laporan kasus jiwa

35
LAPORAN PEMERIKSAAN PSIKIATRIK I. IDENTITAS PASIEN Nama : Usia : Jenis Kelamin : Alamat : Pendidikan : Pekerjaan : Agama : Islam Suku : Banjar Bangsa : Indonesia Status Perkawinan : Menikah Berobat Tanggal : II. RIWAYAT PSIKIATRIK - Alloanamnesa dengan Istri Os pada tanggal 18 Juni 2012, pukul 10.45 WITA di Poli Jiwa RSUD Ulin Banjarmasin - Autoanamnesa pada tanggal 18 Juni 2012, pukul 11.00 WITA di Poli Jiwa RSUD Ulin Banjarmasin

Upload: nanda-sulistyaningrum

Post on 28-Oct-2015

37 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

good

TRANSCRIPT

LAPORAN PEMERIKSAAN PSIKIATRIK

I. IDENTITAS PASIEN

Nama :

Usia :

Jenis Kelamin :

Alamat :

Pendidikan :

Pekerjaan :

Agama : Islam

Suku : Banjar

Bangsa : Indonesia

Status Perkawinan : Menikah

Berobat Tanggal :

II. RIWAYAT PSIKIATRIK

- Alloanamnesa dengan Istri Os pada tanggal 18 Juni 2012, pukul 10.45

WITA di Poli Jiwa RSUD Ulin Banjarmasin

- Autoanamnesa pada tanggal 18 Juni 2012, pukul 11.00 WITA di Poli Jiwa

RSUD Ulin Banjarmasin

- Autoanamnesa pada tanggal 19 Juni 2012, pukul 17.00 WITA melalui

telpon

A. KELUHAN UTAMA

KELUHAN TAMBAHAN

RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG

Alloanamnesis dengan Ibu Os:

Di kotabaru os tidak tinggal dengan kedua orangtuanya karena rumah

orangtuanya jauh di pedalaman tepatnya di kepulauan karsian, jadi os

tinggal bersama adiknya di suatu kos-kosan desa……

Pada tahun 1999 saat pasien berumur…. Kelas 2 smp os pindah ke

kotabaru sekeluarga, sejak pindah ke kotabaru os merasa tidak enak dan

selalu meminta untuk kembali ke Surabaya. Pada saat kelas 3 smp tahun

2000, ketika mau ujian akhir adiknya pergi ke………. Namun pas datang

adik tidak tahu kenapa sikapnya kakanya langsung berubah tidak seperti

biasanya.

Sejak saat itu os menjadi sering bicara sendiri, menangis dan tertawa tanpa

sebab, dan teriak-teriak menjerit sampai mengamuk. Kadang-kadang os

juga berhalusinasi seperti melihat ada seseorang yang sedang berada diatap

sedang menatapnya. Setelah itu sosok itu semakin mendekatinya dan

akhirnya berada disampingnya. Sejak saat itu os semakin ketakutan dan

berteriak-teriak sendiri.

1

New UserMICROSOFT

Pada tahun 2000 os dibawa ke Surabaya untuk diobati ke dr.saraf,

diagnosanya???, disana os diberi obat namun nama obatnya tidak tahu, dan

keluhan tidak membaik,

Pada tahun 2001 os dibawa ke rumah sakit jiwa di Surabaya dan dirawat

disana selama 3 bulan, setelah keluar dari sana pasien mulai sudah bisa

berkomunikasi dengan keluarga tapi masih sering tertawa sendiri, tapi

masih belum bisa merawat diri seperti tidak bisa makan dan mandi sendiri.

Dirumah os dikurung oleh ibunya di dalam kamar karena ibunya khawatir

os pergi ketepi pantai karena rumahnya dekat pantai. Dari tahun 2001 os

sempat mengkonsumsi obat yang diberikan puskesmas yang berwarna

kuning????????????, setelah itu pasien putus berobat dan gejala2 masih

ada.

