makalah blok 19 (cardiovascular system 2)
DESCRIPTION
carvasTRANSCRIPT
Angina Pektoris Tak Stabil
Naomi Besitimur (102012113) C9
Email: [email protected]
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jl. Arjuna Utara No.6, Kebon jeruk-Jakarta Barat Telp. 56942061
Abstract : Angina pectoris is a clinical syndrome in which the patient had an attack of chest
pain in sternum area or below the sternum ( substernal ) or typical left chest , which feels like
pressure or weight on the chest that often radiates to the left arm , it can sometimes spread to
the back , jaw , neck or arm to the right . The chest pain patient ussualy arise at an event and
immediately lost when patients stop their activities . Chest pain in angina pectoris caused by
the onset of myocardial ischemia , because the supply of blood and oxygen to the
myocardium is reduced . Attacks of chest pain usually lasts 1 minute up 5 , if chest pain
continues more than 20 minutes , the patient may receive miocard acute infarction and angina
pectoris caused not unusual . In patients with angina pectoris may also arise other complaints
such as shortness of breath , feeling sometimes a cold sweat. Patient with chest pain
accompanied by angina pectoris can be divided into several subsets clinic .
Keywords : Angina pectoris , chest pain , heart disease
Abstrak: Angina pektoris ialah sindrom klinis dimana pasien mendapat serangan sakit dada
di daerahsternum atau di bawah sternum (substernal) atau dada sebelah kiri yang khas, yaitu
seperti ditekan atau terasa berat di dada yang sering kali menjalar ke lengan kiri, kadang-
kadang dapat menjalar ke punggung, rahang, leher atau ke lengan kanan. Sakit dada tersebut
biasanya timbul pada waktu pasien melakukan suatu aktivitas dan segera hilang bila pasien
menghentikan aktivitasnya. Sakit dada pada angina pektoris disebabkan karena timbulnya
iskemia miokard, karena suplai darah dan oksigen ke miokard berkurang. Serangan sakit dada
biasanya berlangsung 1 sampai 5 menit, bila sakit dada terus berlangsung lebih dari 20 menit,
mungkin pasien mendapat serangan infark mokard akut dan bukan disebabkan angina
pektoris biasa. Pada pasien angina pektoris dapat pula timbul keluhan lain seperti sesak
napas, perasaan kadang-kadang sakitdada disertai keringat dingin.Penderita dengan angina
pektoris dapat dibagi dalam beberapa subset klinik.
Kata kunci: Angina pektoris, nyeri dada, penyakit jantung
1
Pendahuluan
Latar belakang
Angina pektoris adalah rasa tidak enak di dada sebagai akibat dari suatu iskemik miokard
tanpa adanya infark. Klasifikasi klinis angina pada dasarnya berguna untuk mengevaluasi
mekanisme terjadinya iskemik. Pada makalah ini terutama akan dibahas mengenai angina
pektoris tidak stabil karena angina pektoris tidak stabil adalah suatu sindroma klinik yang
berbahaya dan merupakan tipe angina pektoris yang dapat berubah menjadi infark miokard
ataupun kematian. Sindroma angina pektoris tidak stabil telah lama dikenal sebagai gejala
awal dan infark miokard akut (IMA). Banyak penelitian melaporkan bahwa angina pektoris
tidak stabil merupakan resiko untuk terjadinya IMA dan kematian. Beberapa penelitian
menunjukan bahwa 60-70% penderita IMA dan 60% penderita mati mendadak pada riwayat
penyakitnya yang mengalami gejala angina pectoris tidak stabil. Sedangkan penelitian jangka
panjang mendapatkan IMA terjadi pada 5-20% penderita angina pectoris tidak stabil dengan
tingkat kematian 14-80%. Dalam kelompok yang mengalami nyeri dada, terdapat serangan
jantung yang jumlahnya dua kali lebih besar dibandingkan kelompok yang tidak mengalami
nyeri dada. Dalam kelompok yang mengalami angina dan kemungkinan serangan jantung
sebelumnya (mereka mengakui pernah mengalami sedikitnya satu kali serangan nyeri dada
yang parah, yang berlangsung lebih lama dari biasanya, bahkan pada saat istirahat) terdapat
lebih dari enam kali serangan jantung dibandingkan kelompok lainnya. Angina pektoris tidak
stabil letaknya diantara spektrum angina pektoris stabil dan infark miokard, sehingga
merupakan tantangan dalam upaya pencegahan terjadinya infark miokard.
Tujuan
Adapun tujuan penulis dalam pembuatan makalah ini yaitu untuk mengetahui angina pektoris
tak stabil dalam hal ini mencakup pemeriksaan, diagnostik, dan terapi pilihan yang sesuai
dengan kasus yang diperoleh.
Pembahasan
Anamnesis
- Identitas
Identias perlu ditanyakan untuk memastikan bahwa pasien yang dihadapi adalah memang
benar pasien yang dimaksud. Identitas biasanya meliputi nama lengkap pasien, umur atau
2
tanggal lahir, jenis kelamin. nama orang tua atau suami atau istri atau penanggung jawab,
alamat pendidikan, pekerjaan, suku bangsa dan agama. 1Dari kasus yang didapat dari hasil
anamnesis didapatkan usia pasien adalah 60 tahun.
- Keluhan utama
Keluhan utama adalah keluhan yang dirasakan pasien yang membawa pasien pergi ke dokter.
Dari kasus didapatkan keluhan utama pasien adalah nyeri dada kiri yang dirasakan terus-
menerus sejak 40 menit yang lalu.
- Riwayat penyakit sekarang
Pada pasien keluhan utama yang dirasakan disertai dengan keringat dingin, dan nyerinya
terasa seperti tertimpa beban berat dibagian tengah dada. Terdapat juga keluhan mual sejak
nyeri timbul.
- Riwayat penyakit dahulu
Bertujuan untuk mengetahui kemungkinan-kemungkinan adanya hubungan antara penyakit
yang pernah diderita dengan penyakit sekarang.1 diketahui pasien memiliki riwayat darah
tinggi.
- Riwayat keluarga,
Dapat digunakan untuk memperkuat diagnosis. Karena biasanya penularan suatu penyakit
berasal dari keluarga sendiri yang terjangkit atau karena faktor genetik pada penyakit-
penyakit yang terpaut gen.1
- Riwayat sosial
Termasuk tentang pekerjaan pasien. Pada umumnya jenis pekerjaan juga berperan penting
dalam penyebab timbulnya penyakit.
- Riwayat pribadi
Biasanya tentang gaya hidup pasien, ekonomi, sosial dan pendidikan pasien.1 pasien
merupakan perokok sejak 20 tahun terakhir.
