meningkatkan keterampilan proses sains pada …

15
Berkala Ilmiah Pendidikan Fisika Vol 5 no.2, Juni 2017 198 MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS PADA PEMBELAJARAN FISIKA MENGGUNAKAN METODE PERCOBAAN Nurul Hidayah, M. Arifuddin, Andi Ichsan Mahardika Pendidikan Fisika FKIP Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin [email protected] Abstract: During this time of learning in school are still conventional, so it causes the students’ sciences process kills. To that end made efforts to improve sciences process skills using the experiment methods that has a specific purpose describe; (1) the feasibility lesson plan through the experiment methods (2) the students sciences process skills through the experiment methods and (3) student learning outcomes after the implementation the experiment methods. This type of research is a classroom action research using the Kemmis & Taggart model design. Data collection techniques such as observation, assessment, tests and documentation. Descriptive data analysis techniques such as qualitative and quantitative. results showed: (1) feasibility lesson plan reached done very well, (2) increased The students’ sciences process skills with good category, (3) improved student learning outcomes with classical completeness amounted to 86.21%. So it can concluded that the experiment methods can improving students' sciences process skills class X MS 5 SMA Negeri 2 Banjarmasin. Keywords: Science process skills, experiment methods. PENDAHULUAN Salah satu hal yang penting dalam kehidupan manusia ialah pendidikan, dan pendidikan tidak lepas dari proses pembelajaran. Pembelajaran yang baik adalah pembelajaran yang mendukung keberhasilan tujuan pendidikan. Sehingga untuk menciptakan pembelajaran yang baik, maka pendidik dituntut untuk menjadikan suasana belajar yang sangat menyenangkan serta memotivasi peserta didik, yang pada intinya dapat diselenggarakan pembelajaran yang berpusat pada siswa sedangkan pendidik hanya sebagai fasilitator yang memfasilitasi peserta didik saat pembelajaran berlangsung, sehingga mampu membuat peserta didik menjadi manusia yang aktif, kreatif, dan mandiri serta mampu menyelesaikan problema dalam kehidupan sehari-hari. Kenyataan di lapangan sangatlah bertolak belakang dengan apa yang diharapkan dari proses pembelajaran, khususnya pada saat pembelajaran fisika. Di mana pembelajaran masih bersifat konvensional dan masih jauh dari pembelajaran yang diharapkan. Selain itu pembelajaran sangat jarang dilakukan melalui kegiatan praktikum, siswa hanya dijejali dengan konsep tanpa ada kegiatan untuk menemukan konsep tersebut. Proses pembelajaran yang seperti inilah yang cenderung membuat image siswa pada pelajaran fisika sebagai mata pelajaran yang

Upload: others

Post on 31-Oct-2021

10 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS PADA …

Berkala Ilmiah Pendidikan Fisika Vol 5 no.2, Juni 2017

198

MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS PADA

PEMBELAJARAN FISIKA MENGGUNAKAN METODE PERCOBAAN

Nurul Hidayah, M. Arifuddin, Andi Ichsan Mahardika

Pendidikan Fisika FKIP Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin

[email protected]

Abstract: During this time of learning in school are still conventional, so it causes the

students’ sciences process kills. To that end made efforts to improve sciences process

skills using the experiment methods that has a specific purpose describe; (1) the

feasibility lesson plan through the experiment methods (2) the students sciences process

skills through the experiment methods and (3) student learning outcomes after the

implementation the experiment methods. This type of research is a classroom action

research using the Kemmis & Taggart model design. Data collection techniques such as

observation, assessment, tests and documentation. Descriptive data analysis techniques

such as qualitative and quantitative. results showed: (1) feasibility lesson plan reached

done very well, (2) increased The students’ sciences process skills with good category, (3)

improved student learning outcomes with classical completeness amounted to 86.21%. So

it can concluded that the experiment methods can improving students' sciences process

skills class X MS 5 SMA Negeri 2 Banjarmasin.

Keywords: Science process skills, experiment methods.

PENDAHULUAN

Salah satu hal yang penting dalam

kehidupan manusia ialah pendidikan,

dan pendidikan tidak lepas dari proses

pembelajaran. Pembelajaran yang baik

adalah pembelajaran yang mendukung

keberhasilan tujuan pendidikan.

Sehingga untuk menciptakan

pembelajaran yang baik, maka pendidik

dituntut untuk menjadikan suasana

belajar yang sangat menyenangkan serta

memotivasi peserta didik, yang pada

intinya dapat diselenggarakan

pembelajaran yang berpusat pada siswa

sedangkan pendidik hanya sebagai

fasilitator yang memfasilitasi peserta

didik saat pembelajaran berlangsung,

sehingga mampu membuat peserta didik

menjadi manusia yang aktif, kreatif, dan

mandiri serta mampu menyelesaikan

problema dalam kehidupan sehari-hari.

Kenyataan di lapangan sangatlah

bertolak belakang dengan apa yang

diharapkan dari proses pembelajaran,

khususnya pada saat pembelajaran

fisika. Di mana pembelajaran masih

bersifat konvensional dan masih jauh

dari pembelajaran yang diharapkan.

Selain itu pembelajaran sangat jarang

dilakukan melalui kegiatan praktikum,

siswa hanya dijejali dengan konsep

tanpa ada kegiatan untuk menemukan

konsep tersebut. Proses pembelajaran

yang seperti inilah yang cenderung

membuat image siswa pada pelajaran

fisika sebagai mata pelajaran yang

Page 2: MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS PADA …

Berkala Ilmiah Pendidikan Fisika Vol 5 no.2, Juni 2017

199

susah, membosankan dan menganggap

pelajaran fisika hanya sebatas pelajaran

yang dipenuhi oleh rumus-rumus

rumit yang harus mereka hafalkan.

