jurnal pendidikan mipa, vol. 6. no. 1, jan · 2016. 6. 17. · jurnal pendidikan mipa, vol. 6. no....

171

Upload: others

Post on 27-Jan-2021

2 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • Jurnal Pendidikan MIPA, Vol. 6. No. 1, Jan – Juni 2016 ISSN: 2088-0294

    Jurnal Pendidikan MIPA, LPPM STKIP Taman Siswa Bima i

    SUSUNAN REDAKSI

    Pelindung dan Penasehat

    Muslim, S.Sos. Ketua Yayasan STKIP Taman Siswa Bima

    Dr. Ibnu Khaldun Sudirman, M.Si. Ketua STKIP Taman Siswa Bima

    Penganggung Jawab

    Mariamah, M.Pd. Ketua LPPM STKIP Taman Siswa Bima

    Ketua Penyunting

    Asriyadin, M.Pd.Si.

    Sekretaris Penyunting

    Nanang Diana, M.Pd.

    Penyunting Pelaksana

    Syarifuddin, S.Si., M.Pd.

    Yus’iran, S.Si., M.Pd.

    Muliana, M.Pd.

    Agustinasari, M.Pd.Si.

    Muliansani, M.Kom.

    Penyunting Ahli (Mitra Bestari)

    Prof. Dr. Mansyur

    Dr. M. Firmansyah, M.Si

    Dr. Karyadin

    Desain Cover

    Asriyadin, M.Pd.Si.

    Alamat Redaksi

    Redaksi Jurnal Pendidikan MIPA

    LPPM STKIP Taman Siswa Bima

    Jln. Lintas Bima – Tente Palibelo. Tlp (0374) 42891

    Email: [email protected]

    Jurnal Pendidikan MIPA STKIP Taman Siswa Bima, terbit 2 kali setahun dengan edisi Januari–

    Juni dan Juli-Desember. Sebagai media informasi, pemikiran dan hasil penelitian yang berkaitan

    dengan pendidikan matematika dan ilmu pengetahuan alam.

    Volume 6 no 1, Januari - Juni 2016

    ISSN: 2088-0294

    mailto:[email protected]

  • Jurnal Pendidikan MIPA, Vol. 6. No. 1, Jan – Juni 2016 ISSN: 2088-0294

    Jurnal Pendidikan MIPA, LPPM STKIP Taman Siswa Bima ii

    JURNAL PENDIDIKAN MIPA

    DAFTAR ISI

    Analisis Kelemahan Siswa Terhadap Penguasaan Konsep Statistika dan Peluang Pada Siswa SMA N 5 Pekanbaru Suripah & maya rhamadani

    1356 -1364

    Kemampuan Sistem Penyaringan Air Sederhana Dalam Menurunkan Nilai Chemical Oxygen Demand (COD) Pada Air Sumur Gali Di Lingkungan Kekalik Indah Kecamatan Sekarbela Irwan Aprayadi

    1365 – 1382

    Biologi Kelas yang Menerapkan Model Pembelajaran Student Teams Achievemen T Division(Stad) dengan Team Games Tournament (Tgt) Dengan Menggunakan Handout Pada Siswa Kelas Vii SMPN 10 Pekanbaru Nurzilawati anggraini, sri amnah & desti

    1383 – 1388

    Pengembangan Bahan Ajar Berbasis Kompetensi Matakuliah Persamaan Diferensial Di Prodi Pendidikan Matematika Jurusan Pmipa Fkip Universitas Riau Armis, Suhermi & Rahmi Fauziah

    1389 – 1399

    Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Mahasiswa Stkip Taman Siswa Bima Menggunakan Jasa Konsultan Dalam Penyusunan Skrispsi Tahun Akademik 2015 Mariamah.M.Pd

    1400 -1420

    Menumbuhkembangkan Kemampuan Berpikir Kritis Melalui Penalaran Matematis dalam Menyelesaikan Masalah Matematika Rohmah Indahwati

    1421 – 1429

    Implementasi Model Pembelajarankooperatif Tipe Think Pair And Share (Tps) Dapat Meningkatkan Sikap

    Matematika Dan Prestasi Belajar Siswa Kelas Xi IPS SMA N 1 Palibelo Pada Materi Statistika Tahun Pelajaran 2015/2016 Raodatul Jannah

    1430 -1448

  • Jurnal Pendidikan MIPA, Vol. 6. No. 1, Jan – Juni 2016 ISSN: 2088-0294

    Jurnal Pendidikan MIPA, LPPM STKIP Taman Siswa Bima iii

    Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match Dapat Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika Siswa Pada Pokok Bahasan Himpunan Kelas Vii.B Mts Darul Hikmah Tente Tahun Pelajaran 2012/2013 Syarifuddin

    1449 – 1469

    Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Sains, Teknologi, Masyarakat Dan Lingkungan (Stml) Terhadap Sikap Ilmiah Siswa Kelas viii² Pada Smp Negeri 4 Bolo Tahun Pelajaran 2014/2015 Syarifuddin

    1470 -1491

    Keefektifan Pembelajaran Dengan Program Geometer’s Sketchpad Untuk Materi Sudut Pusat Dan Sudut Keliling Pada Lingkaran Di Kelas VIII SMPN 1 Wawo Fatmah

    1492 - 1500

    Penggunaan Alat Peraga Untuk Meningkatkan Pemahaman Matematika Pada Pokok Bahasan Bangun Datar Sederhana Nurrahmah

    1501 - 1518

  • Jurnal Pendidikan MIPA, Vol. 6. No. 1, Januari - Juni 2016 ISSN: 2088-0294

    Jurnal Pendidikan MIPA, LPPM STKIP Taman Siswa Bima 1356

    ANALISIS KELEMAHAN SISWA TERHADAP PENGUASAAN KONSEP STATISTIKA DAN PELUANG PADA SISWA SMA N 5 PEKANBARU

    Suripaha, Maya Rhamadanib a,Dosen Program Studi Pendidikan Matematika FKIP UIR

    [email protected] bMahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika FKIP UIR

    [email protected]

    ABSTRAK

    Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pada kompetensi

    dasar mana dalam pembahasan statistika dan peluang dikelas XI SMA N 5

    Pekanbaru siswa banyak mengalami kelemahan konsep. Adapun

    kelemahan siswa yang dimaksud ditunjukkan pada tingkat penguasaan

    yang rendah sehingga mengakibatkan ketidakmampuan siswa dalam

    menyelesaikan soal-soal matematika.

    Populasinya adalah seluruh siswa kelas XI SMA N 5 Pekanbaru

    dan sampel diambil secara purposive (pertimbangan) dan proporsional

    sebanyak 33 siswa. Berdasarkan teori yang mendasari kajian ini

    diharapkan dapat diketahui kelemahan-kelemahan konsep pada

    kompetensi dasar bahasan statistika dan peluang, sehingga dapat dijadikan

    perbaikan penerapan konsep pengajaran yang benar pada materi statistika

    dan peluang secara khusus dan kompetensi dasar yang lain secara umum.

    Metode penelitiannya adalah deskriptif kualitatif, teknik pengumpulan

    data yang digunakan berupa data tes dan wawancara. Sedangkan teknik

    analisis datanya adalah analisis statistik deskriptif kualitatif, yaitu dengan

    cara menghitung persentase kelemahan konsep pada setiap kompetensi

    dasar statistika dan peluang.

    Hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase kelemahan siswa

    dalam penguasaan konsep tertinggi adalah 37,58% yaitu pada KD

    Menentukan peluang suatu kejadian dan penafsirannya. Dan terendah pada

    KD Menyajikan data dalam bentuk tabel dan diagram batang, garis,

    lingkaran, dan ogive serta penafsirannya. Sebesar 9,01%. Hasil penelitian

    juga menunjukkan persentase kelemahan siswa dalam penguasaan konsep

    secara umum sebesar 30,10%.

    Kata Kunci: Kelemahan siswa, Konsep

    mailto:[email protected]:[email protected]

  • Jurnal Pendidikan MIPA, Vol. 6. No. 1, Januari - Juni 2016 ISSN: 2088-0294

    Jurnal Pendidikan MIPA, LPPM STKIP Taman Siswa Bima 1357

    Pendahuluan

    Pendidikan nasional

    berfungsi mengembangkan

    kemampuan dan membentuk watak

    serta peradaban bangsa yang

    bermartabat dalam rangka

    mencerdaskan kehidupan bangsa,

    bertujuan untuk berkembangnya

    potensi peserta didik agar menjadi

    manusia yang beriman dan bertakwa

    kepada Tuhan Yang Maha Esa,

    berahlak mulia, sehat, berilmu,

    cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi

    warga Negara yang demokratis serta

    bertanggung jawab (UU No. 20

    tahun 2003). Pencapaian dari fungsi

    dan tujuan tersebut, merupakan

    harapan bagi semua pihak terutama

    dalam dunia pendidikan. Untuk

    mewujudkan tujuan pendidikan

    tersebut salah satunya diupayakan

    pendidikan yang berorentasi pada

    proses pembelajaran yang sesuai

    dengan standar proses.

    Peraturan Menteri

    Pendidikan Nasional No. 41 tahun

    2007 tentang standar proses,

    menyatakan bahwa proses

    pembelajaran pada satuan pendidikan

    diselenggarakan secara interaktif,

    inspiratif, menyenangkan,

    menantang, memotivasi peserta didik

    untuk berpartisipatif aktif serta

    memberikan ruang yang cukup bagi

    prakarsa, kreativitas, dan

    kemandirian sesuai dengan bakat,

    minat, dan perkembangan fisik serta

    psikologi peserta didik. Salah satu

    yang diamanatkan dalam standar

    proses tersebut bahwa pembelajaran

    diselenggarakan dengan memotivasi

    siswa untuk berperan aktif dalam

    pembelajaran.

    Peranan matematika adalah

    bagian yang esensial dalam

    pendidikan. Salah satu usaha

    perbaikan dibidang pendidikan yang

    dapat dilakukan adalah perbaikan

    pada pembelajaran matematika.

    Matematika sebagai salah satu mata

    pelajaran di sekolah tidak hanya

    digunakan untuk mencerdaskan satu

    tujuan saja. Siswa dapat memiliki

    sikap dan kebiasaan berpikir logis,

    kritis, sistematik, kerja cepat, tekun

    dan bertanggung jawab. Hal ini

    sejalan dengan (Permendiknas No.

    23 tahun 2006) bahwa siswa dapat

    mengaplikasikan konsep atau

    algoritma, secara luwes, akurat,

    efisien, dan tepat, dalam pemecahan

    masalah. Menghargai dan meresapi

    keindahan konsep-konsep, struktur-

    struktur dan pola-pola matematika,

    (Ruseffendi, 1991: 35).

    Seorang pendidik yang

    menguasai konsep materi pelajaran

    dengan baik, jika dalam

    menyampaikan kepada siswanya

    kurang jelas, terkadang penerimaan

    siswa menjadi salah. Hal ini yang

    akan menyebabkan siswa

    misunderstanding dalam memahami

    konsep materi selanjutnya. Oleh

    karenanya seorang guru dituntut

    untuk profesional dalam

    menjalankan tugas dan

    kewajibannya. Guru adalah pendidik

    profesional dengan tugas utama

    mendidik, mengajar, membimbing,

    mengarahkan, melatih, menilai, dan

    mengevaluasi peserta didik pada

    pendidikan anak usia dini jalur

  • Jurnal Pendidikan MIPA, Vol. 6. No. 1, Januari - Juni 2016 ISSN: 2088-0294

    Jurnal Pendidikan MIPA, LPPM STKIP Taman Siswa Bima 1358

    pendidikan formal, pendidikan

    dasar, dan pendidikan menengah,

    (UU No 14 tahun 2005: 2).

    Pada kurikulum 2013,

    Statistik dan Peluang termasuk salah

    satu kompetensi dasar dalam jenjang

    SMA. Peluang merupakan konsep

    awal dari materi selanjutnya yaitu

    statistika yang tidak terlepas dari

    data-data dan perhitungan. Harapan

    besar tenaga pendidik di perguruan

    tinggi seperti dosen program studi

    matematika atau bidang lain yang

    berkaitan dengan matematika, siswa

    dapat melanjutkan konsep statistik

    yang ada di perguruan tinggi dengan

    baik. Pada selang waktu pertama

    konsep diajarkan secara sederhana,

    misalnya dengan cara intuitif melalui

    benda-benda konkret atau gambar-

    gambar sesuai dengan kemampuan

    peserta didik. Pada tahap berikutnya

    konsep yang diajarkan secara

    sederhana dapat diperluas lagi,

    sehingga peserta didik dalam belajar

    matematika dapat dilakukannya

    secara sistematik, (Soemarsono,

    2007). Bekal konsep materi yang

    matang dari tingkat SMA akan

    mendukung kelancaran

    terselenggaranya pembelajaran

    dibangku kuliah.

