issn: 2085-868x e-issn 2354-8789 vektora

16

Upload: others

Post on 11-Dec-2021

6 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ISSN: 2085-868X E-ISSN 2354-8789 VEKTORA
Page 2: ISSN: 2085-868X E-ISSN 2354-8789 VEKTORA

VEKTORAJURNAL VEKTOR DAN RESERVOIR PENYAKIT

Journal of Vector Borne and Reservoir Diseases

ISSN: 2085-868XE-ISSN 2354-8789

Akreditasi LIPI: No. 784/AU1/P2MI-LIPI/11/2017Akreditasi Ristek Dikti: No.21/E/KPT/2018

Volume 10 Nomor 2 Oktober 2018

SUSUNAN REDAKSI 2018(EDITORIAL TEAM vEKTORA)

PENANGGUNGJAWAB (INSURED EDITOR)Kepala Balai Besar Penelitian dan Pengembangan vektor dan Reservoir Penyakit (B2P2vRP)

DEWAN REDAKSIA. PIMPINAN REDAKSI (EDITOR IN CHIEF) Triwibowo Ambar Garjito, S.Si, M.Kes (Entomologi Kesehatan dan

Epidemiologi Penyakit Bersumber Vektor)

B. ANGGOTA DEWAN REDAKSI (SECTION aND SCIENTIFIC EDITOR)1. Siti Alfiah, SKM, M.Sc (Entomologi Kesehatan)2. Yusnita Mirna Anggraeni, S.Si, M.Biotech (Bioteknologi )3. Arief Mulyono, S.Si, M.Sc (Zoonosis)4. Aryani Pujiyanti, SKM, MPH (Epidemiologi, Perilaku, dan

Promosi Kesehatan)5. Dr. April Wardhana, M.Si, Ph.D (Penyunting ahli bahasa)

REDAKSI PELAKSANA (aSSISTaNT EDITOR)1. Dra. Suskamdani, M.Kes (Manajer operasional jurnal)2. Akhid Darwin, SKM, M.Sc (Copyeditors 1 dan Proof Readers 1)3. Diana Andriyani Pratamawati, S.Sos (Copyeditors 2 dan E-

Journal)4. Joko Sugiarto, SS (Proof Readers 2 dan Jurnal Langganan)5. Ghaniy Arif Triatmojo (Layout Editor)6. Wening Widjajanti, SKM (Copyeditor 3)

MITRA BESTARI (PEER REVIEW) 20171. Prof. Yayuk Rahayuningsih Suhardjono (Entomologi/ LIPI) 2. Prof. Dr. drh. Upik Kesumawati, MS (Entomologi/IPB)3. Prof. drh. Setyawan Budiharta, MPH, Ph.D (Kesehatan

Masyarakat Veteriner/ UGM)4. Dr. Tribaskoro Tunggul Satoto, MSC, PhD (Parasitologi/UGM) 5. Dr . Ristiyanto, M.Kes (Mammalogi/B2P2VRP) 6. Dr. Wiwik Trapsilowati, SKM, M.Kes (Kebijakan dan Promosi

Kesehatan/B2P2VRP)7. Dra. Widiarti, M.Kes (Biologi Lingkungan/B2P2VRP)8. Dra. RA. Yayi Suryo Prabandari, M.Si, PhD (Promosi Keseha-

tan/UGM)9. Ir. Maharadatunkamsi, MSc (Mammalogi/ LIPI) 10. Farida Dwi Handayani, S.Si, MS (Zoonosis dan Molekuler

Biologi/B2P2VRP)

Alamat Redaksi Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Vektor dan Reservoir Penyakit(B2P2VRP Salatiga )Jl. Hasanudin No. 123 Salatiga, Jawa TengahTelp (0298) 327096 Ext.160Email: [email protected], [email protected]: http://ejournal.litbang.kemkes.go.id/index.php/vk

PENGANTAR REDAKSI

Salam Sehat,Berkat rahmat dan hidayah dari Allah SWT Jurnal

Vektora Vol. 10 (2) Oktober 2018 dapat diterbitkan. Vektora: Jurnal Vektor dan Reservoir Penyakit ini mempublikasikan artikel berupa hasil penelitian, artikel telaah, serta makalah kebijakan. Ragam bentuk publikasi dalam Jurnal Vektora diharapkan dapat memperkaya ilmu pengetahuan sehingga dapat menjadi rujukan dalam bidang pengendalian penyakit bersumber vektor dan reservoir penyakit.

Pada edisi kali ini, tersaji delapan artikel hasil penelitian ilmiah berkaitan dengan pengendalian penyakit tular vektor dan zoonosis. Artikel yang disajikan antara lain dari bidang vektor yaitu Program nasional untuk eliminasi filariasis limfatik : studi kasus di Kabupate Pekalongan, Jawa Tengah dan Implementasi peraturan daerah tentang pengendalian Demam Berdarah Dengue di Kota Semarang.Sedangkan dari bidang reservoir cukup banyak antara lain Rodentisida Nabati Papain Pepaya (Carica papaya L.) sebagai alternatif pengendali mencit, faktor lingkungan biotik dalam kejadian luar biasa leptospirosis di Kabupaten Tangerang, Banten. Catatan baru kelelawar pemakan nektar (Macroglossus sobrinus) sebagai reservoir leptospirosis dari Indonesia. Leptospirosis case finding for development of leptospirosis surveillance in Semarang City, Central Java, Indonesia. Hubungan pengetahuan infeksi Brucella dan faktor demografi peternak terhadap perilaku cuci tangan setelah kontak dengan sapi perah, serta artikel terakhir Faktor risiko perilaku masyarakat pada kejadian luar biasa leptospirosis di Kabupaten Kebumen Tahun 2017.

