jurnal scientia vol 1, no 2

Upload: stifi-perintis

Post on 02-Jun-2018

302 views

Category:

Documents


9 download

TRANSCRIPT

  • 8/10/2019 Jurnal Scientia Vol 1, No 2

    1/67

  • 8/10/2019 Jurnal Scientia Vol 1, No 2

    2/67

  • 8/10/2019 Jurnal Scientia Vol 1, No 2

    3/67

    SSCCIIEENNTTIIAAJJUURRNN AALL FFAARRMMAASSII DDAANN KKEESSEEHHAATTAANN

    TTEERRBBIITTDDUUAAKKAALLIISSEETTAAHHUUNN

    SSEETTIIAAPPBBUULLAANNFFEEBBRRUUAARRIIDDAANNAAGGUUSSTTUUSS

    DD EEWW AA NN RR EEDD AA KK SSII

    Penanggung Jawab :

    Prof. H. Syahriar Harun, Apt

    Pemimpin Umum :

    DR.H.M. Husni Mukhtar,MS, DEA, Apt

    Redaktur Pelaksana :

    Verawati, M.Farm, Apt

    Eka Fitrianda, M.Farm, Apt

    Sekretariat :Afdhil Arel, S.Farm, Apt

    Khairul

    Dewan Penyunting :

    Prof.H. Syahriar Harun,Apt

    Prof.DR.H. Amri

    Bakhtiar,MS,DESS,Apt

    Prof.DR.H. Almahdy, MS, Apt

    DR.H.M. Husni Mukhtar, MS, DEA, Apt

    Drs. Yufri Aldi, MSi, Apt

    Drs. B.A. Martinus , MSi

    Hj. Fifi Harmely, M.Farm ,AptFarida Rahim, M.Farm, Apt

    Revi Yenti, M.Si, Apt

    Verawati, M.Farm, Apt

    Ria Afrianti, M.Farm ,AptEka Fitrianda, M.Farm, Apt

    Penerbit :

    Sekolah Tinggi Farmasi Indonesia (STIFI) Perintis Padang

    ISSN : 2087-5045

    Alamat Redaksi/Tata Usaha

    STIFI Perintis

    Jl. Adinegoro Km. 17 Simp. Kalumpang Lubuk Buaya Padang

    Telp. (0751)482171, Fax. (0751)484522e-mail : [email protected]

    website : www.stifi-padang.ac.id

  • 8/10/2019 Jurnal Scientia Vol 1, No 2

    4/67

    SSCCIIEENNTTIIAAVVOOLL..11NNOO..22,,AAGGUUSSTTUUSS 22001111

    IISSSSNN::22008877--55004455

    1

    MEMBANDINGKAN KADAR DAN LAJU DISOLUSI TABLET ASAM

    MEFENAMAT NAMA DAGANG DAN NAMA GENERIK

    Revi Yenti, Firmansyah, Ayu Dwi Utami

    STIFI Perintis Padang

    Abstract

    The determination of concentration and dissolution of mefenamic acid in trade name andgeneric name tablet has been done. Dissolution test was done in phospate buffer with pH 7,2 at 50

    rpm for 60 minute using paddle method, while the concentration of mefenamic acid was measuredusing spectrophotometry at 285 nm. It was found that all of tested product were qualified, that is80% of the tablet were dissolve within 30 minutes and fullfil requirement of concentration for

    mefenamic acid in tablet.

    Keywords : mefenamic acid, dissolution test, spectrophotometry

    PENDAHULUAN

    Banyaknya pabrik obat yangmemproduksi obat dengan nama dagang

    yang berbeda dan berbagai formula yangberbeda maka dibutuh kan suatu pedoman

    pengobatan yang bertujuan untukmeningkatkan efektifitas dan keamanansuatu obat. Jika terjadi penyimpangankadar dari yang dicantumkan (zat

    khasiatnya sangat rendah bahkan ada yangsama sekali tidak mengandung zatkhasiat), maka perlu dilakukan intervensi

    regulasi misalnya dengan membatasi ataumenarik obat yang memang terbukti tidakbermanfaat atau obat-obat palsu.(Anonim,

    2000).

    Pemakaian bahan baku dan bahanpembantu yang bervariasi serta berbagaimacam formula dapat menunjukan

    perbedaan sifat karakter istik fisik padatablet dan berpengaruh terhadap stabilitaskimia, fisika dan biofarmasetiknya. Jenis

    dan jumlah bahan penbantu yangdigunakan dalam pembuatan tabletharuslah dipilih dengan tepat, walaupun

    bahan tersebut tidak berkhasiat tetapidapat berpengaruh terhadap ketersediaanhayati obat dalam tubuh.

    Anti Inflamasi Non Steroid(AINS) merupakan salah satu golonganobat yang banyak digunakan oleh

    masyarakat baik yang diresepkan olehdokter maupun yang dijual bebas.

    Golongan obat AINS dapat digunakanuntuk pengobatan inflamasi dan nyeri.

    Dari suatu pengukuran kuantitaspenggunaan obat golongan AINS (dengan4 jenis obat) yang dilakukan oleh penelitisebelumnya didapatkan data bahwa

    golongan obat AINS yang paling banyakdigunakan adalah Asam Mefenamat(46,46%) dan yang paling rendah

    penggunaannya adalah ketoprofen (5,07%)(Anonim, 2009).

    Oleh karena itu berdasarkan uraiandi atas peniliti ingin untuk melihat tingkat

    keamanan tablet asam mefenamat denganmengetahui berapa kadar dan laju disolusiasam mefenamat dalam tablet dengan nama

    dagang dan obat generik yang beredardipasaran.

    METODE PENELITIAN

    Alat

    Desintegrator (pharmetest),hardnesstester, alat disolusi (pharmatest),

  • 8/10/2019 Jurnal Scientia Vol 1, No 2

    5/67

    SSCCIIEENNTTIIAAVVOOLL..11NNOO..22,,AAGGUUSSTTUUSS 22001111

    IISSSSNN::22008877--55004455

    2

    friabilator (pharmatest), spektrofotometerUV-Visibel (Shimadzu), timbangan digitaldan seperangkat alat gelas standar

    laboratorium,

    Bahan

    Tablet asam mefenamat dengannama dagang dan nama generik, asammefenamat baku, larutan alkali hidroksida

    (NaOH), dapar pospat 0,2M pH 7,2 danaquadest.

    Pengambilan Sampel Tablet Asam

    Mefenamat.

    Pengambilan sampel dari satuapotik yang kemudian tiap jenis tablet

    diberi kode OPA (Obat Dagang A), OPB(Obat Dagang B), dan OPC (Obat DagangC) . OGA (Obat Generik A), OGB (Obat

    Generik B), dan OGC (Obat Generik C).

    Pemeriksaan Kadar tablet

    Ditimbang 20 tablet asam

    mefenamat kemudian gerus, timbangsetara dengan 20 mg asam mefenamat,

    masukkan kedalam labu ukur 100 ml,larutkan dengan NaOH 0,2 N, tambahkandapar fosfat 0,2 M hingga tanda batas

    aduk sampai larut. Kemudian dipipet 10ml, masukkan kedalam labu ukur 100 ml,tambahkan dapar fosfat 0,2 M hingga

    tanda batas, sehingga didapat konsentrasi20 g/ml, ukur serapan larutan padapanjang gelombang maksimum asam

    mefenamat yang sudah ditentukan

    sebelumnya. Kemudian hitung kadar yangdiperoleh.

    Pemeriksaan Keseragaman Bobot

    Tablet

    Sejumlah 10 tablet yang telahdibersihkan dari debu ditimbang satupersatu dan dihitung bobot rata-rata tab let

    dan standar deviasi.

    Pemeriksaan Kekerasan Tablet

    Pemeriksaan dilakukan terhadap

    10 tablet, dimana tiap tablet diletakkanpada alat sehingga skala menunjukkanangka nol, kemudian putar penekan maka

    tablet akan tertekan dan akhirnya pecah.Tepat pada saat pecahnya tablet skala

    dibaca dan dicatat sebagai kekerasantablet. Kekerasan tablet diukur dalamsatuan kg/cm2.

    Pemeriksaan Kerenyahan Tablet

    Dilakukan terhadap 20 tablet yangbebas dar i debu ditimbang, kemudiandimasukkan kedalam alat, jalankan alat

    biarkan berputar selama 4 menit (100rpm), keluarkan tablet tersebut danbersihkan dari debu dan ditimbang

    kembali dan hitung besarnya kerapuhantablet dalam satuan persen.

    Pemeriksaan Waktu Hancur Tablet

    Pada pemeriksaan waktu hancurdilakukan terhadap semua tablet dengan

    menggunakan medium aquadest.

    Pengukuran dilakukan terhadap 6 tablet,isi bejana dengan medium aquadest pada

    suhu 36-37 oC, atur jumlah cairansehingga pada saat keranjang turunpermukaannya tidak tenggelam dalam

    cairan dan pada saat keranjang naikpermukaan sebelah bawahnya tidakmelebihi permukaan cairan, masukkan

    tablet satu persatu pada 6 tabung jalankanalat dengan kecepatan 30 rpm. Tabletdinyatakan hancur jika tidak ada bagian

    yang tertinggal diatas kasa alat uji.

    Penentuan Uji Disolusi Tablet Asam

    Mefenamat

    Pemeriksaan laju disolusi tabletasam mefenamat dilakukan berdasarkan

    metoda pertama (metoda dayung) menurutUSP XXIV. Medium disolusi yangdigunakan adalah dapar pospat 0,2 M pH

    7,2 dengan volume disolusi 900 ml dankecapatan putaran 50 rpm selama 60menit. Larutan dipipet sebanyak 5 ml pada

    bagian tengahnya setelah menit ke 5, 10,

  • 8/10/2019 Jurnal Scientia Vol 1, No 2

    6/67

    SSCCIIEENNTTIIAAVVOOLL..11NNOO..22,,AAGGUUSSTTUUSS 22001111

    IISSSSNN::22008877--55004455

    3

    15, 30, 45, dan 60 menit. Masing-masinglarutan sample diukur serapannya denganspektrofotometer UV-Visibel pada

    panjang gelombang maksimum. Kemudianditentukan kadar tablet yang terdisolusi.

    Pengolahan Data

    Data-data yang diperoleh dari hasilpenelitian dilakukan pengolahan datadengan metoda Anova dua arah.

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    Hasil pemeriksaan mutu tablet

    asam mefenamat dari beberapa namadagang dan generik dapat dilihat padatabel I.

    Tabel I. Pemeriksaan Mutu Tablet Asam Mefenamat

    PemeriksaanTablet

    OPA

    Tablet

    OPB

    Tablet

    OPC

    Tablet

    OGA

    Tablet

    OGB

    Tablet

    OGC

    Kadar zat aktif (%) 89,700,102 99,580,265 92,940,267 104,350,525 94,750,703 102,050,674

    Keseragaman bobot(g)

    0,73540,0019

    0,74520,0012

    0,63840,010

    0,73020,006

    0,71730,005

    0,71040,002

    Kekerasan (kg/cm2) 10,4

    0,305

    10,3

    0,213

    8,4

    0,339

    10,3

    0,214

    10,2

    0,249

    8,8

    0,133

    Kerenyahan (%) 0,79 0,82 0,98 0,82 0,87 0,92

    Waktu hancur (menit) 42,16 36:14 20:16 38:12 28:27 23:51

    Keterangan :

    Tablet OPA = Obat nama dagang A

    Tablet OPB = Obat nama dagang BTablet OPC = Obat nama dagang CTablet OGA = Obat generik A

    Tablet OGB = Obat generik BTablet OGC = Obat generik C

    Dari hasil tesebut kelima macamtablet tersebut memenuhi persyaratan yang

    tercantum dalam Farmakope Indonesiaedisi IV adalah tidak kurang dari 90% dantidak lebih dari 110% dari yang tertera

    pada etiket. Sedangkan untuk OPA tidakmemenuhi persyaratan, didapatkan hasilyang sedikit menyimpang yaitu 89,70%.

    Hal ini bisa disebabkan oleh prosespembuatan dan jumlah bahan obat yangdigunakan tidak memenuhi persyaratan.

    Persyaratan untuk tablet yangbobo t lebih besar dari 300 mg tidak lebih

    dari 2 tablet mempunyai penyimpanganlebih besar dari 5% dan tidak boleh ada

    satupun tablet yang penyimpangannyalebih besar dari 10%. Perbedaan variasi

    bobo t tab let akan menyebabkankandungan zat aktif pada setiap tabletakan berbeda. Penyimpangan bobot tablet

    dipengaruhi oleh jumlah bahan yangdiisikan ke dalam ruang cetakan tablet(punch dan die) (Ansel, H.C., 1989;

    Firmansyah, 1989). Hasil yang didapatmemenuhi persyaratan bobot tablet.

    Persyaratan kekerasan untuk tabletkecil adalah 4 7 kg/cm2, sedangkanuntuk tablet besar 4 13 kg/cm2.

    Kekerasan tablet ini sangat berpengaruhiterhadap uji disolusi dan waktu hancur,

  • 8/10/2019 Jurnal Scientia Vol 1, No 2

    7/67

    SSCCIIEENNTTIIAAVVOOLL..11NNOO..22,,AAGGUUSSTTUUSS 22001111

    IISSSSNN::22008877--55004455

    4

    jik a tablet ter lalu keras maka uji disolusidan waktu hancurnya akan menjadilambat. Kekerasan tablet dapat

    dipengaruhi oleh formulasi yaitu jumlahpartikel halus (kadar fine) didalam tab letterlalu banyak sehingga menyebabkan

    daya ikat antar masa cetak menjadi kecil,sehingga tablet yang dihasilkan menjadi

    rapuh. Jika jumlah bahan pengikat yangdigunakan dalam formulasi melebihi batasyang ditetapkan maka tablet yang

    dihasilkan akan menjadi keras begitu jugasebaliknya jika bahan pengikat yangdigunakan sedikit maka tablet yang

    dihasilkan akan menjadi rapuh (Ansel,H.C., 1989; Firmansyah, 1989). Hasilyang didapat tablet asam mefenamat

    memenuhi persyaratan.

