jurnal adhd.doc

29
JOURNAL READING Occupational Therapy for Children with Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD), Part 1: a Delineation Model of Practice Sidney Chu 1 and Frances Reinolds 2 Oleh: Laili Khairani H1A 007 033 DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITERAAN KLINIK MADYA DI BAGIAN/SMF ILMU PENYAKIT JIWA RSJP NTB/FK UNRAM 1

Upload: laili-khairani

Post on 25-Oct-2015

348 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

journal

TRANSCRIPT

JOURNAL READING

Occupational Therapy for Children with Attention

Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD), Part 1: a

Delineation Model of Practice

Sidney Chu1 and Frances Reinolds2

Oleh:

Laili Khairani

H1A 007 033

DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITERAAN KLINIK MADYA

DI BAGIAN/SMF ILMU PENYAKIT JIWA RSJP NTB/FK UNRAM

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM

MATARAM

2013

1

Gambaran model suatu terapi okupasi yang disajikan untuk dilatih, yang menjadi

panduan pemahaman multidimensi dalam psikopatologik ADHD dan pengelolaannya. Pada

penelitian sebelumnya telah menetapkan bahwa seorang terapis okupasi memiliki kekurangan

pelatihan secara spesifik atau mengenai teori didalam bidang ini. Penggambaran model

praktek didasarkan pada tinjauan pustaka, Pengalaman klinis dan studi konsensus yang

dilakukan dengan terapis okupasi untuk menentukan prioritas mereka dalam melakukan

evaluasi, dan intervensi pada anak-anak dengan ADHD.

Bagian 1 dari artikel ini menyajikan mengenai model dan meneliti implikasinya untuk

melakukan evaluasi dan intervensi di tingkat anak, tugas dan lingkungan. Sebuah penilaian

yang berpusat pada keluarga dan paket pengobatan, berdasarkan model bagan yang

dijelaskan. Bagian 2 dari artikel ini akan melaporkan hasil penelitian dari multicenter, yang

dirancang untuk mengevaluasi efektivitas paket ini.

TERAPI OKUPASI UNTUK ANAK-ANAK DENGAN

ATTENTION DEFICIT HYPERACTIVITY DISORDER

(ADHD), Bagian 1: Bagan model praktek

Kata Pengantar

Di Inggris Raya (UK), terapi okupasi untuk anak-anak dengan attention deficit

hyperactivity disorder (ADHD) merupakan bidang kecil dalam praktek (Chu 2003a),

meskipun didapatkan 5% dari anak usia sekolah dalam populasi dipengaruhi oleh Kondisi

(American Psychiatric Association [APA] 1994). Terapis Okupasi memiliki banyak

penawaran untuk anak-anak dengan ADHD dalam memfasilitasi keterlibatan dalam tugas-

tugas yang berarti dan berpartisipasi sukses dalam pekerjaan yang berbeda, namun

kekurangan model holistik dalam evaluasi dan intervensi.

Pada bagian 1 dari kedua bagian artikel, terapi okupasi disajikan model bagan yang

diparaktekkan, untuk memberikan pedoman dalam memahami secara spesifik psikopatologi

dan pengelolaan gangguan ini dengan perspektif multidimensi. Model ini didasarkan pada

kajian literalur yang luas, penulis pertama mengumpulkan data dari pengalaman klinis dan

pengalaman kerja dari terapis tentang prioritas mereka dalam penilaian dan pengobatan (Chu

2

2005). Banyak strategi yang disarankan untuk menilai, memahami dan menangani kebutuhan

anak-anak dengan ADHD. Pada penerapan model ini adalah dibahas mengenai gambaran

terapi okupasi tertentu sebagai prosedur evaluasi dan intervensi yang cocok untuk penilaian

yang berpusat pada keluarga dan paket pengobatan. Beberapa validasi untuk model ini

dicapai melalui evaluasi multisenter, yang akan dilaporkan dalam bagan ke-2 artikel ini.

Informasi Latar Belakang

ADHD adalah gangguan neuropsikiatri yang spesifik (APA 1994). Anak didiagnosis

dengan ADHD jika “muncul impulsif, terlalu aktif dan/atau kuang memperhatikan pada

tingkat yang tidak beralasan pada usia perkembangan mereka dan merupakan hambatan yang

signifikan untuk sukses dalam social dan pendidikan (British Psychological Society 1996,

p8). Di sana, telah diterbitkan beberapa penelitian yang menggambarkan peran terapi okupasi

untuk anak-anak dengan ADHD (Chu 2003b), selain yang menangani pendekatan integrative

sensorik (Oetter 1986a, 1986b, 1988a Cermak, 1988b) atau metode pengobatan khusus

(Peterson 1993, Woodrum 1993, Shaffer et al, 2001).

Di Eropa dan Amerika Utara, memiliki pedoman klinis pada ADHD dan gangguan

hiperkinetik yang telah dipublikasikan untuk praktisi kesehatan medis, psikologis dan lainnya

(Brithish Psychological Society tahun 1996, American Academy dari Psikiatri Anak dan

3

Remaja 1997a, 1997b, Taylor et al, 1998, Overmeyer dan Taylor 1999, National Institutes

Kesehatan tahun 2000, American Academy of Pediatrics tahun 2000, 2001, Taylor et al

2004). Meskipun pedoman ini terutama berdasarkan medis dan psikologis, komponen

penilaian dan pengobatan tertentu yang berguna untuk prakter terapi okupasi; sebagai contoh,

prosedur penilaian perilaku, program psikoedukasi untuk orang tua dan manajemen perilaku

anak. Dalam rangka untuk mengintegrasikan penggunaan komponen ini secara khusus

dilakukan untuk mengevaluasi terapi okupasi dan prosedur intervensi untuk anak-anak

dengan ADHD, terapis okupasi harus memadukan informasi yang relevan dan menyusun

mereka dalam sebuah model terapi okupasi yang dipraktekkan. Pengembangan model praktek

untuk anak-anak dengan ADHD akan memandu terapis dalam proses evaluasi dan intervensi,

dan menetapkan peran spesifik dari terapi okupasi dalam tim multidisiplin.