Semoga terbitan berkala ilmiah Jurnal Vektora ini dapat memberikan manfaat untuk masyarakat terutama bagi para akademisi serta tenaga kesehatan di lembaga/institusi kesehatan serta pendidikan terkait. Untuk selanjutnya tim redaksi menerima menerima kritik dan saran guna perbaikan hasil publikasi edisi berikutnya.

Redaksi Cover: Lukisan Nyamuk Vektor Filariasis oleh Mujiyono Culex quinquefasciatus, Say, 1823

Page 3: ISSN: 2085-868X E-ISSN 2354-8789 VEKTORA

DAFTAR ISI

ARTIKEL

1. Rodentisida Nabati Papain Pepaya (Carica papaya L.) sebagai Alternatif Pengendali Mencit Nova Pramestuti, Corry Laura J Sianturi, Bina Ikawati, Agus W Anggara ................................... 83 - 88

2. Faktor Lingkungan Biotik dalam Kejadian Luar Biasa Leptospirosis di Kabupaten Tangerang, Banten Arief Nugroho, Wiwik Trapsilowati, Bernadus Yuliadi dan Siska Indriyani ................................... 89 - 94

3. Program Nasional untuk Eliminasi Filariasis Limfatik: Studi Kasus di Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah Anggi Septia Irawan, Hasan Boesri, Sidiq Setyo Nugroho ............................................................. 95 - 102

4. Catatan Baru Kelelawar Pemakan Nektar (Macroglossus sobrinus) sebagai Reservoir Leptospirosis dari Indonesia Arief Mulyono, Ristiyanto , Aryani Pujiyanti, Arum Sih Joharina, Dimas Bagus Wicaksono Putro ....................................................................................................... 103 - 110

5. Leptospirosis Case Finding for Development of Leptospirosis Surveillance in Semarang City, Central Java, Indonesia Ristiyanto, Farida D. Handayani, Arief Mulyono, Arum S. Joharina, Tri Wibawa, Setyawan Budiharta, Supargiono ................................................................................ 111 - 116

6. Implementasi Peraturan Daerah Tentang Pengendalian Demam Berdarah Dengue di Kota Semarang Wiwik Trapsilowati , Aryani Pujiyanti .............................................................................................. 117 - 124

7. HubunganPengetahuanInfeksiBrucelladanFaktorDemografiPeternakTerhadap Perilaku Cuci Tangan Setelah Kontak dengan Sapi Perah Risqa Novita, Rina Marina .............................................................................................................. 125 - 132

8. Faktor Risiko Perilaku Masyarakat pada Kejadian Luar Biasa Leptospirosis di Kabupaten Kebumen Tahun 2017 Diana Andriyani Pratamawati, Ristiyanto, Farida Dwi Handayani, Revi Rosavika Kinansi ........ 133 - 140

VEKTORAJURNAL VEKTOR DAN RESERVOIR PENYAKIT

Journal of Vector Borne and Reservoir Diseases

Volume 10 Nomor 2 Oktober 2018

ISSN: 2085-868XE-ISSN 2354-8789

Akreditasi LIPI: No. 784/AU1/P2MI-LIPI/11/2017Akreditasi Ristek Dikti: No.21/E/KPT/2018

Page 4: ISSN: 2085-868X E-ISSN 2354-8789 VEKTORA
Page 5: ISSN: 2085-868X E-ISSN 2354-8789 VEKTORA

VEKTORAJURNAL VEKTOR DAN RESERVOIR PENYAKIT

Journal of Vector Borne and Reservoir Diseases

Volume 10 Number 2 October 2018

DDC 616.959

Nova Pramestuti*, Corry Laura J Sianturi*, Bina Ikawati*, Agus W Anggara***Balai Penelitian dan Pengembangan Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang BanjarnegaraJl. Selamanik No. 16A Banjarnegara, Jawa Tengah, Indonesia**Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman PanganJl. Merdeka No. 147, Bogor, Jawa Barat, IndonesiaEmail : [email protected]

Papaya Papain (Carica papaya L.) AS A Natural Rodenticide for Mice Control

Vektora Volume 10 Number 2, October 2018, Pages 83 - 88

Rats as reservoirs of zoonotic diseases. Rodenticides are commonly used for control of rats. They can be extremely harmful to humans, not only kill rats and other rodents, but also kill their predators. Therefore, using natural rodenticide may be a better alternative. Combination of papain and salt can kill rats more quickly. The aim of this study was to make a proportion of natural rodenticide appropriately to control mice with papain as active ingredient. A quasi-experiment with post-test only with control group design was used in the study. There were four treatment used in this study i.e treatment A (papain 16%), B (papain 24%), C (papain 32%), and D (papain 40%). Each was mixed with corn, wheat, soy, caramel, papain product for the

brand “X” (consist of papain, salt, sugar), paraffin,cornoilandrefinedsugar.Rodenticidesgiventomicefor seven days, feed intake and death of mice were observed every day. The results showed that mice death were decreased in corcondant with increasing the concentration of papain product for the brand “X”, after rodenticidetreatment.Thereisasignificantdifferencein mortality rate of mice among various rodenticide formulations(p-value<0.05),withthemostsignificantdifferences in treatment A and D. Feed proportion which contains papain product for the brand “X” 40% can be used as an alternative to make natural rodenticide with the highest mortality.

