korelasi genotipik antara hasil dengan tingkat … · to late lea/spot 0/ peanut yudiwantp), s....
TRANSCRIPT
-
Bu.. Agron. 26( 16-21 (1998)
KORELASI GENOTIPIK ANTARA HASIL DENGAN TINGKAT KETAHANANTERHADAP PENYAKIT BERCAK DAUN HITAM PADA KACANG TANAHl)
Genotypic Correlation Between Yield and Resistance Levelto Late Lea/spot 0/ Peanut
YudiwantP), S. Sastrosumarjo2), S. Hadi3), S. Karama5),A. Surkati2), daD A.A. Mattjik4)
ABSTRACT
A field evaluation was conducted to study the genotypic correlation between yield potentialsand resistance level to the late leafspot of peanut. The experiment was carried out at Muara experi-mental-fieldfrom October 1994 to January 1995 using 100 genotypes with natural late leafspot inocu-lation.
The result showed that the resistance level to late leafspot, wish was quantitatively reflected bythe fresh-leaves percentage has negative genotypic correlation with total and filled-pod numbe1: Thenegative genotypic correlation were also found between resistance level and the weight of total pod,filled pod, as kernel, although not significant.
RINGKASAN
Pengujian lapangan telah dilakukan untuk mempelajari korelasi antara tingkat ketahanan terhadappenyakit bercak daun hitam clan daya basil pada kacang tanah. Percobaan dilakukan di kebun percobaanMuara, berlangsung dari bulan Oktober 1994 hingga bu1an Januari 1995. Pada percobaan tersebut di-evaluasi 100 genotipe yang terinokulasi penyakit bercak daun secara alarni.
Hasil evaluasi menunjukkan bahwa tingkat ketahanan terhadap penyakit bercak daun hitam, yangsecara kuantitatif ditunjukkan oleh persentase daun belum kering, nyata betkolerasi genotipik negatif denganjumlah polong total dan jurnlah polong isi. Meskipun tidak nyata, korelasi genotipik negatifjuga ditemukanantara tingkat ketahanan dengan bobot polong total, bobot polong isi, maupun bobot biji.
hingga diatas 50% (McDonald et a/., 1985). DiIndonesia, Sudir et a/., (1993) melaporkan tinggi-nya daya rusak penyakit ini. Pada tingkat keparnhandi atas 5%, tiap kenaikan 10% keparahan menga-kibatkan kehilangan basil meningkat sekitar 6 %.
Penyakit ini sangat lazim ditemui padapertanaman kacang tanah yang menjelang masak.Banyak petani yang masih menganggap datangnyapenyakit ini menandakan bahwa tanamannya sudahhampir masak, sehingga upaya pengendalianpenyakit ini belurn di1akukan secara intensif.
Terdapat dua macam penyakit bercak daun
PENDAHULUAN
Bercak daun merupakan salah satu penyakitutama yang menjadi salah satu faktor pembatasproduksi kacang tanah. Di tingkat dunia, penyakit
ini dapat mengakibatkan kehilangan hasil dari 10%
I) Bagian dari disertasi penulis pertama21 Star pcngajar Jurusan BOP Faperta IPB31 Star pengajar Jurusan MNH Fahutan IPB" Star pengajar Jurusan Statistika FMIPA fPB51 Kepala Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat
16
-
Bul. Agron. 26(1) : 16-21 (1998)
kacang tanah, yaitu penyakit bercak hitam yang
disebabkan oleh fungi patogen Phaeoisariopsispersonata dan bercak daun coklat yang disebabkanoleh Cescospora arachidico/a.. Kedua macampenyakit ber-jangkit sesudah tanaman .mulaiberbunga, akan tetapi penyakit bercak daun coklatmuncullebih awal daripada bercak daun hitam.Pengamatan pacta pertanaman kacang tanah dilapangan menunjukkan bahwa dari kedua macampenya-kit bercak daun, serangan patogen bercakdaun hitam lebih dominan dibanding patogen bercakdaun coklat. Oleh karena itu evaluasi ketahananterhadap penyakit bercak daun coklat lebih di-
utamakan.F enomena umum rendahnya daya hasil
berkaitan dengan tingkat ketahanan terhadappenyakit bercak daun yang makin tinggi telah
dilaporkan oleh beberapa peneliti. Pacta percobaanini secara khusus dipelajari korelasi genotipik dankorelasi fenotipik beberapa karakter daya hasil
dengan tingkat ketahanan terha-dap penyakit bercak
daun hitam.
