integrasi metode usepa dan data ais untuk … · peningkatan polusi sangat mungkin terjadi didaerah...
TRANSCRIPT
INTEGRASI METODE USEPA DAN DATA AIS UNTUK ESTIMASI EMISI GAS
BUANG KAPAL
Ricky Randall Sembiring*, Trika Pitana**, AAB Dinariyana D.P.*** Department of Marine Engineering, Faculty of Marine Technology, Sepuluh Nopember Institute of Technology
*email : [email protected]
**email : [email protected]
***email : [email protected]
ABSTRACT
Agreement to reduce emissions emerged from the UN
Framework Convention on Climate Change (UNFCCC) through the
Kyoto Protocol signed by almost all nations in the world in 1997.
The agreement is expected to reduce emissions to prevent global
warming and climate change. Calculation will be done using USEPA
method, comparison USEPA with Trozzi methods and check the
results of calculation for inspection requirement according to
MARPOL 73/78 Annex VI which is the result of IMO (International
Maritime Organization) convention on May 19, 2005. The web
interface helped displays vessel emissions through google map. Data
calculation using static data was derived from database such as
vessel size, engine power, fuel type, mileage, and dynamic data of the
velocity and position of AIS. The calculation in the web using php
script. Ship emissions displayed through the web, and the differences
in the calculation of the USEPA and Trozzi: Darma Kencana
0,0000035:0.0000049, Mandiri Eight 0.0000034:0.0000043,
Mahakam River 0,0000023:0,0000040 so percent of consumption
USEPA and Trozzi method approximately 0.4 % 0.8%.
Recommendations to the port state control can be given via the web
interface which is the result of the ratio calculation USEPA and
MARPOL Annex VI Regulation 13.
KEY WORDS: Emission, USEPA, AIS, Shipping datbase
1. Pendahuluan
Masalah pemanasan global dalam dekade ini menjadi sorotan
khusus dunia, karena dianggap salah satu masalah kritis yang apabila
bila tidak diberi perhatian khusus dapat mengancam kelangsungan
hidup mahluk hidup di bumi, salah satu penyebabnya adalah polusi
udara. Lebih dari 70% kapal berlayar disepanjang pantai yang
mengeluarkan minyak, air balas, seawage kelaut, yang merusak
lingkungan laut dan menggangu kesehatan manusia (U.S. National
Oceanic and Atmospheric Administration)
Polusi udara ditenggarai merupakan penyebab penipisan dan
lubang di lapisan ozon atmosfer, sehingga radiasi matahari langsung
meyentuh permukaan bumi dan menyebabkan masalah-masalah pelik
seperti kanker kulit, kekeringan, banjir, perubahan cuaca yang tidak
menentu, kematian bayi, dll. Pelayaran internasional juga
dihubungkan dengan peningkatan kematian disepanjang garis pantai,
dengan estimasi 60.000 kematian disebabkan oleh penyakit jantung
dan kanker paru-paru pertahun yang disebabkan oleh gas buang
kapal (Corbett et al., 2007; Lubick, 2007). Emisi dari particulate
matter (PM) dituduh sebagai penyebabnya, diperkirakan kelahiran
bayi prematur dan kematian bayi meningkat seiring dengan
peningkatan PM. Jumlah PM dari kapal diperkirakan meningkat pada
tahun 2012 sebesar 40% (Corbett et al., 2007).
Hampir duapertiga dari luas permukaan bumi adalah air, kapal
sebagai alat tranportasi utama di air hingga saat ini kebanyakan
masih menggunakan mesin diesel sebagai alat penggerak utamanya.
Diantara semua jenis kendaraan didunia, kapal adalah kendaraan
dengan sumber polusi tertinggi berdasarkan kuantitas konsumsi
bahan bakar (Corbett and Fischbeck, 1997). Kapal diperhitungkan
menghasilkan lebih dari 14% emisi nitrogen dan lebih dari 4% emisi
sulfur dari pembakaran bahan bakar fosil (Corbett et al., 1999).
Sehingga bisa diperkirakan polusi yang dihasilkan kapal-kapal
tersebut cukup membuat perubahan dan mempengaruhi kualitas
udara di bumi.
