imunopatogenesis gna
TRANSCRIPT
-
8/19/2019 Imunopatogenesis GNA
1/17
DASAR IMUNOLOGI TERKAIT GNA
Fungsi utama sistem imun:
1. Mengenali dan membedakan substansi diri dan antigen asing, merespons berbagai
molekul abnormal yang menjadi target sasaran (termasuk yang bersifat
autoantigen/tumor/kanker di dalam tubuh host itu sendiri)
2. Melindungi tubuh dari inasi penyakit dengan !ara menghan!urkan " mengeliminasi
mikroorganisme penyebab, terutama bakteri dan irus.
#. Mengeliminasi sel maupun jaringan yang mati atau rusak (debris sel) oleh karena trauma
dan penyakit, untuk memper!epat penyembuhan luka dan perbaikan jaringan.
$eukosit ialah sel efektor sistem imun. Fungsi masing%masing jenis leukosit:
1. &eutrofil: spesialis fagositik yang memiliki mobilitas tinggi dan kemampuan menelan
benda asing
2. 'osinofil: mengeluarkan bahan kimiai yang dapat menghan!urkan !a!ing parasit dan
berperan dalam reaksi alergi
#. asofil: mengeluarkan histamine, heparin, berfungsi dalam aktiitas alergik. *erja sel
lain yang mirip basofil ialah sel mast yang terikat di jaringan.
+. Monosit: berubah menjadi makrofag, spesialis fagositik terbesar di jaringan5. $imfosit: Limfosit B (sel B) berubah menjadi sel plasma yang mengeluarkan antibodi,
se!ara tidak langsung mengakibatkan destruksi benda asing. ntigen asing akan berikatan
dengan antibodi agar dapat ditandai dan ditelan oleh aktiitas fagosit. Limfosit T (sel T)
se!ara langsung menghan!urkan sel yang terinfeksi irus/bakteri/mutan dengan
mengeluarkan bahan%bahan kimia faktor lisis sel.
-aringan limfoid memproduksi, menyimpan, dan memproses limfosit. -aringan ini
men!akup sumsum tulang, kelenjar limfe, limpa, timus, tonsil, adenoid, apendiks, dan
$ (ut%sso!iated $ymphoid issue) di saluran !erna.
-
8/19/2019 Imunopatogenesis GNA
2/17
Sistem Imun
stem imun alamiah (natural/innate/bawaan/ non specifc)Sistem imun didapat (adapti/specifc/acquired)
Humoral (limosit B sel plasma antibodi)Seluler (limosit T & sitokin)
0istem imun non spesifik merupakan respon imun lini pertama pertahanan tubuh yang
bekerja se!ara langsung, !epat, dan segera terhadap berbagai an!aman apapun jenisnya (agen
infeksi, iritan kimiai, !edera jaringan akibat trauma mekanis, luka bakar), bahkan meskipun
baru pertama kali terpapar. 0istem imun ini sudah ada dan berfungsi sejak lahir (inheren).
0ementara sistem imun spesifik memiliki memori dan bekerja se!ara selektif menyerang
benda asing tertentu yang pernah mengenai tubuh, sehingga tubuh memiliki kesempatan untuk
mempersiapkan serangan khusus ditujukan pada benda asing tersebut. 0istem imun
spesifik/adaptif memerlukan aktu !ukup lama untuk menyerang dan mengalahkan musuh
spesifik. *edua sistem imun ini dapat bekerja se!ara bersama%sama menahan untuk kemudian
mengeliminasi komponen asing yang membahayakan.
ertahanan imun non spesifik/baaan ini men!akup:
1. Peraa!"a! (i!flamasi): suatu proses nonspesifik terhadap !edera jaringan, di mana
neutrofil dan makrofag (fagosit) berperan besar. ujuan akhir inflamasi ialah membaa
fagosit ke tempat inasi untuk mengisolasi dan menghan!urkan pathogen,
membersihkan debris, dan mempersiapkan perbaikan jaringan.
2. I!terfero!# glikoprotein yang diproduksi oleh makrofag dan diaktifkan se!ara
nonspesifik untuk pertahanan sel dari infeksi irus.
