jurnalq
TRANSCRIPT
Jurnal Tugas AkhirANALISA PERBANDINGAN PERFORMANSI WiMAX dan ADSL
UNTUK MEMBERIKAN LAYANAN MULTIMEDIA(Studi kasus RisTI-BANDUNG)
PERFORMANCE COMPARING ANALYSIS OF WiMAX AND ADSL TO GIVE MULTIMEDIA SERVICE CASE STUDY RISTI BANDUNG
Mochamad Ridwan1 , Hafidudin, ST., MT2, Gunadi Dwi H, ST3
1,2 Jurusan Teknik Elektro Sekolah Tinggi Teknologi Telkom3Divisi RisTI Telkom
[email protected], [email protected], [email protected]
ABSTRAKTuntutan kebutuhan layanan broadband yang semakin meningkat, didorong dengan aplikasi yang beragam membuat
penyedia layanan akses berkompetisi untuk menyediakan layanan yang optimal. Fakta tersebut mendorong para penyedia layanan untuk mencari alternatif teknologi akses agar mampu memenuhi tuntutan kebutuhan layanan. PT.Telkom sebagai salah satu penyedia layanan berupaya mengembangkan jaringan akses pita lebar berupa jaringan wireline ADSL yang telah eksisting untuk diganti ataukah disubtitusi dengan jaringan broadband wireless akses (BWA). Teknologi BWA yang telah dikembangkan oleh PT.Telkom saat ini adalah Worldwide Interoperability for Microwave Access atau WiMAX. Teknologi ini didesain untuk memenuhi kondisi NLOS serta masalah keterbatasan jarak layaknya masalah yang dialami pada jaringan ADSL.
Seperti diketahui bahwa pemanfaatan ADSL salahsatunya adalah untuk mengoptimalkan jaringan kabel yang telah terlanjur digelar. Dari sisi opertaor hal ini sangat menguntungkan karena tinggal memanfaatkan jaringan kabel eksisting. Namun, hal tersebut terdapat beberapa kendala yakni keterbatasan jarak jangkauan, kualitas kabel, keterbatasan bandwidth. Sehingga titik perhatian dari layananDSL terbatas untuk peningkatan utilitas saluran dan skalabilitas perangkat. Pemanfaatan WiMAX adalah untuk mengatasi kendala-kendala seperti yang telah disebutkan sebelumnya. Oleh karena itu dengan melihat parameter bahwa kedua teknologi tersebut memiliki cakupan coverage yang sama yaitu untuk daerah MAN sertav keduany diperuntukkan untuk memenuhi layanan akses pita lebar.
Sehingga pada tugas akhir ini akan dilakukan kajian sejauh mana efektifitas saluran WiMAX terhadap saluran wireline ADSL parameter yang digunakan sebagi analisi pengujian yaitu analisis kualitas tansmisi, analisis performansi untuk layanan data, parameter jitter untuk VoIP, dan MPQM untuk layanan video. Dari hasil pengujian dapat dibuktikan bahwa performansi kualitas transmisi yang dinyatakan dalam SNR pada WiMAX memiliki nilai kualitas transmisi yang mendekati batas nilai minimum, yaitu bernilai antara 24-31 dB dari nilai batas minimum 24 dB. Sedangkan pada ADSL memiliki interval dua kali lipat dari standar minimum yang ditetapkan untuk layanan. Pada ADSL nilai SNR berkisar antara 39 hingga 50 dB dari batas minimum 19,2 dB yang distandarkan untuk layanan. Pada analisis performansi layanan data yang diuji dalam kajian delay dan throughput dapat dibuktikan sebagai berikut. Untuk delay analisisi yang digunakan one way delay pada WiMAX sebesar 53 ms ADSL sebesar 25 ms dari niali batas 100-120ms berdasar dari standar CISCO. Kemudian performansi throughput pada WiMAX hanya mampu teruji sebesar 79,89% dari nilai yang distandarkan oleh kemampuan perangkat, sedangkan pada ADSL secara umum kualitas layanan yang diperoleh sebesar 98,125%. Hal ini sangat bergantung terhadap faktor kondisi link dan jenis layanan yang digunakan. Pengujian jitter pada WiMAX 5,812ms dan pada ADSL sebesar 6,89ms. Nilai jitter berguna untuk layanan real time voice dan nilai tersebut sangat dipengaruhi oleh besarnya jitter buffer pada masing-masing pernagkat. Analisi umum untuk MPQM kualitas layanan berkisar 3,7 dan 4. nilai tesebut dapat dinyatakan dengan kualitas yang bagus.
ABSTRACT
Recently broadband service demand are increase, this case encourage by various service make service provider compete to provide optimum service. This fact make a service provider to create an alternative access technology to fulfill service demand. PT. Telkom as a service provider try to get an alternative network access, which ADSL as existing will be replaced by WiMAX or not. WiMAX technology is designed to fulfill NLOS condition, and also as a solving problem in distance limitation to ADSL network.
As a provider knows that, ADSL using is to optimize wire line network, which have been implemented. This case will make an benefit in operator side, because no other fee to attach new network. Although, there were many problem such as distance coverage limitation, cable quality, and also bandwidth limitation. By that, the focus of DSL service is limited only to increase the utility of existing cable, and instrument scalability. So, the WiMAX function is to be alternative solution and solving problem. Therefore, by seen a same parameter for both of technology that are as same service coverage and the result to get broadband wireless access.
For that reason, in this final task will be done an analyze how far the effectiveness of WiMAX performance than ADSL network. The parameter that will be used are transmission quality, data service performance analyze, jitter for VoIP service and MPQM to videophone access. From the field measurement is could SNR WiMAX about 24 dB until 31dB from minimum standard
Jurnal Tugas Akhir24 dB. Meanwhile, in ADSL get SNR 39-50 dB, from the minimum standard 19,2 dB. In data analyze perform by the parameter have been used delay and throughput are obtained 79,89% for WiMAX and above of 98% for ADSL network. Hence, in delay analyze which has been used one way delay analyze performance are obtained for WiMAX about 114, 06 ms and 104,145ms for ADSL. And then in jitter measurement in WiMAX is obtained 5,812ms and 6,89 ms for ADSL. This parameter is influenced by jitter buffer, and kind of symmetric data between uplink and downlink. Then for MPQM analyze both of technology get perform are 3,7 until 4 point. This value indicate as a good quality.
Jurnal Tugas AkhirI. PENDAHULUAN
Kebutuhan penggunaan komunikasi data yang bersifat broadband wireless yang semakin meningkat[3].
Mendorong terciptanya teknologi akses alternatif agar mampu memenuhi kebutuhan layanan. Salah satu teknologi tersebut adalah WLAN WiMAX yang diharapkan dapat menggantikan teknologi akses ADSL. WiMAX atau Worldwide Interoperability for Microwave Access merupakan teknologi yang mampu memberikan layanan data dengan kecepatan sampai dengan 132 Mbps asumsi dengan kondisi Line Of Sight dan menduduki lebar pita (Bandwidth) sebesar 28 MHz. Teknologi WiMAX ini menggunakan standard IEEE 802.16 dan 802.16a untuk layanan Fixed Wireless Access (FWA) serta IEEE 802.16e untuk layanan Mobile Wireless Access.
Sedangkan layanan multimedia yang telah ada saat ini pada PT.Telkom adalah ADSL. Dengan bit rate yang mencapai 640 Kbps pada arah upstream dan pada arah downstreamnya mampu mencapai 8 Mbps. Masalah yang ada bahwa layanan ADSL terbatas pada kendala relatif mahalnya penggelaran jaringan serta layanan ini terbatas hanya untuk pelanggan yang telah memiliki jaringan wireline atau pelanggan telepon tetap PT.Telkom.
Oleh karena itu untuk mengatasi masalah tersebut muncul suatu gagasan dalam mengatasi keterbatasan pada layanan ADSL. Keterbatasan yang dimaksud antara lain dari sisi Bandwidth, mahalnya infrastruktur jaringan, serta keterbatasan jangkauan layanan. Sehingga dalam Tugas Akhir ini akan diujicobakan apakah WiMax mampu menggantikan keberadaan layanan ADSL untuk pemenuhan layanan multimedia. Serta akan dibuktikan apakah dalam kenyataannnya Wimax mampu memberikan throughput mencapai 70 Mbps untuk fix wireless.
