mohammad natsir dalam dinamika hubungan …

21
PROFETIKA, Jurnal Studi Islam, Vol. 15, No. 2, Desember 2014: 208-229 208 MOHAMMAD NATSIR DALAM DINAMIKA HUBUNGAN ANTARAGAMA DI INDONESIA Mutohharun Jinan Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Surakarta Jl. A. Yani Tromol Pos I, Pabelan Surakarta 57102 Email: [email protected] Abstract: This article discusses about the position of Mohammad Natsir in the dynamic of inter-religions relationship in Indonesia. Natsiris well-known as the public figure having a great attention to the efforts for developing the life of peaceful religions in Indonesia. The efforts can be seen from his works and ideas. Natsir asks all people and leaders to use the different religions as the potency to develop the peaceful life by having different religions. The religion Missionaries that break down the rules or government’s regulation becomes the cause of the stress and inter-religions conflict. To create the peaceful life among the people with different religions, Natsir proposes the vivendimodus that consists of: the different religious-people in Indonesia should live together harmonically, tolerance and appreciative each other, having priority on national development, avoiding the religion war, and stressing on justice and religion diversity. Key Words: Mohammad Natsir; inter-religions relationship; religion diversity. Abstrak: Makalah ini membahas tentang posisi Mohammad Natsir dalam dinamika hubungan antaragama di Indonesia. Natsir dikenal sebagai tokoh yang memiliki perhatian besar dalam upaya membangun kehidupan keagamaan yang damai di Indonesia. Berbagai usahanya dapat dilihat dari pemikiran dan karya-karyanya. Natsir mengajak segenap pemimpin dan umat beragama memanfaatkan keragaman agama sebagai potensi untuk membangun kehidupan keagamaan yang damai. Misionaris agama-agama yang melanggar ketentuan atau peraturan pemerintah menjadi penyebab ketegangan dan konflik antaragama. Untuk menciptakan kehidupan umat antaragama yang damai Natsir mengusulkan adanya modus vivendi yang meliputi: antara pemeluk beragama di Indonesia supaya hidup berdampingan secara baik, saling menghargai dan toleransi, mengutamakan kepentingan pembangunan nasional, menghindari terjadinya perang agama, dan menekankan keadilan dalam keragaman beragama. Kata Kunci: Mohammad Natsir; hubungan agama-agama; Indonesia. PENDAHULUAN Sejarah sosial masyarakat beragama di berbagai belahan dunia tidak lepas dari konflik, baik yang bersumber dari perbedaan agama maupun yang disebabkan oleh faktor non-keagamaan seperti etnis, politik, ekonomi, budaya dan lain sebagainya. 1

Upload: others

Post on 25-Nov-2021

10 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: MOHAMMAD NATSIR DALAM DINAMIKA HUBUNGAN …

PROFETIKA, Jurnal Studi Islam, Vol. 15, No. 2, Desember 2014: 208-229

208

MOHAMMAD NATSIR DALAM DINAMIKA HUBUNGANANTARAGAMA DI INDONESIA

Mutohharun JinanFakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Surakarta

Jl. A. Yani Tromol Pos I, Pabelan Surakarta 57102 Email: [email protected]

Abstract: This article discusses about the position of Mohammad Natsir in the dynamicof inter-religions relationship in Indonesia. Natsiris well-known as the public figure havinga great attention to the efforts for developing the life of peaceful religions in Indonesia.The efforts can be seen from his works and ideas. Natsir asks all people and leaders to usethe different religions as the potency to develop the peaceful life by having different religions.The religion Missionaries that break down the rules or government’s regulation becomesthe cause of the stress and inter-religions conflict. To create the peaceful life among thepeople with different religions, Natsir proposes the vivendimodus that consists of: thedifferent religious-people in Indonesia should live together harmonically, tolerance andappreciative each other, having priority on national development, avoiding the religionwar, and stressing on justice and religion diversity.

Key Words: Mohammad Natsir; inter-religions relationship; religion diversity.

Abstrak: Makalah ini membahas tentang posisi Mohammad Natsir dalam dinamikahubungan antaragama di Indonesia. Natsir dikenal sebagai tokoh yang memilikiperhatian besar dalam upaya membangun kehidupan keagamaan yang damai diIndonesia. Berbagai usahanya dapat dilihat dari pemikiran dan karya-karyanya. Natsirmengajak segenap pemimpin dan umat beragama memanfaatkan keragaman agamasebagai potensi untuk membangun kehidupan keagamaan yang damai. Misionarisagama-agama yang melanggar ketentuan atau peraturan pemerintah menjadi penyebabketegangan dan konflik antaragama. Untuk menciptakan kehidupan umat antaragamayang damai Natsir mengusulkan adanya modus vivendi yang meliputi: antara pemelukberagama di Indonesia supaya hidup berdampingan secara baik, saling menghargaidan toleransi, mengutamakan kepentingan pembangunan nasional, menghindariterjadinya perang agama, dan menekankan keadilan dalam keragaman beragama.

Kata Kunci: Mohammad Natsir; hubungan agama-agama; Indonesia.

PENDAHULUAN

Sejarah sosial masyarakat beragamadi berbagai belahan dunia tidak lepas dari

konflik, baik yang bersumber dari perbedaanagama maupun yang disebabkan olehfaktor non-keagamaan seperti etnis, politik,ekonomi, budaya dan lain sebagainya.1

Page 2: MOHAMMAD NATSIR DALAM DINAMIKA HUBUNGAN …

Mohammad Natsir dalam Dinamika Hubungan Antaragama di Indonesia (Mutohharun Jinan)

209

Sekurang-kurangnya ada tiga hal yangmenyebabkan agama sering menjadipemicu koflik. Pertama, agama erat ber-kaitan dengan persoalan keyakinan danpandangan hidup yang paling mendasar.Muatan emosionalitas yang terkandung didalamnya sangat tinggi, karena memangagama diyakini sebagai pedoman hidupmanusia yang paling luhur. Kedua, dalamsetiap agama secara doktrinal mengan-dung ortodoksi (nilai khas) yang berbedadengan agama-agama lain. Ortodoksiagama-agama memperkuat eksistensikeberadaan agama itu. Ketiga, dalam setiapagama terdapat ajaran dakwah (misi)untuk menyebarkan ajaran-ajaran yangterkandung dalam agama kepada oranglain.2

Bagi seorang penganut agama, iman,ortodoksi dan misi harus sejalan. Misi meru-pakan perwujudan iman dan ortodoksi.Kegagalan dalam misi berarti kegagalaniman. Dalam masyarakat yang plural danmajemuk (khususnya kemajemukanagama) sangat potensial terjadi konflikantarumat beragama, jika masing-masingpenganut agama tidak pandai mengaturhubungan antaragama.3 Usaha-usaha

untuk mengatur hubungan antarumat ber-agama di Indonesia telah banyak dilaku-kan. Bahkan sudah ada sejak zaman kera-jaan pada abad-abad yang lampau, sepertiyang terekam dalam semangat BhinnekaTunggal Ika. Usaha secara sistematis jugasecara langsung ditangani oleh pemerintah.Misalnya tahun 1967 dialog untuk menum-buhkan hubungan harmonis umat ber-agama mulai diselenggarakan, yang dipra-karsai oleh Proyek Pengembangan Keru-kunan Hidup Antarumat Beragama Depar-temen Agama.4

Kendatipun telah banyak dilakukanupaya-upaya yang diprakarsai oleh peme-rintah dan LSM, bukan berarti tidak me-merlukan peranan tokoh-tokoh agama danmasyarakat secara individual. Pemupu-kan kerukunan antarumat beragamatampaknya harus secara terus-menerusdilakukan setiap warga negara, baikperorangan atau kelompok. Apalagi maknakerukunan saat ini terkesan terhenti padadimensi struktural-ideologis. Artinya,makna kerukunan yang terdapat dalamhubungan antarumat beragama sekarangini lebih bersifat tertutup dan eksklusif. Halini terlihat dalam beberapa peristiwa

1 Bryan S. Turner, Religion and Social Theory, (London: Sage Publication, 1991), hlm. 63-65.2 Frithjof Schoun, Islam dan Filsafat Perennial, (Bandung: Mizan, 1993), hlm. 142. Bandingkan dengan

Th. Sumarthana dkk., Pluralisme, Konflik dan Pendidikan Agama di Indonesia, (Yogyakarta: Interfidei,2001), hlm. 34-38. Dengan redaksi yang berbeda disebutkan faktor konflik agama, yaitu eksklusivitas,sikap tertutup dan curiga, keterkaitan pada simbol yang berlebihan, dan intervensi sektor lain.

3 M. Syafii Anwar, “Sikap Positif kepada Ahl- al-Kitab”, dalam Ulumul Quran, No. 4, Vol. IV 1993,hlm. 3.

4 Lihat Umar Hasyim, Toleransi Kemerdekaan Beragama dalam Islam Sebagai Dasar Menuju Dialog danKerukunan Antaragama, (Surabaya: Bina Ilmu, 1991), hlm. 363. Kemudian ditindaklanjuti dialog yangdilaksanakan pada 1972/1973 dengan mengambil tempat di Surabaya, Yogyakarta, Jakarta, Medandan Ujung Pandang. Tahun 1973/1974 diselenggarakan di Menado, Palembang, Denpasar danBanjarmasin. Tahun 1974/1975 diselenggarakan di Kupang, Bandung, Semarang, Pontianak danJakarta. Tahun 1975/1976 berlangsung di Ujung Pandang, Medan, Sukabumi, Malang dan Solo. Upayapembinaan kerukunan kemudian tidak hanya dilakukan dalam tingkat nasional tetapi dalam tingkatinternasional. Misalnya pada tahun 1997 di Indonesia diselenggarakan dialog Islam dan Kristen diJakarta dan pertemuan tokoh-tokoh dari berbagai agama yang membahas perihal agama danperdamaian 2002 di Yogyakarta.

Page 3: MOHAMMAD NATSIR DALAM DINAMIKA HUBUNGAN …

PROFETIKA, Jurnal Studi Islam, Vol. 15, No. 2, Desember 2014: 208-229

210

mutakhir yang jelas menunjukkan potensikonflik berdimensi SARA (Suku, Agama,Ras dan Antargolongan).

Dalam rangka menumbuhkan keru-kunan antarumat beragama, perananseorang tokoh agama sangat diperlukan.Pemikiran dan fatwa-fatwa pemimpin aga-ma sering dijadikan pedoman bagi massadalam melaksanakan ajaran agama. Salahseorang tokoh yang memiliki gagasan-gagasan menarik mengenai kerukunanantaragama di Indonesia adalah Moham-mad Natsir.5 Ia tokoh yang cukup ber-pengaruh dalam pentas politik dan dakwahkeagamaan di Indonesia. Tidak sulit mene-mukan jejak-jejak perjuangannya yangsampai sekarang terus dikembangkan olehsarjana-sarjana yang mengaguminya.Artikel ini akan menjawab beberapa per-soalan berikut. Bagaimana peranan Natsirdalam membangun antarumat beragamadi Indonesia? Agar dapat menjawab per-masalahan secara komprehensif, makaperlu diperinci menjadi beberapa pertanya-an. (1) Mengapa Natsir menggagas tentangkerukunan antarumat beragama di Indo-nesia? (2) Bagaimana gagasan tersebutdiimplemtasikan dalam rentang kekuasaanpemerintahan kolonial dan pasca kemer-dekaan?