Hal mengenai polusi ini sebenarnya sudah diatur dalam
MARPOL 73/78 Annex VI yang merupakan hasil konvensi IMO
(International Maritime Organization) pada 19 Mei 2005, tetapi
banyak negara yang belum meratifikasi atau menerapkan peraturan
tersebut untuk membatasi peningkatan polusi udara. Di Indonesia
sendiri peraturan mulai diberlakukan pada 1 januari 2013,walau
sebenarnya sosialisasi sudah mulai dilakukan dari maret 2012, karena
jika tidak memenuhi ketentuan annex VI maka kapal berbendera
Indonesia tidak bisa ke luar negeri membawa cargo ekspor,bahkan
bisa ditangkap oleh PSC (Port State Control) negara luar.
Estimasi polusi yang dihasilkan oleh kapal sudah banyak
dilakukan diberbagai belahan dunia, seperti emisi SOx kapal di
Inggris dan Laut Utara dihitung oleh CONCAWE (1998), Onagawa
(1995) mengestimasi bahwa SOx dan NOx emisi dari daerah teluk
Tokyo adalah 14% of total emissions, lebih lanjut Carlton et al.
(1995) menghitung emisi kapal di region atlantik. Streets et al.
(1997) mengestimasi bahwa kapal di Asia tenggara menghasilkan
11.7% dari total Sox, Cooper et al. (1996) mengestimasi distribusi
emisi hidrokarbon, PAH dan PCB dari kapal di Skagerak, Trozzi and
Vaccaro (1999) melaporkan estimasi penyebaran emisi kapal
tergantung dari mode operasi kapal di Tyrrhenian Sea.
Informasi dari seluruh faktor emisi tersedia pada literatur
berikut (Carlton et al., 1995; Nishida et al., 1995; Cooper et al.,
1996; Olsson and Wetterguerd, 1998; Trozzi and Vaccaro, 1998,
1999; Cooper and Andreasson, 1999).
Estimasi emisi telah banyak dilakukan, namun pendekatan
selama ini dinilai kurang akurat karena hanya memperhitungkan
estimasi dari database seperti: ukuran kapal, daya mesin, jenis bahan
bakar, dan jarak tempuh, tidak menggambarkan aktivitas kapal dan
lalu lintas diperairan tersebut. Oleh karena itu belakangan ini
diusulkan penggunaan Automatic Identification System (AIS).
Dengan menggunakan AIS dapat diperoleh MMSI (Maritime
Mobile Service Identify), kecepatan, posisi, dan tipe kapal. Bila
digabung dengan database maka dapat mengestimasi polusi yang
dihasilkan kapal. Indonesia merupakan negara dengan luas perairan
yang luas, dan memiliki lalu lintas kapal yang cukup padat seperti
pada selat malaka, selat singapura, selat sunda, dan selat madura.
Selat-selat tersebut tidak hanya dipadati oleh kapal-kapal domestik,
melainkan juga kapal-kapal yang berasal dari luar negeri, sehingga
peningkatan polusi sangat mungkin terjadi didaerah selat ini. Oleh
karena itu penulis akan mengambil salah satu sampel tempat untuk
melakukan penelitian ini, dalam hal ini penulis memilih selat madura
dengan alasan lokasi yang berdekatan dengan kampus ITS Sukolilo
dan alat AIS yang berada dilaboratorium RAMS Jurusan Teknik
Sistem Perkapalan.
2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. US Enviroment Protection Agency
USEPA adalah badan pemerintah federal Amerika Serikat yang
bertugas melindungi kesehatan manusia dan lingkungan dengan
menulis dan melegalkan undang-undang/regulasi berdasarkan hukum
dan disetujui oleh kongres.
Tabel 1. Sumber data perhitungan
Emisi laut terutama berasal dari mesin diesel yang beroperasi pada
kapal oceangoing (OGVs), kapal tunda, kapal keruk, dan kapal-kapal
lain yang beroperasi dalam wilayah pelabuhan.
Didarat termasuk peralatan penanganan kargo (CHE) seperti
traktor terminal, crane, penangan kontainer, dan forklift, serta tugas
berat truk dan KA dalam area pelabuhan.
