modul pk beta 2015

Upload: kemalaandini

Post on 07-Jul-2018

247 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/19/2019 Modul PK Beta 2015

    1/58

    Bombastic. Divisi Praktikum

    MODUL OSPE

    PATOLOGI KLINIK 2015

  • 8/19/2019 Modul PK Beta 2015

    2/58

    Bombastic. Divisi Praktikum

    PRAKTIKUM 1

    1. PEMERIKSAAN HEMOGLOBIN METODE SAHLI

    Prinsip : Darah ditambah asam (HCL 0,1 N) akan membentuk asam hematin yang berwarna1

    coklat. Warna coklat yang terbentuk dibandingkan dengan warna standar.

    Bahan pemeriksaan:

    Darah kapiler atau darah vena dengan antikoagulan EDTA (Ethylene Diamine Tetra Acid).

    Alat dan reagen:

    1. Hemoglobinometer Sahli

  • 8/19/2019 Modul PK Beta 2015

    3/58

  • 8/19/2019 Modul PK Beta 2015

    4/58

    Bombastic. Divisi Praktikum

    8. Tinggi bagian bawah meniskus menunjukkan kadar hemoglobin (g/dl)

    Interpretasi hasil :

    Pasien mengalami anemia (Hb pasien 11 g/dL) karena Hb normal untuk laki-laki adalah 13 – 18 g/

    dL (sumber dari IT) atau 14 – 16 (sumber dari Laboratorium Patologi Klini RSMH)

    Kerugian metode ini:

    1. Kurang teliti, kesalahannya besar. (besar kesalahan sampai dengan 20%)

    2. Warna asam hematin yang terbentuk tak stabil.

    3. Warna standar dapat berubah dalam beberapa bulan.

    4. Tabung yang dipakai tidak selalu sama isinya.

    5. Kalibrasi pada tabung sangat rapat

    6. Jumlah darah yang dipakai sedikit sekali sehingga kelebihan/kekurangan sedikit saja, sudah

    menyebabkan kesalahan besar.

    Syarat-syarat:

    1. Pada waktu menghisap darah dengan pipet Sahli, kolom darah tidak boleh berisi gelembung-

    gelembung udara.

    2. Pemeriksaan dilakukan dalam kamar yang terang/cahaya siang hari.

    Hasil Pembacaan Hb Pasien adalah11 g/dL

  • 8/19/2019 Modul PK Beta 2015

    5/58

    Bombastic. Divisi Praktikum

    Membersihkan alat-alat:

    1. Sesudah dipakai, alat dicuci dengan air lalu dibilas dengan aquadest kemudian keringkan

    dengan kain yang tersedia.

    2. Pipet dibersihkan berturut-turut dengan:

    a. aquadest

     b. aseton

    c. ether atau alkohol

    3. Keringkan dengan air pengering

    4. Alat dalam keadaan bersih diserahkan kembali kepada asisten.

    2. PENENTUAN GOLONGAN DARAH

    Alat dan bahan untuk metode slide:

    1. Alkohol 70% (sebagai desinfektan)

    2. Kapas Steril

    3. Lanset dan lanset device

    Lanset

    Lanset Device

  • 8/19/2019 Modul PK Beta 2015

    6/58

    Bombastic. Divisi Praktikum

    4. Reagen golongan darah

  • 8/19/2019 Modul PK Beta 2015

    7/58

    Bombastic. Divisi Praktikum

    5. Kertas golongan darah/kaca objek

    6. Lidi (sebagai alat pengaduk darah dengan reagen darah)

    Cara:

    1. Taruhlah di sebelah kiri kaca objek 1 tetes serum anti-A dan di sebelah kanan 1 tetes serum

    Anti-B. Dianjurkan menggunakan serum Anti-A,B juga di sampingnya untuk mendapatkan

    subgrup A yang lemah yang tidak bereaksi dengan serum Anti-A. Kaca objek yang dipakai

    harus bersih benar, tak boleh ada sisa-sisa zat kimia atau darah karena pencemaran akan

    menyebabkan aglutinasi palsu

    2. Setetes kecil darah diteteskan kepada serum itu dan dicampur dengan ujung lidi. Darah yang

    dipakai boleh darah kapiler segar atau darah vena.

    3. Goyangkan kaca dengan membuat gerakan lingkaran (menggunakan lidi)

    4. Perhatikan adanya aglutinasi dengan mata dan pastikan juga dengan menggunakan mikroskop

    (dalam praktikum kemarin tidak digunakan mikroskop)

    Tafsiran hasil : (+ = aglutinasi)

    Sistem ABO

    Sistem Rhesus

    Anti-A Anti-B Anti-AB Golongan Darah

    - - - O

    + - + A

    - + + B

    + + + AB

    Anti-D Rhesus

  • 8/19/2019 Modul PK Beta 2015

    8/58

    Bombastic. Divisi Praktikum

     

    Golongan Darah O

    Tidak terdapat Aglutinasi pada Anti-A,

    Anti-B, dan Anti-AB maka golongan

    darahnya adalah O sedangkan pada Anti-

    D terdapat aglutinasi maka dipastikan

    rhesusnya adalah positif. 

    Hasil : O +

    Golongan Darah A

    Tidak terdapat Aglutinasi pada Anti-B tapi

    terjadi aglutinasi pada Anti-A dan Anti-AB

    maka golongan darahnya adalah A 

    sedangkan pada Anti-D terdapat aglutinasi

    maka dipastikan rhesusnya adalah positif. 

    Hasil : A +

    Golongan Darah B

    Tidak terdapat Aglutinasi pada Anti-A tapi

    terjadi aglutinasi pada Anti-B dan Anti-AB

    maka golongan darahnya adalah B 

    sedangkan pada Anti-D terdapat aglutinasi

    maka dipastikan rhesusnya adalah positif. 

    Hasil : B +

    + Positif ( + )

    - Negatif ( - )

  • 8/19/2019 Modul PK Beta 2015

    9/58

    Bombastic. Divisi Praktikum

     

    Golongan Darah AB

    Terdapat Aglutinasi pada semua Anti-A,

    Anti-B, dan Anti-AB maka golongan

    darahnya adalah O sedangkan pada Anti-D

     juga terdapat aglutinasi maka dipastikan

    rhesusnya adalah positif.

    Hasil : AB +

    *)  Umumnya orang Indonesia asli dominan memiliki Rhesus positif dan ada 85% kasus rhesus

     positif di seluruh dunia sedangkan 15% orang di seluruh dunia memiliki rhesus negatif.

    Contoh lainnya :

  • 8/19/2019 Modul PK Beta 2015

    10/58

    Bombastic. Divisi Praktikum

    PRAKTIKUM 2

    1. MEMBUAT PREPARAT APUS DARAH

    Alat dan reagen:

    1. Alcohol 70%

    2. Kapas

    3. Hemolet

    4. Kaca objek

    5. Rak pengecatan

    6. Methyl Akohol

    7. Giemsa Stain

    8. Aquadest

    9. Wright Stain

    10. Pipet tetes 6 buah

    11. Sol buffer

    12. Kertas saring

    13. Mikroskop

    14. Minyak imersi

    15. Xylol

    16. Kain Pembersih

    17. Gelas ukur 10 cc

    Cara membuat preparat apus:

    1. Sediakan beberapa kaca benda yang bersih di atas meja (bersihkan dengan alkohol) lalu

    keringkan dengan kain.

    2. Ambillah darah kapiler (ujung jari dan hemolet di-disinfeksi terlebih dulu).

  • 8/19/2019 Modul PK Beta 2015

    11/58

    Bombastic. Divisi Praktikum

    3. Buatlah sediaan yang cukup tipis, tunjukkan kepada asisten apakah sudah memenuhi syarat.

    4. Sediaan yang memenuhi syarat dikeringkan di udara lalu diwarnai.

    Cara membuat apusan darah

    Pengecatan (menurut Wright):

    1. Ratakan 10 tetes Wright stain di atas sediaan, biarkan 2-3 menit, kalau akan mengering tetesi

    lagi catnya.

    2. Tambahkan tetesan sol buffer yang sama jumlahnya dengan tetesan Wright yang dipakai

    sampai rata bercampur dengan (1), biarkan 5-10 menit. Warna hijau mengkilat menunjukkan

     pengecatan telah cukup.

    3. Siram dengan aquadest 30 detik lalu siram dengan air mengalir

    4. Keringkan miring di udara pada kertas saring

  • 8/19/2019 Modul PK Beta 2015

    12/58

    Bombastic. Divisi Praktikum

     

    Good Smear

    Pemeriksaan Sediaan:

    1. Periksa di bawah mikroskop dengan pembesaan lemah (10 x /LPF) untuk melihat apakah

     pengecatan memuaskan:

    a. Bila nukleus (inti) belum ter-cat, ulangi pengecatan seperti di atas.

     b. Bila ada presipitasi, tambahkan cat Wright dan segera dibilasi aquadest.

    c. Bila nukeus (inti) belum ter-cat kontras dengan sitoplasma, granula eosinofil ter-cat

    kemerahan dan sitoplasma eritrosit ter-cat merah muda, berarti pengecatan sempurna

    2. Periksa dengan minyak imersi mulai dari daerah sediaan yang tipis, apakah sediaan dan

     pengecatan sudah memenuhi syarat.

