japan - east asia network of exchange for students and youths
TRANSCRIPT
Japan - East Asia Network of Exchange for Students and Youths Delegasi Indonesia Batch 1
Laporan Pelaksanaan (23 Juni 2009 – 2 Juli 2009)
Juli 2009
Japan International Cooperation Center (JICE)
Garis Besar Delegasi Indonesia Batch 1 JENESYS
Jangka Waktu Kunjungan ke Jepang
Tanggal 23 Juni sampai 2 Juli 2009
Jumlah Peserta
94 orang
Siswa SMA 86 orang (Laki-laki 45 orang, Perempuan 41 orang)
Pembimbing 8 orang
Jumlah SMA Pengirim Peserta
75 sekolah
Lokasi SMA Peserta
13 provinsi
Provinsi Jumlah siswa Provinsi Jumlah siswa
Nanggroe Aceh Darussalam 2 Bali 4
Sumatera Utara 2 Nusa Tenggara Barat 2
Riau 2 Nusa Tenggara Timur 5
Bengkulu 4 Kalimantan Barat 3
Sumatera Selatan 5 Kalimantan Timur 1
Lampung 1 Kalimantan Selatan 4
Bangka Belitung 4 Sulawesi Tengah 1
DKI Jakarta 13 Sulawesi Selatan 1
Banten 4 Sulawesi Utara 1
Jawa Barat 9 Maluku Utara 1
Jawa Tengah 6 Papua 2
Jawa Timur 8
(Data Saudara Azwar Munandar belum termuat pada jumlah SMA, jumlah lokasi SMA serta daftar provinsi.)
Tempat Kunjungan di Jepang
Metropolitan Tokyo dan 4 prefektur (Ibaraki, Shizuoka, Tokushima, Okinawa)
Jumlah Host Family
60 KK (Ibaraki 15 KK, Shizuoka 15 KK, Tokushima 17 KK, Okinawa 13 KK)
SMA yang Dikunjungi dalam Rangka Persahabatan / Interaksi (5 sekolah)
Ibaraki: SMAN Toride 1 milik Prefektur Ibaraki
Shizuoka: SMAN Shizuoka milik Prefektur Shizuoka
Tokushima: SMAN Pertanian Awa milik Prefektur Tokushima
Okinawa: SMAN Naha Kokusai milik Prefektur Okinawa
SMAN Mawashi milik Prefektur Okinawa
Album Foto Delegasi Indonesia Batch 1 JENESYS
Program di Tokyo
Kuil Senso-ji, Asakusa Edo-Tokyo Museum
Advanced Technology Exhibition Hall@TEPIA
Resepsi Makan Malam
Takeshita Dori, Harajuku
Program Masing-Masing Daerah (Grup Ibaraki)
Sako Senshoku Kogeikan (Pewarnaan kain) Meiji Dairies Moriya Plant "Miruku-kan"
SMAN Toride 1 (Praktek hand bell)
取手一高(ハンドベル体験) 歓送会
Respsi perpisahan
Aqua World (Ibaraki Prefectural Oarai Aquarium) Eco Frontier Kasama (Belajar ttg lingkungan)
Program Masing-Masing Daerah (Grup Shizuoka)
Shizuoka Prefectural Earthquake
Disaster Prevention Center
Shizuoka City Kadoya
Water Purification Center
Sunpu Takumishuku (Pewarnaan kain) Oohatago Kashiwaya (Museum zaman Edo)
SMAN Shizuoka (Tata cara minum teh) Performance pada resepsi perpisahan
Program Masing-Masing Daerah (Grup Tokushima)
Kantor Gubernur Tokushima Asutamu Land (Tokushima Science Museum)
Uzunomichi (Observasi pusaran air laut) SMAN Pertanian Awa (Pewarnaan kain)
Resepsi Perpisahan Pertemuan dengan warga Indonesia
yang tinggal di Tokushima
Program Masing-Masing Daerah (Grup Okinawa)
Pelajaran Bahasa Jepang
SMAN Mawashi (Memasak bersama)
SMAN Naha Kokusai (Upacara penyambutan)
Resepsi perpisahan
Shurijo (Istana Shuri) Shureimon (Istana Shuri)
Pagi
Siang
Pagi
Observasi: Asakusa
Observasi & foto bersama: Edo-Tokyo Museum
Pagi*Pindah ke Ibaraki (dengan bis)*Meiji Dairies Milk Plant
*Pindah ke Shizuoka (dengan keretaShinkansen Hikari 465)*Kantor Wali Kota Shizuoka
Pindah keTokushima (denganpesawat terbang JL1433)
Pindah ke Naha (dengan pesawatterbang NH123)
Siang*Sako Senshoku Kogeikan(pewarnaan kain)
JICATsukuba
*Shizuoka Pref. Earthquake DisasterPrevention Center*Shizuoka City Kadoya WaterPurification Plant
Kanpono-yado Yaizu
*Kunjungan ke Kantor GubernurTokushima (Pembelajaran tentangLingkungan)*Awaodori Kaikan (Praktek tari Awa)*Bukit Bizan
HotelSunshine
Tokushima
*Pelajaran bahasa Jepang*Orientasi
JICAOkinawa
Pagi SMAN Toride 1*Sunpu Takumishuku (Pewarnaankain)*Togeppou Saiokuji (Kuil Buddha Zen)
Asutamu Land (Tokushima ScienceMuseum)
*SMAN Naha Kokusai*SMAN Mawashi
Siang Acara tatap muka dengan host family HS*Okabeshuku Oohatago Kashibaya(Museum zaman Edo)*Gyokurono Sato (Praktek minum teh)
*SMAN Pertanian Awa*Acara tatap muka dgn host family
HS*Acara tatap muka dengan hostfamily
HS
Pagi Homestay *SMAN Shizuoka Homestay Homestay
Siang Homestay HS*Acara ramah tamah dengan hostfamily *Homestay
HS Homestay HS Homestay HS
Pagi Homestay Homestay Homestay; Resepsi perpisahanHomestayObservasi: Shurijo (Istana Shuri)
Siang Resepsi perpisahan HomestayAcara pertemuan dengan wargaIndonesia yang tinggal di Tokushima
Observasi: Okinawa PrefecturalPeace Memorial MuseumResepsi perpisahan
Pagi Aqua World (aquarium) SMAN ShizuokaObservasi: Uzunomichi (Pusaran airlaut)
Observasi: Jusco, Sunset Beach
Siang Eco Frontier Kasama (TPA) SMAN Shizuoka Workshop Workshop
Pagi Workshop WorkshopPindah ke Tokyo (dengan pesawatterbang JL1432)
Siang Pindah ke Tokyo (dengan bis)Pindah ke Tokyo (dengan KeretaShinkansen Hikari470)
Makan siang dan jalan-jalan di OdaibaToyota Megaweb
Pagi
Pagi Pindah ke Bandara Narita
Siang Berangkat dari Narita 14:10 → Tiba di Jakarta 19:50 (JL725)
Orientasi keseluruhan dan orientasi per grup
Sambutan dari Atase Pendidikan KBRIPresentasi akhir hasil workshop dan resepsi makan malam
23 Juni SelasaBerangkat dari Jakarta 22:15 → Tiba di Bandara Narita 7:45 (Penerbangan JL726)
Siang
Pindah ke Tokyo (dengan pesawatterbang NH124)
DaiichiHotel
Ryogoku
JICATsukuba
27 Juni
HotelAssociaShizuoka
HotelSunshine
Tokushima
JICAOkinawa
Kuliah: Mengenal tentang Jepang (Prof. Takeshi Murai, Obirin University)
Observasi & foto bersama: Edo-Tokyo Museum
Observasi: Asakusa
Nama Grup
1
HS
DaiichiHotel
Ryogoku
DaiichiHotel
Ryogoku
JICAOkinawa
Observasi: Harajuku Observasi: Advanced Technology Exhibition Hall@TEPIA
Observasi: Advanced Technology Exhibition Hall@TEPIA Observasi: Takeshita-dori Harajuku
2 orang Koordinator
Japan International Coorperation Center(JICE)Per tanggal Juni 22, 2009
Merah/UmumKuning/Pesantren Hijau muda/ Paskibraka
Grup Tokushima
Biru muda / Pelajar bahasa Jepang
Jadwal Kegiatan Program Jaringan Pertukaran Siswa dan Pemuda Jepang-Asia Timur Abad Ke-21Delegasi Siswa SMA Indonesia, Batch Pertama
Warna Grup
Tanggal dan Waktu 2 orang Koordinator
23 orang Siswa SMA(13 Pria/10 Wanita)
2 orang Pembimbing
23 orang Siswa SMA(14 Pria/9 Wanita) 22 orang Siswa SMA(10 Pria/12 Wanita)
2 orang Koordinator2 orang Koordinator
10 2 Juli
Senin29 Juni7
Kamis
9 1 Juli Rabu
2
25 Juni
Rabu24 Juni
3 Kamis
6 28 Juni Minggu
30 Juni8 Selasa
Grup Okinawa
2 orang Pembimbing2 orang Pembimbing 2 orang Pembimbing
18 orang Siswa SMA(8 Pria/10 Wanita)
Grup ShizuokaGrup Ibaraki
DaiichiHotel
Ryogoku
4
Siang
26 Juni
HotelSunshine
Tokushima
JICATsukuba
HotelAssociaShizuoka
5 Sabtu
Jumat
Workshop
Rombongan siswa SMA Indonesia dengan membawa berbagai asa dan cita ikut
berpartisipasi dalam pelaksanaan program yang berlangsung selama 10 hari. Seusai
program-program kegiatan, para siswa mengadakan workshop di daerah kunjungan
masing-masing untuk berdiskusi tentang hal-hal yang berkaitan dengan
penemuan-penemuan baru mengenai Jepang yang diperoleh selama kunjungan.
Workshop dilaksanakan dengan tujuan seperti yang tercantum di bawah ini:
① Dengan menggunakan bentuk bahasa, mewujudkan
penemuan-penemuan baru (pengetahuan/pemahaman) tentang
kesan-kesan yang didapat selama kunjungan ke Jepang.
② Dengan terealisasinya kemudahan dalam penerusan
pengetahuan/pemahaman yang diperoleh, juga mendukung dalam
penerusan motivasi terhadap upaya saling pengertian.
③ Merangkum apa yang telah dipelajari dan diperoleh melalui workshop
ke dalam laporan yang dipresentasikan pada acara presentasi akhir.
