makala h

42
CARPAL TUNNEL SYNDROME ( CTS ) Pembimbing: Dr. dr. Yunus Sp. RM. MARS. MM Disusun Oleh Kelompok VII: 1. Febrian Feri Ferdianto (08700239) 2. Oskar Disti Putra (08700000) 3. Riva Nita Harmila (08700115) 4. Julia Larasati (08700075) 5. Ferdi Andriska (08700273) 6. Rumaidhil Abrori (07700030) 7. Adelbertus Putra (08700121) 8. Putu Gede RC Arby I (09700257) 9. Konstanta Ester (08700151)

Upload: ayu-deni-pramita

Post on 12-Aug-2015

31 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: Makala h

CARPAL TUNNEL SYNDROME

( CTS )

Pembimbing:

Dr. dr. Yunus Sp. RM. MARS. MM

Disusun Oleh Kelompok VII:

1. Febrian Feri Ferdianto (08700239)

2. Oskar Disti Putra (08700000)

3. Riva Nita Harmila (08700115)

4. Julia Larasati (08700075)

5. Ferdi Andriska (08700273)

6. Rumaidhil Abrori (07700030)

7. Adelbertus Putra (08700121)

8. Putu Gede RC Arby I (09700257)

9. Konstanta Ester (08700151)

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA

MARET 2011

Page 2: Makala h

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas

berkat rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “Carpal

Tunnel Syndrome” sebagai tugas dari mata kuliah Ilmu Penyakit Saraf.

Kami juga sangat berterimakasih kepada Dr. dr. Yunus Sp. RM. MARS. MM,

karena telah meluangkan waktunya untuk membimbing kami sehingga makalah ini

dapat diselesaikan dengan baik.

Akhir kata, kami ucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang juga ikut

terlibat dalam pembuatan makalah ini. Kami sadar bahwa makalah ini belum

sempurna dan masih banyak kekurangan, oleh karena itu kritik dan saran yang

membangun sangat kami perlukan untuk penyempurnaan makalah ini.

Surabaya, 23 Maret 2011

Penyusun

Page 3: Makala h

BAB I

PENDAHULUAN

Kasus Carpal Tunnel Syndrome sering kita jumpai di sekitar kita, bahkan

mungkin terjadi pada teman ataupun keluarga kita, namun banyak yang tidak

terdiagnosa karena kurangnya pengetahuan dan wawasan masyarakat mengenai

sindroma ini.

Sindroma Terowongan Karpal ( STK ) adalah suatu kumpulan gejala yang

disebabkan karena tekanan pada nervus medianus dan nervus ulnaris di Carpal

Tunnel. Sindrom ini biasanya timbul pada orang-orang yang sering bekerja

menggunakan tangan (memanipulasi tangan), seperti memeras baju, orang yang

sering bertepuk (guru TK), pengendara motor, mengetik, olahraga taichi, sering

bermain game. Gejala yang ditimbulkan umumnya dimulai dengan gejala sensorik

walaupun pada akhirnya dapat pula menimbulkan gejala motorik. Gejala yang sering

dijumpai adalah rasa nyeri, tebal (numbness), lemah, kesemutan, dan rasa seperti

aliran listrik (tingling) pada daerah yang diinnervasi oleh nervus medianus. Gejala ini

dapat timbul kapan saja dan di mana saja, baik di rumah maupun di luar rumah.

Seringkali gejala yang pertama timbul di malam hari yang menyebabkan penderita

terbangun dari tidurnya.

Sebagian besar penderita biasanya baru mencari pengobatan setelah gejala

yang timbul berlangsung selama beberapa minggu. Kadang-kadang pijatan atau

menggoyang-goyangkan tangan dapat mengurangi gejalanya, tetapi bila diabaikan

penyakit ini dapat berlangsung terus secara progresif dan semakin memburuk.

Keadaan ini umumnya terjadi karena ketidaktahuan penderita akan penyakit yang

dideritanya dan sering dikacaukan dengan penyakit lain seperti 'rematik'

Page 4: Makala h

BAB II

DEFINISI

Sindroma Carpal Tunnel merupakan suatu kumpulan gejala yang disebabkan

karena tekanan pada nervus medianus dan nervus ulnaris di Carpal Tunnel. Adapun

definisi lain yaitu neuropati tekanan atau jeratan terhadap nervus medianus di dalam

terowongan karpal pada pergelangan tangan, tepatnya di bawah fleksor retinakulum

(cit.Samuel 1979, Dejong 1979, Mumenthaler 1984)

Terowongan karpal terdapat di bagian sentral dari pergelangan tangan dimana

tulang dan ligamentum membentuk suatu terowongan sempit yang dilalui oleh

beberapa tendon dan nervus medianus. Dimana nervus medianus mensarafi system

perasa (sensorik) dan penggerak (motorik) pada tangan dan jari-jari tangan. Tulang-

tulang karpalia membentuk dasar dan sisi-sisi terowongan yang keras dan kaku

sedangkan atapnya dibentuk oleh fleksor retinakulum (transverse carpal ligament dan

palmar carpal ligament) yang kuat dan melengkung di atas tulang-tulang karpalia

tersebut.