    3. Sediaan yang baik diberi etiket dengan:

    • Nama penderita

    • Tanggal pembuatan

  • 8/19/2019 Modul PK Beta 2015

    13/58

    Bombastic. Divisi Praktikum

    Pembahasan

    Ketika akan membuat preaparat apus, pastikan objek glass benar-benar kering dan bersih.

    Kemudian ketidka mengambil darah kapiler pada ujung jari jangan lupa didesinfeksi terlebih

    dahulu. Lalu darah diletakkan pada 1/3 tepi objek glass. Daerah tersebut lalu ditipiskan/diratakan

    menggunakan objek glass lain membentuk sudut +450 dengan mendorongnya menggunakan sisi

    halus objek glass lain dengan kecepatan sedang dan konstan, sehingga darah merata. Lalu akan

    didapatkanhasil apusan yang baik, yaitu ujungnya berbentuk lidah dan rata (tidak bolong-bolong

    atau ujung bergerigi).

    Sediaan yang memenuhi syarat ini, akan diberi pewarnaan Giemsa dan Wright setelah

    diketingkan. Prinsip pewarnaan Giemsa adalah presipitasi hitam yang terbentuk dari penambahan

    lerutan metilen biru dan eosin yang dilarutkan di dalam methanol. Pewarnaan Giemsa digunakan

    untuk membedakan inti sel dan morfologi sitoplasma dari sel darah merah. Jadi pewarnaan Giemsa

    memang diawali dengan fiksasi oleh metil alcohol, lalu dibilas, pengenceran Giemsa lalu diwarnai.

    Untuk pengecatan Wright, dapat dengan meneteskan Wright, lalu sol buffer, kemudian

    dicampur. Warna hijau mengkilat menunjukkan pengecatan telah cukup.

    Pengecatan tampak sempurna apabila nucleus (inti) belum tercat kontras dengan sitoplasma,

    granula eusinofil tercat kemerahan dan sitoplasma eritrosit tercat merah muda.

  • 8/19/2019 Modul PK Beta 2015

    14/58

    Bombastic. Divisi Praktikum

     

    contoh hasil pengecatan Wright dan Giemsa

    2. HITUNG RETIKULOSIT

    Alat dan Reagen:

    1. Mikroskop

    2. Kaca obyek

    3. Kaca penutup

    4. Minyak imersi

    5. Brilliant Cressyl Blue (BCB) sebagai larutan 1% dalam metil alkohol

    Cara menghitung retikulosit:

  • 8/19/2019 Modul PK Beta 2015

    15/58

    Bombastic. Divisi Praktikum

    1. Taruh satu tetes larutan BCB dalam alkohol di tengah-tengah kaca obyek dan biarkan sampai

    kering

    2. Taruh setetes darah di atas zat warna yang sudah kering dan segera campur darah dan zat

    warna itu dengan memakai sudut kaca obyek lain

    3. Tutuplah tetes darah itu dengan kaca penuutp, lapisan darah dalam sediaan basah ini harus

    tipis benar

    4. Biarkan beberapa menit lalu periksalah dengan memakai lensa obyektif 100x dan minyak

    imersi. Tentukan berapa retikulosit yang didapat di antara 1000 eritrosit.

    Hasil Praktikum:

    Terdapat 6 retikulosit dalam 1000 eritrosit. Bentuk lebih besar dan bergranula atau berfilamen

     berwarna biru.

    Interpretasi:

     Normal, karena nilai retikulosit normal adalah 0.5—1.5% atau 5—15‰, yang artinya terdapat 5-15

    retikulosit dalam 1000 eritrosit.

    Pembahasan:

    Pertama, larutan BCB dalam alcohol diteteskan di tengah kaca objek dan dibiarkan hingga

    kering, lalu ketika diberi setetes darah dan cempurkan, makan akan terjadi reaksi antara sisa-sisa

    ribosom pada retikulosit dengan BCB untuk membentuk endapan granula atau filament yang

  • 8/19/2019 Modul PK Beta 2015

    16/58

    Bombastic. Divisi Praktikum

     berwarna biru. Reaksi ini hanya terjadi pada pewarnaan supravital. Lalu campuran tersebut ditutup

    dengan kaca penutup, karena lapisan darah harus tipis benar pada sediaan basah, agar eritrosit tidak

     bertumpuk terlalu tebal.

    Setelah selesau proses pewarnaan, diamkan beberapa menit, dan periksa dengan lensa objektif

    100x dan minyak imersi, lensa objektif 100x ini biasa digunakan untuk melihat 1000 eritrosit.

    Sedangkan minyak imersi berguna untuk membiaskan cahaya dari medim udara dan medium kaca

    dengan pmbiasan yang mendektai garis normal, selain itu minyak imersi mempunyai indeks bias

    yang mendekati atau identic dengan kaca. Hal ini penting, karena cahaya yang datang dibiaskan

    melalui 2 medium yang berbea yaitu udara dan kaca.

    Hasil hitung retikulosit ini yaitu 6 retikulosit dalam 1000 eritrosit. Eritrosit akan berwarna

     biru muda dan retikulosit akan tampak sebagai sel yang mengandung granula/filament biru.

    3. HITUNG TROMBOSIT

    Alat dan Reagen:

    1. Kapas alkohol 70% 2. Cawan petri

  • 8/19/2019 Modul PK Beta 2015

    17/58

    Bombastic. Divisi Praktikum

    3. Hemolet

    4. Cairan Rees-Ecker

    5. Mikroskop

    6. Hemocytometer lengkap:

    • Kamar hitung

    • Kaca penutup

    • Pipet eritrosit

    • Pipet karet

    Cara menghitung Trombosit:

    1. Isap cairan Rees-Ecker ke dalam pipet eritosit sampai garis tanda 1 dan buanglah lagi cairan

    itu

    2. Isap darah kapiler dengan pipet eritrosit sampai garis tanda 0.5 dan cairan Rees-Ecker sampai

    tanda 101, segera kocok selama 3 menit.

    3. Teruskan tindakan-tindakan seperti untuk menghitung eritrosit dalam kamar hitung

    4. Biarkan kamar hitung yang telah diisi dengan sikap datar dalam cawan petri yang tertutup

    selama 10 menit agar trombosit mengendap.

    5. Hitunglah semua trombosit dalam seluruh bidang besar di tengah-tengah memakai lensa

    objektif besar.

    6. Jumlah itu dikali 2.000 menghasilkan jumlah trombosit per ul darah

    Hasil Praktikum:

    Satu kotak sedang: 7 trombosit

    Jumlah trombosit: 7 x 25 x 2000 = 350.000/!l darah 

    Interpretasi:

     Normal, karena jumlah normal trombosit adalah 150.000—450.000/!l darah 

    Pembahasan:

    Pipet Eritrosit

  • 8/19/2019 Modul PK Beta 2015

    18/58

    Bombastic. Divisi Praktikum

    Pertama, cairan Rees-Ecker diisap dalam pipet eritrosit sampai garis tanda 1 dan buanglah

    lagi cairan tersebut. Isap darah kapiler dengan pipet eritrosit sampai garis tanda 0.5, dan isap cairan

    Rees-Ecker sampai tanda 101, segera kocok. Teteskan pada kamar hitung dan biarkan kamar hitung

    yang sudah ditetesi dengan sikap datar pada cawan petri tertutup selama 10 menit agar trombosit

    mengendap. Cairan Rees-Ecker menyebabkan trombosit tercat biru muda. Sel trombosit tampak

    refraktil dan mengkilat berwarna biru muda/lebih kecil dari eritrosit serta berbentuk bulat, lonjong,

    atau koma tersebar atau bergerombol.

    Pada mikroskop, trombosit dihitung pada bidang tengah yang besar. Memakai lensa objektif

     besar. Akan terlihat pada satu kotak sedang sebanyak 7trombosit, hasil tersebut akan dikalikan

     jumlah ruang (25) dan dikali 2000.

    Bisa menggunakan 2 cara:

    1." trombosit (dalam kotak sedang) x 5 x 10.000

    2." trombosit (dalam kotak sedang) x 25 x 2.000 

    Pengalian 5 dapat digunakan untuk perhitungan eritrosit. Jadi cara perhitungan:

    " trombosit = 7 x 25 x 2.000 = 350.000/!l darah (normal: 150.000—450.000/!l

    darah) 

    Cara ini memiliki kesalahan sebesar 16-25%, kesalahn bisa karena factor pengambilan

    sampek yang menyebabkan trombosit bergerombol sehingga sulit dihitung, pengenceran tidak

    adekuat, dan penyebaran trombosit yang tidak merata.

  • 8/19/2019 Modul PK Beta 2015

    19/58

    Bombastic. Divisi Praktikum

    Praktikum 3

    1. LED (Laju Endap Darah)

    Alat :

    • Pipet Wintrobe

    • Spuit

    • Pipet dan rak westergreen

    a. Cara Wintrobe

    I. Dengan memakai pipet Wintrobe masukkanlah darah yang telah dicampur

    dengan antikoagulan ke dalam tabung Wintrobe setinggi garis tanda 0 mm.

    Jagalah jangan sampai terjadi gelembung hawa atau busa.

