islam dan filsafat ilmu dalam pengembangan pendidikan

20
ISLAM DAN FILSAFATILMU DALAM PENGEMBANGAN PENDIDIKAN Juwariyah' Abstrak The development of knowledge and technology is not always has positive impact for the human life if it's not accompanied with glorious values that was rooted from teaching Godliness. With use of comparative method that combines between the Quran 's values and philosophy of sciences that witl be research to the feature ofscientific knowledge an the method how to get lt, this writing make serous effort to combine it with educational issues. It's a reality that development of knowledge and technology which accompanied with globalizatlon current fast had drag peace of Mus/im intellectual today to indifference with Is/am epistemology which at firs glance had produces the new discoveries with give an exceptionally profit for the human being life. But what must bear in mind is that knowledge seek process by western often too re/y on intellectand unconsider with glorious values from God, at the turn it's will can be smashs the world as human being place. Very kind ofthe knowledge own chi/d had born in modern century with astonishing discovery, often carrying the world safety treate. So, foranticipation all ofthat, muslim members ofreligious community must be hard effort to find again an Islam epistemology with admitted mind limitedness and does not give it a higher position as a truth gauge with out enclose religious values that can be save the human being life from destruction. Kata kunci: Islam, filsafat ilmu, pengembangan pendidlkan. A. Pendahuluan Membicarakan masalah ilmu pengetahuan dan filsafat, kita akan memperoleh berbagai pengetahuan dan hikmat. Karena ilmu akan memberikan kepada kita pengetahuan dan filsafat akan memberi kita hikmat. Secara ringkas dapat dikatakan bahwa filsafat meliputi lima cabang pembahasan yakni: logika, estetika, etika, politika dan meta- flsika. Denganjelas dapat kita amati bahwa bersama perjalanan waktu ilmu pengetahuan berjalan maju dengan pesatnya, sementara filsafat berjalan lambat dan pelan. Hal ini disebabkan karena filsafat lebih banyak memikul beban yang berat daripada ilmu. Karena tugas filsafat ' Doktoranda, Magister Agama, Dosen Fakultas Tarbiyah, Jurusan Kependidik- an Islam UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Kep.nJUiUan Uam, Vol. 2, No. 1, Petru,ri - Juli 2004

Upload: lekhanh

Post on 08-Dec-2016

261 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: ISLAM DAN FILSAFAT ILMU DALAM PENGEMBANGAN PENDIDIKAN

ISLAM DAN FILSAFATILMU

DALAM PENGEMBANGAN PENDIDIKAN

Juwariyah'

Abstrak

The development of knowledge and technology is not alwayshas positive impact for the human life if it's not accompanied withglorious values that was rooted from teaching Godliness.

With use of comparative method that combines between theQuran 's values and philosophy of sciences that witl be research tothe feature ofscientific knowledge an the method how to get lt, thiswriting make serous effort to combine it with educational issues.

It's a reality that development of knowledge and technologywhich accompanied with globalizatlon current fast had drag peace ofMus/im intellectual today to indifference with Is/am epistemology whichat firs glance had produces the new discoveries with give anexceptionally profit for the human being life.

But what must bear in mind is that knowledge seek process bywestern often too re/y on intellectand unconsider with glorious valuesfrom God, at the turn it's will can be smashs the world as humanbeing place.

Very kind ofthe knowledge own chi/d had born in modern centurywith astonishing discovery, often carrying the world safety treate.So, foranticipation all ofthat, muslim members ofreligious communitymust be hard effort to find again an Islam epistemology with admittedmind limitedness and does not give it a higher position as a truthgauge with out enclose religious values that can be save the humanbeing life from destruction.

Kata kunci: Islam, filsafat ilmu, pengembangan pendidlkan.

A. Pendahuluan

Membicarakan masalah ilmu pengetahuan dan filsafat, kita akanmemperoleh berbagai pengetahuan dan hikmat. Karena ilmu akanmemberikan kepada kita pengetahuan dan filsafat akan memberi kitahikmat. Secara ringkas dapat dikatakan bahwa filsafat meliputi limacabang pembahasan yakni: logika, estetika, etika, politika dan meta-flsika. Denganjelas dapat kita amati bahwa bersama perjalanan waktuilmu pengetahuan berjalan maju dengan pesatnya, sementara filsafatberjalan lambat dan pelan. Hal ini disebabkan karena filsafat lebihbanyak memikul beban yang berat daripada ilmu. Karena tugas filsafat

' Doktoranda, Magister Agama, Dosen Fakultas Tarbiyah, Jurusan Kependidik-an Islam UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Kep.nJUiUan Uam, Vol. 2, No. 1, Petru,ri - Juli 2004

Page 2: ISLAM DAN FILSAFAT ILMU DALAM PENGEMBANGAN PENDIDIKAN

adalah menyelesaikan porsoalan-persoalan yang belum mendapatkanpenyelesaiannya dalam bidang ilmu/dalam lapangan ilmu. Diantarapersoalan-persoalan pelik yang harus diselesaikan filsafat adalahpenentuan mana yang baik mana yang buruk, disamping filsafatjugamencari dan menentukan sampai dimana batas kebebasan, dan lebihdari itu iapun membicarakan masalah-masalah hidup dan mati. Olehsebab itu setiap ilmu sebenarnya selalu dimulai dengan filsafat danberkesudahan sebagai seni. Ia tumbuh dalam hypothesis tinjauanilmu dan terus mengalir menurutkan arus kemajuan. Sedangkan filsafatadalah sebagai interpretasi dari sesuatu yang belum dikenal dengansungguh-sungguh sebagai adanya dalam lapangan etika dan filsafatpolitik, ]ika keduanya menjadi terang, maka sesungguhnya yang mem-bawanya ke tempat terang adalah filsafat sehingga menjadilah iailmu. Itulah sebabnya ilmu dikatakan dimulai dari filsafatdan berakhirsebagai seni.

Para sarJana muslim telah membawa filsafat ke tengah gelang-gang Islam untuk menyuluhi isi Alquran dan untuk membawanya ke-tempatterang guna menyinari akal manusia dan kemudian memetiknyasebagai ilmu. Dalam hal ini filsafatdiumpamakan sebagai garis peranterdepan untuk mengepung dan menaklukkan kebenaran, sedangkanilmu diumpamakan sebagai daerah yang telah diduduki oleh filsafat.Di belakang daerah pendudukan terdapat daerah aman dimana ilmudan seni menyempumakan ketidaksempumaan kita dalam dunia yangpenuh dengan serba aneka keajaiban. Thooreau mengatakan: Bahwamenjadi filosof bukan berarti mempunyai pikiran besar dan tidak pulakarena mendirikan perguruan filsafat, akan tetapi filosof adalah orangyang mencintai kehidupannya. Seorang filosof adalah orang yangsenantiasa mencari hikmat kabenaran. Kebenaran tidaklah menjadikanorang yang memilikinya kaya, akan tetapi kebenaran menjadikan orangyang mg milikinya bebas.*

Pada abad modem ini "fakta" telah menggantlkan musyawarat,pengetahuan telah terpecahpecah menjadi kepingan-kepingan kecilyang tidak lagi merupakan hikmat. Setiap ilmu dan juga cabang filsafattelah berkembang menjadi terminologi yang hanya didukung olehpemujanya masingmasing.

