut terlihat lebih

beragam baik dari usia maupun dari segi jumlah.

Dimana di desa Sei. Liju, tidak ada responden yang

berusia di antara 36-40 tahun, di desa Jamut terdapat

31% dimana menjadi mayoritas responden pada

desa tersebut.

Terlihat pada Gambar 1, responden pada desa

Liang Buah, mayoritas berusia 46 tahun keatas,

sebanyak 37,50% responden dari total responden.

Sedangkan usia yang lain memiliki jumlah yang

hampir sama, yakni 12% - 12,50%.

Tabel 4. Pekerjaan Responden Table 4. Job os Respondent

Pekerjaan Responden

(Job of Respondent)

Desa (Village) Total

Sei. Liju Jamut Liang Buah

F % F % F % F %

Petani 13 81.25 14 87.5 14 87.5 41 85.42

PNS 0 0 1 6.25 1 6.25 2 4.17

Wiraswasta 0 0 0 0 1 6.25 1 2.08

Ibu Rumah Tangga 2 12.5 1 6.25 0 0 3 6.25

Bidan 1 6.25 0 0 0 0 1 2.08

0

5

10

15

20

25

30

35

40

45

50

20-25 25-30 31-35 36-40 41-45 > 46

Sei. Liju Jamut Liang Buah

Page 11: MOTIVASI MASYARAKAT TERHADAP PENYELENGGARAAN …

Motivasi Masyarakat Terhadap Penyelenggaraan Telekomunikasi... Hilarion Hamjen

195

Tabel 5. Tingkat Pendidikan Responden

Table 5. Respondent Education Level

Pekerjaan Responden (Job of Respondent)

Desa (Village) Total

Sei. Liju Jamut Liang Buah

F % F % F % F %

SD 11 68.75 9 56.25 13 76.47 32 66.67

SMP 3 18.75 3 18.75 2 11.76 8 16.67

SMA 1 6.25 3 18.75 2 11.76 6 12.50

D3 1 6.25 0 0 0 0.00 1 2.08

S1 0 0 1 6.25 0 0.00 1 2.08

Untuk tingkat pendidikan responden dapat

dilihat pada tabel 5. Pada Tabel 5 diketahui bahwa

secara total sebagian besar tingkat pendidikan

responden adalah SD, kemudian urutan kedua

adalah SMP, dan urutan ketiga adalah SMA.

Menurut Gambar 2, secara total penghasilan

responden pada penelitian ini sebagian besar adalah

17 responden memiliki penghasilan antara 500 ribu

– 1 juta rupiah perbulan, kemudian urutan kedua

adalah 13 responden memiliki penghasilan dibawah

500 ribu rupiah dan urutan ketiga adalah 11

responden memiliki penghasilan antara 2 juta – 5

juta rupiah perbulan.

Rata-Rata penghasilan responden adalah

antara Rp.500.000 hingga Rp.1.000.000, sebanyak

17 responden memiliki rentang penghasilan

tersebut.

Berdasarkan tabel 6 tingkat motivasi pada

variabel kepemilikan ponsel, direpresentasikan

dengan indikator sebagai berikut:

1. Tidak memiliki Ponsel (0) → Tidak Termotivasi

(KT)

2. Memiliki 1 → Cukup Termotivasi (CT)

3. Memiliki > 1 → Sangat Termotivasi (ST)

Gambar 2. Penghasilan (dalam Ribu Rupiah) Figure 2. Income (on Thousand Rupiah)

5

6

1

4

0

6

2

4 4

02

9

2

3

00

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

< 500 500 - 1,000 1,000 - 2,000 2,000 - 5,000 > 5,000

Dalam RIbu Rupiah

Sei. Liju Jamut Liang Buah

Page 12: MOTIVASI MASYARAKAT TERHADAP PENYELENGGARAAN …

Jurnal Penelitian Pers dan Komunikasi Pembangunan Vol. 18 No.3 Februari 2015: 185-202

196

Tabel 6. Kepemilikan Hp Table 6. Phone Ownership

Kepemilikan Hp (Phone Ownership)