Hasil wawancara dengan guru

fisika di kelas X MS 5 SMAN 2

Banjarmasin menyebutkan bahwa

kegiatan pembelajaran di kelas masih

berpusat pada guru dan siswa tidak

diberi kesempatan untuk berperan aktif,

sehingga keterampilan-keterampilan

yang ada dalam diri siswa tidak

tersampaikan dengan baik. Selain itu,

hasil belajar siswa juga masih tergolong

rendah. Kondisi ini didukung dari hasil

observasi di kelas X MS 5 SMAN 2

Banjarmasin. Pada saat observasi

dilakukan, pembelajaran dilaksanakan

melalui kegiatan praktikum.

Berdasarkan observasi tersebut,

ditemukan permasalahan bahwa pada

saat kegiatan praktikum berlangsung,

hampir semua siswa tidak bisa

merumuskan masalah, mengidentifikasi

variabel dengan benar, mendefinisikan

variabel secara operasional, dan bahkan

tidak bisa menyimpulkan hasil

percobaan dengan benar. Hal ini terbukti

dari banyaknya mereka bertanya dan

bimbingan guru saat proses

pembelajaran. Berdasarkan nilai ulangan

umum pelajaran fisika kelas X MS 5

didapat nilai rata-rata kelas sebesar

44,43 dengan ketuntasan hanya 9,68%

dari 29 siswa. Dari nilai tersebut terlihat

bahwa siswa kelas X MS 5 SMAN 2

Banjarmasin kesulitan dalam pelajaran

fisika.

Berdasarkan uraian di atas, dapat

di identifikasi bahwa permasalahan yang

muncul adalah rendahnya keterampilan

proses sains siswa. Menurut Indrawati

keterampilan proses sains merupakan

keterampilan ilmiah yang dapat

digunakan untuk menemukan suatu

konsep atau teori untuk

mengembangkan konsep yang telah ada

sebelumnya. Sehingga untuk mengatasi

permasalahan tersebut perlu dirancang

suatu pembelajaran dengan model atau

metode yang dapat melatih siswa

bekerja secara ilmiah dalam

mengembangkan pikirannya dan

membuat siswa terlibat aktif dalam

proses pembelajaran. Sehingga dapat

memberi ruang kepada siswa untuk

menemukan konsep secara mandiri

tanpa selalu bergantung pada guru, dan

agar keterampilan proses sains siswa

dapat meningkat. Salah satu cara yang

dapat dilakukan adalah dengan

menerapkan metode percobaan.

Metode percobaan adalah metode

pemberian kesempatan kepada anak

didik secara perorangan atau kelompok

untuk dilatih melakukan suatu proses

atau percobaan (Hamdayama, 2014).

Kelebihan dari metode ini memberikan

kesempatan kepada siswa untuk

mengalami, melakukan, mengamati

Page 3: MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS PADA …

Berkala Ilmiah Pendidikan Fisika Vol 5 no.2, Juni 2017

200

suatu obyek, membuktikan dan menarik

kesimpulan. Sehingga pembelajaran

tidak lagi didominasi oleh guru, tetapi

siswa yang berperan aktif dalam

pembelajaran (Syarifuddin, 2007).

Sehingga, metode ini sangat cocok

untuk meningkatkan keterampilan

proses sains siswa. Teori belajar yang

melandasi metode ini adalah teori

pembelajaran konstruktivisme yang

dikembangkan berdasarkan teori belajar

dari Piaget dan teori belajar dari

Vygotsky, teori konstruktivisme

menekankan pada proses belajar bukan

mengajar. Peserta didik diberi

kesempatan untuk membangun

pengetahuan dan pemahaman baru yang

didasarkan pada pengalaman yang nyata.

Peserta didik didorong untuk melakukan

penyelidikan dalam upaya

mengembangkan rasa ingin tahu secara

alami. inkuiri terbimbing siswa akan

dirangsang untuk belajar aktif dan

terlibat langsung dalam proses

pembelajaran sehingga dapat

meningkatkan kemampuan siswa dalam

memahami pelajaran yang dibahas

(Setiawan, 2016). Adapun penelitian-

penelitian sebelumnya tentang metode

percobaan yang dilakukan oleh Elnada

(2016), Oktaviastuti (2014), Parmono

(2013), dan Arum (2012) menjelaskan

bahwa metode percobaan dapat

meningkatkan keterampilan proses sains

dan hasil belajar siswa.

Berdasarkan uraian di atas dan

permasalahan yang terjadi, peneliti

tertarik untuk melakukan penelitian

lebih lanjut mengenai hal tersebut

dengan judul: “meningkatkan

keterampilan proses sains pada

pembelajaran fisika menggunakan

metode percobaan pada siswa kelas X

MS 5 SMAN 2 Banjarmasin”.

Berdasarkan latar belakang di atas,

maka rumusan masalah adalah

“Bagaimanakah cara meningkatkan

keterampilan proses sains siswa pada

pembelajaran fisika melalui metode

percobaan di kelas X MS 5 SMAN 2

Banjarmasin?” Adapun pertanyaan

penelitian yang sehubungan dengan

rumusan masalah di atas adalah sebagai

berikut: (a) Bagaimana keterlaksanaan

rencana proses pembelajaran melalui

metode percobaan di kelas X MS 5

SMAN 2 Banjarmasin? (b) Bagaimana

peningkatan keterampilan proses sains

siswa melalui metode percobaan di kelas

X MS 5 SMAN 2 Banjarmasin? dan (c)

Bagaimana hasil belajar siswa melalui

metode percobaan di kelas X MS 5

SMAN 2 Banjarmasin.

KAJIAN PUSTAKA

Berdasarkan hasil observasi

peneliti di kelas X MS 5 SMAN 2

Banjarmasin yang terdiri dari 29 orang

siswa yang tergolong dalam masa usia

sekolah menengah. siswa SMA kelas X

Page 4: MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS PADA …

Berkala Ilmiah Pendidikan Fisika Vol 5 no.2, Juni 2017

201

rata-rata berumur 15 sampai 16 tahun.