BIOGRAFI MOHAMMAD NATSIR

Mohammad Natsir adalah tokoh kela-hiran Sumatera Barat, tepatnya ia lahirpada tanggal 17 Juli 1908 dan meninggaldunia 6 Pebruari 1993 di Jakarta pada usia85 tahun. Berita wafatnya segera menjadiberita utama di berbagai media, baik nasi-onal maupun internasional. Kepribadian-

nya tidak hanya dikenal oleh masyarakatIndonesia tetapi juga dikenal oleh masya-rakat dunia, khususnya dunia Islam.Sepanjang hidupnya Mohammad Natsir(untuk selanjutnya disebut Natsir) aktifterlibat dalam kegiatan baik yang bersifatpolitik, sosial, pendidikan, dan dakwah-keagamaan.

Karirnya dalam bidang politik yangamat menonjol ditun­jukkan pada saat iamemberanikan diri berpolemik denganPresiden Sukarno tentang dasar negara.Meskipun pendiri Masyumi ini selalu ber-oposisi kepada Soekarno karena perbedaanpandangan dan sikap politik, tetapi hal itutidak mengganggu keduanya dalam kapa-sitas sebagai Presiden dan Perdana Men-teri.6 Karir politiknya pernah mencapaipuncak kekuasaan, mulai dari menjabatsebagai ketua Masyumi, menteri penerang-an, dan perdana menteri. Namun Natsirjuga pernah dianggap sebagai “pem-berontak” oleh Soekarno lantaran di akhirtahun 1950-an ia bergabung dengan gerak-an PRRI.

Gerakan keagamaan Natsir tercatatluar biasa. Ia menjadi tonggak sejarahperkembangan Islam Indonesia. Padatingkat nasional Natsir memegangberbagai jabatan penting dalam organisasi-organisasi keagamaan. Dia juga pendiridan sekaligus sebagai ketua Dewan Dak-wah Islam Indonesia (DDII) sampaiakhir hayatnya. Di panggung dunia, Natsirsangat dikenal dan diakui kepakarannya.Pada 1957 ia pernah memimpin sidangMuktamar Alam Islami atau Kongres IslamDunia di Damaskus, Suriah. Nama Natsirkian moncer di forum dunia Islam setelahmendirikan Dewan Dakwah. Pada 1967 ia

5 L. Johanes, Bung Natsir: Menghadang Konflik Membangun Toleransi, Pemikiran Natsir TentangHubungan Antar Umat Beragama di Indonesia, Jakarta: Jurnal Filsafat Driyakarya No.3, 1993.

6 Ahmad Suhelmi, Polemik Negara Islam: Soekarno Versus Natsir, (Jakarta: Teraju, 2002), hlm. 79-85.

Page 4: MOHAMMAD NATSIR DALAM DINAMIKA HUBUNGAN …

Mohammad Natsir dalam Dinamika Hubungan Antaragama di Indonesia (Mutohharun Jinan)

211

wakil Presiden Muktamar Alam Islami yangbermarkas di Karachi, Pakistan. Pada 1969Natsir menjadi anggota World MuslimLeague, Mekkah, Arab Saudi.Tiga tahunkemudian Natsir menjadi anggota MajlisA’la al-Alam lil Masajid (Dewan MasjidSedunia), berpusat di Mekkah. Pada 1980dia menerima penghargaan dari Raja Faisaldari Arab Saudi karena berjasa pada Islam.Pada 1985 menjadi anggota Dewan PendiriThe International Islamic CharitableFoundation, Kuwait. Setahun berikutnyaNatsir menjadi anggota Dewan Pendiri TheOxford Centre for Islamic Studies, London,Inggris, dan anggota majelis Umana’International Islamic, University, Islam-abad, Pakistan.7Maka tidak berlebihankalau Natsir ditempatkan dalam posisisejajar dengan tokoh-tokoh dunia sepertiAmir Ali, Iqbal, dan Al-Maududi dan lain-lain. 8

Tokoh -yang dijuluki the second grandold man- ini kurang mendapat sambutansecara bijaksana dari pihak penguasa,pada masa Orde Lama maupun Orde Baru.Peran politiknya sengaja ditelikung agartidak muncul ke permukaan. Ia ditengaraisebagai seorang politikus sekaligus funda-mentalis muslim.9 Oleh karena sikapnyayang memegang teguh agama itu, Natsirdisingkirkan dari pentas politik dengan

tuduhan hendak menjadikan Islam sebagaidasar negara Indonesia.10

Dalam konteks demikian, secaraimplisit, Natsir juga disudutkan sebagaiseorang tokoh Islam yang tidak tolerandengan agama-agama lain. Stereotipe yangdialamatkan kepada Natsir itu perlu diujikebenarannya. Karena dalam karya-karya-nya yang berkenaan dengan masalahhubungan antaragama ia juga memberikangagasan-gagasan yang sangat menarikuntuk dicermati guna kelangsungan hidupberbangsa dan bernegara.11 Sebagai seorangmuslim Natsir sangat kritis terhadapgencarnya arus kristenisasi yang bekerjasama dengan penjajah (Belanda). Sebagaibagian dari anak bangsa ia juga sangatpeduli terhadap kerukunan antarumatberagama di Indonesia. Natsir tidak belajaragama secara formal, seperti belajar diuniversitas atau pesantren, tetapi belajardengan cara kontak langsung denganulama-ulama besar.12 Dalam karir dakwah-nya Natsir berhasil menjalin hubunganlangsung dengan para ulama baik diIndonesia maupun manca negara.

Pada tahun 1938 Natsir mulai aktifdalam bidang politik dengan mendaftar-kan dirinya menjadi anggota Partai IslamIndonesia cabang Bandung. Dua tahunbergabung Natsir dipercaya sebagai ketua

7 Majalah Tempo Edisi 21/XXXVII/14 – 20 Juli 2008, hlm. 67.8 Yusril Ihza Mahendra, “Combining Activism and Intellectualism: The Biography of Mohammad

Natsir (1908-1993)”, dalam: Studia Islamika, Vol. 2, No. 1, 1995, hlm. 111.9Charles Kurzman memberikan pandangan yang berbeda tentang sosok Natsir. Kurzman

menempatkan Natsir sebagai salah seorang berpemikiran liberal yang penting dalam membangundasar-dasar demokrasi berdasar agama di Indonesia. Charles Kurzman (ed.), Wacana Islam Liberal:Pemikiran Islam Kontemporer tentang Isu-Isu Global, (Jakarta: Paramadina, 2001), hlm. 57-69.

10 Endang Saifuddin Anshari, “Dasar Negara dalam Konstituante dan Peranan Natsir di dalamnyasebagai Penyambung Lidah Kelompok Islami” dalam Endang Siafuddin Anshari dan Amien Rais(eds.), Pak Natsir 80 Tahun, (Jakarta: Media Dakwah, 1988), hlm. 37.

11 Lihat M. Natsir, Islam dan Kristen di Indonesia, (Bandung: Bulan Sabit: 1989). Mencari ModusVivendi Antarumat Beragama, (Jakarta: Penerbit Media Dakwah, 1980), Capita Selecta Pertama, (Bandung: W.van Houve, 1954). Capita Selecta Kedua, (Jakarta: Pustaka Pendis, 1957).

12 M. Natsir, Percakapan Antar Generasi (Jakarta: Media Dakwah Indonesia, 1989), hlm. 29.

Page 5: MOHAMMAD NATSIR DALAM DINAMIKA HUBUNGAN …

PROFETIKA, Jurnal Studi Islam, Vol. 15, No. 2, Desember 2014: 208-229

212

PII Bandung sampai tahun 1942 danbekerja di pemerintahan sebagai KepalaBiro Pendidikan Kodya Bandung sampaitahun 1945 dan merangkap sebagai sekre-taris Pendidikan Tinggi Islam di Jakarta.

Masa awal kemerdekaan RepublikIndonesia, Natsir tampil menjadi salahseorang politisi dan pemimpin negara,sebagaimana dikatakan Herbert Feith,“Natsir adalah salah seorang menteri danperdana menteri yang terkenal sebagaiadmisitrator yang berbakat yang pernahberkuasa sesudah Indonesia merdeka.”13

Pernyataan ini juga diakui oleh Sukarnodan Hatta. Karir politiknya dinilai cukupspektakuler, hingga dipercaya sebagaiMenteri Penerangan pada Kabinet Syahrirdan menjabat sebagai Perdana Menteri.

Masa demokrasi terpimpin Sukarno iamengambil sikap menentang politik peme-rintahan. Keadaan ini mendorongnyabergabung dengan para penentang lainnyadan membentuk Pemerintahan Revo-lusioner Republik Indonesia, suatu peme-rintahan tandingan di pedalamanSumatera. Tokoh PRRI menyatakan bahwapemerintah di bawah Presiden Sukarnosaat itu dianggap menyeleweng dariUndang-Undang Dasar 1945. Sebagaiakibat tindakan Natsir dan kawan-kawanPRRI yang sebgaian besar dari Masyumi,ditangkap dan dipenjara. Natsir dibebas-kan pada pertengahan tahun 1966 setelahpemerintahan Orde Baru berkuasa.

Ketika pemerintahan Orde Baruberkuasa, Natsir tidak mendapat tempatdan kedudukan dalam pemerintahan.Natsir tidak diajak untuk bersama-samamemimpin negara yang baru saja menga-lami pergantian. Padahal kalau dilihat darisegi kredibelitas dan kemampuannya seba-

gai negarawan tidak diragukan lagi. Adadugaan bahwa tidak diikut-sertakannyaNatsir dalam pemerintahan, karena phobiaOrde Baru yang melihat Natsir pernahbercita-cita menjadikan Islam sebagai dasarnegara. Hal ini diperkuat dengan upayarehabilitasi Masyumi yang dilarang.

Memahami sulitnya situasi politikdemikian, Natsir memilih dakwahkemasyarakatan sebagai sarana berjuangmenegakkan Islam. Bersama teman-temannya ia mendirikan lembaga DewanDakwah Islamiyah Indonesia (DDII).Dalam lembaga ini Natsir menuangkanpemikirannya melalui berbagai media cetakdan menulis buku. Dilihat dari karya-karyanya yang tersebar dan buku-bukuyang diterbitkan, Natsir memiliki perhatiandalam berbagai aspek kehidupan, politik,sosial, budaya, filsafat, agama, pendidikandan hubungan antaragama. Natsir selainaktif dalam kegiatan dakwah, pendidikandan politik, ia juga seorang penulis yangproduktif. Natsir telah menulis 52 judul,ditulis dalam empat bahasa, yaitu bahasaIndonesia, Belanda, Inggris dan Arab.Tulisannya terse­bar di berbagai suratkabar maupun majalah, antara lain PikiranRakyat, Pembela Islam, Pemandangan, PanjiMasyarakat, Suara Masjid, Kiblat dan MediaDakwah.