-
8/19/2019 Imunopatogenesis GNA
3/17
#. Sel NK (Nat$ral Killer): kelompok sel mirip limfosit yang se!ara nonspesifik
menghan!urkan sel host yang terinfeksi irus atau kanker dengan melisiskan langsung
membrane sel tersebut saat pertama kali bertemu. 0el &* mirip sel sitotoksik (yang ini
hanya dapat mematikan sel yang pernah terpajan irus sejenis sebelumnya/ada fungsi
memori). 0el &* bekerja lebih !epat sebelum sitotoksik yang lebih spesifik dapat
berfungsi.
+. Sistem %om&leme!: kelompok protein plasma inaktif, yang dalam kondisi diaktifkan
se!ara berurutan dapat merusak sel asing dengan menyerang membrane plasmanya.
*omplemen ialah suatu pelengkap kerja antibodi.
espon peradangan se!ara umum sama. -ika !edera diperoleh dari luar tubuh (kulit),
makrofag yang sudah ada di lokasi tersebut akan menyerang untuk pertama kali. Meski
jumlahnya kurang, makrofag adalah bentuk pertahanan pada jam%jam pertama sebelum
mekanisme lain diaktifkan. Sel fa"osit 'a!" ermi"rasi %e lo%asi terse$t mera!"sa!" sel
mast $!t$% me!"el$ar%a! istami!e i se%itar *ari!"a! +eera. *emudian ter*ai
,asoilatasi arteriol lo%al untuk meningkatkan aliran darah ke lokasi infeksi. Meningkatkan
penyaluran darah di daerah tersebut membaa lebih banyak leukosit fagositik dan protein
plasma yang penting bagi proses pertahanan. Pele&asa! istami!e *$"a me!i!"%at%a!
&ermeailitas %a&iler dengan memperbesar pori kapiler, sehingga &rotei! &lasma a&at
i%el$ar%a! ari i!tra,as%$lar a! mas$% %e *ari!"a! 'a!" meraa!". rotein plasma yang
bo!or dan paling penting bagi sistem imun: protein dalam sistem komplemen, koagulasi, dan
antikoagulasi.
3alam satu jam setelah !edera, lokasi tersebut dipenuhi leukosit yang bermigrasi karena
rangsangan mediator kimiai tertentu yang dihasilkan di lokasi infeksi (disebut
kemokin/kemotaksin, mekanismenya disebut kemotaksis). Ne$trofil sam&ai &ertama %ali-
ii%$ti mo!osit 'a!" ia%tif%a! sea"ai ma%rofa". Fagosit mampu membedakan mana sel
normal dan sasarannya, dengan mengandalkan $ (toll%like re!eptors) yang merupakan protein
membrane plasma pada sel fagositik. 0elain itu, ada juga me%a!isme o&so!i! i ma!a &arti%el
asi!" 'a!" mas$% a%a! ila&isi ole meiator %imiai 'a!" i%e!al sea"ai o&so!i!
(a!tioi a! &rotei! a%tif sistem %om&leme!). 4psonin menghubungkan sel asing dengan sel
fagosit. 0atu bagian molekul opsonin mengikat permukaan bakteri, dan reseptor spesifik di
-
8/19/2019 Imunopatogenesis GNA
4/17
bagian yang lain akan berikatan dengan membrane plasma fagosit untuk memastikan bakteri
terisolasi dan kemudian dimatikan. 3i lokasi infeksi, fagosit akan memi!u sistem pembekuan
untuk mengisolasi infeksi agar tidak menyebar. Makrofag menghasilkan MEL (meiator
e!o"e! le$%osit) 'a!" mera!"sa!" &eme!t$%a! a! &emeasa! !e$trofil ari s$ms$m
t$la!". M'$ merangsang pengeluaran protein fase aktif (5%rea!tie protein) yang se!ara klinis
dianggap sebagai penanda inflamasi. ahan lain yang dikeluarkan makrofag yakni &iro"e!
e!o"e! (PE) 'a!" memi+$ &e!"el$ara! &rosta"la!i! a! me!im$l%a! emam.
I!terle$%i! / (IL0/) *$"a ise%resi%a! ma%rofa" $!t$% me!i!"%at%a! &roliferasi a!
ifere!siasi limfosit B a! T &aa im$!itas aa&tif1s&esifi% 'a!" e%er*a ersama im$!itas
alamia i!i. 6ang menarik, IL0/ ie!ti% e!"a! PE a! MEL (meiator e!o"e! le$%osit).
