latar belakang masalah - smart accounting | … · web viewnon-arm’s length transactions mudah...
TRANSCRIPT
PENGARUH FAKTOR KULTUR ORGANISASI, MANAJEMEN, STRATEGIK,
KEUANGAN, DAN AUDITOR TERHADAP KECENDERUNGAN
KECURANGAN AKUNTANSI: STUDI PADA PERUSAHAAN PUBLIK DI
INDONESIA
Rangga Soselisa
Mukhlasin
UNIKA ATMA JAYA - JAKARTA
ABSTRACT
Accounting fraud, where the financial reports are reported not in compliance with the
generally accepted accounting principles can undermines the credibility of the financial
reporting system. Indeed the effects of accounting fraud can be devastating for investors.
The objectives of the research is to explain the effect of organization culture, managerial,
strategic, financial ratios , and auditor factors to the tendency of accounting fraud. The
research population was 343 companies listed in the Indonesian Stock Exchange (IDX).
The research samples were 110 public companies consisting 29 fraud firms and 81 non-
fraud firms. Binary logistic regression was used to test the hypothesis. The results
showed that number of related party transactions, CEO’s age, current asset composition
in total asset, capital turnover, firm size, and auditor’s non-unqualified opinion affected
the tendency of accounting fraud significantly. These results advance the understanding
of accounting fraud.
Keywords: Accounting Fraud, Organizational Culture, Managerial Factors, Strategic
Factors, Financial Ratios, Auditor Factors.
1
1. PENDAHULUAN
Di Amerika Serikat, kecurangan akuntansi telah berkembang secara luas. Dampak dari
kecurangan tersebut sangat besar dan telah merugikan banyak pihak. Pada tahun 2001
terjadi kasus Enron yang diperkirakan menimbulkan kerugian bagi Enron sebesar US$50
miliar, plus kerugian investor sebesar US$32 miliar dan ribuan pegawai Enron harus
kehilangan dana pensiun mereka sekitar US$1 miliar. Kecurangan akuntansi juga terjadi
di Indonesia sebagai Negara dengan peringkat korupsi tertinggi di dunia (Transparancy
International, 2005). Di Indonesia, kecurangan akuntansi dibuktikan dengan adanya
likuidasi beberapa bank, diajukannya manajemen BUMN dan swasta ke pengadilan,
kasus kejahatan perbankan, manipulasi pajak, korupsi di komisi penyelenggara pemilu,
dan DPRD.
Meski kasus kecurangan akuntansi sudah sering terjadi, namun di Indonesia masih
sedikit sekali penelitian yang membahas topik ini. Salah satunya adalah penelitian yang
dilakukan oleh Wilopo (2006) yang menunjukkan bahwa pengendalian internal yang
efektif memberikan pengaruh yang signifikan dan negatif terhadap kecenderungan
kecurangan akuntansi. Namun keefektifan pengendalian internal suatu perusahaan bukan
merupakan suatu data yang dapat diperoleh dengan mudah oleh publik. Sangat sulit bagi
investor untuk dapat menggunakan model tersebut dalam menganalisa kemungkinan
terjadinya kecurangan akuntansi pada suatu perusahaan publik. Sebaiknya dilakukan
penelitian untuk memperoleh faktor-faktor yang mempengaruhi kecenderungan
kecurangan akuntansi pada perusahaan publik dengan menggunakan informasi yang lebih
mudah didapatkan oleh publik yaitu informasi yang dapat diperoleh melalui laporan
2
keuangan tahunan (annual report). Dengan begitu maka investor dapat mempergunakan
model tersebut dalam menganalisa kecenderungan kecurangan akuntansi.
Persons (1995) menyimpulkan bahwa financial leverage, capital turnover, komposisi
aset, dan ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap kecenderungan kecurangan
akuntansi. Namun Pada tahun 1999, COSO menyatakan bahwa 72% dari kasus
kecurangan yang terjadi melibatkan CEO, dan dewan direktur didominasi oleh orang
dalam dan pihak-pihak yang memiliki ikatan yang signifikan terhadap perusahaan.
Pernyataan dari COSO tersebut didukung oleh Troy (2003) yang menyimpulkan bahwa
faktor manajerial yang terdiri dari latar belakang pendidikan CEO dan usia CEO
berpengaruh signifikan terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi. Geriesh (2003)
juga mendukung pernyataan COSO yang menyimpulkan bahwa besarnya persentase
pendiri perusahaan (founder) dalam dewan direksi dan sedikitnya persentase akuntan
dalam dewan direksi berpengaruh terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi. Hal ini
menandakan bahwa kecenderungan kecurangan akuntansi tidak terlepas dari faktor
manajemen dan kultur organisasi.
Berlatar belakang dari hal tersebut, melalui penelitian ini penulis bertujuan untuk
mengembangkan dan menguji model kecurangan akuntansi yang lebih komprehensif
yang meliputi faktor manajerial, strategik, kultur organisasi, keuangan, dan auditor. Besar
harapan penulis untuk memperoleh pemahaman yang mendalam mengenai kecurangan
akuntansi melalui model yang komprehensif dan teruji secara empiris sesuai dengan
situasi dan kondisi yang berlaku di Indonesia.
2. LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS
Definisi kecurangan (fraud)
3
Yang dimaksud dengan kecurangan (fraud) sangat luas, Arens and Loebbecke (1997)
menyatakan, “ fraud occurs when a misstatement is made and there is both the
knowledge of its falsity and the intent to deceive”. Levy (1985) menyatakan, “ fraud is an
intentional deception, misappropriation of a company’s assets or the manipulation of its
financial data to the advavantage of the preparatory, the organization, or a third party.”
Kecurangan akuntansi
Taylor dan Glezen (1997) memberikan definisi dari kecurangan pelaporan keuangan,
yaitu: “intentional or reckless conduct, whether act or omission, that results in materially
misleading financial statements looks better than they really are.” Pelaporan keuangan
yang mengandung unsur kecurangan dapat mengakibatkan turunnya integritas informasi
keuangan dan dapat mempengaruhi berbagai pihak seperti pemilik, kreditur, karyawan,
auditor, dan bahkan kompetitor. Kecurangan pelaporan keuangan sering digunakan oleh
perusahaan yang mengalami krisis finansial dan yang dimotivasi oleh oportunisme yang
salah arah (misguided opportunism).
Schilit (1993:191) mengidentifikasi tujuh kategori besar shenanigans (istilah lain
kecurangan pelaporan keuangan) antara lain : “(1) recording revenue before it is earned,
(2) creating fictitious income, (3) boosting profits with nonrecurring transactions, (4)
shifting current expenses to a latter period, (5) failing to record or disclosure liabilities,
(6) shifting current income to a later period, and (7) shifting future expenses to an earlier
period.”