BAHAN DAN METODE
dan di sekeliling petak kelompok.Penanarnan dilakukan dengan jarak tanarn
40 cm antar baris dan 20 cm antar tanarnan dalarnbaris, dengan teknik budidaya yang lazirn diterapkan,kecuali penyemprotan dengan fungisida yang tidakdilakukan. Lima tanaman contoh kompetitifditentukan secara acak untuk mengarnati peubah-peubah yang diperlukan. Pallen dilakukan pacta saatpolong ~ penuh, kemudian polong dikeringkandengan dijemur selarna empat hari pacta kondisicuaca cerah.
Skor gejala penyakit visual ditentukan pacta14 minggu setelah tan am (mst) berdasarkankeragaan tiap genotipe secara urnurn, dengan skala1 sarnpai 5, dilakukan mengikuti cara Arnir (1991 )
yang dimodifikasi (Kusurno, 1996). Persentasedaun belum kering diamati pacta 13 rnst, berdasarkanproporsi jurnlah daun yang belurn kering terse butterhadap keseluruhan jurnlah daun pacta batangutarna tanahlan contoh. Karakter ini diharapkan se-
cara kuantitatif dapat mencenninkan gradasi skor
gejala penyakit visual, sehingga dengan demikiandapat dilakukan analisis korelasi tingkat ketahanandengan karakter basil. Karakter basil diarnati pacta
polong kering, yang mencakup bobot danjumlahpolong total dan polong isi per tanarnan, serta bobot
biji pertanarnan.Untuk mengetahui apakah persentase daun
belum kering dapat mencerminkan gradasi
kelompok skor gejala penyakit visual, dilakukanpengujian nilai tengah persentase daun belum kering
genotipe-genotipe antar kelompok skor. Pengujian
dikerjakan dengan uji-t untuk tiap pasangan nilaitengah antar kelompok skor dengan memperhatikankesamaan ragamnya (Steel dan Torrie, 1980).Koefisien korelasi genotipik dan fenotipik antarakarakter persentase daun belum kering dengankarakter basil dihitung dengan memanfaatkan nilaiduga ragam dan peragarn yang sesuai, mengikuticara Johnson, Robinson dan Comstock (1995). Uj i-
t terhadap nilai duga koefisien korelasi yang di-
peroleh dilakukan mengikuti cara Ostle (1996), dan
ragam tiap koefisien korelasi diduga dengan
mengembangkan persarnaan urnum pendugaan ra-gaIn korelasi yang dikemukakan oleh Tallis (1959).
Evaluasi dilakukan pacta percobaan dilapangan, yang dikerjakan di Kebun PercobaanMuara yang merupakan instalasi penelitian Balai
Penelitian Bioteknologi Pertanian (Balitbio) Bogor,dengan jenis tanah Latosol, berlangsung dari bulan
Oktober 1994hinggaJanuari 1995.
Percobaan menggunakan 100 genotipe yangterdiri atas varietas unggul, galur harapan, varietasintroduksi, varietas lokal, clan galur zuriat hasil
persilangan generasi lanjut. (Tabell). Genotipetersebut diasumsikan sebagai contoh acak daTikoleksi genotipe kacang tanah Kelompok PenelitiSumber Daya Genetik Balitbio Bogor.
Penanaman dilakukan satu kali, yang
dirancang secara acak kelompok dengan tiga
ulangan. Satuan percobaannya berupa garis tunggalWltuk tiap genotipe dengan panjang baris lima meter.