    Kenyataan yang ada di

    lapangan penguasaan konsep

    kompetensi dasar statistika masih

    rendah. Berdasarkan data dari BSNP

    Propinsi Riau untuk sekolah SMA

    Negeri dan Swasta di kota Pekanbaru

    secara nasional persentase

    penguasaan konsep diperoleh rata-

    rata nilai 67,36. Khususnya untuk

    kemampuan menyelesaikan masalah

    yang berkaitan dengan permutasi

    sederhana. Persentase ini masih jauh

    di bawah kemampuan indikator

    penguasaan soal yang lain.

    Berdasarkan hasil ulangan harian

    pada standar kompetensi Statistika

    dan Peluang dbeberapa SMA di

    Pekanbaru juga masih rendah. Data

    ini juga diperjelas dari rendahnya

    daya tangkap mahasiswa pada

    statistik dasar diperguruan tinggi

    selama proses pembelajaran

    berlangsung. Hal tersebut

    mengundang ketertarikan peneliti

    sebagai dosen statistik untuk

    berkolaborasi dengan beberapa guru

    di sekolah menengah atas, perihal

    penguasaan konsep siswa dalam

    pembelajaran. Menurut keterangan

    beberapa guru SMA di Pekanbaru,

    ketika proses pembelajaran

    berlangsung siswa cenderung

    menunggu apa yang disampaikan

    guru. Siswa banyak diam dan kurang

    mau bertanya tentang konsep

    pelajaran yang belum jelas. Siswa

    mudah lupa terhadap materi yang

    disampaikan sebelumnya. Siswa

    yang pandai semakin pandai dan

    yang kurang semakin tertinggal, hal

    itu disebabkan daya tangkap

    terhadap materi pelajaran menjadi

    lemah karena lemahnya konsep awal

    dalam pembelajaran.

    SMAN 5 Pekanbaru,

    berdasarkan level tingkat akademik

    termasuk sebagai salah satu kategori

    sekolah level akademik tinggi. Oleh

    karena itu peneliti secara bertahap

    tertarik untuk melihat sejauh mana

    tingkat pencapaian pembelajaran

    khususnya penguasaan konsep pada

  • Jurnal Pendidikan MIPA, Vol. 6. No. 1, Januari - Juni 2016 ISSN: 2088-0294

    Jurnal Pendidikan MIPA, LPPM STKIP Taman Siswa Bima 1359

    materi statistika dan peluang. Pada

    tahap atau kesempatan berikutnya

    peneliti juga akan melihat sejauh

    mana penguasaan konsep pada level

    sekolah kategori akademik

    menengah dan bawah. Berdasarkan

    hasil analisis yang diperoleh, peneliti

    berharap bisa melihat perbandingan

    sejauh mana penguasaan konsep

    pada sekolah SMA berdasarkan

    tingkatan akademiknya. Hasil yang

    bisa diperoleh diharapkan dapat

    dijadikan kajian khusus untuk

    mendesain bahan ajar yang sesuai

    dengan kebutuhan siswa.

    Berdasarkan permasalahan

    yang diuraikan di atas, peneliti

    tertarik untuk melakukan penelitian

    guna menjawab permasalahan yang

    ada yakni dengan judul “Analisis

    Kelemahan Siswa Terhadap

    Penguasaan Konsep Statistika dan

    Peluang Pada siswa SMA N 5

    Pekanbaru”.

    Metode Penelitian Bentuk penelitian ini

    merupakan penelitian deskriptif

    kualitatis. Populasi dalam penelitian

    ini adalah semua siswa kelas XI

    SMA N 5 Pekanbaru. Sedangkan

    sampel merupakan sebagian yang

    diambil dari populasi. Teknik yang

    digunakan dalam penelitian ini

    adalah purposive random sampling

    yaitu dari jumlah populasi ditentukan

    jumlah sampel sebagai obyek

    penelitian yaitu sebanyak 33 siswa.

    TTeknik Pengumpulan Data

    Instrumen tes prestasi belajar

    matematika pada penelitian ini

    berupa seperangkat tes berupa

    pilihan ganda. Tes ini bertujuan

    untuk mengetahui penguasaan

    konsep. Instrumen tes ini disusun

    berdasarkan kisi-kisi soal dengan

    mengacu pada standar isi dalam

    Kurikulum 2013. Kemudian

    dilakukan validasi dan

    reliabilitasnya.

    1. Tes penguasaan konsep Instrumen tes prestasi

    belajar matematika pada penelitian

    ini berupa seperangkat tes berupa

    pilihan ganda. Tes ini bertujuan

    untuk mengetahui penguasaan

    konsep. Instrumen tes ini disusun

    berdasarkan kisi-kisi soal dengan

    mengacu pada standar isi dalam

    Kurikulum 2013.

    2. Validitas dan Reliabilitas Penyusunan tes, terlebih

    dilakukan validasi dan dihitung

    reliabilitasnya. Dalam penelitian ini

    peneliti cukup memvalidasi isi dan

    validasi ahli sesuai dengan bidang

    statistika dan peluang, tentunya

    dengan memperhatikan masukan dan

    saran yang diberikan. Dalam hal ini

    peneliti berkonsultasi dengan teman

    sejawat yakni bapak Dr. Zulkarnain,

    M.Pd.

    Teknik Analisis Data

    Analisis data yang digunakan

    yaitu dengan menghitung persentase

    kelemahan konsep pada Kompetensi

    Dasar Statistika dan Peluang. Untuk

    menghitung persentase kelemahan

    konsep pada tiap-tiap Kompetensi

    Dasar digunakan rumus sebagai

    berikut:

  • Jurnal Pendidikan MIPA, Vol. 6. No. 1, Januari - Juni 2016 ISSN: 2088-0294

    Jurnal Pendidikan MIPA, LPPM STKIP Taman Siswa Bima 1360

    𝑃𝑗 = ∑ 𝑛𝑖𝑗

    𝑘𝑗𝑖=1

    𝐾𝑗𝑥 𝑁 𝑥100%

    Keterangan:

    𝑃𝑗 = Persentase kelemahan konsep ke-j

    𝐾𝑗= Banyak butir untuk konsep ke-j

    𝑛𝑖𝑗 = Jumlah siswa yang menjawab salah butir ke-I pada konsep ke-j

    𝑁 = Jumlah responden

    Hasil Penelitian dan Pembahasan Hasil Penelitian

    Data hasil penelitian

    yang diperoleh pada penelitian ini

    berupa deskripsi data tentang tes

    hasil belajar siswa pada Standar

    Kompetensi Menggunakan aturan

    Statistika, Kaidah Pencacahan, dan

    Sifat-sifat peluang dalam

    pemecahan masalah. Adapun data

    yang dimaksud adalah untuk

    mendeskripsikan tentang

    bagaimana kelemahan siswa dalam

    penguasaan konsep materi

    pelajaran khususnya Statistika dan

    Peluang. Sebagai data pendukung

    peneliti juga mengambil data dari

    hasil wawancara tidak terstruktur

    kepada beberapa guru-guru

    matematika yang ada di sekolah

    penelitian.

    1. Persentase kelemahan konsep tiap-tiap Kompetensi Dasar pada

    materi statistika dan peluang dari

    33 siswa dianalisis menggunakan

    rumus sebagai berikut:

    𝑃𝑗 = ∑ 𝑛𝑖𝑗

    𝑘𝑗𝑖=1

    𝐾𝑗𝑥 𝑁 𝑥100%

    Keterangan:

    𝑃𝑗 = Persentase kelemahan konsep ke-j

    𝐾𝑗= Banyak butir untuk konsep ke-j

    𝑛𝑖𝑗 = Jumlah siswa yang menjawab salah butir ke-I pada konsep ke-j

    𝑁 = Jumlah responden J = 1,…6 Secara rinci kelemahan konsep setiap

    Kompetensi Dasar data dianalisis

    sebagai berikut:

    Tabel 1. Persentase Kelemahan Siswa dalam Penguasaan Konsep.

    Standar Kompetensi Kelemahan

    Konsep ke-j (%)

    Penguasaan

    Konsep ke-j (%)

    1.1 Membaca data dalam bentuk tabel dan diagram batang,

    garis, lingkaran, dan ogive. 13,13 86,87

    1.2 Menyajikan data dalam bentuk tabel dan diagram batang, garis,

    lingkaran, dan ogive serta

    penafsirannya.

    9,01 90,99

    1.3 Menghitung ukuran pemusatan, ukuran letak, dan ukuran

    penyebaran data, serta

    penafsirannya.

    31,99 68,01

  • Jurnal Pendidikan MIPA, Vol. 6. No. 1, Januari - Juni 2016 ISSN: 2088-0294

    Jurnal Pendidikan MIPA, LPPM STKIP Taman Siswa Bima 1361

    1.4 Menggunakan aturan perkalian, permutasi, dan kombinasi

    dalam pemecahan masalah.

    28,28 71,72

    1.5 Menentukan ruang sampel suatu percobaan.

    27,27 72,73

    1.6 Menentukan peluang suatu kejadian dan penafsirannya.

    37,58 62,42

    2. Persentase Kelemahan Konsep pada Standar Kompetensi

    Menggunakan aturan Statistika,

    Kaidah Pencacahan, dan Sifat-

    sifat peluang dalam pemecahan

    masalah. Persentase Kelemahan

    Konsep materi statistika dan

    Peluang secara umum dari 33

    siswa diperoleh dengan analisis

    data sebagai berikut.

    𝑃 = ∑ 𝑛𝑖

    30𝑖=1

    𝐾𝑥 𝑁 𝑥100%

    Keterangan:

    P = Persentase kelemahan Konsep K = Banyak Butir

    𝑛𝑖= Jumlah siswa yang menjawab salah butir ke-i

    N = Jumlah Responden Persentase kelemahan

    konsep dari 33 siswa adalah

    sebagai berikut.

    𝑃 = 298

    30𝑥33𝑥100%

    𝑃 = 298

    990𝑥100%

    = 30,10 %

    3. Deskripsi data Hasil Wawancara dengan Guru Matematika Kelas

    XI Semester II

    Dari hasil perbincangan

    dengan guru-guru yang ada di

    sekolah, permasalahan yang

    dihadapi hampir sama. Yakni

    permasalahan hasil akhir dari

    pembelajaran yang ditargetkan.

    Ada yang terlupa oleh teman

    guru di sekolah bahwa

    sesungguhnya proses

    pembelajaran adalah titik tolak

    yang harus diperhatikan.

    Permasalahan hasil akhir atau

    nilai adalah dampak dari sebuah

    proses.

    Salah satu hal yang

    menarik dari apa yang

    disampaikan guru adalah

    bagaimana sikap siswa selama

    belajar. Seperti yang

    diungkapkan salah seoarang

    Guru, bahwa selama proses

    pembelajaran siswa terlihat

    tanpa ada masalah, beberapa

    siswa saja yang memang sudah

    rutin membuat masalah di kelas.

    Ketika di ajar cenderung tenang

    dan diam, akan tetapi diamnya

    siswa perlu dipertanyakan

    apakah diam karena paham atau

    sebaliknya. Siswa yang mau

    bertanya justru siswa yang

    memang kategori lebih, padahal

    harapan guru siswa yang tidak

    paham yang harusnya bertanya

    agar menjadi tahu. Sebagai

  • Jurnal Pendidikan MIPA, Vol. 6. No. 1, Januari - Juni 2016 ISSN: 2088-0294

    Jurnal Pendidikan MIPA, LPPM STKIP Taman Siswa Bima 1362

    akibat adalaha adanya jurang

    atau batas sehingga ada konsep

    tertentu yang disampaikan guru

    tidak dapat tersampaikan dengan

    baik kepada siswanya. Efek

    jangka menengah berimbas

    pada penguasaan indikator yang

    lebih tinggi, dan efek jangka

    panjangnya adalah tidak dapat

    mengkaitkan antara konsep yang

    saling membangun untuk

    berpikir lebih tinggi.