2.1 Konsep Dasar Jaringan WiMAX2.1.1 Diskripsi Umum
WiMAX (Worldwide interoperability for Microwave Access) merupakan standar internasional tentang Broadband Wireless Access untuk menyalurkan data kecepatan tinggi (layaknya teknologi xdsl pada wireline). Di IEEE (The institute of Electrical and Electronics Engineers) standar WiMAX mengacu pada IEEE 802.16. standar ini kemudian lebih lanjut dikembangkan oleh forum gabungan organnisasi non-profit yang disebut WiMAX forum. Sedangkan di ETSI (European Telecommunication Standard Institute) standar spesisifikasi BWA lebih dikenal dengan standar ETSI BRAN HiperMAN.Tabel 2.1 Tabel hubungan dari arsitektur IEEE 802.16
Parameter Perbandingan
802.16 802.16a/ Rev d 802.16e
Lisensi Keluaran Desember, 2001
802.16a Jan 2003802.16Revd: Juni 2004
Pertengahan 2005
Spectrum 10GHz–66GHz 2 – 11 GHz 2 – 6 GHzAplikasi Backhaul Wireless DSL
dan BackhaulInternet Mobile
Kondisi Kanal Line of Sight (LOS)
Non Line of sight (NLOS) dan LOS
NLOS dan LOS
Bit Rate 32-134 Mbps pada lebar kanal 28 MHz
Mencapai 70 Mbps pada lebar kanal 20 MHz
Mencapai 15 Mbps pada kanal 5 MHz
Modulasi QPSK, 16QAM dan 64 QAM
OFDM 256sub-carreiers,QPSK, dan64 QAM
OFDMA
Pergerakan Tetap Tetap Mobile pedestrian
Badwidth Kanal
20, 25 dan 28 MHz
Bandwidth kanal disesuaikan antara 1,5 dan 20 MHz
Up-Link sub kanal untuk penghematan daya
Tipe Radius sel 1 – 3 mil 4 – 6 mil 1 – 3 mil
2.2 Konsep Dasar Jaringan ADSL
2.5.1 Deskripsi UmumADSL ( Asynchronous Digital Subscriber Line ) adalah
teknologi jaringan tembaga atau wireline yang mampu mengirimkan data dengan kecepatan tinggi (broadband), dengan memanfaatkan frekuensi yang berbeda pada transmisi jaringan kabel tembaga yang ada. Prosesnya dilakukan melalui pembagian frekuensi tinggi untuk data dan frekuensi rendah untuk voice dan fax.
ADSL tidak membutuhkan saluran telepon tambahan, sehingga dalam koneksi dapat dilakukan secara bersamaan untuk aplikasi data maupun voice. Perbedaan teknologi XDSL dengan ADSL, adalah bahwa pada ADSL telah dibedakan antara kecepatan kecepatan Upstream (dari pelanggan ke sentral telepon) dan Downstream (dari sentral ke pelanggan). Kecepatan yang mampu dicapai untuk arah downstream sampai pada 8 MBps, sedangkan untuk arah Upstream mencapai 512 KBps per saluran sambungan / Pelanggan.
Tabel 2.2 Hubungan Kecepatan-Jarak Operasional ADSLKecepatan
(Mbps)Perkiraan Jarak
(km)2 5,54 4,56 48 3,5
Kecepatan data yang bisa dilayani oleh modem ADSL ini bervariasi yaitu:
a. Downstream mulai dari 2 Mbps hingga 8 Mbps.b. Upstream mulai dari 64 Kbps hingga 1 Mbps.
2.5.2 Karakteristik ADSLSesuai karakteristik jaringan kabel (wireleine) yang
digunakan dalam system transmisi ADSL, maka parameter berikut harus terpenuhi:
1. Signal to Noise ratio minimum ≤ 25dB2. Margin performansi minimum 6 dB3. Redaman saluran total, pada range frekuensi 2,5-1100 kHz ≤ 63,5 dB
4. Bit Error Rate ≤ 1 x 10-7
5. Metode deteksi Error: Cyclic Redundancy Check ( CRC )
6. Metode koreksi Error : Reed-Solomon Forward Error Correction
Sesuai karakteristiknya karena diimplementasikan pada jaringn kabel maka, jaringan ADSL memiliki kelebihan tidak membutuhkan perubahan besar pada infrastruktur telepon yang ada, sehingga dapat dikembangkan dengan
Jurnal Tugas Akhirlebih cepat dan lebih ekonomis dibanding dengan sistem alternatif lainnya.
2.3 Konfigurasi Jaringan
2.3.1 Konfigurasi Jaringan WiMAX
Secara umum konfigurasi WiMAX dibagi menjadi 3 bagian yaitu Subscriber station atau CPE , Base station, dan Transport site. Berikut konfigurasi secar umumnya.
Gambar 2.2 Konfigurasi Jaringan WiMAX
2.3.2 Konfigurasi Jaringan ADSL
Dalam konfigurasi ADSL ada beberapa peralatan yang dibutuhkan. Peralatan tersebut bertujuan membangun konektifitas dan memudahkan maintenance saat terjadi perbaikan atau penggantian. Peralatan-peraltan tersebut meliputi:Modem ADSL, Splitter, ADSL Router, DSLAM.
Gambar 2.3 Konfigurasi koneksi jaringan ADSL2.4 Layanan Multimedia
Layanan multimedia merupakan wujud kemampuan dan performansi jaringan akses dalam menyalurkan berbagai jenis layanan, yang merupakan perpaduan dari layanan suara, data dan gambar (video) pada jaringan yang sama.
2.5.1 Sistem MultimediaTerdapat 3 kriteria yang menentukan suatu sistem dapat
disebut sebagai sistem multimedia, yaitu:a. Jumlah media, adalah banyaknya media yang
digunakan dalam suatu aplikasi. Meskipun hanya satu kriteria saja yang terpenuhi dengan memakai grafik dan text maka dapat digolongkan sebagai sistem multimedia.
b. Tipe Media 1. Time dependent media, yaitu media yang
rentan dan bergantung terhadap waktu, misalnya aplikasi sinyal suara.
2. Time independent media, adalah jenis media yang tidak bergantung terhadap waktu, seperti aplikasi komunikasi data.
c. Integrasi media, merupakan gabungandari tipe media yang berbeda dan sebenarnya dapat berdiri sendiri namun diproses dan ditampilkan bersamaan.
2.5.2 Kelompok Layanan
Berdasar metode pendistribusiannya layanan multimedia terbagi dalam 2 yaitu:
a. Distributuf (broadcast) yakni pendistribusian layanan dilakukan hanya satu arah saja, yaitu dari sentral ke pelanggan. Tidak perlu interaksi dengan client.
b. Interaktif, terlebih dahulu dilakukan proses dialog atau interaksi antara provider dengan pelanggan sebelum layanan diberikan.
Sehingga berdasarkan hal tersebut dapat dilakukan pengalokasian lebar pita (bandwidth) yang diberikan pada jaringan, baik untuk pengkanalan downstream maupun bandwidth upstrea .
2.5.3 Jenis LayananMenurut metode pendistribusiannya, seperti yang telah
dijelaskan pada sub bab sebelumnya, maka layanan yang termasuk distributive antara lain TV broadcast dan mobile TV. Sedangkan yang termasuk layanan interaktif yaitu VoIP, Video On Demand (VoD) dan Videophone..
2.6 Kualitas LayananDalam pengaplikasian layanan multimedia terdapat
beberapa permasalahan teknis yang perlu mendapat perhatian khusus terkait dengan QoS pada layanan. Permasalahan tersebut antara lain :
1. AvailabilityPersentase ketersediaan sistem atau subsistem telekomunikasi. Idealnya, availability harus mencapai 100%. Namun availability yang diakui cukup baik adalah 99,9999 % (six nines), yang menunjukkan tingkat kerusakan sebesar 2,6 detik per bulan.
2. Throughput Throughput merupakan nilai yang menyatakan
besernya paket baik atau tanpa rusak yang diterima disisi client atau juga prosentase dari banyaknya paket bagus yang diterima pada penerima dibagi dengan jumlah paket yang dikirim setelah dikurangi dengan banyaknya paket loss yang terjadi. Adapun Persamaan throughput ........................................ [2.1]
Throughput = x 100 %
3. Packet LossMenunjukkan banyak jumlah paket yang hilang. Umumnya perangkat memiliki buffer untuk menampung data yang diterima. Jika terjadi kongesti yang cukup lama, maka buffer akan penuh dan data baru tidak dapat diterima.
4. Delay (Latency)Merupakan waktu yang dibutuhkan data untuk menempuh jarak dari asal ke tujuan. Sumber delay terdapat pada jaringan meliputi :
Jurnal Tugas AkhirTabel 2.3 Komponen delay
5. Jitter (variasi Delay)Jitter merupakan variasi kedatangan paket akibat lintasan tempuh data yang berbeda dilihat dari sisi penerima. Hal ini dikarenakan adanya error dalam proses sinkronisasi pada jitter buffer.
