keyword: representasi, semiotika abstract...selalu ada pemaknaan baru dan pandangan baru dalam...

20
Fakultas Ilmu Komunikasi – Universitas Mercu Buana Jl. Meruya Selatan Kembangan Jakarta Barat 11650 www.mercubuana.ac.id REPRESENTASI PEREMPUAN SEBAGAI OBJEK SEKSUALITAS DALAM FILM Oleh: Feni Fasta, M.Si dan Christina Arsi, S.Ikom Keyword: Representasi, Semiotika Abstract Women's representation in the media, especially television offer role models that encourage the submission of women in the world of men, and which undermine self-esteem and proactive attitude of women. Representations in media texts can be said to function ideologically throughout the representation that helped produce social relationships with respect to the domination and exploitation. Research on the James Bond movie "Quantum Of Solace" and the film Memoirs Of Geisha this method semiotics John Fiske. As a result, the James Bond movie "Quantum Of Solace" to place women as a 'friend to sleep' for the main character guy. James Bond films including the belief that states that the requirement Recreational sex has nothing to do with love. Memoirs Of Geisha place women as 'commodities' that can be bought by men, 'the object of fantasy'. In Western movies, women volunteered to become a 'friend sleeping male figure. While in Asian film, the women shown were forced into sexual objects. LATAR BELAKANG Perkembangan wacana mengenai feminisme belum tentu memposisikan perempuan pada tempat yang dominan. Film juga merupakan ranah dimana domimasi pria dipertontonkan. Dua karya film yang dapat menggambarkan posisi perempuan sebagai objek seksualitas terlihat dari, pertama Film James Bond (007) yang mewakili budaya barat. Film James Bond disetiap serinya menampilkan sosok perempuan yang berbeda-beda, secara bebas dapat memberikan penghiburan dan kepuasan tersendiri bagi sang ‗Agen‘. Sebenarnya setiap film barat apapun genre filmnya akan menampilkan sosok perempuan, menyisipkan adegan percintaan yang menjurus pada freesexs. Kebebasan di dalam budaya barat membuat hasil karya film disana diciptakan tak lengkap tanpa sentuhan seksualitas, yang membiarkan karakter-karakter perempuannya tanpa perlawanan membendung gairah dari karakter lawan jenisnya. Cukup sulit memilih film barat yang sesuai namun akhirnya dijatuhkan pilihan pada film James Bond, karena film ini tetap eksis dengan judulnya walaupun tokoh atau pemeran James Bond selalu berubah. Tentunya alasan utamanya karena sang ‗Agen‘ diciptakan tidak pernah terlepas dari sosok perempuan cantik, baik sebagai pendamping maupun sebagai seterunya. Selain itu serial film James Bond juga mampu meraup untung sampai 4 milyar dollar (2 milyar poundsterling, atau sekitar 11 milyar dollar bila dihitung termasuk nilai inflasi) secara keseluruhan di berbagai negara. Film ke-22 yang berjudul Quantum of Solace yang dirilis di AS tanggal 31 Oktober 2008 mampu meraup untung sekitar 161 juta dollar (sekitar 103 juta poundsterling), dan ini menempatkan James Bond sebagai film terlaris di dunia diatas Harry Potter. 1 Kedua, Film Memoirs of Geisha adalah film yang diadaptasi dari novel yang berjudul serupa karya Arthur Golden. Film yang telah memenangkan 6 nominasi dalam Academy Awards ini diproduksi oleh Amblin Entertainment milik Steven Spielberg dan disutradarai oleh Rob Marshall. 2 Memoirs of Geisha dirilis di Amerika Serikat pada tanggal 9 Desember 2005 1 Quantum of Solace (2008) - International Box Office Results, Potter films most successful ever, CBBC, Diakses pada 15 Desember 2007, www.wikipedia.co.id (17 April 2010) 2 Situs resmi di Sony Pictures Diperoleh dari "http://id.wikipedia.org/wiki/Memoirs_of_a_Geisha" (23 November 2009)

Upload: others

Post on 03-Feb-2020

4 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Keyword: Representasi, Semiotika Abstract...Selalu ada pemaknaan baru dan pandangan baru dalam konsep representasi yang sudah pernah ada. Karena makna sendiri juga tidak pernah tetap,

Fakultas Ilmu Komunikasi – Universitas Mercu Buana Jl. Meruya Selatan Kembangan Jakarta Barat 11650 www.mercubuana.ac.id

REPRESENTASI PEREMPUAN SEBAGAI OBJEK SEKSUALITAS DALAM FILM

Oleh: Feni Fasta, M.Si dan Christina Arsi, S.Ikom

Keyword: Representasi, Semiotika

Abstract Women's representation in the media, especially television offer role models that encourage the

submission of women in the world of men, and which undermine self-esteem and proactive attitude of women. Representations in media texts can be said to function ideologically

throughout the representation that helped produce social relationships with respect to the domination and exploitation. Research on the James Bond movie "Quantum Of Solace" and the film Memoirs Of Geisha this method semiotics John Fiske. As a result, the James Bond movie "Quantum Of Solace" to place women as a 'friend to sleep' for the main character guy. James Bond films including the belief that states that the requirement Recreational sex has nothing to

do with love. Memoirs Of Geisha place women as 'commodities' that can be bought by men, 'the object of fantasy'. In Western movies, women volunteered to become a 'friend sleeping male

figure. While in Asian film, the women shown were forced into sexual objects. LATAR BELAKANG Perkembangan wacana mengenai feminisme belum tentu memposisikan perempuan pada tempat yang dominan. Film juga merupakan ranah dimana domimasi pria dipertontonkan.

Dua karya film yang dapat menggambarkan posisi perempuan sebagai objek seksualitas terlihat dari, pertama Film James Bond (007) yang mewakili budaya barat. Film James Bond disetiap serinya menampilkan sosok perempuan yang berbeda-beda, secara bebas dapat memberikan penghiburan dan kepuasan tersendiri bagi sang ‗Agen‘. Sebenarnya setiap film barat apapun genre filmnya akan menampilkan sosok perempuan, menyisipkan adegan percintaan yang menjurus pada freesexs. Kebebasan di dalam budaya barat membuat hasil karya film disana diciptakan tak lengkap tanpa sentuhan seksualitas, yang membiarkan karakter-karakter perempuannya tanpa perlawanan membendung gairah dari karakter lawan jenisnya. Cukup sulit memilih film barat yang sesuai namun akhirnya dijatuhkan pilihan pada film James Bond, karena film ini tetap eksis dengan judulnya walaupun tokoh atau pemeran James Bond selalu berubah. Tentunya alasan utamanya karena sang ‗Agen‘ diciptakan tidak pernah terlepas dari sosok perempuan cantik, baik sebagai pendamping maupun sebagai seterunya.

Selain itu serial film James Bond juga mampu meraup untung sampai 4 milyar dollar (2 milyar poundsterling, atau sekitar 11 milyar dollar bila dihitung termasuk nilai inflasi) secara keseluruhan di berbagai negara. Film ke-22 yang berjudul Quantum of Solace yang dirilis di AS tanggal 31 Oktober 2008 mampu meraup untung sekitar 161 juta dollar (sekitar 103 juta poundsterling), dan ini menempatkan James Bond sebagai film terlaris di dunia diatas Harry Potter.1

Kedua, Film Memoirs of Geisha adalah film yang diadaptasi dari novel yang berjudul serupa karya Arthur Golden. Film yang telah memenangkan 6 nominasi dalam Academy Awards ini diproduksi oleh Amblin Entertainment milik Steven Spielberg dan disutradarai oleh Rob Marshall.2 Memoirs of Geisha dirilis di Amerika Serikat pada tanggal 9 Desember 2005

1 Quantum of Solace (2008) - International Box Office Results, Potter films most successful ever, CBBC, Diakses

pada 15 Desember 2007, www.wikipedia.co.id (17 April 2010) 2 Situs resmi di Sony Pictures Diperoleh dari "http://id.wikipedia.org/wiki/Memoirs_of_a_Geisha" (23 November

2009)

Page 2: Keyword: Representasi, Semiotika Abstract...Selalu ada pemaknaan baru dan pandangan baru dalam konsep representasi yang sudah pernah ada. Karena makna sendiri juga tidak pernah tetap,

Fakultas Ilmu Komunikasi – Universitas Mercu Buana Jl. Meruya Selatan Kembangan Jakarta Barat 11650 www.mercubuana.ac.id

oleh Columbia Pictures, DreamWorks, dan Spyglass Entertainment. Film ini dibintangi oleh beberapa aktor dan aktris terkenal, seperti Zhang Ziyi, Ken Watanabe, Gong Li, Michelle Yeoh, Youki Kudoh, dan Suzuka Ohgo. Banyaknya penghargaan yang diperoleh film tersebut menunjukan bahwa karya budaya asia juga mampu bersaing. Selain itu film Memoirs of Geisha diangkat dari suatu fenomena nyata, bahkan menimbulkan kontroversial yang menyangkut kehidupan perempuan sebagai geisha.

Geisha—yang lebih dikenal pada abad ke-18 dan 19 ini--dalam pengertiannya menurut bahasa Jepang adalah ―pekerja seni‖ atau artis penghibur. Di Kyoto geisha disebut pula dengan kata geiko dan di Kansai disebut sebagai geigi. Sedangkan orang yang sedang belajar menjadi geisha sering disebut sebagai maiko yang telah dikenal sejak zaman Resorasi Meiji.

Di Jepang sendiri secara sempit geisha dianggap tidak sama dengan prostitusi. Namun demikian citra seorang geisha memang dispekulasikan secara tidak tepat oleh lingkungannya karena sering pertunjukkan seni seorang geisha memang sangat ekslusif di dalam ruangan tertutup, sehingga yang terjadi adalah penggambaran geisha seperti anggapan Barat selama ini, menganggap geisha sama saja dengan prostitusi. Secara tradisional dan peraturan seorang geisha didorong untuk tidak terlibat dengan kegiatan seksual dan hanya diperbolehkan melakukan hubungan seksual dengan pelanggan tetapnya di luar konteks perannya sebagai geisha. Seorang geisha akan dimiliki oleh satu orang danna, seorang pria kaya, yang memungkinkannya jatuh cinta pada danna-nya. Konvensi tradisi dan nilai-nilai hubungan geisha – danna ini penuh intrik dan tidak sepenuhnya pula dipahami oleh orang Jepang sendiri.