Naskah presentasi akhir dan laporan workshop oleh masing-masing grup dimuat pada
halaman berikutnya.
Naskah Presentasi Grup Ibaraki
Baiklah, saya Ahmad Ghiyats Fawwaz, wakil dari grup Ibaraki akan memaparkan apa
yang telah kami dapat selama kami berada di Jepang.
Ada 3 tema yang akan kami jelaskan, yaitu tentang karakter orang Jepang, pendidikan
sekolah dan teknologi.
Ini semua adalah hasil observasi pengamatan kami dan konklusi (rangkuman) hasil
workshop kami.
*******************************************************************************
Pertama, tentang karakter orang Jepang.
Dari sini kami menemukan bahwa orang Jepang itu memiliki disiplin yang tinggi.
Hampir seluruh masyarakat Jepang yang kami temui, memiliki kesadaran untuk
menjadikan diri mereka berdisiplin, baik dalam kerja, maupun keseharian mereka.
Kedua, saling menghargai.
Dalam persahabatan ataupun keseharian, mereka tidak akan mengganggu orang lain,
pun dalam kehidupan beragama.
Ketiga, Doing perfectly, melakukan suatu hal dengan sempurna.
Mereka tidak akan meninggalkan tugas yang diamanati jika belum selesai, sesuai
target.
Keempat, tata krama.
Dalam bersosialisasi maupun makan, seperti cara makan nasi yang baik, lalu menjaga
sikap di tempat umum dan lain sebagainya.
****************************************************************************
Selanjutnya, tentang pendidikan.
Sistem pendidikan yang diterapkan di Jepang berbeda dengan di Indonesia.
Pertama, diterapkan sistem “moving-class” atau datangnya murid ke kelas yang akan
dipelajari.
Lalu, kedua, “praktice-learning” atau belajar sambil praktek secara langsung.
Di SMA Toride yang kami kunjungi, kelas Kimia dan Fisika memuatkan peralatan
praktek langusng di kelas masing-masing.
Ketiga, tujuan pendidikan.
Bagaimana menjadikan para murid untuk selalu ceria dan aktif dalam mengikuti
setiap pelajaran yang dipilihnya, dan kesemangatan guru dalam mengajar.
*****************************************************************************
Dan yang terakhir, tentang teknologi dalam kehidupan masyarakat Jepang.
Pertama, wastafel otomatis, dengan sensor yang akan mengeluarkan air secara
otomatis apabila ada sesuatu yang mendekat sensor.
Kedua, high-technology machine.
Pengoperasian mesin berteknologi tinggi di pabrik susu Meiji Moriya plant dan
Kasama Eco Frontier yang dijalankan robot, dan sedikit pegawai, tidak lebih dari 60-70
orang, terdapat program recycle.
Ketiga, robot saraf.
Robot yang menopang sendi agar mampu bergerak lebih maksimal di khususkan untuk
lansia.
*******************************************************************************
Jadi kesimpulannya:
Kemajuan Jepang ditopang (didukung) dengan karakter masyarakat yang baik dan
berpendidikan sehingga menghasilkan teknologi dan kehidupan yang maju.
Itulah faktor masyarakat Jepang yang sejahtera.
Tetapi meskipun itu, kita sebagai anak bangsa, patut bangga dengan bangsa sendiri.
Semoga semua apa yang telah kita pelajari di Jepang, mampu kita aplikasikan untuk
menjadikan Indonesia yang lebih baik.
Terima kasih.
Workshop Report
Negara
INDONESIA
Grup
IBARAKI
Grup kecil
A
Notulen
RIZKA DHIANY
Penemuan
- Kepedulian yang tinggi terhadap lansia.
- Tata kota yang teratur & bersih dari sampah.
- Tepat waktu & disiplin.
- Ramah.
- Tempat sampah menurut jenis sampah.
- Patung Budha terbesar di dunia.
- Cable car (kereta naik gunung)
- Wastafel sensormatik.
- Menjaga sejarah.
- Sistem Belajar langsung praktek
- Museum dengan bentuk unik & dibuat seperti bentuk aslinya
- High technology but simple
Isi diskusi
- Dari segi sosial, Jepang sangat memperhatikan lansia. Seperti:
Penyediaan layanan untuk lansia pada alat transportasi.
- Orang Jepang tidak malu mengenakan identitas budayanya. Seperti:
Memakai yukata/kimono untuk kegiatan sehari-hari.
- Lingkungan Jepang sangat bersih bahkan di pasar pun juga bersih.
- Lalu lintas di Jepang sangat lancar & jarang terjadi macet.
- Jepang tetap mempertahankan budayanya. Seperti:
Masih menggunakan onsen (kamar mandi tradisional).
Workshop Report
Negara
INDONESIA
Grup
IBARAKI
Grup kecil
B
Notulen
DAFIKA ANDIANI
Penemuan
- Saling menghormati dan toleransi.
- Mengutamakan kepentingan umum daripada pribadi.
- Teratur.
- Taat pada peraturan.
- Menghargai.
- Visionaris.
- Siswa mendatangi ke kantor guru.
- Hidup sehat.
- Perpaduan gedung tinggi dan pepohonan.
Isi diskusi
Dari bermacam-macam karakter orang Jepang, dari segala segi, maka akan tercipta
menjadi sosialis yang harmonis.
Dan dari berbagai karakter orang Jepang akan tercipta sebuah lingkungan.
Karena berbagai factor itu saling mendukung, juga ditunjang oleh system pendidikan
yang bagus. Maka akan mencapai suatu target atau tujuan.
Dan dalam diskusi ini kami menyimpulkan dengan satu kata yaitu "bekerja dalam artian
masyarakat Jepang".
Biasanya bekerja diartikan untuk mencari nafkah, tapi masyarakat Jepang mengartikan
sebagai berusaha untuk menyenangkan orang lain. Karena dengan menyenangkan satu sama
lain, maka akan tercipta berbagai tujuan akan tercapai. Seperti kesejahteraan dan
kehidupan yang harmoni.
Workshop Report
Negara
INDONESIA
Grup
IBARAKI
Grup kecil
C
Notulen
PUSPITA MUNTIYARSO
Penemuan
- Setiap siswa memiliki keterampilan masing-masing.
- Kondisi belajar di Jepang sama dengan di Indonesia.
- Lebih mementingkan manfaat daripada gengsi.
- Gaya rambut orang Jepang rata-rata Harajuku.
- Mendatangi guru (moving class).
- Generasi muda di Jepang susah berbahasa Inggris.
- Setiap museum dibuat semenarik mungkin agar banyak pengunjungnya.
- Orang Jepang memiliki sopan santun yang tinggi.
- Toilet di Jepang sangat kering dan tidak basah.
- Tingkat kejahatan rendah.
- Petugas kebersihan kota selalu aktif menjaga kebersihan.
- Pemerataan pembangunan.
- Para siswa lebih bebas berapresiasi tentang keterampilan mereka masing-masing.
- Budaya berbicara & bertutur kata yang baik.
Isi diskusi
- Setiap siswa dan siswi yang berada di Jepang, masing-masing memiliki kemampuan
dan keterampilannya masing-masing.
- Sekolah tidak memberi batasan kepada para siswanya sehingga siswa menjadi aktif
dan bebas dalam mengemukakan keterampilan mereka.
- Sopan santun merupakan hal yang sangat dijunjung tinggi oleh masyarakat Jepang.
- Banyak masyarakat Jepang yang lebih mementingkan manfaat daripada gengsi.
Meskipun mereka menggunakan jas, mereka tidak sungkan untuk memungut sampah di jalan.
- Pembangunan di Jepang sangat merata dan daerah-daerah kecil pun tetap sama
seperti di daerah kota.
- Jepang sangat terjamin kebersihan dan keamanannya.
- Budaya Barat sudah banyak yang mendominasi gaya hidup masyarakat Jepang.
- Gaya/model rambut masyarakat Jepang rata-rata Harajuku.
Naskah Presentasi Grup Shizuoka
Dari hasil workshop kami di Shizuoka, kami menyimpulkan 3 hal sebagai point
penemuan yang akan kami sampaikan. Dalam kesempatan ini kami akan
memaparkan hasil pertemuan kami dari sudut positif dan negatifnya.
yaitu;
1. Aspek budaya yang mencakup
a. Bahasa
b. Agama
c. Adat istiadat, dan
d. Pariwisata
2. Aspek pendidikan
3. Aspek sosial yang mencakup ekonomi, nasionalisme dan keamanan.
1. Aspek budaya yang mencakup
a. Bahasa
(+) Dengan mempertahankan bahasa nasional, Jepang memiliki posisi sendiri dalam
internasional / dalam bahasanya sekarang Jepang hampir masuk ke Bahasa
internasional.
(-) Dengan mempertahankan bahasa nasional, proses internasionalisasi menjadi
terhambat karena semua fasilitas umum Jepang menggunakan bahasa Jepang.
b. Agama
(+) Masyarakat Jepang walaupun hanya beribadah saat tertentu mereka tetap
menghargai agama orang lain.
(-) Tidak ada sekat penghalang yang menjadi acuan yang benar dalam mengatur
perilaku kenakalan anak-anak dan remaja.
c. Adat istiadat
(+) Pelestarian budaya sangat mereka junjung tinggi yang menyebabkan kuatnya
“image” Jepang akan budayanya.
(-) Kurang kontrol sehingga generasi muda Jepang cenderung mengikut gaya orang
asing.
d. Pariwisata
(+)Kebanyakan pariwisata di Shizuoka berupa kuil dan museum yang mendukung
pelestarian budaya.
(-)Pengunjung dari asing kurang yang lambat laun bisa berdampak negatif pada
ekonomi luar negeri Jepang.
2. Aspek pendidikan
Di SMA Shizuoka tempat kami mengamati kami menemukan banyak murid yang
melakukan hal yang seharusnya tidak dilakukan dalam kelas. Dan guru pun tidak
melarang.
(+) Siswa belajar tanpa beban.
(-) Perkembangan siswa jadi tidak terarah.
3.Ekonomi
Ekonomi yang merata tidak ada perbedaan antara si kaya dan si miskin.
(+) Status sosial menjadi tidak berkasta-kasta.
(-) Hubungan sosial masyarakat menjadi berkurang karena mereka dituntut untuk
tetap bekerja.
Demikianlah yang saya sampaikan mohon maaf bila ada kesalahan. Terima kasih.