Teori Piaget tentang tingkat

perkembangan kognitif, usia siswa SMA

tergolong dalam kategori operasional

formal. Sehingga pada usia ini siswa

dapat diasumsikan mampu berpikir

abstrak dan memiliki keterampilan

untuk melakukan percobaan. Siswa

dianggap telah mampu melakukan

pemecahan masalah dalam mencari

jawaban dari permasalahan melalui

percobaan. Maka dari karakteristik siswa

tersebut metode percobaan dianggap

mampu diterapkan.

Materi yang diajarkan pada

penelitian ini adalah materi pada

semester genap yaitu alat-alat optik

sesuai dengan kurikulum 2013.

Kompetensi dasar dari materi alat-alat

optik adalah (1) menyadari kebesaran

Tuhan yang menciptakan dan mengatur

alam jagad raya melalui pengamatan

fenomena alam fisis dan

pengukurannya; (2) menunjukkan

perilaku ilmiah (rasa ingin tahu;

objektif; jujur; teliti; cermat; tekun; hati-

hati; bertanggung jawab; terbuka; kritis;

kreatif; inovatif; dan peduli lingkungan)

dalam aktivitas sehari-hari sebagai

wujud implementasi sikap dalam

melakukan percobaan, melaporkan, dan

berdiskusi; (3) menganalisis cara kerja

alat optik menggunakan sifat

pencerminan dan pembiasan cahaya oleh

cermin dan lensa; (4) menyajikan

ide/rancangan sebuah alat optik dengan

menerapkan prinsip pemantulan dan

pembiasan pada cermin dan lensa. Dari

kompetensi dasar materi alat-alat optik,

maka perlu dilakukan suatu percobaan,

dengan tujuan agar peserta didik dapat

melihat secara langsung pembentukan

bayangan pada cermin, lensa dan alat

optik lainnya. Sehingga dengan adanya

percobaan, mereka lebih mudah

memahami materi alat-alat optik.

Pendekatan keterampilan proses

adalah wawasan atau anutan

pengembangan keterampilan-

keterampilan intelektual, sosial, dan

fisik yang bersumber dari kemampuan-

kemampuan mendasar yang pada

prinsipnya telah ada dalam diri siswa

(Syarifuddin, 2007: 115-116). Indrawati

(Marjan, 2014) keterampilan proses

sains merupakan keseluruhan

keterampilan ilmiah yang terarah baik

secara kognitif maupun psikomotor yang

dapat digunakan untuk menemukan

suatu konsep, prinsip atau teori untuk

mengembangkan konsep yang telah ada

sebelumnya, ataupun untuk melakukan

penyangkalan terhadap suatu penemuan.

Keterampilan proses sains terbagi

menjadi keterampilan dasar dan

keterampilan-keterampilan terintegrasi.

Menurut Funk, keterampilan-

keterampilan dasar terdiri dai enam

keterampilan, yakni: mengobservasi,

mengklasifikasi, memprediksi,

Page 5: MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS PADA …

Berkala Ilmiah Pendidikan Fisika Vol 5 no.2, Juni 2017

202

mengukur, menyimpulkan, dan

mengkomunikasikan. Sedangkan

keterampilan-keterampilan terintegrasi

terdiri dari: mengidentifikasi variabel,

membuat tabulasi data, menyajikan data

dalam bentuk grafik, menggambarkan

hubungan antar variabel, mengumpulkan

dan mengolah data, menganalisa

penelitian, menyusun hipotesis,

mendefinisikan variabel secara

operasional, merancang penelitian, dan

melaksanakan eksperimen (Syarifuddin,

2007: 119). Dalam penelitian ini, ada

enam aspek keterampilan proses sains

yang diteliti, yaitu aspek keterampilan

yang meliputi:

1. Merumuskan masalah ( pertanyaan

penelitian)

Inti dari suatu percobaan atau

penyelidikan adalah karena adanya

masalah yang perlu diatasi, dan ada

fenomena yang belum diketahui.

Sehingga untuk mengatasi masalah

tersebut perlu diajukan atau dibuat suatu

pertanyaan berkaitan dengan apa yang

mau diteliti yang nantinya akan dijawab

melalui hasil percobaan.

2. Mengidentifikasi variabel

Setiap eksperimen melibatkan

beberapa variabel, atau faktor yang

dapat berubah, seperti variabel yang

sengaja diubah dalam percobaan disebut

variabel manipulasi, variabel yang

dijaga tetap selama percobaan disebut

variabel kontrol, dan faktor yang dapat

berubah sebagai hasil dari variabel

manipulasi disebut variabel respon (Nur,

2011).

3. Mendefinisikan variabel secara

operasional

Definisi operasional adalah

pernyataan yang mendeskripsikan

bagaimana variabel tertentu harus

diukur, bagaimana suatu benda atau

suatu kondisi harus dikenali. Definisi

operasional mengatakan kepada apa

yang dilakukan dan apa yang diamati.

Kata “operasional” berarti

“mendeskripsikan apa yang dilakukan”.

Definisi operasional harus jelas dan teliti

sehingga pembaca mengetahui secara

tepat apa yang diamati atau diukur (Nur,

2011: 66).

4. Melakukan percobaan

Tahap ini merupakan tahap

pengumpulan data. Proses pengumpulan

data ini dilakukan melalui percobaan.

Ada beberapa perilaku siswa yang

dilakukan saat percobaan untuk

membuktikan hipotesis yang telah

dibuat, yaitu siswa harus merencanakan

percobaan sesuai dengan arahan dalam

LKS serta bimbingan guru, mengamati

percobaan, mengumpulkan data sesuai

dengan hasil pengamatan. (Siska, 2013).

