ilwi buletin no. 01 2012
TRANSCRIPT
-
7/31/2019 ILWI Buletin No. 01 2012
1/10
ILWI Buletin No 01-2012 1
ILWI (Indonesian Land
reclamation & Water management
Institute), adalah sebuah lembaga kajian
dibidang reklamasi dan pengelolaan air.
Lembaga ini berupaya untuk menyebarkan
informasi dan pengetahuan di bidang
reklamasi & pengelolaan air kepada
masyarakat. Salah satunya dengan penerbitan
buletin.
Buletin ini kami kirimkan secara
gratis. Tulisan, saran dan pemberitaan media
menjadi bagian dari isi buletin ini.
Alamat :
Jalan Palapa II No 19,
Pasar Minggu,
Jakarta Selatan, 12520
atau
P.O. Box 7277/JKSPM
Jakarta Selatan 12072
Website : www.pengendalianbanjir.com
No : 01-2012
April 2012 uletinBandara SoekarnoBandara SoekarnoBandara SoekarnoBandara Soekarno----Hatta Menatap DuniaHatta Menatap DuniaHatta Menatap DuniaHatta Menatap Dunia
Reklamasi Sebagai Alternatif
Pengembangan Bandara
-
7/31/2019 ILWI Buletin No. 01 2012
2/10
ILWI Buletin No 01-2012 2
PENGANTAR REDAKSI
Pembaca yang budiman, menarik menyimak pertumbuhan ekonomi kita selama beberapa tahun belakangan ini. Kita
melihat ada harapan besar berkenaan dengan peningkatan kesejahteraan di negara ini. Lihat saja pertumbuhan Produk
Domestik Bruto (PDB) Indonesia tahun 2011 lalu, mencapai 6,4 %. Angka ini terbaik di Asia Tenggara. Sebagai catatan di
kawasan Asean tidak ada satu negarapun yang pertumbuhan PDB nya melewati angka 6 %. Sebut saja Vietnam yang hanya
sekitar 5,8 %, Singapura 5,3 %, Malaysia 5,2 %, Filipina 4,7 %, bahkan Thailand hanya 3,5 %.
Belakangan berita gembira juga berembus dari Bandara Soekarno-Hatta(BSH), dimana bandara kebanggaan bangsa
Indonesia itu menjadi bandara dengan pertumbuhan penumpang tertinggi di dunia. Tidak hanya itu, bandara ini juga menjadi
bandara yang terbanyak melayani penumpang di Kawasan Asean atau berada nomor 12 di dunia. Berita ini tentu
menimbulkan rasa optimis akan membaiknya perekonomian Indonesia. Meski demikian, disisi lain kita melihat kondisi bandara
yang kesulitan menampung penumpang dimana jumlahnya sekarang mencapai lebih dari dua kali lipat kapasitasperencanaannya.
Pembaca, tuntutan untuk pengembangan BSH memang sudah tak bisa ditawar-tawar lagi. Melihat pengalaman
dibanyak negera , beberapa bandara besar dibangun di atas daerah reklamasi, maka kami coba mengangkat kemungkinan yang
sama jika dilakukan di BSH. Pertimbangan-pertimbangan teknis sederhana coba kami bahas dalam Buletin ILWI edisi 1 tahun
2012 ini. Semoga ulasan kami bermanfaat bagi Anda. Selamat membaca.
Redaksi
-
7/31/2019 ILWI Buletin No. 01 2012
3/10
ILWI Buletin No 01-2012 3
CENGKARENG SEMAKIN DILIRIK
Meningkatnya pertumbuhan ekonomi Indonesia berimbas pada banyaknya penumpang pesawat
yang melalui Bandar Udara Soekarno-Hatta. Perkembangan jumlah penumpang pesawat melebihi
dua kali lipat kapasitas ideal bandara.Reklamasi menjadi alternatif pengembangan.
Semakin banyak pesawat singgah di Soekarno Hatta
Bagi Anda yang pernah berjalan-jalan di
bandara udara (Bandara) terbesar di Malaysia, Kuala
Lumpur International Airport (KLIA), pastilah akan
terpukau melihat kemegahan dan kebesarannya. Negara
jiran itu memiliki bandara yang cukup luas dengan
arsitektur yang megah dan mengagumkan. Pemerintah
setempat telah memprediksi kemampuan bandara itu
hingga beberapa tahun kedepan.
