laporankp kadar air 2
DESCRIPTION
LaporanKP Kadar Air 2TRANSCRIPT
Praktikum : 29 September 2015Penyerahan : 06 Oktober 2015(Laporan)
LABORATORIUM ANALITIK DASARSEMESTER GANJIL TAHUN AJARAN 2015/2016
PRAKTIKUM KIMIA PANGANMODUL : Penentuan Kadar Air dengan Metoda Destilasi
dan Metoda OvenPEMBIMBING : Dra. Nancy Siti Djenar., MS
Oleh :
Kelompok : I Nama : 1. Apriyanti Ekatama .131431002
2. Bella Yashinta .131431003 3. Beriyanti Kawantary .131431004 4. Citra Pranata Niaga .131431005 5. Dina Heryani .131431006
Kelas : 3A
PROGRAM STUDI DIPLOMA III ANALISIS KIMIAJURUSAN TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
2015
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena berkat rahmat dan
nikmat yang diberikan-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan praktikum ini dengan
lancar. Adapun judul laporan praktikum ini adalah “ Penentuan Kadar Air dengan Metoda
Destilasi dan Metoda Oven“.
Dalam pembuatan laporan praktikum ini banyak kendala dan kesulitan yang mungkin
tidak dapat diatasi oleh penulis tanpa bantuan berbagai pihak baik bersifat materil atau moril.
Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing
praktikum yang telah membimbing kami selama praktikum berlangsung sehingga dapat
menambah pengetahuan dan ilmu penulis. Kemudian orang tua, rekan-rekan seangkatan serta
semua pihak yang tidak tersebutkan yang telah membantu dalam menyelesaikan penyusunan
laporan praktikum ini.
Penulis menyadari bahwa tidak ada yang sempurna, begitu juga dengan laporan
praktikum ini masih banyak kekurangan.Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun
sangat penulis butuhkan untuk kelak dapat membuat laporan praktikum yang lebih baik lagi..
Semoga laporan praktikum ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan penulis dan
semoga semua kebaikan yang telah diberikan kepada penulis mendapat balasan yang berlipat
ganda dari Allah SWT. Aamiin.
Bandung, Oktober 2015
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ………………………………………………………………... ii
DAFTAR ISI ……………………………………………………………………….…. iii
BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………………….… 1
1.1 Latar Belakang …………………………………………………………..… 11.2 Tujuan …………………………………………………………………...… 1
BAB II TEORI DASAR …………………………………………………………….... 2
BAB III METODOLOGI PRAKTIKUM ……………………………………………. 8
3.1 Alat dan Bahan ……………………………………………………………. 83.2 Prosedur Kerja …………………………………………………………….. 93.3 Keselamatan Kerja ………………………………………………………… 10
BAB IV HASIL PRAKTIKUM …………………………………………………….... 11
4.1 Skema Alat ………………………………………………………………... 114.2 Data Pengamatan ………………………………………………………..… 11
BAB V PEMBAHASAN ……………………………………………………………… 15
BAB IV SIMPULAN DAN SARAN ………………………………………………… 21
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………….…………… 22
LAMPIRAN …………………………………………………………………………… 23
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kadar air merupakan banyaknya air yang terkandung dalam bahan yang dinyatakan
dalam persen. Kadar air juga salah satu karakteristik yang sangat penting pada bahan
pangan, karena air dapat mempengaruhi penampakan, tekstur, dan cita rasa pada bahan
pangan. Kadar air dalam bahan pangan ikut menentukan kesegaran dan daya awet bahan
pangan tersebut, kadar air yang tinggi mengakibatkan mudahnya bakteri, kapang, dan
khamir untuk berkembang biak, sehingga akan terjadi perubahan pada bahan pangan
(Winarno, 1997).
Kadar air suatu bahan biasanya dinyatakan dalam persentase berat bahan basah,
misalnya dalam gram air untuk setiap 100 gr bahan disebut kadar air berat basah. Berat
bahan kering adalah berat bahan setelah mengalami pemanasan beberapa waktu tertentu
sehingga beratnya tetap (konstan). Pada proses pengeringan air yang terkandung dalam
bahan tidak dapat seluruhnya diuapkan (Kusumah, dan Andarwulan, 1989).
1.2 Tujuan
Melakukan penentuan kadar air pada suatu sampel bahan pangan dengan
menggunakan metoda destilasi dan metoda oven.
