konserussi volume vll nomor tahun...

18
lssN 0216 .0439 Penelition Hutqn don Konserussi Atsm Volume Vll Nomor 1 Tahun 2010 TSIICONTENT., l. Avi Suvana U:T C6ga PERTUMBUHAN TIGA KELAS MUTU BIBIT MERANTI MERAH DI TIGA HAK PENGUSAHAAN HUTAN MODEL nI KALIMANTAN (Trials on Growth of Three Seedling Quality Classes of Red Meranti in Three Model Forest Concession Areas in Kalimantan) .. . ... . l-11 2. Bambang Tejo Premono dan/and Adi Kunarso VALUASI EKONOMI TAMAN WISATA ALAM PUNTI KAYU PALEMBANG (Eco- nomic Valuation on Punti Kayu Recreation Park Palembang) ............. 13-23 3. Halidah PENGARUH TINGGI GENANGAN DAN JARAK TANAM TERHADAP PERTUM- BUHAN ANAKAN Rhizophora mucrondta Lam. DI PANTAI BARAT SULAWESI SE- LATAN 25-34 4. Istomo, Sri Wilarso danlandHaris Arifiyanto Hidayat PENGARUH PEMBERIAN PUPUK ORGANIK M-DEXT TERHADAP PERTUMBUH- AN TANAMAN PALAHLAR (Dipterocarpus spp.) DI WILAYAH PERUM PERHU- TANI BKPH JASINGA, KPH BOGOR (Effect of M-Dext Organic Fertilizer on The Growth of Palahlar (Dipterocarpus spp.) in Perum Perhutani Forest Area, BKPH Jasinga, KPH Bogor) 35-46 5. I Wayan Widhana Susila RIAP TEGAKAN DUABANGA (Duabanga moluccqna Bl.) DI RARUNG (Duabanga moluccana Bl. Stand Increment at The Rarung Research Forest) 47-5g 6. Wanda Kuswanda danland Abdullah Syarief Muhktar PENGELOLAAN POPULASI MAMALIA BESAR TERESTRIAL DI TAMAN NASIO- NAL BATANG GADIS, SUMATERA UTARA (Management of Population Teruestrial Big Mammals in Batang Gadis National Park, North Sumatra) ................. 59_74 7. Hendra Gunawan, Lilik B. Prasetyo, Ani Mardiastuti, dan/and Agus p. Kartono FRAGMENTASI HUTAN ALAM LAHAN KERING DI PROVINSI JAWA TENGAH (Fragmentation of Dryland Natural Forest in Central Java province) 75-91 8. Hadi Warsito danland M. Bismark PENYEBARAN DAN POPULASI BURUNG PARUH BENGKOK PADA TIPE HABITAT DI PAPUA (Distribution and population of parrots on Types in Papua) BEBERAPA Some Habitat 93-102 KEMENTERIAN KEHUTANAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KEHUTANAN PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HUTAN DAN KONSERVASI ALAM Bogor

Upload: phamhanh

Post on 15-May-2018

219 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Konserussi Volume Vll Nomor Tahun 2010lbprastdp.staff.ipb.ac.id/files/2010/12/Fragmentasi-Hutan-Alam...volume vll nomor 1 tahun 2010 ... kementerian kehutanan ... pusat penelitian

lssN 0216 .0439

Penelition Hutqn don Konserussi Atsm

Volume Vll Nomor 1 Tahun 2010

TSIICONTENT.,

l. Avi SuvanaU:T C6ga PERTUMBUHAN TIGA KELAS MUTU BIBIT MERANTI MERAH DITIGA HAK PENGUSAHAAN HUTAN MODEL nI KALIMANTAN (Trials on Growthof Three Seedling Quality Classes of Red Meranti in Three Model Forest Concession Areasin Kalimantan) .. . ... . l-11

2. Bambang Tejo Premono dan/and Adi KunarsoVALUASI EKONOMI TAMAN WISATA ALAM PUNTI KAYU PALEMBANG (Eco-nomic Valuation on Punti Kayu Recreation Park Palembang) ............. 13-23

3. HalidahPENGARUH TINGGI GENANGAN DAN JARAK TANAM TERHADAP PERTUM-BUHAN ANAKAN Rhizophora mucrondta Lam. DI PANTAI BARAT SULAWESI SE-LATAN 25-34

4. Istomo, Sri Wilarso danlandHaris Arifiyanto HidayatPENGARUH PEMBERIAN PUPUK ORGANIK M-DEXT TERHADAP PERTUMBUH-AN TANAMAN PALAHLAR (Dipterocarpus spp.) DI WILAYAH PERUM PERHU-TANI BKPH JASINGA, KPH BOGOR (Effect of M-Dext Organic Fertilizer on TheGrowth of Palahlar (Dipterocarpus spp.) in Perum Perhutani Forest Area, BKPH Jasinga,KPH Bogor)

35-465. I Wayan Widhana Susila

RIAP TEGAKAN DUABANGA (Duabanga moluccqna Bl.) DI RARUNG (Duabangamoluccana Bl. Stand Increment at The Rarung Research Forest)

47-5g6. Wanda Kuswanda danland Abdullah Syarief Muhktar

PENGELOLAAN POPULASI MAMALIA BESAR TERESTRIAL DI TAMAN NASIO-NAL BATANG GADIS, SUMATERA UTARA (Management of Population TeruestrialBig Mammals in Batang Gadis National Park, North Sumatra) ................. 59_74

7. Hendra Gunawan, Lilik B. Prasetyo, Ani Mardiastuti, dan/and Agus p. KartonoFRAGMENTASI HUTAN ALAM LAHAN KERING DI PROVINSI JAWA TENGAH(Fragmentation of Dryland Natural Forest in Central Java province) 75-91

8. Hadi Warsito danland M. BismarkPENYEBARAN DAN POPULASI BURUNG PARUH BENGKOK PADATIPE HABITAT DI PAPUA (Distribution and population of parrots onTypes in Papua)

BEBERAPASome Habitat

93-102

KEMENTERIAN KEHUTANANBADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KEHUTANAN

PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HUTAN DAN KONSERVASI ALAMBogor

Page 2: Konserussi Volume Vll Nomor Tahun 2010lbprastdp.staff.ipb.ac.id/files/2010/12/Fragmentasi-Hutan-Alam...volume vll nomor 1 tahun 2010 ... kementerian kehutanan ... pusat penelitian

FRAGMENTASI HUTAN ALAM LAHAN KERING DI PROVINSIJAWA TENGAH

(Fragmentation of Dryland Natural Forest in Central Java Province)*

OleWBvHendra Gunawanl, Lilik B. Prasetyo2, Ani Mardiastuti2, dan/andAgus P' Kartono2

I Pusat Litbang Hutan dan Konservasi AlamJl. Gunung Batu No. 5 Po Box 165; Telp. 0251-8633234,7520067; Fax 0251-86381 I I Bogor

hendragunaw anl 9 6 4 @y aho o. com2 Departemen Konservasi Biodiversitas Tropika

Fakultas Kehutanan, Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor

Jl. Raya Darmaga, Kampus IPB Darmaga Bogor 16680; Telp. 0251-862844818622961

[email protected]; [email protected]; [email protected]

*Diterima : 8 April 2009; Disetujui : 3 Desember 2009

ABSTRACT

Dryland natural forest in Central Java Province is decreasing and being fragmented at an alarming rate.

This, consequently will impact on the survival of biodiversity that inhabit inside the dryland natural forest.This research was aimed to study the process qnd rate of fragmentation of dryland natural forest in Central

Java Province and to evaluate the possible consequencies on wildlife. The result showed that in 16-year

period (t990-2006) Central Jaya Province has lost 446,561.09 ha (88%,) of its dryland naturalforest. The

remaining forests are commonly scattered in the top of mountains thqt are dfficult to be accessed by human

activities. From 1990 to 2000 thefragmentqtion causedthe increase of total edgefrom 42.43 kmto 133.88

km. During the period of 2000-2006, as the forest patches disappeared due to the attrition process, the total

edge decreased to 8.75 km. During 1990-2000 the edge density of dryland naturalforest increasedfrom

til,OAtl*'to473,200.6m2. Theedgedensitydeueqsedduringtheperiodof 2000-2006downto31,076.6

m' due to the process of attrition. Fragmentation of dryland natural forest in Central Jqva Province is

mainly caused by conversion for agriculture, plantation forest, crop estate, settlement, and infrastructure

development such as artery roads, highway, and ultra high voltage network. The forest fragmentqtion in

Central Java Province must be stopped. Spatial planning should not only consider the extent of the forest but

also take into account the compactnes and connectivity among the forest patches. To avoid the extinction

and to increase the suryival of wildtife inhabiting the forest patches, corridors and buffer zones must be

developed to extend the existing habitat. State forest areas that hqve been deforested must be reforested.

