journal of tourism destination and...

59

Upload: others

Post on 15-Dec-2020

0 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Journal of Tourism DESTINATION AND ATTRACTIONdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/8010211004153517909425August2018.pdfVolume IV No.2 Juni 2017, ISSN: 2339-1987 iii Journal of TOURISM
Page 2: Journal of Tourism DESTINATION AND ATTRACTIONdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/8010211004153517909425August2018.pdfVolume IV No.2 Juni 2017, ISSN: 2339-1987 iii Journal of TOURISM

Volume IV No.2 Juni 2017, ISSN: 2339-1987 i

Journal of Tourism

DESTINATION AND ATTRACTION

Page 3: Journal of Tourism DESTINATION AND ATTRACTIONdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/8010211004153517909425August2018.pdfVolume IV No.2 Juni 2017, ISSN: 2339-1987 iii Journal of TOURISM

ii Volume IV No.2 Juni 2017, ISSN: 2339-1987

Page 4: Journal of Tourism DESTINATION AND ATTRACTIONdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/8010211004153517909425August2018.pdfVolume IV No.2 Juni 2017, ISSN: 2339-1987 iii Journal of TOURISM

Volume IV No.2 Juni 2017, ISSN: 2339-1987 iii

Journal of

TOURISM DESTINATION AND ATTRACTION

Volume IV No.2 Juni 2017

ISSN: 2339-1987

Fakultas Pariwisata Universitas Pancasila

Jakarta

Page 5: Journal of Tourism DESTINATION AND ATTRACTIONdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/8010211004153517909425August2018.pdfVolume IV No.2 Juni 2017, ISSN: 2339-1987 iii Journal of TOURISM

iv Volume IV No.2 Juni 2017, ISSN: 2339-1987

SUSUNAN REDAKSI

Journal of Tourism Destination and Attraction

Volume IV No.2 Juni 2017

ISSN: 2339-1987

Diterbitkan oleh:

Fakultas Pariwisata Universitas Pancasila

Editor Utama:

Devi Roza K Kausar, Ph.D

Dewan Editor:

Dr. Ir. Riadika Mastra, M.Eng

Riza Firmansyah, M.Si

I Made Adhi Gunadi, S.IP., M.Si.Par

Editor Ahli (Mitra Bestari):

Prof. Azril Azahari – ICPI

Dr. Norain Othman – Universiti Teknologi MARA, Malaysia

Drs. J. Ganef Pah, MS – STP Bandung

Drs. Ec. I Putu Anom, M.Par – Universitas Udayana

Dr. Yophie Septiadi – Universitas Pancasila

Sekretariat Redaksi:

Tina Wahyuti, SE

Layout Designer:

A. Andhika Nugraha, SIP.

Syahreza Lazuardi, SIP.

Alamat Redaksi:

Fakultas Pariwisata Universitas Pancasila

Jl. Srengseng Sawah, Jagakarsa Jakarta Selatan 12640

Telp.: +6221 7888 5779, Fax: +6221 2912 0719

Email: [email protected]

Website: www.pariwisata.univpancasila.ac.id

Page 6: Journal of Tourism DESTINATION AND ATTRACTIONdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/8010211004153517909425August2018.pdfVolume IV No.2 Juni 2017, ISSN: 2339-1987 iii Journal of TOURISM

Volume IV No.2 Juni 2017, ISSN: 2339-1987 v

KATA PENGANTAR

Salam wisata!

Jumpa lagi di Volume Keempat Journal of Tourism Destination and Attraction (JTDA). Mengawali

edisi kedua dari tahun 2017 ini, JTDA menyajikan lima tulisan dengan topik yang variatif namun

masih dalam tema besar destinasi dan atraksi pariwisata beserta segala isunya yang terkait.

Heryanti Utami melalui artikel berjudul “Pengembangan Potensi Ekowisata Desa Malasari,

Kecamatan Nanggung Kabupaten Bogor” menganalisis pariwisata berbasis masyarakat atau

Community Based Tourism (CBT) sebagai sebuah pendekatan dalam pengembangan pariwisata yang

dinilai sebagai jawaban alternatif dari pengembangan pariwisata yang selama ini telah dikenal luas.

Artikel ini membahas mengenai masyarakat Desa Malasari yang berada di dalam Taman Nasional

Gunung Halimun Salak. Selama ini, masyarakat menggunakan kawasan Taman Nasional untuk

kepentingan mata pencaharian, terutama yang berhubungaan dengan hasil hutan. Dalam perkembangan

selanjutnya dengan potensi alaminya, pariwisata menjadi solusi alternatif bagi masyarakat Desa

Malasari. Sementara Mordahai Siburian, Devi Roza K. Kausar dan Riza Firmansyah membahas

tentang Strategi Pengembangan Wisata Edukasi Di Godong Ijo Depok Dengan Experiential Marketing.

Penelitian ini membahas tentang penggunaan konsep experiential marketing yang menekankan pada

keterlibatan konsumen secara aktif melalui penggunaan panca indera, emosi dan pikiran yang

dianggap sesuai dengan karakteristik program wisata edukasi Godong Ijo yang melibatkan pengunjung

atau wisatawan secara aktif.

Anggi Khoirunnisa, Devi Roza K. Kausar dan Yustisia P. Mbulu dalam artikelnya membahas

tentang pengaruh aplikasi Safe Travel dalam keputusan berwisata ke luar negeri untuk pencarian

dan pemesanan tiket pesawat dan moda transportasi lainnya serta akomodasi. Selain itu, aplikasi

yang diluncurkan oleh Kementerian Luar Negeri RI (Kemlu) ini berisi informasi praktis yang

diperlukan oleh warga negara Indonesia yang akan atau sedang bepergian di luar negeri untuk

keperluan spesifik yang terdapat pada fitur darurat. Nungky Puspita, Yuwana M Marjuka dan Meiti

Azmi Efenly menganalisis Peranan Kelompok Sadar Wisata Gerude Care Belitong Dalam

Pengembangan Destinasi Wisata Tanjung Kelayang. Penelitian ini membahas tentang pengembangan

pariwisata yang ada di pantai Tanjung Kelayang telah melibatkan masyarakat, ini menunjukan

bahwa konsep community based tourism sebagai salah satu konsep pengembangan pantai Tanjung

Kelayang sudah berjalan. Masyarakat sekitar pantai Tanjung Kelayang sudah terlibat dalam kegiatan

pengembangan pariwisata. Yustisia Pasfatima Mbulu, Raisya Kurnia Maidina dan Nungky Puspita

membahas tentang Pengaruh Type Hedonic Shopping Motivation Terhadap Keputusan Berkunjung

Tourist Shopper, dengan Studi Kasus di Grand Indonesia Shopping Town. Penelitian ini bertujuan

untuk menganalisis hubungan antara type hedonic shopping dengan keputusan berkunjung di

Grand Indonesia Shopping Town.

Semoga semua sajian ini bermanfaat dan selamat membaca.

Devi Kausar

(Editor Utama)

Page 7: Journal of Tourism DESTINATION AND ATTRACTIONdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/8010211004153517909425August2018.pdfVolume IV No.2 Juni 2017, ISSN: 2339-1987 iii Journal of TOURISM

vi Volume IV No.2 Juni 2017, ISSN: 2339-1987

Page 8: Journal of Tourism DESTINATION AND ATTRACTIONdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/8010211004153517909425August2018.pdfVolume IV No.2 Juni 2017, ISSN: 2339-1987 iii Journal of TOURISM

Volume IV No.2 Juni 2017, ISSN: 2339-1987 vii

DAFTAR ISI

SUSUNAN REDAKSI .............................................................................................................. iv

KATA PENGANTAR ................................................................................................................. v

PENGEMBANGAN POTENSI EKOWISATA DESA MALASARI, KECAMATAN

NANGGUNG KABUPATEN BOGOR

Heryanti Utami ................................................................................................................. 1-10

STRATEGI PENGEMBANGAN WISATA EDUKASI DI GODONG IJOD DEPOK

DENGAN EXPERIENTIAL MARKETING

Mordahai Siburian, Devi Roza K. Kausar dan Riza Firmansyah ...................................... 11-18

APLIKASI SAFE TRAVEL DALAM MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PENGGUNA

BERWISATA KE LUAR NEGERI

Anggi Khoirunnisa, Devi Roza K. Kausar, dan Yustisia P. Mbulu .................................... 19-28

PERANAN KELOMPOK SADAR WISATA GERUDE CARE BELITONG DALAM

PENGEMBANGAN DESTINASI WISATA TANJUNG KELAYANG

Nungky Puspita, Yuwana M. Marjuka dan Meiti Azmi Efenly ......................................... 29-34

PENGARUH TYPE HEDONIC SHOPPING MOTIVATION TERHADAP KEPUTUSAN

BERKUNJUNG TOURIST SHOPPER Studi Kasus: Grand Indonesia Shopping Town

Yustisia Pasfatima Mbulu, Raisya Kurnia Maidina dan Nungky Puspita .......................... 35-44

BIODATA PENULIS ........................................................................................................... 45-46

PEDOMAN PENULISAN NASKAH.................................................................................. 47-50

Page 9: Journal of Tourism DESTINATION AND ATTRACTIONdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/8010211004153517909425August2018.pdfVolume IV No.2 Juni 2017, ISSN: 2339-1987 iii Journal of TOURISM

viii Volume IV No.2 Juni 2017, ISSN: 2339-1987

Page 10: Journal of Tourism DESTINATION AND ATTRACTIONdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/8010211004153517909425August2018.pdfVolume IV No.2 Juni 2017, ISSN: 2339-1987 iii Journal of TOURISM

Journal of Tourism Destination and Attraction

Volume IV No.2 Juni 2017, ISSN: 2339-1987 1

PENGEMBANGAN POTENSI EKOWISATA DESA MALASARI, KECAMATAN

NANGGUNG KABUPATEN BOGOR

Development of Ecotourism Potential at Desa Malasari, Kecamatan Nanggung

Kabupaten Bogor

Heryanti Utami

Program Studi Usaha Jasa Pariwisata, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Jakarta

Jl. Rawamangun Muka, Jakarta Timur, Telepon: 0214890108, Email: [email protected]

Abstract

Malasari village is a village located within the Halimun Salak Mountain National Park. For years, people

have been using the National Park area for the sake of livelihood, especially with regard to forest products.

However, in later development, tourism becomes an alternative solution for the people of Malasari Village.

The purpose of this study was to determine the extent of tourism potential and the direction of tourism

development at Malasari Village. This study used qualitative approach with descriptive analytical method.

Collecting data using interviews and observations in the field. The collected data were analyzed

qualitatively. The results showed that the tourism potential that can be developed in Malasari Village is not

only the nature-based tourism related to its existence inside Mount Halimun Salak National Park but also

cultural tourism, rural tourism, educational and special interests tourism. Based on the results, hencer

further research is needed to develop tourism development strategy for Malasari which includes the

promotion strategy and partnership of government, private and public.

Keywords: Ecotourism, Tourism Potential, Tourism Development.

PENDAHULUAN

Seiring dengan perkembangan jaman terjadi

perubahan minat wisatawan dari produk wisata

yang bersifat massal dan lebih memilih produk

wisata yang lebih alamiah dengan konsep alam

atau “back to nature“ dan berkelanjutan (sustainable)

sehingga melahirkan suatu konsep pengembangan

pariwisata alternatif yang tepat sesuai tren pariwisata

terkini dan secara aktif membantu menjaga

keberlangsungan pemanfaatan budaya dan alam

secara berkelanjutan dengan memperhatikan segala

aspek dari pariwisata berkelanjutan yaitu; ekonomi

masyarakat, lingkungan, dan sosial-budaya.

Pengembangan pariwisata alternatif berkelanjutan

yang salah satunya adalah ekowisata, merupakan

suatu perkembangan di dunia pariwisata yang

mendukung pelestarian ekologi dan pemberian

manfaat yang layak secara ekonomi dan adil

secara etika dan sosial terhadap masyarakat.

Ekowisata sebagai salah satu produk pariwisata

alternatif yang mempunyai tujuan seiring dengan

pembangunan pariwisata berkelanjutan yaitu

pembangunan pariwisata yang secara ekologis

memberikan manfaat yang layak secara ekonomi

dan adil secara etika, memberikan manfaat sosial

terhadap masyarakat guna memenuhi kebutuhan

wisatawan dengan tetap memperhatikan kelestarian

kehidupan sosial-budaya, dan memberi peluang bagi

generasi muda sekarang dan yang akan datang

untuk memanfaatkan dan mengembangkannya.

The International Economic Society mengartikan

ekowisata sebagai perjalanan wisata alam yang

bertanggung jawab dengan cara mengkonservasi

lingkungan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat

lokal (responsible travel to natural areas that conserves

the environment and improves the well-being of

local people). (Wood,2000). Dari definisi ini ekowisata

dapat dilihat dari tiga perspektif, yaitu: pertama,

ekowisata sebagai produk; kedua, ekowisata sebagai

pasar; dan yang ketiga, ekowisata sebagai pendekatan

pengembangan. Sebagai produk, ekowisata merupakan

semua atraksi yang berbasis pada sumberdaya alam;

sebagai pasar, ekowisata merupakan perjalanan

yang diarahkan pada upaya-upaya pelestarian

Page 11: Journal of Tourism DESTINATION AND ATTRACTIONdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/8010211004153517909425August2018.pdfVolume IV No.2 Juni 2017, ISSN: 2339-1987 iii Journal of TOURISM

Heryanti Utami

2 Volume IV No.2 Juni 2017, ISSN: 2339-1987

lingkungan; dan akhirnya sebagai pendekatan

pengembangan, ekowisata merupakan metode

pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya pariwisata

secara ramah lingkungan. Kegiatan wisata yang

bertanggung jawab terhadap kesejahteraan masyarakat

lokal dan pelestarian lingkungan sangat ditekankan

dan merupakan ciri khas ekowisata (Damanik,

2006:37-38).

Taman Nasional Gunung Halimun Salak

(TNGHS) adalah salah satu taman nasional yang

ada di Indonesia dan lokasi taman nasional ini

tepatnya adalah berada di tiga wilayah administratif

yaitu Kabupaten Bogor, Kabupaten Sukabumi dan

Provinsi Banten. Berdasarkan pada SK Menteri

Kehutanan nomor 175/Kpts-II/2003 Luas kawasan

ini adalah kurang lebih 113.357 ha. Di kawasan

hutan tropis ini terbagi menjadi 3 zonasi yaitu zona inti,

zona penyangga dan zona pemanfaatan. Pada zona

pemanfaatan ini terdapat sebuah kawasan pemukiman

masyarakat dan perkebunan teh milik swasta.

Pemukiman masyarakat yang ada didalam

kawasan tersebut adalah Desa Malasari. Lebih

dari 80% kawasan Desa Malasari berada di dalam

kawasan Taman Nasional Gunung Halimun Salak

dan keberadaan desa ini jauh lebih awal dibandingkan

dengan keberadaan taman nasional.

Desa ini memiliki potensi alam dan budaya

masyarakat yang menarik dan belum dikembangkan

secara maksimal sebagai sebuah produk ekowisata,

hal ini terlihat dari sedikitnya jumlah wisatawan yang

datang berkunjung ke desa tersebut dan belum adanya

paket-paket wisata yang berbasis pada ekowisata

yang ditawarkan kepada para wisatawan. Adapun

wisatawan yang datang hanya singgah untuk kemudian

mereka melakukan tracking ke dalam kawasan

hutan Taman Nasional Gunung Halimun Salak.

Dengan melihat akan besarnya potensi alam

dan budaya Desa Malasari yang berada di dalam

kawasan Taman Nasional Gunung Halimun Salak,

maka perlu dilakukan penelitian pengembangan

produk ekowisata yang sesuai dengan potensi

alam dan budaya masyarakat Desa Malasari,

kecamatan Nanggung Kabupaten Bogor.

Potensi Pariwisata

Pengertian potensi wisata menurut Pendit

(2008:42) dalam Pengantar Ilmu Pariwisata adalah

segala sesuatu yang dapat dikembangkan menjadi

daya tarik wisata. Potensi wisata digolongkan dalam

2 kategori, yaitu:

1. Potensi Alam.

Potensi alam adalah keadaan geografis serta

jenis flora dan fauna suatu daerah, misalnya

pantai, hutan, pegunungan, lembah, sungai,

danau, flora dan fauna khas, dll.

2. Potensi Budaya.

Potensi budaya merupakan semua hasil cipta,

rasa dan karsa manusia baik berupa adat

istiadat, kerajinan tangan, kesenian, peninggalan

sejarah, kearifan lokal, dll.

Menurut Undang – Undang Republik Indonesia

No. 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan Bab I

Pasal 5 menyebutkan bahwa, daya tarik wisata adalah

segala sesuatu yang memiliki keunikan, keindahan,

dan nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan

alam, budaya dan hasil buatan manusia yang

menjadi sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan.

Daya tarik atau atraksi wisata menurut Yoeti

(2002: 5) adalah segala sesuatu yang dapat menarik

wisatawan untuk berkunjung pada suatu daerah

tujuan wisata, antara lain: (a) Wisata Alam: pemandangan

alam, pemandangan laut, pantai-pantai, iklim dan fitur

geografi lainnya dari destinasi wisata. (b) Wisata

Budaya: sejarah dan cerita rakyat, agama, seni

serta kegiatan serta festival spesial. (c) Wisata Sosial:

cara hidup, populasi penduduk, bahasa, kesempatan

untuk pendekatan sosial. (d) Wisata Bangunan:

bangunan, arsitektur bersejarah dan modern, monumen,

taman, kebun, dermaga, dll. Dari beberapa definisi

potensi pariwisata diatas maka dapat disimpulkan

bahwa potensi pariwisata merupakan segala sesuatu

yang memiliki keunikan, keindahan, dan nilai yang

berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya

dan hasil buatan manusia yang menarik dan menjadi

sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan.

Pengembangan Wisata

Ada beberapa pendapat para ahli tentang arti

dari pengembangan itu sendiri Menurut Paturusi

(dalam Antara, 2011 hal: 13) mengungkapkan bahwa

pengembangan adalah suatu strategi yang dipergunakan

untuk memajukan, memperbaiki dan meningkatkan

kondisi kepariwisataan suatu objek dan daya tarik

wisata sehingga dapat dikunjungi wisatawan serta

mampu memberikan manfaat bagi masyarakat disekitar

objek dan daya tarik wisata maupun bagi pemerintah.

Selanjutnya Suwantoro (dalam Antara, 2011, hal: 14)

pengembangan bertujuan untuk mengembangkan produk

dan pelayanan yang berkualitas, seimbang dan bertahap.

Page 12: Journal of Tourism DESTINATION AND ATTRACTIONdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/8010211004153517909425August2018.pdfVolume IV No.2 Juni 2017, ISSN: 2339-1987 iii Journal of TOURISM

Journal of Tourism Destination and Attraction

Volume IV No.2 Juni 2017, ISSN: 2339-1987 3

Ekowisata

Undang-undang Republik Indonesia No. 10

tahun 2009 tentang kepariwisataan menjelaskan

bahwa ekowisata merupakan salah satu daya

tarik wisata selain wisata budaya dan wisata minat

khusus pada pasal 14 ayat 1 menyebutkan bahwa

pengusahaan daya tarik ekowisata merupakan

usaha pemanfaatan sumber daya alam dan tata

lingkungannya untuk dijadikan sarana wisata.

Selanjutnya Fandeli (2000:5) menjabarkan konsep

ekowisata dengan memberi batasan ekowisata

sebagai suatu bentuk wisata yang bertanggung jawab

terhadap kelestarian daerah yang masih alami, memberi

manfaat secara ekonomis dan mempertahankan

keutuhan budaya masyarakat lokal.

Kilas balik sejarah ekowisata berawal pad tahun

1960-an ketika kaum ekologis dan lingkungan semakin

prihatin terhadap penggunaan sumberdaya alam secara

berlebihan. Keberlangsungan keanekaragaman

hayati sangat terancam karena kepentingan ekonomi

dan eksplorasi bahkan eksploitasi yang berlebihan

terhadap lingkungan dan keanekaragaman hayati

yang ada didalamnya (Higham, 2007).

Menurut The International Ecotourism Society

atau TIES (1991) dalam Wood (2002:9), ekowisata

adalah:

“Ecotourism is responsible travel to natural

area that conserves environment to sustain

thes well being of local people“

Ekowisata adalah perjalanan wisata ke

wilayah–wilayah alami dalam rangka mengkonversi

atau menyelamatkan lingkungan dan memberi

penghidupan penduduk lokal.

Ekowisata merupakan suatu bagian dari

pariwisata berkelanjutan (sustainable tourism).

Sustainable tourism adalah sektor ekonomi yang

lebih luas dari ekowisata yang mencakup sektor-

sektor pendukung kegiatan wisata secara umum,

meliputi wisata bahari (beach and sun tourism),

wisata pedesaan (rural and agro tourism), wisata

alam (natural tourism), wisata budaya (cultural

tourism), atau perjalanan bisnis (business travel).

Sementara itu Wood (2002:9) mendefinisikan

ekowisata sebagai bentuk usaha atau sektor

ekonomi wisata alam yang dirumuskan sebagai

bagian dari pembangunan berkelanjutan. Dengan

penerapan ekowisata ini dapat memberikan

implikasi terhadap prinsip-prinsip ekowisata.

Prinsip-Prinsip Ekowisata

Tabel 1. Prinsip-Prinsip Ekowisata

Minimize the negative impacts

on nature and culture that

can damage a destination.

Mengurangi dampak negatif

yang dapat merusak alam

dan budaya suatu destinasi.

Educate the traveler on the

importance of conservation.

Mendidik wisatawan tentang

pentingnya konservasi.

Stress the importance of

responsible business, which

works cooperatively with local

authorities and people to

meet local needs and deliver

conservation benefits.

Pentingnya tanggung jawab

dan bekerja secara kooperatif

dengan pemerintah daerah

dan masyarakat untuk

memenuhi kebutuhan lokal

dan memberikan manfaat

konservasi.

Directs revenues to the

conservation and management

and management of natural

and protected areas.

Pendapatan digunakan untuk

konservasi oleh manajemen

dalam pengelolaan kawasan

alam yang dilindungi

Emphasize the need for

regional tourism zoning and

for visitor management plans

designed for either regions

or natural areas that are slated

to become eco-destination

Perlunya zonasi daerah

pariwisata dan manajemen

pengunjung yang dirancang

baik untuk daerah atau

kawasan yang direncanakan

menjadi eco-destination.

Emphasize use of environment

and social base-line studies

as well as long-term monitoring

programs to assess and

minimize impacts.

Pemanfaatan lingkungan

dan studi latar belakang sosial

serta program pemantauan

jangka panjang untuk menilai

dan mengurangi dampak.

Strive to maximize economics

benefit for the host country,

local business and commu-

nities, particulary peoples

living in the adjacent to natural

and protected areas.

Meningkatkan perekonomian

negara tuan rumah, usaha

lokal dan masyarakat,

khususnya masyarakat

yang tinggal di dekat

kawasan alam wisata.

Seek to ensure that tourism

development does not exceed

the social and environment

limit to acceptable change

as determined by researchers

in cooperation with local

residents.

Pengembangan pariwisata

tidak melebihi batasan sosial

dan lingkungan serta bisa

diterima seperti yang

ditentukan oleh para peneliti

yang bekerjasama dengan

penduduk lokal.

Rely on infrastructure that has

been developed in harmony

with the environment, minimi-

zing use of fossil fuels,

conserving local plants

and wildlife, and blending

with the natural and cultural

environment.

Mengandalkan infrastruktur

yang telah dikembangkan

selaras dengan lingkungan,

mengurangi penggunaan

bahan bakar fosil, melestari-

kan tanaman lokal, satwa liar,

lingkungan alam dan budaya.

Sumber: Ecotourism: Principles, Practices &

Policies for Sustainablility (Wood, 2002:14)

Page 13: Journal of Tourism DESTINATION AND ATTRACTIONdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/8010211004153517909425August2018.pdfVolume IV No.2 Juni 2017, ISSN: 2339-1987 iii Journal of TOURISM

Heryanti Utami

4 Volume IV No.2 Juni 2017, ISSN: 2339-1987

METODE

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif

dimana metode penelitian kualitatif adalah penelitian

yang bermaksud untuk memahami fenomena

tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian

secara holistik dan dengan cara deskripsi pada

suatu konteks khusus dengan memanfaatkan

berbagai metode alamiah (Moeleng, 2009:203).

Metode yang digunakan dalam penelitian ini

adalah metode penelitian kualitatif dengan

pendekatan deskriptif. Data yang dikumpulkan

adalah berupa kata-kata, gambar, dan bukan

angka-angka. Hal itu disebabkan oleh adanya

penerapan metode kualitatif. Selain itu, semua

yang dikumpulkan berkemungkinan menjadi kunci

terhadap apa yang sudah diteliti.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum Desa Malasari

1. Letak dan Luas

Desa Malasari secara administratif kewilayahan

berada di wilayah Kecamatan Nanggung Kabupaten

Bogor. Desa Malasari merupakan desa yang

memiliki luas wilayah 8.262,22 Ha, terdiri dari

empat kedusunan yang terdiri dari 30 kampung,

12 RW dan 49 RT. Desa Malasari sebagian besar

wilayahnya termasuk ke dalam wilayah konservasi

Taman Nasional Gunung Halimun Salak yang

meliputi 3 wilayah kabupaten yaitu Sukabumi,

Bogor dan Banten. Adapun Desa Malasari

merupakan bagian dari wilayah Taman

Nasional Gunung Halimun Salak bagian utara

yang termasuk ke dalam wilayah Kabupaten

Bogor, dan Desa Malasari merupakan desa

terakhir yang langsung berbatasan dengan

wilayah Kabupaten Banten di sebelah barat

dan wilayah Kabupaten Sukabumi di sebelah

selatan. Desa Malasari memiliki batas-batas

wilayah sebagai berikut:

1) Sebelah utara berbatasan dengan Desa

Cisarua dan Curug Bitung

2) Sebelah timur berbatasan dengan Desa

Bantar Karet

3) Sebelah selatan berbatasan dengan Desa

Cipeuteuy Kabupaten Sukabumi dan

Kabupaten Lebak Banten

4) Sebelah barat berbatasan dengan Desa

Kiarasari

2. Iklim dan Curah

Untuk kondisi iklim di Desa Malasari, rata-rata

suhu udara mencapai 18- 24 ˚C di malam hari

dan 25 - 30 ˚C pada siang hari, dengan ketinggian

terendah + 800 m hingga ketinggian tertinggi

sampai dengan 1880 m di atas permukaan laut

dengan curah hujan rata-rata pertahun adalah

2500 mm sampai dengan 3000 mm.

Variasi curah hujan rata-rata di wilayah yang

masuk Desa Malasari adalah berkisar antara

4.000 mm - 6.000 mm/tahun, bulan Oktober - April

merupakan musim hujan dengan curah hujan

antara 400 mm - 600 mm/bulan, sedangkan

musim kemarau berlangsung dari bulan Mei -

September dengan curah hujan sekitar 200

mm/bulan. Berdasarkan pencatatan data 5

tahun terakhir yang tercatat stasiun klimatologi

Kabupaten Sukabumi dan Kabupaten Bogor

menunjukkan rata-rata jumlah curah hujan

yang cukup tinggi yaitu dengan curah hujan

rata-rata/tahun sebesar 209 mm/tahun, curah

hujan maksimum 392 mm/tahun, dengan hari

hujan rata-rata adalah 145 hari/tahun. Jumlah

rata-rata bulan basah (curah hujan > 100

mm/tahun) adalah 9 bulan/tahun.