Varietas Gajah dimanfaatkan sebagai sumberinokulum alami dengan cara menanamnya empatminggu lebih awal pacta tiap antar 10 baris genotipe
Korelasi Genotipik 17
-
Bul. Agron. 26(1) : 16-21 (1998)
)aftar Genotipe Bahan Kegenetikaan Kacang Tanah'abel
No. urut - GenotipeNo. urut - GenotipeNo. urut - GenotipeNo. urut - Genotipe
1. Mahesa (rentan)')2. Komodo (rentan)3. Biyawak (agak tahan)4. Zebra (toleran)5. Badak (toleran)6. Macan (rentan)7. Kelinci (toleran)8. Tapir (rentan)9. Banteng (rentan)10. Pelanduk (rentan)II. Gajah (rentan)12. Kidang (rentan)13. Landak (-)14. Simpai (-)15. GH 504B16. GH 52917. GH 53018. GH 53219. ICG-39120. ICG-633021. ICG-720022. ICG- 720523. ICG- 723024. ICG- 788425. ICG- 7885
26. ICG- 788827. ICG- 788928. ICG-789329. ICG929430. ICG-IO02131. ICG-IO02232. ICG-IO04333. ICG-IO05334. ICG-IO06135. ICG-IO06336. ICG-IO06737. ICG-IO02938. ICG-IO03239. ICG-IO03540. lCG-1004241. ICG-I056742. lCG-1089043. ICG-I091644. ICG-I091845. ICG-I093146. lCG-1093747. ICG-I093948. ICG-I094049. ICG-I095450. ICG-I0963
51. ICG-I096452. ICG-I097853. ICG-II07354. ICG-II08855. ICG-1128556. ICG-1129257. ICG-1199258. ICG-SP.424 (T)59. ICG-BP2.69 I60. Muket61. Pop. J.II62. RR-363. PI.470.45464. PI.381.62265. AH-722366. No.26.77167. HS 79.94E68. SH 79.IIIE69. Lokal Nganjuk70. Lokal Jepara-171. Lokal Tasikmalaya72. Lokal Surakarta-273. Lokal Malang74. Lokal Blitar75. Lokal Bondowoso
76. Lokal Manokwari77. Lokal Yogyakarta78. Lokal Pasuruan79. Lokal Bojonegoro80. Lokal Bali (Lampung)81. Lokal Ponorogo82. Lokal Jember83. Lokal Leuweung Kolot84. Lokal Rangkas Bitung85. Lokal Madura-286. Lokal Sulawesi Tengah87. LokalAceh88. Lokal Presi Jepara89. Lokal Sidorejo90. Lokal Lebak91. Lokal Wonogiri-292. Lokal Maluku93. Kelinci/lCGS.624B-494. Kelinci/ICGS.624B-895. Macan/L.Majalengka4B-l-l96. Macan/L.Majalengka4B-I-697. Macan/L.Majalengka4B-1-998. Macan/L.Majalengka4B-l-ll99. Macan/L.Majalengka4B-I-13100. Macan/L.Majalengka4 B-I-17
Tingkat ketahanan terhadap penyakit bercak daun, berdasarkan Deskripsi Varictas Unggul Palawija (diterbitkan
oleh Puslitbangtan Balitbang Pertanian, Deptan, 1993)
kelompok skor '5. Skor tersebut menunjukkangradasi tingkat ketahanan terhadap penyakit bercak
daun hitam, yaitu tahan (skor 1 ), agak tahan (skor2), sedang (skor 3), agak rentan (skor 4), dan rentan
(skor 5).
Nilai uji yang diperoleh kemudian dibandingkandengan nitro t-tabel pacta derajat bebas n-2, dengann mengacu padajumlah genotipe yang diuji (n= 1 00).
Analisis data didasarkan pacta nilai reta-reta tanamancontoh tiap genotipe, kecuali pada uji-t untuk mem-
bandingkan rataan persentase daun belum keringantar skaT, yaitu menggunakan nilai reta-reta semua
genotipe dalarn kelompok skaT yang sarna.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan skor yang lebih sering mW1cul
pada ketiga ulangan, diperoleh pengelompokangenotipe berdasarkan skor gejala visualnya sebagaiberikut : 3 genotipe kelompok skor 1, 8 genotipekelompok skor 2,56 genotipe kelompok skor 3,29 genotipe kelompok skor 4, clan 4 genotipe
Skor gejala visual merupakan peubah yangpraktis diterapkan di lapangan untuk menilai tingkatkeparahan penyakit bercak daun hitam. Knauft clan
Gorbet (1990) melaporkan bahwa skor gejala
penyakit lebih efektif untuk membedakan responantar genotipe terhadap penyakit bercak daun se-
lama peri ode pertumbuhan tanaman dibandingpersentase area nekrotik pada daun.