Production forests must be functioned qs habitat extention and corridors among the fragmented wildlife

habilat.

Keyw ords : Fragmentation, natur al forest, dryland, Central Jova

ABSTRAK

Hutan alam di Provinsi Jawa Tengah terus mengalami penurunan luas dan fragmentasi sampai pada tingkat

yang mengkhawatirkan. Hal ini tentu berdampak negatif pada kelangsungan hidup keanekaragaman hayati

yang terkandung di dalamnya. Penelitian ini bertujuan mendapatkan informasi tentang proses dan laju

fragmentasi hutan alam lahan kering di Provinsi Jawa Tengah dan informasi mengenai kemungkinan

dampaknya bagi kelestarian keanekaragaman satwaliar. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa selama 16

tahun (1990-2006) Provinsi Jawa Tengah telah kehilangan hutan alam lahan kering seluas 446.561,09 ha atau

88%. Sisa-sisa hutan alam lahan kering umumnya ada di puncak-puncak gunung yang sulit diakses oleh

aktivitas manusia. Fragmentasi hutan alam di Jawa Tengah yang terjadi antara tahun 1990-2000 telah

menyebabkan peningkatan Total Edge (TE) dari 42,43 km menjadi 133,88 km. Dari tahun 2000-2006, seiring

dengan hilangnya fragment-fragment hutan (proses attrition) total edge menurun menjadi 8,75 km. Edge

Density (ED) hutan alam lahan kering di Provinsi Jawa Tengah juga mengalami peningkatan dari tahun

I 990-i000, yaitu dari I 5 1 .061 ,8 m2 menjadi 473 .200,6 m2 . Edge density kembali menurun seiring hilangnya

beberapa fragment hutan menjadi 31.076,6 m2 pada tahun 2006. Fragmentasi hutan alam lahan kering di

Provinsi Jawa Tengah umumnya disebabkan oleh konversi menjadi lahan pertanian, hutan tanaman,

perkebunan, pemukiman, dan pembangunan infrastruktur, seperti jalan arteri, jalan tol serta jaringan listriktegangan tinggi (SUTET). Fragmentasi hutan di Provinsi Jawa Tengah harus dihentikan. Penataan ruang yang

memperhatikan bukan saja proporsi luas hutan tetapi juga kekompakan dan konektivitas antar kelompok

75

Page 3: Konserussi Volume Vll Nomor Tahun 2010lbprastdp.staff.ipb.ac.id/files/2010/12/Fragmentasi-Hutan-Alam...volume vll nomor 1 tahun 2010 ... kementerian kehutanan ... pusat penelitian

ft*-zl PenelitimHutondonlbnsenasiAlon Vol. Vll No.1 : 75-91, 2010

hutan harus diimplementasikan. Untuk menghambat laju kepunahan dan meningkatkan survival satwaliaryang ada di hutan terfragmentasi, maka perlu dibuat koridor dan perluasan habitat dengan menambahkanzona penyangga. Kawasan hutan negara yang tidak berhutan perlu dihutankan kembali. Hutan produksi harusdifungsikan sebagai perluasan habitat dan koridor antar habitat satwa yang terfragmentasi.

Kata kunci: Fragmentasi, hutan alam, lahan kering, Jawa Tengah

I. PENDAHULUAN

Fragmentasi didefinisikan sebagai pe-mecahan habitat organisme mer4adi frag-ment-fragment (patches) habitat yangmembuat organisme kesulitan melakukanpergerakan darifragment habitat yang sa-tu ke yang lainnyal. Fragmentasi hutanterjadi jika hutan yang luas dan menyam-bung terpecah menjadi blok-blok lebihkecil karena pembangunan jalan, pertain-an, urbanisasi atau pembangunan lain.Fragmentasi menyebabkan berkurangnyafungsi hutan sebagai habitat berbagai spe-sies tumbuhan dan satwaliar (Rusak &Dobson, 2007). Konsep fragmentasi ha-bitat diturunkan dari teori biogeografi pu-lau (MacArthur & Wilson, 1967), dimanajumlah spesies meningkat dengan me-ningkatnya ukuran pulau (Haila, 2002).Fragmentasi penting mendapat perhatian,karena berpengaruh pada kekayaan spe-sies, dinamika populasi, dan keanekara-gaman hayatr ekosistem secarakeseluruh-an (Morrison et al., 1992).

Semakin nyatanya bukti bahwa frag-mentasi habitat merugikan bagi banyakspesies dan dapat mempercepat kepunah-an keanekaragaman hayati regional danglobal (Harris, 1984; Saunders et al.,1991) telah memberikan pembenaran em-piris perlunya mengelola lanskap secaramenyeluruh, tidak hanya mengelola kom-ponen-komponennya secara parsial. Adadua komponen struktur lanskap, yaitukomposisi dan konfigurasi (Turner, 1989;Dunning et al,,1992).

Berkembangnya ilmu ekologi lans-kap, yaitu ilmu yang mempelajari bagai-mana struktur lanskap mempengaruhi

I http ://www.everythingbio.com/glos/defi nition.php?word:fragmentation

76

kelimpahan dan penyebaran organisme,telah memberikan dasar konsepsi danteori yang kuat untuk memahami struk-tur, fungsi, dan perubahan lanskap (For-man & Godron, 1986; Turner, 1989; Ur-ban et al., 1987). Seiring dengan itu,perkembangan teknologi GIS (Geogra-phical Information Systems) menyedia-kan berbagai metode analisis untuk pe-ngelolaan lanskap.

Meningkatnya perhatian pada kepu-nahan keanekaragaman hayati telah men-dorong para pengelola lahan untuk men-cari cara terbaik untuk mengelola lanskappada berbagai skala spasial dan temporal.Para ahli ekologi satwaliar menjadi sema-kin menyadari bahwa variasi habitat danpengaruhnya pada proses-proses ekologidan populasi satwa vertebrata terjadi padabanyak skala spasial (Wiens, 1989a;1989b). Hal ini telah meningkatkan per-hatian pada pentingnya pola-pola habitatbagi populasi satwaliar dan penelitianekologi lanskap untuk mempelajari pe-nyebaran dan dinamika populasi dalamskala spasial yang lebih luas. Skala lans-kap tergantung pada skala pergerakan danasosiasi habitat dari organisme yang se-dang diteliti.

Kerusakan hutan di seluruh dunia me-rupakan faktor utama perubahan strukturlanskap. Kedua komponen lanskap dipe-ngaruhi oleh penggundulan hutan. Kom-posisi lanskap berubah seiring hutan di-tebang dan digantikan oleh tanaman per-tanian atau untuk penggunaan lain. Kon-figurasi berubah seiring dengan hutanyang tersisa terfragmentasi menjadi bebe-rupafragment (patche.s) hutan yang lebihkecil.

Kawasan hutan di Provinsi Jawa Te-ngah seluas 656.193,89 ha, sebagian

Page 4: Konserussi Volume Vll Nomor Tahun 2010lbprastdp.staff.ipb.ac.id/files/2010/12/Fragmentasi-Hutan-Alam...volume vll nomor 1 tahun 2010 ... kementerian kehutanan ... pusat penelitian

besar (83,84%) diantaranya merupakanhutan produksi, sementara sisanya(16,16%) merupakan hutan alam primerdan sekunder yang ada dalam kawasanhutan lindung dan kawasan pelestarianalam (Perum Perhutani, 2006). ProvinsiJawa Tengah merupakan salah satu wila-yah di Indonesia yang memiliki laju de-forestasi cukup tinggi, yaitu rata-rata142.560 ha per tahun yang terjadi antaratahun 2000-2005 (Departemen Kehutan-an,2007). Deforestasi ini sebenarnya te-lah lama berlangsung akibat tekanan pe-rtambahan penduduk yang tinggi danpembangunan infrastruktur yang sangatpesat, karena Pulau Jawa merupakan pu-sat pertumbuhan ekonomi utama di Indo-nesia.