3. Tanah

Untuk sejarah geologi Desa Malasari yang masuk

dalam kawasan Taman Nasional Gunung Halimun

Salak, kawasan ini merupakan bagian dari sabuk

gunung berapi yang memanjang dari Pegunungan

Bukit Barisan Selatan Sumatera ke Gunung

Honje di Taman Nasional Ujung Kulon dan seterusnya

ke Gunung Halimun - Salak. Selama periode

Miocene dan Pleostean (sekitar 10 - 20 juta tahun

yang lalu) permukaan pegunungan tersebut

terdorong ke atas. Gerakan tektonik ini kemudian

membentuk wilayah Bayah sedang bagian yang

runtuh menjadi Selat Sunda yang telah memisahkan

Pulau Sumatera dan Pulau Jawa.

Rentetan gerakan tektonik ini membentuk dinding

lava dan wilayah yang turun di sebelah selatan

menghadap pegunungan yang membentuk formasi

tapal kuda. Seiring berjalannya waktu, perubahan

cuaca, erosi permukaan bumi sehingga membentuk

bentang alam yang luas.

Page 14: Journal of Tourism DESTINATION AND ATTRACTIONdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/8010211004153517909425August2018.pdfVolume IV No.2 Juni 2017, ISSN: 2339-1987 iii Journal of TOURISM

Journal of Tourism Destination and Attraction

Volume IV No.2 Juni 2017, ISSN: 2339-1987 5

Akibatnya sebagian komplek kawasan TNGHS

terdiri dari batuan vulkanik seperti, brecsias,

basalt, andesit dan beberapa dacitic. Bahkan

Gunung Salak sampai saat ini masih berstatus

gunung berapi strato type A dan tercatat terakhir

Gunung Salak meletus tahun 1938. Gunung

Salak memiliki kawah yang masih aktif dan lebih

dikenal dengan nama Kawah Ratu.

Berdasarkan peta tanah Provinsi Jawa Barat skala

1: 250.000 dari lembaga Penelitian Tanah Bogor

tahun 1966, sebagian jenis tanah di kawasan TNGHS

terdiri dari asosiasi andosol coklat dan regosol coklat,

latosol coklat, asosiasi latosol coklat kekuningan,

asosiasi latosol coklat kemerahan dan literit air

tanah, kompleks latosol coklat kemerahan dan

litosol, asosiasi latosol coklat dan regosol kelabu.

4. Topografi

Desa Malasari yang merupakan bagian dari

kawasan Taman Nasional Gunung Halimun

Salak memiliki ketinggian berkisar terendah +

800 m hingga ketinggian tertinggi sampai dengan

1.929 m di atas permukaan laut. Beberapa

gunung yang terdapat di dalam kawasan Desa

Malasari adalah Gunung Halimun Utara (1.929

m) dan Gunung Botol (1.850 m). Keadaan

topografi Desa Malasari yang berbukit dengan

kemiringan tanah yang cukup tinggi serta

beberapa wilayahnya berbatasan dengan kawasan

konservasi, memerlukan upaya terus-menerus

dalam rangka menjaga dan melestarikan ekosistem

serta mencegah dan menghindari kerusakan

tanahnya, oleh karena itu, penggunaan tanahnya

harus tetap dapat menjamin fungsi lindung

dengan menghindari penggunaan tanah untuk

budidaya tanaman musiman yang dapat

merusak tanah dan lingkungan hidup.

Seiring dengan maraknya penambangan emas

tanpa ijin yang berada di luaran wilayah

eksplorasi pertambangan emas pongkor oleh

PT Aneka Tambang saat ini sangat mengganggu

lingkungan dan juga menyebabkan tercemarnya

air karena merkuri, ketertiban dan keamanan

masyarakat yang rawan, sehingga diperlukan

penanganan yang terintegrasi. Perubahan

mata pencaharian dari pertanian ke pertambangan

ini menyebabkan akibat-akibat yang merugikan

secara sosial maupun lingkungan ekologi.

5. Hidrologi

Kawasan Taman Nasional Gunung Halimun Salak

mempunyai nilai penting sebagai daerah tangkapan

air. Banyak sungai berasal dari kawasan ini yang

bermuara ke Laut Jawa di sebelah utara maupun

ke Lautan Hindia di sebelah selatan. Air sungai

tersebut menyuplai air ke lahan-lahan pertanian di

sekitar kawasan ini yang berair sepanjang musim.

6. Flora Fauna

Van Steenis (1972), salah seorang ahli botani

yang pernah menerbitkan Flora Malesiana,

membagi zonasi vegetasi berdasarkan ketinggian

dari permukaan laut, yaitu:

- Zona Collin pada ketinggian antara 500 -

1.000 m dpl

- Zona Sub Montana pada ketinggian 1.000 -

1.500 m dpl

- Zona Montana pada ketinggian di atas

1.500 - 2.400 m dpl

Pada setiap ketinggian tersebut mempunyai

beberapa ciri khas terutama menyangkut

keanekaragaman jenis tumbuhan, yang

diperkirakan di Taman Nasional Gunung Halimun

Salak terdapat lebih dari 1000 jenis tumbuhan

dimana 845 jenis tumbuhan tercatat sebagai

tumbuhan berbunga. Seperti pada ketinggian

500 - 1.000 m dpl, di Taman Nasional Gunung

Halimun Salak dapat dijumpai jenis-jenis: Rasamala

(Altingia excels), Puspa (Schima wallichii),

Saninten (Castanopsis javanica), Kiriung Anak

(C. acuminatissima), Pasang (Quercus gemelliflora).

Pada ketinggian 1.000 - 1.500 m dpl dapat

dijumpai pohon-pohon yang tinggi sampai 30 -

40 m dengan diameter 120 cm. Sedangkan

pada ketinggian yang lebih rendah, akan

dijumpai pohon-pohon yang lebih tinggi lagi.

7. Kondisi Sosial Masyarakat

Kependudukan

Desa Malasari adalah salah satu Desa di

Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor,

Jawa Barat yang terletak sebelah utara dengan

Desa Cisarua dan Curug Bitung, sebelah timur

berbatasan dengan Desa Bantar Karet,

sebelah selatan berbatasan dengan Desa

Cipeuteuy, Kecamatan Kabandungan, Kabupaten

Sukabumi dan Provinsi Banten, sebelah barat

berbatasan dengan Desa Kiarasari, Kecamatan

Page 15: Journal of Tourism DESTINATION AND ATTRACTIONdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/8010211004153517909425August2018.pdfVolume IV No.2 Juni 2017, ISSN: 2339-1987 iii Journal of TOURISM

Heryanti Utami

6 Volume IV No.2 Juni 2017, ISSN: 2339-1987

Sukajaya. Dengan luas wilayah 8.262,22 Ha, serta

jumlah penduduk 8.417 dari 2314 kepala keluarga,

4 (Empat) kepala dusun yang terbagi 12 RT

dan 49 RW yang mayoritas sebagai para petani.

Tabel 2. Peta Demografi Desa

No

KE

LO

MP

OK

UM

UR

JUMLAH JIWA LAKI-

LAKI DAN PEREMPUAN

JU

ML

AH

KETERANGAN

L P

1 0-04 484 455 939 Jum

lah K

epala

Kelu

arg

a (

KK

) =

2.3

14 K

K 2 05-09 345 398 743

3 10-14 279 287 566

4 15-19 380 352 732

5 20-24 488 501 989

6 25-29 405 371 776

7 30-34 335 280 615

8 35-39 291 251 542

9 40-44 247 236 483

10 45-49 184 167 351

11 50-54 250 241 491

12 55-59 146 140 286

13 60-64 159 122 281

14 65-69 146 129 275

15 70-

Keatas 93 75 168

Jumlah 4,232 4,005 8,237 2,314

Keadaan Penduduk Desa Malasari berdasarkan

agama yang dianut mayoritas merupakan

beragama Islam (Sumber: Desa Malasari 2015).

Untuk data tingkat pendidikan masyarakat Desa

Malasari mayoritas berpendidikan setingkat

SD (Sumber: Desa Malasari 2015). Hal ini

menunjukkan bahwa masyarakat Desa Malasari

memerlukan pengemangan kapasitas SDM dengan

diadakan pelatihan-pelatihan maupun sertifikasi.

8. Kondisi Sarana Prasarana

a. Kesehatan

Dalam bidang pelayanan kesehatan, di Desa

Malasari terdapat 17 Posyandu dan 2 (dua)

Puskesmas Pembantu (Pustu), sebagai

perpanjangan tugas Puskesmas Nanggung.

b. Pendidikan

Sarana pendidikan yang dimiliki oleh Desa

Malasari hingga saat ini memiliki 6 gedung

Sekolah Dasar Negeri (SDN) yang berada

di bawah pengawasan Dinas Pendidikan

Kabupaten Bogor diantaranya SD Negeri

Malasari I hingga SD Negeri Malasari V dan

SD Negeri Pabangbon. Sedangkan untuk

kelanjutan dari program pendidikan dasar,

di Desa Malasari terdapat 5 Sekolah Lanjutan

Tingkat Pertama (SLTP) yakni dengan

memanfaatkan gedung sekolah dasar. Usai

kegiatan belajar mengajar bagi siswa SD,

barulah gedung tersebut dipergunakan

untuk mengajar para siswa SLTP.

Potensi Wisata Desa Malasari

1. Potensi Daya Tarik Alam

Desa Malasari memiliki beragam potensi

wisata yang menarik untuk bisa dijadikan

sebagai salah satu atraksi wisata. Dari

keseluruhan sebaran 33 kampung yang ada di

dalam daerah administratif Desa Malasari

hanya 9 kampung yang memiliki obyek wisata

yaitu Nirmala, Citalahab, Cisangku, Cihanjawar,

Pasir Banteng, Sijagur dan Legok Jeruk dan

Cimalang. Adapun masing-masing kampung

tersebut memiliki keragaman obyek wisata

yang berbeda satu sama lainnya. Adapun

potensi-potensi yang ada di Desa Malasari

adalah sebagai berikut:

Kampung Citalahab

a. Kebun Teh Nirmala

Perkebunan Teh Nirmala memiliki luas

sekitar 900 hektar yang dimulai pembukaannya

sejak masa kolonial Belanda, jauh sebelum

Taman Nasional Gunung Halimun Salak

pada tahun 1992. Keberadaan perkebunan

yang milik pemerintah dan dikelola oleh

swasta melalui kepemilikan hak guna usaha

itu menjadi kawasan enclave tersendiri dalam

kawasan taman nasional.

b. Jalur Interpretasi (loop trail)

Jalan setapak Cikaniki - Citalahab sepanjang

3,8 km dibuat pada tahun 1997, jalur ini

sengaja dibangun sebagai jalur yang bisa

diakses untuk kepentingan penelitian primata

di Taman Nasional Gunung Halimun Salak.

Pada perkembangannya kemudian jalur

Page 16: Journal of Tourism DESTINATION AND ATTRACTIONdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/8010211004153517909425August2018.pdfVolume IV No.2 Juni 2017, ISSN: 2339-1987 iii Journal of TOURISM

Journal of Tourism Destination and Attraction

Volume IV No.2 Juni 2017, ISSN: 2339-1987 7

penelitian ini menjadi salah satu atraksi

wisata yang ditawarkan oleh Taman Nasional

bagi kepentingan wisata khususnya wisata

yang bertemakan kepada pendidikan dan

pelestarian lingkungan. Jalur ini telah

dilengkapi pal hekto meter (HM), papan

petunjuk dan shelter. Setelah HM 15, jalur

ini terdapat dua alternatif jalan yaitu langsung

menuju kampung Citalahab dimana terdapat

fasilitas wisma tamu dan homestay yang

pengelolaannya langsung oleh masyarakat

setempat. Menyusuri loop trail memberikan

nuansa petualangan yang penuh petualangan

bagi wisatawan, sepanjang jalur ini wisatawan

dapat menikmati berbagai flora fauna

menarik yang akan memberi pengalaman

baru bagi wisatawan ketika berjalanan

menyusui setapak di dalam hutan tropis.

c. Canopy Trail

Canopy trail memiliki 4 Jembatan gantung

dengan ketinggian 25 meter dari permukaan

tanah. Namun pada pohon ketiga canopy trail

mengalami kebusukan dan akan direnovasi

tahun 2016 oleh Kementerian Kehutanan.

Canopy trail penggunaannya diresmikan

oleh Menteri Kehutanan dan Perkebunan

pada masa itu Dr. Ir. Muslimin Nasution.

Fungsi dari canopy trail ini sebagai wahana

pengamatan satwa dan untuk melihat keindahan

vegetasi hutan taman nasional dari ketinggian.

Untuk bisa menaiki canopy trail ini, harus

mendapat ijin dari petugas jaga kehutanan

yang berada di stasiun penelitian Cikaniki.

d. Air Terjun

Kawasan Taman Nasional Gunung Halimun

Salak menyimpan keindahan alam yang

beragam, salah satunya adalah banyaknya

air terjun yang berada di kawasan taman

nasional, hal ini membuktikan bahwa memang

Gunung Halimun merupakan sumber mata

air dan hulu dari beberapa sungai besar

yang bermuara di Laut Jawa dan Samudera

Hindia. Terdapat beberapa curug atau air terjun

yaitu Curug Cihanjawar, Walet dan Cikudapeh

di sekitar Perkebunan Teh Nirmala, Curug

Piit setinggi sekitar 25 meter dan Curug Macan

yang memiliki ketinggian sekitar 7 meter.

2. Potensi Budaya

Daya tarik Wisata Seni Budaya dan Kerajinan

a. Pagelaran Seren Taun

Upacara Adat Seren Taun merupakan salah

satu upacara adat yang dilakukan oleh

masyarakat Sunda pada saat panen padi

setiap tahun. dengan penuh khidmat dan

semarak upacara adat ini berlangsung di

berbagai daerah adat Sunda.

b. Seni Musik Tradisional

Seni musik tradisional yang masih ada dan

dikembangkan di Desa Malasari adalah

gamelan Sunda dan angklung. Gamelan Sunda

ini masih dipertahankan dan dilestarikan

untuk kepentingan persiapan Desa Malasari

untuk menerima kunjungan wisatawan. selain

itu Gamelan Sunda dan angklung sebagai

seni tradisional yang merupakan syarat

yang akan di pentaskan dalam perayaan

seren taun satu tahun sekali.

c. Calung

Calung merupakan alat musik tradisional

Jawa Barat yang terdiri dari deretan tabung

bambu yang disusun berurutan dengan

tangga nada pentatonik dan dimainkan

dengan cara memukul bagian bilah atau

tabungnya. Bambu yang dipakai untuk

membuat alat musik calung berasal.

d. Tutunggulan

Salah satu kesenian khas dari Jawa Barat

ini berawal dari aktifitas masyarakat terutama

yang dilakukan oleh para kaum perempuan

khususnya ibu-ibu yang menumbuk padi

dengan lisung (alat penumbuk padi).

3. Potensi Sejarah

Menurut keterangan Sekretaris Desa Desa

Malasari Bapak Sukandar, pada zaman penjajahan

Belanda, Mandalasari (sekarang Malasari) masih

berupa kemandoran. Kemudian berubah menjadi

desa pada masa kepemimpinan Bapak Ining yang

memerintah selama 24 tahun (1942-1966). Belanda

melakukan Agresi Militer II dan berhasil

menguasai wilayah perkotaan termasuk wilayah

kabupaten Bogor. Oleh karenanya, Bupati Bogor

ketika itu, H.R. Ipik Gandamana Sumawinata,

mengungsi ke Desa Malasari, dan memimpin

Page 17: Journal of Tourism DESTINATION AND ATTRACTIONdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/8010211004153517909425August2018.pdfVolume IV No.2 Juni 2017, ISSN: 2339-1987 iii Journal of TOURISM

Heryanti Utami

8 Volume IV No.2 Juni 2017, ISSN: 2339-1987

pemerintahan dari tempat pengungsiannya tersebut

selama kurang lebih 2 tahun (1947-1949). Setelah

selesai perang agresi militer II, Bupati kembali

ke pusat kota. Adapun bekas pengungsiannya

hingga kini dilestarikan menjadi situs/cagar budaya

oleh pemerintah Desa Malasari. “Rumah tersebut

sudah pernah direnovasi. Bagian dinding dari

bilik bambu yang sudah rapuh diganti dengan

papan kayu. Bagian depan yang asalnya terbuka,

sekarang memakai kaca,” papar Lurah Sepuh

saat diwawancarai di dalam rumah bersejarah.

Ia menambahkan bahwa rumah tersebut dipakai

sebagai pusat roda pemerintahan desa sejak

dulu dan pasca kepemimpinannya sengaja

dikosongkan karena telah diakui sebagai salah

satu aset budaya Kabupaten Bogor.

Pengelolaan Ekowisata Halimun Desa Malasari

Upaya meningkatkan ekonomi masyarakat,

Pemerintah Desa (Pemdes) Malasari bekerjasama

dengan CV Pesona Malasari, Perhutani, Taman Nasional

Gunung Halimun Salak (TNHGS) dan masyarakat

setempat yang tergabung dalam Kelompok Swadaya

Masyarakat (KSM) untuk memanfaatkan potensi

dan sumber daya yang banyak dimiliki diwilayah

tersebut diantaranya, sumber daya alam, dengan

membuat salah satu konsep yakni Desa Wisata

Malasari (DWM) yang sudah berjalan bahkan sudah

mendapatkan Surat Keputusan Kepala Desa

dengan Nomor 144/14SK.Kades/2015 dan telah

menjadi Badan Usaha Milik Desa (BUMDES)

yang dinamakan "BUMDES Sauyunan" dengan

SK Nomor. 141/04/KPTS/2015.

Adapun secara kelembagaan, ekowisata

Halimun yang selama ini berjalan di Desa Malasari

dikelola secara swadaya oleh masyarakat.

Kelembagaan yang terlibat di antaranya Kelompok

Swadaya Masyarakat (KSM), Pesona Malasari,

BUMDES, Kepengurusan Desa Wisata Malasari.

Pembangunan kepariwisataan Desa Wisata

Malasari menurut Sekretaris Desa Bapak Sukandar

juga dilakukan dengan semangat partisipatif.

Masyarakat secara langsung dilibatkan untuk

merencanakan, mengkoordinasikan, mengontrol,

melaksanakan dan mengelola pariwisata sebagai

wujud keseriusan dan kesiapan masyarakat dan

pemerintah Desa Malasari untuk mendukung

keberhasilan pengembangan wisata di Desa Wisata

Malasari dan mengembangkan ekowisata sesuai

dengan situasi, kondisi dan potensi yang ada.

Sarana Wisata Kampung Citalahab Desa Malasari

1. Wisma Tamu Citalahab

Wisma tamu Citalahab adalah rumah yang

dipersiapkan oleh pengelola Kelompok Swadaya

Masyarakat Saluyu yang di ketuai oleh Bapak

Suryana. Sebagai sarana akomodasi bagi para

pengunjung yang ingin menikmati fasilitas layanan

menginap dengan setting sebuah nuansa alami

pedesaan. Wisma tamu ini memiliki fasilitas 6 kamar

dengan kapasitas daya tampung sejumlah 15 orang,

fasilitas lain yang tersedia 2 kamar mandi, dapur,

ruang tamu, teras dan pendopo depan wisma. Selain

menginap, pengelola juga memberikan fasilitas

layanan konsumsi dan juga menyediakan

konsumsi tambahan untuk makanan-makanan

kecil dan tradisional khas Kampung Citalahab.

2. Homestay (Rumah Penduduk)

Selain sarana akomodasi wisma tamu yang

tersedia, pengembangan yang dilakukan oleh

Kelompok Swadaya Masyarakat Saluyu adalah

pelibatan warga masyarakat untuk ikut terlibat

di dalam penyediaan sarana akomodasi untuk

menginap. Warga yang bersedia rumahnya

untuk dijadikan sarana akomodasi bagi

wisatawan yang berkunjung diberikan bantuan

untuk penataan dan pengelolaan pelayanan.

Jumlah rumah warga di Citalahab berjumlah 23

rumah. Jumlah homestay Rumah warga di

Citalahab yang biasanya digunakan untuk

menginap para wisatawan berjumlah 16

homestay dengan kondisi bangunan yang

terawat dengan kapasitas kenyamanan hingga

6 - 12 orang dalam satu homestay tergantung

kepada jumlah kamar yang dimiliki. Fasilitas

homestay untuk 1 rumah adalah 2 kamar, 1 ruang

tengah dan kamar mandi/toilet. Di dalam rumah

juga tersedia kasur, televisi, dan lain lain.

3. Sarana Meals

Di Citalahab pengunjung bisa menikmati

makan pagi siang malam yang disediakan oleh

pemilik homestay secara prasmanan. Jenis

makanan yang disajikan dengan menu rumah

bisa sesuai dengan permintaan wisatawan. Di

Desa Malasari juga terdapat rumah makan

yang dikelola oleh masyarakat sekitar. Menu

yang ditawarkan bervariasi seperti makanan

rumahan, makanan berat dan ringan serta

harga makanan cukup terjangkau.

Page 18: Journal of Tourism DESTINATION AND ATTRACTIONdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/8010211004153517909425August2018.pdfVolume IV No.2 Juni 2017, ISSN: 2339-1987 iii Journal of TOURISM

Journal of Tourism Destination and Attraction

Volume IV No.2 Juni 2017, ISSN: 2339-1987 9

Pengembangan Ekowisata Halimun Desa Malasari

1. Wisata Minat Khusus (Camping Site)

Camping site merupakan wisata yang menyatu

dengan alam yang terdapat di Kampung Citalahab

Desa Malasari. Kampung Citalahab Desa Malasari

selain memiliki homestay sebagai tempat penginapan

juga memiliki sebuah area camping ground. Area

camping ground berkapasitas 150 dengan 30 tenda.

Untuk tarif bumi perkemahan Rp 20.000/grup.

Sedangkan untuk fasilitasnya terdapat sebuah

saung yang bisa digunakan untuk api unggun.

Kemudian disekitar kawan area camping ground

dikelilingi berbagai jenis vegetasi diantaranya

tanaman kopi dan tanaman Kapulaga.

2. Eco Edutourism

Educational Tour atau Wisata Pendidikan adalah

perjalanan untuk tujuan pendidikan dan pembelajaran

formal atau informal dengan mengunjungi lingkungan

alam, sejarah & multi budaya yang unik. Hal ini

mengacu pada program kepariwisataan yang

menawarkan sebuah pengalaman perjalanan

kepada peserta dengan tujuan utama terlibat

dalam pengalaman belajar. Perjalanan pembelajaran

di luar kelas dapat memperkuat apa yang telah

guru ajarkan di kelas tentang subjek belajar

dan membantu siswa untuk memahami topik

pembelajaran dengan lebih baik.

Program tinggal bersama masyarakat yang dilakukan

oleh peserta wisata. Tujuan dari kegiatan ini

adalah mengenalkan bagaimana peserta siswa

menjadi bagian dari sebuah masyarakat, mereka

akan tinggal bersama masyarakat dan mengikuti

segala macam aktivitas kemasyarakatan. Tujuan

dari kegiatan live in ini adalah untuk membangun

relasi sosial antara peserta dengan masyarakat,

melatih kemandirian dan melatih cara hidup

sederhana kepada peserta siswa.

3. Agroforest

Pengertian dan Definisi dari agroforest adalah budidaya

tanaman kehutanan (pohon-pohon) bersama

dengan tanaman pertanian (tanaman semusim).

Pengertian agroforest merupakan pengertian

sederhana karena agroforest dapat diartikan

lebih luas lagi dengan pengabungan sistem budidaya

kehutanan, pertanian, peternakan dan perikanan.

agroforest dikenal juga dengan istilah "wanatani".

Wisata Sejarah dan Budaya

1. Wisata Sejarah

Wisata yang berkaitan dengan potensi sebuah

kenangan masa lalu yang memiliki kaitan

dengan perkembangan sebuah wilayah atau kota

bisa kita dapatkan ketika berada di Desa Malasari.

Potensi yang dimiliki oleh Desa Malasari berkaitan

dengan peran dimasa lalu adalah keberadaan

rumah bersejarah pemerintahan Kabupaten Bogor.

Rumah bekas kantor pemerintahan Kabupaten

Bogor pada tahun 1947 - 1949 bisa menjadi

media pendidikan untuk generasi muda yang

ingin tahun mengenai sejarah perkembangan

pemerintahan Kota Bogor.

2. Wisata Budaya

Potensi budaya yang bisa dikembangkan di

Desa Malasari menjadi wisata budaya adalah

berupa aktivitas budaya baik itu dilakukan oleh

warga masyarakat sekitar maupun aktivitas

budaya yang ditujukan bagi pengunjung untuk

keperluan pariwisata. Aktivitas budaya utama

yang menjadi andalan sangat beragam dan ragam

tersebut terlihat dari segi ritual, adat dan kesenian.

Ritual adat yang dimunculkan kembali dan dilestarikan,

bahkan terbukti berpotensi untuk menarik wisatawan

dalam jumlah besar adalah prosesi ritual Seren Taun.

SIMPULAN

Desa Malasari memiliki banyak potensi wisata

yang bisa dilakukan pengembangan yang lebih luas.

Potensi alam yang dikembangkan menjadi aktivitas

wisata selama ini terdiri dari lanskap wilayah yang

terdiri dari kawasan Taman Nasional Gunung Halimun

Salak, Perkebunan Teh Nirmala, Kampung Konservasi

Citalahab, Canopy Trail dan air terjun yang tersebar

di beberapa wilayah Taman Nasional Gunung

Halimun Salak. Selain potensi alam, Desa Malasari

juga memiliki potensi sejarah dan budaya, seperti

bangunan peninggalan rumah Pemerintahan

Kabupaten Bogor 1947 - 1949.

Selain itu Desa Malasari memiliki potensi seni

budaya yang bisa dikembangkan menjadi aktivitas

wisata budaya seperti seni tradisional calung, ritual

adat seren taun yang diselenggarakan satu tahun

sekali sebagai tradisi yang di hidupkan kembali oleh

masyarakat Desa Malasari. Selain kesenian, potensi

wisata Desa Malasari dilengkapi pula oleh kerajinan

masyarakat sebagai pelengkap daya tarik bagi

wisatawan yang berkunjung ke Desa Malasari.

Page 19: Journal of Tourism DESTINATION AND ATTRACTIONdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/8010211004153517909425August2018.pdfVolume IV No.2 Juni 2017, ISSN: 2339-1987 iii Journal of TOURISM

Heryanti Utami

10 Volume IV No.2 Juni 2017, ISSN: 2339-1987

Adapun saran untuk pengembangan ekowisata

Desa Malasari menyangkut beberapa sektor

pengembangan yang harus dilakukan adalah

sebagai berikut:

1. Accessibility: Peningkatan sarana dan prasarana

aksesibilitas terutama akses menuju Desa

Malasari, hal ini untuk mengefektifkan waktu

tempuh untuk menuju Desa Malasari

2. Amenity: Peningkatan sarana dan prasarana

yang dibutuhkan terkait dengan kebutuhan

langsung wisatawan seperti akomodasi yang

sesuai dengan keadaan alam yang ditawarkan,

dalam hal ini penyediaan homestay yang sesuai

dengan standar kenyamanan wisatawan.

3. Attraction: Pengembangan daya tarik wisata yang

tidak hanya bergantung kepada daya tarik alam,

pengembangan potensi yang berbasiskan kepada

budaya dan kehidupan masyarakat Desa Malasari

sehingga pengembangan paket-paket yang berbasis

kepada ekowisata yang bisa dilakukan antara

lain wisata budaya, wisata pedesaan, dan wisata

pendidikan yang dikemas secara kreatif.

4. Ancillaries: Pengembangan kelembagaan melalui

pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan

ekowisata Desa Malasari melalui partisipasi aktif

dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi

pengembangan ekowisata Desa Malasari serta

peningkatan stakeholder dalam pengendalian

terhadap pengembangan pariwisata yang

berkelanjutan.