Keywords : natural rodenticide, papaya papain, mice-----------------------------------------------------------------DDC 616.959

Arief Nugroho, Wiwik Trapsilowati, Bernadus Yuliadi dan Siska IndriyaniBalai Besar Penelitian dan Pengembangan Vektor dan Reservoir Penyakit SalatigaJl. Hasanudin No. 123, Salatiga, Jawa Tengah, IndonesiaEmail: [email protected]

Biotic Environmental Factors in Leptospirosis Outbreaks in Tangerang District, Banten

Vektora Volume 10 Number 2, October 2018, Pages 89-94

Leptospirosis is a zoonotic disease caused by Leptospira.

Abstract SheetThe Abstract Sheet May Reproduced/Copied Without Permission

ISSN: 2085-868XE-ISSN 2354-8789

Akreditasi LIPI: No. 784/AU1/P2MI-LIPI/11/2017Akreditasi Ristek Dikti: No.21/E/KPT/2018

Page 6: ISSN: 2085-868X E-ISSN 2354-8789 VEKTORA

Leptospirosis is a public health problem throughout the world, including in Indonesia. The case of leptospirosis in Tangerang District in 2015 was increased where the most cases located in the area of Puskesmas Kronjo . Environmental factors affect the spread of leptospirosis disease one of the biotic factors. The aim of the study to analyze the relationship of biotic environmental factors to the incidence of leptospirosis in Tangerang Regency. The research was conducted by cross sectional with location observation approach, and observation by questionnaire of biotic environment of resident’s house. The number of house samples for biotic environmental inspection were 35 houses.The data collected includes the presence of pets at home, and plants around the house. Data on the success of rat catching was done by catching rat at the site. Data were analyzed descriptively and bivariate analysis. The results showed that vegetation (OR = 1,103, 95% CI = 0,987-1,234, p = 0,579) and pets (OR = 0,567; 95% CI = 0,47-6,895; p = 0,653) were statistically unrelated to the incidence of leptospirosis. The high trap success at the study site may be a potential risk for leptospirosis events.

Keywords : pets, rats, vegetation, leptospirosis, biotic -----------------------------------------------------------------DDC 616.959

Anggi Septia Irawan, Hasan Boesri, Sidiq Setyo Nugroho Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Vektor dan Reservoir Penyakit SalatigaJl. Hasanudin No.123 Salatiga 50721, Jawa Tengah, IndonesiaEmail: [email protected] ; [email protected]

National Program to Eliminate Lymphatic Filariasis: A Case Study In Pekalongan Regency, Central Java

Vektora Volume 10 Number 2, October 2018, Pages 95-102

Programmes to eliminate lymphatic filariasis areunderway in all provinces of Indonesia. Central Java is big ten chronic case of Lymphatic Filariasis (LF) from 34 provinces in Indonesia. Started in 2015, Ministry of Health Republic Indonesia launched filariasiseliminationbyimplementingpreventivemassdrug administration (MDA) or “POPM”. At least as 65% of the population in the district/city are given diethylcarbamazine citrate (DEC) and albendazole. This study aims to determine the constraints and problems encountered in the MDA implementation andthestepstowardfilariasiselimination.Themethodapplied is a review of the scientific article, policyinventory, discussions with experts and practitioners, as well as field data confirmation. This study resultdescribes of MDA coverage in Pekalongan Regency above of minimal coverage 65%, and around three years subsequently reaching 80%, the occurrence of side reactions after consuming drugs lower than 1% from all population target. This study noted that MDA implementationinPekalonganDistricthasfulfilledthetarget. However, program evaluation not only tablet distribution, but also data of compliance with taking medication. Conclusion of this study is that MDA must also be supported by vector control and completion through molecular examination as an assessment of mosquitocapacityasavectoroflymphaticfilariasis.

Keywords : lymphatic filariasis, MDA, PekalonganRegency, Vector-----------------------------------------------------------------

DDC 616.959

Arief Mulyono, Ristiyanto , Aryani Pujiyanti, Arum Sih Joharina, Dimas Bagus Wicaksono PutroBalai Besar Penelitian dan Pengembangan Vektor dan Reservoir Penyakit SalatigaJl. Hasanudin No.123 Salatiga, Jawa Tengah, Indonesia

Page 7: ISSN: 2085-868X E-ISSN 2354-8789 VEKTORA

Email : [email protected]

A New Record on Fruits Bats (Macroglossus Sobrinus) as A Leptospirosis Reservoir from Indonesia

Vektora Volume 10 Number 2, October 2018, Pages 103-110

Epidemiologically bats are important sources of leptospirosis transmission because of their size, abundance, distribution, and their connectivity with domestic animals. The aim of research was indentifying the kind of fruit bats that positive pathogen leptospira in Wonogiri, Central Java and Muaro bungo, Jambi. This research was a descriptive study with a cross-sectional design. The study was conducted from February to March 2017. The identification of batsby morphological and morphometric characteristics and detection of Leptospira in bats was conducted by means of PCR technique. Results showed 68 caught bats consisting of 7 genera and 11 species. Bats that detected positive Leptospira were 8 bats consisting from 3 species (Macroglossus sobrinus, Cynopterus brachyotis and Eonycteris spelaela). The Macrglossus sobrinus is detected positive leptospira as new records in the world, especially Indonesia.