Jika dibandingkan dengan Bandara Soekarno-Hatta (BSH), tentu saja segala fasilitas dan
kenyamanannnya sangat jauh berbeda. Iri rasanya jika
melihat kondisi bandara di sana, maklum negara yang
seringkali kita jadikan bahan perbandingan, ini
memang memiliki banyak persamaan budaya dengan
kita, karena memang memiliki rumpun yang sama.
Untuk urusan bandara ini, ternyata kita juga
memiliki keunggulan. Kabar gembira datang dari Dewan
Bandara Internasional (Airports Council International)
, awal tahun ini, mengabarkan bahwa pertumbuhan
penumpang di BSH mengalami kemajuan pesat. Tidak
tanggung-tanggung bandara yang juga dikenal dengansebutan Cengkareng, itu pada tahun 2011 lalu
mengalami pertumbuhan yang tertinggi di dunia. Jauh
meninggalkan nama nama beken di dunia penerbangan
seperti Bandara Schipol-Amsterdam, Bandara
Haneda-Tokyo, Heathrow-London dan Changi-
Singapore.
Dengan pertumbuhan 19,2 %, tak ayal lagi
menunjukan pada dunia bahwa bandara kebanggaan
rakyat Indonesia ini memiliki prospek yang cukup
besar dalam beberapa tahun kedepan. Ini juga
memberikan sinyal yang jelas bahwa ekonomi
Indonesia sudah semakin membaik.
Bandara KLIA Kuala Lumpur.
-
7/31/2019 ILWI Buletin No. 01 2012
4/10
ILWI Buletin No 01-2012 4
Disamping BSH, beberapa negara di kawasan
Asia Tenggara juga mengalami pertumbuhan
penumpang yang cukup besar. Ini bisa dilihat dari
sepuluh besar bandara yang memiliki pertumbuhan
penumpang cukup tinggi, beberapa negara Asean juga
terjaring didalamnya.
Sepuluh bandara dunia dengan pertumbuhan
pergerakan penumpang tertinggi pada 2011 adalahBSH(19,2%),Ataturk,Istanbul(16,3 %), Suvarnabhumi,
Bangkok(12%), Baiyun, Guangzhou (10,8 %), Changi,
Singapura (10,7%) , KLIA , Kuala Lumpur (10,5%),
Schiphol , Amsterdam (10 %), Munich (8,8 %), Dubai
(8 % ), dan Miami (7,3 %).
Tingkat pertumbuhan penumpang yang
mencapai puncaknya ini memperkuat tren peningkatan
yang sudah terjadi beberapa tahun belakangan ini.
Dimana BSH terus dipenuhi penumpang, kapasitas
terminal yang hanya berkisar 22 juta orang dijejali
hingga lebih dua kali lipatnya yaitu 52,44 juta orang.
Pertambahan jumlah penumpang ini diyakini akanterus berlangsung dalam beberapa tahun kedepan.
0 5 10 15 20 25
Jakarta
Bangkok
Singapore
Amsterdam
Dubai
Grafis prosentase pertumbuhan penumpang.
0
10
20
30
40
50
60
2007 2008 2009 2010 2011
Pertumbuhan penumpang di BSH , 5 tahun terakhir (juta)
Jumlah penumpang sebanyak itu, langsung
mengerek BSH masuk ke jajaran bandara tersibuk di
dunia. Cengkareng masuk ke urutan 12 dunia dalam
urusan lalu lalang penumpang. Posisinya memang masih
dibawah beberapa bandara besar lainnya di dunia
seperti Bandara Hartsfield-Jackson, Atlanta (92 juta
penumpang), Capital International Airport,Beijing (77
juta penumpang), Heathrow, London (69 juta
penumpang), Bandara O'Hare, Chicago (66 jutapenumpang) dan Bandara Haneda, Tokyo (62 juta
penumpang).