  • 8/19/2019 Modul PK Beta 2015

    20/58

    Bombastic. Divisi Praktikum

     

    II. Biarkan tabung Wintrobe itu dalam sikap tegak-lurus selama 60 menit.

  • 8/19/2019 Modul PK Beta 2015

    21/58

    Bombastic. Divisi Praktikum

     

    III. Bacalah tingginya lapisan plasma dengan millimeter dan laporkanlah angka

    itu sebagai laju endap darah.

    b. Cara Westergreen’

    I. Isaplah 0,4 ml larutan natrium sitrat3,8 % yang steril dalam spuit yang steril

     juga

  • 8/19/2019 Modul PK Beta 2015

    22/58

    Bombastic. Divisi Praktikum

    II. Lakukanlah pungsi vena dengan spuit itu dan isaplah 1,6 ml darah sehingga

    mendapatkan campuran sebanyak 2 ml.

    III. Masukkanlah campuran itu ke dalam tabung dan campurlah baik-baik.

    IV. Isaplah darah itu ke dalam pipet Westergreen sampai garis bertanda 0 mm,

    kemudian biarkan pipet itu dalam sikap tegak lurus dalam rak Westergreen

    selama 45 menit.

    V. Bacalah tingginya lapisan plasma dengan millimeter dan laporkanlah angka

    itu sebagailaju endap darah.

    Laporan :

    Laju Endap adarah (LED) atau Eritrocyte Sedimentation Rate (ESR) termasuk

     pemeriksaan rutin untuk darah. LED terjadi dalam 3 fase:

    I. Fase pembentukan rouleaux , berlangsung 15 menit

    II. Fase pengendapan , selama 30 menit

    III. Fase pemadatan , selama 15 menit

    • Hasil Praktikum :

    Hasil Metode Wintrobe :

    Setelah didiamkan 1 jam (60 menit) , LED pasien : …mm/jam

    Hasil Metode Westergreen :

  • 8/19/2019 Modul PK Beta 2015

    23/58

    Bombastic. Divisi Praktikum

    Setelah didiamkan 1 jam (60 menit) , LED pasien : …mm/jam (setiap pasien dapat

     berbeda-beda)

    • Interpretasi :

    Metode Westergreen :

    Pria : 0 - 15 mm/jam

    Wanita : 0 - 20 mm/jam

    Metode Wintrobe :

    Pria : 0 - 9 mm/jam

    Wanita 0 - 15 mm/jam

    • Pembahasan

    Laju endap darah (erithrocyte sedimentation rate, ESR) yang juga disebut

    kecepatan endap darah (KED) atau laju sedimentasi eritrosit adalah kecepatan

    sedimentasi eritrosit dalam darah yang belum membeku, dengan satuan mm/jam. LED

    merupakan uji yang tidak spesifik. LED dijumpai meningkat selama proses inflamasi

    akut, infeksi akut dan kronis, kerusakan jaringan (nekrosis), penyakit kolagen,

    rheumatoid, malignansi, dan kondisi stress fisiologis (misalnya kehamilan).

    Terdapat dua metode dalam perhitungan Laju Endap Darah , yaitu metode

    Wintrobe dan Metode Westergreen. Hasil pemeriksaan LED dengan menggunakan

    kedua metode tersebut sebenarnya tidak seberapa selisihnya jika nilai LED masih

    dalam batas normal. Tetapi jika nilai LED meningkat, maka hasil pemeriksaan dengan

    metode Wintrobe kurang menyakinkan. Dengan metode Westergreen bisa didapat nilai

    yang lebih tinggi, hal itu disebabkan panjang pipet Westergreen yang dua kali panjang

     pipet Wintrobe. Kenyataan inilah yang menyebabkan para klinisi lebih menyukai

    metode Westergreen daribada metode Wintrobe. Selain itu, International Commitee for

    Standardization in Hematology (ICSH) merekomendasikan untuk menggunakan

    metode Westergreen.

    Faktor-faktor yang mempengaruhi temuan laboratorium :

    • Faktor yang mengurangi LED : bayi baru lahir (penurunan fibrinogen), obat

    (lihat pengaruh obat), gula darah tinggi, albumin serum, fosfolipid serum,

    kelebihan antikoagulan, penurunan suhu.

  • 8/19/2019 Modul PK Beta 2015

    24/58

    Bombastic. Divisi Praktikum

    • Faktor yang meningkatkan LED : kehamilan (trimester kedua dan ketiga),

    menstruasi, obat (lihat pengaruh obat), keberadan kolesterol, fibrinogen,

    globulin, peningkatan suhu, kemiringan tabung.

    2. Hematrokit

    Alat :

    • Alat Sentrifugasi

    Makrometode menurut Wintrobe

    I. Tabung Wintrobe yang sudah dibuat pada praktikum sebelumnya di sentrifugasi

    selama 10 menit dengan kecepatan 3000 rpm.

    II. Perhatikan

    • Berapa hematocrit

    • Buffy coat

    • Plasma

    Laporan :

    Hematrokit adalah presentasi volume seluruh sel darah merah yang ada dalam darah

    yang diambil dalam volume tertentu dan dinyatakan dalam persen (%).

  • 8/19/2019 Modul PK Beta 2015

    25/58

    Bombastic. Divisi Praktikum

     

    • Hasil Praktikum

    • Tinggi eritrosit (sel darah merah) : …

    Maka persen hematocrit : = …%

    • Tinggi Buffy Coat ( White Blood Cell and Platelets ) : … %

    • Tinggi Plasma : … %

    • Interpretasi

     Nilai normal hematocrit

    • Bayi baru lahir : 55-68%

    • Usia 1 bulan : 37-49%

    • Usia 1 tahun : 29-41%

    • Usia 10 tahun : 36-40%

  • 8/19/2019 Modul PK Beta 2015

    26/58

    Bombastic. Divisi Praktikum

    • Dewasa pria : 40-50%

    • Dewasa perempuan : 36-44%

    • Lapisan “Buffy coat” terdiri dari leukosit dan trombosit, berbatasan dengan lapisan

    eritrosit. Lapisan ini berwarna krem dan dapat dipakai untuk mengira secara kasar

     jumlah leukosit dalam sampeld darah. Pada orang normal lapisan ini tebalnya 0,5 –

    1,0 cm; ini setara dengan jumlah leukosit 5.000 – 10.000 per ul. Bila tebal buffy coat

    > 1 cm berarti jumlah leukosit meninggi, misalnya pada leukemia akut.

    • Lapisan plasma, terletak diatas lapisan buffycoat. Plasma normal berwarna kuning

    muda. Pada kelainan tertentu, warna ini berubah. Misalnya : merah berarti ada

    hemolisis, putih dijumpai pada hipercholes terolemia, keruh ada kemungkinan

    multiple myeloma.

    • Pembahasan :

    Implikasi Klinik : 

    1. Penurunan nilai Hct merupakan indikator anemia (karena berbagai sebab), reaksi

    hemolitik, leukemia, sirosis, kehilangan banyak darah dan hipertiroid. Penurunan

    sebesar 30% menunjukkan pasien mengalami anemia sedang hingga parah.

    2. Peningkatan nilai Hct dapat terjadi pada eritrositosis, dehidrasi, kerusakan paru-paru

    kronik, polisitemia dan syok.

    3. Nilai Hct biasanya sebanding dengan nilai sel darah merah pada ukuran sel eritrosit

    normal, kecuali pada kasus anemia makrositik atau mikrositik.

    4. pada pasien anemia karena kekurangan zat besi (ukuran sel darah merah lebih kecil),

    nilai Hct akan terukur lebih rendah karena sel mikrositik terkumpul pada volume yang

    lebih kecil walaupun jumlah sel darah merah terlihat normal.

    5. Satu unit darah akan meningkatkan Hct 2% - 4%

    6. Nilai normal Hct adalah sekitar 3 kali nilai hemoglobin

    Faktor Pengganggu 

    Individu yang tinggal pada dataran tinggi memiliki nilai Hct yang tinggi demikian

     juga Hemoglobin dan sel darah merahnya. Normalnya Hct akan sedikit menurun pada

    hidremia fisiologis pada saat kehamilan. Nilai Hct normal bervariasi sesuai umur dan

     jender. nilai normal untuk bayi lebih tinggi karena bayi baru lahir memiliki banyak

    sel makrositik . Nilai Hct pada wanita biasanya sedikit lebih rendah dibandingkan laki-

    laki

    http://ericandhilaryrose.blogspot.com/2014/03/interpretasi-hasil-hemogblobin.html

  • 8/19/2019 Modul PK Beta 2015

    27/58

    Bombastic. Divisi Praktikum

    Selanjutnya, terdapat kecenderungan nilai Hct yang lebih rendah pada kelompok

    umur lebih dari 60 tahun, terkait dengan nilai sel darah merah yang lebih rendah pada

    kelompok umur ini. selain itu dehidrasi parah karena berbagai sebab juga dapat

    meningkatkan nilai Hct didalam darah.

    Hal Yang Harus diwaspadai 

     Nilai Hct < 20% dapat menyebabkan gagal jantung hingga kematian, Hct > 60% terkait

    dengan pembekuan darah spontan.

    3. Hitung Eritrosit

    Alat-alat :

    1. Alcohol 70 %

    2. Kapas

    3. Hemolet

    4. Cairan Hayem atau Gower

    5. Mikroskop

    6. Hemocytometer lengkap

    Kamar hitung

    Kaca penutup

    Pipet eritrosit

    Pipet karet

  • 8/19/2019 Modul PK Beta 2015

    28/58

    Bombastic. Divisi Praktikum

     

    Cara :

    I. Isap darah kapiler dengan pipet eritrosit sampai tanda 0,5 , hapuslah kelebihan

    darah yang melekat di ujung luar pipet.