0elain itu nanti akan dijelaskan interaksi makrofag%limfosit lainnya, yang tidak bergantung pada
bahan%bahan hasil sekresi tadi.
Pe!"a%tifa! sistem %om&leme! (2/ 3 24) terjadi melalui tiga !ara:
1. Le+ti! &ata': pajanan !olle!tin M$ (Mannose inding $e!tin) ke rantai *7
yang terdapat pada permukaan kuman (respon imun baaan/non spesifik). 5olle!tin
ialah sejenis attern e!ognition e!eptor () terlarut yang mengikat athogen%
sso!iated Mole!ular atterns (Ms) agar dapat menandai partikel asing yang
harus diserang.
2. 2lassi+al &ata': pajanan antibodi yang dihasilkan terhadap kuman itu ke 518
(respon imun didapat/spesifik). ntibodi merupakan a!tiator terkuat bagi sistem
komplemen. *etika suatu antigen yang sesuai berikatan dengan antibodinya , reseptor
di ekor antibodi (bagian F!) akan berikatan dan mengaktifkan 51, komponen pertama
sistem komplemen. 9ni adalah mekanisme primer yang diaktifkan antibodi untuk
mematikan kuman, sehingga komplemen disebut juga pelengkap antibodi. *askade
komplemen terdiri atas protein plasma yang diproduksi oleh hati dan beredar
mengikuti sirkulasi dalam bentuk inaktif. M$ maupun 518 kemudian membentuk
kompleks dengan 2 komponen lain: 52 dan 5+. 52%5+ memiliki aktiitas enimatik
guna mengaktifkan 5#. 5# dapat dipe!ah menjadi 5#a (fragmen ke!il) dan 5#b
(fragmen besar).
#. Alter!ati,e &ata': 5# di sisi lain juga memiliki tendensi untuk pe!ah se!ara
spontan menjadi 5#a dan 5#b bila menyentuh permukaan yang padat, misal dinding
-
8/19/2019 Imunopatogenesis GNA
5/17
kuman pathogen. 0el%sel normal memiliki komplemen inhibitor untuk menghindari
peme!ahan 5# spontan tak terkendali. 51 inhibitor juga beredar dalam sirkulasi,
mengatur on/off aktiasi kaskade komplemen. 5# yang diaktifkan, se!ara runut akan
mengaktifkan pula 5;, 5, dan 5?. 3alam beberapa jam bakteri sanggup
membelah menjadi ribuan, sehingga dibutuhkan kaskade komplemen yang memang
bekerja sangat !epat untuk se!ara langsung mematikan pathogen dan memi!u
datangnya sel%sel proinflamasi ke pusat infeksi.
*omplemen bekerja menghan!urkan pathogen dengan # !ara:
1. *askade komplemen membentuk polimer
yang mengikat dinding sel pathogen
kemudian menekan ke dalam untuk
melubanginya. Mekanisme ini disebut
dengan MA2 (Memra!e Atta+%
2om&le) untuk melubangi sel sasaran.
0elain melisiskan membrane sel kuman
se!ara langsung, kaskade komplemen juga
memperkuat respons peradangan lainnya.
2. Fragmen berat molekul rendah seperti 5#a
mampu meningkatkan permeabilitas
as!ular, sehingga memudahkan sel%sel inflamasi men!apai pusat infeksi. Fragmen
berat molekul rendah ini disebut a!afilato%si!.
#. 0elain antibodi, komplemen juga ikut bertindak sebagai o&so!i!, jembatan yang
menghubungkan sel kuman dengan sel fagosit/makrofag. 0atu sisi komplemen
mengikat permukaan sel kuman, sementara reseptor di sisi lainnya akan berikatan
dengan membrane plasma fagosit. 7al ini bertujuan mengisolasi kuman untuk
mempermudah fagositosis. *omplemen mempunyai fungsi kemotaksin, asodilator,
dan ikut memi!u pelepasan histamine dari sel mast.
0istem 9mun 3idapat (adaptif/spe!ifi!/a!8uired) melibatkan sel limfosit dan limfosit .