Desa

(Village) Total Sei. Liju Jamut Liang Buah

F % F % F % F %

Tidak memiliki (KT) 4 25.00 1 6.25 6 37.50 11 22.92

Memiliki 1 HP (CT) 7 43.75 10 62.50 8 50.00 25 52.08

Memiliki > 1 HP (ST) 5 31.25 5 31.25 2 12.50 12 25.00

Sehingga menunjukkan bahwa secara total

paling dominan responden memiliki 1 ponsel,

urutan kedua responden tidak memiliki ponsel dan

urutan ketiga tidak memiliki ponsel Sesuai dengan

indikator tingkat motivasi diukur dari kepemilikan

ponsel maka diketahui bahwa sebagian besar

responden cukup termotivasi dalam melakukan

telekomunikasi.

Berdasarkan Tabel 7 tingkat motivasi pada

variabel Pengeluaran untuk pulsa seluler,

direpresentasikan dengan indikator sebagai berikut:

1. Tidak ada Pengeluaran (Rp.0) → Tidak

Termotivasi (KT)

2. Rp.5.000 – Rp.50.000 → Cukup Termotivasi

(CT)

3. > Rp.50,000 → Sangat Termotivasi (ST)

Sehingga hasil penelitian pada tabel 7

menunjukkan bahwa secara total paling dominan

responden dengan pengeluaran untuk pulsa seluler

5000-50.000 rupiah perbulan, urutan kedua

responden dengan pengeluran >50.000 rupiah

perbulan dan urutan ketiga adalah responden yang

tidak memiliki pengeluaran untuk pulsa seluler.

Sesuai dengan indikator tingkat motivasi diukur

dari pengeluaran pulsa seluler maka diketahui

bahwa sebagian besar responden cukup termotivasi

dalam melakukan telekomunikasi.

Kemudian untuk penggunaan ponsel untuk

telekomunikasi dalam tiga bulan terakhir dapat

dilihat pada tabel 8.

Berdasarkan tabel 8 tingkat motivasi pada

variabel penggunaan ponsel untuk telekomunikasi

tiga bulan terakhir direpresentasikan dengan

indikator sebagai berikut :

1. Tidak Pernah (0x) → Kurang Termotivasi (KT)

2. Ya Sekali (1x) → Cukup Termotivasi (CT)

3. Ya, Lebih dari sekali → Sangat Termotivasi

(ST)

Tabel 7. Pengeluaran Untuk Pulsa Table 7. Outcome for TopUp

Pengeluaran Untuk Pulsa (Outcome for TopUp)

Desa

(Village) Total

Sei. Liju Jamut Liang Buah

F % F % F % F %

Tidak ada pengeluaran (KT) 4 25.00 1 6.25 6 37.50 11 22.92

5.000 < 50.000 6 37.50 9 56.25 6 37.50 21 43.75

> 50.001 6 37.50 6 37.50 4 25.00 16 33.33

Page 13: MOTIVASI MASYARAKAT TERHADAP PENYELENGGARAAN …

Motivasi Masyarakat Terhadap Penyelenggaraan Telekomunikasi... Hilarion Hamjen

197

Tabel 8. Penggunaan Ponsel Untuk Komunikasi dalam 3 Bulan Terakhir Table 8. Using The Phone to Communication on last 3 Mouth

Pengeluaran Untuk Pulsa (Outcome for TopUp)

Desa (Village) Total

Sei. Liju Jamut Liang Buah

F % F % F % F %

Tidak Pernah (KT) 4 25.00 1 6.25 6 37.50 11 22.92

Ya Sekali (CT) 2 12.50 0 0.00 2 12.50 4 8.33

Ya Lebih dari Sekali (ST) 10 62.50 15 93.75 8 50.00 33 68.75

Sehingga hasil penelitian pada tabel 8

menunjukkan bahwa secara total paling dominan

menggunakan ponsel untuk telekomunikasi tiga

bulan terakhir yaitu lebih dari sekali, kemudian

urutan kedua menggunakan ponsel untuk

telekomunikasi tiga bulan terakhir dan urutan

ketiga tidak pernah menggunakan ponsel untuk

telekomunikasi tiga bulan terakhir. Sesuai dengan

indikator tingkat motivasi diukur dari penggunaan

ponsel untuk telekomunikasi tiga bulan terakhir,

maka diketahui bahwa sebagian besar responden

sangat termotivasi dalam melakukan

telekomunikasi.