5. Penarikan Kesimpulan

Penarikan kesimpulan berarti

pembuatan pernyataan yang

mengikhtisarkan apa yang telah

dipelajari dari suatu eksperimen atau

Page 6: MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS PADA …

Berkala Ilmiah Pendidikan Fisika Vol 5 no.2, Juni 2017

203

pengamatan. Kesimpulan dari

eksperimen itu biasanya berkaitan

dengan hipotesis. Hipotesis merupakan

penjelasan sementara yang dapat diuji

dengan eksperimen. Setelah

melaksanakan prosedur eksperimen,

kemudian melakukan dan mencatat

pengamatan, dan penginterprestasikan

data, sehingga dapat menarik

kesimpulan dari suatu eksperimen

tersebut (Nur, 2011).

6. Mengkomunikasikan

Yaitu keterampilan menyampai-

kan perolehan atau hasil belajar kepada

orang lain dalam bentuk tulisan, gambar,

gerak, tindakan, atau penampilan

(Syarifuddin, 2007: 121). Mempelajari

sains mengkomunikasikan dapat

dilakukan dengan dua cara, yaitu

mengkomunikasikan secara lisan dan

mengkomunikasikan

secara tertulis.

Metode percobaan menurut

Djamarah (2002) adalah cara penyajian

pelajaran, dimana siswa melakukan

percobaan dengan mengalami sendiri

sesuatu yang dipelajari. Abidin (2014)

metode eksperimen (percobaan)

diterapkan berdasarkan langkah-langkah

umum sebagai berikut. kegiatan

pembelajaran ini dilakukan melalui tiga

tahap, yaitu persiapan, pelaksanaan, dan

tindak lanjut. Ketiga tahapan yang

dimaksud dijelaskan berikut ini.

a. Tahap persiapan

1) Guru menetapkan tujuan

pembelajaran.

2) Guru mempersiapkan berbagai alat

dan bahan untuk percobaan.

3) Guru mengelola lingkungan belajar.

b. Tahap Pelaksanaan

1) Kegiatan awal

a) Guru mengkondisikan kelas melalui

kegiatan pengabsenan, do’a ataupun

kegiatan lainnya.

b) Guru menyampaikan apersepsi guna

menarik motivasi siswa untuk

belajar.

c) Guru menjelaskan tujuan

pembelajaran.

d) Guru memaparkan langkah-langkah

pembelajaran atau langkah aktivitas

yang harus dilakukan siswa selama

proses pembelajaran.

2) Kegiatan Inti

a) Siswa melaksanakan kegiatan

percobaan.

b) Siswa mencatat seluruh data hasil

percobaan.

c) Siswa secara berkelompok

mendiskusikan hasil percobaan dan

memaknai hasil percobaan.

d) siswa secara kolaboratif dan

kooperatif menyusun laporan

percobaan.

e) Perwakilan siswa menyajikan hasil

percobaan dan ditanggapi oleh

kelompok lain.

Page 7: MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS PADA …

Berkala Ilmiah Pendidikan Fisika Vol 5 no.2, Juni 2017

204

f) Guru memberikan penguatan materi

atau memberikan penjelasan lanjut

tentang materi pembelajaran.

3) Kegiatan akhir

a) Siswa dibawah arahan guru

menyimpulkan materi pembelajaran.

b) Siswa melaksanakan penilaian hasil

belajar.

c) Siswa dan guru merefleksi

pembelajaran.

c. Tahap tindak lanjut

Siswa mendapatkan tugas

pengayaan, tugas pendalam, dan atau

tugas penyiapan sebagai bentuk

kegiatan tindak lanjut dari guru.

Suprijono (Thobroni, 2015: 20)

Menyatakan hasil belajar adalah pola-

pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-

pengertian, sikap-sikap, apresiasi, dan

keterampilan. Merujuk pada pemikiran

Gegne, hasil belajar berupa hal-hal

berikut: Informasi verbal, keterampilan

intelektual, Strategi kognitif,

Keterampilan motorik, dan sikap.

Dengan demikian dapat disimpulkan

bahwa hasil belajar adalah sejumlah

kemampuan yang dimiliki siswa setelah

mengikuti proses pembelajaran sesuai

dengan tujuan pembelajaran. hasil

belajar terbagi menjadi ranah kognitif,

afektif, dan psikomotor.

Adapun penelitian-penelitian

sebelumnya tentang metode percobaan

yang dilakukan oleh Oktaviastuti (2014),

Parmono (2013), dan Arum (2012)

menjelaskan bahwa metode percobaan

dapat meningkatkan keterampilan proses

sains dan hasil belajar siswa.

METODE

Penelitian ini merupakan

penelitian tindakan kelas (Classroom

action research), karena digunakan

untuk mengatasi adanya masalah yang

ada dalam kelas X MS 5 SMAN 2

Banjarmasin berkaitan dengan

keterampilan proses sains siswa yang

masih rendah dengan metode percobaan.

Adapun alur penelitian tindakan kelas

yang digunakan pada penelitian ini

menggunakan alur penelitian tindakan

kelas model Kemmis dan Mc Taggart.

Subjek penelitian tindakan ini

adalah siswa kelas X MS 5 SMA Negeri

2 Banjarmasin yang berjumlah 29 orang

pada semester genap tahun pelajaran

2015/2016. Objek penelitian adalah

keterampilan proses sains siswa pada

pembelajaran fisika terhadap

pelaksanaan metode percobaan.

Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri

2 Banjarmasin pada materi ajar alat-alat

optik. Waktu penelitian dilaksanakan

pada bulan April 2016.

