melania monica_f1071131047 tekanan osmosis cairan sel dan portensial air

Upload: melania-monica

Post on 08-Jan-2016

24 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Laporan Anfistum

TRANSCRIPT

LAPORAN PRAKTIKUMANATOMI FISIOLOGI TUMBUHANTEKANAN OSMOSIS CAIRAN SEL DAN POTENSIAL AIRDi susun oleh Nama : Melania MonicaNIM : F1071131047Prodi : Pendidikan BiologiKelompok: 1

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKANPROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGIUNIVERSITAS TANJUNGPURAPONTIANAK2015

AbstractComponents of water potential in plants consisting of osmotic potential (solute) and turgor potential (pressure). With the potential osmosis cell fluid, pure water tends to enter cells caused by dissolved substances. In this process the water diffuses into the vessel containing the solution, while the solution is hindered to diffuse into a pure vessel. Instead turgor potential in the cell resulting in water leaving the cell. The setting can be done if the potential osmosis turgornya potential equal to zero which occurs when cells undergo plasmolysis. The objective of the observation "cell fluid osmotic pressure and water potential" is to calculate the osmotic pressure of cell fluid and measure the potential value of the potato tuber tissues. The method used to measure the osmotic pressure of cell fluid on the leaves Rhoe discolor namely by means of a thin layer of the epidermis slashed purple leaves and soaked in sucrose solution for 30 minutes at different concentrations, including the concentration of 0.26 M; 0.24 M; 0.22 M; 0.20 M; 0.18 M; 0.16 M; and 0.14 M. While the potential value of a network to measure potato tubers (Solanum tuberosum L.) is done by a small cut potatoes with a cork borer tool then soaked in distilled water and sucrose solution for 2 hours with varying concentrations of the sucrose concentration 0 , 1 M; 0.3 M; 0.5 M; and 0.7 M. Based on the observations it can be seen that the event occurs in a cell plasmolysis Rhoe discolor the leaves when the cells are in a state without pressure. The higher the concentration of solutes is given then the water potential also be reduced resulting in weight of potatoes shrink from its initial state.Keywords: Pressure osmosis, water potential, sucrose solution, distilled water, discolor Rhoe, Solanum tuberosum L., Incipient plasmolysis

AbstrakKomponen potensial air pada tumbuhan terdiri atas potensial osmosis (solut) dan potensial turgor (tekanan). Dengan adanya potensial osmosis cairan sel, air murni cenderung memasuki sel yang disebabkan oleh zat-zat terlarut. Pada proses ini air berdifusi ke bejana yang berisi larutan, sedangkan larutan terhalang untuk berdifusi ke bejana murni. Sebaliknya potensial turgor di dalam sel mengakibatkan air meninggalkan sel. Pengaturan potensial osmosis dapat dilakukan jika potensial turgornya sama dengan nol yang terjadi saat sel mengalami plasmolisis. Adapun tujuan dilakukannya pengamatan tekanan osmosis cairan sel dan potensial air ini adalah untuk menghitung tekanan osmosis cairan sel serta mengukur nilai potensial jaringan umbi kentang. Metode yang digunakan untuk mengukur tekanan osmosis cairan sel pada daun Rhoe discolor yakni dengan cara disayat lapisan tipis terhadap epidermis daun yang berwarna ungu dan direndam dalam larutan sukrosa selama 30 menit pada konsentrasi yang berbeda-beda, diantaranya konsentrasi 0,26 M; 0,24 M; 0,22 M; 0,20 M; 0,18 M; 0,16 M; dan 0,14 M. Sedangkan untuk mengukur nilai potensial jaringan umbi kentang (Solanum tuberosum L.) dilakukan dengan cara kentang dipotong kecil dengan alat cork borer kemudian direndam dalam akuades dan larutan sukrosa selama 2 jam dengan konsentrasi yang berbeda-beda yakni konsentrasi sukrosa 0,1 M; 0,3 M; 0,5 M; dan 0,7 M. Berdasarkan hasil pengamatan dapat diketahui bahwa terjadi peristiwa plasmolisis pada sel daun Rhoe discolor yakni apabila sel berada dalam keadaan tanpa tekanan. Semakin tinggi konsentrasi zat terlarut yang diberikan maka potensial air juga menjadi berkurang mengakibatkan berat kentang menyusut dari keadaan awal. Kata kunci :Tekanan osmosis, potensial air, larutan sukrosa, aquades, Rhoe discolor, Solanum tuberosum L., insipien plasmolisis