0etiap 0el dan 0el memiliki reseptor permukaan untuk mengikat satu jenis tertentu dari
-
8/19/2019 Imunopatogenesis GNA
6/17
banyak kemungkinan antigen (g). eseptor ini berfungsi seperti @mataA sistem imun spesifik,
di mana satu limfosit hanya dapat @melihatA satu jenis antigen. erbeda dengan $ sistem imun
baaan yang mengenali !iri umum bagi semua mikroba tanpa mempertimbangkan spesifikasi
tertentu. $imfosit tidak dapat bereaksi langsung terhadap antigen baru. ntigen harus diproses
dan dibaakan kepada limfosit oleh antigen presenting !ell (5). 0etelah berikatan dengan
antigen yang sudah diproses oleh 5, sebagian besar sel berdiferensiasi menjadi sel plasma
aktif, sisanya menjadi sel memori yang dorman. 0el memori ini dikatakan berfungsi untuk
mengingat antigen yang pernah masuk dan mempersiapkan serangan yang lebih !epat bila
berinteraksi dengan antigen yang sama di kemudian hari.
0el plasma menghasilkan antibodi (b) yang dapat berikatan antigen yang merangsang
pembentukan sel plasma tersebut. b disekresikan ke dalam darah atau limfe, tapi akhirnya
semua memperoleh akses ke darah, tempat at ini akhirnya dikenal sebagai 9munoglobulin (9g).
da jutaan antibodi berbeda, yang digolongkan ke dalam ; subkelas 9g berdasarkan fungsinya,
antara lain: 9gM berfungsi sebagai reseptor permukaan sel untuk mengikat g dan mun!ul
pada tahap%tahap aal respon sel plasma. 9g, terbanyak dalam darah, diproduksi dalam jumlah
besar ketika tubuh terus terpajan oleh g yang sama. 9gM dan 9g bersama%sama menghasilkan
sebagian besar respon imun spesifik untuk irus dan bakteri. 3i samping itu, ada pula 9g'
(melindungi dari parasit !a!ing dan respon alergi), 9g (ditemukan dalam sekresi saluran !erna,
pernafasan, perkemihan, kelamin, air susu, dan air mata), dan terakhir 9g3 yang terdapat di
banyak permukaan sel tapi fungsinya belum diketahui.
b memiliki struktur bentuk huruf 6, yang kedua ujung lengannya (bagian Fab) masing%
masing dapat berikatan dengan g spesifik. agian ekor konstan (F!) berikatan dengan mediator
tertentu yang diaktifkan oleh b tersebut. Mediator yang berikatan dengan F! menentukan jenis
9g. 5ontohnya, jika ada antigen yang tertangkap di Fab 9g, maka F! akan berikatan dengan
mediator berupa sel fagosit/makrofag, dan 9g di sini berfungsi sebagai opsoninnya untuk
meningkatkan fagositosis. 0ebagai perbandingan, jika ada antigen tertangkap di Fab 9g', maka
F! akan berikatan dengan sel mast dan basofil, sehingga terjadilah pelepasan histamine yang
menginduksi gejala alergi.
ntibodi yang dihasilkan dari respon imun adaptif/didapat bisa menjadi opsonin untuk
memperkuat respon imun baaan yang merespon segera dan bekerja lebih !epat. 4leh sebab itu,
dikatakan baha 2 sistem imun ini bisa saling bekerjasama. ntibodi tidak membunuh kuman
-
8/19/2019 Imunopatogenesis GNA
7/17
se!ara langsung, tetapi menandai benda asing yang menjadi sasaran sistem komplemen, fagosit,
atau sel &*. Meski demikian, antibodi dapat berikatan langsung dengan toksin bakteri dan
melakukan netralisasi (men!egah at berbahaya berinteraksi dengan sel yang rentan). eberapa
molekul antibodi dapat mengikat banyak molekul antigen menjadi suatu rantai kompleks antigen
antibodi (g%b).
0emua bahan kimia selain antibodi yang dikeluarkan oleh leukosit se!ara kolektif
dinamai sitokin, yang sebagian besar diproduksi oleh helper. idak seperti antibodi, sitokin
yang berinteraksi se!ara langsung dengan antigen yang memi!u pembentukannya. 0itokin
merangsang sel imun lain untuk beraksi membantu mengusir mikroba inasif. 0el helper
mengeluarkan faktor pertumbuhan sel , dan faktor pertumbuhan sel (interleukin 2 atau 9$%2).