3
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik mempunyai nilai yang sangat penting untuk memperkuat temuan-temuan
dalam anamnesis.2 Teknik pemeriksaan fisik meliputi pemeriksaan visual atau pemeriksaan
pandang (inspeksi), pemeriksaan raba (palpasi), pemeriksaan ketok (perkusi) dan
pemeriksaan dengar menggunakan stetoskop (auskultasi).2 hasil pemeriksaan TTV: TD
180/90mmHg, N 90x/mnt, RR 22x/mnt, T= afebris. Hasil pemeriksaan EKG: T inverted pada
hantaran V1, V6.
Pemeriksaan penunjang
Elektrokardiogram (EKG)
Tes EKG memonitori aktivitas listrik jantung. Ketika temuan EKG tertentu yang hadir, resiko
angina tidak stabil maju dengan serangan jantung meningkat secara signifikan. Sebuah EKG
biasanya normal ketika seseorang tidak memiliki rasa sakit dada dan sering menunjukan
perubahan tertentu ketika rasa sakit berkembang. Pada pemeriksaan EKG lebih sering
ditemukan adanya depresi segmen ST dibandingkan angina pektoris yang stabil. Gambaran
EKG penderita angina pektoris tidak stabil dapat berupa depresi segmen ST, depresi segmen
ST disertai inversi gelombang T, elevasi segmen ST, hambatan cabang ikatan His dan tanpa
Perubahan segmen ST dan gelombang T. Perubahan EKG pada angina pektoris tidak stabil
bersifat sementara dan masing-masing dapat terjadi sendiri-sendiri ataupun bersamaan.
Perubahan tersebut timbul di saat serangan angina dan kembali ke gambaran normal.3
Pemeriksaan laboratorium
Pada angina tidak stabil kadar enzim LDH dan CPK dapat normal atau meningkat tetapi tidak
melebihi nilai 50% diatas normal. CK-MB merupakan enzim yang paling sensitif untuk
nekrosis otot miokard. Hal ini menunjukan pentingnya pemeriksaan kadar enzim secara serial
untuk mengidentifikasi adanya IMA.3
Pemeriksaan troponin T atau I dan pemeriksaan CK-MB telah diterima sebagai petanda
paling penting dalam diagnosis SKA. Menurut European society of cardiology (ESC) dan
ACC dianggap ada mionekrosis bila troponin T atau I positif dalam 24 jam. Troponin tetap
positif sampai 2 minggu. Resiko kematian bertambah dengan tingkat kenaikan troponin.3,4
4
CK-MB kurang spesifik untuk diagnosis karena juga ditemukan di otot skletal, tapi juga
berguna untuk diagnosis infark akut dan akan meningkat dalam beberapa jam dan kembali
normal dalam 24 jam.
Kenaikan CRP dalam SKA berhubungan dengan mortalitas jangka panjang. Marker yang lain
seperti amioid A, interleukin-6 belum secara rutin dipakai dalam diagnosis SKA.4
Working diagnosis
Working diagnosis merupakan diagnosis utama tentang penyakit yang diderita pasien setelah
melakukan anamnesis dan pemeriksaan terhadap pasein. Berdasarkan pengertian tersebut
didapatkan working diagnosis untuk kasus ini yaitu Angina Pektoris Tidak Stabil.
Differential diagnosis
Adapun beberapa kasus yang menjadi pembanding dari diagnosis kerja adalah Perikarditis,
iskemik, infark miokard, hipertensi grade 3.
Perikarditis
Perikarditis adalah peradangan perikard parietalis, viseralis, atau keduanya. Respons perikard
terhadap peradangan bervariasi dari akumulasi cairan atau darah (efusi perikard), deposisi
fibrin, proliferasi jaringan fibrosa, pembentukan granuloma atau kalsifikasi. Itulah sebabnya
manifestasi klinis perikarditis sangat dari yang tidak khas sampai yang khas.
Patogenesis: salah satu reaksi radang pada perikarditis akut adalah penumpukan cairan
(eksudasi) didalam rongga perikard yang disebut sebagai efusi perikard. Efusi yang banyak
atau timbul cepat akan menghambat pengisian ventrikel, penurunan volume akhir diastolik
sehingga curah jantung sekuncup dan semenit berkurang. Kompensasinya adalah takikardi.
Bila reaksi radang ini berlanjut terus, perikard mengalami fibrosis, jaringan parut luas,
penebalan, kalsifikasi dan juga terisi eksudat, yang akan menghambat proses diastolik
ventrikel, mengurangi isi sekuncup dan semenit serta mengakibatkan kongesti sistemik
(perikarditis konstriktifa).3
Penatalaksanaan: semua penderita perikarditis akut harus dirawat untuk menilai/observasi
timbulnya tamponad ( 1 dalam 10 perikarditis akut ) dan membedakannya dengan infark
jantung akut. Ekokardiografi diperlukan untuk mengira banyaknya efusi perikard. OAINS
dipakai sebagai dasar pengobatan medikamentosa ( mengurangi rasa sakit dan anti inflamasi).
5
Kortikosteroid (prednisolon oral 60mg/hari) diperlukan bila sakitnya tidak teratasi dengan
OAINS. Pungsi perikard dilakukan untuk tindakan diagnostik. Bila timbul tamponad, maka
pungsi perikard dilakukan sebagai tindakan terapi. Perikarditis rekurens (non-bakterial/virus
yang dibuktikan dengan PCR) dapat diobati dengan Kolkisin 1mg-2mh/hr.3,4
Iskemik Heart Disease
Merupakan penyakit yang ditandai dengan iskemia (suplai darah berkurang) dari otot jantung,
biasanya karena penyakit arteri koroner (aterosklerosis dari arteri koroner). Penyakit jantung
ini menyebabkan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen miokard. Penyebab
paling umum iskemia miokard adalah aterosklerosis. Keberadaan aterosklerosis
menyebabkan penyempitan pada lumen pembuluh arteri koronaria epikardial sehingga suplai
oksigen miokard berkurang. Iskemia miokard juga dapat terjadi karena kebutuhan oksigen
miokard meningkat secara tidak normal seperti pada hipertrofi ventrikel atau stenosis aorta.