2.7 MPQM
MPQM ( Moving Picture Quality Metric ) untuk menentukan nilai kualitas gambar video interaktif berdasar riset UCLA (Universitas California Loa Angeles). Metode ini sebenarnya sama dengan R-model yang digunakan untuk mengukur kualitas VOIP. Nilai kualitas bertingkat dari yang terburuk adalah 1 dan optimal (paling bagus) yaitu 5. Perhitungan dari MPQM adalah sebagai berikut :Persamaan MPQM ...................................................................... [2.2]
Qr = Qe( 1 – PLR )(PLR*100)/R
Dimana : Qr = Nilai kualitas image video , range 0 (unusable) s/d 5(best)
Qe = Kualitas dari codec yang digunakan, harga berkisar antara 3-5
R = Parameter kalibrasi yang digunakan sebagai expresi kompleksitas dari codec untuk video & bitrate, berkisar R(high)=3 R(low)=2
3.1. Arsitektur Sistem
Berikut ini merupakan gambaran arsitektur sistem yang dibangun dalam implementasi pengukuran sistem untuk aplikasi multimedia pada jaringan ADSL maupun WiMAX. Dalam arsitektur ini, secara umum terbagi atas 3 komponen utama, yaitu: sisi sentral (server), media transport serta sisi end user. Dengan konfigurasi sebagai berikut.
3.1.1. Konfigurasi Jaringan WiMAX
Gambar 3.1 Konfigurasi pengukuran jaringan WiMAX
Pengukuran performansi jaringan dilakukan pada laboratorium wireless untuk menentukan tingkat
performansi perangkat WiMAX. Ruang lingkup pengujian meliputi:
» Performance Test, merupakan pengujian untuk membuktikan kualitas penerimaan sinyal pada receiver yang meliputi SNR, throughput, C/N dan area coverage.
» Function Test, adalah uji kemampuan perangkat dalam membuktikan kemampuan feature atau spesifikasi perangkat yang dimiliki.
Integration test, yaitu penyesuaian dan penggabungan perangkat denganjaringan lokal yang ada.
3.1.2. Konfigurasi Pada Jaringan ADSLPengukuran sistem dilakukan menggunakan perangkat
testbed DSLAM PT. Telkom RisTI. Berikut adalah konfigurasi testbed DSLAM yang ada di Lab Wireline Access PT. Telkom RisTI.
Gambar 3.2 Konfigurasi DSLAM testbed PT. Telkom RisTI
3.2. Kondisi LapanganPengukuran performansi pada jaringan WiMAX ini
dilakukan di 9 titik pada wilayah Bandung dan sekitarnya. CPE diletakan di 3 titik yang berada pada daerah luar TELKOMRisTi dan 1 titik yang ditempatkan di ruang seminar laboratorium wireless TELKOMRisTi. Beberapa titik yang ditempatkan lokasi CPE pada wilayah luar laboratorium meliputi Jl.Pajajaran, Jl. Sudirman, Astana anyar dan Rancaekek. Base Station (BS) ditempatkan pada laboratorium wireless dan antena BS dipasang di tower yang terletak diatas laboratorium wireless. Masing-masing titik pengukuran memiliki jarak dari BS yang berbeda dan tinggi dari permukaan air laut yang berbeda
No. Location
Altitude
Azimuth
Distance
GoS Type
on CPE
1 Seminar Room 879 m - 0 Km Platinum
2 Colocoted 1 879 m - 0 Km Platinum
3 Colocoted 2 879 m - 0 Km Platinum
4 Jl. Pajajaran 766 m 332 ° 4,35 Km Platinum
5 Jl.Sudirman 733 m 272 ° 5,32 Km Platinum
6 Astana Anyar 732 m 262 ° 5,82 Km Platinum
7 Bale Endah 902 m 346 ° 15,5 KmPlatinum
Gold
8Pintu Tol Cileunyi 811 m 293 ° 20 Km Platinum
9 Rancaekek 794 m 295 ° 32,8 Km Platinum
Jenis Delay KeteranganAlgorithmic delay
Delay ini disebabkan oleh standar codec yang digunakan. Contohnya, Algorithmic delay untuk G.729 adalah 10 ms
Packetization delay
Delay yang disebabkan oleh peng-akumulasian bit voice sample ke frame. Seperti contohnya, standar G.711 untuk payload 160 bytes memakan waktu 20 ms.
Serialization delay
Delay ini terjadi karena adanya waktu yang dibutuhkan untuk pentransmisian paket IP dari sisi originating (pengirim).
Propagation delay
Delay ini terjadi karena perambatan atau perjalanan. Paket IP di media transmisi ke alamat tujuan. Seperti contohnya delay propagasi di dalam kabel akan memakan waktu 4 sampai 6 s per kilometernya.
Component/ Access Delay
Delay ini disebabkan oleh banyaknya komponen yang digunakan di dalam sistem transmisi.
Jurnal Tugas AkhirKondisi link propagasi tiap titik pengukuran berbeda
tergantung pada keadaan sekitar titik pengukuran. Untuk kondisi NLOS terdapat pada daerah Ruang Seminar dan Pintu Tol Cileunyi. Sedangkan untuk kondisi LOS terdapat pada daerah Bale Endah dan Rancaekek.
Sedangkan pada pengukuran jaringan ADSL berada pada kondisi testbed yang ada pada laboratorium jaringan kabel pada Telkom Risti. Pengujian di laboratorium menggunakan beberapa variabel jarak yang disetting melalui koneksi jaringan di MDF laboratorium. Variabel jarak yang digunakan meliputi jarak 1 hingga 5,5 Km.
3.3. Spesifikasi Kebutuhan Perangkat3.3.1. WiMAX IEEE 802.16dDalam pelaksanaan pengukuran dilapangan mengikuti
prosedur pengukuran yang telah direncanakan. Adapun konfigurasi yang digunakan adalah sepperti telah dijelaskan pada bab sebelumnya, beserta settingan IP dan persiapan perangkatnya. Kesiapan perngakat yang terlibat palam pengujian performansi WiMAX meliputi persiapan perangkat, instalasi, konfigurasi sistem, serta penentuan parameter performansi. Parameter performansi yang dipergunakan pada saat pengujian yaitu:
1. Stabilitas dan konektivitas, menggunakan command Ping pada C command. Perintah ping akan menguji konektivitas antara satu endpoint terhadap endpoint lainnya.
2. Level kuat daya penerima yang dinyatakan dalam SNR dan RSSI
3. Level daya terima minimum atau RSL4. Throughput sinyal. Pengukuran throughput
dilakukan dengan menggunakan command iperf, dengan menuliskan perintah
C:\>iperf –c 192.168.101.2 –u –b -11M –r –i 2Alamat IP address yang digunakan adalah IP address dari server
5. Pengujian Aplikasi WiMAXa. Pengujian aplikasi yang digunakan yaitu
VoIP dengan menggunakan protokol SIP dengan parameter yang dilibatkan adalah througput, packet loss, BER, delay,dan jitter.
b. Aplikasi Videophone dengan protokol yang digunakan adalah H.264 dengan parameter Througput, delay, jitter, dan packet loss
3.3.1.1 Perangkat Keras (Hardware)3.3.1.1.1 Base Station (BS)
Merupakan perangkat transceiver yang dipasang apda suatu lokasi dengan jaringan IP. Dari BS ini akan disambungkan ke beberapa CPE dengan media interface gelomabang radio (RF) yang mengikuti standar WiMAX.
Base station yang digunakan dalam pengujian WiMAX adalah VistaMAX seri OBR3500 dengan jangkauan tiap sektornya sebesar 120o. Jenis duplexing yang digunakan pada BTS tersebut adalah Time Division Duplexing (TDD) dengan teknologi OFDM sebagai transceivernya.
Gambar 3.3 BTS VistaMAXOBR3500 Secara fisik dimensi BTS tersebut yaitu 50,8 Cm x 20 Cm x 12,7 Cm. Dan membutuhkan konsumsi daya maksimum sebesar 45 watt.Base station OBR3500 mampu bekerja pada beberapa range frekuensi. Diantanranya M1 (3300-3400 MHz), M2 (3400-3650 MHz), dan M3 (3600-3800 MHz). Akan tetapi dalam pemakaian dilapangan range frekuensi yang digunakan adalah pada frekuensi 3500 MHz, dengan lebar bandwith sebesar 1,75 MHz.
3.3.1.1.2 Power of EthernetPoE (Power of Ethernet) adalah kemampuan LAN yang menggunakan kabel untuk mengalirkan arus listrik yang diperlukan untuik pengoperasian peralatan yang yang dialirkan melalui kabel data. Kemampuann ini seringkali9 disebut juga inline power, yaitu kemampuan meminimalkan jumlah kabel yang harus digunakan untuk menginstal jaringan.