    Dengan adanya

    penelitian ini, guru mendukung

    peneliti untuk mendapatkan

    gambaran sejauh mana tingkat

    penguasaan materi yang telah

    berlalu, untuk membantu guru

    dalam memperbaiki proses

    pembelajaran khususnya pada

    konsep-konsep yang persentase

    kelemahanya masih tinggi. Satu

    hal yang peneliti tegaskan

    sebagai bentuk kolaborasi dan

    pedulinya terhadap masa depan

    pendidikan adalah terinspirasi

    bukan hanya sekedar ingin

    mengetahui konsep mana yang

    belum dikuasai. Pada tahap

    berikutnya adalah mendesain

    bahan ajar untuk SMA yang

    dapat memfasilitasi belajar

    siswa.

    Pembahasan

    Tujuan penelitian ini

    adalah untuk mendeskripsikan pada

    kompetensi dasar mana dalam

    pembahasan statistika dan peluang

    siswa SMA kelas XI di Pekanbaru

    banyak mengalami kelemahan

    konsep.

    Pada deskripsi data

    dperoleh adanya kelemahan konsep

    dalam tiap-tiap Kompetensi Dasar

    (KD) pada Standar Kompetensi (SK)

    menggunakan aturan statistika,

    kaidah pencacahan, dan sifat-sifat

    peluang dalam pemecahan masalah.

    Persentase tertinggi pada KD ke 6

    yakni menentukan peluang suatu

    kejadian dan penafsirannya sebesar

    37,58 %. Dan persentase terendah

    pada KD ke-2 yakni menyajikan

    data dalam bentuk tabel dan diagram

    batang, garis, lingkaran, dan ogive

    serta penafsirannya. yaitu sebesar

    9,01 %.

    Dari hasil analisis data

    diperoleh persentase kelemahan

    konsep pada tiap-tiap KD. KD

    membaca data dalam bentuk tabel

    dan diagram batang, garis dan

    lingkaran serta ogive sebesar

    13,13%, KD Menyajikan data dalam

    bentuk tabel dan diagram batang,

    garis, lingkaran, dan ogive serta

    penafsirannya sebesar 9,01 %, KD

    Menghitung ukuran pemusatan,

    ukuran letak, dan ukuran penyebaran

    data, serta penafsirannya sebesar

    31,99 %, KD Menggunakan aturan

    perkalian, permutasi, dan kombinasi

    dalam pemecahan masalah sebesar

    28,28 %, KD Menentukan ruang

    sampel suatu percobaan sebesar

    27,27 %, dan KD Menentukan

    peluang suatu kejadian dan

    penafsirannya sebesar 37,58 %.

    Dari hasil analisis data

    yang telah diuraikan di atas

    menunjukkan gambaran bahwa

    kelemahan siswa dalam penguasaan

    konsep masih cukup tinggi jika

  • Jurnal Pendidikan MIPA, Vol. 6. No. 1, Januari - Juni 2016 ISSN: 2088-0294

    Jurnal Pendidikan MIPA, LPPM STKIP Taman Siswa Bima 1363

    dikaitkan dengan pencapaian target

    ketuntasan kriteria minimum (KKM)

    nilai yang ada di sekolah. Jika

    dicermati lebih jauh, tamapk

    gambaran secara kajian teoritis

    bahwa penguasaan konsep awal

    sangat menetukan konsep

    berikutnya. Pada penanaman konsep

    awal, harapan yang diperoleh adalah

    siswa tidak ada kendala disaat

    konsep materi yang diberikan masih

    relatif sederhana dan mudah

    dipahami. Telihat dari hasil

    persentase kelemahan konsep cukup

    rendah. Artinya disana siswa belum

    ada kendala yang berarti jika dilihat

    dari indikator pencapaian belajarnya

    masih tahap pengetahuan.

    Selanjutnya jika dilihat dari besarnya

    angka persentase kelemahan

    penguasaan konsep semakin tinggi

    levelan pencapaian indikator

    belajarnya semakin tinggi pula

    persentase kelemahan konsepnya.

    Artinya disana ada makna tersirat

    yang dapat peneliti maknai. yakni

    adanya penumpukan

    ketidakpahaman atau

    misunderstanding materi sehingga

    semakin besar pula permasalahan

    yang menyebabkan kendala

    ketidakpahaman pada proses

    abstraksi pada levelan pencapaian

    indikator berikutnya yang lebih

    tinggi.

    Pada tahapan definisi,

    kemudian memahami konsep masih

    bisa terkafer. Namun pada tahapan

    aplikasi analisis dan sintesis, siswa

    mulai kurang bekal dikarenakan ada

    sinyal-sinyal konsep yang terputus.

    Sebagai akibat jangka panjang tidak

    dapat mengingat kembali bahwa ada

    keterkaitan antara indikator yang

    satu dengan yang lainnya.

    Berdasarkan hasil

    pembahasan tersebut menunjukkan

    masih terdapat kelemahan siswa

    dalam penguasaan konsep pada KD-

    KD materi statistika dan peluang.

    Oleh karena itu, peneliti berharap

    sederhananya hasil penelitian ini,

    dapat dijadikan perhatian untuk

    proses perbaikan dimasa yang akan

    datang. Khususnya pada KD

    menggunakan aturan permutasi dan

    kombinasi lebih dikuatkan. Dan yang

    tidak kalah pentingnya adalah kd

    terakhir yang berkaitan dengan

    menyelesaikan masalah peluang

    suatu kejadian.

    SSimpulan

    Berdasarkan hasil analisis data dan

    pembahasan dapat disimpulkan

    bahwa:

    1. Siswa masih banyak mengalami kelemahan konsep khususnya

    pada KD Menghitung ukuran

    pemusatan, ukuran letak, dan

    ukuran penyebaran data, serta

    penafsirannya 31,99 %, KD

    Menggunakan aturan perkalian,

    permutasi, dan kombinasi dalam

    pemecahan masalah sebesar 28,28

    %, dan KD Menentukan peluang

    suatu kejadian dan penafsirannya

    sebesar 37,58 %.

    2. Persentase kelemahan konsep tiap-tiap KD materi Statistika dan

    Peluang, persentase tertinggi

    sebesar 37,58 % yaitu pada KD

    menentukan peluang suatu

    kejadian dan penafsirannya, dan

  • Jurnal Pendidikan MIPA, Vol. 6. No. 1, Januari - Juni 2016 ISSN: 2088-0294

    Jurnal Pendidikan MIPA, LPPM STKIP Taman Siswa Bima 1364

    persentase terendah sebesar 9,01

    % yakni pada KD Menyajikan

    data dalam bentuk tabel dan

    diagram batang, garis, lingkaran,

    dan ogive serta penafsirannya.

    Persentase kelemahan konsep

    secara keseluruhan diperoleh

    30,10%.

    Daftar Pustaka

    Arends, R.I., & Kilcher, A. (2010).

    Teaching for student

    learning: becoming an

    accomplished teacher. New

    York: Routledge.

    Arikunto, Suharsimi. (2002). Dasar-

    dasar Evaluasi Pendidikan.

    Jakarta: Bumi Aksara.

    Depdiknas. (2003). Undang-Undang

    RI Nomor 20, tahun 2003

    tentang Sistem Pendidikan

    Nasional.

    ______. (2005). Undang-Undang RI

    Nomor 14, tahun 2005

    tentang Guru dan Dosen.

    ______. (2006.) Peraturan menteri

    pendidikan nasional repoblik

    Indonesia no 23, tahun 2006

    tentang standar isi.

    ______. (2007). Peraturan menteri

    pendidikan nasional republik

    indonesia nomor 41, tahun

    2007 tentang standar proses

    untuk satuan Pendidikan

    Dasar dan Menengah.

    Ebel, R.I., & Frisbie, D.A. (1986).

    Essential of educational

    measurement (4th ed). New

    Jersey: Prentice-Hell, Inc.

    Ferguson, George A dan Takane,

    Yoshio. 1989. Statistical Analysis in Psychology and Education. Sixth edition. New York: McGraw Hill Book Company.

    Johnson, D.W., & Johnson, R.T.

    (2002). Meaningful

    assessment: A manageable

    and cooperative process.

    Boston: Allyn and Bacon

    Joyce, B., Weil, M., & Calhoun, E.

    (2004). Models of teaching

    (7th ed). Boston, MA: Pearson

    Education.

    Nitko, A.J., & Brookhart, S.M.

    (2007). Educational

    assessment of student (5th ed).

    New Jersey: Pearson

    Education..

    Russefendi. (1991). Dasar-dasar

    Matematika Modern untuk

    Orang Tua Murid dan Guru.

    Bandung: Tarsito.

    Sudjana. (2002). Metode Statistika:

    Bandung: Tarsito.

  • Jurnal Pendidikan MIPA, Vol. 6. No. 1, Januari - Juni 2016 ISSN: 2088-0294

    Jurnal Pendidikan MIPA, LPPM STKIP Taman Siswa Bima 1365

    KEMAMPUAN SISTEM PENYARINGAN AIR SEDERHANA

    DALAM MENURUNKAN NILAI CHEMICAL OXYGEN DEMAND

    (COD) PADA AIR SUMUR GALI DI LINGKUNGAN

    KEKALIK INDAH KECAMATAN SEKARBELA

    1Irwan Aprayadi

    (Guru Kimia SMA Negeri 1 SEMBALUN)

    Email : [email protected]

    ABSTRAK

    Salah satu permasalahan yang dihadapi oleh warga Lingkungan Kekalik

    Indah saat ini adalah tingginya kadar Chemical Oksigen Demand (COD) pada

    air sumur yang melebihi ambang batas mutu air bersih, mengakibatkan air

    sumur menjadi keruh, berbau, dan memiliki rasa tidak enak untuk diminum.

    Penyaringan Air Sederhana merupakan suatu teknologi pengolahan air bersih

    yang terdiri dari media pasir, arang tempurung kelapa dan kerikil. Penelitian

    ini bertujuan untuk Untuk mengetahui apakah sistem Penyaringan Air

    Sederhana dapat menurunkan konsentrasi COD pada air sumur gali di

    Lingkungan Kekalik Indah dan Untuk mencari variasi komposisi media yang

    paling efektif sehingga mendapatkan penurunan konsentrasi COD yang paling

    optimal. Dari hasil penelitian didapat konsentrasi rata-rata awal COD sebesar

    16,48 mg/l. Setelah dilakukan pengolahan dengan Penyaringan Air sederhana

    diperoleh variasi komposisi media pasir, arang dan kerikil yang optimal dalam

    menurunkan konsentrasi COD yaitu variasi 1:3:1 yang menunjukkan efisiensi

    penurunan konsentrasi COD paling efektif sebesar 55,60% jika dibandingkan

    dengan variasi media yang lainnya. Kapasitas penyaringan pada variasi

    komposisi media 1:3:1 mampu menurunkan kadar COD sesuai ambang batas

    yang diperbolehkan sebanyak 6 L air.

    Kata Kunci: Air Sumur, Penyaringan Air Sederhana, Chemical Oxygen

    Demand (COD).

    Pendahuluan

    Air merupakan sumber

    kehidupan yang sangat vital bagi

    manusia. Dan dapat dikatakan air

    merupakan sumber daya yang

    terbatas dan kita tidak dapat

    dipisahkan dari senyawa kimia

    ini dalam kehidupan sehari-hari.

    Manfaat air bagi kehidupan kita

    antara lain untuk kebutuhan

    rumah tangga yaitu sebagai air

    minum dan MCK (mandi cuci

    kakus), kebutuhan industri, air

    irigasi untuk pertanian sampai

    pembangkit listrik tenaga air

    mailto:[email protected]

  • Jurnal Pendidikan MIPA, Vol. 6. No. 1, Januari - Juni 2016 ISSN: 2088-0294

    Jurnal Pendidikan MIPA, LPPM STKIP Taman Siswa Bima 1366

    (Surososipil, 2008).

    Menurut Kusnaedi (2006),

    air yang dapat diminum dapat

    diartikan sebagai air yang bebas

    dari bakteri yang berbahaya dan

    tidak murni secara kimiawi. Air

    minum harus bersih dan jernih,

    tidak berwarna dan tidak berbau,

    dan tidak mengandung bahan

    tersuspensi atau kekeruhan.

    Standar untuk air minum telah

    ditentukan oleh WHO baik untuk

    Eropa (WHO 1970) maupun

    internasional (WHO 1971). Air

    bersih adalah air yang digunakan

    untuk keperluan sehari-hari yang

    kualitasnya memenuhi syarat

    kesehatan dan dapat diminum

    apabila telah dimasak,

    pernyataan ini pada peraturan

    menteri kesahatan nomor

    416/MEN.KES/PER/IX/1990

    tentang syarat-syarat dan

    pengawasan kualitas air.

    Pernyataan ini juga sesuai

    dengan keputusan menteri

    kesehatan

    No.907/Menkes/SK/VII/2002

    yang menyatakan bahwa syarat

    air minum harus bebas dari

    bahan-bahan organik dan

    anorganik.