Teknik pengumpulan data yang

digunakan pada penelitian ini adalah

siswa melakukan kegiatan sesuai dengan

prosedur yang terdapat pada LKS untuk

mengukur keterampilan proses sains

siswa selama pembelajaran berlangsung

Page 8: MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS PADA …

Berkala Ilmiah Pendidikan Fisika Vol 5 no.2, Juni 2017

205

terkait keterampilan merumuskan

masalah/ membuat pertanyaan

penelitian, mengidentifikasi variabel,

mendefinisikan variabel secara

operasional, melakukan percobaan,

menyimpulkan, dan

mengkomunikasikan. Tes digunakan

untuk mengetahui ketuntasan belajar

siswa secara kognitif pada materi alat-

alat optik. Tes dilakukan pada setiap

akhir pertemuan siklus I dan siklus II.

Observasi dilaksanakan dengan tujuan

untuk mengetahui keterlaksanaan RPP

oleh peneliti dengan menerapkan

metode percobaan.

Adapun teknik analisis data

dilakukan dengan menganalisis

keterlaksanaan RPP Analisis hasil

belajar dan analisis keterampilan proses

sains.

Analisis keterlaksanaan RPP:

Pengamatan keterlaksanaan RPP

dilakukan oleh pengamat dengan

keterlaksanaan tahapan-tahapan RPP

dikategorikan seperti pada Tabel 3.1.

Tabel 1 Kriteria penilaian

keterlaksanaan RPP

No Rerata Skor Kategori

1 X > 3,25 Sangat Baik

2 2,5 < X ≤ 3,25 Baik

3 1,75 < X ≤ 2,5 Cukup

4 ≤ 1,75 Kurang

(Widoyoko, 2014: 259)

Pengamatan dilakukan oleh dua

orang pengamat, sehingga reliabilitas

keterlaksanaan RPP dihitung

menggunakan rumus yang dikemukakan

oleh H.J.X. Fernandes (Arikunto, 2010:

244) sebagai berikut:

(1)

Keterangan:

KK = Koefisien kesepakatan

N1 = Jumlah kode yang dibuat oleh

pengamat I.

N2 = Jumlah kode yang dibuat oleh

pengamat II.

S = sepakat, jumlah kode yang sama

untuk objek yang sama.

Dan kriteria reliabilitas keterlaksanaan

RPP dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2 Kriteria reliabilitas

keterlaksanaan RPP.

No Besarnya nilai KK Penafsiran

1 Antara 0,800 – 1,00 Tinggi

2 Antara 0,600 – 0,800 Cukup

3 Antara 0,400 - 0,600 Agak

rendah

4 Antara 0,000 – 0,200 Sangat

rendah

(Adaptasi Arikunto, 2010)

Analisis hasil belajar

Sebagai standar ketuntasan belajar siswa

digunakan kriteria ketuntasan belajar

berdasarkan KKM SMAN 2

Banjarmasin, sebagai berikut: (1)

Ketuntasan individual yaitu, jika siswa

secara individu mencapai ketuntasan ≥

67. (2) Ketuntasan klasikal yaitu, jika ≥

80% dari seluruh siswa mencapai

ketuntasan hasil belajar secara

individual.

Ketuntasan belajar siswa secara

klasikal dihitung dengan rumus:

(2)

Page 9: MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS PADA …

Berkala Ilmiah Pendidikan Fisika Vol 5 no.2, Juni 2017

206

Keterangan

= Proporsi ketuntsan belajar secara

klasikal (%)

N = Banyaknya siswa yang mencapai

ketuntasan individu ≥ 67.

Ni = Banyaknya siswa dalam kelas.

3. Analisis keterampilan proses sains:

Skor keterampilan proses sains siswa

yang diperoleh dari nilai individu

selanjutnya dirata-ratakan dan

dikategorikan sebagaimana kriteria

pada Tabel 3.

Tabel 3 Kriteria penilaian keterampilan

proses sains

No Rerata Skor Kategori

1 X > 3,25 Sangat Baik

2 2,5 < X ≤ 3,25 Baik

3 1,75 < X ≤ 2,5 Cukup

4 ≤ 1,75 Kurang

(Widoyoko, 2014:259)

Untuk menghitung reliabilitas dari

keterampilan proses sains siswa

digunakan rumus 1. Dan kriteria

reliabilitas keterampilan proses sains

dapat dilihat pada Tabel 2.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Penelitian ini dilakukan dalam

dua siklus dengan menerapkan metode

percobaan di mana setiap siklus terdiri

dari 2 pertemuan. Adapun hasil

observasi tentang keterlaksanaan RPP

untuk siklus I dan II adalah sebagai

berikut.

Tabel 4. Keterlaksanaan RPP siklus I

No Tahap Pertemuan

I II Rata-rata Ketegori

1 Pendahuluan 3,87 4 3,94 Sangat baik

2 Kegiatan Inti 3,59 3,64 3,62 Sangat baik

3 Penutup 3,67 3,5 3,58 Sangat baik

Rata-rata keseluruhan 3,67 3,69 3,68 Sangat baik

Reliabilitas 0,67 0,61 0,64 Cukup

Tabel 5. Keterlaksanaan RPP siklus II

No Tahap Pertemuan

III IV Rata-rata Ketegori

1 Pendahuluan 4 4 4 Sangat baik

2 Kegiatan Inti 3,86 3,91 3,89 Sangat baik

3 Penutup 4 4 4 Sangat baik

Rata-rata keseluruhan 3,92 3,94 3,93 Sangat baik

Reliabilitas 0,94 0,89 0,91 Tinggi

Adapun penilaian keterampilan

proses sains siswa selama proses

pembelajaran berlangsung pada siklus I

dan siklus II adalah sebagai berikut.