Di tengah-tengah perkembangan ilmu yang belum pemah terjadisebelumnya tumbuh dengan suburtakhayul-takhayul lama yang selamaini telah kehilangan lahan. Agama baru lahirdimana-mana, sehinggabermunculanlah pemimpin-pemimpin agama yang mereka pilih sendiri.Di antara sekian banyak pemimpin agama ada yang berilmu dan adayang sekedar sebagai pemimpin. Karena kondisi yang demikianlahfilsafat Islam ditulis dengan harapan dapat menerangi jalan yanggelap, dan juga dapat menutup jurang pemisah yang kian hari klandalam. Pada kondisi yang demikian kedudukan intelek Islam dirasa

' Thooreau, dalam Oemar Amln Hoesin, Filsafat Islam, h. 8

4 Uam dan Filsafat Ilmu... (|uwariyJ,)

Page 3: ISLAM DAN FILSAFAT ILMU DALAM PENGEMBANGAN PENDIDIKAN

semakin bertambah penting dalam masyarakat.Ilmu berkembang begitu pesat, telescope telah membuka

dataran bintang dan menceritakan kepada orang apa yang sebelumnyatidak terdapat dalam fikiran manusia. Fisika telah menemui alam inidalam bentuk-bentuk atom, biologi telah menemukan microcosmos-microcosmos dalam selsel yang sebelumnya merupakan benda ghaib.Antropologi telah membongkar terus menerus kotakota yang telahhilang ribuan danjutaan tahun di masa silam, sementara itu sejarahpuntak bosan-bosannya menguak segala kepalsuan yang dltuliskan olehahli-ahli sejarah lama.

Sudah sedemiklanjauh ilmu pengetahuan manusia berjalan, dansudah sedemikian pesat perkembangannya, akan tetapi semuanyaitu hampir tidak nampak rahmat yang dibawanya bagi kemanusiaan.Dunia senantiasa berada dalam ketegangan yang sewaktu-waktudapat membawa kepada pergolakan yang menghancurkan kepadasesuatu yang telah dicapai ilmu.

Pemecahan ilmu menjadi bagian-bagian kecil telah menyebabkanhilangnya pengaruh hikmat, manusia telah menilai sesuatu menurutbenda yang mengelilinginya. Ilmu pendidikan sosiologi senantiasadengan yakin mengatakan bahwa sesuatu itu dipengaruhi oleh masya-rakat yang ada di sekitarnya. Akan tetapi para penangkap ikan yangtidak berilmu selalu menangkap ikan di laut yang rasanya senantiasatawarsedangkan ikan-ikan itu berpuluh bahkan beratus tahun tinggaldi dalam lautan garam. Karena demikianlah perasaan kepercayaankepada Tuhan tidak dapat dipisahkan dari ilmu. Demikian juga fllsafat,jikalau tidak disandarkan kepada kebesaran Tuhan niscaya tidak akanmembawa faedah dan manfaat apa-apa bagi umat manusia.*

Dengan demikian tinggallah harapan kita semua kepada parafilosofyang senantiasa mencari kebenaran, dan kemudian memper-tahankan kebenaran itu, yaitu kebenaran yang tidak mencari kekayaanakan tetapi memperoleh kebebasan. Hal demikian menjadi lebih pentingdimana pengetahuan kemanusiaan menjadi terlalu besar untukdimuatkan dalam fikiran manusia. Dalam kondisi seperti itulah manusiaharus kembali kepada kebenaran yang mutlak dan absolut yaitukebenaran Allah Tuhan semesta alam. Dimana kebenaran mutlak itutelah dituangkan dalam firmanNya yang berupa Alquran sebagailandasan dasar Islam yang sekaligus merupakan sumber hukum dansumber ilmu pengetahuan. Melihat realita perkembangan ilmupengetahuan dan dengan sedikit mengkhawatirkan akan terlalujauhnyapenggunaan akal tanpa diimbangi keimanan dan keyakinan akankekuasaan Tuhan, maka tulisan ini akan mencoba mengungkapkanbetapa harus adanya keterkaitan antara agama dan ilmu pengetahuandan juga filsafat sebagai pencari kebenaran demi tegak teguhnya

= Ibid., h. 10

fepen<Uikan I,Um, Vol. 2, No. 1, Pel,ruari . Juli 2004

Page 4: ISLAM DAN FILSAFAT ILMU DALAM PENGEMBANGAN PENDIDIKAN

keselamatan manusia dari bahaya terlalu mempertuhankan akal.

B. Islam dan Filsafat Ilmu

1. IslamAdalahAgamaAkal

Ungkapan itu memiliki arti bahwa Islam adalah agama akal (adalahtidak dibebani syari'at agama orang yang tidak berakal) AI-Hadits.Hal ini menunjukkan bahwa betapa Islam sangat menghargai akalfikiran manusia yang merupakan tempat menampung ilmu pengetahuandan sekaligus ia yang membedakan antar manusia dengan makhlukyang disebut binatang. Di dalam Alquran cukup banyak ayat-ayatyang menunjukkan penghargaan Islam terhadap ilmu pengetahuandan orang-orang yang memilikinya. Sebagaimana ditegaskan Allahdalam surat 11 AI-Mujadalah ayat ll:<

(^ ^ :UsUJI) oU-'jJ JJJ1 /j 'o*&j '<&* ljLT op iil ̂ 'j>

Bahwa Allah akan mengangkat derajat orangorang yang berimandiantara kamu dan orangorang yang ber!lmu dengan beberapaderajat. (QS.AI-Mujadalah: 11).

&> J*

Katakanlah apakah sama orang-orang yang mengetahui danprangorang yang tidakmengetahui. (Q.S. Az-Zumar: 9).

Bahkan ayat-ayatyang pertama-tama turunpun memerintahkanmanusia untuk membaca, membaca dan membaca, bukankah didalam-nya dikandung maksud agar manusia itu belaJar, berilmu dan tidakbodoh, dan agar nampak perbedaan antara manusia dengan jenismakhluk lainnya manusia dituntut untuk menggunakan akalnya. Hanyapersoalannya, pengetahuan mana harus kita ketahui terlebih dahuludan mana yang kemudiannya, dan apa sebenarnya yang dimaksuddengan pengetahuan itu?, masalah ini sudah lama dipersoalkan.Socrates, Plato dan juga Aristoteles misalnya telah membahasnyasecara panjang lebar. John Lock seorang filosof yang sangat banyakpengaruhnya setelah renaisans Eropa telah menjadikan teori penge-tahuan sebagai pangkal tolak dan pusat diskusi filsafatnya. Bahwa iamenganggap keliru untuk membicarakan metafisika sebelum menye-lesaikan teori pengetahuan. Menurutnya sebelum berpikir, masalah-masalah pemikiran itu harus diselesaikan terlebih dahulu. Sebelum

Qur'an Surat Al-Mu]adalah ayat 11

Islam Jan Fil>a(al Ilmu...

Page 5: ISLAM DAN FILSAFAT ILMU DALAM PENGEMBANGAN PENDIDIKAN

bekerja alat-alat kerja harus diselesaikan terlebih dahulu. Sebelumorang mencangkul tanah, cangkul harus diselesaikan terlebih dahulu.*

Sedangkan masalah pengetahuan yang menurutJohn Lock harusdiawali dengan teori tersebut, menurut sejarah filsafat dapat diperolehmelalui beberapa sumberdiantaranya:a. Pengetahuan itu dibawa lahir bersama kelahiran manusiab. Atau diperoleh dari budic. Atau diperoleh dari indera-indera khusus yaitu pendengaran,

penglihatan, ciuman, dan rabaan.d. Atau berasal dari penghayatan langsung atau ilham.*

Bentuk pengetahuan yang sangat sederhana adalah sekedarkesadaran, seperti apa yang berlangsung kepada suatu organismeketika ia disinggung atau dipengaruhi oleh suatu obyek, apabila orga-nisme mulai memberikan]awaban terhadap suatu ransangan, sesudahitu memberikan respons khusus terhadap suatu situasi, maka situasiitu mulai mengandung makna. Misalnya ia menarik, memberi harapan,atau mengancam. Hubungan yang timbal balik itu dapatdisebutsebagaiperkenalan. Sesudah itu datanglah bahasa dengan nama-nama barangdan kejadian, istilah yang abstrak, penilaian dan penuturan. Interaksidengan lingkungan menghasilkan pengalaman. Pengalaman itu menjadidasar dan dapat meningkat menjadi situasi baru tertentu. Situasidapat diolah oleh budi, dikontrol atau dikuasai. Pengalaman dasarinilah yang kemudian disebut dengan pengetahuan, yang selanjutnyadiklasifikasi, diungkapkan dengan bahasa, dan dikodifikasi dalam istilah-istilah ilmu.