    Untuk menyatakan

    kandungan bahan organik di

    dalam perairan dilakukan dengan

    mengukur jumlah oksigen yang

    dibutuhkan untuk menguraikan

    bahan tersebut sehingga menjadi

    senyawa yang stabil. Salah satu

    cara yang digunakan untuk

    menganalisa kandungan oksigen

    tersebut yaitu dengan

    menganalisis Chemical Oxygen

    Demand (COD). Chemical

    Oxygen Demand (COD) atau

    Kebutuhan Oksigen Kimia

    (KOK) adalah jumlah oksigen

    (mg O2) yang dibutuhkan untuk

    mengoksidasi zat-zat organis

    yang ada dalam 1 L sampel air.

    Angka COD merupakan ukuran

    bagi pencemaran air oleh zat-zat

    organis yang secara alamiah

    dapat dioksidasikan melalui

    proses mokrobiologis, dan

    mengakibatkan berkurangnya

    oksigen terlarut di dalam air.

    Oksigen terlarut adalah

    banyaknya oksigen yang

    terkandung di dalam air dan

    diukur dalam satuan ppm.

    Oksigen yang terlarut ini

    dipergunakan sebagai tanda

    derajat pengotor air baku.

    Semakin besar oksigen yang

    terlarut, maka menunjukkan

    derajat pengotoran yang relatif

    kecil (Admin, 2008).

    Masyarakat di Lingkungan

    Kekalik Indah Kecamatan

    Sekarbela masih menggunakan

    air sumur gali untuk memenuhi

    kebutuhan akan air minum

    maupun keperluan rumah tangga

    lainnya. Umumnya warga

    Kekalik Indah mengalirkan

    limbah rumah tangganya ke

    sungai dan got yang mengalir

    melewati daerah tersebut.

    Limbah ini terdiri dari zat-zat

    organik dan anorganik seperti

    tinja, sisa-sisa sabun, sampah dan

    sebagainya. Masyarakat Kekalik

    Indah yang umumnya bermata

  • Jurnal Pendidikan MIPA, Vol. 6. No. 1, Januari - Juni 2016 ISSN: 2088-0294

    Jurnal Pendidikan MIPA, LPPM STKIP Taman Siswa Bima 1367

    pencaharian sebagai pembuat

    tahu banyak memanfaatkan got

    dan aliran sungai sebagai tempat

    pembuangan limbah tahu

    tersebut. Hal ini mengakibatkan

    air sumur gali di daerah sekitar

    pembuangan air limbah menjadi

    berwarna keruh, berbau, dan

    memiliki rasa tidak enak untuk

    diminum.

    Hal ini dapat dibuktikan

    dengan tingginya konsentrasi

    COD yang terkandung pada air

    sumur masyarakat Kekalik Indah

    yang melebihi ambang batas

    baku mutu air yaitu 13,6 mg/L.

    Dimana menurut Peraturan

    Pemerintah Nomor 82 tahun

    2001 konsentrasi COD untuk air

    yang dapat diminum konsentrasi

    COD tidak melebihi 10 mg/L.

    Sehingga air sumur gali ini perlu

    penanganan untuk

    meminimalkan konsentrasi COD

    yang dikandungnya.

    Guna mendapatkan air yang

    bersih banyak cara yang

    dilakukan antara lain dengan

    menggunakan metode

    penyaringan sederhana, dimana

    metode ini menggunakan media

    pasir, arang dan kerikil sebagai

    media penyaring yang

    persediaannya cukup banyak dan

    mudah mendapatkannya. Cara

    membersihkan air dengan

    metode penyaringan sederhana

    yaitu dengan mengalirkan air

    pada bak penyaringan yang telah

    diisi dengan media penyaringan

    berupa pasir, arang dan kerikil.

    Dimana pada proses penjernihan

    air media arang digunakan

    sebagai adsorben yang berfungsi

    untuk mengurangi atau

    menghilangkan bau dan

    mengurangi rasa yang kurang

    sedap pada air dimana media

    arang menyerap kandungan

    bahan organik dan nonorganik

    dalam air dapat meningkatkan

    konsentrasi COD.

    Berdasarkan latar belakang

    tersebut maka perlu dilakukan

    penelitian menggunakan

    penyaringan air sederhana

    dengan media pasir, arang dan

    kerikil sehingga efektif dalam

    menurunkan konsentrasi COD

    yang ada di dalamnya.

    Pemanfaatan Sumber Daya Air

    Dalam kehidupan di bumi

    kita ini, air merupakan suatu

    kebutuhan yang tak dapat

    ditinggalkan untuk kehidupan

    manusia. Kita tidak dapat

    dipisahkan dari senyawa kimia

    ini dalam kehidupan sehari-hari.

    Manfaat air bagi kehidupan kita

    antara lain untuk kebutuhan

    rumah tangga yaitu sebagai air

    minum dan MCK (mandi cuci

    kakus), kebutuhan industri, air

    irigasi untuk pertanian sampai

    pembangkit listrik tenaga air. Air

    di bumi terdapat kira-kira

    sejumlah 1,3-1,4 milyar km3

    dengan 97,5% berupa air laut dan

    1,75% berbentuk es serta 0,73%

    berada di daratan sebagai air

    sungai, air danau, air tanah dan

    sebagainya. Kenyataannya hanya

  • Jurnal Pendidikan MIPA, Vol. 6. No. 1, Januari - Juni 2016 ISSN: 2088-0294

    Jurnal Pendidikan MIPA, LPPM STKIP Taman Siswa Bima 1368

    air di daratan seperti air sungai,

    air danau, air tanah yang telah

    dimanfaatkan secara besar-

    besarnya untuk kepentingan

    manusia. Di Indonesia, dari

    potensi air yang ada (100%) yang

    menjadi aliran mantap dan yang

    termanfaatkan baru sebesar 28%

    sedangkan sisanya 72% terbuang

    percuma (langsung ke laut)

    (Surososipil, 2008).

    Air bersih adalah air yang

    digunakan untuk keperluan

    sehari-hari yang kualitasnya

    memenuhi syarat kesehatan dan

    dapat diminum apabila telah

    dimasak, peryataan ini pada

    peraturan menteri kesahatan

    nomor

    416/MEN.KES/PER/IX/1990

    tentang syarat-syarat dan

    pengawasan kualitas air.

    Pernyataan ini juga sesuai

    dengan keputusan menteri

    kesehatan

    No.907/MENKES/SK/VII/2002

    yang menyatakan bahwa syarat

    air minum harus bebas dari

    bahan-bahan organik dan

    anorganik.

    Menurut Peraturan

    Pemerintah Nomor 82 tahun

    2001 tentang kreteria mutu air

    dapat dilihat pada tabel sebagai

    berikut:

    Tabel 2.1 Peraturan Pemerintah Nomor 82 tahun 2001 kriteria mutu air

    berdasarkan kelas.

    PARAMETER SATUAN KELAS KETERAN

    GAN I II III IV

    FISIKA

    Temperatur oC Devisi

    3

    Devisi

    3

    Devisi

    3

    Devisi

    5

    Devisi

    temperatur

    dari keadaan

    alamiahnya

    Residu terlarut mg/L 1000 1000 1000 2000

    Residu

    tersuspensi mg/L 50 50 400 400

    Bagi

    pengolahan

    air minum

    secara

    konvensiona

    l, residu

    tersuspensi

    ≤ 5000 mg/L

    KIMIA ANORGANIK

    Ph mg/L 6-9 6-9 6-9 5-9

    Apabila secara

    alamiah diluar

    rentang

    tersebut, maka

  • Jurnal Pendidikan MIPA, Vol. 6. No. 1, Januari - Juni 2016 ISSN: 2088-0294

    Jurnal Pendidikan MIPA, LPPM STKIP Taman Siswa Bima 1369

    ditentukan

    berdasarkan

    kondisi alamiah

    BOD mg/L 2 3 6 12

    COD mg/L 10 25 50 100

    DO mg/L 6 4 3 0 Angka batas

    minimum

    Total fosfat sbg

    P mg/L 0,2 0,2 1 5

    NO3 Sebagai N mg/L 10 10 20 20

    NH3 – N mg/L 0,5 - - -

    Bagi perikanan,

    kandungan

    amonia bebas

    untuk ikan yang

    peka ≤ 0,02

    mg/L sebagai

    NH3

    Arsen mg/L 0,05 1 1 1

    Kobalt mg/L 0,2 0,2 0,2 0,2

    Berium mg/L 1

    Boron mg/L 0,01 0,05 0,05 0,05

    Selenium mg/L 0,01 0,01 0,01 0,01

    Kadnium mg/L 0,05 0,05 0,05 0,01

    Tembaga mg/L 0,02 0,02 0,02 0,2

    Bagi

    pengolahan air

    minum secara

    konvensional,

    Cu ≤ 1 mg/L

    Besi mg/L 0,3 - - -

    Bagi

    pengolahan air

    minum secara

    konversional,

    Fe ≤5 mg/L

    Timbal mg/L 0,03 0,03 0,03 1 Bagi

    pengolahan1

    Mangan mg/L 0,2 - - -

    Air raksa mg/L 0,001 0,002 0,002 0,005

    Seng mg/L 0,05 0,05 0,05 2

    Bagi

    pengolahan air

    minum secara

    konvensional,

  • Jurnal Pendidikan MIPA, Vol. 6. No. 1, Januari - Juni 2016 ISSN: 2088-0294

    Jurnal Pendidikan MIPA, LPPM STKIP Taman Siswa Bima 1370

    Zn ≤ 5 mg/L

    Kholorida mg/L 600 - - -

    Sianida mg/L 0,02 0,02 0,02 -

    Fluorida 0,5 1,5 1,5 -

    Nitrat sebagai

    N 0,06 0,06 0,06 -

    Bagi

    pengolahan air

    secara

    konvensional,

    NO2-N ≤ 1

    mg/L

    Sulfat 400 - - -

    Khlorin bebas 0,03 0,03 0,03 -

    Bagi ABAM

    tidak

    dipersharatkan

    Belerang

    sebagai H2S 0,002 0,002 0,002 -

    Bagi

    pengolahan air

    secara

    konvensional, S

    sebagai H2S <

    0,1 mg/L

    MIKROBIOLOGI

    Fecal coliform Jml/100

    ml 100 1000 2000 2000

    Bagi

    pengolahan air

    minum secara

    konvensional,

    fecal coliform ≤

    2000 jml/100

    mL dan total

    coliform ≤

    10000

    jml/100ml

    Total coliform Jml/100

    ml

    RADIOAKTIF

    Gross-A Bq/L 0,1 0,1 0,1 0,1

    Gross-B 1 1 1 1

    KIMIA ORGANIK

    Minyak dan

    lemak µg/L 1000 1000 1000 -

    Deterjen sbg

    MBAS µg/L 200 200 200 -

    Senyawa fenol

    sbg. Fenol µg/L 1 1 1 -

  • Jurnal Pendidikan MIPA, Vol. 6. No. 1, Januari - Juni 2016 ISSN: 2088-0294

    Jurnal Pendidikan MIPA, LPPM STKIP Taman Siswa Bima 1371

    BHC µg/L 210 210 210 -

    Aldrin/Dieldrin µg/L 17 - - -

    Chlordane µg/L 3 - - -

    DDT µg/L 2 2 2 2

    Heptaklor dan

    Heptaklor

    epoxide

    µg/L 18 - - -

    Lindane µg/L 56 - - -

    Methoxyclor µg/L 35 - - -

    Endrin µg/L 1 4 4 -

    Toxaphan µg/L 5 - - -

  • Jurnal Pendidikan MIPA, Vol. 6. No. 1, Januari - Juni 2016 ISSN: 2088-0294

    Jurnal Pendidikan MIPA, LPPM STKIP Taman Siswa Bima 1372

    Tinjauan Tentang Air Sumur Gali

    /Air Tanah

    Dalam situs wikipidia.com

    mengatakan Air tanah adalah air

    yang terdapat dalam lapisan tanah

    atau bebatuan di bawah

    permukaan tanah. Air tanah

    merupakan salah satu sumber daya

    air yang keberadaannya terbatas

    dan kerusakannya dapat

    mengakibatkan dampak yang

    luas serta pemulihannya sulit

    dilakukan. Sedangkan Sumur Air

    Tanah Dalam (SATD) adalah

    sarana penyediaan air bersih

    berupa sumur dalam yang dibuat

    dengan membor tanah pada

    kedalaman muka air minimal 7

    meter dari permukaan tanah.