Dulu, sindroma ini juga disebut dengan nama acroparesthesia , median thenar

neuritis atau partial thenar atrophy. STK pertama kali dikenali sebagai suatu sindroma

klinik oleh Sir James Paget pada kasus stadium lanjut fraktur radius bagian distal

(1854). STK spontan pertama kali dilaporkan oleh Pierre Marie dan C.Foix pada

taboo 1913. Istilah STK diperkenalkan oleh Moersch pada tabun 1938.

Setiap perubahan yang mempersempit terowongan ini akan menyebabkan

tekanan pada struktur yang paling rentan di dalamnya yaitu nervus medianus.

Kelainan ini dapat terjadi akibat adanya proses peradangan pada jaringan-jaringan di

sekitar saraf medianus (tendon dan tenosynovium) dalam terowongan karpal.

Peradangan tersebut mengakibatkan jaringan di sekitar saraf menjadi bengkak, sendi

menjadi tebal, dan akhirnya menekan saraf medianus. Penekanan saraf medianus ini

lebih lanjut akan menyebabkan kecepatan hantar (konduksi) dalam serabut sarafnya

terhambat, sehingga timbullah berbagai gejala pada tangan dan pergelangan tangan.

Page 5: Makala h
Page 6: Makala h

BAB III

PATOFISIOLOGI

III.1. ANATOMI

CT (Carpall Tunnel) adalah Canal dari jaringan Fibro-osseus berbentuk

silindris yang ada pada pergelangan tangan.

CT dibentuk oleh :

Atap : ligamentum carpi transversum (bagian dari. flexor retinaculum

yang membentang dari Os. Scapoideum dan trapezoideum ke arah medial

menuju Os. Piriformis & hamatum)

Lateral (radial) : Os naviculare dan tuberculum os trapezium.

Medial (ulnar) dibatasi oleh : Os. pisiformis dan os hamatum.

CT berisi :

4 Mm Fleksor Digitorum Superfisialis,

4 Mm Fleksor Digitorum Profundus,

1 M Fleksor Carpi Radialis,

1 N Medianus.

Page 7: Makala h

Anatomi Nervus Medianus

Serabut - serabut syaraf yg

membentuk N. medianus berasal

dari saraf spinal C5-C8 dan Th 1

dari pleksus brakhialis, dibentuk

oleh cabang lateralis fasciculus

medialis dan cabang medial dari

fasciculus lateralis dimana kedua

cabang tersebut bersatu pada tepi

bawah M. Pectoralis minor.

Serabut motorik N. medianus mempersyarafi otot lengan bawah:

Page 8: Makala h

M. Pronator teres

M. Palmaris longus

M. Fleksor Carpi Radialis

M. Fleksor digitorum superficialis

M. Fleksor digitorum profundus

M. Pronator kuadratus

M. Fleksor Polisis longus

Serabut motorik N. Medianus yg mempersyarafi otot – otot tangan M. Fleksor polisis

brevis, M. Oponen polisis, M. abductor polisis brevis, Mm. Lumbricalis I dan II

Serabut sensorik N. Medianus:

Bag. Palmar ibu jari, jari telunjuk, jari tengah, dan bagian radial jari manis, serta

ujung – ujung distal dari jari yang sama.

Bagian dorsal tangan sampai dengan Phalang kedua jari telunjuk, jari tengah

dan setengah dari jari manis.

Di dalam CT tersebut N. Medianus terletak langsung di bawah ligamentum karpi

transversum dan sebelumnya terletak di belakang dari tenson palmaris longus.

Patogenesa

Adanya disproporsi antara

volume CT dengan isinya, yaitu

bertambahnya volume dari isi

carpal Tunnel atau berkurangnya

volume dari CT tersebut. Dengan

adanya Disproporsi akan terjadi

penekanan pd vasa vasorum dari

N. Medianus serta ischemic

sehingga akan menekan syaraf

pada pembedahan akan tampak

syaraf yang pipih seperti pita.

Bertambahnya volume CT, karena:

Page 9: Makala h

Penebalan / fibrosis dari Fleksor sinovialis merupakan penyebab tersering.

Hasil biopsi: RA, inflamasi non spesific kronis, Penyakit degeneratif

Udema di dlm CT , sehingga memberi tekanan dan kompresi pada syaraf,

karena faktor:

a. Hormonal adanya retensi cairan pd jaringan yang ada di CT. misalnya:

Menstruasi, kehamilan, menopouse, diabetes mellitus, dsn miksudema pd

hipotiroidisme.

b. Proses radang, misal: RA, osteoarhtritis.

c. Tumor dan keadaan lain yang menambah isi dari CT, misalnya: Ganglion,

neuroma, lipoma, kista sinovitis, hematoma, deposit Calsium, amiloidosis,

Chondrocalsinosis.

d. Penyakit Ocupasi adalah penyakit yang disebabkan karena penggunaan

tangan secara berlebihan pada keadaan Hiperekstensi pada pergelangan

tangan, sehingga tekanan CT meningkat dari pada tangan dengan posisi

netral.

e. Trauma akan merubah ”countour” normal CT atau pembentukan tulang

baru yang berlebihan pada Colles fracture

Terjadinya Neurophaty saat injuri disebabkan karena fragmen tulang

patah atau ujung ligamentum menekan n. medianus.

f. Infeksi pada tenosinovitis kronis dan tuberkulosa.

g. Kongenital, apabila ada anomali didaerah CT, misal perpanjangan

“Muscle Belly” dari M. Fleksor digitorum sublimis, atau pembesaran

pembuluh darah sehingga terjadi penekanan terhadap nervus medianus.

h. Vascular “Shunt” pada renal dialisis yang berulang, pembuatan shunt

didaerah tangan, tetapi hal ini masih dalam perdebatan.