Jika keadaan iskemik bersifat sementara maka berhubungan dengan angina pektoris, namun
jika berkepanjangan maka dapat menyebabkan nekrosis miokard dan pembentukan parut
dengan atau tanpa gambarab klinis infark miokard.4
Resiko IHD meningkat karena faktor usia, merokok, hiperkolesterolemia, diabetes, dan
hipertensi, dan lebih sering terjadi pada pria dan mereka yang memiliki kerabat dekat dengan
penyakit iskemia jantung.5
Infark Miokard Akut dengan Elevasi ST (STEMI)
Merupakan bagian dari spktrum sindrom koroner akut (SKA) yang terdiri dari angina
pektoris tak stabil, IMA tanpa elevasi ST dan IMA dengan elevasi ST. STEMI umumnya
terjadi jika aliran darah koroner menurun secara mendadak setelah oklusi trombus pada plak
aterosklerosis yang sudah ada sebelumnya. Pada sebagian kasus infark terjadi jika plak
aterosklerosis mengalami fisur, ruptur atau ulserasi dan jika kondisi lokal atau sistemik
memicu trombogenesis, sehingga terjadi trombus mural pada lokasi ruptur yang
mengakibatkan oklusi arteri koroner.4,5
Tanda fisik yang muncul yaitu pada pasien yang mengalami STEMI seringkali ekstremitas
pucat disertai keringat. Kombinasi nyeri dada substernal > 30 menit dan banyak keringat.
Sekitar seperempat pasien infark anterior mempunyai manifestasi hiperaktivitas saraf
simpatis (takikardia dan atau hipotensi) dan kadang juga menunjukan hiperaktivitas
parasimpatis (bradikardi dan atau hipotensi). Tanda fisis lain pada disfungsi ventrikular
6
adalah S4 dan S3 gallop, penurunan intensitas bunyi jantung pertama dan split paradoksikal
bunyi jantung kedua. Dapat ditemukan murmur midsistolik atau late sistolik apikal yang
bersifat sementara karena disfungsi aparatus katup mitral dan perikardial friction rub.
Peningkatan suhu sampai 380C dapat dijumpai pada minggu pertama pasca STEMI.5
Pilihan terapinya biasa digunakan antitrombotik, penyekat beta untuk memperbaiki
keseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen miokard, mrngurangi nyeri, mengurangi luasnya
infark dan menurunkan resiko aritmia ventrikel yang serius. Gunakan juga inhibitor ACE
untuk menurunkan mortalitas pasca STEMI. Obat ini harus diberikan dalam 24 jam pertama
dan harus dilanjutkan tanpa batas pada pasien dengan bukti klinis gagal jantung.5
Infark Miokard Akut Tanpa Elevasi ST (NSTEMI)
NSTEMI dapat disebabkan oleh penurunan suplai oksigen dan atau peningkatan kebutuhan
oksigen miokard yang diperberat oleh obstruksi koroner. NSTEMI terjadi karena trombosis
akut atau proses vasokontriksi koroner. Klinis yang ditemukan yaitu nyeri dada dengan lokasi
khas substernal atau di epigastrium dengan ciri seperti diperas, perasaan seperti diikat,
perasaan terbakar, nyeri tumpul, rasa penuh, berat atau tertekan.5,6
Untuk penatalaksaannya, terapi yang harus dipertimbangkan yaitu:
terapi antiiskemia, untuk menghilangkan dan mencegah nyeri dada.
terapi antiplatelet, untuk menginhibisi aktivasi platelet. Keuntungan terbesarnya
adalah penurunan kejadian infark miokard (Klopidogrel).5,6
Hipertensi
Hipertensi merupakan penyakit yang timbul akibat adanya interaksi berbagai faktor resiko
yang dimiliki seseorang. Risiko relatif hipertensi tergantung pada jumlah dan keparahan dari
faktor risiko yang dapat dimodifikasi seperti stress, obesitas, nutrisi, alkohol, dan merokok,
serta faktor resiko yang tidak dapat dimodifikasi seperti genetik, umur, jenis kelamin, dan
etnis.
Saat ini terdapat kecenderungan pada masyarakat perkotaan lebih banyak menderita
hipertensi dibandingkan masyarakat pedesaan. Hal ini antara lain dihubungkan dengan
adanya gaya hidup masyarakat kota yang berhubungan dengan risiko hipertensi seperti stress,
obesitas (kegemukan), kurangnya olah raga, merokok, alkohol, dan makan makanan yang
tinggi kadar lemaknya. Perubahan gaya hidup seperti perubahan pola makan menjurus
7
kesajian siap santap yang mengandung banyak lemak, protein, dan garam tinggi tetapi rendah
serat pangan, membawa konsekuensi sebagai salah satu faktor berkembangnya penyakit
degeneratif seperti hipertensi. Hipertensi yang tidak terkontrol dengan baik akan
meningkatkan angka mortalitas dan menimbulkan komplikasi ke beberapa organ vital seperti
jantung (infark miokard, jantung koroner, gagal jantung kongestif), otak (stroke, enselopati
hipertensif), ginjal (gagal ginjal kronis), mata (retinopati hipertensif).
Tekanan darah sistolik (mmHg)
Tekanan darah diastolik (mmHg)
Normal * < 120 dan < 80 Prehipertensi ** 120 – 139 atau 80 – 89 Hipertensi grade 1 140 – 159 atau 90 – 99 Hipertensi grade 2 > 160 atau > 100
Hipertensi grade 3 > 180 atau >110
Keterangan:
1. Tanda * yaitu batas optimal untuk resiko penyakit kardiovaskuler. Namun, tekanan
darah yang terlalu rendah juga dapat mengakibatkan masalah jantung dan
membutuhkan bantuan dokter.
2. Tanda ** yaitu prehipertensi merupakan keadaan dimana tidak memerlukan
medikasi, namun termasuk pada kelompok beresiko tinggi untuk menjadi hipertensi,
penyakit jantung koroner dan stroke. Individu dengan prehipertensi tidak
memerlukan medikasi, tetapi dianjurkan untuk modifikasi pola hidup sehat yang
mencakup penurunan berat badan, menurangi garam, berhenti merokok dan
membatasi minum alkohol.
sebagian besar gejala klinis timbul setelah mengalami hipertensi bertahun-tahun berupa nyeri
kepala saat terjaga, kadang-kadang disertai mual dan muntah, akibat peningkatan tekanan
darah intrakranial, penglihatan kabur akibat kerusakan retina akibat hipertensi, ayunan
langkah yang tidak mantap karena kerusakan susunan saraf pusat, nokturia karena
peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi glomerolus, edema dependen dan pembengkakan
akibat peningkatan tekanan kapiler. Gejala lain yang umumnya terjadi pada
penderita hipertensi yaitu pusing, muka merah, sakit kepala, keluaran darah dari hidung
secara tiba-tiba, tengkuk terasa pegal, telinga berdengung, dan mata berkunang-kunang
8
Angina Pektoris Tidak Stabil
Angina pektoris adalah suatu sindroma kronis dimana klien mendapat serangan sakit dada di
dearah sternum atau di bawah sternum (substernal) atau dada sebelah kiri yang khas, yaitu
seperti ditekan, atau terasa berat di dada yang seringkali menjalar ke lengan kiri, kadang-
kadang dapat menjalar ke punggung, rahang, leher atau ke lengan kanan. Sakit dada tersebut
biasanya timbul pada waktu pasien melakukan aktivitas dan segera hilang bila pasien
menghentikan aktivitasnya. Sakit dada pada angina pektoris disebabkan karena timbulnya
iskemia miokard, karena suplai darah dan oksigen ke miokard berkurang. Serangan sakit dada
biasanya berlangsung 1 sampai 5 menit, bila sakit dada terus berlangsung lebih dari 20 menit,
mungkin pasien mendapat serangan infark miokard akut dan bukan disebabkan angina
pektoris biasa. Pada pasien angina pektoris dapat pula timbul keluhan lain seperti sesak
napas, perasaan kadang-kadang sakit dada disertai keringat dingin. Angina pektoris adalah
suatu istilah yang digunakan untuk menggambarkan jenis rasa tidak nyaman yang biasanya
terletak dalam daerah retrosternum.4,6
Merupakan jenis angina yang sangat berbahaya dan membutuhkan penanganan segera.