Hutan alam di Pulau Jawa umumnyadan Jawa Tengah khususnya merupakankantong-kantong habitat perlindungan ke-anekaragaman hayati yang penting. Salahsatu keanekaragaman hayati satwaliaryang bernilai konservasi tinggi di PulauJawa adalah macan tutul jawa (Pantherapardus melas Cuvier 1809) yang terma-suk dalam Redlist IUCN (lnternationalUnion .for Con,rervation of Nature andlttatural Resources) dengan kategori Cri-tically Endangered (Ario et al., 2008).Seiring dengan penyusutan luas danfragmentasi hutan di Jawa Tengah, popu-lasi macan tutul pun semakin terancam.Fragmentasi hutan ini disebabkan olehpenebangan, baik legal maupun illegal,antara lain untuk tujuan pembangunanlahan pertanian, perkebunan, pemukiman,

.jaringan jalan dan jaringan listrik.Luas kawasan hutan mungkin tidak

berkurang tetapi luas tutupan hutan terusmenyusut. Berkurangya luasan dan ter-fragmentasinya kawasan berhutan didugatelah rnengakibatkan penurunan populasisampai kepunahan lokal satwaliar langka,seperti macan tutul jawa. Meskipun demi-kian, fragmentasi hutan seringkali tidakdipandang lebih penting daripada penyu-sutan hutan itu sendiri. Bahkan peneliti-an tentang fragmentasi hutan dan dam-paknya bagi kelestarian satwaliar masih

Fragmentasi Hutan Alam Lahan Kering...(H. Gunawan, dkk.)

sangat jarang dilakukan, khususnya diPulau Jawa, padahal fragmentasi merupa-kan ancaman yang sangat nyata bagi ke-lestarian keanekaragaman hayati flora-fauna di Pulau Jawa.

Penelitian ini bertujuan untuk menda-patkan informasi tentang proses dan lajufragmentasi hutan alam, penyebabnyaserta memperkiraan dampaknya bagr sur-vival satwaliar dan memperoleh teknologiimplikasinya bagi konservasi satwa liar diProvinsi Jawa Tengah. Hasil penelitianini diharapkan bermanfaat sebagai salahsatu bahan pertimbangan bagi para peng-ambil kebijakan yang berkaitan denganpenataan ruang, pengelolaan hutan dankonservasi keanekaragaman hayati.

II. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Lokasi

Penelitian ini dilaksanakan pada bu-lan Desember 2008 sampai Februari 2009dan dilaksanakan di laboratorium remotesensing Departemen Manajemen Hutan,Fakultas Kehutanan Institut PertanianBogor.

B. Alat dan Bahan

Bahan yang digunakan adalah petadigital hasil interpretasi citra satelit dariLandsat TM skala 1:50000 untuk area ca-kupan Provinsi Jawa Tengah tahun 1990,2000, dan 2006 dari Departemen Kehu-tanan. Evaluasi fragmentasi dilakukanmenggunakan Patch Analyst (McGarigal& Marks, 1995; Elkie er al., 1999) yangcompatible dengan Arcview 3"1 (ESRI,1998). Analisis spasial dikerjakan di La-boratorium Remote Sensing, DepartemenManajemen Hutan, Fakultas KehutananInstitut Pertanian Bogor.

C. Metode Analisis

Analisis meliputi operasi-operasispasial untuk mengetahui Land Use andLand Cover Change (LULCC) dananalisis fragmentasi untuk rnengetahui

77

Page 5: Konserussi Volume Vll Nomor Tahun 2010lbprastdp.staff.ipb.ac.id/files/2010/12/Fragmentasi-Hutan-Alam...volume vll nomor 1 tahun 2010 ... kementerian kehutanan ... pusat penelitian

!*al ?anefitianHutgndonKorsenosiAlonr Vol, Vll No.1 : 7S-g1,2010

perubahan nilai-nilai parameter fragmen-tasi dalam skala landscape dan skalaclass. Untuk mengetahui perubahan tu-tupan dan penggunaan lahan digunakanmetodepos t - cl as s ifi c ation c omp aris on.

I. HASILDANPEMBAHASAN

A. Proses Fragmentasi Hutan Alam diJawaTengah

Fragmentasi adalah proses pemecah-an suatu habitat, ekosistem atau tipe landuse menjadi bidang-bidang lahan yanglebih kecil. Fragmentasi juga merupakansebuah hasil dimana proses fragmentasimengubah atribut-atribut habitat dan ka-rakteristik suatu lanskap yang ada. Frag-mentasi habitat mengubah konfigurasispasial suatu kantong habitat (habitatpatches) besar dan menciptakan isolasiatau perenggangan hubungan antara kan-tong-kantong (patches) habitat asli, kare-na terselingi oleh mosaik yang luas atautipe habitat lain yang tidak sesuai bagispesies yang ada (Wiens, 1989a).

Proses fragmentasi telah terjadi padahutan alam lahan kering (dataran rendah

dan pegunungan) di Provinsi Jawa Te-ngah seperti diperlihatkan pada Gambar1, Gambar 2, dan Gambar 3. Pada gam-bar-gambar tersebut hanya kelas hutanalam lahan kering yang diperlihatkan. Se-cara statistik, luas dan jumlah kantong(patches) hutan alam dataran rendah disa-jikan pada G arnbar 4 dan Gambar 5.

Berdasarkan Gambar 1 sampai Gam-bar 5 tampak jelas perubahan yang signi-fikan, baik pada jumlah fragment(patches) hutan maupun luas hutan. Jum-lahfragment dan luas yang menurun me-nunjukkan bahwa telah terjadi fragmen-tasi habitat dan kehilangan habitat (ha-bitat loss). Pada tahun 1990, luas hutanalam lahan kering masih 507.401,5I hayang tersebar dalam I08 fragment hutan.Tahun 2000 menurun drastis (77,5%)menjadi 114.044,23 ha dalam 88 frag-ment hutan dan pada tahun 2006 httanalam lahan kering yang tersisa tinggal60.846,42 ha dalam 39 fragment hutanatau menurun 46,6yo dari tahun 2000.Secara total dari tahun 1990 sampai tahun2006 Provinsi Jawa Tengah telah kehi-langan hutan alam lahan kering seluas446.56T,09 haatau 88%.

ot- *, , ,ty*r *il

t0qrsfr"

Gambar(Figure)1. Sebaran hutan alam lahan kering di Provinsi Jawa Tengah tahun 1990 (Distribution ofdryland naturalforest in Central Java Province in I 990)

78

Page 6: Konserussi Volume Vll Nomor Tahun 2010lbprastdp.staff.ipb.ac.id/files/2010/12/Fragmentasi-Hutan-Alam...volume vll nomor 1 tahun 2010 ... kementerian kehutanan ... pusat penelitian

Sementara itu, luas Perkebunan me-

ningkat signifikan (81,04%) dari 5.697 ha

pada tahun 1990 menjadi 30.052 ha pada

tahun 2006. Pemukiman meningkat44,88o/o antara tahun 2000-2006 dari2l3.lO2 ha menjadi 386.634 ha, sedang-

kan hutan tanaman meningkat luasnya

44,56yo dari 474.416 ha menjadi 855.745

ha. Lahan tidak produktif (semak belukardan tanah terbuka) meningkat tqam(94,70%) dari 1.065 ha pada tahun 1990

menjadi 133.216 ha Pada tahun 2006.Luas hutan mangrove mengalami penu-

runan 29,42o/o dari 12.725 ha pada tahun

1990 menjadi 8.981 ha pada tahun 2006.

Fragmentasi Hutan Alam Lahan Kering...(H. Gunawan, dkk.)

Demikian juga lahan pertanian meng-

alami penurunan, ydLE mungkin disebab-

kan oleh konversi untuk pembangunanpemukiman dan infrastruktur. Penurunanlahan pertanian selama 16 tahun (1990-

2006) mencapai 34,10o dari luas2.844.780 ha pada tahun 1990, tinggal1.874.801 pada tahun 2006. Perubahan

beberapa kelas penutupan lahan yang

penting disaj ikan Pada Tabel 1 .