Pada tahun;…… pasien di ruqiyah oleh alim ulama setempat dan sejak

saat itu os tidak pernah lagi melihat orang sering menatapnya.

Pada tahun 2010 atas saran tetangganya pasien di bawa ke rumah sakit

jiwa sambaing lihum dan dirawat selama 7 bulan lalu keluar dan

membaik. Os jadi mandiri , tertawa sendiri (-), menjerit (+). Tapi ibu os

masih mengurung os di kamar.

Pada tahun 1995 ayah os meninggal, sejak saat itu os sering sedih dan

murung.

Alloanamnesis dengan adik Os:

2

C. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU

- Tidak pernah ada riwayat kecelakaan atau trauma kepala.

- Tidak pernah ada riwayat demam dengan penurunan kesadaran.

- Tidak ada riwayat kejang.

- Pernah di rawat di Rumah Sakit akibat dispepsia.

- Pernah di rawat di IGD akibat pingsan setelah oleharaga.

- Pernah mengkonsumsi alkohol dan obat-obatan terlarang

D. RIWAYAT KEHIDUPAN PRIBADI

1. Riwayat Prenatal dan Antenatal

Tidak didapatkan data yang mendukung.

2. Riwayat Masa Bayi dan Kanak-kanak

Denver II

Tidak didapatkan data yang mendukung.

Basic Trust Vs Mistrust (0-1,5 tahun)

Tidak didapatkan data yang mendukung.

Autonomy Vs Shame & Doubt (Usia 1,5-3 tahun)

Tidak didapatkan data yang mendukung.

Initiative vs Guilt (Usia 3-6 tahun)

Tidak didapatkan data yang mendukung.

Industry Vs Inferiority (Usia 6-12 tahun)

3

Pada fase ini Os memiliki kemauan untuk menyelesaikan tugas dengan

sempurna dan menghasilkan sesuatu. Seperti Os suka mempreteli

sepedanya dan dengan bangganya memperlihatkannya ke sekolah.

Orangtua Os tidak melarang, bahkan ikut memuji.

Identity vs Role Diffusion (Usia 12-20 tahun)

Os mengaku pada saat usia 12-20 tahun tidak ada masalah yang serius.

Os sangat mudah bergaul dengan teman-temannya sehingga dia

banyak mempunyai teman. Keluargapun tidak pernah mengekang Os

mengembangkan dirinya mencari jari diri. Tetapi orangtuanya tetap

mengawasi dan melarang apabila Os melakukan hal yang tidak baik.

Seperti Os diarang keluar malam.

Os memang orang yang terlihat patuh dan takut membangkang. Tapi

ada kalanya bila ada sesuatu peraturan yang tidak Os sukai, baik dari

orangtua ataupun di sekolah, Os hanya marah-marah / melawan dalam

hati.

Intimacy vs Isolasi (usia 20-30 tahun)

Pada pertengahan tahun 2002, saat Os berusia 20 tahun dan kuliah

semester 4, Os mulai mengonsumsi narkoba jenis Ineks. Os

mengonsumsinya 3 kali dalam seminggu. Kebiasaan ini berlangsung

sampai 6 bulan. Os juga pernah mencoba mengonsumsi shabu-shabu

dan minum alkohol, tetapi hanya sekali. Kebiasaan ini Os lakukan

4

karena mengalami tekanan keluarga yang tidak merestui Os menikah

dengan seorang perempuan yang saat itu disukai Os.

Os mencoba melupakan perempuan yang dia sukai akibat tuntutan

dari keluarga. Akhirnya Os bertemu dengan perempaun lain.

Hubungan mereka direstui keluarga Os dan hanya berkenalan selama

2 bulan, Os menikahi perempuan itu yang sekarang menjadi istrinya

pada tahun 2005.