5. Peningkatan kerjasama stakeholder dalam

pengembangan dan promosi ekowisata Desa

Malasari secara terpadu yang melibatkan

kemitraan pemerintah, swasta (Biro Perjalanan

Wisata) dan masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA

Antara, 2000. Agenda 21 Sektoral Agenda Pariwisata

untuk Pengembangan Kualitas Hidup secara

Berkelanjutan. Jakarta: Proyek Agenda 21

Sektoral Kerjasama Kantor Menteri Negara

Lingkungan Hidup dan UNDP

Angri, Putra S, 2001. Peranan Agen Pembaharuan/

Penyuluh dalam Usaha Memberdayakan

(Empowerment) Sumberdaya Manusia Pengelola

Agribisnis. Orasi Ilmiah Guru Besar Tetap

Ilmu Sosial Ekonomi, Fakultas Peternakan,

Institut Petanian Bogor (IPB)

Damanik, J& helmut F. Weber, 2006. Perencanaa

Ekowisata dari Teori ke Aplikasi. Yogyakarta: Andi

Denzin, K. Norman & Yvonna S. Lincoln (EDs) 2009.

Handbook of Qualitative Research, Terjemahan.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Fandeli, C & Muchlison, 2000. Pengusahaan Ekowisata.

Fakultas Kehutanan Universitas Gajamada,

Yogyakarta

Higham J, 2007. Critical Issues in Ecotourism:

Understanding a Complex Tourism Phenomenon,

Elsevier Ltd: Berlington

Nugroho, Iwan, 2001. Ekowisata dan Pembangunan

Berkelanjutan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Pendit, Nyoman S. 2008. Pengantar Ilmu Pariwisata.

Jakarta: PT. Pradnya Paramita

Wood, M.E. 2002. Ecotourism Principles, Practices

and Policies for Sustainability, UNEP

WTO (World Tourism Organization). 2002. World

Ecotourism Summit: Final report. Quebec

(Canada) 19-22 May 2002.

Yoeti, Oka. A. 2001. Ilmu Pariwisata, Sejarah,

Perkembangan dan Prospeknya. Jakarta:

PT. Toko Gunung Agung

Page 20: Journal of Tourism DESTINATION AND ATTRACTIONdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/8010211004153517909425August2018.pdfVolume IV No.2 Juni 2017, ISSN: 2339-1987 iii Journal of TOURISM

Journal of Tourism Destination and Attraction

Volume IV No.2 Juni 2017, ISSN: 2339-1987 11

STRATEGI PENGEMBANGAN WISATA EDUKASI DI GODONG IJOD DEPOK

DENGAN EXPERIENTIAL MARKETING

Educational Tourism Development Strategy in Godong Ijo Depok With Experiential Marketing

Mordahai Siburian, Devi Roza K. Kausar dan Riza Firmansyah

Fakultas Pariwisata Universitas Pancasila

Srengseng Sawah, Jagakarsa, Jakarta Selatan 12640, Indonesia

Abstract

Godong Ijo is a visitors’ attraction offering educational tourism programs with quite strong interaction with

nature. The programs are designed as a means of learning, hence they are often participated by students.

The purpose of this study is to describe the application of experiential marketing in Godong Ijo’s programs

from visitors’ perspectives and to develop development strategy for Godong Ijo based on experiential

marketing. The method used is qualitative research method using survey, interview and observation as the

data collection techniques. Further, data collected were analysed using SWOT analysis. The result of this

research reveals that Godong Ijo has tourism potential in terms of attraction, accessibility, amenity, and

ancillary. In terms of experiential marketing, most respondents agree that all experiential marketing

elements, i.e. think, sense, feel, act, and relate have been delivered to the visitors. Recommendations for

development strategy include more extensive promotion, service improvement, product innovation and

more product development.

Keywords: educational tourism, experiential marketing, strategy development

PENDAHULUAN

Wisata edukasi merupakan konsep wisata yang

menerapkan pendidikan informal tentang suatu

pengetahuan kepada wisatawan yang berkunjung

ke suatu daya tarik wisata. Di tempat tersebut pengunjung

dapat melakukan kegiatan wisata dan belajar dengan

metode yang menyenangkan. Melalui edutainment

maka proses pembelajaran dapat lebih mudah

dimengerti dan diingat karena metodenya yang

menyenangkan. Wisata edukasi atau edutourism

adalah suatu program dimana wisatawan berkunjung

ke suatu lokasi wisata dengan tujuan utama untuk

memperoleh pengalaman pembelajaran secara

langsung di daya tarik wisata tersebut (Rodger, 1998:28).

Menurut Rahmawati (2013) program wisata edukasi

dapat berupa ekowisata (ecotourism), wisata sejarah

(heritage tourism), desa wisata, wisata komunitas

dan pertukaran siswa antar institusi pendidikan

(student exchange).

Menurut Ankomah dan Larson (2000) pariwisata

pendidikan atau edu-tourism mengacu pada setiap

program dimana peserta melakukan perjalanan sebagai

sebuah kelompok dengan tujuan utama terlibat

dalam pengalaman belajar secara langsung terkait

dengan lokasi. Hal itu menandai bahwa pengembangan

wisata edukasi dapat sejalan dengan kegiatan positif

pada hal ini dengan mengembangkan wisata minat

khusus yaitu wisata edukasi. Pada perkembangannya

wisata edukasi tidak terlepas dari sebuah daerah

tujuan wisata yang memiliki aspek sebagai wahana

penambah wawasan seperti museum, agrowisata

dan lain sebagainya. Kota Depok merupakan sebuah

kota yang terletak di Provinsi Jawa Barat. Kota Depok

memiliki potensi pengembangan sektor pariwisata

karena memiliki daya tarik wisata yang menarik dan

terkenal mulai dari wisata alam, kuliner dan lain

sebagainya. Kota ini berada di selatan DKI Jakarta,

yaitu di antara Jakarta dan Bogor. Kota Depok berasal

dari bahasa Sunda yang artinya pertapaan atau

tempat untuk bertapa. Akan tetapi, ada juga yang

mengatakan jika kata Depok adalah sebuah

akronim dari De Eerste Protestants Onderdaan

Kerk yang artinya adalah sebuah Gereja Kristen

Rakyat Pertama (Pemerintah Kota Depok, 2015).

Salah satu daya tarik wisata yang dikunjungi

wisatawan Kota Depok adalah Godong Ijo yang

terletak di daerah Sawangan. Di Kota Depok masih

sedikit daya tarik wisata yang mengangkat program

Page 21: Journal of Tourism DESTINATION AND ATTRACTIONdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/8010211004153517909425August2018.pdfVolume IV No.2 Juni 2017, ISSN: 2339-1987 iii Journal of TOURISM

Mordahai Siburian

12 Volume IV No.2 Juni 2017, ISSN: 2339-1987

berbasis wisata edukasi. Godong Ijo merupakan

salah satu tempat wisata yang ada di Kota Depok

yang menggunakan konsep wisata edukasi, dengan

tujuan untuk mengasah kemampuan motorik anak serta

membekali anak untuk dapat lebih mengenal lingkungan

alam yang ada di sekitar lokasi daya tarik wisata.

Pengenalan semacam ini dilakukan dengan cara

mengedukasi anak melalui beberapa alat permainan

yang juga dapat mengasah kemampuan berpikir

anak, melatih mental, melatih kedisiplinan dan melatih

kekompakan serta kedisiplinan anak. Melalui alat

permainan yang disediakan oleh pihak pengelola

Godong Ijo diharapkan wisata edukasi yang telah

disediakan dapat menjadi referensi bagi para wisatawan

yang ingin menggali potensi anak didik mereka.

Tempat ini memiliki beberapa program untuk menarik

wisatawan, salah satunya yaitu: The Young Greens.

Program ini salah satu paket wisata edukasi yang

merupakan program pendidikan lingkungan yang

dikemas sesuai dengan tumbuh kembang anak mulai

dari bermain wayang, dokter anak, belajar batik,

robotik, dan kelas angklung. Program ini bertujuan

untuk mencari dan menggali potensi yang dimiliki anak

dengan cara yang sangat mudah dan menyenangkan.

Adapun paket kegiatan wisata edukasi yang ditawarkan

seperti Mind Map, Super Memory, Brain Gym, Brain

Games, Planting, Vertical Garden, Reptiles & Mammals

Corner, Fishing, Outbond, pengetahuan Global Warming

dan sebagainya. Dalam penelitian, konsep experiential

marketing digunakan untuk menganalisis produk

wisata edukasi di Godong Ijo. Kartajaya (2004),

menjelaskan experiential marketing adalah suatu

konsep pemasaran yang bertujuan untuk membentuk

pelanggan-pelanggan yang loyal dengan menyentuh

emosi mereka dan memberikan suatu feeling yang

positif terhadap produk dan service.

Penelitian terdahulu yang telah menggunakan

konsep experiential marketing pada daya tarik wisata,

antara lain dilakukan oleh Jatmiko dan Andharini (2012)

di Taman Rekreasi Sengkaling Malang, dan oleh Tsaur,

Chiu, Wang (2006) di Taipei Zoo. Experiential marketing

di kebun binatang Taipei berfokus kepada pengalaman

konsumen. Sejak konsep ini diterapkan oleh kebun

binatang Taipei, tempat yang selama ini hanya berfokus

kepada fitur fungsional dan keuntungan berubah

menjadi lebih memberikan kesan dan pengalaman

kepada pengunjung dengan menggunakan 5 elemen

dasar yaitu: sense, feel, think, act, dan relate.

Sense adalah menciptakan sensory experiences

melalui panca indera; feel adalah upaya untuk

menyentuh inner feelings dan emosi, dengan

sasaran membangkitkan pengalaman afektif, sehingga

ada rasa gembira dan bangga; think adalah upaya

untuk merangsang kemampuan intelektual dan

kreatifitas seseorang; Act didesain untuk menciptakan

pengalaman konsumen dalam hubungannya dengan

physical body, lifestyle, dan interaksi dengan

orang lain; dan relate merupakan kombinasi think,

feel, sense, dan act marketing yang bertujuan

untuk mengaitkan individu dengan sesuatu yang

berada di luar dirinya, misalnya dengan orang lain,

kelompok-kelompok, sosial lainnya dalam pekerjaan,

etnis, atau gaya hidup, dan bahkan dengan ruang

lingkup sosial yang lebih luas, seperti negara,

masyarakat, dan budaya (Schmitt, 1999). Penggunaan

konsep experiential marketing yang menekankan

pada keterlibatan konsumen secara aktif melalui

penggunaan panca indera, emosi dan pikiran

dianggap sesuai dengan karakteristik program

wisata edukasi Godong Ijo yang melibatkan

pengunjung atau wisatawan secara aktif.

Perkembangan pasar wisata edukasi yang dapat

menjangkau semua kalangan, mengharuskan pengelola

untuk terus memperbarui strategi pengembangan

produknya. Oleh karena itu penelitian ini akan

difokuskan pada aplikasi experiential marketing di

Godong Ijo dan strategi pengembangannya. Di

samping menggunakan konsep experiential marketing

sebagai pertimbangan dalam penyusunan strategi

pengembangan, kondisi saat ini dari empat komponen

daya tarik wisata yaitu attraction (atraksi), accessibilities

(aksesibilitas), amenities, (amenitas atau fasilitas),

dan ancillary (kelembagaan) (Cooper 1995) juga

akan menjadi input pada pengembangan strategi.

METODE

Metode penelitian yang digunakan penulis

adalah metode penelitian mixed method dengan

teknik pengumpulan data berupa survei dengan

menggunakan kuesioner, wawancara dan observasi

(tabel 1). Sampel penelitian ini adalah 30 pengunjung

yang dipilih secara acak namun dengan memperhatikan

keterwakilan usia, pekerjaan dan jenis kelamin.

Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini

meliputi analisis deskriptif. Untuk mencapai tujuan

penelitian, pendekatan analisis yang digunakan

adalah dengan pendekatan SWOT. Mengidentifikasi

faktor eksternal dan internal, serta kemudian

memilahnya kedalam kekuatan, kelemahan,

ancaman dan peluang.

Page 22: Journal of Tourism DESTINATION AND ATTRACTIONdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/8010211004153517909425August2018.pdfVolume IV No.2 Juni 2017, ISSN: 2339-1987 iii Journal of TOURISM

Journal of Tourism Destination and Attraction

Volume IV No.2 Juni 2017, ISSN: 2339-1987 13

Tabel 1 Variabel dan Sumber Data

Variabel Indikator Sumber

data

Teknik Pengumpulan

data

Attraction - Tempat wisata yang menarik - Program wisata edukasi yang menarik

Pengunjung Survei

Wawancara

Accessibility Akses jalan, ketersediaan transportasi Pengunjung Survei

Wawancara

Amenity

- Fasilitas cafe - Pelayanan cafe - Kondisi toilet (fasilitas umum)

Pengunjung Pengelola

Survei Wawancara

Ancilliary - Pengelolaan - Promosi

Pengunjung Pengelola

Survei Wawancara

Think

- Peserta didorong untuk melakukan inovasi - Peserta didorong untuk menyelesaikan suatu masalah - Program wisata edukasi yang disajikan dapat membangkitkan rasa ingin tahu

Pengunjung Pengelola

Survei Wawancara

Feel

- Program wisata edukasi yang disajikan dapat memberikan rasa senang karena berinteraksi dengan alam

- Program wisata edukasi yang disajikan dapat memberikan rasa senang karena berinteraksi dengan hewan

Pengunjung Pengelola

Survei Wawancara

Sense

- Program wisata edukasi yang disajikan memungkinkan perserta untuk melihat aneka tumbuhan

- Program wisata edukasi yang disajikan memungkinkan perserta untuk melihat aneka hewan

- Program wisata edukasi yang disajikan memungkinkan perserta untuk menyentuh hewan

Pengunjung Pengelola

Survei Wawancara

Act

- Program wisata edukasi yang disajikan memungkinkan peserta untuk mencoba sesuatu yang baru

- Program wisata edukasi yang disajikan memungkinkan peserta untuk belajar melalui praktek

- Program wisata edukasi yang disajikan mendorong peserta untuk melestarikan lingkungan hidup

Pengunjung Pengelola

Survei Wawancara

Relate

- Pemandu program dapat berinteraksi dengan baik dengan peserta - Program wisata edukasi yang disajikan memungkinkan peserta untuk berinteraksi dengan peserta lain

- Program wisata edukasi yang disajikan membuat peserta ingin datang kembali

- Program wisata edukasi yang disajikan dapat direkomendasikan kepada orang lain

Pengunjung Pengelola

Survei Wawancara

HASIL DAN PEMBAHASAN

Godong Ijo merupakan daya tarik wisata

yang mengusung konsep wisata edukasi yang

menitikberatkan kepada pendidikan lingkungan.

Tempat wisata ini terletak di Jalan Raya Cinangka

Km 10 No 60 RT/RW 02/04, Desa Serua, Sawangan

Depok, Provinsi Jawa Barat. Dengan suhu rata-rata

pada siang hari berkisar antara 27C-32C dan

20C-22C pada malam hari, membuat tempat wisata

ini sangat sejuk dan nyaman bagi pengunjung

yang datang.

Untuk mendukung kegiatan wisata edukasi,

Godong Ijo meyediakan berbagai fasilitas, seperti

kafe, toilet umum, tempat parkir, pemancingan, tempat

rekreasi, dan sebagainya. Program wisata yang ada

di Godong Ijo adalah The Young Greeners, yaitu

program yang memberikan pemahaman kepada

peserta untuk memahami konsep ekosistem, habitat,

pemanasan global, pertanian modern, seluk beluk

reptile. Program renewable energy/green energy,

yaitu program yang mengajarkan kepada siswa

tentang sumber energi yang dapat diperbaharui dan

ramah lingkungan. Program fast learning camp,

yaitu program metode belajar yang efektif dengan

pendekatan bagaimana cara otak belajar, mengingat,

berkonsentrasi, berfikir kreatif, teknik ujian, mind goal

serta aplikasi mind game. Program junior master chef,

yaitu program pelatihan memasak untuk anak yang

dikemas dengan cara yang mudah dan menyenangkan,

dimana setiap anak akan diajak menikmati pengalaman

Page 23: Journal of Tourism DESTINATION AND ATTRACTIONdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/8010211004153517909425August2018.pdfVolume IV No.2 Juni 2017, ISSN: 2339-1987 iii Journal of TOURISM

Mordahai Siburian

14 Volume IV No.2 Juni 2017, ISSN: 2339-1987

baru dalam membuat makanan ringan yang pasti

mereka sukai dan mudah diterapkan ketika mereka

di rumah seperti donat, roti sosis goreng, hamburger

dan spaghetti. Untuk makanan utama, mereka akan

membuat Chicken Katsu, Calamary, Soups dan Beef

Teriyaki. Program fun with clay, yaitu program membuat

keramik dari tanah liat kepada siswa, menggunakan

tanah liat yang aman sekalipun tertelan oleh siswa,

tidak mengandung bakteri, telur cacing ataupun kolin

(campuran bahan pembuat semen), telah mendapat

sertifikat aman dari test laboratorium Succofindo.

Siswa diajak berkreasi dan berimajinasi dalam

membentuk sesuatu baik dengan teknik cetak,

teknik putar maupun teknik bebas sesuai keinginan

siswa, tentunya dipandu oleh pelatih yang profesional.

Program dokter cilik, yaitu progam ini merupakan

pelatihan kesehatan bagi siswa dipandu langsung

oleh dokter, tujuan utamanya adalah agar siswa

dapat menjaga kesehatan diri sendiri dan menolong

orang disekitarnya bila terserang penyakit. Program

learning batik, yaitu program pelatihan yang bertujuan

bagaimana cara membuat batik mulai dari proses

mencanting sampai pewarnaan. Program angklung

class, yaitu program yang memperkenalkan dan

mengajarkan cara memainkan alat musik multitonal

(bernada ganda) tradisional yang berkembang pada

masyarakat sunda demi melestarikan kebuadayaan

nasional. Program robotik, yaitu program yang

memperkenalkan siswa terhadap teknologi pada

robotik, siswa belajar konstruktif yaitu belajar membuat

suatu konstruksi dari rangkaian yang telah disediakan,

belajar mekanika gerak, mempelajari elektronika

atau rangkaian listrik dan belajar logika memprograman.

Hasil survei kepada pengunjung Godong Ijo

menunjukkan bahwa elemen experiential marketing

secara umum telah diterapkan di Godong Ijo melalui

berbagai program wisata edukasi. Pada elemen think,

72% responden setuju bahwa program Godong Ijo dapat

menghasilkan inovasi, menyelesaikan masalah, dan

membangkitkan keingintahuan. Pada elemen feel, 86%

responden menyatakan setuju pengunjung merasa

senang berinteraksi dengan alam buatan maupun

melihat aneka hewan yang ada di Godong Ijo melalui

program wisata edukasi yang dapat memberikan rasa

senang dengan alam dan rasa senang dengan hewan

di Godong Ijo. Sedangkan pada elemen sense, 73%

pengunjung setuju bahwa program wisata edukasi

yang tersedia memungkinkan peserta untuk melihat

serta menyentuh aneka tumbuhan dan hewan di

Godong Ijo. Kemudian pada elemen act, 79% responden

setuju bahwa program Godong Ijo melibatkan pengunjung

secara aktif dengan carea belajar melalui praktik,

misalnya pada permainan angklung dan memotivasi

pengunjung untuk ikut mencitai alam dan melestarikan

alam melalui kegiatan menanam tanaman. Terakhir,

pada elemen relate, sebanyak 84% responden setuju

bahwa pemandu berinteraksi dengan peserta. Selain

itu, peserta dapat berinteraksi dengan peserta lainnya

melalui kerjasama team atau kompetisi antar kelompok.

Analisis SWOT

Dalam penelitian ini, pendekatan SWOT digunakan

sebagai strategi untuk mengembangkan wisata edukasi

Godong Ijo. Pendekatan SWOT dirumuskan berdasarkan

wawancara dan pengamatan langsung di lapangan.

Kekuatan Kawasan Wisata Godong Ijo dalam

menghadapi tantangan dan peluang terkait sumberdaya

internal yang dimilikinya meliputi:

1. Tempat wisata yang menarik

Godong Ijo merupakan tempat yang nyaman

dan teduh. Sekitar 70% daerah Godong Ijo adalah

daerah yang ditumbuhi pohon-pohon besar dan

dihiasi taman. Pengunjung akan merasakan

suasana seperti di hutan meski berada di kota.

Udara yang sejuk ditambah pemandangan Godong

Ijo yang asri, menambah daya tarik tersendiri

bagi penduduk kota yang penat dengan aktifitas

sehari-hari. Selain flora, koleksi aneka fauna

seperti burung unta dan ular piton, juga menjadi

salah satu daya tarik pengunjung ke Godong Ijo.

habitat fauna juga disesuaikan dengan aslinya

sehingga pengunjung tidak hanya dapat melihat

eksostisme hewan tersebut, tetapi juga belajar

mengenal habitat binatang. Pengunjung juga

dapat berinteraksi dengan berbagai hewan

tersebut dengan memberi makan atau sekadar

menyentuhnya (dalam pengawasan petugas).

2. Program wisata yang menarik

Variasi program wisata Godong Ijo membuat

pengunjung memiliki banyak pilihan untuk mengikuti

program mana yang paling sesuai dengan

kebutuhan. Program wisata yang berbasis pendidikan

ini menyasar sekolah-sekolah sebagai konsumen

utama sehingga setiap program dirancang untuk

menarik pelajar namun dengan topik yang tetap

berbasis pada pengenalan lingkungan. Dampaknya

tentu sangat positif bagi perkembangan sikap

anak muda ditengah trend moderenisasi yang

semakin menjauhkan manusia dengan alam.

Page 24: Journal of Tourism DESTINATION AND ATTRACTIONdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/8010211004153517909425August2018.pdfVolume IV No.2 Juni 2017, ISSN: 2339-1987 iii Journal of TOURISM

Journal of Tourism Destination and Attraction

Volume IV No.2 Juni 2017, ISSN: 2339-1987 15

3. Fasilitas kafe baik

Godong Ijo menyediakan fasilitas kafe yang

lengkap demi kenyamanan Pengunjung.

4. Pelayanan Godong Ijo baik

Petugas Godong Ijo merespon cepat dalam melayani

wisatawan yang datang. Petugas berusaha untuk

mengakomodir permintaan pengunjung dalam hal

yang berhubungan dengan kegiatan wisata Godong

Ijo. Bahkan mereka tidak segan untuk menawarkan

diri untuk membantu. Keramahan petugas Godong

Ijo membuat setiap pengunjung nyaman untuk

berlama-lama tinggal di tempat wisata ini.

5. Tiket masuk Gratis

Pengunjung yang datang ke Godong Ijo tidak

dikenai biaya. Mereka bebas melihat-lihat

lingkungan yang ada di Godong Ijo. Cara ini

dapat menarik jumlah wisatawan semakin banyak.

6. Pengunjung melihat tumbuhan di Godong Ijo

Aneka tumbuhan juga dapat menarik perhatian

wisatawan. Dengan melihat aneka tumbuhan,

wisatawan dapat lebih mencintai alam.

7. Pengunjung melihat hewan di Godong Ijo

Aneka tumbuhan juga dapat menarik perhatian

wisatawan. Dengan melihat aneka tumbuhan,

wisatawan dapat lebih mencintai hewan.

8. Pengunjung dapat berinteraksi langsung dengan

flora dan fauna yang ada di Godong Ijo.

Interaksi yang terjadi dengan flora dan fauna

menambah daya tarik Godong Ijo sehingga

pengunjung dapat semakin mengenal flora dan fauna.

Selain itu, terdapat faktor kelemahan kawasan wisata

edukasi Godong Ijo dalam menghadapi tantangan dan

mengantisipasi peluang dibanding dengan tempat wisata

lainnya. Kelemahan dari Godong Ijo tersebut meliputi:

1. Jumlah pengunjung terbanyak berasal dari

Kota Depok.

Hal ini menyebabkan wisatawan dari Kota

Depok adalah yang pengunjung yang paling

banyak mengunjungi Godong Ijo

2. Belum adanya sentra souvenir di sekitar daya

tarik wisata Godong Ijo.

Souvenir merupakan barang oleh-oleh yang

khas dari suatu tempat wisata. Souvenir cukup

penting karena akan mengingatkan pengunjung

dengan tempat wisata yang mereka kunjungi.

Sayangnya, di Godong Ijo belum tersedia souvenir

khas yang bisa dibeli oleh pengunjung. Padahal,

souvenir tersebut juga bisa dijadikan media

promosi bagi orang lain. Orang-orang yang melihat

souvenir tersebut akan mengetahui objek wisata

Godong Ijo dengan sendiri sehingga Goding Ijo

semakin dikenal masyarakat luas.

3. Fasilitas penunjang yang masih sedikit seperti tempat

istirahat bagi wisatawan (tempat duduk) atau gazebo.

Meskipun Godong Ijo merupakan daerah yang teduh,

namun kehadiran bangku taman atau tempat

peristirahatan masih dirasa kurang. Setelah

menghabiskan tenaga untuk berkeliling, alangkah

baiknya pengunjung dilengkapi fasilitas tempat

duduk yang mencukupi. Selain bisa beristirahat,

pengunjung juga bisa menikmati pemandangan

alam Godong Ijo sembari duduk.

Selain faktor internal, terdapat juga faktor eksternal

yang mempengaruhi strategi pengembangan di suatu

objek wisata yaitu peluang. Peluang Kawasan Wisata

Godong Ijo dalam pengembangan sumberdaya lokal

untuk mencapai tujuan pembangunan yang ditetapkan

meliputi:

1. Kondisi Jalan menuju Godong Ijo baik

Jalan menuju Godong Ijo terbilang baik. Jalan sudah

di aspal dan tidak ada kerusakan jalan yang berarti.

Pengunjung dapat melalui jalan ini dengan aman.

2. Kemudahan transportasi menuju Godong Ijo

Kendaraan yang melalui Godong Ijo cukup

banyak. Pengunjung dapat ke Godong Ijo

menggunakan kereta, bus, ataupun angkot.

Jika menggunakaan bus atau kereta, pengunjung

harus melajutkan perjalanan dengan angkot.

3. Ketersediaan papan penunjuk jalan

Pengunjung dapat dengan mudah mengetahui

keberadaan Godong Ijo melalui papan petunjuk

yang terpasang di pinggir jalan.

4. Dekat jalan utama

Letaknya yang strategis yang dekat dengan

perkotaan memudahkan pengunjung untuk

mencapai lokasi Godong Ijo. Memang terjadi

kemacetan dibeberapa titik jalan menuju

tempat ini. Namun itu masih dalam taraf yang

Page 25: Journal of Tourism DESTINATION AND ATTRACTIONdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/8010211004153517909425August2018.pdfVolume IV No.2 Juni 2017, ISSN: 2339-1987 iii Journal of TOURISM

Mordahai Siburian

16 Volume IV No.2 Juni 2017, ISSN: 2339-1987

wajar. Selain itu, cukup banyak kendaraan umum

yang melewati tempat ini sehingga pengunjung

yang tidak memiliki kendaraan pribadi tetap

dapat ke Godong Ijo dengan mudah.

5. Banyaknya sekolah di Kota Depok bisa menjadi

potensi target pasar bagi wisata Godong Ijo

Banyaknya sekolah di Kota Depok bisa menjadi

potensi target pasar bagi wisata Godong Ijo

terutama karena program wisata ini utamanya

dirancang untuk pendidikan. Anak-anak yang

juga akan disuguhkan pembelajaran diluar

sekolah (berada di alam) yang menyenangkan

sehingga mengusir kejenuhan belajar anak

dari kegiatan sekolah.