Masalahnya tidak berhenti sampai di sini, sebab setelah orangmemiliki apa yang disebutpengetahuan ia masih akan mempertanyakanapakah pengetahuan yang dimilikinya itu benar, dan apakah sebenarnyakebenaran itu? Dijelaskan di sini bahwa berbagai macam pengertiankebenaran akan menjadi jelas apabila kata itu kita hadapkan kepadalawannya dan kita susulkan artinya, seperti misalnya:a. Benarlawansalahb. Benar lawan seolah-olah atau rupanyac. Benar lawan dibikin-bikin, dusta, khayalan, atau andaikatad. Benar lawan dalam arti sungguh-sungguh, lawan kemungkinan

atau rupanya.e. Benar dalam arti asli, lawan pemalsuan, atau tidak cocok dengan

spa yang dikatakan tentang dia.f. Benar dalam arti tepat, lawan tidak terjabarkan dari bahan-bahan

yang diberikan.g. Benar dalam aeti kepastian, lawan tidak mengandung daya

meyakinkan.

' Sidi Gazalba, Sistemat/ka Filsafat, Buku Kedua, 1991, h. 13.' lbid., h. 27

KcpcmliJiUn IlUm, Vol. 2, No. 1, PeWari - JuIi 2004

Page 6: ISLAM DAN FILSAFAT ILMU DALAM PENGEMBANGAN PENDIDIKAN

Beragam pengertian tentang kebenaran menggunakan lambangyang sama bahwa kebenaran adalah soal hubungan antara pengeta-huan dan apa yang jadi obyeknya. Yaitu apabila terjadi persesuaiandalam hubungan antara obyek dan pengetahuan kita tentang obyekitu.

Dengan demikian dapat ditarik suatu kesimpulan sementarabahwa masalah kebenaran adalah masalah hubungan antara ide-idekita dengan dunia realitas.?

2. Ilmu dan Filsafat

S J>J

LfJ^i ^

i jL** c*H^ L$J !̂ ̂

J*U.

Kata orang bijak diatas menjelaskan bahwa dilihat dari sisipengetahuannya manusia dibedakan menjadi 4 macam yakni:a. Orang yang berilmu dan tahu bahwa dirinya berilmu, maka itulah

orang pandai, karenanya ikutilah dia.b. Orang yang berilmu tapi dia tidak tahu bahwa dirinya berilmu, dan

itulah orang yang tertidur, maka bangunkanlah dia.c. Orang yang tidak berilmu, akan tetapi dia tahu bahwa dirinya

tidak berilmu, dan itulah orang yang mencari petunjuk, maka ajarilahdia.

d. Orang yang tidak berilmu, dan tidak tahu bahwa dirinya tidaktahu, itulah orang bodoh, maka tinggalkanlah dia."

Dalam kaitannya dengan kata orang bijak di atas, mari kitadengarkan dlalog antara seorang awam dengan ahli filsafat. Berkataorang awam kepada seorang filosof. Tolong sebutkan kepada sayaada berapa ]enis manusia yang terdapat dalam kehidupan ini ber-dasarkan pengetahuannya! Rlosofitu menarik nafas panjang kemudianberpantun:

Ada orang yang tahu di tahunyaAda orang yang tahu di tidak tahunyaAda orang yang tidak tahu di tahunyaAda orang yang tidak tahu di tidak tahunya

Ibid., h. 27-31Louis Ma'luf, AI-Munjid Mu'jamul Lughah AI-Arabiyah, (Beirut: AI-Matba'ahal-Katulijhiyah

Q Iflam Jm Filiakt Ilmu... 0uvuiyak)

Page 7: ISLAM DAN FILSAFAT ILMU DALAM PENGEMBANGAN PENDIDIKAN

Kernudian ada orang awam itu bertanya lagi, lalu bagaimanacaranya agarsaya mendapatkan pengetahuan yang benar?, dengantenangnya sang filosofitu menjawab: itu mudah, kemudian dilanjutkandengan berungkap: "Ketahuilah apa yang kau tahu, dan ketahuilahapa yang kau tidaktahu", lalu fllosofitu melanjutkan pembicarannyadengan mengatakan, bahwa pengetahuan dimulai dengan ragu-ragudan kepastlan dimulai dengan ragu-ragu, sedangkan filsafatdimulaidengan keduanya. Berfilsafatdidorong untuk mengetahui apa yangsudah kita tahu dan apa yang belum kita tahu. Berfilsafat berartiberendah hati bahwa tidak semuanya akan pernah kita ketahui dalamkesemestaan yang seolah tanpa batas ini. Demikian pula berfilsafatberarti mengoreksi diri, memiliki keberanian untuk berterus terang,seberapa jauh sebenarnya kebenaran yang dicari telah dapatdijangkau.'

Sedangkan ilmu merupakan pengetahunn yang kita gumulisemenjak kita mampu berfikirsampai kita menelusuri lorong-lorongPerguruan Tinggi. Berfilsafat tentang ilmu berarti kita berani berterusterang terhadap diri sendiri, apakah sebenarnya yang saya ketaluitentang ilmu, apakah ciri-cirinya yang hakiki yang membedakan ilmudari pengetahuan lainnya yang bukan ilmu, bagaimana saya ketahuibahwa ilmu merupakan pengetahuan yang benar, kriteria apa yangkita pakai dalam menentukan kebenaran secara ilmiah, kenapa ilmumesti kita pelajari, apa guna dan faedahnya dan seterusnya.

Demikian pula berfilsafat berarti berendah hati untuk meng-evaluasi segenap pengetahuan yang telah kita miliki. Apakah ilmutelah mencakup segala pengetahuan yang harus saga ketahui di dalamkehidupan ini? Dibatas mana ilmu mulai dan di batas mana ia berhenti?Kemanakah saya harus berpaling di batas ketidaktahuan ini? Apakahkelebihan dan kekurangan ilmu?, dan jika aku ingin mengetahuikekuranganmu sama sekali bukan untuk merendahkanmu namun se-carasadaruntuklebihjujurdalam mencintaimu.'"

Dengan uraian di atas tentang ilmu dan filsafat, maka kita dapatmenarik kesimpulan sementara bahwa filsafat berbicara tentang ilmu.Bahasa yang dipakai dalam filsafatdan ilmu dalam beberapa hal salingtumpang tindih. Bahasa yang dipakai dalam filsafat berusaha untukberbicara mengenai ilmu dan bukunya di dalamnya ilmu. Walaupunapa yang harus dikatakan oleh seorang ilmuwan mungkin pentingpula adanya bagi seorang filosof. Manya saja perlu diingat bahwasatu hal yang tidakdapatdilakukan oleh seorang filosofadalah men-coba memberitahukan kepada seorang ilmuwan mengenai apa yangharus ditemukannya."

' Yuyun S. Suriasumantri, Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer, Jakarta:Uni Press, Cet. 1, 1984, h. 6.

" lbid., h. 20" Louis O. Kattsoff, Pengantar Filsafat, alih bahasa Soejono Soemargono, Yogya-

karta: Tiara Wacana, 1986, h. 105

KepcmUitan Iflam, Vol. 2, No. 1, R,l,,uari - Juli 2004

Page 8: ISLAM DAN FILSAFAT ILMU DALAM PENGEMBANGAN PENDIDIKAN

Karenanya seorang yang berfilsafat diumpamakan sebagaiseorang yang kakinya berpijak di bumi dan sedang tengadah kebintang-bintang. Dia ingin mengetahui hakekat dirinya dalam ke-semestaan galaksi. Atau seorang yang berdiri di puncak tinggi meman-dang ke ngarai dan lembah di bawahnya. Dia ingin menyimak kehadiran-nya dengan kesemestaan yang ditatapnya. Karakteristik berfikiryangpertama adalah sifat menyeluruh seorang ilmuwan yang tidak puaslagi mengenal ilmu hanya dari segi pandang ilmu itu sendiri. Dia inginmelihat ilmu dari konstelasi pengetahunn yang lainnya, dia ingin tahukaitan ilmu dengan moral, kaitan ilmu dengan agama, dan dia inginyakin apakah ilmu itu membawa kebahagiaan kepada dlrinya, danseterusnya.'*