Fragmentasi umumnya terjadi melaluihilangnya habitat, sebaliknya hilangnyahabitat (habitat /oss) dapat dipandang se-

bagai akibat fragmentasi, tetapi fragmen-tasi dapat disertai hilangnya habitat

Tabel(Table) l. perubahan beberapa kelas penutupan lahan di Provinsi Jawa Tengah dari tahun 1990 sampai

2006 (The changei ,fso*eiand cover classes in Central Java Provincefrom I 990 to 2004

Tabtn (Year) Perubahan (Changes)

t99o-2006 (%)Kelas penutupan lahan

(Land cover class) 1990 (ha 2000 2006

Hutan alam lahan keringHutan tanamanHutan mangroveLahan kering tidak produktifPerkebunanPertanianPemukiman

507.408No data12.725

7.0655.697

2.844.780No data

t14.044474.41610.92741.67746.947

2.398.986213.102

60.846855.745

8.981t33.21630.052

1.874.801

386.634

88,01*44,56

29,4294,7081,0434,10*44,88

Sumber(,Soarce): Dihitung berdasarkan data spasial dari Departemen Kehutanan (Calculated based on spa-

tial datafrom the Ministry of Forestry)*) Perubahan dari 2000 ke 2006 (Changefrom 2000 to 2006)

Sebaran hutan alam lahan kering di Provinsi Jawa Tengah

dryland naturalforest in Central JavaProvince in 2000)tahun 2000 (Distribution of

Gambar (Figure)2.

79

Page 7: Konserussi Volume Vll Nomor Tahun 2010lbprastdp.staff.ipb.ac.id/files/2010/12/Fragmentasi-Hutan-Alam...volume vll nomor 1 tahun 2010 ... kementerian kehutanan ... pusat penelitian

!*a-ol PualitianHstlr don Korservosi Alonr Vol. Vl I No. 1 : 75-91, 201 0

109400' lt1400' tllego'

Gambar(Figure)3. Sebarun hutan alam lahan kering di Provinsi Jawa Tengah tahun 2006 (Distribution ofdrylandnaturalforest in Central Java Province in 2006)

ffiW

1990 2000 2006

Tahut (Year)

Gambar (Figure) 4. Perubahan jumlah patches hutan alam lahan kering di Provinsi Jawa Tengah dari tahun1990-2006 (The changes of the number of paches of diyland natural forest in CentraJava Provincefor the period of I 990-2006)

c 120ql

(,

! 100

bso

360U

t40c\s20

0

5000006

X +ooooo<lqrL\; 300000

Fl200000

100000

0ffi-- ry

Gambar (Figure) 5.

80

1990 2000 2006

Tahun (Year)

Perubahan luas hutan alam lahan kering di Provinsi Jawa Tengah dari tahun 1990-2006(The changes of the area of dryland natural forest in Central Java Province for theperiod of I 990-2006)

Page 8: Konserussi Volume Vll Nomor Tahun 2010lbprastdp.staff.ipb.ac.id/files/2010/12/Fragmentasi-Hutan-Alam...volume vll nomor 1 tahun 2010 ... kementerian kehutanan ... pusat penelitian

(berkurangnya jumlah) seiring dengan pe-

mecahan atau pembagian fragment habi-tat besar menjadi fragment-fragment bet-ukuran kecil dan lebih terisolasi (Hunter,

1997; Halla, 1999; Franklin et al., 2002;Fahrig, 2003). Menurut Franklin et al.(2002) dan Fahrig (2003), fragmentasibekerja daiam empat cara, yaitu: (1) ha-

bitat hilang tanpa fragmentasi, (2) penga-

ruh kombinasi hilangnya habitat dan pe-

mecahan habitat menjadi patches lebrhkecil, (3) pemecahan habitat menjadipatches lebih kecil tanpa kehilangan ha-

bitat, dan (4) hilangnya habitat dan peme-

cahan habitat menjadi patches lebih kecilserta penurunan kualitas habitat.

Perubahan habitat tidak dapat dihin-dari, karena tidak ada habitat atau lanskap

yangtetap, apalagr di negara berkembangseperti Indonesia yang sedang mengalamipertumbuhan penduduk yang tinggi dan

kebutuhan lahan untuk menyediakan pe-

mukiman, pertanian, pembangunan sara-

na jalan dan infrastruktur lainnya. Frag-mentasi habitat yang terjadi di ProvinsiJawa Tengah merupakan proses yang se-

cara spasial dan temporal mengubah ha-

Fragmentasi HutanAlam Lahan Kering,..(H, Gunawan, dkk.)

bitat dan lanskap yang diakibatkan olehsebab-sebab antropogenic. Menurut For-

man (1995), lanskap berubah melalui li-ma proses spasial (Gambar 6) dengan

berbagai derajat overlap sepanjang perio-de perubahan lahan, yaitu:1. Perforasi (perforation) merupakan

proses membuat lubang di dalam ha-

bitat.2. Pemotongan (dissection) adalah pe'

motongan atau Pembagian area men-jadi habitat berbeda dengan lebaryangrelatif sama.

3. Fragmentasi (fragmentation) adalahpemecahan habitat menj adi potongan-potongan yang lebih kecil.

4. Penyusutan (shrinkage) terjadi seiringpotongan habitat berlanjut dengan pe-

nurunan luas.

5. Erosi habitat (attrition) adalah proses

dimana fragment habitat yang tersisaberangsur hilang, karena degradasi

habitat atau suksesi.

Gambar 6 menunjukkan lima Prosesfragmentasi hutan alam di Provinsi Jawa

Tengah seperti teori yang diuraikan oleh

Gambar (Figure) 6. Lima proses spasial yang mengubah lanskap (Five spatial processes that change the

landscape)

**

81

Page 9: Konserussi Volume Vll Nomor Tahun 2010lbprastdp.staff.ipb.ac.id/files/2010/12/Fragmentasi-Hutan-Alam...volume vll nomor 1 tahun 2010 ... kementerian kehutanan ... pusat penelitian

f.a"-/ ?ewtlitionHrton dor Konservqsi Aton Vol, Vll No. 1 : 75-g1, 201 0

Forman (1995) di atas. Perforasi (per.fo-ration) banyak terjadi pada hutan alam diKabupaten Blora dan Grobogan pada ta-hun 1990. Fragmentasi atau pemecahanhutan menjadi fragment-fragment kecilyang saling terpisah dapat dilihat di wi-layah Kabupaten Banjarnegara dan Kabu-paten Wonosobo , Dissection atau pemba-gian area menjadi habitat yang berbedadapat dilihat di Kabupaten Cilacap yangterjadi secara alami oleh sungai. Attrition,dimana fragment hutan yang tersisa ke-mudian hilang bisa dilihat di sekitar Gu-nung Lawu. Shrinkage, juga terjadi diGunung Lawu, dimana kawasan yangmemiliki vegetasi hutan alam menurunluasannya.

Fragmentasi dimulai dengandissection ketika jalan, jaringantransmisi. sungai dan fitur linear lainnyarnenjadi penghalang pergerakansatrvaliar. Kemu-dian diikuti perforationketika muncul kantong habitat Qtatches)kecil yang di-buat oleh manusia atausebab alami dan efek tepi menjadi nyata.Fragmentasi me-rupakan tahap ketigayang terjadi ketika kantong habitat yanglebih kecil mening-kat frekuensinya danberkurang luasnya sampai pada tingkatdimana habitat yang terfragmentasi mulaimendominasi lans-kap. Attritionmerupakan tahap akhir di-mana lahanalami atau habitat asli tersisa sebagaikantong yang kecil dan terisolasi ditengah-tengah lanskap yang sekarangdidominasi oleh suatu mosaik habitatyang telah berubah dan terfragmentasi.Proses fragmentasi membuat habitatmen-jadi tidak sesuai bagi satwaliar ataume-miliki kesesuaian rendah bersamaande-ngan berkurangnya kualitas habitatsat-waliar (Hunter, 1991).

Fragmentasi hutan di Jawa Tengah ju-ga dapat diihat dari parameter Total Edge(TE). Total edge hutan alam lahan keringrneningkat dari tahun 1990 sampai tahun2000 ketika terjadi pemecahan hutanmenjadi fragment-fragment yang lebihkecil. Total edge hutan alam tahun 1990adalah 42,43 km meningkat menjadi

82

133,88 km pada tahun 2000. Ketikafrag-ment-fragment hutan yang tersisa terusmenghilang (proses attrition) jumlah TEjuga menurun. Pada tahun 2006 TE hu-tan alam lahan kering di Provinsi JarvaTengah menjadi 8,75 km. Edge Density(ED) hutan alarn lahan kering di ProvinsiJawa Tengah juga mengalami peningkat-an seiring dengan peningkatan fragmen-tasi, yaitu dari 151.061,8 m' pada tahun1990 menjadi 473.20A,6 'm' pada tahun2000. Edge densifu kembali menurun se-iring hilangnya beberapa lragmenl hutan,yaitu menjadi 3l "076,6 m'z.