6. Didukung oleh pemerintah Kota Depok

Sebagai objek wisata, Godong Ijo merupakan

kontributor pajak untuk menambah penghasilan

daerah Kota Depok. Semakin majunya Godong

Ijo sebagai destinasi wisata, tentunya akan semakin

berdampak baik bagi perekonomian kota. Bukan

saja dilihat dari segi pajak, tetapi juga membantu

pemerintah dalam mengurangi pengangguran

sebab Godong Ijo telah memberikan banyak

lapangan pekerjaan bagi penduduk disekitarnya,

mulai dari pegawai administrasi hingga pekerja

lapangan. Dukungan pemerintah adalah dalam

bentuk memasukan daya tarik wisata Godong

Ijo ke website resmi pemerintah Kota Depok sebagai

10 daya tarik wisata yang ada di Kota Depok.

Pembobotan Internal Factor Analysis System

(IFAS) dan External

Berdasarkan matriks IFAS, menunjukkan bahwa

tempat wisata yang menarik sebagai menjadi

kekuatan terbesar bagi Godong Ijo (0,16), disusul

dengan berbagai program wisata edukasi yang

menarik (0,15). Dapat disimpulkan bahwa dengan

tempat wisata dan program wisata yang menarik

akan memberikan minat wisatawan untuk data

dan berkunjung ke Godong Ijo. Sedangkan kelemahan

utamanya adalah pengunjung terbanyak berasal

dari sekitar Godong Ijo (0,16) dan di posisi kedua

adalah fasilitas penunjang yang masih sedikit seperti

tempat istirahat bagi wisatawan (tempat duduk)

atau gazebo (0,10) sehingga mempengaruhi frekuensi

kunjungan dan pengunjung yang datang sebagai

besar adalah yang berasal dari daerah wisata itu sendiri.

Berdasarkan matriks EFAS pada tabel 4.5.3.2,

menunjukkan bahwa peluang utama yang dimiliki

wisata Godong Ijo adalah kehadiran sekolah-sekolah

di sekitar Godong Ijo yang dapat memperluas

pasar (0,15) lalu disusul dukungan pemerintah

Kota Depok yang akan memperkuat jangkauan

promosi Godong Ijo (0,13), sedangkan ancaman

utama yang dihadapi adalah munculnya pesaing

dengan mulai hadirnya tempat wisata yang juga

mengusung konsep wisata edukasi (0,11).

Strategi Pengembangan Wisata

Analisis SWOT digunakan untuk membandingkan

faktor eksternal dan faktor internal, faktor eksternal

terdiri dari peluang dan ancaman, sedangkan faktor

internal terdiri dari kekuatan dan kelamahan. Jika

dilihat dari hasil gambar analisis SWOT, strategi

yang dihasilkan berada pada Kuadran 1 yang

merupakan pertemuan dua elemen yaitu kekuatan

(S) dan peluang (O) sehingga memberikan

kemungkinan bagi suatu destinasi untuk bisa

berkembang lebih cepat. Strategi yang diterapkan

dalam kondisi ini adalah mendukung kebijakan

pertumbuhan yang agresif.

Analisis Matriks Swot menunjukan bahwa

strategi dengan bobot tertinggi adalah strategi

Strengths-Opportunities (SO), yaitu strategi yang

menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan

peluang yang ada. Kondisi ini memperlihatkan

bahwa pengelola maupun pemerintah mempunyai

tugas mengupayakan pengembangan dengan

melihat dan memanfaatkan kondisi yang paling

kuat untuk digunakan setepat mungkin agar bisa

memanfaatkan peluang dengan baik dan efektif.

Strategi pengembangan wisata kawasan Godong

Ijo Depok, adalah sebagai berikut:

1. Mempromosikan program wisata edukasi di

Godong Ijo ke sekolah dan masyarakat.

Wisata Godong Ijo sangat sesuai untuk menunjang

pembelajaran di sekolah. Selain belajar dengan cara

konvensional, Godong Ijo menawarkan cara belajar

di luar kelas yang menyenangkan. Promosi ini

dilakukan dalam bentuk kunjungan ke sekolah-

sekolah, mengadakan pameran, dan aktif menginfor-

masikan Godong Ijo melalui media massa.

2. Menjalin kerjasama dengan Pemerintah Kota

Depok dalam mengadakan event di Godong Ijo

dengan tema wisata edukasi bagi anak.

Page 26: Journal of Tourism DESTINATION AND ATTRACTIONdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/8010211004153517909425August2018.pdfVolume IV No.2 Juni 2017, ISSN: 2339-1987 iii Journal of TOURISM

Journal of Tourism Destination and Attraction

Volume IV No.2 Juni 2017, ISSN: 2339-1987 17

Dengan adanya kerja sama dengan pemerintah kota,

akan memberikan keuntungan tersendiri bagi pihak

Godong Ijo dalam hal promosi. Ditambah lagi,

Godong Ijo akan terbantu dalam hal sarana dan

prasarana dalam mengembangkan potensi wisatanya,

berupa alat peraga dan media pembelajaran

lainnya untuk mendukung wisata edukasi anak.

3. Tetap menjaga fasilitas yang ada di Godong Ijo

agar wisatawan merasa nyaman berada di

Godong Ijo dan menarik wisatawan lainnya.

Fasilitas merupakan salah satu unsut terpenting

dalam meningkatkan jumlah pengunjung. Fasilitas

perlu dijaga agar pengunjung tetap merasa nyaman.

Pemeliharaan fasilitas Godong Ijo dilakukan

dalam bentuk pembersihan fasilitas, pengecatan

bangunan atau infrastruktur, serta pengecekan

secara teratur mengenai kekuatan fasilitas.

4. Mengadakan event di Godong ijo dengan tema

tumbuhan dan hewan yang dihadiri oleh

peserta pecinta hewan dan tumbuhan.

Aneka tumbuhan dan hewan yang ada di Godong

Ijo menjadi daya tarik tersendiri. Dengan adanya

event ini akan menjadi wadah bagi pecinta hewan

dan tumbuhan untuk sama-sama berbagi

pengetahuan tentang pemeliharaan hewan

dan tumbuhan. Selain itu, diharapkan juga akan

meningkatkan minat masyarakat dan mengedukasi

mereka untuk mencintai hewan dan tumbuhan.

SIMPULAN

Godong Ijo merupakan salah satu daya tarik

wisata yang berada di Kota Depok. Godong Ijo

merupakan daya tarik wisata yang mengusung

konsep wisata edukasi yang mana terdapat program

pendidikan informal berupa pengenalan lingkungan,

khususnya flora dan fauna yang ada di Godong Ijo.

Penerapan experiential marketing pada Godong

Ijo telah dilakukan melalui berbagai program wisata

edukasi yang mengusung konsep keterlibatan pengunjung

secara aktif pada berbagai kegiatan. Identifikasi SWOT

yang dilakukan dengan menggunakan data dari

kuesioner, wawancara dan observasi menunjukkan

bahwa keberadaan Godong Ijo sebagai tempat

wisata edukasi yang menarik adalah kekuatan

utama, sedangkan kelemahan menurut data dari

pengelola adalah pangsa pasar yang masih terbatas

pada lokasi-lokasi yang dekat dengan daya tarik wisata

tersebut. Peluan bagi Godong Ijo adalah banyaknya

sekolah-sekolah di sekitar lokasi dan di Kota

Depok pada umumnya. Sedangkan ancaman bagi

Godong Ijo adalah pesaing dengan produk sejenis.

Analisis SWOT yang dilakukan mengarah kepada

strategi Strength – Oppotunity sebagai pilihan strategi

yang sesuai. Oleh karenanya, strategi yang

direkomendasikan untuk pengembangan wisata

edukasi Godong Ijo adalah dengan mempromosikan

program wisata edukasi tersebut ke sekolah dan

masyarakat, menjalin kerjasama dengan Pemerintah

Kota Depok dalam mengadakan event dengan tema

wisata edukasi bagi anak, mengadakan event di Godong

ijo dengan tema tumbuhan dan hewan yang dihadiri

oleh pecinta hewan dan tumbuhan, tetap menjaga

fasilitas yang ada di Godong Ijo agar wisatawan

merasa nyaman dan menarik wisatawan lainnya.

DAFTAR PUSTAKA

Ankomah and Larson. 2000. Education Tourism: A Strategy to SustainableTourism Development in Sub-Saharan Africa.

Cooper, J.F. 1995. Tourism, Principles and Practice. London: Logman.

Jatmiko, R.D dan Andharini, S.N. 2012. Analisis Experiential Marketing Dan Loyalitas Pelanggan Jasa Wisata (Studi Pada Taman Rekreasi Sengkaling Malang). Jurnal Manajemen Dan Kewirausahaan, vol. 14, No. 2, 128-137.

Kartajaya H. 2004, Marketing in Venus. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Rahmawati HFI. 2013. Pengembangan pengembangan program wisata Edukasi di wanna wisata Gunung Puntang. Skripsi. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia

Rodger, K. 1998. Planning Education System. Tecnomic publishing Company inc florida.

Tsaur and Chiu, Wang. 2006. The visitors Behavioral Consequences Of Experiential Marketing: An Empirical Study On Taipei Zoo. Journal Of Travel And Tourism Marketing, Vol. 21(1), 47-64.

Yuniarti, T. 2016. Pengaruh Experiential Marketing Dan Kualitas Produk Terhadap Kepuasan Pelanggan Pada Rumah Makan Soto Ayam Lamongan Cak Har, Jurnal Ilmu Dan Riset Manajemen: Volume 5, Nomor 6, 1-15.

Page 27: Journal of Tourism DESTINATION AND ATTRACTIONdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/8010211004153517909425August2018.pdfVolume IV No.2 Juni 2017, ISSN: 2339-1987 iii Journal of TOURISM

Mordahai Siburian

18 Volume IV No.2 Juni 2017, ISSN: 2339-1987

Page 28: Journal of Tourism DESTINATION AND ATTRACTIONdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/8010211004153517909425August2018.pdfVolume IV No.2 Juni 2017, ISSN: 2339-1987 iii Journal of TOURISM

Journal of Tourism Destination and Attraction

Volume IV No.2 Juni 2017, ISSN: 2339-1987 19

APLIKASI SAFE TRAVEL DALAM MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PENGGUNA

BERWISATA KE LUAR NEGERI

Anggi Khoirunnisa, Devi Roza K. Kausar, dan Yustisia P. Mbulu

Fakultas Pariwisata, Universitas Pancasila Jakarta

Srengseng Sawah, Jagakarsa, Jakarta Selatan 12640, Indonesia

Abstract

The Safe Travel app is an application developed by the Ministry of Foreign Affairs of the Republic of

Indonesia, which contains practical information to assist Indonesian citizens when they are abroad. The

application also gives suggestions and warnings regarding the country that the users are in, to ensure their

safety whilst on the trip. Using tourism mobile application concept, the purpose of this research is to describe

the features of Safe Travel app and investigate how the application influences the decision to travel among

its users. The study used survey as means for data collection method and 60 respondents participated in

the survey. Multiple linear regression was used to analyse the data collected. The findings indicate that navigation,

social communication, marketing, emergency, transactions and entertainment variable do not influence the

decision to travel abroad. Meanwhile, information variable has a positive effect on the decision to travel.

Keywords: Tourism Mobile Application, Decision to Travel, Safe Travel Application

PENDAHULUAN

Perkembangan Teknologi Informasi dan

Komunikasi (TIK) mempermudah proses perencanaan

dan memperluas jangkauan informasi pada sektor

pariwisata dengan menggunakan koneksi internet

dan komputer. Menurut Bethapudi (2013) TIK

memungkinkan penyatuan aktivitas pengelolaan

pelanggan dan rantai suplai sehingga pemilihan

produk, pemesanan, pengiriman dan pelacakan barang,

pembayaran serta pelaporan dapat dilakukan

dengan menggunakan satu fasilitas dengan mudah.

Industri pariwisata dengan produknya yang berupa

jasa tak berwujud adalah industri yang sangat

intensif menggunakan TIK dan memanfaatkan berbagai

media informasi cetak, audio-visual maupun online

untuk merepresentasikan produk yang tak berwujud

tersebut ke hadapan pelanggannya (Buhalis, 2003).

TIK pun berkembang dengan munculnya mobile

application/mobile app atau aplikasi mobile yang

terdapat pada smartphone atau telepon pintar.

Aplikasi menurut Jogiyanto dalam Putra, dkk (2015)

adalah penggunaan dalam suatu perangkat komputer,

instruksi (instruction) atau pernyataan (statement)

yang disusun hingga sedemikian rupa dari komputer

dapat memproses masukan (input) menjadi keluaran

(output). Secara istilah aplikasi adalah program

siap pakai yang dirancang untuk melaksanakan

suatu fungsi bagi pengguna atau aplikasi yang lain

dan dapat digunakan oleh sasaran yang dituju

sedangkan mobile dapat diartikan sebagai perpindahan

dari suatu tempat ke tempat yang lain. Maka, mobile

app merupakan suatu program yang memiliki fungsi

sesuai kebutuhan dan keinginan yang dapat digunakan

pada suatu tempat dengan menggunakannya dengan

koneksi internet.

Selain aplikasi untuk pencarian dan pemesanan

tiket pesawat dan moda transportasi lainnya serta

akomodasi yang telah banyak digunakan oleh

wisatawan, terdapat aplikasi Safe Travel. Diluncurkan

oleh Kementerian Luar Negeri RI (Kemlu), aplikasi

ini berisi informasi praktis yang diperlukan oleh

warga negara Indonesia (WNI) yang akan atau

sedang bepergian di luar negeri dengan berbagai

keperluan. Salah satu fitur yang spesifik pada

aplikasi Safe Travel adalah fitur darurat.

Semakin meningkatnya jumlah wisatawan

nasional yang melakukan perjalanan ke luar negeri

adalah alasan utama pemerintah membuat aplikasi

Safe Travel untuk tetap memantau keselamatan

warganya selama berada di luar negeri. Tabel 1

memuat data jumlah wisatawan nasional yang

melakukan perjalanan ke luar negeri.

Page 29: Journal of Tourism DESTINATION AND ATTRACTIONdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/8010211004153517909425August2018.pdfVolume IV No.2 Juni 2017, ISSN: 2339-1987 iii Journal of TOURISM

Anggi Khoirunnisa, Devi Roza K. Kausar, dan Yustisia P. Mbulu

20 Volume IV No.2 Juni 2017, ISSN: 2339-1987

Tabel 1. Data Wisatawan

Nasional Ke Luar Negeri 2011-2016

Tahun Jumlah Wisatawan Nasional

2011 6,750,416

2012 7,453,633

2013 8,024,876

2014 7,899,070

2015 7,908,534

2016 6,677,918

(Sumber: Kemenpar.go.id)

Saat ini, jumlah pengguna aplikasi Safe

Travel adalah kurang lebih 5000 orang (Gambar 1),

sedangkan jumlah pengguna yang telah mengulas

aplikasi tersebut adalah 145.

Gambar 1. Jumlah Pengguna Aplikasi Safe Travel

Sumber: Play Store Android (April, 2017)

Tujuan dari penelitian ini adalah menjabarkan

fungsi fitur aplikasi Safe Travel dalam memberikan

pelayanan dan informasi dari sudut pandang

pengguna; dan meneliti pengaruh aplikasi Safe

Travel dalam terhadap keputusan berkunjung

penggunanya untuk berwisata ke luar negeri.

Kennedy-Eden dan Gretzel (2012) menciptakan

taksonomi tourism mobile travel app yang memiliki

dua sudut pandang yaitu perspektif rantai nilai

customer-centric (melihat dari kacamata pelanggan)

dan perspektif interaksional. Perspektif customer-

centric mengklasifikasikan aplikasi sesuai dengan

layanan yang diberikan. Dengan demikian, sudut

pandang fungsional berfokus pada nilai tambah

yang dapat diperoleh pengguna dari penggunaan

aplikasi ini. Perspektif interaksional menggunakan

interaktivitas sebagai kriteria klasifikasi. Interaktivitas

didefinisikan sebagai tingkat kontrol pengguna

terhadap berbagai aspek aplikasi seperti konten, format

tampilan, dan lainnya. Penelitian ini menggunakan

sudut pandang pertama yaitu customer centric

(Kennedy-Eden dan Gretzel, 2012) Dalam taksonomi

tourism mobile travel app, terdapat tujuh kategori

fungsi, yaitu navigasi, sosial, pemasaran, keamanan/

darurat, transaksional, hiburan, dan informasi untuk

mengklasifikasikan aplikasi sesuai dengan layanan

yang diberikan, kemudian meneliti bagaimana aplikasi

berperan dalam proses keputusan berkunjung ke luar

negeri. Sebagaimana menurut Amirullah dalam Fitroh

(2017), keputusan berkunjung merupakan proses dimana

wisatawan melakukan proses penilaian terhadap berbagai

alternatif pilihan, kemudian memilih salah satu atau

beberapa alternatif yang dibutuhkan berdasarkan

pertimbangan-pertimbangan tertentu (Gambar 2).

Gambar 2. Kerangka Pemikiran

Dari kerangka pemikiran tersebut, hipotesis

yang dapat dirumuskan adalah sebagai berikut:

Variabel X1 dengan Y

H0: Navigation tidak berpengaruh terhadap

keputusan berkunjung ke luar negeri.

Ha: Navigation berpengaruh terhadap keputusan

berkunjung ke luar negeri.

Variabel X2 dengan Y

H0: Ruang sosial tidak berpengaruh terhadap

keputusan berkunjung ke luar negeri.

Ha: Ruang sosial berpengaruh terhadap

keputusan berkunjung ke luar negeri.

Variabel X3 dengan Y

H0: Mobile Marketing tidak berpengaruh

terhadap keputusan berkunjung ke luar negeri.

Ha: Mobile Marketing berpengaruh terhadap

keputusan berkunjung ke luar negeri.

Variabel X4 dengan Y

H0: Emergency/security tidak berpengaruh

terhadap keputusan berkunjung ke luar negeri.

Ha: Emergency/security tidak berpengaruh

terhadap keputusan berkunjung ke luar negeri.

Keputusan Berkunjung Amirullah

(2002) (dalam Fitroh, 2017)

(Y)

Tourism Mobile Application (Kennedy-Eden and Gretzel, 2012) (X)

1. Navigation 2. Social 3. Marketing 4. Security/Emergency 5. Transaction 6. Information

7. Entertainment

Page 30: Journal of Tourism DESTINATION AND ATTRACTIONdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/8010211004153517909425August2018.pdfVolume IV No.2 Juni 2017, ISSN: 2339-1987 iii Journal of TOURISM

Journal of Tourism Destination and Attraction

Volume IV No.2 Juni 2017, ISSN: 2339-1987 21

Variabel X5 dengan Y

H0: Transaksi tidak berpengaruh terhadap

keputusan berkunjung ke luar negeri.

Ha: Transaksi berpengaruh terhadap keputusan

berkunjung ke luar negeri.

Variabel X6 dengan Y

H0: Informasi tidak berpengaruh terhadap

keputusan berkunjung ke luar negeri.

Ha: Informasi berpengaruh terhadap keputusan

berkunjung ke luar negeri.

Variabel X7 dengan Y

H0: Hiburan tidak berpengaruh terhadap

keputusan berkunjung ke luar negeri.

Ha: Hiburan berpengaruh terhadap keputusan

berkunjung ke luar negeri.

METODE

Sasaran penelitian yang menjadi sumber

penelitian adalah pengguna aplikasi Safe Travel

Kementerian Luar Negeri RI. Menurut data, pengguna

yang telah mengulas aplikasi Safe Travel sampai

bulan April 2017 berjumlah 145 (Gambar 1). Pemberi

ulasan aplikasi Safe Travel dianggap sebagai

populasi untuk mendapatkan informan atau sampel.

Sehingga jumlah sampel dalam penelitian ini

ditentukan dengan menggunakan teori Slovin adalah

60 responden.

Penelitian ini menggunakan pendekatan

kuantitatif, yang merupakan satu bentuk penelitian

ilmiah untuk mengkaji satu permasalahan dari

suatu fenomena, serta melihat kemungkinan kaitan

atau hubungan-hubungannya antarvariabel dalam

permasalahan yang ditetapkan (Indrawan and

Yaniawati, 2014). Pengumpulan data penelitian

kuantitatif merupakan upaya peneliti untuk

mengumpulkan data bersifat angka, atau bisa juga

data bukan angka, namun bisa dikuantifikasikan

(Indrawan and Yaniawati, 2014)..

Pada penelitian ini teknik pengumpulan data

adalah melalui survei dengan menggunakan kuesioner

berupa daftar pertanyaan tertulis kepada responden.

Pengukuran variabel dilakukan dengan menggunakan

skala likert (1 – 5). Skala likert paling sering digunakan

untuk mengukur sikap, pendapat, persepsi responden

terhadap suatu objek (Utama and Mahadewi, 2012).

Untuk menyusun kuesioner, perlu dilakukan

operasionalisasi variabel yaitu kegiatan mengurai

variabel menjadi sejumlah variabel operasional

atau variabel empiris (indikator, item) yang merujuk

langsung pada hal-hal yang dapat diamati atau

diukur (Silalahi, 2009). Operasionalisasi variabel

pada penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Definisi Variabel penelitian

Konsep Variabel Indikator

Tourism

Mobile

Application

(X)

Navigation

Membantu

petunjuk jalan

adanya GPS, Aug.

Reality (sesuai

kenyataan), dan

mencari jalan

Social

Berbagi,

kolaborasi,

komunikasi sosial

Mobile

Marketing

Informasi

pemasaran berupa

kupon, pameran,

himbauan dan

sebagainya

Securit/

Emergency

Layanan locator

darurat,

pemantauan

kesehatan, cuaca,

Transaction

Melibatkan

transaksi

keuangan,

pemesanan dan

belanja

Information

Beragam sumber

informasi berkaitan

pariwisata

Entertainment

Menyediakan

pilihan hiburan

game, film, e-

reader, dll

Keputusan

Berkunjung

(Y)

Proses

Alternatif

Penilaian alternatif

pilihan

Teknik analisis data yang digunakan dalam

penelitian ini adalah analisis deskriptif yaitu statistik

yang digunakan untuk menganalisa data dengan

cara mendeskripsikan atau menggambarkan data

yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa

bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku

Page 31: Journal of Tourism DESTINATION AND ATTRACTIONdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/8010211004153517909425August2018.pdfVolume IV No.2 Juni 2017, ISSN: 2339-1987 iii Journal of TOURISM

Anggi Khoirunnisa, Devi Roza K. Kausar, dan Yustisia P. Mbulu

22 Volume IV No.2 Juni 2017, ISSN: 2339-1987

untuk umum atau generalisasi Sugiyono (2004);

dan regresi linier berganda digunakan untuk

memprediksi variable tergantung (Y) berdasarkan

variable bebas (X) lebih dari satu (Siswanto, 2014)

Y = α + β1X1 +β2X2+β3X3+β4X4+β5X5+β6X6+β7X7+ε

Dimana:

Y=Jumlah Wisatawan

α = Konstanta

β = Koefisien, β1β2β3β4β5β6β7 = Koefisien regresi

X1= navigation

X2= social

X3= security/emergency

X4= marketing

X5= transaction

X6= information

X7= entertainment

ε = error / kesalahan

Selanjutnya, skoring hasil data konversi ke

interval didapat pada jawaban dari responden,

analisis menggunakan SPSS.

Uji Validitas dilakukan untuk mengetahui

konsistensi internal dari suatu construct. Uji

validitas yang dilakukan pada setiap pertanyaan

menghasilkan p-value < alpha 0,05, yang berarti

seluruh pertanyaan pada kuesioner valid. Sedangkan

uji reliabilitas merupakan alat untuk mengukur

suatu kuesioner yang merupakan indikator dari

variabel atau konstruk. Suatu variable atau konstruk

dinyatakan reliable jika memberikan nilai Cronbach

Alpha > 0,60. Hasil uji reliabilitas menunjukkan

nilai Cronbach's Alpha di atas 0.6 sehingga dapat

disimpulkan data yang digunakan dalam

penelitian ini memenuhi asumsi realibilitas data.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisis Deskriptif Variabel

Untuk memudahkan penilaian dari jawaban

responden, maka dibuat kriteria penilaian dengan

menggunakan nilai ordinal sebagai berikut:

Sangat Setuju (SS) : 5

Setuju (S) : 4

Ragu-ragu (R) : 3

Tidak Setuju (TS) : 2

Sangat Tidak Setuju (STS) : 1

Dengan jumlah responden sebanyak 60 orang,

maka hasil interval menunjukkan:

Tabel 3. Hasil Interval

No Range Keterangan F

1 46,15-52,11 Sangat Tidak Setuju 3

2 52,11-58,07 Tidak Setuju 10

3 58,07-64,03 Ragu-ragu 21

4 64,03-69,99 Setuju 12

5 69,99-75-96 Sangat Setuju 14

Total 60

Tabel 3 menunjukkan penilaian responden

terhadap aplikasi Safe Travel sebagai aplikasi

yang memberikan pelayanan dan informasi,

sebagian masih berada pada range sedang atau

“ragu-ragu” walaupun jumlah responden terbanyak

berada pada range “setuju dan sangat setuju”. Hal

ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden

setuju bahwa aplikasi Safe Travel memiliki

berbagai fitur informasi yang baik untuk rencana

perjalanan dan saat di luar negeri.

Hasil Regresi Berganda dan Uji data

Dari data yang sudah dikumpulkan berupa

kuesioner kemudian diolah menggunakan SPSS 15.0.

Proses pengolahan data menggunakan konversi

data ordinal menjadi interval untuk dapat dihitung

lebih lanjut menggunakan Uji Regresi Berganda.

1. Koefisien Determinasi

Untuk mengetahui besar kontribusi variabel

bebas navigation (X1), social (X2), transaction

(X3), marketing (X4), security/emergency (X5),

entertainment (X6), information (X7) terhadap

variabel terikat keputusan berkunjung (Y)

digunakan R2 yang terdapat pada tabel 6.

Tabel 6 Koefisien Determinasi

Berdasarkan tabel 6 dijelaskan bahwa nilai R

Square adalah 0,351 atau 35,1% yang dapat

diinterpretasikan bahwa variabel bebas dalam

penelitian ini yakni informasi, pemasaran,

navigasi, darurat, sosial, transaksi dan hiburan

memiliki kontribusi sebesar 35,1% terhadap

variabel keputusan berkunjung. Maka dalam

penelitian ini adalah keputusan berkunjung

Page 32: Journal of Tourism DESTINATION AND ATTRACTIONdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/8010211004153517909425August2018.pdfVolume IV No.2 Juni 2017, ISSN: 2339-1987 iii Journal of TOURISM

Journal of Tourism Destination and Attraction

Volume IV No.2 Juni 2017, ISSN: 2339-1987 23

sebesar 64,9 % lainnya dipengaruhi oleh

faktor-faktor lain di luar variabel X. Dimana di

luar dari tourism mobile application ada faktor

lain yang mempengaruhi keputusan berkunjung.

Faktor lain tersebut seperti motivasi wisatawan,

tiket pesawat dengan tawaran harga murah,

iklim, lokasi, special events, mengunjungi teman,

budaya, lingkungan alam, masyarakat dan

sebagainya (Jackson dalam Fansuri, 2016).

2. Uji F (Test simultan / serentak)

Pengujian F dilakukan untuk mengetahui apakah

hasil dari analisis regresi yang dilakukan signifikan

atau tidak. Uji F dapat dilakukan dengan

membandingkan F hitung tabel, jika F hitung >

dari F tabel maka H0 ditolak dan sebaliknya

jika F hitung < dari F tabel maka H0 diterima.

Analisis regresi ini digunakan untuk menghitung

besarnya pengaruh antara variabel bebas,

yaitu navigation (X1), social (X2), marketing (X3),

transaction (X4), security/emergency (X5),

entertainment (X6), dan information (X7) terhadap

variabel terikat yaitu keputusan berkunjung (Y).

Hasil Uji F / Uji Simultan dapat dilihat pada

tabel berikut ini:

Tabel 7. Uji F/Simultan

Berdasarkan gambaran diatas data yang

tersaji menunjukkan nilai F = 4,015 (lebih dari 4)

dalam signifikan 0.001 (kurang dari 0,05) maka

dapat dikatakan X1, X2, X3, X4, X5, X6, dan

X7 berpengaruh secara secara simultan.