C. Agama (Islam) dan Filsafat Ilmu

Islam agama wahyu yang dibawa oleh Nabl besar MuhammadSAW, lahlr di tengah-tengah kebodohan bangsa Arab yang mengikutiberaneka ragam agama dan suku bangsa yang slfatnya khas, ataubarangkali lebih tepat untuk dikatakan sebagai "politheisme". Berabad-abad mereka berkelana dl padang gurun menyakslkan gejala-gejalakeajaiban yang kemudlan mereka jadikan obyek pemujaan. Dalamkondlsi semacam itulah Islam datang untuk menyelamatkan manusiadari bahaya kesesatan, la telah menyobek ketidaktahuan politheisme.Cahaya Tuhan merekah melalui wahyu-wahyu yang diterima olehMuhammad SAW dengan menerima perintahnya yang pertama sebagaiberikut: Bacalah dengan Nama Tuhanmu yang telah menjadikanmudari segumpal darah, Tuhanmu yang Maha Mulla, yang telah me-ngajarmu dengan kalam, menga]ar manus!a dari apa-apa yang belumdiketahuinya, Dalam semua agama terdapat perubahan dan merekah-nya cahaya Tuhan Yang MaHa Esa itulah berkat pewartaan paraNabi. Akan tetapi apa yang diperbuat oleh Nabi Muhammad bukanlahsekedar mengobarkan api wahyu Tuhan yang tertutup oleh agama-agama Arab pada masa ketidaktahuan, melainkan pula membulatkankarya para Nabi sebelumnya. Agama yang dibawanya mengajakmanusia kepada penyerahan dlri sepenuhnya kepada Allah Tuhan YangMaha Esa (Islam). Umat beriman dipanggil untuk melibatkan diri secaraaktif dalam mengentaskan manusia dari jurang kemiskinan dankebodohan. Aktifitas itu nampakdalam bantuan yang diberikan kepadamanusla ketlka Nabi pernan ditanya: Perbuatan mana yang pantasdisebut Islam yang paling baik, maka Nabi menjawab: "Bila kamumemberi makan kepada orang yang kelaparan dan menyebarkanperdamaian antara kenalan dan orang asing."

Ciri khas Islam adalah arahnya yang vertikal. Kemudian dantransendentasi Tuhan Yang Maha Esa merupakan pusatnya.

Yuyun, toc.c/t., h. 20

Page 9: ISLAM DAN FILSAFAT ILMU DALAM PENGEMBANGAN PENDIDIKAN

Vertikalisme ini mempunyai tiga aspek, pertama: Agama Islam berfungsisebagai penunjukjalan bagi semua agama, kedua: Bagi pemikiranIslam modern vertikalisme tadi menimbulkan pertanyaan-pertanyaan,bagaimana hal ini dapat diserasikan dengan masalah-masalanhorisontal di dalam masyarakat modern seperti misalnya organisasisosial, kedudukan wanita, pengakuan terhadap nilai-nilai modern danreterusnya. Ketiga: Kedua aspek tersebut di atas berjumpa dalamketegangan antara teologi dan filsafat sebagaimana kita saksikandalam dunia pemikiran Islam. Dalam filsafat Islam lebih dari kalangan-kalangan agama lainnya masalah hubungan antara agama dan filsafatdirasa cukup menonjol. Di lihat dari satu sisi hal ini justru akan meng-hambat perkembangan filsafat itu sendiri."

Sedangkan filsafat ilmu yang merupakan penyelidikan tentangpengetahuan ilmiah dan cara-cara untuk memperolehnya, adalahsemata-mata menggunakan akal sebagai modal dasarnya. Sehinggapenyelidikan mengenai cara-cara memperoleh pengetahuan ilmah tidakbersangkutan dengan proses-proses kejiwaan yang terdapat padapenyelenggara ilmu seorang demi seorang. Juga tidak bersangkutandengan syarat-syarat dan lingkungan yang ditentukan lebih lanjutoleh penyelenggara ilmu secara umum, melainkan bersangkutan dengansusunan logika setta metodologik."

Oleh karena itu menurut Rene Descartes yang dikutip dalambukunya "Sari Sejarah Filsafat Barat" oleh Harun Hadiwijono, dikatakanbahwa ilmu pengetahuan harus mengikutijejak ilmu pasti. Ilmu pastimenjadi satu contoh bagi cara mengenal atau mengetahui yang maju.'*

Logika sebagai sarana menangkap ilmu pengetahuan menurutHegel permulaannya ialah ada, itu amat umum, tetapi juga amat takberisi. Selama "ada" itu tak mempunyai barang sesuatu ketentuanmaka samalah ada itu dengan tak ada. Ada itu thesis dan muncullahtak ada sebagai antithesis, maka adalah antithesis yaitu menjadi.Demikianlah menjadi itu menurutnya paduan dari thesis dan antithesisantara ada dan tak ada.

Oleh karena pemikiran kefilsafatan demikian mengandalkan akalfikiran manusia sebagai modal dasarnya, sementara apa yangdisampaikan oleh agama tidak selamanya dapat diakalkan, maka seringterjadi ketegangan antara pemikiran filsafat dan dogma agama.Sebagaimana kita ketahui bahwa pada abadabad pertama sebelumhijrah timbul aliran Mu'tazilah yang ingin memerangi filsafat Yunanijustru dengan menggunakan metode filsafat, sehingga golongan inidisebut rasionalis. Beberapa dalil yang oleh kalangan Islam ortodok

C.A. Van Puersen, Orientasi di Alam Filsafat, diterjemahkan oleh DickHartoko, Jakarta: Gramedia, 1980, h. 129-131.Beerling, Kwee, Mooij, Van Peursen, Pengantar Filsafat Ilmu, Alih bahasa:Soejono Soemargono, Yogyakarta: Cet. Ketiga, 1990, h. 86.Harun Hadiwijono, Sari Sejarah Filsafat Barat, jilid II, Yogyakarta: Kanisius,1980, h. 19.

Kepen<UJiW I,lam, Vol. 2, No. 1, Pet,uari - Juli 200411

Page 10: ISLAM DAN FILSAFAT ILMU DALAM PENGEMBANGAN PENDIDIKAN

dianggap sebagai menyimpang dari ajaran mumi yang mereka ajarkanialah, pertama: Manusia berkemauan bebas, karena tanpa adanyakemauan bebas mustahil menyusun etika. Kedua: mereka berpendapatbahwaAlquran diciptakan didalam waktu, akhirnya bahwa sifat-sifatTuhan identik denganzat-Nya. Maksud meteka ialah membuka ]alanbagi suatu analisa rasional,dan pembahasantentangTuhan sertapatokan-patokantentang iman yang telah terikat waktu. Denganmengingkari keabadianAlquran mereka mungkin tidak bermaksud untukmenisbikan ajaranagama,melainkanjustru mengaktualkannya. Bahwakebenaran bersifatabadi mungkin harus ditafsirkan demikian, bahwapada jaman-]aman berlainan "kebenaran"itu harus ditafsirkan berlainanpula. Bagaimanapun ajaran Mu'tazilah telah mewariskan nilai-nilaipositif,karenamereka telah mewariskan kepada ahli-ahlipikir dikernudianhari masalah tentang otonomifilsafat,walaupun pada akhirabad kesembilan pengaruhMu'tazilah berakhirdanajaranmorekadi;(arang." ....,,'.. ' . . , , . ' . , , . . ; . ; / , - , . . , . ; , , . , , , , ' . , / < - <&