Saat ini geisha masih dapat ditemukan di rumah-rumah tradisional geisha atau okiya di hanamachi (kota kembang). Dua distrik geisha paling terkenal di Jepang adalah Gion Kyoto dan Gion Pontochō. Geisha dari distrik ini sering disebut geiko-san, mereka terlatih dan mengabdikan dirinya sebagai penghibur dan merupakan geisha terbaik dari yang ada di seluruh Jepang.3

TINJAUAN PUSTAKA Film Menurut Krishna, dalam bukunya The Image of Women in Indonesian Films, film merupakan salah satu medium, yang di dalamnya dapat menggambarkan citra dan posisi perempuan.4

Film berperan sebagai sarana baru yang digunakan untuk menyebarkan hiburan yang sudah menjadi kebiasaan terdahulu, serta menyajikan cerita, peristiwa, musik, drama, lawak dan sajian teknis lainnya kepada masyarakat umum.5 Film sebagai salah satu bentuk media mampu mengatur hal apa saja yang diberikan kepada kita, memilihkan hal-hal yang dianggap penting dan menghilangkan hal yang tidak dianggap penting. Ini artinya ―mengatur dunia kita‖.6

Dalam banyak penelitian tentang dampak film terhadap masyarakat, hubungan antara film dan masyarakat selalu dipahami secara linier. Artinya, film selalu mempengaruhi dan membentuk masyarakat berdasarkan muatan pesan (message) di baliknya, tanpa pernah berlaku sebaliknya. Kritik yang muncul terhadap perspektif ini didasarkan atas argumen bahwa

3 http://creasiana.multiply.com/indonesian community, (14 Januari 2009)

4 Djati Wahjuni & Elly Julia, Wanita Indonesia Sari Karangan I, (Jakarta: Pusat Dokumentasi Ilmiah Nasional

Lembaga Pengetahuan Indonesia), 1984, Hal.33 5 Denis McQuail, Teori Komunikasi Massa: Suatu Pengantar, (Jakarta: Erlangga), 1987, Hal.13

6 Idi Subandi Ibrahim & Hanif Suranto, Wanita dan Media: Konstruksi Ideologi Gender Dalam Ruang Publik

Orde Baru, (Bandung: Remaja Rosdakarya), 1998, Hal.295

Page 3: Keyword: Representasi, Semiotika Abstract...Selalu ada pemaknaan baru dan pandangan baru dalam konsep representasi yang sudah pernah ada. Karena makna sendiri juga tidak pernah tetap,

Fakultas Ilmu Komunikasi – Universitas Mercu Buana Jl. Meruya Selatan Kembangan Jakarta Barat 11650 www.mercubuana.ac.id

film adalah potret dari masyarakat di mana film itu dibuat. Film selalu merekam realitas yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat, dan kemudian memproyeksikannya ke atas layar.7

Film memiliki kemampuan untuk menarik perhatian orang dan sebagian lagi didasari oleh alasan bahwa film memiliki kemampuan mengantar pesan secara unik. Ringkasnya, terlepas dari dominasi penggunaan film sebagai alat hiburan dalam sejarah film, tampaknya ada semacam aneka pengaruh yang menyatu dan mendorong kecenderungan sejarah film menuju ke penerapannya yang bersifat didaktik-propagandis, atau dengan kata lain bersifat manipultaif. Mungkin saja film pada dasarnya memang mudah dipengaruhi oleh tujuan manipulatif, karena film memerlukan penanganan yang lebih bersungguh-sungguh dan konstruksi yang lebih artifasial pula atau manipulasi, daripada media lainnya.8

Televisi dan film telah mengembangkan hubungan di mana yang satu membantu yang lain. Film mengalami integrasi besar- besaran dengan media lainnya, terutama dengan penerbit buku, musik populer, dan bahkan dengan televisi sendiri. Terlepas dari kenyataan menurunnya jumlah penonton film, film justru mampu mencapai kekhususan tertentu, yaitu sebagai sarana pameran bagi media lain dan sebagai sumber budaya yang berkaitan erat dengan buku, film kartun, bintang televisi dan film seri, serta lagu. Dengan demikian, dewasa ini film berperan sebagai pembentuk budaya massa.9

Representasi Media Representasi adalah sesuatu yang merujuk pada proses yang dengannya realitas disampaikan dalam komunikasi, via kata-kata, bunyi, citra atau kombinasinya.10 Menurut Stuart Hall, ada dua proses representasi. Pertama, representasi mental. Yaitu konsep tentang ‖sesuatu‖ yang ada di kepala kita masing-masing (peta konseptual). Representasi mental ini masih berbentuk sesuatu yang abstrak. Kedua, ‖bahasa‖, yang berperan penting dalam proses konstruksi makna. Konsep abstrak yang ada dalam kepala kita harus diterjemahkan dalam ‖bahasa‖ yang lazim, supaya kita dapat menghubungkan konsep dan ide-ide kita tentang sesuatu dengan tanda dan simbol-simbol tertentu.

Proses pertama memungkinkan kita untuk memaknai dunia dengan mengkonstruksi seperangkat rantai korespondensi antara sesuatu dengan system ‖peta konseptual‖ kita. Dalam proses kedua, kita mengkonstruksi seperangkat rantai korespondensi antara ‖peta konseptual‖ dengan bahasa atau simbol yang berfungsi merepresentasikan konsep-konsep kita tentang sesuatu. Relasi antara ‖sesuatu‖, ‖peta konseptual‖, dan ‖bahasa atau simbol‖ adalah jantung dari produksi makna lewat bahasa. Proses yang menghubungkan ketiga elemen ini secara bersama-sama itulah yang disebut representasi.

Konsep representasi bisa berubah-ubah. Selalu ada pemaknaan baru dan pandangan baru dalam konsep representasi yang sudah pernah ada. Karena makna sendiri juga tidak pernah tetap, ia selalu berada dalam proses negosiasi dan disesuaikan dengan situasi yang baru. Intinya adalah: makna tidak inheren dalam sesuatu di dunia ini, ia selalu dikonstruksikan, diproduksi, lewat proses representasi. Ia adalah hasil dari praktek penandaan. Praktek yang membuat sesuatu hal bermakna sesuatu.11

Representasi menunjuk baik pada proses maupun produk dari pemaknaan suatu tanda. Representasi juga bisa berarti proses perubahan konsep-konsep ideologi yang abstrak dalam

7 Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, (Bandung: Remaja Rosdakarya), 2004, Hal.127

8 Denis McQuail, Op.Cit, Hal.14

9 Ibid, Hal.15

10 John Fiske, Cultural and Communication Studies, (Yosal Iriantara & Idi Subandi Ibrahim, Trans: Yogyakarta:

Jala Sutra), 1990, Hal.282 11

Nuraini Juliastuti, Bagaimana Representasi Menghubungkan Makna dan Bahasa Dalam Kebudayaan, (20

September 2006), http://www.kunci.or.id/teks/04rep2.htm

Page 4: Keyword: Representasi, Semiotika Abstract...Selalu ada pemaknaan baru dan pandangan baru dalam konsep representasi yang sudah pernah ada. Karena makna sendiri juga tidak pernah tetap,

Fakultas Ilmu Komunikasi – Universitas Mercu Buana Jl. Meruya Selatan Kembangan Jakarta Barat 11650 www.mercubuana.ac.id

bentuk-bentuk yang konkret. Jadi, pandangan-pandangan hidup kita tentang perempuan, anak-anak, atau laki-laki misalnya, akan dengan mudah terlihat dari cara kita memberi hadiah ulang tahun kepada teman-teman kita yang laki-laki, perempuan dan anak-anak. Begitu juga dengan pandangan-pandangan hidup kita terhadap cinta, perang, dan lain-lain akan tampak dari hal-hal yang praktis juga. Representasi adalah konsep yang digunakan dalam proses sosial pemaknaan melalui sistem penandaan yang tersedia: dialog, tulisan, video, film, fotografi, dan sebagainya. Secara ringkas representasi adalah produksi makna melalui bahasa.

Menurut Stuart Hall, representasi adalah salah satu praktek penting yang memproduksi kebudayaan. Kebudayaan merupakan konsep yang sangat luas, kebudayaan menyangkut ‘pengalaman berbagi‘. Seseorang dikatakan berasal dari kebudayaan yang sama jika manusia-manusia yang ada di situ membagi pengalaman yang sama, membagi kode-kode kebudayaan yang sama, berbicara dalam ‘bahasa‘ yang sama, dan saling berbagi konsep-konsep yang sama.

Bahasa adalah medium yang menjadi perantara kita dalam memaknai sesuatu, memproduksi dan mengubah makna. Bahasa mampu melakukan semua ini karena ia beroperasi sebagai sistem representasi. Lewat bahasa (simbol-simbol dan tanda tertulis, lisan atau gambar) kita mengungkapkan pikiran, konsep, dan ide-ide kita tentang sesuatu. Makna sesuatu hal sangat tergantung dari media ‘merepresentasikannya‘. Dengan mengamati kata-kata yang kita gunakan dan imej-imej yang kita gunakan dalam merepresentasikan sesuatu bisa terlihat jelas nilai-nilai yang kita berikan pada sesuatu tersebut.12

Istilah representasi merupakan penggambaran (perwakilan) kelompok-kelompok dan institusi sosial. Penggambaran itu tidak hanya berkenaan dengan tampilan fisik (appearance) dan deskripsi, melainkan juga terkait dengan makna (atau nilai) dibalik tampilan fisik. Tampilan fisik representasi adalah suatu jubah yang menyembunyikan betuk makna sesungguhnya yang ada di baliknya.13 Persepsi tentang reresentasi (penggambaran) realitas oleh mediakhususnya televisi dapat diperoleh melalui pengalaman. Pengalaman tersebut membentuk penilaian. Ada 3 pengalaman dimana penilaian tersebut bias dibentuk:14

1. Membaca ungkapan (kata-kata/gagasan) dan perilaku nonverbal (visual) orang-orang didalam televisi tak ubahnya membacanya dalam kehidupan nyata atau pengalaman sosial.

