jurnal

12

Click here to load reader

Upload: atika-bashirati-ilman

Post on 19-Oct-2015

21 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

BAB 1

Hubungan Pre-eklampsia dengan Berat Bayi Lahir Rendah di Rumah Sakit X di Sidoarjo

Atika Bashirati Ilman

ABSTRACT

Ilman, Atika Bashirati. 2014. Correlation between Pre-ecampsia and Low Weight Birth in X Hospital In Sidoarjo. Final Assignment, Faculty of Medicine, Wijaya Kusuma Surabaya University. Supervisor: Prof. dr. Lestari B., Sp.KJ

Background: The incidence of hypertension in pregnant women in Indonesia which led to maternal mortality and morbidity are still quite high. This is because the etiology of hypertension in pregnancy is still unclear. In addition, the neonatus has similar risk that could happen to the mother, such as low birth weight (LBW). Problem: Is there any relation between pre-eclampsia and low birth weight? Aim: This study aims to determine whether there is a relationship between pre-eclampsia with LBW at X Hospital in Sidoarjo. Methode: This research is non-experimental descriptive analytic with retrospective data collection through the patient's medical record. Result: From 63 respondents the majority suffered severe pre-eclampsia by 43 respondents (68.3%), and 20 respondents (31.7%) had mild pre-eclampsia. 20 respondents who experienced mild pre-eclampsia there is no one who delivered LBW, all of them gave birth normal birth weight. Meanwhile, 43 respondents who experienced severe pre-eclampsia, 34 respondents (79.1%) gave birth to infants with normal birth weight, and 9 respondents (14.3%) gave birth to low birth weight. Conclusion: The samples in this study were grouped into mild pre-eclampsia and severe pre-eclampsia, and then there is a significant difference between the relationship of mild pre-eclampsia and severe pre-eclampsia with LBW with P value = 0.023. The results of this study also indicate that there is a relationship between pre-eclampsia with LBW at X Hospital in Sidoarjo with P value = 0.022, by the contingency coefficient (V) = 0.277, which means the relationship is less strong. Based on the research results, it is expected that the medical personel and the public can perform pre-eclampsia prevention efforts so it doesnt cause low birth weight in neonatus.

Keywords: Pre-eclampsia, Low Weight Birth

PENDAHULUAN

Menurut Angsar (2008), hipertensi dalam kehamilan merupakan 5-15% penyulit kehamilan dan merupakan salah satu dari tiga penyebab tertinggi mortalitas dan morbiditas ibu bersalin. Berdasarkan hasil statistik dari National Center of Health Statistic (1998), hipertensi dalam kehamilan merupakan faktor resiko medis yang paling sering terjadi (Ventura et al, 2000). Selain pada ibu hamil, resiko janin yang dikandungnya juga sama besarnya, antara lain gangguan pertumbuhan janin. (Cunningham et al, 2005).Ibu hamil dengan hipertensi memiliki resiko lebih besar dalam mengalami pre-eklamsia, solusio plasenta dan rawat inap, bahkan terkadang terjadi peningkatan tekanan darah mendadak yang dipersulit oleh proteinuria. (Cunningham et al, 2005)Menurut Wahyuni (2005), akibat utama pre-eklamsia adalah berkurangnya aliran darah utero plasenta. Jika plasenta tidak mendapatkan cukup aliran darah, maka kerja plasenta yaitu mengalirkan air dan makanan pada janin akan terganggu. Akibatnya hal ini dapat menyebabkan BBLR (Berat Bayi Lahir Rendah).

RUMUSAN MASALAH

Adakah hubungan ibu hamil yang menderita pre-eklamsia dengan berat bayi lahir rendah (BBLR)?

TUJUAN PENELITIAN

Untuk mengetahui hubungan ibu hamil yang menderita pre-eklamsia dengan berat bayi lahir rendah (BBLR) di suatu rumah sakit di Sidoarjo.

MANFAAT PENELITIAN1. 2. Bagi Ibu HamilMeningkatkan pemahaman pada ibu hamil tentang pre-eklamsi.

3. Bagi Institusi LainMemberikan informasi kepada tenaga kesehatan terkait agar dapat melakukan usaha pencegahan sehingga dapat menghindari komplikasi yang lebih serius. 4. Bagi PenelitiSebagai studi pendahuluan dan dapat dikembangkan lagi untuk penelitian berikutnya terutama yang berhubungan dengan pre-eklamsia dan berat bayi lahir rendah (BBLR).5. Bagi Pengembangan IlmuSebagai bahan kepustakaan dan tambahan informasi.