Apabila diambil nilai rata-rata dari

keseluruhan indikator tingkat motivasi

responden pada tiga desa terhadap

infrastruktur telekomunikasi (Sugiono 2010)

adalah sebagai berikut:

- Kurang Termotivasi (KT)

=11 + 11 + 11

3= 11 Responden

P =𝑓

𝑛𝑥100 =

11

48𝑥100 = 22,92%

- Cukup Termotivasi (CT)

=25 + 21 + 4

3= 17 Responden

P =𝑓

𝑛𝑥100 =

17

48𝑥100 = 35,42%

- Sangat Termotivasi (CT)

=12 + 16 + 33

3= 20 Responden

P =𝑓

𝑛𝑥100 =

20

48𝑥100 = 41,66%

Berdasarkan perhitungan dihalaman

sebelumnya, maka diperoleh hasil penelitian

bahwa sebagian besar responden sangat

termotivasi memanfaatkan layanan telekomunikasi

sehingga diperlukan infrastruktur telekomunikasi

didesa-desa tersebut.

Sementara itu dari hasil wawancara mendalam

yang dilakukan dengan sekretaris desa Jamut yaitu

Bapak Haryadi, diketahui bahwa:

“Sebagian besar penduduk desa Jamut mata

pencahariannya adalah petani, pagi hari

sampai siang hari mereka bekerja diladang,

bahkan ada juga yang bekerja sampai sore

hari. Kemudian saat malam hari mereka

berada dirumah. Di desa Jamut belum

tersedia listrik dari PLN, selain itu akses

jalan menuju kedesa juga cukup sulit.

Masyarakat menggunakan genset yang

dinyalakan terbatas hanya pada malam hari

untuk menonton siaran TV dan untuk

mencharger perangkat ponsel mereka

dikarenakan perangkat genset diesel

tersebut memerlukan bahan bakar minyak

yang dapat beroperasi 3-4 jam per liternya.

Sebagian besar penduduk Jamut memiliki

ponsel hanya saja mereka jarang mengisi

pulsa dan jarang menggunakannya untuk

berkomunikasi dikarenakan belum ada

menara BTS sehingga akses sinyal sangat

sulit karena hanya memperoleh sedikit

Page 14: MOTIVASI MASYARAKAT TERHADAP PENYELENGGARAAN …

Jurnal Penelitian Pers dan Komunikasi Pembangunan Vol. 18 No.3 Februari 2015: 185-202

198

sinyal dari BTS di daerah lain pada lokasi-

lokasi tertentu didataran tinggi. Padahal

msyarakat membutuhkan ponsel untuk

urusan pekerjaan dan supaya dapat

berkomunikasi dengan keluarga atau

kerabat mereka yang berada di kota muara

teweh atau di kecamatan Benangin di

Kabupaten Barito Utara”.

Sehingga menurut Pak Haryadi memang

diperlukan pembangunan infrastruktur menara

telekomunikasi (BTS) untuk memenuhi kebutuhan

masyarakat didesanya.

Demikian pula untuk desa Sei. Liju

berdasarkan hasil wawancara mendalam yang

dilakukan dengan kepala desa yaitu bapak

Burhanuddin yaitu Sekretaris desa Sei.Liju bahwa:

“Perlu adanya menara telekomunikasi

didesanya karena sebagian besar

masyarakat memiliki ponsel hanya saja

aksesnya sangat terbatas dikarenakan sulit

mendapatkan sinyal. Hampir sama dengan

desa Jamut, desa sei. Liju juga belum

terdapat akses listrik dari PLN, namun

mereka menggunakan listrik yang berasal

dari subsidi solar cell 75 watt yang

disediakan oleh pemda setempat untuk dapat

menyalakan perangkat elektronik pada

malam hari, sebagian lainnya juga

menggunakan genset untuk mencharger

perangkat ponsel dan menyalakan

perangkat elektronik lainnya”.