Ikatan Akuntan Indonesia (IAI, 2001) menjelaskan kecurangan akuntansi sebagai: (1)
Salah saji yang timbul dari kecurangan dalam pelaporan keuangan yaitu salah saji atau
penghilangan secara sengaja jumlah atau pengungkapan dalam laporan keuangan untuk
4
mengelabuhi pemakai laporan keuangan, (2) Salah saji yang timbul dari perlakuan tidak
semestinya terhadap aktiva (seringkali disebut dengan penyalahgunaan atau penggelapan)
berkaitan dengan pencurian aktiva entitas yang berakibat laporan keuangan tidak
disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.
Penyusunan Hipotesa
A. Faktor Kultur Organisasi
1. Transaksi dengan pihak yang memiliki hubungan istimewa
Direksi dan manajemen mempunyai akses ke informasi pemilik, maka ada kemungkinan
adanya konflik kepetingan (conlict of interest) saat dewan direksi dan manajemen
menggunakan hak istimewa mereka dalam melakukan transaksi dengan perusahaan.
Auditor melihat adanya konflik kepentingan antara perusahaan dan pegawainya sebagai
potensi kecurangan akuntansi (Loebbecke et al. 1989). Non-arm’s length transactions
mudah disalahgunakan karena ada kemungkinan transaksi tersebut tidak dilakukan pada
fair value, Skinner (1987). Grove dan Sorensen (1980), Geriesh (2003) menemukan
bahwa perusahaan yang terlibat dalam kecurangan akuntansi sering melakukan transaksi
dengan pihak yang memiliki hubungan istimewa. Maka melalui penelitian ini dapat
diambil kesimpulan:
Hipotesis pertama (H1): Perusahaan yang banyak melakukan transaksi dengan pihak
yang memiliki hubungan istimewa memiliki kecenderungan untuk melakukan
kecurangan akuntansi.
2. Pendiri perusahaan (founders)
“ The attitude, culture, and tone of an organization starts at the top,” (Bernard 1938).
Tujuan perusahaan yang ditentukan oleh CEO menetapkan filosofi perusahaan. Sikap dan
5
perilaku dari pendiri perusahaan membentuk kultur organisasi. Pendiri perusahaan
(founders) mempunyai komitmen yang lebih kuat terhadap perusahaan dibandingkan
dengan yang lainnya. Komitmen yang kuat ini memungkinkan pendiri perusahaan
(founders) bersedia melakukan apa saja untuk keberlangsungan perusahaan termasuk
melakukan tindakan illegal/ menyimpang. Maka melalui penelitian ini dapat diambil
kesimpulan:
Hipotesis kedua (H2): Perusahaan dengan persentase pendiri perusahaan yang besar
dalam dewan direksi memiliki kecenderungan untuk melakukan kecurangan akuntansi.
3. Akuntan professional
Adanya akuntan professional dalam suatu perusahaan dapat mendorong perusahaan
tersebut untuk menyesuaikan kultur organisasi dengan standar perilaku akuntansi yang
dapat diterima dalam kode etik akuntan, (Geriesh, 2003). Geriesh (2003) juga
menemukan bahwa keberadaan akuntan profesional dalam dewan direksi maupun
manajemen senior berpengaruh negatif terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi.
Maka melalui penelitian ini dapat diambil kesimpulan:
Hipotesis ketiga (H3): Perusahaan yang memiliki sedikit akuntan professional dalam
manajemen senior dan dewan direksinya memiliki kecenderungan untuk melakukan
kecurangan akuntansi.
B. Faktor manajerial
1. Usia CEO
Hambrick and Mason (1984) menyatakan bahwa eksekutif yang lebih muda memiliki
kecenderungan untuk menggunakan strategi yang lebih berisiko, “follies of youth”.
Mereka juga menyatakan bahwa eksekutif yang lebih tua cenderung lebih konservatif.
6
Markoczy (1997) menjelaskan bahwa manajer yang tergolong muda lebih suka
mengambil keputusan yang berisiko . Manipulasi laba yang merupakan salah satu bentuk
dari kecurangan akuntansi sangat berisiko bagi semua pihak yang terlibat. Manajer muda
lebih mempunyai kecenderungan untuk mengambil risiko tersebut, (Troy, 2003). Troy
(2003), menemukan bahwa usia CEO berpengaruh terhadap tindakan kecurangan
akuntansi. Maka melalui penelitian ini dapat diambil kesimpulan:
Hipotesis keempat (H4): Perusahaan yang memilki CEO berusia muda memiliki
kecenderungan untuk melakukan kecurangan akuntansi.
2. Pendidikan CEO (CEOMBA)
Chandy (1991), melaporkan bahwa sebagian besar CEO memiliki gelar MBA. Namun
ada bukti-bukti yang mengatakan bahwa seseorang dengan latar belakang pendidikan
MBA mengalami penurunan dalam pengembangan moral, (Daboub et al. 1995). Daboub
et al. (1995) juga menyatakan bahwa pendidikan MBA meningkatkan perilaku
mementingkan diri sendiri (self-interested behaviour) yang dapat menimbulkan kerugian
bagi pihak lain. Troy (2003) menyimpulkan bahwa CEO dengan latar belakang
pendidikan MBA mempunyai kecenderungan untuk melakukan tindakan illegal/
menyimpang. Maka, melalui penelitian ini dapat diambil kesimpulan:
Hipotesis kelima (H5): Perusahaan yang memiliki CEO bergelar MBA memiliki
kecenderungan untuk melakukan kecurangan akuntansi.
C. Faktor strategi akuisisi
Strategi akuisisi dapat didefinisikan sebagai pengembangkan bisnis melalui proses
akuisisi, Mascarenhas et al. (2002). Pertumbuhan perusahaan melalui proses akuisisi
membuat perusahaan menjadi lebih komlpleks dengan beragamnya jenis bisnis yang
7
dijalaninya. Hal ini akan mempersulit proses manajemen dan pengawasan di perusahaan
sehingga pengendalian internal akan menjadi tidak efektif. Dengan begitu akan timbul
kesempatan untuk melakukan tindakan illegal atau menyimpang, Daboub et al. (1995).
Maka melalui penelitian ini dapat diambil kesimpulan :
Hipotesis Keenam (H6): Perusahaan yang sering melakukan strategi akuisisi memiliki
kecenderungan untuk melakukan kecurangan akuntansi.
D. Faktor keuangan
1. Financial Leverage
Christie (1990) mengatakan bahwa leverage memiliki korelasi positif dengan
kecenderungan perusahaan untuk melakukan manipulasi laba. Pernyataan dari Christie
(1990) tersebut didukung oleh Jones (2004) yang menyatakan bahwa perusahaan dengan
tingkat leverage yang tinggi tidak lagi menggunakan pinjaman sebagai sumber dananya
dan akan beralih ke equity financing. Oleh karena itu, perusahaan tersebut harus memiliki
kinerja yang baik dan laba yang tinggi untuk menarik calon investor. Hal ini akan
menciptakan motivasi untuk melakukan manipulasi laba. Persons (1995) menyatakan
bahwa Financial Leverage berpengaruh positif terhadap kecenderungan kecurangan
akuntansi. Melalui penelitian ini dapat diambil kesimpulan:
Hipotesis ketujuh (H7): Perusahaan dengan financial leverage yang tinggi memiliki
kecenderungan untuk melakukan kecurangan akuntansi.