Bandara Dubai jumlah penumpang/tahun dibawah BSH
Akan tetapi yang membesarkan hati adalah
posisi bandara yang terletak di Kabupaten Tangerang
itu dalam hal jumlah penumpang jauh diatas bandara-
bandara lain di Asia Tenggara seperti KLIA, Kuala
Lumpur yang hanya berada diurutan 28. Bahkan
dibandingkan Bandara Changi, Singapore, yang terkenal
dengan fasilitasnya yang lengkap, BSH masih berada di
atasnya. Bandara di negara kota itu hanya berada di
urutan 18.
Peningkatan jumlah penumpang ini disamping
membanggakan juga menimbulkan rasa khawatir,
karena kondisinya tidak sesuai dengan daya tampung
ideal dari bandara yang dirancang oleh arsitek
Perancic, Paul Andreu itu. Ketika awal-awal
beroperasi tahun 1985 BSH terlihat sangat megah
dengan fasilitas yang tergolong wah, sayangnya
semakin lama kemampuannya semakin jauh dari
tuntutan perubahan jaman. Hingga akhirnya keteteran
menghadapi lonjakan penumpang yang semakin tinggi.
Jumlah penumpang yang jauh dari kapasitas
bandara ini tentu bisa menimbulkan banyak kerawanan,
seperti keselamatan, keamanan, dan kenyamanan, para
penggunanya.
Penumpang sedangcheck in di Terminal 1
Pihak BSH sendiri tidak berdiam diri dalam
mengantisipasi pertumbuhan penumpang yang terus
meningkat itu. Melalui PT Angkasa Pura II desain
-
7/31/2019 ILWI Buletin No. 01 2012
5/10
ILWI Buletin No 01-2012 5
baru rencana induk, yang merupakan pengembangan
bandara, pertengahan tahun 2011 lalu telah disetujui
Boediono, Wakil Presiden Republik Indonesia.
Persetujuan pemerintah ini langsung disikapi dengan
pembuatan desain teknis rinci atau detail engineering
design (DED).
Mengingat cepatnya pertumbuhan penumpang
pengembangan BSH mutlak untuk dilakukan. Inimengingat jumlah penumpang yang sudah terlalu besar.
Rencananya untuk revitalisasi, targetnya hingga tahun
2014 nanti, BSH setidaknya bisa menampung hingga
62 juta penumpang.
Dalam revitalisasi ini ada beberapa rencana
yang akan dilakukan tanpa membangun landasan baru.
Ini dilakukan dengan mengoptimalkan dua landasan
pacu yang telah ada. Seperti merekonfigurasi landasan
1 dan 2 dengan menambah jumlah taxiway dan
meningkatkan kapasitas area parkir pesawat, dari 125
pesawat menjadi 174 pesawat.
Pesawat parkir di Apron BSH
Disamping itu, untuk mengantisipasi ledakan
penumpang, akan dilakukan pengembangan Terminal 3
ditambah dengan melakukan revitalisasi Terminal 1
dan Terminal 2. Untuk pergerakan barang juga
dilakukan dengan pembangunan terminal kargo baru.
Selain itu bandara recananya juga dilengkapi dengan
fasilitas bangunan penghubung antar terminal serta
fasilitas penunjang lainnya.
Jika melihat pertumbuhan penumpang yang
sangat pesat tampaknya pembangunan landasan pacu
baru menjadi solusi lain yang bisa meningkatkankapasitas BSH secara signifikan. Landasan pacu baru
bisa dibangun disisi utara dari bandara yang sekarang.
Meski demikian pembangunan landasan pacu tentu akan
memerlukan lahan yang cukup luas.
Menurut Tri Sunoko, Direktur Utama PT
Angkasa Pura II, hingga tahun 2020, Angkasa Pura
berharap bisa menambah kapasitas hingga 90 juta
penumpang. Menurutnya karena untuk pengembangan
landasan pacu membutuhkan areal lebih dari 800 hektar
maka sangat tergantung pada pembebasan lahan.
Seperti dikutip dari Harian Kompas, Tri juga
mengatakan bahwa ada kemungkinan perluasan itudilaksanakan dengan melakukan reklamasi.
Sulitnya pembebasan lahan di Jakarta membuat
penambahan landasan pacu berpotensi mengalami
kendala.