Seperti kedua desa sebelumnya, kepala desa

Liang Buah juga mengungkapkan hal yang sama.

“Bahwa pembangunan menara

telekomunikasi didesa sangat diperlukan

oleh masyarakat desa, meskipun akses jalan

belum tersedia di sebagian wilayah desa

liang buah dan untuk akses listrik juga

nasayrakat setempat secara mandiri

menggunakan genset pada masing-masing

rumah namun yang menjadi indikasi

motivasi dan tingginya kebutuhan

komunikasi masyarakat, sekaligus

merupakan temuan pada penelitian ini

dimana sebagian besar masyarakat memiliki

perangkat ponsel rela menuju ke titik-titik

tertentu dengan level sinyal terbatas untuk

dapat mengakses telekomunikasi

didesanya”.

IV. PEMBAHASAN

Sebagaimana yang dikemukakan oleh David

McCelland bahwa ada tiga jenis kebutuhan yaitu

Need For achievement atau kebutuhan pencapaian,

Need For Power atau kebutuhan kekuatan dan

Need For Affiliation atau kebutuhan hubungan,

hasil penelitian ini mendukung teori McCelland

pada jenis kebutuhan hubungan yaitu keinginan

untuk menjalin suatu hubungan antarpersonal yang

ramah dan akrab untuk bekerjasama, bersahabat,

menanggung bersama Pada umumnya para ahli

teori perilaku beropini bahwa dalam setiap

perilakunya manusia mempunyai tujuan yang

hendak dicapai, akan tetapi dalam temuan

dilapangan diketahui bahwa need for affiliation

masyarakat desa belum sepenuhnya tercapai,

dikarenakan belum adanya infrastruktur

telekomunikasi yang dibangun didesa tersebut.

Sebagaimana yang telah disebutkan pada hasil

penelitian oleh sekretaris masing-masing desa

Jamut, Sei.Liju dan Liang buah bahwa:

“Belum ada pembangunan tower didesa

mereka, meskipun demikian masyarakat

didesa mereka masih mendapatkan sinyal

telekomuniksasi dari menara BTS yang

dibangun didesa sekitarnya berjarak

puluhan kilometer dari desa mereka. Sinyal

yang diperoleh sangat terbatas karena desa

mereka posisinya tidak berada didalam

cakupan BTS tersebut tetapi dibatas terluar

dari cakupan BTS tersebut. Sehingga dari

desa mereka sendiri, masyarakat hanya

dapat mengakses sinyal dari titik-titik

tertentu didataran tinggi atau dengan cara

menggantung perangkat ponsel mereka

pada posisi yang lebih tinggi dan itupun

level sinyalnya tidak stabil atau berfluktuasi.

Masyarakat tidak dapat menerima

panggilan telpon atau sms dari perangkat

lain karena sebagian besar wilayah didesa

mereka blank spot (tidak tercover sinyal)

Page 15: MOTIVASI MASYARAKAT TERHADAP PENYELENGGARAAN …

Motivasi Masyarakat Terhadap Penyelenggaraan Telekomunikasi... Hilarion Hamjen

199

meskipun mereka dapat melakukan

panggilan keluar atau sms saat berada pada

titik area tertentu dengn level sinyal yang

sangat terbatas yang berasal dari menara

BTS didaerah lain. Dalam keterbatasan infrastruktur

telekomunikasi dengan kebutuhan afiliasi yang

belum tercapai tujuannya yakni untuk

mendapatkan infrastruktur yang memungkinkan

upaya telekomunikasi dapat dilakukan dengan

mudah, murah dan lancar, maka peneliti menggali

lebih jauh mengenai tingkat motivasi dari

masyarakat desa terkait kebutuhan afiliasi

mayarakat di desa tersebut, dimana motivasi

merupakan proses yang menjelaskan intensitas,

arah, dan ketekunan seorang individu untuk

mencapai tujuannya (Mitchell 1997).