Dijumpai pada individu dengan penyakit arteri koroner yang memburuk. Angina ini biasanya
menyertai peningkatan beban kerja jantung. Hal ini tampaknya terjadi akibat aterosklerosis
koroner, yang ditandai perkembangan thrombus yang mudah mengalami spasme. Terjadi
spasme sebagai respon terhadap peptida vasoaktif yang dikeluarkan trombosit yang tertarik
ke area yang mengalami kerusakan. Seiring dengan pertumbuhan thrombus, frekuensi dan
keparahan serangan angina tidak stabil meningkat dan individu beresiko mengalami
kerusakan jantung irreversible. Unstable angina dapat juga dikarenakan kondisi kurang darah
(anemia) khususnya jika anda telah memiliki penyempitan arteri koroner sebelumnya Tidak
seperti stable angina, angina jenis ini tidak memiliki pola dan dapat timbul tanpa aktivitas
fisik berat sebelumnya serta tidak menurun dengan minum obat ataupun istirahat. Angina
tidak stabil termasuk gejala infark miokard pada sindrom koroner akut.6
Etiologi
Angina yang tidak stabil terjadi ketika pecahnya mendadak dari plak, yang menyebabkan
akumulasi cepat trombosit di lokasi pecah dan peningkatan mendadak dalam obstruksi aliran
darah dalam arteri koroner. Akibatnya, gejala angina tidak stabil terjadi tiba-tiba, sering kali
dalam tak terduga atau tidak terduga.. Gejala mungkin baru, lama, lebih berat, atau terjadi
9
sedikit atau tidak dengan angina.Angina tidak stabil merupakan suatu keadaan darurat medis.
Jadi jika angina tidak stabil terjadi, mencari perhatian medis segera sangat penting.4,5
Gejala angina pektoris tidak stabil pada dasarnya timbul karena iskemik akut yang tidak
menetap akibat ketidak seimbangan antara kebutuhan dan suplai O2 miokard. Angina dimulai
ketika pasokan oksigen dan glukosa tidak selaras dengan kebutuhan. Pasokan oksigen dan
glukosa yang terus menerus dari aliran darah ke miokardium adalah mutlak penting bagi
kehidupan.Tanpa mereka, jantung akan mengeluh dan biasanya pasien mengeluh nyeri. Dan
jika pasokan oksigen dan glukosa ke bagian tertentu dari miokardium tidak dipulihkan
dengan cepat, maka bagian otot itu akan mati. Nyerinya disebut angina, dan kematian otot
disebut “infark” atau dalam bahasa sehari-sehari adalah serangan jantung.5,6
Epidemiologi
Di Amerika serikat setiap tahun, 1 juta pasien di rawat di rumah sakit karena angina pektoris
tak stabil dimana 6-8% kemudian mendapat serangan infark jantung yang tidak fatal atau
meninggal dalam satu tahun setelah diagnosis ditegakkan. Yang dimasukkan kedalam angina
tidak stabil yaitu:
1. Pasien dengan angina masih baru dalam 2 bulan, dimana angina cukup berat dan frekuensi
cukup sering, lebih dari 3 kali perhari
2. pasien dengan angina yang makin bertambah berat, sebelumnya angina stabil, lalu
serangan angina timbul lebih sering, dan lebih berat sakit dadanya, sedangkan faktor
presipitasi makin ringan.
3. pasien dengan serangan angina pada waktu istirahat.
Patofisiologi
Mekanisme timbulnya angina pektoris tidak stabil didasarkan pada ketidakadekuatan suplai
oksigen ke sel-sel miokardium yang diakibatkan karena kekakuan arteri dan penyempitan
lumen arteri koroner (ateriosklerosis koroner). Tidak diketahui secara pasti apa penyebab
ateriosklerosis, namun jelas bahwa tidak ada faktor tunggal yang bertanggungjawab atas
perkembangan ateriosklerosis. Ateriosklerosis merupakan penyakit arteri koroner yang
paling sering ditemukan. Sewaktu beban kerja suatu jaringan meningkat, maka kebutuhan
oksigen juga meningkat. Apabila kebutuhan meningkat pada jantung yang sehat maka arteri
koroner berdilatasi dan megalirkan lebih banyak darah dan oksigen ke otot jantung. Namun
10
apabila arteri koroner mengalami kekakuan atau menyempit akibat ateriosklerosis dan tidak
dapat berdilatasi sebagai respon terhadap peningkatan kebutuhan akan oksigen, maka terjadi
iskemik (kekurangan suplai darah) miokardium.
Adanya endotel yang cedera mengakibatkan hilangnya produksi No (nitrat Oksida) yang
berfungsi untuk menghambat berbagai zat yang reaktif. Dengan tidak adanya fungsi ini dapat
menyababkan otot polos berkontraksi dan timbul spasmus koroner yang memperberat
penyempitan lumen karena suplai oksigen ke miokard berkurang. Penyempitan atau blok ini
belum menimbulkan gejala yang begitu nampak bila belum mencapai 75 %. Bila
penyempitan lebih dari 75 % serta dipicu dengan aktifitas berlebihan maka suplai darah ke
koroner akan berkurang. Sel-sel miokardium menggunakan glikogen anaerob untuk
memenuhi kebutuhan energi mereka. Metabolisme ini menghasilkan asam laktat yang
menurunkan pH miokardium dan menimbulkan nyeri. Apabila keutuhan energi sel-sel
jantung berkurang, maka suplai oksigen menjadi adekuat dan sel-sel otot kembali fosforilasi
oksidatif untuk membentuk energi.4,6
Angina pectoris adalah nyeri hebat yang berasal dari jantung dan terjadi sebagai respon
terhadap respons terhadap suplai oksigen yang tidak adekuat ke sel-sel miokard di jantung.