tt>nu Sina searang filosof terkenal telah membedakan antarazat Tuhan yang niscaya dengan duniaciptaan yang tidak niscaya. Iamembedakanantara esensi (zat,hakekatsesuatu) dan eksistensi(adanya sesuatu, wujudnya), segalaeksistensi bersumber padaTuhan.Dengan demikian Ibnu Sina membedakan antara zat dan wujud, namunmenurutnya sebagian dari keniscayaaneksistensi Tuhan itu terlimpahpada dunia ciptaan,sehingga dunia jni dapat dikenal secara rasional.Ia bahkan]uga menariksuatu kesimpulan bahwaduniabersifatawali,danabadi tanpa awal dan tanpaakhir. Menurutnya dunia tidak berawaldaiamwaktu. Menurutnya menerjmaawal itumenurutzatnya.i'.. Maka tidaktah heran bahwa ajaran-ajaran serupa itu akanmenimbulkan perlawanan dariahli-ahliteologi Islam seperti al-Ghazaliyang menyerang Ibna Slna dengantajamdalambukunya A|-Tatiafutal-Falsafah, Ghazalimembela patokan-patokan agama yang diwahyu-kan seperti kebebasan Tuhan dan terciptanya dunia dalam waktu.Tuduhannya terhadap Ibnu Sina bahwa dia menilai penalaran filsafatlebih tinggi daripada ajaran agama, menunjukkan bahwa keteganganyang antara filsafat dan religi belum dapat diselesaikan. Disamping didalam kalangan Islam sendiri muncul aliran mistik (sufi) di atas suatuteori mengenai kenyataan mereka menempatkan kontak langsungdengan keindahan yang tercapai lewat kemiskinan, kerendahan hatiserta kesepian, manusia, dapat manunggal dengan Tuhan. Pandanganmereka secara tidak langsung didukung oleh filsafat Ghazali denganserangannya terhadap kaum filosof. Demikian gambaran sekilas apayang terjadi dari keteganganketegangan yang terjadi antara kaumfilosof di satu pihak dan kaum teolog di pihak lain."

" C.A. Van Peursen, Ohentasi di Alam Filsafat. diterjemahkan oleh DickHartoko,.h. 133,< i; oi , ; > v . iuV - , - - --, - .>-n.,wo.-^i-uiBH

" lbid., h. 134-135. .vj . i l ..:-.tSi

Page 11: ISLAM DAN FILSAFAT ILMU DALAM PENGEMBANGAN PENDIDIKAN

D. Islam, Ilmu dan Pengembangan Pendidikan

1. Islam dan Ilmu PengetahuanIslam yang agama samawi itu diturunkan ke bumi diantara missi-

nya adalah untuk mengeluarkan manusia dari gelapnya kebodohankepada terangnya cahaya ilmu pengetahuan. Hal itu tertuang dalamfirmanAllah:

o i*' a. * * , . ' ^ i*f a' *- t t . ^Ji ua -*^ p*JJ ' 'i ' ' ' (_JUI OASC. ,Jt U >JJ*̂ r- ^ *<^ s^ s ^* * f " * ^S *^^ *

Meiaiui sejaran aapat Kita Kenan oanwa runtunnya KerajaanRomawi Barat pada abad kelima masehi mengakibatkan merosotnyakehidupan pada umumnya, yang tergambar, pada berkuasanya suku-suku Barbar di dalam emperium tersebut. Pada masa itu dan ber-kepanjangan sampai abad kesebelas Masehi, sejarah teah menyebut-nya negara Barat sebagai "Zaman Pertengahan yang gelap", dimanaEropa ditutupi oleh awan tebal dan kemunduran peradaban, yangtergambar pada tabirtebal antara akal manusia dan dunia sekeliling-nya, dan menganggap bahwa ilmu-ilmu keduniaan mengangkatderajatmanusia, bertentangan dengan keimanan mereka (Kristen).

Pada waktu negara Barat dalam kegelapan seperti itu justrunegara Timur dalam kondisi yang sebaliknya, yaitu semenjak kebang-kitan Islam pada abad keenam masehi, dengan Islam manusia mem-peroleh kembali kehormatannya dan terbebas dari kebiadaban jahiliah.Sehingga selama lima abad dari abad ketujuh sampai abad keduabelasIslam dapat menguasai dunia dalam segi kekuatan, sistem, kekuasaan,dan dengan meningkatnya tingkat hidup, kajian ilmiah, sastra, sains,kedokteran dan filsafat.

Dunia Barat waktu itu mulai berhubungan dengan dunia Islamyang sudah berperadaban tinggi mulai permulaan abad keduabelasmasehi melaluijembatan peradaban Islam ke dunia Baratyang terkenalseperti Andalusia dan Sisilia. Pendidikan Islam sangat menekankanilmu-ilmu agama tetapi melalui bentuk-bentuk pengetahuan lain, mulaidari keadilan Tuhan sampai ilmu farmasi. Islam memandang pengetahu-an sebagai sesuatu yang suci, sebab semua pengetahuan pada akhir-nya menyangkut semacam aspek dari manifestasi Tuhan kepadamanusia. Pandangan yang suci tentang pengetahuan inilah yang me-warnai keseluruhan sistem pendidikan Islam sampai hari ini." Dimanaorang-orang Islam melihat ada dua jalan yg terbuka bagi manusiauntuk memperoleh pengetahuan formal, yaitu yang pertama melaluikebenaran yang diwahyukan, yang sesudah diwahyukan dipindahkan

Hasan Langgulung, Asasasas Pendidikan Islam, Jakar-ta: Pustaka AI-Husna,cet. Kedua, 1992, h. 10310S.

KepenJiJiU> I>l.ni, Vol. 2, No. 1, Bj>ruari - JuIi 2004 13

Page 12: ISLAM DAN FILSAFAT ILMU DALAM PENGEMBANGAN PENDIDIKAN

dari generasi kegenerasi berikutnya, yang disebut ('Ulum al-Naqliah),dan yang kedua adalah pengetahuan ynng diperoleh melalui kecerdasanatau akal yang diberikan Tuhan kepada manusia pada tahap intelekdan rasio yang disebut ('Ulum al-'Aqliah). Kedua itmu tersebut disebutdengan ilmu perolehan yang harus ditambahkan dengan hikmah danperasaan yang disebutdengan ilmu alHuzuri."

Pada abad ke-19 ini. orang-orang Islam dihadapkan lagi kepadaserangan ilmu-ilmu Barat yang mengancam jenjang ilmu-ilmu dalamIslam dan keseimbangan dalam sistem pendidikannya, yang apabilaorang-orang Islam tidak waspada maka pada gilirannya akan membawakehancuran yang belum pernah terjadi dalam sejarah Islamsebelumnya.*>

Pada zaman modern yang diawali dengan renaisance, yaitu suatugerakan yang didorong oleh cita-cita akan lahirnya kembali manusiayang bebas tanpa mau diikat oleh dogma spiritual apapun, makafilsafat yang semula menyatu dengan agama menjadi memisahkandiri dari agama. Karena menurutnya bahwa filsafatadalah akal pikirdan pengalaman, sedangkan agama adalah keyakinan dan dogma.Yang berakibat selanjutnya bahwa kehidupan menuju kepadasekularisme dimana masalahmasalah keagamaan mutlak dipisahkandengan masalahmasalah keduniawian.*'

Ilmu-ilmu seperti fiqh, tasawuf dan ilmu kalam adalah jenis-jenis ilmu keagamaan, olah karena itu tidaklah aneh apabila ilmu-ilmutersebut berbenturan dengan filsafat dan berusaha menyingkirkanfilsafat dari kehidupan. Yang pada akhirnya agama berhasil mengalah-kan filsafat dan mengharamkan pemikiran filsafat, serta menuduhkaum filosof sebagai orangorang kafir dan atheis.

Akan tetapi sebagian peneliti sejarah filsafat lupa bahwa filsafatditegakkan atas dasar ilmu pengetahuan dan alam bukan atas dasaragama. Filsafat memang mencurahkan perhatiannya kepada semuaalam wujud, untuk memperoleh petunjuk meyakinkan tentangeksistensi zatyang menciptakannya, sehingga iadisebut"ilmu-ilmuIllahi", sebagaimana yang dikatakan oleh Aristoteles. Oleh karena itusetiap filosof pasia menguasai ilmu pengetahuan tentang alam danmetafisika, akan tetapi tdak semua yang mengetahui ilmu pengetahuantersebut pasti filosof, jika ia hanya berhenti pada ilmu pengetahuantertentu yang menjadi spesialisasinya."