2. Penilaian yang cenderung dibuat mellui pengalaman dengan media saat membaca ‗karakter-karakter‘ atau cerita televisi.

3. Proses encoding materi televisi oleh para pembuatnya (misalnya melalui kamera) atau sebuah pengalaman tidak langsung. Bisa dikatakan bahwa representasi mengharuskan kita berurusan dengan persoalan

bentuk. Cara penggunaan televisi-lah yang menyebabkan khalayak membangun makna yang merupakan esensi dari representasi. Sampai pada tingkat ini, representasi juga berkaitan dengan produksi simbolik yaitu pembuatan tanda-tanda dalam kode-kode dimana kita menciptakan makna-makna. Dengan mempelajari representasi, kita mempelajari pembuatan, kontruksi makna. Karenanya, representasi juga berkaitan dengan penghadiran kembali (re-presenting), bukan gagasan asli atau objek fisikal asli, melainkan sebuah re-presentasi atau sebuah versi yang dibangun darinya.15

12

Ibid, Nuraini Juliastuti 13

Graeme Burton, Membincangkan Televisi, (Yogyakarta&Bandung: JalaSutra), 2007, Hal.41-42 14

Ibid 15

Ibid, Hal.285

Page 5: Keyword: Representasi, Semiotika Abstract...Selalu ada pemaknaan baru dan pandangan baru dalam konsep representasi yang sudah pernah ada. Karena makna sendiri juga tidak pernah tetap,

Fakultas Ilmu Komunikasi – Universitas Mercu Buana Jl. Meruya Selatan Kembangan Jakarta Barat 11650 www.mercubuana.ac.id

Representasi dalam teks media boleh dikatakan berfungsi secara ideologis sepanjang representasi itu membantu memproduksi hubungan social yang berkenaan dengan dominasi dan eksploitasi.16

Representasi Perempuan Dalam Film Menurut pandangan kaum feminis, media-media massa berperan besar dalam membentuk pandangan masyarakat tentang perempuan, terutama sinema atau film. Sejak dimulainya sejarah sinema, kaum perempuan tidak memiliki peran yang signifikan. Mereka selalu menjadi kaum pinggiran dan hanya dimanfaatkan dalam melodrama yang menyentuh hati, sinema-sinema horor, atau film-film yang bertema seksual. Seiring dengan meluasnya gerakan feminisme, bentuk kehadiran perempuan dalam sinema pun mengalami perubahan.

Pada satu abad yang lalu, yaitu sejak dimulainya industri sinema, perempuan hanya dihadirkan sebagai penghias sementara laki-laki ditampilkan sebagai lakon utama dan pahlawan pembebas. Peran perempuan dalam sinema hanya dijadikan bahan eksploitasi. Laura Mulvey, seorang aktivis feminisme, menyatakan bahwa sinema adalah alat untuk memenuhi kesenangan laki-laki.17

Menurut Aripurnami (1996), secara umum perempuan dalam film Indonesia digambarkan hanya sebagai pelengkap dalam keseluruhan cerita. Kalaupun peran perempuan menjadi peran utama, peran itu berkaitan dengan pandangan bahwa posisi perempuan ada di lingkup domestik, sebagai ibu, istri yang baik di dalam rumah tangganya, kekasih atau anak perempuan yang penurut. Perempuan secerdas dan sesukses apapun bila telah menikah ia tidak boleh terlalu mandiri, karena suami akan menoleh pada perempuan lain yang dianggap lebih membutuhkannya. Selain itu perempuan ditampilkan dengan menggunakan busana yang tembus pandang hingga adegan-adegan hubungan seksualnya yang cukup eksplisit. Perempuan dalam film Indonesia sekarang hampir identik dengan ―buka-bukaan‖.

Menurut Jakob Sumardjo, dalam bukunya a peaceful home: women in Indonesian literature, gambaran perempuan dalam kesusastraan Indonesia berbeda-beda, tergantung apakah pengarangnya perempuan atau pria, dan periode waktu karya itu ditulis, apakah sebelum atau sesudah revolusi. Umumnya pengarang wanita tidak begitu berhasil menggambarkan karakter wanita dibanding pengarang pria. Novel yang ditulis wanita lebih banyak mengenai kehidupan rumah tangga daripada tentang citra atau karakter wanita.18

Pada tahun 1988, Myra Diarsi, dalam kesempatan diskusi yang diadakan oleh Komite Film Dewan Kesenian Jakarta berkesimpulan bahwa dalam film Indonesia, perempuan yang diterima adalah perempuan yang menikah dan bernaung di bawah lelaki, sedangkan perempuan yang mencoba untuk mandiri adalah terkutuk dan contoh dari kekalahan hidup. Perempuan selalu digambarkan kurang akal, mudah menangis, judes, cerewet dan sesuatu yang dapat dinikmati baik kecantikan maupun tubuhnya.19

Seksualitas Seksualitas memiliki arti yang lebih luas karena meliputi bagaimana seseorang merasa tentang diri mereka dan bagaimana mereka mengkomuniksikan perasaan tersebut terhadap orang lain melalui tindakan yang dilakukannya seperti, sentuhan, ciuman, pelukan, senggama, atau melalui perilaku yang lebih halus seperti isyarat gerak tubuh, etiket, berpakaian, dan perbendaharaan kata. Lebih lanjut Menurut Raharjo yang dikutip oleh Nurhadmo menjelaskan

16

Pengertian Perempuan, (20 Februari 2008), www.wikipedia.co.id/search/pengertian perempuan 17

Perempuan Di layar Sinema, (n.d), (3 Maret 2006), http://www.irib.ir/worldservice/melayu

RADIO/perempuan/perm_sinema.htm 18

Djati Wahjuni & Elly Julia, Loc.Cit 19 Ibrahim dan Suranto, Loc.Cit

Page 6: Keyword: Representasi, Semiotika Abstract...Selalu ada pemaknaan baru dan pandangan baru dalam konsep representasi yang sudah pernah ada. Karena makna sendiri juga tidak pernah tetap,

Fakultas Ilmu Komunikasi – Universitas Mercu Buana Jl. Meruya Selatan Kembangan Jakarta Barat 11650 www.mercubuana.ac.id

bahwa seksualitas merupakan suatu konsep, kontruksi sosial terhadap nilai, orientasi, dan aperilaku yang berkaitan dengan seks.20 Ensiklopedia Feminisme yang buku aslinya berjudul Dictionary Of Feminist Theories ditulis oleh Maggie Humm, mencantumkan ‖Sex‖ yang secara langsung diterjemahkan sebagai ‖jenis kelamin‖. Dalam entri seks (baca:Jenis Kelamin), ditulis, ‖Teori feminis mendifinisikan jenis kelamin hanya sebagai kondisi biologis seseorang, apakah dia secara anatomi laki-laki atau perempuan‖. Sedangkan seksualitas diterangkan sebagai, ‖Proses sosial yang menciptakan, mengorganisir dan mengekspresikan serta mengarahkan hasrat.[...] feminisme percaya bahwa bentuk-bentuk seksualitas bukanlah suatu yang inheren dalam diri perempuan melainkan merefleksikan institusi politik dan budaya yang mempengaruhi kondisi kehidupan dan kesadaran individu‖.

Definisi seks dan seksualitas tersebut, dianggap memenuhi satu bagian dari seksualitas, tetapi tidak melingkupi apa yang dipertimbangkan sebagai seks dan seksualitas. Lebih dari sekedar fakta biologis, atau kebutuhan fisik, atau tugas reproduksi, atau pun produk dari struktur sosial budaya, seks lebih mencakup pada kebutuhan psikis manusia. Patricia Spencer Faunce dan Susan Phipps Yonas mengatakan, ‖Seksualitas mencakup kegiatan yang paling manusiawi yang tidak harus bertujuan untuk memenuhi tugas reproduksi, dan bahwa kenikmatan bukanlah satu-satunya dan bukan pula tujuan utama dari hubungan seks antarmanusia. Dengan pemikiran seperti itu, seks bukan sekedar kegiatan atau penampilan, kinerja (atau prestasi), melainkan cara untuk berkomunikasi dan berekspresi.21

Michael et al (1994) membagi sikap dan keyakinan individu tentang seksualitas menjadi tiga kategori :22

a. Tradisional : keyakinan keagamaan selalu dijadikan pedoman bagi perilaku seksual mereka. Dengan demikian homoseksual, aborsi, dan hubungan seks pranikah dan diluar nikah selalu dianggap sebagai sesuatu yang salah.

b. Relasional : berkeyakinan bahwa seks harus menjadi bagian dari hubungan saling mencintai, tetapi tidak harus dalam ikatan pernikahan.

c. Rekreasional : menyatakan bahwa kebutuhan seks tidak ada kaitannya dengan cinta. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode semiotika menurut John Fiske. Fiske berbicara tentang The Codes of Television.23 bahwa peristiwa yang dinyatakan telah dienkode oleh kode-kode sosial adalah sebagai berikut: 1. Level Realitas (reality)

Bagaimana suatu peristiwa dikonstruksikan sebagai realitas oleh media. Yang berhubungan dengan kode-kode sosial antara lain, penampilan (appearance), kostum (dress), riasan (make-up), lingkungan (environment), kelakuan tersusun atas realitas eksternal atau makna (behavior), dialog (speech), gerakan (gesture), ekspresi (expression), suara (sound).