    Uji kerenyahan merupakan uji

    untuk menentukan kemampuan dan dayatahan tablet terhadap gesekan dangoncangan selama waktu proses

    pengepakan dan transportasi hinggasampai ke tangan konsumen. Tablet

    memenuhi persyaraatan uji kerenyahanjik a uji kerenyahan yang diperoleh adalah0,8-1% (Ansel, H.C., 1989; Firmansyah,

    1989). Dari hasil yang didapat keenam

    produk ini memenuhi persyaratankerenyahan tablet.

    Persyaratan waktu hancur tabletmenurut Farmakope Indonesia edisi IV

    yang menetapkan bahwa kecualidinyatakan lain waktu hancur untuk tabletbiasa tidak lebih dari 15 menit dan untuk

    tablet bentuk salut selaput tidak bolehlebih dari 60 menit. Pengujian waktu

    hancur dilakukan bertujuan supaya tabletharus hancur, kemudian melepaskankomponen obat ke dalam cairan tubuh

    untuk dilarutkan, sehingga obat akandiabsorbsi dalam saluran cerna (Ansel,H.C., 1989). Waktu hancur berkaitan

    dengan kekerasan tablet yaitu denganbertambah keras tablet maka waktu hancurakan menjadi lebih lama. Tablet asam

    mefeamat berada dalam bentuk tablet salutselaput, dari hasil yang didapat semuatablet memenuhi persyaratan yaitu hancur

    sempurna.

    Tabel II. Pemeriksaan Uji Disolusi Tablet Asam Mefenamat

    Waktu

    % terdisolusi

    OPA OPB OPC OGA OGB OGC

    0 0 0 0 0 0 0

    5

    29.97

    0.015

    33.23

    0.011

    45.38

    0.012

    31.99

    0.003

    44.91

    0.032

    49.23

    0.015

    10

    53.26

    0.006

    59.50

    0.053

    72.19

    0.011

    54.73

    0.008

    70.08

    0.112

    61.27

    0.090

    15

    62.54

    0.117

    74.88

    0.115

    81.62

    0.021

    63.04

    0.091

    79.13

    0.161

    71.88

    0.308

    30 77.34 84.50 90.34 82.97 88.80 89.75

  • 8/10/2019 Jurnal Scientia Vol 1, No 2

    8/67

    SSCCIIEENNTTIIAAVVOOLL..11NNOO..22,,AAGGUUSSTTUUSS 22001111

    IISSSSNN::22008877--55004455

    5

    0.072 0.150 0.153 0.326 0.145 0.153

    45

    89.99

    0.136

    93.77

    0.157

    95.85

    0.185

    91.93

    0.170

    95.10

    0.156

    92.10

    0.173

    60

    98.05

    0.171

    100.22

    0.195

    103.18

    0.185

    100.01

    0.043

    99.41

    0.166

    102.14

    0.200

    Gambar 1. Profil disolusi tablet asam mefenamat

    Penentuan uji disolusi yaitumenghitung kadar asam mefenamat yang

    terdisolusi atau terlarut pada menit menit tertentu, yang dilakukan selama 60menit dapat dilihat pada tabel II dan

    gambar 1. Hasil yang diperoleh semuatablet memenuhi persyaratan Farmakope

    Indonesia edisi IV kecuali OPA baruterdisolusi 77,34%.

    Penetapan model kinetika

    pelepasan tablet asam mefenamatdilakukan dengan menggunakan

    menggunakan berbagai persamaankinetika orde. Hasil yang diperoleh dapatdikatakan bahwa model k inetika pelepasan

    obat yang baik adalah mengikuti orde satukarena nilai korelasinya mendekati satuyaitu sebagai berikut tablet OPA = 0.952,

    OPB = 0.964, OPC = 0.947, OGA = 0.958,OGB = 0.985, OGC = 0.973.

    Dari hasil yang didapat dibuat

    analisa data dengan metoda analisa yaitumetoda Anova Dua Arah. Pada antar

    perlaku an dar i perbandingan tiap sampel

    pada = 0,05 dan pada = 0,01,memberikan nilai bahwa F hitung

    perlaku an dan waktu lebih kecil dari padaF tabel. Ini menandakan bahwa kadar

    persen tase tablet asam mefenamat yangterdisolusi dalam medium tidak berbedanyata tidak signifikan. Ini membuktikan

    bahwa tidak ada perbedaan mutu antaraobat nama dagang dan bentuk generik.

    KESIMPULAN DAN SARAN

    Kesimpulan

    Dari hasil penelitian yang telah

    dilakukan pada pemeriksaan kadar zataktif dan pemeriksaan uji disolusi dapatdiambil kesimpulan bahwa tablet dengan

    nama dagang maupun nama generik tidakmemberikan perbedaan yang bermakna

    dengan kata lain memenuhi persyaratan

    terkecuali untuk tablet dagang A, kadaryang didapat sedikit menyimpang dari

  • 8/10/2019 Jurnal Scientia Vol 1, No 2

    9/67

    SSCCIIEENNTTIIAAVVOOLL..11NNOO..22,,AAGGUUSSTTUUSS 22001111

    IISSSSNN::22008877--55004455

    6

    ketentuan Farmakope Indonesia Edisi IVyaitu 89,70 % dan persen zatterdisolusinya pada waktu 30 menit yaitu

    77,34 %.

    Saran

    Disarankan untuk peneliti

    selanjutnya melakukan penelitian terhadaplaju absorbsinya secara invivo.

    DAFTAR PUSTAKA

    Anonim, 2000,Bagian Organisasi dan

    Hukum, Volume 1 Edisi VIII,

    Jakarta.

    Anonim, 2009, Pengukuran Kuantitas danKualitas Peresepan Obat Golongan

    AINS Pada Pasien Rawat Jalan di

    RSI Surakarta Jakarta.2008 Dengan

    Metoda DU 90%

    http://rac.uii.ac.id/harvester/index.ph

    p/record/view/3284.Diakses 10 des

    2009.

    Ansel H. C., 1989Introduction to

    Pharmaceutical Dosege Farmasi,

    Terjemahkan oleh F, Ibrahim,Pengantar Bentuk Seiaan Farmasi,

    Edisi Keempat, Penerbit Universitas

    Indonesia, Jakarta.

    Depkes RI, 1995, Farmakope Indonesia,

    Edisi IV, Jakarta.

    Firmansyah, Formulasi Tablet, Departemem

    Pendidikan dan Kebudayaan,

    Padang, 1989.

  • 8/10/2019 Jurnal Scientia Vol 1, No 2

    10/67

    SSCCIIEENNTTIIAAVVOOLL..11NNOO..22,,AAGGUUSSTTUUSS 22001111

    IISSSSNN::22008877--55004455

    7

    PENETAPAN KADAR VITAMIN B1 PADA BERAS MERAH

    TUMBUK, BERAS MERAH GILING, DAN BERAS PUTIH GILING

    SECARA SPEKTROFOTOMETRI UV- VISIBEL

    Regina Andayani1, Syahriar Harun2, Vica Kurnia Maya21Fakultas Farmasi Universitas Andalas Padang

    2STIFI Perintis Padang

    Abstract

    A research about analysis of vitamin B1 on the pounded red rice, the milled red rice and

    the milled rice using spectrophotometry of UV-Visible had been performed. Vitamin B1 was

    reacted with a bromothymol blue to form an ion-association complex in a weak-base aqueoussolution in the presence of solubilization agent (polyvinyl alcohol). The wavelength of maximum

    absorbance was 441 nm.The method has high selectivity and could be applied to direct

    spectrophotometric determination of vitamin B1 in aqueous phase without organic solvent

    extraction. The concentration of vitamin B1 on the pounded red rice was 0,2887 % + 0,243, on the

    milled red rice was 0,2265 % + 0,198, and the milled rice was 0,2129 % + 0,190. The LSD test on

    the = 0,05 and = 0,01 showed that the highest concentration of vitamin B1was found in the

    pounded red rice followed by the milled red rice and the milled rice.

    Keywords : Vitamin B1, pounded red rice, milled red rice, milled rice, spectrophotometry UV-

    Visible

    PENDAHULUAN

    Vitamin B1 atau Tiamin merupakan

    salah satu vitamin yang dibutuhkan untuk

    menimbulkan nafsu makan dan membantu

    penggunaan karbohidrat dalam tubuh dan

    sangat berperan dalam sistim saraf.

    Kebutuhan vitamin bagi tubuh sebenarnyasangat cukup tersedia, ada unsur-unsur

    vitamin alami di dalam makanan yang di

    santap setiap hari. Kebutuhan harian akan

    vitamin berbeda-beda berdasarkan jenis usia,

    jenis kelamin dan bisa juga berdasarkan jenis

    pekerjaanya. Masing-masing jumlah vitamin

    B1 yang di butuhkan untuk bayi 0,4-0,5

    mg/hari, anak-anak 0,7-1,0 mg/hari, pria

    dewasa 1,2-1,3 mg/hari, wanita dewasa 1,0-

    1,1 mg/hari, ibu hamil 1,5 mg/hari dan ibumenyusui 1,6 mg/hari. (Andi,H.N,1987;

    Murray, R.K et al.,1997; Gan, S., 1995;

    Soeharto, P.K., 1991).

    Tiamin terdapat hampir pada semua

    tanaman dan jaringan tubuh hewan yang

    lazim digunakan sebagai bahan makanan

    tetapi kandungan vitamin ini biasanya kecil.

    Sumber vitamin B1 contohnya sereal,gandum, kentang, ikan, telur, hati, ginjal,

    jantung, otak, susu sapi dan ASI. Biji-bijian

    yang tidak digiling sempurna merupakan

    sumber tiamin yang baik. Tiamin dalam

    makanan dalam bantuk bebas atau dalam

    bentuk kompleks dengan protein atau

    kompleks protein phosfat, pada prinsipnya

    tiamin berperan sebagai koenzim dalam

    reaksi-reaksi yang menghasilkan energi dari

    karbohidrat dan memudahkan pembentukan

    senyawa kaya energi yang disebut ATP (

    adenosil triposfat ).

  • 8/10/2019 Jurnal Scientia Vol 1, No 2

    11/67

    SSCCIIEENNTTIIAAVVOOLL..11NNOO..22,,AAGGUUSSTTUUSS 22001111

    IISSSSNN::22008877--55004455

    8

    Dampak kekurangan vitamin B1 ini

    dapat menimbulkan penyakit beri-beri .

    Umumnya penyakit yang ditemukan tahun

    1642 di Indonesia ini banyak menyerang

    masyarakat dengan makanan pokoknya beras

    giling seperti Indonesia, India, Cina, Jepang,Malaysia dan Negara lainnya. Kekurangan

    vitamin tersebut dapat disebabkan karena

    vitamin ini tidak stabil pada pemrosesan

    tertentu dan penyimpanan, karena itu aras

    kandungan vitamin dalam makanan yang

    diproses dapat sangat menurun. (DepKes RI,

    1974)

    Penetapan kadar vitamin B1 dapat

    dilakukan dengan cara gravimetri, volumetri,fluorometri, kolorimetri dan kromatografi

    cair kinerja tinggi (KCKT). (DepKes

    RI,1995; Garrat, D.C.,1964; Herlich,

    K,1990). Penentuan kadar vitamin B1 pada

    sediaan farmasi menggunakan beberapa

    macam pewarna (dye) asam trifenilmetan

    telah dilakukan dan diperoleh hasil yang baik

    (Liu,S., et al,2002). Oleh karena itu metode

    tersebut dicoba digunakan untuk menetapkan

    kadar vitamin B1 pada sampel makananseperti ; beras merah tumbuk, beras merah

    giling dan beras putih giling menggunakan

    biru bromotimol sebagai senyawa

    pengompleks yang dapat membentuk

    kompleks asosiasi ion dengan vitamin B1

    menggunakan polivinyl alkohol (PVA)

    sebagai zat pensolubilisasi yang

    menghasilkan senyawa yang larut dalam air

    dan diukur dengan spektrofotometri UV

    Visible pada panjang gelombang 441 nm.

    METODE PENELITIAN

    Alat

    Spektrofotometer UV-Visibel

    (Shimadzu 265), erlenmeyer, gelas piala,

    gelas ukur, corong, batang pengaduk, pipet

    takar, pipet tetes, karet hisap, labu semprot,

    timbangan digital, labu ukur, pH meter.

    Bahan

    Polivinyl alkohol 1%, etanol netral

    40 %, larutan biru bromotimol 0,05 %,larutan

    dapar NH4CL-NH4OH 0,2 M (49:1) pH 7,6,

    kalium heksasianoferat (III) 5% timbal (II)asetat 10 %, indikator fenolftalein, asam

    klorida 3 N, tiamin HCL ( BDH Biochemical

    ), kertas saring, aquadest.

    Prosedur

    Persiapan sampel

    Sampel yang digunakan adalah beras

    merah tumbuk, beras merah giling dan berasputih giling yang diambil dari daerah Kayu

    Aro Kerinci, Jambi. Sampel di haluskan

    dengan blender kemudian timbang 5 gram

    sampel masukan dalam erlenmeyer 50 ml

    cukupkan dengan aquadest sampai tanda

    batas, kocok, kemudian saring dengan kertas

    saring masukan dalam labu ukur 50 ml,

    cukupkan dengan aquadest sampai tanda

    batas.