Setelah menikah Os tinggal bersama keluarga istri di Batu Licin. Os

mengaku merasa tertekan karena harus menuruti segala peraturan di

keluarga istrinya yang terpandang di mata masyarakat sekitar. Padahal

di keluarga sendiri Os terbiasa hidup bebas tanpa ada aturan yang

terlalu mengikat.

Pada tahun 2008, Os bertemu lagi dengan perempuan yang pernah

disukainya. Tetapi hubungan Os dengan perempuan itu diketahui oleh

istrinya. Terjadilah permasalah dalam rumah tangga. Sekarang istri Os

sangat posesif. Os tidak diizinkan berteman/bergaul ke luar rumah.

Istri Os selalu curiga walaupun Os sudah mengatakan dia tidak akan

mengulanginya dan menjelaskan dia bisa membatasi pergaulannya.

3. Riwayat Pendidikan

Os mulai bersekolah di usia 4 tahun (tahun 1986) masuk Taman

Kanak-Kanak selama 2 tahun lalu melanjutkan ke jenjang Sekolah

Dasar masuk pada usia 6 tahun (tahun 1988). Os tidak pernah tinggal

kelas dan prestasi Os biasa-biasa saja di sekolah. Os melanjutkan

5

pendidikan ke SMP, SMA, hingga Perguruan Tinggi. Namun Os

berhenti kuliah pada semester 8 karena alasan ada tawaran pekerjaan.

4. Riwayat Pekerjaan

Sebelumnya Os pernah bekerja sebagai kontraktor di Marabahan.

Setelah 1,5 tahun bekerja, Os berhenti menjadi kontraktor karena

menikah dan pindah ke Batu Licin. Sekarang Os bekerja di

Perusahaan Tambang Batu Bara milik mertua Os dan juga

mempunyai toko Phone Cell.

5. Riwayat Perkawinan

Os sudah menikah dan memiliki 2 orang anak. Os menikah atas dasar

suka sama suka. Os menikah pada tahun 2005. Os menikah pada saat

usia 23 tahun. Anak pertama Os Laki-laki berumur 5 tahun, sekolah di

Taman Kanak-kanak. Sedangkan anak kedua Os laki-laki masih

berumur 2 tahun.

Istri Os sangat posesif karena sebelumnya Os pernah ketahuan

menjalin hubungan dengan wanita lain. Akibatnya sekarang Os

dilarang berteman/bergaul keluar rumah. Oleh karena itu, Os merasa

tertekan hanya di rumah padahal sebelumnya Os merupakan orang

yang supel bergaul.

E. RIWAYAT KELUARGA

Genogram:

6

Keterangan :

Laki-laki :

Perempuan :

Penderita :

Meninggal :

Tidak ada riwayat keluarga yang mempunyai penyakit serupa dan

gangguan kejiwaan yang lain.

F. RIWAYAT SITUASI SEKARANG

Os tinggal dengan keluarga besar istri. Ada 4 kepala keluarga yang

tinggal dalam satu rumah. Nenek-kakek, om-tante, adik dan Os sendiri

beserta istri dan anaknya.

Keluarga istri Os merupakan orang terpandang, akibatnya Os

terpaksa selalu menuruti segala peraturan yang sudah ada di dalam

keluarga. Hal ini menyebabkan Os tertekan karena kehidupan

keluarganya sendiri sangat berbeda dengan kehidupan istrinya yang serba

diatur.

Os jarang berkomunikasi dengan keluarga istri Os di rumah,

bahkan keluarga di rumah tidak mengetahui bahwa Os mengalami

7

penyakitnya seperti sekarang. Os bercerita tentang penyakitnya hanya

kepada istrinya dan keluarganya yang berdomisili tinggal di Banjarmasin.

G. PERSEPSI PASIEN TENTANG DIRI DAN LINGKUNGANNYA

Os merasa bahwa Os sakit dan ingin berobat, tapi Os menyalahkan

orang lain/faktor luar/faktor organik sebagai penyebab sakitnya.