2. Level Representasi (representation) Berhubungan dengan kode-kode sosial antara lain, kamera (camera), pencahayaan (lightning), perevisian (editing), musik (music), suara (sound).

20

Ibid 21

Patricia Spencer Faunce and Susan Phipps-Yonas, Women`s Liberation and Human Sexual Relations, dalam

Juanita H. Williams, Psychology og Women,(WW Norton&Company, Inc), 1979, Hal.230 22

Iwan Purnawan, Loc.Cit

23

John Fiske, Op.Cit, Hal.4

Page 7: Keyword: Representasi, Semiotika Abstract...Selalu ada pemaknaan baru dan pandangan baru dalam konsep representasi yang sudah pernah ada. Karena makna sendiri juga tidak pernah tetap,

Fakultas Ilmu Komunikasi – Universitas Mercu Buana Jl. Meruya Selatan Kembangan Jakarta Barat 11650 www.mercubuana.ac.id

3. Level Ideologi (ideology) Berhubungan dengan kode-kode sosial antara lain, narasi (narrative), konflik (conflict), karakter (character), aksi (action), dialog (dialogue), latar (setting), pemeran (casting), dan lain-lain.

Dalam penelitian ini dengan subjek penelitiannya yaitu film ―James Bond‖,‖Memoirs Of Geisha‖ peneliti hanya sebatas menganalisis dengan menggunakan kode-kode sosial sebagai berikut: karakter, dialog, gerakan, dan ekspresi. Peneliti menggunakan unit analisis gerakan dan ekspresi, yang adalah komunikasi non-verbal, dikarenakan pesan non-verbal itu sangat penting, dengan alasan : 1). Sebanyak 93% dampak pesan non-verbal sangat menentukan makna dalam komunikasi

interpersonal. 2). Sebanyak 55% perasaan dan emosi dikomunikasikan melalui ungkapan wajah (senyum,

kontak mata, dan sebagainya) dikarenakan lebih cermat disampaikan lewat pesan non-verbal daripada verbal.;

3). Pesan non-verbal menyampaikan makna dan maksud yang relatif bebas dari penipuan, distorsi, dan kerancuan.

4). Pesan non-verbal memberi informasi tambahan yang memperjelas maksud dan makna pesan yang sangat diperlukan untuk mencapai komunikasi yang berkualitas tinggi

5). Ada situasi komunikasi yang menuntut kita untuk mengungkapkan gagasan atau emosi melalui pesan-pesan non-verbal.24

Sedangkan alasan penggunaan unit analisis dialog, dikarenakan dialog adalah bahasa verbal yang saling melengkapi, meneguhkan, dan menjelaskan bahasa non-verbal (gerakan dan ekspresi). Sehingga, menurut Jalaludin Rakhmat (2005) dari petunjuk-petunjuk verbal dan nonverbal yang ada dapat diketahui karakteristik orang lain. A. Karakter Karakter atau tokoh adalah tokoh yang melakukan dialog di adegan tersebut. Karakter boleh bermacam-macam, tidak harus manusia mungkin saja binatang, tumbuhan atau benda lain yang dipersonifikasikan.25 Karakter adalah pemain yang melakukan dialog dalam scene dan selalu ditulis dalam huruf.

Karakter dapat berupa manusia (laki-laki dan perempuan), hewan, robot, komputer atau makhluk-makhluk tertentu yang berperan dalam isi dialog.26 Karakter adalah sifat-sifat kejiwaan, akhlak, atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari yang lain, tabiat, dan watak. Karakter berasal dari kata „char.ac.ter (kar‘ikter) yang berarti jumlah keistimewaan dan sifat-sifat yang membentuk suatu sikap alami dari seseorang atau sesuatu; sifat-sifat atau karakteristik dari seseorang; kualitas atau kesatuan moral; status atau kapasitas seseorang khususnya dengan referensi perilaku atau kepribadian. B. Dialog Dialog merupakan bentuk penyajian kata-kata yang akan diucapkan oleh pemeran karakter, sebagai gambaran dari logika berpikir, latar belakang serta interaksi tokoh dengan tokoh yang lain. Dialog juga mengantarkan alur cerita.27 Dialog menggambarkan berbagai ucapan yang disampaikan dari seorang karakter. Dialog menggambarkan logika berpikir dan berinteraksi sang karakter.28 C. Gerakan

24

Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, (Bandung: Remaja Rosdakarya), 2005 25

M.Bayu Widagdo&Winastwan Gora, Bikin Sendiri Film Kamu, (Yogyakarta: PD. Anindya), 2004, Hal.24 26 Sita Sidharta&Z.Sony, Menjadi Penulis Skenario Profesional, (Jakarta: PT.Grasindo), 2004, Hal.74 27

M.Bayu Widagdo&Winastwan Gora, Loc.Cit 28 Sita Sidharta&Z.Sony, Op.Cit, Hal.78

Page 8: Keyword: Representasi, Semiotika Abstract...Selalu ada pemaknaan baru dan pandangan baru dalam konsep representasi yang sudah pernah ada. Karena makna sendiri juga tidak pernah tetap,

Fakultas Ilmu Komunikasi – Universitas Mercu Buana Jl. Meruya Selatan Kembangan Jakarta Barat 11650 www.mercubuana.ac.id

Gerakan merupakan suatu bentuk komunikasi non-verbal, yang dibentuk dengan menggerakkan beberapa bagian tubuh. Bahasa tubuh lebih banyak digunakan daripada komunikasi verbal, atau sebagai suatu kombinasi antara komunikasi verbal dan non-verbal dalam komunikasi. Gerakan sangat beraneka ragam caranya untuk menyatakan perasaan dan pemikiran, dari penghinaan dan permusuhan ke persetujuan dan kasih sayang. Sebagian orang menggunakan bahasa isyarat dan bahasa tubuh sebagai tambahan terhadap kata-kata ketika berbicara. Beberapa suku dan bahasa menggunakannya lebih dari pada yang lainnya, dan sejumlah bahasa tubuh secara kultural bisa diterima sebagai variasi dari satu penempatan kepada yang berikutnya. Walaupun beberapa bahasa tubuh, seperti tindakan yang menunjukkan ada di mana-mana, memiliki perbedaan kecil dari satu tempat ke tempat lainnya. Sebagian besar gerakan tidak mempunyai arti yang universal atau tidak berubah-ubah, mempunyai konotasi tertentu hanya dalam kultur tertentu.29 D. Ekspresi Ekspresi merupakan pesan fasial yang menggunakan air muka untuk menyampaikan makna tertentu. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa wajah dapat menyampaikan paling sedikit sepuluh kelompok makna : kebahagiaan, rasa terkejut, ketakutan, kemarahan, kesedihan, kemuakan, pengecaman, minat, ketakjuban, dan tekad. Leathers menyimpulkan penelitian-penelitian tentang wajah sebagai berikut : (1) wajah mengkomunikasikan penilaian dengan ekspresi senang dan tidak senang, yang

menunjukkan apakah komunikator memandang objek penelitiannya baik atau jelek; (2) wajah mengkomunikasikan berminat atau tidak berminat pada orang lain atau lingkungan; (3) wajah mengkomunikasikan intensitas keterlibatan dalam suatu situasi; (4) wajah mengkomunikasikan tingkat pengendalian individu terhadap pernyataannya sendiri; (5) wajah mengkomunikasikan adanya atau kurangnya pengertian.30 HASIL DAN PEMBAHASAN Film Memoirs Of A Geisha

A. Karakter Sayuri a) Pelukisan Fisik Tokoh Sayuri

Sayuri adalah tokoh wanita yang cantik bermata biru. Dalam sebuah karya audio-visual seperti film, akan lebih sulit menggambarkan fisik seorang tokoh. Disini peneliti mencoba menampilkan gambaran fisik tokoh Sayuri untuk mempertegas hasil analisis.

Kecantikan Sayuri dijabarkan secara langsung oleh seorang tokoh pria, seorang Bangsawan yang mengungkapkan secara langsung cantiknya seorang Sayuri dengan mata indahnya.

…Secantik kakaknya (Memandang Sayuri dari atas sampai bawah) Dan dengan warna mata seperti hujan…

Gambar 1 Wajah/Paras Sayuri Inilah sosok Sayuri yang digambarkan dalam film Memoirs Of Geisha, memiliki mata biru jernih seperti air. Berparas cantik dengan mahkota rambut panjang yang terurai bagus. Menggambarkan kesempurnaan sosok wanita yang diidam-idamkan para pria.

29

Gesture, (25 januari 2005), 20 Mei 2006, http://en.wikipedia.org/wiki.gesture 30

Jalaluddin Rakhmat, Op.Cit, Hal.289-290

Page 9: Keyword: Representasi, Semiotika Abstract...Selalu ada pemaknaan baru dan pandangan baru dalam konsep representasi yang sudah pernah ada. Karena makna sendiri juga tidak pernah tetap,

Fakultas Ilmu Komunikasi – Universitas Mercu Buana Jl. Meruya Selatan Kembangan Jakarta Barat 11650 www.mercubuana.ac.id

Gambar 2 Fisik Sayuri dengan Kimono

Tubuh Sayuri dibalut dengan kimononya yang berwarna kuning gading, obi atau pengikat kimono dengan warna serupa dipadu dengan warna merah dan hijau.

Gambar 3 Topeng Putih Miyako Sayuri Tokoh Sayuri yang telah menjadi seorang Maiko. Maiko merupakan peralihan awal sebelum menjadi seorang Geisha. Dengan kapur putih yang memoles wajahnya seperti bedak. Warna merah tebal menghiasi bibirnya. Sehingga tokoh Sayuri mengatakan bahwa Chiyo telah menghilang dibelakang topeng putih dengan bibir merah.

