mcs point of view - sun zi

Upload: el-capone

Post on 06-Mar-2016

214 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Management Constrol System Assignment University of Surabaya

TRANSCRIPT

Management Control System Point of View Sun ZiKelompok 10Kelas Paralel ANama Anggota:Fernando Alexander3133014Mey Li

3133022Yessica

3133064Arief Kalisda

3133087Caroline Sutanto

3133210FAKULTAS BISNIS DAN EKONOMIKASEMESTER GASAL 2015-2016

RINGKASAN MATERI

The most successful business know that developing talent is their top priority (Fortune). Manusia adalah aspek sekaligus aset terpenting dalam sebuah organisasi. Mereka adalah pelaku yang menentukan sukses tidaknya organisasi. Sebagai elemen penentu, manusia juga merupakan elemen yang paling sulit untuk dikendalikan. Ada tiga golongan masalah pada kinerja manusia dalam organisasi yang terdiri dari tidak tahu, tidak mau, dan tidak mampu. Tidak tahu adalah kurangnya pemahaman atau pengetahuan atas tanggung jawab dan wewenang bawahan dalam pekerjaan, sehingga bawahan sulit memahami dan mengerti kemauan pihak manajemen. Tidak mau adalah masalah motivasi, dimana keinginan dan visi serta misi dari bawahan tidak sesuai dengan tujuan dari organisasi. Tidak mampu adalah kondisi dimana ketidaksesuaian perilaku bawahan dengan tujuan organisasi disebabkan kurangnya kemampuan, keahlian, atau kompetensi seseorang. Sistem Pengendalian Manajemen adalah bagaimana perusahaan memperlakukan bawahan secara efektif untuk mengendalikan perilaku bawahan agar sesuai dengan tujuan organisasi (Efferin & Soeherman, 2010). Pengendalian yang dirancang oleh manajemen harus selaras dengan strategi yang disusun oleh organisasi, bukan perangkat yang berdiri sendiri. Sebaik apapun strategi bisnis sebuah organisasi, jika tidak didukung sistem pengendalian manajemen yang selaras, maka organisasi tersebut tidak akan sanggup mencapai tujuannya. Ada tiga jenis pengendalian yang bersifat saling melengkapi, yaitu pengendalian hasil, proses dan budaya. Pengendalian hasil adalah pengendalian yang berfokus pada output yang ingin dicapai. Pengendalian proses adalah pengendalian yang berfokus pada metode yang digunakan. Pengendalian budaya berfokus pada penciptaan budaya organisasi yang baik agar perilaku bawahan konsisten dengan tujuan organisasi.Sistem Pengendalian Manajemen dapat ditinjau dari berbagai sudut pandang. Salah satunya adalah dengan sudut pandang seni perang Sun Tzu. Sun Tzu adalah sebuah seni alam berperang. Perang dan dunia bisnis memiliki kesamaan dalam beberapa aspek sehingga dapat dimetaforakan. Dalam perang, apabila pasukan gagal melakukan perencanaan maka akan menghilangkan banyak nyawa, peralatan dan kekalahan dalam perang, maka bila dalam bisnis akan menjatuhkan berbagi sektor ekonomi. Dalam dunia bisnis akan selalu ada kecurigan, tanpa ampun dan memukul competitor dalam rutinitasnya. Maka dari itu dalam filosofi China mengatakan The business world is like battlefieldSun Tzu menjadi dikenal karena kisahnya mengenai training perang terhadap 180 selir kerajaan. Saat itu, Sun Tzu membagi mereka dalam 2 kelompok besar dan memilih dua orang selir favorit raja sebagai komandan. Sun Tzu lalu memberikan perintah kepada 180 selir untuk menaati sinyal dari bunyi drum. Pertama kali drum dibunyikan mereka semua hanya tertawa dan tidak melakukan perintah. Sun Tzu berpikir mungkin ada kesalahan dalam pemberian instruksi kepada mereka. Sun Tzu pun mengulangi instruksi tersebut. Setelah itu, kedua kali drum dibunyikan mereka tetap tidak mengikutinya akhirnya Sun Tzu menyimpulkan bila perintah sudah diberikan dan diulang lalu tetap tidak dijalankan maka yang salah adalah mereka yang berada di lapangan. Akhirnya kedua komandan itu di eksekusi dan digantikan oleh komandan baru. Akhirnya mereka mengikuti perintah. Setelah itu, raja pun percaya terhadap Sun Tzu. Menurut Sun Tzu:Know your enemy, know yourself and your victory will not be threatened. Know the terrain, know the weather and your victory will be complete.Sun Tzu menggunakan cara berpikir yang multidimensi dalam setiap penyusunan strategi. Strategi yang baik harus dilandasi dengan cara berpikir yang filosofis, bukan hanya sudut pandang yang berdimensi tunggal. Strategi yang multidimensi juga harus dikendalikan secara multidimensi. Sistem Pengendalian Manajemen yang ditinjau dari perspektif seni perang Sun Tzu diharapkan akan menghasikan sebuah sistem pengendalian yang filosofis.Dilihat dari sudut pandang seni perang Sun Tzu, ada paradigma yang multidimensi dalam menyusun suatu strategi. Dimensi tersebut yaitu tao/pengaruh moral, iklim, medan, komando/kepemimpinan, dan regulasi. Pengaruh moral adalah apa yang membuat pikiran pasukan selaras dengan pemimpin sehingga pemimpin bisa mengendalikan bawahan secara total. Iklim adalah faktor yang tidak dapat dikendalikan berupa cuaca, temperatur, dan musim pada sebuah wilayah. Medan meliputi situasi tempat kita berada, seperti kondisi jalan, titik vital dan lain lain. Komando adalah kebijaksanaan, integritas, rasa kemanusiaan, keberanian dan disiplin seorang pemimpin. Regulasi adalah struktur organisasi, rantai komando, saluran komunikasi dan doktrin pasukan. Regulasi yang baik membuat pasukan lebih tertib dan efektif dalam setiap pertempuran.Selain 5 dimensi tersebut, terdapat beberapa persyaratan yang lain yaitu 1. KekuatanPerusahaan harus mengerti sumber-sumber kekuatannya dengan seksama.2. Pelatihan Kekuatan bala tentara tidak hanya ditentukan dari jumlahnya, tetapi mereka yang bisa memanfaatkan situasi.Jadi, menjalankan strategi secara efektif sangat penting.3. Disiplin (Reward and Punisnment)Jangan menghukum mereka bila ketaatan dan loyalitas karyawan belum terbentuk. Semua peraturan harus sama rata di semua tingkatan maka semua akan patuh karena akan ada saling percaya antara komandan dan bawahan.