    II. Isap ke dalam pipet (1) cairan Hayem (atau Gower) sampai tanda 101, sambil

    memutar-mutar pipetnya, lepaskan karetnya.

    III. Kocok pipet 10-15 detik dalam posisi horizontal sambil diputar-putar.

    IV. Kocok lagi selama 3 menit, buanglah 4 tetesan yang pertama lalu diisikan ke

    dalam kamar hitung yang bersih, biarkan 2-3 menit.

    V. Hitung dibawah mikroskop dengan :

    Kamar hitung Improved Neubauer

    Eritrosit : dengan HPF dalam 80 kotak kecil atau dalam 5 x 6 kotak kecil dan

    hasilnya dikalikan dengan 10.000 .

    Laporan :

    • Hasil Praktikum :

    Pada 16 kotak kecil terdapat … RBC, maka pada 1 bilik sedang terdapat … RBC.

    Jumalh total RBC = … x 5 ( bilik sedang) x 10.000 = … / ul darah

  • 8/19/2019 Modul PK Beta 2015

    29/58

    Bombastic. Divisi Praktikum

    • Interpretasi :

     Nilai normal

    Pria : 4,5 juta – 5,5 juta / ul darah

    Wanita : 4,0 juta – 5,0 juta / ul darah

    • Pembahasan :

    Terdapat dua metode dalam menghitung eritrosit yaitu manual dan elektronik.

    Metode manual menggunakan bilik hitung . Prinsip hitung eritrosit yang manual adalah

    dengan mengencerkan dan mewarnai darah dalam larutan yang isotonis untuk

    memudahkan menghitung eritrosit dan mencegah hemolysis. Larutan pengencer yang

     biasa digunakan adalah :

    1. Larutan Hayem : Natrium sulfat 2,5 g; Natrium klorida 0,5 g; Merkuri

    klorida 0,25 g; aquadest 100 ml. Pada keadaan hiperglobulinemia , larutan ini tidak

    dapat dipergunakan karena dapat menyebabkan presipitasi protein, rouleaux,

    aglutinasi.

    2. Larutan Gower : Natrium sulfat 12,5 g; Asam asetat glasial 33,3 ml;

    aquadest 200 ml. Larutan ini mencegah aglutinasi dan rouleaux.

    3. Natrium Klorid 0,85 % : Bahan pemeriksaan yaitu darah kapiler, EDTA,

    heparin, ammonium-kalium kecil dan hasilnya dikalikan dengan 10.000

    Eritrosit merupakan bagian utama dari sel-sel darah. Tiap-tiap sel darah merah

    mengandung 200 juta molekul hemoglobin. Eritrosit mempunyai bentuk bikonkaf, seperti

    cakram dengan garis tengah 7,5 um dan tidak berinti. Warna eritrosit kekuning-kuningan,

    dan dapat berwarna merah karena dalam sitoplasmanya terdapat pigmen warna merah

     berupa hemoglobin. Eritrosit berfungsi mengedarkan oksigen dan sari-sari makanan ke

    seluruh tubuh . Perhitungan ini sangat penting untuk mengetahui kelebihan dan

    kekurangan eritrosit, yaitu anemia atau polycitemia.

    4. Hitung Indeks Eritrosit Untuk Menentukan Jenis Anemia

    Volume eritrosit rata-rata (VER) atau mean corpuscular volume (MCV) 

    MCV mengindikasikan ukuran eritrosit : mikrositik (ukuran kecil), normositik

    (ukuran normal), dan makrositik (ukuran besar). Nilai MCV diperoleh dengan mengalikan

    hematokrit 10 kali lalu membaginya dengan hitung eritrosit.  

    MCV = (hematokrit x 10) : hitung eritrosit  

     Nilai rujukan :

  • 8/19/2019 Modul PK Beta 2015

    30/58

    Bombastic. Divisi Praktikum

    • Dewasa : 80 - 100 fL (baca femtoliter)

    • Bayi baru lahir : 98 - 122 fL

    • Anak usia 1-3 tahun : 73 - 101 fL

    • Anak usia 4-5 tahun : 72 - 88 fL

    • Anak usia 6-10 tahun : 69 - 93 fL

    Masalah klinis :

    • Penurunan nilai : anemia mikrositik, anemia defisiensi besi (ADB), malignansi, artritis

    reumatoid, hemoglobinopati (talasemia, anemia sel sabit, hemoglobin C), keracunan timbal,

    radiasi.

    • Peningkatan nilai : anemia makrositik, aplastik, hemolitik, pernisiosa; penyakit hati kronis;

    hipotiroidisme (miksedema); pengaruh obat (defisiensi vit B12, antikonvulsan,

    antimetabolik)

    Hemoglobin eritrosit rata-rata (HER) atau mean corpuscular hemoglobin (MCH) 

    MCH mengindikasikan bobot hemoglobin di dalam eritrosit tanpa memperhatikan

    ukurannya. MCH diperoleh dengan mengalikan kadar Hb 10 kali, lalu membaginya dengan

    hitung eritrosit. 

    MCH = (hemoglobinx10) : hitung eritrosit  

     Nilai rujukan :• Dewasa : 26 - 34 pg (baca pikogram)

    • Bayi baru lahir : 33 - 41 pg

    • Anak usia 1-5 tahun : 23 - 31 pg

    • Anak usia 6-10 tahun : 22 - 34 pg

    MCH dijumpai meningkat pada anemia makrositik-normokromik atau sferositosis,

    dan menurun pada anemia mikrositik-normokromik atau anemia mikrositik-hipokromik. 

    Kadar hemoglobin eritrosit rata-rata (KHER) atau mean corpuscular hemoglobin

    concentration (MCHC) 

    MCHC mengindikasikan konsentrasi hemoglobin per unit volume eritrosit.

    Penurunan nilai MCHC dijumpai pada anemia hipokromik, defisiensi zat besi serta

    talasemia. Nilai MCHC dihitung dari nilai MCH dan MCV atau dari hemoglobin dan

    hematokrit. 

    MCHC = ( MCH : MCV ) x 100 % atau MCHC = ( Hb : Hmt ) x 100 %

     Nilai rujukan :

    • Dewasa : 32 - 36 %

  • 8/19/2019 Modul PK Beta 2015

    31/58

    Bombastic. Divisi Praktikum

    • Bayi baru lahir : 31 - 35 %

    • Anak usia 1.5 - 3 tahun : 26 - 34 %

    • Anak usia 5 - 10 tahun : 32 - 36 %

    Contoh Soal :

    Diketahui : Hematocrit : 20

    Jumlah eritrosit : 2,7

    Hemoglobin : 6,6

    Ditanya : MCH, MCV, MCHC ?

    Jawab

    1. (nilai normal : 82-92 fL)

    2. (nilai normal : 27-3 pg)

    3. (nilai normal 31-36 g/dL)

  • 8/19/2019 Modul PK Beta 2015

    32/58

    Bombastic. Divisi Praktikum

     PRAKTIKUM 4

    HITUNG LEUKOSIT

    Alat-alat:

    1. alkohol 70% 6. Hemocytometer lengkap:

    2. kapas - kamar hitung

    3. hemolet - kaca penutup

    4. Cairan Turk - pipet leukosit

    5. mikroskop - pipet karet

    Cara:

    1. Isap darah kapiler dengan pipet leukosit sampai tanda 0.5, hapuslah kelebihan darah yang

    melekat di ujung luar pipet.

    2. Isap ke dalam pipet (1) cairan Turk sampai tanda 11, sambil memutar-mutar pipetnya, lepaskan

    karetnya.

    3. Kocok pipet 10-15 detik dalam posisi horizontal sambil diputar-putar.

    4. Kocok lagi selama 3 menit, buanglah 4 tetesan yang pertama lalu diisikan ke dalam kamar hitung

    yang bersih, biarkan 2-3 menit.

    5. Hitung di bawah mikroskop dengan:

    Kamar hitung Improved Neubauer:

    Leukosit : dengan HPF dalam 64 kotak kecil atau dalam 4 x 16 kotak kecil dan hasilnya

    dikalikan dengan 50

    Hasil Praktikum: 32 x 4 x 50 = 6400 / "L 

    Interpretasi: Normal (5000 -10.000/ "L 

    Pembahasan:

    Hitung leukosit menyatakan jumlah sel-sel leukosit per millimeter atau microliter darah.

     Nilai normalnya 5000 – 10.000/"L darah. Jumlah leukosit lebih sedikit dari eritrosit. Leukosit dapat

    dibedakan menjadi granulasi dan agranulasi. Bentur leukosit bervariasi dan lebih besar dari eritrosit.

    Inti leukosit bulat dan cekung. Sel ini juga dapat bergerak secara amuboid dan dapat menembus

    dinding kapiler.

    Hitung leukosit pada praktikum ini menggunakan kamar hitung. Darah akan diisap ke pipet

    leukosit sebanyak 0,5. Lalu diencerkan hingga 20 kali dengan cairan turk. Pipet dikocok dan

    dibuang beberapa tetes, bar dimasukkan ke kamar hitung yang bersih. Nilai normal dari kadar

  • 8/19/2019 Modul PK Beta 2015

    33/58

    Bombastic. Divisi Praktikum

    leukosit adalah 5.000/10.000/"L darah. Kadar leukosit yang lebih tinggi dari normal disebut

    leukositosis, sebaliknya kadar di bawah normal disebut leukopenia.