…Ketika Mameha memberikan aku nama baru, aku merasa Chiyo menghilang dibelakang topeng putih dengan bibir merah. Aku seorang Maiko sekarang. Seorang murid Geisha…

Tak lupa dengan rambut panjangnya yang dikonde keatas dan diberikan pemanis berupa hiasan bunga dikepalanya. Disebutkan pula oleh sang guru bahwa penderitaan dan kecantikan bagi seorang Geisha hidup berdampingan. Untuk menjadi Geisha kaki dan jari-jari akan menderita, bahkan untuk duduk dan tidur akan terasa menyakitkan.

…Penderitaan dan kecantikan, untuk kita, hidup berdampingan… …Kakimu akan menderita, jarimu akan berdarah. Bahkan untuk duduk dan tidur akan menyakitkan…

Bisa dibayangkan ternyata kecantikan wanita sebagai Geisha membutuhkan persiapan yang tidak main-main. Dari kecil harus terpisah dengan keluarganya, belajar di sekolah Geisha, setelah menjadi Maiko harus disiksa dengan lapisan Kimono yang diikat ketat mengikat pinggangnya dengan kain pengikat atau obi. Belum lagi dengan make up putih yang menutupi kulit wajah hingga punggung.

Gambar 4 Berjalan dengan Bakiak

Tidak lupa harus berjalan diatas bakiak tinggi dan yang terasa menyakitkan adalah sasakan rambut yang seakan-akan dapat mengangkat kulit kepala.

Tokoh Sayuri menjalani semua proses menyakitkan itu hingga tampil menjadi Geisha sesungguhnya. Walaupun semua Geisha menjalani proses yang sama, namun keunikan yang dimiliki Sayuri dari para Geisha lainnya adalah mata birunya yang mempercantik penampilannya serta memperkuat karakternya.

Page 10: Keyword: Representasi, Semiotika Abstract...Selalu ada pemaknaan baru dan pandangan baru dalam konsep representasi yang sudah pernah ada. Karena makna sendiri juga tidak pernah tetap,

Fakultas Ilmu Komunikasi – Universitas Mercu Buana Jl. Meruya Selatan Kembangan Jakarta Barat 11650 www.mercubuana.ac.id

b) Pelukisan Karakter Tokoh Sayuri Karakter adalah sifat-sifat kejiwaan, akhlak, atau budi pekerti yang membedakan

seseorang dari yang lain, tabiat, dan watak. Dalam sosok tokoh Sayuri dijelaskan secara langsung melalui penjelasan sang tokoh sendiri yang dijabarkan lewat Voice Over seperti ada narator yang memperdalam cerita.

Dalam Voice Over disebutkan tokoh Sayuri kecil yang masih bernama Chiyo memiliki karakter seperti air. Yang dijabarkan oleh narator bahwa karakter itu diberikan oleh Ibunya.

…Ibu selalu berkata…padaku aku seperti air. Air bisa mengukir jalannya, bahkan menembus batu. Dan ketika terjebak, air membuat jalan baru…

Kepribadian Sayuri yang dipenuhi air itu diperdalam juga oleh pengakuan para tokoh lainnya dengan melihat mata biru Sayuri yang melambangkan karakter air dalam kepribadian sang tokoh.

…Biar aku lihat mata itu (Mencengkram kedua pipi Chiyo / Sayuri kecil dengan satu tangannya) Lihat aku. Terlalu banyak air…

Pengakuan diatas dijabarkan oleh Ny. Nitta atau Ibu pemilik Okiya (rumah geisha),

saat melihat Chiyo / Sayuri waktu kecil. Pengakuan itu diperkuat oleh salah seorang pembantu di Okiya tersebut bahwa air akan mampu melawan api.

…Okasan, sedikit air bagus untuk melawan api. Kami tidak perlu khawatir tentang kebakaran okiya…

Mameha, sang guru juga berkata kepada Sayuri yang memiliki berlimpah air pada

keperibadiannya. …(Menangkup dagu Chiyo / Sayuri) Aku melihat air didirimu…Air sangat kuat. Bisa mencuci dunia, menghilangkan api dan bahkan menghancurkan besi...

Karakter air yang menonjol pada diri tokoh Sayuri melambangkan kehidupannya yang

mengalir bagaikan air. Dengan air dikepribadiannya maka tokoh Sayuri seakan-akan tidak memikirkan kemana dirinya terbawa. Ia hanya mengalir sesuai arus yang membawanya. Mengalir kemana bentang alam membawa hidupnya, hingga membawanya menjadi seorang Geisha ternama.

B. Dialog

Dialog merupakan bentuk penyajian kata-kata yang akan diucapkan oleh pemeran karakter, sebagai gambaran dari logika berpikir, latar belakang serta interaksi tokoh dengan tokoh yang lain. Dialog-dialog yang dianalisis dalam penelitian ini menyangkut tentang representasi tokoh Sayuri dan Hatsumomo sebagai sosok Geisha khususnya sebagai objek seksualitas.

Dalam pelajarannya menjadi seorang Geisha Sayuri diberikan nasihat berarti oleh sang guru. Mameha mengatakan tentang kehidupan seorang Geisha.

…Geisha bukan gundik. Dan kita bukan istri. Kita menjual kemampuan kita, bukan badan kita. Kita menciptakan dunia rahasia yang lain. Sebuah tempat hanya untuk kecantikan. Kata

Page 11: Keyword: Representasi, Semiotika Abstract...Selalu ada pemaknaan baru dan pandangan baru dalam konsep representasi yang sudah pernah ada. Karena makna sendiri juga tidak pernah tetap,

Fakultas Ilmu Komunikasi – Universitas Mercu Buana Jl. Meruya Selatan Kembangan Jakarta Barat 11650 www.mercubuana.ac.id

“Geisha” artinya “Seniman”. Dan untuk menjadi seorang geisha hanya boleh dinilai sebagai seni yang bergerak…

Terpapar bagaimana sebenarnya arti geisha, seni yang bergerak. Namun kebebasan seorang geisha untuk mencintai sangatlah dibatasi, bahkan dilarang. Terpapar bahwa geisha bukan gundik atau wanita simpanan bukan juga seorang istri, namun tetap harus menyerahkan Mizuage (keperawanan) pada pria yang membayarnya tinggi.

Dialog lain yang memperkuat kehidupan seorang geisha hidup dalam keterbatasan dalam hal cinta. Mereka hanya akan melayani pria yang mampu membayarnya mahal, bukan untuk pria yang mereka cintai. Dialog tersebut diujarkan oleh Ny.Nitta kepada Hatsumomo saat memergoki Hatsumomo bersenggama dengan pria yang dicintainya yaitu Koichi yang bukan seorang pria berstatus sosial tinggi.

…(Menampar Hatsumomo) Kamu tidak boleh bertemu dengannya lagi. Apa yang kamu pikir? Seorang geisha bebas mencintai? Tidak akan…

Semakin jelas kedudukan seorang geisha, sebagai seorang wanita dibalik predikat pekerja seni ternyata terkunci dalam dunia para pria yang memiliki kuasa, harta, dan status sosial untuk ‗diperdagangkan / dilelang‘ sebelum dimiliki oleh pria yang memberi penawaran harga paling tinggi.

Bahkan Tokoh Sayuri diharuskan untuk melukai pahanya sendiri oleh sang guru untuk menarik perhatian seorang dokter.

…(Mengambil pisau dan menyerahkannya pada Sayuri) Sekarang potong kakimu dimana aku tandai…

Komentar sang dokter yang melihat mata biru Sayuri juga menunjukkan bahwa Geisha merupakan ‗barang dagangan‘.

…Dengan mata itu, kamu merupakan barang dagangan utama…

Sosok wanita, seperti seorang Geisha hanya merupakan ‗barang dagangan‘ yang bisa ‗dibeli‘ bahkan ‗dilelang‘. Seorang Geisha harus menjual penampilannya dihadapan banyak pria yang akan memberikan penawaran harga. Setelah memperoleh penawaran tertinggi maka pria itu menjadi Danna bagi sang geisha. Danna merupakan seorang pelindung bagi seorang geisha. Danna adalah pria yang berhasil menawar harga paling tinggi untuk Mizuage (keperawanan) seorang geisha.

Sayuri berbeda dengan Hatsumomo dalam menjalani kehidupan sebagai seorang geisha. Hatsumomo menjalani kehidupannya sebagai geisha dengan membebaskan dirinya memilih seorang pria yang dicintainya, sehingga dia tidak pernah memiliki Danna. Seperti yang diucapkan oleh seorang kawannya yang bernama Korin tentang seorang pria bernama Koichi.

…Aku tahu kamu ingin seseorang, dan namanya Koichi…

Sedangkan Sayuri lebih memilih untuk menyembunyikan perasaannya dalam-dalam. …Aku memeriksa surat kabar mencari foto Ketua. Apapun untuk mengawetkan momen ini bersama. Momen yang dicuri, ketika aku dipaksa untuk memperhatikan Nobu…Aku membuat janji rahasia: Bersama dengan fotonya, aku akan mengunci hatiku dan menyimpannya untuknya…

Page 12: Keyword: Representasi, Semiotika Abstract...Selalu ada pemaknaan baru dan pandangan baru dalam konsep representasi yang sudah pernah ada. Karena makna sendiri juga tidak pernah tetap,

Fakultas Ilmu Komunikasi – Universitas Mercu Buana Jl. Meruya Selatan Kembangan Jakarta Barat 11650 www.mercubuana.ac.id

Lambang lain sebagai tanda ‗penjualan‘ ditunjukan dengan sekepal kue nasi yang

disebut Ekubo. Maiko atau murid geisha yang telah matang akan memberikan ekubo pada beberapa pria yang akan memberikan penawaran pada mizuagenya.

…Ekubo. Di waktu yang pas, berikan kepada Nobu secara diam-diam…Dia akan tahu artinya…

…Ketika kamu memberikan kue nasi ke dokter Crab, itu sebuah tanda yang mengatakan mizuagemu sudah matang untuk dijual…

Mameha merencanakan pentas tunggal untuk Sayuri dengan bakat yang dimiliki Sayuri, maka sang guru akan menjaring ratusan pria untuk melihat penampilan Sayuri.