2. Komposisi aset (Asset Composition)
Komposisi aset meliputi Current Assets/ Total Assets (CATA), Receivables/ Total Assets
(RVTA), dan Inventory/ Total Assets (IVTA). Hasil Penyelidikan pada laporan keuangan
perusahaan-perusahaan yang melakukan kecurangan akuntansi menunjukkan bahwa
8
aktiva perusahaan tersebut didominasi oleh aktiva lancarnya yang sebagian besar terdiri
dari piutang dan persediaan (Persons, 1995). Feroz et al. (1991) menyatakan bahwa 75%
perusahaan yang melakukan kecurangan akuntansi melakukan overstatements dari
Piutang usahanya (Receivables) dan persediaannya (Inventory). Persons (1995)
menyatakan bahwa besarnya komposisi aktiva lancar khusunya piutang dan persediaan
dalam aktiva perusahaan berpengaruh secara positif terhadap kecenderungan kecurangan
akuntansi. Maka melalui penelitian ini dapat diambil kesimpulan:
Hipotesis kedelapan (H8): Perusahaan yang memiliki nilai CATA, RVTA, dan IVTA
yang tinggi memiliki kecenderungan untuk melakukan kecurangan akuntansi.
3. Skala perusahaan (Size):
Skala perusahaan dinyatakan dalam logaritma natural dari nilai buku dari total aset pada
akhir tahun fiskal. Feroz et al. (1991) menyatakan bahwa sebagian besar perusahaan yang
menjadi subjek dari AAER yang dikeluarkan oleh SEC adalah perusahaan yang berskala
relative kecil. Persons (1995) menyatakan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh secara
negatif terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi. Maka melalui penelitian ini dapat
diambil kesimpulan:
Hipotesis kesembilan (H9): Perusahaan yang berskala kecil memiliki kecenderungan
untuk melakukan kecurangan akuntansi.
4. Capital Turnover:
Persons (1995) menyatakan bahwa Capital turnover mengukur kemampuan manajemen
dalam menghadapi persaingan usaha. Persons (1995) juga menyatakan bahwa manajer
dari perusahaan yang melakukan kecurangan biasanya kurang bisa bersaing dibandingkan
dengan manajer perusahaan yang tidak melakukan kecurangan dalam memanfaatkan aset
9
perusahaan untuk menghasilkan pendapatan. Hal ini memberikan insentif bagi manajer
tersebut untuk melakukan kecurangan akuntansi. Beneish, (1997) berargumen bahwa
kinerja perusahaan yang buruk mendorong perusahaan untuk melakukan kecurangan
akuntansi. Persons (1995) menemukan bahwa semakin rendah capital turnover suat
perusahaan, maka akan semakin besar kecenderungan perusahaan tersebut untuk
melakukan kecurangan laporan keuangan/ akuntansi. Maka melalui skripsi ini dapat
diambil kesimpulan:
Hipotesis kesepuluh (H10): Perusahaan dengan capital turnover yang rendah memiliki
kecenderungan untuk melakukan kecurangan akuntansi.
E. Faktor Auditor
1. Opini Auditor
“The auditor has a responsibility to plan and perform the audit to obtain reasonable
assurance about whether the financial statements are free of material misstatement,
whether caused by error or fraud,” (SAS 82). Kecurangan akuntansi yang material dapat
mempengaruhi opini yang diberikan oleh auditor. Investor harus waspada saat
perusahaan diberikan opini audit selain unqualified (qualified, disclaimer, dan adverse).
Opini audit selain unqualified merupakan suatu indikator terjadinya kecurangan
akuntansi, Matt Krantz (USA Today, Mei 2007). Maka melalui penelitian ini dapat
diambil kesimpulan:
Hipotesis kesebelas (H11) : Perusahaan yang diberikan opini audit non-unqualified
memiliki kecenderungan untuk melakukan kecurangan akuntansi.
2. Jenis KAP
10
Nichols dan Smith (1983) menemukan bahwa Kantor Akuntan Publik (KAP) yang besar
memberikan kualitas audit yang lebih tinggi dibandingkan dengan KAP yang lebih kecil.
Kualitas audit yang lebih tinggi dari KAP besar memperbesar risiko terungkapnya
kecurangan akuntansi. Hal ini menimbulkan suatu dugaan bahwa perusahaan yang
melakukan kecurangan akuntansi akan menghindari penggunaan jasa audit dari KAP
besar dengan pertimbangan risiko terungkapnya kecurangan tersebut. Palmrose (1988)
menemukan bahwa kasus kecurangan lebih jarang terjadi pada perusahaan yang
menggunakan jasa KAP yang masuk dalam kelompok The Big Six. Maka melalui skripsi
ini dapat diambil kesimpulan :
Hipotesis keduabelas (H12) : Perusahaan yang menggunakan jasa Kantor Akuntan Publik
(KAP) yang tidak termasuk dalam kelompok The Big Four memiliki kecenderungan
untuk melakukan kecurangan akuntansi.
3. METODE PENELITIAN
Jenis dan Sumber Data
Penelitian ini menggunakan data sekunder. Penulis menggunakan laporan keuangan
tahunan (annual report) yang diungkapkan oleh perusahaan yang listed di Bursa Efek
Indonesia selama tahun 2003 – 2007 dalam memperoleh data variabel independen yang
akan dianalisa.
Pemilihan Sampel
Jumlah sampel yang digunakan adalah 110 perusahaan dari berbagai jenis industri
yang telah go public di BEI selama periode 2003 – 2007. Penelitian ini menggunakan
daftar sanksi yang dikeluarkan oleh Bapepam untuk mengidentifikasi 29 perusahaan yang
11
melakukan kecurangan akuntansi (fraud firm) selama periode 2003 – 2007 dan
mengambil secara acak 81 perusahaan sebagai perusahaan yang tidak melakukan
kecurangan akuntansi (non-fraud firm). Klasifikasi fraud firm dan non-fraud firm dapat
dilihat pada tabel 2.
Pengukuran variabel
Variabel dependen
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kecurangan akuntansi. Kecurangan
akuntansi merupakan variabel dummy sehingga akan diberikan nilai 1 untuk perusahaan
yang melakukan kecurangan akuntansi, dan nilai 0 untuk perusahaan yang tidak
melakukan kecurangan akuntansi.
Variabel independen
1. Transaksi dengan pihak yang memiliki hubungan istimewa (THI)
Variabel THI adalah jumlah (number) dari transaksi dengan pihak yang memiliki
hubungan istimewa.