Nyeri angina dapat menyebar ke lengan kiri, ke punggung, rahang, dan daerah abdomen.
Pada saat beban kerja suatu jaringan meningkat, kebutuhan oksigen juga akan meningkat.
Apabila kebutuhan oksigen meningkat pada jantung yang sehat, maka arteri-arteri koroner
akan berdilatasi dan mengalirkan lebih banyak oksigen kepada jaringan. Akan tetapi jika
terjadi kekakuan dan penyempitan pembuluh darah seperti pada penderita arteosklerotik dan
tidak mampu berespon untuk berdilatasi terhadap peningkatan kebutuhan oksigen. Terjadilah
iskemi miokard, yang mana sel-sel miokard mulai menggunakan glikolisis anaerob untuk
memenuhi kebutuhan energinya. Proses pembentukan ini sangat tidak efisien dan
menyebabkan terbentuknya asalm laktat. Asam laktat kemudian menurunkan PH Miocardium
dan menyebabkan nyeri pada angina pectoris. Apabila kebutuhan energy sel-sel jantung
berkurang (istirahat, atau dengan pemberian obat) suplai oksigen menjadi kembali adekuat
dan sel-sel otot kembali melakukan fosforilasi oksidatif membentuk energy melalui proses
aerob. Dan proses ini tidak menimbulkan asam laktat, sehingga nyeri angina mereda dan
dengan demikian dapat disimpulkan nyeri angina adalah nyeri yang berlangsung singkat.4
Ruptur Plak
11
Ruptur plak atreosklerosis dianggap penyebab terpentingnya angina pektoris tak stabil,
sehingga tiba-tiba terjadi oklusi subtotal atau total dari pembuluh darah koroner yang
sebelumnya mempunyai penyempitan yang minimal. Dua pertiga dari pembuluh yang
mengalami ruptur sebelumnya mempunyai penyempitan 50% atau kurang, dan pada 97%
pasien dengan angina tak stabil mempunyai penyempitan kurang dari 70%. Plak
aterosklerotik terdiri dari inti yang mengandung banyak lemak dan pelindung jaringan
fibrotik (fibrotic cap). Plak yang tidak stabil terdiri dari inti yang banyak mengandung lemak
dan adanya infiltrasi sel makrofag. Biasanya ruptur terjadi pada tepi plak yang berdekatan
dengan intima yang normal atau pada bahu dari timbunan lemak. Kadang-kadang keretakan
timbul pada dinding plak yang paling lemah karena adanya enzim protease yang dihasilkan
makrofag dan secara enzimatik melemahkan dinding plak (fibrous cap).
Terjadinya ruptur menyebabkan aktivasi, adhesi dan agregasi platelet dan meyebabkan
aktivasi terbentuknya trombus. Bila trombus menutup pembuluh darah 100% akan terjadi
infark dengan elevasi segmen ST, sedangkan bila trombus tidak menyumbat 100%, dan
hanya menimbulkan stenosis yang berat akan terjadi angina tak stabil.6
Trombosis dan agregasi trombosit
Agregasi platelet dan pembentukan trombus merupakan salah satu dasar terjadinya angina tak
stabil. Terjadinya trombosis setelah plak terganggu disebabkan karena interaksi yang terjadi
antara lemak, sel otot polos, makrofag, dan kolagen. Inti lemak merupakan bahan terpenting
dalam pembentukan trombus yang kaya trombosit, sedangkan sel otot polos dan sel busa
(foam cell) yang ada dalam plak berhubungan dengan ekspresi faktor jaringan dalam plak tak
stabil. Setelah berhubungan dengan darah, faktor jaringan berinteraksi dengan faktor VIIa
untuk memulai kaskade reaksi enzimatik yang menghasilkan pembentukan trombin dan
fibrin. Sebagai reaksi terhadap gangguan faal endotel, terjadi agregasi pletelet dan pletelet
melepaskan isi granulasi sehingga memicu agregasi yang lebih luas, vasokonstriksi dan
pembentukan trombus. Faktor sistemik dan inflamasi ikut berperan dalam perubahan
terjadinya hemostase dan koagulasi dan berperan dalam memulai trombosis yang intermiten
pada angina tak stabil.6
Vasospasme
Terjadinya vasokonstriksi juga mempunyai peran penting pada angina tak stabil.
Diperkirakan adanya disfungsi endotel dan bahan vasoaktif yang diproduksi oleh platelet
berperan dalam perubahan dalam tonus pembuluh darah dan meenyebabkan spasme. Spasme
12
yang terlokalisir seperti pada angina printzmetal juga dapat menyebabkan angina tak stabil.
Adanya spasme seringkali terjadi pada plak yang tak stabil, dan mempunyai peran dalam
pembentukan trombus.6
Erosi Pada Plak Tanpa Ruptur
Terjadinya penyempitan juga dapat disebabkan karena terjadinya proliferasi dan migrasi dari
otot polos sebagai reaksi terhadap kerusakan endotel; adanya perubahan bentuk dan lesi
karena bertambahnya sel otot polos dapat menimbulkan penyempitan pembuluh dengan cepat
dan keluhan iskemia.6
Manifestasi Klinis
Keluhan pasien umumnya berupa angina untuk pertama kali atau keluhan angina yang
bertambah dari biasa. Nyeri dada seperti pada angina biasa tapi lebih berat dan lebih lama,
mungkin timbul pada waktu istirahat, atau timbul karena aktivitas yang minimal. Nyeri dada
dapat disertai keluhan sesak napas, mual, sampai muntah, kadang-kadang disertai keringat
dingin. Pada pemeriksaan jasmani seringkali tidak ada yang khas.5,6
o Angina yang baru pertama kali atau angina stabil dengan karakteristik frekuensi berat
dan lamanya meningkat
o Timbul waktu istirahat
o Tidak dapat diperkirakan
o Biasanya lebih parah dan hilang dalam waktu yang lebih lama
o Dapat tidak akan hilang saat beristirahat ataupun pengobatan angina
o EKG: deviasi segmen ST depresi atau elevasi
Faktor-faktor yang meningkatkan resiko
o Merokok
Merokok memiliki resiko dua kali lebih besar terhadap serangan jantung
dibandingkan orang yang tidak pernah merokok, dan berhenti merokok telah
mengurangi kemungkinan terjadinya serangan jantung. Perokok aktif memiliki resiko
yang lebih tinggi terhadap serangan jantung dibandingkan bukan perokok.
o tidak berolahraga secara teratur
o hipertensi
13
o mengkonsumsi tinggi lemak jenuh dan memiliki kolesterol tinggi
o memiliki riwayat penyakit DM
o anggota keluarga (orang tua dan saudara kandung) yang telah memiliki penyakit arteri
koroner
Penatalaksanaan
Obat Anti Iskemia
Nitrat
Nitrat dapat menyebabkan vasodilatasi pembuluh vena dan arteriol perifer, dengan efektivitas
mengurangi preload adan afterload sehingga dapat mengurangi wall stress dan kebutuhan
oksigen. Nitrat juga menambah oksigen suplai dengan vasodilatasi pembuluh koroner dan
memperbaiki aliran darah kolateral. Dalam keadaan akut nitrogliserin atau isosorbid dinitrat
diberikan secara sublingual atau melalui infus intravena; yang ada di Indonesia terutama
isosorbid dinitrat, yang dapat diberikan secara intravena dengan dosis 1-4 mg per jam.