Oleh karena itu para filosof Islam seperti; AI-Kindi, AI-Farabi,Ibnu Sina, Ibnu Rusyd, disamping sebagai filosofadalah mereka itumenguasai berbagai macam disiplin ilmu, seperti astronomi, kedokteran

lbid., h. 106.lbld., h. 107.Hasil Kuliah, tanggal 24 Februari 1995.Ahmad Fu'ad AI-Ahwani, Filsafat Islam, Jakarta: Pustaka Firdaus, cet. Kedua,1988, h. 23-24.

4 I>lam Jan Filsafat lLnu... 0iiwarijaK)

Page 13: ISLAM DAN FILSAFAT ILMU DALAM PENGEMBANGAN PENDIDIKAN

dan lain-lain. Namun setelah abad keenam Hijrah orang merasa telahcukup membahas masalah-masalah filosofis yang diwarisi dari parapendahulunya tanpa bertopang pada alas ilmu pengetahuan yangmelahirkan filosofis itu sendiri. Dengan demikian maka putuslahhubungan antara filsafat dengan bumi tempat berpijaknya semulayang telah memberi "umpan"dan mengalirkan "darah" ke dalam tubuh-nya. Akhirnya filsafat hanya menjadi kepala yang tanpa tubuh,kemudian mati dan baru bangkit kembali setelah bangsa Timur kembalibertekad untuk menguasai lagi ilmu pengetahuan. Akan tetapi kinipertarungannya bukan filsafatdengan agama, melainkan pergulatansengit antara ilmu pengetahuan melawan agama, yang bisa dibilangmasih berkobarhingga kini."

Agama, ilmu pengetahuan, seni dan sastra serta teknologi danekonomi merupakan halhal yang menjadi ciri peradaban bangsa-bangsadi dunia, yang satu sama lain saling mengisi dan mempengaruhi. Agama,filsafat dan ilmu dahulu pernah memainkan peranan penting dalampentas peradaban Islam. Ketika itu filsafat dalam pertarungannyamempergunakan senjata ilmu pengetahuan. Kemudian setelah tigaunsurtersebut menemukan persesuaian dan keserasian maka ber-kembanglah peradahan Islam. Negara-negara Islam bertambah kokohdan kuat sehingga wilayah kekuasaannya meluas dari India di Timursampai ke Andalusia di Barat. Namun kemudian setelah filsafat disingkirkan dari pembahasan dan penelitian sebagai jenis ilmu, dansetelah mereka yang hidup pada zaman berikutnya membatasi kegiatanhanya sampai pada penguraian buku-buku yang ditulis oleh parapendahulunya, filsafat Islam semakin melemah dan terpental keluargelanggang*"

2. Perkembangan Ilmu Menuntut Pengembangan PendidikanOrang sering menganggap bahwa ilmu itu sebagai suatu kesatuan

di luar dan di atar waktu yang terdiri atas himpunan-himpunanpetunjuk-petunjuk dan pernyataan-pernyataan. Ketika pandanganmengenai "filsafat abadi" disisihkan oleh pandekatan historis, makailmu mulai mengambil alih tempat kosong itu. Pandangan itu selahkarenajustru dari warsa terakhir ini makin menonjol kenyataan bahwailmu tidak ada di melainkan berubah. Pertama dalam arti yang lebihsederhana bahwa tidak ada ilmu yang selesai." Oleh karena ia sebagaiilmu apabila merupakan obyek yang selalu dipertanyakan dan akanselalu dipertanyakan tidak pernah mengenal titik henti, dan ia memilikialasan-alasan tertentu kenapa dipertanyakan.

Ahmad Fu'ad AI-Ahwani, Filsafat Islam, h. 25.Ibid., h. 25-26.C.A. Van Peursen, Susunan Ilmu Pengetahuan, Sebuah Pengantar FilsafatIlmu, diterjemahkan oleh J. Prost, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1993,(cet. 3), h. 7.

KependiJiku> Islam, Vol. 2, No. 1, IUtuari - Juli 2004 15

Page 14: ISLAM DAN FILSAFAT ILMU DALAM PENGEMBANGAN PENDIDIKAN

Para ilmuwan akan selalu dapat mengembangkan ilmunya lebihlanjut, karena ilmu bukan ibarat sebuah rumah dengan dasar abadiyang sepan]ang sejarah hanya dilengkapi dengan tingkattingkat baru.Struktur ilmu bahkan apa yang disebut pokok ilmu mengalamiperubahan, dimana pendapat ini berdasarkan dua segi peneropongandalam penyelidikan. Pertama: Sejarah mengenai. penyelidikan ilmu-ilmu membawa kita kepada pengertian bahwa bagi ilmu yang sama,arti istilah yang dipergunakan berbedabada pada waktu yang berlainan.Sebagai contoh arti lurus untuk geometri euklidis dan geometri ne-reuklidis, psikologi klasik behavioristis dan psikologi masa kini danseterusnya. Kedua, karena pengaruh antropologi budaya, sejarahkebudayaan dan sejarah ide-ide, maka timbul apa yang baru disebutsebagai ilmu baru yang disebut"Kulturologi".^

Secara radar kita mengakui bahwa bagaimanapunorang akanselalu memikirkan pendidikan anak-anak dan generasi mendatangmereka. Karena dorongan-dorongan keprihatinan itu maka secara tidakmendalam kadang-kadang sering tanpa desain generasi demi generasikita mengupayakan bagaimana mengupayakan tempat dalam masya-rakat untuk anak-anak dan generasi mendatang, kendatipun merekatidak selalu sadar apa yang harus mereka lakukan, mereka merencana-kan pendidikan dan dalam arti tertentu mengkontruksikan fllsafat untukitu. Dilihat dari segi ini maka filsafat pendidikan dapat dipandangsebagai suatu rencana atau gagasan untuk memungkinkan masing-masing generasi penerus memenuhi dirinya mengembang dan potensi-potensinya dan mengambil tempatnya dalann suatu masyarakatdandunia yang terus dan akan terus berubah dan yang semakin komplekserta membingungkan."

Oleh karena maksud-maksud pendidikan selalu berhubungandengan maksud-maksud dari kehidupan, maka maksud dari pendidikantidak dapat dimengerti secara terpisah dari kehidupan itu sendiri.Sehingga dapat diungkapkan bahwa filsafat hidup yang memadai adalahmerupakan prasyarat dari suatu filsafat pendidikan yang sehat. Karenasalah satu tugas penting filsafatsemenjakjaman Yunani sampai se-karang adalah merumuskan obyektif-obyektif dan isi dari suatu kehidup-an yang memuaskan. Sedangkan tugas pendidikan adalah menuntunpertumbuhan dan perkembangan diri anak didik agar mereka menjadiwarga negara yang kompeten dan berjiwa kemasyarakatan, sehinggamereka akan mampu berbuat untuk kepentingan umum, bukan hanyauntuk tujuan-tujuan sempit (dirinya sendiri).^

Langkah pertama yang harus diambil dalam memperbaiki prosespendidikan dalam sistem pendidikan yang dilaksanakan di negara-

Van Poursen, loc.cit., h. 7Sutan Zanti Arbi, Pengantar Kepada Filsafat Pendidikan, Depdikbud, Dir]enPendidikan Tinggi, Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan TenagaKependidikan, Jakarta: 1988, h. 4.Ibid., h. 4-5.

Page 15: ISLAM DAN FILSAFAT ILMU DALAM PENGEMBANGAN PENDIDIKAN

negara Islam adalah berusaha membina filsafat pendidikan yangmenyeluruh, realistik dan fleksibel yang mengambil landasan-landasandan prinsip-prinsipnya dari prinsip-prinsip dan ajaran Islam yang mulia.Akidahnya berkaitan dengan watak alam, manusia, masyarakat sertakehidupan, danjuga hubungan elemen-elemen ini satu sama lain disatusegi, dan hubungannya dengan penciptanya di segi yang lain,jugayang berhubungan dengan watak ilmu pengetahuan manusia, wataknilai-nilai moral dan watak proses pendidikan serta fungsinya dalamkehidupan.