3.3.1.1.3 Network Management Service (NMS)Protokol manajemen yang digunakan berbasiskan protokol SNMP (Simple Network Management Protocol). Perangkat ini berfungsi sebagai control profile terhadap settingan bandwidth maupun power control pada BS maupun SS.
Gambar 3.4 Komputer server NMS
3.3.1.1.1. Ethernet Switch Jenis Ethernet yang dipergunakan adalah WES 800
yang didalmnya mengakomodasi Base station PoE yang dalam kapasitasnya mampu menghandle sampai 8 sektor BTS WiMAX. Selain itu WES 800 juga memiliki fitur 8-port layer 3 switch yang berfungsi sebagai point of termination antara antena BTS OBR 3500 dan routeratau perangkat jaringan lainnya yang terkait untuk UpLink. Kempuan UpLink tersebut didukung dengan fitur GigE Router Up Link yang mampu mengirimkan sinyal Uplink dalam orde Gbps.
3.3.1.1.4. Subcriber Station (SS)Perangkat SS ini bekerja pada range frekuensi 3300-
3800 MHz. Dengan sumber catuan diperoleh dari power of ethrnet yang berupa kabel UTP sebagai sumber dayanya.
Jurnal Tugas AkhirKonsumsi daya yang dibutuhkan untuk sebuah SS maksimum sebesar 12,5 Watt. Fitur lain yang ada pada SS ini adalah adaptive duplexing antara TDD dan HFDD. Adapun jenis bandwidth yang dapat disetting mulai dari range 1,75 MHz, 3,5 MHz hingga 7 MHz.
3.3.1.1.5. Videophone pada sisi ClientJenis aplikasi yang digunakan dalam pengujian
implementasi WiMAX meliputi VoIP, Videophone dan layanan data yang berupa koneksi internet/ download data kejaringan intranet. Adapun jenis perangkat yang digunakan untuk video phone adalah produk telephose dengan kamera inernal yang telah built in didalamnya.
Gambar 3.7 aplikasi Multimedia
3.3.1.2. Perangkat Lunak (Software)3.3.1.2.4. Webmin NMS Module
Perangkat lunak yang diperlukan untuk setting dan monitoring BTS adalah Webmin NMS. Perangkat lunak tersebut merupakan integrated dalam NMS server. Didalmnya digunakan untuk konfigurasi management bandwidth, network configuration, internet services and protocol, dan setting firewall.
NMS server didalmnya sudah terintegrasi dengan berbasis OS Unix system. Linux operating sistem yang digunakan adalah Debian. Ada 2 mode pengoperasian yaitu dengan basic process dan ada yang dilengkapi dengan linux GUI. Dalam accces GUI NMS server menggunakan web browser firefox untuk webmin aksesnya.
3.3.1.2.5. EtherealEthereal adalah perangkat lunak yang dapat
menganalisa paket-paket yang beredar dalam sebuah jaringan. Perangkat lunak ini dapat menangkap paket-paket dalam jaringan dan kemudian menampilkannya dengan detail-detail yang ada
3.3.2. ADSL (Asynchronous Digital Subscriber Line)
Spesifikasi pernagkat yang diperlukan meliputi perangkat keras (Hardware) dan kebutuhan perangkat lunak (software). Jenis kebutuhan perangkat tersebut disesuaikan berdasar layanan yang akan digunakan dan bergantung terhadap jenis jaringan yang dipakai.
3.3.2.1. Perangkat Keras (Hardware)3.3.2.1.4. DSLAM (Digital Subcrtiber Line
Accees Multiplexer )DSLAM yang digunakan menggunakan produk Alcatel
ISAM 7302. Kelebihan ADSL seri ISAM 7302 yakni mampu menyediakan akses data rate standar ADSL dengan transfer rate maksimum untuk downstream sebesar 8 Mbps, dan
standar teknologi ADSL 2+ yang untuk downstream mampu mengirimkan transfer rate sebesar 25 Mbps.
Pada saat sentral telepon menerima signal DSL, maka modem ADSL akan mendeteksi suara dan data. Suara akan dikirim ke PSTN, sedangkan data akan dikirimkan ke DSLAM, dimana ini melewati IP menuju Internet, lalu kembali ke DSLAM dan ADSL sebelum ke pengguna. Teknologi ADSL 2+ yang digunakan disetting dengan data rate keluaran sebesar 384 Kbps.
3.3.2.1.5. AWSMerupakan komputer server yang mengatur profilr
kerja DSLAM, melalui AWS ini dapat diatur seberapa besar transfer rate upstream dan downstream pada DSLAM. AWS yang digunakan pada pengukuran adalah seri ALCATEL 5523 AWS release 6.5.20 dengan manajemen servicenya dari Sun Technologies.
Gambar 3.9 Jenis Server AWS
3.3.2.1.6. Main Distribution Frame (MDF)Merupakan kumpulan terminasi kabel yang berasal dari
Modul DSLAM pada sisi inletnya, dan merupakan terminasi kabel yang berasal dari copper tesbed pada sisi outletnya. Fungsi dari MDF merupakan penghubung DSLAM dengan jaringan akses pelanggan. MDF (user) terdiri dari ribuan pair kabel pelanggan. Pada kenyataannya sebelum sampai ke pelanggan, sambungan ke pelanggan kemudian diteruskan ke RK (Rumah Kabel) yang memecah sambungan menjadi ratusan pair kabel pelanggan, yang kemudian dipecah lagi menjadi puluhan pair di DP (Distribution Point).
3.3.2.1.7. Copper SimulatorCopper simulator sebenarnya merupakan kabel akses
tembaga yang berupa gulungan-gulungan dengan jarak tertentu. Copper simulator dipergunakan untuk mensimulasikan variabel jarak pada pengukuran. Jarak yang mampu dicapai pada copper simulaor ini mencapai 7 Km.
3.3.2.1.8. ModemMerupakan perangkat untuk mengubah sinyal analog
menjadi sinyal digital dan sebaliknya dengan proses modulasi dan demodulasi. Modem ADSL yang digunakan pada pengukuran ini memakai produk Speedtouch 605, yang sudah mendukung teknologi ADSL 2+.
3.3.2.2. Perangkat Lunak (Software)3.3.2.2.4. Ethereal 0.10.12
Ethereal adalah perangkat lunak yang dapat menganalisa paket-paket yang beredar dalam sebuah jaringan. Perangkat lunak ini dapat menangkap paket-paket dalam jaringan dan kemudian menampilkannya dengan detail-detail yang ada. Fitur-fitur yang ada pada ethereal:
Tersedia untuk UNIX dan Windows Dapat menangkap live packet yang beredar dalam
jaringan
Jurnal Tugas Akhir Paket yang sudah di capture dapat di simpan dan
dibuka kembali Import dan export paket data dari program-program
lain Dapat menyaring paket yang di capture sesuai
kebutuhan Pada penelitian ini, pengambilan data dilakukan dengan
menangkap paket-paket yang dikirim video server ke komputer klien, kemudian melakukan proses penghitungan dengan melihat pada statistik paket.
3.3.2.2.5. Windows Media Player 9Windows media player merupakan perangkat lunak
untuk menampilkan berbagai macam format file audio maupun video. Perangkat lunak ini juga dapat digunakan untuk menampilkan streaming dari internet. Pada pengukuran ini, pengambilan data dilakukan dengan melihat pada statistik file pengamatan.
3.3.2.2.6. Windows Media Encoder 9Windows Media Encoder digunakan untuk
melakukan proses encoding file-file video agar dapat ditransmisikan ke jaringan. Dengan menggunakan perangkat lunak ini dapat diatur resolusi, frame rate, dan bit rate yang digunakan pada saat transmisi.
Jenis coding yang digunakan dalam percobaan adalah kompresi H.264 dan Mpeg 2. pertimbangan kedua jenis kompresi tersebut yakni dengan kedua kompresi tersebut dianggap telah mewakili level kompresi yang ada pada saat ini dan disesuaikan dengan kondisi pada jaringan.