Membandingkan hasil yang diperoleh dari penentuan kadar air antara menggunakan
metoda destilasi dengan metoda oven.
iv
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Air dan Sifat – Sifat Air
Air adalah substansi kimia dengan rumus kimia H 2O : satu molekul air tersusun atas dua
atom hidrogen yangterikat secara kovalen pada satu atom oksigen . Air bersifat tidak
berwarna , tidak berasa dan tidak berbau pada kondisi standar, yaitu pada tekanan 100 kPa (1
bar) and temperatur 273,15 K (0 °C). Zat kimia ini merupakan suatupelarut yang penting,
yang memiliki kemampuan untuk melarutkan banyak zat kimia lainnya, seperti garam-
garam ,gula , asam , beberapa jenis gas dan banyak macam molekul organik .
Molekul air dapat diuraikan menjadi unsur-unsur asalnya dengan mengalirinya arus listrik
Proses ini disebut elektrolisis air. Pada katoda, dua molekul air bereaksi dengan menangkap
dua elektron , tereduksi menjadi gas H2dan ion hidrokida (OH-). Sementara itu pada anoda,
dua molekul air lain terurai menjadi gas oksigen (O2), melepaskan 4 ion H+ serta
mengalirkan elektron ke katoda. Ion H+ dan OH- mengalami netralisasi sehingga terbentuk
kembali beberapa molekul air. Reaksi keseluruhan yang setara dari elektrolisis air dapat
dituliskan sebagai berikut.
Air menempel pada sesamanya (kohesi) karena air bersifat polar. Air memiliki sejumlah
muatan parsial negatif (σ-) dekat atom oksigen akibat pasangan elektron yang (hampir) tidak
digunakan bersama, dan sejumlah muatan parsial positif (σ+) dekat atom oksigen. Dalam air
hal ini terjadi karena atom oksigen bersifat lebih elektronegatif dibandingkan atom hidrogen
—yang berarti, ia (atom oksigen) memiliki lebih ―kekuatan tarik‖ pada elektron-elektron
yang dimiliki bersama dalam molekul, menarik elektron-elektron lebih dekat ke arahnya
(juga berarti menarik muatan negatif elektron-elektron tersebut) dan membuat daerah di
sekitar atom oksigen bermuatan lebih negatif ketimbang daerah-daerah di sekitar kedua atom
hidrogen.Air memiliki pula sifat adhesi yang tinggi disebabkan oleh
B. Bentuk dan Tipe Air dalam Suatu Bahan
Air yang terdapat dalam suatu bahan makanan terdapat dalam tiga bentuk:
o Air bebas, terdapat dalam ruang-ruang antarsel dan intergranular dan pori-pori yang
terdapat pada bahan.
o Air yang terikat secara lemah karena terserap (teradsorbsi) pada permukaan koloid
makromolekulaer seperti protein, pektin pati, sellulosa. Selain itu air juga terdispersi
v
di antara kolloid tersebut dan merupakan pelerut zat-zat yang ada di dalam sel. Air
yang ada dalam bentuk ini masih tetap mempunyai sifat air bebas dan dapat
dikristalkan pada proses pembekuan. Ikatan antara air dengan kolloid tersebut
merupakan ikatan hidrogen.
o Air yang dalam keadaan terikat kuat yaitu membentuk hidrat. Ikatannya berifat ionik
sehingga relatif sukar dihilangkan atau diuapkan. Air ini tidak membeku meskipun
pada suhu 0o F.
Kandungan air dalam bahan makanan ikut menentukan kesegaran dan daya tahan bahan
itu sendiri. Sebagian besar dari perubahan-perubahan bahan makanan terjadi dalam media air
yang ditambahkan atau berasal dari bahan itu sendiri. Menurut derajat keterikatan air dalam
bahan makanan atau bound water dibagi menjadi 4 tipe, antara lain :
1. Tipe I adalah tipe molekul air yang terikat pada molekul-molekul air melalui suatu
ikatan hydrogen yang berenergi besar. Molekul air membentuk hidrat dengan
molekul-molekul lain yang mengandung atom-atom O dan N seperti karbohidrat,
protein atau garam.
2. Tipe II adalah tipe molekul-molekul air membentuk ikatan hydrogen dengan molekul
air lain, terdapat dalam miro kapiler dan sifatnya agak berbeda dari air murni.
3. Tipe III adalah tipe air yang secara fisik terikat dalam jaringan matriks bahan seperti
membran, kapiler, serat dan lain-lain. Air tipe inisering disebut dengan air bebas.
4. Tipe IV adalah tipe air yang tidak terikat dalam jaringan suatu bahan atau air murni,
dengan sifat-sifat air biasa.