PENDAHULUANTanpa disadari, dalam kehidupan sehari-hari sering kita jumpai adanya peristiwa osmosis dan difusi. Peristiwa osmosis maupun difusi tersebut dapat pula terjadi pada tumbuhan, yakni pada saat pengangkutan zat hara dan air dari akar ke daun maupun pada saat pengangkutan hasil fotosintesis dari daun ke seluruh bagian tumbuhan yang memerlukan. Proses difusi dan osmosis sangat erat kaitannya dengan pengukuran potensial air pada jaringan tumbuhan. Suatu sel tumbuhan apabila diletakkan pada suatu larutan dengan konsentrasi lebih tinggi daripada konsentrasi yang berada dalam sel maka, air di dalam sel akan keluar menuju larutan yang konsentrasi pelarutnya lebih rendah. Hal ini disebabkan karena sifat dari dinding sel itu sendiri yang permeabel, sehingga ruang antar membran plasma dan dinding sel akan diisi larutan dari luar. Peristiwa ini berlangsung secara terus menerus sampai mencapai titik keseimbangan antara konsentrasi di dalam sel dan di luar sel. Akibatnya, protoplasma akan kehilangan banyak air, sehingga volumenya menyusut hingga akhirnya terlepas dari dinding sel. Peristiwa inilah yang biasa kita disebut dengan plasmolisis. Keadaan di mana sel epidermis terplasmolisis 50 % disebut dengan insipien plamolisis. Akan tetapi, plasmolisis dapat dicegah dengan yang disebut sebagai tekanan osmotik, besarnya tekanan osmotik sama dengan konsentrasi larutannya.Mengingat pentingnya proses osmosis dan potensial air dalam kehidupan tumbuhan, maka dilakukanlah praktikum ini dengan tujuan untuk mengetahui seberapa besar tekanan osmosis cairan sel dan untuk mengetahui pada larutan dengan konsentrasi zat terlarut berapa yang dapat menyebabkan insipient plasmolisis. Selain itu, juga untuk mengetahui seberapa besar potensial jaringan pada suatu tumbuhan terutama pada umbi kentang (Solanum tuberosum L.)Osmosis adalah perpindahan air melalui membran selektif permeabel dari bagian yang lebih encer ke bagian yang lebih pekat. Membran semipermeabel harus dapat ditembus oleh pelarut, tapi tidak oleh zat terlarut, yang mengakibatkan gradien tekanan sepanjang membran. Osmosis merupakan suatu fenomena alami, tapi dapat dihambat secara buatan dengan meningkatkan tekanan pada bagian dengan konsentrasi pekat menjadi melebihi bagian dengan konsentrasi yang lebih encer. Gaya per unit luas yang dibutuhkan untuk mencegah mengalirnya pelarut melalui membran permeabel selektif dan masuk ke larutan dengan konsentrasi yang lebih pekat sebanding dengan tekanan turgor. Tekanan osmotik merupakan sifat koligatif, yang berarti bahwa sifat ini bergantung pada konsentrasi zat terlarut, dan bukan pada sifat zat terlarut itu sendiri (Agrica, 2009).Membran protoplasma dan sifat permeabel deferensiasinya dapat diketahui dari proses plasmolisis. Permeabilitas dinding sel terhadap larutan gula diperlihatkan oleh sel-sel yang terplasmolisis. Apabila ruang bening diantara dinding dengan protoplas diisi udara, maka dibawah mikroskop akan tampak di tepi gelembung yang berwarna kebiru-biruan. Jika isinya air murni maka sel tidak akan mengalami plasmolisis. Molekul gula dapat berdifusi melalui benang-benang protoplasma yang menembus lubang-lubang kecil pada dinding sel. Benang-benang tersebut dikenal dengan sebutan plasmolema, dimana diameternya lebih besar daripada molekul tertentu sehingga molekul gula dapat masuk dengan mudah (Salisbury, 1995).Plasmolisis merupakan contoh kasus transportasi sel secara osmosis dimana terjadi perpindahan larutan dari kepekatan yang rendah ke larutan yang pekat melalui membran semi permeable. Plasmolisis adalah peristiwa lepasnya membran plasma dari dinding sel karena peristiwa osmosis. Peristiwa lepasnya membran sel dari dinding sel (plasmolisis) dapat terjadi jika sel tumbuhan diletakkan di larutan berkonsentrasi (hipertonik), sel tumbuhan akan kehilangan air dan juga tekanan turgor, menyebabkan sel tumbuhan lemah. Tumbuhan dengan sel dalam kondisi seperti ini layu. Kehilangan air lebih banyak akan menyebabkan terjadinya plasmolisis: tekanan terus berkurang sampai di suatu titik di mana protoplasma sel terkelupas dari dinding sel, menyebabkan adanya jarak antara dinding sel dan membrane (Kimball, 1983).Plasmolisis merupakan suatu proses menyusutnya sel tumbuhan dan akan menarik diri dari dinding sel pada saat berada dalam larutan yang hipertonik (Nor et al., 2008).Plasmolisis ini terjadi apabila sel berada dalam keadaan tanpa tekanan. Nilai potensial osmosis sel dapat diketahui dengan menghitung nilai potensial osmosis larutan sukrosa yang isotonik terhadap cairan sel.Potensial air murni pada tekanan atmosfer dan suhu yang sama dengan larutan tersebut sama dengan nol, maka potensial air suatu larutan air pada tekanan atmosfer bernilai negatif (Salisbury dan Ross, 1995).Menurut Tjitrosomo (1987), jika sel dimasukan ke dalam larutan gula, maka arah gerak air neto ditentukan oleh perbedaan nilai potensial air larutan dengan nilainya didalam sel. Jika potensial larutan lebih tinggi, air akan bergerak dari luar ke dalam sel, bila potensial larutan lebih rendah maka yang terjadi sebaliknya, artinya sel akan kehilangan air. Apabila kehilangan air itu cukup besar, maka ada kemungkinan bahwa volum sel akan menurun demikian besarnya sehingga tidak dapat mengisi seluruh ruangan yang dibentuk oleh dinding sel. Membran dan sitoplasma akan terlepas dari dinding sel. Sel daun Rhoe discolor yang dimasukan ke dalam larutan sukrosa mengalami plasmolisis. Semakin tinggi konsentrasi larutan maka semakin banyak sel yang mengalami plasmolisis. Sedangkan komponen potensial air pada tumbuhan terdiri atas potennsial osmosis (solut) dan potensial turgor (tekanan). Dengan adanya potensial osmosis cairan sel, air murni cenderung memasuki