3.4. Analisa Performansi Sistem3.4.1. Perhitungan kualitas sinyal transmisiSalah satu performansi elektris yang digunakan untuk
menetukan performansi jaringan wireles yaitu S/N untuk analog dan Eb/N untuk sistem digital. Untuk memperoleh parameter tersebut sangat dipengaruhi oleh jenis modulasi yang digunakan. Modulasi yang digunakan pada WiMAX 802.16d merupakan modulasi adaptif dimana sistem modulasi yang digunakan dapat menyesuaikan dengan keadaan lingkungan. Ada 4 jenis modulasi yang digunakan yaitu 64 QAM, 16 QAM, QPSK, danBPSK. Keempat jenis modulasi penggunaannya disesuaikan berdasarkan level daya yang diterima. Semakain besar level daya yang diterima maka menggunakan modulasi 64 QAM, jika level daya yang diterima maka akan menggunakan jenis modulasi 16 QAM dan seterusnya. Hingga level daya yang paling kecil maka akan digunakan BPSK sebagai modulasinya.
3.4.2. Signal to Noise RatioS/N merupakan perbandingan antara daya sinyal dengan daya noise pada kanal .Nilai S/N dapat diperoleh dengan rumus :Rumus SNR .............................................. [3.1]
.
dimana :BR = bit rate yang digunakan.Bw = bandwidth kanal
3.4.3. Perhitungan bir rateBit rate sistem diperhitungkan agar ketersediaan bit rate
untuk seluruh sistem dapat diketahui. Besarnya data rate jaringan WiMAX dapat dihitung dengan persamaan [3.2]
dimana :Nused = 192 data (berdasar spesifikasi system dengan 256 FFT)bm = jumlah bit per modulasiCt = coding rateTs = periode symbolDalam perhitungan Link Rate Untuk Multi CarrierLink Rate = .Code rate. Bit modulasi .[3.3]Perhitungan Bit rate untuk setiap kanal(N used.bm cr)/Ts .........……....…. …. [3.4]Perhitungan pada frekuensi 3.5 Mhz dan bandwidth kanal dengan modulasi QPSK 3.5 dengan 256 FFTN used 192Bm QPSK (1/2) =2Cr = ½Ts = Tg+Tb
= (1/(Fs).BW kanal/NFFT)+FS/4= (1/((8/7).3500000)/256)+FS/4= 1.28x10-4 + 3.2x10= 1.6x10-4
Bit rate =
= 600.000 bpsBerikut tabel beserta grafik bit rate sistem pada sistem
OFDM 256 dengan modulasi dan bandwidth operasi berdasar perhitungan teoritis. Grafik dibawah menampilkan bit rate untuk operasi 3.5, 5 dan 7 MHz.
Tabel 3.2 Perhitungan Bit Rate WiMAX 256 FFT
4.1 Pengukuran dan Analisis Kualitas Transmisi4.1.1 Kualitas Transmisi WiMAX
4.1.1.1 Pengukuran dan Analisis SNRParameter SNR menunjukkan kuat daya sinyal terhadap
noise dan interferensi pada kanal transmisi. Besarnya niali SNR bergantung terhadap jenis modulasi yang digunakan. Standar IEEE 802.16 yang menggunakan adaptive modulation membuat perangkat mampu memilih jenis modulasi terhadap nilai SNR yang diterima. Berikut tabel hasil pengukuran perangkat di lapangan.
Tabel 4.1 Pengukuran Nilai SNR Terhadap SQI
No. Location DistanceSQI(%)
SNR (dB)
1 Seminar Room 0 Km 100 31
2 Colocoted 1 0 Km 100 36
3 Colocoted 2 0 Km 100 36
4 Pajajaran 4,35 Km 37 23
5 Jl.Sudirman 5,32 Km 0 18
6 Astana Anyar 5,82 Km 21 23
7 Bale Endah 15,5 Km 100 30
8 Pintu Tol Cileunyi 20 Km 42 24
Jurnal Tugas Akhir
9 Rancaekek 32,8 Km 83 30
Dari hasil pengukuran tersebut, jika dibandingkan dengan nilai nilai cut-off perangkat antara code rate modulation terhadap nilai SNR adalah sebagai berikut:
Tabel 4.2 Standar Nilai SNR Dan Modulasi
Modulation CodeRate
Lower SNR Threshold [dB]
Upper SNR Threshold [dB]
64 QAM C3/4 22.0 24.0
64 QAM C2/3 20.0 22.0
16 QAM C3/4 16.0 20.0
16 QAM C1/2 12.5 15.5
QPSK C3/4 9.5 11.5
QPSK C1/2 7.0 9.0
BPSK C1/2 3.0 7.0
Secara umum perangkat memenuhi kondisi adaptive modulation terhadap level Signal to Noise Ratio. Kesesuaian kedua variabel ini akan berdampak terhadap througput sistem. Hal ini lantaran level bit rate pada throughput yang bergantung terhadap jenis modulasi yang digunakan.
Namun, berdasar data tersebut terdapat satu jenis level SNR yang tidak sesuai referensi. Yaitu pada 16QAM dengan SNR 21 dB. Hal ini disebabkan level signal quality index yang berada dibawah rata-rata. Kondisi standar yang dipersyaratkan perangkat agar sinyal sesuai dengan spesifikasi yaitu diatas 50 persen.
4.1.1.2 Pengukuran dan Analisis RSL (Receive Signal Level)
Receive Signal Level adalah kemampuan penerima menerima daya minimum. Nilai RSL yang didapat harus lebih besar dari receiver sensitivity (RSL ≥ Rx sensitivity) yang disyaratkan oleh perangkat penerima. Semakin kecil nilai RSL, maka semakin baik sensitifitas penerima. Pada pengukuran dilapangan nilai RSL minimum yang disyaratkan perangkat sebesar -101 dBm. Berikut data pengukuran yang diperoleh dilapangan:
Nilai RSL sebanding dengan SNR base station, namun berbanding terbalik terhadap level noise ratio.Berikut hubungan antara nilai SNR trhadap receive signal level perangkat.
Grafik RSL terhadap SNR
-150
-100
-50
0
50
100
150
0 Km 0 Km 0 Km 4,35 Km 5,32 Km 5,82 Km 15,5 Km 20 Km 32,8 Km
SQI Receive Signal LevelSignal to Noise Ratio
Gambar 4.1 Grafik Hubungan RSL Terhadap SNRKetiga variabel tersebut memiliki hubungan yang sebanding. Yakni kualitas sinyal /SQI dipengaruhi oleh level daya dipenerima. Dan kondisi tersebut akan tercapai jika perbandingan sinyal carrier to interference yang dinyatakan dalam SNR cukup tinggi.
Akan tetapi kenyataan dilapangan terdapat beberapa kondisi yang menyebabkan kualitas sinyal berada dibawah standar. Keadaan ini tentunya akan berdampak dengan menurunnya nilai throughput. Sehingga untuk mengatasinya dilakukan analisis terhadap beberapa aspek terkait kondisi real dilapangan. Aspek yang perlu diperhitungkan yaitu
menganalisa kondisi LOS maupun NLOS yang berkaitan dengan analisis fresznel zone dan aspek link propagasi.
4.1.2 Kualitas Elektris ADSLAnalisis kualitas elektris pada jaringan ADSL sangat
terkait dengan kondisi jaringan kabel yang ada. Percobaan ini dilakukan untuk mengetahui performansi aplikasi multimedia serta bagaimana perubahannya terhadap jarak.Parameter elektris yang bisa dibandingkan dengan jaringan wireless WiMAX meliputi: Kontinuitas saluran dan Redaman kabel.
4.1.2.1 Kontinuitas SaluranPengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah
hubungan titik terminal sudah sesuai, serta apakah setiap urat telah tersambung denganbenar dan baik. Alat yang digunakan untuk mengukur adalah Continuity Tester dan Multi meter.
4.1.2.2 RedamanRedaman saluran yaitu kehilangan atau kerugian daya
yang terjadipada saluran. Pengukuran redaman dilakukan dengan menggunakan Test bed jaringan yang ada di Telkom Risti. Konfigurasi pengukuran sama seperti yang dijelaskan pada bab III. Alat yang digunakan untuk menentukan performansi kualitas saluran menggunakan software release seri release 6.5.20 dari Alcatel 5523AWS yang telah terintegrasi dengan DSLAM. Hasil pengukuran dari 10 kali percobaan didapatkan rataan data sebagai berikut:
Tabel 4.4 Analisis Pengukuran Redaman Saluran
Jarak (Km)
Upstream Downstream
Data Rate
(Mbps)
Mean Redaman
(dBm)
Data Rate
(Mbps)
Mean Redaman
(dBm)
1
1,024
9.39
2,048
12.76
2 13.06 19.65
3 15.24 23.85
4 23.71 29.93
5 28.43 33.92
Tabel 4.5 Standar Nilai Redaman Saluran (dB)
Diameter (mm)
Bit Rate (Mbps)
Redaman Standard
(dB)
0,6
2,048 36
4,048 30
6,048 25
Dengan mempertimbangkan variabel jarak tempuh dan level redaman (dB).