Keywords: Leptospirosis, Leptospira, Bats------------------------------------------------------------------

DDC 616.959

Ristiyanto*, Farida D. Handayani*, Arief Mulyono*, Arum S. Joharina*, Tr i Wi b a w a * * , S e t y a w a n B u d i h a r t a * * * , Supargiono*****The Vector and Reservoir Diseases Research and Development Center, National Institute of Health Research and Development, Ministry of Health, Jl. Hasanudin No.123, Salatiga, Jawa Tengah, Indonesia

*Department of Microbiology, Faculty of Medicine, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Indonesia* Department of Public Health, Faculty of Veterinary Medicine, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Indonesia* Department of Parasitology, Faculty of Medicine, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, IndonesiaE mail : [email protected]

Leptospirosis Case Finding for Development of Leptospirosis Surveillance in Semarang City, Central Java, Indonesia

Vektora Volume 10 Number 2, October 2018, Pages 111-116

Leptospirosis is endemic in some parts of Indonesia territory.Thisworkaimedtofindtheleptospirosiscasesin Semarang city, one of the endemic leptospirosis in Indonesia by both active and passive case findings.The leptospirosis was screened in the community base activecasefinding.Inaddition,thecaseswerepassivelyfound in primary health care center and hospitals using aWHO-SEARO criteria and laboratory confirmationtest. There were 191 cases detected with WHO-SEARO criteria, and among those cases only 31 cases (3 from activefindingand28frompassivefinding)confirmedby laboratory test, either by using Rapid Detection Test (RDT), Microscopic Agglutinations Test (MAT) or Polymerase chained reaction (PCR). Fever, headache and myalgia were the most common symptoms experienced by >90% patients. Based on an active casefindingthatnomorethan21,4%(3/14)probableleptospirosis was detected in this study, meanwhile there was passively 15,8% (28/177)cases confirmed.Itwasconcludedthatleptospirosiscasefindingisstillchallenging in the endemic area, Semarang city. The application of WHO-SEARO criteria as diagnostic tool may be need to be further evaluated.

Page 8: ISSN: 2085-868X E-ISSN 2354-8789 VEKTORA

Keywords: Leptospirosis, surveillance, case finding,passive, active -----------------------------------------------------------------

DDC 616.93

Wiwik Trapsilowati . Aryani Pujiyanti*Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Vektor dan Reservoir PenyakitJl. Hasanudin No.123 Salatiga 50721, Jawa Tengah, IndonesiaEmail: [email protected]

Implementation of Local Government Regulation on Dengue Control in Semarang City

Vektora Volume 10 Number 2, October 2018, Pages 117-124

The number of dengue haemorrhagic fever (DHF)cases tend to increase and potentially dengue outbreak encourage the Semarang City Government to issue local policy was Local Regulation number 5 by 2010 on DHF control, which aims to realize coordinating DHF and integrated cooperation with various parties, including the community. The aim of this study to evaluate the implementation of local regulation number 5 of 2010 concerning Control of DHF. The evaluation method this study was qualitative method using policy analysis triangle framework covering context, content, actors and process. Context of the Local Regulation on the DHFcontrolwasahealthfieldwiththepolicyactorsare government, community and stakeholders. The content of this regulation covers the roles, rights and obligations of each policy actor, DHF control including prevention cases and outbreak and sanctions for community and officials. Regulation implementationtill 2015 reached 22.6% from 177 villages. The free number of larvae tends to decrease, but incidence rate (IR)decreasestoo,casefatalityrate(CFR)fluctuates.Sanctions mechanisms have not yet been implemented

and cross-sector and community cooperation isn’t optimal. More intensive socialization both cross-sector and community should be utilizing health surveillance officers(Gasurkes)inaccordancewiththeirrespectiveworking areas.

Keywords: implementation, policy, controlling, DHF-----------------------------------------------------------------

DDC 616.959

Risqa Novita*,Rina Marina***Puslitbang Biomedis dan Teknologi Dasar Kesehatan, Balitbang Kemenkes RI Jl. Percetakan Negara 23 AJakarta, Indonesia**Puslitbang Upaya Kesehatan Masyarakat, Balitbang Kemenkes RI Jl Percetakan Negara 29 Jakarta, IndonesiaEmail: [email protected]

The Relation of Knowledge About Brucella Infection and Demograhpic Factors of Farmers Against Behavior of Washing Hands After Contact With Dairy Cattle

Vektora Volume 10 Number 2, October 2018, Pages 125-132

Brucellosis is an infectious disease transmitted from livestock,especially dairy cattle, to humans, caused by bacteria Brucella sp. Brucellosis causes undulant fever and reproductive disorders in humans with a low mortality rate. The majority of dairy farmers do not know that brucellosis can spread to humans. Washing hands is one of biosecurity steps to ensure animal and human health and to prevent brucellosis. The research aims to uncover the influence of the knowledge ofbrucellosis in humans, the level of education, the duration of working, the history of fever, and age on the habit of washing hands after contact with dairy cow. The number of respondents was based on proportional test, 18 workers as being selected based on an inclusion

Page 9: ISSN: 2085-868X E-ISSN 2354-8789 VEKTORA

criteria. They were given closed questionnaire containing questions on the knowledge of human brucellosis, demographic data and washing hand after contact with the dairy cattle. The results show that only 33.3 % of respondents know about human brucellosis, 66.7 % of respondents do not know that brucellosis can infect human. As many as 61.1 % of the respondents did not wash their hands after contact with dairy cows. Variables of age,the duration of working in dairy farm and the history of fever have p <0.02. Conclusion: variables of age, the duration of working in dairy farm and the history of fever are associated with behavior washing hand after contact with the dairy cattle.