sel. Sebaliknya potensial turgor di dalam sel mengakibatkan air meninggalkan sel. Pengaturan potensial osmosis dapat dilakukan jika potensial turgornya sama dengan nol yang terjadi saat sel mengalami plasmolisis. Nilai potensial osmotik dalam tumbuhan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain : tekanan, suhu, adanya partikel-partikel bahan terlarut yang larut di dalamnya, matrik sel, larutan dalam vakuola dan tekanan hidrostatik dalam isi sel. Nilai potensial osmotik akan meningkat jika tekanan yang diberikan juga semakin besar. Suhu berpengaruh terhadap potensial osmotik yaitu semakin tinggi suhunya maka nilai potensial osmotiknya semakin turun (semakin negatif) dan konsentrasi partikel-partikel terlarut semakin tinggi maka nilai potensial osmotiknya semakin rendah (Meyer and Anderson, 1952).Larutan yang di dalamnya terdapat sekumpulan sel dimana 50% berplasmolisis dan 50% disebut plasmolisis insipien. Nilai potensial osmosis sel dapat diketahui dengan menghitung nilai potensial osmosis larutan sukrosa yang isotonik terhadap cairan sel. Keadaan volume vakuola dapat untuk menahan protoplasma agar tetap menempel pada dinding sel sehingga kehilangan sedikit air saja akan berakibat lepasnya protoplasma dari dinding sel ( Stiles, 2006).Potensial osmotik larutan penyebab plasmolisis insipien setara dengan potensial osmotik di dalam sel setelah keseimbangan dengan larutan tercapai (Salisbury and Ross, 1992).Menurut Salisbury dan Ross (1992), potensial air murni pada tekanan atmosfer dan suhu yang sama dengan larutan tersebut sama dengan nol, maka potensial air suatu larutan air pada tekanan atmosfer bernilai negatif.Adanya potensial osmosis cairan sel air murni cenderung untuk memasuki sel, sedangkan potensial turgor yang berada di dalam sel mengakibatkan air untuk cenderung meninggalkan sel. Saat pengaturan potensial osmosis maka potensial turgor harus sama dengan 0. Agar potensial turgor sama dengan 0 maka haruslah terjadi plasmolisis. Bila suatu sel dengan potensial air 0 direndam dalam larutan hipertonis maka akan diketahui karena larutan eksternal memiliki potensial air yang lebih kecil , air akan meninggalkan sel tersebut dengan cara osmosis, sehingga sel tersebut akan mengalami plasmolisis, atau mengkerut dan menjauh dari dinding sel. Bila sel dengan potensial air negatif, direndam dalam larutan air murni, maka air akan masuk kedalam sel dan mengakibatkan sel mengembung dan memberikan dorongan melawan dinding sel yang menghasilkan tekanan turgor. Tekanan osmosis cairan dapat ditentukan dengan cara mencari suatu larutan yang mempunyai tekanan osmosis sama dengan cairan tersebut. Dalam cara ini kita dapat mengambil patokan pada terjadinya peristiwa plasmolisis sel. Dalam keadan insipien plasmolisis tekanan osmosis cairan sel adalah sama dengan tekanan osmosis larutan dalam massa jaringan sel tersebut direndam. Plasmolisis dapat dilihat dibawah mikroskop sebagai suatu percobaan (Lakitan, 2004).Tjitrosomo (1987) mengatakan bahwa sel yang isinya air murni tidak mengalami plasmolisis. Jika suatu sel dimasukan ke dalam air murni, maka struktur sel itu terdapat potensial air yang nilainya tinggi (=0), sedangkan di dalam sel terdapat nilai potensial air yang lebih rendah (negatif). Hal ini menyebabkan air akan bergerak dari luar sel masuk ke dalam sel sampai tercapai keadaan setimbang. Apabila sel dimasukkan ke dalam cairan yang hipotonik, maka air akan masuk ke dalam sel dan protoplasma akan kembali mengembang hal ini disebut deplasmolisis ( Rao and Kaur, 2006).Potensial air () adalah pengaruh gabungan dari faktor konsentrasi zat terlarut dan tekanan yang dialami oleh air. Hal penting dalam potensial yaitu air akan bergerak melewati membran dari larutan dengan potensial air yang tinggi ke larutan dengan potensial air yang lebih rendah. Komponen potensial dalam potensial air mengacu pada energi potensial, yaitu kapasitas untuk melakukan kerja ketika air bergerak dari daerah dengan potensial air yang lebih tinggi ke daerah dengan potensial air lebih rendah (Campbell. dkk, 2002).Potensial air dari suatu air murni pada wadah terbuka ke atmosfer didefinisikan sebagai nol megapascal. Penambahan zat terlarut akan menurunkan potensial air. Karena potensial air telah distandarkan sebagai 0 Mpa untuk air murni, setiap larutan yang berbeda pada tekanan atmosfer kan memiliki potensial air yang negatif sebagai akibat dari kehadiran zat terlarut. Berlawanan dengan hubungan terbalik yang terdapat antara potensial air dengan konsentrasi zat terlarut, potensial air berbanding lurus dengan tekanan, yang berarti peningkatan tekanan akan meningkatkan potensial air (Campbell. dkk, 2002).Dalam sel tumbuhan ada tiga faktor yang menetukan nilai potensial airnya, yaitu matriks sel, larutan dalam vakuola dan tekanan hidrostatik dalam isi sel. Hal ini menyebabkan potensial air dalam sel tumbuhan dapat dibagi menjadi 3 komponen yaitu potensial matriks, potensial osmotik dan potensial tekanan (Wilkins, 1992).Rhoe discolor merupakan tumbuhan yang banyak tumbuh didaerah tropis. Umumnya tanaman ini tumbuh didaerah dingin dan cukup air. Tanaman ini tidak dapat tumbuh didaerah tanah yang jenuh atau tergenang karena batang dan daunnya akan cepat membusuk, dan tanaman ini juga tidak dapat tumbuh didaerah yang kurang air karena daun dan batangnya akan mengerdil ( Fahn, 1991).Tanaman ini juga merupakan tanaman yang mempunyai ciri yaitu dengan bentuk daunya yang memanjang seperti daun jagung, mempunyai warna ungu pada pada permukaan bawah dan warna hijau dipermukaan atas. Pada permukaan atas licin karena terdapat lapisan lilin. Tanaman ini mempunyai akar serabut sehingga termasuk tanaman monocotyledoneae ( Haryadi, 1996).