Gambar 4.2. Grafik Hubungan Redaman dan JarakBerdasar data yang diperoleh, maka kecenderungan
redaman akan semakin meningkat sebanding dengan peningkatan jarak tempuh. Analisis lain yang dapat diamati bahwa nilai redaman meningkat seiring dengan bertambahnya data rate yang digunakan. Sehingga dalam analisis ini faktor dominan yang menentukan nilai redaman yaitu variabel jarak dan data rate.
4.1.2.3 SNR (signal to noise ratio)a. Sistematika Pengukuran
Jurnal Tugas AkhirSesuai standar ANSI TI.413-1998 untuk layanan
multimedia ditetapkan bahwa daya kirim sebesar 19,2 dBm, dengan nilai BER sebesar 10-7 maka standar nilai SNR adalah 40 dB. Sehingga agar memenuhi persyaratan multimedia maka nilai SNR harus lebih besar dari standar yang ditetapkan. Nilai SNR ditentukan berdasar level daya yang dikirim terhadap noise dengan perhitungan sebagai berikut. Perhitungan SNR .................................... [4.1]Dengan parameter sebagai berikut:
SNR (dBm) = Daya kirim (S) – Noise (N)= 6,44 – (– 43,94)= 50,38 dBm
C1= C2= 46,315nF/KmL = 582 µH/KmR1= R2 = 183,655 Ω/Kmf = 300 kHz NEXTdB = 10 log Kn+15 log fHz
= 63,146 dB
FEXTdB = log Kf+20 log fHz + 10 log = 104,165 dB
Level daya terima.(S)S (dB) = Pin – redaman
= 19,2 – 12,76= 6,44 dBm
Daya noise total (Nxtalk)NNEXT = Pin – NEXTNFEXT = Pin – FEXTNxtalk (dB) = 10 log (10 N NEXT /10 +10N FEXT /10)
= – 43,946 dBm Thermal Noise (NT)
NT(dB)= 10 log k.T.B + 30 dB= –113,416
Daya noise Total (N)N (dB) = 10 log (10NT/10 +10Nxtalk/10)
= – 43,94 dBmSehingga dari perhitungan diatas diperoleh nilai SNR sacara keseluruhan adalah sebagai berikut:
Tabel 4.6 Hasil perhitungan S/N dari Data Pengukuran
Daya Terima (dBm)
Jarak (Km)
Redaman Saluran
(dB)
SNR (dB)
19.34 1 12.76 50.38
21.18 2 19.65 45.496
20.98 3 23.85 41.296
28.021 4 29.93 42.216
29.86 5 33.92 39.966b. Evaluasi Hasil Pengukuran
Paraneter SNR sangat dipengaruhi oleh nilai redaman saluran. Seperti yang disajikan dalam gamber berikut:
Grafik Hubungan Antara SNR dan Redaman
0
10
20
30
40
50
60
1 2 3 4 5
Jarak (Km)
Daya (
dB
)
SNR (dB) Redaman Elektris (dB)
Gambar 4.3. Grafik Nilai SNR Terhadap AtenuasiDapat diketahui dari data yang diperoleh semakin besar
nilai redaman saluran maka nilai SNR akan semakin mengecil atau hubungan antar kedua faktor tersebut adalah berbanding terbalik. Faktor lain yang menyebabkan berkurangnya nilai SNR yakni faktor jarak serta level daya kirim pada transmitter. Dalam percobaan yang dilakukan level daya terima memiliki kecenderungan meningkat dikarenakan settingan perangkat yang secara default mengatur margin antara besarnya redaman terhadap jarak tempuh saluran. Parameter ini ditentukan berdasar profil yang ada pada perangkat DSLAM Alcatel 5523AWS.
4.2 Pengukuran dan Analisis Performansi Multimedia
4.2.1 Analisis DelayDelay atau latency adalah interval waktu yang
diperlukan oleh suatu paket saat data mulai dikirim dan keluar dari proses antrian dari titik sumber awal (source node) hingga mencapai titik tujuan (destination node). Dalam layanan multimedia real time standar kualitas delay total yang terhitung kualitas baik sebesar 100-120ms[1]. Sedangkan kategori yang sudah merusak yaitu diatas 150ms. Kemudian interval antara nilai tersebut terhitung masih dapat ditoleransi..Pengukuran latency ini bertujuan untuk mengevaluasi delay satu arah pada sistem end to end hubungan antar user.
4.2.1.1. Analisis Delay ADSLPengukuran dilakukan dengan melakukan pengujian
pada proses end to end antara user dengan server atau sentral. Selama proses komunikasi dilakukan capture trafik data oleh network analyzer kemudian dilakukan pemfilteran terhadap objek yang diukur. Pengukuran dilakukan berulang-ulang dengan pengambilan sample sebanyak lima kali percobaan.
Dalam layanan multimedia khususnya yang melibatkan voice dan video, parameter delay disebabkan oleh beberapa komponen. Secara garis besar komponen penyusun delay tersebut adalah delay coder (processing), delay serialization, delay packetization, delay jitter buffer serta delay network.
Berdasar hasil akumilatif delay, maka delay total untuk layanan multimedia tersebut adalah sebagai berikut:
Tabel 4.8 Delay Total PerhitunganBit
Rate [kbps]
JarakNetwork Delay [ms]
Delay total [ms]
282 1 30.13072 111.138965
Jurnal Tugas Akhir
2 33.18859 114.196835
3 32.2805 113.288745
4 34.09258 115.100825
5 34.18123 115.189475
548
1 25.14726 102.439190
2 23.39133 100.683260
3 25.056 102.347930
4 24.19178 101.483710
5 25.60783 102.899760
1128
1 18.83201 96.123940
2 19.9507 97.242630
3 18.32371 95.615640
4 19.30916 96.601089
5 19.0156 96.307530
Dari hasil pengukuran dan perhitungan dapat dinalisa bahwa delay total masih dalam kualitas yang optimal, karena masih dalam rentang 100-120ms. Hal tersebut signifikan terhadap pengaruh nilai SNR yang berbanding terbalik dengan nilai delay.
4.2.1.2. Analisis delay Pada WiMAXBerdasarkan data yang didapat dari hasil pengukuran
dilapangan maka one way delay dapat dihitung dengan proses yang sama seperti pada perhitungan sebelumnya.Berikut data yang diperoleh dari proses perhitungan one way delay:
Tabel 4.9 One way delay pada WiMAX
Lokasi jarakOne Way
Delay (ms)
Seminar Room 0 Km
78.939
112.187
Colocoted 1 0 Km
78.97762
113.3512
Colocoted 2 0 Km
78.17062
112.4192
Bale Endah15,5 Km
80.805
114.552
Pintu Tol Cileunyi20 Km
83.212
116.399
Rancaekek- BDG32,8 Km
81.105
115.551
Dari tabel, diperoleh bahwa delay end to end link dengan codec G.723 memiliki nilai delay yang lebih besar bila dibandingkan dengan teknik kompresi G.711. hal ini lebih dikarenakan faktor bahwa codec G.711 memiliki waktu proses dan delay paketisasi yang lebih besar. Fakta tersebut didukung bahwa jumlah overhead pada teknk kompresi G.723.1 lebih banyak bila dibandingkan dengan G.711.
Namun secara kuantitatif, bahwa delay dengan codec G.711 pada jaringan WiMAX telah memenuhi standar yang ditetapkan dan dengan kualitas yang bagus. Sedangkan dengan codec G.723.1 kualitas VoIP masih memenuhi standar. Meskipun dengan kualitas yang baik.
4.2.2 Packet Loss dan ThroughputThroughput merupakan ukuran kecepatan rataan yang
diterima pada sisi end user, atau perbandingan antara data rate yang diterima terhadap kecepatan data yang dikirimkan. Pada analisis throughput pada tugas akhir ini disetting kedu perangkat menggunakan data rate yang sama. Namun karena sistem WiMAX data rate yang digunakan adalah dedicated rate sehingga sangat bergantung terhadap jumlah user. Hal ini pula yang membedakan dengan sistem ADSL yang bersifat full allocated pada saluran jaringan lokal akses tembaga. Sehingga dalam pengujian throughput dan packet loss pada kedua sistem ini tidak sepenuhnya menggunakan parameter yang sama sebagai pembandingnya. Hanya lebih menitik beratkan pada seberapa besar pemakaian bandwidth yang digunakan untuk melewatkan trafik yang diuji dalam nilai prosentase.
4.2.2.1 Througput Pada Sistem WiMAX4.2.2.1.1 Perhitungan Bit RateBit rate sistem dihitung melalui persamaan Nused x bm x
Cr/Ts. Detail proses perhitungan telah dijelaskan pada bab III. Bit rate sistem dihitung berdasrkan standar telekomunikasi internasional.
