integrasi metode usepa dan data ais untuk … · peningkatan polusi sangat mungkin terjadi didaerah...

6
INTEGRASI METODE USEPA DAN DATA AIS UNTUK ESTIMASI EMISI GAS BUANG KAPAL Ricky Randall Sembiring*, Trika Pitana**, AAB Dinariyana D.P.*** Department of Marine Engineering, Faculty of Marine Technology, Sepuluh Nopember Institute of Technology *email : [email protected] **email : [email protected] ***email : [email protected] ABSTRACT Agreement to reduce emissions emerged from the UN Framework Convention on Climate Change (UNFCCC) through the Kyoto Protocol signed by almost all nations in the world in 1997. The agreement is expected to reduce emissions to prevent global warming and climate change. Calculation will be done using USEPA method, comparison USEPA with Trozzi methods and check the results of calculation for inspection requirement according to MARPOL 73/78 Annex VI which is the result of IMO (International Maritime Organization) convention on May 19, 2005. The web interface helped displays vessel emissions through google map. Data calculation using static data was derived from database such as vessel size, engine power, fuel type, mileage, and dynamic data of the velocity and position of AIS. The calculation in the web using php script. Ship emissions displayed through the web, and the differences in the calculation of the USEPA and Trozzi: Darma Kencana 0,0000035:0.0000049, Mandiri Eight 0.0000034:0.0000043, Mahakam River 0,0000023:0,0000040 so percent of consumption USEPA and Trozzi method approximately 0.4 % 0.8%. Recommendations to the port state control can be given via the web interface which is the result of the ratio calculation USEPA and MARPOL Annex VI Regulation 13. KEY WORDS: Emission, USEPA, AIS, Shipping datbase 1. Pendahuluan Masalah pemanasan global dalam dekade ini menjadi sorotan khusus dunia, karena dianggap salah satu masalah kritis yang apabila bila tidak diberi perhatian khusus dapat mengancam kelangsungan hidup mahluk hidup di bumi, salah satu penyebabnya adalah polusi udara. Lebih dari 70% kapal berlayar disepanjang pantai yang mengeluarkan minyak, air balas, seawage kelaut, yang merusak lingkungan laut dan menggangu kesehatan manusia (U.S. National Oceanic and Atmospheric Administration) Polusi udara ditenggarai merupakan penyebab penipisan dan lubang di lapisan ozon atmosfer, sehingga radiasi matahari langsung meyentuh permukaan bumi dan menyebabkan masalah-masalah pelik seperti kanker kulit, kekeringan, banjir, perubahan cuaca yang tidak menentu, kematian bayi, dll. Pelayaran internasional juga dihubungkan dengan peningkatan kematian disepanjang garis pantai, dengan estimasi 60.000 kematian disebabkan oleh penyakit jantung dan kanker paru-paru pertahun yang disebabkan oleh gas buang kapal (Corbett et al., 2007; Lubick, 2007). Emisi dari particulate matter (PM) dituduh sebagai penyebabnya, diperkirakan kelahiran bayi prematur dan kematian bayi meningkat seiring dengan peningkatan PM. Jumlah PM dari kapal diperkirakan meningkat pada tahun 2012 sebesar 40% (Corbett et al., 2007). Hampir duapertiga dari luas permukaan bumi adalah air, kapal sebagai alat tranportasi utama di air hingga saat ini kebanyakan masih menggunakan mesin diesel sebagai alat penggerak utamanya. Diantara semua jenis kendaraan didunia, kapal adalah kendaraan dengan sumber polusi tertinggi berdasarkan kuantitas konsumsi bahan bakar (Corbett and Fischbeck, 1997). Kapal diperhitungkan menghasilkan lebih dari 14% emisi nitrogen dan lebih dari 4% emisi sulfur dari pembakaran bahan bakar fosil (Corbett et al., 1999). Sehingga bisa diperkirakan polusi yang dihasilkan kapal-kapal tersebut cukup membuat perubahan dan mempengaruhi kualitas udara di bumi. Hal mengenai polusi ini sebenarnya sudah diatur dalam MARPOL 73/78 Annex VI yang merupakan hasil konvensi IMO (International Maritime Organization) pada 19 Mei 2005, tetapi banyak negara yang belum meratifikasi atau menerapkan peraturan tersebut untuk membatasi peningkatan polusi udara. Di Indonesia sendiri peraturan mulai diberlakukan pada 1 januari 2013,walau sebenarnya sosialisasi sudah mulai dilakukan dari maret 2012, karena jika tidak memenuhi ketentuan annex VI maka kapal berbendera Indonesia tidak bisa ke luar negeri membawa cargo ekspor,bahkan bisa ditangkap oleh PSC (Port State Control) negara luar. Estimasi polusi yang dihasilkan oleh kapal sudah banyak dilakukan diberbagai belahan dunia, seperti emisi SOx kapal di Inggris dan Laut Utara dihitung oleh CONCAWE (1998), Onagawa (1995) mengestimasi bahwa SOx dan NOx emisi dari daerah teluk Tokyo adalah 14% of total emissions, lebih lanjut Carlton et al. (1995) menghitung emisi kapal di region atlantik. Streets et al. (1997) mengestimasi bahwa kapal di Asia tenggara menghasilkan 11.7% dari total Sox, Cooper et al. (1996) mengestimasi distribusi emisi hidrokarbon, PAH dan PCB dari kapal di Skagerak, Trozzi and Vaccaro (1999) melaporkan estimasi penyebaran emisi kapal tergantung dari mode operasi kapal di Tyrrhenian Sea. Informasi dari seluruh faktor emisi tersedia pada literatur berikut (Carlton et al., 1995; Nishida et al., 1995; Cooper et al., 1996; Olsson and Wetterguerd, 1998; Trozzi and Vaccaro, 1998, 1999; Cooper and Andreasson, 1999). Estimasi emisi telah banyak dilakukan, namun pendekatan selama ini dinilai kurang akurat karena hanya memperhitungkan estimasi dari database seperti: ukuran kapal, daya mesin, jenis bahan bakar, dan jarak tempuh, tidak menggambarkan aktivitas kapal dan lalu lintas diperairan tersebut. Oleh karena itu belakangan ini diusulkan penggunaan Automatic Identification System (AIS). Dengan menggunakan AIS dapat diperoleh MMSI (Maritime Mobile Service Identify), kecepatan, posisi, dan tipe kapal. Bila digabung dengan database maka dapat mengestimasi polusi yang dihasilkan kapal. Indonesia merupakan negara dengan luas perairan yang luas, dan memiliki lalu lintas kapal yang cukup padat seperti pada selat malaka, selat singapura, selat sunda, dan selat madura. Selat-selat tersebut tidak hanya dipadati oleh kapal-kapal domestik, melainkan juga kapal-kapal yang berasal dari luar negeri, sehingga peningkatan polusi sangat mungkin terjadi didaerah selat ini. Oleh karena itu penulis akan mengambil salah satu sampel tempat untuk melakukan penelitian ini, dalam hal ini penulis memilih selat madura dengan alasan lokasi yang berdekatan dengan kampus ITS Sukolilo dan alat AIS yang berada dilaboratorium RAMS Jurusan Teknik Sistem Perkapalan.