…Sudah waktunya kita melempar jaring yang lebih lebar. Anggap suatu malam di Miyako, ratusan pria, semua di satu tempat, ingin sekali menawarmu… …Dimana kamu adalah objek fantasi bagi mereka semua…

Dari dialog-dialog diatas menempatkan seorang wanita sebagai Geisha hanyalah

sebagai barang untuk dijual, ditawarkan oleh semua pria yang terhormat dalam status sosialnya. Bahkan secara langsung dikatakan bahwa penampilan geisha adalah untuk menjadi objek fantasi bagi para pria. Dan hanya boleh menyerahkan mizuagenya pada pembeli (para pria terhormat) yang menawarkan harga paling tinggi dari pembeli lainnya.

C. Gerakan

Gerakan merupakan suatu bentuk komunikasi non-verbal, yang dibentuk dengan menggerakkan beberapa bagian tubuh. Gerakan para tokoh dalam film Memoirs Of Geisha khususnya yang menggambarkan representasi perempuan sebagai objek seksualitas terlukis pada adegan saat Sayuri dan Mameha sedang mandi dipemandian.

Gambar 9 Pelajaran Sayuri Mameha mengajarkan cara menjamu dan cara duduk yang menggoda untuk menarik perhatian para pria tentunya.

…Atau ketika kamu duduk, sebentar, tekan kakimu. Selalu dengan kecelakaan, tentunya…

Sementara digambarkan secara jelas bahwa Sayuri menampilkan dirinya sebagai ‗barang dagangannya‘ yaitu sebuah seni gerak, sebelum melakukan penawaran dengan calon pembelinya.

Gambar 10

Tarian-tarian Sayuri

Page 13: Keyword: Representasi, Semiotika Abstract...Selalu ada pemaknaan baru dan pandangan baru dalam konsep representasi yang sudah pernah ada. Karena makna sendiri juga tidak pernah tetap,

Fakultas Ilmu Komunikasi – Universitas Mercu Buana Jl. Meruya Selatan Kembangan Jakarta Barat 11650 www.mercubuana.ac.id

Sayuri menempatkan dirinya sebagai seorang geisha sesungguhnya, yang menjual seni gerak sebelum menerima calon ‗pembelinya‘ untuk menyerahkan Mizuagenya (keperawanan). Daya tariknya ditunjukkan sepenuhnya melalui seni. Gerakannya dalam berdansa menjadi perhatian khusus bagi calon ‗pembeli‘ atau para pria yang memandangnya dengan penuh kekaguman. Hingga ada seorang pria, yaitu Bangsawan yang berusaha mencuri kesempatan untuk melihat lebih dalam keindahan tubuh Sayuri.

Gambar 11 Bangsawan Mencuri Kesempatan …(Melepaskan satu per satu lapisan kimono sayuri) Sayuri…(Mendekap Sayuri dari belakang) Aku hanya ingin melihat. (Merabai tubuh Sayuri) Tidak ada salahnya. Semua orang pasti melakukan hal yang sama…

Daya tarik Sayuri membuat sang Bangsawan gelap mata, walaupun hanya melihat, tidak lebih, namun cukup membuat Sayuri malu, bahkan ketakutan. Sang Bangsawan merabai seluruh tubuh Sayuri hingga menyentuh lapisan kulit halusnya. Dan ia hanya berkata santai kalau hanya ingin melihat, karena semua orang pasti akan melakukan hal yang sama.

Ternyata dibalik balutan lapisan-lapisan kimono yang menutup tubuh seorang geisha dari leher hingga menutup kaki, yang jauh dari kesan seksi, tidak menghalangi seorang pria untuk berfantasi membayangkan keindahan tubuh seorang geisha. Dengan seni gerak yang dipertunjukan tetap mengenakan Kimono sopannya, seorang Geisha tetap menjadi objek fantasi bagi para pria melihatnya.

Gambar 12 Tatap Sayuri

…Kamu tidak boleh memanggil dirimu geisha sejati sampai kamu bisa menghentikan seorang pria dengan sekali lihat…

Tatapan manis digambar tersebut merupakan satu tatapan yang mampu membuat seorang anak diatas sepeda tidak bisa melepaskan pandangannya pada Sayuri hingga tidak memperhatikan jalan didepannya dan menabrak.

Sekali pandang dengan tatapan seperti yang nampak pada gambar diatas dapat mencuri perhatian seorang pria. Kemolekkan dan keindahan seorang geisha sebagai seorang wanita ternyata terpancar dari setiap gerakannya. Bukan semata-mata seksi yang harus memperlihatkan aurat yang diperlihatkan dalam sosok seorang geisha. Namun kesan seksi itu seakan-akan terpancar dari dalam diri seorang geisha sejati seperti Sayuri. Lewat setiap gerakan keindahan itu dapat menggoda dan memberikan fantasi tersendiri bagi para pria yang melihatnya. D. Ekspresi

Ekspresi merupakan pesan fasial yang menggunakan air muka untuk menyampaikan makna tertentu. Beberapa ekspresi yang terpotret dalam adegan film Memoirs Of Geisha yang menunjukan konflik serta berbagai lika-liku persaingan antara para Geisha coba ditampilkan dalam penelitian ini. Hal tersebut untuk lebih menggambarkan representasi perempuan sebagai objek seksualitas.

Gambar 13

Page 14: Keyword: Representasi, Semiotika Abstract...Selalu ada pemaknaan baru dan pandangan baru dalam konsep representasi yang sudah pernah ada. Karena makna sendiri juga tidak pernah tetap,

Fakultas Ilmu Komunikasi – Universitas Mercu Buana Jl. Meruya Selatan Kembangan Jakarta Barat 11650 www.mercubuana.ac.id

Ekspresi Sayuri Saat Menari Kesungguhan hati, totalitas Sayuri dalam melakukan seni gerak membuatnya menjadi seorang Geisha terkenal, bahkan memecahkan rekor penjualan dengan memperoleh Danna yang membayar Lima belas ribu yen. Kesenian yang dipertunjukan oleh ekspresi total seperti pada gambar, membuat Sayuri menjadi pusat perhatian setiap pria yang menyaksikan aksinya. Bahkan dikatakan sebagai objek fantasi para pria.

Gambar 14 Senyuman Sayuri Aura bahagia terpancar dari ekspresi badan Sayuri yang sangat berseri-seri merayakan musim semi dibawah bunga-bunga sakura bermekaran dan berterbangan. Namun ekspresi bahagia Sayuri itu muncul karena dia menikmati keindahan bunga sakura bersama Ketua, pria yang sangat dikaguminya.

Gambar 15 Ketakutan Sayuri

Tangisan penuh rasa malu, takut, semua ekspresi itu tergambar dalam di wajah Sayuri. Ketakutan Sayuri itu merupakan ketakutan seorang wanita muda yang dilecehkan oleh seorang pria. Walau berusaha untuk mempertahankan kehormatannya agar auratnya tidak terlihat oleh sang Bangsawan, namun kekuatannya tidak bisa menahan kuatnya hasrat seorang pria.

Gambar 16 Ekspresi Menggoda Tatapan dengan ekspresi senyuman simpul tersebut menjadi senjata andalan bagi Sayuri untuk menaklukkan korban pertamanya, yaitu pria bersepeda yang harus menabrak akibat terjebak dalam ekspresi tatapan Sayuri itu.

Gambar 17 Hasrat Sang Dokter

Inilah ekspresi Dokter Crab saat mengobati luka yang ada di paha atas tubuh Sayuri. Dengan tangan bergetar mengobati luka Sayuri sampai-sampai berliurlah mulutnya. Hal itu menandakan ada suatu hasrat seksual di dalam pikirannya hanya dengan melihat dan menyentuh kulit Sayuri.

Page 15: Keyword: Representasi, Semiotika Abstract...Selalu ada pemaknaan baru dan pandangan baru dalam konsep representasi yang sudah pernah ada. Karena makna sendiri juga tidak pernah tetap,

Fakultas Ilmu Komunikasi – Universitas Mercu Buana Jl. Meruya Selatan Kembangan Jakarta Barat 11650 www.mercubuana.ac.id

Film James Bond 007 “Quantum Of Solace” A. Karakter Tokoh Camille 1. Pelukisan Fisik dan Karakter Tokoh Camille

a) Pelukisan Fisik Tokoh Camille

Gambar 18 Sosok Camille

Camille digambarkan sebagai seorang wanita Italia, dengan kulit kecoklatan, rambut hitam sebahu, langsing dan memiliki tinggi badan yang proporsional. Walau tidak memiliki kulit putih seperti layaknya wanita eropa, namun tokoh ini tetap bisa dibilang cantik.

Di pertegas bahwa Camille memang cantik oleh seorang tokoh, yaitu Jendral

Medrano, yang membandingkan kemiripannya dengan sang ibu. …Dia cantik. Tapi aku tidak lihat kemiripannya…

Diceritakan dalam film James Bond ini, tokoh Camille merupakan sekutu dari pemeran tokoh antagonis atau penjahat di dalam cerita. Walaupun pada akhirnya Camille sadar kalau dia hanya dijadikan sebagai alat untuk memperlancar bisnis si tokoh antagonis yang bernama Dominic. Kecantikan Camille dijadikan akses untuk memperlancar proses promosi kepada seorang Jendral yang hendak menguasai wilayah Bolivia. Dengan kata lain kemolekan dan kecantikan tokoh Camille digunakan sebagai ‗alat tukar sementara‘ untuk memperlancar proses kerjasama.

b) Pelukisan Karakter Tokoh Camille

Karakter tokoh Camille ditempatkan sebagai tokoh tritagonis yang pada awalnya bersekutu dengan tokoh penjahat/antagonis, namun pada akhirnya akan membantu tokoh utama yaitu Bond. Sosok Camille terlihat mandiri, menggunakan kekuatan dirinya sendiri untuk bergabung dengan penjahat seperti Dominic, walau pada akhirnya bergabungnya Camille dengan bisnis illegal Dominic adalah untuk membalas dendam kepada seorang Jendral yang telah jahat pada keluarganya.