Perhitugan emisi pada USEPA:
E=PxLFxAxEF
Dimana: E : Emissions (gram)
P : MCR Power (kilowatt)
LF :Load Factor (Percent of Vessel Total Power)
A : Activity (Hours)
EF:Emission Factor (Gram per kWh)
2.2. Trozzi
Carlo trozzi adalah peneliti senior bidang bidang polusi dan
aplikasinya yang berkebangsaan italia. Beliau menciptakan metode
perhitungan untuk mengestimasi jumlah emisi yang diakibatkan oleh
kapal sebagai berikut:
𝐸𝑖 =∈𝑗𝑘𝑙𝑚 𝐸𝑖𝑗𝑘𝑙𝑚
𝐸𝑖𝑗𝑘𝑙𝑚 = 𝑆𝑗𝑘𝑚 𝐺𝑇 𝑡𝑗𝑘𝑙𝑚 𝐹𝑖𝑗𝑘𝑙𝑚 Dalam metode trozzi terdapat faktor yang dapat digunakan untuk
menghitung emisi yaitu sebagai berikut:
I : Polutan
J : Jenis bahan bakar
K : Pengelompokan kapal
L : Tipe mesin
M: Mode operasi kapal
Ei : Total emisi polutan i
Eijklm : Total emisi polutan I saat menggunakan bahan bakar j
dengan tipe kapal k dan jenis mesin l
Fijklm : Rata-rata emisi faktor polutan I dari bahan bakar j
dengan tipe mesin I dalam mode m
2.3. Marpol Annex VI
Sampai saat ini jumlah negara yang telah meratifikasi Annex VI
adalah 72 negara (Dr.Edmund hughes) seperti negara US, Denmark,
Estonia, Finland, Germany, Latvia, Lithuania, Poland, Norway,
Russia Federation, Sweden, dll.
Organisasi Maritim Internasional (IMO) mengadopsi batas Nox pada
Annex VI pada Konferensi Internasional untuk Pencegahan Polusi
pada kapal. Annex VI memiliki persyaratan untuk isu-isu utama
berikut, yang akan disorot lebih detail dalam makalah ini.
Regulasi 12 - Emisi dari zat dari pendingin pabrik dan
peralatan pemadam kebakaran penyebab penipisan Ozon
Regulasi 13 - Nitrogen Oksida (NOx) emisi dari mesin diesel
Regulasi 14 - Sulphur Oksida (SOx) emisi dari kapal
Regulasi 15 - Volatile emisi senyawa organik dari tangki
minyak kargo tanker minyak
Peraturan 16 - Emisi dari insinerator kapal
Peraturan 18 – Kualitas Minyak Bahan Bakar.
Pada regulasi 13 Annex VI ini telah persiapkan deratan tingkat (tier)
untuk standart emisi dimasa yang akan datang. Adapun tier ini dibagi
menjadi 3 tier berdasarkan tahun diberlakukannya nilai standart
emisi itu nantinya:
Tier – Kapal yang dibangun pada 1 januari 2000 – 31 Desember
2010
Tier II – Kapal yang dibangun pada 1 januari 2011 dan setelahnya
Tier III – Kapal yang dibangun pada 1 januari 2016 dan setelahnya
Tabel 2. Batasan emisi NOx
Tier n<130 rpm 130 ≤ n > 2000 rpm ≥2000 rpm
I 17.0 g/kWh 45.0*n(-0.2) g/kWh 9.8 g/kWh
II 14.4 g/kWh 44.0*n(-0.2) g/kWh 7.7 g/kWh
III 3.4 g/kWh 9.0*n(-0.2) g/kWh 2.0 g/kWh
n=rated engine speed – cranshaft rpm
MARPOL Lampiran VI berlaku untuk semua kapal, rig pengeboran
dan kendaraan air lainnya, tetapi persyaratan sertifikasi tergantung
pada ukuran dan kapan dibangun. Kapal 400 Gross ton dan lebih dari
itu yang terlibat dalam pelayaran internasional kedaerah negara-
negara yang telah meratifikasi konvensi, atau kapal yang
mengibarkan bendera dari negara-negara tersebut, wajib untuk
memiliki sertifikat internasional pencegahan polusi udara
(International Air Pollution Prevention Certificate).
Dan bila dilihat dalam bentuk grafik maka akan didapatkan bentuk
seperti berikut:
Rumus Keterangan Satuan Sumber
E Emisi Gram Perhitungan Total
P MCR Power Kilowatt Shipdatabase
LF Load Factor % power Shipdatabase & AIS
A Activity Hours Shipdatabase & AIS
EF Emission Factor Gram USEPA
Gambar 1. Grafik batas emisi NOx
Source: MARPOL
3. Lokasi Penelitian
Selat Madura merupakan salah satu selat yang berada di Indonesia
tepatnya di Jawa Timur, yang memisahkan pulau Jawa dan Madura.