    Pada praktikum, ditemukan 32 leukosit pada 4 kotak sedang. Dalam satu kamar hitung ada

    16 kotak, sehingga 32 x 4. Lalu sesuai rumus, hasil dkalikan 50 sehingga kadar leukosit probandus

    adalah 6.400/"L. jumlah ini termasuk dalam rentang normal, yaitu 5.000-10.000/"L.

    HITUNG JENIS LEUKOSIT

    Jenis-Jenis Leukosit

    Basofil Eosinofil

     

  • 8/19/2019 Modul PK Beta 2015

    34/58

    Bombastic. Divisi Praktikum

    Hasil Praktikum:

    Diff. count: 0/5/5/64/14/12

    Interpretasi:

    Netrofil batang Netrofil segmen

    Limfosit Monosit 

    1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 %

    Basofil

    Eosinofil

     N. Batang

     N. Segmen

    Limfosit

    Monosit

    0

    1

    1

    6

    1

    1

    0

    0

    0

    8

    1

    1

    0

    1

    0

    3

    5

    1

    0

    2

    1

    5

    0

    2

    0

    1

    0

    8

    0

    1

    0

    0

    0

    6

    3

    1

    0

    0

    1

    7

    1

    1

    0

    0

    0

    5

    3

    2

    0

    0

    1

    7

    0

    2

    0

    0

    1

    7

    0

    2

    0%

    5%

    5%

    64%

    14%

    12%

    Jumlah sel 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 100

    Basofil Normal

  • 8/19/2019 Modul PK Beta 2015

    35/58

    Bombastic. Divisi Praktikum

     

    Pembahasan:

    Hitung jenis leukosit dilakukan untuk menghitung jenis leukosit pada preparat hapus darah

    tepi dengan mengamati ukuran masing-masing sel, bentuk, dan granula. Nilai normal hotung jenis,

    antara lain basophil 0-1% (absolut 20-100 sel/mm3), eosinophil 1-3% (absolut 50-300 sel/mm3),

    netrofil batang 3-5% (absolut 150-500 sel/mm3

    ), netrofil segmen 50-70% (absolut 2500-7000 sel/mm3), limfosit 25-35% (absolut 1750-3000 sel/mm3), monosit 4-6% (absolut 200-600 sel/mm3).

    Penilaian hitung jenis tunggal jarang memberi nilai diagnostic , kecuali penyakit alergi

    dimana eosinophil sering ditemukan meningkat. Peningkatan netrofil batang maupun segmen

    relative disbanding limfosit dan monosit . biasanya menandakan penyakit infeksi bakteri, malaria,

     penyakit alergi lain, luka bakar, anemia peniciosa, keracunan merkuri (raksa) dan polisikemia vera.

    Peningkatan limfosit dan monosit relative disbanding netrofil biasanya akibat infeksi virus,

    keracunan timbal, fenitoin, dan aspirin.

    Pada hasil hitung jenis leukosit, terjadi abnormalitas pada hasil hitung eosinofil, limfosit,

    dan monosit. Eosinophil yang melebhi nilai normal menandakan adanya inflamasi, leukemia, tahap

     penyembuhan infeksi atau inflamasi. Kadar eosinophil hasil hitung >3% yaitu 5% sehingga terjadi

    eosinofilia. Kadar limfosit yang lebih rendah dari normal ( 25-35%) menandakan adanya kondisi

    seperti kanker, leukemia, gagal ginjal, SLE, pemberian steroid berlebihan. Kadar monosit hasil

    hitung jenis lebih tinggi dar normal (4-6%). Kadar monosit yang tinggi ini menunjukan adanya

    infeksi virus, parasite, anemia hemolitik, dan SLE. Kadar basophil, neutrophil batang dan

    neutrophil segmen dalam rentang normal.

    MELIHAT PREPARAT APUS NORMAL DAN ABNORMAL

    Eosinofil Tinggi dari normal

     Netrofil batang Normal

     Netrofil Segmen Normal

    Limfosit Rendah dari normal

    Monosit Tinggi dari normal

  • 8/19/2019 Modul PK Beta 2015

    36/58

    Bombastic. Divisi Praktikum

     

    Gambar Sel-sel

    Gambaran Sel Normal

    No Sel Kerakteristik Gambar

  • 8/19/2019 Modul PK Beta 2015

    37/58

    Bombastic. Divisi Praktikum

    1.

     Netrofil

    segmen

    - Diameter 9-15 mikron

    - Nucleus 2-5 lobus, berwarna ungu

    - Kromatin kasar berwarna biru-keunguan

    - Sitoplasma banyak, bergranular halus,warna pucat

     Netrofil

     batang

    - Diameter 14-30 mikron

    - Nucleus berbentuk seperti batang, huru

    T, lonjong, dapat berlekuk

    - Kromatin kasar

    - Sitoplasma banyak dengan granular kecil

    2. Eosinofil

    - Diameter 10-15 mikron

    - Nucleus 2 lobus, biasanya lebih besar

    dari nucleus neutrophil

    - Kromatin kurang basofilik

    - Sitoplasma penuh dengan granula

    eosinofilik, granula besar, tidak teratur,

    tidak mengimpit inti.

    3. Basofil

    - Diameter 9- 12 mikron

    - Nucleus tidak lebih dari 2 lobus

    - Sitoplasma penuh dengan granula

     basofilik

    - Besar granula tidak sama besar, letak

    tidak teratur, dan mengimpit inti

    sehingga batas nucleus dan sitoplasma

    tidak jelas.

    4. Limfosit

    - Diameter 6 -10 mikron- Nucleus bulat, sedikit berlekuk, besar

    - Kromatin padat dan berkelompok

    - Tidak ada nucleoli

    - Sitoplasma sedikit, hampir tidak tampak 

     

  • 8/19/2019 Modul PK Beta 2015

    38/58

    Bombastic. Divisi Praktikum

    Gambaran Sel Abnormal

    5 Monosit

    - Diameter 12-14 mikron

    - Nucleus besar, berbentuk bulat, oval atau

     berlekuk

    - Sitoplasma banyak- Kromatin tidak padat

     

    No Sel Karakteristik Gambar

    1. Myeloblast

    - Diameter 12- 20 mikron

    - Nucleus besar 2/3 sel

    - Membrane nucleus tidak jelas

    - Kromatin padat dengan retikuler halus dan

    menyerupai saringan

    - Nucleoli ada tapi tidak jelas

    - Sitoplasma sangat basofilik (biru terang)

    2. Promyelocyte

    - Diameter 9 -18 mikron

    - Nucleus besar, bulat, sedkit oval

    - Kromatin masih halus

    - Nucleoli sedikit/tidak ada

    - Sitoplasma kurang basofilik dari myeloblast

    - Ada sedikit granula tidak spesifik 

    3. Myelocyte

    - Diameter 9 – 18 mikron

    - Nucleus lebih kecil, eksentrik, bulat/oval

    - Kromatin lebih kasar- Nucleoli jarang ada

    - Sitoplasma lebih banyak

    - Ada granula spesifik dengan 3 tipe:

    1. Granula merah (eosinophil)

    2. Granula biru (basofilik)

    3. Granula netral (neutrophil)

     

  • 8/19/2019 Modul PK Beta 2015

    39/58

    Bombastic. Divisi Praktikum

     

    Pembahasan:

    Preparat darah normal memiliki apusan darah dengan sel-sel darah putih normal, antara lain

    neutofil, eosinophil, basophil, limfosit, dan monosit.

    Pada preparat apus darah abnormal, khususnya pada leukemia, sel-sel darah putih yang

     belum matur atau pertumbuhannya tidak normal dilepaskan ke plasma setelah diproduksi sumsum

    tulang belakang. Produksi tersebut terjadi teru-menerus secara tidak terkontrol.

    4. Metamyelocyte

    - Diameter 9 -16 mikron

    - Nucleus berlekuk, batas nucleus jelas

    - Kromatin lebih kasar

    - Nucleoli tidak ada

    - Sitoplasma lebih banyak, granula spesifik

     banyak 

     

  • 8/19/2019 Modul PK Beta 2015

    40/58

    Bombastic. Divisi Praktikum

    PRAKTIKUM 5 

    BLEEDING TIME (Waktu Perdarahan)

    1. Cara Ivy

    a. Bersihkanlah bagian volar lengan bawah dengan alkohol 70% dan biarkan kering lagi

     b. Kenakan ikatan sfigmomanometer pada lengan ata dan pompalah sampai tekanan 40 mmHg.

    Selama percobaan berlangsung tekanan tetap setinggi itu

    c. Tegangkanlah kulit lengan bawah dengan sebelah tangan dan tusuklah dengan lanset darah pada

    satu tempat kira-kira 3 jari di bawah lipat siku sampai 3 mm dalamnya.

    d. Jika terlihat darah mulai keluar, jalankanlah stopwatch

    e. Isaplah tetes darah yang keluar itu tiap 30 detik memakai sepotong kertas saring, jagalah jangan

    sampai menekan kulit pada waktu mengisap darah. f. Catatlah waktu darah tidak dapat diisap lagi.