    Pembuatan Larutan Induk Vitamin B1500

    g/ml (Liu, S.,et al.,2002)

    Ditimbang 25 mg Vitamin B1

    kemudian larutkan dengan air suling dalam

    labu takar 50 ml tepatkan sampai tanda batas.

    Pengukuran Panjang Gelombang Serapan

    Maksimum (Liu, S.,et al.,2002)

    Dari larutan induk di pipet 4 mlmasukkan dalam labu ukur 25 ml, sehingga

    diperoleh konsentrasi 80 g/ml, tambahkan 2

    ml dapar amonia, ditambah 3,3 ml biru

    bromotimol 0,05 % dan 1,5 ml polivinyl

    alkohol 1 %, cukupkan dengan aquadest

    sampai tanda batas, kocok homogen, lalu

    tentukan panjang gelombang serapan

    maksimum dengan spektrofotometer VV

    VISantara (400-800) nm.

  • 8/10/2019 Jurnal Scientia Vol 1, No 2

    12/67

    SSCCIIEENNTTIIAAVVOOLL..11NNOO..22,,AAGGUUSSTTUUSS 22001111

    IISSSSNN::22008877--55004455

    9

    Pengukuran Kadar Vitamin B1

    Larutan induk Vitamin B1 (500

    g/ml) dipipet sebanyak2; 2,5; 3; 3,5; 4 ml

    dan masing-masing larutan dimasukkan

    dalam labu ukur 25 ml. Ke dalam masing-masing labu ditambahkan 1,2 ml dapar

    amonia, 2,7 ml biru bromotimol 0,05 % dan

    0,7 ml polivinyl alkohol 1% kemudian

    cukupkan dengan aquadest sampai tanda

    batas, dikocok homogen, sehingga diperoleh

    konsentrasi larutan vitamin B1 berturut-turut

    40,50,60,70, dan 80 g/ml. Ukur serapan

    masing-masing larutan pada panjang

    gelombang maksimum yaitu 441 nm

    kemudian data absorban dan konsentrasilarutan standar digunakan untuk membuat

    kurva kalibrasi.

    Pengukuran vitamin B1 pada sampel

    dilakukan dengan memipet 5 ml filtrat

    sampel dan masukan dalam labu ukur 25 ml

    tambahkan 1,5 ml dapar amonia, tambahkan

    3 ml biru bromotimol 0,05 %, tambahkan 1

    ml polivinyl alkohol 1 %, kemudian

    cukupkan dengan aquadest sampai tanda

    batas, kocok homogen dan ukur serapan

    dengan spektrofotometer UV-Visibel pada

    panjang gelombang 441 nm.

    Pengolahan Data

    Kadar Vitamin B1ditentukan dengan

    menggunakan kurva kalibrasi dari larutan

    standar yang dihitung dengan menggunakan

    rumus :

    Cs ( mg/g) =w

    xfpxVC

    Keterangan : C = konsentrasi rata-rata (

    g/g), fp = faktor

    pengenceran, V = volume

    filtrat (ml), W = berat

    sampel ( g )

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    Penetapan kadar vitamin B1 yang

    terdapat pada beras merah tumbuk, beras

    merah giling dan beras putih giling dilakukan

    dengan metoda spektrofotometer UV-VIS

    menggunakan kompleks asosiasi ion antara

    vitamin B1 dengan biru bromotimol. Metoda

    ini sederhana, mudah dan selektif dengan

    menggunakan sampel dalam jumlah yang

    sedikit dengan waktu yang singkat, dan dapat

    diterapkan untuk penentuan spektrofotometri

    secara langsung pada vitamin B1 dalam fase

    air tanpa melakukan ekstraksi dengan pelarut

    organik.

    Vitamin B1+ bereaksi dengan biru

    bromotimol pada pH 7,6 ditunjukkan dengan

    perubahan warna larutan dari tidak berwarna

    menjadi kuning. Kompleks vitamin B1+

    dengan biru bromotimol merupakan

    kompleks asosiasi ion yang berwarna yang

    dapat diamati pada panjang gelombang

    serapan maksimum 441 nm (Liu, S., et

    al.,2002). Keadaan pH yang lebih tinggi atau

    lebih rendah dari 7,6 dapat mempengaruhiperanan biru bromotimol yang merupakan

    indikator, karena keasaman larutan berperan

    besar pada reaksi warna, oleh karena itu

    untuk mengontrol keasaman larutan dapat

    digunakan larutan dapar NH4Cl NH4OH 0,2

    M agar tidak terjadi penurunan nilai serapan (

    Liu, S., et al.,2002).

    Untuk meningkatkan kelarutan

    senyawa kompleks vitamin B1 dengan birubromotimol dalam air perlu ditambahkan

    polivinyl alkohol sebagai zat pensolubilisasi

    yang merubah kompleks asosiasi ion yang

    bersifat hidrofob menjadi bentuk misel selain

    itu penambahan polivinyl alkohol juga

    membentuk larutan tetap jernih sehingga

    perubahan warna yang terjadi dapat diamati

    dengan jelas.

    Pada pembuatan kurva kalibrasi

    semakin tinggi konsentrasi vitamin B1 maka

    semakin meningkat juga penambahan larutan

  • 8/10/2019 Jurnal Scientia Vol 1, No 2

    13/67

    SSCCIIEENNTTIIAAVVOOLL..11NNOO..22,,AAGGUUSSTTUUSS 22001111

    IISSSSNN::22008877--55004455

    10

    0

    0.2

    0.4

    0.6

    0.8

    0 20 40 60 80 100

    Konsentrasi (ppm)

    Absorban

    dapar serta zat pensolubilisasi yang

    dibutuhkan, untuk memperoleh hasil yang

    linear antara konsentrasi dengan serapan.

    Standar vitamin B1 dibuat dengan

    konsentrasi 40, 50, 60, 70 dan 80 g/ml

    sehingga diperoleh kurva kalibrasi dengan

    persamaan regresi Y = - 0,1754 + 0,0109 x

    dengan harga koefisien korelasi r adalah

    0,99472.

    Gambar 1. Kurva kalibrasi larutan standar vitamin B1 dalam dapar amonia + PVA1 % + BBT 0,05 %

    Ketelitian adalah ukuran yang

    menunjukan derajat kesesuaian antara hasil

    uji individual dan rata rata jika prosedur

    ditetapkan secara berulangulang. Ketelitian

    diukur sebagai simpangan baku dan koefisien

    variasi dari masingmasing pengukuran.

    Untuk pengukuran kadar vitamin B1 pada

    sampel dengan 3 kali pengulangan diperoleh

    SD untuk beras merah tumbuk 0,243, beras

    merah giling 0,198 dan beras putih giling

    0,190. Sedangkan nilai KV yang di peroleh

    untuk beras merah tumbuk 0,419 %, beras

    merah giling 0,437 % dan beras putih giling

    0,449 % hasil ini memenuhi kriteria, karena

    nilai standar deviasi atau koefisien variasi 2

    % atau kurang.

    Tabel 1. Penentuan kadar vitamin B1dalam sampel menggunakan spektrofotometri UV-Visibel pada panjang gelombang 441 nm

    Sampel AC

    (g/ml)C

    (g/ml)

    KadarVitamin B1

    (mg/g)SD

    KV

    (%)

    Beras merahtumbuk

    1. 0,457 1. 58,018

    57,743 2,887 0,243 0,4192. 0,452 2. 57,559

    3. 0,453 3. 57,651

    Beras merah

    giling

    1. 0,317 1. 45.174

    45,296 2,265 0,198 0,4372. 0,318 2. 45,266

    3. 0,320 3. 45,449

    Beras putih 1. 0,288 1. 42,513 42,574 2,129 0,190 0,446

    y = -0,1754 +0,0109 x

    r = 0,99472

    (g/ml)

  • 8/10/2019 Jurnal Scientia Vol 1, No 2

    14/67

    SSCCIIEENNTTIIAAVVOOLL..11NNOO..22,,AAGGUUSSTTUUSS 22001111

    IISSSSNN::22008877--55004455

    11

    giling 2. 0,287 2. 42,422

    3. 0,291 3. 42,789

    Hasil pemeriksaan kadar vitamin B1dalam sampel beras diperlihatkan padatabel 1. Beras merah tumbuk mengandung

    vitamin B1dengan kadar tertinggi yaitu 2,887mg/g, yang diikuti dengan beras merah giling2,265 mg/g dan beras putih giling 2,129

    mg/g. Pada uji statistik menggunakanANOVA satu arah dilanjutkan uji beda nyataterkecil diperoleh perbedaan yang sangat

    signifikan (p

  • 8/10/2019 Jurnal Scientia Vol 1, No 2

    15/67

    SSCCIIEENNTTIIAAVVOOLL..11NNOO..22,,AAGGUUSSTTUUSS 22001111

    IISSSSNN::22008877--55004455

    12

    PEMERIKSAAN KADAR KALIUM DAN NATRIUM PADA HERBA

    Centella asiatica(L) URBAN DENGAN METODA

    FOTOMETRI NYALA

    Roslinda Rasyid, Mahyuddin dan Miza AgustinFakultas Farmasi Universitas Andalas

    Abstract

    A research on potassium and sodium concentration inspection has been done to Centellaasiatica (L) Urban herbal using Flame Photometry Method, it is a method of spectrum line

    intensity measurement which is transmitted by element which excitated in flame. The analysisprinciple is by altering solid or liquid form to gas form and spread it, then excitate the particles to

    breed flame emission. From the research, it was found that potassium concentration of dry samplepegagan herbal was 2.58% and from wet sample was 2.14%, while sodium concentration of drysample pegagan herbal was 2.65% anf from wet sample was 2.19%.

    Keyword : Centella asiatica, potassium, sodium, flame photometry

    PENDAHULUAN

    Bangsa Indonesia sejak dahulu telah

    terbiasa dengan penggunaan obat-obattradisional. Pengetahuan ini telah diwariskansecara turun temurun berdasarkan kebiasaan

    semata. Seiring dengan meningkatnyaperkembangan ilmu pengetahuan danteknologi, penelitian kearah obat-obat

    tradisional semakin meningkat pula. Para ahliberusaha menyelidiki komponen apa sajayang terkandung pada tumbuhan serta

    pengaruhnya terhadap penyakit (Sitakusuma,1987).

    Centella asiatica (L) Urban atauyang biasa dikenal dengan nama Pegagan(family Umbeliferaceae) merupakan salah

    satu tumbuhan yang digunakan sebagai obat.Kandungan kimia utama dari tumbuhan

    pegagan yaitu asam asiatat, asiatikosida danasam madekasat. Kandungan kimia lainnyayaitu karotenoid, valerian, resin, tannin,

    minyak menguap dan garam-garam mineralseperti kalium, natrium, magnesium, kalsiumdan besi (Widowati, et al., 1992; Schaneberg,

    et al., 2003; Achyad dan Rasydah, 2000).

    Kandungan kalium dan natrium

    menyebabkan tumbuhan pegagan berkhasiatsebagai diuretic dan pemecah batu ginjal.

    Kalium akan bereaksi dengan batu ginjal

    yang berupa kalsium karbonat membentukkalium karbonat. Endapan batu ginjal ini

    kemudian larut dan keluar bersama urin.Mineral natrium akan membantu pengeluaranair seni yang disebut dengan efek dieresis.

    Mineral ini akan menambah kecepatanpembentukan volume urin (Mariani, 2008).

    Pada penelitian ini penentuankandungan kalium dan natrium dalam herbapegagan dilakukan dengan menggunakan

    metoda Fotometri Nyala. Metoda ini cocok

    digunakan karena kalium dan natriummerupakan unsur yang mudah tereksitasi

    dengan memancarkan sinar yangkarakteristik dengan intensitas yang cukup

    tinggi untuk diukur dengan fotosel (Horwitz,1990; Vogels, 1978).

    METODOLOGI PENELITIAN

    Bahan yang digunakan dalam

    penelitian ini antara lain herba pegagan, asamnitrat pa (merck), asam sulfat pa (merck),

  • 8/10/2019 Jurnal Scientia Vol 1, No 2

    16/67

    SSCCIIEENNTTIIAAVVOOLL..11NNOO..22,,AAGGUUSSTTUUSS 22001111

    IISSSSNN::22008877--55004455

    13

    kalium klorida pa (merck), natrium kloridapa (merck), asam klorida pa (merck), larutanstandar kalium 1000 ppm, larutan standar

    natrium 1000 ppm dan aquadest. Sedangkanalat yang digunakan adalah Fotometri Nyala(140-Corning), timbangan digital, labu

    Kjeldahl, desikator, blender, ayakan dan alat-alat gelas lainnya yang biasa digunakan di

    laboratorium.

    Sampel yang digunakan dalam

    penelitian ini adalah herbal pegagan yangdiambil di daerah Batusangkar KabupatenTanah Datar dan diidentifikasi pada

    Herbarium Jurusan Biologi (ANDA) FakultasMIPA Universitas Andalas. Sampeldibersihkan dari kotoran dan ditimbang

    sebanyak 1 Kg, dicuci dengan aquadest,dikering anginkan dan sebagian dipotongkecil-kecil dan digunakan untuk penentuan

    kandungan air. Sampel kering diblender dandiayak dengan ayakan 180 m hinggadidapatkan sampel dalam bentuk bubuk

    halus.

