kepaniteraan klinik departemen saraf · cedera tulang belakang akut (sci) adalah traumatik berat...

13
JOURNAL READING INCIDENCE OF ACUTE SPINAL CORD INJURY AND ASSOCIATED COMPLICATIONS OF METHYLPREDNISOLONE THERAPY: A NATIONAL POPULATION-BASED STUDY IN SOUTH KOREA” DISUSUN OLEH : Galih Okta Satria S.Ked 1810221116 PEMBIMBING : dr. Nur Takdir Setiawan, Sp.S, M.Sc KEPANITERAAN KLINIK DEPARTEMEN SARAF FAKULTAS KEDOKTERAN UPN “VETERAN” JAKARTA RSUD AMBARAWA 2020

Upload: others

Post on 03-Feb-2021

8 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • JOURNAL READING

    “INCIDENCE OF ACUTE SPINAL CORD INJURY AND ASSOCIATED

    COMPLICATIONS OF METHYLPREDNISOLONE THERAPY: A

    NATIONAL POPULATION-BASED STUDY IN SOUTH KOREA”

    DISUSUN OLEH :

    Galih Okta Satria S.Ked

    1810221116

    PEMBIMBING :

    dr. Nur Takdir Setiawan, Sp.S, M.Sc

    KEPANITERAAN KLINIK DEPARTEMEN SARAF

    FAKULTAS KEDOKTERAN UPN “VETERAN” JAKARTA

    RSUD AMBARAWA

    2020

  • KATA PENGANTAR

    Dalam kesempatan ini puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah

    SWT karena atas rahmat dan nikmat-Nya sehingga journal reading yang berjudul

    „‟Incidence Of Acute Spinal Cord Injury And Associated Complications Of

    Methylprednisolone Therapy: A National Population-Based Study In South

    Korea‟‟ dapat terselesaikan dengan baik.

    Penulis ucapkan terima kasih kepada dr. Nur Takdir Setiawan, Sp.S,

    M.Sc selaku pembimbing selama penulis menjalani kepaniteraan klinik Saraf di

    RSUD Ambarawa serta teman-teman seperbimbingan yang saling membantu dan

    mendukung.

    Penulis menyadari masih ada kekurangan dalam penulisan journal reading

    ini, oleh karena itu penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya. Semoga journal

    reading yang disusun penulis ini dapat bermanfaat bagi pihak yang

    berkepentingan di masa yang akan datang.

    Ambarawa, Februari 2020

    Penulis

  • PENGESAHAN

    Journal reading diajukan oleh:

    Nama : Galih Okta Satria S.Ked

    NRP : 1810221116

    Program studi : Profesi Dokter

    Judul : Incidence Of Acute Spinal Cord Injury And Associated

    Complications Of Methylprednisolone Therapy: A National Population-Based

    Study In South Korea.

    Telah berhasil dipertahankan di hadapan pembimbing dan diterima sebagai syarat

    yang diperlukan untuk ujian kepaniteraan klinik anak Program Studi Profesi

    Dokter, Fakultas Kedokteran, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”

    Jakarta.

    Pembimbing

    dr. Nur Takdir Setiawan, Sp.S, M.Sc

    Ditetapkan di : Ambarawa

    Tanggal : Februari 2020

  • INSIDENSI CEDERA TULANG BELAKANG AKUT DAN KOMPLIKASI

    TERKAIT TERAPI METILPREDNISOLON : SEBUAH PENELITIAN

    BERSKALA NASIONAL DI KOREA SELATAN

    ABSTRAK

    DESAIN PENELITIAN : sebuah penelitian kohort retrospektif berdasarkan

    populasi

    TUJUAN PENELITIAN : untuk mengevaluasi insidensi cedera tulang belakang

    akut di korea selatan, dan angka presipitasi serta komplikasi terkait tinginya

    pemberian dosis metilprednisolon

    SUMBER DATA : data HIRA (health insurance review dan assesment service)