    2. Cara Duke

    a. Bersihkan anak daun telinga dengan alkohol 70% dan biarkan kering lagi.b. Tusuklah pinggir anak daun telinga itu dengan lanset darah sedalam 2 mmc. Teruskan percobaan seperti cara Ivy langkah 4, 5 dan 6

    Alat-alat:

    1. Alkohol 70%

    2. Kapas

    3. Lancet dan lancet device

    4. Kertas Saring5. Semprit 5 cc

    6. Tabung serologis

    7. Tensimeter

    8. Stetoskop

    9. Stopwatch

  • 8/19/2019 Modul PK Beta 2015

    41/58

    Bombastic. Divisi Praktikum

    Hasil Praktikum:

    Cara Ivy

    Cara Duke

    Interpretasi:

    Untuk teknik Ivy nilai normalnya 1-6 menit.

    Dapat dilihat pada kertas saring terdapat 5 titik bekas darah. Titik pertama diisap pada detik ke 30

    dan titik kelima pada detik ke 150 (3 menit 30 detik) pada detik ke 180, darah sama sekali tidak lagi

    terisap. Dengan demikian maka hasil tes waktu perdarahan masih dapat dikatakan normal karena berada pada kisaran 1-6 menit.

    Sedangkan untuk teknik Duke nilai normalnya 1-8 menit.

  • 8/19/2019 Modul PK Beta 2015

    42/58

    Bombastic. Divisi Praktikum

    Pada kertas saring terlihat 3 titik bekas darah. Titik pertama diisap pada detik ke 30 dan titik ketiga

     pada detik ke 90 (1 menit 30 detik). Dengan demikian maka hasil tes perdarahan dengan cara Duke

    dapat dikatakan normal karena berada pada kisaran 1-8 menit. 

    Pembahasan:

     Nilai bleeding time dengan cara Ivy maupun cara Duke normalnya berkisar antara 1-6 menit. Pada

     pemeriksaan ini bleeding time probandus dengan kedua cara ini normal. Bleeding time yang

    memendek menunjukkan terjadinya Hodgkin disease. Masa perdarahan yang memanjang

    menunjukkan bahwa adanya defisiensi trombosit (

  • 8/19/2019 Modul PK Beta 2015

    43/58

    Bombastic. Divisi Praktikum

    Dari hasil tabung pertama, tercatat waktu 12 menit

    Dari hasil tabung kedua, tercatat waktu 15 menit

    Dari hasil tabung ketiga, tercara waktu 15 menit

    Dengan rata-rata: 12 menit + 15 menit + 15 menit = 14 menit

    Interpretasi:

     Nilai normal untuk clotting time adalah 9-15 menit. Pada percobaan, waktu pembekuan (clottingtime) dari probandus adalah normal yaitu sekitar 14 menit.

    Pembahasan:

    Sebenarnya jika terjadi pemanjangan atau pemendekan clotting time ini sama halnya dengan

    terjadinya pemanjangan atau pemendekan dari bleeding time. Clotting time yang memendek

    menunjukkan terjadinya Hodgkin disease. Masa perdarahan yang memanjang menunjukkan bahwa

    adanya defisiensi trombosit (

  • 8/19/2019 Modul PK Beta 2015

    44/58

    Bombastic. Divisi Praktikum

    Hasil Praktikum:

    Interpretasi:

    Hasilnya normal karena setelah 10 menit dipasang sfigmomanometer dengan tekanan 100mmHg,

    timbul sangat sedikit petechiae (hanya 4 buah)

    Pembahasan:

    Sebenarnya petechiae timbul karena adanya perdarahan di bawah kulit.

    Bila dalam waktu 10 menit tidak timbul petechiae area pembacaan atau timbul sebanyak

  • 8/19/2019 Modul PK Beta 2015

    45/58

    Bombastic. Divisi Praktikum

    PRAKTIKUM PK 6

    PEMERIKSAAN URIN

    Pemeriksaan urin dapat digunakan untuk mengetahui fakta-fakta tentang ginjal dan saluran

    urin. Selain itu pemeriksaan urin dapat juga untuk mengetahui keadaan/kelainan dari hati, saluran

    empedu, pancreas. Untuk mendapatkan hasil pemeriksaan urin yang akurat perlu ditentukan

    ditentukan jenis sampel urin apa yang dibutuhkan untuk suatu pemeriksaan. Jenis sampel urin

    antara lain:

    1. Urin Sewatu

    Urin yang dikeluarkan kapan saja saat diperlukan untuk dilakukan pemeriksaan

    tertentu. Misalnya, warna, kejernihan, pH urin, berat jenis, serta dapat memeriksa apakah

    urin mengandung protein, glukosa, dan sedimen.

    2. Urin Pagi

    Pemeriksaan urin pagi adalah urin yang pertama kali dikeluarkan pada pagi hari

    setelah bangun tidur. Urin pagi biasanya lebih pekat. Hal ini membuat urin pagi dijadikan

    specimen dalam uji kehamilan, pemeriksaan protein, sedimen dan uji nitrit.

    3. Urin Post prandial

    Urin Post prandial adalah urin yang dikumpulkan 2 jam setelah makan, dimana urin

    sebelum makan dibuang terlebih dahulu. Urin post prandial ini biasanya digunkan untuk

     pemeriksaan glukosa urin pada penderita DM dan dapat dijadikan sabagai salah satu metode

    untuk memantau perkembangan dan efektivitas terapi pada pasien DM.

    4. Urin 24 Jam

    Urin 24 jam dalah urin yang dikumpulkan selama 24 jam. Urin ditampung dalam

    suatu wadah khusus dan diberi pengawet, biasanya penderita diminta membuang urin sejak

     beberapa jam sebelum pengumpulan dimulai. Lalu, urin mulai ditampung selama 24 jam.

    Urin 24 jam digunkan sebagai specimen untuk uji kuatitatif protein kreatinin, kalsium,

    fosfor, natrium, kalium, dan klorida.

    PEMERIKSAAN MAKROSKOPIS URIN

    Pemeriksaan makroskopis urin bertujuan untuk melihat ;

    1. Volume

    2. Warna:

    3. Kejernihan

    4. Bau

  • 8/19/2019 Modul PK Beta 2015

    46/58

    Bombastic. Divisi Praktikum

    5. pH dan reaksinya

    a. Menentukan pH dengan

    Celupkan sepotong kertas nitrazon ke dalam urin 3x berturut-

    turut, buang urin yang berlebihan dengan melambaikan kertas

    tersebut dan bandingkanlah warna dengan kertas warna sesudah

    menunggu 1 menit

    *Kertas Nitrazon

     b. Menentukan pH dengan kertas lakmus

    Celupkan ujung kertas lakmus ke dalam urin, nyatakan reaksi: asam (lakmus

    menjadi merah), netral (tidak berulah), basa/alkalis (lakmus menjadi biru).

    • Kalau alkalis panaskan kertas tadi hingga kering. Warna tetap biru disebabkan

    urin yang lindi(basa) sedangkan warna biru yang menghilang .

    • apabila dipanaskan sedikit-sedikit sampai kering disebabkan oleh substansi yang

    lekas menguap yaitu amoniak

    6. Berat jenis

    Cara menentukan berat jenis:

    a. Urin pda suhu kamar dituang ke dalam gelas, busa yang terjadi dibuang dengan memakai

    spotong kertas saring.

     b. Urinimeter harus bebas terapung pada waktu dibaca dan bacalah tanpa paralaks setinggi

    meniscus bawah.

    c. Adakanlah koreksi untuk perbedaan antara suhu tera dan suhu urin sebenarnya,

    tambahkan 0,0001 kepada BJ yang didapat untuk setiap 3o  perbedaan di atas suhu,

    kurangi 0,0001 kepada BJ yang didapat untuk setiap 30 perbedaan dibawah suhu tera.

    I. HASIL PRATIKUM

    • Pada Pemeriksaan Berat jenis urin tidak dilakukan

    •  pH urin 4,8 – 7,6

    • warna jernih kekuningan

    •  bau amoniak

    II. INTERPRETASI DAN PEMBAHASAN

    Volume Urine 

    Pemeriksaan Volume Urine dapat menggunakan sampel urine :

  • 8/19/2019 Modul PK Beta 2015

    47/58

    Bombastic. Divisi Praktikum

    • Urine 24 Jam

    • Urine Sewaktu

    • Urine siang 12 Jam

    • Urine Malam 12 Jam

    Factor – factor yang menyebabkan hasil palsu :

    Positive palsu

    Jika didapat kan hasil analisa volume urin selama 24 jam lebih dari 2000 ml maka ada

    kecurigaan adanya factor yang mempengaruhi hasil positive palsu antara lain :

    •  Memasukan cairan yang berlebihan

    •   Nervositas

    •  minuman yang mempunyai efek diuretika

    •  Diabetes insipidus

    • Hipertensi

    •

     Hal tersebut menyebabkan hasil positive palsu dikarenaklan memacu produksi urine

    berlebih.

     Negative Palsu

    Jika didapat kan hasil analisa volume urin selama 24 jam kurang dari 300--750 ml maka

    ada kecurigaan adanya factor yang mempengaruhi hasil negative palsu antara lain :

    •  Diarrhea

    • muntah –muntah

    • deman edema

    • nefritis menahun

    • hock dan kegagalan ginjal.

     Hal tersebut menyebabkan hasil negative palsu dikarenaklan menyebabkan

    berkurangnya produksi urine. 