    Sampel yang telah dihaluskandidestruksi basah menggunakan pelarut asamnitrat pekat dan asam sulfat pekat. Sebanyak

    1 gram sampel dimasukan ke dalam labu

    kjeldahl, ditambahkan 10 ml asam sulfatpekat dan dikocok, kemudian ditambahkan 5

    ml asam nitrat pekat dan beberapa buah batudidih, dikocok hingga bercampur, diamkanselama 30 menit. Kemudian dipanaskan

    perlahan-lahan sampai semua sampel larutdan mendidih hingga asam nitro kuningkeluar sebanyak mungkin. Dilanjutkan

    dengan penambahan asam nitrat pekat 1 2ml dan dipanaskan hingga seluruh bahanorganik terbakar, dipanaskan hingga asap

    putih dari sulfat timbul, didinginkan,

    diencerkan hingga volume 50 ml. Sampelhasil destruksi dipipet sebanyak 2 ml di

    diencerkan hingga 25 ml dengan aquadestkemudian dilakukan pengukuran emisi nyala

    sampel dengan fotometer nyala, dimanasebelumnya alat yang digunakan dikalibrasidengan deretan standar.

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    Penentuan kadar air sampeldilakukan sesuai dengan yang tertera pada

    Farmakope Indonesia IV dan didapatkanhasil rata-rata kandungan air sampel sebesar17,21%.

    Perlakuan sampel setelah dikeringanginkan adalah dengan menjadikannya

    serbuk yang bertujuan untuk mempercepatproses destruksi. Bentuk serbuk memiliki

    luas permukan yang lebih besardibandingkan dengan bentuk tumbuhandalam keadaan utuh sehingga larutan

    pendestruksi akan lebih mudah berpenetrasi.Proses destruksi bertujuan untukmenghilangkan, merombak dan memutuskan

    ikatan-ikatan senyawa organik yang terdapatdalam sampel sehingga yang tinggal hanyasenyawa anorganik saja. Metoda destruksi

    yang digunakan adalah metoda destruksibasah. Metoda ini digunakan karenapengerjaannya lebih sederhana, oksidasi

    kontinyu dan cepat dan unsur-unsur yangdiperoleh mudah larut sehingga dapatditentukan dengan metoda analisa tertentu

    (Raimon, 1992; Lisawati, 1985).

    Proses destruksi menggunakancampuran asam sulfat pekat dan asam nitratpekat sebagai pengoksidasi. Destruksi basah

    menggunakan larutan pendestruksi campuran

    ini memberikan hasil yang lebih baik karenadestruksi lebih sempurna dan suhu

    pemanasan tidak terlalu tinggi sehinggakemungkinan kehilangan unsur renik akibatpenguapan dan retensi menjadi lebih kecil.

    Destruksi dimulai dengan pemanasanrendah dan selanjutnya ditinggikan perlahan-

    lahan sampai sampel larut sempurna.Sebelum pemanasan, campuran sampel danpelarut dibiarkan lebih kurang 30 menit agar

    proses penetrasinya lebih sempurna.

    Beberapa batu didih ditambahkan agarpemanasan lebih merata dan mencegah

    terjadinya bumping. Proses destruksi ditandaidengan keluarnya asap nitro yang berwarna

    kuning. Kemudiann dilanjutkan denganpenambahan 1 2 ml asam nitrat pekat yangbertujuan untuk menyempurnakan proses

    destruksi. Destruksi dikatakan sempurna bilatelah diperoleh larutan jernih yangmenunjukan bahwa semua konstituen telah

    larut sempurna atau perombakan senyawaorganic telah berjalan dengan baik.Selanjutnya larutan jernih ini diencerkan

    dengan aquadest guna penentuan kandungan

  • 8/10/2019 Jurnal Scientia Vol 1, No 2

    17/67

    SSCCIIEENNTTIIAAVVOOLL..11NNOO..22,,AAGGUUSSTTUUSS 22001111

    IISSSSNN::22008877--55004455

    14

    kalium dan natriumnya menggunakanfotometer nyala.

    Metoda fotometri nyala merupakan

    metodda yang sangat tepat digunakan untukpenentuan kadar kalium dan natrium karenaunsure-unsur ini merupakan logam golongan

    IA yang sangat mudah tereksitasi denganmemancarkan sinar yang karakteristik

    dengan intensitas yang cukup tinggi untukdiukur dengan fotosel. Kalium akanmenghasilkan intensitas yang tinggi pada

    panjang gelombang 766,5 nm sedangkannatrium pada panjang gelombang 589,0 nm.Sebelum pengukuran kadar kalium dan

    natrium dari sampel terlebih dahulu dibuatlarutan standar kalium dan natrium dari

    kalium klorida dan natrium klorioda dengankonsentrasi 10, 20, 30, 40 dan 50 ppm. Hasilpengukuran emisi larutan standar kalium

    pada panjang gelombang 766,5 nmdidapatkan kurva kalibrasi dengan persamaanregresi Y = 0,057 + 0,0107x dan koefisien

    korelasi (r) = 0,998. Sedangkan pengukuranemisi larutan standar natrium pada panjang

    gelombang 589,0 nm menghasilkanpersamaan regresi Y = 0,0162 + 0,00476xdan koefisien korelasi (r) = 0,998.

    Pengukuran emisi larutan sampel hasildestruksi dikonversikan pada kurva kalibrasilarutan standar

    Gambar 3. Kurva kalibrasi standar kalium klorida

    Gambar 4. Kurba kalibrasi standar natrium klorida

  • 8/10/2019 Jurnal Scientia Vol 1, No 2

    18/67

    SSCCIIEENNTTIIAAVVOOLL..11NNOO..22,,AAGGUUSSTTUUSS 22001111

    IISSSSNN::22008877--55004455

    15

    Hasil pengukuran emisi nyala sampelmenunjukkan bahwa terdapat kadar yanghampir sama antara kalium dan natrium yang

    terkandung di dalam herba pegagan. Kadarkalium di dalam sampel kering adalahsebesar 2,58% sedangkan kadar natrium

    2,65%. Kadar air sampel basah yangdidapatkan adalah sebesar 17,21%, sehingga

    didapatkan kadar kalium dalam sampel basahsebesar 2,14% sedangkan kadar natriumdalam sampel basah adalah sebesar 2,19%.

    Besar kecilnya kandungan mineral kaliumdan natrium diduga dipengaruhi olehberbagai factor diantaranya keadaan tanah,

    letak geografis, tempat tumbuh dan keadaanmusim.

    KESIMPULAN DAN SARAN

    Berdasarkan penelitian yang telahdilakukan dapat disimpulkan bahwa kadarkalium yang terdapat dalam herba pegagan

    kering adalah sebesar 2,58% dan pada herbapegagan segar 2,14%. Sedangkan kadar

    natrium pada herba pegagan kering adalah2,65% dan pada herba pegagan segar 2,19%.Diharapkan peneliti selanjutnya untuk dapat

    memeriksa kandungan kalium dan natriumdari jenis tumbuhan lain dengan metode yangsama.

    DAFTAR PUSTAKA

    Achyad, D.E. dan R. Rasydah, Pegagan(Centella asiatica (L) Urban),http://www. Asiamaya.com

    Becker, C.A. and R.C. Bachizen, Flora of

    Java, Vol. I, N.V.P. Noordhoff,Broningen, The Netherland, 1965.

    Elvers, B., Wilmanns Encyclopedia ofIndustrial Chemistry, Vol. A15,

    Verlags Gessell Shaft Moit,Weinheinm, 1990.

    Geniswara, S.G., Farmakologi dan Terapi,Edisi IV, Bagian FarmakologiFakultas Kedokteran Universitas

    Indonesia, Jakarta, 1995.

    Horwitz, W., Official Methods of AnalysisAssociation of Official AnalyticalChemists, 15th Ed., Vol. Two, USA,

    1990.

    Lisawati, Y., Perbandingan Metoda Destruksi

    Basah dan Kering TerhadapPencemaran Logam Fe, Cu dan Zn,Jurnal Universitas Andalas, 1985.

    Mariani R., Mencegah Batu Ginjal dan BatuEmpedu, http://www.pikiran-

    rakyat.com

    Materia Medika Indonesia, Jilid I, 34 39,Departemen Kesehatan Republik

    Indonesia, 1977.

    Raimon, Perbandingan Metoda Destruksi

    Basah dan Kering TerhadapPencemaran Logam Fe, Cu dan Zn,BPPI Palembang, Edisi BIPA,

    Palembang, 1992.

    Schaneberg, B.T., J.R. Mikell, E. Bedir and.

    I.A. Khan, An Improve HPLCMethod for QualitativeDetermination of Six Triterpenes in

    Centella asiatica Extract andCommercial Product,http://www.herbmed.org., Juni, 2003

    Sitakusuma, T., Kimia dan Lingkungan,pusat Penelitian Universitas Andalas,

    Padang, 1987

    Tang, W. and Eisbrand, G., Chinese Drug ofPlant Origin : Chemistry

    Pharmacology Use in Traditional andModern Medicine, Springer Verlag

    Published, Germany, 1982.

    Vogels, A., Kimia Analisis KuantitatifAnorganik, Edisi IV, diterjemahkan

    oleh L. Setiono dan A.H.Pudjaatmaka, Penerbit BukuKedokteran, Jakarta, 1974.

    Vogels, A Textbook of Qualitative InorganicAnalysis, 4thEd., 1978

    Widowati, L., P. Astuti, D. Indrari dan D.Sundari, Beberapa Informasi Khasiat

    Keamanan dan Fitokimia Tanaman

  • 8/10/2019 Jurnal Scientia Vol 1, No 2

    19/67

    SSCCIIEENNTTIIAAVVOOLL..11NNOO..22,,AAGGUUSSTTUUSS 22001111

    IISSSSNN::22008877--55004455

    16

    Pegagan, Centella asiatica (L)Urban, Prosiding Seminar Pegagandan Cabe Jawa, Vol. I, Jakarta 8 9

    Januari 1992, Kelompok KerjaTanaman Obat Indonesia, Jakarta,1992.

    Winarto, W.P. dan M. Surbakti, Khasiat danManfaat Pegagan : Tanaman

    Penambah Daya Ingat, PenerbitAgromedia, Jakarta, 2003.

  • 8/10/2019 Jurnal Scientia Vol 1, No 2

    20/67

    SSCCIIEENNTTIIAAVVOOLL..11NNOO..22,,AAGGUUSSTTUUSS 22001111

    IISSSSNN::22008877--55004455

    17

    PENENTUAN KADAR KALSIUM PADA IKAN KERING AIR LAUT

    DAN IKAN KERING AIR TAWAR DENGAN METODA

    SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM

    Ria Afrianti, Syahriar HarunSTIFI Perintis

    Abstract

    A research has been done to determining calcium concentration on dry saltwater

    and freshwater fish using atomic absorption spectrophotometry method ini 422,7 nm. From

    the research, calcium concentration found in dry saltwater fish were 7,565 mg/g and 8,145

    mg/g respectively for Stelophorus sp and Goura sp. Meanwhile calcium concentration indry freshwater were 19,155 mg/g and 13,775 mg/g respectively for Trichogaster

    pectoralisandMystacoleuseus padangensis.

    Keywords : calcium determination, Stelophorus sp, Goura sp, Trichogaster pectoralis,Mystacoleuseus padangensisAtomic Absorption Spectrophotometry

    PENDAHULUAN

    Ikan merupakan salah satu bahanmakanan yang mengandung nutrisi yangtinggi seperti : protein, karbohidrat, lemak,

    vitamin dan mineral. Ikan berdasarkantempat hidupnya dibagi atas dua bagian yaituikan air laut dan ikan air tawar. Contoh ikan

    air laut antara lain : ikan tongkol, ikantenggiri, ikan teri, ikan beledang dan ikankakap sedangkan contoh ikan air tawar antara

    lain : ikan mas, ikan nila, ikan bilih, ikan

    sepat dan ikan mujair. Kandungan mineralyang dibutuhkan dalam jumlah relatif banyak

    antara lain : fosfor, kalsium dan magnesium(H.d. Belitz. W. Grosch, 1981).

    Kalsium adalah mineral yang paling

    banyak dibutuhkan oleh tubuh, terdapatdalam jumlah 1,5-2 % dari keseluruh berattubuh. Lebih 99 % kalsium terdapat dalam

    tulang. Kalsium juga merupakan komponenpenting dalam pembentukkan gigi. Kalsiumsangat penting untuk mengatur sejumlah

    besar aktivitas fungsi saraf dan otot, kerjahormon serta pembekuan darah. Dengan

    mengkonsumsi kalsium sejak dini dapatmencegah terjadinya osteoporosis dimasa tua(Darmono, 1995; Winarno, F.G, 1997).

    Kalsium dalam tulang sangat penting

    dalam susunan komposisinya, berat keringmengandung sekitar 460 g Ca/kg, 360gprotein/kg dan 180g lemak/kg. Komposisi ini

    bervariasi menurut umur dan susunan nutrisidari hewan. Kebutuhan kalsium dapatdiperoleh dari susu, kuning telur, keju,

    kacang-kacangan, sayur-sayuran dan ikan

    (Robert, K, Muray, 1990 ).