Workshop Report
Negara
INDONESIA
Grup
SHIZUOKA
Kelompok
A
Notulen
JENNIFER LAY
Temuan hasil pengamatan
1. Pelajar
Sangat interaktif tapi tidak aktif.
2. Agama
Sebagaian besar tidak mempunyai agama dan mempercayai dewa.
Berdoa pada saat dibutuhkan.
3. Nationality
Kurangnya rasa nasionalisme.
4. Program Pemerintah
Program Pemerintah banyak yang efektif dan efisien.
Rangkuman isi diskusi
Jepang memiliki banyak sisi positif dan negatif layaknya negara lain, melalui banyak aspek dalam
negeri. kita tahu bahwa Jepang mempunyai pengaruh cukup besar terutama dalam bidang industri dan
teknologi.
Workshop Report
Negara
INDONESIA
Grup
SHIZUOKA
Kelompok
B
Notulen
SENDY RUMAJAR
Temuan hasil pengamatan
・ BUDAYA
- Tidak beranekaragam
- Kental budayanya
- Bahasa
・ TEKNOLOGI
- Canggih(Otomatis)
- Sangat maju
- Keren
・ SDM
- Pendidikan
- Ekonomi
- Pemikiran
・ KEBERSIHAN
- Bersih
- Tertib
Rangkuman isi diskusi
Dari hasil diskusi yang telah kami laksanakan, kami mendapatkan 4 hal pokok yang akan kami
presentasikan. Keempat hal pokok itu adalah budaya, teknologi SDM, kebersihan.
Workshop Report
Negara
INDONESIA
Grup
SHIZUOKA
Kelompok
C
Notulen
YOSI ZULFA PUTRI
Temuan hasil pengamatan
1. Pendidikan
・ Pada saat kegiatan belajar mengajar tidak ada hukuman/ sanksi khusus yang diberikan oleh guru
terhadap murid yang tertidur di kelas.
・ Belajar giat dan tekun.
・ Etika berpakaian seragam sekolah siswa kurang rapi.
・ Pendidikan bahasa Inggris sebagai bahasa Internasional kurang diterpakan di sekolah(Tidak
memiliki Peran Khusus)
・ Ekstrakulikuler sangat menunjang pendidikan murid selain pendidikan dalam pelajaran.
2. Sosial
・ Masyarakat di Tokyo terlihat arogan daripada di Shizuoka.
・ Pemalu.
・ Msyarakatnya sangat pekerja keras.
・ Disiplin dalam segala hal.
・ Mengingat Tuhan hanya saat dibutuhkan.
・ Selalu menerima kelebihan dan kekurangan orang lain.
・ Low profile.
・ Jujur
3. Budaya
・ Masyarakat melestarikan adat dan istiadat budaya mereka.
・ Menghargai Para leluhur mereka.
・ Remaja sering melalaikan budaya mereka karena sering terpengaruh dengan budaya barat /
Globalisasi.
4. Teknologi
・ Memiliki teknologi yang canggih.
・ Teknologi cepat berkembang.
・ Teknologi mencakup semua aspek kehidupan masyarakat.
・ Pemerintah sangat menunjang teknologi yang ada seperti PDAM, Kereta Api.
5. Ekonomi
・ Kesenjangan Sosial tidak terlihat / merata.
・ Aktif melakukan kegiatan ekonomi dari pagi hingga malam.
・ UKM tersedia karena masih terdapat tempat-tempat tradisional.
Rangkuman isi diskusi
Dari beberapa Aspek tersebut, aspek yang menunjang kesejahteraan masyarakat di Jepang adalah
ekonomi. Karena teknologi yang canggih, Pendidikan yang bagus, sosial dan budaya semuanya tidak
berarti apabila aspek ekonomi di Jepang tidak menunjang.
Naskah Presentasi Grup Tokushima
Selamat sore, nama saya Ames.
Kami dari grup Tokushima ingin menyampaikan hasil workshop yang telah kami
laksanakan dua hari yang lalu. Pengamatan-pengamatan yang telah kami lakukan
secara langsung selama kunjungan kali ini telah kami bahas dan rangkum melalui
kegiatan workshop. Dari hasil pembahasan tersebut, kami mengkategorikan
temuan-temuan kami ke dalam 3 kategori, yaitu kategori budaya, teknologi, dan
lingkungan.
Yang pertama, kategori budaya. Dari segi budaya, kami melihat bahwa orang
Jepang memiliki kebiasaan membungkuk. Kebiasaan membungkuk ini sepertinya
dilandasi oleh filosofi yang mengatakan bahwa agar dapat dihormati oleh orang lain
maka kita harus menghormati orang lain.
Yang kedua, kategori teknologi. Salah satu contoh dari segi teknologi adalah adanya
penggunaan teknologi canggih hampir di setiap tempat, mulai dari toilet, vending
machine, handphone dan sebagainya. Tujuan penggunaan teknologi canggih ini adalah
untuk mempermudah kehidupan dan efisiensi waktu.
Yang ketiga, kategori lingkungan. Dari segi lingkungan, kami melihat bahwa orang
Jepang sangat menjaga lingkungan mereka dengan berbagai cara. Salah satunya
adalah dengan bersepeda. Penggunaan sepeda dalam kehidupan sehari-hari, selain
dapat menghemat energi dan mengurangi polusi udara, sudah barang tentu juga
membuat badan menjadi sehat.
Selain ketiga hal tersebut di atas, kami juga melihat bahwa orang Jepang sangat
disiplin terhadap peraturan yang telah mereka buat sendiri. Mereka membuat
peraturan adalah untuk ditaati, bukan untuk dilanggar.
Sebenarnya, Indonesia pun telah mempunyai banyak rencana seperti halnya
Jepang. Namun sayangnya, inisiatif untuk melaksanakan dan merealisasikan
rencara-rencana tersebut mungkin belum maksimal. Jadi, pesan yang dapat kami
sampaikan di sini kepada kita semua sebagai warga negara Indonesia adalah: marilah
kita jadikan hal-hal yang baik ini sebagai acuan agar Indonesia dapat merealisasikan
rencana-rencana yang telah dibuat. Kiranya ini saja pemaparan dari kelompok
Tokushima, dan terima kasih atas perhatiannya.
Workshop Report
Negara
INDONESIA
Grup
TOKUSHIMA
Kelompok
A
Notulen
SINTA DIAS DEWANTARY
Temuan hasil pengamatan
TEKNOLOGI
-Tidak ada polisi di pinggir
jalan.
-Terdapat banyak vending
machine.
-Toilet sangat canggih.
-Fasilitas pendidikan
interaktif.
-Monorel tidak ada
masinisnya.
-Teknologi solar cell sangat
umum.
-Fasilitas bagi orang cacat.
LINGKUNGAN
-Tiap kota memiliki kebijakan
kebersihan masing-masing.
-Jepang aman.
-Tidak ada coretan pada
fasilitas umum.
-Taat pada aturan.
-Tidak banyak kotak sampah.
-Jarang macet & bunyi
klakson.
-Pembangunan merata.
-Menggunakan mobil dengan
sopan.
-Jepang “bersinar”-
Bersih, indah dan rapi.
BUDAYA
-Makan kuah langsung dari
mangkuk.
-Anjing diperbolehkan masuk
mall.
-Ibadah adalah budaya bukan
agama.
-Disiplin waktu.
-Tidak banyak menguasai
Bahasa Inggris.
-Banyak orang bersepeda.
-Hanya mandi 1 kali 1 hari.
-Ramah & jujur.
-Convenience store di
mana-mana.
-Rumahnya minimalis.
-Menghargai orang tua, orang
cacat, dan ibu hamil.
-Banyak mengikuti olahraga
barat.
-Karena pola hidup yang
sehat, kebanyakan orang
Jepang berumur panjang.
Rangkuman isi diskusi
Teknologi: Jepang sudah sangat maju dalam teknologi serta merata dalam pembagiannya. Dari air
putih untuk diminum, kita dapat mendapatkannya pada keran-keran air. Hal ini juga merupakan
bukti nyata bahwa Jepang menciptakan teknologi untuk mempermudah masyarakat. Contoh lain adalah
toilet di Jepang berteknologi tinggi, dengan sensor panas tubuh, shower otomatis.
Budaya: Budaya orang Jepang sangat luar biasa. Mereka sangat disiplin, terutama akan ketepatan
waktu, berjalan cepat. Begitu juga lifestyle mereka yang begitu sehat dan segar, 4 sehat 5
sempurna yang menjadikan banyak orang Jepang yang tingkat harapan hidupnya tinggi.
Workshop Report
Negara
INDONESIA
Grup
TOKUSHIMA
Kelompok
B
Notulen
MEDY MUAMMAR
Temuan hasil pengamatan Rumah – Orang Jepang memiliki toilet dan kamar mandi yang terpisah, toiletnya kering,
rumah-rumah berukuran kecil, dan di sekitar rumah ada kebun buah/sayur.
Lingukungan - Penggunaan energi listrik yang hemat.
- Di sekitar bangunan/gedung ada pohon.
- Banyak orang yang bersepeda.
Sosial - Orang Jepang memiliki budaya membungkuk dan berjalan cepat.
- Pejalan kaki dan sepeda diprioritaskan.
- Saat belanja, membungkus barang sendiri setelah bayar di kasir.
Rangkuman isi diskusi Banyak orang Jepang yang bersepeda.
Penyebab: Bersepeda dapat mengurangi polusi udara dan polusi suara. Dengan bersepeda, mereka
dapat menjaga kebersihan dan kesehatan lingkungan mereka. Bersepeda menjadi budaya mereka dalam
kehidupan sehari-hari mereka.
Perbandingan: Di Indonesia, jarang yang bersepeda. Sepeda bukan sebagai kendaraan utama, hanya
dipakai pada saat-saat tertentu.
Dari hasil diskusi kelompok kami, dan berdasarkan pengamatan langsung pada kehidupan
sehiari-hari juga keadaan kota-kota di Jepang, banyak orang Jepang yang peduli terhadap keadaan
mereka sendiri dan keadaan kota/negara mereka, mulai dari keadaan rumah, lingkungan sampai
dengan kehidupan sosial (budaya) mereka. Orang Jepang memiliki banyak cara untuk mewujudkan
kepedulian mereka terhadap 3 hal tersebut. Salah satunya adalah, banyak di antara mereka yang
menggunakan sepeda. Sepeda menjadi kendaraan utama di Jepang, sepeda dan pejalan kaki mendapat
prioritas utama di jalanan, terbukti dengan adanya jalan khusus bagi pejalan kaki dan sepeda.