Apakah Model Perancangan yang Dipraktekan?

Sebuah perancangan model yang mengidentifikasi prinsip evaluasi dan intervensi

untuk kelompok klien secara spesifik dan dapat dikonseptualisasikan dalam model

professional yang lebih luas serta menekankan konsep okupasi untuk kesehatan (Kortman

1994). Ini didasarkan pada pengetahuan antar cabang ilmu yang terpadu dan berlaku dibidang

praktek tertentu (Kielhofner 1992). Hal ini menyajikan dan mengatur sejumlah konsep

teoritis yang digunakan oleh terapis dalam pekerjaan mereka (Feaver and Creek 1993).

Sebuah rancangan model yang baik untuk memberikan panduan yang jelas mengenai apa

yang harus di nilai dan bagaimana menilai, dan menyatakan tujuan pengobatan dengan

strategi intervensi yang jelas. Dengan demikian, rancangan model ini memiliki tugas ganda

untuk menjelaskan sekelompok fenomena dan membimbing praktek yang berhubungan

dengan fenomena tersebut untuk klompok klien tertentu (Dunn 2000).

Konsep Teori dari Rancangan Model Praktek Terapi Okupasi untuk Anak-anak

dengan ADHD

Konsep-konsep teoris yang berkaitan dengan perintah, gangguan dan intervensi

terapetik sebagai inti teoritis utama dalam terapi okupasi. Mereka menyediakan logika,

koherensi dan pemikiran untuk aplikasi klinis dari model ini (Kielhofner 1992). Model

rancangan terapi okupasi yang dipraktekkan untuk anak-anak dengan ADHD didasarkan pada

konsep-konsep teoritis yang berhubungan dengan anak, lingkungan, interaksi antar factor-

faktor kunci dan partisipasi anak dalam pekerjaan yang berbeda.

4

Gambar 1. Menggambarkan interaksi factor-faktor tersebut dalam model yang

diusulkan. Ini membantu pemahaman masalah anak pada berbagai tingkat disfungsi;

pengaruh factor lingkungan yang berbeda; tuntutan tugas yang dipilih; dan tingkat partisipasi

anak dalam pekerjaan yang berbeda, terarah dan bermakna dalam situasi yang berbeda dan

dengan berbagai tingkat dukungan keluarga.

Anak dengan ADHD

Model disajikan pada gambar. 1 menyoroti interaksi antara anak dengan dirinya atau

lingkungannya serta tugas pada tingkat yang berbeda fungsinya (yaitu, neurologis, psikologis

dan perilaku) dari perpaduan bukti penelitian yang berbeda (seperti ditinjau oleh Chu 2003b).

Teori dasar tentang neurologis dari ADHD telah mengidentifikasikan peran ganglia

dan dopamine dalam jalur frontal-basal, dengan adanya gangguan fungsi yang berakibat pada

masalah pengendalian perhatian dan hambatan perilaku (Lou 1996, Castellanos 1997). Fungsi

otak secara keseluruhan: proses kortikal yang lebih tinggi membutuhkan fungsi pemrosesan

sensori yang terjadi pada tingkat subkortikal yang lebih rendah, dan tingkat kortikal yang

lebih rendah bergantung pada fungsi kortikal untuk menafsirkan informasi sensorik (Bundy et

al 2002). Voller (2001) memperluas usulan mengenai dasar neurologis ADHD dengan

memasukkan sirkuit prefrontal-subkortikal. Lobus frontal, ganglia basalis dan thalamus dapat

membentuk suatu system atau lingkaran, yang mengaktifkan dan menonaktifkan jalur

assendend/gairah dan dessendend/penghambat (Cummings 1993). Konseptualisasi ini

menghubungkan tiga tingkat fungsi/disfungsi sebagai komponen yang saling terkait dalam

menjelaskan factor-faktor etiologi ADHD.

Model ini menunjukkan bahwa kita memerlukan alat penilaian untuk mengevaluasi

dari segi perilaku utama yang berkaitan dengan ADHD dan juga alat-alat untuk

mengidentifikasi perbedaan korelasi antara neurologis dan psikologis untuk

mempresentasikan pola prilaku. Dalam hal manajemen, model menekankan bahwa seorang

anak dengan ADHD membutuhkan intervensi neurologis, psikologis dan strategi perilaku

untuk mendukung kinerja dan meningkatkan partisipasi dalam pekerjaan yang berbeda.

Lingkungan

Lingkungan merupakan konteks di mana anak-anak terlibat dalam tugas atau

pekerjaan yang berbeda-beda, dan termasuk pengaturan fisik dan social (Case-Smith 2001).

5

Lingkungan yang berbeda memiliki segi yang melekat serta dapat mengaktifkan atau

menonaktifkan kinerja anak. Anak-anak dengan ADHD biasanya memiliki gejala yang

berbeda pada waktu-waktu yang berbeda dan di dalam situasi yang berbeda. Sebagai contoh,

beberapa anak-anak dengan ADHD menunjukkan control diri yang jauh lebih baik, perilaku

yang tepat dan peningkatan kerja sama dengan guru untuk mempertahankan suasana yang

relative tenang, dengan tugas-tugas yang tersetruktur, tujuan yang jelas dan dukungan positif

untuk perilaku yang sesuai.