Page 10: MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS PADA …

Berkala Ilmiah Pendidikan Fisika Vol 5 no.2, Juni 2017

207

Tabel 6 Analisis keterampilan proses sains siswa siklus I

No Kualifikasi Pertemuan I Pertemuan II

Jumlah siswa Jumlah siswa Rata-rata

siklus I Persentase

1 Sangat Baik - - - -

2 Baik 4 15 7 24,13 %

3 Cukup 16 13 18 62,07 %

4 Kurang 9 1 4 13,8 %

5 Jumlah 29 29 29 100%

Tabel 7 Analisis keterampilan proses sains siswa siklus II

No Kualifikasi Pertemuan I Pertemuan II

Jumlah siswa Jumlah siswa Rata-rata

siklus II Persentase

1 Sangat Baik 6 13 11 37,93%

2 Baik 21 16 18 62,07%

3 Cukup 2 - - 0%

4 Kurang - - - 0%

5 Jumlah 29 29 29 100%

Tabel 8 Keterampilan proses sains siswa (per indikator) siklus I

No Keterampilan proses sains Pertemuan

I II Rata-rata Kategori

1 Pertanyaan penelitian 1,81 2,72 2,27 Cukup

2 Mengidentifikasi variable 1,93 3,24 2,58 Baik

3 Mendefinisikan variable 1,40 2,41 1,40 Kurang

4 Melakukan percobaan 3,6 3,58 3,59 Sangat baik

5 Menyimpulkan 1,44 2,12 1,78 Cukup

6 Mengkomunikasikan 1,93 1,21 1,57 Kurang

Rata-rata 2,02 2,55 2,28 Cukup

Tabel 9 Keterampilan proses sains siswa (per indikator) siklus II

No Keterampilan proses sains Pertemuan

III IV Rata-rata Kategori

1 Pertanyaan penelitian 3,25 3,98 3,61 Sangat baik

2 Mengidentifikasi variable 2,26 2,96 2,61 Baik

3 Mendefinisikan variable 2,37 2,82 2,59 Baik

4 Melakukan percobaan 3,56 3,51 3,53 Sangat baik

5 Menyimpulkan 3,86 3,81 3,84 Sangat baik

6 Mengkomunikasikan 2,93 3,00 2,96 Baik

Rata-rata 3,04 3,35 3,19 Baik

Hasil belajar kognitif siswa didapatkan dari tes hasil belajar (THB) pada setiap

akhir siklus I dan II yang berupa soal tes essay.

Page 11: MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS PADA …

Berkala Ilmiah Pendidikan Fisika Vol 5 no.2, Juni 2017

208

Tabel 10 Hasil belajar siswa siklus I

Kualifikasi Ketuntasan minimal

per individu Jumlah siswa Ketuntasan Klasikal(%)

Tuntas ≥ 67 18 62,07

Tidak tuntas ≤ 67 11 37,93

Jumlah 29 100

Tabel 11 Hasil belajar siswa siklus II

Kualifikasi Ketuntasan minimal

per individu Jumlah siswa Ketuntasan Klasikal (%)

Tuntas ≥ 67 25 86,21

Tidak tuntas ≤ 67 4 13,79

Jumlah 29 100

Pembahasan

Keterlaksanaan RPP

Keterlaksanaan RPP dilihat dari

kemampuan guru mengelola metode

percobaan dalam proses pembelajaran

dan dinyatakan dengan rata-rata

keterlaksanaan dari kedua pengamat.

Keterlaksanaan RPP dikategorikan

terlaksana sangat baik, terlaksana baik,

terlaksana cukup baik, kurang

terlaksana, dan tidak terlaksana.

Tabel 4 menunjukkan

keterlaksanaan RPP siklus I untuk

pertemuan 1 dan 2 yang terdiri dari tiga

tahap pada metode percobaan. Rata-rata

keterlaksanaan RPP siklus I sudah

mencapai kategori sangat baik yaitu

sebesar 3,68 Instrumen keterlaksanaan

RPP cukup reliabel dengan tingkat

reliabilitas sebesar 0,64. Walaupun

memiliki kategori terlaksana dengan

sangat baik, masih banyak yang harus

diperbaiki dan ditingkatkan agar metode

pembelajaran ini lebih baik. Tabel 5

menunjukkan keterlaksanaan RPP siklus

II untuk pertemuan 3 dan 4. Rata-rata

keterlaksanaan RPP siklus II adalah

sebesar 3,93 sehingga memiliki kategori

terlaksana sangat baik. Instrumen

keterlaksanaan RPP bersifat reliabel

dengan tingkat reliabilitas sebesar 0,91.

Secara keseluruhan dibandingkan

dengan siklus I, keterlaksanaan RPP

untuk siklus II meningkat dan

dilaksanakan dengan sangat baik. Hal

yang perlu ditingkatkan kelak adalah

bagaimana menggunakan bahasa yang

baik dan jelas, serta lebih baik lagi

dalam mengontrol waktu. Walaupun

keterlaksanaan RPP pada siklus I sudah

mencapai kategori terlaksana dengan

sangat baik. Namun pengajar masih

kesulitan dalam membagi waktu saat

melaksanakan tahap demi tahap pada

RPP. Hal ini disebabkan karena siswa

belum terbiasa dengan metode yang

diterapkan, sehingga tahap demi tahap

pelaksanaan RPP ini membutuhkan

Page 12: MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS PADA …

Berkala Ilmiah Pendidikan Fisika Vol 5 no.2, Juni 2017

209

lebih banyak waktu. Selain itu pengajar

juga kesulitan dalam memberikan

penguatan materi karena tidak

menggunakan media power point,

sehingga menyebabkan siswa tidak

terlalu memperhatikan pengajar.

Kemudian peneliti merefleksi pada

siklus berikutnya pengajar lebih

memperhatikan dan menguasai setiap

aspek dalam RPP dan langkah-langkah

proses pembelajaran agar semuanya

berjalan dengan lebih baik, memberikan

penjelasan materi di awal pembelajaran

dengan menggunakan media power

point, agar manajemen waktu lebih

terkontrol dan siswa bisa lebih

memperhatikan guru saat memberikan

penjelasan materi.