Karakteristik dari tulisan Natsir adalahbersifat polemis-dialogis. Artinya Natsirmenulis suatu persoalan tertentu bertujuanuntuk memberikan tanggapan atau jawab-an dari persoalan yang berkembang dimasyarakat. Natsir sering melakukan pole-mik dengan tokoh-tokoh lain di Indonesiabaik itu politikus maupun tokoh agama.Misalnya Natsir pernah berpolemik denganPresiden Sukarno tentang hubungan antara

13 Herbert Feith, Indonesian Political Thinking 1945-1965, (Itaca: Cornell University Press, 1970), hlm.102.

Page 6: MOHAMMAD NATSIR DALAM DINAMIKA HUBUNGAN …

Mohammad Natsir dalam Dinamika Hubungan Antaragama di Indonesia (Mutohharun Jinan)

213

agama dan negara, berpolemik denganpendeta tentang toleransi antarumatberagama. Natsir melalui majalah PembelaIslam menyebarkan ide-ide organisasiPersis. Persis sering mengambil sikap me-nantang kepada orang lain yang tidaksetuju dengan pemikiran-pemikiran yangtertuang dalam majalahnya.14

Secara garis besar karya-karya Natsirdapat diklasifikasikan dalam lima bidang,yaitu dakwah, pendidikan Islam, filsafat,kebudayaan, politik dan kerukunan umatberagama. Kelima bidang tersebut diklasi-fikasikan berdasarkan tulisan-tulisan yangtersebar dalam berbagai media dan berbagaikesempatan. Natsir, untuk pertama kalinyamengarang tentang hubungan antarumatberagama yang dipublikasikan dalam suratkabar adalah mengenai kritik terhadap isikhutbah pendeta Christoffel di Gereja.Karangan tersebut berbahasa Belanda, daninti dari kritik tersebut dimuat dalam suratkabar A.I.D, sebuah surat kabar berbahasaBelanda yang terbit di Bandung. 15

Karya natsir dalam yang terkait lang-sung dengan masalah hubungan antar-agama adalah Mencari Modus VivendiAntarumat Beragama , Jakarta, MediaDa’wah, 1980, Keragaman Hidup AntarumatBeragama, Jakarta, Penerbit Hudaya, 1970.Islam dan Kristen di Indonesia (kumpulankarangan), Jakarta, Media Dakwah, AsasKeyakinan Agama Kami, Jakarta, DDII, 1984.

GAGASAN NATSIR TENTANG HUBU-NGAN ANTARAGAMA

Secara sepintas Natsir, baik dia seba-gai seorang politisi dan seorang ulama,memiliki perhatian yang cukup besar ter-

hadap masalah hubungan antarumatberagama. Sebagai seorang politisi muslimia mengusulkan agar Islam menjadi dasarnegara Indonesia. Tetapi usulan itu segeramendapat tanggapan dari kelompok non-muslim dan kelompok nasionalis yang tidakmenyetujui. Bagi kelompok non-muslimmenyetujui Islam sebagai dasar negaraIndonesia berarti menyetujui lenyapnyaeksistensi mereka.

Tantangan ini mendorong Natsir un-tuk menulis dan menjelaskan konsep Islamtentang kedudukan agama-agama, hubu-ngan (toleransi) antarumat beragama, dankendala-kendala yang menghadang. Olehkarena itu, tiga persoalan ini penting untukdiurai lebih jauh.

Keragaman dan Kebebasan BeragamaIslam dengan tegas mengakui kemer-

dekaan berpikir dan berkehendak. Islamtidak mengizinkan memaksa-maksakanagama dan kepercayaan. Sekalipun umatIslam dalam suatu tempat merupakanumat mayoritas, dilarang oleh kode etikIslam, memaksa-maksakan kepercayaandan keyakinan agama mereka kepadaminoritas yang beragama lain dari Islam.16

Mayoritas menurut umat Islam bukanuntuk menindas minoritas, tapi justruuntuk melindungi hak-hak mereka.

Natsir memegang prinsip itu untukkemudian dipraktekkan dalam kehidupankeagamaan. Bahwa mayoritas warganegara Indonesia adalah beragama Islammaka bukan suatu yang berlebihan kalauIslam menjadi dasar negara Indonesia.Sedangkan agama-agama lain berhakhidup berdampingan di bawah peme-rintahan Islam.

14 Deliar Noer, Gerakan Moderen Islam di Indonesia 1900-1942 (Jakarta: LP3ES, 1988), hlm. 269.15Natsir, Kebudayaan Islam Dalam Perspektif Sejarah, (Jakarta: PT. Girimukti Pusaka, Cet.I, 1988),

hlm. 12.16 Natsir, Islam dan Kristen Di Indonesia, (Jakarta: Media Dakwah, 1969), hlm. 223.

Page 7: MOHAMMAD NATSIR DALAM DINAMIKA HUBUNGAN …

PROFETIKA, Jurnal Studi Islam, Vol. 15, No. 2, Desember 2014: 208-229

214

Islam mengajarkan bahwa perbedaanagama tidaklah otomatis menjadi sumberkonflik dan persengketaan antarpemelukagama. Islam juga mengajarkan bahwadalam melakukan dakwah tidak boleh me-maksa atau memakai cara-cara licik, yangmengandung unsur penipuan.17 Cara-caraseperti itu sama halnya dengan tidakmenghargai kebebasan beragama dan tidakmenghargai martabat manusia. Bagi Natsirdakwah harus menghormati martabat ma-nusia sebagai makhluk Allah serta identitassesama manusia.

Namun ditengah pluralitas itu, dapatdiusahakan adanya kalimatun sawa’ yangdiharapkan dapat dijadikan landasan ber-sama untuk menjadi titik temu dalam me-mecahkan persoalan-persoalan bersama.Karena itu tidak terlalu mengherankan jikadalam perilaku politiknya, Natsir senan-tiasa bersedia bekerja sama dengan pihak-pihak lain, bahkan dengan kelompok bukanmuslim, atas dasar kejujuran dan kemas-lahatan bersama.18

Sewaktu berpidato Natsir menyata-kan bahwa agama Islam memberantassikap tidak toleran terhadap agama danmenegakkan kemer-dekaan beragama sertameletakkan dasar bagi keragaman hidupantar-agama. Kemerdekaan menganutagama adalah suatu nilai hidup yangdipertahankan oleh setiap Muslimin danmuslimat. Islam melindungi kemerdekaanmenyembah Tuhan menurut agama

masing-masing, baik di masjid maupun digereja.19

Pernyataan itu menunjukkan bahwameskipun hendak menjadikan Islamsebagai dasar negara, tetap akan meme-gang teguh kerukunan dan menghargaipluralitas agama. Perbedaan agama-aga-ma di masyarakat merupakan sunnatullahyang harus diterima oleh setiap umatberagama. Pluralitas agama juga untukmenyadarkan agar sesama manusia salingberlomba-lomba berbuat kebajikan.

Kebebasan beragama bukan sekadarberasal dari pernyataan hak-hak asasimanusia di PBB, yang baru dicetuskan be-berapa tahun setelah Perang Dunia kedua,tetapi kebebasan beragama telah inherendalam ajaran Islam sebagaimana yangterjadi pada zaman Rasulullah saw. Ajaranitu antara lain seperti yang tertulis dalamkonstitusi Piagam Madinah. Dalamkonstitusi Piagam Madinah ini Rasulullahtelah meletakkan dasar-dasar sikap plura-lisme agama, di antara warga negara yangberbeda-beda agama.20

Nilai-nilai agama harus menjadi sum-ber inspirasi bagi setiap perilaku seorangmuslim dalam segala aspek kehidupan,baik sosial, budaya maupun politik. Komit-men keagamaan yang kuat demikian tidakjarang menimbulkan benturan-benturandalam pengalaman praktis di masyarakat,apalagi dalam wilayah politik yang selalusarat dengan kepentingan kelompok dan

17 Ibid., hlm., 224.18 Ibid., hlm. 225. Dalam praktek kehidupan sehari-hari Natsir dikenal sebagai pribadi yang sangat

menjunjung tinggi toleransi dan kebersamaan. Secara pribadi ia juga akrab dengan Kasimo (Katholik)meskipun secara ideologis keduanya berbeda.

19 Natsir, Islam dan Kristen di Indonesia, hlm., 200.20 Di antara bunyi Piagam Madinah yang berkait langsung dengan kebebasan beragama adalah

pada pasal 25 berbunyi “Bagi orang-orang Yahudi agama mereka dan bagi orang-orang Islam agamamereka”. Pasal ini memberikan jaminan kebebasan beragama di Madinah. Lihat misalnya SuyuthiPulungan, Prinsip-prinsip Pemerintahan dalam Piagam Madinah Ditinjau dari Pandangan Al-Quran, (Jakarta:Rajwali Press, 1996), hlm. 161.

Page 8: MOHAMMAD NATSIR DALAM DINAMIKA HUBUNGAN …

Mohammad Natsir dalam Dinamika Hubungan Antaragama di Indonesia (Mutohharun Jinan)

215

individual. Yang menarik dari Natsir ada-lah bahwa sikap pluralisme tidak berartimenghilangkan identitas seseorang dalammemeluk agama yang diyakininya. Bahkanpluralisme tanpa disertai dengan komitmenyang kuat dan identitas keagamaan akanmengakibatkan seseorang menjadi bersikaplemah dalam menghadapi berbagai per-soalan hidup. Untuk tetap menegaskanidentitas diri, maka antara umat beragamaharus saling hormat-menghormati, tetapberteman dan bersahabat baik.

Pandangan demikian berbeda denganpaham pluralisme yang ekstrim yang di-kembangan oleh sejumlah intelektualsesudahnya.21 Pluralisme ekstrim adalahsuatu anggapan bahwa semua agama baikdan benar, masing-masing memiliki karak-ter sendiri-sendiri dan dapat berkembangsecara paralel dalam pentas kehidupanbermasyarakat. Komitmen keagamaan ter-hadap agamanya sendiri dan dakwahpenyebaran nilai-nilai keagamaan menjaditidak penting karena semua agama telahmemiliki. Lebih dari itu, pluralisme ekstrimjuga tidak menghajatkan orang berdialogantara satu agama dengan agama lain.