Tiga elemen utama dalam definisi ini adalah

intensitas, arah, dan ketekunan menurut Robbins

(2008). Terkait dengan intensitas untuk mencapai

tujuan, di dalam konteks studi psikologi,

Mendukung teori dengan yang dikemukakan oleh

Abin Syamsuddin Makmun (2003) Hasil penelitian

motivasi individu dapat dipahami dari beberapa

indikator, diantaranya frekuensi kegiatan,

persistensi pada kegiatan, devosi dan pengorbanan

untuk mencapai tujuan, tingkat kualifikasi prestasi

atau produk (output) yang dicapai dari kegiatan

yang dilakukan. Indikator-indikator tersebut

direpresentasikan dengan mengetahui persentase

kepemilikan ponsel, pengeluaran untuk pulsa

seluler dan penggunaan ponsel selama tiga bulan

terakhir.

Mendukung Teori Abin Syamsuddin Makmun

(2003) bahwa individu yang termotivasi terindikasi

melakukan devosi dan pengorbanan untuk

mencapai tujuannya, yang dalam hal ini adalah

dengan membeli perangkat ponsel dan

mengeluarkan sejumlah uang untuk membeli pulsa

dan juga dengan frekuensi yang lebih dari sekali

dalam tiga bulan terakhir sanggup mengakses

perangkat ponsel untuk melakukan telekomunikasi

demi memenuhi kebutuhannya. Meskipun hal

tersebut dilakukan dalam kondisi ketiadaan

infrastruktur telekomunikasi dan dengan

keterbatasan sinyal telekomunikasi yang diperoleh

dari cakupan terluar dari menara BTS di wilayah

lain. Sebagaimana hasil penelitian yang

menunjukkan bahwa sebagian besar masyarakat

cukup termotivasi memiliki handphone, terbukti

bahwa secara dominan masyarakat memiliki

sebuah ponsel yaitu 52 persen.

Sementara untuk pengeluaran pulsa seluler

ditemukan bahwa sebagian besar masyarakat

cukup termotivasi membeli pulsa seluler untuk

digunakan dalam berkomunikasi dan hal tersbut

terbukti dengan persentase pengeluaran untuk

pulsa seluler oleh masyarakat dominan adalah

5000- 50.000 rupiah perbulan. Sedangkan untuk

penggunaan ponsel selama tiga bulan terakhir

diketahui bahwa masyarakat sangat termotivasi

dalam menggunkan ponsel diukur dari waktu tiga

bulan terakhir, hal itu terbukti dengan hasil

penelitian yang menunjukkan bahwa sebagian

besar menggunakan ponsel lebih dari sekali dalam

kurun waktu tiga bulan terakhir.

Sehingga dari ketiga indikator tingkat

motivasi dan kebutuhan, secara keseluruhan

tingkat motivasi masayrakat sangat tinggi,

masyarakat sangat termotivasi, selain itu

masyarakat membutuhkan pembangunan

infrastruktur telekomunikasi agar dapat melakukan

terlekomunikasi secara mudah, cepat dan lancar

untuk keperluan pertanian serta pendistribusian

Page 16: MOTIVASI MASYARAKAT TERHADAP PENYELENGGARAAN …

Jurnal Penelitian Pers dan Komunikasi Pembangunan Vol. 18 No.3 Februari 2015: 185-202

200

hasil panen karena sebagian besar masyarakat

adalah petani, kebutuhan untuk pengetahuan

karena sebagian besar masyarakat berlatar

belakang pendidikan Sekolah Dasar (SD),

kebutuhan untuk meningkatkan pendapatan

masyarakat yang sebagian besar memiliki

pendapatan antara 500 ribu sampai dengan 1 juta

rupiah setiap bulannya dan kebutuhan untuk

melakukan telekomunikasi dengan anak-anak

mereka yang berada dilokasi jauh dari desa atau

merantau kedaerah lain, mengingat sebagaian besar

masyarakat berusia diatas 40 tahun.