Keywords: Human brucellosis, dairy cattle, washing hand, zoonosis-----------------------------------------------------------------

DDC 616.92

Diana Andriyani Pratamawati, Ristiyanto, Farida Dwi Handayani, Revi Rosavika KinansiBalai Besar Penelitian dan Pengembangan Vektor dan Reservoir Penyakit SalatigaJl. Hasanudin No, 123 Salatiga Jawa Tengah IndonesiaEmail : [email protected]

Risk Factors of People Behavior in an Outbreak of Leptospirosis in Kebumen Regency 2017

Vektora Volume 10 Number 2, October 2018, Pages 133-140

Local health agency in Kebumen Regency reported that an outbreak of leptospirosis occurred in the beginning 2017. Based on the data obtained from the agency showed that a total of 60 leptospirosis cases has been successfully investigated in Kebumen Regency for January – April 2017. Among those cases, 40 patients were reported positive RDT and 6 patients were died (CFR value =10,00). The aim of this study was to determine a relationship between behavioral factors of people in Kebumen Regency with occurrence of leptospirosis and the risk factor scale of the disease. The descriptive analytic study with case control design was applied. Samples were collected using the purposive sampling method and the number of sample observed in the present study was 42 people. All data were analysed using Chi Square and Odds Ratio (OR) calculation. The results revealed that three variables of people behaviour in Kebumen Regency had positive association to occurrence of leptospirosis. They were no foot protection (barefoot) when doing activity in the yard (OR=0,25) and paddyfields (OR=0,16).Anothervariable was open wound without any treatment or cover (OR=0,12). It is highly recommended that staffs from local health agency should educate people for wearing sandal or other foot protections properly, particularly for thosewhoworkintheyardandpaddyfield.Theopenwound must be covered and treated in order to prevent leptospira infection.

Keywords: Risk Factors, Behavior, Leptospirosis, Kebumen -----------------------------------------------------------------

Page 10: ISSN: 2085-868X E-ISSN 2354-8789 VEKTORA
Page 11: ISSN: 2085-868X E-ISSN 2354-8789 VEKTORA

VEKTORAJURNAL VEKTOR DAN RESERVOIR PENYAKIT

Journal of Vector and Reservoir Diseases

Volume 10 Nomor 2 Oktober 2018

DDC 616.959

Nova Pramestuti*, Corry Laura J Sianturi*, Bina Ikawati*, Agus W Anggara***Balai Penelitian dan Pengembangan Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang BanjarnegaraJl. Selamanik No. 16A Banjarnegara, Jawa Tengah, Indonesia**Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman PanganJl. Merdeka No. 147, Bogor, Jawa Barat, IndonesiaEmail : [email protected]

Rodentisida Nabati Papain Pepaya (Carica papaya L.) sebagai Alternatif Pengendali Mencit

Vektora Volume 10 Nomor 2, Oktober 2018, Halaman 83 - 88

Tikus merupakan reservoir beberapa penyakit yang bersifat zoonosis. Pengendalian tikus dengan rodentisida sintetik banyak menimbulkan dampak negatif sehingga diperlukan alternatif penggunaan rodentisida nabati yang ramah lingkungan. Kombinasi papain dan garam dapat menimbulkan kematian pada mencit dengan lebih cepat. Tujuan penelitian untuk membuat proporsi yang tepat rodentisida nabati dengan bahan aktif papain terhadap mencit. Desain penelitian adalah quasi eksperimen dengan rancangan post-test only with control group design. Rodentisida yang diuji terdiri dari empat kelompok perlakuan yang terdiri dari perlakuan A (papain 16%), B (papain 24%), C (papain 32%), dan D (papain 40%). Proporsi

pakan terdiri dari jagung, gandum, kedelai, karamel, papain kemasan produk merk “X”(berisi papain, garam,gula), parafin,minyak jagungdangulahalus.Rodentisida diberikan kepada mencit selama tujuh hari, dicatat jumlah pakan dan kematian mencit setiap hari. Hasil penelitian menunjukkan jumlah kematian mencit semakin meningkat seiring dengan semakin meningkatnya konsentrasi papain kemasan produk merk “X” yang ditambahkan ke dalam pakan. Ada perbedaan signifikan kecepatan kematian mencit diantara berbagai perlakuan (p-value<0,05), yaitu pada perlakuan A dan D. Proporsi pakan dengan konsentrasi papain kemasan produk merk “X” 40% dapat dijadikan alternatif untuk membuat rodentisida nabati dengan kematian paling tinggi.