Dimensi dan syarat tersebut menunjukkan seni perang Sun Tzu menggunakan pertimbangan berbagai aspek yang holistik. Dimensi yang menjiwai seni perang tersebut adalah:1. Wawasan mikro-makroSeni perang Sun Tzu memperhatikan kondisi organisasi dan kondisi lingkungan makro dimana pasukan, atau dalam konteks ini organisasi, berada.2. Aspek controllable dan uncontrollableSeni perang Sun Tzu memperhatikan faktor yang dapat dikendalikan maupun tidak dapat dikendalikan dari sebuah organisasi.3. Komponen manusia dan nonmanusiaKesuksesan ditentukan ketika kita berhasil mengelola sumber daya baik sumber daya manusia maupun sumber daya nonmanusia.4. Kekuatan statis dan dinamisOrganisasi harus memahami hal-hal yang bisa dipersiapkan sejak awal dan juga memahami hal-hal yang harus direspon secara spontan 5. Aset berwujud dan tidak berwujudOrganisasi harus mendayagunakan segala sesuatu untuk kepentingan dalam menghadapi musuh baik bawahan hingga kompetitor. Mengalahkan musuh berarti manajer harus memenangkan bawahan yang bermasalah menjadi aset luar biasa.Dengan sudut pandang seni perang Sun Tzu, penyusunan strategi bersifat holistik dan multidimensi. Oleh karena itu, sistem pengendalian dari strategi tersebut juga harus bersifat multidimensi dan menyeluruh. Ketiga bentuk pengendalian yang saling melengkapi seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, yaitu pengendalian hasil, proses dan budaya, haruslah mempertimbangkan berbagai faktor yang ada dalam strategi itu sendiri. Sudut pandang Sun Tzu juga akan digunakan di dalam meninjau bentuk pengendalian yang ada. Setelah memiliki strategi, perusahaan akan menciptakan sebuah sistem pengendalian. Translating strategy into action as everyone and everyday job yang artinya, sebuah organisasi harus mampu menerjemahkan strategi yang sifatnya masih luas menjadi tujuan yang teraplikasi untuk seluruh tingkat manajemen. Dalam penerapan strategi, sebuah organisasi harus mampu menjabarkan tujuan-tujuannya, setiap tujuan kemudian diturunkan menjadi sebuah target yang spesifik yang wajib ditindaklanjuti dengan proses kendali yang jelas. Target-target yang ditetapkan oleh perusahaan perlu dibandingkan dengan hasil dari pengukuran kinerja perusahaan (aktualisasi), sehingga atas perbandingan antara target dengan aktualisasinya akan terdapat penghargaan (reward) dan hukuman (punishment). Pengendalian hasil merupakan bentuk pengendalian yang berorientasi pada hasil. Terlepas dari bagaimana prosesnya, yang penting hasil yang diharapkan tercapai. Implementasi pengendalian hasil melibatkan 3 tahap utama yaitu:1. Mendefinisikan dimensi kinerja.Mendefinisikan dimensi kinerja merupakan tahapan yang paling kritis dan berkaitan erat dengan pertimbangan tujuan dan strategi organisasi. Penentuan dimensi kerja harus dilakukan dengan cermat. Kesalahan dalam penentuan ini juga akan berdampak pada tahap-tahap implementasi berikutnya yang pada akhirnya akan membengkakkan biaya pengendalian.2. Menentukan ukuran dan target kinerja.Terdapat 2 jenis ukuran untuk pihak manajemen dalam menentukkan ukuran-ukuran yang paling tepat bagi objek kendali yaitu dalam unit (manajemen tingkat tengah atau bawah) dan dalam nilai finansial (Manajemen tingkat atas). Untuk mengembangkan ukuran kinerja, sering kali pebisnis memanfaatkan KPI (Key Performance Indicator). KPI merupakan ukuran yang didefinisikan untuk memastikan kinerja organisasi selalu selaras dengan tujuan strategis, rencana, inisiatif atau proses bisnis kunci.3. Mengevaluasi dan menyediakan penghargaan atau hukuman.Pada akhir periode, pihak pusat cukup melakukan perbandingan antara target yang sudah ditetapkan dengan realisasi atau aktualisasi dari setiap anak perusahaan ataupun devisi di sebuah perusahaan. Dengan mengevaluasi analisis varians dari setiap anak perusahaan ataupun divisi maka pihak pusat dapat memberikan keputusan apakah memberikan reward atau punishment (R&P) pada anak perusahaan ataupun devisinya.Pengendalian hasil tidak dapat berdiri sendiri, sehingga pengendalian hasil akan efektif jika didukung dengan