Penentuan filsafat pendidikan terhadap sistem pendidikanmanapun, dimana pencipta-penciptanya menginginkan kemajuan danketeguhan bangunan setta asasnya dianggap sangat penting bagisistem itu dan merupakan langkah utama kearah perbaikan.*>

Agama Islam disamping sebagai agama akal yang sangat meng-hargai ilmu pengetahuan, maka sesuai dengan missinya, ia adalahpenyempurna akhlak manusia. Hal ini ditegaskan dengan sabda NabiSAW:

(<>SUJ .ljj) tpUVI fJS- ̂ V C&u Uil

Bahwa sesunggnnya aku diutus kedunia ini untuk menyempurna-kan ahlak manusia. (AI-Hadits) Bahwa Islam telah menetapkan akhlakmemiliki nilai penting dalam kehidupan ini, yang ketinggalan derajatnyaterletak dibawah dera]at iman yang memiliki rukunnya yang enam itu.Karena justru akhlak adalah merupakan salah satu buah iman danibadat. Dimana tidaklah sempurna iman dan ibadah seseorang apabiladari keduanya tidak melahirkan akhlak yang mulia. Begitu penting danluhurnya kedudukan akhlak ini sampai-sampai Allah telah memu]ikemuliaan akhlak utusannya dengan firmanNya dalam suratAI-Qalamayat 4:

(i :^Jffl) ^&. <jk J>J '>M

Sesungguhnya engkau Muhammad yang memiliki akhlak yangagung." Akhlak yang ditetapkan sebagai buahnya iman seseorangmemang layak untuk mendapatkan perhatian dalam proses pendidikan,terlebih menyongsong abad globalisasi dimana bangsa Indonesaidengan budayanya yang berbeda dari budaya Barat, dituntut untukmampu duduk sejajar dalam berbagai persoalan kehidupan. Sungguhmasa depan bangsa ini perlu diterawang dengan keprihatinan danupaya untuk senantiasa menyelipkan ajaran agama dalam setiap sisiproses pendidikan, karena pendidikan memandang manusia sebagaiobyek dan sekaligus subyek pendidikan. Sebagai obyek, karena ia

Hasan Langgulung, toc.dt., h. 37.Alquran al-Karim, surat 68, ayat 4.

i I,km, Vol. 2, No. 1, fttruari - Juli 2004 17

Page 16: ISLAM DAN FILSAFAT ILMU DALAM PENGEMBANGAN PENDIDIKAN

menjadi sasaran pendidikan terutama dalam kapasitasnya sebagaianak yang sedang tumbuh dan berkembang. Sedangkan ciri dariperkembangan dan pertumbuhan itu menjadi perhatian pendidikanuntuk dipengeruhi dan diarahkan.^'

3. Islamisasi PengetahuanTeknologi yang lahir sebagai anak kandung ilmu pengetahuan

telah menyeret manusia kepada berbagai macam perubahan dalamtata hidup dan kehidupan. Dalam masa transisi inilah ibarat seorangbocah yang sedang mengalami kegoncangan dalam berbagai sisikehidupan, ia harus senantiasa mendapatkan arahan-arahan untukmemperoleh kehidupan masa depannya yang stabil mantab dan penuhkedewasaan. Arahan-arahan itu tidakada lain kecuali agama (Islam)agama yang kebenarannya mendapat pengakuan Allah SWT.

Bangsa Indonesia yang mayoritas penduduknya beragama Islamini tentunya secara lambattapi pasti ingin mewarnai perkembanganilmu pengetahuan dengan warna Islam, atau dengan kata lain Islamisasipengetahuan.

Epistemologi Islam atau teori pengetahuan Islam merupakantitik sentral dari pandangan dunia Islam. Ia menjadi tolok ukur yangsangat menentukan hal-hal apa yang mungkin diketahui dan harusdiketahui, apa yang mungkin untukdiketahui akan tetapi lebih baikuntuk dihindari, serta apa yang sama sekali tidak mungkin untukdiketahui.

Konsep Islam tentang pengetahuan pada awalnya telah mem-bentuk cara-cara pemikiran yang khas Islam, serta telah melahirkanciri-ciri utama peradaban Islam. Pengetahuan Islamjuga telah me-nunjukkan jalan yang paling baik dalam memandang realitas sertamembentuk dan mengembangkan masyarakat Islam yang adil dantelah menjadi perekat yang menautkan masyarakat Islam denganlingkungannya, serta telah menjadikan Islam sebagai agama yanghidup dan dinamis. Semua itu karena pengetahuan Islam telah dijadikansebagai suatu konsep serta dasar bagi tegaknya peradaban Islam,dan lebih dari itu bahwa pengetahuan Islam telah dipandang sebagaisuatu nilai yang mencakup keseluruhan.

Namun apa yang dapat kita lihat sekarang bahwa cendekiawanmuslim masa kini cenderung mengabaikan peranan epistemologi Islamdalam mengembangkan masyarakatnya. Hal ini terjadi tidak lain karenaakibat penjajahan epistemologi Barat atas dunia Islam. Kita memangtidak bisa menutup mata bahwa Barattelah menghasilkan pengetahuanyang dapatdiuji dan mendatangkan keuntungan-keuntungan luarbiasabagi umat manusia, sebagaimana tampak pada nilai pragmatisnya.Namun disisi lain kita juga harus menyadari bahwa epistemologis Barat

Imam Barnadib, Kearah Perspektif Baru Pendidikan, FIP. IKIP Yogyakarta.1994, h. 17.

|Q

Page 17: ISLAM DAN FILSAFAT ILMU DALAM PENGEMBANGAN PENDIDIKAN

]uga telah menghasilkan buah yang sangat pahit. Mal ini dapat kitarasakan pada sifat dan sikap orang-orang Barat yang dalam prosespencarian pengetahuan sering kita lihat mengabaikan dan bahkanmenolak sistem pertimbangan nilai, yang hal ini akan mengakibatkanperlakuan yang sewenang-wenang terhadap obyek pencariannya,baikyang berupa manusia maupun yang diluarmanusia. Penekanannyayang menyeluruh terhadap penguasaan pengetahuan telah menyebab-kan timbulnya krisis ekologi yang pada gilirannya akan mengancamkehancuran dunia tempat berpijak manusia.

Bagi umat Islam kenyataan ini sudah seharusnya dianggapsebagai suatu tantangan yang di]adikan pembakar semangat untukmenemukan kembali epistemologi Islam yang hilang ditelan penjajahanepistemologi Barat yang dalam banyak hal tidak sesuai dan bahkanbertentangan dengan pandangan dan budaya Islam."

Satu-satunyajalan untuk menemukan kembali epistemologi Islamtersebut adalah dengan mangislamkan pengetahuan (Islamisasipengetahuan). Oleh karena pengetahuan dan teknologi Barat yangpada mulanya diimport dari Islam di Timur itu telah diwarnai dengansemangat rasional orang-orang Baratdan kemudian dicetak kembaliuntuk disesuaikan dengan wadah kebudayaan Barat yang dalambanyak segi bertentangan dengan nilai-nilai Islami. Muhammad NaquibAI-Atas salah seorang yang turut berjuang dalam usaha Islamisasipengetahuan mengatakan bahwa peleburan dan percampuran antarasemangat rasional Barat serta kebudayaan mereka dengan pengetahu-an Islam tersebut telah menghasilkan dualisme dalam pandangan duniatentang nilai-nilai sistem sistem pengetahuan Barat. Dalam manadualisme tersebut tidak dapat diubah menjadi kesatuan yang selaraskarena ia terbentuk dari gagasan, nilai, kepercayaan, fllsafat, dogma,doktrin serta teologi yang saling bertentangan, yang semuanya men-cerminkan suatu bayangan realitas dan kebenaran dualistik yangterperangkap dalam perjuangan yang sia-sia, yang menghasilkan suatuketegangan batin yang abadi dalam kebudayaan dan peradaban Barat.Pada gilirannya kenyataan itu akan melahirkan keinginan yang takhabis-habisnya untuk mencari dan memulai perjalanan penemuan yangabadi yang didasari keragu-raguan, sehingga apa yang dicari takpernah dapat memenuhi tujuan sejati, karena perubahan, per-kembangan dan kemajuan yang mereka peroleh hanyalah merupakanhasil dari pencarian dan perjalanan abadi yang didasari dan dipacuoleh keragu-raguan. (Syed MuhammadAI-Attas, 1981)."