Kata Kunci: rodentisida nabati, papain pepaya, mencit-----------------------------------------------------------------

DDC 616.959

Arief Nugroho, Wiwik Trapsilowati, Bernadus Yuliadi dan Siska IndriyaniBalai Besar Penelitian dan Pengembangan Vektor dan Reservoir Penyakit SalatigaJl. Hasanudin No. 123, Salatiga, Jawa Tengah, IndonesiaEmail: [email protected]

Faktor Lingkungan Biotik dalam Kejadian Luar Biasa Leptospirosis di Kabupaten Tangerang, Banten

Vektora Volume 10 Nomor 2, Oktober 2018, Halaman 89 - 94

Lembar AbstrakLembar abstrak ini boleh diperbanyak/di-copy tanpa izin

ISSN: 2085-868XE-ISSN 2354-8789

Akreditasi LIPI: No. 784/AU1/P2MI-LIPI/11/2017Akreditasi Ristek Dikti: No.21/E/KPT/2018

Page 12: ISSN: 2085-868X E-ISSN 2354-8789 VEKTORA

Leptospirosis adalah zoonosis yang disebabkan oleh bakteri Leptospira sp. Leptospirosis menjadi masalah kesehatan masyarakat di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Kasus leptospirosis di Kabupaten Tangerang tahun 2015 mengalami peningkatan kasus di mana kasus terbanyak salah satunya di wilayah Puskesmas Kronjo. Faktor lingkungan berpengaruh terhadap penyebaran penyakit leptospirosis salah satunya faktor biotik. Tujuan penelitian menganalisis hubungan faktor lingkungan biotik terhadap kejadian leptospirosis di Kabupaten Tangerang. Penelitian dilakukan secara cross sectional dengan pendekatan observasi lokasi, dan observasi secara kuisioner lingkungan biotik rumah penduduk. Jumlah sampel rumah untuk pemeriksaan lingkungan biotik sebanyak 35 rumah. Data yang dikumpulkan meliputi adanya keberadaan hewan peliharaan di rumah, dan tanaman di sekitar rumah. Data keberhasilan penangkapan tikus dilakukan dengan penangkapan tikus di lokasi. Data dianalisis secara deskriptif dan analisis bivariat. Hasil penelitian menunjukkan adanya vegetasi (OR = 1,103; 95% CI= 0,987-1,234; p = 0,579) dan hewan peliharaan (OR = 0,567; 95% CI= 0,47-6,895; p = 0,653)secara statistik tidak memiliki hubungan dengan kejadian leptospirosis. Tingginya trap success di lokasi penelitian dapat merupakan risiko potensial untuk kejadian leptospirosis.

Kata kunci: Hewan peliharaan, Tikus, Vegetasi, leptospirosis, biotik-----------------------------------------------------------------

DDC 616.959

Anggi Septia Irawan, Hasan Boesri, Sidiq Setyo Nugroho Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Vektor dan Reservoir Penyakit SalatigaJl. Hasanudin No.123 Salatiga 50721, Jawa Tengah, Indonesia

Email: [email protected] ; [email protected]

Program Nasional untuk Eliminasi Filariasis Limfatik: Studi Kasus di Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah

Vektora Volume 10 Nomor 2, Oktober 2018, Halaman 95 - 102

Program eliminasi filariasis limfatik sedangberlangsung di semua provinsi di Indonesia. Jawa Tengah termasuk dalam sepuluh besar kasus kronis Filariasis Lymphatic (FL) dari 34 provinsi di Indonesia. Sejak tahun 2015, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia meluncurkan program eliminasi filariasisdengan menerapkan Mass Drug Administration (MDA) atau Pemberian Obat Pencegahan Massal “POPM”. Minimal cakupan pemberian adalah 65% dari populasi di kabupaten/kota dengan mendistribusikan diethylcarbamazine citrate (DEC) dan albendazole. Kajian ini bertujuan untuk mengetahui kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan POPM dan langkah-langkah menuju eliminasi filariasis limfatik. Metodeyang diterapkan adalah peninjauan artikel ilmiah, inventarisasi kebijakan, diskusi dengan para ahli danpraktisi, serta konfirmasi data di lapangan.Hasilpenelitian ini menggambarkan cakupan POPM di Kabupaten Pekalongan di atas cakupan minimal 65%, dan sekitar tiga tahun kemudian mencapai 80%, serta persentase terjadi reaksi lanjutan (efek samping) setelah mengkonsumsi obat kurang dari 1% dari seluruh target sasaran. Berdasarkan studi yang dilakukan, cakupan POPM sudah sesuai dengan target, namun sebagai evaluasi keberhasilan program belum ada data kepatuhan minum obat. Kesimpulan hasil kajian adalah kegiatan POPM juga harus didukung oleh pengendalian vektor dan dituntaskan melalui pemeriksaan molekuler sebagai asesmen kapasitas nyamuk sebagai vektor filariasislimfatik.

Page 13: ISSN: 2085-868X E-ISSN 2354-8789 VEKTORA

Kata Kunci: filariasis limfatik, POPM, KabupatenPekalongan, Vektor-----------------------------------------------------------------

DDC 616.959

Arief Mulyono, Ristiyanto , Aryani Pujiyanti, Arum Sih Joharina, Dimas Bagus Wicaksono PutroBalai Besar Penelitian dan Pengembangan Vektor dan Reservoir Penyakit SalatigaJl. Hasanudin No.123 Salatiga, Jawa Tengah, IndonesiaEmail : [email protected]

Catatan Baru Kelelawar Pemakan Nektar (Macroglossus Sobrinus) sebagai Reservoir Leptospirosis dari Indonesia

Vektora Volume 10 Nomor 2, Oktober 2018, Halaman 103 - 110

Kelelawar secara epidemiologi merupakan sumber penular leptospirosis yang penting karena ukuran, kelimpahan, distribusi, dan keterkaitannya dengan hewan domestik. Tujuan penelitian adalah untuk mengidentifikasi spesies-spesies kelelawar positifLeptospira patogen di Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah dan di Kabupaten Muaro Jambi, Jambi. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan rancangan potong lintang. Penelitian dilakukan pada bulan Februari sampaiMaret2017.Identifikasispesieskelelawardenganmelihat karakteristik morfologi dan morfometrinya. Uji PCR digunakan untuk deteksi Leptospira pada kelelawar. Hasil penelitian menunjukkan kelelawar yang tertangkap berjumlah 68 ekor yang terdiri dari 7 genus dan 11 spesies. Jumlah kelelawar terdeteksi positif Leptospira ada 8 ekor yang terdiri dari 3 spesies (Macroglossus sobrinus, Cynopterus brachyotis dan Eonycteris spelaela). Macroglossus sobrinus terdeteksi positif Leptospira patogen merupakan catatan baru di Indonesia dan di dunia.