B. Fragmentasi Hutan Alam di Bebe-rapa Gunung di,fawa Tengah

Secara umum sisa-sisa hutan alam diPulau Jawa ada di sekitar puncak-puncakgunung yang pada umumnya jauh darijangkauan manusia dan sulit diakses olehmasyarakat untuk pertanian dan pemu-kiman. Meskipun demikian, seiring de-ngan berjalannya waktu, sisa-sisa hutanalam di gunung-gunung di Jawa Tengahjuga mengalami fragmentasi, sehinggaterjadi kehilangan habitat (habitat loss)dan isolasi habitat (isolation). Sebaga-contoh akan diuraikan proses fragmentasihutan alam di Gunung Slamet, GunungMuria, Gunung Ungaran, dan GunungLawu.

Pada Gambar 7 ditunjukkan bahwafragmentasi yang terjadi pada hutan alamdi sekitar Gunung Slamet (KabupatenPurbalingga), tidak saja telah menghi-langkan habitat tetapi juga memecah ha-bitat menjadi fragment-fragment habitatyang terisolasi antara satu dengan lain-nya. Kehilangan hutan di daerah ini tam-pak sangat signifikan dan dampaknya ba-gi satwaliar dapat dipastikan juga sangatnyata.

Dalam Gambar 7 padatahun 1990 su-atu kelompok hutan alam lahan keringmasih kompak dengan luas 72.874,62 ha.tetapi dalam 10 tahun kemudian (tahun2000) mengalami penyusutan luas hingga

Page 10: Konserussi Volume Vll Nomor Tahun 2010lbprastdp.staff.ipb.ac.id/files/2010/12/Fragmentasi-Hutan-Alam...volume vll nomor 1 tahun 2010 ... kementerian kehutanan ... pusat penelitian

Fragmentasi HutanAlam Lahan Kering.,.(H. Gunawan, dkk.)

N

*#-

Gambar(Figure)1. Proses fragmentasi hutan alam lahan keriag di Gunung Slamet dan sekitarnya, Kabu-paten Purbalingga (Fragmentation process of dryland natural forest in Mount Slametond the sut'roundings, District of Purbalingga)

l0,2loA menjadi 2I.708,27 ha dan enamtahun kemudian (tahun 2006) menyusutlagi 46,000/o, sehingga menjadi 11.722,02ha. Hutan alam yang pada tahun 1990 se-luas 72.874,62 ha, hanya tersisa11.722,02 ha atau dalam 16 tahun telahhilang sebanyak 83,91o/o, dimana sebagi-an berubah menjadi hutan tanaman seluas17.374,64 ha dan selebihnya berubahmenjadi perkampungan dan lahan perta-nian pada tahun 2006. Secara total, vege-tasi hutan yang masih available untuksatwaliar adalah 29.096,66 ha (hutanalam dan hutan tanaman) atau hanya ter-sisa 39,93%o dari luas hutan pada tahun1990.

Fragmentasi hutan alam juga terjadidi kawasan Gunung Muria, yang padatahun 1988 rnerupakan daerah sebaranmacan tutul (Gunawan, 1988). Pada ta-hun 1990 kawasan ini masih memiliki tu-tupan hutan alam seluas 13.035,36 ha, te-tapi 16 tahun kemudian (tahun 2006)kehilangan 85,50oh hutan alamnya danhanya tersisa 1.891,76ha. Kawasan Gu-nung Muria pada tahun 2006 telah dido-minasi oleh hutan tanaman 11.887,03 ha(83,9yo), hutan alam tersisa l3,4o/o danselebihnya merupakan perkebunan

(2,0%) dan lahan pertanian (0,8%). De-ngan demikian, pada tahun 2006 hutanyang available untuk habitat satwaliar dikawasan Gunung Muria adalah 15.670,55ha (hutan alam dan hutan tanaman). De-ngan perkataan lain masih memungkin-kan untuk melestarikan satwaliar macantutul.

Gunung Ungaran di Kabupaten Sema-rang juga merupakan salah satu daerahsebaran populasi macan tutul (Gunawan,1988) dan pada tahun 2008 masih dila-porkan keberadaannya (informasi lisanBKSDA Jateng). Kawasan ini juga meng-alami fragmentasi yang oukup signifikan.Pada tahun 1990, hutan alam di kawasanini masih seluas 5.413,94 ha, pada tahun2000 berkurang 28,43o/o menjadi3.874,19 ha dan pada tahun 2006 tersisa1.335,77 ha atau dalam kurun 16 tahunGunung Ungaran telah kehilangan hutanalam seluas 4.01 8,17 ha (7 5,33%).

Gunung Lawu di Kabupaten Karang-anyff dan Madiun juga mengalami pe-nyusutan hutan alam yang signifikan. Un-tuk kawasan hutan yang berada di wila-yah Kabupaten Karangaryar selama 16

tahun sejak tahun 1990 mengalami kehi-langan hutan alam l7,610/o. Pada tahun

*

83

Page 11: Konserussi Volume Vll Nomor Tahun 2010lbprastdp.staff.ipb.ac.id/files/2010/12/Fragmentasi-Hutan-Alam...volume vll nomor 1 tahun 2010 ... kementerian kehutanan ... pusat penelitian

H

-+"

Gambar (Figure) 8. Proses fragmentasi hutan alam lahan kering di kelompok hutan sekitar Gunung Muria diKabupaten Kudus, Jepara, dan Pati (Fragmentation process of dryland naturil forest inMount Muria and the sutoundings, Districts of Kudus, Jepara, and Pati)

luml ?auebtiaaHutondctlhnservcsiAlonr Vol. Vll No.1 : l!-gj,2Ol0

1990

*{,*

f,h

2000

2006

-+="

Gambar (Figure) 9. Proses fragmentasi hutan alam lahan kering di kelompok Hutan Gunung Ungaran dansekitamya di Kabupaten Semarang (Fragmentation process of dryland nituraT forest inMountUngaran and the surroundings, District of Semarang)

@

.D

84

Page 12: Konserussi Volume Vll Nomor Tahun 2010lbprastdp.staff.ipb.ac.id/files/2010/12/Fragmentasi-Hutan-Alam...volume vll nomor 1 tahun 2010 ... kementerian kehutanan ... pusat penelitian

1990 luas hutan alam di Gunung Lawuwilayah Karanganyar 10.691,39 ha, padatahun 2000 menyusut 64,25%o, sehinggatinggal 3.821,65 ha. Pada tahun 2006 me-nyusut lagi 37,39o/o dari tahun 2000, se-hingga menj adi2 .393 ,61ha.

Fragmentasi telah terjadi di semuahutan alam yang tersisa di gunung-gu-nung lainnya, seperti Gunung Merapi,Gunung Merbabu, Gunung Sindoro, Gu-nung Sumbing, Gunung Prahu, dan Gu-nung Rogojembangan. Gunung-gunungtersebut merupakan daerah sebaran ma-can tutul di Provinsi Jawa Tengah (Guna-wan, 1988). Dengan demikian, keberada-an populasi satwa langka tersebut kinisemakin tbrancam, baik oleh hilangnyahabitf maupun akibat isolasi populasi.Dari keempat contoh kasus (Gunung Sla-met, Gunung Muria, Gunung Ungaran,dan Gunung Lawu), kehilangan hutanalam rata-rata lebih dari 70%o. Kehilang-an terbanyak terjadi di Gunung Muria(85,50%) kemudian disusul oleh GunungSlamet (83,91oA), Gunung Lawu(77,51o/o), dan Gunung Ungaran(15,33%).

Fragmentasi HutanAlam Lahan Kering...(H. Gunawan, dkk.)

C. Dampak Fragmentasi Pada Satwa-liar

Ketika hilangnya habitat dan frag-mentasi dipandang secara terpisah, hi-langnya habitat memiliki konsekuensi le-bih signifikan bagi kelangsungan hidup(viability) spesies (Haila, 2002; Fahrig,2003). Namun, karena fragmentasi danhilangnya habitat terjadi bersamaan, ma-ka sangat sulit untuk menentukan manayang lebih penting bagi perubahan habitat(Haila, 1999). Namun hal tersebut tidakrelevan bagi pengelola satwaliar, karenatidak dapat dihindarkan kita berurusandengan keduanya ketika melakukan upa-ya konservasi satwaliar di habitat yangterfragmentasi.