Hal kecil tersebut, secara langsung ataupun tidak langsung dapat mendukung gerakan-gerakan
lainnya dalam mewujudkan kehidupan mereka yang maju dan teratur. Namun sayangnya, di Indonesia,
hal-hal kecil tersebut belum mendapat perhatian sebesar di Jepang. Pesan yang perlu disampaikan
untuk negara kita adalah mulailah memberi perhatian terhadap hal-hal yang kecil, dan juga
rencana-rencana atau aturan-aturan yang ada tidak akan bermanfaat/berguna bila tidak ada
realisasi, walaupun hal-hal yang ingin direalisasikan adalah hal yang kecil.
Workshop Report
Negara
INDONESIA
Grup
TOKUSHIMA
Kelompok
C
Notulen
ABDULLAH IZZUDDIN AL QASSAM
Temuan hasil pengamatan
Tema: Kehidupan sehari-hari.
-Orang Jepang sering menunduk.
-Orang Jepang selalu tepat waktu.
-Orang Jepang banyak yang menggunakan
sepeda dan Jalan kaki.
-Orang Jepang tidak begitu fasih
berbahasa Inggris.
-Iklannya aneh-aneh tetapi kreatif dan
lucu.
-Orang Jepang mempunyai kepribadian
tertutup.
Tema: Lingkungan Jepang
-Aman.
-Lingkungannya bersih.
-Banyak vending machine yang tersedia.
-Tataan kotanya rapi.
-Tidak ada air yang tergenang di jalan.
-Banyak pachinko di Jepang.
-Rel kereta di atas/di bawah jalan utama.
-Banyak rumah yang minimalis.
Rangkuman isi diskusi
Dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Jepang banyak yang lebih memilih berjalan kaki
daripada menggunakan kendaraan pribadi karena menurut kami dapat lebih menghemat
energi, mengurangi polusi dan hidup sehat. Selain itu, orang Jepang sangat menghormati
orang lain sehingga dia sering melakukan “ojigi”. Selain itu, masyarakat Jepang
sangat menghargai waktu dan mereka tidak ingin membuang waktu secara sia-sia.
Di Jepang keadaan kotanya sangat aman karena kesadaran tiap orang-orangnya sangat
tinggi. Dan karena itu juga keadaan Jepang sangat bersih dan rapi. Orang Jepang pun
lebih suka yang praktis. Oleh karena itu, teknologi orang Jepang sangat maju dan sedikit
sekali orang yang menjadi pedagang kaki lima karena sudah disediakan vending machine.
Naskah Presentasi Grup Okinawa
Berdasarkan hasil pengamatan kami selama berada di Jepang, kami menemukan 2 (dua)
tema yag dominant, yaitu tema Sosial Budaya dan Ekonomi di mana kedua hal tersebut
merupakan bagian dari tiga pilar dalam ASEAN CHARTER. Penjelasan mengenai kedua hal
tersebut antara lain sebagai berikut.
Tema Sosial-Budaya
a. Lingkungan
1. Recycle (pendaurulangan sampah)
2. Lingkungan alam yang terjaga
3. Bio-fuel sebagai bahan bakar
4. Pemukiman penduduk padat (perluasan ke atas)
5. Keseimbangan Ekologi
b. Kebudayaan
1. Budaya disiplin dan tepat waktu
2. Tidak memiliki agama tertentu
3. Workaholic (jiwa pekerja keras)
4. Tertib
c. IPTEK(Ilmu Pengetahuan dan Teknologi)
1. Alat serba otomatis
2. Penggunaan sensor pada pintu, wastafel, dll
3. Air keran dapat diminum
4. Pendidikan cenderung tidak kaku
Tema Ekoomi
a. Perkembangan di kota sama dengan perkembangan di desa
b. Distribusi pendapatan merata
c. Masyarakat memiliki kesadaran akan wajib membayar pajak
d. Budaya untuk selalu berhemat
Dari temuan-temuan di atas, kami berpikir bahwa hal-hal tersebut dilatarbelakangi oleh
pendidikan yang maju, kesadaran dari individu masing-masing untuk dapat hidup lebih
mudah dan nyaman, serta bahwa adanya keselarasan dan kerjasama antara pemerintah dan
masyarakat dalam mewujudkan kehidupan yang lebih baik.
A. Persamaan antara Jepang-Indonesia dalam bidang social-budaya dan bidang ekonomi
antara lain sebagai berikut
1. Masing-masing Negara memiliki kepercayaan terhadap sesuatu yang bersifat mistis
2. Sistem pendidikan di Indonesia dan Jepang relatif sama, yaitu Sekolah Dasar selama 6
tahun, Sekolah Menegah Pertama semala 3 tahun, dan Sekolah Menengah Atas selama 3
tahun
3. Masing-masing negara tetap melakukan upaya pelestarian budaya masing-masing
4. Kedua negara sama-sama menyadari pentingnya penyelamatan lingkungan hidup
5. Kemudahan yang diberikan pemerintah kepada masyarakat dalam pembayaran pajak
B. Perbedaan antara Jepang-Indonesia dalam bidang social-budaya dan bidang ekonomi
antara lain sebagai berikut
1. Pengaplikasian kesadaran terhadap upaya penyelamatan lingkungan di Jepang lebih
baik daripada di Indonesia
2. Jepang lebih disiplin dan tepat waktu daripada Indonesia
3. Dalam hal teknologi, Jepang lebih maju daripada Indonesia
4. Indonesia memiliki peraturan perundang-undangan yang jelas mengenai agama
pendduknya namun tidak begitu dengan Jepang. Penduduk jepang mayoritas tidak
memiliki agama tertentu.
Dari temuan-temuan di atas dapat disimpulkan bahwa suatu negara yang bidang
sosial-budayanya maju akan mengakibatkan perekonomian di negara tersebut juga
maju. Oleh karena itu kedua tema tersebut diatas antara lain saling terkait.
Presenntasi oleh :Sdr. Tito Nugraha Adiwikarta
Notulen :Sdr. Retno Susilowati
Workshop Report
Negara
INDONESIA
Grup
OKINAWA
Kelompok
A
Notulen
INDAH PERMATA SARI
Temuan hasil pengamatan
1. “Sosial Budaya”(Kebudayaan)
・ Tidak ada kepercayaan terhadap suatu agama.
・ Lapangan pekerjaan tersedia luas bahkan untuk yang belum cukup umur.
・ Dengan adanya politik damping memungkinkan adanya keseimbangan antara produksi
dan konsumsi.
2. Lingkungan:
・ Keselarasan dan kerja sama antara pemerintah dan masyarakat dalam mewujudkan
lingkungan yang bersih serta nyaman.
・ Tertib lalu lintas.
・ Tata kota padat tapi tertib.
Rangkuman isi diskusi
Dari dua tema tersebut, persamaan dan perbedaaynya adalah:
Persamaan Perbedaan
Indonesia Jepang Indonesia Jepang
・ Sama-sama memiliki ritual untuk
ketentraman diri mereka masing-masing
sebagai kepercayaan yang dimilikinya.
・ Sama-sama terpengaruh budaya barat.
・ Sistem pendidirkan hampir sama yaitu
6-3-3
・ Sama-sama menjaga kebudayaan.
・ Negara Indonesia memiliki peraturan
tentang agama, sedangkan di Jepang tidak
memiliki agama pada masing-masing orang.
・Lapangan pekerjaan di Indonesia tidak
sebesar di Jepang.
・Jepang lebih tertib dari Indonesia.
・Kerja sama pemerintah Indonesia dengan
rakyatnya kurang sehati.
Workshop Report
Negara
INDONESIA
Grup
OKINAWA
Kelompok
B
Notulen
LODIA S. AMNIFU
Temuan hasil pengamatan
“Sosial Budaya”
1. Kedisiplinan
2. Ramah
3. Menghormati ortu
4. Kebebasan mengeluarkan pendapat
5. Membungkuk sebagai penghormatan
6. Pandangan religius
7. Ramah terhadap lingkungan
8. Tertib lalu lintas
9. Memberi fasilitas ekstra untuk orang
cacat, lansia, ibu
10.Tanggungjawab terhadap sesuatu yang
dikerjakan
11.Sistem birokrasi yang simple
12.Kepercayaan mistis kuat
13.Kesadaran melestarikan kebudayaan yang
tinggi
14.Westernisasi
“Teknologi”
1. Pengelolaan limbah
2. Alat yang menggunakan sensor
3. Pemerintah sediakan dana untuk
kebersihan
4. Fasilitas toilet maju
5. Alat komunikasi khusus Jepang
6. Mengkonsumsi air dari keran
7. Penggunaan handphone yang membayar
tagihan
8. Penggunaan headphone untuk mempermudah
penjelasan informasi
Rangkuman isi diskusi
Pada dasarnya, sosial-budaya antara Jepang & Indonesia hamper sama tapi Jepang lebih
dapat menerapkan dengan baik. Terutama dalam hal kedisiplinan yang diterapkan oleh
semua masyarakat Jepang secara keseluruhan serta penyediaan fasilitas-fasilitas yang
sangat baik oleh pemerintah dalam semua bidang sehingga mempermudah semua aktifitas
masyarakat.
Workshop Report
Negara
INDONESIA
Grup
OKINAWA
Kelompok
C
Notulen
KLAUDIA RINDU SARONG
Temuan hasil pengamatan
Ekonomi Lingkungan Sosbud
1. Persamaan
・Kemudahan yang diberikan
pada masyarakat dalam hal
pembayaran pajak.
2. Perbedaan
→Kesadaran masyarakat
dalam hal pembayaran pajak
LB:Ekonomi merupakan 1
pilar kehidupan suatu
Negara. Menyadari
pentingnya akan eko, maka
setiap negara membuat
beberapa kebijakan yang
dapat meningkat
perekonomian.Di Jepang
salah satunya adalah
distribusi pendapatan dan
didukung oleh kesadaran
pajak.
Perubahan iklim dan global
warming adalah salah satu
kata popular di awal abad
ke21 salah satu indikasinya
adalah karena lingkngan
yang telah kehilangan
fungsi utamanya sebagai
penopang keseimbangan
kehidupan di bumi.