    Penetapan kadar kalsium dapat

    dilakukan dengan berbagai cara antara laindengan metode titrasi kompleksometri, titrasipermanganometri dan spektrofotometri

    serapan atom. Prinsip penelitian adalahsampel didestruksi terlebih dahulu denganmenggunakan pelarut asam kuat dibantu

    dengan pemanasan sehingga diperoleh hasildestruksi yang sempurna ditandai denganlarutan jernih. Pada penelitian ini kadar

    kalsium pada ikan kering air laut dan ikankering air tawar ditentukan dengan

  • 8/10/2019 Jurnal Scientia Vol 1, No 2

    21/67

    SSCCIIEENNTTIIAAVVOOLL..11NNOO..22,,AAGGUUSSTTUUSS 22001111

    IISSSSNN::22008877--55004455

    18

    menggunakan metode spektrofotometriserapan atom (Day, A.R, A.K, Underwood,1996; Rivai. H. 1995). Pada penelitian ini

    sampel dibatasi karena keterbatasan waktudan dana. Dimana ikan kering air lautdiambil dua jenis yaitu ikan teri (Stelophorus

    sp) dan ikan beledang ( Goura sp) serta duajenis ikan kering air tawar yaitu ikan bilih (

    Mystacoleuseus padangensis) dan ikan sepat( Trichogaster pectoralis).

    METODE PENELITIAN

    Alat dan Bahan

    Spektrofotometri serapan atom

    alfa 4 , labu Kjeldahl, timbangan analitikdigital, pipet gondok, corong, gelas ukur,labu ukur, beker glass, pipet mikro, oven,

    desikator, cawan penguap, kertas saring

    whatman 42. Sampel ikan kering yaitu:

    ikan kering yang berasal dari laut (ikanteri dan ikan beledang) dan ikan kering

    yang berasal dari air tawar (ikan bilih dan

    ikan sepat), asam nitrat pekat p.a

    (Merck), hidrogen peroksida pekat p.a(Merck), asam klorida pekat p.a (Merck),

    kalsium karbonat (Merck), air suling.

    Prosedur Penelitian

    Pengambilan Sampel

    Sampel diambil didaerah Pasar RayaPadang, sampel yang dianalisa adalah ikan

    yang telah dibersihkan dari kotoran.

    Penyiapan Sampel

    Ditimbang sampel sebanyak 100 g,

    kemudian dibersihkan dari kotoran. Sampeldipotong kecil-kecil kemudian diblender laludigerus dalam lumpang sampai homogen.

    Penentuan Kandungan Air Sampel(Depkes RI, 1995)

    1.

    Cawan Penguap dipanaskan dalamoven pada suhu 105C selama 3 jam,

    kemudian didinginkan dalamdesikator dan ditimbang.

    2. Cara diatas diulangi pada jarak 1 jam

    hingga didapat berat yang konstan.3. Ditimbang 2 gram sampel, kemudian

    dimasukkan kedalam cawan

    penguap, keringkan dalam oven padasuhu 105C selama 3 jam.

    4. Dinginkan dalam desikator kemudianditimbang.

    5. Masukkan kembali kedalam oven

    pada suhu 105C selama 1 jam.Dinginkan dalam desikator kemudianditimbang. Kemudian lakukan

    percobaan diatas sampai didapatkanberat yang konstan, sehinggapenentuan kandungan air sampel

    dapat dihitung dengan rumus:

    Keterangan:

    B1= Berat cawan kosong

    B2= Berat cawan dengan sampel sebelumdikeringkan

    B3= Berat cawan dengan sampel setelahdikeringkan

    Pemeriksaan Bahan Baku Kalsium

    Karbonat

    Kalsium karbonat yang digunakanterlebih dahulu diperiksa menurut cara yang

    tertera pada Farmakope Indonesia edisi IV.Pemeriksaan ini terdiri dari pemerian,kelarutan dan identifikasi.

    Destruksi Basah Sampel dengan

    Menggunakan Pelarut Asam Nitrat Pekat

    (HNO3) dan Hidrogen Peroksida Pekat(H2O2) (Helrich, k. 1990)

    1. Sampel yang telah digerus ditimbangsebanyak 0,5 gram dimasukkan ke

    dalam labu kjedahl.2. Tambahkan 25 ml asam nitrat pekat

    biarkan setengah jam.3.

    Dipanaskan mula-mula denganpemanasan yang rendah kemudian

  • 8/10/2019 Jurnal Scientia Vol 1, No 2

    22/67

    SSCCIIEENNTTIIAAVVOOLL..11NNOO..22,,AAGGUUSSTTUUSS 22001111

    IISSSSNN::22008877--55004455

    19

    dinaikkan secara perlahan-lahan,setelah 30 menit pemanasandinaikkan, dihentikan sebentar.

    Kemudian diteteskan HidrogenPeroksida (H2O2) 35 % sebanyak 5tetes dan pemanasan dilanjutkan.

    Penambahan tetes Hidrogenperoksida dilakukan berulang kali

    sampai larutan menjadi larutan yangjernih.

    4. Hasil destruksi didinginkan,

    kemudian encerkan dengan air sulingsampai volume 50 ml lalu disaringdengan kertas whatman 42.

    5. Sampel siap diukur dengan SSA padapanjang gelombang 422,7 nm.

    6. Pengulangan dilakukan 2 kali untuk

    masing-masing sampel.

    Pembuatan Larutan Standar Kalsium

    1000 g/ml (Haswel, S.I, 1991; Slavin, M,1986)

    Timbang kalsium karbonat sebanyak2,498 g, masukkan dalam labu ukur 1000 ml,

    tambahkan kira-kira 100 ml air suling,tambahkan sedikit demi sedikit 20 ml larutanHCl 12 N sampai kalsium karbonatnya larut.

    Kemudian encerkan dengan air suling sampaitanda batas. Larutan ini mengandung 1000

    g/ml. Dari larutan standar ini dibuat deretanlarutan standar dengan konsentrasi 0, 5, 10,

    15, dan 20 g/ml.

    Pengenceran Bertingkat Larutan Standar

    dengan Konsentrasi 0, 5, 10, 15, dan 20

    g/ml

    a. Pembuatan larutan standar 100 g/ml

    dari larutan standar 1000 g/ml.

    Larutan standar 1000 g/ml dipipet10 ml, masukan ke dalam labu ukur100 ml, tambahkan air suling sampai

    tanda batas.b. Pembuatan larutan standar dengan 5

    g/ml dari larutan standar 100 g/ml.

    Larutan standar 100 g/ml dipipet

    1,25 ml masukkan ke dalam labu

    ukur 25 ml, tambahkan air sulingsampai tanda batas.

    c. Pembuatan larutan standar 10 g/ml

    dari larutan standar 100 g/ml.

    Larutan standar 100 g/ml dipipet

    2,5 ml masukkan ke dalam labu ukur25 ml, tambahkan air suling sampaitanda batas.

    d. Pembuatan larutan standar 15 g/ml

    dari larutan standar 100 g/ml.

    Larutan standar 100 g/ml dipipet3,75 ml masukkan ke dalam labuukur 25 ml, tambahkan air suling

    sampai tanda batas.

    e. Pembuatan larutan standar 20 g/ml

    dari larutan standar 100 g/ml.

    Larutan standar 100 g/ml dipipet

    6,25 ml masukkan ke dalam labuukur 25 ml, tambahkan air sulingsampai tanda batas.

    Pengukuran Larutan Standar dan Sampeldengan SSA

    Pembuatan Kurva Kalibrasi

    a. Pengukuran serapan dari deretanlarutan standar kalsiumSerapan diukur dari larutan standar

    kalsium dengan konsentrasi 0, 5, 10,

    15, dan 20 g/ml pada panjanggelombang 422,7 nm.

    b. Buat kurva kalibrasi denganmenghubungkan konsentrasiterhadap absorban.

    Penentuan Kadar Kalsium dengan

    Spektrofotometri Serapan Atom.

    Masing-masing 5 ml hasil destruksi

    dipipet dan dimasukkan ke dalam labu ukur50 ml tambahkan air suling sampai tandabatas. Ukur absorban larutan sampel pada

    panjang gelombang 422,7 nm denganspektrofotometri serapan atom.

    Pengolahan data.

    Konsentrasi larutan sampel dapatdihitung berdasarkan kurva kalibrasi

    larutan standar, sehingga konsentrasilogam dalam sampel bisa dihitung.

  • 8/10/2019 Jurnal Scientia Vol 1, No 2

    23/67

    SSCCIIEENNTTIIAAVVOOLL..11NNOO..22,,AAGGUUSSTTUUSS 22001111

    IISSSSNN::22008877--55004455

    20

    Konsentrasi logam Ca dalam ikandihitung dengan rumus:

    Logam Ca ( ppm ) =Z

    YX.x fp

    Keterangan :

    X = Kosentrasi yang didapat berdasarkan

    kurva kalibrasi (g/ml)Y = Volume larutan contoh (ml)Z = Berat sampel (gram)Fp = Faktor pengenceran

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    Sampel yang digunakan dalam

    penelitian ini adalah beberapa ikan keringyang beredar di pasaran, jumlah sampel

    yang dipilih adalah 4 macam ikan yaitu

    ikan teri, ikan beledang, ikan bilih dan

    ikan sepat.

    Sampel dibersihkan lalu dipotong-

    potong kecil kemudian diblender setelahitu digerus dalam lumpang sampai

    homogen. Sampel yang telah digerus

    ditimbang masing-masingnya sebanyak

    0,5 gram. Sampel yang telah ditimbangdimasukkan dalam labu kjedahl

    kemudian tambahkan HNO365 % 25 ml.

    Biarkan setengah jam. Panaskan dengan

    pemanasan rendah kemudian naikkansuhu secara perlahan-lahan. Setelah 30

    menit pemanasan dihentikan sebentar

    kemudian tambahkan 5 tetes H2O2 35 %yang dilakukan berulangkali sampailarutan menjadi jernih. Hasil destruksi

    didinginkan, saring dengan kertas saring

    whatman No. 42 kedalam labu ukur 50

    ml, kemudian encerkan dengan air sulingsampai tanda batas. Hasil destruksi

    dipipet masing-masing 5 ml masukkan

    dalam labu ukur 50 ml encerkan dengan

    air suling sampai tanda batas. Hasildestruksi ini siap diukur dengan

    menggunakan spektrofotometer serapanatom pada panjang gelombang 422,7 nm.

    Tujuan penambahan asam nitrat

    adalah agar proses pendestruksian lebih

    sempurna. Masing-masing sampel

    dilakukan 2 kali pendestruksian dengan

    tujuan untuk mengambil rata-rata kadarCa yang terdapat pada masing-masing

    sampel dan juga untuk mengurangi

    kesalahan dalam pengukuran sampel.

    Metoda yang digunakan yaitu

    metoda destruksi basah dengan pelarut

    asam nitrat dan hidrogen peroksida.Proses destruksi dimulai dengan

    pemanasan rendah kemudian pemanasan

    dinaikkan secara perlahan-lahan sampai

    pelarutan sempurna. Proses destruksiditandai dengan adanya buih dan uap

    berwarna coklat. Penambahan H2O2 -secara berulang-ulang bertujuan agar

    proses pendestruksian senyawa organikberjalan sempurna yang di tandai dengan

    terbentuknya larutan jernih. Ini

    menunjukkan bahwa semua konstituen

    yang ada telah larut sempurna atau semuasenyawa organik telah dirombak.

    Sampel yang diteliti adalah ikan

    kering air laut dan ikan kering air tawardimana sampel yang diambil ini sering

    dikonsumsi masyarakat bersamaan

    dengan tulangnya karena pada tulang

    banyak terdapat kandungan kalsium.Sebelum ditentukan kadar kalsium pada

    ikan kering air laut dan ikan kering air

    tawar terlebih dahulu dilakukan

    penentuan kandungan air yang gunanya

    untuk mengetahui persentase kandunganair dalam ikan kering tersebut dan untuk

    mengkonversikan kadar kalsium dalam

    sampel dengan kadar kalsium dalamsampel kering sehingga dapat ditentukan

    kadar kalsium dalam ikan kering air laut

    dan ikan kering air tawar. Kandungan air

    yang diperoleh pada ikan kering air lautyaitu ikan teri 37,74 % dan ikan beledang

    39,93 % sedangkan pada ikan kering air

    tawar yaitu ikan sepat 25,63 % dan ikan

    bilih 22,44 %. Kadar kalsium yangdiperoleh pada ikan kering air laut yaitu

  • 8/10/2019 Jurnal Scientia Vol 1, No 2

    24/67

    SSCCIIEENNTTIIAAVVOOLL..11NNOO..22,,AAGGUUSSTTUUSS 22001111

    IISSSSNN::22008877--55004455

    21

    ikan teri 756,5 mg/100g dan ikanbeledang 814,5 mg/100g sedangkan

    kadar kalsium pada ikan kering air tawar

    yaitu ikan sepat 1915,5 mg/100g dan ikan

    bilih 1377,5 mg/100g. Dari hasil tersebut

    dapat dilihat bahwa kadar kalsium padaikan kering air laut lebih rendah dari

    kadar kalsiun ikan kering air tawar hal ini

    disebabkan dari cara pengambilan sampeldan cara pengerjaannya.

    Pada ikan kering air laut yaitu

    ikan beledang bagian yang diambiladalah badannya dan bagian kepalanya

    dibuang karena kepala ikan ini besar dan

    tidak dikonsumsi oleh masyarakat

    sedangkan ikan teri bagian yang diambilseluruhnya karena ikan ini kecil dan bisa

    dikonsumsi masyarakat bersamaan

    dengan tulangnya. Pada ikan kering air

    tawar yaitu ikan sepat dan ikan bilih

    bagian yang diambil juga seluruhnyakarena ikan ini kecil dan dapat

    dikonsumsi masyarakat bersamaan

    dengan tulangnya. Nilai gizi ikan keringsangat bervariasi tergantung pada jenis

    dan kesegaran ikan yang digunakan, cara

    penggaraman, cara penjemuran serta cara

    penyimpanan. Selama penyimpanandapat saja terjadi berbagai reaksi kimia

    yang dapat merusak nilai gizi ikan.