Mengacu pada Undang-Undang No. 6 Tahun

2014 tentang desa, pada pasal 8 disebutkan bahwa

Pembangunan desa adalah upaya peningkatan

kualitas hidup dan kehidupan sebesar-besarnya

kesejahteraan desa. Kemudian dalam pasal 12

disebutkan bahwa Pemberdayaan masyarakat desa

adalah upaya mengembangkan kemandirian dan

kesejahteraan masyarakat dengan meningkatkan

pengetahuan, sikap, keterampilan, perilaku,

kemampuan, kesadaran, serta memanfaatkan

sumber daya melalui penetapan kebijakan,

program, kegiatan, dan pendampingan yang sesuai

dengan esensi masalah dan prioritas kebutuhan

masyarakat desa.

Infrastruktur telekomunikasi merupakan salah

satu prioritas yang dibutuhkan dalam rangka

pembangunan desa, meningkatkan kualitas hidup

dan kesehteraan desa, dengan kondisi masyarkat

yang sangat termotivasi dan membutuhkan

infrastruktur telekomunikasi, tentu saja hal tersebut

sangat memungkinkan sebagai bahan

pertimbangan bagi operator dalam

menyelenggarakan telekomunikasi yang lebih

efektif dan efisien guna mendukung implementasi

Undang-Undang Telekomunikasi No.36 tahun

1999 pada pasal 3 yang mengamanatkan agar

Telekomunikasi diselenggarakan dengan tujuan

untuk mendukung persatuan dan kesatuan bangsa,

meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran

rakyat secara adil dan merata.

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat

disimpulkan bahwa mayarakat sangat termotivasi

terhadap penyelenggaraan telekomunikasi di

desanya. Hal tersebut terindikasi dari kepemilikan

ponsel,pengeluaran untuk pulsa dan penggunaan

ponsel untuk telekomunikasi meskipun dengan

mengakses sinyal yang lemah, terbatas pada titik-

titik tertentu atau di dataran tinggi di desanya

karena sinyal terebut berasal dari menara

telekomunikasi di perkotan dengan jarak puluhan

kilometer dari desa tersebut.

Masyarakat membutuhkan penyelenggaraan

telekomunikasi agar dapat melakukan

terlekomunikasi secara mudah, cepat dan lancar

untuk keperluan pertanian serta pendistribusian

hasil panen, kebutuhan untuk pengetahuan,

kebutuhan untuk meningkatkan pendapatan dan

kebutuhan komunikasi dengan keluaraga dan

kerabat mereka yang berada dilokasi jauh dari desa

atau merantau di daerah lain.

B. Saran

Pihak penyelenggara telekomunikasi perlu

memperhatikan desa-desa yang memiliki

masyarakat dengan motivasi tinggi dalam

mengakses telekomunikasi namun belum memiliki

infrastruktur BTS didesa seperti desa Jamut,

Sei.Liju dan Liang Buah di Muara Teweh

Page 17: MOTIVASI MASYARAKAT TERHADAP PENYELENGGARAAN …

Motivasi Masyarakat Terhadap Penyelenggaraan Telekomunikasi... Hilarion Hamjen

201

Kalimantan Tengah. Untuk penelitian lanjutan

perlu diketahui data populasi dari desa-desa yang

tidak tersedia BTS agar penelitian lanjutan dapat

menggunakan teknik yang lebih baik selain teknik

quota sampling.

UCAPAN TERIMA KASIH

Terima kasih kepada Kepala BPPKI

Banjarmasin yang telah memberikan saya

kesempatan untuk melakukan penelitian ini. Saya

berterimakasih kepada Pemkab Barito Utara dan

saya juga berterimakasih kepada Kepala dan

Sekretaris Desa Sei. Liju, Jamut dan Liang buah

dan kepada masyarakat desa yang bersedia

berpartisipasi sebagai informan dan responden.

DAFTAR PUSTAKA

Adler, Ronald B. & Rodman, George, 2006,

Understanding Human Communication, New

York: Oxford University Press

Arif Laila Nugrahaha dan Bambang Sudarsono,

2007, Survei Topografi Dalam Penentuan

Line of Sight (LoS) BTS (Base Transceiver

Station). Jurnal Teknik.Vol 28, No.1

As’Ad, 1987, Psikologi Industri, Yogyakarta:

Liberty

Cameron, J.; Pierce,W. D, 1994, Reinforcement,

Reward, and Intrinsic Motivation: A Meta-

Analysis, Review of Educational Research

David D. Vaus, 2002,Analyzing Social Science

Data: 50 Key Problems in Data Analysis,

Thousand Oaks: Sage Publications, hal.31-9.