3. Uji T-test (Uji Parsial)

Pengujian ini untuk mengetahui apakah masing-

masing variabel bebas secara parsial mempunyai

pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat.

Dapat juga dikatakan jika t hitung > t tabel atau

t hitung < t tabel maka hasilnya signifikan dan

berarti H0 ditolak dan H1 diterima. Sedangkan

jika t hitung < t tabel atau t hitung > t tabel maka

hasilnya tidak signifikan dan berarti H0 diterima

dan H1 ditolak. Hasil dari uji t dapat dilihat pada

tabel 8 berikut:

Tabel 8 Uji t-test

a. Antara X1 navigation dengan Y keputusan

berkunjung menunjukan sig = 0,961 dan

nilai signifikan navigation = 0,961 > 0,05 maka

tidak ada pengaruh X1 (navigation) terhadap

keputusan. Hal ini berarti H01 diterima dan

H1 ditolak sehingga dapat disimpulkan bahwa

keputusan berkunjung tidak dipengaruhi

secara signifikan oleh navigation.

b. Antara X2 social dengan Y keputusan berkunjung

menunjukan sig = 0,816 dan nilai signifikan

social = 0,816 > 0,05 maka tidak ada

pengaruh X2 (social) terhadap keputusan.

Hal ini berarti H02 diterima dan H2 ditolak

sehingga dapat disimpulkan bahwa keputusan

berkunjung tidak dipengaruhi secara signifikan

oleh social.

c. Antara X3 marketing dengan Y keputusan

berkunjung menunjukan sig = 0,717 dan

nilai signifikan marketing = 0,717 > 0,05 maka

tidak ada pengaruh X3 (marketing) terhadap

keputusan. Hal ini berarti H03 diterima dan

H3 ditolak sehingga dapat disimpulkan bahwa

keputusan berkunjung tidak dipengaruhi

secara signifikan oleh marketing.

d. Antara X4 security/emergency dengan Y

keputusan berkunjung menunjukan sig = 0,356

dan nilai signifikan security/emergency =

0,356 > 0,05 maka tidak ada pengaruh X4

(security/emergency) terhadap keputusan.

Hal ini berarti H04 diterima dan H4 ditolak

sehingga dapat disimpulkan bahwa keputusan

berkunjung tidak dipengaruhi secara signifikan

oleh security/emergency.

Page 33: Journal of Tourism DESTINATION AND ATTRACTIONdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/8010211004153517909425August2018.pdfVolume IV No.2 Juni 2017, ISSN: 2339-1987 iii Journal of TOURISM

Anggi Khoirunnisa, Devi Roza K. Kausar, dan Yustisia P. Mbulu

24 Volume IV No.2 Juni 2017, ISSN: 2339-1987

e. Antara X5 transaction dengan Y keputusan

berkunjung menunjukan sig = 0,960 dan

nilai signifikan transaction = 0,960 > 0,05 maka

tidak ada pengaruh X5 (transaction) terhadap

keputusan. Hal ini berarti H05 diterima dan

H5 ditolak sehingga dapat disimpulkan

bahwa keputusan berkunjung tidak dipengaruhi

secara signifikan oleh transaction.

f. Antara X6 entertainment dengan Y keputusan

berkunjung menunjukan sig = 0,112 dan

nilai signifikan entertainment = 0,112 > 0,05

maka tidak ada pengaruh X6 (entertainment)

terhadap keputusan. Hal ini berarti H06

diterima dan H6 ditolak sehingga dapat disimpulkan

bahwa keputusan berkunjung tidak dipengaruhi

secara signifikan oleh entertainment.

g. Antara X7 information dengan Y keputusan

berkunjung menunjukan sig = 0,009 dan

nilai signifikan information = 0,009 < 0,05

maka ada pengaruh X7 (information) terhadap

keputusan. Hal ini berarti H07 ditolak dan

H7 diterima sehingga dapat disimpulkan

bahwa keputusan berkunjung dipengaruhi

secara signifikan oleh information.

Maka dari hasil diatas dapat menemukan

persamaan regresi linier berganda pada tabel 9.

Tabel 9 Hasil Uji Regresi Linier Berganda

Variabel Koefisien Regresi

Sig.

(Constanta) 30,931 0.001

Navigation 0,006 0,961

Social -0,028 0,816

Marketing 0,027 0,717

Security/Emergency -0,131 0,356

Transaction 0,006 0,960

Entertainment 0,236 0,112

Information 0,466 0,009

R = 592 F = 4.015 R2= 0,351 Sig = 0.001

Berdasarkan tabel 9 maka dapat diperoleh

persamaan regresi sebagai berikut:

Y = 30,931 + 0,006 X1 - 0,028

X2 + 0,027 X3 - 0,131 X4 + 0,006

X5 + 0,236 X6 + 0,466 X7

Maka, persamaan regresi di atas dapat dijelaskan

sebagai berikut:

a. Konstanta (nilai tetap) sebesar 30,931; artinya,

bila ketujuh variabel X sama dengan nol,

maka proses dari keputusan berkunjung (Y)

penggunanya berwisata ke luar negeri

nilainya sebesar 30.931.

b. Koefisien regresi navigation (X1) sebesar 0,006;

artinya, setiap kenaikan navigation sebesar

satu satuan, maka keputusan berkunjung

wisatawan ke luar negeri mengalami peningkatan

sebesar 0,006 atau 0,6%. Maka navigation

akan mempengaruhi terhadap keputusan

berkunjung penggunanya berwisata ke luar

negeri sebesar 0,6%.

c. Koefisien regresi social (X2) sebesar -0,028;

artinya, setiap kenaikan social sebesar satu satuan,

maka keputusan berkunjung wisatawan ke luar

negeri mengalami penurunan sebesar -0,028

atau 2,8%. Maka social tidak mempengaruhi

terhadap keputusan berkunjung penggunanya

berwisata ke luar negeri sebesar 2,8%.

d. Koefisien regresi marketing (X3) sebesar 0,027;

artinya, setiap kenaikan marketing sebesar

satu satuan, maka keputusan berkunjung

wisatawan ke luar negeri mengalami peningkatan

sebesar 0,027 atau 2,7%. Maka marketing

akan mempengaruhi terhadap keputusan

berkunjung penggunanya berwisata ke luar

negeri sebesar 2,7%.

e. Koefisien regresi security /emergency (X4)

sebesar -0,131; artinya, setiap kenaikan

security/emergency sebesar satu satuan,

maka keputusan berkunjung wisatawan ke

luar negeri mengalami penurunan sebesar

-0,131 atau 13,1%. Maka security/emergency

tidak mempengaruhi terhadap keputusan

berkunjung penggunanya berwisata ke luar

negeri sebesar 13,1%.

f. Koefisien regresi transaction (X5) sebesar 0,006;

artinya, setiap kenaikan transaction sebesar satu

satuan, maka keputusan berkunjung wisatawan

ke luar negeri mengalami peningkatan sebesar

0,006 atau 0,6%. Maka transaction akan mempe-

ngaruhi keputusan berkunjung penggunanya

berwisata ke luar negeri sebesar 0,6%.

g. Koefisien regresi entertainment (X6) sebesar

0,236; artinya, setiap kenaikan entertainment

sebesar satu satuan, maka keputusan berkunjung

wisatawan ke luar negeri mengalami peningkatan

Page 34: Journal of Tourism DESTINATION AND ATTRACTIONdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/8010211004153517909425August2018.pdfVolume IV No.2 Juni 2017, ISSN: 2339-1987 iii Journal of TOURISM

Journal of Tourism Destination and Attraction

Volume IV No.2 Juni 2017, ISSN: 2339-1987 25

sebesar 0,236 atau 23,6%. Maka entertainment

akan mempengaruhi keputusan berkunjung

penggunanya berwisata ke luar negeri

sebesar 23,6%.

h. Koefisien regresi information (X7) sebesar 0,466;

artinya, setiap kenaikan information sebesar satu

satuan, maka keputusan berkunjung wisatawan

ke luar negeri mengalami peningkatan sebesar

0,466 atau 46,6%. Maka information akan mempe-

ngaruhi keputusan berkunjung penggunanya

berwisata ke luar negeri sebesar 46,6%.

Pembahasan

Berdasarkan hasil analisis data dengan melihat

signifikansi pada uji t dapat disimpulkan bahwa:

1. Hipotesis 1 (Navigation)

Dari hasil olahan data mengenai variabel navigation

di aplikasi Safe Travel menunjukan bahwa

hipotesis H1 ditolak dan H01 diterima, artinya

keputusan berkunjung tidak dipengaruhi secara

signifikan oleh navigation di aplikasi Safe Travel.

Angka signifikansi navigation tidak memiliki

pengaruh yaitu α = 0,961, hal ini karena fitur

Check-in hanya dapat digunakan ketika pengguna

berada di luar negeri, sementara sebagian

responden baru pada tahap menggunakan

aplikasi ini untuk merencanakan kunjungan.

Dijelaskan juga menurut Kennedy-Eden and

Gretzel (2012) kategori navigation adalah

aplikasi yang membantu petunjuk jalan

misalnya dengan adanya GPS, augmented reality,

dan Way Finding yang dapat menemukan jalan.

2. Hipotesis 2 (Social)

Dari hasil olahan data mengenai variabel social

di aplikasi Safe Travel menunjukan bahwa hipotesis

H2 ditolak dan H02 diterima, artinya keputusan

berkunjung tidak dipengaruhi secara signifikan

oleh sosial komunikasi di aplikasi Safe Travel.

Angka signifikansi social tidak memiliki pengaruh

yaitu α = 0,816, hal ini karena sebagian responden

berada pada tahap merencanakan kunjungan

ke luar negeri. Sehingga fitur sosial ini belum

dimanfaatkan. Menurut Kennedy-Eden and

Gretzel (2012), fitur sosial merupakan fitur

untuk membagikan catatan, foto, dan opini lainnya

selama perjalanan ke social network dan

timbulnya komunikasi dengan pengguna lain.

3. Hipotesis 3 (Marketing)

Dari hasil olahan data mengenai variabel marketing

di aplikasi Safe Travel menunjukan bahwa hipotesis

H3 ditolak dan H03 diterima, artinya keputusan

berkunjung tidak dipengaruhi secara signifikan

oleh marketing di aplikasi Safe Travel.

Angka signifikansi marketing tidak memiliki

pengaruh yaitu α = 0,717, hal ini karena hanya

terdapat fitur asuransi perjalanan yang menjelaskan

untuk pembelian jasa tersebut dan belum adanya

tampilan kupon, diskon dan informasi pemasaran

lain. Sedangkan, menurut Kennedy-Eden and

Gretzel (2012), fitur pemasaran merupakan

fitur yang memberikan informasi berupa kupon,

pameran, himbauan dan sebagainya. Pada aplikasi

Safe Travel, fitur ini belum dikembangkan.

4. Hipotesis 4 (Security/Emergency)

Dari hasil olahan data mengenai variabel

security/emergency di aplikasi Safe Travel

menunjukan bahwa hipotesis H4 ditolak dan

H04 diterima, artinya keputusan berkunjung tidak

dipengaruhi secara signifikan oleh security/emergency

di aplikasi Safe Travel.

Angka signifikansi security /emergency tidak memiliki

pengaruh yaitu α = 0,356, hal ini karena fitur darurat

dapat digunakan pada saat di luar negeri. sedangkan

sebagian responden adalah pengguna yang berada

pada tahap merencanakan. Sedangkan, menurut

Kennedy-Eden and Gretzel (2012), fitur darurat

merupakan fitur yang dapat digunakan pada

saat perjalanan dan adanya keadaan bermasalah,

dimana perlu adanya informasi keamanan dan

informasi keadaan darurat.

5. Hipotesis 5 (Transaction)

Dari hasil olahan data mengenai variabel transaction

di aplikasi Safe Travel menunjukan bahwa hipotesis

H5 ditolak dan H05 diterima, artinya keputusan

berkunjung tidak dipengaruhi secara signifikan

oleh transaction di aplikasi Safe Travel.

Angka signifikansi transaction tidak memiliki

pengaruh yaitu α = 0,960, hal ini karena sebagian

responden masih pada tahap merencanakan

banyak yang tidak beraktivitas untuk bertransaksi

melalui aplikasi serta aplikasi Safe Travel belum

memiliki fitur pembelian/pembayaran. Sebagaimana,

Page 35: Journal of Tourism DESTINATION AND ATTRACTIONdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/8010211004153517909425August2018.pdfVolume IV No.2 Juni 2017, ISSN: 2339-1987 iii Journal of TOURISM

Anggi Khoirunnisa, Devi Roza K. Kausar, dan Yustisia P. Mbulu

26 Volume IV No.2 Juni 2017, ISSN: 2339-1987

menurut Kennedy-Eden and Gretzel (2012), fitur

transaksi dikembangkan untuk meminimalisir

penggunaan waktu transaksi dengan sistem

pembayaran atau keuangan membantu pengguna

aplikasi melakukan reservasi, pembelian tiket,

dan sebagainya.

6. Hipotesis 6 (Entertainment)

Dari hasil olahan data mengenai variabel entertainment

di aplikasi Safe Travel menunjukan bahwa hipotesis

H6 ditolak dan H06 diterima, artinya keputusan

berkunjung tidak dipengaruhi secara signifikan

oleh entertainment di aplikasi Safe Travel.

Angka signifikansi hiburan tidak memiliki

pengaruh yaitu α = 0,112, hal ini karena hanya

ada fitur mengambil foto sedangkan fitur yang

dapat menonton video, TV dan bermain game

belum tersedia di aplikasi Safe Travel.

Sebagaimana menurut Kennedy-Eden and

Gretzel (2012) hiburan adalah pengguna yang

menggunakan aplikasi untuk hiburan dapat

mengambil foto atau mengeditnya, menonton

video/TV, membaca dan sebagainya.

7. Hipotesis 7 (Information)

Dari hasil olahan data mengenai variabel

information di aplikasi Safe Travel menunjukan

bahwa hipotesis H7 diterima dan H07 ditolak,

artinya keputusan berkunjung dipengaruhi secara

signifikan oleh information di aplikasi Safe Travel.

Angka signifikansi information memiliki pengaruh

yaitu α = 0,009, hal ini karena fitur sebagian besar

adalah berbentuk informasi yang di setiap fiturnya

menyajikan informasi terhadap fitur, informasi wisata,

informasi kuliner dan informasi keperluan lain selama

diperjalanan. Sebagaimana menurut Kennedy-

Eden and Gretzel (2012), informasi ialah aplikasi

yang berisi memberi tamu beragam informasi

yang berkaitan dengan pariwisata.

SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang sudah

diperoleh, maka dapat disimpulkan bahwa fungsi

fitur pada aplikasi Safe Travel menurut pengguna

telah baik dalam memberikan pelayanan dan informasi

untuk perencanaan perjalanan dan saat di luar negeri.

Berdasarkan hasil uji menggunakan uji f, t-

test serta regresi berganda menggunakan SPSS

yang dilaksanakan mengenai pengaruh tourism

mobile application terhadap keputusan berkunjung,

dapat diambil kesimpulan bahwa variabel navigation,

transaction, social, marketing, security/emergency

dan entertainment tidak berpengaruh terhadap keputusan

pengguna untuk berkunjung ke luar negeri. Hal ini

karena variabel-variabel tersebut belum sepenuhnya

difungsikan dengan baik dan belum adanya fitur-

fitur yang mendukung video, TV, kupon diskon dan

sebagainya Sedangkan, variabel yang berpengaruh

terhadap keputusan berkunjung wisatawan adalah

information. Aplikasi Safe Travel dianggap telah

banyak menampilkan informasi wisata, kuliner dan

tempat ibadah di beberapa negara.

Tidak berpengaruhnya enam dari tujuh

variabel tourism mobile application terhadap

keputusan berkunjung dapat juga diakibatkan

karena sebagian besar responden pada penelitian

ini baru menggunakan aplikasi Safe Travel pada

tahap merencanakan perjalanan ke luar negeri.

Sehingga beberapa fitur yang hanya dapat

digunakan saat penggunanya berada di luar

negeri belum dimanfaatkan oleh responden. Hal

ini merupakan keterbatasan dari penelitian ini.

SARAN

Untuk meningkatkan manfaat dari aplikasi

Safe Travel, beberapa hal perlu menjadi perhatian,

misalnya pada fitur pelayanan untuk kerusakan

atau hilangnya dokumen terdapat pilihan negara,

namun ketika dipilih semua pilihan negara akan

tersambung dengan link Kedutaan Besar Republik

Indonesia (KBRI) Malaysia. Sehingga perlu diperbaiki

untuk dapat mengarah menuju link KBRI di negara

yang bersangkutan. Lalu, informasi terbaru pada

suatu negara perlu terus diperbaharui misalnya

pada himbauan, informasi kesehatan.

Untuk fitur penambahan video sesuai negara

dapat berupa link menuju youtube atau membuat

kolom video sendiri. Kemudian, fitur check-in

dapat ditambahkan menu edit karena banyak

pengguna yang senang mengedit foto. Penguatan

fitur yang berfungsi untuk pemasaran seperti

kupon dan sebagainya juga perlu dilakukan.

DAFTAR PUSTAKA

Amirullah. 2002. Perilaku Konsumen. Yogyakarta

(ID): Graha Ilmu.

Bethapudi, A. 2013. The Role of ICT in Tourism Industry.

India (IND). Journal Appl. Economic Bus. 1, 67-79.

Page 36: Journal of Tourism DESTINATION AND ATTRACTIONdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/8010211004153517909425August2018.pdfVolume IV No.2 Juni 2017, ISSN: 2339-1987 iii Journal of TOURISM

Journal of Tourism Destination and Attraction

Volume IV No.2 Juni 2017, ISSN: 2339-1987 27

Buhalis, D. 2003. ETourism: Information Technology

for Strategic Tourism Management. London:

Financial Times/Prentice Hall.

Fansuri, M.F. 2016. Pengaruh Viral Marketing Melalui

Media Sosial Terhadap Keputusan Berkunjung

Wisatawan Di Pantai Dato Majene. Skripsi.

Makasar (ID). Hasanudin Univ.

Fitroh, S.K.A., Hamid, D., Hakim, L. 2017.

Pengaruh Atraksi Wisata dan Motivasi

Wisatawan Terhadap Keputusan Berkunjung

(Survei pada Pengunjung Wisata Alam

Kawah Ijen). Jurnal Adm. Bisnis 42, 18–25.

Malang (ID). Brawijaya Univ.

Kemenpar. Perkembangan Wisnas (Wisatawan

Nasional) Tahun 2011-2016. Tersedia Online Di

http://www.kemenpar.go.id/asp/detil.asp?c=1

12&id=1358. Di akses pada 15 Agustus 2017.

Kennedy-Eden, H., Gretzel, U. 2012. A Taxonomy

of Mobile Applications in Tourism. E-review of

Tourism Research, 10 (2), 47-50.

Indrawan, R., Yaniawati, P., 2014. Metodologi

Penelitian. Bandung (ID). PT. Refika Aditama.

Mardiyana, E., Wibowo, L.A., Andari, R. 2012.

Pengaruh Shopping Destination Strategy

Terhadap Keputusan Berkunjung Di Wisata

Belanja Mall (Studi Banding Pada Pengunjung

Wisata Belanja Mall Kota Bandung Yang

Terdiri Dari Mall Cihampelas Walk Dan Mall

Paris Van Java). Tourism and Hospitality

Essentials (THE) Journal, Vol.II, No.2, 2012 – 315.

Putra, A.D., Cahyana, R., dan Lainnya. 2014.

Pengembangan Aplikasi Peta Wisata Garut

Berbasis Android Menggunakan Metode

Rapid Application Development. Garut (ID).

Jurnal Algoritma 11. ISSN: 2302-7339 Vol. 11

No. 1 2014.

Sopyan, S., Widiyanto, I. 2015. Analisis Pengaruh Daya

Tarik Wisata dan Kualitas Pelayanan terhadap

Minat Berkunjung Ulang Pengunjung dengan

Kepuasan Pengunjung Sebagai Variabel Intervening

(Studi pada Cagar Budaya Gedung Lawang

Sewu). Skripsi. Semarang (ID). Fakultas

Ekonomika dan Bisnis. Diponegoro Univ.

Silalahi, U. 2009. Metode Penelitian Sosial.

Bandung: Refika Aditama.

Siswanto. 2014. Metode Penelitian Kesehatan

dan Kedokteran. Bursa Ilmu.

Sugiyono. 2004. Metode Penelitian Administrasi.

Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif

Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Utama, I., Mahadewi, N.M.E. 2012. Metodologi

Penelitian Pariwisata dan Perhotelan.

Denpasar (ID).

Page 37: Journal of Tourism DESTINATION AND ATTRACTIONdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/8010211004153517909425August2018.pdfVolume IV No.2 Juni 2017, ISSN: 2339-1987 iii Journal of TOURISM

Nungky Puspita, Yuwana M Marjuka, Meiti Azmi Efenly

28 Volume IV No.2 Juni 2017, ISSN: 2339-1987

Page 38: Journal of Tourism DESTINATION AND ATTRACTIONdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/8010211004153517909425August2018.pdfVolume IV No.2 Juni 2017, ISSN: 2339-1987 iii Journal of TOURISM

Journal of Tourism Destination and Attraction

Volume IV No.2 Juni 2017, ISSN: 2339-1987 29

PERANAN KELOMPOK SADAR WISATA GERUDE CARE BELITONG DALAM

PENGEMBANGAN DESTINASI WISATA TANJUNG KELAYANG

Nungky Puspita, Yuwana M. Marjuka dan Meiti Azmi Efenly

Fakultas Pariwisata, Universitas Pancasila Jakarta

Srengseng Sawah, Jagakarsa, Jakarta Selatan 12640, Indonesia

Abstract

Community Based Tourism is a tourism development concept that is adopted at Tanjung Kelayang Beach,

Belitung Island. Through this concept it is expected that people living around the beach vicinity can

participate in tourism from the planning process up to its implementation. The purpose of this research is

to describe local people’s participation in developing the destination, their motivation to participate, and the

form of participation. Using qualitative research method, this research employs a participant observation

approach in collecting the data. The research finds that local people participate in tourism development by

forming a community organization named Gerude Care Belitong. The organization develops a work

program which guides them in conducting activities such as organizing event and participating in tourism

service provision at Tanjung Kelayang beach.

Keywords: Community Bassed Tourism, Participation, Local Work

PENDAHULUAN

Konsep pengembangan pariwisata mulai

dari pariwisata berkelanjutan hingga pariwisata

berbasis masyarakat (community based tourism/ CBT)

mulai berkembang. Pariwisata berbasis masyarakat

merupakan peluang untuk menggerakkan segenap

potensi dan dinamika masyarakat, guna mengimbangi

peran pelaku usaha pariwisata skala besar. Pariwisata

berbasis masyarakat tidak berarti merupakan

upaya kecil dan lokal semata, tetapi perlu diletakkan

dalam konteks kerjasama masyarakat secara global.

Salah satu destinasi yang sedang berkembang

dalam bidang pariwisata adalah Kabupaten Belitung.

Kabupaten Belitung adalah salah satu kabupaten

dari Provinsi Kepulauan Bangka Belitung yang merupakan

daerah bercirikan kepulauan. Secara administratif

Kabupaten Belitung memiliki luas 2.293,69 km dengan

jumlah penduduk 155.965 jiwa. Batas wilayah Kabupaten

Belitung sebelah utara langsung berbatasan dengan

Laut Cina Selatan bagian selatan berbatasan dengan

Laut Jawa, bagian barat berbatasan langsung dengan

Selat Gaspar dan sebelah timur berbatasan dengan

Kabupaten Belitung Timur, dengan jumlah pulau-

pulau kecil 100 pulau dengan panjang garis pantai

95 km (Belitung dalam angka, 2012:12 ).

Perkembangan pariwisata di Pulau Belitung dalam

beberapa tahun terakhir menunjukkan kemajuan

yang signifikan. Setelah booming lewat film Laskar

Pelangi, kunjungan ke daerah tersebut meningkat tajam.

Berdasarkan karakteristik wilayah, dapat dipastikan

kabupaten Belitung memiliki potensi wisata yang sangat

potensial. Potensi wisata yang dimiliki Kabupaten

Belitung antara lain, wisata alam, wisata budaya,

dan wisata sejarah yang tersebar hampir disemua

kecamatan yang ada di Kabupaten Belitung

(Belitung Dalam Angka, 2012:7).

Berdasar data yang diberikan dari Dinas

Pariwisata Kabupaten Belitung, kunjungan wisatawan

nusantara maupun mancanegara selalu meningkat

20 – 30 persen per tahun, bahkan lebih, bisa dilihat

pada tabel 1 dibawah ini:

Tabel 1 data Wisman dan Wisnus Kabupaten

Belitung tahun 2008-2013

Tahun Jumlah

Wisman/Orang

Jumlah

Wisnus/Orang

Total

Keseluruhan

2008 2.053 29.945 31.998

2009 2.734 39.449 42.223

2010 1.383 49.118 50.501

2011 1.309 82.584 83.893

2012 975 110.638 111.613

2013 451 131.091 131.542

Sumber: Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif

Kabupaten Belitung, 2014

Page 39: Journal of Tourism DESTINATION AND ATTRACTIONdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/8010211004153517909425August2018.pdfVolume IV No.2 Juni 2017, ISSN: 2339-1987 iii Journal of TOURISM

Nungky Puspita, Yuwana M Marjuka, Meiti Azmi Efenly

30 Volume IV No.2 Juni 2017, ISSN: 2339-1987

Menyadari akan potensi yang dimiliki oleh Kabupaten

Belitung maka pemerintah daerah Belitung menetapkan

tiga sektor unggulan dalam program pembangunan jangka

panjang daerah. Ketiga sektor pembangunan tersebut

meliputi pengembangan perikanan dan kelautan, pengem-

bangan pariwisata dan pengembangan kepelabuhan.

Dengan menetapkan tiga sektor ini diharapkan

dapat menopang laju perekonomian di Kabupaten

Belitung (Pemerintah Kabupaten Belitung, 2014).

Dalam pembangunan dan pengembangan di sektor

pariwisata Kabupaten Belitung diperkuat dengan

ditetapkanya sebagai salah satu Destinasi Pariwisata

unggulan di Indonesia (Peraturan Menteri Pariwisata

No 33/UM.001/MKP/09 tahum 2009 tentang penetapan

destinasi wisata unggulan). Selain itu, salah satu atraksi

wisata yang ada di Kabupaten Belitung, Pantai Tanjung

Kelayang dan sekitarnya yang berada di Kecamatan

Sijuk ditetapkan sebagai kawasan strategis pariwisata

nasional (PP No 50 tahun 2011 tentang RIPPARNAS).

Ditetapkannya Pantai Tanjung Kelayang dan

sekitarnya sebagai destinasi wisata unggulan

berdampak terjadinya pembangunan dan pengembangan

untuk destinasi wisata andalan Belitung. Bentuk

pembangunan dan pengembangan pariwisata dapat

dilihat dari maraknya pengembangan kepariwisataan

di pantai Tanjung Kelayang.

Ditetapkan konsep community based tourism

sebagai salah satu konsep pengembangan pantai

Tanjung Kelayang, salah satunya diharapkan agar

masyarakat sekitar pantai Tanjung Kelayang dapat

terlibat langsung dalam kegiatan pengembangan

pariwisata yang ada di pantai Tanjung Kelayang.

Masyarakat diharapkan tidak sebagai penonton,

keterlibatan masyarakat menjadi sebuah keharusan

mulai dari proses perencanan sampai kepada

pelaksaannya. Dalam pembangunan pariwisata

berbasis community based tourism yang terpenting

adalah bagaimana memaksimalkan peran serta

masyarakat sekitar pantai Tanjung Kelayang dalam

berbagai aspek pembangunan pariwisata pantai

Tanjung Kelayang itu sendiri. Namun peran masyarakat

masih terlihat kurang untuk mengelola sebuah destinasi

wisata unggulan yang ditetapkan pemerintah tersebut.