Atau bisa dikatakan umumnya STK terjadi secara kronis di mana terjadi

penebalan fleksor retinakulum yang menyebabkan tekanan terhadap nervus medianus.

Tekanan yang berulang-ulang dan lama akan mengakibatkan peninggian tekanan

intrafasikuler. Akibatnya aliran darah vena intrafasikuler melambat. Kongesti yang

terjadi ini akan mengganggu nutrisi intrafasikuler lalu diikuti oleh anoksia yang akan

merusak endotel. Kerusakan endotel ini akan mengakibatkan kebocoran protein

sehingga terjadi edema epineural. Hipotesa ini menerangkan bagaimana keluhan nyeri

dan sembab yang timbul terutama pada malam/pagi hari akan berkurang setelah

Page 10: Makala h

tangan yang terlibat digerak-gerakkan atau diurut (mungkin akibat terjadinya

perbaikan sementara pada aliran darah). Apabila kondisi ini terus berlanjut akan

terjadi fibrosis epineural yang merusak serabut saraf. Lama-kelamaan safar menjadi

atrofi dan digantikan oleh jaringan ikat yang mengakibatkan fungsi nervus medianus

terganggu secara menyeluruh

Pada STK akut biasanya terjadi penekanan yang melebihi tekanan perfusi

kapiler sehingga terjadi gangguan mikrosirkulasi dan timbul iskemik saraf. Keadaan

iskemik ini diperberat lagi oleh peninggian tekanan intrafasikuler yang menyebabkan

berlanjutnya gangguan aliran darah. Selanjutnya terjadi vasodilatasi yang

menyebabkan edema sehingga sawar darah-saraf terganggu. Akibatnya terjadi

kerusakan pada saraf tersebut

Tekanan langsung pada safar perifer dapat pula menimbulkan invaginasi

Nodus Ranvier dan demielinisasi lokal sehingga konduksi saraf terganggu.

Akhirnya setelah adanya disproporsi dan kompresi terhadap nervus medianus

akan menimbulkan suatu gejala / simptom. Yaitu nyeri, rasa terbakar dan rasa

seperti di tusuk – tusuk pada daerah carpal

Stadium pada kelainan syaraf:

Stadium I:

Timbulnya distensi kapiler intrafasikuler yang menyebabkan meningkatkan

tekanan intrafasikuler. Sehingga keadaan tersebut dapat menimbulkan

konstriksi pembuluh darah kapiler. Keadaan ini yang menyebabkan timbulnya

gangguan nutrisi serta akan terjadi hipereksitabilitas serabut saraf.

Stadium II

Adanya kompresi pada pembuluh kapiler akan menyebabkan anoksia dan

kerusakan endotelium kapiler. Masuknya protein ke dalam jaringan akan

menyebabkan edema. Protein tidak dapat keluar melalui perineurium oleh

karena akumulasi dalam endoneurium yang mana telah menyatu dengan

metabolisme serta nutrisi aksonal.

Pada keadaan tersebbut juga diiikuti adanya proliferasi dari fibroblast serta

iskemik pada jaringan ikat yang mengalami konstriksi. Pada tahap akhir dari

kompresi saraf, akan terjadi defek pada motorik maupun sensorik.

Page 11: Makala h

Dasar Patofisiologi dari penekana dari saraf ini di awali dengan berkurang nya

aliran darah yang timbul dengan tekanan 20 – 30 mmHg. Pada penderita CTS tekanan

pada terowongan sedikitnya mencapai 33 mmHg dan bahkan sering mencapai 110

mmHG saat pergelangan tangan pada dalam posisi ekstensi posisi dorsofleksi ini

nampaknya merupakan posisi yang meningkatkan tekanan intra karpal yang paling

tinggi. Tekanan sebesar 50 mmHG selama 2jam akan menyebabkan oedema

epyneurium bila tekanan tersebut berlangsung selama 8 jam maka akan

mengakibatkan tekanan cairan endoneurium meningkat sebesar 4 kali dan

menghambat transport aksonal jika trauma ini terus terjadi pada endotel kapiler maka

akan semakin banyak protein yang bocor masuk kedalam jaringan sehingga oedema

makin menghebat dengan demikiab lingkaran akan terjadi.