pengendalian lainnya yang umumnya disebut aplikasi multiple forms of control.Pengendalian manajemen memungkinkan atasan dan bawahan memiliki kesamaan perspektif dan memahami visi, misi, tujuan dan sasaran organisasi dengan baik sehingga memiliki kesamaan strategi untuk menghadapi masalah yang terjadi. Pengendalian proses penting untuk memastikan strategi terlaksana dengan baik. Sehingga perusahaan bisa menentukan strategi yang tepat disesuaikan dengan situasi dan kondisi pada saat itu.Kedisiplinan merupakan dasar untuk segala aturan dan prosedur yang dibuat dapat ditepati. Untuk membangun kedisiplinan tidaklah mudah. Sebelum pemimpin dapat mengajarkan kedisiplinan bagi bawahannya, pemimpin harus bisa untuk mendisiplinkan dirinya terlebih dahulu. Sehingga jika semua pihak dalam organisasi memiliki disiplin yang tinggi, maka semua tindakan yang harus dilakukan dapat terlaksana dengan baik. Prinsip-prinsip pengendalian proses1. Sistem Komando dan Pemisahan FungsiDalam perusahaan dapat dilakukan beberapa aktivitas yang dapat mengendalikan proses, yaitu job description, pertanggungjawaban, pendelegasian wewenang, Standard Operating Procedures (SOP) dan monitoring. Aktivitas tersebut dilakukan untuk mengatur posisi dan membatasi kegiatan karyawan. 2.Prosedur yang AdaptifProsedur merupakan bentuk kendali langsung karena dengan tata cara atau panduan tahap-tahapan, yang akan membuat aktivitas seseorang akan diatur. Meski prosedur yang dibuat secara matang, prosedur tetap harus siap beradaptasi merespon perubahan diluar prediksi. 3. Preaction ReviewSebelum pelaksanaan aktivitas hendaknya perusahaan melakukan kontrol ulang sekali lagi untuk memastikan pelaksanaan tersebut terhindar dari banyak penyimpangan. Biasanya dalam perusahaan akan melakukan briefing terlebih dahulu sebelum mulainya operasional perusahaan, guna menghindari terjadinya kesalahan. 4. Prinsip Sekuritas dan KerahasiaanDalam era bisnis sekarang, keamanan lebih sering diterapkan ke perlindungan perangkat fisik seperti adanya penggunaan password pada komputer perusahaan. Kerahasiaan juga perlu diperhatikan, pemimpin harus bisa memilah informasi untuk dirinya sendiri maupun untuk bawahannya, agar informasi yang ada tidak jatuh ketangan yang salah.5. Imbalan dan HukumanPengendalian proses juga membutuhkan imbalan dan hukuman sebagai simbol apresiasi terhadap kinerja bawahan. Penegakan disiplin juga dibutuhkan untuk memberikan pemahaman tentang keterkaitan tindakan, ketentuan dan konsekuensi dari tindakan tersebut. Prasyarat yang harus dipenuhi dalam melakukan pengendalian proses adalah:1. Atasan memiliki pemahaman yang baik atas proses/tindakan yang diharapkan2. Atasan mengetahui bahwa proses/tindakan yang diharapkan mungkin untuk dilaksanakan.3. Jenis pekerjaan yang hendak dikendalikan memiliki pola/urutan tertentu yang berulang-ulang agar dapat terselesaikan dengan baik.Pembatasan dan pengaturan setiap detail aktivitas tentunya akan meniadakan aspek kebebasan berkreasi dan intuisi para pelaksana. Hal ini merupakan keterbatasan pengendalian proses. Pengendalian proses tidak cocok untuk jenis pekerjaan yang dinamis dan membutuhkan kreativitas dan inovasi tingkat tinggi. Dengan adanya kelemahan dari pengendalian proses, maka pengendalian proses perlu untuk bersinergi dengan pengendalian lain, seperti pengendalian hasil untuk dapat melakukan proses pengendalian dalam perusahaan.Pemimpin memiliki peran yang paling penting dalam membentuk sebuah budaya, tetapi sebelum pemimpin menentukkan budaya apa yang diinginkan, haruslah seorang pemimpin perlu memahami tao organisasinya terlebih dahulu. Tao merupakan jalan/sumber moralitas dalam organisasi yang diwujudkan dalam bentuk kearifan/kebijaksanaan dalam mengatasi persoalan yang ada. Untuk memahami tao lebih mendalam seorang pemimpin harus mempelajari pengalaman dan akumulasi pengetahuan pada sebuah kelompok kecil yang dapat ditransfer ke kelompok lain yang lebih besar. Setelah tao telah dipahami, maka pemimpin dapat mengindentifikasikan budaya organisasi apa yang cocok dan diperkuat.