III. STATUS MENTAL

A. DESKRIPSI UMUM

1. Penampilan

Pada saat datang ke Poli Jiwa RSUD Ulin tanggal 18 Juni 2012.

Seorang laki-laki perawakan tinggi sedang menggunakan baju kaos

berwarna hitam dengan celana jins panjang warna biru malam. Os

tampak terawat. Selama wawancara Os dengan antusias menceritakan

masalahnya dengan ekspresi cemas. Saat ditanya Os dengan panjang

lebar menjawabnya, Os menatap wajah pemeriksa dan dapat

dipertahankan. Setiap kali diberi pertanyaan Os mendengarkan dengan

baik, dan kooperatif.

Os bisa menjawab dengan benar saat ditanya tanggal, bulan,

tahun, tempat tinggal, siapa yang mengantarnya dan mengerti

hubungan antara pemeriksa dan pasien. Saat ditanya tanggal lahir,

kapan dia sekolah SD, SMP, SMA dan Perguruan Tinggi, Os juga

menjawab dengan baik. Os dapat menyebutkan kembali 3 benda yang

ditanyakan pemeriksa kepadanya. Konsentrasi Os juga baik, Os bisa

menjawab saat ditanya nama bulan dari Januari-Desember dan

8

sebaliknya, dan 100-7 sebanyak 5 kali pengulangan. Saat ditanya

beberapa ibukota negara di dunia, Os menjawab dengan benar.

Ketika ditanya apakah mencuri itu perbuatan baik atau tidak, Os

menjawab mencuri adalah perbuatan yang tidak baik. Apa beda

bohong dan khilaf, awalnya Os bingung menjawabnya, bohong

diartikan bicara tidak jujur sedangkan khilaf diartikan tidak sengaja.

Saat ditanya apa arti panjang tangan, os menjawab orang yang

mencuri.

Secara keseluruhan Os dapat menjawab pertanyaan dengan benar.

Tetapi ekspresi wajahnya tampak cemas.

2. Kesadaran

Komposmentis

3. Perilaku dan Aktivitas Psikomotor

Normoaktif

4. Pembicaraan

Koheren

5. Sikap terhadap Pemeriksa

Kooperatif

6. Kontak Psikis

Kontak ada, wajar dan dapat dipertahankan

B. KEADAAN AFEKTIF, PERASAAN EKSPRESI AFEKTIF

KESERASIAN SERTA REAKSI EMOSIONAL

1. Afek (mood) : Euthym

9

2. Ekspresi afektif : Cemas

3. Keserasian : Appropiate

4. Reaksi emosional :

- Stabilitas : baik

- Pengendalian : baik

- Sungguh-sungguh atau tidak : sungguh-sungguh

- Dalam atau dangkal : dalam

- Skala diferensiasi : sempit

- Empati : dapat diraba rasa

- Arus emosi : normal (cepat lincah)

A. FUNGSI KOGNITIF

1. Kesadaran : Komposmentis

2. Orientasi

- Waktu : Baik

- Tempat : Baik

- Orang : Baik

- Situasi : Baik

3. Konsentrasi : Baik

4. Daya Ingat :

Jangka pendek : Baik

Jangka panjang : Baik

Segera : Baik

5. Intelegensi dan Pengetahuan Umum :

10

Sesuai usia dan taraf pendidikan

B. GANGGUAN PERSEPSI

1. Halusinasi :

- Auditorik : Tidak ada

- Visual : Tidak ada

2. Ilusi (-)

3. Depersonalisasi / Derealisasi : Tidak ada

C. PROSES PIKIR

1. Arus pikir

a. Produktivitas : Baik

b. Kontinuitas : Relevan

c. Hendaya berbahasa : Tidak ada

2. Isi Pikir

a. Preocupasi : Tidak ada

b. Gangguan pikiran :

Waham : Tidak Ada

D. PENGENDALIAN IMPULS

dapat mengendalikan impuls

E. DAYA NILAI

1. Daya nilai sosial : Baik

2. Uji Daya nilai : Baik

3. Penilaian Realita : tidak terganggu, empati (dapat dirabarasakan),

gangguan persepsi (tidak ada), isi pikir (tidak ada waham)

11

F. TILIKAN

Terganggu derajat 3 = Sadar dirinya sakit, tapi menyalahkan orang

lain / faktor luar / faktor organik sebagai penyebab.