Dampak yang terjadi lebih nyata pada endoneurium, karena lebih banyak

eksudat dan oedema yan g menumpuk disana akibat tidak dapat menembus

peryneurium. Peryneurium lebih tahan terhadap perubahan tekanan karena kelenturan

yang lebih tinggi. Peryneurium juga bertindak sebagai penghalang difusi sehingga

dapat menimbulkan dampak sindroma kompartemen dalam saraf.

Adanya kompresi dari n. medianus karena pembesaran tendon atau fascia otot

serta arthritis tulang sehingga canalis carpalis mengecil, akibatnya menghambat kerja

dan sirculasi dari n. medianus sehinga timbul gejala: nyeri, rasa terbakar dan rasa

seperti di tusuk – tusuk pada daerah carpal.

distribusi nyeri

Page 12: Makala h

III.2. Faktor Resiko

Faktor penyebab (etiologi) dari Carpal Tunnel syndrome meliputi :

1. Peningkatan tekanan Nervus medianus

2. Kelainan terowongan karpal sejak lahir.

3. Anomali otot (palmaris longus,flexor digitorum sublimes)

4. Trauma (fraktur,terutama retak colle’s atau fraktur radius dekat

pergalangan tangan)

5. Infeksi/peradangan :

a.Rheumatoid arthtritis

b. Septic arthrits

6. Kegiatan umum yang telah diidentifikasi sebagai penyebab penekanan

berulang-ulang sindrom tulang pergelangan tangan termasuk :

a) pengetikan

b) Memeras pakaian (mencuci)

c) Olah raga (Golf, Tenis, Taichi, dll)

d) Mengendarai kendaraan bermotor/menerbangkan pesawat

e) Mendorong mesin pemotong rumput (tekanan dan getaran dapat

juga jadi penyebabnya)

f) Aktifitas apapun yang mana menggunakan tangan secara rutin dan

bertenaga ( membuka pintu, mengulek, dokter gigi, ahli bedah)

g) Guru Taman kanak-kanak (sering tepuk tangan), dll.

7. Jenis kelamin ( wanita lebih rentan menderita gangguan ini)

8. Penyebab non traumatik biasanya terjadi setelah jangka waktu tertentu dan

tidaklah disebabkan oleh satu peristiwa tertentu,sebagai contoh ;

a) Tenosynovitis ( radang tulang sendi)

b) Kehamilan

c) Hypothyroidism

d) Acromegaly

e) Diabetes melitus

f) Rheumathoid arthritis

g) Obesitas dan Tumor

h) Amiloidosis

i) Genetics

Page 13: Makala h

Faktor resiko penyebab CTS pada dasarnya merupakan hasil dari suatu kombinasi

dari facto-factor yang meningkatkan tekanan pada Nervus Medianus di terowongan

carpal,selain dari faktor saraf itu sendiri.

III.3. Lokasi

N. medianus mudah dan sering terjebak pula, yakni dibagian volar

pergelangan tangan dimana cabang – cabang N. medianus melintasi jalur – jalur atau

terowongan di ligamentum carpi volare yang dikenal dengan “Carpal Tunnel

Page 14: Makala h

BAB IV

PENATALAKSANAAN

IV.1. Pemeriksaan ( Menuju Diagnosa )

A. Anamnesa

Parestesia, hipestesia, dan nyeri (arthralgia) dirasakan pada jari-jari terutama

permukaan falangs terminal. Jari-jari terasa kaku pada pagi hari. Barang yang

dipegang sering terlepas tanpa disadari. Telapak tangan parestetik juga, tetapi

dorsum manus bebas dari parestesia atau hipestesia.

1. Pasien datang mengeluh parestesia biasanya pada malam hari, dari lokasi

distribusi cabang sensorik N. medianus di daerah tangan, pasien merasa

“kesemutan”, rasa panas pada 1 atau 2 tangan.

2. Pasien merasa bengkak tetapi secara obyektif pada inspeksi tidak telihat

adanya pembengkaan ataupun kelainan.

3. Pasien merasa kaku dan bengkak pada jari – jari tangan biasanya keluhan

timbul saat bangun tidur pagi atau gejala menghilang saat berkegiatan. Setelah

tangan dan jari-jari digerakkan, kaku dan nyeri dapat mereda, tetapi parestesia

atau hipestesia pada ujung-ujung jari masih tetap terasa.

4. Terkadang ada sensasi rasa geli

5. Keluhan berkurang/ menghilang saat pasien mengelevasikan, mengayunkan,

menggosok-gosokkan kedua belah tangan/merendam dalam air hangat.

6. Keluhan bertambahsaat pasien melaksanakan gerakan fleksi – ekstensi yg

berulang - ulang pada pergelangan tangan.

7. Sering ada gangguan vasomotor

Pasien lebih peka terhadap rasa dingin, selain itu terdapat perbedaan keringat

pada sisi ulnar dan radial, kulit menjadi kering dan pecah – pecah timbul

karena terlibatnya syaraf otonom berupa “Raynaud Phenomenon” dan

Acrocyanosis” sebagai akibat proses vasospastik.

b. Inspeksi

Terjadi pembengkakan di pergelangan tangan biasanya sering pada ibu hamil.