2. Pendiri perusahaan (% PENDIRI)
Variabel %PENDIRI diukur dengan membagi jumlah pendiri perusahaan dalam dewan
direksi dengan jumlah dewan direksi secara keseluruhan.
3. Akuntan Profesional (AKT)
Variabel AKT adalah jumlah individu dalam dewan direksi dan manajemen senior yang
mempunyai gelar akuntan (Akt).
4. Usia CEO (uCEO)
Variabel uCEO dinyatakan dengan rata-rata (average) usia dari CEO.
5. Pendidikan CEO (CEOMBA)
12
Variabel CEOMBA merupakan variabel dummy sehingga akan diberikan nilai 1 untuk
CEO yang bergelar MBA, dan nilai 0 untuk CEO yang tidak bergelar MBA.
6. Strategi Akuisisi (AKS)
Variabel AKS merupakan jumlah akuisisi yang dilakukan oleh perusahaan (number of
acquisitions).
7. Financial Leverage (FL)
Formula untuk menghitung variabel FL adalah : Total liabilities/ Total Assets
8. Komposisi asset (CATA, RVTA, IVTA)
Komposisi asset diproksikan dalam Current Assets/ Total Assets (CATA), Receivables/
Total Assets (RVTA), Inventory/ Total Assets (IVTA)
9. Ukuran perusahaan (LOGTA)
Besar kecilnya perusahaan dinyatakan dalam LOGTA yang merupakan logaritma natural
dari nilai buku dari total aset perusahaan pada akhir tahun fiskal.
10. Capital Turnover (CATO)
Formula yang digunakan untuk mengukur variabel CATO adalah: Sales/ Total Assets.
11. Opini Auditor (OPINI)
Variabel opini auditor merupakan variabel dummy sehingga akan diberikan nilai 1 untuk
perusahaan yang mendapatkan opini non-unqualified (qualified, disclaimer, adverse)
yang, dan nilai 0 untuk perusahaan yang mendapatkan opini qualified.
12. Jenis KAP
Variabel jenis KAP merupakan variabel dummy sehingga akan diberikan nilai 0 untuk
perusahaan yang menggunakan KAP yang termasuk dalam kelpompok The Big Four, dan
13
nilai 1 iuntuk perusahaan yang menggunakan KAP yang tidak termasuk dalam kelompok
The Big Four.
Semua data mengenai variabel independen dapat diperoleh melalui laporan auditor
independent, neraca, laporan laba-rugi, profil perusahaan, dan catatan atas laporan
keuangan yang tercantum dalam laporan keuangan tahunan (annual report).
Operasionalisasi variabel dapat dilihat pada tabel 1 yang terdapat di lampiran.
Uji Hipotesis
Uji hipotesis dilakukan dengan menggunakan metode regresi. Regresi yang digunakan
adalah regresi logistik. Regresi logistik (logit) dipilih karena data dalam skripsi ini berupa
data nominal dan data rasio baik variabel dependen maupun variabel independen. Model
logit yang digunakan dalam penelitian ini dapat dijabarkan sebagai berikut:
Kecurangan akuntansi = α + β1THI + β2%PENDIRI + β3AKT + β4uCEO
+ β5CEOMBA + β6AKS + β7FL + β8CATA
+ β9IVTA + β10RVTA + β11LOGTA
+ β12CATO + β13OPINI+β14BIG4+ε
Analisis pengujian hipotesis dengan logit memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1. Tingkat signifikansi (α) yang digunakan sebesar 10%.
2. Kriteria penerimaan dan penolakan hipotesis didasarkan pada signifikansi p-value
(prob value). Jika p value (signifikansi) > α, maka hipotesis ditolak. Sebaliknya
jika p value < α, maka hipotesis diterima.
Sebelum melakukan analisis terhadap regresi logit langkah pertama adalah menilai
kecocokan model terhadap data dengan fungsi Hosmer Lemeshow-goodness of fit. Model
14
dinyatakan cocok dengan data apabila nilai uji Hosmer Lemeshow yang diekspresikan
dalam Chi-square tidak signifikan.
4. ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Hosmer and Lemeshow Test
Nilai goodness of fit test yang diukur pada Chi-Square pada Hosmer and Lemeshaw
test menghasilkan taraf signifikansi 0,718, dimana tarif signifikansi ini lebih besar dari
0,05. Dengan demikian, dapat dinyatakan hipotesa awal (Ho) tidak dapat ditolak, yang
berarti bahwa tidak ada perbedaan yang nyata antara klasifikasi yang diprediksi dengan
klasifikasi yang diamati. Dengan diterimanya hipotesa awal tersebut, maka dapat
disimpulkan bahwa hasil dari penelitian ini sesuai dengan ekspektasi. Hasil dapat di lihat
pada tabel 25.
Uji Hipotesis
Uji hipotesis dilakukan dengan menggunakan metode regresi logistik. Dari hasil
pengolahan data dengan menggunakan SPSS 16.00 ternyata hanya enam variabel yang
berpengaruh terhadap kecurangan akuntansi yaitu transaksi dengan pihak yang memiliki
hubungan istimewa (THI), usia CEO (uCEO), capital turnover (CATO), logaritma natutal
dari total aset (LOGTA), current assets/ total assets (CATA), dan opini audit (OPINI).
(tabel 26)
Pembahasan
1. Hubungan Transaksi Dengan Pihak Yang Memiliki Hubungan Istimewa (THI) dengan
Kecenderungan Kecurangan Akuntansi, (H1).
15
Hasil dari pengujian hipotesis menunjukkan tingkat signifikansi 0,05 (< 10%) dan nilai B
(koefisien) sebesar (-0,73). Hal ini menunjukkan bahwa transaksi dengan pihak yang
memiliki hubungan istimewa secara signifikan berpengaruh negatif terhadap
kecenderungan kecurangan akuntansi. Hasil ini kontradiksi dengan penelitian yang
dilakukan oleh Geriesh (2003) dimana hasil penelitiannya menunjukkan hubungan yang
positif.
2. Hubungan Antara Persentase Pendiri Dalam Dewan Direksi (%PENDIRI) dengan
Kecenderungan Kecurangan Akuntansi, (H2).
Hasil dari pengujian hipotesis menunjukkan tingkat signifikansi 0,904 (> 10%) dan nilai
B (koefisien) sebesar 0,389. Hal ini menunjukkan bahwa persentase pendiri dalam dewan
direksi tidak berpengaruh terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi. Hal ini
kontradiksi dengan penelitian yang dilakukan oleh Geriesh (2003) dimana hasil
penelitiannya menunjukkan hubungan yang positif antara persentase pendiri dalam
dewan direksi dengan kecenderungan kecurangan akuntansi.
3. Hubungan Antara Jumlah Akuntan (AKT) Dalam Dewan Direksi (AKT) dengan
Kecenderungan Kecurangan Akuntansi, (H3).