Adapun tujuan dari praktikum Tekanan osmosis cairan sel dan potensial air ini yaitu untuk menghitung tekanan osmosis cairan sel serta mengukur nilai potensial jaringan umbi kentang. Permasalahan yang ada antara lain bagaimana pengaruh dari konsentrasi larutan sukrosa yang berbeda-beda terhadap jumlah sel daun Rhoe discolor, apa yang menyebabkan berat umbi kentang menyusut, berapakahkonsentrasi larutan sukrosa yang menyebabkan 50% dari jumlah sel yangmengalami plasmolisis, bagaimana kecenderungan bentuk hubungan antara tingkat plasmolisis dengan konsentrasi larutan sukrosa.

METODOLOGIPraktikum Tekanan osmosis cairan sel dan potensial air ini dilaksanakan pada hari Jumat, 08 Mei 2015 pada pukul 12.00 WIB selesai yang bertempat di Laboratorium I biologi FKIP UNTAN. Adapun alat yang digunakan pada praktikum acara tekanan osmosis cairan sel ini yaitu mikroskop, silet, 7 buah tabung reaksi, rak tabung reaksi, pipet tetes, penjepit, objek glass, cover glass, jam untuk melihat lamanya perendaman, dan counter. Digunakan bahan berupa daun Rhoe discolor yang masih segar, larutan sukrosa dengan konsentrasi 0.26 M, 0.24 M, 0.22 M, 0.20 M, 0.18 M, 0.16 M, 0.14 M. Sedangkan untuk acara penetapan potensial air jaringan tumbuhan digunakan alat antara lain cork borer, pisau silet, neraca digital, tissue, cawan petri, stopwatch, serta aqua gelas 5 buah. Bahannya yaitu umbi kentang (Solanum tuberosum L.), aquades, larutan sukrosa dengan konsentrasi 0.1 M, 0.3 M, 0.5 M, dan 0.7 M. Metode kerja yang dilakukan pada acara tekanan osmosis daun Rhoe discolor yakni pertama-tama disiapkan 7 buah tabung reaksi kemudian diisi dengan larutan sukrosa ke dalam tabung kira-kira 1/3 bagian, yang mana pada setiap tabung reaksi tersebut untuk satu konsentrasi (0.26 M, 0.24 M, 0.22 M, 0.20 M, 0.18 M, 0.16 M, 0.14 M). Selanjutnya disayat lapisan tipis epidermis daun Rhoe discolor berwarna ungu dengan menggunakan silet. Sebelum perhitungan dilakukan, diperiksa pada mikroskop terlebih dahulu apakah sayatan yang dilakukan sudah cukup baik untuk diamati. Apabila cukup representatif, sayatan daun tadi lalu dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan dicatat waktu mulai perendamannya. Sayatan dibiarkan terlebih dahulu dalam larutan sukrosa selama 30 menit. Setelah 30 menit, diperiksa sayatan epidermis tadi dari berbagai konsentrasi gula kemudian diambil sayatan daun menggunakan penjepit, diletakkan pada objek glass dan ditutup menggunakan cover glass untuk selanjutnya diamati di bawah mikroskop untuk jumlah sel mula-mula dan jumlah sel akhir dengan bantuan alat counter. Langkah terakhir yakni dicari larutan gula dimana 50 % dari jumlah sel epidermis tadi telah terplasmolisis, dan keadaan seperti itu disebut insipien plasmolisis. Sedangkan metode kerja untuk acara penetapan potensial air jaringan pada umbi kentang (Solanum tuberosum L.) yakni : pertama-tama kentang dipotong berbentuk silindris dengan bantuan cork borer (panjang 4 cm). Kemudian dibagi silindris kentang tadi menjadi 12 bagian yang sama besar, selanjutnya dibilas dengan air dengan cepat, dibuang air bilasan dan dikeringkan dengan tissue dengan cepat pula. Kentang ditimbang dan dicatat hasil pengamatannya, kemudian direndam kentang dalam larutan sukrosa 0,1 M selama 2 jam. Diulangu tahapan tersebut untuk larutan sukrosa 0,3 M ; 0,5 M ; 0,7 M dan aquades. Data dicatat. Untuk menghitung perubahan berat digunakan rumus:% perubahan berat = x 100 %Kemudian dibuat grafik % perubahan selisih pada daun Rhoe discolor dan umbi kentang.