Sekolah yang menawarkan program yang relative efektif untuk anak-anak dengan

ADHD juga sebagai factor-faktor yang kuat dalam organisasi dan lingkungan, yang meliputi

terhadap sikap positif dan pemahaman tentang ADHD, dukungan terhadap otoritas, dan

terkoordinasi penyediaan intervensi melalui tim kerja professional (Burcham et al1993). Oleh

karena itu, penting untuk menilai factor perbedaan lingkungan yang dapat berkontribusi pada

presentasi pola prilaku yang berbeda pada anak-anak dengan ADHD. Penilaian memberikan

dasar untuk intervensi yang efektif dengan mengatasi factor-faktor lingkungan yang

menginduksi atau membesar-besarkan pola perilaku anak dengan ADHD.

Tuntutan Tugas

Tugas didefinisikan sebagai ‘urutan tindakan di mana banyak orang yang terlibat

untuk memenuhi kebutuhan masyarakat eksternal sebagai tujuan internal’ (Kielhofner 1995,

p101). Okupasi terapis mengklasifikasikan tugas ke dalam perawatan diri, sekolah/bekerja,

bermain dan rekreasi, dan partisipasi social (Watson and Llorens 1997). Tugas yang

berhubungan dengan pekerjaan, pada usia tertentu dan dalam lingkungan tertentu (Case-

Smith 2001). Ketika mempertimbangkan dimensi tuntutan tugas, variable seperti tujuan,

sesuatu yang baru, tingkat tantangan dan pentingnya tugas, dan juga motivasi anak yang

menonjol. Tujuan dari tugas adalah factor kunci pokok. Hal ini penting untuk

mengidentifikasi apa yang anak inginkan atau yang perlu dilakukan ketika merencanakan

intervensi. Semua ini mendukung kebutuhan untuk menilai fungsi neurologis dan psikologis

anak, peraturan perilaku, fungsi perseptual-motor dan factor lingkungan lainnya yang dapat

berkontribusi pada masalah anak yang disajikan dalam tugas yang berbeda. Hal ini juga

memberikan dasar untuk strategi dalam manajement yang berbeda.

6

Dukungan Keluarga

Hal ini penting untuk mempertimbangkan dampak dari dukungan keluarga dan

keterlibatan orang tua pada perilaku anak (Humphry 2002). Penelitian terbaru telah

menunjukkan bahwa semakin banyak orang tua yang memiliki pegangan informasi tentang

ADHD, semakin kecil kemungkinan mereka untuk menggunakan kedisiplinan yang tidak

efektif (Johnston dan Freeman 2002). Hal ini menyoroti pentingnya kesesuaian pendidikan

atau berbagai informasi dari orang tua sehingga mereka dapat berinteraksi dan mendukung

anak dengan cara yang tepat, sehingga mencapai hasil jangka panjang yang lebih baik

(Harrison dan Sofronoff 2002, Hinojosa et al 2002).

Keseimbangan Tugas dalam Lingkungan Anak

Keseimbangan tugas dalam lingkungan anak menentukan keberhasilan kinerja

okupasi dan partisipasi dalam pekerjaan yang berbeda. Pelaksanaan okupasi adalah suatu

proses berinteraksi dengan lingkungan sesuai dengan tujuan atau niat dari anak. Hal ini

mengacu pada mencocokkan antara keterampilan dan kemampuan anak, tuntutan tugas, serta

karakteristik fisik, lingkungan social dan budaya (Law et al 1996). Sebagai contoh, jika

seorang anak dengan ADHD diminta untuk terlibat dalam tugas yang lebih menantangnya

atau control perhatiannya, hal ini akan menjadi kontribusi sebagai ketidakberhasilan dari hasil

okupasi. Sebagai kemungkinan, jika lingkungan sangat mengganggu, akan sulit bagi anak

untuk mempertahankan control perhatian yang cukup untuk menyelesaikan tugas, meskipun

tugas itu sendiri pada tingkat yang sesuai untuk anak.

Pendekatan Perawatan yang Berpusat pada Keluarga

Okupasi terapis mengakui bahwa hasil akhir dari perkembangan anak sangat

dipengaruhi oleh lingkungan pengasuhannya (Hinojosa et al 2002). Mereka berusaha keras

untuk berkolaborasi berhubungan dengan orang tua dan menghargai bahwa anak dengan

ADHD adalah bagian dari system keluarga yang interaktif. Okupasi terapis bekerja dengan

anak berkebutuhan khusus yang merupakan bagian dari system pendukung social formal dan

berada dalam posisi untuk berupaya mendorong keluarga menjalin hubungan antara teman-

teman, anggota keluarga dan kelompok orang tua.

Pendekatan yang berpusat pada keluarga dipertunjukkan ketika terapis

memungkinkan orang tua untuk menjadi anggota tim yang sama (Brown, 1997). Sebuah

7

layanan yang berpusat pada keluarga mengakui bahwa setiap keluarga adalah unik, bahwa

keluarga adalah konstan dalam kehidupan anak, serta orang tua adalah ahli dari kemampuan

dan kebutuhan anak. Tenaga dan kebutuhan semua anggota keluarga dipertimbangkan.

Terapis bekerja sama dengan orang tua untuk membuat keputusan tentang layanan dan

dukungan yang tersedia, serta untuk memberdayakan dan memungkinkan mereka dalam

proses intervensi secara keseluruhan. Ketika menerapkan prinsip-prinsip ini untuk

memanajemen anak-anak dengan ADHD, semua evaluasi dan intervensi yang di adopsi harus

dibingkai dalam perawatan yang berpusat pada pendekatan keluarga, seperti yang dianjurkan

oleh Rosenbaum et al (1998) dan Humphry dan Case-Smith (2001).