    METODE : sumber dara nasional dari HIRA korea antara tahun 2007 hingga

    2017 turut dikaji untuk penelitian ini. untuk mengidentifikasi pasien dengan SCI

    akut dan penggunaan metilprednisolone dosis tinggi digunakan parameter kode

    ICD, kode perilaku medis dan kode pemeriksaan. Pasien kemudian

    dikelompokkan berdasarkan apakah mereka mendapatkan atau tidak mendapatkan

    terapi metilprednisolone (kelompok MP vs kelompok non MP)

    Hasil : insidensi rata rata dari SCI akut setelah disesuaikan dengan usia adalah

    100,000 orang adalah 26.4 dan insidensi puncaknya sebagian besar berada pada

    usia 50 tahun. Laju penggunaan metilpredinosolone paling tinggi adalah pada

    tahun 2012 (76%) dan kemudian menurun setelah itu, menjadi yang paling rendah

    adalah di tahun 2017 (41%). Kelompok MP memiliki komplikasi tertinggi untuk

    mengalami pneumonia (OR 1,8, CI 95%, 1.62-2.0), perdarahan saluran cerna (OR

    1.2, 95% CI, 1.05–1.38), dan ISK (OR 1.68, 95% CI, 1.53–1.84). lama rawat inap

    rata rata lebih lama pada pasien yang mendapatkan metilprednisolone (26.5 hari

    vs 24.4 hari, P

  • PENDAHULUAN

    Cedera tulang belakang akut (SCI) adalah traumatik berat yang dapat

    mempengaruhi fungsi fisik dan psikologis dari suatu individu, sebabkan turunnya

    derajat sosial ekonomi seseorang. Mahalnya harga terapi dan lamanya rawat inap

    memiliki dampak yang cukup besar terhadap seseorang dan keluaganya serta

    menimbulkan beban finansial signifikan terhadap sistem pelayanan kesehatan.

    Oleh karena itu, identifikasi epidemiologi dari SCI akut sangatlah penting untuk

    para penyedia layanan kesehatan dalam rangka menegakkan aturan untuk

    mencegah penyakit serta meratakan sumber daya.

    Beberapa peneltian banyak yang telah membandingkan prevalensi dan insidensi

    laju peningkatan kasus SCI akut pada keadaan geografi dan kondisi ekonomi yang

    berbeda beda. Khususnya, laju insidensi yang SCI akut yang dilaporkan berbeda

    sangat banyak berdasarkan metode penelitian, tanggal, dan daerah; di negara

    maju, hasil laporannya beragam, mulai dari 11.5-53.4 orang per 1 juta di negara

    maju. Pasien SCI akut telah melaporkan sekitar 2.6% pasien di pusat trauma di

    amerika Utara, dan tidak hanya itu lebih dari 10,000 pasien baru tiap tahunnya,

    namun jumlah ini bisa lebih tinggi lagi jika individu yang berhneti mencari

    pertolongan medis sebelum tiba ke rumah sakit turut dimasukkan ke dalam

    penelitian ini. meskipun begitu, sebagian besar data SCI akut adalah berdasarkan

    negara maju seperti amerika serikat dan spanyol, serta data untuk negara

    berkembang seperti afrika, amerika selatan dan asia yang masih terbatas.

    Setelah keluarnya laporan terkait efek dari tingginya pemberian terapi

    metilprednisolon dosis tinggi untuk SCI akut oleh bracken dan rekan, sejumlah

    penelitian pun dilakukan untuk meneliti efikasi dari metilprednisolon.

    Berdasarkan penelitian terbaru, penggunaan metilprednisolone untuk SCI akut

    akan dapat meningkatkan sejumlah komplikasi, tanpa memberikan efek

    bermanfaat terhadap gejala neurologi, dan oleh karena itu, metilprednisolone tidak

    direkomendasikan sebagai terapi lini pertama. Meskipun FDA tidak lagi

    memberikan rekomendasi pemberian metilprednisolone untuk terapi SCI, banyak

    negara termasuk korea selatan yang masih menggunakan obat tersebut.