Budaya organisasi dapat diartikan sebagai seperangkat nilai, norma, keyakinan, asumsi dan kebiasaan yang berlaku di sebuah organisasi, dipelihara, dimodifikasi, dan diwariskan dari orang-orang lama ke orang-orang baru. Manfaat dari memahami Tao adalah memungkinkan seorang pemimpin untuk mempersatukan hati dan pikiran bawahannya sehingga organisasi semakin efektif dalam mencapai tujuan dan melaksanakan strategi yang telah digariskan.Berikut adalah metode untuk menciptakan pengendalian budaya1.Birokrasi FormalMenciptakan pengendalian budaya dalam jangka panjang. Beberapa manifestasi dari birokrasi formal dalam hal ini, antara lain: seleksi penerimaan karyawan dan aturan kekaryawanan beserta sistem R&P. Jika sebuah organisasi ingin mendapatkan kualitas SDM yang baik (kreatif, patuh terhadap atasan, dan memiliki etika yang baik) maka organisasi tersebut harus memiliki standar seleksi penerimaan karyawan yang sesuai, dan setelah karyawan tersebut bekerja maka perlu adanya aturan untuk mengendalikan karyawan tersebut yang didukung dengan pemberian reward atau punishment yang menjadi salah satu alat birokrasi formal. Dan dalam pemberian R&P haruslah ada keadilan jangan sampai ada diskriminasi terhadap manajemen tingkat rendah.2.Pendekatan PribadiPemimpin harus memiliki keseimbangan antara hati dan pikiran. Aspek hati merujuk pada perasaan atau emosi yang terlibat untuk memenangkan hati bawahan dalam rangka mendapatkan kesetiaan, kebangaan dan dukungan moral. Perasaan atau ikatan emosional yang terlibat antara pemimpin dan bawahannya merupakan pengikat hubungan yang membuat hubungan kerja lebih dari sekedar hubungan transaksional antara pembeli dan penyedia jasa. 3.Pelatihan KhususPelatihan yang dilakukan oleh sebuah organisasi terhadap karyawannya yang tidak hanya berkaitan dengan keterampilan, melainkan pengetahuan dan mental karyawan.4.Simbol Fisik dan Non-FisikSeorang pemimpin tidak dapat berada di sisi karyawan setiap saat untuk mengingatkan mengenai budaya organisasi. Sehingga Pemimpin perlu menggunakan simbol organisasi baik fisik maupun non-fisik untuk mengingatkan karyawan mengenai nilai-nilai yang dianut oleh organisasi dan budaya organisasi.5.Metode-metode lainnyaMetode-metode yang dilakukan oleh perusahaan untuk membentuk budaya organisasi yang diinginkan, yang didalamnya termasuk: teladan keseharian seorang pemimpin, rotas/mutasi karyawan dengan tujuan orientasi diri, pembuatan buku saku kode etik beserta penetapan mekanisme penegakkan etika dalam organisasi, dan sebagainya.Dalam pengendalian budaya tidak memerlukan persyaratan tertentu, melainkan persayatan yang merupakan keberadaan sebuah organisasi yang kuat, yaitu ada ikatan emosional yang cukup tinggi diantara para anggota organisasi. Jika ikatan emosional antar anggota sudah menguat makan lebih mudah untuk organisasi untuk menanamkan budaya yang baik, sehingga pengendalian dapat dilakukan melalui budaya organisasi tersebut.