Karena kompleksitas dari kondisi, pendekatan evaluasi secara multimedia dan

beraneka ragam kerangka intervensi yang diadopsi sebagai model dalam aplikasi klinik.

Prosedur evaluasi dan intervensi yang berbeda dari pendekatan pengobatan yang berbeda

(misalnya, perilaku, integrative sensorik, dan pendekatan psikoedukasi) diintegrasikan ke

dalam kerangka model ini untuk anak-anak dengan ADHD. Bagian berikut akan menjelaskan

berbagai prosedur evaluasi dan intervensi serta aplikasi mereka, berdasarkan pendekatan

prinsip-prinsip perawatan yang berpusat pada keluarga yang dianjurkan dalam model.

8

Evaluasi Multidimensional pada anak-anak dengan ADHD

Setiap anak-anak dengan ADHD memiliki kumpulan masalah yang unik dan beberapa

fungsi domain mungkin akan terpengaruh (Whalen and Henker 1996). Oleh karena itu,

penting untuk mengadopsi evaluasi dengan pendekatan multidimensional (Chu 2003c) dalam

susunan untuk menentukan apakah atau tidak hadirnya ADHD dan bagaimana hal tersebut

mempengaruhi perkembangan dan kinerja anak di berbagai wilayah pendudukan. Lebih dari

setengah pada anak-anak dengan ADHD dipengaruhi oleh satu atau lebih dari komorbiditas

terkait yang menyebabkan permasalahan kejiwaan, neurologis dan belajar (Tannock 1998,

Brown 2000). Ada juga berbagai macam kondisi yang meniru gambaran klinis ADHD (Hill

dan Cameron 1999). Oleh karena itu, adalah penting untuk membuat diferensial diagnosis

dan untuk mengidentifikasi komorbiditas ketika mengevaluasi anak-anak dengan ADHD.

Gambar 2. Menggambarkan aplikasi dari beberapa prosedur evaluasi ini yang

modelnya berjarak dan menunjukkan sejumlah pertimbangan standar yang relevan. Meskipun

masing-masing prosedur evaluasi ini terbatas dalam beberapa cara, ketika mereka digunakan

dalam paket evaluasi multidimensi dalam system ujian dan keseimbangan, dikembangkan

sedemikian rupa sehingga kelemahan dari setiap penilaian tunggal yang diimbangi dengan

data yang diperoleh melalui cara lain (Barkley 1998, Anastopoulos dan Shelton 2001).

Menilai Anak di Tingkat Neurologis

Penelitian terbaru menunjukkan bahwa fungsi modulasi sensorik kurang bisa menjadi

dasar untuk menyajikan pola perilaku pada anak dengan ADHD (Cermak 1988a, Mangeot et

al 2001). Modulasi sensorik adalah kemampuan untuk mengatur dan mengorganisir tingkat,

intensitas, dan sifat tanggapan terhadap masukan sensoris secara bertingkat dan adaptif,

sehingga berbagai kinerja dan adaptasi optimal terhadap tantangan dari lingkungan dapat

dipertahankan (Lane et al 2000). Disfungsi dalam modulasi sensorik memiliki dampak yang

kuat terhadap perilaku anak pada gairah, perhatian, perasaan dan tindakan (Williamson dan

Anzalone 2001, Schaaf dan Anzalone 2001). Anak-anak dengan ADHD cenderung

menunjukkan pola perilaku pencarian sensorik yang mengganggu regulasi perilaku mereka

dan juga dengan partisipasi dalam pekerjaan yang berbeda (Dunn dan Bennett 2002)

The Sensory Profile (Dunn 1999) merupakan pengaruh kuesioner yang berdasarkan

pertimbangan. Hipotesis ini mengukur perilaku anak-anak yang dihubungkan dengan

9

kemampuan pemrosesan sensori dan profil efek pengolahan sensorik pada kinerja fungsional

dalam kehidupan sehari-hari pada anak-anak 5-10 tahun. Sebuah worksheet terpisah

dikembangkan untuk menilai anak-anak dengan ADHD. Terapis juga harus melakukan

pengamatan perilaku berdasarkan sensorik dalam pengaturan klinis dan kelas untuk

melengkapi data yang dihasilkan dari Profil Sensory.

Menilai anak pada Level Psikologis

Dasar psikologis ADHD biasanya ditangani oleh psikologis klinis kecuali terapi

okupasi memiliki pelatihan pascasarjana yang sesuai dalam administrasi dan interpretasi tes

psikologi yang berbeda seperti Conners’ Continuous Performance Test – II (Conners 2001)

atau the Behaviour Rating Inventory of Executive Function (Gioia et al, 2000). Terapis

mungkin perlu untuk mendapatkan informasi dari psikolog jika mereka telah menilai anak.

Menilai Anak pada Tingkat Perilaku

Hal ini penting untuk memeriksa apakah terdapat rentang perilaku yang kurang

diperhatikan, hiperaktif dan impulsive disajikan oleh anak yang hadir sebelum usia 7 tahun,

terjadi pada dua atau lebih tata cara dan juga menyebabkan penurunan fungsi social,

akademik dan pekerjaan (APA 1994). ADHD Rating Scale – IV (DuPaul et al 1998) berguna

untuk skrining, penilaian dan evaluasi hasil pengobatan. Kedua Rumah dan Sekolah Versi

diselesaikan secara bebas oleh orang tua anak dan guru, dan dilaporkan untuk menyediakan

data yang handal dan valid mengenai frekuensi gejala ADHD.