Karena adanya toleransi terhadap nitrat, dosis dapat dinaikkan dari waktu ke waktu. Bila
keluhan sudah terkendali infus dapat diganti isosorbid dinitrat per oral.4,7
Penyekat Beta
Penyekat beta dapat menurunkan kebutuhan oksigen miokardium melalui efek penurunan
denyut jantung dan daya kontraksi miokardium. Data-data menunjukkan penyekat beta dapat
memperbaiki morbiditas dan mortalitas pasien dengan infark miokard, meta analisis dari
4700 pasien dengan angina tak stabil menunjukkan penyekat beta dapat menurunkan risiko
infark sebesar 13 % (p<0,04). Semua pasien dengan angina tak stabil harus diberi penyekat
beta kecuali ada kontraindikasi. Berbagai macam beta blocker seperti propanolol, metoprolol,
atenolol, telah diteliti pada pasien dengan angina tak stabil, yang menunjukkan efektivitas
yang serupa. indikasi pemberian penyekat beta antara lain pasien dengan asma bronkial,
pasien dengan bradiaritmia.
Antagosis Kalsium
Antagosis kalsium dibagi dalam 2 golongan besar: golongan dihidropiridin seperti nifedipin
dan golongan non dihirdropiridin seperti diltiazem dan verapamil. Kedua golongan dapat
menyebabkan vasodilatasi koroner dan menurunkan tekanan darah.
14
Golongan dihidropiridin mempunyai efek vasodilatasi lebih kuat dan penghambatan nodus
sinus maupun nodus AV lebih sedikit, dan efek inotropik negatif juga lebih kecil.
Metaanalisis studi pada pasien dengan angina tak stabil yang mendapati antagonis kalsium,
menunjukkan tak ada pengurangan angka kematian dan infark. Pada pasien yang sebelumnya
tidak mendapat antagonis pemberian nifedipin menaikkan infark dan angina yang rekuren
sebesar 16%, sedangkan kombinasi nifedipin dan metoprolol dapat mengurangi kematian dan
infark sebesar 20%. Tapi kedua studi secara statistik tak bermakna. Kenaikan mortalitas
mungkin karena pemberian nifedipin menyebabkan takikardi dan kenaikan kebutuhan
oksigen.6
Verapamil dan diltiazem dapat memperbaiki survival dan mengurangi infark pada pasien
dengan sindrom koroner akut dan fraksi ejeksi normal. Denyut jantung yang berkurang,
pengurangan afterload memberikan keuntungan pada golongan nondihidropiridin. Pada
pasien SKA dengan faal jantung normal. Pemakaian antagonis kalsium biasanya pada pasien
yang ada kontraindikasi dengan antagonis atau telah diberi penyekat beta tapi keluhan angina
masih refrakter.
Obat Anti Agregasi Trombosit
Aspirin
Banyak studi telah membuktiksn bahwa aspirin dapat mengurangi kematian jantung dan
infark fatal maupun non fatal dari 51% -72% pada pasien dengan angina tak stabil. Oleh
karena itu aspirin dianjurkan untuk diberikan seumur hidup dengan dosis awal 160 mg
perhari dan dosis selanjutnya 80 sampai 3325 mg perhari.
Tiklopidin
Tiklopidin suatu derivat tienopiridin merupakan obat lini kedua dalam pengobatan angina tak
stabil bila pasien tidak tahan aspirin. Studi dengan tiklopidin dibandingkan plasebo pada
angina tak stabil ternyata menunjukkan bahwa kematian dan infark non fatal berkurang
46,3%. Dalam pemberian tiklopidin harus diperhatikan efek samping granulositopenia,
dimana insidens 2,4%. Dengan adanya klopidogrel yang lebih aman pemakaian tiklopidin
mulai ditinggalkan.
15
Inhibitor Glikoprotein IIb/IIIa
Ikatan fibrinogen dengan reseptor GP Iib/IIIa pada platelet ialah ikatan terakhir pada proses
agregasi platelet. Karena inhibitor GP IIb/IIIa menduduki reseptor tadi maka ikatan platelet
dengan fibrinogen dapat dihalangi dan agregasi platelet tidak terjadi.6
Obat Anti Trombin
Unfractionated Heparin
Heparin adalah glikosaminoglikan yang terdiri dari berbagai polisakarida yang berbeda
panjangnya dengan aktivitas antikoagulan yang berbeda-beda. Antitrombin III, bila terikat
dengan heparin, akan bekerja menghambat trombin dan faktor Xa. Heparin juga mengikat
protein plasma yang lain, sel darah dan sel endotel, yang akan mempengaruhi
bioavailabilitas. Kelemahan lain heparin adalah efek terhadap trombus yang kaya trombosit
dan heparin dapat dirusak oleh platelet faktor IV.
Low Molecular Weight Heparin
Low molecular weight heparin (LMWH) dibuat dengan melakukan depolimerasi rantai
polisakarida heparin. Kebanyakan mengandung sakarida kurang dari 18 dan hanya bekerja
pada factor Xa, sedangkan heparin menghambat factor Xa dan trombin. Dibandingkan
dengan unfractionated heparin, LMWH mempunyai ikatan terhadap protein plasma kurang,
bioavailabilitas lebih besar dan tidak mudah dinetralisir oleh faktor IV, lebih besar pelepasan
tissue factor pathway inhibitor (TFPI) dan kejadian trombositopenia lebih sedikit.
Direct Trombin Inhibitors
Direct trombin inhibitor secara teoritis mempunyai kelebihan karena bekerja langsung
mencegah pembentukan bekuan darah, tanpa dihambat oleh plasma protein maupun platelet
faktor IV. Activated partial thromboplastin time dapat dipakai untuk memonitor aktivitas
antikoagulasi, tetapi biasanya tidak perlu. Hirudin dapat menurunkan angka kematian infark
miokard, tetapi komplikasi perdarahan bertambah. Bivalirudin juga menunjukkan efektivitas
yang sama dengan efek samping perdarahan kurang dari heparin. Bilivarudin telah disetujui
untuk menggantikan heparin pada pasien angina tak stabil yang menjalani PCI. Hirudin
maupun bivalirudin dapat menggantikan heparin bila ada efek samping trombositopenia
akibat heparin (HIT)
16
Pengobatan untuk angina tidak stabil berfokus pada tiga tujuan: menstabilkan plak apapun
yang mungkin pecah dalam rangka untuk mencegah serangan jantung, menghilangkan gejala,
dan mengobati penyakit arteri koroner yang mendasarinya.