Dalam banyak kasus pembebasan lahan
seringkali menjadi satu proses yang berlarut-larut dan
berbiaya mahal. Sehingga tidak hanya menunda proyek
juga seringkali justru mendongkrak biaya yang harus
dikeluarkan. Pengembangan bandara dengan reklamasidiwilayah pantai, juga lebih cocok untuk landasan pacu
karena laut lepas memudahkan pesawat untuk
melakukan proses lepas landas maupun mendarat.
Petugas menurunkan barang dari bagasi pesawat
Di banyak wilayah yang penduduknya padat
seperti Jakarta dan wilayah-wilayah disekitarnya,
membebaskan lahan ratusan hektar bukan masalah yang
gampang. Belum lagi tantangan dari kelompok-
kelompok masyarakat yang mempermasalahkan
pengambilan lahan mereka, meski mendapat ganti rugi.
Masyarakat masih banyak yang tidak rela melepaskan
tanah-tanah milik mereka.
Sangat memungkinkan jika bandara
dikembangkan dengan cara reklamasi, ujar
Sawarendro, ahli reklamasi, yang juga anggota tim
Jakarta Coastal Defence Strategy (JCDS).
Menurutnya banyak negara-negara di dunia yang lebih
memilih mengembangkan bandaranya dengan melakukan
reklamasi di wilayah lautnya. Apalagi jika disinergikan
dengan rencana pembangunan tanggul laut
Jakarta,tambahnya.
Melihat tren peningkatan jumlah penumpang ini
harus diantisipasi dengan cepat. Momen ini jangan
menjadi antiklimaks, hanya karena keterlambatan
memberikan fasilitas yang memadai dan mendukung
agar orang-orang bisa melakukan pergerakan dengan
nyaman dan aman di bandara.
Bagi para pendatang bandara adalah pintu
masuk ke satu kota atau negara. Kesan yang
ditampilkan haruslah menunjukan kesiapan negara atau
kota tersebut untuk melayani mereka. Fasilitas yang
ada setidaknya memadai dan tidak menimbulkankeluhan oleh para penumpang.
-
7/31/2019 ILWI Buletin No. 01 2012
6/10
ILWI Buletin No 01-2012 6
EFISIEN PENGEMBANGAN KE ARAH LAUT
Beberapa bandara besar di dunia dibangun di atas lahan reklamasi. Secara teknis perluasan Soekarno-
Hatta ke arah pantai dengan melakukan reklamasi lebih realistis dan ekonomis. Bisa langsung
disinergikan dengan rencana pembangunan tanggul laut di Teluk Jakarta.
Rencana pola ruang Jabodetabekpunjur menurut Perpres 54/200
Jika berpegang peraturan presiden (perpres) No
54 tahun 2008, tentang Perencanaan ruang kawasan
Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, Puncak,
Cianjur (Jabodetabekpunjur), maka perluasan Bandara
Soekarno-Hata (BSH) hingga ke arah laut sangat
dimungkinkan. Ini bisa dilihat dalam gambar diatas
dimana peruntukan lahan reklamasi untuk kawasan di
utara bandara hingga ke arah timur laut diperbolehkan
untuk pengembangan kawasan di sekitarnya.Seperti diketahui Teluk Jakarta terletak di
Kawasan Strategis Nasional Jabodetabekpunjur, karena
itu Perpres tersebut menjadi bahan rujukan. Di zona
reklamasi rencana struktur ruang dan pola ruang
dibedakan antara zona konservasi dan zona
pengembangan, selain itu masih ada zona perlindungan
pantai, dengan kode P1 sampai P5. Dalam zona
perlindungan pesisir P2 sampai P5, reklamasi dapat
diimplementasikan dalam bentuk pulau-pulau dengan
jarak minimal 200-300 m dari garis pantai yang ada,
sampai kedalaman maksimum - 8 m.
Penggunaan lahan reklamasi baru, haruskompatibel dengan penggunaan lahan yang di
sekitarnya. Satu-satunya zona perlindungan yang tidak
mengijinkan reklamasi (P1) terletak di sepanjang
kawasan konservasi di Kabupaten Bekasi.
Mengacu pada Perpres ini tentu saja
pengembangan BSH sangat memungkinkan jika ingin
dikembangkan ke arah laut. Bagi bandara terbesar di
Indonesia ini alternatif ini tentu jauh lebih menarik
daripada melakukan pembangunan di lahan-lahan yang
kini masih dimiliki warga.