Menurut Natsir, dasar-dasar kemer-dekaan beragama dalam Islam dilandasidengan beberapa alasan sebagai berikut.Pertama, perlu ditegaskan bahwa tauhidpada hakekatnya adalah suatu revolusiruhani yang membebaskan manusia darikungkungan dan tekanan jiwa dalam artiyang seluas-luasnya. Tauhid membebaskanmanusia dari segala macam ketakutanterhadap benda dan takhayul dalam bentukapapun juga. Tauhid membawa orangkepada beriman kepada Tuhan. Keimanankepada Tuhan itu diperoleh dengan jalanyang bersih dari segala macam paksaan.Adalah sunnatullah bahwa suatu keyakinan

yang sebenar-benarnya keyakinan tidakdapat diperoleh dengan paksaan.

Kedua, oleh karena itu, agama yangbenar-benar agama menurut Islam ialahagama yang sesuai dengan sunnatullah ini.Yakni tidak disebut beragama jika agamaitu hanya berupa buah bibir, sekedar peme-liharaan diri dari bahaya yang bersifateksternal, tidak tumbuh subur dalam hatiyang bersangkutan.

Ketiga, dalam pandangan Islam ke-imanan adalah karunia Allah yang hanyadapat diperoleh dengan ajaran dan didikanyang baik, dengan dakwah dan panggilanyang bijaksana serta diskusi yang sopan danteratur. Umat Islam berpegang kepadakhittah memanggil orang ke jalan Allahsebagaimana yang disebutkan dalam al-Quran; “Panggillah ke jalan Tuhanmu denganbijaksana dan pendidikan yang baik danbertukar pikiranlah dengan cara yang lebihbaik”.

Keempat, dalam pergaulan hidupsehari-hari, di mana perbedaan tidak dapatdipertemukan, perbedaan tentang paham,pemikiran, amal, agama dan sebagainya,maka seorang muslim tidak boleh tinggaldiam dan tenggelam serta lumpuh hatinyamelihat perbedaan-perbedaan itu. Per-bedaan tentang ibadah dan agama, tidakboleh menyebabkan putus asanya seorangmuslim dalam mencari titik persamaanyang ada di dalam agama-agama. Seorangmuslim diwajibkan untuk mengambilinisiatif, menjaga keharmonisan kehidupanantar-agama dengan memanggil orang-orang yang beragama lain, yang mem-punyai kitab berpedoman kepada wahyuIlahi.

Kelima, Umat Islam harus menahandiri dan tidak boleh dipengaruhi hawanafsunya dalam menegakkan kejernihan

21 Raimundo Panikkar, Dialog Intrareligius, (terj.) (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1995), hlm. 18.

Page 9: MOHAMMAD NATSIR DALAM DINAMIKA HUBUNGAN …

PROFETIKA, Jurnal Studi Islam, Vol. 15, No. 2, Desember 2014: 208-229

216

hidup antarumat beragama. Denganpenuh keyakinan akan kebenaran yang adapada sisinya dan keluasan dada yangditimbulkan oleh kalimat tauhidnya.

Keenam, toleransi yang diajarkanIslam itu, dalam kehidupan antarumatberagama bukanlah suatu toleransi yangbersifat pasif. Toleransi harus bersifat aktif.Aktif dalam menghargai dan menghormatikeyakinan orang lain. Aktif dan bersediasenantiasa untuk mencari titik persamaanantar bermacam-macam perbedaan. Bukanhanya itu, kemerdekaan beragama bagiseorang muslim adalah suatu nilai hidupyang lebih tinggi dari pada nilai jiwanyasendiri. Apabila kemerdekaan beragamaterancam dan tertindas, walau kemerdeka-an beragama bagi bukan orang yang ber-agama Islam, maka seorang muslim di-wajibkan untuk melindungi kemerdekaanahli agama tersebut agar manusia padaumumnya merdeka untuk menyembahTuhan menurut agamanya masing-masingdan dimana perlu dengan mempertahan-kan jiwanya.22

Keenam pernyataan di atas merupa-kan khittah yang hendak ditegaskan dandilaksanakan oleh umat Islam di negaraIndonesia untuk membangun kehidupankeagamaan yang baik. Ajaran itu dilak-sanakan oleh umat Islam semata-matamengharap ridha ilahi.

Dasar-dasar Kerukunan BeragamaPandangan Natsir terhadap keber-

adaan agama-agama lain selain Islamdalam konteks kehidupan bermasyarakattersebut sangat penting untuk memahamilebih jauh tentang ajakan toleransi dankiprah serta perjuangan Natsir dalammembina kerukunan hidup antarumat ber-

agama di Indonesia. Karena tanpa adanyasikap pluralisme itu, cita-cita membangunkerukunan akan jauh dari harapan.

Bagi Natsir, kerukunan antarumatberagama merupakan syarat bagi tegaknyanegara republik Indonesia yang adil danmakmur. Ia menegaskan bahwa kalaumemang masyarakat hendak menjaminkemerdekaan agama dan hendak mene-gakkan kejernihan hidup antaragama ditengah jutaan penduduk Indonesia yangbermacam-macam agama ini, maka sebagaidasar dari kesatuan negara tidak lain ada-lah menyebarkan paham kemerdekaan dantoleransi sebagaimana tersebut di ataskeseluruh kepulauan Indonesia. Perluuntuk dicatat bahwa sesungguhnya watakrakyat Indonesia pada dasarnya adalahbersifat tasamuh (toleran).23 Toleransi yangdiajarkan Islam bukanlah suatu toleransiyang bersifat pasif. Tetapi toleransi yangbersifat aktif. Maksudnya adalah aktifdalam menghargai dan menghormati keya-kinan orang lain. Dalam Islam diajarkankode etik positif tentang toleransi antar-umat beragama yang tidak perlu dikhawa-tirkan lagi oleh umat agama lain.

Lain halnya dengan toleransi semuatau sering disebut dengan lazy tolerance.Toleransi semu tidak dilandasi oleh sema-ngat kebersamaan dan pencarian titik-titikpersamaan dan perbedaan. Toleransi inimerupakan rekayasa kekuatan dari luaragama yang tujuannya untuk kepentingannon keagamaan, misalnya tujuan politikdan kekuasaan. Dengan demikian, toleransiyang terjadi bersifat pasif dan bisa mem-bahayakan bagi kehidupan umat beragamabila kekuatan dari luar agama yang me-nyangga toleransi itu runtuh.

22 Natsir, Islam dan Kristen di Indonesia, hlm. 203-205.23 Natsir, Mencari Modus Vivendi Antarumat Beragama di Indonesia, (Jakarta: Media Dakwah, 1983),

hlm. 12.

Page 10: MOHAMMAD NATSIR DALAM DINAMIKA HUBUNGAN …

Mohammad Natsir dalam Dinamika Hubungan Antaragama di Indonesia (Mutohharun Jinan)

217

Toleransi yang dikemukakan olehajaran Islam dapat memelihara dan menyu-burkan keragaman dan perdamaian antar-agama dalam negara Indonesia.24 MenurutNatsir bentuk toleransi yang paling tinggidalam ajaran Islam adalah sebagaimanadisebutkan dalam Q.S. al-Hajj/22 ayat 40.

“Yaitu orang-orang yang telah diusirdari kampung halaman mereka tanpaalasan yang benar, kecuali karena mere-ka berkata: Tuhan kami hanyalahAllah”. Dan sekiranya tidak menolakkeganasan sebagian manusia dengansebagian yang lain, niscaya telahdirobohkan biara-biara Nasrani, gereja-gereja, rumah-rumah ibadah orangYahudi dan masjid-masjid yang didalamnya disebut nama Allah”.

Dalam rangka menyebarkan toleransiyang dapat memelihara dan menyuburkankeragaman dan perdamaian antaragamadi Indonesia, Natsir menyarankan agarumat Islam secara aktif melakukan tiga hal.Pertama, memahami ajaran Islam secarasungguh-sungguh bagi setiap muslim.Saran ini sejalan dengan semangat aktifdalam toleransi. Bahwa tanpa ada pema-haman dan penguasaan agamanya sendiritoleransi yang ditampilkan akan semu danmudah tergoyah oleh kepentingan-kepen-tingan dari luar. Kedua, menjadikan ajaranIslam sebagai pedoman hidup, baik dalamberkata mapun bertindak terhadap masya-rakat di sekelilingnya. Begitu banyak ajakan

dan ajaran Islam, baik secara praktis mau-pun teoritis yang memberikan acuan bagai-mana kita harus berdampingan denganmasyarakat yang terdiri dari beragamagama. Ketiga, memancarkan pengertiankedua hal di atas di sekelilingnya dengantidak mengabaikan agama dan kepercaya-an manapun, baik secara lisan maupundengan perbuatan.25

Di samping dasar-dasar yang ber-sumber dari ajaran Islam sebagaimanatersebut, Ia menegaskan bahwa Pancasilamerupakan dasar bagi semua agama untukmemilih dan menentukan kebebasan ber-agama. Pancasila menentukan adanyakebebasan menganut agama. Ini bukanberarti bahwa mengkristenkan orang Islamdan atau mengislamkan orang Kristensesuai dengan Pancasila. Kalau pun mauberlomba-lomba akan mengembangkanagama masing-masing seharusnya diper-untukkan bagi orang-orang yang belum me-nganut agama.26 Platform Pancasila meng-hendaki adanya saling harga-menghargaidi antara agama-agama itu. Sehingga kalauada orang Islam dibujuk untuk memasukiagama lain, demikian juga sebaliknya,adalah bertentangan dengan prinsip dasarPancasila.27

Selain ajaran agama –sebagai dasarasasi- kerukunan umat beragama jugaperlu didukung oleh undang-undang ataukeputusan-keputusan yang disepakati ber-sama. Cukup banyak keputusan bersamayang mengatur hubungan antaragama. Di

24 Natsir, Islam dan Kristen di Indonesia, hlm. 112.25 Ibid. hlm. 206.26 Natsir, Mencari Modus Vivendi antarumat Beragama di Indonesia, hlm. 7-8.27 Tentang Pancasila sebagai platform ini Natsir menyatakan: “Pakistan adalah sebuah negeri

muslim. Demikian pula halnya Indonesia. Walaupun kami mengakui Islam sebagai agama rakyatIndonesia, namun kami tidak menyatakan secara tegas dalam konstitusi kami. Kami pun tidakmenyisihkan agama dari kehidupan nasional kami. Indonesia telah menyatakan keyakinannya dalamPancasila yang telah kami ambil sebagai dasar spiritual, moral dan etis bangsa dan negara kami.”Natsir, Kapita Selecta, hlm. 144-150.

Page 11: MOHAMMAD NATSIR DALAM DINAMIKA HUBUNGAN …

PROFETIKA, Jurnal Studi Islam, Vol. 15, No. 2, Desember 2014: 208-229

218

antaranya adalah seruan adanya BadanMusyawarah Antar Agama pada tahun1967. Salah satu poin anjuran pemerintahadalah satu golongan agama jangan dijadi-kan sasaran dakwah oleh agama lain. Selainitu juga konferensi bersama Misi Kristendengan Dakwah Islam yang berlangsungdi Genewa tahun 1976 tentang dihenti-kannya diakonia.