C. Kadar Air Dalam Bahan Makanan
Kadar air adalah perbedaan antara berat bahan sebelum dan sesudah dilakukan
pemanasan. Setiap bahan bila diletakkan dalam udara terbuka kadar airnya akan mencapai
keseimbangan dengan kelembaban udara di sekitarnya. Kadar air bahan ini disebut dengan
kadar air seimbang. Setiap kelembaban relatif tertentu dapat menghasilkan kadar air
seimbang tertentu pula. Dengan demikian dapat dibuat hubungan antara kadar air seimbang
dengan kelembaban relatif.
Aktivitas air dapat dihitung dengan menggunakan rumus:
Aw = ERH/100
Aw = aktivitas air
vi
ERH = kelembaban relatif seimbang
Bila diketahui kurva hubungan antara kadar air seimbang dengan kelembaban relatif pada
hakikatnya dapat menggambarkan pula hubungan antara kadar air dan aktivitas air. Kurva ini
sering disebut kurva Isoterm Sorpsi Lembab (ISL). Setiap bahan mempunyai ISL yang
berbeda dengan bahan lainnya. Pada kurva tersebut dapat diketahui bahwa kadar air yang
sama belum tentu memberikan Aw yang sama tergantung macam bahannya. Pada kadar air
yang tinggi belum tentu memberikan Aw yang tinggi bila bahannya berbeda. Hal ini
dikarenakan mungkin bahan yang satu disusun oleh bahan yang dapat mebgikat air sehingga
air bebas relatif menjadi lebih kecil dan akibatnya bahan jenis ini mempunyai Aw yang
rendah.
D. Penentuan Kadar Air Dalam Bahan Makanan
Kadar air dalam makanan dapat ditentukan dengan berbagai cara:
1. Metode Pengeringan (Thermogravimetri)
Prinsipnya menguapkan air yang ada dalam bahan dengan jlaan pemanasan. Kemudian
menimbang bahan sampai berat konstan berarti semua air sudah diuapkan. Cara ini relatif
mudah dan murah. Kelemahannya antara lain:
Bahan lain di samping air juga ikut menguap dan ikut hilang bersama dengan uap
misalnya alkohol, asam asetat, minyak atsiri, dan lain-lain.
Dapat terjadi reaksi selama pemanasan yang menghasilkan air atau zat mudah
menguap lain. Contoh gula mengalami dekomposisi atau karamelisasi, lemak
mengalami oksidasi dan sebagainya.
Bahan yang mengandung bahan yang dapat mengikat air secara kuat sulit melepaskan
airnya meskipun sudah dipanaskan.
2. Metode Destilasi (Thermovolumetri)
Prinsip penentuan kadar air dengan destilasi adalah menguapkan air demgan ―pembawa‖
cairan kimia yang mempunyai titik didih lebih tinggi daripada air dan tidak dapat campur
dengan air serta mempunyai berat jenis lebih rendah daripada air. Zat kimia yang dapat
digunakan antara lain: toluen, xylen, benzen, tetrakhlorethilen dan xylol. Cara penentuannya
adalah dengan memberikan zat kimia sebanyak 75-100 ml pada sampel yang diperkirakan
mengandung air sebanyak 2-5 ml, kemudain dipanaskan sampai mendidih. Uap air dan zat
kimia tersebut diembunkan dan ditampung dalam tabung penampung. Karena berat jenis air
vii
lebih besar daripada zat kimia tersebut maka air akan berada dibagian bawah pada tabung
penampung. Bila pada tabung penampung dilengkapi skala maka banyaknya air dapat
diketahui langsung. Alat yang dipakai sebagai penampung ini antara lain tabung Strak-Dean
dan Sterling-Bidwell atau modifikasinya.