Hasil dari pengujian hipotesis menunjukkan tingkat signifikansi 0,401 (> 10%) dan nilai
B (koefisien) sebesar 0,473. Hasil ini menunjukkan bahwa jumlah akuntan dalam dewan
direksi tidak berpengaruh terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi. Hal ini
kontradiksi dengan penelitian yang dilakukan oleh Geriesh (2003) dimana hasil
penelitiannya menunjukkan hubungan yang negatif antara jumlah akuntan dalam dewan
direksi dengan kecenderungan kecurangan akuntansi.
16
4. Hubungan Antara Usia CEO (uCEO) dengan Kecenderungan Kecurangan Akuntansi,
(H4).
Hasil dari pengujian hipotesis menunjukkan tingkat signifikansi 0,024 (< 10%) dan nilai
B (koefisien) sebesar (-0,98). Hal ini menujukkan bahwa usia CEO secara signifikan
berpengaruh negatif terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi. Tabel 8 dan tabel 9
menunjukkan bahwa rata-rata usia CEO pada fraud firm lebih kecil jika dibandingkan
dengan rata-rata usia CEO pada non-fraud firm. Hasil pengujian hipotesis ini konsisten
dengan penelitian yang dilakukan oleh Troy (2003) yang menemukan bahwa usia CEO
memiliki hubungan yang negatif terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi.
5. Hubungan antara Latar Belakang Pendidikan CEO (CEOMBA) Dengan
Kecenderungan Kecurangan Akuntansi, (H5).
Hasil dari pengujian hipotesis menunjukkan tingkat signifikansi 0,706 (> 10%) dan nilai
B (koefisien) sebesar 0,321. Hasil ini menunjukkan bahwa CEO yang bergelar MBA
tidak berpengaruh terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi. Hal ini kontradiksi
dengan penelitian yang dilakukan oleh Troy (2003) dimana hasil penelitiannya
menunjukkan bahwa CEO yang bergelar MBA berpengaruh secara signifikan dengan
kecenderungan kecurangan akuntansi.
6. Hubungan antara Strategi Akuisisi (AKS) Dengan Kecenderungan Kecurangan
Akuntansi, (H6).
Hasil dari pengujian hipotesis menunjukkan tingkat signifikansi 0,845 (> 10%) dan nilai
B (koefisien) sebesar (-0,003). Hasil ini menunjukkan bahwa jumlah strategi akuisisi
tidak berpengaruh terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi. Hal ini kontradiksi
dengan penelitian yang dilakukan oleh Troy (2003) dimana hasil penelitiannya
17
menunjukkan bahwa strategi akuisisi berpengaruh secara signifikan dengan
kecenderungan kecurangan akuntansi.
7. Hubungan antara Financial Leverage (FL) Dengan Kecenderungan Kecurangan
Akuntansi, (H7)
Hasil dari pengujian hipotesis menunjukkan tingkat signifikansi 0,839 (> 10%) dan nilai
B (koefisien) sebesar (-0,224). Hasil ini menunjukkan bahwa financial leverage tidak
berpengaruh terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi. Hal ini kontradiksi dengan
penelitian yang dilakukan oleh Persons (1995) dimana hasil penelitiannya menunjukkan
bahwa financial leverage berpengaruh secara signifikan dengan kecenderungan
kecurangan akuntansi.
8. Hubungan antara Komposisi Aset (CATA, RVTA, dan IVTA) terhadap kecenderungan
kecurangan akuntansi, (H8).
Hasil pengujian hipotesis menunjukkan tingkat signifikansi 0,026 untuk CATA, 0,844
untuk RVTA, dan 0,355 untuk IVTA. Hasil ini menunjukkan bahwa komposisi aktiva
lancar dalam aktiva perusahaan (CATA) berpengaruh secara signifikan terhadap
kecenderungan kecurangan akuntansi. Hasil pengujian hipotesis juga menunjukkan nilai
B (koefisien) dari CATA sebesar 3,957. Hal ini menunjukkan bahwa komposisi aktiva
lancar dalam aktiva perusahaan berpengaruh secara positif dengan kecenderungan
kecurangan akuntansi. Hal ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Persons
(1995) yang juga menunjukkan hubungan yang positif.
9. Hubungan Ukuran Perusahaan (LOGTA) Dengan Kecenderungan Kecurangan
Akuntansi.
18
Hasil dari pengujian hipotesis menunjukan tingkat signifikansi 0,039 (< 10%) dan nilai B
(koefisien) sebesar (1,005). Hal ini menunjukkan bahwa ukuran perusahaan secara
signifikan berpengaruh positif terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi. Rata – rata
LOGTA pada fraud firm lebih besar jika dibandingkan dengan non-fraud firm. Hal ini
bisa dilihat pada tabel 18 dan 19.
10. Hubungan Antara Capital Turnover (CATO) Dengan Kecenderungan Kecurangan
Akuntansi, (H10).
Hasil dari pengujian hipotesis menunjukkan tingkat signifikansi 0,035 (< 10%) dan nilai
B (koefisien) sebesar (-1,459). Hal ini menunjukkan bahwa capital turnover secara
signifikan berpengaruh negatif terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi. Hasil ini
konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Persons (1995) yang juga menemukan
hubungan yang negatif.
11. Hubungan Antara Opini Auditor (OPINI) Dengan Kecenderungan Kecurangan
Akuntansi, (H11).
Hasil dari pengujian hipotesis menunjukkan tingkat signifikansi 0,029 (< 10%) nilai B
(koefisien) sebesar (2,425). Hal ini menunjukkan bahwa opini auditor berpengaruh secara
signifikan terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi. Artinya perusahaan yang
diberikan opini non-unqualified oleh auditor independen, memiliki kecenderungan untuk
melakukan kecurangan akuntansi.
12. Hubungan Antara Jenis KAP (BIG4) Dengan Kecenderungan Kecurangan Akuntansi,
(H12).
Hasil dari pengujian hipotesis menunjukkan tingkat signifikansi 0,348 (> 10%) dan nilai
(koefisien) sebesar (0,666) . Hal ini menunjukkan bahwa jenis KAP tidak berpengaruh
19
secara signifikan terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi. Hal ini kontradiksi
dengan penelitian Palmrose (1988) yang menemukan bahwa kasus kecurangan lebih
jarang terjadi pada perusahaan yang menggunakan jasa KAP yang masuk dalam
kelompok The Big Six.
5. KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa kecenderungan kecurangan
akuntansi akan semakin besar apabila jumlah transaksi dengan pihak yang memiliki
hubungan istimewa yang dilakukan perusahaan semakin sedikit, semakin muda usia CEO
yang dimiliki perusahaan, semakin besar komposisi aktiva lancar dalam total aktiva,
semakin besar ukuran perusahaan, semakin kecil nilai capital turnover, dan perusahaan
diberikan opini non-unqualified oleh auditor.