    Kedalaman dasar pada umumnya

    lebih dari 30 meter sehingga

    diperoleh air sesuai dengan yang

    diinginkan.

    Pergerakan air tanah sangat

    lambat, kecepatan arus berkisar

    antara 10-10-10-3 m/detik dan

    dipengaruhi oleh porositas,

    permeabilitas dari lapisan tanah,

    dan pengisian kembali.

    Karakteristik utama yang

    membedakan air tanah dan air

    permukaan adalah pergerakannya

    yang sangat lambat dan waktu

    tinggal yang sangat lama, dapat

    mencapai puluhan bahkan

    ratusan tahun. Karena

    pergerakannya yang sangat

    lambat dan waktu tinggal yang

    lama tersebut, air tanah akan sulit

    untuk pulih kembali jika

    mengalami pencemaran.

    Pada saat infiltrasi ke dalam

    tanah, air permukaan mengalami

    kontak dengan air mineral-

    mineral yang terdapat di dalam

    tanah dan melarutkannya,

    sehingga kulitas air mengalami

    perubahan karena terjadi reaksi

    kimia. Konsentrasi oksigen

    dalam air yang masuk ke dalam

    tanah menurun, digantikan oleh

    karbondioksida yang berasal dari

    aktivitas biologis.

    Dalam pembuatan sumur,

    sebaiknya harus diberi tembok

    sedalam tiga meter dengan

    pinggir disemen dan dibuatkan

    selokan air atau parit supaya

    kotoran tidak meresap ke tanah

    dan merembes ke dalam sumur.

    Kondisi Air Sumur di Daerah

    Kekalik Indah

    Sarana air bersih yang ada

    di Lingkungan Kekalik Indah

    Kecamatan Sekarbela pada

    umumnya adalah sumur dengan

    kedalaman 7-15 meter, dimana

    masyarakatnya menggunakan air

    tersebut untuk keperluan mandi,

    mencuci, minum dan memasak.

    Sebagian masyarakat

    menggunakan air gallon dan air

    dari PDAM untuk kebutuhan air

    minum.

    Masyarakat Kekalik Indah

    umumnya mengalirkan limbah

    rumah tangganya ke sungai dan

    got yang mengalir melewati

    daerah tersebut. Limbah ini

    terdiri dari air zat-zat organik dan

    anorganik seperti tinja, sisa-sisa

    file:///H:/wiki/Airfile:///H:/wiki/Tanahfile:///H:/w/index.phpfile:///H:/wiki/Sumber_dayafile:///H:/wiki/Air

  • Jurnal Pendidikan MIPA, Vol. 6. No. 1, Januari - Juni 2016 ISSN: 2088-0294

    Jurnal Pendidikan MIPA, LPPM STKIP Taman Siswa Bima 1373

    sabun, sampah dan sebagainya.

    Masyarakat Kekalik yang

    sebagian bermata pencarian

    sebagai pembuat tahu banyak

    memanfaatkan got dan aliran

    sungai sebagai tempat

    pembuangan limbah tahu

    tersebut. Hal ini mengakibatkan

    air sumur gali di daerah sekitar

    pembuangan air limbah menjadi

    berwarna keruh, berbau, dan

    memiliki rasa tidak enak untuk

    diminum.

    Kondisi penduduk yang

    padat dan banyak sekali tempat

    pembuangan limbah serta sungai-

    sungai yang kotor di sekitar

    Lingkungn Kekalik Indah

    memungkinkan terjadinya

    peresapan limbah tersebut ke

    dalam tanah apalagi kondisi air

    tanahnya sangat dangkal. Kondisi

    demikian membuat air di daerah

    tersebut menjadi berbau dan

    tidak layak konsumsi.

    Pencemaran yang berasal

    dari zat organik maupun

    nonorganik tersebut

    menyebabkan tingginya

    konsentrasi COD yang

    terkandung dalam air sumur.

    Menurut penelitian Imam

    Zarkasi (2008), konsentrasi COD

    yang terkandung dalam air sumur

    di wilayah Kekalik Jaya melebihi

    ambang batas yang telah

    ditentukan oleh pemerintah

    melalui PP No. 82 Tahun 2001

    yang terlihat pada Tabel 2.2 di

    bawah ini.

    Tabel 2.2 Konsentrasi COD pada air sumur Kelurahan Kekalik Jaya (Zarkasi,

    2008)

    Lingkungan Volume FAS

    (ml)

    Konsentrasi COD

    (mg/L)

    Rata-

    rata

    U1 U2 U1 U2 Kekalik

    Timur

    Sumur 1 4,53 4,50 6,6 7,5 8,2

    Sumur 2 4,44 4,43 9,3 9,6

    Kekalik

    Barat

    Sumur 1 4,48 4,47 8,1 8,4 8,4

    Sumur 2 4,47 4,45 8,4 9,0

    Kekalik

    Kijang

    Sumur 1 4,39 4,39 10,8 10,8 11,7

    Sumur 2 4,32 4,34 12,9 12,3

    Kekalik

    Gerisak

    Sumur 1 4,33 4,34 12,6 12,3 12,6

    Sumur 2 4,32 4,33 12,9 12,6

    Kekalik

    Indah

    Sumur 1 4,29 4,27 13,8 14,4 13,2

    Sumur 2 4,34 4,23 12,3 12,6

    Keterangan:

    mg = miligram

    µg = mikrogram

    ml = mililiter

    L = liter

  • Jurnal Pendidikan MIPA, Vol. 6. No. 1, Januari - Juni 2016 ISSN: 2088-0294

    Jurnal Pendidikan MIPA, LPPM STKIP Taman Siswa Bima 1374

    Bq = Bequerel

    MBAS = Methylene Blue Active Substance

    ABAM = Air Baku untuk Air Minum

    Logam berat merupakan

    logam terlarut

    Nilai di atas merupakan batas

    maksimum, kecuali untuk

    pH dan DO. Bagi pH

    merupakan nilai rentang

    yang tidak boleh kurang

    atau lebih dari nilai yang

    tercantum.

    Nilai DO merupakan batas

    minimum.

    Arti (-) di atas menyatakan

    bahwa untuk kelas

    termasuk, parameter

    tersebut tidak

    dipersyaratkan

    Tanda ≤ adalah lebih kecil

    atau sama dengan

    Tanda < adalah lebih kecil

    Analisis COD Dalam Air

    Pengertian COD

    Untuk mengetahui

    jumlah bahan organik di

    dalam air dapat dilakukan

    suatu uji yang lebih cepat

    dibandingkan dengan uji

    Biological Oxygen Demand

    (BOD), yaitu berdasarkan

    reaksi kimia dari suatu bahan

    oksidan yang disebut uji

    COD. Uji COD yaitu suatu

    uji yang menetukan jumlah

    oksigen yang dibutuhkan oleh

    bahan oksidan seperti kalium

    dikromat yang digunakan

    untuk mengoksidasi bahan–

    bahan organik yang terdapat

    didalam air. Dimana

    Chemical Oxygen Demand

    (COD) atau Kebutuhan

    Oksigen Kimia (KOK) adalah

    jumlah oksigen (mg O2) yang

    dibutuhkan untuk

    mengoksidasi zat–zat organis

    yang ada dalam 1 L sampel

    air. Dimana pengoksidasi

    K2Cr2O7 digunakan sebagai

    sumber oksidasi. Angka COD

    merupakan ukuran bagi

    pencemaran air oleh zat-zat

    organis yang secara alamiah

    dapat dioksidasikan melalui

    proses mokrobiologis, dan

    mengakibatkan berkurangnya

    oksigen terlarut di dalam air.

    Oksigen terlarut adalah

    banyaknya oksigen yang

    terkandung di dalam air dan

    diukur dalam satuan ppm.

    Oksigen yang terlarut ini

    dipergunakan sebagai tanda

    derajat pengotor air baku.

    Semakin besar oksigen yang

    terlarut, maka menunjukkan

    derajat pengotoran yang

    relatif kecil. Rendahnya nilai

    oksigen terlarut berarti beban

    pencemaran meningkat

    sehingga koagulan yang

    bekerja untuk mengendapkan

    koloida harus bereaksi dahulu

    dengan polutan-polutan

    dalam air menyebabkan

    konsumsi oksigen bertambah

  • Jurnal Pendidikan MIPA, Vol. 6. No. 1, Januari - Juni 2016 ISSN: 2088-0294

    Jurnal Pendidikan MIPA, LPPM STKIP Taman Siswa Bima 1375

    (Admin, 2008). COD

    menggambarkan jumlah total

    oksigen yang dibutuhkan

    untuk mengoksidasi bahan

    organik secara kimiawi, baik

    yang dapat didegradasi secara

    biologis maupun yang sukar

    didegradasi secara biologis

    menjadi CO2 dan H2O,

    sedangkan BOD hanya

    menggambarkan bahan

    organik yang dapat

    didekomposisi secara

    biologis.

    Gambar 2.2 Alat Penyaringan Air Sederhana

    Sumber: Suriawira (2005)

    Metodologi Penelitian

    Jenis Penelitian

    Penelitian mengenai

    teknologi penyaringan air

    sederhana dalam mengolah

    air telah banyak dilakukan,

    biasanya teknologi ini

    digunakan untuk pengolahan

    air bersih. Oleh sebab itu,

    pada penelitian ini peneliti

    mencoba untuk membahas

    sejauh mana efektifitas

    penyaringan air sederhana

    dalam menurunkan

    konsentrasi Chemical

    Oxygen Demand (COD) air

    sumur gali di Lingkungan

    Kekalik Indah Kecamatan

    Sekarbela.

    Sesuai dengan judul

    dari penelitian ini yaitu

    Kemampuan Sistem

    Penyaringan Air Sederhana

    Dalam Menurunkan Nilai

    Bak penampungan

    Alat Penyaringan

    Hasil

  • Jurnal Pendidikan MIPA, Vol. 6. No. 1, Januari - Juni 2016 ISSN: 2088-0294

    Jurnal Pendidikan MIPA, LPPM STKIP Taman Siswa Bima 1376

    COD Pada Air Sumur Gali di

    lingkungan Kekalik Indah

    Kecamatan Sekarbela

    Penelitian ini termasuk

    dalam penelitian eksperimen

    yang dilaksanakan dalam

    skala laboratorium dan dalam

    batasan waktu tertentu.

    Analisis Data

    Untuk menentukan

    konsentrasi COD dalam

    sampel dapat dihitung

    dengan rumus Sebagai

    berikut:

    COD (mg

    O2/L) =

    sampelml

    xNxba 8000)(

    Dimana :

    a = mL FAS

    yang digunakan

    untuk titrasi

    blanko

    b = mL FAS

    yang digunakan

    untuk titrasi

    sampel

    N = Normalitas

    FAS

    Hasil Penelitian dan

    Pembahasan

    Konsentrasi awal Chemical

    Oxygen Demand (COD) pada air

    sumur

    Data rata-rata

    konsentrasi COD pada

    air sumur sebelum

    proses penyaringan

    tertera pada tabel 4.1.

    Perhitungan secara

    terperinci pada lampiran

    3.

    Tabel 4.1 Hasil pengujian awal konsentrasi COD sebelum proses

    penyaringan

    Ulangan FAS (mL) (b) Kadar COD

    (mg/L)

    Rerata (mg/L)

    (C0)

    1 4,20 13,49 16,48

    2 4,15 19,48

    Dari Tabel 4.1

    diperoleh rata-rata

    konsentrasi COD dalam dua

    kali pengulangan sebesar

    16,48 mg/L. Kadar rata-rata

    COD tersebut telah melebihi

    ambang baku mutu air bersih

    berdasarkan PP No 82 Tahun

    2001 tentang Pengelolaan

    Kualitas air dan

    Pengendalian pencemaran

    Air sebesar 10 mg/L, maka

    air sumur tersebut perlu

    diperlakukan dengan

  • Jurnal Pendidikan MIPA, Vol. 6. No. 1, Januari - Juni 2016 ISSN: 2088-0294

    Jurnal Pendidikan MIPA, LPPM STKIP Taman Siswa Bima 1377

    menggunakan penyaringan

    air sederhana untuk

    mendapatkan air yang sesuai

    mutu air bersih.

    Proses Penyaringan Air

    Pada proses

    penyaringan, sampel

    dimasukkan pada bak

    penampungan sebanyak 2 L

    selanjutnya dialirkan menuju

    pipa penyaringan dan hasil

    penyaringan ditampung.