Berikut grafik bit rate sistem pada sistem OFDM 256 dengan modulasi dan bandwidth operasi berdasr perhitungan teoritis. Grafik dibawah menampilkan bit rate untuk operasi 1,75 MHz, 3.5MHz, 5MHz dan 7 MHz
Bit Rate Kanal Per Bandwidth
0.6 1.2 1.8 2.4
4.86 6.6
1.22.4
3.64.8
7.2
9.610.8
1.713.43
5.146.86
10.29
13.7115.43
2.4
4.8
7.2
9.6
14.4
19.2
21.6
0
5
10
15
20
25
BPSK C1/2
QPSK C1/2
QPSK C3/4
16 QAMC1/2
16 QAMC3/4
64 QAMC2/3
64 QAMC3/4
Modulasi
Bit
Ra
te
BW 1,75 MHz BW 3,5 MHz BW 5 MHz BW 7 MHz
Gambar 4.5. Grafik Bit Rate WiMAX Secara Teoritis4.2.2.1.2 Pengukuran Throughput Tes Dan
Packet Loss Konfigurasi pengukuran mengikuti perencanaan di
awal, seperti telah dijelaskan pada bab III. Pengukuran throughput dilakukan melalui monitoring yang berbasis web interface dengan melakukan transfer data sebesar 10Mbps untuk downlink dan 8Mbps padauplink. Pengukuran dilakukan pada depalan titik jarak dan settingan grade of service yang berbeda sesuai peruntukannya. Berikut capture pengukuran yang telah dilakukan.
Gambar 4.6. Capture Pengukuran ThroughputBerikut hasil pengukran throughput dilapangan dengan sembilan titik sampel pada kondisi LOS mapun NLOS:
Jurnal Tugas AkhirTabel 4.10. Throuhput Hasil Pengukuran WiMAX
No. Location
Packet Loss %
Throughput
DL UPL
1 Seminar Room 0.094 1,850 469.95
2 Colocoted 1 1.246 1,810 415.09
3 Colocoted 2 1.312 1,840 411.56
4 Pajajaran − − −
5 Jl.Sudirman − − −
6 Astana Anyar − − −
7 Bale Endah 0.08 1,520 385.58
0.268 608.49 293.52
8 Pintu Tol Cileunyi 2.365 1,690 412.12
9 Rancaekek 3.175 1,910 475.18
Dari data yang dilakukan melalui 9 kali percobaan, diperoleh nilai rataan througput sebesar 79.89%. Throughput tersebut diperoleh berdasarkan perbandingan nilai riil dilapangan terhadap kapasitas kanal perangkat. Dengan menggunakan perhitungan rataan jam sibuk saat terjadi pengiriman data. Besar packet loss bervariasi, dengan nilai yang bergantung terhadap jarak pengamatan.
Dari perolehan data yang ada, dapat dianalisis bahwa kecenderungan througput mengalami fluktuatif yang cukup signifikan, terutama pada kondisi awal pengukuran saat. Faktor dominan penyebab keadaan tersebut antara lain faktor multipath fading, loss tranmisi, dan pada kondisi awal masih dilakukan identifikasi perangkat serta proses stabilisasi antara modulasi yang digunakan dengan SNR yang diterima. Hal tersebut yang menjadikan faktor throughput yang diterima kurang maksimal disamping settingan QoS pada sistem.
4.2.2.2 Throughput Pada Sistem ADSLa. Sistematika PengukuranPengukuran dilakukan melalui beberapa skenario
seperti pada konfigurasi yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya. Kemudian data yang diperoleh dari sistem di capture dengan menggunakan network analyzer, untuk selanjutya dilakukan filterisasi terhadap protokol realtime. Pengujian dilakukan melalui lima kali pengukuran data secara berulang-ulang. Perhitungan throughput terdapat dua macam, yaitu Nilai yang menyatakan besarnya outputan suatu sistem dan yang kedua menyatakan prosentase nilai output terhadap nilai kirim. Nilai throughput yang berdasar prosentase ditentukan berdasarkan perhitungan. Berikut data rataan tentang pengukuran sebagai berikut:
Tabel 4.11 Packet Loss dan ThroughputBIT
RATE [Kbps]
JARAK [Km]
THROUGHPUT [%]
LOSS [packet]
282
1 99.4064 1.82 99.0076 33 98.7271 3.874 98.1078 5.755 98.05 5.9
548
1 98.0825 10.532 98.075 10.63 98.1026 10.504 97.1817 14.75 98.207 9.8
1128
1 98.625 15.802 98.328 193 97.324 304 98.325 19.35 96.3259 41.43
b. Evaluasi Hasil PengukuranDari hasil perhitungan diatas dapat disimpulkan bahwa
nilai throughput yang didapat telah memenuhi standar kualitas performansi multimedia yang dipersyaratkan. Dalam kondisi tertentu throughput mengalami penurunan yang signifikan, yakni sebesar 96%, kondisi ini seperti pada kondisi jaringan wireless pada umumnya. Hal ini dipengaruhi oleh faktor jarak yang menentukan serta besarnya data rate yang dikirimkan. Semakin besar data rate dan jarak yang ditempuh maka kecenderungan menurunnya throughput akan semakin besar. Namun mengacu pada standar Cisco bahwa packet loss yang masih bisa ditoleransi sebesar 5%. Sehingga secara keseluruhan data percobaan yang didapat seluruhnya memenuhi kriteria ubtuk pengiriman multimedia.
Kondisi lain yang dapat diamati bahwa menerunnya throughput akan diikuti dengan fenomena loss paket yang semakin meningkat. Sehingga kesimpulan lain yang dapat diperoleh dari data tersebut, yakni hubungan antara throughput dan loss paket dalam pengiriman data adalah berbandingan terbalik.
4.3 JitterJitter merupakan variasi kedatangan suatu paket dalam
suatu transmisi pada jaringan komunikasi data. Hal ini dikarenakan adanya error dalam proses sinkronisasi pada jitter buffer. Variasi kedatangan suatu paket tersebut umumnya terjadi pada jaringan IP. Banyak faktor yang menjadi penyebab adanya jitter diantaranya delay yang berbeda lantaran lintasan saat proses routing, terdapatnya waktu tunggu dalam antrian pada suatu router yang berbeda-beda, serta disebabkan karena coallison atau tabrakan paket dalam jaringan. Ketiga faktor tersebut merupakan faktor utama terjadinya jitter.. Pengaruh variasi kedatangan paket tersebut mengakibatkan menurunnya layanan kualitas multimedia. Penurunan kualitas multimedia ini dapat berupa adanya flip atau gambar patah dalam pemutaran video ataupun suara yang terputus. Berikut adalah hasil pengukuran jitter :
4.3.1 Pengukuran Jitter Pada WiMAXPada pengukuran jitter dengan media akses wireless
WiMAX diperoleh melalui koneksi aplikasi realtime protokol dalam pengamatannya. Sehingga dengan jitter buffer yang disetting default dapat diamati besarnya variasi data diterima. Adapun konfigurasi mengikuti pada perencanaan awal jaringan saat pengukuran.
Jurnal Tugas Akhir
Gambar 4.7 Capture Pengukuran JitterSehingga secara kumulatif data pengukuran didapat
sebagai berikut:Tabel 4.13 Pengukuran Jitter Pada WiMAX
No. Location SQI Jitter
1 Seminar Room 100 2.443
2 Colocoted 1 100 3.215
3 Colocoted 2 100 5.609
4 Bale Endah 100 7.116
5 Pintu Tol Cileunyi 42 9.692
6 Rancaekek 83 6.794
Dari pengukuran tersebut diperoleh jitter antara 2 hingga 10 ms dengan rataan sebesar 5,812. Berdasar standar CISCO jitter yang dipersyaratkan untuk layanan multimedia dengan kualitas bagus yaitu dibawah 30 ms. Nilai jitter sangat dipengaruhi oleh kuat sinyal yang diterima yang dinyatakan dalam SQI. Namun secara umum kualitas WiMAX untuk multimedia telah memenuhi standar dengan kualitas yang bagus.
4.3.2 Pengukuran Jitter Pada ADSLa. Sistematika PengukuranPada pengukuran Jitter konfigurasi pengukuran
disetting sama dengan melakukan pengukuran untuk one way delay. Nilai jitter diperoleh melalui pemfilteran dari protokol UDP untuk diseleksi menjadi protokol RTP. Kemudian dilakukan capture terhadap data yang diperoleh. Hal ini didasarkan bahwa dengan menggunakan protokol RTP maka proses real time file dapat diamati.