…Medrano…Ayahku dulu bekerja untuk meliter Junta. Dia orang yang kejam…Jendral Medrano ke rumah kita. Dia tembak ayahku dan melakukan hal yang mengerikan pada ibu dan adikku. Lalu mereka dicekik sementara aku melihat…

Keinginan membalas dendam tersirat dalam dialog tersebut. Karakternya sebagai tokoh tritagonis juga dapat dilihat dari dialog tersebut. Sengaja bergabung dengan kelompok penjahat Greene agar dapat bertemu kembali dengan sang Jendral. Kemandirian tokoh Camille terlihat dengan keberaniannya untuk bertemu lagi dengan orang yang telah membunuh ayah dan menyikasa keluarganya. B. Dialog

Page 16: Keyword: Representasi, Semiotika Abstract...Selalu ada pemaknaan baru dan pandangan baru dalam konsep representasi yang sudah pernah ada. Karena makna sendiri juga tidak pernah tetap,

Fakultas Ilmu Komunikasi – Universitas Mercu Buana Jl. Meruya Selatan Kembangan Jakarta Barat 11650 www.mercubuana.ac.id

Dialog-dialog yang dianalisis dalam penelitian ini menyangkut tentang representasi tokoh Camille sebagai objek seksualitas. Seperti dialog dari tokoh antagonis Dominic yang terang-terangan mengatakan bahwa telah tidur bersama dengan Camille.

…Aku tahu harusnya kita tidak tidur bersama. Aku mulai suka padamu…

Lebih jelas lagi maksud untuk menjadikan Camille sebagai alat untuk memperlanjar proses kerjasama disebutkan pada dialog berikut ini.

…Anggap saja dia untuk memperlancar transaksi…

Ucapan lebih ekstrim juga diucapkan oleh Dominic untuk menggambarkan wanita seperti apa Camille pada Bond.

…Hati-hati ya, dia tidak akan tidur denganmu kecuali kamu berikan apa yang dia inginkan. Sayang sekali dia bisa mengejutkan kalau dalam bercinta…

C. Gerakan

Gambar 19 Opening Film Gerakan yang menggambarkan representasi perempuan sebagai objek seksualitas ditunjukan melalui Opening di film James Bond ini. Visualisasi tubuh perempuan yang mengelilingi tokoh Bond sedang menari dengan gerakan erotis.

Opening dalam setiap film James Bond selalu menampilkan visualisasi tubuh wanita.

Seakan-akan sosok Bond begitu dipuja-puja oleh banyak wanita. Hal ini memberikan citra tersendiri dalam setiap filmnya, yang tidak lepas untuk menghadirkan sosok wanita cantik sebagai lawan maupun patner bagi tokoh Bond. Sehingga peran tokoh wanita dalam film James Bond memang tidak diposisikan sebagai subyek utama dalam filmnya, namun keberadaan sosok wanita dirasa memberikan nuansa tersendiri bagi keindahan disetiap film James Bond. Tanpa adanya sosok wanita dalam film James Bond selayaknya sayur yang tidak diberi garam, sehingga terasa hambar.

D. Ekspresi Tidak banyak ekspresi yang ditonjolkan oleh tokoh wanita maupun tokoh pria yang

menunjukkan representasi perempuan sebagai objek seksualitas. Hal ini dikarenakan film James Bond merupakan film bergendre action. Seksualitas yang tergambar lebih terasa seperti hal yang sudah wajar terjadi sehingga kekuatan ekspresi tidak dapat tergambar secara gamblang.

Gambar 20 Rayuan Camille Ekspresi yang menggoda dari tokoh Camille pada potongan adegan tersebut adalah salah satu tak-tik sang tokoh untuk tetap memperoleh kepercayaan dari Dominic, sehingga misinya untuk membalas dendam akan tetap terlaksana. Camille berusaha untuk merayu sang Bos dengan memberikan perhatiannya lewat kemesraan yang diperlihatkan pada potongan adegan tersebut.

Page 17: Keyword: Representasi, Semiotika Abstract...Selalu ada pemaknaan baru dan pandangan baru dalam konsep representasi yang sudah pernah ada. Karena makna sendiri juga tidak pernah tetap,

Fakultas Ilmu Komunikasi – Universitas Mercu Buana Jl. Meruya Selatan Kembangan Jakarta Barat 11650 www.mercubuana.ac.id

Sosok wanita yang mandiri seperti Camille terpaksa harus bergabung dengan

komplotan penjahat yang diketuai oleh Dominic, memberikan jasanya untuk membantu, bahkan memberikan tubuhnya untuk ditiduri dan memuaskan kebutuhan seksual sang ketua, hanya untuk aksi balas dendamnya. Digambarkan bahwa wanita dapat melakukan ‗apapun‘ untuk mencapai tujuannya, seperti yang dilakukan tokoh Camille dalam film James Bond ini.

Pembahasan Hasil penelitian yang ditunjukan pada kedua film berbeda budaya dalam penelitian ini menampilkan gambaran representasi perempuan khususnya sebagai objek seksualitas. Dalam pembahasan di tinjauan pustaka telah disebutkan oleh Krishna, dalam bukunya The Image of Women in Indonesian Films, film merupakan salah satu medium, yang di dalamnya dapat menggambarkan citra dan posisi perempuan.31 Bila dicermati secara seksama berbagai film di luar sana selalu menampilkan sosok perempuan, entah itu sebagai pemeran utama maupun pemeran pembantu. Sangat terasa komodifikasi perempuan digunakan oleh media sebagai daya tarik tersendiri yang dianggap memiliki nilai jual tinggi.

Seperti kedua film yang menjadi subyek sekaligus objek penelitian dalam karya ilmiah ini. Film James Bond dan Memoirs Of Geisha, kedua film tersebut menampilkan sosok perempuan dengan berbagai citranya yang tergambar melalui penampilan fisik, karakter, dialognya dengan lawan main, gerakkan tubuh, maupun ekspresinya. Tidak lupa dengan perbedaan kebudayaan yang melatar-belakangi isi cerita dalam kedua film tersebut. Film James Bond yang rilis dan merupakan kreatifitas yang berasal dari kebudayaan barat, dengan kecenderungan mengangkat tema actions, heroik, namun diberi inspirasi dengan menampilkan jagoan yang modern yaitu agen rahasia seperti sosok Bond. Walaupun mengangkat tema actions bukan berarti media tidak menggunakan visualisasi perempuan untuk ‗penyedap‘ cerita.

Kehadiran perempuan yang cantik akan memberikan nuansa tersendiri bagi film actions agar tidak terlihat membosankan. Bila hanya menyajikan aksi tembak-menembak, perang, perkelahian yang sarat kekerasan pada film actions maka kehadiran tokoh perempuan diharap akan mengurangi ketegangan. Sehingga tidak jarang sosok perempuan dijadikan untuk ‗teman tidur‘ sang tokoh pria disaat adegan actions mulai berkurang ditengah cerita maupun diakhir cerita dalam film.

Hal itulah yang sering tergambarkan dalam film dari kebudayaan barat, khususnya tergambar dalam film James Bond. Bila dipandang dari sikap dan keyakinan tentang seksualitas yang diungkapkan oleh Michael et al,32 Film James Bond ini termasuk dalam keyakinan Rekreasional, yaitu memandang bahwa kebutuhan seks tidak ada kaitannya dengan cinta. Keyakinan itu dibuktikan dengan keberadaan kedua tokoh wanita yaitu Camille dan Fields. Camille yang rela menjadi ‘teman tidur‘ Dominic hanya untuk memperlancar aksi balas dendamnya pada seorang Jendral yang telah membunuh keluarganya. Sedangkan Fields rela menjadi ‘teman tidur‘ Bond padahal mereka baru pertama kali bertemu. Tidak ada kata cinta yang melandasi hubungan seksualitas yang dilakukan tokoh perempuan tersebut.

Sosok perempuan dalam film James Bond hanya sebagai tokoh pelengkap. Bukan sebagai tokoh inti namun keberadaannya bisa dikatakan sebagai pemanis dalam cerita yang

31

Djati Wahjuni & Elly Julia, Wanita Indonesia Sari Karangan I, (Jakarta: Pusat Dokumentasi Ilmiah Nasional

Lembaga Pengetahuan Indonesia), 1984, Hal.33 32

Iwan Purnawan, Loc.Cit

Page 18: Keyword: Representasi, Semiotika Abstract...Selalu ada pemaknaan baru dan pandangan baru dalam konsep representasi yang sudah pernah ada. Karena makna sendiri juga tidak pernah tetap,

Fakultas Ilmu Komunikasi – Universitas Mercu Buana Jl. Meruya Selatan Kembangan Jakarta Barat 11650 www.mercubuana.ac.id

penuh ketegangan dengan aksi actions. Sehingga tokoh perempuan ditempatkan untuk melengkapi para tokoh pria yang tetap ditempatkan sebagai tokoh sentral.

Berbeda dengan film Memoirs Of Geisha yang merupakan ciptaan dari latar belakang kebudayaan timur tepatnya asia. Menampilkan kisah dari kebudayaan Jepang yaitu Geisha. Geisha yang lebih dikenal pada abad ke-18 dan 19 ini, dalam pengertiannya menurut bahasa Jepang adalah ―pekerja seni‖ atau artis penghibur. Ungkapan artis penghibur sendiri menyiratkan makna tersendiri. Artis sendiri sudah bertugas untuk menghibur, tentunya sebagai subyek dari sebuah pertunjukan. Kata penghibur tentunya bertujuan untuk membuat orang yang melihat merasa terhibur.