Persentase daun belum kering yang makin
meningkat merupakan karakter kuantitatif yang
sangat bOOk dalam menggambarkan gradasi pening-katan ketahanan visual terhadap penyakit bercak
Yudiwanti, S. Sastrosumarjo, S. Hadi, S. Karama,A. Surkati, A.A. Mattj ik 18
-
Bul. Agron. 26(1) : 16-21 (1998)
daun hitam yang ditunjukkan oleh skor yang makinrendah (TabeI2). Hal ini mudah dipahami karenadefoliasi merupakan salah satu pertimbangan dalampenentuan skor gejala visual, disamping persentasearea nekrotik pacta daun. Data Tabel 2 memper-lihatkan bahwa genotipe-genotipe kelompok skor1 clan 2 memiliki rataan persentase daun belumkering tidak berbeda. Kusumo (1996) membe-dakan kedua kelompok skor tersebut berdasarkanper-sentase area nekrotik pacta daun yang belumkering, yaitu 0-5 % untuk skor 1 clan 6-25 % untukskor 2.
Tabel 2. Gradasi Persentase Daun Belum Keringpada Skor Gejala Visual Penyakit BercakDaun Hitam yang Berbeda
KelomRokskor)
(tahun)
2)
Tabel 3 Nilai Dugaan Koefisien Korelasi Ge-notipik daD Fenotipik Karakter DaunBelurn Kering dengan Karakter HasilKacang T anah
Watson et al. (1986) mendapatkan kore-lasi positif nyata antara defoliasi dengan keparahan
penyakit bercak daun pada tiga kultivar kacangtanah. Pada penelitian ini yang diamati bukandefoliasi melainkan daun yang belum kering yang
terdapat pada batang utama tanaman. Pertim-bangannya adalah karena daun yang telah keringakibat serangan bercak telah kehilangan fungsi
fisiologisnya sebagai organ fotosintesis meskipunmasih menempel pada batang tanarnan. Pada bahan
kegenetikaan yang diteliti, hasil evaluasi untuk tiapulangan menunjukkan bahwa persentase daun belurnkering berkisardari 19.7 %hingga66. 7 %.
Tingkat ketahanan terhadap penyakit bercakdaun hitam berdasarkan persentase daun belum
kering nyata berkorelasi negatif dengan karakterjumlah polong total clan jumlah po long isi pertanaman, baik untuk korelasi genotipik maupunkorelasi fenotipik (Tabel3). Terhadap karakter hasil
yang lain, tingkat ketahanan tersebut juga menun-jukkan korelasi genotipik clan korelasi fenotipik
negatif meskipun tidak nyata.Korelasi negatif ini sejalan dengan hasil
penelitian beberapa peneliti di luar negeri yang telah
dilaporkan, sebagaimana dikemukakan pada babsebelumnya. Iroume clan Knauft (1987) menelitikorelasi genetik antara daya hasil dengan ketahanan
terhadap penyakit bercak daun pada beberapa farnilipersilangan kacang tanah melalui pengujian di
lapangan. Hasilnya menunjukkan bahwa tingkatketahanan, yang didasarkan pada karakter areanekrotik dan defoliasi, berkorelasi negatif dengan
dayahasil. Jogloy, Wynne dan Beute (1987)yang
** : korelasi nyata pada taraf 1% berdasarkan uji-t
nilai dalam kurung : simpangan baku koefisien kore.lasi di atasnya
meneliti populasi genernsi F2 zuriat hasil persilangantetua betina tahan bercak daun hitam dan tetua jantan
adaptif, melaporkan bahwa tanaman yang berdayahasil tinggi cenderung rentan terhadap bercak daun
hitarn.