    B.  Pemeriksaan Warna Urine 

    Pemeriksaan warna urine di baca pada penebalan 7-10 cm

    Hasil analisa warna urine :

    1.  Hijau 

    Zat warna normal dalam jumlah besar: indikan (indoxilsulfat).

  • 8/19/2019 Modul PK Beta 2015

    48/58

    Bombastic. Divisi Praktikum

    Pengaruh obat-obat: methyleneblue, evan's blue.

    Indikasi penyakit: obstruksi (penyumbatan usus kecil).

    2.  Kuning 

    Zat warna normal dalam jumlah besar: urobilin, urochrom.

    Zat warna abnormal: bilirubin.

    Pengaruh obat-obat: santonin, riboflavin, atau pengaruh permen.

    Indikasi penyakit: tidak ada (normal).

    3.  Merah 

    Zat warna normal dalam jumlah besar: uroerythrin.

    Zat warna abnormal: hemoglobin, porfirin, porfobilin.

    Pengaruh obat-obat: santonin, amidopyrin, congored, atau juga zat warna makanan.

    Indikasi penyakit: glomerulonevitis nefitit akut (penyakit ginjal), kanker kandung

    kencing.

    4.  Cokelat 

    Zat warna normal dalam jumlah besar: urobilin.

    Zat warna abnormal: bilirubin, hematin, porfobilin.

    Indikasi penyakit: hepatitis.

    5.  Cokelat tua atau hitam 

    Zat warna normal dalam jumlah besar: indikan.

    Zat warna abnormal: darah tua, alkapton, melamin.

    Pengaruh obat-obat: derivat fenol, argyrol.

    Indikasi penyakit: sindroma nefrotika (penyakit ginjal).

    6.  Serupa susu 

    Zat warna normal dalam jumlah besar: fosfat, urat.

    Zat warna abnormal: pus, getah prostat, chylus, zat-zat lemak, bakteri-bakteri, protein

    yang membeku.

    Indikasi penyakit: infeksi saluran kencing, kebocoran kelenjar limfa.

    C.  Kejernihan Urine 

  • 8/19/2019 Modul PK Beta 2015

    49/58

    Bombastic. Divisi Praktikum

    Urine yang digunakan : pada pemeriksaan ini urine yang digunakan adalah urine

    urine sewktu, (urine segar)

    Alasan : sebab pada urine tersebut belum mengalami oksidasi oleh bakteri.

    Penyebab hasil positive palsu :

    Kekeruhan dari awal

    • Fosfat amorf dan karbonat dalam jumlah besar ( kemungkinan terjadi setelah pasien makan )

    • Adanya bakteri ( adanya bakteri dalam sampel mengoksidasi sampel sehingga menyebabkan

    kekeruhan )

    • Unsur-unsur sedimen dalam jumlah besar ( erytrosit, leukosit, sel epitel)

    • Chylus dan lemak ( kekeruhan yang disebabkan oleh butir-butir lemak / lipiduria )

    • Benda-benda koloid

    • Kekeruhan setelah didiamkan

    • Urat-urat amorf terbentuk dalam urine asam dan dingin ( terbentuk pada urine asam dan

    dingin, dan akan hilang setelah urine di panasi )

    • Fosfat amorf dan karbonat ( terbentuk pada urine lindi, dan akan hilang bila urine di

    asamkan dengan pembentukan gas co2 )

    • Ada bakteri ( selain berasal dari sampel , bakteri juga berasal dari botol penampung, bakteri

    melakukan perkembangbiakan sehingga megoksidasi komponen-komponen urine sehingga

    menyebabkan kekeruhan)

    • Adanya nubecula

    • Menyebabkan hasil positive palsu Karena mengakibatkan kekeruhan pada sampel

    D.  Pemeriksaan pH urine 

    Urine yang digunakan : pada pemeriksaan ini urine yang digunakan adalah urine sewaktu

    (urine segar).

    Alasan : sebab pada urine tersebut urine belum dirombak menjadi ammonia, urine normal

    mempunyai pH 4,6 - 8

    Factor yang mempengaruhi hasil pemeriksaan

    •  Pemberian obat

    o Pemberian obat batu karbonat atau kalsium fosfat urin dipertahankan asam

    o sedangkan untuk mencegah terbentuknya batu urat atau oksalat pH urin sebaiknya

    dipertahankan basa.

  • 8/19/2019 Modul PK Beta 2015

    50/58

    Bombastic. Divisi Praktikum

    •  Diit makanan

    • Pemasukan makanan

    • Kondisi patologis

    o Pada infeksi oleh Escherichia coli biasanya urin bereaksi asam sedangkan pada

    infeksi dengan kuman Proteus yang dapat merombak ureum menjadi amoniak akan

    menyebabkan urin bersifat basa

    • selain itu pH basa disebabkan oleh : setelah makan vegetarian, alkalosis sistemik, ISK,

    terapi alkalinisasi, asisdosis tubulus ginjal, specimen basi

    • dan pH asam dipengaruhi oleh : ketosis ( diabetes, kelaparan, penyakit demam pada anak ),

    asidosis sistemik, terapi pengasaman.

    E.  Pemeriksaan Busa 

    Urine yang digunakan : pada pemeriksaan ini urine yang digunakan adalah urine

    sewaktu (urine segar).

    Alasan : sebab pada urine tersebut protein dengan kadar yang cukup banyak akan

    menimbulkan buih putih yang cukup bertahan lama dan billirubin dapat menimbulkan buih

     berwarna kuning dan tidak segera hilang.

    F.  Pemeriksaan Berat Jenis Urine 

    Pemeriksaan berat jenis urin bertalian dengan faal pemekatan ginjal, dapat dilakukan

    dengan berbagai cara yaitu dengan memakai falling drop, gravimetri, menggunakan pikno

    meter, refraktometer dan reagens 'pita'. Berat jenis urin sewaktu pada orang normal antara

    1,003 -- 1,030. Berat jenis urin herhubungan erat dengan diuresa, makin besar diuresa makin

    rendah berat jenisnya dan sebaliknya. Makin pekat urin makin tinggi berat jenisnya, jadi

     berat jenis bertalian dengan faal pemekat ginjal. Urin sewaktu yang mempunyai berat jenis

    1,020 atau lebih, menunjukkan bahwa faal pemekat ginjal baik. Keadaan ini dapat dijumpai

     pada penderita dengan demam dan dehidrasi. Sedangkan berat jenis urin kurang dari 1,009

    dapat disebabkan oleh intake cairan yang berlebihan, hipotermi, alkalosis dan kegagalan

    ginjal yang menahun.

    G.  Pemeriksaan Bau urine 

    Untuk menilai bau urin dipakai urin segar, yang perlu diperhatikan adalah bau yang

    abnormal. Bau urin normal disebabkan oleh asam organik yang mudah menguap. Bau yang

     berlainan dapat disebabkan oleh makanan seperti jengkol, petai, obat-obatan seperti mentol,

  • 8/19/2019 Modul PK Beta 2015

    51/58

    Bombastic. Divisi Praktikum

     bau buah-buahan seperti pada ketonuria. Bau amoniak disebabkan perombakan ureum oleh

     bakteri dan biasanya terjadi pada urin yang dibiarkan tanpa pengawet. Adanya urin yang

     berbau busuk dari semula dapat berasal dari perombakan protein dalam saluran kemih

    umpamanya pada karsinoma saluran kemih.

    PEMERIKSAAN MIKROSKOPIS URIN

    Alat-Alat:

    • Mikroskop

    • Kaca benda/kaca penutup

    • Pipet tetes

    • Asam asetat 6%

    • Pembakar Bunsen

    • Sentrifus

    • Tabung sentrifius

    • Kertas saring

    Sedian sedimen:

    1. Kocoklah urin didalam botol.

    2. Jika keruh karena fosfat (reaksi alkalis), maka asamkanlah sedikit dengan asam asetat encer,

     jika keruh karena urat(reaksi Asam) panasilah sebentar hingga kembali jernih.

    3. Kocok botol urin sekali lagi.

    4. Masukkanlah 12-15 ml urin ke dalam tabung sentrifus.

    5. Putarlah dengan kecepatan 1500-2000 rpm selama 5 menit.

    6. Buanglah semua urin dengan pelan-pelan kecuali beberapa tetes terakhir guna mensuspensi

    sedimen.

    7. Pindahkan dengan pipet tetes 1-2 tetes suspense ke kaca benda yang bersih, tutuplah masing-

    masih tettesan tersebut dengan hati-hati hingga tak terjadi gelembung-gelembung udara.

    8. Periksalah dibawah mikroskop dengan kuantum cahaya yang minimum dan mulailah

    memeriksa dengan pembesaran kecil dilanjutkan dengan pembesaran besar.

    9. Perhatikan dan gambarlah macam-macam sediem yang terlihat (lihat kuliah) dan laporkan

    dengan menyatakan jumlahnya rata-rata/LPK atau LPB.