Selain menggunakan skala rating ADHD, wawancara secara semi-struktur dengan

orang tua, guru dan anak merupakan komponen penting dari evaluasi. Wawancara

menyediakan data fenomenologis yang tidak dapat ditangkap oleh skala rating (Barkley and

Edwards 1998). Terapis dapat mengembangkan formulir wawancara berdasarkan pada karya

penulis yang bidangnya berbeda (Wodrich 1994, Barkley and Edwards 1998, Barkley and

Murphy 1998, Dowdy et al 1998, DuPaul and Stoner 2003).

Penting untuk dicatat bahwa wawancara dan rating skala data pokok pada sejumlah

keterbatasan, termasuk bias yang melekat dari mereka yang menjawab pertanyaan wawancara

dan menyelesaikan kuesioner (Barkley and Edwards 1998). Jadi, idealnya, data ini harus

dilengkapi dengan protokol observasi anak dan fungsi psikososial di lingkungan alam, seperti

10

control emosional anak, hubungan peer-grup, keterampilan social dan interaksi dengan orang

tua.

Menilai Lingkungan

Terapis juga harus mengumpulkan informasi yang berkaitan dengan lingkungan

rumah melalui wawancara atau informasi dari anggota tim lainnya (misalnya, informasi

tentang dinamika keluarga dan dukungan dari terapis keluarga). Sekolah merupakan

lingkungan lain dimana anak-anak dengan ADHD mengalami banyak tantangan. Sebuah alat

evaluasi yang dirancang khusus dan berguna untuk anak-anak dengan ADHD yaitu Strengths

and Limitations Inventory: School Version (SLI) (Dowdy et al 1998). SLI adalah skala

penilaian multidimensi yang dirancang untuk mendokumentasikan kekuatan dan keterbatasan

yang dapat diwujudkan dalam suasana akademis. Ini terdiri dari item yaitu memori alamat,

penalaran, fungsi eksekutif, status social/emosional, komunikasi, membaca, menulis dan

matematika. Para guru atau siapa saja yang telah mengamati anak dari waktu ke waktu dapat

menyelesaikannya.

Sarana penting lain dari penilaian ini adalah observasi kelas. Terapis dapat mengamati

anak di berbagai keadaan (misalnya ruang kelas, taman bermain dan ruang makan) dan dalam

interaksi dengan individu lainnya. Dalam banyak kasus, pengamatan langsung akan

memberikan data yang paling bermanfaat ketika dilakukan bebas selama di tempat duduk

kerja dan waktu senggang diantara pelajaran (Dowdy et al 1998). Hal ini juga berguna untuk

mengamati perilaku guru dan anak-anak lain di kelas. Misalnya, perilaku guru (misalnya

meminta, teguran, umpan balik, dan berteriak) bias kemungkinan sesuatu yang mendahului

dan/atau kejadian yang akibatnya untuk perilaku anak (DuPaul and Stoner 2003). Selain

observasi kelas, terapis juga dapat mewawancarai guru untuk mengumpulkan informasi lebih

lanjut dan menganalisis komponen sensorik dari lingkungan fisik untuk kemungkinan efek

pada perilaku anak.

Menilai kinerja tugas

Penilaian keterampilan perseptual-motor dan fungsional memberikan informasi

mengenai fungsi yang dasar dan disfungsi anak , dan dampaknya terhadap kemampuan anak

untuk melaksanakan tugas yang berbeda dan terlibat dalam berbagai pekerjaan . Informasi

yang dihasilkan di daerah evaluasi ini membantu untuk membuat diagnosis diferensial dan

mengidentifikasi komorbiditas , seperti gangguan koordinasi perkembangan ( DCD ) .

11

Informasi rinci mengenai kesulitan fungsional anak membentuk dasar bagi berbagai strategi

intervensi . Terapis dapat mengelola tes perseptual-motor standar dalam rutinitas praktek

terapi okupasi pediatrik, misalnya, the Motor Free Visual Perception Test - Edisi Ketiga

( Colarusso dan Hammill 2003), the Beery-Buktenica Developmental Test of Visual-Motor

Integration - 5th Edition ( Beery dan Beery 2004) ; the Movement Assessment Battery for

Children - 2nd Edition ( enderson dan Sugden 2007) ; dan DCD Kuesioner ( Wilson et al,

2000 ) .

Untuk menilai kemampuan fungsional, terapis dapat menggunakan alat standar yang

berbeda, seperti the Perceived Efficacy and Goal Setting System (Missiuna et al 2004),

Penilaian Fungsi Sekolah (Coster et al 1998) dan Versi Sekolah Pengkajian Keterampilan

Motor dan Proses (Fisher dan Bryze 1998). Namun, beberapa terapis mungkin menggunakan

kuesioner atau cek list non-standar karena sebagian besar alat-alat standar terlalu mahal,

butuh waktu lama untuk dilakukan, tidak tersedia pada tempat kerja tertentu atau yang tidak

terstandar untuk populasi Inggris (UK).

Menilai dinamika dan dukungan keluarga

Terapis dapat mengumpulkan informasi tentang keluarga dinamis dan dukungan

melalui wawancara dengan orang tua dan pengamatan dari interaksi antara anak dan orang

tua . Terapis juga harus memasukkan informasi dari para profesional lainnya (misalnya , anak

psikiater , psikolog klinis dan terapis keluarga) untuk penafsiran keseluruhan dan manajemen

masalah anak yang ada.

