jurnaleva

3
The four major clinical trials of glicemic control to date have potentially important clinical heterogenity. Peserta VADT mirip dengan peserta ACCORD (usia rata-rata 62 tahun : menderita DM kira- kira 10 tahun) dibandingkan dengan UKPDS (usia rata-rata 53 tahun: baru terdiagnosis menderita DM) dan intensitas intervensi pada VADT. Tidak seperti UKPDS, dimana hampir seluruh peserta mendapat pengobatan tunggal, VADT menambah obat glikemi multipel untuk mengurangi kadar hemoglobin yang terglikosilasi <7%, tapi algoritma pengobatan intesif pada VADT kurang agresif daripada yang digunakan pada uji ACCORD, dimana investigator mencoba untuk menormalkan kadar hemoglobin yang terglikosilasi. Sayangnya tidak memungkinkan untuk mengetahui apakah heterogenitas klinis ini menjelaskan peningkatan kematian pada uji ACCORD, kurangnya efek pengobatan menyebabkan kematian pada studi kami dan penurunan kematian terlihat pada UKPDS. Pada observasi UKPDS, angka kejadian mikrovaskuler dan kardiovaskuler tetap rendah pada kelompok yang mendapat pengobatan (yang diintervensi) daripada kelompok kontrol, efek legasi (ter kadang dikatakan sebagai memori metabolik) . Ini masih bisa salah, tapi bagaimanapun, hasil penelitian kami mendukung efek legasi. Pertama, perbedaan substansi pada hemoglobin terglikosilasi bertahan 2 tahun setelah percobaan berakhir dan tidak pernah mencapai nol. Dan kedua, kekuatan statistik dari studi ini tidak cukup untuk sepenuhnya menilai masalah ini. Pemantauan yang berkelanjutan pada penelitian cohort dapat membantu menjawab pertanyaan ini. Hasil penelitian ini tidak seharusnya diinterpretasikan sebagai pendukung untuk mengevaluasi kualitas klinisian di pelayanan kesehatan dan sistem kesehatan yang menggunakan proporsi kadar hemoglobin terglikosilasi pasien yang mencapai <7%. Walaupun dengan bantuan dari tim peneliti yang berpengalaman hanya beberapa pasien yang dapat mencapai kadar hemoglobin terglikosilasi <7%. Sebagai tambahan, dengan tidak adanya pengurangan angka kematian total, pengurangan rendah- sedang kejadian kardiovaskuler perlu dipertimbangkan terhadap potensi bahaya akibat pengobatan yang terlalu agresif dan penyulit, profil keamanan jangka panjang dan efek samping pengobatan termasuk berat badan dan hipoglikemia. Sebagai contoh, Vijan dan teman-teman memeriksa keuntungan dari menurunkan glukosa, mereka neranggapan dengan mengurangi 1% kadar hemoglobin terglikosilasi dapat menurunkan 15% kejadian

Upload: fauziaevalatifahs

Post on 05-Jan-2016

216 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

j

TRANSCRIPT

Page 1: JURNALEVA

The four major clinical trials of glicemic control to date have potentially important clinical heterogenity. Peserta VADT mirip dengan peserta ACCORD (usia rata-rata 62 tahun : menderita DM kira-kira 10 tahun) dibandingkan dengan UKPDS (usia rata-rata 53 tahun: baru terdiagnosis menderita DM) dan intensitas intervensi pada VADT. Tidak seperti UKPDS, dimana hampir seluruh peserta mendapat pengobatan tunggal, VADT menambah obat glikemi multipel untuk mengurangi kadar hemoglobin yang terglikosilasi <7%, tapi algoritma pengobatan intesif pada VADT kurang agresif daripada yang digunakan pada uji ACCORD, dimana investigator mencoba untuk menormalkan kadar hemoglobin yang terglikosilasi. Sayangnya tidak memungkinkan untuk mengetahui apakah heterogenitas klinis ini menjelaskan peningkatan kematian pada uji ACCORD, kurangnya efek pengobatan menyebabkan kematian pada studi kami dan penurunan kematian terlihat pada UKPDS.

Pada observasi UKPDS, angka kejadian mikrovaskuler dan kardiovaskuler tetap rendah pada kelompok yang mendapat pengobatan (yang diintervensi) daripada kelompok kontrol, efek legasi (ter kadang dikatakan sebagai memori metabolik) . Ini masih bisa salah, tapi bagaimanapun, hasil penelitian kami mendukung efek legasi. Pertama, perbedaan substansi pada hemoglobin terglikosilasi bertahan 2 tahun setelah percobaan berakhir dan tidak pernah mencapai nol. Dan kedua, kekuatan statistik dari studi ini tidak cukup untuk sepenuhnya menilai masalah ini. Pemantauan yang berkelanjutan pada penelitian cohort dapat membantu menjawab pertanyaan ini.