Upload: vantruc

Post on 27-Mar-2019

218 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

INTEGRASI METODE USEPA DAN DATA AIS UNTUK ESTIMASI EMISI GAS

BUANG KAPAL

Ricky Randall Sembiring*, Trika Pitana**, AAB Dinariyana D.P.*** Department of Marine Engineering, Faculty of Marine Technology, Sepuluh Nopember Institute of Technology

*email : [email protected]

**email : [email protected]

***email : [email protected]

ABSTRACT

Agreement to reduce emissions emerged from the UN

Framework Convention on Climate Change (UNFCCC) through the

Kyoto Protocol signed by almost all nations in the world in 1997.

The agreement is expected to reduce emissions to prevent global

warming and climate change. Calculation will be done using USEPA

method, comparison USEPA with Trozzi methods and check the

results of calculation for inspection requirement according to

MARPOL 73/78 Annex VI which is the result of IMO (International

Maritime Organization) convention on May 19, 2005. The web

interface helped displays vessel emissions through google map. Data

calculation using static data was derived from database such as

vessel size, engine power, fuel type, mileage, and dynamic data of the

velocity and position of AIS. The calculation in the web using php

script. Ship emissions displayed through the web, and the differences

in the calculation of the USEPA and Trozzi: Darma Kencana

0,0000035:0.0000049, Mandiri Eight 0.0000034:0.0000043,

Mahakam River 0,0000023:0,0000040 so percent of consumption

USEPA and Trozzi method approximately 0.4 % 0.8%.

Recommendations to the port state control can be given via the web

interface which is the result of the ratio calculation USEPA and

MARPOL Annex VI Regulation 13.