Pada keadaan awal tidak ditemukan keluhan. Dan pada kondisi berat tangan

Page 15: Makala h

tampak deformitas dan Inspeksi ini pada pemeriksaan fisik pada CTS kurang

spesifik

Tangan tampak deformitas

c. Palpasi

Pemeriksaan untuk gangguan motorik.

1. Pemeriksaan otot yang dipersarafi N. medianus, pada kasus lanjut

terdapat kelemahan dan atrofi dari:

a. m. Fleksor polisis brevis

b. m. Oponen polisis

c. m. Abductor polisis brevis

d. m. lumbrikalis I dan II

2. Lengan bawah tidak dapat dopronasikan ( bila lesi terdapat di atas

tingkat siku)

3. Sikap tangan menekuk kea rah ulnar dan tangan tidak dapat

digerakkan ke arah medial.

4. Falangs terminal dari ibu jari dan telunjuk tidak dapat ditekukkan

dan falangs terminal dari jari – jari lain hanya sedikit saja bisa

ditekukkan.

Pemeriksaan untuk gangguan sensorik.

a. Hipalgesia: menurunnya kepekaan terhadap nyeri

b. Hipoestesia : penurunan sensitivitas terhadap sensasi nyeri

c. Parestesia: sensasi sentuh abnormal seperti rasa terbakar,

tertusuk atau kesemutan, sering kali tanpa adanya rangsangan

luar.

d. Lesi N. Medianus ”Ape hand ”

Reflleks

Page 16: Makala h

Refleks biseps dan triseps menurun/ hilang yaitu berupa kelemahan otot

biseps, triseps, brakioradialis, dan ekstensor pergelangan tangan.

IV.2. Diagnosa

Tes Khusus

Untuk pendiagnosaan dilaksanakan beberapa tes khusus dan tes tambahan, berikut ini

merupakan tes khusus yang bisa digunakan untuk keperluan diagnosa yaitu:

Phalen’s Test / Wrist Flexion test/ Phalen’s manouver

Test ini dilakukan dengan cara kedua tangan difleksikan pada pergelangan

tangan, kemudian dorsum manus ditekankan satu dengan lainnya selama 30 detik – 1

menit, tunggu gejala yang akan timbul.

Test bernilai (+) jika nyeri menjalar dari proksimal tangan ke jari – jari tangan

( pada daerah distribusi N. medianus) semakin cepat timbul gejjala seperti

paraesthesia berarti semakin jelek kondisinya dan menandakan adanya penyempitan

CT.

Prayer Test

Seperi dengan Tes Phalen. Bedanya kedua tangan di ekstensikan satu dg

lainnya serta kedua palmar manus saling ditekankan. Pasien disuruh meluruskan

lengan bawahnya tegak lurus dengan penunjukan jari ke arah dagu ( seperti orang

berdoa ) selama 1 menit.

Tinel’s test

Positif jika ada rasa nyeri, kesemutan atau seperti ada aliran listrik yang

menjalar keujung – ujung jari tangan ketika dilakukan perkusi n. medianus pada

pergelangan tangan di daerah ligamentum Carpal transversalis.

Page 17: Makala h

Tourniquet Test

Mengunakan tensimeter Cuff dipasang pada lengan atas dengan tekanan diatas

tekanan sistolik, biasanya (220mmHg) selama 1-2 menit.

Tes bernilai positif (+) jika peningkatan rasa nyeri dan kesemutan karena adanya

kondisi iskemik.

b. Additional Test / Tes penunjang

Adapun tes penunjang yang mungkin bisa digunakan sebagai alternative test

untuk penegakan diagnose adalah:

Pemeriksaan laboratorium

Tidak ada tes laboratorium khusus untuk diagnosa Carpal Tunnel Syndrome.

Pada beberapa kasus ditemukan adanya peningkatan kadar protein, tetapi masih

dibawah 100%. Pemeriksaan cairan serebrospinal tidak menunjukkan adanya

kelainan.

Pemeriksaan X-Ray

X-rays kurang membantu meskipun ada alasan untuk percaya bahwa patah

tulang menyebabkan penekanan N. medianus pada canalis carpalis. Tetapi X-rays

membantu diagnose dari arthritis, bone spurs, fraktur, tumor, kista and gout.

Pemeriksaan plain foto biasasnya tidak menemukan abnormalitas ligament atau

jaringan lunak.

Page 18: Makala h

Nerve test

Tes ini membantu kemajuan bagaimana nervus medianus bekerja, Tes ini paling

reliable untuk konfirmasi diagnose jika seseorang terkena CTS

Electromyografi (EMG)

EMG adalah alat yang digunakan untuk melihat kelistrikan yang dihasilkan oleh otot .

Sebuah jarum elektrode dimasukkan kedalam otot atau otot pemeriksa yang akan

menganalisa. Dan sebuah alat yang merekam aktivitas kelistrikan otot saat relaksasi

dan kontraksi. Test ini dapat membantu menentukan kerusakan nervus medianus

akibat penekanan yang progresif. Positif bila ditemukan gelombang tajam, potensial

fibrilasi, meningkatkan aktivitas sisipan (insertional). 85-90% akurat, false negative

10 – 15%. Uji menggunakan tes ini sangat spesifik untuk penddiagnosaan Carpal

Tunnel Syndrome.