0ebagian bahan kimia yang dikeluarkan sel bekerja sebagai kemotaksin agregat neutrofil dan
makrofag.
ada kulit, hati, dan tulang, sel%sel sehat di sekitarnya akan membelah dan mengganti sel
yang hilang sehingga dapat menghasilkan penyembuhan yang sempurna. $ain dengan organ non
regeneratif seperti otot dan saraf, sel%sel yang hilang diganti oleh jaringan parut. Fibroblas
membelah diri dengan !epat di sekitar peradangan dan mengeluarkan banyak protein kolagen
yang mengisi bagian kosong bekas sel mati. ahkan pada jaringan yang mudah diperbaharui
seperti kulit dapat terbentuk jaringan parut jika struktur folikel dan kelenjar di baahnya rusak
permanen oleh !edera yang dalam.
IMUNOPATOGENESIS GNA
/. Sera!"a! A!ti"e! Nefrito"e!i% Stre&to%o%$s
Streptococcus B haemolyticus grup merupakan bentuk yang paling irulen, dengan
faktor irulensi berupa komponen somatis bakteri dan produk ekstraselulernya. *omponen
somatis yang berperan dalam inasi yakni &rotei! M. 0ementara produk ekstraselulernya:
Stre&tolisi! O- stre&to%i!ase- DNAse- !i%oti!ami ae!i! i!$%leotiase (NADase), dan
ial$ro!iase yang diuji sekaligus pada pemeriksaan streptoim. roduk lain yang penting
-
8/19/2019 Imunopatogenesis GNA
8/17
yakni !e$rami!iase- &rotei! %atio!i% , streptococcal pyogenic exotoxin B- dan nephritis
associated plasmin receptor (NaPlr).
rotein M ialah struktur badan kuman yang merupakan faktor irulensi utama dan terlihat
sebagai rambut%rambut pada permukaan kuman. rotein M menentukan apakah strain kuman
tersebut bersifat nefritogenik atau rheumatogenik.
rotein kationik streptokokus grup memberikan efek kationik sehingga antigen dapat
menempel pada membran basalis glomerulus yang bersifat anioni!, ini menyebabkan
pembentukan kompleks imun in situ (terbentuk langsung di ginjal).
0treptokokus grup dapat memproduksi 2 jenis hemolisin: 0treptolisin 4 (imunogenik)
dan 0treptolisin 0 (tidak imunogenik). 9munogenik berarti senyaa yang dapat memi!u
pengaktifan sistem imun. Meski sifat imunogennya berbeda, keduanya berperan melisiskan
eritrosit, leukosit polimorfonuklear, trombosit, dan organela dengan !ara membuat lubang pada
membran sel.
&euraminidase streptokokus mempengaruhi 9g dengan !ara sialisasi sehingga 9g
berubah menjadi autoantigenik bagi tubuh orang itu sendiri, dan menstimulasi anti%9g yang
juga berperan dalam formasi krioglobulin (protein abnormal dalam darah, yang jika menumpuk
dapat meningkatkan risiko koagulasi dan menyumbat askularisasi). 9g yang bersifat
autoantigen dapat menginduksi pembentukan kompleks imun komplemen yang akan mengendap
di kapiler glomerulus.
0treptokinase dikenal juga sebagai fibrinolisin yang merupakan spreading factor , dan
berperan dalam penyebaran kuman melalui perusakan jaringan karena kemampuannya dalam
mengubah 5# menjadi 5#a dan plasminogen menjadi plasmin. lasmin akan mengaktiasi
kaskade komplemen yang menyebabkan peme!ahan protein matriks ekstraselular, dan men!erna
fibrin dari sel host.
3&se ialah deoksiribonuklease yang paling sering dijumpai dan paling imunogenik
dari 0treptokokus rup . 'nim ini akan menghidrolisis asam nukleat dan berperan penting
dalam penyebaran faktor eksudat. 0ementara &3ase adalah sejenis enim protease yang
dihasilkan oleh streptokokus galur nefritogenik.