KEY WORDS: Emission, USEPA, AIS, Shipping datbase

1. Pendahuluan

Masalah pemanasan global dalam dekade ini menjadi sorotan

khusus dunia, karena dianggap salah satu masalah kritis yang apabila

bila tidak diberi perhatian khusus dapat mengancam kelangsungan

hidup mahluk hidup di bumi, salah satu penyebabnya adalah polusi

udara. Lebih dari 70% kapal berlayar disepanjang pantai yang

mengeluarkan minyak, air balas, seawage kelaut, yang merusak

lingkungan laut dan menggangu kesehatan manusia (U.S. National

Oceanic and Atmospheric Administration)

Polusi udara ditenggarai merupakan penyebab penipisan dan

lubang di lapisan ozon atmosfer, sehingga radiasi matahari langsung

meyentuh permukaan bumi dan menyebabkan masalah-masalah pelik

seperti kanker kulit, kekeringan, banjir, perubahan cuaca yang tidak

menentu, kematian bayi, dll. Pelayaran internasional juga

dihubungkan dengan peningkatan kematian disepanjang garis pantai,

dengan estimasi 60.000 kematian disebabkan oleh penyakit jantung

dan kanker paru-paru pertahun yang disebabkan oleh gas buang

kapal (Corbett et al., 2007; Lubick, 2007). Emisi dari particulate

matter (PM) dituduh sebagai penyebabnya, diperkirakan kelahiran

bayi prematur dan kematian bayi meningkat seiring dengan

peningkatan PM. Jumlah PM dari kapal diperkirakan meningkat pada

tahun 2012 sebesar 40% (Corbett et al., 2007).

Hampir duapertiga dari luas permukaan bumi adalah air, kapal

sebagai alat tranportasi utama di air hingga saat ini kebanyakan

masih menggunakan mesin diesel sebagai alat penggerak utamanya.

Diantara semua jenis kendaraan didunia, kapal adalah kendaraan

dengan sumber polusi tertinggi berdasarkan kuantitas konsumsi

bahan bakar (Corbett and Fischbeck, 1997). Kapal diperhitungkan

menghasilkan lebih dari 14% emisi nitrogen dan lebih dari 4% emisi

sulfur dari pembakaran bahan bakar fosil (Corbett et al., 1999).

Sehingga bisa diperkirakan polusi yang dihasilkan kapal-kapal

tersebut cukup membuat perubahan dan mempengaruhi kualitas

udara di bumi.

Hal mengenai polusi ini sebenarnya sudah diatur dalam

MARPOL 73/78 Annex VI yang merupakan hasil konvensi IMO

(International Maritime Organization) pada 19 Mei 2005, tetapi

banyak negara yang belum meratifikasi atau menerapkan peraturan

tersebut untuk membatasi peningkatan polusi udara. Di Indonesia

sendiri peraturan mulai diberlakukan pada 1 januari 2013,walau

sebenarnya sosialisasi sudah mulai dilakukan dari maret 2012, karena

jika tidak memenuhi ketentuan annex VI maka kapal berbendera

Indonesia tidak bisa ke luar negeri membawa cargo ekspor,bahkan

bisa ditangkap oleh PSC (Port State Control) negara luar.

Estimasi polusi yang dihasilkan oleh kapal sudah banyak

dilakukan diberbagai belahan dunia, seperti emisi SOx kapal di

Inggris dan Laut Utara dihitung oleh CONCAWE (1998), Onagawa

(1995) mengestimasi bahwa SOx dan NOx emisi dari daerah teluk

Tokyo adalah 14% of total emissions, lebih lanjut Carlton et al.

(1995) menghitung emisi kapal di region atlantik. Streets et al.

(1997) mengestimasi bahwa kapal di Asia tenggara menghasilkan

11.7% dari total Sox, Cooper et al. (1996) mengestimasi distribusi

emisi hidrokarbon, PAH dan PCB dari kapal di Skagerak, Trozzi and

Vaccaro (1999) melaporkan estimasi penyebaran emisi kapal

tergantung dari mode operasi kapal di Tyrrhenian Sea.

Informasi dari seluruh faktor emisi tersedia pada literatur

berikut (Carlton et al., 1995; Nishida et al., 1995; Cooper et al.,

1996; Olsson and Wetterguerd, 1998; Trozzi and Vaccaro, 1998,

1999; Cooper and Andreasson, 1999).

Estimasi emisi telah banyak dilakukan, namun pendekatan

selama ini dinilai kurang akurat karena hanya memperhitungkan

estimasi dari database seperti: ukuran kapal, daya mesin, jenis bahan

bakar, dan jarak tempuh, tidak menggambarkan aktivitas kapal dan

lalu lintas diperairan tersebut. Oleh karena itu belakangan ini

diusulkan penggunaan Automatic Identification System (AIS).

Dengan menggunakan AIS dapat diperoleh MMSI (Maritime

Mobile Service Identify), kecepatan, posisi, dan tipe kapal. Bila

digabung dengan database maka dapat mengestimasi polusi yang

dihasilkan kapal. Indonesia merupakan negara dengan luas perairan

yang luas, dan memiliki lalu lintas kapal yang cukup padat seperti

pada selat malaka, selat singapura, selat sunda, dan selat madura.