    Table I. Hasil Pengukuran Absorban Larutan Standar CaCO3 pada panjang gelombang

    422,7 nm dengan lampu katoda berongga Ca dalam pelarut HCl 12 N.

    No Konsentrasi (x) g/ml Absorban (y)

    1

    2

    3

    45

    0

    5

    10

    1520

    0,000

    0,207

    0,387

    0,5220,668

    0.000

    0.100

    0.200

    0.300

    0.400

    0.500

    0.600

    0.700

    0.800

    0 5 10 15 20 25

    Konse nt rasi (g/ml)

    Serapan

    Gambar 1. Kurva Kalibrasi Standar CaCO3dalam larutan HCl 12 N pada panjang

    gelombang 422,7 nm

    Persamaan regresi dan konsentrasi

    yang didapat pada tabel 1, gambar 1 dari

    kurva kalibrasi adalah y = 0,0266 +0,03302 x dan koefisien korelasi (r) =

    0,9960. Hasil ini menunjukkan bukti

    yang baik atau korelasi erat yang

    menyatakan adanya hubungankonsentrasi dengan absorbsi.

    y = 0,0266 +

    0,03302 x

  • 8/10/2019 Jurnal Scientia Vol 1, No 2

    25/67

    SSCCIIEENNTTIIAAVVOOLL..11NNOO..22,,AAGGUUSSTTUUSS 22001111

    IISSSSNN::22008877--55004455

    22

    Ketelitian adalah ukuran yang

    menunjukkan derajat kesesuaian antara

    hasil uji individual yang diukur melalui

    penyebaran hasil individual dan rata-rata

    jika prosedur diterapkan secara berulang-ulang. Ketelitian diukur sebagai standar

    deviasi dan koefisien variasi dari masing-

    masing pengukuran. Untuk pengukurankadar Ca dalam sampel kering ikan teri

    diperoleh SD = 0,021 dan KV = 0,28 %;

    ikan beledang diperoleh SD = 0,460 dan

    KV = 5,64 %; ikan sepat diperoleh SD =0,827 dan KV = 4,32 %; ikan bilih

    diperoleh SD = 0,134 dan KV = 0,97 %.

    KESIMPULAN

    Berdasarkan hasil penelitian yang

    telah dilakukan dapat diambil kesimpulan: Bahwa kadar kalsium yang terdapat

    pada ikan kering air laut yaitu ikan teri

    adalah 7,565 mg/g ( 756,5 mg/100g ),

    ikan beledang 8,145 mg/g ( 814,5mg/100g ) dan kadar kalsium pada ikan

    kering air tawar yaitu ikan sepat = 19,155

    mg/g ( 1915,5 mg/100g ) dan ikan bilih =

    13,775mg/g ( 1377,5 mg/100g). Hasil inimenunjukkan bahwa ikan kering

    merupakan sumber kalsium yang baik.

    DAFTAR PUSTAKA

    Darmono, 1995, Logam Dalam Sistem

    Biologi Makhluk Hidup, Penerbit

    Universitas Indonesia (UI-Press),Jakarta.

    Day, A.R, A.K, Underwood, 1996, AnalisisKimia Kuantitatif, Edisi Kelima,

    diterjemahkan oleh AleysiusHandayana Pujaatmaka, Erlangga,Jakarta.

    Depkes RI, 1995, Farmakope Indonesia,Edisi IV, Jakarta.

    Haswel, S.I, 1991, Atomic AbsorptionSpectrocopy, Theory Design andApplication Elserver, New York.

    H.d. Belitz. W. Grosch, 1981, Food

    Chemistry, Springer-Verlog BerlinHeidenberg, Printed In Jermany.

    Helrich, k. 1990, Official Methods of

    Analysis, 15 th ed, volume 1, USA.

    Mutschler, E, 1991, Dinamika Obat, Edisi

    kelima, diterjemahkan Oleh M.B.Widianto dan A.S. Ranti, PenerbitITB, Bandung.

    Rivai. H. 1995, Asas Pemeriksaan Kimia,Universitas Indonesia (UI-Press),Jakarta.

    Robert, K, Muray, 1990, Biokimia, HarpersReview of Brochemestry, Edisi 20,Penerbit Buku Kedokteram EGC,

    Jakarta.

    Slavin, M, 1986, Atomic Absorption

    Spectroscopy, ChemistryDepartemen Brookhaven NationalLaborator,New York.

    Winarno, F.G, 1997, Kimia Pangan dan Gizi,PT. Gramedia Pustaka Utama,

    Jakarta.

  • 8/10/2019 Jurnal Scientia Vol 1, No 2

    26/67

    SSCCIIEENNTTIIAAVVOOLL..11NNOO..22,,AAGGUUSSTTUUSS 22001111

    IISSSSNN::22008877--55004455

    23

    PERBANDINGAN AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL

    BAWANG PUTIH (Allium sativum L.)DAN LENGKUAS MERAH

    (Alpinia purpurata K.Schum)TERHADAP MIKROBA PENYAKIT

    KULIT

    Emma Susanti,Musyirna Rahmah, Sumiati RahmanSekolah Tinggi Ilmu Farmasi Riau Pekanbaru

    Abstract

    The comparison of antimicrobial activity of garlic ethanolic extract (Allium sativumL.) and

    red galangal ethanolic extract (Alpinia purpurataK. Schum) on microbial of skin disease has beenstudied. Antimicrobial activity test was done by agar diffusion method by measuring the inhibitiondiameter produced. Microbial samples used were microbes that were isolated from patients with

    skin disease of tinea versicolor, ringworm and ulcer. Microbial Identification was performed byGram staining for bacteria. The isolation results showed that skin disease of tinea versicolor,ringworm and ulcer were known having Gram-negative bacteria and Gram-positive bacteria such

    as coccus and bacillus shape. The test results showed that ethanol extract of garlic and ethanolextract of red galangal had medium antimicrobial activity, because it had 10-19 mm inhibition

    diameter. The results showed significant difference between both of them in antimicrobial activityon every microbial sample because (P

  • 8/10/2019 Jurnal Scientia Vol 1, No 2

    27/67

    SSCCIIEENNTTIIAAVVOOLL..11NNOO..22,,AAGGUUSSTTUUSS 22001111

    IISSSSNN::22008877--55004455

    24

    metanol rimpang lengkuas pada beberapaspesies bakteri dan jamur. Lengkuas merahmengandung senyawa minyak atsiri,

    galangin, kaemferid, kuersetin dan eugenolyang menyebabkan perusakan permeabilitasmembran sel (Haraguchi et al, 1996).

    Lengkuas merah memiliki serat yang kasardan beraroma khas, sifatnya yang panas

    dapat digunakan sebagai obat luar untukmengatasi penyakit kulit seperti panu, kurap,kudis, eksim dan borok (Soewito, 1989;

    Wibisana, 1991 dan Sinaga, 2000). Penelitianmenggunakan minyak atsiri lengkuas merahpada konsentrasi 100 ppm dan 1000 ppm

    aktif menghambat pertumbuhan bakteriEscherichia coli dan Staphylococcus aureusdengan diameter sebesar 7 mm dan 9 mm

    (Parwata dan Dewi, 2008).

    Kulit merupakan salah satu pancaindera manusia yang terletak dipermukaan

    tubuh sehingga kulit merupakan organpertama yang terkena pengaruh tidakmenguntungkan dari lingkungan dan kulit

    juga cenderung mengandungmikroorganisme sementara. Gangguan kulityang dapat meningkat menjadi penyakit kulit

    akan sangat mengganggu bagi seseorang.Oleh sebab itu, gangguan dan penyakit kulit

    tersebut harus segera diobati. Untukmengobati berbagai gangguan dan penyakitkulit tersebut dapat dilakukan denganmembuat ramuan tradisional dari bahan-

    bahan yang mudah ditemukan. (Santosa et al,2004 dan Jawetz, et al, 1996).

    Tujuan dari penelitian ini adalah

    untuk mengisolasi bakteri dan jamur daripenderita penyakit kulit panu, kurap danbisul dan mengetahui morfologi dan

    klasifikasi Gram dari isolat bakteri. Menguji

    dan membandingkan aktivitas antimikrobadari ekstrak etanol bawang putih dan

    lengkuas merah terhadap bakteri dan jamurhasil isolasi. Untuk mengetahui ekstrak mana

    yang memiliki aktifitas terbesar dalammenghambat pertumbuhan mikroba, denganmetoda difusi agar. Mikroba yang digunakan

    adalah mikroba yang diisolasi langsung daripenderita penyakit kulit panu, kurap danbisul.

    METODE PENELITIAN

    Alat dan Bahan

    Alat alat yang digunakan adalah

    Rotary evaporator (Buchi), timbangananalitik, autoklaf (Napco), hot plate,Spektrofotometer UV-Vis, Inkubator, oven,

    cawan Petri, pipet mikro, tabung reaksi,erlemeyer, gelas piala, batang pengaduk,

    gelas ukur, pinset, lampu spiritus, jarum Ose,kertas cakram, pipet tetes dan jangka sorong.Sedangkan bahan yang digunakan dalam

    penelitian ini adalah etanol 70%, aquadest,NaCl 0,9%, bahan baku pembandingketokonazol untuk jamur dan kloramfenikol

    untuk bakteri, dan media Nutrient Agar (NA)(Merck), media Sabouraud Dekstrosa Agar(SDA) (Merck ). Mikroba yang digunakan

    dalam penelitian ini adalah mikroba yangdiisolasi langsung dari penderita penyakitkulit panu, kurap dan bisul. Mikroba yang

    diperoleh diidentifikasi dengan pewarnaanGram dan Larutan KOH 20%.

    Prosedur Kerja

    Pembuatan Sampel

    Bawang putih dan lengkuas merah

    masing masing sebanyak 1 kg, dikupas dan

    dibersihkan, kemudian dirajang. Sampeldimaserasi dengan pelarut etanol 70 %

    selama 5 hari. Kemudian pelarutnyadiuapkan secara vakum sehingga diperolehekstrak kental 15,28 g (bawang putih) dan

    14,67 g ( lengkuas merah)

    Isolasi Dan Pemurnian Dan Identifikasi

    Mikroba

    Pada penyakit kulit bisul, nanah yang

    keluar dikumpulkan dengan menggunakanSwab dan pada penyakit kulit panu dan kurapdikerok menggunakan spatel steril kemudian

    ditanam pada media NA dan SDA kemudiandiinkubasi dalam inkubator selama 1-3minggu pada suhu 24-30C untuk

    pembenihan SDA dan diinkubasi selama 24-48 jam pada suhu 35-37oC untuk pembenihanNA.

    Setiap mikroorganisme yang tumbuhakan tampak berkoloni setelah diinkubasi,

    kemudian dipisahkan kedalam medium agarlain dengan bantuan jarum Ose secara

  • 8/10/2019 Jurnal Scientia Vol 1, No 2

    28/67

    SSCCIIEENNTTIIAAVVOOLL..11NNOO..22,,AAGGUUSSTTUUSS 22001111

    IISSSSNN::22008877--55004455

    25

    aseptis, kemudian. Pemindahan ini dilakukansecara berulang-ulang sampai diperoleh isolatmurni. mikroba dilakukan secara

    organoleptis dengan mengamati bentukkoloni yang terbentuk, warna, tepi koloni,dan bentuk permukaan koloni. Pengamatan

    secara mikroskopis yaitu dengan melihatmorfologi sel mikroorganisme tersebut

    setelah pewarnaan Gram

    Pengujian Aktivitas Antimikroba

    a. Pembuatan suspensi mikroba uji

    Koloni mikroba uji disuspensikandalam NaCl fisiologis. Suspensi

    mikroba diukur menggunakanspektrofotometer UV-Vis dengantransmitan 25% pada panjang

    gelombang 580 nm untuk bakteri dantransmitan 90% pada panjanggelombang 530 nm untuk jamur.

    b. Penentuan aktivitas antimikroba

    dengan metoda difusi agarPipet 1 mL suspensi mikroba ujikemudian masukkan ke dalam tabung

    reaksi yang berisi 10 mL media NA

    (500C) untuk bakteri, dan media SDA(500C) untuk jamur, dihomogenkan,kemudian media dituangkan kedalamcawan Petri dan dibiarkan memadat.

    Larutan sampel dengan masing-

    masing konsentrasi (64%, 32% , 16%, 8%,4%, 2 % dan 1% dipipet dengan pipet mikro10 L, dan diteteskan pada cakram. Cakram

    ditanam pada cawan Petri, lalu diinkubasipada suhu 37oC selama 24 jam untuk bakteri

    dan pada suhu 25o selama 72 jam untukjamur. Diamati hambatan pertumbuhanmikroba uji yang terjadi dan diukur diameter

    hambatan pertumbuhan yang terbentukdengan jangka sorong. Etanol 70%digunakan sebagai kontrol negatif dan

    Kontrol positif digunakan ketokonazol dankloramfenikol.

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    Mikroba uji yang digunakan dalampenelitian ini adalah mikroba yang diambil

    langsung dari penderita penyakit kulit panu,kurap dan bisul. Dengan tujuan untuk

    mengetahui bakteri dan jamur penyebab padapenyakit kulit ini.

    Penyakit kulit panu, disebabkan olehjamurMalassezia furfur,penyakit kulit kurap

    disebabkan oleh jamur Trichophyton rubrumdan pada penyakit kulit bisul disebabkan olehbakteri Staphylococcus aureus (Djuanda et

    al, 2005), setelah dilakukan isolasi danidentifikasi mikroba dengan menggunakanpewarnaan Gram berdasarkan morfologinya

    pada penyakit kulit panu, ditemukan bakteriGram negatif yang berbentuk coccus, padapenyakit kulit kurap ditemukan juga bakteri

    Gram positif yang bernbentuk streptobasildan streptococcus dan pada penyakit kulitbisul juga ditemukan jamur yang memiliki

    hifa panjang bercabang, yang dikelilingi olehspora yang berkelompok. Hal ini disebabkan

    karena terjadi kontaminasi mikroba terhadappenyakit kulit ini.