    Dapat dilihat secara visual

    (fisik), dimana pada hasil

    penyaringan air yang semula

    berwarna keruh setelah

    dilewatkan melalui

    Penyaringan Air Sederhana

    air berwarna bening.

    Konsentrasi Chemical

    Oxygen Demand (COD)

    setelah penyaringan

    Pada penilitian ini

    menggunakan enam variasi

    yang berbeda tiap variasi

    dilakukan dengan dua kali

    pengulangan dan diperoleh

    data rata-rata COD setelah

    penyaringan pada Tabel 4.2.

    perhitungan secara lengkap

    pada lampiran 3.

    Tabel 4.2 Konsentrasi COD sesudah melalui Penyaringan Air

    Sederhana.

    Variasi Komposisi

    Media penyaringan

    kerikil : Arang : pasir

    FAS (mL) Kadar COD

    (mg/L)

    Rerata COD

    (mg/L)

    Efektifitas

    (%)

    3 : 1 : 1 U1 4,20 13,49

    11,99 11,12 U2 4,30 10,49

    2 : 1 : 2 U1 4,25 11,99

    11,24 16,68 U2 4,30 10,49

    1 : 1 : 3 U1 4,30 10,49

    10,49 22,24 U2 4,30 10,49

    2 : 2 : 1 U1 4,45 5,99

    9,74 27,80 U2 4,25 11,99

    1 : 2 : 2 U1 4,40 7,50

    7,50 44,40 U2 4,40 7,50

    1 : 3 : 1 U1 4,40 7,50

    5,99 55,60 U2 4,50 4,49

  • Jurnal Pendidikan MIPA, Vol. 6. No. 1, Januari - Juni 2016 ISSN: 2088-0294

    Jurnal Pendidikan MIPA, LPPM STKIP Taman Siswa Bima 1378

    Keterangan :

    U1 = Ulangan ke-1

    U2 = Ulangan ke-2

    Dari Tabel 4.2 dilihat

    bahwa variasi komposisi media

    penyaringan berpengaruh

    terhadap penurunan kadar COD

    dan variasi yang paling efektif

    dalam menurunkan kadar COD

    yaitu pada komposisi pasir,

    arang dan kerikil dengan

    perbandingan 1:3:1 dimana

    efektifitas penurunan kadar

    COD sebesar 55,60%. Pada

    variasi ini komposisi arang

    paling banyak dibandingkan

    komposisi media yang lainnya.

    Uji Statistik

    Hasil uji statistik

    dilakukan untuk mengetahui

    apakah terjadi perbedaan yang

    signifikan dalam penurunan

    konsentrasi COD untuk setiap

    variasi unit pengolahan yang

    memiliki ketebalan media yang

    berbeda. Uji statistik yang

    digunakan adalah dengan

    menggunakan Anava dengan

    metode satu jalur.

    Tabel 4.3 Penentuan Analisis Of Varian (ANAVA) Penyaringan Air

    Sederhana Berbagai Variasi

    Variasi

    kerikil : Arang : pasir

    Kadar

    COD

    (mg/L)

    Xij2 T T2

    Sebelum

    penyaringan

    U1 22,48 505,35 41,96 1760,64

    U2 19,48 379,47

    3 : 1 : 1 U1 13,49 181,98

    23,98 575.04 U2 10,49 110,04

    2 : 1 : 2 U1 11,99 143,76

    22,48 505.35 U2 10,49 110,04

    1 : 1 : 3 U1 10,49 110,04

    20,98 404.16 U2 10,49 110,04

    2 : 2 : 1 U1 5,99 35,88

    17,98 323.28 U2 11,99 143,76

    1 : 2 : 2 U1 7,50 56,25

    15,0 225 U2 7,50 56,25

    1 : 3 : 1 U1 7,50 56,25

    11,99 143.76 U2 4,49 20,16

    Jumlah ( ∑ ) 2019,27 154,37 3937,23

    Penyusunan hipotesis

    Ha = Terdapat perbedaan yang

    signifikan antara variasi

    komposisi media Penyaringan

    Air Sederhana dalam

    menurunkan konsentrasi COD

  • Jurnal Pendidikan MIPA, Vol. 6. No. 1, Januari - Juni 2016 ISSN: 2088-0294

    Jurnal Pendidikan MIPA, LPPM STKIP Taman Siswa Bima 1379

    pada air sumur gali.

    Ho = Tidak terdapat perbedaan

    yang signifikan antara variasi

    komposisi media Penyaringan

    Air Sederhana dalam

    menurunkan konsentrasi COD

    pada air sumur gali.

    Ha = A1 ≠ A2 ≠ A3 ≠ A4 ≠ A5 ≠ A6

    Ho = A1 = A2 = A3 = A4 = A5 = A6

    Dimana A = Variasi ketebalan

    media Penyaringan Air

    Sederhana

    Jika : F hitung ≥ F tabel maka

    tolak Ho

    Tabel 4.4 Sidik Ragam analisis ANAVA

    Sumber

    variasi Dk SS MS

    F

    Fhitung 0,05 0,01

    Antar

    kelompok (b) 6 122,13 20,35

    2,22 3,87 7,19 Dalam

    kelompok (w) 7 64,11 9,16

    Total 13 186,24

    Nilai statistik F tabel adalah

    F(1-0,05);(6,7) = 3,87 (dari

    tabel distribusi F)

    Nilai statistik F tabel adalah

    F(1-0,01);(6,7) = 7,19 (dari

    tabel distribusi F)

    Terlihat dari tabel

    ANAVA bahwa nilai F hitung

    = 2,22 F hitung ≤ F tabel 3,87,

    sehingga dapat disimpulkan

    bahwa Ho diterima, yang

    artinya perbedaan variasi

    media pada Penyaringan Air

    sederhana tidak berpengaruh

    signifikan terhadap penurunan

    konsentrasi Chemical Oxygen

    Demand (COD).

    Penentuan Kapasitas

    Penyaringan

    Pada pengujian ini,

    variasi 1:3:1 diuji dengan

    pengulangan penambahan

    volume tiap 2 L sampel

    hingga memperoleh kapasitas

    penyaringan sampai

    konsentrasi COD kembali

    pada konsentrasi awal. Hasil

    penentuan volume optimum

    pada variasi 1:3:1 dapat

    dilihat pada Tabel 4.3

    dibawah ini. Perhitungan

    secara terperinci dapat dilihat

    pada Lampiran 5.

    Tabel 4.5 Penentuan kapasitas penyaringan pada variasi 1:3:1

    Penambahan

    sampel 2 L ke-

    FAS (mL)

    (b)

    COD

    (mg/L)

    Rerata

    (mg/L)

    Efektifitas

    (%)

    0 U1 3,90 22,48 20,98 0

  • Jurnal Pendidikan MIPA, Vol. 6. No. 1, Januari - Juni 2016 ISSN: 2088-0294

    Jurnal Pendidikan MIPA, LPPM STKIP Taman Siswa Bima 1380

    (Sebelum

    Penyaringan) U2 4,0 19,48

    1 U1 4,50 4,49

    5,24 75,02 U2 4,45 5,99

    2 U1 4,50 4,49

    5,99 71,44 U2 4,40 7,50

    3 U1 4,40 7,50

    7,50 64,25 U2 4,40 7,50

    4 U1 4,20 13,49

    14,24 32,12 U2 4,15 14,99

    5 U1 4,20 13,49

    15,47 26,26 U2 4,05 17,99

    6 U1 4,0 19,48

    19,48 7,15 U2 4,0 19,48

    7 U1 3,9 22,48

    20,98 0 U2 4,0 19,48

    Keterangan :

    U1 = Ulangan ke-1

    U2 = Ulangan ke-2

    Dari tabel tersebut

    dapat dilihat bahwa

    penggunaan Penyaringan

    Air Sederhana dapat

    digunakan sebanyak 6 kali

    penambahan 2 L sampel

    atau sebanyak 12 L.

    Simpulan

    Berdasarkan hasil

    penelitian dan pembahasan,

    maka dapat ditarik

    beberapa kesimpulan yang

    didasarkan pada tujuan

    penelitian adalah sebagai

    berikut:

    1. Berdasarkan hasil penelitian bahwa

    penyaringan air sederhana

    dapat menurunkan

    konsentrasi COD pada air

    sumur gali di Lingkungan

    kekalik Indah Kelurahan

    Kekalik Jaya.

    2. Variasi komposisi media pasir, arang dan kerikil

    yang optimal dalam

    menurunkan konsentrasi

    COD yaitu variasi 1:3:1

    yang menunjukkan

    effisiensi penurunan

    konsentrasi COD paling

    efektif sebesar 55,60% jika

  • Jurnal Pendidikan MIPA, Vol. 6. No. 1, Januari - Juni 2016 ISSN: 2088-0294

    Jurnal Pendidikan MIPA, LPPM STKIP Taman Siswa Bima 1381

    dibandingkan dengan

    variasi media yang lainnya.

    3. Kapasitas penyaringan pada variasi komposisi

    media pasir, arang dan

    kerikil dengan

    perbandingan 1:3:1 mampu

    menurunkan kadar COD

    sesuai ambang batas yang

    diperbolehkan sebanyak 6

    L air.

    Daftar Pustaka

    Admin. 2008. BOD Dan COD.

    [online].

    http://smk3ae.wordpress.co

    m/2008/07/15/bod-dan-

    cod/ - 39k. (diakses tanggal

    10 Februari 2009).

    Alaerts A. 1984. Metode Penelitian

    Air. Surabaya: Usaha

    Nasional.

    Anonim . Arang. [online].

    http://

    .id.wikipedia.org/wiki/Ara

    ng. [pdf] (diakses tanggal

    04 April 2009).

    Anonim . Arang Batok Kelapa.

    [online]. http://

    indonetwork.co.id/all/Agra

    ris/Arang_Batok_Kelapa/0.

    html (diakses tanggal 04

    April 2009).

    Anonim . Peraturan Menteri

    Kesehatan Nomor :

    416/MEN.KES/PER/IX/199

    0 Tentang Syarat-syarat

    Dan Pengawasan Kualitas

    Air, [pdf],

    web.ipb.ac.id/~tml_atsp/tes

    t/PerMenKes%20416_90.p

    df. (diakses tanggal 10

    Februari 2009)

    Anonim . Pencemaran Air.

    [online].

    digilib.itb.ac.id/gdl.php?mo

    d=browse&op=read&id=ji

    ptumm-gdl-heritage-2003-

    drsludwalu-675&q=Jalan -

    14k. (diakses tanggal 16

    Februari 2009).

    Anonim . Peraturan

    Pemerintah Nomor 82

    Tahun 2001 tentang

    pengelolaan kualitas air

    dan pengendalian

    pencemaran air. [pdf].

    http//www.menlh.go.id/i/art

    /pdf_1076022471.pdf

    (diakses tanggal 04 April

    2009).

    Anonim. 2008. Fungsi dan kegunaan

    arang batok kelapa. [online].

    www.lintasberita.com/Sain

    s/Fungsi_dan_kegunaan_ar

    ang_batok_kelapa (diakses

    tanggal 11 April 2009)

    Arikunto. S. 1993. Metodelogi

    Penelitian. Jakarta: Rineka

    Cipta.

    Efendi Hanif. 2003. Telaah kualitas

    Air. Yogyakarta: Kanisius.

    Furchan. A. 2004. Pengantar

    Penelitian dalam

    Pendidikan. Yogyakarta:

    Pustaka Pelajar.

    Kusnaedi. 2006. Mengolah Air

    Gambut dan AirKotor

    untuk Air Minum. Jakarta:

    Swadaya.

    Margono. S. 2000. Metode

    Penelitian Pendidikan.

    http://keset.wordpress.com/2008/09/06/fungsi-dan-kegunaan-arang-batok-kelapa/http://keset.wordpress.com/2008/09/06/fungsi-dan-kegunaan-arang-batok-kelapa/

  • Jurnal Pendidikan MIPA, Vol. 6. No. 1, Januari - Juni 2016 ISSN: 2088-0294

    Jurnal Pendidikan MIPA, LPPM STKIP Taman Siswa Bima 1382

    Jakarta: Rineka Cipta.

    Riduwan. 2003. Dasar-Dasar

    Statistik. Bandung: PT

    Alfabeta Bandung.

    Sugiharto. 1992. Dasar-Dasar

    Pengolahan Air limbah.

    Jakarta: Universitas

    Indonesia Press.

    Sugiyono. 2007. Statistik Untuk

    Penelitian. Bandung: PT

    Alfabeta Bandung.

    Sukawati Tri Anna. 2008.