Di kawasan Jabodetabekpunjur untukmemperluas lahan bukan masalah mudah. Padatnya
penduduk dan mahalnya harga tanah menjadi kendala
yang luar biasa. Ini harus dicarikan jalan keluarnya agar
realisasi pengembangan BSH secara maksimal bisa
dilakukan dengan cepat.
Beberapa pengamatan dan studi yang pernah
ada menunjukan bahwa tanah hingga kedalaman -16
meter di perairan sebelah utara bandara dan beberapa
tempat lain di laut Jakarta, menunjukan bahwa jenis
tanahnya adalah lempung (clay). Jenis tanah semacam
ini dimungkinkan untuk dilakukan reklamasi dengan
melakukan sedikit rekayasa enjinering. Misalnyadengan menggunakan verticale drain dalam proses
pelaksanaannya.
-
7/31/2019 ILWI Buletin No. 01 2012
7/10
ILWI Buletin No 01-2012 7
Jenis tanah di dasar laut pantai Jakarta bisa direklamasi
Jika landasan pacu yang ke 3 nanti dibangun di
daerah reklamasi maka pilot akan lebih mudah
melakukan proses pendaratan dan penerbangan pesawat.
Karena berbatasan dengan lautan yang menyebabkan
tidak ada halangan sama sekali dari perbukitan, gedungtinggi atau bangunan-bangunan lain yang mungkin
mengganggu proses pendaratan dan penerbangan.
Di beberapa negara lain, untuk memudahkan
proses pendaratan memang dipilih membangun bandar
udara di laut. Karena dianggap lebih aman. Di
Hongkong umpamanya Bandara Kai Tak dibangun di
areal reklamasi. Pertimbangannya karena lahan di
Hongkong cenderung berbukit, kata Sawarendro.
Karena itu atas pertimbangan keamanan dibangunlah
bandara di lepas pantai.
Bandara Hongkong yang dibangun di lepas pantai
Untuk di BSH, pembangunan bandara baru
(landasan pacu) memang tidak harus terlepas dari
daratan, bisa juga tetap terhubung dengan lahan yang
ada di tepi pantai meski sebagian berada di lahan
reklamasi. Agar menjadi satu kesatuan dengan terminal
yang lain bisa dilakukan dengan hubungan interkoneksi
antar terminal. Sehingga penumpang bisa dengan mudah
berpindah terminal.
Menariknya jika pengembangan BSH
dilakukan dengan cara reklamasi maka bisa sekaligus
disinergikan dengan rencana pembangunan tanggul laut
di Teluk Jakarta. Seperti sudah diketahui bahwa Tim
Jakarta Coastal Defence Strategy (JCDS) telah
merumuskan rencana pembangun tanggul laut di Teluk
Jakarta. Dimana tanggul itu akan membentang dari
Barat hingga ke Timur pantai Jakarta.JCDS telah menggambarkan skenario
pembangunan tanggul laut tersebut. BSH bisa saja
langsung menyesuaikan dengan rencana tersebut,
sehingga bangunan bandara baru nantinya benar-benar
bisa lebih efisien dan memadai mengikuti
perkembangan pembangunan yang terjadi ibukota.
Pengembangan disesuaikan dengan rencana tanggul lautJCDS
Back Up Tangerang di Karawang
Pemerintah tampaknya serius menanggapipertumbuhan jumlah penumpang di BSH. Tak hanya
dengan merevitalisasi dan mengembangkan bandara
yang terletak di Kabupaten Tangerang itu saja,
pemerintah juga berencana membangun bandara baru di
Karawang, Jawa Barat.
Bandara baru ini rencananya terletak di antara tol
Cipularang dan Waduk Jatiluhur, dengan luas 4000
hektar. Menurut perhitungan Japan International
Cooperation Agency (JICA) biaya konstruksi bandara
ini sekitar Rp. 30 triliun.
Harapannya bandara di Karawang ini bisa
menampung penumpang yang tinggal di seputar Jakartabagian timur, seperti Bekasi, Cikarang dan Cibitung.
Jika ini sudah terealisasi maka beban dari BSH bisa
berkurang. Meski demikian BSH harus tetap
dikembangkan karena jumlah pertumbuhan penumpang
yang fantastis semacam ini harus diantisipasi dengan
tepat dan cepat.