Saat ini pengembangan pariwisata yang ada

di pantai Tanjung Kelayang sudah melibatkan masyarakat,

ini menunjukan bahwa konsep community based

tourism sebagai salah satu konsep pengembangan

pantai Tanjung Kelayang sudah berjalan. Masyarakat

sekitar pantai Tanjung Kelayang sudah terlibat

dalam kegiatan pengembangan pariwisata.

Menyikapi situasi yang ada di pantai Tanjung

Kelayang, peneliti tertarik untuk meneliti partisipasi

masyarakat sekitar pantai Tanjung Kelayang dalam

pariwisata, hal yang memotivasi masyarakat untuk

terlibat dalam kegiatan pengembangan atraksi wisata

pantai Tanjung Kelayang dan bentuk-bentuk partisipasi

masyarakat dalam upaya pengembangan pantai

Tanjung Kelayang.

Berdasarkan uraian di atas maka tergambar

beberapa masalah seperti apa saja manfaat pembentukan

sadar wisata dalam mengembangkan destinasi

wisata Tanjung Kelayang dan bagaimana bentuk

partisipasi masyarakat dalam mengembangkan

destinasi wisata Tanjung Kelayang.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk

mendeskripsikan manfaat pembentukan kelompok

sadar wisata dalam mengembangkan destinasi wisata

Tanjung Kelayang dan mendeskripsikan bentuk

partisipasi masyarakat dalam mengembangkan

destinasi wisata Tanjung Kelayang.

METODE

Penelitian ini dilakukan di pantai Tanjung

Kelayang dan sekitarnya, pantai Tanjung Kelayang

terletak di Desa Keciput Kecamatan Sijuk. Dipilihnya

pantai Tanjung Kelayang sebagai lokasi penelitian

didasari alasan bahwa pantai Tanjung Kelayang

ini masuk kedalam salah satu destinasi tujuan

wisata yang dikembangkan di Kabupaten Belitung.

Adapun waktu pengambilan data dalam penelitian

ini dilaksanakan pada bulan Januari-Maret 2016.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian

kualitatif. Metode ini disebut juga sebagai metode

artistik, karena proses penelitian lebih bersifat seni

(kurang terpola), dan disebut juga sebagai metode

interpretive karena data hasil penelitian akan lebih

berkenaan dengan interpretasi terhadap data

yang ditemukan di lapangan. Metode penelitian ini

juga sering disebut metode naturalistik karena

penelitianya dilakukan pada kondisi yang alamiah

(Sugiyono, 2011).

Metode pengumpulan data yang dilakukan

oleh peneliti adalah Observasi Participant Pasif

yaitu peneliti datang langsung ketempat kegiatan

orang yang diteliti, tetapi tidak ikut terlibat dalam

kegiatan tersebut. Observasi yang dimaksud adalah

peneliti ingin melihat bagaimana partisipasi yang

dilakukan oleh masyarakat sekitar destinasi wisata

Tanjung Kelayang dalam mengembangkan destinasi

wisata Tanjung Kelayang desa Keciput, serta melihat

Page 40: Journal of Tourism DESTINATION AND ATTRACTIONdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/8010211004153517909425August2018.pdfVolume IV No.2 Juni 2017, ISSN: 2339-1987 iii Journal of TOURISM

Journal of Tourism Destination and Attraction

Volume IV No.2 Juni 2017, ISSN: 2339-1987 31

kontribusi apa yang diberikan oleh masyarakat dalam

kegiatan pariwisata yang ada di desa Keciput tersebut.

Analisis data menggunakan tahapan seperti

mereduksi data yang berarti merangkum, yaitu proses

pemilihan, pemusatan, perhatian pada penyederhanaan,

abstraksi, dan transformasi data kasar yang diperoleh

di lapanganstudi kemudian penyajian data ini

dapat dilakukan dengan bentuk table, grafik, pie

card, pictogram, dan sejenisnya. Tahap akhir

adalah Penarikan kesimpulan dan verifikasi yang

dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan

berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat

yang mendukung pada tahap pengumpulan data

berikutnya (Sugiyono, 2009).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum Pantai Tanjung Kelayang

Pantai Tanjung Kelayang terletak di Desa

Keciput Kecamatan Sijuk Kabupaten Belitung. secara

keseluruan potensi pariwisata Belitung mulai dikenal

pada saat dirilisnya film Laskar Pelangi yang

ceritanya diangkat dari novel Laskar Pelangi karya

putra daerah Belitung, Andrea Hirata. Sejak saat

itu kegiatan pariwisata mulai banyak dilakukan di

Belitung berbagai perkembangan di berbagai

sektor mulai dilakukan guna mendukung kegiatan

pariwisata Belitung.

Pantai Tanjung Kelayang merupakan salah

satu destinasi tujuan wisata andalan bagi pariwisata

di Kabupaten Belitung. Di pantai ini terdapat terdapat

atraksi wisata andalan dan atraksi wisata tujuan

utama bagi wisatawan yang berkunjung ke Belitung.

Pantai Tanjung Kelayang memiliki potensi wisata bahari.

Dengan berbagai potensi wisata yang dimiliki

pantai Tanjung kelayang, menyebabkan tingkat

kunjungan wisata ke Belitung semakin meningkat.

Sumber: Buku tahunan Pemerintah Daerah

Kabupaten Belitung 2014.

Partisipasi Masyarakat

Pengembangan pariwisata yang terkait dengan

pengembangan peran serta masyarakat, mampu

meningkatkan kesempatan dan peluang bagi

masyarakat untuk menikmati manfaat pariwisata bagi

peningkatan kesejahteraan. Dengan demikian diperlukan

sebuah konsep pengembangan pariwisata yang

menekankan pada peran serta dan pemberdayaan

masyarakat lokal, yang kemudian dikenal dengan

istilah pariwisata berbasis masyarakat atau community

based tourism (CBT) dan merupakan dasar dari

pembangunan pariwisata berkelanjutan. Pariwisata

berbasis masyarakat memungkinkan tercapainya

manfaat bagi masyarakat yang dihasilkan dari kegiatan

pariwisata yang berlandaskan pengambilan keputusan

sesuai konsesus dan kontrol dari komunitas lokal

(Supriana dalam Hermantoro 2011).

Partisipasi masyarakat dalam pengembangan

pantai Tanjung Kelayang diwujudkan dengan dibentuknya

kelompok komunitas masyarakat. Kelompok Sadar

Wisata (Pokdarwis) Gerude Care Belitong adalah

kelompok masyarakat yang berpartisipasi dalam

pengembangan pantai Tanjung Kelayang.

Dalam hal kelembagaan, masyarakat Desa

Keciput terlibat dalam Kelompok Sadar Wisata

Gerude Care Belitong, dimana Gerude Care Belitong

merupakan salah satu kelompok sadar wisata

yang dibentuk oleh masyarakat. Pada tahun 2011,

masyarakat yang sadar akan potensi pariwisata

yang dimiliki daerah mereka, akhirnya membentuk

kelompok sadar wisata yang menghimpun masyarakat

yang memiliki kesadaran dan kemauan untuk

mengolah dan mengembangkan potensi wisata

yang ada di Desa Keciput menjadi tujuan wisata.

Tujuan pembentukan pokdarwis adalah sebagai

mitra pemerintah dalam meningkatkan kesadaran

masyarakat di bidang pariwisata, meningkatkan

sumber daya manusia, mendorong terwujudnya Sapta

Pesona (keamanan, ketertiban, keindahan, kesejukan,

kebersihan, keramahtamahan dan kenangan), dan

meningkatkan mutu produk wisata. Adapun maksud

dan tujuan dari Kelompok Sadar Gerude Care

Belitong, meliputi:

1. Mengembangkan kelompok masyarakat yang

berperan sebagai motivator.

2. Membangun masyarakat pariwisata yang mandiri

berbasis masyarakat serta dapat bersinergi

dan bermitra dengan pemangku kepentingan.

3. Mengembangkan dan menumbuhkan sikap

masyarakat dan dukungan positif masyarakat

Tahun 2011;

83.893

Tahun 2012;

111.613

Tahun 2013;

131.569

Tahun 2014;

199.823

Grafik 1 Jumlah Kunjungan Wisatawan

Kabupaten Belitung

Page 41: Journal of Tourism DESTINATION AND ATTRACTIONdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/8010211004153517909425August2018.pdfVolume IV No.2 Juni 2017, ISSN: 2339-1987 iii Journal of TOURISM

Nungky Puspita, Yuwana M Marjuka, Meiti Azmi Efenly

32 Volume IV No.2 Juni 2017, ISSN: 2339-1987

sebagai tuan rumah melalui perwujudan nilai-

nilai sapta pesona.

4. Memperkenalkan, melestarikan dan memanfaatkan

potensi daya tarik wisata.

5. Meningkatkan posisi dan peran masyarakat

terhadap pembangunan kepariwisataan.

Pokdarwis Gerude Care Belitong merupakan

pokdarwis pertama yang ada di Desa Keciput

Kabupaten Belitung. Pokdarwis Gerude Care

Belitong dari tahun ke tahun mengalami peningkatan

jumlah anggota, sedangkan program kerja pokdarwis

Gerude Care Belitong juga mengalami peningkatan.

Berikut bentuk keterlibatan masyarakat yang

merupakan anggota dari Pokdarwis tersebut melalui

pembinaan Pokdarwis Gerude Care Belitong dalam

pengelolaan prasarana kebutuhan wisatawan (Tabel 2).

Tabel 2 Sarana dan Prasarana di Tanjung Kelayang

No Sarana dan

Prasarana Lokasi Jumlah

1 Cottage Pantai Tanjung Kelayang 6 Unit

2 Toko Souvenir Pantai Tanjung Kelayang 1 Unit

3 Rumah Makan Pantai Tanjung Kelayang 7 Unit

4 Toilet Umum Pantai Tanjung Kelayang 10 Unit

5 Penyewaan Boat Pantai Tanjung Kelayang 20 Unit

6 Homestay Sekitar Pantai Tanjung

Kelayang 20 Unit

7 Restoran dan Rumah Makan

Sekitar Pantai Tanjung Kelayang

5 Unit

Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa

masyarakat sudah berperan aktif dalam memajukan

pariwisata di desanya. Masyarakat turut andil dalam

penyediaan kebutuhan wisatawan melalui pembinaan

dari Pokdarwis tersebut. Karena melalui program-

program Pokdarwis Gerude Care Belitong mereka

juga mendapatkan beberapa pengetahuan mengenai

kepariwisataan dan pelatihan kesiapan SDM pariwisata

dalam menghadapi kondisi bahwa Tanjung kelayang

merupakan salah satu dari 10 Prioritas Destinasi

Pariwisata Indonesia.

Bentuk Partisipasi Masyarakat dalam Pengembangan

Destinasi Wisata Tanjung Kelayang.

Bentuk partisipasi masyarakat dalam

pengembangan pantai Tanjung Kelayang dapat

dilihat dari program yang dimiliki kelompok/

komunitas masyarakat. Berikut ini adalah bentuk

partisipasi masyarakat:

1. Pelatihan Manajemen Organisasi

Program ini merupakan program yang diadakan

sejak awal berdirinya kelompok sadar wisata,

yang diselenggarakan bekerjasama dengan Dinas

Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Kabupaten Belitung.

Pelatihan ini memiliki tujuan untuk meningkatkan

kinerja Pokdarwis Gerude Care Belitong. Melalui

pelatihan ini, masyarakat ataupun anggota dari

pokdarwis dibekali pengetahuan bagaimana

mengelola suatu organisasi, membekali pengurus

dengan keterampilan keorganisasian, menumbuhkan

leadership, dan mempersiapkan mental pengabdian

dalam mengelola organisasi. Sasaran dari program

ini adalah anggota Pokdarwis Gerude Care Belitong

dan masyarakat Desa Keciput yang berpartisipasi

dalam pengembangan pariwisata. Program ini rutin

dilaksanakan setiap tahun dan terakhir dilaksanakan

pada bulan Juni 2015. Program ini akan terus

berlangsung dari tahun ke tahun guna meningkatkan

kemampuan pengelolaan organisasi masyarakat.

2. Pelatihan Kepemanduan

Program ini memiliki tujuan untuk menanamkan

pengetahuan dan peningkatan wawasan tentang

tatacara, prosedur serta kaidah-kaidah dalam

rangka kepemanduan di dalam kawasan wisata.

Program pelatihan ini juga bertujuan untuk

memperkenalkan kepada masyarakat bagaimana

sikap yang harus dilakaukan seorang pemandu

wisata kepada wisatawan maupun tanggung jawab

kepada lingkungan yang ada di atraksi wisata.

3. Pelatihan Kepariwisataan

Program pelatihan kepariwisataan ini merupakan

program dari Dinas Pariwisata Kabupaten Belitung.

Kegiatan ini diselenggarakan untuk memberikan

pengetahuan dasar kepada masyarakat Desa

Keciput bagaimana kegiatan pariwisata, siapa

yang terlibat maupun yang bertanggung jawab

di dalam kegiatan pariwisata. Kegiatan kepariwisataan

sudah dilakukan sebanyak dua kali sejak dibentuknya

pokdarwis Gerude Care Belitong sampai sekarang.

Namun kegiatan ini akan tetap dilakukan agar

masyarakat semakin memahami kepariwisataan.

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan peneliti,

hasil dari kegiatan kepariwisataan ini memberikan

perubahan yang positif bagi masyarakat Desa

Keciput (khususnya masyarakat yang terlibat

langsung dalam kegiatan pariwisata seperti

pedagang, pemandu wisata, dan sebagainya).

Page 42: Journal of Tourism DESTINATION AND ATTRACTIONdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/8010211004153517909425August2018.pdfVolume IV No.2 Juni 2017, ISSN: 2339-1987 iii Journal of TOURISM

Journal of Tourism Destination and Attraction

Volume IV No.2 Juni 2017, ISSN: 2339-1987 33

4. Sosialisasi Homestay

Sosialisasi homestay diselenggarakan oleh Dinas

Pariwisata Kabupaten Belitung pada tahun 2010,

saat homestay di Desa Keciput pertama kali

diresmikan. Pada saat ini homestay yang ada

di desa Keciput berjumlah 10 homestay. Sosialisasi

homestay ini ditujukan kepada masyarakat yang

memiliki homestay, sosialisasi ini mengarahkan

kepada pemilik bagaimana memperlakukan

tamu homestay. Sosialisasi ini kemudian dilakukan

dua tahun sekali mengingat pertambahan jumlah

homestay setiap tahunnya. Pada saat ini homestay

yang ada di Desa Keciput berjumlah 20 dan akan

bertambah mengingat sedang dipersiapkan

beberapa rumah masyarakat untuk dijadikan

homestay baru.

5. Workshop Sadar Wisata

Workshop sadar wisata ini ditujukan kepada

masyarakat Desa Keciput tetapi lebih dikhususkan

kepada pelajar maupun remaja yang ada di

Desa Keciput. Workshop ini diharapkan dapat

memberikan pengetahuan kepada para remaja

apa itu sadar wisata dan sapta pesona. Diharapkan

juga melalui workshop sadar wisata ini remaja

dapat mengaplikasikan sapta pesona dalam kegiatan

pariwisata. Karena hampir sebagian dari remaja

yang ada di Desa Keciput terlibat langsung

dalam kegiatan pariwisata desa Keciput.

Sedangkan untuk partisipasi berdasarkan

sistem dan mekanisme partisipasi yang dikemukakan

oleh Cohen dan Uphoff (1977), masyarakat sekitar

pantai Tanjung Kelayang sudah mengikuti setiap

sistem dan mekanisme partisipasi mulai dari:

1. Participation in decision making dimana masyarakat

terlibat dalam proses pembuatan keputusan

dan kebijakan dalam sebuah organisasi (dalam

hal ini Pokdarwis Gerude Care Belitong).

2. Participant in benefit, yang berarti partisipasi

masyarakat dalam menikmati ataupun memanfaatkan

hasil-hasil pembangunan dan pengembangan

seperti pengembangan dari sisi transportasi dan

akses yang dikembangkan di pantai Tanjung Kelayang.

3. Participation in evaluation merupakan partisipasi

masyarakat dalam bentuk keikutsertaan menilai

serta mengawasi kegiatan pembangunan serta

hasil-hasilnya. Hal ini dapat dilihat dari program

kerja yang dimiliki oleh kelompok sadar wisata

Gerude Care Belitong dan kelompok masyarakat

Belitong Sekawan yang memiliki program

rapat akhir bulan. Yang memiliki tujuan untuk

mengidentifikasi masalah hingga potensi yang

ada di masyarakat, pengambilan keputusan, hingga

tahap evaluasi. Hal ini juga dapat mendorong

masyarakat untuk lebih bertanggung jawab,

memperbaiki semangat kerja dan lebih

memungkinkan masyarakat untuk mengikuti

perubahan-perubahan yang ada.

SIMPULAN

Berdasarkan analisis dan pembahasan yang

telah diuraikan sebelumnya maka kesimpulan terhadap

penelian pengembangan destinasi wisata Tanjung

Kelayang dengan pendekatan community based

tourism, adalah sebagai berikut:

1. Partisipasi masyarakat dalam pengembangan

pariwisata di pantai Tanjung Kelayang adalah

berupa pembentukan Kelompok Sadar Wisata

Gerude Care Belitong pada tahun 2011. Partisipasi

lainya adalah komunitas Belitong Sekawan yang

dibentuk pada tahun 2013.

2. Bentuk partisipasi masyarakat dalam pengembangan

pantai Tanjung Kelayang adalah dengan program-

program yang dimiliki oleh kelompok sadar wisata

Gerude Care Belitong, terlibat dalam setiap event

yang ada di pantai Tanjung Kelayang dan penyediaan

fasilitas penunjang pariwisata yang ada area tersebut.

SARAN

Pembentukan komunitas berdampak pada

lebih terpadunya upaya pengembangan pariwisata

berbasis masyarakat. Oleh karena itu penelitian

ini memberikan rekomendasi untuk pembentukan

komunitas penyedia jasa pariwisata, seperti akomodasi,

amenitas, dan sarana penunjang pariwisata lainnya.

Dibentuknya berbagai komunitas tersebut diharapkan

berdampak pada pengembangan pantai Tanjung

Kelayang melalui berbagai program. Permasalahan

atau konflik juga menjadi lebih cepat terselesaikan.

Menambah jumlah sarana dan prasarana yang

ada di sekitar pantai Tanjung Kelayang dengan

memberdayakan masyarakat sekitar pantai

Tanjung Kelayang, seperti penambahan toko sovenir,

home stay, dan sarana dan prasarana penunjang lainnya.

Selanjutnya diharapkan Kelompok Sadar Wisata

Gerude Care Belitong dapat terus mengembangkan

program kerja dalam mendukung pengembangan

pantai Tanjung Kelayang.

Page 43: Journal of Tourism DESTINATION AND ATTRACTIONdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/8010211004153517909425August2018.pdfVolume IV No.2 Juni 2017, ISSN: 2339-1987 iii Journal of TOURISM

Nungky Puspita, Yuwana M Marjuka, Meiti Azmi Efenly

34 Volume IV No.2 Juni 2017, ISSN: 2339-1987

DAFTAR PUSTAKA

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah

Kabupaten Belitung, 2013. Luas Daratan

Menurut Kecamatan.

Badan Pusat Statistik, 2012. Belitung dalam Angka,

Kabupaten Belitung.

Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, 2014. Data

Kepariwisataan Kabupaten Belitung.

Dinas Kebudayaan kabupaten Belitung np: 556/

006KEP/DISBUDPAR, 2011. Tentang pembentukan

kelompok wisara Gerude Care Belitong.

Dinas Pariwisata. Belitung dalam angka (2015).

Hermantoro, H. 2009. Creative Based Tourism Dan Wisata

Rekreasi Menjadi Wisata Creative, Depok, Aditri.

Pemerintah Kabupaten Belitung, 2014. Rencana

Pembangunan Jangka Panjang Belitung.

Peraturan Menteri Pariwisata no:33/UM.001/MKP/09,

2009, Tentang Penetapan Destinasi Wisata Unggul.

Sugiyono, 2011. Metode Penelitian Pendidikan,

Bandung: Alfabeta.

Sugiyono, 2008. Metode Penelitian Kuantitatif dan

Kualitatif. Bandung; Alfabeta.

Cohen, J.M, and N.T. Uphoff. 1977. Rural

Development Participation. New York: Ithaca.

Page 44: Journal of Tourism DESTINATION AND ATTRACTIONdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/8010211004153517909425August2018.pdfVolume IV No.2 Juni 2017, ISSN: 2339-1987 iii Journal of TOURISM

Journal of Tourism Destination and Attraction

Volume IV No.2 Juni 2017, ISSN: 2339-1987 35

PENGARUH TYPE HEDONIC SHOPPING MOTIVATION TERHADAP KEPUTUSAN

BERKUNJUNG TOURIST SHOPPER

Studi Kasus: Grand Indonesia Shopping Town

Yustisia Pasfatima Mbulu, Raisya Kurnia Maidina dan Nungky Puspita

Fakultas Pariwisata, Universitas Pancasila Jakarta

Srengseng Sawah, Jagakarsa, Jakarta Selatan 12640, Indonesia

Abstract

Grand Indonesia Shopping Town is a premium mall offering shopping experience that includes apparels

and clothings including internationally renowned brands, restaurants and entertainment options. With

modern architecture and design, the Mall is enjoyed by a wide range of consumers. .This study aims to

look at the influence of hedonic shopping motivation on the decision to visit among the tourist shoppers at

Grand Indonesia Shopping Town. The method used in this research is quantitative descriptive using

Structural Equation Modelling (SEM) with a sample of 100 respondents. Results from this study found that

out of six variables that constitute hedonic shopping motivation, only two of which have a significant

influence on the decision to visit, namely, the idea of shopping (***) and social shopping (,006).

Keywords: Hedonic Shopping Motivation, Decision to Visit.

PENDAHULUAN

Jakarta memiliki banyak daya tarik wisata sehingga

dapat menarik banyak wisatawan untuk berkunjung ke

kota ini. Kota Jakarta merupakan salah satu kota yang

memiliki berbagai daya tarik pariwisata, sehingga menarik

minat wisatawan baik lokal maupun mancanegara.

Jakarta menawarkan berbagai bentuk wisata antara lain

wisata sejarah, wisata seni dan budaya, wisata alam,

wisata kuliner, serta wisata belanja. Jakarta tercatat

sebagai destinasi wisata terpopuler kedua di Indonesia

setelah Bali. Sebagai ibu kota yang merupakan pintu

gerbang negara Indonesia, kota ini memiliki banyak

tempat wisata belanja berbentuk mal modern. Bahkan

disinyalir bahwa Jakarta adalah salah satu kota di dunia

yang memiliki pusat perbelanjaan modern terbanyak,

diantaranya beberapa mal terbaik di Jakarta yaitu mal

Senayan City, Mall Of Indonesia, Plaza Senayan, Pondok

Indah Mall, Plaza Indonesia, Grand Indonesia dan

sebagainya (Kompasiana, 2015).

Selain banyak pusat perbelanjaan modern,

keunggulan Jakarta sebagai daerah tujuan wisata

belanja adalah harga barang yang kompetitif, serta

kian maraknya event-event berskala internasional

yang mampu menjaring turis asing. Banyaknya

mal-mal kelas atas dan hotel berbintang menjadikan

Jakarta sangat potensial untuk mendatangkan

wisatawan domestik dan mancanegara. Khusus

wisatawan domestik, adanya mal-mal mewah di

Jakarta membuat mereka tak perlu lagi harus berbelanja

ke Hong Kong maupun Singapura, karena harga

barang-barang bermerek terkenal (branded) di

seluruh dunia cenderung sama. Hal ini dapat mencegah

larinya devisa ke luar negeri (Beritasatu, 2015).

Pusat perbelanjaan yang sukses dapat menjadi

tujuan wisatawan masa kini. Dengan demikian,

pusat perbelanjaan yang sukses dapat meningkatkan

visibillitas negara tempat mereka berada dengan

menarik menawarkan wisatawan ke lokasi pusat

perbelanjaan tersebut (Lynda dan Kok Wing 2005).

Bagi pengunjung lokal, kunjungan ke pusat perbelanjaan

menyediakan tempat rekreasi yang menyenangkan,

menarik, aman, nyaman, dan dapat dipercayai (Kowinski,

1985 dalam Lynda dan Kok Wing 2005). Dari survey

yang dilakukan oleh salah situs wisata terbesar

TripAdvisor, Jakarta berada di 10 besar kota

terbaik untuk wisata belanja di Asia (PATA, 2015).

Dari survey dan vote yang telah dilakukan secara

online, Jakarta mengalahkan beberapa kota terkenal

lainnya dan berhak menyandang predikat 2012 Travellers’

Choice Destinations on the Rise (tujuan wisata yang

sedang menanjak) (alternatifwisata.blogspot.com

dalam Mbulu, 2014). Penghargaan serupa juga

dilakukan untuk benua Eropa, Amerika, Australia,

dan Afrika. Di Asia sendiri Jakarta bisa mengalahkan

tujuan terkenal Osaka dan Chiang Mai. Berikut ini

beberapa kota tujuan utama wisatawan di Asia

versi Trip Advisor dalam Mbulu (2014) Jakarta,

Indonesia, Kathmandu, Nepal, Kolkata, India, Manila,

Page 45: Journal of Tourism DESTINATION AND ATTRACTIONdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/8010211004153517909425August2018.pdfVolume IV No.2 Juni 2017, ISSN: 2339-1987 iii Journal of TOURISM

Yustisia Pasfatima Mbulu, Raisya Kurnia Maidina, Nungky Puspita

36 Volume IV No.2 Juni 2017, ISSN: 2339-1987

Filiphina, Bangalore, India, Luang Prabang, Kamboja,

Phnom Penh, Kamboja (alternatifwisata.blogspot.com

dalam Mbulu 2014). Dari hasil survey tersebut maka

shopping mall di Jakarta mempunyai peluang untuk

bersaing dengan shopping mall lainnya yang ada

di Malaysia, Singapura, Bangkok dan Hongkong,

karena produk-produk yang ditawarkan mempunyai

karakter yang serupa.

Dengan produk yang ditawarkan oleh negara

luar memiliki karakter yang serupa maka perlahan-

lahan mengubah kebiasaan masyarakat kota, yang

tadinya mengisi waktu luangnya dengan berwisata

keluar kota atau keluar negeri, tetapi sekarang dengan

terbatasnya waktu mereka lebih memilih untuk

pergi ke mal yang ada di Jakarta. Berdasarkan

fenomena ini, bisa dikatakan bahwa mal merupakan

sarana untuk bersantai yang sangat dibutuhkan oleh

masyarakat kota, karena mal dengan mudah bisa

dijangkau tanpa banyak mengorbankan waktu.

Menurut Rubenstain dalam Yempormase (2013)

mal adalah suatu area pergerakan (linier) pada

suatu area pusat bisnis kota atau Central Bussiness

Distric (CBD) yang lebih diorientasikan bagi pejalan

kaki, berbentuk pedestrian dengan kombinasi plaza

dan ruang-ruang interaksional. Sedangkan menurut

Mailand dalam Yempormase (2013) mal adalah

pusat perbelanjaan yang berintikan suatu atau beberapa

department store besar sebagai daya tarik retail-

retail kecil dan rumah makan dengan tipologi bangunan

seperti toko-toko yang menghadap kekoridor utama

mall atau pedestrian yang merupakan unsur utama

dari shopping mall dengan fungsi sebagai sirkulasi

dan sebagai ruang komunal bagi terselenggaranya

interaksi antar pengunjung dan pedangang.