'ksotoksin adalah eksotoksin pirogenik yang merupakan faktor irulensi. 'ksotoksin
tampaknya lebih berperan pada kerusakan jaringan yang luas, dapat dideteksi di glomerulus pada
-
8/19/2019 Imunopatogenesis GNA
9/17
-
8/19/2019 Imunopatogenesis GNA
10/17
dihambat sebagian oleh 9g%binding protein pada permukaan streptokokus. 3an jalur alternatif,
oleh 5#&ef autoantibodi. Maka 1;D#EC pasien &0 akan mengalami penurunan komponen
51 and 5+. 0eperti yang diketahui, &0 kebanyakan asimptomatik dan ringan. rotein 7
pada permukaan 0trepto!o!!us pyogenes yang berikatan dengan 9g, adalah mekanisme yang
mengaktifkan jalur klasik. agi indiidu yang se!ara genetik kesulitan untuk mengaktifkan jalur
ini, bisa jadi masih memperlihatkan perkembangan gejala &0. Faktor genetik diduga
berperan dalam terjadinya penyakit dengan ditemukannya 7$%3 dan 7$3 pada pasien.
9munitas 0eluler dan 0itokin
utoimunitas
he anti%9g
rea!tiity may be the result of autoantigeni! modifi!ation
of 9g that o!!urs ith its desialiation
!aused by strepto!o!!al neuraminidase.
0in!e desialied leuko!ytes
infiltrate more easily the glomeruli, neuraminidase
may hae the additional effe!t of fa!ilitating
renal inflammation ;#G. 0trepto!o!!al neuraminidase
as !onsidered responsible for the simultaneous
presentation of a!ute 0&. nother potential !ause of
anti%9g rea!tiity is the binding of 9g to type 99
re!eptors in the strepto!o!!al all. dditional autoimmune phenomena hae been
found in 0& patients. nti%3& antibodies,
anti%518 antibodies, and antineutrophil !ytoplasmi!
antibodies (&5) are present in some
patients.
-
8/19/2019 Imunopatogenesis GNA
11/17
8. Re%r$tme! Ne$trofil
5. A%ti,asi Sito%i! Proi!flamasi
9. Ker$sa%a! Glomer$l$s
Re!al Patolo"'
atologi klasik dari kerusakan glomerulus memperlihatkan komponen eksudatif neutrofil dan
hiperselularitas karena banyaknya infiltrasi leukosit yang kesemuanya dapat dilihat di baah
mikroskop !ahaya. erlihat akumulasi deposit kompleks imun pada membrane subepitelial
glomerulus dan proliferasi endotel. *arena banyaknya infiltrasi neutrofil maka sering juga
disebut gambaran glomerulonefritis eksudatif.
SARI PEDIATRI (te!ta!" !e$trofil- i!filtrasi PMN- e&osit I"G)
'nim lisosom yang dilepas netrofil merupakan faktor responsif untuk merusak glomerulus.
7ipotesis lain adalah neuraminidase yang dihasilkan oleh streptokokus akan mengubah 9g
endogen menjadi autoantigen. erbentuknya autoantibody terhadap 9g yang telah berubah
tersebut, mengakibatkan pembentukan kompleks imun yang bersirkulasi, kemudian mengendap
dalam ginjal. ada kasus ringan, pemeriksaan dengan mikroskop !ahaya menunjukkan kelainan
minimal. iasanya terjadi proliferasi ringan sampai sedang dari sel mesangial dan matriks. ada
kasus berat terjadi proliferasi sel mesangial, matriks dan sel endotel yang difus disertai infiltrasi
sel polimorfonuklear (M&) dan monosit, serta penyumbatan lumen kapiler. entuk bulan sabit
dan inflamasi interstisial dapat dijumpai mulai dari yang halus sampai kasar yang tipikal di
dalam mesangium dan di sepanjang dinding kapiler. 'ndapan immunoglobulin dalam kapiler
glomerulus didominasi oleh 9g dan sebagian ke!il 9g M atau 9g yang dapat dilihat dengan
mikroskop imunofluoresen. Mikroskop elektron menunjukkan deposit padat ele!tron di daerah
subepitelial yang khas dan akan beragregasi menjadi kompleks g%b.