  • Oleh karena itu, penelitian ini dikakukan untuk menilai insidensi SCI akut di

    korea selatan dan meneliti laju peresepan metilprednisolone untuk SCI akut

    selama beberapa tahun, serta komplikasi akut setelah menggunakan obat ini pada

    penelitian berbasis populasi menggunakan sumberdata nasional.

    METODE

    SUMBER DATA DAN POPULASI PENELITIAN

    Ini adalah studi kohort berbasis populasi dengan desain retrospektif menggunakan

    database dari Layanan Penilaian dan Penilaian Asuransi Kesehatan (HIRA).

    Sistem asuransi kesehatan nasional Korea, yang dimulai pada tahun 1989,

    dioperasikan oleh pemerintah dan terdiri dari data biaya medis untuk rawat jalan,

    rawat inap, dan layanan medis darurat. Terlepas dari layanan kosmetik seperti

    operasi plastik, hampir semua layanan medis dicakup oleh sistem tersebut. Semua

    warga negara diwajibkan untuk berlangganan, dan hal ini mencakup lebih dari

    98% populasi Korea, bekerja dengan semua rumah sakit dan klinik. Sebagai

    hasilnya, sistem ini menawarkan aksesibilitas tinggi, biaya rendah, dan waktu

    tunggu yang singkat, dan mudah untuk mengumpulkan data untuk perencanaan,

    penelitian, pemantauan, dan evaluasi berbagai layanan medis. Semua rumah sakit

    dan klinik di Korea harus memberikan informasi kepada HIRA tentang diagnosis,

    perawatan, dan perilaku klinis, dll. Pasien rawat jalan dan pasien untuk menagih

    biaya. Oleh karena itu, selain informasi pribadi seperti usia dan jenis kelamin

    pasien, semua informasi tentang diagnosa, pemeriksaan yang dilakukan, dan

    perawatan dapat diperoleh melalui data HIRA. Ketika HIRA memberikan

    informasi tersebut, semua itu termasuk identitas pribadi dienkripsi untuk

    melindungi informasi pribadi dan data pasien. Baru-baru ini ada lonjakan dalam

    penelitian epidemiologis menggunakan data HIRA. Para peserta untuk penelitian

    ini adalah pasien SCI akut yang terdaftar dalam data HIRA antara 1 Januari 2007

    dan 31 Desember 2017. Para pasien diidentifikasi menggunakan International

    Classification of Disease (ICD-10). (Tabel 1), dan 12.137 pasien yang

    dikategorikan dengan cara ini diklasifikasikan menurut jenis kelamin dan

    kelompok umur 10 tahun

  • PENILAIAN PERESEPAN METILPREDNISOLONE DOSIS TINGGI DAN

    LAJU KOMPLIKASI YANG TERJADI

    Pasien yang mendapatkan MP dosis tinggi (NASCIS) 3 protokol :

    - Metil prednisolone 30 mg/kg bolus selama 15 menit, diikuti dengan 45

    menit periode istirahat, lalu 5,4 mg/kg/jam selama 23 jam jika alami

    cedera dalam kurun waktu 3 jam.

    - Jika terapi dimulai pada onset cedera 3-8 jam setelah cedera,

    metilprednisolone 30 mg/kg bolus selama 15 menit, diikuti dengan 45

    menit periode istirahat, lalu 5.4 mg/kg/jam selama 48 jam diidentifikasi

    berdasarkan kode perilaku medis untuk peresepan pasien SCI akut yang

    sesuai dengan kategori ICD 10.

    Dalam rangka mengeluarkan penggunaan MP untuk terapi penyakit lain, pasien

    rawat jalan dan mendapatkan MP dosis rendah turut diekslusikan. Laju peresepan

    tahunan dari MP dosis tinggi diteliti untuk menilai fenomena ini. pasien kemudian

    dibagi menjadi kelompok MP dan kelompok non MP untuk analisis pneumonia,

    ISK, perdarahan saluran cerna, dan infeksi luka dalam rangka meneliti laju

    komplikasi setelah pemberian terapi MP. Komplikasi didefinisikan apabila

    pneumonia, ISK dan perdarahan saluran cerna atau luka infeksi yang terjadi dalam

    kurun waktu 3 bulan dari pemberian MP. Dalam rangka menilai apakah

    komplikasinya terjadi karena pemberian MP, pasien dikategorikan menggunakan

    kode ICD 10 terkait masing masing komplikasi. Tabel 2.