Nerve conduction studies

Test ini paling sensitif untuk konfirmasi seseorang yang mempunyai CTS.

Mencatat kecepatan konduksi listrik pada syaraf. Elektrode di tautkan pada jari – jari

dan lengan. Sebuah getaran melewati satu elektroda ke elektroda yang lain melewati

nervus. Jika impuls listrik menurun saat melewati carpal tunnel, hal itu merupakan

fakta bahwa positif CTS

Diagnostic ultrasound.

Merupakan alternatif baru untuk pendiagnosaan CTS dan sampai sekarang masih

dalam tahap penelitian. Pendiagnosaan dengan cara ini adalah melalui gelombang

suara yang dipantulkan ke tangan dan pergelangan tangan sehingga menghasilkan

gambaran dari nervus, otot dan tendon. Hasil nya jika terkena CTS N. medianus

terlihat lebih kecil dari normal.. Tes ini mempunyai kekurangan yaitu tidak dapat

mengetes fungsi syaraf, hanya untuk membantu mempermudah diagnosa saja.

Computerized Tomography Scan

Page 19: Makala h

Berguna karena mampu menunjukkan dan mengevaluasi cross sectional volume

carpal tunnel dan untuk deteksi kalsifikasi yang halus/tidak diketahui di tendon dalam

canal. Tapi tidak bisa menemukan abnormalitas ligamen atau jaringan lunak.

MRI (Magnetic Resonancy Imaging)

MRI dapat dipercaya dan digunakan untuk melihat kuantitas nervus medianus di

carpal tunnel. Batas yang meliputi pemisahan ujung fasciculus untuk merespon

lubang yang dibaca dengan nyata, semakin luas lubang nervus untuk menentukan

kejelasan tanda nervus medianus yang tidak normal. Pemeriksaan dengan MRI

berguna untuk evaluasi semua struktur intrinsik pergelangan tangan termasuk tulang –

tulang karpal. Kontra indikasi terhadap pasien dengan Cardiac pacemaker, older

aneurysma clips, new stents atau aortic valves, ferromagnetic ocular fragmen.

IV.3 TERAPI/PENGOBATAN

a. Rehabilitasi medik/ fisioterapi

Page 20: Makala h

o Istirahat gerak tangan dan pergelangan tangan minimal 2 minggu.

o Latihan peregangan

Peregangan dan penguatan bisa membantu orang – orang yang gejalanya

sudah berkutang. Latihan – latihan ini sebaiknya diawasi oleh terapis fisik

yang terlatih menggunakan latihan – latihan untuk merawat kelemahan –

kelemahan tubuh atau seorang terapis yang terlatih dalam mengevaluasi orang

– orang dengan kelemahan tubuh dan membangun keahlian untuk

meningkatkan kesehatan mereka.

Menarik jari – jari ke belakang menjauhi telapak tangan

Page 21: Makala h

Tariklah jari tangan yang dominan yang pengaruh carpal tunnel syndrome lebih

terasa, menjauhi telapak tangan. Relakslah pergelangan tangan dan biarkan

mengikuti jari

Tahanlah selama 5 detik, kemudian ulangi dengan tangan yang lain

Menarik perlahan ibu jari ke arah bawah

Tariklah ibu jari secara perlahan-lahan ke arah dara dan kebawah

Tahanlah peregangan ini selama 5 detik dan ulangi pada ibu jari tangan yang

lain.

Menekan telapak tangan meja

Berdirilah, kedua tangan diletakkan ke meja, kedua telapak tangan menghadap

ke bawah dengan jari-jari mengarah ke dalam, saling menghadap.

Tekankan ke bawah secara perlahan-lahan dan secara perlahan-lahan pula

regangkan pergelangan tangan ke belakang

Pertama kali melakukan peregangan pergelangan tangan mungkin hanya

teregang kurang dari 90’, bila sudah menjadi lebih lentur coba perdalam

peregangannya dengan menggerakkan kedua lengan terpisah lebih jauh.

Meregangkan pergelangan tangan ke depan

Rentangkan kedua lengan bawah sejajar dengan lantai, telapak tangan

menghadap ke bawah dan menggenggam kedua tangan.

Regangkan kedua pergelangan tangan ke bawah dalam keadaan tetap

menggenggam, tahan selama 5 hitungan

Menarik jari perlahan – lahan

Secara perlahan-lahan tariklah tiap jari-jari dengan berurutan, masing-masing

jari selama beberapa detik

Bila jari-jari iru berbunyi tidak akan menyebabkan radang sendi.