Lokasinya terletak pada koordinat 70 5’ 83.333” garis lintang selatan,
1130 41’ 66.667” bujur timur. Selat Madura merupakan salah satu
selat yang memiliki tingkat kepadatan kapal yang cukup tinggi di
Indonesia, yang digunakan kapal untuk berlayar, bersandar, dan juga
bongkar muat. Gambar pemetaan Selat Madura disajikan pada
Gambar 3.
4. Metodologi
Seperti yang ditunjukkan gambar 4, penelitian ini dimulai dari
identifikasi perumusan masalah, khususnya berkaitan dengan bahaya
yang mungkin terjadi akibat emisi kapal pada jalur pelayaran di Selat
Madura. Tahap selanjutnya, dilakukan studi literatur dari jurnal, buku
dan internet, untuk mempelajari hal-hal yang berkaitan dengan
penyelesaian penelitian ini dan sebagai masukan tentang kriteria-
kriteria yang berpengaruh dalam perhitungan emisi kapal. Jika telah
didapatkan, maka langkah selanjutnya yaitu pengumpulan data statis
dari shipping database dan data dimamis dari AIS, yang diperoleh
dari AIS receiver yang ada di Marine Reliability and Safety
Laboratory Teknik Sistem Perkapalan ITS. Saat ini, AIS bisa
mengenali kapal lebih dari 300 GT pada perjalanan internasional dan
kapal lebih dari 500 GT pada rute domestik. Dari kedua jenis kapal
tersebut data statis dan dinamis dapat diperoleh. Informasi dinamis
diperbarui setiap 2 sampai 10 detik tergantung pada kecepatan kapal.
Informasi statis terdiri dari MMSI (Maritime Mobile Service
Identify), IMO number, ships name, call sign, length and beam, type
of ship, location of position-fixing antenna on the ship. Informasi
yang dinamis terdiri dari coordinated universal time (UTC), Course
Over Ground (COG), Speed Over Ground (SOG), Heading,
Navigation status. AIS data digunakan dalam skripsi ini adalah
MMSI number, latitude and longitude atau posisi kapal-kapal yang
ada di jalur pelayaran, kecepatan kapal, dan waktu pelayaran dari
kapal-kapal tersebut.Setelah dilakukan pengumpulan data dari AIS
maka akan dilakukan penyimpanan data didatabase MySql yang
didalamnya terdapat perhitungan untuk menentukan emisi dan
rekomendasi dari syahbandar. Dari database tersebut akan
ditampilkan dalam google map dan melalui display akan muncul
emisi dari hasil perhitungan dan rekomendasi dari syahbandar
5. Analisis AIS Data 5.1. Perbandingan Perhitugan USEPA dan Trozzi
Dari beberapa contoh yang diambil didapat perbedaan beberapa
persen dari konsumsi menggunakan metode Trozzi dan USEPA,
dimana rata-rata perbedaan hasil perhitungannya 0,4%-0,8%. Pada
Tabel 4 diperlihatkan perbedaan hasil dari Perhitugan emisi dengan
metode Trozzi dan metode USEPA.
Gambar 4. Perbandingan metode USEPA dan Trozzi
Adanya perbedaan antara hasil perhitugan tersebut kemungkinan
terjadi karena pada USEPA tidak menggunakan faktor GT tetapi
daya mesin utama kapal dan perbedaan faktor emisi NOx, PM10,
SOx, CO,dan CO2 pada USEPA dan Trozzi.
5.2. Perbandingan emisi dengan jenis kapal
Untuk membandingkan emisi dengan jumlah kapal maka dilakukan
pengambilan sampel 1 hari pada csv, dipilih tanggal 3 april 2013,
pada hari itu terdeteksi 66 kapal yang menggunakan AIS terekam
dalam csv. Pada perbandingan ini jenis kapal yang masuk keselat
madura dibagi menjadi 6 jenis yaitu: Tanker, Feri/Ro-ro, Container,
0.00E+001.00E-062.00E-063.00E-064.00E-065.00E-066.00E-067.00E-06
NO
x(To
n)
USEPA
Trozzi
Gambar 2. Lokasi Penelitian
Sumber (Google Map, 2013)
Gambar 3. Flow Chart Penelitian
Bulk carrier, General Cargo, dan Other. Pada tiap jenis kapal ini
dibandingkan apakah kapal tersebut menggunakan bahan bakar
Heavy Fuel Oil (HFO) atau Marine Diesel Oil (MDO). Sesuai
dengan grafik maka didapatkan hasil sebagai berikut:
Pada grafik diatas terlihat pada kapal tanker, kontainer, bulk carrier,
general cargo masih lebih besar persentase penggunaan bahan bakar
HFO, hal ini mungkin karena pada jenis kapal tersebut mayoritas
masih menggunakan mesin dengan putaran lambat dan kompressi
besar atau SSD (Slow Speed Diesel)
Sedangkan emisi kapal setelah diakumulasi berdasarkan jenisnya
tampak pada gambar dibawah, emisi NOx mendominasi emisi pada
selat madura dibandingkan nilai PM10, CO, SOx, NOx.