Keterampilan Proses Sains

Tabel 6 menunjukkan

keterampilan proses sains dilihat dari per

indikator yang diamati. Pada pertemuan

1 rata-rata keseluruhan indikator yang

diperoleh sebesar 2,02 dengan kategori

cukup, dan pada pertemuan 2 diperoleh

nilai rata-rata secara keseluruhan sebesar

2,55 dengan kategori baik. Dalam hal ini

keterampilan proses sains siswa

mengalami peningkatan dari pertemuan

1 ke pertemuan 2, sehingga secara

keseluruhan hasil yang diperoleh pada

siklus I sebesar 2,28 dengan kategori

cukup. Tabel 7 menunjukkan

keterampilan proses sains dilihat dari per

indikator yang diamati. Pada pertemuan

3 diperoleh nilai rata-rata secara

keseluruhan sebesar 3,04 dengan

kategori baik. Dan pertemuan 4 nilai

rata-rata keseluruhan keterampilan

proses sains siswa sebesar 3,35 dengan

kategori sangat baik. Pada pertemuan

ketiga dan keempat di siklus II ini siswa

sudah mulai terbiasa dengan metode

pembelajaran yang diterapkan dan

pengajar juga memberikan bimbingan

penuh saat mengerjakan LKS, sehingga

secara keseluruhan keterampilan proses

sains siswa pada siklus II mencapai

kategori baik dengan nilai sebesar 3,19.

Tabel 8 menunjukkan

keterampilan proses sains dilihat dari per

indikator yang diamati. Pada pertemuan

1 rata-rata keseluruhan indikator yang

diperoleh sebesar 2,02 dengan kategori

cukup, dan pada pertemuan 2 diperoleh

nilai rata-rata secara keseluruhan sebesar

2,55 dengan kategori baik. Dalam hal ini

keterampilan proses sains siswa

mengalami peningkatan dari pertemuan

1 ke pertemuan 2, sehingga secara

keseluruhan hasil yang diperoleh pada

siklus I sebesar 2,28 dengan kategori

cukup. Tabel 9 menunjukkan

keterampilan proses sains dilihat dari per

indikator yang diamati. Pada pertemuan

3 diperoleh nilai rata-rata secara

keseluruhan sebesar 3,04 ddengan

kategori baik. Dan pertemuan 4 nilai

rata-rata keseluruhan keterampilan

proses sains siswa sebesar 3,35 dengan

Page 13: MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS PADA …

Berkala Ilmiah Pendidikan Fisika Vol 5 no.2, Juni 2017

210

kategori sangat baik. Pada pertemuan

ketiga dan keempat di siklus II ini siswa

sudah mulai terbiasa dengan metode

pembelajaran yang diterapkan dan

pengajar juga memberikan bimbingan

penuh saat mengerjakan LKS, sehingga

secara keseluruhan keterampilan proses

sains siswa pada siklus II mencapai

kategori baik dengan nilai sebesar 3,19.

Adanya peningkatan keterampilan

proses sains ini berkaitan dengan

penggunaan metode percobaan pada saat

proses pembelajaran untuk mengukur

tingkat keterampilan siswa. Dari hasil

ini terlihat bahwa metode percobaan

dapat meningkatkan keterampilan proses

sains siswa. Hal ini sejalan dengan

pendapat Oktaviastuti dan Anggariyani

(2014) dalam penelitiannya yang

menyatakan bahwa metode percobaan

sebagai salah satu cara mengajar yang

efektif untuk memberikan kesempatan

kepada siswa terlibat secara langsung

dalam kegiatan pembelajaran. Melalui

metode ini dapat melatihkan

keterampilan proses sains siswa.

Menurut teori konstruktivisme yang

melandasi metode percobaan, siswa

menciptakan pengetahuan sebagai hasil

dari pemikiran dan interaksi dengan

lingkungan sosial. Teori ini

berpandangan bahwa belajar merupakan

suatu proses, bukan menekankan hasil.

Siswa didorong untuk melakukan

penyelidikan dalam upaya mengembang

rasa ingin tahu secara alami (Sani,

2014).

Hasil Belajar

Tabel 10 menunjukkan bahwa

ketuntasan klasikal mencapai 62,07%

atau 18 siswa yang tuntas dari total 29

siswa dalam kelas. Sedangkan siswa

yang tidak tuntas ada 11 orang atau

37,93%. Tabel 11 menunjukkan bahwa

ketuntasan belajar siswa sudah mencapai

86,21% secara klasikal atau 25 siswa

yang tuntas dari 29 siswa dalam kelas.

Sedangkan siswa yang tidak tuntas

adalah 13,79% atau 4 orang siswa.

Adanya peningkatan hasil belajar

ini menunjukkan adanya kaitan dengan

penggunaan metode pembelajaran yang

dipakai. Walaupun secara perlahan,

siswa mampu berpikir secara runtut dan

menemukan sesuatu dari kegiatan

percobaan. Hasil ini menunjukkan

bahwa metode percobaan dapat

meningkatkan hasil belajar siswa. Hal

ini sesuai dengan hasil penelitian yang

dilakukan oleh Arum (2012)

menyatakan bahwa serangkaian kegiatan

pembelajaran dengan penerapan metode

percobaan dapat membuat siswa aktif

dan mampu memahami konsep fisika

dengan baik sehingga hasil belajar siswa

tinggi. Menurut Syaiful (Poiyo, 2013)

metode percobaan dapat mempengaruhi

hasil belajar karena metode percobaan

lebih mudah digunakan oleh siswa

Page 14: MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS PADA …

Berkala Ilmiah Pendidikan Fisika Vol 5 no.2, Juni 2017

211

karena siswa terlibat langsung pada saat

pembelajaran berlangsung.

SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan

refleksi yang telah dilakukan, maka

dapat disimpulkan bahwa untuk

meningkatkan keterampilan proses sains

siswa dilakukan menggunakan metode

percobaan dengan tahapan-tahapan

sebagai berikut:

1) Tahap 1: pendahuluan, yaitu

memberikan motivasi kepada siswa

agar mereka antusias dalam

mengikuti proses pembelajaran.