Kata kunci: Leptospirosis, Leptospira, Kelelawar-----------------------------------------------------------------

DDC 616.959

Ristiyanto*, Farida D. Handayani*, Arief Mulyono*, Arum S. Joharina*, Tri Wibawa**, Setyawan Budiharta***, Supargiono*****The Vector and Reservoir Diseases Research and Development Center, National Institute of Health Research and Development, Ministry of Health, Jl. Hasanudin No.123, Salatiga, Jawa Tengah, Indonesia*Department of Microbiology, Faculty of Medicine, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Indonesia* Department of Public Health, Faculty of Veterinary Medicine, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Indonesia* Department of Parasitology, Faculty of Medicine, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, IndonesiaE mail: [email protected]

Penemuan Kasus Leptospirosis dalam Pengembangan Surveilans Leptospirosis di Kota Semarang, Jawa Tengah, Indonesia

Vektora Volume 10 Nomor 2, Oktober 2018, Halaman 111 - 116

Leptospirosis endemis di beberapa daerah di Indonesia. Penelitian ini bertujuan memperoleh kasus leptospirosis secara aktif dan pasif di Kota Semarang, Jawa Tengah yang merupakan salah satu daerah endemis leptospirosis di Indonesia. Kasus leptospirosis secara aktif banyak ditemukan di masyarakat sedangkan secara pasif banyak dilaporkan di Pusat Kesehatan Masyarakat dan Rumah Sakit dengan menggunakan Kriteria WHO-SEARO 2009 dan dikonfirmasi dilaboratorium menggunakan RDT (Rapid Detection

Page 14: ISSN: 2085-868X E-ISSN 2354-8789 VEKTORA

Test), MAT (Microscopic Agglutinations Test) dan PCR (Polymerase Chained Reaction). Penentuan kasus leptospirosis secara aktif dan pasif dilakukan oleh dokter dan tenaga medis Puskesmas dan Rumah Sakit (enumerator). Hasil penelitian menunjukkan bahwa 191 tersangka kasus leptospirosis tertapis dengan kriteri WHO-SEARO dan 31 kasus leptospirosis terkonfirmasi secara laboratorium (RDT, MAT danPCR). Kasus leptospirosis tidak berhubungan dengan musim hujan. Demam, sakit kepala, dan myalgia merupakan gejala yang paling sering ditemukan yaitu lebih dari 90% pasien. Hasil penemuan kasus leptospirosissecaraaktifdantelahdikonfirmasisecaralaboratorium adalah sekitar 21,4% (3/14 pasien), sedangkan penemuan kasus leptospirosis secara pasif yang telah terkonfirmasi secara laboratorium adalah15,8% (28/177pasien). Penemuan kasus leptospirosis secara aktif dan pasif di daerah endemis seperti Kota Semarang direkomendasikan untuk menurunkan angka kematian karena leptospirosis .Penerapan kriteria WHO-SEARO sebagai alat diagnostik mungkin perlu dievaluasi lebih lanjut.

Kata Kunci : Leptospirosis, surveilans, penemuan kasus, daerah endemis, deteksi-----------------------------------------------------------------

DDC 616.93

Wiwik Trapsilowati . Aryani Pujiyanti*Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Vektor dan Reservoir PenyakitJl. Hasanudin No.123 Salatiga 50721, Jawa Tengah, IndonesiaEmail: [email protected]

Implementasi Peraturan Daerah Tentang Pengendalian Demam Berdarah Dengue di Kota Semarang

Vektora Volume 10 Nomor 2, Oktober 2018, Halaman 117 - 124

Jumlah kasus demam berdarah dengue (DBD) cenderung meningkat serta berpotensi menimbulkan kejadian luar biasa (KLB) mendorong Pemerintah Kota Semarang menerbitkan kebijakan berupa Peraturan Daerah nomor 5 tahun 2010 tentang Pengendalian DBD, yang bertujuan untuk mewujudkan penanggulangan DBD yang terkoordinasi, terintegrasi dengan kerjasama berbagai pihak, termasuk masyarakat. Tujuan penelitian ini untuk mengevaluasi implementasi Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2010 tentang Pengendalian Penyakit Demam Berdarah Dengue. Metode evaluasi implementasi Perda dilakukan secara kualitatif dengan kerangka kerja policy analysis triangle yang meliputi konteks, konten, pelaku dan proses. Peraturan Daerah No. 5 tahun 2010 tentang pengendalian DBD Kota Semarang, merupakan kebijakan di bidang kesehatan dengan pelaku kebijakan adalah pemerintah, masyarakat dan pemangku kepentingan. Konten Perda tersebut mencakup peran, hak dan kewajiban masing-masing pelaku kebijakan, pengendalian DBD yang meliputi pencegahan, penanggulangan dan KLB DBD serta sanksi untuk petugas maupun masyarakat. Implementasi Perda hingga tahun 2015 tercapai 22,6% dari 177 kelurahan. Angka bebas jentik (ABJ) cenderung menurun, Incidence Rate (IR) juga mengalami penurunan,namunCaseFatalityRate(CFR)berfluktuatif.Mekanisme sanksi belum diterapkan dan kerjasama lintas sektor dan masyarakat masih belum optimal. Perlu dilakukan sosialisasi lebih intensif, baik kepada lintas sektor serta masyarakat, yang dapat dilakukan dengan mendayagunakan petugas surveilans kesehatan (Gasurkes) sesuai wilayah kerja masing-masing.