HIPOTESIS PENELITIAN

H0 : Tidak ada hubungan antara ibu hamil penderita pre-eklamsia dengan berat bayi lahir rendah (BBLR) di Rumah Sakit X di Sidoarjo.H1 : Ada hubungan antara ibu hamil penderita pre-eklamsia dengan berat bayi lahir rendah (BBLR) di Rumah Sakit X di Sidoarjo.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian non-eksperimental yang bersifat deskriptif analitik dengan pengumpulan data secara retrospektif melalui rekam medis pasien.Populasi dalam penelitian ini adalah ibu hamil dengan pre-eklamsia yang melahirkan di Rumah Sakit X di Sidoarjo dalam kurun waktu Januari 2014 sampai dengan Desember 2014. Besar sampel dalam penelitian adalah semua ibu hamil dengan pre-eklamsia yang memenuhi kriteria inklusi dan tidak memenuhi kriteria eksklusi yang melahirkan di Rumah Sakit X di Sidoarjo.Variabel dalam penelitian ini antara lain ibu hamil dengan pre-eklampsia sebagai variabel bebas, berat badan bayi lahir sebagai variabel terikat dan nutrisi, faktor sosial-ekonomi dan kelahiran pre-term sebagai variabel perancu.Analisis data dilakukan dengan menggunakan SPSS 20.00 for windows. Uji hipotesis dilakukan dengan parametric Uji Kontingensi guna mengetahui HO diterima atau ditolak serta untuk mengetahui keeratan hubungan.Pengambilan keputusan hitung :1. Jika nilai probabilitas hitung () > 0,05 maka H0 diterima.2. Jika nilai probabilitas hitung () < 0,05 maka H0 ditolak.Serta untuk menentukan kuat lemahnya hubungan, ditentukan dengan (V). Jika (V) > 0,5, maka hubungan tersebut kuat.

HASIL PENELITIANKarakteristik Responden

Subyek penelitian adalah pasien dengan pre-eklamsia dengan berat badan bayi lahir yang menjalani rawat inap di RSUD Sidoarjo selama periode Januari - Desember 2013.

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Responden menurut Usia di Rumah Sakit X di SidoarjoNoUmurFrekuensiPersentase

1.2.3.< 20 tahun20-35 tahun> 35 tahun247143,274,622,2

Jumlah63100

Tabel 2. Distribusi Frekuensi Responden menurut Derajat Pre-eklamsia di Rumah Sakit X di Sidoarjo

NoPre-EklamsiaFrekuensiPersentase

1.2.RinganBerat204331,768,3

Jumlah63100

Tabel 3. Distribusi Frekuensi Responden menurut Berat Badan Bayi Lahir di Rumah Sakit X di Sidoarjo

NoBerat Badan Bayi LahirFrekuensiPersentase

1.2.RendahNormal95414,385,7

Jumlah63100

Tabel 4. Tabulasi Silang Hubungan Pre-eklamsia dengan Berat Badan Bayi Lahir di Rumah Sakit X di Sidoarjo

Usia Ibu HamilBerat Badan Bayi LahirTotal

BBLRTidak BBLR

Reproduktif6 (12,2%)43 (87,8%) 49(100%)

Non-Reproduktif3 (21,4%)11 (78,6%)14(100%)

Total9 (14,3%)54 (85,7%)63(100%)

Tabel 5.Tabulasi Silang Hubungan Pre-eklamsia dengan Berat Badan Bayi Lahir di Rumah Sakit X di SidoarjoPre-eklamsiaBerat Badan Bayi LahirJumlahn (%)

RendahNormal

n (%)n (%)

Ringan0 (0%)20 (100%) 20 (100 %)

Berat9 (20,9%)34 (79,1 %) 43 (100 %)

Jumlah9 (14,3%)54 (85,7%)63 (100 %)