2) Tahap 2: kegiatan inti, yaitu

membimbing siswa saat pembuat

pertanyaan penelitian mengenai

percobaan yang akan dilakukan,

membimbing siswa saat

mengidentifikasi variabel dan

mendefinisikan variabel secara

operasional, membimbing siswa saat

melakukan percobaan, membimbing

siswa saat menyimpulkan dan

mengkomunikasikan hasil

percobaan.Tahap inilah yang paling

penting untuk bisa meningkatkan

keterampilan proses sains siswa.

Selain itu, di tahap ini pengajar juga

menjelaskan materi pembelajaran,

yang dapat meningkatkan hasil

belajar kognitif siswa.

3) Tahap 3: penutup, yaitu membimbing

siswa dalam merangkum hasil

pembelajaran yang telah dilakukan.

Berdasarkan analisis dan

pembahasan dapat diuraikan temuan

hasil penelitian sebagai berikut:

1) Keterlaksanaan RPP dengan metode

percobaan telah mencapai kategori

terlaksana sangat baik pada siklus I

maupun siklus II, dengan

persentase keseluruhan sebesar 3,68

untuk siklus I dan tingkat reliabilitas

sebesar 0,64 degan kategori cukup,

serta 3,93 untuk siklus II dengan

reliabilitas tinggi yaitu sebesar 0,91.

2) Keterampilan proses sains siswa

mengalami peningkatan. Pada siklus

I diperoleh hasil rata-rata

keseluruhan yaitu 2,28 dengan

kategori cukup, dan pada siklus II

diperoleh hasil rata-rata keseluruhan

yaitu 3,19 dengan kategori baik.

3) Hasil belajar siswa pada siklus I

diperoleh ketuntasan klasikal sebesar

62,07% atau 18 siswa yang tuntas

dari 29 siswa keseluruhan. Dan pada

siklus II terjadi peningkatan dengan

ketuntasan klasikal 86,21% atau 25

dari 29 siswa yang tuntas, pada

siklus II hasil belajar siswa sudah

memenuhi indikator keberhasilan

yang ditentukan.

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Y. 2014. Desain Sistem

Pembelajaran dalam Konteks

Kurikulum 2013. Bandung: PT.

Refika Aditama.

Page 15: MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS PADA …

Berkala Ilmiah Pendidikan Fisika Vol 5 no.2, Juni 2017

212

Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian

Suatu Pendekatan Pratik.

Yogyakarta: Rineka Cipta.

Arum, dkk. (2012). Penerapan Model

Pembelajaran CLIS (Children

Learning In Science) dengan

Metode Eksperimen dalam

Pembelajaran Fisika di Kelas VIII

SMP. Jurnal Pembelajaran Fisika

(JPF). 1(2).

Elnada, I.W., Mastuang dan Abdul

Salam. (2016). Meningkatkan

Keterampilan Proses Sains

dengan Model Inkuiri Terbimbing

pada Siswa Kelas X Pmia 3 Di

SMAN 3 Banjarmasin. Berkala

Ilmiah Pendidikan Fisika, 4 (3),

284-292.

Hamdayama, J. (2014). Model dan

Metode Pembelajaran Kreatif dan

Berkarakter. Bogor: Ghalia

Indonesia.

Marjan, J. (2014). Pengaruh

Pembelajaran Pendekatan

Saintifik Terhadap Hasil Belajar

Biologi dan Keterampilan Proses

Sains Siswa MA Mu’allimat NW

Pancor Selong Kabupatern

Lombok Timur Nusa Tenggara

Barat. e-Journal Program

Pascasarjana Universitas

Pendidikan Ganesha. Volume 4.

Nur, M. (2011). Modul Keterampilan-

keterampilan Proses Sains.

Surabaya: Universitas Negeri

Surabaya.

Oktaviastuti. R, dkk. (2014).

Implementasi Metode Eksperimen

dalam Pembelajaran Fisika

Sebagai Upaya Melatihkan

Keterampilan Proses Sains Siswa

Kelas XI di SMA Wachid Hasyim

2 Taman Sidoarjo. Jurnal Inovasi

Pendidikan Fisika (JIPF). 3. (1).

Parmono. (2013). Pembelajaran Fisika

dengan Pendekatan CTL Melalui

Metode Eksperimen dan

Demonstrasi Ditinjau dari

Kreativitas dan Gaya Belajar

Siswa. Jurnal Inkuiri. 2(1).

Poiyo, M. (2013). Pengaruh Penerapan

Metode Eksperimen terhadap

Hasil Belajar Siswa pada Materi

Listrik Dinamis. Skripsi, Program

Studi Pendidikan Fisika Jurusan

Fisika, Fakultas Matematika dan

IPA Universitas Negeri

Gorontalo.

Sani, R.A. (2014). Inovasi

Pembelajaran. Jakarta: Bumi

Aksara.

Setiawan, H., M. Arifuddin dan Abdul

Salam. (2016). Meningkatkan

Keterampilan Proses Sains Fisika

Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2

Juai dengan Menggunakan Model

Pembelajaran Inkuiri Terbimbing.

Berkala Ilmiah Pendidikan

Fisika,(4) 1,27-32.

Siska, M. (2013). Peningkatan

Keterampilan Proses Sains Siswa

SMA Melalui Pembelajaran

Praktikum Berbasis Inkuiri pada

Materi Laju Reaksi. Jurnal Riset

& Praktik Pendidikan Kimia.

1(1).

Syarifudin, dkk. (2008). Strategi Belajar

Mengajar. Jakarta: Diadit Media.

Thobrani, M. (2015). Belajar dan

Pembelajaran Teori dan Praktik.

Yogyakarta: Ar Ruzz Media.

Widoyoko, E.P. (2014). Hasil

Pembelajaran di Sekolah.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.