-
8/19/2019 Imunopatogenesis GNA
12/17
AGN 6::7
& melibatkan baik system imun selular maupun humoral. erjadi aktiasi kaskade koagulasi,
kaskade komplemen, dan produksi sitokin proinflamasi. ktiasi kaskade komplemen memulai
kemotaksis atau penarikan dari sel%sel inflamasi ia membrane atta!k !ompleH (M5). *askade
koagulasi menimbulkan deposit fibrin. roliferasi epitel parietal dalam omanIs spa!e
bersama%sama dengan infiltrasi neutrofil dan makrofag menghasilkan pembentukan glomerulus
kresen (sabit). !ommon inflammatory
pathays follo ith a!tiation of the
!oagulation and !omplement !as!ades and produ!tion
of proinflammatory !ytokines.+ !tiation
of !omplement !omponents leads to !hemotaHis
of inflammatory !ells and !ell lysis (ia the
membrane atta!k !ompleH). he !oagulation !as!ade
leads to fibrin deposition. 5ellular proliferation
of parietal epithelial !ells in omanIs spa!e
together ith an influH of inflammatory !ells
su!h as ma!rophages and neutrophils results in
a!ute glomerular !res!ent formation. 5ytokine
release leads to a!tiation of the glomerular !ells
themseles and a !hange in endogenous !ell phenotype
results in !ell proliferation, oerprodu!tion
of proteases and oHidants, and laying don
of eHtra!ellular matriH ith subse8uent fibrosis,
perhaps stimulated by fa!tors su!h as platelet
deried groth fa!tor and transforming groth
fa!tor beta.
-
8/19/2019 Imunopatogenesis GNA
13/17
4'&'090
asien yang terinfeksi Streptococcus nefritogenik memberikan reaksi terhadap antigen
streptokokus dengan membuat antibodi. *ompleks g%b yang berjalan dalam sirkulasi
terperangkap dalam glomerulus dan menimbulkan inflamasi. eaksi ini dipi!u oleh aktiasi
plasminogen menjadi plasmin oleh streptokinase dan diikuti oleh aktiasi komplemen,
pengendapan kompleks antigen%antibodi
dalam glomerulus, dan ikatan antibodi antistreptokokus
dengan molekul protein ginjal (mimicry protein)
yang mirip antigen streptokokus.
*ompleks komplemen terminal
menggambarkan kemampuan untuk menstimulasi
produksi substansia asoaktif, enim proteolitik,
dan radikal oksigen reaktif, yang kesemuanya akan
merusak integritas membran kapiler glomerulus.
0ejumlah protein permukaan streptokokus
dapat berikatan dengan membran basalis glomerulus
(heparan sulfat, laminin, kolagen 9J). eranan protein
M dalam menginduksi kerusakan ginjal didukung oleh
adanya reaksi silang antara protein M dengan antigen
membran basalis glomerulus yang analog. ntibodi antiglomerular
terbukti bereaksi dengan protein M12 streptokokus
ktiasi sistem koagulasi terlihat dengan meningkatnya
kadar kompleks fibrinogen dalam plasma. Fibrinolisis meningkat yang ditandai dengan
peningkatan fibrinogen atau produk penghan!uran
fibrin ( fibrin degradation product ) dalam serum dan
urin. 'kskresi produk melalui urin merupakan indikasi
adanya degradasi deposit fibrin glomerulus. ada
-
8/19/2019 Imunopatogenesis GNA
14/17
&0 selalu didapatkan deposit fibrin dan antigen
fibrinogen di dalam glomerulus.
I!filtrasi sel a! &ro$%si sito%i!
ada &0 terdapat hiperselular glomerular difus
sebagai akibat akumulasi leukosit polimorfonuklear
dan monosit, peningkatan sel intrinsik glomerulus,
dan ekspansi patologis matriks mesangial.
0elain infiltrasi makrofag, terdapat juga
infiltrasi neutrofil dan limfosit pada glomerulus.
0ebagai respons terhadap antigen glomerular
nefritogenik, terjadi aktiasi 2 subset sel helper. 0el
helper%1 akan memproduksi 9$%2 dan interferon
gamma, mengaktifkan makrofag, dan menginduksi
sekresi antigen M75, sedangkan sel helper%2 akan
mensekresi 9$%+, 9$%;, 9$%
-
8/19/2019 Imunopatogenesis GNA
15/17
terjadinya respon antibodi di glomerulus. enelitian terbaru pada pasien &0
memperlihatkan deposit 0' di glomerulus lebih sering terjadi daripada deposit &lr.