+Persamaan:
・menyadari bahwa lingkungan
adalah salah satu fakta yang
terpenting
-Perbedaan:
・Kurang marak sistem
pemberdayaan klarifikasi
sampah yang digunakan untuk
daur ulang.
Rasa nasionalisme yang
tinggi, animisme, kekuatan
kelompok, perhatian
terhadap orang berkebutuhan
khusus dan manula,
individualis tingkat
tinggi, degradasi
kepercayaan diri,
workaholic sampai ada
anggapan yang telah
mendarah daging:
“Time is Money, Spending
Time is Money, too!”
+Persamaan:
・Sama-sama memiliki
berbagai karakteristik
sosial-budaya.
-Perbedaan:
・Jepang lebih mementingkan
perspektif sosial-budaya
dengan berbagai
karakteristik.
・Kesadaran orang Jepang
lebih menunjukkan keberdaan
dalam berbagai hal disiplin
waktu.
Rangkuman isi diskusi
Jepang & Indonesia memiliki persamaan dan perbedaan dalam berbagai bidang kehidupan
khusus yang disorot dalam temuan kali ini yaitu ekonomi, sosbud, dan lingkungan.
Kesan dan Pesan dari Peserta Siswa Indonesia Batch 1
~Grup Ibaraki~
■Dalam program kali ini saya secara pribadi dapat mengetahui banyak hal
tentang Jepang yang sebelumnya tidak saya ketahui. Program ini juga memberikan
pengaruh yang besar bagi saya dan menambah wawasan pengetahuan dan pengalaman
yang sangat berharga tentang bagaimana proses suatu negara yang awalnya jatuh
terpuruk bisa tumbuh berkembang lebih baik dan akhirnya menjadi sebuah negara
yang maju dan besar.
Jujur saya katakan program seperti ini sangatlah besar manfaatnya bagi
generasi muda untuk dapat belajar dan mencari lebih jauh lagi hal-hal yang dapat
memotivasikan mereka dalam mengembangkan diri sendiri, keluarga, bangsa dan
begara.
■Program JENESYS ini adalah program yang sangat bagus bagi hubungan
persahabatan antara Indonesia-Jepang. Dan menurut saya, kegiatan ini harus terus
dilaksanakan untuk lebih mempererat persahabatan tersebut. Kegiatan-kegiatan yang
dilaksanakan juga sangat berguna bagi pelajar Indonesia untuk memperluas wawasan
dan mengambil sisi positif untuk dipraktekkan bagi dirinya sendiri maupun orang
sekitarnya.
Selama mengikuti program ini, saya sangat menikmati dan banyak hal yang
dapat saya ambil. Seperti tata krama yang baik, pendidikan dan semangat orang-orang
Jepang serta kebersihan lingkungan dan tepat waktu. Ini adalah pengalaman yang
sangat berharga bagi kami para pelajar Indonesia. Dan merupakan suatu kebanggaan
bagi kami untuk bisa berkunjung ke negeri Jepang ini. Satu hal yang saya sayangkan,
kami tidak bisa melihat bunga sakura yang merupakan ciri khas Jepang karena kami
datang pada musim panas.
Semoga program ini akan lebih baik di tahun-tahun berikutnya, dan akan
mempererat tali persahabatan Indonesia-Jepang.
Dan terima kasih saya ucapkan kepada seluruh pengurus dan staf JICE yang telah
berpartisipasi dalam program ini. Dan terima kasih kepada pemerintahan Jepang yang
telah melaksanakan program ini sehingga kami bisa menginjakkan kaki di Negeri
Sakura.
Semoga semua ini menghasilkan manfaat yang besar terutama bagi Indonesia.
Amiiin.
■Dari program ini, saya sangat senang bertemu dengan teman-teman,
persahabatan yang erat dan sebagainya.
Apalagi di homestay sangat menyenangkan karena saya bisa tahu bagaimana
kehidupan sehari-hari orang Jepang. Dan pertemuan SMA sangat menyenangkan
karena anak-anak di SMA Toride sangat menyenangkan karena orang-orang ceria dan
suka bersahabat.
■Kesan yang saya dapat sangat baik sekali. Saya bisa melihat langsung dan
merasakan bagaimana hidup dan berinteraksi dengan masyarakat Jepang baik dalam
kegiatan kunjungan ke sekolah lain, maupun kegiatan homestay. Program ini
memberikan wawasan kepada siswa-siswi Indonesia agar lebih giat belajar agar bisa
membangun negaranya menjadi maju seperti negara Jepang, meskipun Jepang kaya
akan teknologi baru namun tidak melupakan budaya negara Jepang.
■Saya sangat senang dapat mengikuti program JENESYS kali ini. Saya
berkesempatan pergi ke Jepang untuk belajar meski hanya 10 hari. Menurut saya,
selama 10 hari di Jepang, saya sudah mendapatkan banyak sekali pengalaman. Saya
telah mengenal tentang budaya di Jepang dan karakteristik orang Jepang. Semuanya
berjalan dengan lancar karena para koordinator juga telah bekerja dengan baik.
Saya mendapatkan banyak teman juga yang berasal dari Jepang maupun dari
Indonesia. Dari acara ini, saya belajar bahwa kebersamaan adalah hal yang sangat
penting daripada individualisme karena setiap manusia pasti membutuhkan manusia
lainnya.
Saya sangat senang saat kunjungan ke museum TEPIA. Dari museum
tersebut, kita dapat mengetahui bahwa teknologi di Jepang sudah sangat maju.
Berbagai robot diciptakan untuk membantu manusia. Pola pikir mereka sudah sangat
maju sehingga tak heran jika Jepang menjadi negara maju. Terima kasih untuk
JENESYS dan semua pihak yang telah memberikan kesempatan kepada saya untuk
datang ke Jepang dan bisa merasakan bagaimana rasanya tinggal di Jepang.
~Grup Shizuoka~
■Kegiatan ini sangat menyenangkan dan mengasihkan. Dengan kegiatan ini kita bisa
melihat langsung negara Jepang dan ikut menggunakana teknologi-teknologi Jepang yang canggih.
Pendapat saya, kegiatan Home Stay nya di tambah lagi waktunya, jangan hanya 2 hari saya.
Banyak manfaat yang dapat diambil dari sini selain manfaat ini juga menambah pengalaman hidup.
■Setelah mengikuti program JENESYS selama 10 hari ini, saya merasa beruntung. Bagus...
Saya berani mengatakan demikian karena memang program ini berorganisir dengan sistematis dan
memberikan kontribusi yang banyak bagi kehidupan saya. Secara umum program ini telah
memberikan manfaat dan kesempatan kepada pemuda pemudi Indonesia untuk mengunjungi Negara
Jepang ini. Secara Peribadi, JENESYS telah membantu saya dalam perencanaan hidup saya ke
jenjang yang lebih tinggi. Setidaknya, melalui program kali ini saya bisa menambahkan `Rencana
masa depan` guna hidup saya yang lebih baik. Terima kasih kepada semua pihak yang terlibat dalam
program kali ini.
■Program kali ini telah membuat saya tahu perbedaan Jepang dan Indonesia baik secara
positif / negatif. Dan hal-hal apa saja yang membuat kerjasama Indonesia dan Jepang berjalan baik.
Saya senang mengikuti program ini.
■Ya! Saya berterima kasih banget kepada Negara Jepang dan Indonesia yang telah
melaksanakan atau menyelengarakan program seperti ini. Sehingga peluang bagi siswa di Indonesia
bisa menambah pengalaman dari negara yang sangat canggih ini. Saya harap program ini tetap ada
pada masa-masa yang akan datang. Sehingga generasi yang akan datang bisa lebih dapat pengalaman
yang sebaik ini. Sangat Bagus!! Thanks JICE.
■Saya sangat bersyukur dapat mengikuti program ini karena selain saya dapat berkunjung
ke Jepang saya juga dapat berinteraksi langsung dengan remaja Jepang bahkan saya dapat merasakan
bagaimana kehidupan keseharian orang Jepang melalui kegiatan Home Stay.
~Grup Tokushima~
■Pendapat saya mengenai program ini...
Program ini terjadwal dengan rapi, pas, dan bagus..
Banyak hal yang saya pelajari dari dan dengan program ini.
Selain mengenal Jepang di negara Jepang, saya juga dapat mengenal Indonesia
di negara Jepang. Maksud saya, melalui Program JENESYS inilah saya dapat
berinteraksi dan mengenal lebih jauh siswa SMA lainnya dari berbagai daerah di
Indonesia. Walau kadang sedikit berselisih paham dengan teman dari daerah lain,
namun bisa diatasi. Inilah menurut saya tujuan dari program ini, yakni belajar
berinteraksi dengan warga di daerah lain dan negara lain.
Kesan saya : JENESYS OK!! Semuanya rapi. Two Thumb buat panitia dan
pembimbing. Terima kasih panitia JENESYS dan teman-teman JENESYS 2009 Batch
1, terutama TOKUSHIMA GROUP. Saya harap dapat merasakan lagi program
semacam ini ke depannya. Terima kasih semua pihak yang terkait.
■Program ini sangat membantu saya bukan hanya mempelajari Jepang secara
abstrak namun langsung dengan mengobservasi kehidupan serta keanekaragaman
negara Jepang. Inilah yang membuat program ini sangat menarik dan sukses serta
saya pasti akan merekomendasikan program ini pada orang lain di masa depan.
■Menurut saya program ini sangat menarik dan baik bagi kami para peserta.
Karena kami dapat mempelajari banyak hal contohnya tentang masalah ketepatan
waktu, membuang sampah pada tempatnya, dan bagaimana harusnya kami
menghargai budaya Indonesia.
Pada saat homestay adalah saat yang sangat berarti bagi saya, karena saya
dapat langsung merasakan kehidupan orang Jepang. Dan ternyata walaupun saya
bukan anak kandung mereka, mereka sangat baik pada saya. Tanpa program ini saya
tidak dapat merasakan hal ini.
Jadi program ini sangat baik dan saya harap pada tahun berikutnya program
ini dapat ditingkatkan lagi.
■Saya merasa sangat senang dalam mengikuti program ini. Selain mendapat
wawasan dan pengalaman yang mengasyikkan, saya juga dapat mempunyai teman
dari berbagai provinsi di Indonesia yang ramah dan akrab. Walaupun setiap hari selalu
sibuk dengan schedule yang sudah ditetapkan, tapi tiada kata lelah yang terucapkan
karena setiap hari di setiap kegiatan selalu dilalui dengan sukacita.