Selain bentuk-bentuk pengendalian yang sudah disebutkan di atas, faktor pemimpin juga merupakan unsur penting dalam sebuah sistem pengendalian. Mempersatukan orang-orang yang berkompeten dan memiliki kompetensi untuk berkembang dalam perusahaan tidaklah mudah. Dibutuhkan keahlian untuk mengendalikan orang yang memiliki potensi. Dengan kata lain, figur pemimpin adalah pusat dari efektivitas pengendalian manajemen. Pemimpin adalah orang yang memiliki pengaruh terbesar dalam menggerakkan anggotanya untuk fokus pada visi yang sama. Kondisi kerja dalam sebuah organisasi akan mencerminkan model kepemimpinan yang ada. Kualitas kepemimpinan yang tertinggi adalah saat yang dipimpin tidak menyadari bahwa yang dipimpin sedang dikendalikan.Menurut Sun Tzu, seorang pemimipin wajib memenangkan hati dan pikiran dari seluruh bawahannya. Hati menunjuk pada perasaan dan emosi dari bawahan. Pikiran menunjuk pada rasionalitas yang terlibat. Dalam membuat strategi, bawahan perlu menggunakan pikiran. Sedangkan dalam implementasi rencana, pemimpin perlu mengedepankan hati. Seorang pemimpin yang efektif memiliki beberapa karakteristik. a. Wisdom (Kebijaksanaan). Pemimpin memiliki kebijaksanaan untuk mempertimbangkan dan memprediksi segala situasi dan bertindak hati-hatib. Sincerity (Ketulusan). Pemimpin memiliki kepercayaan terhadap bawahanc. Benevolence (Kebajikan) Pemimpin memiliki cinta dan simpati pada yang lain serta mengapresiasi semua orangd. Courage (Keberanian) Pemimpin memiliki keberanian, tidak ragu, dalam mengambil keputusan dan punya kemampuan mendapatkan kemenangan dengan memanfaatkan semua peluang tanpa rague. Strictness (Disiplin) Pemimpin memiliki kedisiplinan dan menghormati pemimpin karena kagum dan takut terhadap hukuman.Karena manusia adalah unsur terpenting yang menentukan kesuksesan organisasi, diperlukan strategi khusus untuk mengelola dan mengeluarkan usaha yang terbaik dari setiap manusia, dalam hal ini bawahan. Strategi terkait faktor manusia tersebut adalahPenguasa (Top-Level Manager)Faktor terpenting adalah kesatuan yaitu kesatuan pikiran dari atas sampai bawah. Mereka yang bisa membuat para bawahannya loyal maka penguasa tersebut membawa pengaruh yang baik. Seorang penguasa tidak boleh melakukan intervensi kepada panglima, karena dia tidak mengetahui ilmu perang dan akan menyebabkan kelambatan informasi. Maka dari itu penguasa yang bijak membicarakan rencananya ke panglima dan panglima yang menjalankannya. Jika diimplementasikan ke dalam bisnis, dapat dimaknai bahwa jajaran top management seharusnya bisa memberi kepercayaan penuh kepada mereka yang bertanggung jawab di lapangan. Selama pengaruh moral dari organisasi dan dari top management sudah tertanam kuat, middle level manager tidak akan bergerak menyimpang dari tujuan organisasi.Panglima (Middle-Level Manager)Sifat yang harus dimiliki panglima:1. Berhati-hati, yaitu kemampuan membuat rencana, perbekalan pasukannya, memanfaatkan peluang dan membuat keputusan. Kemudian, melaksanakan rencana dengan efektif. Panglima juga harus memotivasi pasukan untuk mencapai moral serta dedikasi yang tinggi.2. Keberanian, tidak hanya berani mengambil keputusan yang berisiko tinggi tapi harus bertanggung jawab penuh bila kalah. 3. Pengendalian diri dan jangan sampai terhasut dengan pesaing. Tidak boleh emosi. Sementara kemarahan dapat dikembalikan kebahagian dan kebencian dijadikan menyenangkan; suatu negara yang hancur tidak dapat dibangun kembali dan orang yang meninggal tidak dapat hidup kembali.4. PragmatismePanglima itu tidak boleh puas akan sesuatu maupun pesimis sebelum melakukan. Jadi apapun yang diperbuat oleh panglima harus dilakukan untuk negara, bukan untuk keharuman nama pribadi. 5. KetulusanPanglima harus mengerti bawahannya dan percaya pada mereka. Tetapi panglima tetap harus menjaga jarak supaya tetap ada respect diantara mereka. Harus menghargai manusia / memanusiakan manusia dengan memahami masalah bawahan dan menghargai pekerjaan mereka.Tentara (Low-Level Manager)1. PengendalianHal yang berhubungan adalah doktrin Apabila panglima itu lemah dan tidak disiplin, jika pelatihan dan perintah tidak jelas, bila tugas dan perwira tidak berbeda, dan susunan pasukan itu lamban, maka hasilnya adalah disorganisasi mutlak dan disiplin Jika seorang panglima membelai pasukannya tetapi tidak dapat menggunakannya; jika ia menyayangi mereka secara berlebihan tetapi tidak dapat memberi perintah; jika pasukannya tidak teratur tetapi dia tidak dapat mendisiplinkan mereka; maka mereka mirip gerombolan yang dimanjakan dan tidak berguna sama sekali yang menentukan pengorganisasian tentara. 2. KomunikasiPanglima harus terus menerima informasi tentang jalannya pertempuran baik dari pasukan kita maupun musuh, sehingga dibutuhkan komunikasi yang efektif. 3. Moral pasukan kita dan pasukan musuh harus diketahui. Bila kemenangan tertunda terlalu lama, semangat dan moral pasukan akan menurun. Ada 3 faktor yang mempengaruhi kesiagaan pasukan:a. Moral: semangat atau pikiran. Jadi mereka yang bijak akan memilih tidak menyerang saat semangat masih tinggi tapi menyerang saat mereka semangatnya mengendor dan ingin pulangb. Emosi: terkait dengan hati. Gunakan disiplin dan ketertiban untuk mengimbangi ketidaktertiban musuh dan gunakan ketenangan untuk menangani situasi yang kacau.c. Kebutuhan fisik: Memanfaatkan kedekatan dengan medan perang untuk mengimbangi jarak musuh, gunakan istirahat untuk mengimbangi kelelahan musuh, bergizi baik untuk mengimbangi kelaparan musuh