G. TARAF DAPAT DIPERCAYA

Dapat dipercaya

IV. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK LEBIH LANJUT

1. STATUS INTERNUS

Keadaan umum : Tampak baik

Gizi : Baik

Tanda vital : TD = 130/90

N = 88 x/m

RR = 21 x/m

T = 37,1° C

Kepala:

Mata : palpebra tidak edema, konjungtiva tidak anemis, sklera

tidak ikterik, pupil isokor, refleks cahaya +/+

Telinga : bentuk normal, sekret tidak ada, serumen minimal

Hidung : bentuk normal, tidak ada epistaksis, tidak ada tumor,

kotoran hidung minimal

12

Mulut : bentuk normal dan simetris, mukosa bibir tidak kering dan

tidak pucat, pembengkakan gusi tidak ada dan tidak

mudah berdarah, lidah tidak tremor.

Leher : Pulsasi vena jugularis tidak tampak, tekanan tidak

meningkat, tidak ada pembesaran kelenjar getah bening.

Thoraks:

Inspeksi : bentuk dan gerak simetris

Palpasi : fremitus raba simetris

Perkusi :

- pulmo : sonor

- cor : batas jantung normal

Auskultasi:

- pulmo : vesikuler

- cor : S1S2 tunggal

Abdomen :

Inspeksi : Simetris

Palpasi : Tidak nyeri tekan, hepar dan lien tidak teraba

Perkusi : timpani

Auskultasi: bising usus (+) tidak meningkat

Ekstemitas : pergerakan bebas, tonus baik, tidak ada edema dan atropi,

tremor (-)

Motorik : 5 5

5 5

13

Sensorik : + +

+ +

2. STATUS NEUROLOGIKUS

Pemeriksaan N I – XII :

I (Olfactorius) : Baik, dapat mencium bau kopi dan tembakau (rokok)

II (Opticus) : Tes konfrontas i: D (-)/S(+) baik ke segala arah

Reflek Pupil : Respon Cahaya Langsung D/S (+/+)

Respon Cahaya Konsensual D/S (+/+)

III (Oculomotorius) : Ptosis (-/-), Gerakan Bola Mata D/S ke segala arah,

Pupil Ø 3mm/3mm, Respon Cahaya Langsung D/S

(+/+), Respon Cahaya Konsensual D/S (+/+)

IV (Troklearis) : Gerakan mata ke lateral bawah D/S baik, strabismus (-),

diplopia (-)

V (Trigeminus) : Sensibilitas baik, motorik baik, reflek kornea D/S (+/+)

VI (Abdusens) : Gerakan bola mata ke lateral D/S (+/+)

VII (Fasialis) : asimetris wajah (-), angkat alis (+/+), memperlihatkan

gigi(+)

VIII (Vestibulocochlearis) : suara petikan jari (+/+), tes garpu tala (sde),

tes keseimbangan (sde)

IX (Glosofaringeus) & X (Vagus) : pergeseran uvula (-), reflek muntah (+)

XI (Asesorius) : mengangkat bahu (+), memutar kepala (+)

XII (Hipoglosus) : deviasi lidah (-), tremor lidah (-)

Gejala rangsang meningeal : Tidak ada

14

Gejala TIK meningkat : Tidak ada

Refleks Fisiologis : Normal

Refleks patologis : Tidak ada

V. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA

Alloanamnesa dan Autoanamnesa

Tahun 2002, Os mengkonsumsi narkoba jenis ineks, pernah minum

alkohol dan mengkonsumsi shabu.