Salah satu budaya yang secara turun-temurun

dan secara tidak sadar bertahan di Indonesia adalah

budaya konsumtif. Belanja menjadi alat pemuas keinginan

mereka akan barang-barang yang sebenarnya tidak

mereka butuhkan, akan tetapi karena pengaruh

trend atau mode yang tengah berlaku, maka mereka

merasa akan suatu keharusan untuk membeli

barang-barang tersebut (Gewati, 2017). Keinginan

pemenuhan hasrat emosional wisatawan selain

sekedar melakukan pencarian barang dituangkan

dalam konsep hedonic shopping motivation.

“Hedonic shopping motivation are similar to the

task orientation of utilitarian shopping motives,

only the task is concerned with hedonic fulfillment,

such as experiencing fun, amusement, fantasy

and sensory stimulation” (Cinjarevic, 2011). Hedonic

shopping motivation serupa dengan orientasi

utilitarian motivation (berbelanja sesuai kebutuhan),

hanya saja hedonic shopping motivation berkaitan

dengan pemenuhan hedonis, seperti kegembiraan,

dan stimulasi sensorik.

Motivasi belanja hedonis telah ditemukan

melalui fenomena belanja kegembiraan konsumen,

gairah, dan kenikmatan dalam berbelanja. Arnold

dan Reynolds (2003) mengembangkan tipologi yang

berisi enam motivasi belanja hedonik (petualangan,

gratifikasi, sosial, nilai, peran dan ide). Di antara

keenam motivasi, petualangan dan kepuasan motivasi

belanja berurusan dengan imbalan emosional yang

mendasar dan manfaat. Belanja gratifikasi menekankan

keinginan pembeli untuk meningkatkan keadaan

mood mereka dengan menghabiskan uang dan

membeli sesuatu yang baik. Dengan cara ini,

mereka bisa menghilangkan stress, menghilangkan

depresi, atau melupakan masalah mereka (Arnold

dan Reynolds, 2003).

Dari uraian di atas yang menjelaskan tentang

Hedonic Shopping maka tujuan penelitian ini

untuk menganalisa pengaruh Hedonic Shopping

Motivation terhadap keputusan berkunjung di Mall

Grand Indonesia, baik secara simultan dan parsial

(lihat gambar 1 Kerangka Pemikiran).

Gambar 1. Kerangka Pemikiran

Hipotesa

Terdapat enam kategori besar dari motivasi

hedonic shopping yaitu: Adventure Shopping, Social

Shopping, Gratification Shopping, Idea Shopping,

Role Shopping, Value Shopping. Sehingga menimbulkan

keputusan berkunjung tourist shopper oleh karena

itu hipotesis yang diperkirakan adalah:

1. Adventure Shopping adalah dimana sebagian

besar konsumen berbelanja karena adanya sesuatu

yang dapat membangkitkan gairah belanjanya

dan merasakan bahwa berbelanja adalah suatu

Mall Grand Indonesia

sebagai Wisata

Belanja di

Jakarta

Type Hedonic Shopping Motivation (Mayer &

Wilkinson, 2013)

1. Adventure Shopping 2. Social Shopping

3. Gratification Shopping 4. Idea Shopping 5. Role Shopping

6. Value Shopping

Kep

utu

san

Berk

unju

ng

Page 46: Journal of Tourism DESTINATION AND ATTRACTIONdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/8010211004153517909425August2018.pdfVolume IV No.2 Juni 2017, ISSN: 2339-1987 iii Journal of TOURISM

Journal of Tourism Destination and Attraction

Volume IV No.2 Juni 2017, ISSN: 2339-1987 37

pengalaman dan dengan berbelanja mereka

merasa memiliki dunianya sendiri.

Ha1: Terdapat pengaruh Adventure Shopping

terhadap keputusan berkunjung

H01: Tidak terdapat pengaruh Adventure

Shopping terhadap keputusan berkunjung

2. Social Shopping adalah dimana sebagian besar

konsumen beranggapan bahwa kenikmatan dalam

berbelanja akan tercipta ketika mereka menghabiskan

waktu bersama-sama dengan keluarga atau teman.

Ha2: Terdapat pengaruh Social Shopping

terhadap keputusan berkunjung

H02: Tidak terdapat pengaruh Social Shopping

terhadap keputusan

3. Gratification Shopping adalah di mana berbelanja

merupakan salah satu alternatif untuk mengatasi

stress, mengatasi suasana hati yang buruk, dan

berbelanja sebagai sesuatu yang spesial untuk

dicoba serta sebagai sarana untuk melupakan

problem-problem yang sedang dihadapi.

Ha3: Terdapat pengaruh Gratification Shopping

terhadap keputusan berkunjung

H03: Tidak terdapat pengaruh Gratification Shopping

terhadap keputusan berkunjung

4. Idea Shopping kategori yang mengacu pada belanja

untuk mengikuti tren dan model baru dan untuk

melihat produk-produk baru dan inovasi. Dalam

kategori ini, biasanya konsumen berbelanja karena

melihat sesuatu yang baru dan iklan-iklan yang

ditawarkan di media massa. Dengan demikian,

konsumen juga melakukan pembelajaran mengenai

tren baru dan mendapat informasi mengenai

tren-tren lama.

Ha4: Terdapat pengaruh Idea Shopping terhadap

keputusan berkunjung

H04: Tidak terdapat pengaruh Idea Shopping

terhadap keputusan

5. Role Shopping di mana banyak konsumen lebih

suka berbelanja untuk orang lain daripada untuk

dirinya sendiri. Konsumen merasa berbelanja

untuk orang lain adalah sangat menyenangkan

daripada berbelanja untuk diri sendiri. Selain

itu dengan berbelanja untuk orang lain baik itu

keluarga atau teman adalah sesuatu yang

istimewa sehingga dengan demikian mereka

merasa senang.

Ha5: Terdapat pengaruh Role Shopping terhadap

keputusan berkunjung

H05: Tidak terdapat pengaruh Role Shopping

terhadap keputusan berkunjung

6. Value Shopping dimana konsumen menganggap

bahwa berbelanja merupakan suatu permainan

yaitu pada saat tawar menawar harga, atau pada

saat konsumen mencari tempat perbelanjaan

yang menawarkan diskon, obralan, ataupun tempat

perbelanjaan dengan harga yang murah.

Ha6: Terdapat pengaruh Value Shopping terhadap

keputusan berkunjung

H06: Tidak terdapat pengaruh Value Shopping

terhadap keputusan berkunjung

Keputusan

Jika nilai Sig > 0.05 maka H0 diterima.

Sedangkan jika sig < 0.05 maka Ha diterima.

METODE

Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif

deskriptif. Penelitian kuantitatif deskriptif yaitu hasil

penelitian yang kemudian diolah dan dianalisis

untuk diambil kesimpulannya, artinya penelitian yang

dilakukan adalah penelitian yang menekankan

analisisnya pada data-data numeric (angka),

dengan menggunakan metode penelitian ini akan

diketahui hubungan yang signifikan antara variabel

yang diteliti, sehingga menghasilkan kesimpulan yang

akan memperjelas gambaran mengenai objek yang

diteliti (Sugiyono, 2012). Tujuan survey yang di

lakukan peneliti dalam penelitian ini adalah untuk

menggambarkan bagaimana pengaruh type hedonic

shopping motivation pada keputusan berkunjung

tourist shopper di Grand Indonesia Shopping Town.

Untuk data yang digunakan pada penelitian

ini adalah data primer melalui survey lapangan ke

Grand Indonesia dan wisatawan sedangkan data

sekunder yang diperoleh dari internet buku dan lainnya.

Pengumpulan data primer dilakukan langsung dari

responden melalui kuesioner dan wawancara langsung

kepada wisatawan yang sedang berkunjung ke Mall

Grand Indonesia. Adapun data primer yang

dikumpulkan adalah Data karakteristik responden.

Data sekunder yang dikumpulkan didapat dari

berbagai sumber seperti internet dan buku.

Responden atau sampel dalam penelitian ini

sebanyak 100 responden wisatawan yang sedang

Page 47: Journal of Tourism DESTINATION AND ATTRACTIONdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/8010211004153517909425August2018.pdfVolume IV No.2 Juni 2017, ISSN: 2339-1987 iii Journal of TOURISM

Yustisia Pasfatima Mbulu, Raisya Kurnia Maidina, Nungky Puspita

38 Volume IV No.2 Juni 2017, ISSN: 2339-1987

berkunjung di Mall Grand Indonesia. Untuk teknik

pengambilan sampel dalam penelitian ini maka

digunakan teknik random sampling yang dimana semua

individu dalam populasi baik secara sendiri-sendiri

atau bersamaan diberi kesempatan yang sama

untuk dipilih satu anggota sampel (Sugiyono, 2003).

Dalam penelitian ini digunakan teknik

pengukuran skala likert yaitu untuk digunakan

dengan mengukur sikap, pendapat, dan persepsi

seseorang atau sekelompok orang tentang

fenomena sosial (Sugiyono, 2012) jawaban setiap

instrument penelitian yang menggunakan skala

likert memiliki gradasi jawaban dari sangat positif

sampai sangat negatif, yang dapat berupa kata-

kata antara lain: sangat tidak setuju (STS), tidak

setuju (TS), netral (N), setuju (S), sangat setuju (SS).

Adapun untuk pengukuran variabel sebanyak

26 item: (Diadaptasi dari Susanti, 2014)

Tabel 3.2 Indikator Variabel

No Variable Indikator Skala

pengukuran

1 Adventure Shopping

Motivasi untuk merasakan kegiatan belanja seperti sedang berpetualang

Motivasi untuk merasakan semangat ketika melakukan kegiatan belanja

Motivasi untuk merasakan belanja seperti berada di tampat yang baru/berbeda

Likert 1-5

2 Gratification

Shopping

Motivasi untuk mengembalikan mood yang rusak dengan cara melakukan wisata belanja

Motivasi untuk mengurangi stress dengan cara melakukan wisata belanja

Motivasi untuk melakukan wisata belanja sebagai cara menyenangkan diri secara khusus

Likert 1-5

3 Idea

Shopping

Motivasi untuk mengetahui tren yang berlangsung dengan cara melakukan wisata belanja

Motivasi untuk mengikuti mode yang sedang berkembang dengan cara melakukan wisata belanja

Motivasi wisatawan untuk membeli produk terbaru

Likert 1-5

4 Role

Shopping

Motivasi melakukan wisata belanja dengan tujuan membelikan barang untuk orang lain

Motivasi melakukan wisata belanja dengan tujuan merasa senang ketika orang lain senang dengan barang yang kita belikan

Motivasi melakukan wisata belanja untuk mencari hadiah yang sempurna bagi orang lain

Likert 1-5

5 Social

Shopping

Motivasi untuk melakukan wisata belanja dengan tujuan bersosialisasi dengan teman/keluarga

Motivasi untuk melakukan wisata belanja dengan tujuan bersosialisasi dengan orang lain

Motivasi untuk merasakan kebersamaan saat melakukan kegiatan belanja

Likert 1-5

6 Value

Shopping

Motivasi melakukan kegiatan wisata belanja karena adanya diskon

Motivasi melakukan wisata belanja untuk mencari barang-barang yang sedang didiskon

Motivasi melakukan wisata belanja untuk mencari harga yang sesuai

Likert 1-5

7 Keputusan Berkunjung

Berkunjung karena keunggulan wisata belanja di Grand Indonesia

Berkunjung karena kepopuleran wisata belanja di Grand Indonesia

Berkunjung karena kestrategisan wisata belanja di Grand Indonesia

Berkunjung karena intensitas kunjungan ke wisata belanja di Grand Indonesia

Berkunjung karena melakukan kunjungan saat waktu luang

Likert 1-5

Page 48: Journal of Tourism DESTINATION AND ATTRACTIONdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/8010211004153517909425August2018.pdfVolume IV No.2 Juni 2017, ISSN: 2339-1987 iii Journal of TOURISM

Journal of Tourism Destination and Attraction

Volume IV No.2 Juni 2017, ISSN: 2339-1987 39

Berkunjung karena melakukan kunjungan pada saat weekend

Berkunjung karena melakukan kunjungan pada saat weekdays

Berkunjung karena melakukan kunjungan pada saat hari libur nasional/libur sekolah

Uji validitas adalah suatu langkah pengujian

yang dilakukan terhadap isi (content) dari suatu

instrumen, dengan tujuan untuk mengukur ketepatan

instrumen yang digunakan dalam suatu penelitian

(Sugiyono, 2006). Pendekatan yang dilakukan adalah

menghubungkan suatu construct. Dimana suatu indikator

dipandang “valid” sepanjang sesuai dengan telaah.

Nilai sig diatas < 0.05 yang berarti setiap indikator-

indikator tersebut dapat digunakan untuk mengukur

ketujuh variabel yaitu Adventure Shopping, Gratification

Shopping, Idea Shopping, Role Shopping, Social

Shopping, Value Shopping, Keputusan Berkunjung.

Uji reliabilitas merupakan suatu pengujian

terhadap konsistensi, akurasi prediktabilitas alat

ukur (Sugiyono, 2006). Reliabiltas adalah istilah

yang dipakai untuk menunjukan sejauh mana

hasil pengukuran relative konsisten apabila

pengukuran diulang dua kali atau lebih. Realibiltas

diuji dengan menggunakan inter-item consistency

reliability yang melihat cronbach’s coficient alpha

sebagai efisiensi dari reliabilitas.

Diketahui bahwa nilai dari cronbach alpha semua

variabel lebih besar dari 0.6 sehingga dapat dikatakan

bahwa seluruh variabel dan dapat digunakan untuk

melihat pengaruh Adventure Shopping, Gratification

Shopping, Idea Shopping, Role Shopping, Social

Shopping, Value Shopping, Keputusan Berkunjung.

Penelitian ini dengan menggunakan software SPSS

(Statistical Package for Social Science). Dengan

teknik analisis menggunakan SEM (Structural Equation

Modelling), dengan Software AMOS 18.

HASIL PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil temuan pengolahan yang

dilakukan dengan menggunakan SEM (Structural

Equation Modelling) dengan Software AMOS 18 maka

terlihat beberapa hal yang dapat ditarik kesimpulan

dari pengujian hipotesis sebagai berikut:

Tabel 4.1 Hasil Temuan Pengolahan Data SEM

No Variabel P-Value Keterangan

1 Keputusan Berkunjung Adventure Shopping ,101 >0,05 H0 diterima

2 Keputusan Berkunjung Gratification Shopping ,124 >0,05 H0 diterima

3 Keputusan Berkunjung Idea Shopping *** <0,05 Ha diterima

4 Keputusan Berkunjung Role Shopping ,915 >0,05 H0 diterima

5 Keputusan Berkunjung Social Shopping ,006 <0,05 Ha diterima

6 Keputusan Berkunjung Value Shopping ,139 >0,05 H0 diterima

Sumber: Hasil Pengolahan Data

Keterangan: Ha: Jika P-Value pengujian memiliki nilai < 0,05 maka terdapat pengaruh yang di timbulkan. H0: Jika P-Value pengujian memiliki nilai > 0,05 maka tidak terdapat pengaruh yang di timbulkan. Hipotesis 1 Ha1: Terdapat pengaruh adventure shopping terhadap keputusan berkunjung. H01: Tidak terdapat pengaruh adventure shopping terhadap keputusan berkunjung.

Dilihat dari signifikan sebesar 0,101 > 0,05 maka H0 diterima. Karena itu dapat dinyatakan bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan

dari adventure shopping terhadap keputusan berkunjung. Menurut Mayer dan Wilkinson (2003) kategori ini menjelaskan bahwa berbelanja didasarkan pada rangsangan, petualangan dan perasaan yang menyenangkan dan menurut Arnold dan Reynolds (2003) adventure shopping ialah suatu bentuk eksperimen dalam konteks petualangan belanja sebagai bentuk pengekspresian seseorang dalam berbelanja, akan tetapi di Grand Indonesia Shopping Town menunjukkan bahwa tidak adanya pengaruh.

Hal ini dikarenakan berbelanja di Grand Indonesia Shopping Town merupakan suatu hal yang biasa yang bisa dilakukan di pusat perbelanjaan lainnya sehingga tidak adanya kelebihan tersendiri

Page 49: Journal of Tourism DESTINATION AND ATTRACTIONdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/8010211004153517909425August2018.pdfVolume IV No.2 Juni 2017, ISSN: 2339-1987 iii Journal of TOURISM

Yustisia Pasfatima Mbulu, Raisya Kurnia Maidina, Nungky Puspita

40 Volume IV No.2 Juni 2017, ISSN: 2339-1987

serta pengunjung tidak memiliki rangsangan yang berlebih pada saat melakukan kegiatan wisata belanja, sehingga tidak menimbulkan bentuk pengekspresian atau pengalaman yang lebih pada saat melakukan kegiatan wisata belanja.

Berdasarkan hasil wawancara yang peneliti lakukan di Grand Indonesia Salah satu faktor lain juga, mengapa indikator variabel adventure shopping ini tidak berpengaruh karena kebanyakan tourist shopper lebih senang untuk sekedar leisure saja sehingga tidak adanya rangsangan yang berlebih pada saat melakukan kegiatan wisata belanja beberapa dari sebagian tourist shopper yang peneliti wawancarai juga berpendapat bahwa mereka berkunjung karena faktor diajak teman atau keluarga menjadikan suatu keharusan apalagi masyarakat kota sekarang lebih cenderung menghabiskan waktu luangnya memilih untuk pergi ke mal. Hipotesa 2 Ha1: Terdapat pengaruh gratification shopping terhadap keputusan berkunjung. H02: Tidak terdapat pengaruh gratification shopping terhadap keputusan berkunjung.

Dilihat dari signifikan sebesar 0,124 > 0,05 maka H0 diterima. Karena itu dapat dinyatakan bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari gratification shopping terhadap keputusan berkunjung. Menurut Mayer dan Wilkinson (2003) kategori ini menjelaskan berbelanja sebagai suatu kegiatan untuk mengurangi mood yang buruk atau stres dan berbelanja sebagai cara istimewa untuk memanjakan diri dan menurut teori Arnold dan Reynold (2003) gratification shopping merupakan suatu bentuk kegiatan belanja dimana keterlibatan seseorang dalam berbelanja dilakukan dengan tujuan untuk menghilangkan stres sebagai alternatif untuk menghilangkan mood negatif dan berbelanja digunakan untuk memperbaiki mental, akan tetapi di Grand Indonesia Shopping Town menunjukkan tidak adanya pengaruh.

Hal ini karena tourist shopper yang berkunjung ke Grand Indonesia Shopping Town tidak merasakan berbelanja dapat mengembalikan mood yang rusak karena menurut sebagian besar tourist shopper, mengembalikan mood dapat dilakukan dengan cara lain, misalnya bermain game, menonton atau traveling. Selain itu sebagian besar dari tourist shopper beranggapan bahwa berbelanja tidak dapat mengurangi tingkat stres mereka, hal ini dikarenakan berbelanja bukan merupakan cara menyenangkan diri secara khusus.

Berdasarkan hasil wawancara yang peneliti lakukan di Grand Indonesia pada dasarnya menurut sebagian besar tourist shopper, anggapan bahwa belanja dapat menghilangkan stres rupanya hanya isapan jempol. Sebaliknya, berbelanja untuk

menghilangkan stres alias retail therapy justru hanya akan menambah stres. Para tourist shopper penggila belanja yang membeli barang-barang mahal untuk menyenangkan hati saat mengalami masalah cenderung akan tetap mengalami stres. Menghilangkan stres dan rasa sedih dengan berbelanja kerap dinilai tidak efektif dan sifatnya hanya sementara.

Berbelanja saat stres juga hanya akan merusak kontrol diri para konsumen. karena pada saat stres, keinginan berbelanja secara impulsif akan semakin meningkat, sehingga cenderung membeli benda-benda yang sebenarnya tidak diperlukan. Saldo rekening yang menyusut atau tagihan kartu kredit kian menggunung tentu akan membuat stres tidak kunjung reda. Pemanjaan terhadap naluri konsumtif seseorang dapat membuat boomerang tersendiri kebiasaan belanja akan membuat perasaan gembira yang berlebihan. Namun, setelah itu mereka mengalami kekecewaan, depresi dan kurangnya rasa puas. Maka, dari indikator-indikator gratification shopping seperti ini tidak berpengaruh terhadap keputusan berkunjung di Grand Indonesia Shopping Town.

Hipotesa 3 Ha3: Terdapat pengaruh idea shopping terhadap keputusan berkunjung. H03: Tidak terdapat pengaruh idea shopping terhadap keputusan berkunjung.

Dilihat dari signifikan sebesar 0,000 < 0,05 maka Ha diterima. Karena itu dapat dinyatakan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan Idea shopping terhadap keputusan berkunjung. Menurut Mayer dan Wilkinson (2003) kategori ini menjelaskan bahwa berbelanja untuk tetap mengikuti tren dan mode terbaru yang sedang berlangsung juga untuk melihat inovasi terbaru. Sedangkan Arnold dan Reynolds (2003) mengatakan bahwa idea shopping merupakan suatu bentuk kegiatan belanja yang digunakan untuk mengetahui tren terbaru sebagai contoh pada produk-produk fashion. Sesuai dengan kedua teori tersebut adanya pengaruh di Grand Indonesia Shopping Town.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara kepada para tourist shopper yang peneliti temukan di lapangan, hal ini dikarenakan responden yang berkunjung ke Grand Indonesia Shopping Town merasa jika dengan melakukan kegiatan berbelanja pengunjung lebih mengetahui tren-tren yang berlangsung. Dikarenakan, Grand Indonesia Shopping Town merupakan salah satu mal terlengkap yang memiliki nilai prestisius sehingga pengunjung yang datang merasa memiliki kebanggaan tersendiri dan dengan melakukan wisata belanja di Grand Indonesia tourist shopper dapat mengikuti mode

Page 50: Journal of Tourism DESTINATION AND ATTRACTIONdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/8010211004153517909425August2018.pdfVolume IV No.2 Juni 2017, ISSN: 2339-1987 iii Journal of TOURISM

Journal of Tourism Destination and Attraction

Volume IV No.2 Juni 2017, ISSN: 2339-1987 41

atau tren yang sedang berkembang seperti mengetahui fashion-fashion terbaru.

Para tourist shopper yang sangat memperhatikan penampilan ini biasanya kebanyakan wanita-wanita muda dari kalangan metropolitan dan para remaja. Para tourist shopper ini melakukan kegiatan berbelanja untuk mendapatkan produk terbaru, mereka mengikuti perkembangan trend baju dan selalu ingin mendapatkan baju-baju yang sedang trend. Kecenderungan perilaku konsumtif di Indonesia ini tidak hanya terjadi pada masyarakat golongan ekonomi mapan, tetapi juga dari mereka yang finansialnya yang tidak memadai. Demi mendapatkan produk terbaru, termasuk pakaian baru, golongan masyarakat tak mampu itu rela berhutang (Gewati, 2017) . Kehadiran merek-merek mewah dan juga kelas menengah internasional lainnya seperti Massimo Dutti, Stradivarius, Mango, sekaligus menguatkan posisi Grand Indonesia Shopping Town ini sebagai salah satu destinasi wisata belanja di Jakarta.

Jadi, indikator-indikator idea shopping menurut teori Mayer dan Wilkinson (2003) dan Arnold dan Reynold (2003) berpengaruh terhadap keputusan berkunjung di Grand Indonesia Shopping Town.

Hipotesa 4 Ha4: Terdapat pengaruh role shopping terhadap keputusan berkunjung. H04: Tidak terdapat pengaruh role shopping terhadap keputusan berkunjung.

Dilihat dari signifikan sebesar 0,915 > 0,05 maka H0 diterima. Karena itu dapat dinyatakan bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari role shopping terhadap keputusan berkunjung. Menurut Mayer dan Wilkinson (2003) kategori ini menjelaskan bahwa berbelanja untuk suatu kesenangan sebagai individu yang memiliki peranan dan arti penting dalam suatu komunitas. Hal ini terjadi ketika seseorang berbelanja untuk orang lain. Menurut teori Arnold dan Reynold (2003) role shopping merupakan suatu bentuk kegiatan belanja untuk memperoleh produk yang terbaik bagi diri sendiri maupun bagi orang lain. Akan tetapi, penelitian ini menunjukkan tidak adanya pengaruh. Hipotesa 5 Ha5: Terdapat pengaruh social shopping terhadap keputusan berkunjung. H05: Tidak terdapat pengaruh social shopping terhadap keputusan berkunjung.

Dilihat dari signifikan sebesar 0,006 < 0,05 maka Ha diterima. Karena itu dapat dinyatakan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan pada social shopping terhadap keputusan berkunjung. Menurut Mayer dan Wilkinson (2003), kategori ini

menjelaskan bahwa berbelanja dilakukan untuk memperoleh kegembiraan dengan anggota keluarga dan teman. Arnold dan Reynold (2003) mengatakan bahwa social shopping merupakan suatu bentuk kegiatan belanja untuk mencari kesenangan yang dilakukan bersama dengan teman atau keluarga dengan tujuan untuk berinteraksi dengan orang lain.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang di lakukan peneliti di Grand Indonesia ini hal ini dikarenakan tourist shopper yang berkunjung ke Grand Indonesia Shopping Town merasa bahwa tujuan mereka untuk melakukan kegiatan wisata berbelanja untuk bersosialisasi dengan orang lain, teman dan sanak keluarga karena di Grand Indonesia Shopping Town terdapat banyak tempat-tempat yang nyaman dan populer dan sangat tepat untuk dijadikan tepat berkumpul.

Grand Indonesia Shopping Town memiliki banyak fasilitas menarik untuk pengunjung yang memiliki minat dan ketertarikan yang berbeda mulai dari restoran, karaoke, bioskop, salon, toko buku dan tempat olahraga. Restoran merupakan tempat yang cocok untuk menghabiskan waktu untuk bersosialisasi dengan keluarga atau teman. Banyaknya pilihan restoran-restoran yang menjual citarasa yang enak dan unsur estetika dalam menu yang disajikan juga menarik sehingga cafe dan resto tersebut dapat menarik para pengunjung.

Grand Indonesia juga merupakan yang pertama memiliki wahana Magic Fountain Show, tempat air mancur menari dan bernyanyi yang dipertunjukkan setiap satu jam sekali dengan pertunjukan, dan warna warni lampu dan tidak dikenakan biaya yang memanjakan mata para pengunjung yang ada di sana. Mal tidak hanya dirancang sebagai tempat belanja, juga digunakan untuk tempat hangout kalangan. Sarana lengkap mulai resto, butik fesyen sampai salon spa mendukung Grand Indonesia sebagai tempat alternatif hangout. Seiring pola gaya hidup masyarakat urban, mall saat ini sudah menjadi tempat untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Apalagi hal ini didukung dengan kehadiran mal-mal kelas premium seperti Grand Indonesia Shopping Town di Ibu Kota. Kehadiran kualitas tempat hangout di mal semakin digemari masyarakat kelas menengah atas karena memiliki standar sesuai gaya hidupnya.

Masyarakat urban di kota besar seperti Jakarta dengan pola hidup tinggi menjadikan mal sebagai tempat untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Selain masalah penampilan, gaya hidup juga menjadi bagian penting. Jadi, indikator-indikator idea shopping menurut Mayer dan Wilkinson (2003) dan Arnold dan Reynold (2003) berpengaruh terhadap keputusan berkunjung di Grand Indonesia Shopping Town.

Page 51: Journal of Tourism DESTINATION AND ATTRACTIONdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/8010211004153517909425August2018.pdfVolume IV No.2 Juni 2017, ISSN: 2339-1987 iii Journal of TOURISM

Yustisia Pasfatima Mbulu, Raisya Kurnia Maidina, Nungky Puspita

42 Volume IV No.2 Juni 2017, ISSN: 2339-1987

Hipotesa 6 Ha6: Terdapat pengaruh value shopping terhadap keputusan berkunjung. H06: Tidak terdapat pengaruh value shopping terhadap keputusan berkunjung.