Keberlangsungan hidup serta pertumbuhan sebuah perusahaan juga bergantung pada dinamika yang terjadi pada konsumen, pemerintah, supplier, karyawan, media massa, dan masyarakat umum serta bagaimana dinamika tersebut memenuhi hubungan antara perusahaan dengan pihak luar. Seni perang Sun Tzu menekankan pada pentingnya membaca dan beradaptasi dengan lingkungan yang di gambarkan sebagai iklim dan medan. Dalam sistem pengendalian manajemen yang merupakan alat-alat organisasional memiliki hubungan yang saling terkait dengan lingkungannya. Prinsip-prinsip manajerial yang berbeda juga dibutuhkan pada kondisi lingkungan yang berbeda. Tuntutan lingkungan dapat dibedakan menjadi dua yaitu, teknis dan institusional. Desain dan implementasi SPM perlu menyesuaikan dengan tuntutan tersebut.

Faktor-faktor lingkungan dapat muncul sebagai sebuah keunikan dari sebuah negara atau daerah. Besar kecilnya perusahaan bukan merupakan hal yang menentukan keberhasilan bisnis, namun kemampuan dalam memahami dan memanfaatkan karakteristik sebuah negara/daerah untuk keuntungannya yang memberikan kesuksesan dalam mencapai tujuan. 1. Institusi Ekonomi

Sebuah perusahaan dapat mengendalikan tindakan dan sumber daya dalam batasan-batasan tertentu. Tetapi tidak selamanya manajemen memiliki fleksibilitas penuh karena ada faktor-faktor ekonomi yang harus diperhatikan, seperti inflasi dan daya beli masyarakat, nilai tukar, pertumbuhan ekonomi, pendapatan per kapita, serikat pekerja, persaingan bisnis, dan blok perdagangan.2. Institusi Politik dan HukumPemerintah sebuah negara seringkali bekerjasama dengan sektor swasta dalam upaya pengembangan perekonomian dan peningkatan investasi untuk membuka lapangan kerja baru. Namun terkadang, banyak praktik yang tidak sesuai bermunculan sehingga pemerintah harus membuat batasan-batasan bagi perusahaan dalam merekrut, mengelolah, dan mengendalikan karyawan serta menjalankan aktivitas bisnis. 3. Tingkat Penggunaan Teknologi

Perkembangan teknologi memberikan pilihan bagi perusahaan, apakah perusahaan mau menggunakan teknologi untuk pengembangan perusahaan. Dengan teknologi dapat mendukung pelaksanaan strategi dan SPM sebuah perusahaan. Penerapan teknologi informasi dalam perusahaan dapat mempengaruhi iklim kerja, interaksi antar anggotanya organisasi, ekspektasi karyawan, struktur organisasi, dan daya inovasi. Karena perubahan teknologi menuntut untuk adanya perubahan kebiasaan dan metode kerja untuk dapat keluar dari zona nyaman dalam perusahaan.4. Kepedulian Ekologi