Dalam berbagai kesempatan Natsirmengemukakan bahwa cita-cita kesen-tosaan seluruh warga negara harus men-jadi dasar dalam penegakan kerukunan.Tanpa adanya kemauan bersama untukmenegakkan kedamaian ini kerukunanumat beragama mustahil dicapai. Sebabmasing-masing penganut agama akanberjuang menegakkan ajaran agamanya.Hal itu berarti, kerukunan sangat bergan-tung pada apakah agama-agama itu mam-pu menjawab masalah-masalah kemanu-siaan yang sedang dihadapi oleh masya-rakat. Komitmen keagamaan yang semakindekat kepada kemanusiaan pada giliran-nya akan membuahkan model hubunganyang manusiawi.

Dasar-dasar toleransi dalam Islamsebagaimana dikemukakan tersebut mem-perlihatkan Natsir sebagai sosok yang ter-buka dalam membangun kerukunan umatberagama. Artinya landasan teologis dalamIslam cukup memberikan kerangka acuanbagi toleransi keagamaan di masyarakat

tanpa harus menempatkan agama laindalam poisisi inferior.

Kendala Hubungan Antarumat BeragamaSebagaimana disinggung di muka

bahwa bersamaan dengan marginalisasiperan politiknya yang dilakukan peme-rintahan Orde Baru, Natsir mengalihkanperhatian gerakannya melalui dakwah.Salah satu gerakan dakwah yang dilakukanNatsir dan menjadi sasaran dakwahnyaadalah gerakan kristenisasi telah gencardilakukan sejak penjajahan kolonialBelanda. Sebagian besar tulisan Natsir yangberkaitan dengan hubungan antaragamayang ditulis sebelum kemerdekaan adalahpolemik dengan misionaris Kristen. Bahkantulisan-tulisan itu merupakan reaksi danklarifikasi terhadap pernyataan-pernyata-an misionaris yang melecehkan agamaIslam.28

Salah satu peran penting MohammadNatsir dapat dibuktikan dalam usahanyamengatasi kristenisasi di Indonesia yangdianggap sudah melampaui batas-batas ke-wajaran dalam pelaksanaannya. Kegiatantersebut antara lain mengintervensi keiman-an umat Islam, misalnya dengan menda-tangi rumah-rumah orang muslim, mem-bangun gereja di kawasan umat Islam ataudengan memanfaatkan ketidakmampuanumat Islam, terutama di bidang ekonomi,seperti membagikan sejumlah materi yang

28 Sejak duduk di bangku sekolah AMS tersebut, Natsir sudah mulai terlibat dalam polemik tentangpemikiran Islam. Pengalaman pertama terjadi ketika seluruh kelasnya diundang oleh guru gambaruntuk menghadiri pidato seorang pendeta Kristen bernama Ds. Christoffels, tahun 1929. Pidatonyaberjudul “Quran en Evangelie” dan “Muhammad als Profeet”. Meskipun disampaikan dengan gaya yanglembut, Natsir melihat pidato si pendeta itu sesungguhnya menyerang Islam secara halus. Esoknya,pidato itu dimuat di surat kabar “A.I.D.” (Algemeen Indish Dagblad). Natsir kemudian menulis artikelyang menjawab opini sang pendeta, melalui koran yang sama. Lihat dalam Anwar Harjono dkk.,Muhammad Natsir: 70 Tahun Kenang-kenangan Kehidupan dan Perjuangan, (Jakarta: Pustaka Antara, 1978),hlm. 17. Sedangkan Ajip Rosidi mencatat bahwa tulisan ke A.I.D. tersebut bukan diterbitkan atas namaNatsir, tetapi atas nama Komite Pembela Islam. Lihat Ajip Rosidi, M. Natsir, Sebuah Biografi (Jakarta:Girimukti Pasaka, 1990).

Page 12: MOHAMMAD NATSIR DALAM DINAMIKA HUBUNGAN …

Mohammad Natsir dalam Dinamika Hubungan Antaragama di Indonesia (Mutohharun Jinan)

219

menjadi kebutuhan hidup umat Islam yangtidak lebih dari “Peaceful Aggression”, ataupenyerangan yang bersemboyan kedamai-an. Selain itu terdapat kegiatan misionarisagresif lainnya yang terlihat dalam bentukdiakonia. Diakonia adalah penyalahguna-an pelayanan masyarakat dan sikap tidaktoleran orang-orang Kristen terhadap umatIslam di Indonesia, misalnya dalam bentukpenawaran pekerjaan, perbaikan rumah,pelayanan kesehatan, kursus latihan gratisdan kegiatan lainnya.29

Perhatian Natsir terhadap misi kris-tenisasi semakin besar, semenjak upaya-upaya perjuangan politiknya mulai gagal.Lantaran itu mengambil jalur perjuangankultural/dakwah dan mendirikan DewanDakwah Islamiah Indonesia pada tahun1967. Pada pertengahan tahun 60-an diIndonesia sedang terjadi konflik antar-agama pasca kemerdekaan. Sehinggahubungan antarumat beragama menjadiperhatian seluruh lapisan masyarakat danpemerintah. Metode yang dipakai Moham-mad Natsir antara lain dengan melakukantiga upaya besar yaitu Pertama, mengirim-kan tenaga dai Dewan Dakwah IslamiyahIndonesia (DDII) ke pelosok daerah dengansalah satu tugasnya membendung kristeni-sasi. Kedua, mengirim surat kepada PausYohanes Paulus II di Vatikan dengan per-mohonan membuka mata, memperhatikankristenisasi yang tengah digencarkan dinegara Republik Indonesia yang mayoritaspenduduknya adalah muslim. Ketiga, mela-lui metode yang dikenal dengan ModusVivendi, yaitu upaya menciptakan kehi-dupan berdampingan secara damai dengan

memakai semboyan Trilogi kerukunan.30

Secara lahiriah, besarnya perhatianterhadap persoalan hubungan antarumatberagama itu adalah dibentuknya lembagaMusyawah Antaragama yang diprakarsaioleh pemerintah, dalam hal ini DepartemenAgama. Natsir banyak berperan dalamdialog dan musyawarah antaragama dilembaga ini, untuk membendung aruskristenisasi. Pada saat itu hubungan antar-umat beragama di Indonesia sedang meng-alami penurunan yang sangat mengkha-watirkan. Selanjutnya pemerintah meng-ambil prakarsa untuk menyelenggarakanmusyawarah antaragama. Berkaitan de-ngan derasnya arus penyebaran agamaterhadap agama lain maka pemerintahmenyarankan agar tidak mengajak seorangyang telah menganut agama masuk keagama lain. Namun umat nasrani menolakseruan itu dan tidak mau menyetujuipiagam dalam musyawarah antaragama.

Terhadap penolakan umat Nasrani iniNatsir menyikapi bahwa (pertama) hen-daknya umat Islam harus tetap berpegangkepada akhlak mulia. Selain itu (kedua)hendaknya umat Islam berpendirian tegasmenghadapi zending dan misi yang men-datangi rumah-rumah untuk mempro-gandakan agama mereka. Bila umat Islamtelah berdialog dengan baik, tetapi merekatetap berpendirian atas misi dakwahnya,maka umat Islam harus menolak dengantegas. 31

Terhadap hal-hal seperti inilah, Natsirangkat bicara, yang dikenal dengan sebut-an “tiga saran untuk tiga pihak”. Untukmenghindari agar kejadian-kejadian sema-

29 Novi Setyani, Mohammad Natsir dan Upaya Mengatasi Kristenisasi di Indonesia, (Fakultas AdabUniversitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2008), Skripsi, Tidak diterbitkan.

30Thohir Luth, M Natsir Dakwah dan Pemikirannya, (Jakarta: Gema Insani, 1999), hlm. 120-123.31 Dikutip dari Umar Hasyim, Toleransi dan Kemerdekaan Beragama dalam Islam sebagai Dasar Menuju

Dialog dan Kerukunan Antara Agama, (Surabaya: Bina Ilmu, 1991), hlm. 335.

Page 13: MOHAMMAD NATSIR DALAM DINAMIKA HUBUNGAN …

PROFETIKA, Jurnal Studi Islam, Vol. 15, No. 2, Desember 2014: 208-229

220

cam itu tidak terulang lagi, ia menyarankanhal-hal berikut. Pertama, golongan Kris-ten—tanpa mengurangi hak dakwah mere-ka untuk “membawa pekabaran Injilsampai ke ujung bumi”— supaya menahandiri dari maksud dan tujuan program kris-tenisasi. Kedua, orang Islam pun harusdapat menahan diri, jangan cepat-cepatmelakukan tindakan-tindakan fisik. Hal inihanya bisa dilakukan apabila orang Kristendapat menahan diri. Ketiga, sementara itu,pemerintah harus bertindak cepat terha-dap pihak Kristen yang telah tidak me-matuhi larangan pemerintah, agar tidaktimbul perasaan tidak berdaya di kalanganorang Islam, seolah-olah mereka tidakmendapat perlindungan hukum danjaminan hukum terhadap rongronganpihak lain.32

Oleh karena itu, perlu dicari peme-cahannya untuk mencegah hal-hal yangtidak diinginkan. Dalam rangka mencarijalan keluar ini, Natsir mengajukan perlu-nya umat yang beragama Kristen dan Islamsama-sama mencari jalan keluar. Jalankeluar (modus vivendi) yang dimaksudbertujuan untuk menciptakan kehidupanberdampingan secara damai.33 Modusvivendi Natsir tersebut dapat dipahami ka-rena umat Islam di Indonesia menginginkanhal-hal berikut. Pertama, antara pemelukberagama di Indonesia ini supaya hidupberdampingan secara baik, saling meng-hargai dan toleransi. Kedua, agar semuaagama di Indonesia merasakan arti hidupintern umat beragama dengan pemerintah.Ketiga, terwujudnya perdamaian antar-masyarakat yang berbeda agama di negaraini dengan kepentingan pembangunannasional. Keempat, menghindari terjadinya

perang agama sebagaimana yang sedangterjadi di berbagai belahan dunia ini.Kelima, tidak kalah pentingnya adalahmengajak semua manusia dengan per-bedaan agama masing-masing untukmengamalkan salah satu perintah agamayang paling esensial, yaitu keadilan dalamkeragaman beragama.

Upaya Natsir tersebut patut dihargaioleh pemerintah dan semua umat ber-agama di Indonesia, karena upaya tersebutmenyangkut pemeliharaan stabilitas dankelanjutan pembangunan nasional. De-ngan demikian, baik pemerintah maupunmasyarakat melalui tokoh-tokoh agamamasing-masing, memperhatikan secarasungguh-sungguh. Sebab, hanya denganmodal mengamalkan trilogi kerukunan,masyarakat bangsa Indonesia dapat hidupdamai. Pada dasarnya secara konseptualtelah banyak aturan mengenai hubunganantarumat beragama terutama berkaitandengan penyebaran agama. Hanya sajadalam praktik pelaksanaan aturan dimasyarakat masih perlu mendapat per-hatian yang sungguh-sungguh.