Saran
Dalam penelitian selanjutnya sebaiknya sampel untuk perusahaan yang melakukan
kecurangan akuntansi diperbanyak, periode penelitian lebih panjang, ukuran sampel lebih
besar, sampel untuk perusahaan yang tidak melakukan kecurangan akuntansi disesuaikan/
dicocokkan (matched) dengan perusahaan yang melakukan kecurangan akuntansi
berdasarkan jenis industrinya, variabel independen ditambahkan untuk memperoleh
model yang lebih komprehensif seperti misalnya governance factors sehingga dapat
memperoleh hasil penelitian yang lebih baik.
20
DAFTAR PUSTAKA
Auditing Standards Board. “Statement on Auditing Standards No. 82: Consideration of
Fraud in a Financial Statement Audit.” New York: AICPA, 1997.
Bapepam. Daftar Sanksi yang Dikeluarkan Bapepam Pada Perusahaan Publik dan Emiten
tahun 2003-2007.
Baucus, Melissa. “Pressures, Opportunity, and Predisposition: A Multivariate Models of
Corporate Illegality.” Journal of Management, 1994, p.699-721.
Beasley, Mark. “An Examination of The Relation Between The Board Director
Composition and Financial Statement Fraud.” The Accounting Review, 1996.
Beneish, Messod. “Detecting GAAP Violation: Implications for Assesing Earnings
Management Among Firms With Extreme Financial Performance”. Journal of
Accounting and Public Policy, 1997, p.271-309.
Bursa Efek Indonesia. “Indonesian Capital Market Directory.” Institute for Economic and
Financial Research, 2007.
Chandy, P. Chief Executive Officers: Their Backgrounds and Predictions for The 90’s.
Business Forum, January 1991, p.18-19.
Christie, A. "Aggregation of Test Statistics: An Evaluation of the Evidence on
Contracting and Size Hypotheses," Journal of Accounting and Economics, January 1990,
p.-15-36.
21
Daboub, A.J., Rasheed. A. M. A., R. L. Priem, and D. A. Gray. 1995. “Top Management
Team Characterictics and Corporate Illegal Activity.” Academy of Management Review,
January 1995.
Dechow, Patricia, Richard Sloan, and Amy Sweeney. “ Causes and Consequences of
Earnings Manipulation: An Analysis of Firms Subject to Enforcement Actions by The
SEC.” Contemporary Accounting Research, 1996, p.1-36.
Feroz, E. H., Park, K., and Pastena, V. S. " The Financial and Market Effects of the SEC's
Accounting and Auditing Enforcement Releases." Journal of Accounting Research, 1991,
p.107-142.
Finney, Henry and Henry Lesieur. “A Contigency Theory of Organizational Crime”.
Research in The Sociology of Organizations, 1982, p.255-299.
Geriesh, Loftie. “ The Association Between Organization Culture and Fraudulent
Financial Reporting”. Nova South Eastern University, 2003.
Ghozali, Imam. “Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS.” Badan Penerbit
Universitas Diponegoro, 2001.
Grove and Thomas Sorensen. ”Detecting Management Fraud: The Role of The
Independent Auditor.” White Collar Crime: Theory and Research, 1980, p.221-251.
22
Loebbecke. J. K., Eining, M. M., and Willingham, J. J. "Auditors' Experience with
Material Irregularities: Frequency, Nature. and Detectability." Auditing: A Journal of
Practice & Theory, 1989, p.1-28.
Markoczy, L. Measuring Beliefs: Accept No Subsitutes. Academy of Management
Journal, Mei 1997, p.1228-1242.
Messier, Glover, and Prawitt. “Auditing and Assurance Services: A Systematic
Approach. McGraw-hill International Edition, 4th edition, 2005.
Persons, Obeua. “Using Financial Statement Data to Identify Factors Associated With
Fraudulent Financial Reporting.” Journal of Applied Business Research, 1995. p.38-47.
Palmrose, Z. “Litigation and Independent Auditors: The role of Business Failures and
Management Fraud.” Auditing: A Journal of Practice & Theory, 1987, p.90-103.
Troy, Janene. “ Managerial and Strategic Factors Leading to Accounting Fraud.”
University of Maryland, 2003.
Wilopo. “Analisis Faktor-faktor yang Berpengaruh Terhadap Kecenderungan
Kecurangan Akuntansi”. STIE Perbanas, 2006.
23
LAMPIRAN
Tabel 1. Operasionalisasi Variabel
Variabel yang diukur Indikator Skala Sumber DataVariabel dependen: Kecurangan akuntansi Melakukan atau tidak Nominal Sekunder melakukan kecurangan Akuntansi Variabel independen: THI Jumlah THI Nominal Sekunder%PENDIRI Persentase pendiri Nominal SekunderBAP Jumlah BAP Nominal SekunderUceo Rata-rata usia CEO Nominal SekunderCEOMBA CEO bergelar MBA atau Nominal Sekunder tidak bergelar MBA AKS Jumlah akuisisi Nominal SekunderFL Nilai Financial Leverage Rasio SekunderCATA, IVTA, RVTA Nilai CATA, IVTA, RVTA Rasio SekunderLOGTA logaritma natural dari Rasio Sekunder nilai buku total aset CATO Nilai CATO Rasio SekunderOPINI Non-unqualified atau Nominal Sekunder Qualified BIG 4 Non-big4 atau big 4 Nominal Sekunder
Gambar 1. Kerangka Konseptual Variabel.
24
KecuranganAkuntansi
THI
%PENDIRI
AKT
uCEO
CEOMBA
AKS
FL
CATA,IVTA, RVTALOGTA CATO
OPINI BIG4
Keterangan:1. THI: Jumlah Transaksi dengan pihak yang memiliki hubungan istimewa.2. %PENDIRI: Persentase pendiri perusahaan dalam dewan direksi.3. AKT: Jumlah individu yang bergelar akuntan (Akt) dalam dewan direksi dan
manajemen senior.4. uCEO: Rata-rata usia CEO.5. CEOMBA: CEO yang bergelar Master of Business Administration (MBA).
Variabel ini merupakan variabel dummy sehingga akan diberikan nilai 1 untuk CEO yang bergelar MBA, dan nilai 0 untuk CEO yang tidak bergelar MBA.
6. AKS: Jumlah akuisisi yang dilakukan perusahaan.7. FL: Financial leverage.8. CATA: Current Assets/ Total Assets.9. IVTA: Inventory/ Total Assets.10. RVTA: Receivables/ Total Assets.11. LOGTA: Logaritma natural dari nilai buku total aset.12. CATO: Capital Turnover.13. OPINI: Opini auditor. Merupakan variabel dummy (1: non unqualified, 0: qualified).14. BIG4: Jenis KAP. Merupakan variabel dummy (1: non-big 4, 0: big 4).