Pada skala fragment (patch) hutan in-dividual, hilangnya vegetasi hutan danfragmentasi dapatmemiliki pengaruh luaspada survival populasi, interaksi ekologi,dan keanekaragaman hayati (Fahrig &Grez, 1996). Seiringy'agment hutan me-ngecil, populasi cenderung lebih rentanuntuk punah, karena resiko-resiko demo-grafft, lingkungan atau genetik (Gilpin,

t{

-+.s

Gambar (Figure) 10. Proses fragmentasi hutan alam lahan kering di kelompok Hutan Gunung Lawu dansekitarnya di Kabupaten Karanganyar (Fragmentation process o-f dryland naturalforestinMount Lawu and the sutoundings, District of Karanganl'ar)

2000

85

Page 13: Konserussi Volume Vll Nomor Tahun 2010lbprastdp.staff.ipb.ac.id/files/2010/12/Fragmentasi-Hutan-Alam...volume vll nomor 1 tahun 2010 ... kementerian kehutanan ... pusat penelitian

$a^o/ PenclitionHutrndor KonsenosiAlon Vol. Vll No.1 : 75_g1, 2010

1 987; Goodman, 1 987). Ketikay'agment-fragment hutan menjadi terisolasi tanpaadanya ketersambungan di antaramereka,migrasi organisme bisa terhalangi (Karei-va, 1987). Fragment hutan yang kecilju-ga memiliki ratio edge ; interior yang le-bih tinggi. Untuk spesies hutan interior,hal ini juga berarti kehilangan habitat le-bih luas daripada luas fragment sebenarnya yang hilang (Wilcove et al., 1986;Williams-Linera, 1990). Besarnya penga-ruh tergantung pada pola kehilangan hu-tan pada skala lanskap yang akan menen-tukan jumlah fr a gm ent y ang tersisa, ukur-annya, bentuknya, jarak antara fragment,dan kondisi matrix habitat di sekitarnya(Groom & Schumaker, 1993).

Menurut Wilcove (1987) dalamMorrison et al. (1992), ada empat carafragmentasi dapat menyebabkan kepu-nahan lokal: (1) spesies mulai keluar darikantong habitat yang terlindungi, (2) kan-tong habitat gagal menyediakan habitat,karena pengurangan luas atau hilangnyaheterogenitas internal, (3) fragmentasirnenciptakan populasi yang lebih kecildan terisolasi yang memiliki resiko lebihbesar terhadap bencana, variabilitas de-mografik, kemunduran genetik atau dis-fungsi sosial, dan (4) fragmentasi dapatmengganggu hubungan ekologis yangpenting, sehingga dapat menimbulkan se-bab sekunder kepunahan dari hlangnyaspesies kunci dan pengaruh merugikandari lingkungan luar dan efek tepi.

Menurut Kupfer et al. (2004), adaempat cara primer fragmentasi hutan da-pat mempegaruhi keanekaragaman haya-ti, yaitu: (l) pengaruh perwakilan (somplee.ffect), (2) pengaruh luas area (areae.ffecr), (3) pengaruh isolasi (isolatione./fect), dan (4) pengaruh tepi (edgeeffect). Masing-masing pada gilirannyaakan berpengaruh pada sebaran populasi,komunitas, dan proses ekosistem. Meka-nisme dan proses fragmentasi menghasil-kan tiga tipe pengaruh: (l) pengaruhukuran patch, (2) pengaruh tepi (edgee/.fecr), dan (3) pengaruh isolasi (Fahrig,2003). Ahli satwaliar harus memperha-

86

tikan semua, karena ketiganya biasanyaterjadi dengan fragmentasi habitat danrnasing-masing rnemerlukan penangananyang berbeda (Frankiin et al., 2002;Fahrig,20Ar.

Fragmentasi habitat dapat dipandangdari segi positif dan negatif. Pengaruhpositifnya adalah rneningkatkan keragam-an habitat, rneneiptakan penja.jaran habi-tat yang bermanfaat, dan meningkatkanedge yang disukai spesies satwaliar gene-ralis. Fragmentasi memberikan pengaruhnegatif ketika: (i) ada habitat yang hi-lang; (2) terbentuk kantong habitat lebihkecil yang mendorong pada kepunahanlokal dan isolasi; {3) habitat-}rabitat tidaklagi bersambungan, khususnya jika frag-mentasi disebatrkan oleh aktivitas non ke-hutanan; dan (4) jumlah edge meningkat,karena fragmentasi habitat merugikanspesies interior (Barnes, 2000).

Untuk kasus di Provinsi Jaw,a Tengahtampaknya hilangnya habitat lebih berpe-ran bagi kepunahan spesies secara lokal,karena hilangnya habitat tidak saja me-nyebabkan penurunan total habitat tetapijuga menyebabkan terputusnya penyebar-an habitat yang tersisa. Terputusnya kesi-nambungan habitat tersebut, antara laindisebabkan oleh pembukaan hutan untukpertanian, pemukiman, dan jaringan lis-trik. Akibatnya adalah fragmentasi habi-tat asal yang besar menghasilkan kan-tong-kantong (patches) yang kecil-kecildan terpisah. Beberapa populasi yangmenghuni habitat asal secara total akanmenurun ukuran populasinya yang ter-bagi dalam beberapa populasi. Lebih lan-jut, fragmentasi menyebabkan penurunanluas rata-rata kantong-kantong habitatdan rnembuatnya terisolasi.

Dampak lain dari fragmentasi adalatmeningkatnya pengaruh tepi (edgteffect). Ketika kantong-kantong habita:menyusut akibat fragmentasi, popula.ryang menghuninya menjadi lebih rari'e:terhadap kondisi lingkungan yang mem-

Page 14: Konserussi Volume Vll Nomor Tahun 2010lbprastdp.staff.ipb.ac.id/files/2010/12/Fragmentasi-Hutan-Alam...volume vll nomor 1 tahun 2010 ... kementerian kehutanan ... pusat penelitian

nya berubah seperti meningkatnya penca-hayaan dan temperatur serta menunrnnyakelembaban. Bagi satwa-satwa besar, se-

perti herbivora dan karnivora menjadi le-bih mudah ditemukan dan mudah diburuoleh manusia.

D. Implikasi Pengelolaan

Fragmentasi hutan, khususnya hutanalam di Provinsi Jawa Tengah sudahmencapai tingkat yang sangat mengkha-watirkan dimana dalam 16 tahun terakhirprovinsi ini telah kehilangan hutan alam-nya seluas 446.561,09 ha atau 88%. Pun-cak laju deforestasi di Provinsi Jawa Te-ngah terjadi antara tahun 2000-2005, ya-itu seluas 142.560 ha per tahun. Hal inicukup mengkhawatirkan, bukan saja ka-rena akibatnya yang semakin luas bagisendi-sendi kehidupan manusia, yaitumeningkatnya frekuensi dan intensitasbanjir serta kekeringan tetapi juga meng-ancam kelestarian keanekaragaman haya-ti yang juga merupakan penyangga kehi-dupan manusia.

Ketika hutan alam hilang dan diganti-kan oleh hutan tanaman, mungkin masihdapat berfungsi sebagai habitat satwaliarmeskipun kualitasnya sudah pasti menu-run bagi satwa spesialis hutan alam danspesialis interior hutan. Perkebunan ataupertanian tanaman keras mungkin masihdapat berfungsi sebagai koridor penghu-bung dua habitat yang terfragmentasi, te-tapi pertanian tanaman musiman dan sa-

wah akan menjadi penghalang penjela-jahan satwa, khususnya mamalia mes-kipun bisa saja ditembus pada tempat danwaktu tertentu. Pemukiman dan jalan ra-ya yang ramai dengan lalu lalang kenda-raan mungkin tidak dapat dilewati samasekali oleh satwaliar untuk menyeberangke kantong habitat di sekitarnya.