Dalam film Memoir Of Geisha kedudukan perempuan khususnya para geisha dijadikan sebagai tokoh utama. Perempuan ditempatkan sebagai inti dari cerita, dalam film dari budaya asia memang tidak hanya satu atau dua film yang menempatkan perempuan sebagai tokoh utama, termasuk film Memoirs Of Geisha. Namun sosok perempuan yang telah menjadi inti cerita sulit dilepaskan dari bayang-bayang tokoh pria. Seperti halnya film geisha ini, yang menggambarkan bahwa penampilan total seorang geisha adalah untuk menjadi ‗objek fantasi‘ bagi kaum pria. Sehingga walaupun telah diposisikan sebagai pemeran utama, sosok perempuan masih sangat rapuh untuk tidak dipandang sebagai objek seksualitas.

Seperti yang diungkapkan oleh Myra Diarsi, perempuan yang diterima adalah perempuan yang menikah dan bernaung di bawah lelaki, sedangkan perempuan yang mencoba untuk mandiri adalah terkutuk dan contoh dari kekalahan hidup. Perempuan selalu digambarkan kurang akal, mudah menangis, judes, cerewet dan sesuatu yang dapat dinikmati baik kecantikan maupun tubuhnya.33

Bahkan secara fakta telah disebutkan sebelumnya pada tinjauan pustaka bahwa satu abad yang lalu, yaitu sejak dimulainya industri sinema, perempuan hanya dihadirkan sebagai penghias sementara laki-laki ditampilkan sebagai lakon utama dan pahlawan pembebas. Peran perempuan dalam sinema hanya dijadikan bahan eksploitasi. Laura Mulvey, seorang aktivis feminisme, menyatakan bahwa sinema adalah alat untuk memenuhi kesenangan laki-laki.34

Dari hal tersebut menunjukkan bahwa diposisikan pada tokoh utama maupun tokoh pembantu dalam suatu film, sosok perempuan tetaplah hanya dijadikan penghias bahkan alat untuk memenuhi kesenangan kaum pria baik dalam cerita maupun bagi yang menyaksikannya.

Kedua film dalam penelitian ini sangat menampilkan ketidakberdayaan kaum perempuan untuk memperjuangkan impian dan harapannya sendiri, khususnya dalam hal yang berbau seksualitas. Keempat tokoh perempuan secara gamblang dipandang sebagai benda yang seakan tidak memiliki perasaan sehingga dapat dibeli dengan sejumlah uang agar dapat dimiliki dan dinikmati oleh kaum pria. Bahkan kedua perempuan dalam film James Bond secara sukarela menyerahkan dirinya untuk dinikmati tanpa harus adanya ikatan yang sesuai norma.

Kebebasan yang terjadi di kebudayaan barat memang memandang biasa tentang seksualitas yang hanya sekedar untuk rekreasi, tanpa harus ada cinta hubungan seks kapan pun dan dengan siapa pun dapat dilakukan. Namun sangat disayangkan bahwa sosok geisha yang merupakan gambaran kebudayaan timur yaitu dari asia, ternyata tidak mampu juga menepis seksualitas dengan keyakinan rekreasional walaupun dalam prosesnya dijalankan berdasarkan norma atau tradisi yang berlaku dikalangan geisha sendiri.

Sehingga tidak dipungkiri tokoh perempuan dalam kedua film tersebut menempatkan perempuan sebagai objek seksualitas. Bukan saja sekedar untuk dinikmati dengan dilihat, disentuh, bahkan dapat dibeli seperti barang untuk dicoba keperawanannya. Kedudukan perempuan dengan keterpaksaan untuk ‗menghibur‘ oleh karena keadaan seperti yang

33

Ibrahim dan Suranto, Loc.Cit 34

Perempuan Di layar Sinema, (n.d), (3 Maret 2006), http://www.irib.ir/worldservice/melayu

RADIO/perempuan/perm_sinema.htm

Page 19: Keyword: Representasi, Semiotika Abstract...Selalu ada pemaknaan baru dan pandangan baru dalam konsep representasi yang sudah pernah ada. Karena makna sendiri juga tidak pernah tetap,

Fakultas Ilmu Komunikasi – Universitas Mercu Buana Jl. Meruya Selatan Kembangan Jakarta Barat 11650 www.mercubuana.ac.id

digambarkan oleh film Memoirs Of Geisha sebagai hasil kebudayaan asia, sampai kesediaan untuk secara sukarela memberikan kepuasan yang digambarkan film James Bond sebagai hasil kebudayaan barat. Keduanya menunjukan bahwa perempuan hanyalah sebuah objek dan merupakan objek yang mengacu pada seksualitas.

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan pada proses analisis semiotik, maka dapat ditarik benang merah sebagai bentuk kesimpulan terhadap permasalahan penelitian ini mengenai representasi perempuan sebagai objek seksualitas yang tergambar dalam Film Barat dan Film Asia, dan perbedaan antara representasi perempuan sebagai objek seksualitas yang tergambar dalam Film Barat dan Film Asia. Kesimpulan penelitian ini dijabarkan sebagai berikut:

Saran Dari hasil analisis yang telah dirumuskan dalam kesimpulan sebagai jawaban penelitian ini, maka peneliti mencoba memberikan beberapa masukan berupa saran-saran yang berkaitan dengan penelitian ini. Beberapa saran tersebut dijabarkan sebagai berikut:

1. Cerdas mengkonsumsi isi media massa, khususnya film yang cenderung menempatkan perempuan sebagai objek komoditas yang memiliki nilai jual.

2. Menghargai budaya timur yang terasa telah terkikis dengan kebebasan dari pengaruh budaya barat. Pentingnya nilai dan norma kesopanan, etika berpenampilan sehingga sosok perempuan dapat lebih dihargai sebagai patner yang sejajar dengan pria, bukan hanya sebagai objek seksualitas semata.

3. Insan media seharusnya lebih selektif menempatkan sosok perempuan dalam memerankan sebuah karekter, tidak selalu menjual daya tarik fisik perempuan sebagai komoditas yang menghasilkan nilai (materi) tinggi sehingga menguntungkan. Namun secara tidak sadar memperbesar perbedaan gender, dan terus membudayakan kesan bahwa perempuan hanyalah objek seksualitas.

Perbedaan

Representasi

Film James Bond “Quantum Of Solace”:

Representasi perempuan: sebagai ‗teman tidur‘ bagi tokoh utama pria.

Di pandang dari sikap dan keyakinan individu tentang seksualitas, maka termasuk dalam keyakinan Rekreasional yang menyatakan bahwa kebutuhan seks tidak ada kaitannya dengan cinta.

Pemeran wanita pada posisi sebagai pelengkap cerita khususnya pelengkap bagi pemeran pria.

Film Memoirs Of Geisha:

Representasi perempuan: perempuan sebagai ‗barang dagangan‘ yang dapat dibeli oleh para pria dengan tawaran harga tertinggi.

Tokoh utama perempuan (subjek) menempatkan dirinya untuk menjadi ‗objek fantasi‘ bagi para pria .

Di pandang dari sikap dan keyakinan individu tentang seksualitas, maka termasuk dalam keyakinan Rekreasional yang menyatakan bahwa kebutuhan seks tidak ada kaitannya dengan cinta.

Page 20: Keyword: Representasi, Semiotika Abstract...Selalu ada pemaknaan baru dan pandangan baru dalam konsep representasi yang sudah pernah ada. Karena makna sendiri juga tidak pernah tetap,

Fakultas Ilmu Komunikasi – Universitas Mercu Buana Jl. Meruya Selatan Kembangan Jakarta Barat 11650 www.mercubuana.ac.id

DAFTAR PUSTAKA Buku: Aisyiyah, Siti Nur. September-Oktober 2008. Drama Televisi dan Ketahanan Nasional –

Dalam Jurnal Intelijen & Kontra Intelijen. Center For The Study Of Intelligen And Counterintelligen.

Aripurnami, Sita. 1997. Perempuan dan Pemberdayaan. Jakarta: Obor. Arnold, Matthew. 1869. Culture and Anarchy. New York: Macmillan. Third edition, 1882, available online. Retrieved: 2006-06-28. Baidhawy, Zakiyuddin, ed. 1997. Wacana Teologi Feminis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Barzilai, Gad. 2003. Communities and Law: Politics and Cultures of Legahkjkjl Identities.

University of Michigan Press. Burton, Graeme. 2007. Membincangkan Televisi. Yogyakarta&Bandung: JalaSutra. Effendy, Onong Uchjana . 2001. Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktek. Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya. Fiske, John. 1990. Cultural and Communication Studies. Yosal Iriantara & Idi Subandi Ibrahim.

Trans: Yogyakarta: Jala Sutra. Forsberg, A. 2006-06-29. Definitions of culture CCSF Cultural Geography course notes.

Retrieved. Ibrahim , Idi Subandi & Suranto, Hanif. 1998. Wanita dan Media: Konstruksi Ideologi Gender

Dalam Ruang Publik Orde Baru. Bandung: Remaja Rosdakarya. McQuail, Denis. 1987. Teori Komunikasi Massa: Suatu Pengantar. Jakarta: Erlangga. Mulyana, Deddy. 2001. Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Bandung: Remaja Rosdakarya. Naqiyah, Najlah. 2005. Otonomi Perempuan. Jawa Timur: Bayumedia. Notosusanto, Smita. 1997. Perempuan dan Pemberdayaan. Jakarta: Obor. Rakhmat, Jalaluddin. 2005. Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya. Sidharta, Sita & Z.Sony. 2004. Menjadi Penulis Skenario Profesional. Jakarta: PT.Grasindo. Siregar, Asadi ; Pasaribu, Prihastuti, Rondang Ismay. 2000. Eksplorasi Gender Diranah

Jurnalisme&Hiburan. Yogyakarta: LP3Y. Sobur, Alex. 2004. Analis Teks Media. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. ________________. Semiotika Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya. Wahjuni, Djati & Julia, Elly. 1984. Wanita Indonesia Sari Karangan I. Jakarta: Pusat

Dokumentasi Ilmiah Nasional Lembaga Pengetahuan Indonesia. Widagdo, M.Bayu & Gora, Winastwan. 2004. Bikin Sendiri Film Kamu. Yogyakarta: PD.

Anindya.