NATSIR DAN POLITIK HUBUNGANANTARAGAMA

Di atas telah diuraikan gagasan-gaga-san Natsir tentang hubungan beragama,dasar-dasar dan hambatan kerukunanberagama. Tampak bahwa semangathidup berdampingan antarumat beragamabagi Natsir merupakan suatu ajaran luhurdalam Islam. Lebih dari itu, ia menegaskanbahwa pengakuan keberadaan agama-agama lain di masyarakat menjadi dasarbagi tegaknya sebuah negara. Prasyarat

32 Mimbar Demokrasi, No: 85, Th. Ill, minggu III, Mei 1969. Juga dimuat dalam Natsir, Mencari ModusVivendi antarumat Beragama di Indonesia, hlm. 24.

33 Natsir, Mencari Modus Vivendi Antarumat Beragama di Indonesia, hlm. 24.

Page 14: MOHAMMAD NATSIR DALAM DINAMIKA HUBUNGAN …

Mohammad Natsir dalam Dinamika Hubungan Antaragama di Indonesia (Mutohharun Jinan)

221

untuk menumbuhkan pluralisme adalahmemahami dan komitmen terhadap aga-manya sendiri. Komitmen ini mengharus-kan adanya kebebasan menjalankan ajaranagama yang diyakininya. Tanpa adanyakebebasan menjalankan ajaran agama sulitrasanya membangun kerukunan hidupbersama.34

Untuk itu, yang menjadi dasar bagitegaknya kerukunan adalah kemampuanpenganut agama menggali dan memahamiajaran agama. Bila disistematisasikandasar-dasar kerukunan umat beragama ter-diri dari dua macam, yaitu dasar-dasarteologis dan landasan yuridis. Landasanteologis kerukunan merupakan turunandari teks-teks sumber ajaran agama danperilaku pemimpinnya. Sedangkan landas-an yuridis adalah hasil kesepakatan darisemua pihak termasuk pemerintah yangmengatur jalannya kehidupan antarumatberagama.

Hanya saja, pada tahap implementasisemangat toleransi, kebebasan dan keya-kinan teologis itu sering mendapat hambat-an yang tidak sederhana. Karena itu padatahapan praktis hubungan antarumat ber-agama perlu terus mendapat pengawalansecara ekstra lantara persoalan konflik an-tarumat beragama muncul ketika penganutagama mendakwahkan agamanya kepadaorang yang sudah beragama secara paksa-an di masyarakat. Menjembatani persoalanini, Natsir mengajak agar dijunjung tinggikode etik penyiaran agama. Kode etik ituantara lain: keyakinan agama tidak boleh(dan memang tidak bisa) dipaksa-paksa-kan, dakwah harus dilakukan dengankebijaksanaan, dakwah harus dilakukandengan pendidikan yang baik, dan dak-

wah dilakukan dengan bertukar pikirandengan cara yang terbaik.

Bersinggungan dengan agama lainmerupakan keniscayaan dalam zamanyang mengecil ini. Karena itu, yangdibutuhkan adalah saling menghormatiidentitas pemeluk agama lain, sambil mem-perkaya variasi dakwah guna meningkat-kan kualitas keagamaan umat. Kiprah Nat-sir, secara periodik, dalam mengupayakanterciptanya kerukunan umat beragamadapat ditempatkan kedalam tiga periodepenggalan sejarah bangsa Indonesia, yaitupada masa kolonial, Orde Lama dan OrdeBaru dapat dibagi dalam tiga periode

Pada masa kolonial problem keagama-an yang muncul disebabkan oleh gerakanmisi keagamaan. Bagi Natsir misi Kristendi Indonesia telah lama mengganggu hubu-ngan antarumat beragama di Indonesia.Misi Kristen di Indonesia pada masakolonial merupakan perpanjangan darikolonialisme. Oleh karena itu, pendiriangereja-gereja Kristen di Indonesia dipan-dang dengan sikap ambivalen oleh umatKristen. Perasaan beragam ini terutama ber-asal dari kenyataan bahwa selama waktuitu para pastor adalah pejabat negara yangdigaji pemerintah kolonial. Di samping itu,banyak sarana-sarana misi demi penye-baran agama Kristen diterima dengan baikoleh penguasa kolonial. Sejumlah fasilitasdiberikan untuk misionaris, termasuk sub-sidi dan bantuan keuangan serta pem-bebasan pajak.

Kerja sama saling menguntungkanantara kolonial dengan misi Kristentersebut sangat melukai hati umat Islam.Natsir sebagai tokoh muda yang memilikiperhatian besar terhadap Islam sangat

34 Penghormatan terhadap Natsir masih terus mengalir, pengaruhnya menancap kuat pada generarihingga hari ini. Pada tahun 2008 diselenggarakan serangkaian seminar untuk mengupas peran danperjuangan Natsir bagi bangsa Indonesia. Makalah dan komentar seminar dibukukan, lihat TaufikAbdullah dkk. 100 Tahun Mohammad Natsir: Berdamai dengan Sejarah, (Jakarta: Republika, 2008).

Page 15: MOHAMMAD NATSIR DALAM DINAMIKA HUBUNGAN …

PROFETIKA, Jurnal Studi Islam, Vol. 15, No. 2, Desember 2014: 208-229

222

tepanggil untuk mengajak umat Islammenghapus ketidakadilan itu. Hal initampak dari tulisan-tulisan di media danceramah-ceramah Natsir yang didokumen-tasikan pada tahun-tahun sebelum kemer-dekaan. Tidak sulit menemukan kritik-kritiktajamnya terhadap kebijakan penjajahyang merugikan umat Islam di Indo-nesia. 35

Kebijakan-kebijakan kolonial yangmenyudutkan umat Islam dan memberipeluang terhadap perkembangan kristeni-sasi sebagaimana disebutkan di atas meru-pakan faktor penting kecurigaan dankonflik antarumat beragama, terutamaIslam dan Kristen. Memang ada upayauntuk mendamaikan kedua agama ini,tetapi upaya itu sebatas hubungan yangbersifat pribadi antarpemuka agama dantidak sampai pada kebijakan agama secarakelembagaan.

Yang dapat dilakukan Natsir dalammenyikapi misi agama Kristen adalahmenyebarkan tulisan melalui media cetak,menghadiri konferensi internasional, danmengirim seruan kepada tokoh agamaKristen. Tulisan-tulisan Natsir sebagianbesar sangat polemis dan tidak jarangmenggunakan bahasa yang hiperbolis. Halini dilakukan karena Natsir memberi reaksiatas pernyataan pihak agama lain danpenjajah yang tidak bersikap toleranterhadap umat Islam. Natsir juga memberireaksi secara tertulis terhadap kejadian-kejadian pemurtadan yang dilakukan olehpihak Kristen terhadap umat Islam.

Pasca kemerdekaan (Orde Lama)problem kerukunan umat beragama di

Indonesia tak kunjung terpecahkan. Bilapada masa sebelumnya ketegangan konflikagama terjadi dibawah kebijakan kolonial,maka pada masa kemerdekaan persoalanlebih rumit. Ketegangan dan konflikantaruma beragama setidaknya terjadidalam aras konstitusi dan aras masyarakat.Diketahui bahwa tidak lama setelah Indo-nesia merdeka terjadi perdebatan mengenaidasar negara. Persoalan muncul di seputarapakah Indonesia harus menjadi sebuahnegara Islam atau negara kesatuan yangmemisahkan urusan negara dari Islam.Sebagian besar pemimpin dari kalanganIslam menyatakan dukungan atas gagasanIndonesia menjadi negara Islam. Tetapikelompok nasionalis dan kalangan non-muslim menolak secara tegas gagasan itu.

Sebagai pendukung terdepan Islamsebagai dasar negara, Natsir banyak mem-berikan uraian dan penjelasan mengenaiIslam tentang toleransi dan penjaminan ter-hadap kelompok minoritas. Pidato-pidatoNatsir, baik di Parlemen maupun di luar,selalu saja terkait dengan pentingnya keru-kunan umat beragama dalam bentangannegara Republik Indonesia. Salah satuharapan Natsir adalah agar Piagam Jakartadimasukkan sebagai landasan konstitusinegara. Untuk mewujudkan harapan iniNatsir melakukannya melalui berbagaiupaya, baik melalui Masyumi maupunupaya non-politik.36

Harus diakui bahwa persoalan dasarnegara ini menyulut kontroversi di kalang-an para pemimpin Indonesia pada masaitu, terus dirujuk dalam hampir setiapperdebatan antarumat beragama, terutama

35 Misalnya Natsir mengkritik Bousquet (seorang guru besar hukum Islam Belanda) yangmenyatakan bahwa kebijakan penjajah Belanda terhadap umat Islam sangat lunak, dan hal itu akanmembahayakan koloni dan kristenisasi di Indonesia. Bagi Natsir pernyataan ini jelas menyulut apiperpecahan. Panji Islam, No. 51 Tahun 1939.

36 Kholid O. Santosa, Dasar Negara Islam Indonesia: Pemikiran, Cita-Cita dan Semangat NasionalismeMohammad Natsir, (Bandung: LP2EPI, 2002), hlm. 190.

Page 16: MOHAMMAD NATSIR DALAM DINAMIKA HUBUNGAN …

Mohammad Natsir dalam Dinamika Hubungan Antaragama di Indonesia (Mutohharun Jinan)

223

Muslim-Kristen. Perdebatan tentang dasarnegara (Piagam Jakarta) ini menjadi tandaketegangan pertama dalam hubunganantarumat agama pasca penjajahan, sebu-ah perdebatan yang hampir merusakpersatuan dan kesatuan negeri Indonesia.

Bersamaan dengan surutnya pentasNatsir dalam panggung politik, oleh karenaMasyumi dibubarkan dan dipersempitruang gerak politiknya oleh penguasa,maka surut pula peranannya dalam me-nebarkan kerukunan umat beragama mela-lui jalur politik. Ini bukan berarti ia berhentisama sekali mambangun kerukunan. Mela-lui karya-karyanya dan pendidikan yangmulai dirintis Natsir tetap menyuarakanpentingnya kerukunan. Kemudian diper-kuat dengan pembentukan lembaga dak-wah yang mengawasi proses penyebaranagama di Indonesia.

Satu tahun setelah tumbangnya OrdeLama dan digantikan dengan Orde Baru(tahun 1967), Natsir dan tokoh-tokoh Islamlain di Jakarta mendirikan Dewan DakwahIslamiyah Indonesia (DDII). Lembaga inimerupakan jalur dakwah Natsir dalammembina kerukunan umat. Pada saat ituketegangan antarumat beragama mencapaititik kulminasi dan sangat menghawatirkanbagi keutuhan bangsa ini.