Emisi tertinggi pada kapal jenis kontainer dikarena GT dan daya
mesin yang besar meskipun secara kuantitas jumlah kapal kontainer
masih dibawah jumlah total kapal general cargo yang mencapai 30
kapal, sedangkan kapal kontainer hanya 16 kapal.
Jenis kapal lainnya menghasilkan emisi lebih besar dari kapal feri
dan ro-ro karena nilai GT dan ukuran mesin utama yang kapal feri
dan ro-ro yang kecil.
Perbedaan infrastruktur pelabuhan yang tersedia dan bentuk
pelabuhan dapat mempengaruhi emisi yang dihasilkan ketika
didermaga. Pengaruh pelabuhan terlihat dalam durasi rata-rata waktu
di dermaga untuk berbagai jenis kapal (Pallsson dan Bengtsson,
2008), bahkan pelabuhan Eropa misalnya, durasi rata-rata
diberlabuh untuk kelas terbesar dari kapal kontainer (8000+ TEU)
bervariasi antara 19,5 jam dalam Zeebrugge (Belgia) sampai dengan
42,1 jam pada Felixstowe (UK), dengan Rotterdam berada di tengah-
tengah rentang dengan 30,3 jam (Pallsson dan Bengtsson, 2008).
Oleh karena itu, waktu dermaga adalah variabel penting dalam
metodologi estimasi. Namun dalam realita, waktu di dermaga tidak
selalu berbanding lurus dengan emisi yang dihasilkan di dermaga.
Untuk beberapa jenis kapal penggunaan bahan bakar di dermaga
akan menjadi fungsi kontinu (misalnya kapal pendingin) sedangkan
kapal yang lain (misalnya kapal tanker) penggunaan bahan bakar di
dermaga akan mencapai puncaknya selama bongkar dan jauh lebih
rendah setelah bongkar muat. Perbedaan iklim juga mungkin
memainkan peran. Kargo pendingin di Piraeus (Yunani) mungkin
membutuhkan lebih banyak energi daripada Gothenburg (Swedia)
karena perbedaan iklim.
Pada kasus selat madura tingkat emisi dipengaruhi oleh faktor
dermaga, karena dari draft pelabuhan selat madura mendukung
30.000 kapal pertahun (KOMPAS, 2011) untuk kapal rata-rata
ukuran 130 meter, jadi emisi bukan karena besarnya ukuran kapal
melainkan antrian kapal.
6. Tampilan pada web browser
Pada tampilan browser bisa terlihat tampilan seluruh kapal yang
menggunakan AIS dipelabuhan tanjung perak dan hasil perhitungan
dari 5 jenis emisi yaitu NOx,CO,CO2,PM,SOx. Jika diklik masing-
masing kapal terlihat jumlah emisi perkapal sesuai pertambahan
waktu dan perubahan posisi, dan juga jumlah emisi dari seluruh
kapal yang ada didaerah pelabuhan tanjung perak yang memiliki AIS
Pada tampilan terlihat berbagai jenis kapal yang bisa terlihat dari
warnanya, jika klik kesetiap kapal maka bisa dilihat perubahan dan
pertambahan nilai masing-masing jenis emisi.
Gambar 5. Tampilan emisi perkapal
Pada tampilan web browser juga bisa terlihat seluruh kapal yang
berkunjung kepelabuhan tanjung perak tanpa harus mengklik satu
persatu kapal yang ada di tampilan web, seluruh kapal tersebut
terangkum dalam 1 tabel yang menjelaskan data-data kapal seperti
Nama kapal, MMSI, Tipe kapal, Daya mesin, dan Kecepatan.