Gorbet, Knauft dan Shokes (1990) mela-porkan korelasi negatif antara daya hasil dengan skor
Korelasi Genotipik 19
-
Bul. Agron. 26(1) 16-21 (1998)
pengurangan kemampuan tanaman dalam pengisianpolong, bukan terhadap pengurangan jwnlah polong.Hal terse but mudah difaharni karena 'bobot' lebihdiperlgaruhi oleh faktor lingklU1gaI1 yang kondusifbagipengisian secara maksirnal selarna periode pengisianpolong. Berkaitan dengan penyakit bercak daun,kondisi kondusifbagi pengisian polong menunjukpacta bebas atau minimalnya gejala penyakit pacta
organ fotosintesis. Knauft, Gorbet dan Norden(1988) mengemukakan bahwa pengaruh utarnapenyakit bercak daun terhadap daya basil adalah
'kehilangan' pacta polong yang telah terbentuk. Dilain pihak, karena polong terbentuk sebelum penyakit
berkembang padataI laman, rnaka jwnlahnya kurnngdipengaruhi oleh serangan patogen. Oleh karenaitu karakter jwnlah polong total dan jwnlah polongisi lebih mencemlinkan potensi genetik daya basil
genotipe kacang tanah berkaitan dengan penyakitbercak daun hitarn.
KESIMPULAN
Terdapat korelasi genotipik negatif antarakarakter-karakter jumlah polong total, jumlah po-long isi, bobot polong total, bobot po long isi, danbobot biji dengan tingkat ketahanan terhadappenyakit bercak daun hitam, yang ditunjukkan olehpersentase dal1;fi belum kering, pacta kacang tanah.Korelasi genotipik negatif nyata diperoleh pactapasangan karakter persentase daun belum keringdenganjumlah polong total danjumlah polong isi.Korelasi genotipik negatif terse but searah dengankorelcisi fenotipiknya.
gejala penyakit hasil percobaan yang melibatkangenotipe kacang tanah dengan tingkat ketahananterhadap penyakit bercak daun yang berbeda dandisertai perlindungan dengan fungisida. Stalker danBeute (1993) memperoleh empat genotipe tetrap-loid tahan penyakit bercak daun dari hasil per-silangan kacang tanah budidaya dengan Arachiscardenasii, yaitu kerabat diploid yang tahan bercakdaun, akan tetapi dilaporkan bahwa daya hasilkeempat genotipe terse but sangat rendah.
Porter, Smith dan Rodriguez-Kabama(1982) bahkan r:nengemukakan bahwa semuavarietas kacang tanah yang dibudidayakan, yang
berarti menghendaki daya hasil tinggi, rentanterhadap penyakit bercak daun coklat maupun hitam,dan hal terse but terjadi karena genotipe tahan
tersingkir selama proses seleksi disebabkan olehdaya hasilnya yang rendah. Kenyataan ini menjadikendala upaya perakitan kultivar kacang tanah
berdaya hasil tinggi dan tahan terhadap penyakitbercak daun. Kusumo (1996) berpendapat bahwasalah satu cara untuk menyiasati kendala tersebutadalah mencari karakter lain sebagai kriteria seleksitambahan selain karakter ketahanan visual berdasar-kan gejala penyakit. Karakter yang dikehendaki
adalah yang mendukung tingkat ketahanan tinggi
akan tetapi tidak berhubungan dengan daya hasilrendah.
Oari hasil percobaan ini, karakter persentasedaun belum kering dengan karakter daya hasil yang
menyangkut jumlah, yaitu jumlah polong total danjumlah polong isi, menunjukkan korelasi negatif yangnyata. Oi lain pihak, korelasi negatif antara karakterpersentase daun belum kering dengan karnkter hasil
yang menyangkut bobot, yaitu bobot polong total,bobot polong isi, dan bobot biji, tidak nyata. Haltersebut menunjukkan bahwa karakter jumlah
polong, baik total maupun isi, lebih konsisten
berkurang dengan makin tingginya tingkat ketahanandibanding karnkter bobot, baik untuk polong maupun
biji.
UCAPAN TERIMA KASm
Ucapan terima kasih disampaikan kepadaTim Manajemen Program Doktor Ditjen DIKTIDepdikbud atas dukungan dana bagi terlaksananyapenelitian ini.