Saya sangat berterima kasih pada penyelenggara program ini karena telah
memberikan pengalaman yang tidak terlupakan dan berhak dikenang seumur hidup
kepada diri saya.
Sekali lagi.... Thx 4 Everything(^_^)
■Saya sangat senang mengikuti program ini, karena saya telah mempelajari
banyak hal di program ini
-Perbandingan antara Jepang-Indonesia
-Gaya hidup Jepang
-Cara bekerja Jepang
-Melatih ketepatan waktu
-Disiplin
Dll.
Oleh karena itu, saya mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya...
~ Grup Okinawa ~
■Saya sangat bangga bisa ikut berpartisipasi dalam program kali ini, sebagai
duta bangsa bersama teman-teman lainnya. Program kali ini bisa dikatakan lancar
tanpa hambatan yang berarti, dengan dukungan dari staf JICE yang berpengalaman
dan profesional, sehingga siswa bisa mendapatkan manfaat dan tujuan awalnya. Selain
itu, jadwal kegiatan yang ada sudah cukup variatif sehingga tidak membosankan dan
cukup sesuai untuk usia anak SMA. 10 hari yang singkat, sarat akan pengalaman yang
akan membuka pemahaman kita akan Jepang. Untuk ke depan semoga program ini
dapat berjalan terus dengan penigkatan variasi jadwal semoga saja program ini
benar-benar mengena dan tidak sia-sia. Terima kasih.
■ Terima kasih kepada pelaksana kegiatan exchanges ini karena telah
memberikan kesempatan saya berada di Jepang untuk beberaha hari. Saya merasa
program ini sangat bagus untuk membuka pikiran terhadap Jepang. Saya sebagai anak
Indonesia menjadi lebih tahu secara nyata tentang Jepang, tidak hanya dari buku.
Yang paling saya sukai, kegiatan homestay, dengan adanya kegiatan homestay saya
merasa menjadi orang Jepang benaran. Saya merasa langsung terjun menjadi seorang
Jepang. Terima kasih.
■Saya sangat bangga bisa menjadi peserta Jenesys Batch 1 untuk tahun 2009.
Saya bisa pergi ke luar negeri yaitu Jepang, menambah wawasan saya tentang Jepang
yang membuat saya semakin terkagum-kagum. Banyak hal yang saya temukan
berbeda dari Indonesia baik itu mental bangsa maupun sistem tata kota yang sangat
baik yang identik dengan negara maju. Selain itu, melalui program ini pula, saya dapat
memperbanyak jumlah teman-teman dan sahabat saya yang sangat baik. Semoga
kegiatan-kegiatan seperti ini dapat terus dilaksanakan dengan baik. Terima kasih.
■Sangat menarik, dan bila ada kesempatan saya ingin mengikutinya lagi. Staf
JICE membantu melaksanakan kelancaran program dan mereka begitu friendly.
Waktu yang diberikan pun (pengaturan waktunya) tepat dan efisien. Teman-teman
yang saya dapatkan pun benar-benar layaknya sebuah keluarga besar. Kegiatan
homestay sangat menyenangkan, karena Host family begitu ramah, mengasyikkan dan
kadang sedikit konyol. Siswa-siswa Jepang pun menerima kehadiran kami dengan
begitu hangat dan saya merasa tidak ada jurang antara kami dan mereka. Orang
Jepang ramah kesan luarnya saja yang serius. Program ini sangat menyenangkan,
karena selain mengikuti program, dalam program tersebut terkemas paket wisata yang
sangat menarik.
Kesan-kesan dari siswa Jepang
Judul: “Interaksi dengan siswa-siswi Indonesia”
Siswa-siswi dari Indonesia datang mengunjungi sekolah kami selama seharian. Dan saya,
karena sejak SMP kelas 1 memang punya ketertarikan dengan negara lain, ikut
berpartisipasi sebagai mitra dalam kegiatan interaksi kali ini. Pada hari itu, tidak ada
sedikitpun rasa khawatir dalam hati saya, yang ada adalah perasaan berdebar-debar dan
sedikit rasa tegang. Siswa-siswi dari Indonesia ternyata berbeda dengan orang Jepang.
Walaupun baru pertama kali bertemu, mereka aktif mengajak bercakap-cakap dan bertanya
nama kepada siswa sekolah kami yang mereka jumpai di koridor sekolah. Saya merasa
senang sekali ketika dapat berkomunikasi dengan mereka padahal kemampuan bahasa
Inggris saya tidaklah cukup. Pada saat kegiatan mau berakhir, saya merasa masih ingin
sekali bersama mereka.
Ketika diadakan acara pesta perpisahan dua hari setelah hari kunjungan ke sekolah,
kami, para mitra, diundang untuk menghadiri acara tersebut. Kami makan bersama, berfoto
bersama, juga menari tarian Indonesia bersama, sehingga kami menjadi akrab seperti teman
yang sudah kenal lama.
Di dunia ini masih juga terjadi perang, tetapi
pengalaman dapat bersahabat dengan orang asing
seperti yang saya alami kali ini, membuat saya
berpikir bahwa dengan semangat dan kekuatan
generasi muda, mungkin dunia ini akan dapat berubah.
Untuk menjadi teman yang akrab seperti keluarga
sendiri, ternyata perbedaan negara, bahasa, maupun
kebudayaan tidaklah menjadi masalah sama sekali.
Mereka tidak ada bedanya dengan kami orang Jepang dalam hal tertawa bersama dan
menikmati kegiatan bersama.
Berkat pengalaman kali ini, saya mulai bisa merasa lebih dekat dengan negara lain. Kalau
ada kesempatan seperti ini lagi, saya ingin menerima homestay.
Lain kali, saya bersama teman saya akan berkunjung ke Indonesia☆
(Nama sekolah: SMAN Toride 1, Prefektur Ibaraki)
Judul: “Pengalaman sangat berharga”
Kalau diungkapkan dengan satu kata, pokoknya hari itu merupakan hari di mana ada
perasaan jengkel pada diri sendiri. Saya merasakan secara langsung betapa demikian
beratnya beban perasaan saya ketika dihadapkan pada keadaan di mana bahasa yang selalu
saya gunakan sehari-hari tidak dapat saya gunakan dan apa yang ada dalam pikiran saya
tidak dapat saya sampaikan dengan baik.
Berulang-ulang saya bertanya tentang hal yang sama kepada siswa-siswi Indonesia dan
mereka pun juga begitu. Namun demikian, saya merasa kami sudah dapat melakukan
komunikasi sederhana walaupun harus menggunakan bahasa Inggris yang masih kurang.
Kali ini, siswa-siswi Indonesialah yang datang berkunjung ke Jepang. Kali berikutnya,
setelah selesai ujian masuk perguruan tinggi dan kalau ada waktu, saya ingin berkunjung ke
Indonesia. Sampai waktu itu, saya ingin berusaha agar bahasa Inggris saya lebih lancar
sehingga tidak akan merasakan jengkel pada diri sendiri lagi seperti kali ini.
Walaupun hanya sebentar saja, tetapi saya merasa senang sekali dapat melewatkan
waktu bersama siswa-siswi Indonesia. Jarang sekali saya mendapat kesempatan
berkomunikasi secara langsung dengan orang asing. Oleh karena itu, kegiatan kali ini sangat
memberi motivasi baik bagi saya. Saya merasa apa yang saya alami kali ini merupakan
sebuah pengalaman yang sangat berharga bagi saya.
(Nama sekolah: SMAN Toride 1, Prefektur Ibaraki)
Judul: “Pertemuan yang tidak dapat diungkapkan dengan kata-kata”
Anne datang ke rumah kami. Pertemuan dengan dia telah menjadi kenangan berharga
yang tidak akan terlupakan dalam hidup saya. Pada awalnya, perasaan saya penuh dengan
kekhawatiran karena kali ini adalah pertama kali bagi keluarga saya menerima orang
Indonesia untuk berhomestay, di samping itu, seluruh anggota keluarga termasuk saya tidak
ada yang pandai berbahasa Inggris. Tetapi begitu saya melihat senyuman Anne,
kekhawatiran yang saya rasakan sebelumnya langsung hilang. Kami sama-sama saling
berusaha menyampaikan apa yang ada dalam pikiran dan saling tertawa lepas sehingga
waktu tiga hari terasa begitu cepat. Kami berdua bercakap-cakap tentang banyak hal, mulai
dari soal negara masing-masing, sekolah, teman, cinta dan sebagainya, dan Anne pun
mendapat banyak pengalaman baru. Teman-teman, bahkan keluarga saya pun, berkomentar
bahwa saya dan Anne “mirip sekali”, baik wajah maupun sifat. Kami betul-betul menjadi
seperti kakak-adik, maka ketika harus berpisah, kami berdua menangis melebihi tangisan
orang-orang lain.
Surat yang Anne berikan kepada saya pun menjadi kenang-kenangan yang sangat
berarti bagi saya. Menurut saya, saya adalah orang yang betul-betul paling bahagia di dunia
ini karena dapat bertemu dengan Anne. Saya berharap saya dan Anne akan tetap akrab
seperti keluarga sampai kapan pun...sampai kapan pun. Selain itu, mulai sekarang saya akan
lebih aktif dalam mencari berbagai pertemuan baru, dan juga akan memupuk persahabatan
yang terjalin.
Dari lubuk hati, saya mengucapkan terima kasih sekali kepada Anne. Apa yang saya
rasakan ini tidak dapat saya ungkapkan dengan kata-kata.
(Nama sekolah: SMAN Shizuoka, Prefektur Shizuoka)
Judul: “Interaksi sesama manusia”
Dalam kegiatan interaksi dengan siswa-siswi Indonesia kali ini, saya mendemonstrasikan
cara penyeduhan dan penyajian teh Jepang. Awalnya saya punya perasaan khawatir
memperkenalkan kebudayaan Jepang kepada orang asing karena
bahasanya beda, dan saya tidak yakin apakah mereka bisa mengerti
apa yang saya demonstrasikan dan apakah mereka bisa menikmati
demonstrasi saya atau tidak.