Pemberian ortesa / splinting / Cock Up Splint

Penggunaan Wrist Splint bidai digunakan untuk menghindari mobilisasi baik ekstensi

maupun fleksi lengan dan pergelangan tangan secara berlebihan

Page 22: Makala h

Wrist splint/ bidai pembelat pergelangan tangan harusnya tidak dipakai dalam waktu

yang lama karena hal ini bisa jadi tidak nyaman dan kemungkinan besar terjadi

trauma pada N. Medianus.

o Pemberian Terapi panas

Tujuan dilaksanakannya terapi panas adalah:

1. Memperbaiki sirkulasi darah & metabolisme setempat

2. Mengurangi rasa nyeri

3. Relaksasi otot / mengurangi spasme otot

4. Memperbaiki ekstensibilitas jaringan ikat

Alat terapi panas

USD ( Ultrasound Diathermi)

o Prinsip: Gelombang getaran suara dgn frek. Tinggi

o Penetrasinya : 3 – 5 cm

o Lama pemberian : 5 menit

o Dosis Tx : 0,5 – 4 Watt/cm2

Efek fisiologi dari terapi panas dengan USD yaitu meningkatkan difusi ion

melalui membran, meningkatkan metabolisme jaringan, meningkatkan

permeabilitas membran, meningkatkan nilai ambang nyeri, meningkatkan

ekstensibilitas jaringan ikat, meningkatkan aliran darah perifer, serta

menurunkan spasme otot. Kontra indikasi pemakaian alat ini yaitu

kecenderungan perdarahan, hilangnya sensasi, pemakaian metal / logam dlm

tubuh, pemakaian alat pacu jantung, keganasan.

Terapi. Stimulasi Listrik

Tujuan :

Mempertahankan kontraktilitas otot & memperlambat terjadinya atrofi

otot akibat denervasi saraf.

Alat ini dapat digunakan bila kekuatan otot di bawah 3 fair.

b. Medicamentosa / Farmakologis

Page 23: Makala h

1. NSAID ( Non Steroid Inti Inflamatory Drug) seperti aspirin ( Obat AINS

derivat asam salisilat) dan ibuprofen ( Obat AINS derivat asam propionat

) merupakan obat utama yang sangat membantu dalam mengurangi

bengkak dan mengurangi gejala dari CTS. Dalam beberapa penelitian,

vitamin B-6 dengan dosis tinggi menunjukkan mengurangi gejala-gejala

dari CTS.

2. COX-2 inhibitor

celecoxib(celebrex)

rofecoxib(vioxx)

meloxicam(mobic)

3. Corticosteroid untuk mengurangi reaksi radang

Contohnya bisa digunakan prednison

4. Lidocain merupakan anaesthesi lokal kuat yang diberikan secara topikal

dan suntikan, pada kasus CTS diberikan secara suntikan untuk anaesthesi

infiltrasi ke CT/CC

5. Diuretik digunakan untuk mengurangi edema.

Contohnya Trichlomethiazide

6. Alternatif terapi

Akupuntur, untuk menghilangkan nyeri karena dilakukan blokade

syaraf.

o Chiropractis. Pemulihan dan perawatan kesehatan bergantung

pada fungsi normal syaraf, dengan pendiagnosaan dengan cara

mengenali faktor – faktor iritan dan pengobatannya dengan

menyingkirkannya melalui cara yang konserfatif.

Herbal remedies/ pengobatan herbal.

INJEKSI KORTISON

Injeksi kortison 25 miligram dalam retinaculum pergelangan tangan. Penusukan

jarum dilakukan pada lipatan kulit proksimal pada pergelanagn tangan diantara

tendon m. palmaris longi dan m. fleksor carpi radialis. Tindakan ini digunakan untuk

mengurangai gejala inflamasi melalui efek lipolitik selain efek anti inflamasinya yang

Page 24: Makala h

bekerja melalui hambatannya pada enzim fosfolipase A2 ( memecah membran

fosfolipid menjadi asam arakhidonat). Penyuntikan Cortisone mempunyai derajat

kebegasilan jika Paraesthesia bertambah ketika sebanyak 25mg Cortisone asetate

dimasukkan. Pada saat 15-30 menit setelah injeksi, paraesthesia atau anesthesia

berkurang & kembali ke derajat semula. Setelah di suntik 5x dengan interval 1

minggu perbaikan sangat jelas. Obat anti rheumatic non steroid per oral akan

membantu khasiat suntikan Cortisone acetat.

Angka keberhasilannya berkisar antara 75 – 80% terutama pada bulan – bulan

pertama, namun angka kekambuhan dalam 2 – 6 bulan berkisar 50 – 90%. Penyulit

yang muncul akibat suntikan lokal steroid ini antara lain: infeksi sinovial, ruptur

tendon, neuropathi n. Medianus, atau yang lebih jarang antara lain dermatitis alergika,

akne dan atrofi kulit.

Ruptur tendon pernah di laporkan pada pasien yang telah dapat suntikan

sterroid lokal sejumlah 29 kali dalam kurun waktu 7 tahun. Untuk menghindari

komplikasi, maka suntikan lokal kortikosteroid sebaiknya di ulang tidak lebih dari 4

kali. Neuropathi akibat jejas suntikan lokal walaupun amat jarang dapat terjadi

apabila steroid yang di berikan memasuki fasikulus saraf

OPERASI

Dilakukan tindakan bedah apabila terapi / tindakan konservatif dengan obat gagal

atau gejala masih ada bahkan lebih berat dan dilakukan tindakan bedah bila terjadi

atrofi otot, operasi ini bertujuan untuk mengurangi tekanan pada N. Medianus.