    Penurunan Konsentrasi

    Chemical Oxygen Demand

    (COD) Pada Air Limbah

    Laundry Dengan

    Menggunakan Reaktor

    Biosand Filter Diikuti

    Dengan Reaktor Activated

    Carbon, Tugas

    Akhir,Jurusan Teknik

    Lingkungan,UII,Yogyakart

    a [pdf].

    rac.uii.ac.id/server/docume

    nt/Public/20080801111753

    Anna.pdf (diakses tanggal

    10 Februari 2009).

    Suriawiria Unus. 2005. Air dalam

    Kehidupan dan

    Lingkungan yang Sehat.

    Bandung: PT. Alumni.

    Surososipil. 2008. Air Sumber

    Kehidupan. [pdf],

    http://surososipil.files.word

    press.com/2008/08/bab1-

    agung.pdf, (diakses tanggal

    10 Februari 2009).

    Sutrisno. 1987. Teknologi

    Penyediaan Air bersih.

    Jakarta: Rineka Cipta.

    Suyasa I W. Budiarsa. 2007.

    Kemampuan Sistem

    Saringan Pasir- Tanaman

    Menurunkan Nilai BOD

    Dan COD Air Tercemar

    Limbah Pencelupan.

    Jurusan Kimia FMIPA

    Universitas Udayana [pdf].

    journal.unud.ac.id/?module

    ...idf=10&idj (diakses

    tanggal 16 Februari 2009).

    Trisnawulan. Dkk. 2007. Analisis

    Kualitas Air Sumur Gali.

    [pdf].

    http://semarang.go.id/kelau

    tan/index2.php?option=co

    m_content&do_pdf=1&id=

    46. (diakses tanggal 10

    Februari 2009)

    Zarkasi Imam. 2009. Analisis Kadar

    Chemical Oxygen Demand

    (COD) Pada Air Sumur di

    Kelurahan Kekalik Jaya

    Kecamatan Sekarbela Kota

    Mataram. Skripsi.

    Mataram: IKIP Mataram.

  • Jurnal Pendidikan MIPA, Vol. 6. No. 1, Januari - Juni 2016 ISSN: 2088-0294

    Jurnal Pendidikan MIPA, LPPM STKIP Taman Siswa Bima 1383

    BIOLOGI KELAS YANG MENERAPKAN MODEL PEMBELAJARAN

    STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) DENGAN TEAM GAMES

    TOURNAMENT (TGT) DENGAN MENGGUNAKAN HANDOUT

    PADA SISWA KELAS VII SMPN 10 PEKANBARU

    Nurzilawati Anggraini, Sri Amnah, Desti

    Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Universitas Islam Riau

    Email: [email protected]

    ABSTRACT

    This study aims to determine the comparison between biology student learning outcomes

    classes that applying the learning model Student Achievement Division Teams (STAD)

    compared with Team Games Tournament (TGT) using Handout on Student in class VII

    SMP 10 Pekanbaru. The samples of this research were two classes of research,

    experimental class X1 and X2. The population of this research are students of class VII

    SMP 10 Pekanbaru consist of 4 classes with the total number of students are 135 students.

    Class collection of samples is done by selecting the average value of the class that does not

    differ greatly on the value of the pre-test, and test the homogeneity of these two classes.

    Then classes were randomly selected to determine the experimental class X1 and X2

    experiments were selected as experimental class VII5 class X1 and X2 VII9 as a class

    experiment. Based on the t-analysis, its known that t= 22,38> table = 2.00 with dk (66) at

    the level of α = 0.05, then Ho is rejected and H1 was accepted. Based on the descriptive

    analysis of the results obtained by the average post-test

    PERBANDINGAN HASIL BELAJAR study student experiment class X1

    Student Teams Achievement Division (VII5) = 82,41 and the experimental class X2 Team

    Games Tournament (VII9) = 88,7. Based on the results of the research showed that the

    difference between the Biology of Learning Outcomes Applying Classroom Learning

    Student Teams Achievement Division (STAD) Compared by Team Games Tournament

    (TGT) Using Handout in Class VII SMP 10 Pekanbaru Riau.

    Keywords: Student Teams Achievement Division, Team Games Tournament, Handout,

    Biology Learning Outcomes.

    PENDAHULUAN

    Pembelajaran adalah suatu kombinasi

    yang tersusun meliputi unsur-unsur

    manusiawi, material, fasilitas,

    perlengkapan, dan prosedur yang saling

    mempengaruhi mancapai tujuan

    pembelajaran (Hamalik, 2011:57). Menurut

    Sardiman (2011: 21) belajar merupakan

    usaha penguasaan materi ilmu pengetahuan

    yang merupakan sebagian kegiatan menuju

    terbentuknya kepribadian seutuhnya.

    Belajar adalah salah satu proses usaha

    yang dilakukan seseorang untuk

    memperoleh suatu perubahan tingkah laku

    yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil

    pengalamannya sendiri dalam interaksi

    dengan lingkungannya (Slameto, 2010:2).

    Salah satu penerapan pembelajaran

    yang diharapkan dapat mendukung

    suksesnya proses kegiatan belajar mengajar

    dan dapat meningkatkan hasil belajar siswa

    adalah pembelajaran kooperatif. Menurut

  • Jurnal Pendidikan MIPA, Vol. 6. No. 1, Januari - Juni 2016 ISSN: 2088-0294

    Jurnal Pendidikan MIPA, LPPM STKIP Taman Siswa Bima 1384

    Sanjaya (2006:242), pembelajaran

    kooperatif merupakan model pembelajaran

    dengan menggunakan model

    pengelompokkan/tim kecil, yaitu antara

    empat sampai enam orang yang

    mempunyai latar belakang kemampuan

    akademik, jenis kelamin, ras, atau suku

    yang berbeda (heterogen).

    Di antara model-model pembelajaran

    kooperatif yang sangat bervariasi, model

    pembelajaran kooperatif Student Teams

    Achievement Division (STAD) dan

    pembelajaran kooperatif Team Games

    Tournament (TGT) adalah salah satu

    altenatif yang dapat diterapkan untuk

    mengatasi masalah di atas. Model

    pembelajaran Student Teams Achievement

    Division (STAD) merupakan metode

    pembelajaran kooperatif yang paling

    sederhana yang terdiri dari 4-5 orang dalam

    satu kelompok/tim (Slavin, 2005:143).

    Team Games Tournament (TGT)

    merupakan metode pembelajaran

    kooperatif yang terdiri dari 4-5 orang dalam

    saru kelompok menggunakan turnamen

    akademik, menggunakan kuis-kuis dan

    sistem skor kemajuan individu, dimana

    para siswa berlomba sebagai wakil tim

    mereka dengan anggota tim lain yang

    kinerja akademik sebelumnya setara

    dengan mereka (Slavin, 2005: 163-165).

    Berdasarkan observasi dan hasil

    wawancara yang telah dilaksanakan,

    diperoleh informasi bahwa terdapat

    beberapa permasalahan dalam

    pembelajaran biologi yang menyebabkan

    tidak optimalnya pencapaian hasil belajar

    siswa, diantaranya yaitu: kurangnya sarana

    dan prasarana yang dapat mendukung

    proses belajar mengajar di sekolah;

    sebagian besar siswa tidak memperhatikan

    guru pada saat proses belajar mengajar;

    kurangnya kemampuan peserta didik dalam

    menguasai materi pembelajaran, sehingga

    persentase siswa yang belum mencapai

    KKM masih besar.

    Penelitian mengenai perbandingan

    penerapan model pembelajaran kooperatif

    Student Teams Achievement Division

    (STAD) dan Model Pembelajaran Team

    Games Tournament (TGT) belum pernah

    dilakukan di SMPN 10 Pekanbaru.

    Diharapkan dengan penerapan model

    pembelajaran ini dapat meningkatkan hasil

    belajar biologi siswa. Oleh karena itu,

    penulis tertarik untuk melakukan penelitian

    tentang perbandingan hasil belajar biologi

    antara kelas yang menerapkan model

    pembelajaran kooperatif Student Teams

    Achievement Division (STAD) dengan

    Team Games Tournament (TGT) berbantu

    hand out pada Siswa Kelas VII SMPN 10

    Pekanbaru.

    METODE PENELITIAN

    Populasi pada penelitian ini adalah

    seluruh siswa kelas VII SMPN 10

    Pekanbaru. Subjek penelitian yang terdiri

    dari 4 kelas dengan jumlah siswa 135

    orang.

    Pengambilan sampel pada penelitian

    ini terdiri dua kelas, yaitu kelas eksperimen

    satu dan kelas eksperimen dua.

    Pengambilan sampel dilakukan secara acak,

    sebab seluruh kelas bersifat homogen dan

    akademiknya setara. Berdasarkan

    pengambilan sampel secara acak, maka

    kelas eksperimen satu adalah kelas VII5

    yang menerapkan metode pembelajaran

    Kooperatif Student Team Achivement

    Division (STAD) dengan jumlah siswa 33

    orang yang terdiri dari 12 laki-laki dan 21

    perempuan. Kelas eksperimen dua adalah

    kelas VII8 yang menerapkan metode

    pembelajaran Teams Games Tournament

    (TGT) dengan jumlah siswa 33 yang terdiri

    dari 14 laki-laki dan 19 perempuan.

    Metode yang digunakan dalam

    penelitian ini adalah metode eksperimen

    yang membandingkan dua kelas sasaran

    penelitian. Siswa dibagi menjadi dua

  • Jurnal Pendidikan MIPA, Vol. 6. No. 1, Januari - Juni 2016 ISSN: 2088-0294

    Jurnal Pendidikan MIPA, LPPM STKIP Taman Siswa Bima 1385

    kelompok. Kelompok pertama sebagai

    kelompok eksperimen 1 yaitu, kelompok

    yang diajarkan dengan model Pembelajaran

    STAD, sedangkan kelompok kedua

    eksperimen 2 yaitu, kelompok yang

    diajarkan dengan model Pembelajaran

    TGT.

    Instrumen pengumpulan data dalam

    penelitian ini dilakukan dengan dua cara,

    yaitu: penilaian pengetahuan pemahaman

    konsep (PPK) dan penilaian kinerja ilmiah

    (KI).

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    1. Analisis Nilai Pre-Test Data pre-test siswa kelas VII5 dan VII9

    SMPN 10 Pekanbaru Tahun Pelajaran

    2014/2015 dapat dilihat pada Tabel 1.

    Tabel 1. Hasil Analisis Data Pre-test

    Kelas N 1

    12 ( 1)2

    X1 33 2649 80.27 211676 7017201

    X2 35 2814 80,4 228960 7918596

    Berdasarkan hasil pengujian dengan

    menggunakan uji kesamaan dua varians,

    maka diperoleh nilai Fhitung =-0,10 dengan

    nilai Ftabel =2,00 untuk tarif sigifikan 5% (df

    =0,05). Berdasarkan uji kesamaan dua

    varians tersebut maka diperoleh Fhitung < Ftabel. Maka kedua kelas dikatakan

    mempunyai varians yang sama/homogen.

    Berdasarkan hasil analisis dengan uji

    dua pihak dengan jumlah kelas VII5 dan

    kelas VII9, maka diperoleh nilai thitung= -

    0,10 dengan nilai ttabel = 2,00 untuk tarif

    signifikan 5%. Oleh karena itu terlihat

    bahwa thitung < ttabel. Dengan demikian kedua

    kelas tersebut yaitu kelas VII5 dan kelas

    VII9 berada dalam keadaan homogen.

    Berdasarkan hasil analisis statistik tersebut

    dapat disimpulkan bahwa kedua kelas

    tersebut mempunyai kemampuan yang

    sama (homogen).

    2. Analisis Inferensial Nilai Post-Test

    Hasil analisis data nilai Post-Test kelas

    eksperimen X1 dan kelas eksperimen X2

    dapat dilihat pada Tabel 2.

    Tabel 2. Hasil Analisis Data Post-test

    Kelas N 1 12 ( 1)2

    X1 33 2719,7

    82,4

    1

    226403,

    59

    7396768,0

    9

    X2 35 3104,5 88,7

    276614,

    67

    9023415,2

    1

    Berdasarkan hasil analisis

    menggunakan uji kesamaan dua varians,

    maka diperoleh nilai Fhitung =1,98 dengan

    nilai Ftabel =1,82 untuk tarif sigifikan 5% (df

    =0,05), maka diperoleh Fhitung > Ftabel yang

    berarti kedua varians dalam keadaan

    heterogen, kemudian dilanjutkan uji t maka

    diperoleh nila thitung = 22,38 dengan nilai

    ttabel = 2,00 untuk tarif signifikan 5%.