Ditunjukkan oleh gambar berikut:
7. Rekomendasi Emisi
Karena tujuan penelitian ini untuk meneliti emisi maka pada
penelitian ini juga ditambahkan rekomendasi terhadap emisi yang
0%10%20%30%40%50%60%70%80%90%100%
HFO
0
500
1000
1500
2000
2500
3000
Emis
i (gr
)
PM10
CO
SOx
NOx
Gambar 6. Rangkuman data seluruh kapal
ditampilkan, dalam hal ini rekomendasi inspeksi akan diberikan oleh
syahbandar/statutory.
Dengan melihat tampilan web, dapat dilihat data keterangan
emisi yang dihasilkan kapal dan keterangan inspeksi atau tidak. Jadi
dengan tampilan ini syahbandar dapat lebih mudah memantau emisi
diselat Madura.
Untuk persyaratan inspeksi sudah disediakan ANNEX VI dari
MARPOL 73/78 " Regulation for the Prevention for Air Pollution
from Ships " yang sudah diberlakukan pada tanggal 19 Mei 2005.
Survey dan Sertifikasi dilaksanakan untuk kapal dengan GT 400
keatas (termasuk anjungan lepas pantai yang terpasang tetap dan
terapung), sedangkan untuk kapal dengan GT kurang dari 400
disurvey oleh lembaga pemerintah yaitu Dit.Jen.Perhubungan Laut.
Survey terhadap persyaratan Regulasi 13 Mesin diesel dan
perlengkapannya dalam rangka persyaratan terhadap Regulasi 13 dari
ANNEX VI harus dilaksanakan sesuai NOx Technical Code.
Jenis Survey sesuai ANNEX VI adalah
Survey awal (initial survey) dilaksanakan sebelum kapal
dioperasikan atau sebelum sertifikat yang disyaratkan
sesuai Regulasi 6 dari ANNEX diterbitkan untuk pertama
kalinya.
Survey berkala/tahunan (periodical/annual survey) pada
kurun/interval waktu yang ditetapkan oleh Pemerintah cq
Dit.Jen Perhubungan Laut.
Sebuah survey antara selama masa berlaku sertifikat
(sesuai Regulasi 9 masa berlaku sertifikat adalah 5 tahun).
Survey tahunan dan survey antara harus dilakukan pada
sertifikat yang diterbitkan sesuai Regulasi 6.
Semua jenis survey diatas dilaksanakan untuk memastikan
bahwa perlengkapan, sistem, fitting, susunan dan material
memenuhi persyaratan dari ANNEX VI.
Rincian survey lainnya sesuai Regulasi 5.
Sertifikasi/penerbitan sertifikat. " International Air Pollution
Prevention (IAPP) Certificate " diterbitkan setelah survey
dilaksanakan sesuai persyaratan ANNEX VI.
Masa berlaku IAPP Certificate adalah 5 tahun terhitung
mulai tanggal diterbitkan dan tidak dapat diperpanjang.
Bentuk/Format IAPP Certificate adalah sebagaimana
tercantum dalam APPENDIX I (Regulasi 8) dari ANNEX
VI dan dilengkapi halaman untuk pengukuhan/
endorsement untuk survey tahunan dan survey antara.
IAPP Certificate menjadi tidak berlaku dalam hal-hal
sebagai berikut :
Jika pemeriksaan dan survey tidak dilaksanakan
dalam jangka waktu sebagaimana tercantum dalam
Regulasi 5.
Jika perubahan yang signifikan telah dilaksanakan
terhadap perlengkapan, sistim, fitting, susunan dan
material tanpa persetujuan dari Pemerintah cq
Dit.Jen.Perhubungan Laut, kecuali jika penggantian
perlengkapan atau fitting telah memenuhi
persyaratan ANNEX VI.
Pemeriksaan dan persetujuan gambar rancangan dari
perlengkapan, sistim, fitting, susunan dan material dari mesin
diesel kapal sesuai Regulasi 13 dari ANNEX VI - NOx Code.
Pemeriksaan persetujuan dan penerbitan "IMO Type Approval
Certificate for Incinerators" dilaksanakan mengacu kepada :
Appendix IV dan Regulasi 16 dari ANNEX VI.