Menggunakan data penilaian

Tujuan utama dari evaluasi multidimensi adalah untuk memperoleh data yang akurat

mengenai frekuensi dan keparahan perilaku ADHD melalui pengaturan dan dengan individu

yang berbeda, begitu pula dengan kemungkinan penyebab kesulitan anak dalam melakukan

dan berpartisipasi dalam pekerjaan yang berbeda . Setelah mengumpulkan semua data,

analisis terapis dan interpretasi hasil yang menyediakan informasi yang relevan untuk

pemilihan komponen pengobatan yang berbeda dalam program intervensi multifaset yang

dijelaskan di bawah ini.

Intervensi multifaset anak-anak dengan ADHD

Dalam rangka untuk memulihkan berbagai aspek dari gangguan, kerangka intervensi

multifaset (Chu 2003c) diadopsi ke dalam model ini. Gambar. 3 menggambarkan penerapan

beberapa strategi intervensi ke dalam model delineasi untuk anak-anak dengan ADHD. Hasil

12

positif dalam memberdayakan dan memungkinkan orang tua dan guru melalui pendekatan

perawatan berpusat pada keluarga merupakan kontribusi penting terhadap keberhasilan akhir

dari intervensi.

Pengobatan melalui pendidikan dan pelatihan untuk orang tua dan guru

Setelah menyelesaikan evaluasi multidimensi, sesi umpan balik harus dilakukan

dengan kedua orang tua dan guru sehingga mereka berdua mendengar informasi yang sama.

Hal ini penting untuk menetapkan tujuan dan sasaran yang sama dengan orang tua, guru dan

anak. Dari perspektif perawatan yang berpusat pada keluarga, berbagi informasi tentang

kondisi anak dengan pengasuh utama adalah aspek penting dalam pekerjaan. Studi penelitian

menunjukkan bahwa hasil pengobatan lebih baik dapat dicapai dengan meningkatkan

pemahaman orang tua dan guru tentang kondisi (Burcham et al 1993, Corkum dkk 1999,

Hoza et al, 2000, Johnston dan Freeman 2002) dan strategi manajemen perilaku (Coker dan

Thyer 1990, Hinshaw dan Melnick 1992, Barkley 1998). Berbagi informasi dapat dicapai

dengan penggunakan paket informasi, seminar dan konsultasi langsung dengan orang tua dan

guru.

Pengobatan melalui adaptasi lingkungan

Faktor-faktor lingkungan yang berbeda dapat berkontribusi pada presentasi pola

perilaku yang berbeda pada anak-anak dengan ADHD dan modifikasi yang sesuai akan

13

membantu untuk memfasilitasi partisipasi anak dalam pekerjaan yang berbeda. Pengalaman

klinis menunjukkan bahwa anak-anak dengan ADHD, lingkungan yang menenangkan

dengan stimulasi yang kurang, dibutuhkan untuk mempertahankan kontrol terhadap perhatian

mereka dan mempromosikan self-regulation, seperti kelas dengan tata letak yang jelas dan

warna netral. Adaptasi dari lingkungan sensorik dan fisik dianggap sebagai area yang penting

untuk intervensi pada praktek terapi okupasi pediatrik (McEwen 1990). Terapis perlu

membantu orang tua dan guru untuk menghargai sejauh mana kegiatan yang secara alami

terjadi dan interaksi dalam lingkungan yang menyediakan masukan sensorik yang diperlukan

untuk mengatur, atau mengganggu regulasi, tingkat arousal, kontrol perhatian dan tingkat

kegiatan (Williamson dan Anzalone 2001).

Penting untuk dicatat bahwa rutinitas sehari-hari yang cukup konsisten, dapat

diprediksi dan terstruktur membantu anak-anak untuk mengatur diri. Terapis harus

memperkenalkan penggunaan jadwal visual dalam lingkungan rumah dan kelas. Suatu jadwal

visual merupakan presentasi visual dari jadwal harian pada selembar kertas besar (Dowdy

dkk 1998). Ini menyediakan jadwal yang terprediksi dan membantu anak untuk mengetahui

apa yang akan terjadi. Mampu mengantisipasi peristiwa memungkinkan anak untuk bergerak

dari mode reaktif ke prilaku yang bertujuan, mode yang diprakarsai diri sendiri, yang pada

gilirannya, membantu anak untuk lebih berhasil mengatasi perubahan lingkungan.

Terapis juga harus memeriksa faktor lingkungan lainnya dalam kaitannya dengan

masalah anak, seperti dimensi kursi dan meja yang tepat untuk mengatasi kontrol postural

yang buruk, pemilihan tempat duduk posisi untuk mengatasi potensi defisit okular-motor dan

penyediaan perangkat khusus untuk membantu efisiensi kinerja tulisan tangan.

Pengobatan anak di tingkat neurologis

Seperti yang telah dibahas, studi penelitian terbaru telah memberikan bukti hubungan

antara disfungsi dalam modulasi sensorik dan ADHD (Mangeot et al, 2001, Dunn dan

Bennett 2002). Teknik sensorik mungkin efektif dalam menghadapi berbagai masalah

perilaku yang merupakan karakteristik anak-anak dengan ADHD, termasuk kurangnya

perhatian, disorganisasi dan hiperaktivitas (Bhatara et al 1978, Kantner dan Tacco 1980,

Bhatara et al 1981). Tujuan pasti dari intervensi sensorik integratif adalah untuk

memfasilitasi perkembangan anak, aktualisasi diri dan kinerja okupasi atau pekerjaan (Bundy

et al, 2002).

14

Dalam rangka memenuhi kebutuhan sensorik anak, terapis perlu mempertimbangkan

bagaimana diet sensori anak bervariasi sepanjang hari (Williams dan Shellenberger 1994).