Hasil dan Pembahasan

Tabel 1. Pengamatan pada daun Rhoe discolorNoKonsentrasi larutan sukrosaJumlah sel awalJumlah sel akhirSelisih (%)

10,14 M35116054,41

20,16 M22019710,45

30,18 M29021127,24

40,20 M24916533,73

50,22 M26620323,68

60,24 M28020626,42

70,26 M22315928,7

Tabel 2. Pengamatan pada umbi kentang (Solanum tuberosum L.)NoJenis larutanKonsentrasi(M)Berat awal(gr)Berat akhir(gr)% perubahan

1Aquades-1,261,5019,04

2Sukrosa0,1 M1,421,392,11

3Sukrosa0,3 M1,371,380,72

4Sukrosa0,5 M1,361,0423,52

5Sukrosa0,7 M1,280,9625

Grafik persentase perubahan . .

Praktikum tentang Tekanan osmosis cairan sel dan potensial air digunakan bahan berupa daun Rhoe discolor yang masih segar dengan sayatan tipis bagian lapisan epidermis berwarna ungu untuk dihitung tekanan osmosis cairan sel, dan juga umbi kentang (Solanum tuberosum L.) yang dipotong 4 cm berbentuk silindris menjadi 12 bagian sama besar untuk diukur nilai potensial jaringannya. Konsentrasi larutan sukrosa yang digunakan pada percobaan tekanan osmosis cairan sel ialah 0,26 M; 0,24 M; 0,22 M; 0,20 M; 0,18 M; 0,16 M dan 0,14 M. Sedangkan pada percobaan potensial air umbi kentang antara lain 0,1 M; 0,3 M; 0,5 M; 0,70 M; dan 0,7 M. Gambar tanaman Rhoe discolor dan Solanum tuberosum L.