    Kedua sampel dikatakan heterogen maka

    hipotesis diterima. Hal ini berarti terdapat

    perbedaan hasil belajar biologi antara kelas

    yang menerapkan model pembelajaran

    kooperatif Student Teams Achievement

    Division (STAD) dengan Team Games

    Tournament (TGT) dengan menggunakan

    hand out pada siswa kelas VII SMPN 10

    Pekanbaru Tahun Pelajaran 2014/2015.

    3. Perbandingan Hasil Analisis Nilai Pre-Test, dan Post-Test

    Hasil analisis nilai pre-test kelas

    eksperimen X1 (STAD) dan kelas

    eksperimen X2 (TGT) berada dalam

    keadaan homogen yang berarti kemampuan

    belajar kedua kelas sama dengan nilai rata-

    rata kelas eksperimen X1 (STAD) yaitu

    80.27, sedangkan kelas eksperimen X2

    (TGT) yaitu 80,4. Hasil analisis post-test

    siswa kelas eksperimen X1 (STAD) dan

    kelas eksperimen X2 (TGT) menunjukkan

    adanya perbedaan hasil belajar yang

    signifikan dari nilai rata-rata kelas

    eksperimen X1 (STAD) yaitu 82,41 dan

    kelas eksperimen X2 (TGT) yaitu 88,7

    dengan selisih 6,26%.

  • Jurnal Pendidikan MIPA, Vol. 6. No. 1, Januari - Juni 2016 ISSN: 2088-0294

    Jurnal Pendidikan MIPA, LPPM STKIP Taman Siswa Bima 1386

    80.27 82.4180.488.7

    0

    10

    20

    30

    40

    50

    60

    70

    80

    90

    100

    pre-test post-test

    Eksperimen 1 (STAD) Eksperimen 2 (TGT)

    Perbandingan rata-rata hasil belajar

    siswa kelas eksperimen X1 (STAD) dan

    kelas eksperimen X2 (TGT) berdasarkan

    nilai pre-test dan post-test dapat dilihat

    pada Gambar 1.

    Gambar 1. Perbandingan rata-rata hasil belajar

    biologi siswa antara kelas eksperimen X1

    (STAD) dan kelas eksperimen X2 (TGT)

    KESIMPULAN

    Berdasarkan hasil penelitian yang

    telah dilaksanakan, terdapat perbedaan

    hasil belajar biologi IPA antara kelas yang

    menerapkan eksperimen X1 (VII5) yang

    menerapkan pembelajaran kooperatif

    Student Teams Achievement Division

    (STAD) dengan kelas eksperimen X2 (VII9) yang menerapkan pembelajaran

    kooperatif Team Games Tournament

    (TGT) dengan menggunakan hand out pada

    materi ekosistem pada siswa kelas VII

    SMPN 10 Pekanbaru.

    Hasil belajar siswa setelah dilakukan

    penerapan model Team Games

    Tournament (TGT) mengalami peningkatan

    sebesar 5,42%, sedangkan pada kelas yang

    menerapkan pembelajaran model Student

    Teams Achievement Division (STAD),

    peningkatan hasil belajar biologi siswa

    sebesar 1,29%. Hasil belajar biologi pada

    kelas yang menerapkan pembelajaran

    kooperatif Team Games Tournament

    (TGT) lebih tinggi dari pada kelas yang

    menerapkan pembelajaran kooperatif

    Student Teams Achievement Division

    (STAD).

    SARAN

    Berdasarkan hasil penelitian yang

    telah dilakukan, maka penulis

    menyampaikan saran-saran sebagai berikut:

    kepada guru-guru terutama guru IPA agar

    dapat menggunakan model pembelajaran

    tipe Team Games Tournament (TGT)

    dengan menggunakan handout sebagai

    salah satu alternatif untuk meningkatkan

    hasil belajar siswa. Selain itu, diharapkan

    untuk penelitian selanjutnya, dapat

    dikembangkan lagi dengan menguji model

    pembelajaran yang belum dilaksanakan.

    DAFTAR PUSTAKA

    Azhar, Ar Syad. 2011. Media

    Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Pers

    Binartiningsih. 2011. Standar Isi SMA/MA

    dan SMP/MTs Telaah Kurikulum.

    Universitas Islam Riau: Pekanbaru

    Chairil. 2010. Prosedur Penelitian (Suatu

    Pendekatan Praktek). Jakarta:

    Rineka Cipta

    Depdiknas. 2006. Panduan Penyusun

    Kurikulum Tingkat Satuan

    Pendidikan Dasar dan Menengah.

    Jakarta: BSNP

    Danim, Sudarwan & khairil. 2010. Profesi

    Kependidikan. Alfabeta: Bandung

    Dimyati dan Mudjiono. 2009. Belajar dan

    Pembelajaran. PT. Rineka Cipta:

    Jakarta.

    Hamalik. 2006. Proses Belajar

    Mengajar. Bumi Aksara: Jakarta

  • Jurnal Pendidikan MIPA, Vol. 6. No. 1, Januari - Juni 2016 ISSN: 2088-0294

    Jurnal Pendidikan MIPA, LPPM STKIP Taman Siswa Bima 1387

    Hamalik, O. 2011. Kurikulum dan

    Pembelajaran. PT Bumi Aksara:

    Jakarta

    Haerullah, Ade. 2013. Penerapan Model

    Pembelajaran Kooperatif STAD

    Untuk Meningkatkan Aktivitas

    dan Hasil Belajar Biologi Siswa

    Kelas VII Mts Negeri Kota

    Ternate. Jurnal Bionature,

    Jurusan Pendidikan MIPA, FKIP,

    Universitas Khairun Ternate.

    Volume 14, (Nomor 2, Oktober

    2013). Hlm.105-111

    Ibrahim, M. Dkk., 2000. Pembelajaran

    Kooperatif. Surabaya: Universitas

    Negeri Surabaya

    Kunandar. 2011. Guru Profesional.

    Rajawali Pers. Jakarta

    Lisnawati. 2014. Perbedaan Hasil

    Belajar Biologi Antara Siswa

    Kelas yang Menggunakan Model

    Pembelajaran Kooperatif Tipe

    Student Teams Achievement

    Division (STAD) Dan Team

    Games Tournament (TGT) Pada

    Siswa Kelas XI MAN Bekasi

    Tahun Pelajaran 2013/2014.

    Jurnal Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

    Keguruan, Universitas Islam

    Negeri Syarif Hidayatullah

    Jakarta.

    Majid, A. 2011. Perencanaan

    Pembelajaran. Remaja

    Rosadakarya: Bandung

    Riyanto. 2010. Pengelolaan dan

    Analisis Data Kesehatan.

    Yogyakarta: Nuha Medika

    Rusman. 2010. Model-Model

    Pembelajaran. Rajawali pers.

    Jakarta

    Sanjaya, W. 2010. Strategi

    Pembelajaran Berorientasi

    Standar Proses Pendidikan.

    Jakarta: Kencana.

    Sanjaya, W. 2013. Penelitian

    Pendidikan: Jenis, Metode dan

    Prosedur. Kencana: Jakarta.

    Sanjaya, W. 2006. Kurikulum dan Pembelajaran. Kencana Prenada Media Group: Jakarta

    Saputra, A. 2010. Penerapan Model

    Pembelajaran Kooperatif Tipe

    Team Games Tournament (TGT)

    Terhadap Hasil Belajar Biologi

    Siswa Kelas XI IPA SMA YLPI

    Pekanbaru Tahun Ajaran

    2009/2010. Skripsi Program

    Biologi Fkip-UIR. Pekanbaru

    Sardiman. 2011. Interaksi dan Motivasi

    Belajar Mengajar. PT

    RajaGrafindo Persada: Jakarta.

    Sartika, Y. 2011. Penerapan

    Pembelajaran Kooperatif Tipe

    TGT (Team Games Tournament)

    Dengan Menggunakan Handout

    Terhadap Hasil Belajar Biologi

    Siswa Kelas XI IPA2 SMAN

    Tempuling Kabupaten Indra Giri

    Hilir Tahun Pelajaran 2010/2011.

    Skripsi Program Studi Pendidikan

    Biologi-FKIP-UIR. Pekanbaru

    Setyabudi, Immanuel D. 2011.

    Eksperimentasi Model

    Pembelajaran Kooperatif Tipe

    Student Teams Achievement

    Division (STAD) dan Team

  • Jurnal Pendidikan MIPA, Vol. 6. No. 1, Januari - Juni 2016 ISSN: 2088-0294

    Jurnal Pendidikan MIPA, LPPM STKIP Taman Siswa Bima 1388

    Games Tournament (TGT) pada

    Pokok Bahasan Persamaan dan

    Pertidaksamaan Kuadrat Ditinjau

    Dari Kemampuan Awal Siswa

    SMA di Surakarta Tahun

    Pelajaran 2010/2011. Tesis.

    Universitas sebelas maret.

    Surakarta

    Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-

    faktor yang Mempengaruhinya.

    PT. Renika Surapranata Cipta:

    Jakarta.

    Slavin, Robert E. 2011, Cooperative

    Learning. Bandung: Nusa Media

    Sudjana, A. 2005. Metode Statistika. Bandung: Tarsito

    Sudjana, N. 2009. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. PT Remaja Rosdakarya. Bandung

    Suprihatiningrum, Jamil. 2013. Strategi

    Pembelajaran: Teori & Aplikasi.

    Yogyakarta: Ar-Ruzz Media

    Syah, Muhibbin. 2008. Psikologi

    Pendidikan dengan Pendekatan

    Baru. Remaja Rosdakarya:

    Bandung

    Trianto. 2007. Model-model

    Pembelajaran Inovatif

    Berorientasi Konstruktivitik.

    Jakarta. Prestasi pustakakarya

    Trianto. 2010. Filsafat Konstruktivisme

    dalam Pendidikan. Yogyakarta:

    Pustaka Filsafat

    Trianto. 2011. Mendesain Model

    Pembelajaran Inovatif, Progresif,

    Konsep Landasan dan

    Implementasinya pada Kurikulum

    Tingkat Satuan Pendidikan

    (KTSP). Kencana Prenada Group.

    Jakarta.

    Widyasari, Andina W. 2012. Komparasi

    Penggunaan Model Pembelajaran

    Kooperatif Tipe Team Games

    Tournament (TGT) dan Student

    Teams Achievement Division (STAD)

    Terhadap Hasil Belajar IPA Biologi

    Siswa SMP Negeri 2 Lendah Tahun

    Ajaran 2011/2012. Tesis. Universitas

    Islam Negeri Sunan Kalijaga.

    Yogyakarta

  • Jurnal Pendidikan MIPA, Vol. 6. No. 1, Januari - Juni 2016 ISSN: 2088-0294

    Jurnal Pendidikan MIPA, LPPM STKIP Taman Siswa Bima 1389

    PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS KOMPETENSI

    MATAKULIAH PERSAMAAN DIFERENSIAL DI PRODI PENDIDIKAN

    MATEMATIKA JURUSAN PMIPA FKIP UNIVERSITAS RIAU

    Armis, Suhermi, Rahmi Fauziah [email protected]

    UNIVERSITAS RIAU

    Abstract

    The product of this study was teaching materials based competency on

    differential equations subject. The problem of this study was “how to develop the

    teaching materials based competency on differential equations subject which in

    accordance with the applied syllabus at Mathematics Education PMIPA

    Department FKIP Riau University. The several steps on developing the teaching

    materials were (a) Analyzing the general and specific competency which must be

    achieved on differential equations subject, (b) Developing the learning tools on

    differential equations subject, (c) Analyzing the topic of teaching materials on

    differential equations subject, (d) Analyzing the mathematical reasoning ability and

    mathematical connection ability which will be implemented on developing the

    teaching materials, (e) Developing the teaching materials based competency which

    in accordance with the subject syllabus, (f) Requesting two experts as the validators

    of the developed teaching materials, (g) Revising the teaching materials based on

    the advice of validators. The result of this study was the teaching materials on

    differential equations subject 3 SKS which consisting of five chapters for 16

    meetings.

    Keywords : Teaching materials based competency, Differential Equation

    Abstrak

    Produk penelitian ini adalah bahan ajar berbasis kompetensi matakuliah

    Persamaan Diferensial. Adapun yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini

    adalah “Bagaimana mengembangkan bahan ajar berbasis kompetensi pada

    matakuliah Persamaan Diferensial yang benar-benar sesuai dengan silabus yang

    berlaku di Prodi Pendidikan Matematika Jurusan PMIPA FKIP Universitas Riau.

    Pengembangan bahan ajar tersebut melalui beberapa langkah