viii
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat
Tabel 1. Data Alat yang Digunakan
Metoda Destilasi Metoda OvenLabu (Reaktor) Leher 2 250 mL Oven
Adaptor Cawan KrusKondensor Penjepit Cawan
Labu Erlenmeyer (Penampung Distilat) Neraca AnalitikSelang Silikon DesikatorTermometer Mortal dan AluPenangas Air
Statif dan KlemMortar dan AluNeraca Analitik
SpatulaGelas Ukur 100 mL
3.1.2 Bahan
Tabel 2. Data Bahan yang Digunakan
Metoda Destilasi Metoda OvenSampel (Bakso “Mawar”) Sampel (Bakso “Mawar”)
Toluena
3.2 Prosedur Kerja
a) METODA DESTILASI
ix
Menyiapkan alat detilasi dan pereaksi
b) METODA OVEN
x
Menghaluskan sampel bakso lalu ditimbang sebanyak 8 gram
Memasukkan sampel ke dalam labu destilasi lalu ditambahkan 80 mL toluena
Destilasi campuran sampel dan pelarut pada suhu 50oC selam 45 menit dan suhu dinaikkan sampai 95oC selama 1,5 jam
Mengukur volume air hasil destilasi
Menghaluskan sampel bakso lalu sampel ditimbang sebanyak 8 gram
Mengeringkan labu destilasi, dan labu Erlenmeyer penampung destilat dengan oven pada suhu 105oC
lalu ditimbang
Mengeringkan cawan kosong+tutup selama 15 menit, didinginkan dalam eksikator 10 menit, lalu ditimbang
% Kadar air metode destilasi
3.3 Keselamatan Kerja
Perhatikan SOP dari setiap instrument ataupun alat konvensional yang
digunakan.
Gunakan APD lengkap seperti jas lab, sarung tangan, dan masker.
Pastikan tidak ada percikan air mengenai kabel atau sumber listrik.
Toluena besifat toksik sehingga perhatikan K3 saat kontak dengan toluene.
Perhatikan juga sisa toluene hasil destilasi, jangan dibuang sembarangan.
xi
Memanaskan cawan+sampel di dalam oven pada suhu 100-102oC selam 6 jam
Mendinginkan cawan dalam eksikator selam 10 menit lalu ditimbang
Pemanasan cawan+sampel dilakukan selanjutnya selama 15 menit sampai diperoleh berat yang konstan
Penangas Air
BAB IV
HASIL PRAKTIKUM
4.1 Skema Alat
Gambar 1. Skema alat penentuan kadar air metode destilasi
4.2 Data Pengamatan
4.2.1 Metoda Destilasi
Berat Erlenmeyer Kosong = 112.5438 gram
Berat Sampel Bakso = 10.0018 gram
Volume Toluena = 80 mL
Lama Proses = 45 menit (T = 45℃)
90 menit (T = 85℃)
Berat Erlenmeyer + Distilat = 117.0987 gram
Berat Air dalam Sampel Bakso = 4.5549 gram
Kadar Air dalam Sampel Bakso = 45.54 %
4.2.2 Metoda Oven
Tabel 3. Data Hasil Penimbangan pada Penentuan Kadar Air menggunakan Metoda Oven
No MetodeData Penimbangan (gram)
W0 W1 W2 (1) W2 (2) W2 (3) W2 (4) W2 (5)1 SNI1 39.5633 3.0174 40.5187 40.5090 40.5013 40.4943 40.49232 SNI2 39.1494 3.0154 40.1169 40.1074 40.1003 40.0957 40.0930
xii
Sampel+
pelarut
Kondensor
Destilat Air
Inlet
Outlet
3 Modul1 34.1294 5.0357 35.6938 35.6937 - - -4 Modul2 32.7060 5.0434 34.2969 34.2969 - - -
Catatan : Karena penimbangan pada metode SNI tidak konstan maka diambil satu data yang paling akhir.
Tabel 4. Hasil Penentuan Kadar Air pada Sampel Bakso “Mawar” menggunakan Metoda
Oven
No Metode
Data Penimbangan (gram) (%)
W1 W2 W3 Dry basis Wet basisTotal
padatan1 SNI1 3.0174 0.9290 2.0884 224.80 69.22 30.782 SNI2 3.0154 0.9436 2.0718 219.56 68.71 31.293 Modul1 5.0357 1.5643 3.4714 221.91 68.94 31.064 Modul2 5.0434 1.5909 3.4525 217.01 68.46 31.54
Kadar Air dalam Sampel Bakso [SNI] = 68.96 %
Kadar Air dalam Sampel Bakso [Modul] = 68.70 %
Tabel 5. Perbandingan Hasil Penentuan Kadar Air dengan Metoda Destilasi dan Metoda
Oven serta dengan Kadar Air pada Kemasan Bakso “Mawar”
Metoda DestilasiMetoda Oven
KemasanSNI Modul
45.54 % 68.96 % 68.70 % 70.55 %
xiii
BAB V
PEMBAHASAN
Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui kadar air dalam sampel. bakso “Mawar”
Kadar air dari sampel bakso di lakukan dengan dua metode, yaitu metode pengeringan
menggunakan oven dan metode destilasi.