Selat-selat tersebut tidak hanya dipadati oleh kapal-kapal domestik,

melainkan juga kapal-kapal yang berasal dari luar negeri, sehingga

peningkatan polusi sangat mungkin terjadi didaerah selat ini. Oleh

karena itu penulis akan mengambil salah satu sampel tempat untuk

melakukan penelitian ini, dalam hal ini penulis memilih selat madura

dengan alasan lokasi yang berdekatan dengan kampus ITS Sukolilo

dan alat AIS yang berada dilaboratorium RAMS Jurusan Teknik

Sistem Perkapalan.

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. US Enviroment Protection Agency

USEPA adalah badan pemerintah federal Amerika Serikat yang

bertugas melindungi kesehatan manusia dan lingkungan dengan

menulis dan melegalkan undang-undang/regulasi berdasarkan hukum

dan disetujui oleh kongres.

Tabel 1. Sumber data perhitungan

Emisi laut terutama berasal dari mesin diesel yang beroperasi pada

kapal oceangoing (OGVs), kapal tunda, kapal keruk, dan kapal-kapal

lain yang beroperasi dalam wilayah pelabuhan.

Didarat termasuk peralatan penanganan kargo (CHE) seperti

traktor terminal, crane, penangan kontainer, dan forklift, serta tugas

berat truk dan KA dalam area pelabuhan.

Perhitugan emisi pada USEPA:

E=PxLFxAxEF

Dimana: E : Emissions (gram)

P : MCR Power (kilowatt)

LF :Load Factor (Percent of Vessel Total Power)

A : Activity (Hours)

EF:Emission Factor (Gram per kWh)

2.2. Trozzi

Carlo trozzi adalah peneliti senior bidang bidang polusi dan

aplikasinya yang berkebangsaan italia. Beliau menciptakan metode

perhitungan untuk mengestimasi jumlah emisi yang diakibatkan oleh

kapal sebagai berikut:

𝐸𝑖 =∈𝑗𝑘𝑙𝑚 𝐸𝑖𝑗𝑘𝑙𝑚

𝐸𝑖𝑗𝑘𝑙𝑚 = 𝑆𝑗𝑘𝑚 𝐺𝑇 𝑡𝑗𝑘𝑙𝑚 𝐹𝑖𝑗𝑘𝑙𝑚 Dalam metode trozzi terdapat faktor yang dapat digunakan untuk

menghitung emisi yaitu sebagai berikut:

I : Polutan

J : Jenis bahan bakar

K : Pengelompokan kapal

L : Tipe mesin

M: Mode operasi kapal

Ei : Total emisi polutan i

Eijklm : Total emisi polutan I saat menggunakan bahan bakar j

dengan tipe kapal k dan jenis mesin l

Fijklm : Rata-rata emisi faktor polutan I dari bahan bakar j

dengan tipe mesin I dalam mode m

2.3. Marpol Annex VI

Sampai saat ini jumlah negara yang telah meratifikasi Annex VI

adalah 72 negara (Dr.Edmund hughes) seperti negara US, Denmark,

Estonia, Finland, Germany, Latvia, Lithuania, Poland, Norway,

Russia Federation, Sweden, dll.

Organisasi Maritim Internasional (IMO) mengadopsi batas Nox pada

Annex VI pada Konferensi Internasional untuk Pencegahan Polusi

pada kapal. Annex VI memiliki persyaratan untuk isu-isu utama

berikut, yang akan disorot lebih detail dalam makalah ini.

Regulasi 12 - Emisi dari zat dari pendingin pabrik dan

peralatan pemadam kebakaran penyebab penipisan Ozon

Regulasi 13 - Nitrogen Oksida (NOx) emisi dari mesin diesel

Regulasi 14 - Sulphur Oksida (SOx) emisi dari kapal

Regulasi 15 - Volatile emisi senyawa organik dari tangki

minyak kargo tanker minyak

Peraturan 16 - Emisi dari insinerator kapal

Peraturan 18 – Kualitas Minyak Bahan Bakar.

Pada regulasi 13 Annex VI ini telah persiapkan deratan tingkat (tier)

untuk standart emisi dimasa yang akan datang. Adapun tier ini dibagi

menjadi 3 tier berdasarkan tahun diberlakukannya nilai standart

emisi itu nantinya:

Tier – Kapal yang dibangun pada 1 januari 2000 – 31 Desember

2010

Tier II – Kapal yang dibangun pada 1 januari 2011 dan setelahnya

Tier III – Kapal yang dibangun pada 1 januari 2016 dan setelahnya

Tabel 2. Batasan emisi NOx

Tier n<130 rpm 130 ≤ n > 2000 rpm ≥2000 rpm

I 17.0 g/kWh 45.0*n(-0.2) g/kWh 9.8 g/kWh

II 14.4 g/kWh 44.0*n(-0.2) g/kWh 7.7 g/kWh

III 3.4 g/kWh 9.0*n(-0.2) g/kWh 2.0 g/kWh

n=rated engine speed – cranshaft rpm

MARPOL Lampiran VI berlaku untuk semua kapal, rig pengeboran

dan kendaraan air lainnya, tetapi persyaratan sertifikasi tergantung

pada ukuran dan kapan dibangun. Kapal 400 Gross ton dan lebih dari

itu yang terlibat dalam pelayaran internasional kedaerah negara-

negara yang telah meratifikasi konvensi, atau kapal yang

mengibarkan bendera dari negara-negara tersebut, wajib untuk

memiliki sertifikat internasional pencegahan polusi udara

(International Air Pollution Prevention Certificate).

Dan bila dilihat dalam bentuk grafik maka akan didapatkan bentuk

seperti berikut:

Rumus Keterangan Satuan Sumber

E Emisi Gram Perhitungan Total

P MCR Power Kilowatt Shipdatabase

LF Load Factor % power Shipdatabase & AIS

A Activity Hours Shipdatabase & AIS

EF Emission Factor Gram USEPA

Gambar 1. Grafik batas emisi NOx

Source: MARPOL

3. Lokasi Penelitian

Selat Madura merupakan salah satu selat yang berada di Indonesia

tepatnya di Jawa Timur, yang memisahkan pulau Jawa dan Madura.

Lokasinya terletak pada koordinat 70 5’ 83.333” garis lintang selatan,

1130 41’ 66.667” bujur timur. Selat Madura merupakan salah satu

selat yang memiliki tingkat kepadatan kapal yang cukup tinggi di

Indonesia, yang digunakan kapal untuk berlayar, bersandar, dan juga

bongkar muat. Gambar pemetaan Selat Madura disajikan pada

Gambar 3.

4. Metodologi

Seperti yang ditunjukkan gambar 4, penelitian ini dimulai dari

identifikasi perumusan masalah, khususnya berkaitan dengan bahaya

yang mungkin terjadi akibat emisi kapal pada jalur pelayaran di Selat

Madura. Tahap selanjutnya, dilakukan studi literatur dari jurnal, buku

dan internet, untuk mempelajari hal-hal yang berkaitan dengan

penyelesaian penelitian ini dan sebagai masukan tentang kriteria-

kriteria yang berpengaruh dalam perhitungan emisi kapal. Jika telah

didapatkan, maka langkah selanjutnya yaitu pengumpulan data statis

dari shipping database dan data dimamis dari AIS, yang diperoleh

dari AIS receiver yang ada di Marine Reliability and Safety

Laboratory Teknik Sistem Perkapalan ITS. Saat ini, AIS bisa

mengenali kapal lebih dari 300 GT pada perjalanan internasional dan

kapal lebih dari 500 GT pada rute domestik. Dari kedua jenis kapal

tersebut data statis dan dinamis dapat diperoleh. Informasi dinamis

diperbarui setiap 2 sampai 10 detik tergantung pada kecepatan kapal.

Informasi statis terdiri dari MMSI (Maritime Mobile Service

Identify), IMO number, ships name, call sign, length and beam, type

of ship, location of position-fixing antenna on the ship. Informasi

yang dinamis terdiri dari coordinated universal time (UTC), Course

Over Ground (COG), Speed Over Ground (SOG), Heading,

Navigation status. AIS data digunakan dalam skripsi ini adalah

MMSI number, latitude and longitude atau posisi kapal-kapal yang

ada di jalur pelayaran, kecepatan kapal, dan waktu pelayaran dari

kapal-kapal tersebut.Setelah dilakukan pengumpulan data dari AIS

maka akan dilakukan penyimpanan data didatabase MySql yang

didalamnya terdapat perhitungan untuk menentukan emisi dan

rekomendasi dari syahbandar. Dari database tersebut akan

ditampilkan dalam google map dan melalui display akan muncul

emisi dari hasil perhitungan dan rekomendasi dari syahbandar

5. Analisis AIS Data 5.1. Perbandingan Perhitugan USEPA dan Trozzi

Dari beberapa contoh yang diambil didapat perbedaan beberapa

persen dari konsumsi menggunakan metode Trozzi dan USEPA,

dimana rata-rata perbedaan hasil perhitungannya 0,4%-0,8%. Pada

Tabel 4 diperlihatkan perbedaan hasil dari Perhitugan emisi dengan

metode Trozzi dan metode USEPA.

Gambar 4. Perbandingan metode USEPA dan Trozzi

Adanya perbedaan antara hasil perhitugan tersebut kemungkinan

terjadi karena pada USEPA tidak menggunakan faktor GT tetapi

daya mesin utama kapal dan perbedaan faktor emisi NOx, PM10,

SOx, CO,dan CO2 pada USEPA dan Trozzi.