Bagaimanapun juga momentum pertumbuhan
penumpang ini harus benar-benar bisa dimanfaatkan
pemerintah untuk mendorong pertumbuhan ekonomi.
Jangan sampai menjadi antiklimak.
-
7/31/2019 ILWI Buletin No. 01 2012
8/10
ILWI Buletin No 01-2012 8
TEKNOLOGI REKLAMASI SEMAKIN BERKEMBANG
Reklamasi mengefektifkan pengembangan lahan. Tak selalu atas pertimbangan ekonomi,
reklamasi juga dilakukan untuk kebutuhan memperbaiki lingkungan. Kini teknologi reklamasi
semakin berkembang dan dimanfaatkan untuk berbegai keperluan.
Lapangan Terbang Kansai di Jepang yang berada di atas lahan reklamasi di laut.
Kebanyakan kota besar di dunia berada di garis
pantai. Bertetangga dengan laut banyak memberikan
keuntungan ekonomi, karena itu orang jauh lebih
tertarik untuk tinggal di dataran rendah daripada di
wilayah pegunungan. Terbukti diawal tahun 90an
jumlah penduduk dunia yang tinggal di daerah pantai
mencapai 3,7 milyar orang. Diprediksi hingga tahun
2020 sekitar 75 % penduduk dunia tinggal di kawasan
pantai . Mereka itu berada dari bibir pantai sampai
sejauh 60 kilometer ke daratan.
Kecenderungan yang sama juga terjadi di
Indonesia. Panjang pantai yang mencapai sekitar 80
ribu kilometer serta jumlah pulau yang mencapai
belasan ribu, membuat isu pembangunan di daerah
pantai menjadi dominan. Kemajuan dan perkembangan
yang pesat di daerah itu, justru semakin mendorong
orang untuk terus berbondong-bondong ke kawasan
yang sebenarnya jumlah penduduknya sudah sangat
padat.
Sayangnya jumlah lahan yang ditempati
semakin hari semakin terbatas, akibatnya untuk
melakukan pembangunan dan pengembangan menjadi
sangat sulit. Apalagi tata guna lahan, biasanya
membatasi orang untuk melakukan pembangunan yang
tak sesuai dengan peruntukannya.
Pembangunan suatu kawasan industri atau kota
baru memerlukan ratusan sampai ribuan hektar lahan.
Pembebasan lahan sering menjadi kendala utama dalam
implementasi proyek. Pembebasan lahan dalam skala
luas praktis sulit dilakukan karena tingginya bobot
permasalahan sosial yang ditimbulkannya. Pengalaman
menunjukkan bahwa penolakan oleh minoritas
kelompok masyarakat saja bisa menjadikan
pelaksanaan proyek menjadi berlarut-larut. Walaupun
tahun lalu DPR dan Pemerintah telah berhasil
menelurkan Undang Undang tentang Pembebasan lahan,
namun aturan pelaksanaannya masih belum turun.
Hal ini menjadi ekstra pemicu dan pemacu bagi
investor untuk memilih melakukan kegiatan
pengembangan kawasan melalui proses reklamasi ini.
Lambat laun, reklamasi lahan menjadi pilihan yang
tergolong paling rasional. Dalam skala besar, membuat
lahan lebih murah dan lebih mudah dibandingkan
dengan membebaskan lahan.
-
7/31/2019 ILWI Buletin No. 01 2012
9/10
ILWI Buletin No 01-2012 9
Dan tampaknya reklamasi menjadi tren dunia
yang sulit untuk dibendung.
Pulau Palm di Dubai
Reklamasi bukan hanya suatu kegiatan yang
digunakan untuk menambah lahan daratan, namun kerap
pula proses reklamasi digunakan untuk maksud
perbaikan/pengembalian lingkungan ke arah aslinya.
Kegiatan restorasi pantai dan perbaikan/pembersihan
lahan bekas penambangan merupakan contoh lain
dimana proses reklamasi dibutuhkan.