Dilihat dari signifikan sebesar 0,139 > 0,05 maka H0 diterima. Karena itu dapat dinyatakan bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari value shopping terhadap keputusan berkunjung. Menurut Mayer dan Wilkinson (2003) kategori ini menjelaskan bahwa berbelanja dilakukan untuk mencari potongan harga maupun keuntungan lain. Sedangkan menurut Arnold dan Reynold (2003), value shopping merupakan suatu kegiatan belanja untuk memperoleh nilai (value) seperti yang diakibatkan karena adanya discount, promosi penjualan dan lain sebagainya, akan tetapi di Grand Indonesia Shopping Town menunjukkan tidak adanya pengaruh.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang dilakukan peneliti hal ini dikarenakan Grand Indonesia Shopping Town termasuk pusat belanja mewah di Jakarta sehingga bagi sebagian besar pengunjungnya, harga atau uang yang dikeluarkan bukan merupakan pertimbangan utama. Sebagian besar tourist shopper melakukan kegiatan wisata belanja tidak untuk berburu barang-barang diskon, apalagi menurut mereka barang-barang yang didiskon biasanya adalah keluaran tahun lalu yang trennya sudah lewat atau barang yang memiliki cacat tetapi tetap dijual.

Para tourist shopper lebih cenderung memilih berbelanja pada saat memiliki waktu luang, sehingga lebih leluasa untuk menemukan barang yang bagus dan harga yang sesuai. Maka, indikator-indikator value shopping menurut Mayer dan Wilkinson (2003) dan Arnold dan Reynold (2003) tidak berpengaruh terhadap keputusan berkunjung di Grand Indonesia Shopping Town.

SIMPULAN

Berdasarkan kajian teori, hasil penelitian dan

pengujian dengan SEM (Structural Equation Modeling)

yang dilaksanakan mengenai pengaruh type hedonic

shopping motivation terhadap keputusan berkunjung

tourist shopper, dapat diambil kesimpulan bahwa

hedonic shopping motivation yang terdiri dari

adventure shopping, gratification shopping, idea

shopping, role shopping, social shopping, dan

value shopping memiliki pengaruh terhadap keputusan

berkunjung tourist shopper.

Setelah di uji menggunakan spss dan AMOS

menunjukan dari keenam variabel mendapatkan

penilaian mulai dari yang sangat tidak berpengaruh

sampai sangat berpengaruh jika diurutkan ialah

role shopping (,915), value shopping (,139), gratification

shopping (,124), adventure shopping (,101), social

shopping (,006), idea shopping (***). Dari hasil

tersebut dapat dilihat bahwa yang paling tidak

berengaruh ialah variabel role shopping dan

hanya terdapat dua dimensi yang berpengaruh

terhadap keputusan berkunjung tourist shopper,

yaitu idea shopping dan social shopping.

Sehingga type hedonic shopping motivation

terhadap keputusan berkunjung tourist shopper di

Jakarta khususnya di pusat perbelanjaan modern

seperti Mal hanya dua dimensi yang perlu diperhatikan

untuk dapat menarik wisatawan berkunjung yaitu

idea shopping dan social shopping. Idea shopping

merupakan kegiatan belanja yang digunakan untuk

mengetahui tren terbaru sebagai contoh pada

produk-produk fashion maka diharapkan Mal yang

ada di Jakarta dapat menyediakan tren atau mode

terbaru sehingga keputusan berkunjung tourist

shopper dapat meningkat.

Selain itu dilihat dari social shopping yang

merupakan suatu bentuk kegiatan belanja untuk

mencari kesenangan yang dilakukan bersama

dengan teman atau keluarga dengan tujuan untuk

berinteraksi dengan orang lain. Maka diharapkan

Mal yang ada di Jakarta juga dapat memberikan

suasana atau kegiatan belanja untuk bisa dilakukan

bersama-sama dengan teman atau keluarga sehingga

keputusan berkunjung tourist shopper juga dapat

meningkat.

DAFTAR PUSTAKA

AA.Yempormase.2013. Landasan Konseptual

Perencenaan & Perancangan Yogya City

Walk sebagai Kawasan Ciri Khas Wisata

Kuliner & Fashion yang Berkonsep Green

Architecture di Yogyakarta. http://e-

journal.uajy.ac.id/3877/3/2TA13261.pdp.

A.Hari Karyono. 1997. Kepariwisataan. Jakarta:

Grasindo.

Anonymous. 2015. Online. http://www.kompasiana.com/

backpakerjakarta/10-mall-terbaik-di-jakarta.

Diakses 6 April 2016.

Anonymous. 2015. Online. http://anekatempatwisata.com/

15-mall-di-jakarta-yang-wajib-dikunjungi/.

Diakses 6 April 2016.

Arikunto, S . 2002. Metodologi Penelitian. Penerbit PT.

Rineka Cipta. Jakarta.

Page 52: Journal of Tourism DESTINATION AND ATTRACTIONdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/8010211004153517909425August2018.pdfVolume IV No.2 Juni 2017, ISSN: 2339-1987 iii Journal of TOURISM

Journal of Tourism Destination and Attraction

Volume IV No.2 Juni 2017, ISSN: 2339-1987 43

Arikunto, S, 2006. Prosedur Penelitian Suatu

Pendekatan Praktik, Ed Revisi VI,. Penerbit

PT Rineka Cipta, Jakarta.

Arnold, M. J. & Reynolds, K. E. 2003. Hedonic shopping

motivations. Journal of Retailing, 79, 77-95.

Babin, B.J., Darden, W.R. and Griffin, M. 1994,

“Work and/or fun: measuring hedonic and utilitarian

shopping value”, Journal of Consumer

Research, Vol. 20 No. 4, pp. 644-56.

BlackWell, R. D., James F. E., Paul W.M., 1994.,

Perilaku Konsumen, The Dryden Pres, 1992,

Bina Aksara, Jakarta.

Budi, B. 2000, Pariwisata Indonesia Menuju World

Class Tourism,. Jurnal Akutansi dan Manajemen.

Brierley, J. A. 2006. Applications of Costs In Make-

Or-Buy Decisions An Analysis. Journal Management.

Cinjarevic, M., Tatic, K., and S. Petric. 2011. See It,

Like It, Buy It! Hedonic Shopping Motivations and

Impulse Buying. Journal of Economics and Business.

Correia, A. dan G. I. Crouch. 2008. A Study of

Decision Processes. Andi. Yogyakarta.

Dawson, S., Bloch, P.H., and Ridgway, N.M. 1990.

“Shopping Motive, Emotional States, and

Retail Outcome”. Journal of Retailing, 66

(Winter): 408-427.

Engel, J. F. R. D., Blackwell, dan Paul W. M. 1994.

Perilaku Konsumen. Edisi Keenam. Jilid 1.

Penerbit Binarupa Aksara. Jakarta.

Fandeli, C. 2001. Dasar-dasar Manajemen

Kepariwisataan Alam. Liberty. Yogyakarta.

Gilbert, D. 2011. Retail Marketing Management.

Edisi Kedua. Prentice Hall. New Jersey.

Gewati, M. 2017. Lebaran, Baju Baru dan Budaya

Orang Indonesia. http://nasional.kompas.com/

read/2017/06/26/12000091/lebaran.baju.bar

u.dan.bidaya.konsumtif.orang

Ghozali, I. 2008. Structural Equation Modeling

dengan Lisrel 8.80 edisi II. Semarang.

Penerbit: Universitas Diponegoro.

Halni, M. 2010. Definisi penataan PKL, definisi wisata

belanja, dan definisi temporer. Online. Tersedia

di:http://elib.unikom.ac.id/files/disk1/457/jbptu

nikompp-gdl-musrihalni-22840-3-unikom_m-i.pdf.

Diakses 9 April 2016.

Husaini, U., Purnomo,S. A., 2008, Metodologi

Penelitian Sosial,. Bandung: Bumi Aksara.

J.Setiadi, N. 2008. Perilaku Konsumen. Kencana.

Jakarta.

Japarianto, E. 2010. Analisa Faktor Type Hedonic

Shopping Motivation dan Faktor Pembentuk

Kepuasan Tourist Shopper di Surabaya.

Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan,

Vol.12, No.1, Maret 2010: 76-85.

Keng Neo, L.W. dan Kok Wing 2005, The 4Rs of

ASIAN Shopping Centre Management, PT Bhuana

Ilmu Populer Kelompok Gramedia, Jakarta.

Kotler, A. 2009. Marketing an Introduction, Ninth

Edition. New Jersey: Prentice Hall.

[WTO] World Tourism Organization.2002. World

Ecotourism Summit – Final Report. World

Tourism Organization dan United Nnations

Environment Programme, Spain

Kotler dan Keller. 2009. Manajemen Pemasaran.

Jilid I. Edisi ke 13. Jakarta: Erlangga.

Kowinski W. Severini,1985, The Mailing of

Amerika: An Inside Look at the Great

Consumer Paradise.

Levy, Michael; Weitz, Barton A. 2004. Retailing

Management. USA: Richard D Irwin, Inc.

Leasing Retail Space, Chicago: Institute of

Real Estate Management, 1990.

Marpaung, Happy dan Herman Bahar. 2000.

Pengantar Pariwisata. Bandung: Penerbit Alfabeta.

Mayer & Wilkinson, 2003. A cluster of retail outlets

under a single roof that collectively handle a

varied assortment of goods, satisfying most

of the merchandise needs of consumers

within convenient traveling times of their

homes or places of work. New Jersey:

Prentice Hall Inc.

Mbulu, Y.P., 2014. Daya Saing Shopping Mall

sebagai Atraksi Wisata Belanja di Jakarta.

Jurnal Kepariwisataan Indonesia vol. 9. No 3. 2014.

Moh Nazir, 2011. Metode Penelitian. Cetakan 6.

Bogor: Penerbit Ghalia.

Morrison, A. 2008. Hospitality and Travel

Marketing. Edisi Kelima. Ahli Bahasa

Sulistiyani. Salemba Empat. Jakarta.

Muslim,A dan Rusyanto, E .2015.Jakarta kota

belanja dunia, November 08,2015. Online:

http://www.beritasatu.com/food-travel/320513

-jakarta-kota-belanja-dunia-1.html diakses 1

April, 2016, pukul 12:45 WIB.

PATA. 2015. TripAdvisor Names Best Cities in Asia

for Holiday Shopping. Online: https://www.pata.org/

tripadvisor-names-best-cities-in-asia-for-holiday

-shopping/

Pitana, I G. 2010. Sosiologi Pariwisata. Andi

Offset. Yogyakarta.

Page 53: Journal of Tourism DESTINATION AND ATTRACTIONdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/8010211004153517909425August2018.pdfVolume IV No.2 Juni 2017, ISSN: 2339-1987 iii Journal of TOURISM

Yustisia Pasfatima Mbulu, Raisya Kurnia Maidina, Nungky Puspita

44 Volume IV No.2 Juni 2017, ISSN: 2339-1987

Pricilla W.J. 2010. Pemetaan Persepsi Konsumen

Tourist Shopper Terhadap Retail Mix Ditinjau

Dari Hedonic Shopping Motivation di Surabaya.

Skripsi. Universitas Kristen Petra. Surabaya.

Sim, L.L.1992. Overview of Recent Developments and

Policies in Retail Planning Singapore. Makalah

pada Seminar Changing Face of Retail

Development and Planning in Singapore, National

University of Singapore, 15 April 1992.

Soekadijo. 2000. Anatomi Pariwista. Jakarta:

Gramedia.

Sugiyono. 2007. “Metode Penelitian Kuantitatif

Kualitatif dan R&D”. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono, .2008. Metode Penelitian Kunatitatif

Kualitatif dan R&D. Bandung. Alfabeta.

Sugiyono. 2012.Metode Penelitian Bisnis.

Bandung: Alfabeta

Sugiyono. 2003. Metode Penelitian Bisnis. Edisi 1,

Bandung: Alfabeta.

Susanti, D. F. 2014. Pengaruh hedonic shopping

motivation terhadap keputusan berkunjung di

wisata belanja Kota bandung. Skripsi.

Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung.

Sutrisno, H. 1998. Analisis Regresi. Yogyakarta:

Gadjah Mada University Press.

Swarbrooke, J. dan S. Horner. 2007. Customer

Behaviour in Tourism. Edisi Kedua. Elsevier, Ltd

Swarbrooke, John and Horner, Susan. 2003.

Consumer Behaviour in Tourism.

Butterworth-Heinemann: Oxford.

Undang-Undang Republik Indonesia no 9 tentang

kepariwisataan, Bab I Ketentuan Umum

Pasal 1 ayat 1 dan 2

Undang-Undang Kepariwisataan Nomor 9 tahun 2000.

Wolfinbarger, M., and Gilly, M.C. 2003. eTailQ:

Dimensionalizing, measuring, and predicting e-tail

quality. Journal of Retailing. Vol.79, 183-198.

Yoeti. Oka. A. 1995. Pengantar Ilmu Kepariwisataan

Edisi 1. Yogyakarta Erlangga.

Page 54: Journal of Tourism DESTINATION AND ATTRACTIONdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/8010211004153517909425August2018.pdfVolume IV No.2 Juni 2017, ISSN: 2339-1987 iii Journal of TOURISM

Journal of Tourism Destination and Attraction

Volume IV No.2 Juni 2017, ISSN: 2339-1987 45

BIODATA PENULIS

Heryanti Utami

Saat ini aktif mengajar di Program Studi Usaha Jasa Pariwisata Universitas Negeri Jakarta.

Email: [email protected]

Mordahai Siburian Menyelesaikan S1 Pariwisata Program Studi Pariwisata di Universitas Pancasila pada tahun 2017.

Anggi Khoirunnisa

Menyelesaikan S1 Pariwisata Program Studi Pariwisata di Universitas Pancasila pada tahun 2017.

Yustisia Pasfatima Mbulu

Alumnus Sekolah Tinggi Pariwisata Trisakti dan London School of PR ini merupakan staf pengajar

di Fakultas Pariwisata Universitas Panacasila. Sesuai latar belakangnya, Yustisia menaruh minat kuat

pada penelitian-penelitian di bidang hospitaliti dan urban tourism. Email: [email protected]

Nungky Puspita

Sarjana ekonomi dari Universitas Trisakti ini menekuni dunia hospitaliti setelah meraih Magister

Manajemen bidang Hospitality dari Universitas Trisakti. Saat ini menjabat sebagai Wakil Dekan

Fakultas Pariwisata Universitas Pancasila. Email: [email protected]

Meiti Azmi Efenly

Menyelesaikan S1 Pariwisata Program Studi Pariwisata di Universitas Pancasila pada tahun 2015.

Yuwana M Marjuka

Saat ini sebagai Guru Besar tidak tetap Fakultas Pariwisata Universitas Pancasila. Email:

[email protected]

Devi Roza K. Kausar

Doctor of Philosophy di bidang International Development, Universitas Nagoya. Saat ini menjabat

sebagai Dekan Fakultas Pariwisata Universitas Pancasila. Email: [email protected]

Page 55: Journal of Tourism DESTINATION AND ATTRACTIONdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/8010211004153517909425August2018.pdfVolume IV No.2 Juni 2017, ISSN: 2339-1987 iii Journal of TOURISM

Journal of Tourism Destination and Attraction

46 Volume IV No.2 Juni 2017, ISSN: 2339-1987

Page 56: Journal of Tourism DESTINATION AND ATTRACTIONdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/8010211004153517909425August2018.pdfVolume IV No.2 Juni 2017, ISSN: 2339-1987 iii Journal of TOURISM

Journal of Tourism Destination and Attraction

Volume IV No.2 Juni 2017, ISSN: 2339-1987 47

PEDOMAN PENULISAN NASKAH

JOURNAL OF TOURISM DESTINATION AND ATTRACTION

Jurnal Tourism Destination and Attraction

merupakan media untuk publikasi tulisan asli

yang berkaitan dengan pariwisata secara luas,

dalam Bahasa Indonesia. Naskah dapat berupa:

hasil-hasil penelitian mutakhir (paling lama 5

tahun yang lalu), ulasan (review), analisis kebijakan

dan hasil awal penelitian (preliminary result).

Naskah yang diterima adalah naskah yang

belum pernah dimuat atau tidak sedang

dalam proses publikasi dalam jurnal ilmiah

nasional maupun internasional lainnya.

FORMAT

Agar naskah dapat dipublikasikan,

penulis diharapkan untuk mengikuti format

yang telah ditentukan. Naskah termasuk

Abstrak diketik satu spasi pada kertas HVS

ukuran A4 (21 cm x 29.7 cm), format dua

kolom dengan pias 3, huruf Times New Roman

berukuran 12 point. Naskah diketik dengan

program Microsoft Word (.doc).

Setiap halaman diberi nomor secara

berurutan, maksimum 15 halaman termasuk

tabel dan gambar. Gambar dan tabel dalam

program aslinya (Microsoft Excel atau yang

lainnya) perlu disertakan dalam file terpisah

untuk mempermudah proses editing. File

Naskah dikirimkan melalui e-mail.

Journal of tourism destination and attraction

Fakultas Pariwisata Universitas Pancasila

Srengseng Sawah, Jagakarsa, Jakarta Selatan

12640

Telepon/fax: +62 21 78885779

e-mail: [email protected]

SUSUNAN NASKAH Halaman pertama dari naskah terdiri atas:

- Judul

- Nama lengkap penulis (beri tanda * pada

penulis untuk korespondensi)

- Alamat dan afiliasi penulis (termasuk

nomor telepon, nomor faksimili, dan alamat

e-mail penulis untuk korespondensi)

Halaman ke-2 terdiri atas:

- Judul

- Abstrak

- Kata kunci

Nama dan identitas penulis tidak boleh

dituliskan pada halaman ini.

Halaman selanjutnya terdiri atas:

1. Pendahuluan

2. Metode

3. Hasil dan Pembahasan

4. Kesimpulan

5. Ucapan Terima Kasih (bila ada)

6. Daftar Pustaka

Naskah berupa ulasan, analisis kebijakan,

dan catatan penelitian tidak harus ditulis

menurut susunan naskah hasil penelitian.

DEKRIPSI TIAP BAGIAN NASKAH

Halaman Judul

Judul dicetak tebal (bold) dengan huruf

kapital pada setiap awal kata, kecuali kata

sambung, antara lain dan, yang, untuk, di, ke,

dari, terhadap, sebagai, tetapi, berdasarkan,

dalam, antara, melalui, secara.

Judul maksimum terdiri atas 12 kata

(tidak termasuk kata sambung). Judul harus

mencerminkan hasil penelitian. Naskah dalam

Bahasa Indonesia harus disertai judul dalam

Bahasa Inggris yang dicetak tebal (bold) dan

miring (italic).

Di bawah judul, ditulis nama lengkap

(tidak disingkat) semua penulis beserta nama

dan alamat lembaga afiliasi penulis. Nama

penulis untuk korespondensi diberi tanda *.

Alamat untuk korespondensi dilengkapi

dengan kode pos, nomor telepon dan HP,

nomor faksimile, dan e-mail.

Page 57: Journal of Tourism DESTINATION AND ATTRACTIONdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/8010211004153517909425August2018.pdfVolume IV No.2 Juni 2017, ISSN: 2339-1987 iii Journal of TOURISM

Journal of Tourism Destination and Attraction

48 Volume IV No.2 Juni 2017, ISSN: 2339-1987

Contoh penulisan judul, nama penulis,

dan alamat lembaga afiliasi penulis:

Manfaat dan Hambatan Pengembangan

Pariwisata Berbasis Masyarakat di

Perkampungan Budaya Setu Babakan

Benefits and Obstacles of Community Based

Tourism Development in Setu Babakan

Cultural Village

Gagih Pradini1, Devi Roza Kausar1*, dan

Faruk Alfian1

1Fakultas Pariwisata, Universitas Pancasila

Srengseng Sawah, Jagakarsa

Jakarta Selatan 12640, Indonesia

Abstract dan Keywords

Halaman ke-2 terdiri atas judul, abstrak

(abstract), dan kata kunci (keywords). Identitas

penulis tidak boleh disertakan pada halaman ini.

Ketentuan mengenai abstrak dan kata kunci adalah:

1. Paragraf yang dapat berdiri sendiri dan harus

mencakup pendahuluan singkat, tujuan, metode,

hasil, dan kesimpulan utama secara ringkas.

2. Implikasi hasil penelitian juga sebaiknya

tercantum dalam abstrak.

3. Tidak ada kutipan pustaka di dalam abstrak.

4. Abstrak ditulis dalam Bahasa Inggris dan

Bahasa Indonesia.

5. Abstrak dalam masing-masing bahasa terdiri

atas satu paragraf, maksimum 200 kata dan

diketik dalam dua spasi.

6. Kata kunci ditulis setelah abstrak, maksimum

5 kata selain kata dalam judul dan disusun

berurutan berdasarkan abjad.

Teks

Awal paragraf dimulai 5 indent dari sisi kiri

naskah. Penulisan sub judul (PENDAHULUAN,

METODE, HASIL DAN PEMBAHASAN,

KESIMPULAN, UCAPAN TERIMA KASIH,

dan DAFTAR PUSTAKA) ditulis di sisi kiri

dengan huruf kapital dan tidak menggunakan

nomor. Sub-sub judul ditulis di kiri halaman

dan huruf kapital di setiap awal kata.

Penulisan satuan menggunakan Standar

Internasional (SI). Satuan ditulis menggunakan

spasi setelah angka, kecuali untuk menyatakan

persen. Contoh: 37 oC, bukan 37oC; 0.8%,

bukan 0.8 %. Penulisan desimal menggunakan

titik (bukan koma), sedangkan penulisan ribuan

dipisahkan oleh tanda koma. Seluruh tabel

dan gambar harus dirujuk dalam teks.

Daftar Pustaka

Ketentuan untuk pustaka sebagai rujukan adalah:

1. Minimal 80% acuan adalah pustaka

primer (jurnal, paten, disertasi, tesis) yang

aktual (10 tahun terakhir),

2. Proporsi acuan jurnal minimal 10 jurnal,

3. Membatasi jumlah pustaka yang mengacu

pada diri sendiri (self citation), merujuk

pada minimal 1 naskah yang telah diterbitkan

di Jurnal Tourism Destination and Attraction,

4. Sebaiknya penggunaan pustaka di dalam

pustaka, buku populer, dan pustaka dari

internet dihindari

5. Pustaka dari internet yang dapat digunakan

adalah jurnal dan pustaka dari instansi

pemerintah atau swasta,

6. Makalah yang dipresentasikan di suatu

seminar atau simposium tetapi tidak

dipublikasi-kan dalam suatu prosiding

atau media publikasi ilmiah lain tidak

diperbolehkan sebagai rujukan,

7. Abstrak tidak diperbolehkan sebagai rujukan.

Daftar pustaka ditulis berdasarkan urutan

abjad dari nama akhir penulis pertama. Pustaka

dengan nama penulis (kelompok penulis)

yang sama diurutkan secara kronologis.

Apabila ada lebih dari satu pustaka yang

ditulis penulis (kelompok penulis) yang sama

pada tahun yang sama, maka huruf ‘a’, ‘b’ dan

seterusnya ditambahkan setelah tahun.

Beberapa contoh penulisan datar pustaka

adalah sebagai berikut:

Jurnal

Tang C. 2000. Limits to community participation

in the tourism development process in

developing countries. Tourism Management.

67:228-234.

Buku

Fennell D. 1999. Ecotourism: An Introduction.

London (UK): Routledge.

Page 58: Journal of Tourism DESTINATION AND ATTRACTIONdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/8010211004153517909425August2018.pdfVolume IV No.2 Juni 2017, ISSN: 2339-1987 iii Journal of TOURISM

Journal of Tourism Destination and Attraction

Volume IV No.2 Juni 2017, ISSN: 2339-1987 49

Fennell D. 2002. Ecotourism Programme Planning.

London (UK): Routledge.

Holden A. 2000. Environment and Tourism.

London (UK): Routledge.

Prosiding dengan lembaga atau organisasi

sebagai pengarang

Kausar D, Gunawan M. 2015. Revitalizing

Tourism In The Heritage Land of Toraja:

Planning as A Process. Proceedings of

Tropical Tourism Outlook Conference.

Indonesia 29-31 July 2015.

Disertasi/Tesis

Firmansyah R. 2014. Pengembangan Wisata

Berkelanjutan di Pantai Gelung, Situbondo.

Tesis. Sekolah Pascasarjana. Institut Pertanian

Bogor. Bogor.

Internet

Badan Pusat Statistik. 2014. Yogyakarta

Dalam Angka 2014. http://www.bps.go.id

[11 September 2014].

Tabel

Seluruh tabel harus dirujuk dalam teks.

Tabel harus dituliskan dalam format tabel dari

Microsoft Excel (xls.) dan dimasukkan dalam

file terpisah dari teks.

Penomoran tabel adalah berurutan. Judul

tabel ditulis singkat namun lengkap. Judul dan

kepala tabel menggunakan huruf kapital pada

awal kalimat. Garis vertikal tidak boleh digunakan.

Catatan kaki menggunakan angka dengan kurung

tutup dan diketik superscript. Tanda * atau **

digunakan untuk menunjukkan tingkat nyata

berturut-turut pada taraf kesalahan 5 dan 1%.

Contoh penulisan tabel 1 kolom dan judulnya:

Tabel 1. Jumlah kedatangan wisatawan

mancanegara ke Indonesia menurut negara

tempat tinggal tahun 2013-2014

Negara asal Tahun 2013

(orang)

Tahun 2014

(orang)

Singapura 1,634,149 1,739,825

Malaysia 1, 430,989 1,485,643

Australia 997,984 1,128,533

Negara asal Tahun 2013

(orang)

Tahun 2014

(orang)

China 807,429 926,750

Jepang 491,574 525,419

Korea Selatan 343,627 370,142

Gambar

Seluruh gambar harus dirujuk dalam teks.

Gambar dan ilustrasi harus menggunakan

resolusi tinggi dan kontras yang baik dalam

format JPEG, PDF atau TIFF. Resolusi minimal

untuk foto adalah 300 dpi (dot per inch),

sedangkan untuk grafik dan line art adalah

600 dpi. Gambar hitam putih harus dibuat

dalam mode grayscale, sedangkan gambar

berwarna dalam mode RGB. Gambar dibuat

berukuran lebar maksimal 80 mm (satu kolom),

125 mm (satu setengah kolom), atau 166 mm

(dua kolom).

Gambar hitam putih atau berwarna

dengan keterangan di dalam gambar harus

jelas. Jika ukuran gambar diperkecil maka

semua tulisan harus tetap dapat terbaca.

Grafik statistik disertai dengan file data

sumbernya (program Microsoft Excel) untuk

memudahkan editing.

Prosedur Publikasi Penulis wajib mengisi form pernyataan

bahwa naskah belum pernah atau tidak sedang

diajukan untuk dipublikasikan di jurnal lain.

Seluruh naskah yang diterima akan

dikirimkan ke Dewan Editor untuk dinilai.

Dewan Editor berhak meminta penulis untuk

melakukan perbaikan sebelum naskah dikirim

ke penelaah. Editor juga berhak menolak

naskah jika naskah tidak sesuai dengan format

yang telah ditentukan.

Naskah akan ditelaah oleh minimum dua

orang ahli di bidang yang bersangkutan.

Dewan Editor akan menentukan naskah yang

dapat diterbitkan berdasarkan hasil penelaahan.

Hasil penelaahan diberitahukan kepada penulis.

Page 59: Journal of Tourism DESTINATION AND ATTRACTIONdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/8010211004153517909425August2018.pdfVolume IV No.2 Juni 2017, ISSN: 2339-1987 iii Journal of TOURISM

Journal of Tourism Destination and Attraction

50 Volume IV No.2 Juni 2017, ISSN: 2339-1987

A