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Data ibu hamil dengan pre-eklampsia hasil penelitian yang didapatkan dibagi menjadi dua kelompok, yaitu pre-eklampsia ringan dan pre-eklampsia berat. Selanjutnya dilakukan uji statistik chi-square dengan menggunakan SPSS 20.0 for Windows didapatkan 1 sel (25%) mempunyai EF < 5. Oleh karena itu dilakukan uji exact fisher test dan didapatkan nilai probabilitas (P) = 0,023. Hal ini berarti bahwa ada perbedaan yang signifikan antara pre-eklampsia berat dan pre-klampsia ringan dalam pengaruhnya terhadap kejadian BBLR di Rumah Sakit X di Sidoarjo.Data ibu hamil dibagi menjadi dua kelompok, yaitu ibu dengan usia reproduktif dan usia non-reproduktif untuk selanjutnya dilakukan uji Kontingensi untuk melihat hubungan antara usia ibu dengan berat badan bayi lahir di Rumah Sakit X di Sidoarjo. Dari uji tersebut didapatkan nilai (P) = 0,386 di mana nilai tersebut > 0,05 yang berarti tidak ada hubungan antara usia ibu hamil dengan berat bayi lahir rendah. Hal ini kemungkinan disebabkan karena selain usia ibu hamil, masih banyak faktor-faktor lain yang memperngaruhi terjadinya BBLR. Menurut Proverawati dan Sulistyorini (2010) faktor yang mempengaruhi terjadinya BBLR, seperti nutrisi yang kurang baik, adanya komplikasi dalam kehamilan seperti anemia, pendarahan ante-partum dan pre-eklampsia, jarak kehamilan yang terlalu dekat, selain itu juga bisa disebabkan karena faktor janin dan faktor plasenta. Dalam penelitian ini tidak dilakukan penelitian terhadap faktor predisposisi BBLR yang lain.Untuk menguji hipotesis, dilakukan uji Kontingensi dengan menggunakan SPSS 20.0 for Windows didapatkan nilai (P) = 0,022. Nilai tersebut < (0,05), sehingga H0 ditolak, berarti ada hubungan pre-eklamsia dengan berat badan lahir di Rumah Sakit X di Sidoarjo. Pada kehamilan dengan pre-eklampsia tidak terjadi proses remodeling arteri spiralis dimana arteri spiralis yang berfungsi memberikan aliran darah yang berisi nutrisi tidak mengalamai vasodilatasi dan distensi sehingga tidak terjadi peningkatan aliran darah pada uteroplasenta sehingga kebutuhan nutrisi janin tidak terpenuhi karena plasenta mengalami hipoksia dan iskemik. Ketika hal ini terjadi sebelum kelahiran dapat menyebabkan intrauterine growth retardation (IUGR) dan melahirkan bayi BBLR (Wahyuni, 2005).Dan didapatkan pula bahwa nilai koefisien kontingensi (V) = 0,277. Nilai tersebut < 0,5 yang berarti ada hubungan yang kurang kuat antara pre-eklampsia dan BBLR di Rumah Sakit X di Sidoarjo.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan terhadap hasil penelitian yang diperoleh, maka dapat diambil kesimpulan bahwa dalam penelitian ini didapati: 1. Ada hubungan antara pre-eklampsia yang diderita ibu saat hamil dengan terjadinya berat bayi lahir rendah (BBLR) di Rumah Sakit X di Sidoarjo dengan nilai (P) = 0,022 dengan nilai koefisien kontingensi (V) 0,277 yang berarti hubungan tersebut kurang kuat. 2. Satu hal yang menarik dari penemuan dalam penelitian ini yaitu ternyata semua BBLR dilahirkan dari ibu dengan pre-eklampsia berat. Sedangkan ibu hamil dengan pre-eklampsia ringan tidak seorangpun bayinya mengalami BBLR. Ada perbedaan yang signifikan antara pre-eklampsia ringan dan pre-eklampsia berat dengan terjadinya BBLR di Rumah Sakit X di Sidoarjo dengan nilai (P) = 0,023.3. Tidak ada hubungan antara usia ibu hamil dengan kejadian BBLR di Rumah Sakit X di Sidoarjo dengan nilai (P) = 0,316. 4. Keterbatasan dalam penelitian ini adalah karena data yang diolah adalah data sekunder sehingga variable perancu kurang bisa dikendalikan dengan baik. Namun demikian penelitian ini dapat dipakai sebagai studi pendahuluan untuk penelitian-penelitian selanjutnya dengan memakai data primer dan pengendalian variable-variabel perancu yang lebih baik.

SARAN1. 2. Bagi Ibu HamilMeningkatkan pemahaman pada ibu hamil tentang pre-eklamsi serta resikonya sehingga ibu hamil rutin untuk memeriksakan kandungannya dan berhati-hati dalam menjaga kesehatannya.3. Bagi PenelitiPerlu dilakukan penelitian lanjutan yang lebih mendalam dengan pengendalian faktor-faktor lain yang mungkin berpengaruh terhadap terjadinya pre-eklampsia dan BBLR dan menggunakan subyek penelitian yang lebih banyak serta menggunakan data primer.4. Bagi Instansi KesehatanInstitusi pemerintah maupun swasta yang terkait dalam masalah ibu hamil dapat meningkatkan upaya pencegahan terjadinya pre-eklampsia dengan melakukan edukasi kepada ibu-ibu hamil agar pemahaman para ibu hamil terhadap terjadinya pre-eklampsia menjadi lebih baik, di samping itu juga dapat meningkatkan upaya untuk mengatasi kasus pre-eklampsia agar tidak berdampak pada pertumbuhan janin.