Berdasarkan hasil pengamatan, diperoleh :Tekanan Osmosis Cairan Sel Pada Daun Rhoe discolorPada sayatan tipis daun Rhoe discolor berwarna ungu dilakukan pengamatan sebanyak 14 kali pengulangan dibawah mikroskop terhadap masing-masing konsentrasi larutan sukrosa yang berbeda-beda (0,26 M; 0,24 M; 0,22 M; 0,20 M; 0,18 M; 0,16 M dan 0,14 M). Untuk setiap pengamatan dihitung jumlah sel mula-mula dan jumlah sel akhirnya yang dihitung selisih menggunakan rumus : Selisih= x 100 %Pada konsentrasi larutan sukrosa 0,14 M diperoleh jumlah sel mula-mula adalah 351 sedangkan jumlah sel akhirnya yaitu 160, dengan selisih sebesar 54,41 %. Untuk konsentrasi larutan sukrosa 0,16 M diperoleh jumlah sel mula-mula adalah 220 sedangkan jumlah sel akhirnya yaitu 197, dengan selisih sebesar 10,45 %. Konsentrasi larutan sukrosa 0,18 M diperoleh jumlah sel mula-mula adalah 290 sedangkan jumlah sel akhirnya yaitu 211, dengan selisih 27, 24 %. Sedangkan, untuk konsentrasi larutan sukrosa 0,20 M diperoleh jumlah sel mula-mula adalah 249 dan jumlah sel akhirnya yaitu 165, dengan selisih sebesar 33,73 %. Konsentrasi larutan sukrosa 0,22 M diperoleh jumlah sel mula-mula adalah 266, jumlah sel akhirnya yaitu 203 dengan selisih sebesar 23,68 %. Pada Konsentrasi larutan sukrosa 0,24 M diperoleh jumlah sel mula-mula 280, jumlah sel akhirnya yaitu 206 dengan selisih sebesar 26,42 %. Terakhir yaitu konsentrasi larutan sukrosa 0,26 M diperoleh jumlah sel mula-mula 223, jumlah sel akhirnya 159 dengan selisih sebesar 28,7 %. Berdasarkan data tersebut, praktikan tidak mendapatkan adanya peristiwa insipien plasmolisis terhadap daun Rhoe discolor yang direndam dengan larutan sukrosa pada semua konsentrasi. Dimana ke semua perlakuan konsentrasi tidak ada yang menunjukkan persentase sel terplasmolisis sebesar 50 %. Namun, bila dilihat dari data tersebut, untuk semua konsentrasi jumlah sel akhirnya lebih rendah dibandingkan dengan jumlah sel mula-mula yang berarti telah terjadi plasmolisis. Hanya saja tidak bisa dibuktikan adanya peristiwa insipien plasmolisis. Hal ini mungkin disebabkan karena kurang telitinya praktikan pada saat menghitung jumlah sel dibawah pengamatan mikroskop yang dapat memengaruhinya yang didasari oleh tebalnya sayatan epidermis permukaan bawah daun Rhoe discolor menyebabkan praktikan kesulitan untuk mengamati sel-sel yang terplasmolisis sehingga tampak menumpuk jika di amati. Hanya pada konsentrasi 0,14 M saja yang paling mendekati 50 % yakni dengan selisih 54,41 %. Insipien plasmolisis itu sendiri ialah larutan yang di dalamnya terdapat sekumpulan sel dimana 50% telah berplasmolisis, yang mana potensial osmotik sel sama dengan potensial osmotik larutan yang digunakan (Stiles, 2006). Dalam keadaan insipien plasmolisis, tekanan osmosis cairan sel = tekanan osmosis larutan dalam masa jaringan sel tersebut saat direndam. Pada hasil pengamatan setelah direndam selama 30 menit di dalam larutan sukrosa dengan konsentrasi tertentu, menunjukkan adanya pengurangan jumlah sel yang berwarna ungu dari jumlah awalnya. Haliniterjadikarenasaat direndam dengan larutan sukrosa, membran sel banyak yang terlepas dari dinding sel. Terlepasnya sel-sel ini dikarenakan konsentrasi larutan sukrosa di luar dinding sel lebih tinggi dari konsentrasi di dalam dinding sel. Dengan konsentrasi larutan sukrosa yang tinggi berarti larutan tersebut memiliki potensial air yang rendah, maka sel akan bergerak keluar dari potensial air yang lebih tinggi didalam dinding sel menuju potensial air yang lebih tinggi diluar dinding sel. Maka terlihatlah adanya pengurangan jumlah sel di dalam dinding sel.Pada peristiwa plasmolisis ini terjadi perpindahan larutan dari kepekatan yang rendah ke larutan yang pekat melalui membran semi permeable, dapat terjadi jika sel tumbuhan diletakkan di larutan berkonsentrasi (hipertonik) sehingga sel tumbuhan akan kehilangan air dan juga tekanan turgor yang menyebabkan sel tumbuhan lemah (Kimball, 1983). Larutan sukrosa disini berfungsi sebagai larutan yang isotonik terhadap cairan sel. Menurut Tjitrosomo (1987) jika sel dimasukan ke dalam larutan gula, maka arah gerak air neto ditentukan oleh perbedaan nilai potensial air larutan dengan nilainya didalam sel. Jika potensial larutan lebih tinggi, air akan bergerak dari luar ke dalam sel, bila potensial larutan lebih rendah maka yang terjadi sebaliknya, artinya sel akan kehilangan air. Apabila kehilangan air itu cukup besar, maka ada kemungkinan bahwa volum sel akan menurun demikian besarnya sehingga tidak dapat mengisi seluruh ruangan yang dibentuk oleh dinding sel. Membran dan sitoplasma akan terlepas dari dinding sel. Sel dari daun Rhoe discolor yang dimasukan ke dalam larutan sukrosa dapat mengalami plasmolisis karena apabila semakin tinggi konsentrasi larutan sukrosa yang digunakan maka semakin banyak pula sel yang terplasmolisis. Potensial air yang ada di dalam sel lebih besar dari pada potensial air yang ada di luar sel. Oleh karena potensial air berbanding lurus dengan potensial osmosis, maka potensial osmosis yang ada di dalam sel juga lebih besar dari pada potensial osmosis yang ada di luar sel. Hal inilah yang menyebabkan berpindahnya molekul air di dalam sel menuju ke luar sel yang dalam praktikum kali ini molekul air berpindah dari sel epidermis Rhoe discolor menuju ke larutan sukrosa, sehingga menyebabkan protoplas sel epidermis kehilangan air, menyusut volumenya (sel menjadi mengerut) dan akhirnya terlepas dari dinding sel, peristiwa yang terjadi pada sel epidermis Rhoe discolor yang disebut dengan Plasmolisis.