DAFTAR PUSTAKAPenyakit bercak berkembang pacta perta-Daman sesudah polong terbentuk. Oleh karena itupengaruh penyakit ini terhadap pengurangan basillebih diakibatkan oleh pengaruhnya terhadap
Arnir, M. 1991. Screening for varietal resistance toearly and late leafspot of groundnut. Paper
Yudiwanti, S. Sastrosumarjo, S. Hadi, S. KaramaA. Surkati. A.A. Mattiik 20
-
Bul. Agron. 26(1) : 16-21 (1998)
presented at Regional Training Course onScreening againts Diseases and Use ofBio-technology for Detection of Plant Pathogens,Bogor-Indonesia, 16-30 May.
Hitam Disebabkan oleh Curt. V. Arx.Disertasi Doktor. Program PascasarjanaIPB, Bogor. 126 hIm.
Mc Donald, D, P.Subrahmanya, R. W.Gibbons, dan
D.H.Smith. 1985. Early and late leafspotof groundnut. ICRISAT Infor-mation Bull.
no.21.19p.
Anderson, W. F., C. C. Holbrook, and J. C. Wynne.1991. Heritability and earlygeneration selec-tion for resistance to early and late leafspotin peanut. Crop Sci. 31: 588-593.
astle, B. 1966. Statistic in Research, 2nd ed. Oxfort
& IBH Publ. CO., New Delhi. 583 p.Gorbet, D. W., D. A. Knauft, and F. M. Shokes.1990. Response of peanut genotypes withdiffioentiallevels of leafs pot resistance to fun-gicide treatment. Crop Sci. 30: 529-533.
Porter, D. M., D. D. Smith, and R. Rodriguez Kabama.
1982. Peanut plant deseases. P. 326-410 InH. E. Pattee and C. T. Young (eds.). Peanut
Science (eds.) and Technology. Amer. PeanutRes. Educat. Soc. Inc., Texas.
Iroume, R. N. and D. A. Knauft'. 1987 Heritabili-ties and correlations for pod yield andleafspot resistance in peanut (Arachishypogaea L.): implication for early genera-tion selection. Peanut Sci. 14: 46-50.
Stalker, H. T. dan M.K. Beute. 1993. Registrationoffour leafspotresistant peanut gerrnplasmlines. Crop. Sci. 33: 1117.
Jogloy, S., J. C. Wynne, and M. K. Beute. 1987.Inheritance of late leafspot resistance andagronomic traits in peanut. Crop. Sci. 14:86-90.
Steel, R.G.D. dan J .H. Tome. 1980. Principles andProcedures of Statistics, a Biometrjcal Ap-proach. McGraw-Hill Intemat. Book Co.,New Delhi. 633 p.Johnson, H. W., H. F. Robinson, and R. E.
Comstock. 1955. Genotypic and pheno-typic correlation in soybean and their impli-cation in selection. Agron. J. 47: 477-485.
Sudir, Suparyono, B. Nuryanto, dan Yulianto. 1993.Hubungan kuantitatif penyakit bercak daun
Cercospora dengan basil kacang tanah.Media Penelitian Suka-mandi 13 :5-11.Knauft, D. A. and D. W. Gorbet. 1990. Variability in
groMh characteristic and leafspot resistanceof peanut lines. Crop. Sci. 30: 169-175. Tallis, G.M.1959. Sampling errors of genetic cor-
relation coefficients calculated from analy-sis of variance and covariance. Aust.J. Stat.1 :34-43.
Kanuft, D. A., D. W. Gorbet, and A. J. Norden.1988. Yield and market quality of seven pea-
nut genotypes as affected by leafspot dis-ease and harvest day. Peanut Sci. 15: 9-13.
Watson, G.R., T.A. Kucharek, F.M. Shokes, danD. W. Gorbet 1986. The relationship betweenlate leafspot severity and defoliation in three
peanut cultigens. Phytopathology 76: 1081.
KUStnno. Yudiwanti W. E. 1996. Analisis Genotipik
Ketahanan Kacang Tanah (Arachis hypo-
gaea L.) terhadap Penyakit Bercak Daun
Korelasi Genotioik 21