5.2. Perbandingan emisi dengan jenis kapal

Untuk membandingkan emisi dengan jumlah kapal maka dilakukan

pengambilan sampel 1 hari pada csv, dipilih tanggal 3 april 2013,

pada hari itu terdeteksi 66 kapal yang menggunakan AIS terekam

dalam csv. Pada perbandingan ini jenis kapal yang masuk keselat

madura dibagi menjadi 6 jenis yaitu: Tanker, Feri/Ro-ro, Container,

0.00E+001.00E-062.00E-063.00E-064.00E-065.00E-066.00E-067.00E-06

NO

x(To

n)

USEPA

Trozzi

Gambar 2. Lokasi Penelitian

Sumber (Google Map, 2013)

Gambar 3. Flow Chart Penelitian

Bulk carrier, General Cargo, dan Other. Pada tiap jenis kapal ini

dibandingkan apakah kapal tersebut menggunakan bahan bakar

Heavy Fuel Oil (HFO) atau Marine Diesel Oil (MDO). Sesuai

dengan grafik maka didapatkan hasil sebagai berikut:

Pada grafik diatas terlihat pada kapal tanker, kontainer, bulk carrier,

general cargo masih lebih besar persentase penggunaan bahan bakar

HFO, hal ini mungkin karena pada jenis kapal tersebut mayoritas

masih menggunakan mesin dengan putaran lambat dan kompressi

besar atau SSD (Slow Speed Diesel)

Sedangkan emisi kapal setelah diakumulasi berdasarkan jenisnya

tampak pada gambar dibawah, emisi NOx mendominasi emisi pada

selat madura dibandingkan nilai PM10, CO, SOx, NOx.

Emisi tertinggi pada kapal jenis kontainer dikarena GT dan daya

mesin yang besar meskipun secara kuantitas jumlah kapal kontainer

masih dibawah jumlah total kapal general cargo yang mencapai 30

kapal, sedangkan kapal kontainer hanya 16 kapal.

Jenis kapal lainnya menghasilkan emisi lebih besar dari kapal feri

dan ro-ro karena nilai GT dan ukuran mesin utama yang kapal feri

dan ro-ro yang kecil.

Perbedaan infrastruktur pelabuhan yang tersedia dan bentuk

pelabuhan dapat mempengaruhi emisi yang dihasilkan ketika

didermaga. Pengaruh pelabuhan terlihat dalam durasi rata-rata waktu

di dermaga untuk berbagai jenis kapal (Pallsson dan Bengtsson,

2008), bahkan pelabuhan Eropa misalnya, durasi rata-rata

diberlabuh untuk kelas terbesar dari kapal kontainer (8000+ TEU)

bervariasi antara 19,5 jam dalam Zeebrugge (Belgia) sampai dengan

42,1 jam pada Felixstowe (UK), dengan Rotterdam berada di tengah-

tengah rentang dengan 30,3 jam (Pallsson dan Bengtsson, 2008).

Oleh karena itu, waktu dermaga adalah variabel penting dalam

metodologi estimasi. Namun dalam realita, waktu di dermaga tidak

selalu berbanding lurus dengan emisi yang dihasilkan di dermaga.

Untuk beberapa jenis kapal penggunaan bahan bakar di dermaga

akan menjadi fungsi kontinu (misalnya kapal pendingin) sedangkan

kapal yang lain (misalnya kapal tanker) penggunaan bahan bakar di

dermaga akan mencapai puncaknya selama bongkar dan jauh lebih

rendah setelah bongkar muat. Perbedaan iklim juga mungkin

memainkan peran. Kargo pendingin di Piraeus (Yunani) mungkin

membutuhkan lebih banyak energi daripada Gothenburg (Swedia)

karena perbedaan iklim.

Pada kasus selat madura tingkat emisi dipengaruhi oleh faktor

dermaga, karena dari draft pelabuhan selat madura mendukung

30.000 kapal pertahun (KOMPAS, 2011) untuk kapal rata-rata

ukuran 130 meter, jadi emisi bukan karena besarnya ukuran kapal

melainkan antrian kapal.

6. Tampilan pada web browser

Pada tampilan browser bisa terlihat tampilan seluruh kapal yang

menggunakan AIS dipelabuhan tanjung perak dan hasil perhitungan

dari 5 jenis emisi yaitu NOx,CO,CO2,PM,SOx. Jika diklik masing-

masing kapal terlihat jumlah emisi perkapal sesuai pertambahan

waktu dan perubahan posisi, dan juga jumlah emisi dari seluruh

kapal yang ada didaerah pelabuhan tanjung perak yang memiliki AIS

Pada tampilan terlihat berbagai jenis kapal yang bisa terlihat dari

warnanya, jika klik kesetiap kapal maka bisa dilihat perubahan dan

pertambahan nilai masing-masing jenis emisi.