Tahun 2008, Os mengalami masalah rumah tangga yang menyebabkan

Os dilarang bergaul ke luar rumah.

Tahun 2009, Os pingsang akibat kelelahan berolahraga hingga dibawa

ke IGD. Kejadian ini membuat Os takut berolahraga lagi. Os selalu

berpikiran apabila dia berolahraga maka dia akan sakit.

Os merasa cemas dan was-was keluar rumah dan bepergian sendiri. Os

berpikiran akan sakit, kecelakaan atau sesuatu yang buruk akan

menimpanya.

Os juga mengalami susah memulai tidur, cemas dan was-was

bertambah apabila banyak pekerjaan. Jika banyak pikiran,

Os merasa mual, pusing, jantung berdebar, berkeringat, kaki dan

tangan dingin. Serangan muncul kadang 1 bulan sekali, bisa 1 minggu

sekali, tergantung ada stressor.

Karena kesulitannya tersebut untuk berinteraksi dengan orang, Os

kebanyakan hanya berdiam di rumah.

Cemas (+), was-was (+), takut (+)

15

Aktivitas dan sosialisasi terganggu

Tahun 2009 Os berobat ke dokter spesialis jiwa dan diberi obat yang

dikonsumsi Os hingga sekarang.

Pada masa remaja Os memiliki ciri kepribadian Pasif-Agresif

Autoanamnesa:

Ekspresi afektif : Cemas

Tilikan : Derajat 3

VI. EVALUASI MULTIAKSIAL

1. AKSIS I : Gangguan Panik (F41.0)

Differensial Diagnosis: Depresi Ringan (F32.0)

2. AKSIS II : Ciri Kepribadian Pasif-Agresif

3. AKSIS III : None

4. AKSIS IV : Masalah “primary support group” (keluarga)

5. AKSIS V : GAF scale 70-61 (beberapa gejala ringan dan

menetap, disabilitas ringan dalam fungsi, secara

umum masih baik

VII. DAFTAR MASALAH

1. ORGANOBIOLOGIK

Status interna dan neurologis dalam batas normal

2. PSIKOLOGIK

Ekspresi afektif cemas, dan tilikan derajat 3.

3. SOSIAL/KELUARGA

16

Tertekan dengan sikap istri yang terlalu posesif sehingga tidak bisa

bersosialisasi, dan juga tidak ada dukungan secara psikologis dari

keluarga.

VIII. PROGNOSIS

Diagnosa penyakit : dubia ad bonam

Perjalanan penyakit : dubia ad bonam

Ciri kepribadian : dubia ad bonam

Stressor psikososial : dubia ad bonam

Riwayat Herediter : dubia ad bonam

Usia saat menderita : dubia ad bonam

Pola keluarga : dubia ad bonam

Pendidikan : dubia ad bonam

Aktivitas pekerjaan : dubia ad bonam

Perkawinan : dubia ad bonam

Ekonomi : dubia ad bonam

Lingkungan sosial : dubia ad malam

Organobiologik : dubia ad bonam

Pengobatan psikiatrik : dubia ad bonam

Ketaatan berobat : dubia ad bonam

Kesimpulan : dubia ad bonam

IX. RENCANA TERAPI

Medika mentosa :

17

Alprazolam 2 x 1 mg

Psikoterapi :

Psikoterapi berupa pemberian support pada pasien serta penjelasan kepada

keluarga bahwa pasien juga membutuhkan support dari pihak keluarga.

Selain itu diberikan terapi religius dan perilaku yang bertujuan untuk

menguatkan daya tahan mental dan membantu pemecahan masalah

hidupnya.