Perusahaan sebaiknya tidak hanya mencari keuntungan saja melainkan lingkungan sekitar juga harus tetap diperhatikan agar tetap lestari dan menciptakan lingkungan yang sehat. Pemerintah dari berbagai negara telah mengeluarkan berbagai peraturan untuk membatasi perusahaan yang melakukan eksploitasi terhadap lingkungan demi tujuan bisnis. Dengan perusahaan peduli terhadap lingkungan, maka akan diperlukan dukungan upaya cost-efficiency dalam perusahaan tanpa mengorbankan aktivitas terkait pengelolaan lingkungan hidup.5. Faktor-Faktor SosiokulturalFaktor-faktor sosiokultural yang meliputi demografi dan budaya masyarakat dapat mempengaruhi praktik bisnis termasuk desain dan implementasi SPM dalam perusahaan. Demografi adalah struktur dan dinamika sebuah populai yang terdiri dari sejumlah penduduk dan pertumbuhannya, gender, usia, migrasi dari populasi tersebut. Budaya masyarakat meliputi budaya dominan atau beragam budaya yang ada dalam sebuah masyarakat yang multikultur.SPM tidak hanya dapat bersifat pasif, tetapi juga berfungsi proaktif sebagai katalisator untuk transformasi perusahaan. Transformasi ini sangat dibutuhkan perusahaan terkait dengan antisipasi tuntutan lingkungan yang dinamis sehingga dapat menjawab tantangan yang telah ada maupun yang akan datang untuk mempertahankan keberlangsungan hidup perusahaan. Ada 4 aspek yang harus dipenuhi oleh perusahaan sebagai syarat sebuah perusahaan untuk dapat bertransformasi: Redifinisi inti bisnisHal ini terkait dengan perubahan bidang bisnis tradisional yang dirubah mengikuti berbagai perkembangan yang ada, melihat perubahan harapan stakeholder yang diberikan oleh perusahaan kita. Redifinisi inti bisnis ini juga dapat menghindarkan persaingan langsung dengan pasar dan justru membuka pasar baru yang belum memiliki kompetitor. Mengarahkan orientasi fokus layanan ke stakeholderJika sebelum tahun 1970an sebagian besar pihak masih beranggapan bahwa yang menjadi fokus utama adalah menjalin hubungan baik dengan pemegang saham yang telah melakukan investasi di perusahaan kita, sejak tahun 1990an mulai lahir istilah CSR yang didasari oleh konsep triple bottom line: people, profit, planet Pemberdayaan SDM yang bertalentaOrganisasi yang berisikan karyawan bertalenta dapat disebut sebagai organisasi yang adaptif yang memiliki budaya kerja efisien, partisipatif, reponsif, saling percaya, dan berbasis teamwork yang kuat. Kompleksitas lingkungan bisnis masa depan hanya dapat dikelola dengan baik oleh orang-orang yang bertalenta ini. Kepemimpinan transformasionalUntuk menjalankan transformasi organisasi ini dibutuhkan pemimpin yang sanggup memenangkan hati dan pikiran karywananya, sehingga seluruh aktivitas di dalam organisasi mendapat dukungan penuh dari seluruh anggota organisasi untuk menjalankannya. PEMBAHASAN KASUSKasusDalam kronologis itu dapat diketahui bahwa setelah mata bor mencapai kedalaman 1.091meter Lapindo melanjutkan pengeboran tanpa menggunakan selubung pelindung ( casing) apapun. Pada 27 Mei, selang 10 menit setelah gempa mengguncang Yogyakarta -Jawa tengah pukul 06:02 WIB terjadi loss, masuknya lumpur ke dalam lubang pengeboran. Lapindo meneruskan pengeboran selama 6 jam sampai mencapai kedalaman 2.834 meter. Lapindo memutuskan untuk menghentikan pengeboran dan menarik mata bor ke permukaan tanah.

Ketika bor sudah keluar semua, lumpur mulai mengalir dari lubang. Lapindo berusaha menutup lubang dengan semen dan berhasil. Lumpur tidak lagi keluar dari lubang pengeboran itu. Esok harinya, 28 Mei, terjadi kick, cairan yang mengaliri seluruh lubang bor menendang lapisan tanah di seputar lubang pengeboran yang ternyata tidak cukup kuat menahan tekanan dari cairan itu.

Akibatnya, lapisan tanah di sekeliling lubang pengeboran retak, dan cairan itu keluar dari retakan-retakan itu. Kejadian ini disebut sebagai blow out. Davies et al. (2008). menolak argumentasi gempa bumi sebagai penyebab semburan karena there were other earthquakes, which were larger, closer and generated stroner shaking, did not intitate an eruption (635). Singkatnya, kondisi geologis di Sidoarjo dan sekitarnya potensial untuk terjadinya gunung lumpur mengingat ada beberapa gunung lumpur aktif saat ini, yang dibutuhkan adalah pemicunya.Dalam wawancaranya di ANTV (05/04/2009), Bakrie mengataka n bahwa Lapindo hanyalah perusahaan kecil dibandingkan seluruh unit usahanya, tapi telah menyebabkan masalah besar baginya karena Lapindo harus membayar lebih dari 3,8 trilliun rupiah (sekitar 421 juta US Dollar). Lanjutnya, tidak pernah ada ganti rugi yang ada adalah transaksi jual -beli antara penduduk sebagai penjual dan Lapindo sebagai pembeli, sesuai dengan Peraturan Presiden 14/2007, pasal 15. Lapindo (dan Bakrie) berada pada posisi bahwa penyebab semburan lumpur panas itu adalah akibat gempa bumi kare nanya bencana ini bukanlah bencana teknologi yang karena kesalahan Lapindo, namun bencana ini adalah bencana alam.