25
Tabel 2. Klasifikasi fraud firm dan non fraud firm
No Keterangan Jumlah Sampel %1 Fraud Firm 29 26,362 Non-Fraud Firm 81 73,64
Total 110 100
Tabel 3. Klasifikasi Industri
NO JENIS INDUSTRI JUMLAH PERSENTASE1 Animal Feed and Husbandry 2 1.82%2 Mining and Mining Services 5 4.55%3 Constructions 1 0.91%4 Food and Beverages 9 8.18%5 Tobacco Manufactures 3 2.73%6 Apparel and Other Textille Products 1 0.91%7 Paper and Allied Products 1 0.91%8 Chemical and Allied Products 1 0.91%9 Adhesive 2 1.82%
10 Plastics and Glass Products 2 1.82%11 Cement 2 1.82%12 Metal and Allied Products 2 1.82%13 Stone, Clay, Glass, and Concrete 2 1.82%14 Cables 1 0.91%15 Electronic and Office Equipment 2 1.82%16 Automotive and Allied Products 5 4.55%17 Photographic Equipment 2 1.82%18 Pharmaceuticals 2 1.82%19 Transportation Services 6 5.45%20 Telecommunication 8 7.27%21 Whole Sale and Retail Trade 6 5.45%22 Banking 4 3.64%23 Credit Agencies Other than Bank 3 2.73%24 Securities 2 1.82%25 Real Estate and Property 15 13.64%26 Hotel and Travel 6 5.45%27 Holding and Other Investment Companies 3 2.73%28 Others 12 10.91%
Total 110 100.00%
Tabel 4. Distribusi Rentang Nilai Transaksi Dengan Pihak Yang Memiliki Hubungan Istimewa (THI)
26
RENTANG NILAI
FRAUD FIRM NON FRAUD FIRMJUMLAH PERSENTASE JUMLAH PERSENTASE
0 – 10 25 86,21% 47 58,03%11-21 3 10,34% 20 24,70%22-32 1 3,45% 3 3,71%33-43 0 0% 7 8,64%> 43 0 0% 4 4,92%
TOTAL 29 100% 81 100%
Tabel 5. Distribusi Rentang Nilai % PendiriRENTANG
NILAIFRAUD FIRM NON FRAUD FIRM
JUMLAH PERSENTASE JUMLAH PERSENTASE0% 27 93,12% 72 88,88%
1% - 25% 1 3,44% 6 7,40%26% - 50% 1 3,44% 3 3,72%
TOTAL 29 100% 81 100%
Tabel 6. Distribusi Rentang Nilai Jumlah Akuntan Dalam Dewan Direksi (AKT)
JUMLAH AKTFRAUD FIRM NON FRAUD FIRM
JUMLAH PERSENTASE JUMLAH PERSENTASE0 19 65,53% 48 59,25%1 6 20,68% 27 33,33%2 3 10,34% 1 1,23%3 1 3,45% 4 4,96%4 0 0% 1 1,23%
TOTAL 29 100% 81 100%
Tabel 7. Distribusi Rentang Nilai Usia CEO (uCEO)RENTANG
NILAIFRAUD FIRM NON FRAUD FIRM
JUMLAH PERSENTASE JUMLAH PERSENTASE30 - 40 5 17,24% 7 8,64%41 - 51 16 55,17% 30 37,05%52 - 62 7 24,24% 39 48,14%
> 62 1 3,35% 5 6,17%TOTAL 29 100% 81 100%
Tabel 8. Rata – Rata Usia CEO Pada Fraud Firm
27
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean
UCEO 29 34 70 47.76Valid N (listwise) 29
Tabel 9. Rata – rata Usia CEO Pada Non-Fraud FirmDescriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean
UCEO 81 30 74 51.88Valid N (listwise) 81
Tabel 10. Distribusi Frekuensi CEO yang bergelar MBA (CEOMBA) pada perusahaan yang melakukan kecurangan akuntansi (fraud firm)
CEOMBA
Frequency Percent Valid PercentCumulative
Percent
Valid 0 25 86.2 86.2 86.2
1 4 13.8 13.8 100.0
Total 29 100.0 100.0
Tabel 11. Distribusi Frekuensi CEO yang bergelar MBA (CEOMBA) pada perusahaan yang tidak melakukan kecurangan akuntansi (non-fraud firm)
CEOMBA
Frequency Percent Valid PercentCumulative
Percent
Valid 0 68 84.0 84.0 84.0
1 13 16.0 16.0 100.0
Total 81 100.0 100.0
Tabel 12. Distribusi Rentang Nilai Strategi Akuisisi (AKS)RENTANG
NILAIFRAUD FIRM NON FRAUD FIRM
JUMLAH PERSENTASE JUMLAH PERSENTASE0 - 10 23 79,31% 64 79,04%11-21 3 10,34% 8 9,87%22-32 2 6,90% 4 4,93%33-43 0 0% 2 2,46%> 43 1 3,45% 3 3,7%
TOTAL 29 100% 81 100%
Tabel 13. Distribusi Rentang Nilai Financial LeverageRENTANG
NILAIFRAUD FIRM NON FRAUD FIRM
JUMLAH PERSENTASE JUMLAH PERSENTASE
28
0.0049 - 0.2031 7 24.14% 8 9.88%0.2032 - 0.4013 5 17.24% 15 18.52%0.4014 - 0.5995 5 17.24% 24 29.63%0.5996 - 0.7977 4 13.79% 26 32.10%0.7978 - 0.9959 7 24.14% 5 6.17%0.9960 - 1.1941 0 0% 1 1.23%1.1942 - 1.3923 0 0% 0 0%1.3924 - 1.5905 1 3.45% 1 1.23%1.5906 - 1.7887 0 0% 0 0%
> 1.7887 0 0% 1 1.23%TOTAL 29 100.00% 81 100.00%
Tabel 14. Distribusi Rentang Nilai Current Assets/ Total Assets (CATA)RENTANG
NILAIFRAUD FIRM NON FRAUD FIRM
JUMLAH PERSENTASE JUMLAH PERSENTASE< 0.0317 1 3.45% 0 0%
0.0317 - 0.1268 3 10.34% 7 8.64%0.1269 - 0.2219 2 6.90% 11 13.58%0.2220 - 0.317 3 10.34% 7 8.64%0.318 - 0.4121 2 6.90% 12 14.81%0.4122 - 0.5072 3 10.34% 8 9.88%0.5073 - 0.6023 3 10.34% 13 16.05%0.6024 - 0.6974 1 3.45% 9 11.11%0.6975 - 0.7925 6 20.69% 7 8.64%0.7926 - 0.8876 1 3.45% 5 6.17%
> 0.8876 4 13.79% 2 2.47%TOTAL 29 100.00% 81 100.00%
Tabel 15. Distribusi Rentang Nilai Receivables/ Total Assets (RVTA)RENTANG