Konsep 'diet sensorik' didasarkan pada gagasan bahwa setiap individu membutuhkan

sejumlah stimulasi sensorik untuk berada di tingkat paling waspada, dapat beradaptasi dan

terampil (Wilbarger 1995). Ini seperti kebutuhan gizi seseorang. Sebagai contoh, untuk anak

dengan perilaku pencarian sensorik, guru dapat menetapkan anak untuk mendistribusikan

materi pembelajaran dalam kelas sehingga anak bisa mendapatkan stimulasi gerakan yang

dibutuhkan.

Bagi terapis yang telah menyelesaikan pelatihan pascasarjana dalam teknik berbasis

sensorik tertentu yang spesifik, Alert Program for Self-Regulation (Williams dan

Shellenberger 1992, 1994), the MORE : Integrating the Mouth with Sensory and Postural

Function (Oetter et al 1995) dan the TherapeuticListening Programme (Frick dan Hacker

2000) dapat memberikan teknik yang efektif dalam mengatur perilaku anak. Terdapat juga

teknik modulasi sensorik yang berbeda, yang bisa dijadwalkan ke dalam Program diet sensori

anak. Hal ini termasuk memberikan sentuhan tekanan yang dalam pada anak (Krauss 1987);

menggunakan karet bebas lateks sebagai sentuhan 'kenyal' (Scheerer 1992); menggunakan

rompi timbang (Vandenberg 2001), dan membiarkan anak untuk duduk di kursi bola saat

melakukan tugas sekolahnya (Schilling et al 2003). Terapis harus mengintegrasikan

penggunaan jadwal visual dengan program diet sensorik.

Pengobatan anak pada tingkat perilaku

Tinjauan sistematis yang berbeda mengonfirmasi bahwa manajemen perilaku

merupakan pengobatan yang efektif untuk anak-anak dengan ADHD (Fiore et al 1993,

Pelham dan Gnagy 1999). Barkley (1995) mengidentifikasi 10 prinsip untuk membesarkan

anak dengan ADHD. Sepuluh prinsip ini menyoroti kebutuhan spesifik anak-anak dengan

ADHD; misalnya, mereka perlu memberikan konsekuensi langsung, teratur dan cukup kuat

untuk membangun dan mempertahankan perilaku yang diinginkan. Hal ini memandu orang

tua untuk berhenti sesaat sebelum bereaksi terhadap kesalahan anak, menggunakan

penundaan untuk merefleksi terhadap prinsip-prinsip dan memilih respon terhadap anak yang

konsisten dengan prinsip-prinsip tersebut.

ADHD menempatkan anak-anak pada risiko pendidikan yang serius (Barkley 1998).

Terapis dapat menerapkan prinsip-prinsip manajemen perilaku dan modulasi sensorik

mengembangkan program manajemen kelas dan adaptasi lingkungan. Seperti disebutkan di

15

atas, jadwal kegiatan visual dengan diet sensorik dapat diintegrasikan ke dalam jadwal. Guru

juga dapat mengatur beberapa aturan dasar perilaku di kelas bagi semua anak. Saran lain

termasuk perubahan dalam jadwal pelajaran, tata letak kelas dan posisi tempat duduk anak.

Panduan untuk intervensi kelas menyertai SLI menyediakan contoh intervensi yang tepat

untuk perilaku tertentu yang diidentifikasi dalam SLI (Dowdy et al 1998). Beberapa anak

juga dapat mengambil manfaat dari Program pelatihan keterampilan sosial terstruktur yang

terintegrasi ke dalam lingkungan kehidupan nyata (Guevremont 1993, Sheridan et al 1996).

Pengobatan melalui seleksi tugas yang sesuai dan remediasi masalah

perkembangan dan fungsional

Dalam hal tuntutan tugas dan seleksi, Zentall (1993) menganjurkan peningkatan pada

partisipasi aktif, penggunaan respon lisan sebagai lawan respon tertulis, fokus pada kebaruan

tugas dan kecepatan masing-masing, dan juga pengurangan jumlah 'seat work' untuk

memaksimalkan tugas kinerja anak-anak dengan ADHD.

Seperti diidentifikasi oleh Whitmont dan Clark (1996), Barkley (1998) dan Piek dkk

(1999), anak-anak dengan ADHD hadir dalam berbagai tingkat masalah persepsi, bahasa,

motorik dan fungsional. Masalah-masalah ini memiliki dampak yang kuat pada kinerja anak

dalam tugas yang berbeda dan mempengaruhi partisipasi sukses anak-anak dalam pekerjaan

yang berbeda. Kehadiran masalah ini dapat menjadi keistimewaan dari ADHD atau terkait

dengan kondisi komorbiditas, seperti DCD. Terapis harus mengidentifikasi masalah dan

memberikan intervensi yang sesuai.

Pengembangan penilaian dan pengobatan berbasis pada model

Model ini menunjukkan sejumlah prosedur evaluasi dan intervensi yang berbeda,

susunan yang lebih kecil yang mungkin dipilih untuk merumuskan penilaian dan pengobatan

khusus, dikelola dalam sumber daya yang terbatas. Paket penilaian dan pengobatan ini harus

terjangkau, dalam hal waktu dan sumber daya; fleksibel, sehingga memenuhi kebutuhan

setiap keluarga dan anak; dapat melayani, dengan prosedur klinis yang diterapkan dalam

beberapa cara yang sangat konkret; dan praktis, sehingga terapis tidak perlu melalui pelatihan

yang ekstensif.