X. DISKUSI

Berdasarkan PPGDJ – III untuk mendiagnosis pasien Gangguan

Panik (F41.0) :

o Gangguan panik baru ditegakkan sebagai diagnosis utama bila tidak

ditemukan adanya gangguan anxietas fobik (F40.-)

o Untuk diagnosis pasti, harus ditemukan adanya beberapa kali serangan

anxietas berat (severe attacks of autonomic anxiety) dalam masa kira-

kira satu bulan:

(a) Pada keadaan yang sebenarnya secara objektif tidak

ada bahaya;

(b) Tidak terbatas pada situasi yang telah diketahui atau yang dapat

diduga sebelumnya (unpredictable situations);

(c) Dengan keadaan yang relatif bebas dari gejala-gejala anxietas pada

periode di antara serangan-serangan panik (meskipun demikian,

umumnya dapat terjadi juga “anxietas antisipatorik”, yaitu anxietas

18

yang terjadi setelah membayangkan sesuatu yang mengkhawatirkan

akan terjadi).

Pada pasien ini, ditemukan gejala-gejala panik berupa kecemasan

berolahraga dan bepergian keluar rumah sendiri. Kecemasan timbul

karena Os membayangkan sesuatu yang mengkhawatirkan akan terjadi

yaitu dia akan sakit apabila berolahraga dan bepergian ke luar rumah

sendiri. Gejala ini merupakan sumber penderitaan (distress) dan

mengganggu aktivitas sehari-hari, sehingga menurut buku PPDGJ III ,

dapat didiagnosis sebagai Gangguan Panik (F41.0).

Gangguan panik ditandai oleh serangan anxietas atau teror yang

berkala (serangan panik). Setipa episode berlangsung sekitar 15-30 menit,

meskipun efek sisa dapat berlangsung lebih lama.

Selama serangan panik, penderita merasakan sangat ketakutan atau

tidak nyaman yag disertai dengan jantung berdebar, nyeri dada, perasaan

tercekik, berkeringat, gemetar, mual, pusing, perasaan yang tidak riil, dan

takut mati atau takut menjadi gila.

Serangan panik dapat terjadi secara spontan ataupun sebagai respon

terhadap situasi tertentu. Frekuensi serangan sangat bervariasi, ada yang

sering (setiap minggu), tetapi berlangsung berbulan-bulan. Ada juga yang

mengalami serangkaian serangan tetapi diikuti periode tenang selama

berminggu-minggu.

Sindrom panik berkaitan dengan hipersensitivitas dari

“serotoninergik receptors” di SSP. Mekanisme kerja obat antipanik adalah

19

menghambat “reuptake” serotonin pada celah sinaptik antar neuron,

sehingga pada awalnya terjadi peningkatan serotonin dan sensitivitas

reseptor (timbul gejala efek samping anxietas, agitasi, insomnia), sekitar 2

sampai 4 minggu, kemudian seiring dengan peningkatan serotonin terjadi

penurunan sensitivitas reseptor (down regulation). Penurunan sensitivitas

reseptor tersebut berkaitan dengan penurunan serangan panik (adrenergic

overactivity) dan juga gejala dan juga gejala depresi yang menyertai akan

berkurang pula. Penurunan hipersensitivitas melalui dua fase tersebut

disebut jua “efek bifasik”.

Semua jenis obat anti-panik (Trisiklik, Benzodiazepin, RIMA,

SSRI) sama efektifnya menanggulangi sindrom panik pada taraf sedang

dan pada stadium awal dari gangguan panik.

Bagi yang peka terhadap efek samping golongan Trisiklik atau

adanya penyakit organiksebagai penyulit, dapat beralih ke golongan SSRI

atau RIMA di mana efek samping relatif lebih ringan.

Efek samping obat anti-panik golongan Trisiklik dapat berupa:

Efek anti-histaminergik (sedasi, kewaspadaan berkurang, kinerja

psikomotor menurun, kemampuan kognitif menurun, dll).

Efek anti-kolinergik (mulut kering, retensi urin, penglihatan kabur,

konstipasi, sinur takikardi, dll).

Efek anti-adrenergik alfa (perubahan EKG, hipotensi ortostatik).