Resolusi MEPC 76 (40) "Standard Specification for
Shipboard Incinerators"
Resolusi MEPC 93 (45) "Ammendments to the Standard
Specification for Shipboard Incinerators"
KESIMPULAN Setelah melaksanakan seluruh proses penelitian ini, dan dari hasil
pengolahan data yang diperoleh, maka dapat ditarik beberapa
kesimpulan sebagai berikut :
1 Perbedaan perhitugan emisi NOx dari perhitungan USEPA
dan Trozzi adalah sekitar 0,4%-0,8%
2 Rekomendasi terhadap syahbandar dapat diberikan lewat
tampilan web yang merupakan hasil perbandingan
perhitungan USEPA dan perhitungan MARPOL Annex VI
Regulasi 13
3 Pertambahan emisi dipelabuhan tanjung perak disebabkan
antrian pelayananan karena kurangnya fasilitas dermaga.
DAFTAR PUSTAKA
Agency, United States Environmental Protection. Regulatory
Impact Analysis:Control of Emission of Air Pollution from
Category 3 Marine Diesel Engine . 2009.
Carlton, J.S., Reynolds, G.L., Wright, A.A., Danton, S.D.,
Webster,A.D., 1995. Marine exhaust emissions: results from
shipboard measurements and regional surveys. Proceedings of
ISME Yokohama '95, Vol. 1, Japan, pp. 57}67.
CONCAWE, 1998. Cost-E!ectiveness of Controls on Sulphur
Emissions from Ships, Vol. 7, No. 1.
Corbett JJ, Fischbeck P. Emissions from ships. Science
1997;278(5339):823–4.
Corbett JJ, Koehler HW. Updated emissions from ocean shipping. J
Geophys Res 2003;108 (D20):4650.
Cooper, D.A., Peterson, K., Simpson, D., 1996. Hydrocarbon,
PAH and PCB emissions from ferries: a case study in the
Skagerak}Kattegatt}Oresund region. Atmospheric
Environment 30 (14), 2463}2473.
Cooper, D.A., Andreasson, K., 1999. Predictive NOx emission
monitoring on board a passenger ferry. Atmospheric
Environment 33, 4637}4650.
Corbett, J.J., Fischbeck, P.S., 1997. Emissions from ships.
Science 278, 823}824.
Corbett, J.J., Fischbeck, P.S., Pandis, S.N., 1999. Global nitrogen
and sulfur emissions inventories for oceangoing ships.
Journal of Geophysical Research 104, 3457}3470.
Jalkanen, J.P, A Brink, J Kalli, J Kukkonen, and T Stipa.
"Amodeling ssitem for the exhaust emission of marine traffic
and its application n the Baltic Sea area." 2009.
maps.google.co.id. http://maps.google.co.id/.
Olsson, L.O., Wetterguerd, J., 1998. Humidity reducesNOx. The
Motor Ship, December 1998, p. 52.
Onagawa, K., 1995. Study on the impact of air pollutions emitted
from ships in Tokyo Bay area. Proceedings of
MARIENV' 95, Vol. 2, Japan, pp. 824}829.
Nishida, O., Fujitai H., Harano, W., Kiuchi, O., Adachi, W.,
1995. Actual circumtances of marine NOx emissions under
di!erence of meteorological conditions. Proceedings of
MARIENV' 95, Vol. 2, Japan, pp. 817}823.
Perez, M, R Chang, R Billings, and T.L Kosub. "Automatic
Identification Sistem(AIS) data use in marine vessel
emission estimation." 18th Annual International Emission
Inventory Conference. 2009.
Pitana, Trika, E Kobayashi, and N Wakabayashi.
"Estimation of Exhaust Emission of Marine Traffic Using
Automatic Identification System Data(Case Study : Madura
Strait Area,Indonesia) ." 2008.
stackoverflow.com.
http://www.stackoverflow.com/questions/1751710/googlemap
s-v3-api-mouseover-with-polygons.
The Complete Guide of Automatic Identification Sistem
(AIS). 2001.
Trozzi, Carlo. "Emission estimate methodology for marinnavigaton."
2006.
Trozzi, Carlo, and R Vaccaro. "Actual and Future Air
Pollutan Emission from Ship." Proceeding of INRETS
Conference. Austria, 1999.
Trozzi, Carlo, and R Vaccaro. "Methodologies for
Estimating Future Emission from Ship." 1998.
www.birdtheme.org.
http:/www.birdtheme.org/useful/googletool.html.
www.w3schools.com.
http:/www.w3schools.com/PHP/php_operators.asp.
https://sites.google.com/site/pelautgroup/