Potensial Air Jaringan pada Umbi KentangPada pengamatan ini, umbi kentang diberi perlakuan yang berbeda yakni diantaranya : di rendam pada aquades, dan pada larutan sukrosa 0,1 M; 0,3 M; 0,5 M; serta 0,7 M selama 2 jam. Pada perlakuan direndam aquades, berdasarkan hasil pengamatan tampak bahwa terjadinya perubahan berat pada kentang, kentang mulanya memiliki berat 1,26 gr namun setelah direndam selama 2 jam dengan aquades, berat akhir kentang menjadi 150 gr. Perubahan berat tersebut mencapai 19,04 %. Beda halnya dengan keadaan kentang yang direndam dalam larutan sukrosa pada konsentrasi berbeda. Dengan konsentrasi larutan sukrosa 0,1 M, yang awalnya kentang memiliki berat 1,42 gr setelah direndam berubah menjadi 1,39 gr dengan perubahan berat 2,11 %. Selanjutnya pada kentang dalam larutan sukrosa 0,3 M berat awal ialah 1,37 gr dengan berat akhirnya 1,38 gr sehingga terjadi perubahan berat 0,72 %. Kentang pada konsentrasi sukrosa 0,5 M, memiliki berat awal 1,36 gr setelah direndam beratnya menjadi 1,04 gr , perubahan berat yang terjadi adalah 23,53 %. Terakhir yakni , pada konsentrasi sukrosa 0,7 M , berat awal yang kentang yakni 1,28 gr dan berat akhir 0,96 gr, dengan perubahan berat kentang sebesar 25 %. Adapun potensial diluar sel pada kentang yang direndam dengan akuades lebih besar di banding dengan di kentang. Adanya potensial osmosis cairan sel air murni cenderung untuk memasuki sel, sedangkan potensial turgor yang berada di dalam sel mengakibatkan air untuk cenderung meninggalkan sel. Saat pengaturan potensial osmosis maka potensial turgor harus sama dengan 0. Agar potensial turgor sama dengan 0 maka haruslah terjadi plasmolisis. Bila suatu sel dengan potensial air 0 direndam dalam larutan hipertonis maka akan diketahui karena larutan eksternal memiliki potensial air yang lebih kecil , air akan meninggalkan sel tersebut dengan cara osmosis, sehingga sel tersebut akan mengalami plasmolisis, atau mengkerut dan menjauh dari dinding sel. Bila sel dengan potensial air negatif, direndam dalam larutan air murni, maka air akan masuk kedalam sel dan mengakibatkan sel mengembung sehingga memberikan dorongan melawan dinding sel yang menghasilkan tekanan turgor. Sedangkan kentang yang direndam dengan larutan sukrosa memiliki berat setelah direndam menjadi semakin ringan, hal ini karena semakin tinggi konsentrasi larutan sukrosa yang digunakan untuk merendam kentang maka semakin rendah pula persentase perubahan berat pada kentang. Karena semakin tinggi konsentrasi suatu larutan maka semakin rendah potensial air suatu larutan tersebut. Dengan potensial air pada larutan yang lebih rendah ini maka cairan yang ada pada kentang akan keluar dari dalam silinder kentang yang memiliki potensial lebih tinggi menuju larutan ( luar silinder kentang) dengan potensial air yang lebih rendah. Namun, apabila suatu larutan tidak menghasilkan perubahan berat, maka larutan tersebut memiliki nilai potensial air yang sebanding dengan potensial air jaringan silinder kentang, hal ini karena sudah tidak ada lagi pergerakan cairan yang disebabkan samanya potensial air antara larutan dan silinder kentang. Larutan sukrosa yang ada di dalam silinder keluar ke dalam lingkungan kentang melalui osmosis. Keluarnya air dari sel kentang selama waktu perendaman menyebabkan sel-sel kentang berkerut karena kekurangan air. Hal ini yeng menyebabkan berat akhir sel kentang menjadi rendah, konsentrasi larutan sukrosa yang ada diluar menarik air yang ada di dalam sel kentang yang lebih banyak. Tidak terjadinya perubahanberat irisan kentang pada suatu konsentrasi menandakan bahwa nilai potensial solute (s) sebanding dengan potensial air (w) jaringan.Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa air bergerak dari potensial air tinggi ke potensial air yang rendah. Hubungan antara tingkat plasmolisis dengan larutan sukrosa cenderung berbanding lurus. Dalam hal ini, semakin tinggi tingkat konsentrasinya, artinya semakin pekat konsentrasi larutan sukrosa yang diberikan pada sayatan epidermis Rhoe discolor maka semakin banyak pula sel epidermis yang terplasmolisis.