Sebagaimana juga suatu pilihan dalam aspek
kehidupan lainnya, pilihan untuk melakukan reklamasi
lahan tentu saja bukan merupakan pilihan yang tanpa
risiko. Kegiatan reklamasi membutuhkan biaya yang
tidak sedikit dengan segala kemungkinan resiko yangmeyertainya. Perencanaan dan perancangan perlu
dilakukan secara seksama, untuk memperkecil risiko
yang dapat ditimbulkannya. Perlu persiapan & keahlian
untuk mengawal pelaksanaannya.
Sejarah reklamasi dunia, diisi dengan
berbagai kebutuhan yang tak selalu sama. Banyak
negara karena berbagai macam keperluan yang
mendesak, memaksa pemerintah mereklamasi kawasan
pesisirnya. Kebutuhan akan lahan permukiman yang
lebih luas telah mengubah sebagian besar Daerah Rawa
Wetland, yang menyangga kota New Orleans Amerika
Serikat(AS) dari Pantai Teluk Meksiko, menjadi
kantong-kantong permukiman.
Di Osaka Jepang, penolakan masyarakat
setempat terhadap pendirian bandara di dekat
pemukiman, membuat pemerintah setempat pusing tujuh
keliling. Sampai akhirnya pemerintah kota setempat
memilih membuat bandara tersebut di tengah-tengah
laut. Jadilah Bandara Kansai Internasional yang megah
dan enak dilihat dari udara.
Lain lagi cerita dari Negeri Belanda, karena
keterbatasan lahan, negara itu terpaksa melakukan
reklamasi secara meluas di seluruh teritorial
negaranya. Tidak heran hampir 60 persen lahan kering
di Negeri Kincir Angin tersebut merupakan lahan
reklamasi.
Hebatnya, di Belanda reklamasi bukan saja di
tempat-tempat yang berbatasan dengan pantai, tetapi
juga jauh ke daratan. Termasuk di kedua sisi sungai
besar yang membelah negeri ini. Karena itu, waduk-
waduk besar, jalan-jalan air yang dapat dilayari kapal
besar, sudah menjadi pemandangan biasa di negeri ini.
Beberapa tahun belakangan ini, kegiatan
reklamasi seperti ini juga merambah ke belahan lain didunia ini. Dubai membangun Palm Island yang cukup
artistik. Cina, Rusia, Singapura juga giat mengekspansi
wilayah daratannya dengan melakukan reklamasi.
Reklamasi Alamiah
Tanpa disadari proses reklamasi telah
berlangsung dengan sendirinya di beberapa kota besar
di Indonesia. Ini terjadi sejak beberapa ratusan tahun
yang lalu. Jakarta dan Semarang adalah contoh kota
yang mengalami proses reklamasi secara alami sejak
beberapa abad lalu.
Garis pantai pada kedua kota ini terusbergerak ke arah laut. Penambahan garis pantai itu
berlangsung selama puluhan bahkan ratusan tahun.
Sehingga terus menjorok ke luar menggeser batas laut.
Penambahan garis pantai di Jakarta secara alami
Batas laut Semarang yang semakin bertambah
Ironisnya meski sempat bertambah garis
pantainya, sebagian wilayah Jakarta sekarang justru
terancam tenggelam. Ini akibat penurunan muka tanah
yang semakin hari semakin mengurangi tinggi daratan diibukota. Akibatnya beberapa tanggul yang sementara
yang ada di tepi laut tak mampu menahan limpasan air
-
7/31/2019 ILWI Buletin No. 01 2012
10/10
ILWI Buletin No 01-2012 10
laut. Demikian juga di Semarang banjir akibat rob kerap
terjadi di wialyah yang berbatasan dengan pantai.
Kini di Jakarta air laut sering melewati tanggul yang ada
Perkembangan Reklamasi di Indonesia
Sekitar tahun 80an proses reklamasi di daerah
rawa dan dataran rendah mulai dilakukan. Beberapapelabuhan di Indonesia pada umumnya dibangun di
lahan hasil reklamasi. Ini dilakukan karena kedalaman
laut harus memungkinkan kapal-kapal yang berlabuh
dapat merapat ke dermaga.
Demikian juga perluasan prasarana pelabuhan
yang telah ada. Karena perkembangan lahan yang
berada di luar kawasan pelabuhan, memaksa perluasan
prasarana. Perluasan itu dilakukan sepanjang garis
pantai yang mengharuskan dilakukannya reklamasi
lahan.
