jurnal btls

6
INDIVIDUAL ASSIGNMENT JOURNAL ANALYSIS ( BASIC TRAUMA LIFE SUPPORT ) EMERGENCY of NURSING By: Dwi Setyo Purnomo 115070201131003 PSIK K3LN 2011 NURSING SCIENCE PROGRAM MEDICAL FACULTY of BRAWIJAYA UNIVERSITY

Upload: dwi-setyo-purnomo

Post on 24-Nov-2015

53 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

Basic trauma life support

TRANSCRIPT

INDIVIDUAL ASSIGNMENTJOURNAL ANALYSIS ( BASIC TRAUMA LIFE SUPPORT )EMERGENCY of NURSING

By:Dwi Setyo Purnomo 115070201131003PSIK K3LN 2011

NURSING SCIENCE PROGRAMMEDICAL FACULTY ofBRAWIJAYA UNIVERSITYMALANG2014Analisa jurnal: Pre-hospital transport times and survival for Hypotensive patients with penetrating thoracic traumaLatar BelakangMendapat perawatan definitive dalam Golden Hour atau dengan meminimalkan waktu adalah tujuan yang sesuai dengan system penanganan cedera di daerah. Hipotesis penelitian ini adalah bahwa di Pusat Penanganan Cedera Tingkat 1 di perkotaan, waktu yang dibutuhkan untuk pra-rumah sakitnya lebih pendek pada penanganan cedera tembus dada.Pada penelitian ini, peneliti menggunakan studi retrospektif dengan menggunakan rekam medis dari seluruh negara bagian pada tahun 1999-2003. Total sampel adalah korban cedera tembus dada di perkotaan yang ditangani pra-rumah sakit.PendahuluanGloden Hour diperkenalkan oleh Cowley pada 1970-an, dengan konsep tentang perencanaan dan kesiapan dalam menangani masalah cedera. Karena cedera merupakan masalah penting bagi orang-orang dan perlu dilakukan system pemulihan lanjutan. Dalam hal ini hubungan kecepatan waktu pra-rumah sakit dengan kelangsungan hidup memang ada tetapi perbandingan yang cukup mencolok adalah antara penanganan penduduk perkotaan dan pedesaan. Pada beberapa penelitian menunjukkan kesimpulan yang berlawanan, misal penelitian Sloan dan Petri di Chicago yang menyebutkan bahwa pasien dengan cedera tumpul maupun tembus tidak ada hubungannya dengan waktu dan transportasi. Sedangkan menurut Pepe di Huston menilai pasien hipotensi dengan cedera tembus tidak menunjukkan hubungan apapun. Namun di sisi lain menurut Gervin dan Feero menunjukkan bahwa waktu singkat di pra-rumah sakit meningkatkan kelangsungan hidup. Dari berbagai hasil yang bertentangan tersebut peneliti ingin meneliti lebih lanjut tentang pengaruh waktu pra-rumah sakit di daerah perkotaan pada pasien cedera tembus.Penelitian ini juga menjelaskan tentang dampak penanganan pra-rumah sakit pada pasien cedera tembus di pusat kota. Karena peneliti beranggapan aka nada hubungan antara total waktu dengan kondisi cedera pasien.

MetodePengumpulan data diambil dari rekam medis di Illionis antara tahun 1999-2003, Data tersebut berisikan tentang semua pasien cedera dari Pusat Penanganan Cedera Tingkat I dan II di Illionis. Data yang tidak masuk adalah dengan criteria pasien meninggal di tempat dan tidak dibawa ke UGD ataupun yang tidak dirawat di Pusat Penanganan Cedera Tingkat I dan II. Unit Gawat Darurat di Illinois adalah system berjenjang dengan paramedic terlatih di bidang Basic Life Support dan Advance Life Support. Data intervensi pra-rumah sakit juga tidak masuk dalam database ini. Data merupakan data terbaru yang tersedia pada saat penelitian. Penelitian ini juga telah disetujui oleh Institutional Review Board of Northwestern University.Pusat Penanganan Cedera Illinois (ISTR) mencatat sekitar 45.000 pasien pertahun. Peneliti membatasi dengan criteria pasien cedera dengan segala usia di perkotaan utama Chicago, East St Louis, dan Springfield (lebih dari 2/3 dari kasus pertahun). Peneliti juga tidak menggunakan data pasien transfer, serta pasien rawat jalan. Sedangkan untuk pasien cedera tembus didapatkan data sekitar 2.500 kasus pertahun dan kemudian diklasifikasikan dalam pasien dengan cedera toraks menggunakan ICD 9cm. Kemudian data akhir dari ICD-9cm didapat 150 kasus pertahun. Total waktu pra-rumah sakit terdiri dari waktu respon , waktu adegan , dan waktu transportasi . Setiap variabel ini dievaluasi secara terpisah dan dalam agregat sebagai total waktu pra-rumah sakit .

HasilSebanyak 908 pasien dengan luka tembus dada (PTI) dievaluasi selama masa penelitian. Seratus empat puluh tiga pasien (16%) adalah hipotensi dengan luka tembus, dengan tekanan darah sistolik kurang dari 90mmHg (kelompok PTI hipotensi = HPTI), sedangkan 765 pasien (84%) memiliki tekanan darah sistolik lebih besar dari 90 mmHg (normotensive PTI group = NPTI). Sebagian besar cedera ini terjadi di Chicago. Usia rata-rata adalah sekitar 27 tahun (rentang usia 11-78, 99% antara usia 15 dan 55) dan mayoritas pasien adalah Afrika Amerika, laki-laki dan tidak diasuransikan [Tabel 1]. Tiga puluh persen (230) dari pasien NPTI memiliki ISS lebih besar dari 16, sedangkan 55% (79) pasien HPTI memiliki ISS lebih besar dari 16 (P