Pembedahan dilakukan dengan anestesi lokal dan tidak membutuhkan rawap inap.

Macam operasi:

Open release surgery

Endoscopic surgery

Open Release Surgery

Merupakan prosedur tradisional. Umumnya pasien tidak rawat inap kecuali bila ada

kondisi medis tertentu.

Prosedur:

Goreslah sedalam 2 inci di pergelangan tangan dengan irisan selebar ini

diharapkan operasi bisa dengan jelas terlihat susunan pergelangan tangandan

bisa secara hati – hati dalam pelaksanaan operasi.

Page 25: Makala h

Potonglah carpal ligament untuk memperbesar tunnel carpal dan untuk

mengurangi kompresi dari N. medianus

Operasi dilanjutkan untuk menjahit kulit dan membalut luka dan operasi selesai,

pembalutan luka hanya digunakan 3 - 5 hari dan banyak kasus dalam 6 bulan goresan

tidak kelihatan.

Open Release Surgery

Page 26: Makala h

Endoscopic surgery

Pembedahan ini membuat proses penyembuhan fungsional yang lebih cepat dan

mengurangi ketidaknyamanan pasca operasi dibandingkan pembedahan pelepasan

terbuka tradisional.

Prosedur:

membuat dua goresan masing-masing 2 ½ inci di pergelangan tangan

masukkan suatu kamera yang terkait pisau kecil dalam tabung

lalu ligamentum carpal di potong

Page 27: Makala h

Endoscopic surgery

Endoscopic surgery

Meskipun gejala-gejala bisa dihilangkan segera setelah pembedahan, tapi

penyembuhan penuh setelah pembedahan carpal tunnel membutuhkan waktu

berbulan-bulan. Beberapa pasien bisa terkena infeksi, kerusakan saraf, kekakan, dan

nyeri di bekas luka. Kadang-kadang pergelangan tangan kehilangan kekuatan karena

ligament karpal dipotong. Pasien sebaiknya menjalani terapisik setelah pembedahan

untuk mengembalikan kekuatan pergelangan tangan.

Diagnosa banding dari Carpal Tunnel Syndrome

Page 28: Makala h

Radikulopati servicalis: penyakit pada akar saraf servikal, sering kali

bermanifestasi sebagai nyeri leher atau bahu

Thoracic outlet syndrome: setiap variasi sindrome neurovaskuler akibat

penekanan padsa batang nervus pleksus brachialis dengan gejala nyeri pada

lengan, paratesis pada jari – jari, gejala vasomotor , kelemahan serta

pengurangan otot – kecil pada tangan.

Struthers syndrome

Pronator teres syndrome

Interosseus anterior syndrome

de Quervain's syndrome

Page 29: Makala h

BAB VII

PENUTUP

Saran dan Larangan

a. Saran

Sebagian besar kasus CTS dapat dicegah dengan menghentikan atau mengurangi

aktifitas yang memforsil jari tanagn dan pergelangan tangan. Resiko dari gejala

ini dapat dikurangi denagn melakukan peregangan, karena dengan demikian organ

tetap normal, melancarkan aliran darah ke otot tangan dan lengan. Untuk

mengurangi gejala akibat sindroma ini pasien disarankan untuk:

menghentikan/mengurangi aktivitas yang memforsir jari/pergelangan

tangan seperi gerakan menggenggam yang kuat, memegang peralatan

yang bergetar.

Melakukan pemanasan dapat mengurangi resiko gejala ini.

Kurangi berat badan jika anda terlalu gemuk

Kurangi konsumsi kafein

Menggunakan blender untuk menghaluskan makanan / bumbu masak

b. Larangan

Saat dan setelah pengobatan atau operasi, pasien dilarang untuk melakukan

aktifitas berat seperti

mencuci, memeras

mengendarai motor (mengegas)

membuka pintu

bertepuk tangan

mengebor

senam Taichi

Menyeteples

Page 30: Makala h

DAFTAR PUSTAKA

1. Sidharta, Priguna, M.D Ph.D, 1999, Tata Pemeriksaan Klinis dan Neurologi, P.T Dian

Rakyat; Jakarta hal 496.

2. Raymonds D. Adams & Maurice Victor, Principles of Neurology, Edisin Ke 4, McGraw Hill

International Editions, Medicine Series, hal 174-175.

3. H. Reyden Jones. Jr. M.D, Netter’s Neurology, Jaime Ortiz – Patino Chair in Neurology,

Clinical Professor of Neurology Harvard Medical School

4. S. Snell. Richard, Anatomi Klinik edisi 3, EGC. 1998

5. Schaul Herbert H. Disorders Of Peripheral Nerves, Edisi Ke 2, F. A. Davis Company,

Singapore, hal : 230, 228 – 231, 1992.

6. www.wikipedia.org

7. www.mayo-clinic.com

8. Pradykta Erick . 2004. SINDROM TEROWONGAN KARPAL (CARPAL TUNNEL

SYNDROME)

08563441482