Percobaan dilakukan secara 5 kali berulang-ulang yang kemudian diperoleh nilai rataan yang lebih lengkapnya dapat dilihat pada lampiran. Adapun grafik perolehan dari ketiga pengujian dengan jarak dan data rate yang berbeda adalah sebagai berikut:
Mean Pengukuran Jitter
0
5
10
15
20
25
30
1 2 3 4 5 Km
ms
bit rate 282Kbps bit rate 548 Kbps
Bbit rate 1024Kbps
Gambar 4.8 Grafik Pengukuran Jitter Rataan
b. Evaluasi Hasil PengukuranJitter sangat dipengaruhi oleh jitter buffer pada sistem.
Semakin besar nilai buffer maka probabilitas akan mengakomodasi delay jitter untuk disinkronisasipun akan semakin besar. Sehingga akibatnya nilai jitter delay-pun akan semakin kecil. Dari data perolehan apabila dianalisis kedalam grafik akan diperoleh gambaran sebagai berikut.
Berdasar rekomendasi dari ITU-T, bahwa nilai jitter yang masih bisa ditoleransi untuk layanan realtime adalah kurang dari 30 ms. Sehingga mengacu pada data perolehan percobaan, nilai data pengukuran yang didapat masih berada pada kondisi optimum. untuk layanan multimedia. Faktor dominan yang menentukan nilai besaran delay jitter adalah jitter buffer. Maka pada data dengan bit rate yang lebih kecil yang notabene default oleh sistem DSLAM ADSL nilai jitter buffernya pun semakin kecil. Oleh karena itu dapat diamati pada grafik bahwa jitter yang paling kecil didapat dari nilai bit rate yang disetting semakin besar.
4.4 MPQM4.4.1 Pengaruh Packet Loss Terhadap Kualitas Gambar
Metode MPQM digunakan untuk menyatakan kualitas video yang diterima pada sisi client. Dengan nilai skala nol untuk kualitas yang tidak terpakai serta lima untuk nilai yang menyatakan kualitas optimal. Faktor yang berpengaruh terhadap kualitas gambar yang diterima berdasar metode ini yaitu parameter packet loss dan decoder yang digunakan. Adapun jenis decoder yang digunakan yaitu H.264 dan MPEG 2. Sehingga pada percobaan ini akan dianalisis pengaruh kedua parameter tersebut terhadap kualitas gambar yang diterima disisi penerima. Berdasar hasil pengukuran dengan melibatkan variabel packet loss dan decoder maka diperoleh nilai MPQM sebagai berikut:
Grafik Kualitas MPQM
01
23
45
1 2 3 4 5 Km
Qr
MPQM Bitrate 282Kbps MPQM Bitrate 548 Kbps
MPQM Bitrate 1128 Kbps
Gambar 4.9. Grafik MPQM Pada Multimedia4.4.2 Evaluasi Hasil
Evaluasi berdasar data yang diperoleh, bahwa nilai qualitas video ditentukan berdasar settingan bit rate, besar paket loss, serta faktor decoder yang digunakan. Dapat dianalisis bahwa setingan tinggi bit rate dan semakin kompleks pengolahan image video maka pengaruh paket loss semakin kecil. Analisis lain yang dapat disimpulkan bahwa faktor jarak tidak begitu dominan, karena dengan jarak yang berbeda trend yang ada cenderung linier meskipun terdapat kualitas yang menurun pada jarak terjauh. Faktor dominan yang sangat menentukan pada pengukuran kualitas gambar dengan metode MPQM yaitu jenis decoder yang dipakai serta besar paket loss terhadap bit rate yang digunakan.
5.1 Kesimpulan
Jurnal Tugas AkhirBerdasar perhitungan dan percobaan pada frekuensi 3,5GHz pada WiMAX dan Pengukuran performansi pada ADSL didapat beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Bit rate kanal maksimum pada bandwidth 1,75 MHz pada WiMAX yaitu 1.910Mbps, yang merupakan representasi 79,58 % dari nilai teoritis sistem. Sedangkan pada ADSL memiliki rataan throughput sebesar 98,125 %. Kedua pengujian tersebut disetting dengan data rate 500 Kbps dan 1024 Kbps.
2. SNR hasil pengukuran pada WiMAX dengan modulasi 64 QAM berkisar dari 24 dB sampai 31 dB dari standar minimum 24 dB. Hal ini dominan dipengaruhi oleh faktor kondisi lingkungan berupa multipath fading dan jenis modulasi. Sedangkan pada ADSL dengan nilai SNR yang diperoleh sebesar 39 dB hingga 50 dB dari standar minimum sebesar 19,2 dB.
3. Ratan one way delay pada WiMAX dari SS ke BS sebesar 114,06 ms pada kondisi LOS dan NLOS. Sedangkan rataan 5 kali percobaan one way delay pada ADSL sebesar 104,145ms.
4. Pada layanan VoIP yang memerlukan protokol real time sangat dipengaruhi oleh faktor jitter. Nilai rataan jitter pada WiMAX sebesar 5,812 ms. Sedangkan rataan jitter pada ADSL untuk bit rate 1128 Kbps sebesar 6.89 ms. Nilai tersebut sangat dipengaruhi oleh settingan jitter buffer pada perangkat. Standar nilai untuk aplikasi voice adalah dibawah 30 ms.
5. Jarak pengukuran maksimum pada WiMAX mencapai 32,8 Km yaitu dari kantor RiSTI-rancaekek Bandung. Sementara pada ADSL jarak maksimum yang mampu dicapai 5,5 Km yang sesuai dengan standar karakteristik jaringan.
5.2 Saran
1. Perbandingan kedua performansi jaringan selanjutnya dapat mengambil studi kasus yang spesifik dengan melibatkan jenis layanan kebutuhan pelanggan, dan melibatkan analisis ekonomi, serta pada jaringan yang eksisting bukan pada kondisi trial.
2. Analisis WiMAX hendaknya memperhitungkan faktor handover jaringan, dan pada bandwidth yang berbeda. Sedangkan pada DSL perlu dilakukan kajian terhadap varian teknologi lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
1. Ohrtman, Frank, 2005. WiMAX Handbook Building 802.16 wireless Network, New York: Mc-GRAW-Hill
2. Lammle, Todd, 2005. CCNA: Cisco Certified Network Associate Study Guide, Jakarta: Elex Media Komputindo.
3. Hantoro, Gunadi Dwi dan Gunawan Wibisono, 2006. WiMAX: Teknologi Broadband Wireless Akses (BWA) Kini dan Masa depan. Bandung: Informatika Bandung.
4. PT. Telekomunikasi Indonesia, 2000 Pedoman Pengukuran dan Karakteristik Elektris Jarlokat, Bandung: Divisi RisTi
5. The Institute of Electrical and Electronics Engineers, 2002. 802.16aTM IEEE Standard for Local and metropolitan are network part 16: Air Interface for fixed Broadband Wireless Access Systems-Amendments 2: Medium Access Control Modifications And Additional Physical Layers Specifications For 2-11 GHz. New York: IEEE
6. The Institute of Electrical and Electronics Engineers, 2004. 802.16 IEEE Standards for local and metropolitan area networks part 16: Air Interface for Fixed Broadband Wireless Access Systems. New York: IEEE
7. European Telecommunication Standard Institute, 2003. ETSI ES 202 913 V1.1.2 : Access and Terminals (AT); POTS requirements applicable to ADSL modems when connected to an analogue presented PSTN line, London: European Telecommunication Standard Institute.Inc
8. Wilkinson, Andrew, 1999 ADSL/VDSL Line Simulation, A Feasibility Study and Initial Design, London: University College London
9. Roger. L , Freeman. 1998. Telecommunications Transmission Handbook, John Willey.
10. Rappaport, Theodore S, 2002. Wireless Communication. New York: Prentice Hall.
11. V. Erceg et. An empirically based path loss model for wireless channels in suburban environments. IEEE J. Select Areas Commun., vol. 17. no. 7, July 1999. pp. 1205-1211.
12. Timo Smura, 2004. Techno Economic Analysis of IEEE. 802.16a Based Fixed Wirelees Access Network, New York : Helsinki University of Technology.
13. WiMAX Forum, 2004. WiMAX’s Technical Advantage for Coverage in LOS and NLOS Conditions, August 2004
14. Wimax Forum, 2006.The Business Case for 802.16e WiMAX Networks for Stationary, Portable and Mobile Subscribers. New York :www.wimax forum.org
15. Wimax Forum, 2004. WiMAX the Business Case .New York :www.wimax forum.org
16. ADSL Forum web site : http://www.adsl.com17. Wireless MAN website http://www.WirelessMAN.org/