Dikarenakan ini adalah bencana alam, maka Lapindo merupakan salah satu korban dari bencana ini, bukan penyebab bencana. Bakrie menggunakan hasil sidang pengadilan negeri Jakarta Selatan tanggal 22 Januari 2008 yang memutuskan bahwa semburan lumpur sebagai fenomena alam dan tidak ada hubungannya dengan aktivitas pengeboran Lapindo.

Pembahasan

Aburizal Bakrie yang sering disapa Bakrie merupakan seorang pemimpin di Bakrie & Brothers Group. Bakrie disni sebagai seorang panglima dalam perusahaannya yang memegang wewenang penuh terhadap segala keputusan yang ada disini. Menurut kasus diatas dapat terlihat bagaimana Bakrie mengendalikan perusahaannya dan menghasilkan hasil yang buruk terhadap perusahaannya. Dalam sistem pengendaliannya terlihat bahwa kepemimpinan Bakrie tidak dapat diandalkan karena Bakrie mengalihkan tanggung jawabnya dalam pernyataannya saat wawancara bahwa Lapindo juga merupakan korban. Disini menunjukan tidak mau bertanggung jawab.

Selain itu dari pengelolahan internal control pengeboran yang tidak sesuai dengan SOP yang ada menunjukan pihak bawahannya pun tidak mampu melaksanakan tanggung jawab yang ada sehingga terjadi bencana ini. Artinya tidak ada kontrol atasan terhadap bawahannya.Saran menurut pandangan Sun Tzu

1. Reorientasi StakeholderFokus utama bisnis harus mulai memperhatikan konsep triple bottom line sehingga melahirkan CSR yang membawa kebaikan bagi orang sekitarnya pula dengan menjunjung kepedulian ekologi yang tinggi.2. Harus ada keadilan terhadap peraturan agar semua level mendapat perlakuan yang sama dan mendapat punishment yang sama pula.

3. Pengendalian Bakrie sebagai panglima itu lemah dan tidak disiplin, jika pelatihan dan perintah tidak jelas, bila tugas dan perwira tidak berbeda, dan susunan pasukan itu lamban, maka hasilnya adalah disorganisasi mutlak. Maka dari itu yang perlu dirapikan adalah moral dari Panglima itu sendiri. Dengan pemimpin yang bermoral maka akan mempunyai pengaruh moral terhadap bawahannya sehingga bawahannya pun ikut mempunyai budaya yang bertanggung jawab

KESIMPULANDari sudut seni perang yang dimiliki oleh Sun Tzu, kita dapat menganalogikan perang sebagai kondisi bisnis karena kedua hal ini memiliki beberapa aspek yang sama dan dapat saling dijelaskan keterkaitannya. Sama halnya dengan peperangan, di dalam dunia bisnis pun manusia merupakan aset penting yang dimiliki perusahaan. Tanpa manajer dan karyawan lainnya sebuah perusahaan tidak akan mampu untuk berjalan menghadapi kompetitor bisnis mereka sama halnya di dalam peperangan, tanpa pasukan dan panglima yang memimpinnya maka tidak akan ada kemenangan yang dapat diperoleh. Untuk dapat menjalankan perang/dunia bisnis ini dengan baik maka dibutuhkan pengetahuan akan 5 dimensi dari Sun Tzu moral, iklim, medan, komando/kepemimpinan, dan regulasi.Dalam prakteknya, untuk mengendalikan orang lain ditemukan kendala-kendala yang susah untuk diatasi yaitu, masalah kinerja manusia dalam organisasi yang terdiri dari tidak tahu, tidak mau, dan tidak mampu. Oleh karena itu terdapat tiga jenis pengendalian yang bersifat saling melengkapi, yaitu pengendalian hasil, proses dan budaya untuk mengatasi meminimalkan masalah ini serta membantu perusahaan untuk dapat mencapai tujuan utamanya.Seiring dengan berkembangnya jaman ternyata, tuntutan para stakeholder juga ikut berubah sesuai. Inilah tantangan yang harus dipecahkan perusahaan untuk dapat tetap bersaing dengan kompetitornya. Perusahaan dapat menerapkan SPM untuk mengambil langkah proaktif dalam melakukan transformasi organisasi. Transformasi organisasi dilakukan dalam rangaka untuk dapat beradaptasi dan mengatasi lingkungan yang dinamis ini.DAFTAR PUSTAKAHou, Wee Chow, dkk. 1991. Sun Tzu War & Management. Addison-Wesley Publishing Company: Singapore.Sun Tzu. 1994. Sun Tzu Art of War. Diterjemahkan oleh Lionel Giles. Project Gutenberg.Novenanto, Anton. 2010. Melihat Kasus Lapindo Sebagai Bencana Sosial, (online), (http://journal.unair.ac.id, diakses tanggal 13 November 2015).