Tidak hanya yang berhubungan dengan
pelabuhan laut saja, pelabuhan udara juga ada yangdibangun di atas lahan reklamasi. Karena sifatnya yang
membutuhkan kawasan bebas rintangan dari gedung-
gedung tinggi dan gunung. Akibat keterbatasan lahan di
darat, beberapa bandara juga dibangun di atas lahan
reklamasi. Karena dulunya merupakan rawa-rawa yang
membutuhkan permukaan yang stabil untuk menyangga
bangunan yang diatasnya. Seperti Soekarno Hatta di
Jakarta dan Ngurah Rai di Denpasar.
Selain itu, karena berbagai alasan beberapa
proyek terpaksa dibangun di atas lahan reklamasi.
Seperti proyek-proyek yang membutuhkan laut sebagai
sarananya. Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU)umumnya dibangun di lahan yang berbatasan langsung
dengan laut, karena air laut merupakan bahan vital
untuk pembangkit jenis ini. Air laut diperlukan sebagai
pendingin pembangkit ini.
Bahkan PLTU berbahan bakar batubara juga
dibangun di daerah pantai. Pertimbanganya adalah
efisiensi, agar sarana bongkar muat dan penyimpan
batubara curah tak terlalu jauh dari kapal yang
mengangkutnya. Karena itu PLTU ini paling ekonomis
dibangun di lahan reklamasi.
Proyek Asahan di Sumatera Utara juga
dibangun di lahan reklamasi, karena baik produk
maupun bahan mentahnya harus menggunakan
transportasi laut. Proyek seluas 250 hektar ini berada
di daerah rawa dengan jalan masuk sepanjang 22
kilometer. Sedangkan dermaganya dibangun di lepas
pantai sejauh 1,6 kilometer dari tapak pabrik. Keduanya
dihubungkan oleh dermaga pancang. Di era 90an
kegiatan reklamasi juga dilakukan dalam proyek
pengembangan di pesisir Jakarta.
Disamping itu reklamasi juga diperlukan untuk
perbaikan lingkungan, penataan ruang yang lebihnyaman, meningkatan jumlah badan air, menambah
lahan terbuka hijau bahkan melindungi hutan mangrove.
Dimana kecenderungan penurunan muka tanah bisa pula
mengancam keberlanjutan ekosistem mangrove, karena
terus terendam air laut.
Reklamasi TambangDi Indonesia banyak sekali kegiatan-kegiatan
pertambangan, baik pertambangan terbuka maupun
pertambangan tertutup. Pertambangan adalah kegiatan
dengan penggunaan lahan yang bersifat sementara,
karenanya setelah penambangan rampung, lahan harus
bisa dimanfaatkan untuk kegiatan produktif lainnya.
Pertambangan terbuka (open pit mining) selalu
menyebabkan perubahan bentang alam. Perubahan ini
meliputi topografi, vegetasi , pola hidrologi dan struktur
tanah. Apalagi biasanya keberadaan bahan tambang itu
secara alami banyak berada dalam kawasan yang masuk
kriteria hutan.
Mengembalikan fungsi ekologis lahan tersebut
menjadi keharusan. Tak hanya itu fungsi ekonomi dan
sosialnya lahanpun harus bisa dikembalikan. Itulah
sebabnya maka lahan bekas tambang seperti ini harus
segera direklamasi.
Paling penting, hasil reklamasi tambang tambang
haruslah bisa mengembalikan tanah dalam kondisi
aman, stabil, dan tak gampang terjadi erosi. Selanjutnya
barulah lahan itu diperbaiki ekologinya agar bisa
dimanfaatkan untuk keperluan produktif lainnya.
Reklamasi harus dilaksanakan secepatnya sesuai
dengan kemajuan tambang. Jadi kondisi lahan yang
terbuka tidak bisa dibiarkan terlalu lama. Reklamasi
sendiri merupakan bagian dari skenario pemanfaatan
lahan pasca tambang. Karena itu prinsip yang harus
dipegang adalah penambangan dilangsung seoptimalkanmungkin, untuk selanjutnya segera dilakukan reklamasi.
Kanan sebagian tambang yang sudah direklamasi ESDM