materi biologi sel rigor mortis
TRANSCRIPT
Rigor MortisItsDanicaPutrys’
Rigor mortis Kejang mayat
Proses yang terjadi setelah makhluk hidup mati diawali fase prarigor dan diakhiri dengan
terjadinya kekakuan pada otot
Waktu yang dibutuhkan untuk terbentuknya rigor mortis tergantung pada
jumlah ATP yang tersedia
Kecepatan Rigor mortis bergantung pada:
Tingkat tekanan (stress) pada makhluk hidup
Pemanasan dengan suhu tinggi saat disembelih
Akibat: 1.pH daging tinggi
2. kualitas daging yang akan dihasilkan menjadi rendah (warna merah gelap, kering dan
strukturnya merapat) dan tidak bertahan lama dalam penyimpanan sekalipun pada suhu dingin.
Spesies
Jenis serat: serat merah lebih lambat
dibanding serat putih
Fase Rigor MortisFase Prarigor 1. Sebelum mati, glikolisis berjalan secara aerob dan
pengahasilan ATP dalam jumlah banyak melalui jalur asam piruvat.
2. Setelah mati, perubahan glikolisis jadi asam laktat secara anaerob
3. Simpanan ATP dari hasil glikolisis tersebut menjadi bantalan atau pembatas bagi protein miofibril berupa aktin dan miosin
4. Tersisanya ATP membuat jarak aktin dan misin saling berjauhan sehingga kontraksi otot akan jarang terjadi.
Kondisi paling ideal olahan daging dimasak, kondisi daging kenyal, lunak, kadar air tinggi
Fase Rigor Mortis
1. Proses glikolisis akan berhenti dan produksi ATP semakin berkurang
2. Glikolisis diubah menjadi asam laktat secara anaerob
3. Berkurangnya ATP membuat pembatas aktin dan miosin semakin tipis sehingga aktin dan miosin mudah untuk berdekatan dan kemudian bersatu
dan membentuk aktoniosin
Akibat: Daging mengalami fase tegang, otot menjadi
keras, kadar pH tinggi
Kondisi terburuk
Fase Post Rigor
1. Kembali lunak --- peranan enzim katepsin membantu pemecahan
protein aktomiosin menjadi protein sederhana
2. Karena terlalu lama terpapar, kontaminasi bakteri sudah terjadi
Kondisi yang baik untuk
pengolahan daging, tapi harus segera
diolah!!!
Akibat: pemecahan protein menjadi protein sederhana yang menyisakan gugus amino (alkali)
dan sulfur yang merupakan senyawa yang menyebabkan timbulnya bau busuk pada
daging, PENURUNAN MUTU !!!
Perubahan Daging saat Rigor MortisKondisi hidup: pertautan kedua miofilamen ini (tebal dan tipis) berlangsung secara reversible (ulang alik) yakni kontraksi dan relaksasi. Ketika kedua miofilamen bergesek maka dikatakan terjadi kontraksi dan sarkomer (panjang serat) akan memenedek sebaliknya pada saat kedua miofilamen saling melepas (tidak terjadi pergesekan) maka disebut terjadi relaksasi ditnadai dengan sarkomer memanjang.
Kondisi mati:kontraksi otot masih berlangsung sampai ATP habis dan aktomiosin terkunci (irreversible). Otot menjadi kaku (kejang mayat) dan tidak ekstensible
Perubahan karakteristik fisikokimia
Pemendekan Otot: akibat otot yang masih prarigor (masih berkontraksi) didinginkan pada suhu mendekati titik nol ( cold
shortening ), otot kehilangan cairan
pH akhir otot menjadi asam akan terjadi setelah rigor mortis terbentuk secara sempurna, akibat: daya ikat air menurun, ketika
pH tinggi, akan bertambah daya ikat tersebut
Denaturasi protein miofibriler dapat terjadi pada pH otot dibawah titik isoelektrik mengakibatkan otot menjadi pucat, berair dan
strukturnya longgar (mudah terurai)
Warna daging menjadi merah cerah pada saat pH mencapai pH akhir normal (5.5 – 5.8) pada saat terbentuknya rigor
mortis