Prinsip dari penentuan kadar air dengan cara kering adalah mengeringkan atau
menguapkan air pada suatu bahan (sampel) sehingga di peroleh zat padat yang bebas air.
Pengeringan dilakukan pada titik didih air. Selisih berat kering dan berat basah di
konversikan ke dalam satuan kadar air.
Sedangkan penentuan kadar air dengan metode distilasi prinsipnya adalah air pada
suatu sampel bahan yang dilarutkan pada pelarut non polar yang memiliki density lebih
rendah dari air. Air akan menguap dan menjadi distilat yang kemudian di tampung,
sedangkan komponen komponen pada sampel yang bersifat non-polar akan larut dalam
pelarut non polar (digunakan toluena) sehingga kadar air dapat di tentukan dari selisih air
distilat terhadap berat sampel awal.
.
Penentuan kadar air dengan cara kering (oven)
Sampel yang di gunakan adalah bakso karena bakso memiliki kadar air yang cukup
tinggi dan mengandung lemak. Bakso di bandingkan kadar airnya dengan dua prosedur yaitu
prosedur yang terdapat dalam Modul Praktikum Kimia Pangan dan Prosedur penentuan kadar
air metode oven dalam SNI. Kedua metode tersebut tidak berbeda, hanya saja jumlah sampel
dan waktu oven yang berbeda. Sehingga hasil kadar air dari dua prosedur tersebut mendekati
yaitu sebagai berikut :
Metoda DestilasiMetoda Oven
KemasanSNI Modul
45.54 % 68.96 % 68.70 % 70.55 %
Pada kondisi oven tanpa vacum (temperatur 110oC) lemak pada sampel akan ikut
menguap yang menyebabkan kadar air yang terukur akan lebih tinggi dibandingkan
pengeringan dengan vacum.
Titik didih lemak dipengaruhi oleh panjangnya rantai karbon, semakin panjang rantai
karbonnya titik didihnya makin tinggi pula. Lemak tak jenuh cenderung memiliki titik didih
yang lebih rendah. Inilah yang yang menjadi alas an sampel yang mengandung lemak
sebaiknya di keringkan dengan oven vacum pada suhu titik didih air yang di sesuaikan
xiv
dengan tekanan vacum oven. Titik didih air kurang lebih 70oC pada tekanan 250mmHg
sedangkan pada 760mmHg titik didih air mencapai 100oC. Dengan mengurangi suhu
pemanasan sebesar 30oC diharapkan dapat mencegah kemungkinan lemak yang terdapat pada
sampel untuk menguap. Seharusnya suhu oven dijaga konstan, karena perubahan 1oC dapat
menyebabkan kesalahan sebesar 0,1%.
Penentuan kadar air dengan cara basah (distilasi)
Metode pengukuran kadar air secara langsung lainnya adalah metode destilasi.
Metode ini memiliki prinsip yaitu menguapkan air dengan ―pembawa‖ cairan kimia yang
mempunyai titik didih lebih tinggi daripada air dan tidak dapat campur dengan air serta
mempunyai berat jenis lebih rendah daripada air.
Sampel yang digunakan pada metode ini adalah bakso “Mawar” ditimbang dengan
berat 10 gram. Penimbangan dilakukan dengan seksama dan kemudian ditumbuk dan
dilarutkan dengan zat kimia . Zat kimia yang digunakan yaitu toluen, yang memiliki titik
didih 110oC dan densitasnya sebesar 0,867g/mL sedangkan air sebesar 1g/mL.
Pada praktikum kali ini destilasi yang digunakan adalah destilasi biasa (sederhana). Namun,
seharusnya digunakan destilasi azeotrop, yang mana disebabkan oleh titik didih antar pelarut
dengan air memiliki selisih yang sangat sedikit (selisih 10oC). Penentuan kadar air dengan
cara distilasi di tujukan untuk sampel yang mengandung lemak (dalam jumlah yang cukup
tinggi). Bakso merupakan salah satu bahan yang mengandung lemak. Penambahan toluen
ditujukan agak lemak tidak ikut menguap saat di distilasi, lemak yang bersifat non-polar akan
larut dalam toluen yang juga pelarut non-polar. Dengan demikian, yang menguap hanyalah
airnya saja. Air tersebut kemudian di timbang dan kadarnya di tentukan dari selisih distilat
(air) dengan berat sampel awal.