Gambar 5. Tampilan emisi perkapal

Pada tampilan web browser juga bisa terlihat seluruh kapal yang

berkunjung kepelabuhan tanjung perak tanpa harus mengklik satu

persatu kapal yang ada di tampilan web, seluruh kapal tersebut

terangkum dalam 1 tabel yang menjelaskan data-data kapal seperti

Nama kapal, MMSI, Tipe kapal, Daya mesin, dan Kecepatan.

Ditunjukkan oleh gambar berikut:

7. Rekomendasi Emisi

Karena tujuan penelitian ini untuk meneliti emisi maka pada

penelitian ini juga ditambahkan rekomendasi terhadap emisi yang

0%10%20%30%40%50%60%70%80%90%100%

HFO

0

500

1000

1500

2000

2500

3000

Emis

i (gr

)

PM10

CO

SOx

NOx

Gambar 6. Rangkuman data seluruh kapal

ditampilkan, dalam hal ini rekomendasi inspeksi akan diberikan oleh

syahbandar/statutory.

Dengan melihat tampilan web, dapat dilihat data keterangan

emisi yang dihasilkan kapal dan keterangan inspeksi atau tidak. Jadi

dengan tampilan ini syahbandar dapat lebih mudah memantau emisi

diselat Madura.

Untuk persyaratan inspeksi sudah disediakan ANNEX VI dari

MARPOL 73/78 " Regulation for the Prevention for Air Pollution

from Ships " yang sudah diberlakukan pada tanggal 19 Mei 2005.

Survey dan Sertifikasi dilaksanakan untuk kapal dengan GT 400

keatas (termasuk anjungan lepas pantai yang terpasang tetap dan

terapung), sedangkan untuk kapal dengan GT kurang dari 400

disurvey oleh lembaga pemerintah yaitu Dit.Jen.Perhubungan Laut.

Survey terhadap persyaratan Regulasi 13 Mesin diesel dan

perlengkapannya dalam rangka persyaratan terhadap Regulasi 13 dari

ANNEX VI harus dilaksanakan sesuai NOx Technical Code.

Jenis Survey sesuai ANNEX VI adalah

Survey awal (initial survey) dilaksanakan sebelum kapal

dioperasikan atau sebelum sertifikat yang disyaratkan

sesuai Regulasi 6 dari ANNEX diterbitkan untuk pertama

kalinya.

Survey berkala/tahunan (periodical/annual survey) pada

kurun/interval waktu yang ditetapkan oleh Pemerintah cq

Dit.Jen Perhubungan Laut.

Sebuah survey antara selama masa berlaku sertifikat

(sesuai Regulasi 9 masa berlaku sertifikat adalah 5 tahun).

Survey tahunan dan survey antara harus dilakukan pada

sertifikat yang diterbitkan sesuai Regulasi 6.

Semua jenis survey diatas dilaksanakan untuk memastikan

bahwa perlengkapan, sistem, fitting, susunan dan material

memenuhi persyaratan dari ANNEX VI.

Rincian survey lainnya sesuai Regulasi 5.

Sertifikasi/penerbitan sertifikat. " International Air Pollution

Prevention (IAPP) Certificate " diterbitkan setelah survey

dilaksanakan sesuai persyaratan ANNEX VI.

Masa berlaku IAPP Certificate adalah 5 tahun terhitung

mulai tanggal diterbitkan dan tidak dapat diperpanjang.

Bentuk/Format IAPP Certificate adalah sebagaimana

tercantum dalam APPENDIX I (Regulasi 8) dari ANNEX

VI dan dilengkapi halaman untuk pengukuhan/

endorsement untuk survey tahunan dan survey antara.

IAPP Certificate menjadi tidak berlaku dalam hal-hal

sebagai berikut :

Jika pemeriksaan dan survey tidak dilaksanakan

dalam jangka waktu sebagaimana tercantum dalam

Regulasi 5.

Jika perubahan yang signifikan telah dilaksanakan

terhadap perlengkapan, sistim, fitting, susunan dan

material tanpa persetujuan dari Pemerintah cq

Dit.Jen.Perhubungan Laut, kecuali jika penggantian

perlengkapan atau fitting telah memenuhi

persyaratan ANNEX VI.

Pemeriksaan dan persetujuan gambar rancangan dari

perlengkapan, sistim, fitting, susunan dan material dari mesin

diesel kapal sesuai Regulasi 13 dari ANNEX VI - NOx Code.