  • ANALISIS STATISTIK

    Spss 21 digunakan untuk analisis statistik. Uji t student digunakan untuk variabel

    kontinue dan uji chi square digunakan untuk menganalisis variabel klasifikasi.

    Program regresi jointpoint versi 4.3.1.0 juga digunakan. Insidensi terkait usia

    dihitung sesuai dengan standar populasi republik korea berdasarkan usia dan jenis

    kelamin dan sudah didaftarkan di website pelayanan informasi statistik korea dan

    populasi standar US 2000, perubahan persentase pertahunnya juga turut dihitung.

    Odd ratio dan interval kepercayaan dari masing masing komplikasi juga dihitung.

    Signifikansi statistik akan bermakna bila P

  • usia rata-rata untuk pria adalah 59,5 ± 14,4 tahun (kisaran 6-94 tahun) dan untuk

    wanita 54,9 ± 15,4 tahun (kisaran 4-95 tahun), dan insiden tertinggi pada pria di

    usia 50-an dan pada wanita di usia 70-an. Secara keseluruhan, insiden tertinggi

    terjadi pada individu dalam usia 50-an (Gbr. 1). Methylprednisolone diresepkan

    untuk 59% dari semua pasien SCI akut selama 11 tahun terakhir. Tingkat resep

    tertinggi pada 2012 di 76% dan menurun secara bertahap ke rendahnya 41% pada

    2017 (Tabel 4) (Gbr. 2). Dibandingkan dengan kelompok non-MP, kelompok MP

  • memiliki peningkatan risiko pneumonia (OR 1,8, 95% CI, 1,62-2,0), perdarahan

    gastrointestinal ekstrak (OR 1,2, 95% CI, 1,05-1,38) dan infeksi saluran kemih

    (OR 1,68, 95% CI, 1,53-1,84). Risiko luka yang terinfeksi (OR 0,98, 95% CI,

    0,77-1,25) tidak berbeda antara kedua kelompok (Gbr. 3). Periode rawat inap rata-

    rata adalah 26,5 ± 19,2 hari untuk kelompok MP, dan 24,4 ± 16,5 untuk kelompok

    non-MP (p = 0,002).

    DISKUSI

    Insidensi SCI akut per 1 juta orang dilaporkan adalah 39 di amerika utara, 15 di

    australia, dan 16 di eropa barat, sedangkan di Asia, dilaporakn sebanyak 40.2 di

    jepang, dan 18,8 di taiwan. Meskipun begitu, penelitian terhadap epidemiologi

    SCI akut per negara atau regio hanya fokus pada negara maju saja. Terdapat

    beberapa laporan yang membandingkan prevalensi dan insidensi SCI dari seluruh

    dunia, namun karena belum ada penelitian tentang studi epidemiologi terkait SCI

    akut di banyak negara berkembang termasuk korea selatan sehingga sulit bagi

    kami untuk menilai data epidemiologi globalnya. Pada sebagian besar penelitian,

    pasien pria tercatat sebagai pasien terbanyak dan memiliki insidensi paling tinggi

    di usia kurang dari 30 tahun. Pada penelitian ini, insidensi rata rata yang telah

    disesuaikan dengan usia per 1 juta orang nya adalah 26.4, dan rasio pria-wanita

    sebesar 3.41:1. Insidensi dan rasio pria wanita ini mirip dengan data yang berasal