Menangkap kenyataan yang sedang melanda umat Islam, yangdidalamnya termasuk mayoritas bangsa Indonesia, maka tidak adajalan lain yang harus ditempuh umat Islam kesediaan untuk bekerJakeras dalam menyuntikkan kembali epistemologi Islam. Untuk itu tugas

M Jurnal Filsafat, Fakultas Filsafat UGM, Edisi Agustus, 1992, h.28-29" Jurnal, lbid., , h. 29-30.

Kc-|,,,mUi.n Ulam, Vol. 2. No. 1, Fctn,ari - Juli 2004 19

Page 18: ISLAM DAN FILSAFAT ILMU DALAM PENGEMBANGAN PENDIDIKAN

yang dihadapkan kepada umat Islam terutama para cendekiawanmuslim adalah memperbaiki sistem pendidikan dan melunjskannya darikesalahan-kesalahan lama untuk mendapatkan bentuknya yang baruyakni satu kesatuan integral dari sistem pendidikan Islam yang adadan sistem sekuler, untuk kemudian diisi dengan semangat Islam dansecara fungsional merupakan bagian terpadu dari program ideologisnya.Tugas yang dipikulkan ke pundak umat Islam memang cukup berat,namun bagaimanapun itu merupakan tanggung jawab yang harusdiemban oleh semua kita umat Islam jika kita menginginkan warisanpengetahuan manusia tetap selamat berada dalam pangkuan Islam.*"

Hal itu sesuai dengan apa yang diungkap oleh Hasan Abd. AI-Alidalam bukunya AI-Tarbiyah al-Islamiah fial-Qarnial-Rabi'al-Hijriy,bahwa Islam mempunyai pandangan khusus terhadap manusia, danbahwa manusaia itu berbeda-beda sesuai dengan perbedaankefilsafatan, ideologi serta pengetahuan mereka. Sehingga Islammenganjurkan umatnya untuk mempelajari berbagai macam ilmupengetahuan yang bermanfaat di dalam mewujudkan cita-cita yangditetapkan Allah sebagai muslim yang taqwa. Karena ketaqwaan hanyadapat dicapai dengan ilmu pengetahuan, dimana hal ini sesuai denganfirman Allah yang artinya: Sesungguhnya hanyalah orang-orang yangberilmu yang memil!ki rasa takut kepada Allah.

Sementara itu pendidikan merupakan sarana pokok di dalammemperoleh pengetahuan, oleh sebab itu tujuan pertama dan utamayang diperjuangkan Islam adalah pendidikan.̂

Pendidikan dimaksud adalah pendidikan dalam artian yang luasdan umum, bukan hanya terbatas pada lingkup pendidikan formal,karena kondisi lingkungan dan pengaruh masyarakatturut mewaraaikeberhasilan atau ketidakberhasilan terselenggaranya pendidikanformal. Mal ini sebagaimana dikatakan Gerald L. Gutekdalam bukunyaPhilosopical and Ideological Perspectives on Education, bahwa:Education in a more formal and deliberate sense, takes place in theschool, a specialized social agency established to cultivate preferredskills, knowledge, and values in the learner. The school is staffed byteachers who are regarded to be experts in the learning processes.Informal, or millieu education, is related to schoolling, or formaleducation. If the school is to succed in its program of instruction,its curriculum and methods of instruction must be related to andveable in terms ofsociety.*

It>id., , h. 30-31.Hasan Abd. AI'AII, AlTarblyah alIslamiah fl al-Qarni alRabi'alHijriy, AIQahirah:Dar alFikri alArabi, 1978, h. 87Gerald L. Gutek, Philosophical and Ideological Perspective on Education,Loyola University of Chicago, ttp. h. 4

O Islam ila.i l-ilsa(.,t Ilmu... (|uwariyali)

Page 19: ISLAM DAN FILSAFAT ILMU DALAM PENGEMBANGAN PENDIDIKAN

E. Kesimpulan

Dari pembahasan tentang Agama (Islam) dan Filsafat Ilmu dalamPerspektifPengembangan Pendidikan dapatdiambil suatu kesimpulansementara bahwa Islam sebagai agama langit yang bersumber kepadawahyu Allah sudah sepantasnya bila ajarannya senantiasa dikaitkandengan segala macam bentuk usaha manusia di bidang pengembanganpendidikan sebagai salah satu sarana memperoleh ilmu pengetahuan.

Hal itu karena filsafat Islam yang merupakan penyelidikan tentangpengetahuan ilmiah dan cara-cara memperolehnya semata-mata hanyamenggunakan akal sebagai modal dasarnya.

Sementara itu menghadapi era globalisasi dimana arus ke-budayaan Barat melalui berbagai media dengan derasnya mengalir kebumi Indonesia yang sedang membangun bangsa ini, maka sudahbarang tentu dituntut kewaspadaan kita semua untuk mengantisipasimembanjirnya budaya Barattersebutyang terkadang bertentangandengan budaya bangsa dan terlebih norma agama kita, dengan me-nemukan kembali epistemologi Islam dan menerapkannya dalampengembangan masyarakat bangsa melalui jalur pendidikan, yaknidengan memberikan nafas Islam dalam seluruh aktivitas proses pen-didikan. Karena hanya dengan cara itulah bangsa ini akan dapatdiselamatkan. Wallahul muwaflk ila aqwamit tariq.

Ko,,enJiJJ,.n Islam, Vol. 2, No. 1, Blruari - JuIi 2004 21

Page 20: ISLAM DAN FILSAFAT ILMU DALAM PENGEMBANGAN PENDIDIKAN

DAFTAR KEPUSTAKAAN

Alquran AI-KarimAbd. AI-'Ali, Hasan, AI-Tarbiyah al-Islamiah fl al-Qarni al-Rabi'al-

HiJriy, AI-Qahirah: Daral-Fikri al-Arabi, 1978.AI-Ahwani, Ahmad Fu'ad, FilsafatIslam, Jakarta: Pustaka Firdaus,

cet. II, 1988.Barnadib, Imam, KeArah PerspektifPendidikan, Yogyakarta: FIP IKIP,

1994.Beerling, Kwee, Mooij Van Peursen, Pengantar Filsafat Ilmu, alih

bahasa; Soejono Soemargono, Yogyakarta: cet. III, 1990.Gazalba, Sidi, Sistematika Filsafat, Buku Kedua Pengantar Kepada

TeoriPengetahuan, Jakarta: Bulan Bintang, 1991.Gerald L. Gutek, Philosophical and Ideological Perspective on

Education, Loyola University of Chicago, ttp.Harun Nasution, FilsafatAgama, Jakarta: tp., 1975.Hadi Wi]ono, Harun, Sari Sejarah Filsafat Barat, Jilid 2, Yogyakarta:

Kanisius, 1980.Hoesin, OemarAmin, FilsafatIslam, Jakarta: Bulan Bintang, cet. I,

1961.Jurnal Filsafat, Fakultas Filsafat Universitas Gajah Mada, Edisi Agustus,

1992.Langgulung, Hasan, Asas-Asas Pendidikan Islam, Jakarta: Pustaka

AI-Husna, cet. II, 1992.Louis O. Kattsoff, Pengantar Filsafat, Alih bahasa, Soerjono

Soemargono, Yoryakarta: Tiara Wacana, 1986.Peursen, C.A. Van, Susunan llmu Pengetahuan, Sebuah Pengantar

FilsafatIslam, Alih bahasa; J. Drost, Jakarta: Gramedia PustakaUtama, cet. III, 1993.

Yuyun S. Suriasumantri, Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer,Jakarta: Uni Press, cet. I, 1984.

Zanti Arbi, Sutan, PengantarKepada FilsafatPendidikan, Depdikbud,Dir]en Pendidikan Tinggi Proyek Pengembangan LembagaPendidikanTenaga Kependidikan, Jakarta: 1988.

llmu... Quw.ri;ak)