Pemeriksaan persetujuan dan penerbitan "IMO Type Approval

Certificate for Incinerators" dilaksanakan mengacu kepada :

Appendix IV dan Regulasi 16 dari ANNEX VI.

Resolusi MEPC 76 (40) "Standard Specification for

Shipboard Incinerators"

Resolusi MEPC 93 (45) "Ammendments to the Standard

Specification for Shipboard Incinerators"

KESIMPULAN Setelah melaksanakan seluruh proses penelitian ini, dan dari hasil

pengolahan data yang diperoleh, maka dapat ditarik beberapa

kesimpulan sebagai berikut :

1 Perbedaan perhitugan emisi NOx dari perhitungan USEPA

dan Trozzi adalah sekitar 0,4%-0,8%

2 Rekomendasi terhadap syahbandar dapat diberikan lewat

tampilan web yang merupakan hasil perbandingan

perhitungan USEPA dan perhitungan MARPOL Annex VI

Regulasi 13

3 Pertambahan emisi dipelabuhan tanjung perak disebabkan

antrian pelayananan karena kurangnya fasilitas dermaga.

DAFTAR PUSTAKA

Agency, United States Environmental Protection. Regulatory

Impact Analysis:Control of Emission of Air Pollution from

Category 3 Marine Diesel Engine . 2009.

Carlton, J.S., Reynolds, G.L., Wright, A.A., Danton, S.D.,

Webster,A.D., 1995. Marine exhaust emissions: results from

shipboard measurements and regional surveys. Proceedings of

ISME Yokohama '95, Vol. 1, Japan, pp. 57}67.

CONCAWE, 1998. Cost-E!ectiveness of Controls on Sulphur

Emissions from Ships, Vol. 7, No. 1.

Corbett JJ, Fischbeck P. Emissions from ships. Science

1997;278(5339):823–4.

Corbett JJ, Koehler HW. Updated emissions from ocean shipping. J

Geophys Res 2003;108 (D20):4650.

Cooper, D.A., Peterson, K., Simpson, D., 1996. Hydrocarbon,

PAH and PCB emissions from ferries: a case study in the

Skagerak}Kattegatt}Oresund region. Atmospheric

Environment 30 (14), 2463}2473.

Cooper, D.A., Andreasson, K., 1999. Predictive NOx emission

monitoring on board a passenger ferry. Atmospheric

Environment 33, 4637}4650.

Corbett, J.J., Fischbeck, P.S., 1997. Emissions from ships.

Science 278, 823}824.

Corbett, J.J., Fischbeck, P.S., Pandis, S.N., 1999. Global nitrogen

and sulfur emissions inventories for oceangoing ships.

Journal of Geophysical Research 104, 3457}3470.

Jalkanen, J.P, A Brink, J Kalli, J Kukkonen, and T Stipa.

"Amodeling ssitem for the exhaust emission of marine traffic

and its application n the Baltic Sea area." 2009.

maps.google.co.id. http://maps.google.co.id/.

Olsson, L.O., Wetterguerd, J., 1998. Humidity reducesNOx. The

Motor Ship, December 1998, p. 52.

Onagawa, K., 1995. Study on the impact of air pollutions emitted

from ships in Tokyo Bay area. Proceedings of

MARIENV' 95, Vol. 2, Japan, pp. 824}829.

Nishida, O., Fujitai H., Harano, W., Kiuchi, O., Adachi, W.,

1995. Actual circumtances of marine NOx emissions under

di!erence of meteorological conditions. Proceedings of

MARIENV' 95, Vol. 2, Japan, pp. 817}823.

Perez, M, R Chang, R Billings, and T.L Kosub. "Automatic

Identification Sistem(AIS) data use in marine vessel

emission estimation." 18th Annual International Emission

Inventory Conference. 2009.

Pitana, Trika, E Kobayashi, and N Wakabayashi.

"Estimation of Exhaust Emission of Marine Traffic Using

Automatic Identification System Data(Case Study : Madura

Strait Area,Indonesia) ." 2008.

stackoverflow.com.

http://www.stackoverflow.com/questions/1751710/googlemap

s-v3-api-mouseover-with-polygons.

The Complete Guide of Automatic Identification Sistem

(AIS). 2001.

Trozzi, Carlo. "Emission estimate methodology for marinnavigaton."

2006.

Trozzi, Carlo, and R Vaccaro. "Actual and Future Air

Pollutan Emission from Ship." Proceeding of INRETS

Conference. Austria, 1999.

Trozzi, Carlo, and R Vaccaro. "Methodologies for

Estimating Future Emission from Ship." 1998.

www.birdtheme.org.

http:/www.birdtheme.org/useful/googletool.html.

www.w3schools.com.

http:/www.w3schools.com/PHP/php_operators.asp.

https://sites.google.com/site/pelautgroup/