NILAIFRAUD FIRM NON FRAUD FIRM
JUMLAH PERSENTASE JUMLAH PERSENTASE0.0001 - 0.0802 12 41.38% 41 50.62%0.0803 - 0.1603 3 10.34% 23 28.40%0.1604 - 0.2404 5 17.24% 7 8.64%0.2405 - 0.3205 3 10.34% 3 3.70%0.3206 - 0.4006 2 6.90% 2 2.47%0.4007 - 0.4807 1 3.45% 3 3.70%0.4808 - 0.5608 0 0% 0 0%0.5609 - 0.6409 1 3.45% 0 0%0.6410 - 0.721 1 3.45% 0 0%
> 0.721 1 3.45% 2 2.47%TOTAL 29 100.00% 81 100.00%
Tabel 16. Distribusi Rentang Nilai Inventory/ Total Assets (IVTA)RENTANG
NILAIFRAUD FIRM NON FRAUD FIRM
JUMLAH PERSENTASE JUMLAH PERSENTASE0 - 0.0003 11 37.93% 11 13.58%
0.0004 - 0.058 7 24.14% 24 29.63%
29
0.059 - 0.1157 2 6.90% 10 12.35%0.1158 - 0.1734 3 10.34% 7 8.64%0.1735 - 0.2311 3 10.34% 7 8.64%0.2312 - 0.2888 1 3.45% 5 6.17%0.2889 - 0.3465 0 0% 5 6.17%0.3466 - 0.4042 2 6.90% 4 4.94%0.4043 - 0.4619 0 0% 2 2.47%0.4620 - 0.5196 0 0% 2 2.47%
> 0.5196 0 0% 4 4.94%TOTAL 29 100.00% 81 100.00%
Tabel 17. Distribusi Rentang Nilai Ukuran Perusahaan (LOGTA)
RENTANG NILAIFRAUD FIRM NON FRAUD FIRM
JUMLAH PERSENTASE JUMLAH PERSENTASE9.8417 - 10.6087 2 6.90% 7 8.64%10.6088 - 11.3757 8 27.59% 18 22.22%11.3758 - 12.427 12 41.38% 37 45.68%12.1428 - 12.9097 2 6.90% 8 9.88%
> 12.9097 5 17.24% 11 13.58%TOTAL 29 100.00% 81 100.00%
Tabel 18. Rata - Rata Ukuran Perusahaan Yang Melakukan Kecurangan AkuntansiDescriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean
LOGTA 29 9.9782 13.6280 1.185387E1Valid N (listwise) 29
Tabel 19. Rata - Rata Ukuran Perusahaan Yang Tidak Melakukan Kecurangan Akuntansi
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean
LOGTA 81 9.8417 13.6768 1.183994E1Valid N (listwise) 81
Tabel 20. Distribusi Rentang Nilai CATORENTANG
NILAIFRAUD FIRM NON FRAUD FIRM
JUMLAH PERSENTASE JUMLAH PERSENTASE0 - 0.2912 17 58.62% 17 20.99%
0.2913 - 0.5824 5 17.24% 21 25.93%0.5825 - 0.8736 3 10.34% 10 12.35%0.8737 - 1.1648 1 3.45% 12 14.81%
30
> 1.1648 3 10.34% 21 25.93%TOTAL 29 100.00% 81 100.00%
Tabel 21. Distribusi Frekuensi Opini Audit Pada Perusahaan Yang Melakukan Kecurangan Akuntansi (Fraud Firm)
OPINI
Frequency Percent Valid PercentCumulative
Percent
Valid 0 22 75.9 75.9 75.9
1 7 24.1 24.1 100.0
Total 29 100.0 100.0
Tabel 22. Distribusi Frekuensi Opini Audit Pada Perusahaan Yang Tidak Melakukan Kecurangan Akuntansi (Non-Fraud Firm)
OPINI
Frequency Percent Valid PercentCumulative
Percent
Valid 0 79 97.5 97.5 97.5
1 2 2.5 2.5 100.0
Total 81 100.0 100.0
Tabel 23. Distribusi Frekuensi Jenis KAP (BIG4) Pada Perusahaan Yang Melakukan Kecurangan Akuntansi (Fraud Firm).
BIG4
Frequency Percent Valid PercentCumulative
Percent
Valid 0 7 24.1 24.1 24.1
1 22 75.9 75.9 100.0
Total 29 100.0 100.0
Tabel 24. Distribusi Frekuensi Jenis KAP (BIG4) Pada Perusahaan Yang Tidak Melakukan Kecurangan Akuntansi (Non-Fraud Firm).
31
BIG4
Frequency Percent Valid PercentCumulative
Percent
Valid 0 41 50.6 50.6 50.6
1 40 49.4 49.4 100.0
Total 81 100.0 100.0
Tabel 25. Hosmer and Lemeshow Test
Hosmer and Lemeshow TestStep Chi-square Df Sig.
1 5.367 8 .718
Tabel 26. Regresi Logistik
Variables in the Equation
B S.E. Wald Df Sig. Exp(B)
Step 1a THI -.073 .037 3.857 1 .050 .929
%PENDIRI .389 3.219 .015 1 .904 1.475
AKS -.003 .013 .038 1 .845 .997
AKT -.397 .473 .704 1 .401 .673
UCEO -.098 .043 5.119 1 .024 .907
CEOMBA .321 .852 .142 1 .706 1.379
FL -.224 1.106 .041 1 .839 .799
CATO -1.459 .690 4.465 1 .035 .233
LOGTA 1.005 .486 4.276 1 .039 2.732
CATA 3.957 1.783 4.927 1 .026 52.294
RVTA -.464 2.350 .039 1 .844 .629
IVTA -2.227 2.409 .855 1 .355 .108
OPINI 2.425 1.113 4.749 1 .029 11.304
BIG4 .666 .710 .880 1 .348 1.947
Constant -8.434 6.076 1.927 1 .165 .000
a. Variable(s) entered on step 1: THI, PENDIRI, AKS, AKT, UCEO, CEOMBA, FL, CATO, LOGTA, CATA, RVTA, IVTA, OPINI, BIG4.
Tabel 27. Statistika Dekskriptif
32
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
THI 110 0 66 10.86 12.561
%PENDIRI 110 .0000 .5000 .026324 .0863622
AKS 110 0 203 9.25 24.126
AKT 110 0 4 .55 .842
UCEO 110 30 74 50.79 7.807
CEOMBA 110 0 1 .15 .363
FL 110 .0050 1.9872 .542897 .3157645
CATO 110 .0000 4.8662 .747640 .7618979
LOGTA 110 9.8417 13.6768 1.184361E1 .8767630
CATA 110 .0000 .9831 .464147 .2588169
RVTA 110 .0000 .9171 .146486 .1764427
IVTA 110 .0000 .5780 .127105 .1535575
OPINI 110 0 1 .08 .275
BIG4 110 0 1 .56 .498
Valid N (listwise) 110
33