    Tabel 1. Hasil Isolasi Mikroba Penyakit Kulit Panu, Kurap dan Bisul

    NoPenyakit

    Kulit

    Media Uji

    NAGambar

    1 PanuBakteri (P1) tersebut adalahbakteri Gram negatif yang

    berbentuk coccus

  • 8/10/2019 Jurnal Scientia Vol 1, No 2

    29/67

    SSCCIIEENNTTIIAAVVOOLL..11NNOO..22,,AAGGUUSSTTUUSS 22001111

    IISSSSNN::22008877--55004455

    26

    2 Kurap

    Bakteri (K2) bakteri Grampositif yang berbentuk

    streptobasil

    Bakteri (K3) adalah bakteriGram positif berbentuk

    streptococcus

    3 Bisul

    Bakteri (B1) tersebut adalahbakteri Gram positif yang

    berbentuk coccus

    Bakteri (B3) adalah bakteri Gram

    positif berbentuk

    staphylococcus

    Menurut literatur diameter hambatyang beraktivitas lemah adalah < 10 mm,diameter hambat yang beraktivitas sedang

    10-19 mm, dan diameter hambat yangberaktivitas kuat > 20 mm (Sukandar, 1987).

    Analisa data aktivitas antimikroba dilakukansecara statistik menggunakan analisa varian

    (ANOVA) dua arah. Setelah dilakukan ujistatistik terdapat perbedaan yang nyata antaraekstrak bawang putih dan lengkuas merah

    terhadap bakteri panu, kurap dan bisul padakonsentrasi 2%-64% karena (P0,05)

    Tabel 2. Hasil Pengujian Aktivitas Antimikroba Ekstrak etanol bawang putih dan Ekstrak EtanolLengkuas Merah

    No. Perlakuan

    MikrobaUji

    Hasil

    Isolasi

    Diameter daerah hambat rata-rata ( mm)

    Konsentrasi

    1.

    1% 2% 4% 8% 16% 32% 64% K(+)

    EkstrakEtanol

    P1 6 6,8 7,6 9,3 10,2 11,3 12,7 26,4K2 6 6,6 7,7 9,9, 11,5 12 13,7 22,1

  • 8/10/2019 Jurnal Scientia Vol 1, No 2

    30/67

    SSCCIIEENNTTIIAAVVOOLL..11NNOO..22,,AAGGUUSSTTUUSS 22001111

    IISSSSNN::22008877--55004455

    27

    BawangPutih

    K3 6 6,9 7,2 9,3 11,2 11,8 12,5 18,3

    B1 6 7,1 8,2 9,2 10,1 11,6 13,6 20,6

    B3 6 6,1 7,4 10,6 11,2 12,5 13,7 20,1

    2. EkstrakEtanol

    LengkuasMerah

    P1 7,2 9,4 11,3 12,5 13,3 13,6 14,4 26,4

    K2 6,5 9,1 10,3 11,3 12,1 13,4 14,2 22,5

    K3 6,9 7,9 8,8 10,7 11,9 12,8 14,6 18,6B1 6,5 8,5 9,7 11,2 12,3 13,2 14,6 20,4

    B3 6,8 7,9 9,2 10,6 12,2 13,6 15,2 20,3

    Keterangan :

    P1 : Hasil isolasi dari bakteri panu

    K2 : Hasil isolasi dari bakteri kurap

    K3 : Hasil isolasi dari bakteri kurap

    B1 : Hasil isolasi dari bakteri bisulB3 : Hasil isolasi dari bakteri bisul

    K+ : Kontrol positif (kloramfenikol)

    Pengujian aktivitas antimikroba dariekstrak bawang putih dan ekstrak lengkuasmerah dikategorikan sedang ini kemungkinan

    disebabkan oleh persentase zat aktifnya yangtidak terlalu besar dalam tanaman tersebut.Perbedaan aktivitas antimikroba dari ekstrak

    bawang putih dan lengkuas merah terhadapbakteri dan jamur mungkin disebabkankarena perbedaan morfologi dan biokimia

    dari bakteri dan jamur, dimana secaramorfologi dinding sel bakteri terdiri ataspeptidoglikan 60-100%, lipid 1-4% dan asam

    teikoat untuk bakteri Gram positif,peptidoglikan 10-20% dan lipid 11-12%untuk bakteri Gram negatif. Sedangkan

    morfologi dinding sel jamur terdiri atas kitindan selulosa. Perbedaan struktur dinding sel

    jamur dan bakteri ini yang menyebabkanperbedaan diameter hambat. Disamping itu,adanya faktor-faktor yang mempengaruhi

    dalam pengujian aktivitas di antranya adalah

    kecepatan difusi dari zat yang berbeda-bedadan kecepatan mikroba tersebut merespon zat

    aktif (Pelczar and Chan, 1988).

    KESIMPULAN

    1. Hasil isolasi mikroba menunjukkanpada penyakit kulit panu, kurap dan

    bisul diketahui ada bakteri Grampositif dan bakteri Gram negatif

    berbentuk coccus dan basil

    2. Pengujian aktivitas antimikroba padaekstrak etanol bawang putih danlengkuas merah dikategorikan

    mempunyai aktivitas sedang dalammenghambat mikroba penyakit kulitpanu, kurap dan bisul karena

    mempunyai diameter hambat 10-19(mm)

    1. Analisa data menggunakan ANOVA

    dua arah memperlihatkan aktivitasantimikroba berbeda secara signifikanantara ekstrak lengkuas merah dan

    bawang putih terhadap bakteri panu,kurap dan bisul pada konsentrasi 2%-

    64% karena (P

  • 8/10/2019 Jurnal Scientia Vol 1, No 2

    31/67

    SSCCIIEENNTTIIAAVVOOLL..11NNOO..22,,AAGGUUSSTTUUSS 22001111

    IISSSSNN::22008877--55004455

    28

    Kelamin, Edisi ke-4, FakultasKedokteran Universitas Indonesia,Jakarta.

    Haraguchi, H., Y. Kuwata, K. Inada, K.

    Shingu, K. Miyahara, M. Nagao,and A. Yagi, 1996, Antifungal

    Activity from Alpinia galanga and

    The Competition for

    Incorporation of UnsaturatedFatty Acids in Cell Growth,

    Planta Medica62:308-313.

    Handajani, N.S, 2008, Aktivitas ekstrakrimpang lengkuas (Alpinia Galanga)

    terhadap pertumbuhan jamur

    aspergillus spp. penghasil aflatoksindan Fusarium Moniliforme,Biodiversitas Vol.9, nomor 3, hal161-164.

    Kustanto, W. K., 2003, Aktivitas antifungibawang putih (Allium sativum Linn)terhadap Candida albicans secara in

    Vitro. http://litbang.depkes.go.id.Badan Litbang Kesehatan. Diaksespada tanggal 12 Januari 2010.

    Lingga, M. E dan M. M. Rustama, 2010, UjiAktivitas Antbakteri dari Ekstrak Air

    dan Ekstrak Etanol Bawang putih

    (Allium sativum L.) TerhadapBakteri Gram Positif dan Gram

    Negatif yang Diisolasi dari Udang

    Dogol Metapenaeus monoceros),

    Udang Lobster (Panulirus Sp) dan

    Udang Rebon (Mysis dan Aecetes),http://www.docstoc.com, Skripsi:

    Universitas Padjajaran, Sumedang,Diakses pada tanggal 7 Agustus

    2010.

    Pelczar, M.J. and E.C.S. Chan, 1988, Dasar-dasar Mikrobiologi, Diterjemahkanoleh R.H. Oetome, dkk, Penerbit UI

    Press, Jakarta.

    Sukandar E.Y., 1987, Isolasi Antibiotika

    Antifungi dari Streptomyces

    Indosiensis ATCC 35859, DisertasiProgram Doktor, ITB, Bandung.

    Soewito, D.S., 1989, Jaga Raga(Memanfaatkan Khasiat Flora),Percetakan Stella Mars, Jakarta.

    Soedibyo, M.B.R.A, 1998, Alam SumberKesehatan Manfaat dan Kegunaan,

    Cetakan pertama, Penerbit BalaiPustaka, Jakarta.

    Sinaga, E, 2000. Botani Lengkuas merah(Alpinia purpurata K.Schum). PusatPenelitian dan Pengembangan

    Tumbuhan Obat UNAS/P3TOUNAS. http;//iptek.apjii.or.id.Diakses pada tanggal 16 Januari

    2010.

    Santosa, D., dan Gunawan, D., 2004,Ramuan Tradisional untuk Penyakit

    Kulit, Penebar Swadaya, Jakarta.

    Suharti, S, 2004, Kajian Antibakteri

    Temulawak, Jahe, dan Bawang putih

    terhadap bakteri Salmonella

    Tiphymurium serta Pengaruh

    bawang putih terhadap Performans

    dan Respon Imun Ayam Pedaging,http://irrc.ipb.ac.id. Skripsi: Institut

    Pertanian Bogor. Diakses pada

    tanggal 05 Februari 2010.

    Wibisana, W., Farouq dan Muhastiningsih,1991, Pemanfaatan Tanaman ObatUntuk Kesehatan Keluarga,

    Departemen Kesehatan R.I, Jakarta.

    Yuharmen, Y., Y. Eryanti, dan Nurbalatif,2002, Uji Aktivitas Antimikroba

    Minyak Atsiri dan Ekstrak MetanolLengkuas (Alpinia galanga).Jurnal

    Nature Indonesia,4 (2): 178-183.

  • 8/10/2019 Jurnal Scientia Vol 1, No 2

    32/67

    SSCCIIEENNTTIIAAVVOOLL..11NNOO..22,,AAGGUUSSTTUUSS 22001111

    IISSSSNN::22008877--55004455

    29

    PENGARUH PEMBERIAN RUTIN DAN KUERSETIN TERHADAP

    KESTABILAN PIGMEN ANTOSIANIN DARI KELOPAK BUNGA

    ROSELLA

    (Hibiscus sabdariffa L.)

    Musyirna Rahmah Nasution1, Deddy Permana2, Mirwan Arif11Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi Riau, 2Universitas Andalas

    Abstract

    Effect of Quercetin and Rutin induced the stability of Petal anthocyanin pigment

    of roselle (Hibiscus sabdariffa L.) has been studied. Concentration of copigment are 1

    mg/mL, 0.5 mg/mL and 0.25 mg/mL. Research was conducted using UV-Visspectrophotometry. The results showed that the addition of routine and quercetin

    copigmen on concentration of 1 mg/mL, 0.5 mg/mL and 0.25 mg/mL can stabilize the

    pigment anthocyanin petal roselle (Hibiscus sabdariffa L.) significantly (P

  • 8/10/2019 Jurnal Scientia Vol 1, No 2

    33/67

    SSCCIIEENNTTIIAAVVOOLL..11NNOO..22,,AAGGUUSSTTUUSS 22001111

    IISSSSNN::22008877--55004455

    30

    Bahan-bahan yang digunakan untukproses ekstraksi adalah kelopak bunga rosella

    (Hibiscus sabdariffa) yang telah dikeringkan,aquades, kalium klorida, natrium asetat ,asam klorida 10 N, rutin, kuersetin, metanol

    destilasi.

    Identifikasi sampel

    Identifikasi sampel (Hibiscussabdariffa L.) dilakukan di LaboratoriumBiologi Fakultas Matematika dan Ilmu

    Pengetahuan Alam Universitas Riau.

    Penyiapan sampel

    1 kg sampel segar yang masih utuh

    dengan bijinya disortir, kelopaknyadipisahkan dari bijinya. Kemudiankelopaknya dipisahkan menjadi 2 bagian

    sama banyak, kemudian dikeringkan.Pengeringan dilakukan dengan dua cara yaitu

    dengan cahaya matahari langsung dan oven.Sampel yang sudah kering dihaluskan denganmesin penggiling (Depkes RI, 1985). Sampel

    ditimbang masing-masing 250 mg dan

    dipanaskan dengan water batch dalam 5 mlaquadest sehingga didapatkan filtratnya. Sisa

    sampel disimpan untuk persiapan ujiselanjutnya.

    Evaluasi antosianin secara

    spektrofotometer UV-Vis

    Analisa antosianin secara

    spektrofotometer UV-Vis denganpengukuran pada 2 panjang gelombang yaitu

    510 nm dan 700 nm dengan pH 1dan pH 4,5(A.O.A.C, 2005).

    Pembuatan dapar potassium klorida ph1.0

    1,490 gram KCl dilarutkan denganaquadest dalam beker hingga 100 ml.

    Siapkan HCl dilusi 0,2 N denganmemasukkan 2 ml HCl 10 N dengan pipet

    volume ke dalam beker 100 ml yang berisiaquadest sepertiganya dan cukupkan hingga100 ml dengan aquadest. Campurkan 25 ml

    larutan KCl dan 67 ml HCl dilusi 0,2 N, aturpH sampai 1,0.

    Pembuatan dapar sodium asetat pH 4.5

    1,640 gram CH3COONa 3H2Odilarutkan dengan aquadest dalam beker

    hingga 100 ml. Atur pH menjadi 4,5 denganpenambahan HCl 0,2 N jika diperlukan.