Dengan memperhatikan pentingnyakeutuhan dan kesinambungan habitat bagikonservasi satwaliar, maka para pengam-bil keputusan dalam penataan ruang khu-susnya dan pembangunan pada umumnyaharus mempertimbangkan dampak dari

Fragmentasi Hutan Alam Lahan Kering...(H. Gunawan, dkk-)

fragmentasi hutan, yang mungkin tidaktampak dalam jangka pendek tetapi mem-berikan pengaruh yang signifikan dalamjangka panjang. Pengaruh jangka pan-jang ini yang sering tidak disadari olehpara pengambil keputusan dalam penata-an ruang.

Kegiatan pembangunan yang melibat-kan kawasan hutan harus benar-benarmempertimbangkan aspek ekologi dalamskala lanskap yang luas dengan memper-hatikan kekompakkan dan kesinambung-an habitat. Dengan perkataan lain, jikaada kegiatan pembangunan yang akanmengakibatkan pemecahan habitat besarmenjadi beberapa habitat yang lebih ke-cil, maka harus dibuat koridor yang men-jadi penghubung antar habitat-habitat ke-cil tersebut dan habitat asal (sebelum ter-jadi pemecahan).

Pada kenyataannya, saat ini kondisihutan di Provinsi Jawa Tengah telah ba-nyak terfragmentasi dan fragment-frag-ment (patches) hutan tersebut banyakyang tidak saling terhubung atau terpi-sahkan oleh fitur yang sulit dilewati olehsatwaliar ketika berpindah dat', safifrag-ment ke fragment laiwrya. Dengan perka-taan lain, populasi satwa di fragment-fragment tersebut menjadi terisolasi, she-ingga terancam kepunahan melalui prosesinbreeding. Untuk mencegah dampak le-bih jauh terhadap kepunahan satwaliarakibat fragmentasi, maka fragment-frag-ment hutan tersebut harus dihubungkandengan koridor.

Koridor penghubung antar fragmenthutan dapat berbentuk vegetasi di sem-padan sungai dan sempadan pantai; vege-tasi hutan tanaman misalnya Tectonagrandis, Pinus merkusii, Agathis alba,dan Swietenia mahagoni, vegetasiperkebunan misalnya karet (Hevea bra-ziliensis) dan tanaman keras lainnya. Un-tuk koridor satwa kecil menyeberangi ja-lan dapat berupa gorong-gorong ataujembatan penyeberangan yang dibuat se-

demikian rupa, sehingga terlihat alami.Koridor dapat merupakan lahan milik ne-gara, lahan milik swasta (seperti perke-

87

Page 15: Konserussi Volume Vll Nomor Tahun 2010lbprastdp.staff.ipb.ac.id/files/2010/12/Fragmentasi-Hutan-Alam...volume vll nomor 1 tahun 2010 ... kementerian kehutanan ... pusat penelitian

Sa-^/ PenelitionHston dor Korrenori Alon Vol. Vll No. 1 : 75-91, 2010

bunan), dan lahan milik rakyat yang dise-wa atau dibeli khusus untuk koridor.

Apabila koridor tidak mungkin dibu-at, maka agar terjadi pertukaran genetikantar populasi yang terisolasi dapat dila-kukan dengan cara translokasi, dimanasatwa yang akan dipertukarkan ditangkapuntuk kemudian dipindahkan ke lokasitujuan. Namun, untuk satwa yang bersi-fat teritorial, hal ini akan menimbulkanmasalah karena penghuni lama bisa me-lakukan peholakan, sehingga terjadi per-kelahian yang menyebabkan kematianatau salah satu individu yang kalah akanke luar ke lahan pertanian atau kampungterdekat dan menjadi gangguan bagi ma-nusia.

Translokasi bagi satwa yang bersifatteritorial sangat dimungkinkan jika indi-vidu-individu satwa dari populasi yangtelah melewati daya dukung dipindahkanke lokasi habitat yang tidak berpenghunispesies yang sama. Hal ini tentunya sete-lah dilakukan studi kelayakannya, yaitustudi kesesuaian habitat dan daya dukunghabitat.

Untuk fragment-fragment habitat ke-cil, sehingga memiliki daya dukung ren-dah terhadap populasi yang ada, memilikiinterior yang kecil serta memiliki penga-ruh tepi (edge effect) yang besar, makadapat dibuat zona perluasan habitat atauzona penyangga di sekitarnya. Zona per-luasan habitat atauzona penyangga dapatmerupakan kawasan hutan negara atau la-han milik rakyat yang dibeli. Prinsipnya,zona perluasan habitat atau zorLa pe-nyangga ini dapat berfungsi menjadi pe-nyangga agar satwa di dalam fragmenthutan tersebut tidak ke luar ke kebun atauperkampungan di sekitarnya dan zona ter-sebut dapat menambah luas ruang habitatdan memperkaya keanekaragaman habitatserta meningkatkan kualitas habitat bagisatwaliar.

Mengingat hutan alam telah jauh ber-kurang dan terfragmentasi, maka hutantanaman yang dikelola oleh Perum Perhu-tani memiliki peran yang menentukan un-luk survival satwaliar. Hutan Perum Per-

88

hutani ini berperan menjadi habitat alter-natif, perluasan habitat, koridor atau pe-nyangga habitat bagi satwaliar yang se-

belumnya merupakan penghuni hutanalam. Mengingat pentingnya peranan hu-tan tanaman Perum Perhutani ini, makapengelolaannya perlu memperhatikan as-pek ekologi dalam skala lanskap yang lu-as, terutama dalam pengaturan rotasi pe-nebangan dan pengaturan tumpangsari,sehingga tidak sampai menyebabkanfragmentasi temporal serta menurunkankualitas dan kuantitas habitat satwaliarlangka.

IV. KESIMPULAI\ DAN REKOMEN.DASI

A. Kesimpulan

Fragmentasi hutan alam lahan keringdi Provinsi Jawa Tengah dalam 16 tahunterakhir sudah sampai tingkat yang meng-khawatirkan. Disamping kehilangan luas,hutan alam lahan kering yang tersisa puntelah terpecah-pecah menjadi fragment-fragment hutan yang kecil dan terisolasisatu sama lain. Selama 16 tahun (1990-2006) Provinsi Jawa Tengah telah ke-hilangan hutan alam lahan kering seluas446.561,09 ha atau 88%. Sisa-sisa hutanalam lahan kering umumnya ada di pun-cak-puncak gunung yang sulit diaksesoleh aktivitas manusia.

Fragmentasi hutan alam lahan keringdi Jawa Tengah yang terjadi antara tahun1990 sampai 2000 telah menyebabkanpeningkatan Total Edge (TE) dari 42,43km menjadi 133,88 km. Dari tahun 2000-200 6, seiring dengan hilangny a fr a gm e nt -

fragment hutan (proses attrition) TEmenurun menjadi 8,75 km. Edge Density(ED) hutan alam lahan kering di ProvinsiJawa Tengah juga mengalami peningka!an dari tahun 1990-2000 yaitu dari151.061,8 m2 menjadi 473.200,6 m'.Edge densify kembali menurun seiring hi-langnya beberapa fragment hutanmenjadi 31.076,6 m2 pada tahun 2006.

Page 16: Konserussi Volume Vll Nomor Tahun 2010lbprastdp.staff.ipb.ac.id/files/2010/12/Fragmentasi-Hutan-Alam...volume vll nomor 1 tahun 2010 ... kementerian kehutanan ... pusat penelitian

Fragmentasi hutan alam lahan keringdi Provinsi Jawa Tengah umumnya dise-babkan oleh konversi menjadi lahan per-tanian, hutan tanaman, perkebunan, pe-mukiman, dan pembangunan infrastruk-tur, seperti jalan arteri, jalan tol serta ja-ringan listrik tegangan tinggi (SUTET).

B. Rekomendasi

l. Fragmentasi hutan di Provinsi JawaTengah harus dihentikan.

2. Penataan ruang harus memperhatikanbukan saja proporsi luas hutan tetapijuga kekompakan dan konektivitasantar kelompok hutan.

3. Perlu adanya upaya membuat konek-tivitas berupa koridor hutan antar ke-lompok hutan yang berdekatan yangdi dalamnya terdapat satwaliar teran-cam punah.

4. Fragment-fragment hutan alam yangtersisa di puncak-puncak gunung per-lu dibuatkan hutan penyangga di se-kelilingnya untuk mencegah peram-bahan ke arah puncak dan sebagaiperluasan habitat populasi satwa yangtersisa.

5. Pihak pengelola hutan produksi harusmemperhatikan aspek konektivitasdan kekompakan hutan dalam peng-aturan rotasi penebangan.