Pasca gerakan revolusi dan tumbang-nya PKI dianggap kalangan Kristen sebagaimasa yang penuh berkah bagi pertumbuh-an agama Kristen di Indonesia. Orang-orang memeluk agama Kristen karena

gereja menawarkan perlindungan bagimereka yang dicurigai terlibat dalamkegiatan komunisme di Indonesia. Karenaitu, perdebatan dan polemik pun ber-langsung panas antara kelompok Kristendan muslim, seolah-olah benih konflik itutelah bertabur oleh kontroversi mengenaihak mengajak umat beragama lain pindahagama. Di satu sisi umat Kristen percarabahwa setiap warga negara Indonesia ber-hak menganut atau berganti jika ia meng-hendaki demikian. Bagi kaum muslim, disisi lain, mengajak orang lain pindahagama hanya menyebabkan lahirnyapermusuhan dan ketegangan di kalanganumat beriman.

Berkaitan dengan itu, melalui lembagayang dibentuknya, Natsir semakin banyakmenulis dan mempublikasikan gagasantentang bagaimana sikap umat Islam.Selain bergerak dalam bidang pendidikandan dakwah, DDII yang dipimpin Natsirmenggelorakan agar umat Islam tetap men-jaga ukhuwah dan mewaspadai terjadinyakonflik antarumat beragama. Tidak pernahditemukan dokumen yang menyatakanbahwa Natsir mengajak umat Islam untukbersikap keras terhadap orang Kristen,apalagi megngobarkan anarkisme sepertipembakaran Gereja.37

Pada masa awal konsolidasi Orbatampak bahwa konflik antarumat ber-agama tidak terjadi dalam perebutanperanan dalam pengambilan keputusanpolitik seperti yang dilakukan oleh para

37Anggapan DDII yang dibentuk Natsir sebagai lembaga dakwah untuk menentang giatnyakristenisasi ditanggapi oleh Amien Rais dan Yusril Ihza mahendra bahwa dakwah sudah mendarahdaging dalam tubuh Natsir. Penyebaran Kristen tak men­jadi faktor penting, meski sikap keras Natsirterhadap Gereja tampak menjelang kedatang­an Paus Yohanes Paulus II ke Indonesia Pada 1989. Iabersama Ra­sjidi, KH Masjkur, dan KH Rusli Abdul Wahid mengirim surat ke Vatikan. Isinya, memintaPaus tidak menyalahgunakan diakonia, pelayanan masyarakat, untuk mengkristenkan orang. Pada1976 pemimpin Islam, Katolik, dan Kristen dalam konferensi internasional tentang misi Kristen sertadakwah Islam di Chambessy, Swiss, sepakat untuk tidak saling memurtadkan. Majalah Tempo, Edisi21/XXXVII/14 – 20 Juli 2008.

Page 17: MOHAMMAD NATSIR DALAM DINAMIKA HUBUNGAN …

PROFETIKA, Jurnal Studi Islam, Vol. 15, No. 2, Desember 2014: 208-229

224

politisi atau pemuka agama melalui jalur-jalur politik di masa Orla. Tetapi berbagaipublikasi bernada apologetis dan peolemisjuga mewarnai konflik antarumat ber-agama. Natsir dan kaum muslim menerbit-kan buku-buku yang berisi tentang pan-dangan kaum muslim terhadap agama-agama lain.

Di samping itu, publikasi itu jugauntuk memberikan dorongan agar kaummuslim tetap memegang teguh agamanyaketika berhadapan dengan penetrasi kuatmisi Kristen. Sebaliknya kaum Kristen jugamenulis buku-buku yang isinya menyalah-kan ajaran-ajaran Islam dan membukakepalsuan ajaran Islam. Dengan kata lain,ketegangan dan konflik terjadi secaraintelektual dan polemis melalui penerbitanmeskipun belum sampai pada tahap ilmiahseperti saat sekarang. Dan disini Natsir,lagi-lagi menjadi pemimpin Islam yangsering kali menjadi rujukan.

Ketika ketegangan itu mencapaitingkat yang tidak bisa dikendalikan lagi,konfrontasi fisik dan aksi-aksi perusakanterhadap fasilitas keagamaan pun tidak bisadihindari. Natsir segera terlibat dalamupaya-upaya musyawarah antarumat ber-agama. Upaya musyawarah antaragamapertama kali pada 30 Nopember 1967 keti-ka pemerintah memprakasai pertemuanantarumat beragama. Para wakil semuaagama besar terutama Islam -kecualiKristen- berhasil menyepakati ketetapan,yang dengan ketetapan itu kegiatan misio-naris, yang ditujukan kepada penganutagama dilarang serta beberapa kode etikpenyiaran agama.

Pemerintah juga mengeluarkan kepu-tusan Nomor 70 tahun 1978, Menteri Aga-ma mengarahkan supaya para penyebar

agama tidak melakukan penyebaran aga-ma mereka pada kalangan yang sudahmenganut agama. Seruan agama hendak-nya ditujukan kepada umat seagama ataukepada masyarakat yang belum beragama.Terkait dengan ajakan Natsir itu, peme-rintah juga telah menekankan pentingnyatiga kerukunan, yaitu kerukunan umatberagama dalam intern agama, kerukunanumat beragama yang berbeda agama dankerukunan umat beragama denganpemerintah.38

Dapat ditarik sebuah ambiguitasbahwa Natsir tampaknya sangat antusiasmengusahakan agar trilogi kerukunan itubenar-benar terlaksana secara nyata,bukan sebagai hiasan bibir belaka. Hanyasaja, Natsir lupa bahwa kepentingan ter-tanam (vested interest) pada masing-masingumat beragama dan semua kekuatan yangada dalam masyarakat itu pada dasarnyaingin menguasai, ingin menang, dan ingindikatakan paling baik. Dengan demikian,sikap ingin menguasai sulit dihindari,bahkan sering menjadi motivasi utama bagimasing-masing pihak untuk mengalahkanpihak lain. Hal inilah yang kurang diper-hitungkan Natsir sehingga apa yang dila-kukannya dalam banyak hal, ada yangmenjegal. Akibatnya, keinginan Natsirtidak semua terpenuhi sebagaimana yangdiharapkannya. Bahkan, yang terjadimalah sebaliknya. Natsir terkesan hanyamemperhitungkan kuantitas umat Islamsebagai mayoritas di negeri ini. Secarapolitis, umat Islam yang mayoritas itu tidakmempunyai kualitas yang bisa diandalkansehingga bukan merupakan hal yang baru,meskipun dari segi jumlah umat Islam dinegeri ini merupakan mayoritas, tetap sajapengaruhnya terasa sebagai minoritas.

38 Pedoman Dasar Kerukunan Hidup Beragama, Proyek Pembinaan Kerukunan Hidup BeragamaDepartemen Agama, tahun anggaran1982/1993, hlm. 13.

Page 18: MOHAMMAD NATSIR DALAM DINAMIKA HUBUNGAN …

Mohammad Natsir dalam Dinamika Hubungan Antaragama di Indonesia (Mutohharun Jinan)

225

Di tengah runyamnya hubunganantarumat beragama pada masa Orba,Natsir masih mengusulkan agar terjadi titiktemu agama-agama. Maksudnya bukanpenyatuan agama-agama atau sinkretis,tetapi setiap agama bisa menggarap proyekyang sama yaitu memulihkan akhlak dankesusilaan warga negara. Natsir mengi-ngatkan alangkah baiknya di kalanganantarumat beragama muncul kesadaranbahwa sebagai umat beragama bersama-sama menanggulangi pemulihan hidupberakhlak dan bermoral dalam masyarakat.Ini lebih menguntungkan dan bermanfaatdari pada saling menjadikan sasaran satusama lain.39 Dalam hal ini Natsir berusahamemberi makna yang lebih jauh darihubungan antarumat beragama yang tidakhanya terbatas pada kerukunan, tetapikerja sama menuntaskan masalah sosialyang dihadapi oleh bangsa secara keseluru-han. Ini merupakan gagasan yang sangatmaju bila dibandingkan dengan kondisi dimana masyarakat masih diselimuti sikapapologetis.

Selain untuk mencegah dekadensimoral, kerja sama agama-agama jugadiperuntukkan memerangi ateisme, sebagaipaham yang menolak keberadaan Tuhan.Ateisme menjadi paham yang mengham-bat bagi pemulihan kesusilaan dan budipekerti yang sesuai dengan sifat warganegara Indonesia yang dikenal kental reli-giusitasnya. Kiprah Natsir sebagaimanadiuraikan di atas cukup membukakan mataumat beragama bahwa ia memang me-miliki perhatian besar dalam masalahhubungan antarumat beragama. Gagasan-gagasan dan usahanya turut mempenga-

ruhi kebijakan pemerintah dan hubunganantarumat beragama di Indonesia.

Secara politik, Natsir menggagas per-soalan hubungan antaragama ini merupa-kan salah satu bagi dari tujuan politiknyayaitu menjadikan Islam sebagai dasarnegara. Tujuan ini akan dapat tercapaiapabila umat Islam mampu menunjukkankepada seluruh rakyat Indonesia bahwaIslam adalah agama toleran yang melin-dungi umat agama lain. Hal ini ditempuhNatsir agar umat agama lain tidak takutdan khawatir akan keselamatannya bilaIslam menjadi dasar negara Indonesia.

NATSIR, MUKTI ALI DAN CAK NUR:UNTAIAN REFLEKSI

Bersamaan dengan kiprah Natsir,pada tahun 1970-an juga ada gagasanbesar untuk membina dan mengarahkanhubungan antarumat beragama yangharmonis dan toleran. Upaya ini antara laindilakukan oleh Mukti Ali yang mendirikanjurusan Ilmu Perbadingan Agama difakultas Ushuluddin Institut Agama IslamNegeri Yogyakarta.40 Ini tentu saja meleng-kapi upaya Natsir dan tokoh-tokoh lainnya.

Ada perbedaan yang cukup mendasarantara gagasan Mukti Ali dengan Natsir.Dari ruang lingkupnya Mukti Ali mengkajimasalah-masalah keagamaan secaraakademis karena memang dilakukan diUniversitas. Lingkup akademis ini mem-bawa pada suasana yang lebih toleran danmudah untuk mendamaikan umat ber-agama di tingkat elit agama. Selain itu,metode dan pendekatan membangunhubungan antarumat beragama secara

39 Natsir, Islam dan Kristen di Indonesia, hlm. 235.40 Perbandingan Agama bukanlah apologi. Tetapi ia merupakan sarana untuk memahami fungsi

dan sifat agama, melihat perbedaan-perbedaan dan persamaan-persamaan unsur fundamental agamaagar bisa saling memahami agama lain. Tentang upaya Mukti Ali ini lihat misalnya: Ilmu PerbandinganAgama: Sebuah Pembahasan tentang Methodos dan Sistema, (Yogyakarta, NIDA, 1975).