&0 adalah suatu penyakit imunologik akibat reaksi antigen%antibodi yang terjadi
dalam sirkulasi atau in situ dalam glomerulus. Mekanisme terjadinya inflamasi yang
mengakibatkan terjadinya jejas renal didahului oleh proses sebagai berikut:
erbentuknya plasmin sebagai akibat peme!ahan plasminogen oleh streptokinase yang akan
mengaktiasi reaksi kaskade komplemen.
erperangkapnya kompleks g%b yang sudah terbentuk
sebelumnya ke dalam glomerulus.
ntibodi antistreptokokus
yang telah terbentuk sebelumnya
berikatan dengan molekul tiruan
(molecul mimicry) dari protein renal yang
menyerupai g
0istem imun humoral dan kaskade komplemen akan aktif bekerja
apabila terdapat
deposit
subepitel 5# dan
9g dalam membran basal glomerulus. *adar 5#
dan 5; yang rendah dan
kadar komplemen jalur klasik (518, 52 dan 5+) yang normal
menunjukkan baha aktiasi
komplemen melalui jalur alternatif. 3eposisi 9g terjadi pada fase berikutnya yang diduga oleh
karena b bebas berikatan dengan komponen kapiler glomerulus, membran basal atau terhadap
g 0treptokokus yang terperangkap dalam glomerulus. ktiasi 5# glomerulus memi!u aktiasi
-
8/19/2019 Imunopatogenesis GNA
16/17
monosit dan netrofil. 9nfiltrat inflamasi tersebut se!ara histologik terlihat sebagai
glomerulonefritis eksudatif. roduksi sitokin oleh sel inflamasi memperparah jejas glomerulus.
7iperselularitas mesangium dipa!u oleh proliferasi sel glomerulus akibat induksi oleh mitogen
lokal.
Mekanisme cell-mediated turut terlibat dalam pembentukan &0. 9nfiltrasi
glomerulus oleh sel limfosit dan makrofag, telah lama diketahui berperan dalam menyebabkan
&0. Intercellular leukocyte adhesion molecules seperti 95M%9 dan $F terdapat dalam
jumlah yang banyak di glomerulus dan tubulointersisial dan berhubungan dengan intensitas.
9nfiltrasi dan inflamasi. 7ipotesis lain yang sering disebut adalah adanya neuraminidase yang
dihasilkan oleh 0treptokokus, mengubah 9g menjadi autoantigenic sehingga terbentuk
autoantibodi terhadap 9g itu sendiri. ada pemeriksaan mikroskop elektron !edera kompleks
imun, ditemukan endapan%endapan terpisah atau gumpalan karateristik pada mesangium,
subendotel, dan epimembranosa. 3engan miskroskop imunofluoresensi terlihat pula pola nodular
atau granular serupa, dan molekul antibodi seperti 9g, 9gM atau 9g serta komponen%komponen
komplomen seperti 5#,5+ dan 52 sering dapat diidentifikasi dalam endapan%endapan ini.
ola respon jaringan tergantung pada tempat deposit dan jumlah kompleks yang dideposit. ila
deposit pada mesangium respon mungkin minimal, atau dapat terjadi perubahan mesangiopatik
berupa ploriferasi sel%sel mesangial dan matrik yang dapat meluas diantara sel%sel endotel dan
membran basalis, serta menghambat fungsi filtrasi glomerulus. -ika kompleks terutama terletak
di subendotel atau subepitel, maka respon !enderung berupa glomerulonefritis difusa, seringkali
dengan pembentukan sabit epitel. ada kasus deposit komplek imun di subepitel, maka respon
peradangan dan proliferasi menjadi kurang nyata, dan membran basalis glomerulus berangsur%
angsur menebal dengan masuknya kompleks%kompleks ke dalam membran basalis glomerulus
Mekanisme yang bertanggung jaab terhadap perbedaan distribusi deposit kompleks
imun dalam glomerulus sebagian besar tidak diketahui, alaupun demikian ukuran dari
kompleks tampaknya merupakan salah satu determinan utama. *ompleks%kompleks ke!il
!enderung menembus membran basalis kapiler, mengalami agregasi, dan berakumulasi
sepanjang dinding kapiler di baah epitel, sementara kompleks%kompleks berukuran sedang
-
8/19/2019 Imunopatogenesis GNA
17/17
tidak sedemikian mudah menembus membran basalis, tapi masuk ke dalam mesangium
*erusakan jaringan yang terjadi adalah akibat efek samping mekanisme pertahanan untuk
eliminasi bakteri tersebut.