    dari negara maju. Meskipun begitu, puncak insidensi SCI di korea selatan berada

    pada usia 50 tahunan yang mana lebih tua dari pada negara lain. Hal ini mungkin

    berkaitan dengan adanya fakta bahwa lebih tingginya insidensi OPLL (ossified

    posterior longitudinal ligament) pada kelompok usia tua di korea selatan, begitu

    juga dengan spondilosis degeneratif pada masyarakat korea selatan dimana

    semakin tua usianya, smakin tiggi pula resiko SCL akut posttraumatiknya. Antara

    tahun 2002 dan 2013, insidensi OPLL per tahunnya adalah ~199-371 kasus per 1

    juta orang di korea selatan dan usia puncak pertahunannya adalah pada rentang

    60-75tahun. Insidensi SCI akut di jepang juga lebih tinggi pada mereka yang

    berada di usia 50 tahunan dan dilaporkan bahwa insidensi OPLL jepang juga lebih

    tinggi di negara lain. Oleh karena itu, seiring pertambahan usia pada orang korea

    selatan, semakin tinggi juga kemungkinan orang tersebut mengalami SCI akut,

  • dan hal ini harusnya dapat dijadikan landasan tentang bagaimana cara mencegah

    SCI akut dan bagaimana cara mengalokasikan sumber daya medisnya.

    Insidensi dari Sci akut berbeda di tiap bagian, dan meskipun di bagian yang sama,

    akan sangat beragam tergantung periode penelitiannya. Dimana hal ini mungkin

    dapat sebabkan karakteristik tertentu pada demografi dan geografi, hal ini juga

    dapat terjadi karena pengunaan beragam modalitas penelitian. Misalnya saja,

    penelitian di rumaj sakot cenderung kurang menilai insidensi penyakit ini secar

    spesifik dibandingkan penelitian yang berbasis populasi. Oleh karena itu, dalam

    rangka membuat perbandingan internasional atau untuk memperkirakan insidensi

    global secara akurat, metode pengumpulan data perlu distandarisasi secara umum.

    Tingginya dosis metilprednisolone telah direkomendasikan utnuk digunakan

    hanya apabila obat tersebut dapat memberikan manfaat dan efektif terhadap

    proteksi sel saraf untuk kasus SCI akut berdasarkan hasil NASCIS. Meskipun

    begitu, banyak penelitian yang mempertanyakan kualitas data dari penelitian

    NASCIS, metode statistik analisisnya, interpretasi, dan kesimpulannya.

    Selain itu, tidak ada bukti kelas I dan kelas II untuk efek menguntungkan dari

    metilprednisolone, dan FDA tidak lagi merekomendasikan obat ini untuk SCI

    akut. Selain ini, banyak dokter yang masih meresepkan metilprednisolone.

    Berdasarkan penelitian ini, beberapa dokter meyakini bahwa obat ini efektif untuk

    SCI akut, sedangkan yang lain tahu bahwa obat ini tidak bermanfaat, namun

    berfikir bahwa mereka harus melakukan sesuatu untuk pasiennya, beberapa dokter

    tetap meresepkan obat ini untuk mencegah timbulnya perkara baru.

  • Dari seluruh dunia, metilprednisolon pada 53% kasus, dan di kanada,

    penggunaanya sudah turun mulai dari 76% pada tahun 2001 hingga 24% pada

    tahun 2006, dan di inggris, mulai dari 68% pada tahun 2004 hingga 19% pada

    tahun 2012. tampaknya sebagai efek dari studi tentang efek samping dan

    ketidakefisienan methylprednisolone. Dalam studi ini, Korea Selatan memiliki

    tingkat resep tertinggi pada tahun 2012 (76%) dan kemudian menurun menjadi

    41% pada tahun 2017. Namun, Korea Selatan masih memiliki tingkat resep yang

    tinggi dibandingkan dengan Amerika Utara dan Eropa, dimana edukasi serta

    pemberitahuan sangatlah diperlukan terutama untuk ahli bedah tulang belakang

    untuk memastikan bahwa mereka tidak menggunakan metilprednisolon dengan

    tidak tepat.