  • 8/19/2019 Modul PK Beta 2015

    52/58

    Bombastic. Divisi Praktikum

    I. HASIL PRAKTIKUM

    II. INTERPRESTASI DAN PEMBAHASAN

    Pemeriksaan mikroskopis urine dapat menggunakan metode natif, metode pengecatan

    dan metode carik celup, Urin yang dipakai ialah urin sewaktu yang segar atau urin yang

    dikumpulkan dengan pengawet formalin. Pemeriksaan sedimen dilakukan dengan memakai lensa

    objektif kecil (10X) yang dinamakan lapangan penglihatan kecil atau LPK. Selain itu dipakai

    lensa objektif besar (40X) yang dinamakan lapangan penglihatan besar atau LPB 

    Unsur – unsur yang diperiksa dalam urine : 

    A.  Eritrosit dan Leukosit 

    Kandungan Eritrosit dan leukosit di dalam sedimen urin mungkin terdapat

    dalam urin wanita yang haid atau berasal dari saluran kernih. Dalam keadaan normal

    tidak dijumpai eritrosit dalam sedimen urin, sedangkan leukosit hanya terdapat 0 - 5/

    LPK dan pada wanita dapat pula karena kontaminasi dari genitalia. 

    Adanya eritrosit dalam urin disebut hematuria. Hematuria dapat disebabkan

    oleh perdarahan dalam saluran kemih, seperti infark ginjal, nephrolithiasis, infeksi

    saluran kemih dan pada penyakit dengan diatesa hemoragik. Terdapatnya leukosit

    dalam jumlah banyak di urin disebut piuria. Keadaan ini sering dijumpai pada infeksi

    saluran kemih atau kontaminasi dengan sekret vagina pada penderita dengan fluor

    albus. 

    B.  Silinder 

    Silinder adalah endapan protein yang terbentuk di dalam tubulus ginjal,

    mempunyai matrix berupa glikoprotein (protein Tamm Horsfall) dan kadang-kadang

    dipermukaannya terdapat leukosit, eritrosit dan epitel. Pembentukan silinder

    dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain osmolalitas, volume, pH dan adanya

    glikoprotein yang disekresi oleh tubuli ginjal. 

    Ada beberapa macam silinder yang berhubungan dengan berat ringannya

     penyakit ginjal. dalam keadaan normal bisa didapatkan sedikit eritrosit, leukosit dan

    silinder hialin. Terdapatnya silinder seluler seperti silinder leukosit, silinder eritrosit,

    silinder epitel dan sunder berbutir selalu menunjukkan penyakit yang serius. Pada

     pielonefritis dapat dijumpai silinder lekosit dan pada glomerulonefritis akut dapat

    ditemukan silinder eritrosit. Sedangkan pada penyakit ginjal yang berjalan lanjut

    didapat silinder berbutir dan silinder lilin. 

    C.  Kristal 

    Kristal dalam urin tidak ada hubungan langsung dengan batu di dalam saluran

    kemih. Kristal asam urat, kalsium oksalat, triple fosfat dan bahan amorf merupakankristal yang sering ditemukan dalam sedimen dan tidak mempunyai arti, karena

    kristal-kristal itu merupakan hasil metabolisme yang normal. Terdapatnya unsur

    tersebut tergantung dari jenis makanan, banyak makanan, kecepatan metabolisme dan

    kepekatan urin. Di samping itu mungkin didapatkan kristal lain yang berasal dari obat-

    obatan atau kristal-kristal lain seperti kristal tirosin, kristal leucin. 

    D.  Epitel 

    Merupakan unsur sedimen organik yang dalam keadaan normal didapatkan

    dalam sedimen urin. Dalam keadaan patologik jumlah epitel ini dapat meningkat,

    seperti pada infeksi, radang dan batu dalam saluran kemih. Pada sindroma nefrotik didalam sedimen urin mungkin didapatkan oval fat bodies. Ini merupakan epitel tubuli

    ginjal yang telah mengalami degenerasi lemak, dapat dilihat dengan memakai zat

  • 8/19/2019 Modul PK Beta 2015

    53/58

    Bombastic. Divisi Praktikum

    warna Sudan III/IV atau diperiksa dengan menggunakan mikroskop polarisasi. 

  • 8/19/2019 Modul PK Beta 2015

    54/58

    Bombastic. Divisi Praktikum

     

    PEMERIKSAAN KIMIA URIN

    a. Pemeriksaan protein urin

    Prinsip: Protein akan membentuk endapan atau menggumpal bila dipanaskan dalam suasana

    asam.

    Pemanasan dengan Asam Sulfosalisil

    Cara kerja:

    1. Dua tabung reaksi diisi masing-masing dengan 2 ml urin jernih ke dalam salah satu tabung

    ditambah 8 tetes larutan asam sulfosalisil 20% lalu di kocok.

    2. Bandingkan dengan isi tabung pertama dengan yang kedua, kalau tetap sama jernihnya

     berarti tes terhadap protein hasilnya negative. *tetapi apada bila hasilnya keruh, maka urin

    mengandung protein, hasil positif.

  • 8/19/2019 Modul PK Beta 2015

    55/58

    Bombastic. Divisi Praktikum

    3. Jika tabung pertama lebih keruh daripada yang kedua panaskanlah tabung pertama itu di atas

    nyala api sempai mendidih dan kemudian dinginkanlah kembali dengan air mengalir

    1. Jika kekeruhan tetap ada waktu pemanasan dan teteap ada juga setelah dingin

    kembali, tes terhadap protein adalah positif. Protein itu mungkin albumin, globulin

    atau keduanya.

    2. Jika kekeruhan itu hilang pada waktu pemanasan tetapi muncul lagi setelah dingin,

    mungkin sebabnya protein Bence Jones dan perlu diselidiki lebih lanjut.

    Pemanasan dengan Asam Asetat

    Cara kerja:

    1. Masukanlah urin ke dalam tabung reaksi sampai 2/3 penuh dengan memegang tabung reaksi

    itu pada ujung bawah, lapisan atas urin dipanasi di atas nyala api sampai mendidih selama

    30 detik.

    2. Perhatikan terjadinya kekeruhan di atas lapisan urin itu dengan membandingkan

    kejernihannya dengan bagian bawah yang tidak dipanasi. Jika terjadi kekeruhan mungkin

    disebabkan oleh protein tetapi mungkin juga oleh kalsiumfosfat dan kalsiumkarbonat.

    3. Teteskanlah ke dalam urin yang masih panas itu sebanyak 3-5 tetes larutan asam asetat 6%.

    a. Jika kekeruhan itu disebabkan oleh kalsiumfosfat, keruh akan hilang.

     b. Jika kekeruhan disebabkan oleh kalsiumkarbonat kekeruhan akan hilang juga tetapi

    dengan pembentukan gas.

    c. Jika kekeruhan tetap ada atau menjadi lebih keruh tetap ada atau menjadi lebih keruh

    lagi berarti tes terhadap protein Positif.

    4. Panasilah sekali lagi lapisan atas itu sampai mendidih dan kemudian berilah penilaian

    semikuantitatif kepada hasilnya seperti diterangkan dibawah.

    I. PEMBAHASAN

  • 8/19/2019 Modul PK Beta 2015

    56/58

    Bombastic. Divisi Praktikum

     

    Tabung 1 (kiri) : negative, jernih, tidak mengandung protein

    Tabung 2 : +2, keruh jelas mengandung protein 50-200mg%

    Tabung 3 : +3, sangat keruh, mengandung protein 200-500mg%

    Tabung 4 : +4, menggumpal, mengandung protein >500mg

    b. Pemeriksaan Glukosa Urin

    Cara Benedict

    Prinsip: menggunakan sifat glukosa sebagai zat peereduksi. Garam cupri yang terkadung

    dalam Reagan benedict akan berubah sifat dan warna jika diredusi oleh glukosa

    Cara kerja:

    • Masukan 5ml reagen benedict ke dalam tabng reaksi

    • Teteskan sebanyak 5-8 tetes urin ke dalam tabung

    • Masukan tabung itu ke dalam air mendidih selama 5 menit

    • Angkat tabung, kocoklah isinya dan bacalah hasil reduksi

  • 8/19/2019 Modul PK Beta 2015

    57/58

    Bombastic. Divisi Praktikum

    PEMBAHASAN

    Uji glukosa pada urin probandus tidak terkandung glukosa, karena warna pada

    larutan urin dan benetic tetap biru jernih atau sedikit kehijau-hijauan dan agak keruh.

     Namun, pada pratikum, urin probandus ditambah glukosa (takaran bebas), dan

    setelah dipanaskan, menunjukkan hasil larutan yang bewarna hijau kekuningan-merah

    keruh. Menandakan adanya glukosa pada urin.

    C. PEMERIKSAAN CARIK CELUP

    Ccara kerja:

    • Celupkan seluruh permukaan reagen carik celup dengan sampel urin dan tarik dengan

    segera

    • Ketukan carik pada bibi gelas untuk mengurangi urin yang berlebihan

    • Pegang carik secara horizontal dan bandingkan dengan kertas warna yang terdapat pada

    label tabung dan catalah hasilnya dengan waktu seperti yang tertera pada label tabung

    atau dimasukkan ke dalam alat otomatis.

    Simbol warna Nilai(%)

    (-) Tetap biru / kehijauan -

    (+) Kuning kehijauan 0,5-1

    (++) Kuning keruh 1-1,5

    (+++) Jingga / merah bata 2-3,5

    (++++) Merah keruh >3,5

  • 8/19/2019 Modul PK Beta 2015

    58/58

    Bombastic. Divisi Praktikum

    Hasil pengamatan Carik celup

    Urin Probandus

    Leukosit :-

     Nitrit :-

     pH :5

    Protein :-

    Glukosa :-

    Keton :-

    Urobilin :0,2 (3,5)

    Bilirubin :1 (17) +

    Blood :-

    Bj :1,000