Menstabilkan plak
Dasar dari sebuah stabilisasi plak pecah adalah mengganggu proses pembekuan darah yang
dapat menyebabkan serangan jantung.. Pasien yang mengalami gejala-gejala angina tidak
stabil dan yang tidak minum obat harus segera mengunyah Aspirin, yang akan memblok
faktor pembekuan dalam darah. Mengunyah Aspirin, daripada menelan utuh, mempercepat
tubuh proses menyerap aspirin stabil ketika angina terjadi pasien harus mencari bantuan
medis segera di rumah sakit. Setelah di rumah sakit, obat-obatan lainnya untuk blok
pembekuan proses tubuh dapat diberikan, termasuk heparin, clopidogrel, dan platelet
glikoprotein (GP) IIb / IIIa obat reseptor blocker.5,7
Dalam beberapa kasus, prosedur untuk mengurangi atau menstabilkan penyumbatan dalam
arteri koroner mungkin diperlukan di samping obat anti-pembekuan.. Paling umum Prosedur
untuk ini koroner angioplasti Dalam angioplasti koroner, sebuah balon berujung kateter
dimasukkan ke pembuluh darah di lengan atau pangkal paha dan maju melalui pembuluh
darah dan ke jantung. Ketika kateter mencapai penyumbatan di arteri koroner, dokter
mengembang balon di ujung kateter. Balon mengembang dan mengempis, menekan
penumpukan plak pada dinding arteri koroner dan meningkatkan diameter arteri,. Sering-
mesh tabung logam, dikenal sebagai stent, ditempatkan di arteri untuk tetap terbuka. stent
tetap secara permanen di arteri koroner, dan balon dan kateter dikeluarkan pada akhir
prosedur.
Menghilangkan gejala-gejala
Obat angina, baik dan prosedur untuk mengurangi penyumbatan dalam arteri koroner bisa
meringankan gejala angina tidak stabil. Tergantung pada keadaan pasien individu, obat
sendiri atau obat dalam kombinasi dengan prosedur yang dapat digunakan untuk mengobati
angina.
Mengobati penyakit arteri koroner yang mendasarinya
Penatalaksanaan pada dasarnya bertujuan untuk memperpanjang hidup dan memperbaiki
kualitas hidup dengan mencegah serangan angina baik secara medikal atau pembedahan.
17
Pengobatan medikal
Bertujuan untuk mencegah dan menghilangkan serangan angina. Ada 3 jenis obat yaitu :
Golongan nitrat
Umumnya dikenal sebagai nitrogliserin, nitrat adalah obat yang paling umum diresepkan
untuk mengobati angina. Nitrat melebarkan pembuluh darah, yang memungkinkan lebih
banyak darah mengalir melewati penyumbatan. Nitrat juga menurunkan resistensi jantung
wajah ketika memompa darah ke seluruh tubuh, yang pada gilirannya dapat mengurangi stres
(beban kerja) pada jantung. Nitrogliserin merupakan obat pilihan utama pada
serangan angina akut. Mekanisme kerjanya sebagai dilatasi vena perifer dan pembuluh
darah koroner. Efeknya langsung terhadap relaksasi otot polos vaskuler. Nitrogliserin
juga dapat meningkatkan toleransi pada penderita angina sebelum terjadi hipokesia
miokard. Bahan utama yang menyebabkan pembuluh-pembuluh darah kecil seperti areteri
koroner melebar (dilatasi) adalah oksida nitrat (NO).Ini dihasilkan secara alami oleh sel-sel
pelapis arteri sebagi respon terhadap perubahan pada aliran darah dan kimia darah.Di dalam
darah,nitrat diubah menjadi oksida nitrat dan membuka pembuluh darah. Nitrogliserin
biasanya diletakkan dibawah lidah (sublingual) atau di pipi (kantong bukal) dan akan
menghilangkan nyeri iskemia dalam 3 menit.4,5,6
Efek utama adah pada vena yang besar,sehingga darah berkumpul di vena dan kurang
kembali ke jantung.Ini menurunkan tekanan yang tercipta di dalam jantung,dan menurunkan
kebutuhan oksigen jantung.Dengan membuka arteri-arteri terkecil di perifer atau pinggiran
tubuh,terutama di anggota tubuh,nitrat juga menurunkan tekanan yang dibutuhkan jantung
untuk mendorong aliran darah,dan juga menurunkan kebutuhan oksigen dari
jantung.Golongan obat ini juga menyebarkan peredaran koroner ke area-area jantung,jauh di
dalam otot jantung,yang telah kekurangan darah selama serangan angina.Pada semua cara
ini,obat-obatan golongan nitrat cenderung mengembalikan perimbangan pasokan kebutuhan
ke keadaan normal.
Efek samping pemakaian golongan nitrat adalah sakit kepala dan tekanan darah rendah.
Ca- Antagonis
Dipakai pada pengobatan jangka panjang untuk mengurangi frekuensi serangan pada
beberapa bentuk angina.
18
Cara kerjanya :
o Memperbaiki spasme koroner dengan menghambat tonus vasometer
pembuluh darah arteri koroner
o Dilatasi arteri koroner sehingga meningkatkan suplai darah ke miokard
o Dilatasi arteri perifer sehingga mengurangi resistensi perifer dan menurunkan
afterload.
o Efek langsung terhadap jantung yaitu dengan mengurangi denyut, jantung dan
kontraktilitis sehingga mengurangi kebutuhan O2.
Beta Bloker
Beta-blocker memperlambat denyut jantung dan menurunkan kekuatan kontraksi otot
jantung, sehingga mengurangi tekanan pada jantung. Obat-obatan seperti diltiazem, nifedipin,
atau verapamil, cara kerjanya menghambat sistem adrenergenik terhadap
miokard yang menyebabkan kronotropik dan inotropik positif, sehingga denyut
jantung dan curah jantung dikurangi. Karena efeknya yang kadiorotektif, obat ini sering
digunakan sebagai pilihan pertama untuk mencegah serangan angina pektoris pada sebagian
besar penderita.
Efek samping Beta-blocker dapat menyebabkan: detak jantung lambat, tekanan darah rendah,
depresi.
Pembedahan
Prinsipnya bertujuan untuk: memberi darah yang lebih banyak kepada otot jantung,
memperbaiki obstruksi arteri koroner.