    Penelitian terbaru melaporkan bahwa terapi pasien SCI akut dengan

    metilprednisolone meningkatkan resiko terjadinya komplikasi seperti pneumonia,

    perdarahan saluran cerna, infeksi saluran kemih, infeksi luka, hiperglikemi,

    myopati, dan sepsis. Pada penelitian ini kami menemukan dimana kapan kami

    harus membandingkan kelompok non MP, kelompok MP menunjukkan adanya

    hubungan yang besar dengan penumonia, perdarahan pencernaan dan ISK, namun

    tidak ada perbedaan antara dua kelompok dalam hal infeksi luka. Berdasarkan

    penelitain oleh suberviola dan rekan, insidensi pnuemonia secara signifikan lebih

    tinggi pada kelompok pengguna metilprednisolone, namun sekali lagi tidak ada

    perbedaan dalam hal infeksi luka. Matsumo dan rekan melaporkan adanya

    insidensi yang tinggi dari pneumonia dan perdarahan gastrointestinal di kelompok

    menggunakan metilprednisolon, tanpa adanya perbedaan dalam insidensi ISK.

    Meskipun begitu, ito dan rekan, melaporkan adanya peningkatan insidensi

    pnenumonia, ISK, dan infeksi luka. Perebdaan antar penelitian mungkin terjadi

    karena adanya variasi dalam hal keparahan dan perluasan defisit neurologis

    sebagaimana dengan definisi komplikasinya. Tampaknya kelompok MP memiliki

    periode rawat inap yang lebih lama dibandingkan dengan kelompok non MP

    karena adanya perbedaan dalm hal komplikasi (26,5 vs 24.4)

    Penelitian ini adalah penelitan pertama yang meneliti insidensi SCI akut di korea

    selatan menggunakan sumber data berbasis populasi, dan sangat signifikan

  • dimana penelitian ini menganalisis laju peresepan metilprednisolone serta

    insidensi komplikasi berdasarkan ukuran sampel yang besar. Meskipun begitu,

    penelitian ini tetap memiliki beberapa keterbaasan, pertama, penelitian ini adalah

    sebuah studi retrospektif. Kedua sumber data HIRA dibentuk dalam rangka untuk

    membuat invoice, dan data yang ada mungkin mengandung suatu kesalahan

    terutama data yang berasal dari rumah sakit atau klinik di korea selatan yang tidak

    memasukkan sesuai dengan aturan ICD10 atau kode praktik medis selama

    pemeriksaan dan terapi. Hal ini mungkin mempengaruhi hasil secara keseluruhan

    terhadap insidensi SCI akut dan kekerapan komplikasi. Namun penelitian ini

    adalah studi populasi, kami yakin beberapa error memiliki efek yang tidak terlalu

    signifikan terhadap hasil penelitian kami. Ketiga, hanya ada 4 komplikasi yang

    diketahui sebagia komplikasi tersering daei pemberian metilprednisolone dosis

    tinggi. Biasanya ada komplikasi lain seperti luka dekubitus dan DVT, namun

    kami hanya fokus pada komplikasi utamanya saja. Keempat, karean kami hanya

    menggunakan perbandingan sederhana pada pasien yang mendapatkan dan tidak

    mendapatkan metilprednisolone untuk menilai komplikasi, dan hal ini sulit untuk

    menentukan penyebabnya. Meskipun begitu, penelitian ini dapat menunjukkan

    beberapa hubungan antara dua variabel dengan cara menganalisis sampel

    berukuran besar. Kelima, karena tidak mungkin melakukan survey terhadap

    apakah metilprednisolone memperbaiki gejala saraf pada pasien SCI akut, hanya

    penggunaan metilprednisolone dan dampaknya saja yang diteliti.

    Studi ini adalah studi epidemiologi pertama terkait SCI akut di korea selatan,

    insidensi rata rata pada 11 tahun yang lalu adalah 26.4% per 1 juta orang, dan

    insidensi puncaknya terjadi di usia 50 tahunan. Hal ini harusnya menjadi cermin

    untuk ditetapkannya suatu peraturan dalam rangka mencegah kekerapan SCI akut

    dan pemerataan sumber daya medis. Disamping keraguan akan efikasi dari terapi

    metilprednisolon dan komplikaisnya, obat ini masih sering diresepkan untuk SCI

    akut di korea.