Kata kunci: implementasi, kebijakan, pengendalian, DBD-----------------------------------------------------------------

DDC 616.959

Risqa Novita*, Rina Marina***Puslitbang Biomedis dan Teknologi Dasar Kesehatan, Balitbang Kemenkes RI

Page 15: ISSN: 2085-868X E-ISSN 2354-8789 VEKTORA

Jl. Percetakan Negara 23 A Jakarta, Indonesia**Puslitbang Upaya Kesehatan Masyarakat, Balitbang Kemenkes RIJl Percetakan Negara 29 Jakarta, IndonesiaEmail: [email protected]

Hubungan Pengetahuan Infeksi Brucella dan Faktor Demografi Peternak terhadap Perilaku Cuci TanganSetelah Kontak dengan Sapi Perah

Vektora Volume 10 Nomor 2, Oktober 2018, Halaman 125 - 132

Brucellosis merupakan penyakit menular dari hewan ternak terutama sapi perah, ke manusia oleh bakteri Brucella sp. Brucellosis menyebabkan demam undulan dan gangguan reproduksi pada manusia serta tingkat kematian yang rendah. Mayoritas peternak belum mengetahui jika brucellosis dapat menular ke manusia.Tingkat pengetahuan peternak perlu dinilai beserta beberapa faktor terkait agar diketahui praktek manajemen ternak seperti kebiasaan cuci tangan setelah kontak dengan sapi perah.Cuci tangan merupakan salah satu langkah biosekuriti untuk menjamin kesehatan dan menghindari brucellosis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubunganantara pengetahuan terhadap brucellosis pada manusiadan faktordemografiyaitu tingkatpendidikan,lama bekerja, riwayat demam dan umur terhadap perilaku cuci tangan setelah kontak dengan sapi perah. Jumlah responden ditentukan berdasarkan uji proporsi, sebanyak 18 orang pekerja sesuai kriteria inklusi terpilih sebagai responden. Responden diberikan kuesioner tertutup yang berisi pertanyaan untuk mengetahui pengetahuan terhadapbrucellosismanusia,datademografirespondendan perilaku mencuci tangan setelah kontak dengan sapi perah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hanya 33,3% responden yang mengetahui brucellosis dapat menginfeksi manusia, sebesar 66,7% responden tidak mengetahui jika brucellosis dapat menginfeksi manusia. Sebanyak 61,1% responden tidak mencuci tangan setelah kontak dengan sapi perah.Variabel umur, lama bekerja di peternakan sapi

perah dan riwayat demam undulan memiliki nilai p<0.02.Kesimpulan : variabel umur, lama bekerja di peternakan sapi perah dan riwayat demam undulan berpengaruh terhadap perilaku mencuci tangan setelah kontak dengan sapi perah.

Kata kunci: Brucellosis, peternak, cuci tangan, zoonosis-----------------------------------------------------------------

DDC 616.92

Diana Andriyani Pratamawati, Ristiyanto, Farida Dwi Handayani, Revi Rosavika KinansiBalai Besar Penelitian dan Pengembangan Vektor dan Reservoir Penyakit SalatigaJl. Hasanudin No, 123 Salatiga Jawa Tengah IndonesiaEmail : [email protected]

Faktor Risiko Perilaku Masyarakat pada Kejadian Luar Biasa Leptospirosis di Kabupaten Kebumen Tahun 2017

Vektora Volume 10 Nomor 2, Oktober 2018, Halaman 133 - 140

Pada awal Tahun 2017, Dinas Kesehatan Kabupaten Kebumen melaporkan bahwa telah terjadi kejadian luar biasa leptospirois. Data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kabupaten Kebumen pada bulan Januari-April 2017, total jumlah kasus leptospirosis sebanyak 60 kasus (40 Positif RDT dan dengan 6 orang meninggal dunia (CFR=10,00). Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara faktor risiko perilaku masyarakat dengan kejadian leptospirosis dan besaran faktor risikonya di Kabupaten Kebumen. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif analitik dengan rancangan kasus kontrol. Pengambilan sampel menggunakan metode Purposive Sampling. Jumlah sampel sebanyak 42 orang. Analisis data menggunakan uji Chi Square dan perhitungan Odds Ratio (OR). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel yang memiliki hubungan dengan kejadian leptospirosis

Page 16: ISSN: 2085-868X E-ISSN 2354-8789 VEKTORA

adalah variabel ke pekarangan tanpa alas kaki (OR=0,25; 95%),beraktifitasdisawah(OR=0,16;95%),danjikaadaluka terbuka tidak ditutup (OR=0,12;95%). Perlu adanya penyuluhan kepada masyarakat untuk memakai alas kaki ketika di sawah/pekarangan serta menutup luka terbuka

dengan plester agar mencegah bakteri leptospira masuk ke dalam tubuh.

Kata Kunci: Faktor Risiko, Perilaku, Leptospirosis, Kebumen-----------------------------------------------------------------