KESIMPULANBerdasarkan pengamatan yang telah dilakukan, menunjukkan bahwa jika semakin tinggi konsentrasi sukrosa yang diberikan pada suatu larutan, maka persentase plasmolisis pada daun Rhoe discolor menjadi semakin tinggi. Akibatnya, sel menjadi keriput. Sedangkan pada kentang yang direndam pada aquades (konsentrasi nol) berat akhir kentang menjadi lebih besar dari berat kentang sebelum direndam. Hal ini karenakan, potensial diluar sel ( akuades ) lebih besar di banding dengan kentang. Sehingga air masuk kedalam sel kentang. Beda halnya dengan kentang yang direndam dengan larutan sukrosa, setelah direndam kentang memiliki berat yang semakin ringan, hal ini karena semakin tinggi konsentrasi larutan sukrosa yang digunakan untuk merendam kentang maka semakin rendah pula persentase perubahan berat pada kentang. Sehingga air keluar dari kentang dan mengakibatkan sel mengalami plasmolisis atau pengkerutan sel. Hubungan antara tingkat plasmolisis dengan larutan sukrosa cenderung berbanding lurus.

DAFTAR PUSTAKAAgrica. 2009. Osmosi dan Imbibisi. http://agrica.wordpress.com/2009/01/03/difusi-osmosis-dan-imbibisi/. (Diakses pada tanggal 14 Mei 2015).Campbell, Neil A.,dkk. 2002. Biologi Jilid II Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga.Fahn, A. 1991.Anatomi Tumbuhan Edisi Ketiga. Yogyakarta : Gajah Mada Universitas Press.Haryadi, Sri Setyadi. 1996. Pengantar Agronomi.Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.Kimball, dkk. 1993. Biologi. Jakarta : Erlangga.Lakitan,Benjamin. 2004 . Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan . Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.Meyer, B.S and Anderson, D.B. 1952. Plant Physiology. New York : D Van Nostrand Company Inc.Nor, M.H., Wahida, A., Quek, Y.H., Chou, Y.T., and Kee, B.S. 2008. Focus Super Hot SPM Biology. Malaysia : Chee Leong Press.Rao, D.K. and J.J. Kaur. 2006. Living Science Biology. Ratna Sagar P. India.Salisbury, F. B. & Ross, C. W. 1992. Plant Physiology. Wadswovth Publishing co, California.Salisbury, F. B. dan Cleon.W.Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid 1. Bandung: ITB. Tjitrosomo.1987. Botani Umum 2. Bandung : Penerbit Angkasa.Wikins, M. B.1992. Fisiologi Tumbuhan. Jakarta : Bumi Aksara.

LAMPIRAN PERHITUNGAN . . . Perhitungan Tekanan Osmosis Cairan Sel Daun Rhoe discolor

X 100%

1. 0,14 M=

2. 0,16 M

3. 0,18 M

4. 0,20 M

5. 0,22 M

6. 0,24 M

7. 0,26 M

Perhitungan Nilai Potensial Jaringan Umbi Kentang

X 100%

1. Aquades=19,04

2. Sukrosa 0,1 M=

3. Sukrosa 0,3 M= 0,72

4. Sukrosa 0,5 M=

5. Sukrosa 0,7 M=