Dari metode penentuan kadar air secara distilasi ini didapatkan kadar air bakso
“Mawar” sebesar 45,54 %. Kadar ini berbeda jauh dengan kadar air yang tertera di kemasan
sampel. Hasil kadar air akan lebih akurat jika sampel di distilasi dengan vacum karena pada
kondisi vacum, titik didih air akan lebih kecil dari 100oC sehingga kemungkinan toluen yang
ikut menguap semakin kecil pula.
xv
BAB VI
KESIMPULAN
Dari hasil percobaan maka didapatkan :
- Kadar air bakso dengan metode pengeringan oven secara SNI 68,96 %
- Kadar air bakso dengan metode pengeringan oven sesuai prosedur modul 68,70 %
- Kadar air bakso dengan metode destilasi sebesar 45,54%
xvi
BAB VII
REFERENSI
Julisti, Bertha. 2010. ―ANALISA KADAR AIR METODE OVEN & DESTILASI”.
http://btagallery.blogspot.com/2010/02/blog-post_4710.html (3 oktober 2015)
Mulyana, Hadipernata. 2007. “Mengolah dedak menjadi Minyak” Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian
xvii
LAMPIRAN
No. Prosedur Keterangan gambar
1. Mempersiapkan sampel bakso
2. Sampel bakso dihaluskan
3. Destilasi menggunakan pelarut
toluen
4. Destilasi sedang berlangsung
xviii
LAMPIRAN
Perhitungan
a) Metode Destilasi
Berat Air dalam Sampel Bakso
= Berat (Erlenmeyer + Distilat) – Berat Erlenmeyer Kosong
= 117.0987 g – 112.5438 g
= 4.5549 g
Kadar Air dalam Sampel Bakso
= Berat Air dalam Sampel Bakso
Berat Sampel Baksox 100 %
= 4.5549 g
10.0018 gx100 %
= 45.54 %
b) Metode Oven
W 1=Berat sampel (gram ) W 2=Berat sampel setelahdikeringkan (gram )
W 3=W 1−W 2
SNI1
Kadar Air (dry basis)=W 3
W 2
x100 %
Kadar Air (dry basis)=2.08840.9290
x 100 %
Kadar Air (dry basis )=224.80 %
Kadar Air (wet basis)=W 3
W 1
x 100 %
Kadar Air (wet basis)=2.08843.0174
x100 %
Kadar Air (wet basis )=69.22 %
Total Padatan=W 2
W 1
x100 %
Total Padatan=0.92903.0174
x 100 %
Total Padatan=30.78 %
xix
SNI2
Kadar Air (dry basis)=W 3
W 2
x100 %
Kadar Air (dry basis)=2.07180.9436
x 100 %
Kadar Air (dry basis )=219.56%
Kadar Air (wet basis)=W 3
W 1
x 100 %
Kadar Air (wet basis)=2.07183.0154
x100 %
Kadar Air (wet basis )=68.71 %
Total Padatan=W 2
W 1
x100 %
Total Padatan=0.94363.0154
x 100 %
Total Padatan=31.29%
Kadar Air dalam Sampel Bakso [SNI]
= Kadar Air (wet basis ) [ SNI 1 ]+Kadar Air (wet basis ) [ SNI 2 ]
2x100 %
= 69.22+68.71
2x100 %
= 68.96 %
Modul1
Kadar Air (dry basis)=W 3
W 2
x100 %
Kadar Air (dry basis)=3.47141.5643
x 100 %
Kadar Air (dry basis )=221.91%
Kadar Air (wet basis)=W 3
W 1
x 100 %
Kadar Air (wet basis)=3.47145.0357
x100 %
Kadar Air (wet basis )=68.94 %
Total Padatan=W 2
W 1
x100 %
xx
Total Padatan=1.56435.0357
x 100 %
Total Padatan=31.06%
Modul2
Kadar Air (dry basis)=W 3
W 2
x100 %
Kadar Air (dry basis)=3.45251.5909
x100 %
Kadar Air (dry basis )=217.01%
Kadar Air (wet basis)=W 3
W 1
x 100 %
Kadar Air (wet basis)=3.45255.0434
x100 %
Kada r Air (wet basis )=68.46 %
Total Padatan=W 2
W 1
x100 %
Total Padatan=1.59095.0434
x 100 %
Total Padatan=31.54%
Kadar Air dalam Sampel Bakso [Modul]
= Kadar Air (wet basis ) [ Modul 1 ]+Kadar Air ( wet basis ) [ Modul 2 ]
2x 100 %
= 68.94+68.46
2x100 %
= 68.70 %
xxi
xxii