Djamarah, 2008, Psikologi Belajar, Jakarta :

Rineka Cipta

Fiske, John, 2008, Pengantar Ilmu Komunikasi.

Jakarta: PT. Raja Grafindo.

Gusnardi, 2010, Teori Of Constrain, Pekbis Jurnal,

Vol.2, No.3:336-34

Hamalik, Oemar, 2009, Poses Belajar Mengajar,

Jakarta: Bumi Aksara

Hartiningsih, 2014, Komunikasi Massa Televisi,

Dan Tayangan Kekerasan Dalam Pendekatan

Kasus, Jakarta: PT. Raja Grafindo.

Laughey, Dan,2007,Key Themes in Media

Theory.New York:Open University Press

Locke, E. A., 1968, Toward a Theory of Task

Motivation and Incentive, Organizational

Behavior and Human Performance, hal. 157-

159

Maslow, A, 1954, Motivation and Personality.

New York: Harper & Row

Makmum, 2003, Psikologi Pendidikan, Bandung:

PT.Rosdakarya Remaja

McClelland, D.C, 1961, The Achieving Society,

New York: Van Nostrand Reinhold.

Mc. Donald, Federick. Educational Psychology.

San Fransisco: Wadsworth Publishing,Inc

dalam Sardiman . 2007. Interaksi dan

Motivasi Belajar-Mengajar. Jakarta: PT Raja

Grafindo Persada

McDonald, J. Federick, 1959, Educational

Psychology, United States of America:

Wadsworth Publishing

Meliana Christianti, 2006, Teknologi Komunikasi

Seluler Code Division Multiple Access

Sebagai Standar Teknologi Digital Generasi

Page 18: MOTIVASI MASYARAKAT TERHADAP PENYELENGGARAAN …

Jurnal Penelitian Pers dan Komunikasi Pembangunan Vol. 18 No.3 Februari 2015: 185-202

202

ketiga, Jurnal Informatika, Vol.2, No.2 : 135 –

144

Michael Bittman, Judith E.Brown & Judy

Wajcman, 2009, The Mobile Phone, Perpetual

Contact and Time Pressure, work,

Employment & Society, Vol.23, No 4 : 673-

691

Mitchell, T. R, 1997, Research in Organizational

Behavior. Greenwich, CT: JAI Press

Robbins, Stephen P, 1994, Teori Organisasi:

Struktur, Desain & Aplikasi. Terjemahan

Jusuf Udaya, Lic., Ec. Arcan.

Robbins, Stephen P.; Judge, Timothy A, 2008,

Perilaku Organisasi Buku 1, Jakarta: Salemba

Empat.

Ritonga Romadoni Syahputra, 2015, Pemetaan

Menara Telekomunikasi Operator Indosat

Sub.Cluster Lubuk Pakam Berbasis Android,

Biltek Vol.4 no.46

Saydam, Gozali, 2006, Sistem Telekomunikasi di

Indonesia, Bandung: Alfabeta

Syahrul Mauluddin dan Ahmad Sodikin, 2013,

Perancangan Sistem Informasi Penjualan

Pulsa berbasis Android , Jurnal Profit ,Vol. 1,

No.1

Wahyu aji Prijono, 2010, Penataan Menara BTS

(Cell Planning), Jurnal EECCIS, Vol.IV, No.1

Winardi, J, 2002, Motivasi dan Pemotivasian

dalam Manajemen, Jakarta: PT.Raja Grafindo

Persada

Undang-Undang No.36 tahun 1999 tentang

Telekomunikasi

Undang-Undang No.6 Tahun 2014 tentang Desa

Undang-Undang No 5 Tahun 1979 tentang

Pemerintahan Desa

Undang-Undang No.22 Tahun 1999 tentang

Pemerintahan Daerah

Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005

tentang Desa