6. Apabila harus dilakukan konversiatau perubahan peruntukan kawasanhutan untuk penggunaan lain, makaharus diusahakan agar tidak menye-babkan fragmentasi.

7. Mengingat hutan produksi telahmenggantikan hutan-hutan alam da-lam menyediakan habitat satwa, makapihak pengelola hutan produksi harusmemberi perhatian kepada jenis-jenissatwaliar langka, dilindungi, endemikdan terancam punah yang ada di wi-layahnya, antara lain dengan mene-tapkan kawasan-kawasan khusus un-tuk perlindungan satwa.

8. Fragmentasi hutan yang disebabkanoleh aktivitas illegal perlu segera di-hutankan kembali melalui berbagai

Fragmentasi Hutan Alam Lahan Kering...(H. Gunawan, dkk.)

pendekatan sesuai dengan pennasa-lahannya, misalnya dengan melibat-kan masyarakat.

9. Perlu penelitian lebih lanjut untukmengetahui dampak fragmentasi padaskala yang lebih kecil, misalnya dam-pak terhadap survival jenis satwa ter-tentu.

DAFTAR PUSTAKA

Ario, A., S. Sunarto, and J. Sanderson.2008. Panthera pardus ssp. melas./r: IUCN 2008. 2008 IUCN Red Listof Threatened Species. www.iucnredlist.org. Diakses tanggal13 Januari 2009.

Bames, T.G. 2000. Landscape Ecologyand Ecosystems Management. Co-operative Extension Services, Uni-versity of Kentucky, College ofAgriculture, UK. http://www.ca.uky.edu. Diakses tangal 24 Februari2007.

Departemen Kehutanan. 2007. DataStrategis Kehutanan. DepartemenKehutanan. Jakarta.

Dunning J.B., B.J. Danielson, and H.R.Pulliam. 1992. Ecological processesthat affect populations in complexlandscapes. Oikos 65: 169-17 5.

Elkie, P.C., R.S. Rempel, and A.P. Carr.1999. Patch Analyst User's Manual.Ontario Ministry of Natural Re-sources, Northwest Science & Tech-nology. Thunder Bay,. Ontano.22p.

ESRI. 1998. ArcViewGIS. ESRIPress.Redlands, California. 572p.

Fahrig, L. and A.A. Grez 1996. Popula-tion spatial structure, human-causedlandscape changes and species sur-vival. Revista Chilena de HistoriaNatural 69:5-13.

Fahrig, L. 2003. Effects of habitat frag-mentation on biodiversity. AnnualReviews of Ecology and Systematics34:487-515.

Forman, R.T.T. 1995. Land Mosaics: theEcology of Landscapes and Regions.

89

Page 17: Konserussi Volume Vll Nomor Tahun 2010lbprastdp.staff.ipb.ac.id/files/2010/12/Fragmentasi-Hutan-Alam...volume vll nomor 1 tahun 2010 ... kementerian kehutanan ... pusat penelitian

fia-ul PenelitionHrhn dor Konsenori Alon Vol. Vll No.,l : 75-gl, 201 0

Cambridge University Press, Cam-bridge. 632p.

Forman, R.T.T. and M. Godron. 1986.Landscape Ecology. John Wiley &Sons, New York. 619p.

Franklin, A.B., B.R. Noon, and T.L.George. 2002. What Is HabitatFragmentation? Studies in AvianBiology No. 25: 20-29. http://www. humbo I dt. e dul -tlg2 I publ i c ations!whatYo2}iso/o2lhabitato/o2}fragmentation. Pdf. Diakses tanggal I I Mei2007.

Gilpin, M.E. 1987. Spatial Structure andPopulation Vulnerability. In: M.E.Soul6 (ed), Viable Population forConservation. Cambridge UniversityPress, Cambridge . Pp. 125-139.

Goodman, D. 1987. Consideration ofstochastic demography in the designand management of biologicalreserves. Natural Resources Mo-delling l:205-234.

Groom, M.J. and N. Schumaker. 1993.Evaluating Landscape Change:Pattern of Worldwide Deforestationand Local Fragmentation. .Ir: P.M.Kareiva, J.G. Kingsolver, and R.B.Huey (Eds.). Biotic Interactions andGlobal Change. Sinauer, Sunderland,Massachussetts. Pp. 24-44.

Gunawan, H. 1988. Studi KarakteristikHabitat dan Daerah Penyebaran Ma-can Tutul (Ponthera pardus melasCuvier, 1809) di Jawa Tengah danYogyakarta. Jurusan KonservasiSumberdaya Hutan, Fakultas Kehu-tanan, Institut Pertanian Bogor.Skripsi S1, Tidak dipublikasikan.

Haila, Y. 1999. Islands and Fragments.In:M.L. Hunter, Jr. (Ed.). Maintain-irg Biodiversity in Forest Eco-systems. Cambridge UniversityPress, New York . Pp. 234-64.

Haila, Y. 2002. A Conceptual genealogyof fragmentation research: fromisland biogeography to landscapeecology. Ecological Applications l2:321-334.

90

Harris, L.D. 1984. The Fragmented Fo-rest: Island Biogeographic Theoryand the Preservation of Biotic Di-versity. University of Chicago Press,Chicago.2llp.

http ://www.everythingbio. com/glos/defi nition. php? word:fragmentation.Fragmentation. Fragmentation. Di-akses Tanggal 10 Desember 2009.

Hunter, M. L., Jr. 1997. The BiologicalLandscape. In: K.A. Kohm and J.

Franklin (Eds.). Creating a Forestryfor the 21st Century. Island Press,Washington.Pp. 57-67.

Kareiva, P. 1987. Habitat fragmentationand the stability of predator preyinteractions. Nature 326: 388-390.

Kupfer, J.A., G.P. Malanson, and S.B.Franklin. 2004. Identifying the Bio-diversity Research Needs Related toForest Fragmentation. A Report Pre-pared for the National Commissionon Science for Sustainable Forestry.Washington, D.C. 218p.

MacArthur, R.H. and E.O. Wilson. 1967.The Theory of Island Biogeography.Princeton University Press, Prince-ton. 203p.

McGarigal, K. and B.J. Marks. 1995.FRAGSTATS: Spatial Pattern Ana-lysis Program for Quantifuing Land-scape Structure. Gen. Tech. Rep.PNW-GTR-351. U.S. Department ofAgriculture, Forest Service, PacificNorthwest Research Station, Port-land" 122 p.

Morrison, M.L., B.G. Marcot, and R.W.Mannan. 1992. Wildlife-Habitat Re-lationships. The University of Wis-consin, Madison. 343p.

Perum Perhutani. 2006. Statistik PerumPerhutani Tahun 2001-2005. DireksiPerum Perhutani. Jakarta.

Rusak, H. and C. Dobson. 2007. ForestFragmentation. www.ontarionature.org. Diakses tanggal 26 Februari2007.

Saunders, D., R.J. Hobbs, and C.R.Margules. 1991. Biological conse-quences of ecosystem fragmentation:

Page 18: Konserussi Volume Vll Nomor Tahun 2010lbprastdp.staff.ipb.ac.id/files/2010/12/Fragmentasi-Hutan-Alam...volume vll nomor 1 tahun 2010 ... kementerian kehutanan ... pusat penelitian

a Review. Conservation Biology 5:

I 8-32.Turner, M.G. 1989. Landscape ecology:

the effect of pattern on process. An-nual Review of Ecological Systems20:171-197.

Urban, D.L., R.V. O'Neill, and H.H.Shugart, Jr. 1987. Landscape eco-logy: a hierarchical perspective canhelp scientist understand spatial pat-terns. BioScience 37: ll9-127.

Wiens, J.A. 1989a. Spatial scaling inecology. Functional Ecology 3: 385-397.

Fragmentasi Hutan Alam Lahan Kering...(H. Gunawan, dkk.)

Wiens, J.A. 1989b. The Ecology of BirdCommunities Volume 2: Processes

and Variations. Cambridge Univer-sity Press, Cambridge. 316p.

Wilcove, D.S., C.H. Mclellan, and A.P.Dobson. 1986. Habitat Fragmenta-tion in the Temperate Zone. In:M.E.Soule (Ed.). Conservation Biology.Sinauer Associates, Sunderland. Pp.237-256.

Williams-Linera, G. 1990. Vegetationstructure and environmental condi-tions offorest edges. Journal ofEco-logy 78: 356-373.

9t