Penulis pertama telah mengembangkan paket dasar melalui pertimbangan keterlibatan

biaya, waktu, sumber daya dan pelatihan. Paket ini membutuhkan penggunaan alat penilaian

yang tidak mahal atau tersedia di sebagian besar departemen terapi okupasi pediatrik. Dasar

16

pemikiran adalah bahwa alat penilaian yang dipilih dapat menyediakan informasi yang cukup

untuk mengidentifikasi disfungsi dasar anak mendasari dan merencanakan program intervensi

yang berpusat pada anak dan keluarga. Paket ini terdiri dari 12 kontak mingguan jalur klinis,

dengan kombinasi perjanjian klinis dan kunjungan sekolah. Durasi jalur terjangkau karena

konsisten dengan sebagian besar dari paket perawatan untuk kelompok perawatan yang

berbeda (Misalnya, anak-anak dengan DCD) yang disediakan oleh pelayanan terapi okupasi

pediatrik di seluruh negara di Inggris (lihat Gambar. 4).

17

Proses evaluasi dan intervensi berdasarkan pada prinsip-prinsip pendekatan yang berpusat

pada keluarga. Dalam proses evaluasi multidimensi, dianjurkan bahwa terapis menggunakan

prosedur penilaian berikut :

1. Untuk dasar neurologis dari ADHD, Profil Sensory (Dunn 1999) dan observasi klinis

2. Untuk pola perilaku ADHD dan keterampilan psikososial anak, wawancara semi-

terstruktur, penilaian observasi dan ADHD Rating Scale - IV, Versi Rumah dan

Sekolah (DuPaul et al 1998)

3. Untuk faktor lingkungan, wawancara semi-terstruktur, observasi kelas dan Kekuatan

dan keterbatasan Persediaan: Versi Sekolah (Dowdy et al 1998)

4. Untuk kinerja tugas anak, perseptual-motor dan keterampilan fungsional, Kuesioner

DCD untuk orang tua (Wilson et al 2000) dan tes perseptual-motor lainnya

5. Informasi dari profesional lainnya (misalnya, psikiater anak, psikolog dan terapis

keluarga) dimasukkan ke dalam proses evaluasi secara keseluruhan.

Dalam program intervensi multifaset, berikut komponen yang dianjurkan:

1. Pendidikan orang tua dan guru tentang ADHD melalui sesi umpan balik dan juga

pemberian

paket informasi (Jones et al, 1999, Chadd 2000). Berbagi informasi tentang hasil

Evaluasi yang membantu untuk mempromosikan pemahaman tentang disfungsi dasar

anak dan efeknya pada perilaku anak. Proses pendidikan diperkuat melalui kontak

berikutnya untuk melatih orang tua dan guru.

2. Pengobatan pada tingkat neurologis dengan menggunakan berbagai konsep modulasi

sensorik dan teknik yang dipilih dari Alert Programme (Williams dan Shellenberger

1992, 1994) dan the MORE (Oetter et al 1995), dan juga program diet sensori

(Wilbarger 1995).

3. Adaptasi rumah /lingkungan kelas dan rutinitas dengan mempertimbangkan

karakteristik sensorik dari lingkungan (Nackley 2001), dengan menggunakan jadwal

prediksi visual, dan mengintegrasikan teknik modulasi sensorik yang berbeda ke

dalam rutinitas rumah dan kelas.

4. pengobatan pada level prilaku dengan menggabungkan strategi manajemen edukasi

yang tepat (Dowdy dkk 1998), strategi manajemen prilaku (Barkley 1995, 1998) dan

teknik modulasi sensori untuk mengatur prilaku anak-anak, dalam rangka mendorong

ketertarikannya pada berbagai tugas di rumah dan di sekolah.

18

5. peningkatan performa pelaksanaan tugas dengan memperbaiki kesulitan

perkembangan dan fungsional yang teridentifikasi melalui strategi atau pendekatan

pengobatan anak dengan tepat (child-appropriate treatment strategies), seperti

kemampuan perceptual-motor, kemampuan menulis dan kemampuan self-care.

Kesimpulan

Di UK, terapi okupasi untuk anak dengan ADHD merupakan area latihan kecil

meskipun sejumlah anak-anak dipertimbangkan mendapat pengaruh dari terapi ini. Pada

bagian 1 dari dua bagian artikel ini, penulis telah mengkombinasikan Informasi teoritis

berdasarkan data yang dikumpulkan dari studi penelitian sebelumnya, literatur review dan

pengalaman klinis, dan mengorganisirnya menjadi sebuah model terapi praktis okupasi

delineasi untuk anak-anak dengan ADHD.

Model ini menekankan interaksi antara anak, tugas yang harus dilakukan oleh anak,

dan lingkungan dimana anak melaksanakan tugas. Dalam rangka mencapai keberhasilan

partisipasi dalam pekerjaan yang berbeda, goodness-of-fit antara keseluruhan tiga faktor perlu

dicapai. Model ini juga menyoroti pemahaman baru akan ADHD sebagai suatu kelompok

gangguan yang kompleks dan multifaset di bidang neurologis, psikologis dan perilaku.

Mengingat beberapa disfungsi yang terlibat, suatu evaluasi multidimensi dan intervensi

multifaset diusulkan. Sebuah penilaian selektif yang berpusat pada keluarga dan pengobatan

berdasarkan model, belum layak dalam sumber daya yang terbatas,telah dijelaskan.

Model praktek ini masih menunggu untuk divalidasi. Setiap penilaian dan pengobatan

yang dikembangkan perlu diuji coba pada praktek klinis dan dievaluasi. Bagian 2 dari artikel

ini akan melaporkan hasil sebuah studi penelitian multisenter, yang mengevaluasi efektivitas

penilaian yang berpusat pada keluarga dan pengobatan berdasarkan model yang diuraikan di

atas serta menilai penerimaannya dari sisi orang tua.

19