Ada 4 dasar jenis pembedahan :
1. Coronary angioplasty
Selama angioplasti koroner, sebuah balon berujung kateter dimasukkan ke dalam pembuluh
darah di lengan atau pangkal paha dan melalui pembuluh darah dan ke jantung. Ketika kateter
mencapai penyumbatan di arteri koroner, dokter akan mengembangkan balon di ujung
kateter. Balon mengembang dan mengempis, menekan penumpukan plak pada dinding arteri
koroner dan meningkatkan diameter arteri,. Sering-mesh tabung logam, dikenal sebagai stent,
ditempatkan di arteri untuk tetap terbuka. stent tetap secara permanen di arteri koroner, dan
19
balon dan kateter dikeluarkan pada akhir prosedur. Ini membuka kembali arteri dan
memungkinkan darah kembali mengalir.
2. Bypass grafting arteri koroner (CABG)
Bila penyumbatan terlalu banyak atau sulit diobati dengan angioplasti koroner, CABG
operasi mungkin diperlukan. Dalam prosedur ini, vena diambil dari kaki atau pembuluh darah
diambil dari dada dan digunakan untuk menghindari penyempitan atau penyumbatan
sebagian dari arteri di jantung. tabung stent, atau sempit, yang ditempatkan ke dalam arteri di
daerah dibuka kembali untuk menjaga dari penyempitan lagi.
3. pembedahan laser, yang menggunakan gelombang cahaya untuk membubarkan plak
4. Atherectomy, prosedur pembedahan di mana plak yang menyebabkan penyempitan
pembuluh darah akan dihapus
Seseorang yang terkena serangan angina pektoris tidak stabil akan dimonitor di rumah sakit
untuk memastikan perawatan terus bekerja. Jika orang tersebut telah menjalani operasi,
penyedia layanan kesehatan juga akan memeriksa untuk memastikan bahwa aliran darah
tidak tiba-tiba menjadi tersumbat lagi. Sebuah program rehabilitasi jantung akan dimulai dan
akan terus setelah orang meninggalkan rumah sakit.5,7
Bila nyeri dada muncul, tentu langkah pertama yang harus diambil adalah istirahat sejenak
dan menenangkan diri, tubuh harus dibuat senyaman mungkin hingga gejala berkurang.Posisi
yang paling baik adalah duduk bersandar dengan kaki diselonjorkan sambil menarik nafas
panjang dan dalam. Setelah gejala berkurang, sebaiknya segera ke rumah sakit terdekat
untuk pemeriksaan lebih lanjut dan penanganan awal. Bila serangan yang timbul mendadak
dan hebat, maka harus segera ke rumah sakit untuk penanganan lebih lanjut. Perlu diingat
bahwa nyeri dada merupakan pertanda awal ada yang tidak beres di pada jantung, sehingga
harus segera memeriksakan diri dan menjalani pengobatan atau terapi pencegahan untuk
mencegah serangan jantung. Tentu mencegah lebih baik daripada mengobati,nyeri dada ini
dapat muncul bila ada gangguan pada jantung kita.
Berikut adalah langkah-langkah sederhana dalam menurunkan risiko timbulnya penyakit
jantung: hindari makanan yang mengandung kolesterol/lemak tinggi, olahraga teratur, hindari
merokok, jaga berat badan pada rentang normal, istirahat yang cukup, pemeriksaan teratur
dengan EKG untuk mengetahui kelainan dini penyakit jantung.
20
Dan bila memiliki factor risiko tambahan seperti memiliki penyakit gula darah(diabetes
militus),hipertensi,atau penyakit pembuluh darah lainnya,maka hal penting yang harus
dilakukan adalah menjaga kestabilan gula darah ataupun tekanan darah,dengan kata lain
menjaga kestabilan kesehatan demi mengurangi risiko terkena serangan jantung.
Komplikasi
Kompliksi utama: infark miokard, aritmia, dan sudden death
Prognosis
Umumnya pasien dengan angina pektoris dapat hidup bertahun-tahun dengan hanya sedikit
pembatasan dalam kegiatan sehari-hari. Mortalitas bervariasi dari 2% - 8% setahun. Faktor
yang mempengaruhi prognosis adalah beratnyan kelainan pembuluh koroner. Pasien dengan
penyempitan di pangkal pembuluh koroner kiri mempunyai mortalitas 50% dalam lima tahun.
Hal ini jauh lebih tinggi dibandingkan pasien dengan penyempitan hanya pada salah satu
pembuluh darah lainnya. Juga faal ventrikel kiri yang buruk akan memperburuk prognosis.
Dengan pengobatan yang maksimal dan dengan bertambah majunya tindakan intervensi
dibidang kardiologi dan bedah pintas koroner, harapan hidup pasien angina pektoris menjadi
jauh lebih baik.
Kesimpulan
Angina pektoris tidak stabil adalah suatu sindrom klinik yang berbahaya dan merupakan tipe
angina pektoris yang dapat berubah menjadi infark ataupun kematian. Pengenalan klinis
angina pektoris termasuk patofisiologi, faktor risiko untuk terjadinya IMA serta perjalanan
penyakitnya perlu diketahui agar dapat dilakukan pengobatan yang tepat ataupun usaha
pencegahan agar tidak terjadi infark miokard. Pengobatan bertujuan untuk memperpanjang
hidup dan memperbaiki kualitas hidup baik secara medikal maupun pembedahaan. Prinsipnya
menambah suplai oksigen ke daerah iskemik atau mengurangi kebutuhan oksigen.
Pencegahan terhadap faktor risiko terjadinya angina pektoris lebih penting dilakukan dan
sebaiknya dimulai pada usia muda seperti menghindarkan kegemukan, menghindarkan stress,
diet rendah lemak, aktifitas fisik yang tidak berlebihan dan tidak merokok.
21
Daftar Pustaka
1. Abdurahman N, Daldiyono H, Markum, dkk. Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik.
Jakarta: Balai penerbit FKUI 2003. Hal 7-19.
2. Merkum, H. M. S. Penuntun anamnesis dan pemeriksaan fisik. FKUI:
Jakarta;2000.h.23-29.
3. Anonymous. Heart Disease. In: McPhee SJ, Papadakis MA; editors. Current Medical
Diagnosis & Treatment. New York: McGraw-Hill; 2010.
4. Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia. 2007. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam Jilid I Edisi IV. Jakarta : EGC.
5. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.ed V,jilid II. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen
Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2009. p1725-7.
6. Noer, H.M Sjaifoellah.1996. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Balai Penerbit FKUI:
Jakarta.
7. Crawford,MH. Current Diagnosis and Treatment in Cardiology. 2nded.2002.
22