Tetapi setelah bertemu mereka, rasanya senang sekali sehingga
perasaan khawatir saya pun hilang. Dan saya jadi berpikir bahwa
perbedaan kebudayaan bukanlah merupakan kendala dalam
interaksi sesama manusia. Dengan melihat bahasa tubuh/
gerak-gerik dan ekspresi muka, kita bisa tahu apa yang ingin
dikatakan. Saya menyadari bahwa yang penting adalah adanya rasa
ingin atau kemauan untuk berkomunikasi dengan orang tersebut.
Walaupun waktunya singkat sekali, tetapi saya merasa senang sekali bisa menjadi akrab
dengan siswa-siswi Indonesia. Mereka mengatakan: “Lain kali datang ke negara kami ya,”
jadi kapan-kapan saya ingin pergi ke Indonesia dan bertemu lagi dengan mereka.
(Nama sekolah: SMAN Shizuoka, Prefektur Shizuoka)
Judul: “Pertemuan dengan siswa-siswi SMA Indonesia”
Saya sebagai salah seorang pengurus OSIS mengkoordinasi dan menangani kegiatan
interaksi dengan siswa-siswi Indonesia. Sampai sebelum kegiatan interaksi dimulai, saya
merasa sangat deg-degan. Ketika kegiatannya dimulai, saya bingung sekali mau bicara apa,
dan merasa khawatir sekali apakah kami bisa berkomunikasi dengan bahasa Jepang atau
bahasa Inggris. Akan tetapi, ketika saya melihat siswa-siswi Indonesia sangat bersemangat
untuk mengenal pertanian dan kebudayaan Jepang, dan secara serius mencoba praktek
langsung Oshibana (kerajinan bunga kering yang di-press) dan Aizome (pewarnaan kain),
saya jadi berpikir bahwa saya juga harus berusaha berbicara dengan mereka secara aktif,
karena kalau tidak, saya akan menyia-nyiakan waktu yang berharga ini begitu saja tanpa
bisa bicara apa-apa, maka saya pun mulai mengajak bicara secara aktif. Dan ternyata,
siswa-siswi Indonesia pun mau bercakap-cakap dengan senang hati. Saya mencoba
memakai bahasa Jepang dan kata-kata bahasa Inggris yang saya tahu, ternyata bisa
nyambung. Awalnya saya betul-betul punya perasaan khawatir, tetapi lama kelamaan
perasaan itu hilang, dan akhirnya saya bisa merasakan ternyata demikian
menyenangkannya bercakap-cakap dengan mereka.
Kemudian kami mengajak siswa-siswi Indonesia melihat fasilitas sekolah dan rumah
kaca yang ada di kebun sekolah. Saya kaget sekaligus kagum karena mereka betul-betul
tertarik sekali pada pertanian. Hasil karya Oshibana (kerajinan bunga kering yang di-press)
mereka semuanya bagus-bagus dan masing-masing karya punya kekhasan sendiri, bahkan
ada yang ada ceritanya, dan proses pembuatannya pun sangat teliti.
Setelah praktek Oshibana selesai, semua orang yang ikut pada kegiatan ini mengadakan
acara ramah-tamah. Saya bercakap-cakap dengan teman baru saya sambil makan kue
biskuit dan kue bolu manis. Kami dapat bercakap-cakap tentang banyak hal. Rasanya asyik
sekali. Terus, teman-teman Indonesia memberi saya aksesori, gantungan kunci, dan
kenang-kenangan lain sebagai tanda terima kasih. Saya sangat senang menerimanya.
Apa yang saya rasakan setelah mengikuti kegiatan ini adalah bahwa ternyata perbedaan
negara bukanlah merupakan kendala. Asalkan hati dengan hati sudah terhubung, dan ada
sikap untuk memahami perasaan orang lain, maka
komunikasi akan dapat terjalin.
Sebelum mereka pulang, kami sempat
mengambil foto bersama. Pada saat itupun semua
orang berfoto sambil tersenyum. Saya merasakan
bahwa senyum itu memang indah. Senyuman bisa
membuat kita bahagia. Saya merasa bahwa wajah
tersenyum dan perasaan berterima kasih sangat
penting bagi kita semua, dan saya merasa senang
juga pada diri saya sendiri yang bisa merasa seperti ini. Saya yakin bahwa saya dapat
mempunyai perasaan seperti ini adalah berkat adanya kegiatan kali ini dan berkat
pertemuan saya dengan siswa-siswi Indonesia. Terima kasih banyak atas satu hari yang
menyenangkan.
(Nama sekolah: SMKN Pertanian Awa milik Prefektur Tokushima)
Judul: “Seusai kegiatan interaksi dengan siswa-siswi Indonesia”
Pertama-tama saya merasa “Males ah karena bahasanya beda!”. Akan tetapi, karena
bagaimanapun juga saya harus mengajari mereka, maka saya menguatkan semangat dan
mempersiapkan diri. Ketika itu saya sempat juga berpikir “Siswa seperti apa ya yang akan
saya tangani?”. Justru hal ini membuat saya merasa berdebar-debar karena
menanti-nantikan kegiatan, sekaligus bercampur rasa khawatir.
Yang saya tangani pertama adalah siswa laki-laki. Setiap kali wajah saya terlihat
bingung, sambil melihat bunga mereka mengatakan “kirei desu ne (bagus ya?)” dalam
bahasa Jepang. Saya terheran, dan saya berpikir dalam hati, “Wah mereka bisa bahasa
Jepang!”. Saya sempat kaget, kok terbalik, kok malah saya yang diajak bicara. Tapi
perasaan kaget itu hanya sesaat karena secara alami kami bisa berbaur, dan akhirnya saya
merasa keasyikan.
Mengajarkan sesuatu kepada orang lain memang terasa berat, tetapi kegiatan
interaksinya terasa menyenangkan. Saya berharap mereka akan datang lagi ke sekolah kami.
Saya jadi ingin berinteraksi juga dengan banyak orang dari tempat lain. Di lain waktu, kalau
ada kegiatan seperti ini lagi, saya ingin sekali berpartisipasi lagi.
(Nama sekolah: SMKN Pertanian Awa milik Prefektur Tokushima)
Judul: “Mengenal Indonesia”
Ketika siswa dan siswi yang mengenakan seragam berbeda dengan kami masuk ke ruang
kelas, terdengar suara sorak lirih di dalam kelas kami. Yang datang ke kelas kami adalah 2
orang siswa SMA dari Indonesia. Salah satu dari 2 siswa yang datang, yaitu yang
perempuan, menyapa saya yang ketika itu sedang terpaku sesaat karena kekagetan dan
perasaan debar-debar. Siswa perempuan tersebut memperkenalkan diri dengan bahasa
Inggris yang fasih dan lancar, kemudian dia mendengarkan perkenalan diri saya dengan
menggunakan bahasa Inggris yang masih kurang. Kami, yang sebenarnya berposisi
menyambut mereka, seolah terdominasi oleh mereka.
Pada kegiatan interaksi yang dilaksanakan
setelah itu pun mereka dengan mantap sekali
berpresentasi tentang kebudayaan mereka.
Sebelum itu kami juga telah berpresentasi tentang
kebudayaan Okinawa, namun kami tidak dapat
mempresentasikannya semantap mereka. Melihat
kemantapan mereka tersebut, saya jadi merasa
malu sekali pada diri sendiri yang malu-malu ketika
mempresentasikan kebudayaan kami sendiri.
Seandainya saya berposisi seperti mereka pun, yaitu pergi berkunjung ke negara lain
sebagai peserta program persahabatan, pasti tetap tidak akan bisa bersikap mantap seperti
mereka itu.
Kegiatan interaksi dengan mereka ini telah membuka mata saya akan
kekurangmampuan diri sendiri. Sayang sekali dalam kegiatan kali ini tidak ada kesempatan
untuk bercakap-cakap satu lawan satu dengan mereka secara pribadi, namun saya merasa
telah mendapat pengalaman yang bagus sekali. Saya merasa yakin bahwa negeri asal
mereka yaitu Indonesia pun merupakan negara yang bagus dan menarik sebagaimana halnya
mereka.
(Nama sekolah: SMAN Naha Kokusai, Prefektur Okinawa)
Judul: “Seusai kegiatan interaksi dengan siswa-siswi Indonesia”
Yang menjadi kesan bagi saya setelah mengikuti kegiatan interaksi dengan siswa-siswi
Indonesia adalah: siswa-siswi Indonesia selalu tersenyum. Pada saat praktek memasak,
saya pun merasakan bahwa mereka semua aktif berusaha untuk berkomunikasi. Kami foto
bersama-sama. Benar-benar kegiatan yang menyenangkan. Setelah jam belajar selesai,
kami sempat beradu panco dan bercakap-cakap. Kalau ada kesempatan lain, saya ingin
mengikuti lagi kegiatan seperti ini.
(Nama sekolah: SMAN Mawashi, Prefektur Okinawa)
Judul: “Seusai kegiatan interaksi dengan siswa-siswi Indonesia”
Awalnya saya punya perasaan khawatir
apakah bakal bisa bercakap-cakap dengan
siswa-siswi Indonesia dan apakah obrolannya
bisa yambung atau tidak. Akan tetapi, setelah
mencoba bercakap-cakap, di luar dugaan
ternyata ada hal-hal yang bisa nyambung. Kadang
sempat bingung juga harus bagaimana karena ada
juga hal-hal yang tidak nyambu
n
ng.
Siswa-siswi dari Indonesia sangat sopan
sekali dan bahasa Inggrisnya juga lancar. Mereka hebat! Lagu Doraemon versi bahasa
Indonesia juga sangat menarik, suaranya juga jelas dan enak didengar.
Saya merasa mulai sedikit mengerti tentang orang Indonesia. Senyumannya sangat
menarik. Melalui kegiatan kali ini, ada banyak hal yang telah dapat saya pelajari.
(Nama sekolah: SMAN Mawashi, Prefektur Okinawa)
Kesan-kesan dari host family
Saya dapat merasakan langsung budaya yang berbeda dan dapat merasakan senangnya
berkomunikasi. Saya melihat bagusnya sikap dan perilaku generasi muda yang punya tata krama
di dalam kehidupan sehari-hari di mana sikap ini tidak terlihat pada siswa SMA di Jepang.
Perasaan hati dengan pihak penerima homestay pun bersatu sehingga dapat tercipta suasana
berkomunikasi yang menyenangkan.