Efek Neurotoksik (tremor halus,kejang, agitasi, insomnia).

20

Oleh karena itu sebelum penggunaan obat perlu dilakukan

pemeriksaan fisik dan laboratorium yang teliti, terutama fungsi hati dan

ginjalserta pemeriksaan EKG dan EEG, untuk mencegah pengaruh buruk

dari efek samping tersebut (khusuunya pada penderita lanjt usia, anak-anak

denganriwayat kejang).

Obat anti-panik golongan SSRI/RIMA relatif paling aman pada

overdosis dibandingkan dengan golongan Trisiklik. Namun obat golongan

Benzodiazepin yaitu Alprazolam merupakan obat yang paling kurang

toksik dan “onset of action” yang lebih cepat. Oleh karena alasan yang

telah disebutkan di atas, maka pada pasien ini diberikan terapi obat

Alprazolam, yakni obat anti panik golongan Benzodiazepin.

Pengaturan dosis pada obat anti-panik dimulai dengan dosis

rendah, secara perlahan-lahan dosis dinaikkan dalam beberapa minggu

untuk meminimalkan efe sampingdan mencegah terjadinya toleransi obat.

Dosis efektif dicapai dalam waktu 2-3 bulan. Apabila dosis tidak

dinaikkan secara perlahan-lahan, penderita tidak akan merasakan

manfaatnya, atau malahan akan mundur dari perkembangan yang yang

sudah mulai membaik pada awal pengobatan dalam beberapa minggu.

Batas lamanya pemberian obat bersifat individual, umunya selama

6 bulan hingga 12 bulan, kemudian dihentikan secara bertahap selama 3

bulan bila kondisi penderita sudah memungkinkan (bebas gejala dalam

kurun waktu tertentu).

21

Dalam waktu 3 bulan setelah bebas obat, sekitar 75% penderita

menujukkan gejala kambuh. Dalam keadaan ini maka pemberian obat

dengan dosis semula diulangi untuk selama 2 tahun. Setelah itu dicoba lagi

dihentikan berlahan-lahan dalam kurun waktu 3 bulan.

Pengobatan gangguan panik biasanya berjangka waktu lama. Hal

ini perrlu dijelaskan kepada pasien dan keluarganya, disamping menunjang

kepatuhan berobat, juga karena harga obat yang cukup mahaldan jumlah

dosis yang digunakan juga cukup tinggi.

Pada saat memulai pengobatan atau saat dengan dosis agak tinggi,

akan menyebabkan “reaction time” menurun, sehingga harus dihindarkan

mengendarai kendaraan sendiri atau menjalankan mesin yang

membutuhkan perhatian tinggi.

Disamping terapi medikamentosa, dianjurkan juga pemberian

psikoterapi berupa pemberian support pada pasien dan keluarga agar

mempercepat penyembuhan pasien.

Prognosis pada penderita ini dubia ad bonam karena dilihat dari

diagnosa penyakit, perjalanan penyakit, ciri kepribadian, usia saat

menderita, pola keluarga, aktivitas pekerjaan, lingkungan sosial,

pengobatan psikiatri, dan ketaatan berobat.

DAFTAR PUSTAKA

1. Anonymous. Panic Attack. http://en.wikipedia.org/wiki/Panic_attack. Diakses tanggal 20 Juni 2012.

22

2. Anwar Z. Gangguan Panik. Scrib The Largest Social Reading and Publishing, 2012.

3. Indriani R. Informatorium Obat Nasional Indonesia. Badan POM RI: Jakarta, 2008.

4. Maslim R. Panduan Praktis Penggunaan Obat Psikotropik Edisi Ketiga. Jakarta: PT Nuh Jaya, 2007.

5. Maramis WF, Maramis AA. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa Edisi 2. Surabaya : Airlangga University Press, 2009.

6. Maslim R. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkasan dari PPDGJ-III. Jakarta : PT Nuh Jaya, 2001.

23