Page 19: MOHAMMAD NATSIR DALAM DINAMIKA HUBUNGAN …

PROFETIKA, Jurnal Studi Islam, Vol. 15, No. 2, Desember 2014: 208-229

226

ilmiah (scientific). Keadaan demikian men-dukung untuk terciptanya hubungandalam satu semboyan “setuju dalamketidaksetujuan” (agree in disagreement)sebagaimana yang diproklamirkan MuktiAli.41 Natsir tidak melakukan seperti apayang dilakukan oleh Mukti Ali. Natsir lebihbersentuhan langsung dengan problemkeumatan di tingkat masyarakat, mulaidari tingkat grassroot sampai elit, melaluipenyebaran para mubaligh dan berjuanglewat jalur struktural konstitusional.

Apa yang ditempuh Natsir juga ber-beda dengan cendekiawan muslim generasisesudahnya seperti Nurcholish Madjid”.Cak Nur (panggilan akrab NurcholishMadjid) menggarap kerukunan umat ber-agama pada level masyarakat menengahdan kalangan urban, muslim kota. Diyayasan Paramadina yang ia dirikan, me-nyelenggarakan kajian-kajian keagamaankeislaman yang menekankan warna Islamkeindonesiaan. Selain kajian intensif, CakNur juga menerbitkan buku-buku yangbertema seputar pluralisme, toleransi danhubungan antarumat agama.

Sudut pandang tentang posisi agamaantara Natsir dan Cak Nur barang kaliyang membedakan model perjuanganmembangun kerukunan umat beragama diIndonesia. Bagi Natsir agama adalahideologi yang harus diperjuangkan dalamsegala aspek kehidupan. Sementara CakNur mengatakan bahwa agama bukanideologi tetapi lebih tinggi dari ideologi.Bahkan harus menjadi sumber ideologi

bagi pemeluk agama. Tetapi agama sendiritidak boleh didegradasikan sebagaiideologi.42

Perbedaan tersebut tentu sangat mu-dah dipahami karena masing-masing hidupdan berhadapan dengan zaman dan pro-blem yang berbeda. Meminjam formulasiKuntowijoyo, produktifitas Natsir me-muncak saat-saat umat Islam hidup dizaman ideologi, zaman di mana Islamdiperjuangkan sebagai ideologi. Masyumi(Natsir sebagai ketuanya) adalah prototipesempurna dari Islam dalam periode ideo-logi. Sedangkan saat ini umat Islam hidupdalam periode ilmu. Maksudnya Islam ber-kembang bersamaan dengan perkembang-an ilmu pengetahuan semakin banyak danberagam disiplin, sehingga terjadi prosesambil-alih substansi dan metodenya, sebe-lum akhirnya diberi substansi keislaman.43

Namun demikian, keduanya (Natsir danCak Nur) boleh dibilang saling melengkapisatu sama lain dalam proses pembangunankerukunan umat beragama di Indonesia.

Melihat banyaknya pemikiran dankarya Natsir jelas berpengaruh banyakkepada intelektual muslim sesudahnya.Bahkan hingga sekarang pemikiran Natsirmasih terus diperjuangkan oleh parapengagumnya. Ini menujukkan bahwatokoh —yang oleh Moehamad Roem- di-sebut sebagai the spiritual leader umatIndonesia ini telah meninggalkan banyakhal yang berharga dan bermanfaat bagibangsa Indonesia, termasuk dalam pem-bangunan kerukunan umat beragama.

41 Prof. Dr. Mukti Ali adalah Guru Besar Ilmu Perbandingan Agam IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta,pernah menjadi anggota beberapa organisasi nasional dan internasional antara lain, Dewan RisetAnsional, Komite Kebudayaan UNESCO (Paris), Dewan Penasehat National Hijra Council (Pakistan)dan pernah menjabat sebagai Menteri Agama Republik Indonesia.

42 Nurcholish Madjid, Islam Agama Kemanusiaan, (Jakarta: Paramadina, 1995), hlm. 93.43 Kuntowijoyo, Periodesasi Sejarah Kesadaran Keagamaan Umat Islam Indonesia: Mitos, Ideologi dan

Ilmu, Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar Sejarah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gajah Mada,2001. Periodesasi sejarah umat terbagi dalam tiga periode, yaitu mitos, ideologi dan ilmu.

Page 20: MOHAMMAD NATSIR DALAM DINAMIKA HUBUNGAN …

Mohammad Natsir dalam Dinamika Hubungan Antaragama di Indonesia (Mutohharun Jinan)

227

Natsir tidak hanya berkata-kata tetapi iajuga secara langsung terlibat dalam ber-bagai upaya pembinaan hubungan umatberagama di Indonesia.

Sikap toleran ditunjukkan Natsir bu-kan hanya dalam pertemuan lintas agama,tetapi juga ditunjukkan dalam perilakupolitiknya di Parlemen. Ia seorang petinggiMasyumi, partai politik Islam modern padamasanya, tetap bisa menjalin hubunganpersahabatan dengan I.J. Kasimo -petinggiParkindo. Kendati berbeda aliran ideologi-politik, namun bukan menjadi kendala bagikeduanya untuk membangun pemerintah-an yang demokratis di Indonesia.44

PENUTUP

Menurut Natsir, Islam mengajarkankepada pemeluknya untuk menghargaiadanya pluralitas agama yang didasari olehkomitmen terhadap agamanya sendiri. Ke-beradaan agama-agama lain merupakanketetapan Allah. Islam juga menekankanprinsip kebebasan beragama, tidak adapaksaan dalam beragama. Karena itu,Islam memberi bimbingan yang sangatluhur agar antarumat beragama hidupberdampingan yang dilandasi dengansemangat kerukunan/toleransi secara aktifdan kebersamaan.

Bagi Natsir, kerukunan antarumatberagama di Indonesia mutlak diperlukan,betapapun itu sulit untuk dilakukan. Iamenyadari bahwa setiap pemeluk agamamemiliki kewajiban untuk mendakwahkandan menyebarkan agamanya masing-masing. Untuk itu Natsir tidak melarangmisi agama-agama apapun sepanjang tidakmerugikan pihak-pihak lain. Dalamkeadaan demikian justru yang diperlukanadalah berlomba-lomba dalam kebaikan.

Kerukunan yang tercipta atas dasar kesa-lingpahaman antarumat beragama olehNatsir disebut kerukunan aktif (tole-ransiaktif). Kerukunan yang di dalamnya se-orang penganut agama dapat menjalankankewajiban-kewajiban agamanya tanpamengganggu pemeluk agama lain.

Prinsip toleransi itu menjadi kerangkaacuan Natsir dalam keterlibatannya mem-bangun kerukunan umat beragama. Peran-an Natsir dalam membangun kerukunandapat dibagi kedalam tiga periode sesuaidengan periode kehidupannya. Pertama,berhadapan dengan kebijakan Belandayang merugikan umat Islam karenamemberi ruang lebar bagi penyebaranagama Kristen. Pada periode ini pemikiranNatsir dicurahkan untuk kepentinganmembendung ketidakadilan itu dan meng-hambat kristenisasi melalui peningkatankualitas pendidikan dan dakwah Islam.Selain mengharapkan dihentikannyapenyebaran agama yang tidak wajar iajuga mengajak untuk hidup bersamamelawan penjajahan.

Kedua, peran Natsir dalam pem-bangunan kerukunan umat tidak sebatasmembendung kristenisasi, mensosialisakangagasan tentang toleransi dan keharmo-nisan. Yang paling menonjol adalah per-juangan membangun kerukunan itudilakukan melalui jalur konstitusi politik (diparlemen) dengan mengusulkan Islamsebagai dasar negara. Tetapi usulan Natsirmenjadikan Islam sebagai dasar negara inipada realitasnya kontra produktif denganseruan Natsir untuk membangun keru-kunan umat beragama. Bersamaan denganitu, secara politik praktis perjuang Natsirterhenti.

Ketiga, pada 25 tahun terakhir, kehi-dupan Natsir diabdikan untuk kepentingan

44 http://pustakadigital-buyanatsir.blogspot.com/2010/07/fatwa-keemasan-buya-natsir-tentang.html. Diakses tanggal 27 Nopember 2014.

Page 21: MOHAMMAD NATSIR DALAM DINAMIKA HUBUNGAN …

PROFETIKA, Jurnal Studi Islam, Vol. 15, No. 2, Desember 2014: 208-229

228

dakwah Islam. pada periode ini Natsirbanyak terlibat dalam pembangunan keru-kunan baik melalui dakwah secara lang-sung di masyarakat maupun menghadiriforum-forum yang dibentuk oleh peme-rintah dalam rangka dialog antarumatberagama.

Dalam setiap upaya membangunkerukunan Natsir menyadari adanyahambatan yang permanen, yaitu hambatan

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Taufik. dkk. 2008. 100 Tahun Mohammad Natsir: Berdamai dengan Sejarah, Jakarta:Republika.

Ali, Mukti. 1975. Ilmu Perbandingan Agama: Sebuah Pembahasan tentang Methodos danSistema, Yogyakarta, NIDA.

Anshari, Endang Siafuddin dan Amien Rais (eds.), 1988. Pak Natsir 80 Tahun, Jakarta:Media Dakwah.

Anwar, M. Syafii. 1993. “Sikap Positif kepada Ahl- al-Kitab”, dalam Ulumul Quran, No. 4,Vol. IV .

Departemen Agama, Pedoman Dasar Kerukunan Hidup Beragama, Protek PembinaanKerukunan Hidup Beragama Departemen Agama, tahun anggaran1982/1993.

Feith, Herbert. Indonesian Political Thinking 1945-1965, Itaca: Cornell University Press.

Hasyim, Umar. 1991. Toleransi Kemerdekaan Beragama dalam Islam Sebagai Dasar MenujuDialog dan Kerukunan Antaragama, Surabaya: Bina Ilmu.

Hidayat, Komaruddin. 1996. Memahami Bahasa Agama: Sebuah Kajian Hermeneutik, Jakarta:Paramadina.

Johanes, L. 1993. Bung Natsir: Menghadang Konflik Membangun Toleransi, Pemikiran NatsirTentang Hubungan Antar Umat Beragama di Indonesia , Jakarta: Jurnal FilsafatDriyakarya No.3.

Kartodirdjo, Sartono. 1992. Pendekatan Ilmu Sosial dalam Metodologi Sejarah , Jakarta:Gramedia.

Kuntowijoyo2001. Periodesasi Sejarah Kesadaran Keagamaan Umat Islam Indonesia: Mitos,Ideologi dan Ilmu, Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar Sejarah Fakultas IlmuBudaya Universitas Gajah Mada.

teologis. Hambatan teologis yang maksudpemahaman yang salah terhadap dorong-an agar setiap pemeluk agama menyebar-kan ajaran agamanya kepada orang lain.Dakwah dan misi akan menjadi hambatankerukunan tatkala dakwah atau misi aga-ma itu diarahkan kepada pemurtadan.Oleh karena itu, Natsir mengusulkan agardakwah lebih diarahkan kepada pening-katan keimanan dalam agamanya sendiri.