Hasil penelitian ini tidak seharusnya diinterpretasikan sebagai pendukung untuk mengevaluasi kualitas klinisian di pelayanan kesehatan dan sistem kesehatan yang menggunakan proporsi kadar hemoglobin terglikosilasi pasien yang mencapai <7%. Walaupun dengan bantuan dari tim peneliti yang berpengalaman hanya beberapa pasien yang dapat mencapai kadar hemoglobin terglikosilasi <7%. Sebagai tambahan, dengan tidak adanya pengurangan angka kematian total, pengurangan rendah- sedang kejadian kardiovaskuler perlu dipertimbangkan terhadap potensi bahaya akibat pengobatan yang terlalu agresif dan penyulit, profil keamanan jangka panjang dan efek samping pengobatan termasuk berat badan dan hipoglikemia.

Sebagai contoh, Vijan dan teman-teman memeriksa keuntungan dari menurunkan glukosa, mereka neranggapan dengan mengurangi 1% kadar hemoglobin terglikosilasi dapat menurunkan 15% kejadian kardiovaskuler non fatal (pengurangan kdar hemoglobin terglikosilasi sedikit lebih besar daripada yang ditemukan pada penelitian kami). Mereka menemukan pada pasien yang mengkonsumsi metformin kadar hemoglobin tergliosilasi <8.5%, preferensi pasien adalah faktor yang sangat penting untuk menentukan apakah pengobatan glikemik lebih lanjut menghasilkan keuntungan atau kerugian terutama pada pasien >55 tahun. Hasil penelitian mereka, menunjukan risiko dan keuntungan dari mengontrol glukosa secara intensif dapat lebih baik pada pasien yang lebih muda, tapi sikap pasien mengenai penyulit dan efek samping dari pengobatan sangat relevan pada semua kelompok usia dengan kadar hemoglobin terglikosilasi <9%.Hasil penelitian kami memberikan bukti lebih lanjut bahwa menigkatkan kontrol glikemik dapat mengurangi laju kejadian kardiovaskuler. Potensi menguntungkan ini mungkin dapat dipertimbangkan dengan pasien dan keseimbangan antara penyulin dan efek samping dari pengobatan penurunan glukosa dapat dipertimbangkan.

Penelitian kami memiliki keterbatasan. Pertama, ini adalah pemantauan observasional yang acak dan terkontrol. Kemungkinan ada perbedaan antara kedua kelompok selain perbedaan kadar

Page 2: JURNALEVA

hemoglobin terglikosilasi, baik selama atau setelah penelitian. Namun, kami tidak menemukan bukti perbedaan efek pengobatan dalam periode pemantauan sehubungan sehubungan dengan tekanan darah dan kadar lipid – 2 faktor utama risiko kejadian kardiovaskuler yang dapat dimodifikasi.. Kedua, penelitian cohort adalah subkelompok dari penelitian populasi dan temuan dari penelitian cohort mungkin tidak sepenuhnya mewakili.

Namun, kami tidak menemukan bias seleksi sampel. Kelompok pengobatan intensif dan kelompok pengobatan standar tidak berbeda sexara signifikan dengan setiap karakteristik awal dan analisis sensitivitas yang menggunakan data dari cohort lengkap menunjukan hasil yang sangat mirip dengan hasil analisis data yang digunakan dari kelompok survei. Akhirnya, kami dapat memiliki power yang cukup untuk dapt menilai kematian kardiovaskuler, meskipun power yang kami miliki untuk menilai angka kematian mirip dengan hasil primer.

Sebagai kesimpulan, kami menemukan beberapa pasien yang secara acak setuju untuk mengontrol glukosa secara intensif atau pengobatan standar selama 5.6 tahun , kelompok yang mendapat pengobatan secara instensif, kejadian kardiovaskuler mayor berkurang 17% secara signifikan sebagai perbandingan dengan kelompok yang mendapat pengobatan stadar. Setelah hampir 10 tahun dipantau, 8.6 kejadian kardiovaskuler dapat dicegah per 1000 orang/tahun. Dibandingkan dengan terapi standar, mengontrol glukosa secara intensif tidak berubungan dengan penurunan penyebab kematian secara signifikan setelah hampir 12 tahun pemantauan.