    Pengukuran antosianin dengan

    spektrofotometer UV-Vis

    Sampel dipipet 150 L denganmenggunakan pipet mikro dan ad kan dengan

    aquadest sampai volume 1 mL. Kemudiantambahkan 4 mL dapar pH 1. Perlakuanyang sama juga dilakukan untuk dapar pH

    4,5. Ukur absorban masing-masing sampelpada panjang gelombang 510 nm dan pada700 nm.

    Jumlahkan absorban dari dilusisampel dengan cara di bawah ini :

    A = (A510nm A700nm) pH 1.0 (A510nm A-700nm) pH 4.5

    Sedangkan antosianin total padasampel didapatkan dengan menggunakan

    rumus dibawah ini :Jumlah pigmen antosianin (mg/L) = (A xMW x DF x 1000)/( x 1)

    Dimana :A = (A510nm A700nm)pH 1.0 (A510nm A-

    700nm)pH 4.5

    MW = Berat molekul (449,2 g/mol)DF = Faktor Dilusi

    l = tebal kuvet (cm) = 26900 (l/mol cm)

    Pengujian stabilitas pigmen antosianin

    dengan penambahan copigmen rutin dan

    kuersetin

    Simplisia yang mempunyaikandungan antosianin yang paling tinggi

    akan didapatkan setelah dilakukanpengukuran dengan menggunakan

  • 8/10/2019 Jurnal Scientia Vol 1, No 2

    34/67

    SSCCIIEENNTTIIAAVVOOLL..11NNOO..22,,AAGGUUSSTTUUSS 22001111

    IISSSSNN::22008877--55004455

    31

    spektrofotometer-UV. Sampel tersebutdilanjutkan dengan penambahan senyawarutin dan kuersetin untuk melihat

    stabilitasnya.

    Sampel kering yang mengandung

    kadar antosianin yang tinggi tersebut diekstraksi menggunakan aquadest. 1,25 gram

    dipanaskan dalam 25 mL aquadest denganperbandingan 1:20 pada suhu 600C selama 60menit, saring kedalam labu ukur dan

    cukupkan dengan aquadest hingga volume 25mL (Chumsri, et al ). Dilakukan perlakuantersebut untuk mendapatkan 7 sampel uji

    yang masing-masing 1 sampel sebagaikontrol, 3 sampel ditambahkan rutin dengankonsentasi 1 mg/mL, 0,5 mg/mL, 0,25

    mg/mL, dan 3 sampel lainnya ditambahkankuersetin dengan konsentrasi yang samadengan rutin. Pengukuran stabilitas dilakukan

    pada hari ke 0, hari 1, hari ke 3, 5, 7, 14, 21,dan 30 dengan perlakuan yang sama sepertipengukuran total antosianin. Sampel

    disimpan di tempat gelap.

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    Pengumpulan dan ekstraksi kelopak

    bunga rosella (hibiscus sabdariffa l.).

    Sampel segar kelopak bunga roselladiperoleh dari pasar Dupa Pekanbaru, Riau.Pengeringan dilakukan dengan 2 cara

    pengeringan yaitu dengan oven dan rumahkaca. Dari 1 kg sampel segar yang masihutuh dengan bijinya, didapatkan 500 g

    kelopak yang sudah dipisahkan denganbijinya, setelah dikeringkan didapatkansampel kering 70 g, berat simplisia 14% dari

    sampel segar.

    Sampel kering kemudian dihaluskan

    dengan mesin penggiling (grinder).Penghalusan sampel bertujuan untuk

    memperluas permukaan dari sampel sehinggazat aktif yang terkandung di dalam sampellebih mudah tersari oleh pelarut yang

    digunakan. Metoda ekstraksi adalah denganmetoda pemanasan. Metoda ini digunakankarena pengerjaannya mudah dan tidak

    membutuhkan waktu yang lama. Pemanasandilakukan dengan water batch yang memilikipengatur suhu dengan tujuan agar suhu dapat

    terkontrol dengan baik. Pelarut yang

    digunakan untuk pemanasan adalah aquadest.Pemilihan aquadest sebagai pelarut karenadapat melarutkan senyawa-senyawa yang

    terkandung didalamnya dan harga yangrelatif murah. Pemanasan dilakukan padasuhu 600 C selama 60 menit. Dengan

    pemanasan pada suhu dan waktu tersebutagar senyawa-senyawa yang terkandung

    didalamnya tidak mengalami kerusakan ataudegradasi.

    Pengukuran absorban dan perhitungan

    antosianin total dengan pengeringan

    dengan oven dan rumah kaca.

    Untuk pengukuran antosianin totaldengan pengeringan oven dan rumah kaca,

    digunakan sampel kering yang telahdihaluskan. Sampel kering yang telahdihaluskan ditimbang 0,250 mg dan

    dipanaskan dalam 5 mL aquadest, kemudiandisaring sehingga didapatkan filtratnya.

    Kemudian diukur absorbannya dan dihitungkadarnya. Kadar yang diperoleh denganpengeringan di oven adalah 31,50 mg/g

    sampel, sedangkan dengan pengeringan

    rumah kaca adalah 32,02 mg/g sampel. Halini menunjukkan bahwa proses pengeringan

    berpengaruh terhadap kadar antosianin yangterkandung dalam simplisia tersebut.

    Pengukuran absorban dan uji stabilitaspigmen antosianin kelopak bunga rosella

    dengan penambahan copigmen rutin dan

    kuersetin

    Untuk uji stabilitas pigmenantosianin kelopak bunga rosella dengan

    penambahan copigmen rutin dan aglikonnyakuersetin, digunakan sampel kering yangtelah dikeringkan di rumah kaca. Sampel

    yang telah dihaluskan ditimbang 1,25 gsampel dan dipanaskan dalam 25 mLaquadest pada suhu 600C selama 60 menit.

    Dari hasil perhitungan didapatkanbahwa antosianin kontrol mengalami

    penurunan kadar yang sangat signifikan. Hal

  • 8/10/2019 Jurnal Scientia Vol 1, No 2

    35/67

    SSCCIIEENNTTIIAAVVOOLL..11NNOO..22,,AAGGUUSSTTUUSS 22001111

    IISSSSNN::22008877--55004455

    32

    ini menunjukkan bahwa antosianin tanpadiberikan apa-apa sangat tidak stabil (Tabel1). Secara umum, dapat dilihat bahwa

    penambahan copigmen dapat menstabilkan

    pigmen antosianin kelopak bunga rosella, inimenunjukkan bahwa senyawa golonganflavonol dapat menstabilkan pigmen

    antosianin (Rein, 2005)

    Tabel 1. Kadar Antosianin Kelopak Bunga Rosella (Hibiscus sabdariffa L.) (mg/g

    simplisia)

    Perlakuan Kadar antosianin kelopak bunga rosella (mg/g simplisia) hari ke-

    0 1 3 5 7 14 21 30

    Kontrol

    Rutin 1 mg/ml

    Rutin 0,5 mg/ml

    Rutin 0,25 mg/ml

    Kuersetin 1 mg/ml

    Kuersetin 0,5 mg/ml

    Kuersetin 0,25mg/ml

    31,98

    24,88

    26,56

    29,99

    28,75

    29,03

    25,79

    31,35

    24,34

    25,11

    28,92

    27,79

    28,39

    23,98

    28,77

    23,63

    24,38

    27,42

    26,92

    28,02

    23,08

    26,24

    21,96

    23,01

    26,08

    25,19

    25,55

    21,55

    25,24

    26,20

    29,77

    32,03

    31,89

    33,20

    27,25

    21,83

    23,58

    23,25

    30,16

    28,60

    28,66

    23,56

    16,43

    19,89

    17,78

    27,83

    26,13

    28,27

    21,39

    15,64

    18,35

    16,43

    21,78

    23,34

    22,70

    18,37

    Senyawa flavonol yang digunakan

    adalah rutin (glikosida) dan kuersetin (nonglikosida). Dari hasil perhitungan terlihatbahwa penambahan glikosida dan nonglikosida dapat mempertahankan stabilitas

    antosianin dengan kemampuan yang berbeda.Flavonol dalam bentuk non glikosidamemiliki kemampuan mempertahankan

    pigmen antosianin yang lebih kuatdibandingkan dalam bentuk glikosidanya

    karena senyawa dalam bentuk gula dapatmenurunkan stabilitas pigmen antosianin(Krifi et al. 2000).

    Pada perhitungan kadar antosianin(Tabel 1), pada hari ke-0 terlihat kadar yang

    bervariasi, hal ini disebabkan karena faktorpenambahan copigmen dan faktorpenyaringan setelah pemanasan serta faktor

    pengenceran. Kontrol dan penambahancopigmen mengalami penurunan yangkonstan dari hari ke-0 hingga seterusnya.

    Namun pada hari ke-7 kadar antosianin yangditambahankan copigmen naik, tetapi padahari selanjutnya tetap mengalami penurunan

    hingga perhitungan hari ke-30. Hal inimenjadi salah satu permasalahan yang belum

    bisa dipecahkan oleh penulis dan dapat

    dijadikan sebagai bahan penelitian untukpeneliti berikutnya.

    Penambahan rutin dan kuersetin

    dengan berbagai konsentrasi yaitu 1 mg/mL,0,5 mg/mL dan 0,25 mg/mL. Dari hasilperhitungan terlihat bahwa konsentrasi juga

    mempengaruhi stabilitas pigmen antosianin,perbandingan tersebut memberikan proteksi

    yang bervariasi terhadap pigmen antosianin.Hasil statistik secara umum menunjukkanbahwa penambahan copigmen rutin dan

    kuersetin dengan berbagai perbandinganberbeda nyata terhadap kontrol denganP

  • 8/10/2019 Jurnal Scientia Vol 1, No 2

    36/67

    SSCCIIEENNTTIIAAVVOOLL..11NNOO..22,,AAGGUUSSTTUUSS 22001111

    IISSSSNN::22008877--55004455

    33

    KESIMPULAN

    1. Rutin dan kuersetin dapat

    menstabilkan pigmen antosianinkelopak bunga rosella (Hibiscussabdariffa L.)

    2.

    Copigmen dalam bentuk aglikonmemberikan proteksi yang lebih

    tinggi daripada bentuk glikosidanyadalam menstabilkan pigmenantosianin kelopak bunga rosella

    (Hibiscus sabdariffa L.), konsentrasiterbaik dalam menstabilkan pigmenantosianin adalah kuersetin dengan

    konsentrasi 1 mg/mL.

    DAFTAR PUSTAKA

    A.O.A.C., 2005, Official Method 2005.02

    Total Monomeric AnthocyaninPigmen Content of Fruit Juices,Beverages, Natural Colorants, and

    Wines.,J AOACInt 88.12692

    Chumsri, P, Anchalee Sirichote andArunporn Itharat., 2007, Studies onthe optimum condition for the

    extraction and concentration of

    roselle ( Hibiscus sabdariffa Linn.)extract., Songklanakarin J.Sci.

    Technol. 30 (Suppl.1), 133-139

    Depkes RI, 1985, Cara Pembuatan Simplissa

    yang Baik, Direktorat Jendral Obatdan Makanan

    Hendry, 1996, Natural Food Colorants.,Blackie Academic & Proffesional,London

    Harborne, J.B., 1967, ComparativeBiochemistry of Flavonoids.,

    Academic Press, London and NewYork

    Kim, C.J., Chung, M and Chi.Y.H., 1982,Pharmacological Activities of

    Flavonoids Relationship of ChemicalStructur of Flavonoids and TheirInhibitor Activity of

    Hipersensitivities, J. Pharm CungAng., 345, 348-364

    Krifi B, Chouteau F, Boudrant J and MetcheM., 2000, Degradation ofAnthocyanins from Blood Orange

    Juices,Int J Food Sci Techn, 35:275-283

    Markakis P., 1982, Stability of Anthocyaninsin Foods. In: Anthocyanins as food

    Colors, Markakis P (ed.), AcademicPress Inc, New York,p.163-178

    Mazza G and Brouillard R., 1987, RecentDevelopments in the Stabilization ofAnthocyanins in Food Products,Food Chem, 25:207-225

    Mahadevan., Shivali and Kamboj, P., 2008,

    Hibiscus sabdariffa Linn.-Anoverview, Department ofPharmacognosy, Punjab, India

    Rein, M., 2005, Copigmentation reaction andcolor stability of berry anthocyanins,

    Disertasi, Department of AppliedChemistry and Microbiology,

    University of Helsinki

  • 8/10/2019 Jurnal Scientia Vol 1, No 2

    37/67

    SSCCIIEENNTTIIAAVVOOLL..11NNOO..22,,AAGGUUSSTTUUSS 22001111

    IISSSSNN::22008877--55004455

    34

    UJI EFEK ANALGETIK HERBA SURUHAN (Peperomia Pellucida)

    PADA MENCIT PUTIH BETINA

    Dwi Mulyani

    Akademi Farmasi Dwi Farma Bukittinggi

    Abstract

    A Study has been conducted to investigating the analgesic effect of Suruhan Herba(Peperomia pellucida) on female albino mice. Pain on mice was induced by injectioning 1%v/v

    sterile acetic acid at a dose of 300 mg/kg body weight via the intra peritoneal route. Theinvestigation was done using 30%, 45%, and 60% Peperomia pellucidaextract. From the research,it was found that the percentage of analgesic activity of 30%, 45%, and 60% of Peperomia

    pellucida extract were: 10.58%, 44.92% and 56.8%.The t test showed that t count>t table at a

    concentration of 60%. So statistically the 60% Peperomia pellucida extract can be inferredefficacious analgesic on female albino mice.

    Keywords: Peperomia pellucida, analgesic activity

    PENDAHULUAN

    Setiap manusia dapat mengalami

    nyeri, yang merupakan suatu gejala adanyagangguan pada tubuh. Untuk mengat