Di Gunung Tsukuba, ketika saya berjalan di tanjakan atau menaiki tangga, dia menggandeng
lengan saya. Saya terharu dengan sikapnya yang menghormati orang yang sudah tua. (Ibaraki)
Keluarga kami merupakan keluarga yang mayoritasnya adalah laki-laki. Oleh karena itu,
dengan harapan agar kami dapat belajar memberi perhatian maupun keramahan dan belajar
bertatakrama terhadap perempuan, maka kami mengajukan permintaan untuk menerima anak
perempuan untuk berhomestay.
Seperti yang saya duga sebelumnya, terjadi perubahan pada suami dan anak-anak, seperti
cara berbicara menjadi sopan, berusaha berpakaian rapi, dan mau saling membantu.
Saya benar-benar bersyukur dan merasa senang menerima homestay karena seiring
dengan makin seringnya kami menjadi host family, keluarga saya menjadi semakin kompak, dan
foto-foto keluarga saya bersama dengan siswa/i SMA dari negara Asia yang ekspresi
senyumnya sebelumnya terlihat tegang berubah menjadi ekspresi senyum yang ramah dan
damai.
Kami tidak mempunyai anak perempuan, tetapi saya sangat bahagia karena dapat
merasakan perasaan orang tua yang memiliki anak perempuan. (Ibaraki)
Cucu saya yang masih kelas 2 SD sangat gembira dan dialah yang paling banyak memberi
pelayanan kepada peserta homestay. Kedua siswa SMA dari Indonesia pun sepertinya dapat
melewatkan waktu dengan senang bersama cucu saya. Bagaimanapun juga, karena kami tidak
dapat berbahasa Inggris sama sekali, maka kami berkomunikasi dengan bahasa tubuh. Ada juga
hal-hal yang tersampaikan secara salah, tetapi hal itu pun bisa berubah menjadi hal yang
menyenangkan dan membuat kita tertawa bersama.
Mereka berdua berusaha sungguh-sungguh untuk menjadi akrab. Kami merasa tidak enak
juga dengan mereka berdua karena kami tidak bisa berbahasa Inggris. Dalam kehidupan manusia,
tidak ada perbedaan dunia. Semuanya tergantung dari bagaimana perasaan/hati kita. Bukankah
demikian? (Ibaraki)
Pada hari pertama, kami pergi ke restoran sushi untuk makan malam dan pada hari kedua,
kami pergi ke akuarium. Mungkin karena selama di sana kami berlima sekeluarga terlihat lebih
banyak melihat ikan sebagai bahan makanan ketimbang sebagai obyek untuk dilihat sambil
berkomentar, “Ikan itu enak!” atau “Itu adalah ikan yang kita makan kemarin!“, maka setelah
sampai kembali ke rumah, dia (peserta) menunjuk ikan tropis hias yang ada di dalam akuarium
dan bertanya dengan wajah serius, ”Apakah ikan ini juga untuk dimakan?” (^-^)
Karena lama di akuarium, kami (termasuk saya) mulai mengeluh, “Lapar….lapar…”. Karena
kebetulan ada toko di dekat situ dan dia mengatakan ingin melihat, maka kami masuk dan dia
membeli satu bungkus kue, kemudian dia langsung membukanya dan menawarkan kepada kami
sambil berkata, ”Silakan makan!”. Saya sangat terkejut karena saya kira kue itu untuk
oleh-oleh sendiri. Saya mengagumi sikapnya yang ramah dan penuh perhatian kepada orang lain
tersebut. (Saya merasa malu)
Anak-anak Indonesia sangat tepat kalau dikatakan merupakan anak-anak yang berjiwa
polos, jujur, sopan/tahu tata krama, rajin, dan penuh perhatian. Saya rasa kami orang Jepang
pun dahulu mempunyai jiwa seperti itu. Akan tetapi, orang Jepang terus-menerus mengejar
keuntungan/alasan ekonomi sehingga kehilangan jiwa tersebut. Saya berharap mereka tidak
akan kehilangan jiwa seperti di atas dan semoga kami orang Jepang pun akan dapat memiliki
kembali jiwa semacam itu. (Shizuoka)
Dari awal mereka sangat friendly dan selalu tersenyum serta punya inisiatif untuk
membantu. Saya mengagumi sikap mereka yang ramah dan tanggap di mana sikap seperti ini
tidak terlihat pada siswa/i SMA Jepang masa kini.
Kelihatannya cukup susah mencari keluarga yang bersedia menerima homestay, namun
saya berharap sebanyak mungkin anak-anak SMA dapat datang ke Jepang (dan merasakan
langsung homestay) dan sebanyak mungkin keluarga Jepang dapat merasakan langsung menjadi
host family. Pengalaman kali ini merupakan pengalaman berharga karena membuat kami harus
banyak berpikir. (Shizuoka)
Tentang bahasa, saya sangat sulit untuk menyampaikan apa yang saya rasakan atau apa
yang ada dalam pikiran saya. Tentang makan, juga sangat sulit memikirkannya, termasuk
makanan apa yang disukai dan apa yang tidak disukai.
Walaupun demikian, saya merasa memperoleh manfaat karena dapat sedikit mengerti
tentang negara Indonesia dan anak-anak saya bisa merasakan suatu hal yang fresh. Tanpa
menemui masalah terkait ibadah sholat atau batasan makanan dalam agama Islam, anak-anak
dapat cepat menjadi akrab. (Shizuoka)
Mereka sangat sopan dan penuh ide/pemikiran. Ketika saya mendengar bahwa setiap pagi
mereka bangun jam 4 dan mencuci baju sendiri dengan tangan, saya merasa ingin
memperdengarkan hal itu kepada anak-anak sebaya mereka di Jepang. Yang berkesan bagi
saya adalah mereka menyukai komik Jepang dan ketika saya ajak ke recycle shop, mereka
membeli berbagai kartu atau barang bergambar karakter yang dijual di situ. Sangat menarik bagi
saya mengetahui orang-orang yang tinggal di dunia yang sangat berbeda dengan kami.
(Tokushima)
Siswa yang kami terima berhomestay dua-duanya polos, sopan dan ceria, serta sangat
bersemangat untuk belajar bahasa Jepang sehingga kami dapat berinteraksi dengan
menyenangkan walaupun lama waktu homestaynya singkat.
Pada malam hari, kami bermain kembang api. Kelihatannya ini merupakan pengalaman baru
bagi mereka, dan saya senang melihat sosok mereka yang kelihatan gembira seperti kembali ke
masa kanak-kanak. Yang tidak kalah lucu, di mana-mana di setiap tempat yang kami kunjungi,
kami bertemu dengan host family yang lain karena di Tokusima memang tidak begitu banyak
tempat wisata. (Tokusima )
Menu sarapan kami adalah masakan Jepang, yaitu: ikan bakar, telur goreng ala Jepang, acar,
nasi putih, dan miso sup. Ibu melihat dan membandingkan piring saya dan piring dia, lalu Ibu
berkata “Contohlah cara makan dia!”. Piring dia bersih sekali tanpa sisa makanan, sedangkan
piring saya kotor oleh sisa makanan seperti kulit ikan dan daging ikan. Katanya, sejak kecil, ayah
dan ibunya mengajarkan agar tidak menyisakan makanan. Aduh, saya merasa malu sekali.
(Tokushima)
Walaupun komunikasi dengan percakapan tidak dapat dikatakan cukup, namun kami
merasa bahwa komunikasi hati kami dapat terjalin. Dia tanpa ragu-ragu masuk ke dapur dan
berusaha membantu saya di dapur seolah dia adalah anak perempuan saya sendiri, sehingga
saya pun dapat menerima dan berkomunikasi dengan dia tanpa merasa ada beban. Saya
rasa anak perempuan saya pun bisa belajar banyak karena dapat bersentuhan langsung
dengan budaya yang berbeda.
Kesan saya terhadap siswa yang berhomestay di tempat kami adalah dia sangat mapan
dalam pandangan dan pemikiran, memiliki banyak cita-cita, serta secara mantap
melangkahkan kaki menuju ke apa yang menjadi cita-cita dirinya. Dan sebaliknya, saya ingin
mengetahui bagaimana kesan dari anak-anak Indonesia terhadap anak-anak Okinawa.
(Okinawa)
Kami merasa senang sekali karena dapat melihat dan merasakan perkembangan anak
sendiri dalam tingkat kemampuan bahasa dengan melihat kemampuannya bercakap-cakap
dengan siswa dari negara lain, maupun dalam sikap aktifnya sebagai host family yang terlihat
ketika dia berusaha menciptakan suasana relaks sehingga dapat melewatkan waktu dengan
nyaman.
Kali ini waktu homestaynya sangat singkat yaitu hanya tiga hari dua malam. Oleh karena
itu, agar (siswa yang berhomestay) dapat melewatkan waktu bersama banyak siswa-siswi
dan sekaligus dapat merasakan langsung kebudayaan Okinawa, maka kami mengajak 7 orang
teman sekelas anak perempuan kami serta kakek dan neneknya untuk bersama-sama
mengadakan barbeque. Kami dapat melihat dia bermain-main di laut dan bersenda-gurau
dengan anak-anak sebayanya. Ini merupakan pengalaman yang baik bagi kami semua, dan
kami dapat melewatkan waktu yang menyenangkan bersama-sama. Terima kasih banyak
untuk hal ini.
Acara perpisahan juga sangat menyenangkan. Kami sekali lagi dapat merasakan bahwa
Indonesia memang merupakan negara yang terdiri dari banyak suku bangsa (multirasial).
Setelah kami mendengar kesan-kesan dari setiap siswa Indonesia tentang Jepang, kami
merasa akan lebih baik apabila ada juga kesempatan untuk memikirkan Okinawa, pulau kami.
Yang dirasakan oleh masing-masing pasti berbeda. (Okinawa)
Walaupun sebelumnya ada sedikit perasaan khawatir karena ini merupakan pengalaman
pertama bagi kami, namun ternyata kami dapat belajar banyak hal dan dapat melewatkan
waktu tiga hari yang penuh manfaat. Dengan menggunakan bahasa Jepang, bahasa Inggris,
dan bahasa tubuh, sedikit banyak kami dapat berkomunikasi. Sepertinya siswa yang kami
terima sudah belajar tentang Jepang sebelumnya sehingga dia dapat bertanya tentang
berbagai hal kepada kami, dan hal ini membuat kami merasa bahwa kami harus belajar lagi
lebih banyak mengenai kebudayaan negeri sendiri. Dia kelihatan gembira sekali ketika
mencoba memakai Yukata (kimono musim panas) kemudian berfoto. (Okinawa)