ikram muhammad p0900314417digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/digital... · 2021. 1....

278
KORELASI PERILAKU PEMIMPIN DENGAN KOMITMEN BAWAHAN DI PEMERINTAH KABUPATEN-KOTA PROVINSI GORONTALO THE CORRELATION OF LEADER BEHAVIOR WITH SUBORDINATE COMMITMENT IN LOCAL GOVERNMENT OF GORONTALO PROVINCE IKRAM MUHAMMAD P0900314417 PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS HASSANUDIN MAKASSAR 2017

Upload: others

Post on 07-Feb-2021

2 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • KORELASI PERILAKU PEMIMPIN DENGAN KOMITMEN BAWAHAN DI PEMERINTAH KABUPATEN-KOTA

    PROVINSI GORONTALO

    THE CORRELATION OF LEADER BEHAVIOR WITH SUBORDINATE COMMITMENT IN LOCAL GOVERNMENT OF

    GORONTALO PROVINCE

    IKRAM MUHAMMAD P0900314417

    PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS HASSANUDIN

    MAKASSAR 2017

  • ii

    KORELASI PERILAKU PEMIMPIN DENGAN KOMITMEN BAWAHAN DI PEMERINTAH KABUPATEN-KOTA PROVINSI GORONTALO

    DISERTASI

    Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar Doktor

    Program Studi

    Ilmu Administrasi Publik

    Disusun dan diajukan oleh

    IKRAM MUHAMMAD NPM. P0900314417

    Kepada

    PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS HASANUDDIN

    MAKASSAR 2017

  • v

    PRA KATA

    Puji dan syukur penulis panjatkat kehadiran Allah SWT karena atas

    izin dan kuasanyalah sehingga Disertasi dengan Judul: Korelasi Perilaku

    Pemimpin dengan Komitmen Bawahan di Pemerintah Kabupaten-Kota

    Provinsi Gorontalo ini dapat diselesaikan.

    Gagasan yang mendasari penulisan disertasi ini adalah karena

    masih kurangnnya studi kepemimpinan yang secara khusus mengukur

    perilaku mempengaruhi (influence behavior) di organisasi sektor publik,

    padahal pengaruh adalah determinan dalam kepemimpinan. Studi tentang

    perilaku mempengaruhi juga masih cenderung dilakukan di sektor privat

    daripada sektor publik, padahal karakteristik kedua organisasi tersebut

    cenderung berbeda sehingga efektivitas perilaku mempengaruhi

    pemimpinpun akan berbeda, sebagaimana juga perbedaan budaya yang

    terbukti menghasilkan efektivitas perilaku mempengaruhi yang berbeda.

    Untuk itu penelitian ini bermaksud melakukan pengujian di sektor publik

    khususnya di organisasi pemerintah daerah melalui pengujian korelasi

    antara perilaku pemimpin dengan komitmen tugas dan komitmen

    organisasi bawahan di Pemerintah Kabupaten-Kota di Provinsi Gorontalo.

    Sebab komitmen tugas dan komitmen organisasi adalah prasyarat

    terwujudkan kinerja individual yang berimplikasi terhadap kinerja

    organisasi di pemerintah daerah yang lebih baik.

  • vi

    Selesainya penulisan disertasi ini selain atas izin Allah SWT, juga

    merupakan upaya maksimal yang telah penulis lakukan secara tekun dan

    penuh kesabaran. Selain itu, dukungan, bantuan dan masukan banyak

    pihak sehingga disertasi ini dapat diselesaikan. Untuk itu, segala

    dukungan dan bantuan tersebut penulis ucapkan terima kasih yang tak

    terhingga. Melalui kesempatan ini juga, penulis menyampaikan

    pernyataan tanda terima kasih kepada pihak-pihak yang telah

    memberikan bantuan.

    Pertama-tama, penulis menyatakan terima kasih dan perhargaan

    setinggi-tinggnya kepada Tim Promotor: Prof. Deddy T. Tikson, Ph.D

    (Promotor), DR. Suryadi Lambali, MA (ko-promotor) dan DR. Hj.

    Syahribulan, M.Si (ko-promotor) yang telah menyediakan banyak luangan

    waktu dan intensif memberikan bimbingan, arahan dan masukan yang

    berharga guna penyelesaian penulisan Disertasi ini. Tak heran jika banyak

    waktu tersita serta energi yang terbuang sekedar untuk menambah

    kualitas penulisan disertasi ini sehingga bermanfaat secara teoritis

    maupun empiris.

    Terima Kasih kepada Prof. DR. Yulianto Kadji, M.Si selaku penguji

    eksternal, Prof. DR. Suratman, M.Si, Prof. DR. H. Muh. Akmal Ibrahim,

    M.Si, DR. H. Muhammad Yunus, MA, masing-masing sebagai penguji

    internal, yang telah memberikan masukan yang berharga demi

    penyempurnaan disertasi ini.

  • vii

    Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih dan

    penghargaan yang tinggi kepada :

    1. Prof. Dr. Dwia Ariestina Palubuhu, MA. Selaku Rektor Universitas

    Hasanuddin, beserta stafnya yang telah memberikan kesempatan

    kepada penulis untuk mengikuti pendidikan program pascasarjana

    Universitas Hasanuddin hingga selesai Program Doktoral penulis.

    2. Prof. Dr. Muhammad Ali, MS. selaku direktur program Pascasarjana

    Universitas Hasanuddin beserta stafnya yang telah memberikan

    kesempatan dan kemudahan-kemudahan kepada penulis untuk

    menyelesaikan pendidikan dalam waktu yang telah ditentukan.

    3. Prof. Dr. Andi Alimuddin Unde, M.Si. selaku Dekan Fakultas Ilmu

    Sosial dan Ilmu Politik Universitas Hasanuddin beserta seluruh

    Jajarannya yang telah banyak memberikan dukungan dan kemudahan-

    kemudahan layanan yang mengstimulasi penyelesiaan program

    Doktoral Administrasi Publik Penulis.

    4. Prof. Dr. Haselaman, M.Si. Sebagai Ketua Program Studi S3 Ilmu

    Administrasi Publik beserta jajarannya yang telah banyak memberikan

    kemudahan dan dukungan selama pelaksanaan studi penulis hingga

    penyelesaiannya.

    5. Dosen Program Studi S3 Administrasi Publik FISIP Universitas

    Hasanuddin yang menambah banyak khasanakah keilmuan penulis

    dalam penyelenggaraan program pendidikan dan pengejaran selama

    ini.

  • viii

    6. DR. Ir. H. Azis Rachman, MM dan DR. Hj. Titin Dunggio, SE., M.Si

    selaku Ketua Yayasan Bina Mandiri Gorontalo dan Ketua BPH

    Yayasan Bina Mandiri Gorontalo yang telah memberikan ruang,

    dukungan dan sumbangsih luar biasa dalam pengembangan karir studi

    Penulis dari Magister hingga Doktoral saat ini.

    7. Bupati/Wali Kota dan Pimpinan OPD Kabupaten-Kota se Provinsi

    Gorontalo yang telah membantu memberikan izin dan mendukung

    penulis dalam memberikan tanggapan sebagai data utama yang

    digunakan untuk memenuhi syarat penyelesaian studi Program

    Doktoral ini.

    8. Syamsinah, SE., M.Si dan Drs. Samin Latif, beserta seluruh unsur

    pimpinan, Dosen dan Staf STIM Boalemo yang turut memberikan

    dukungan luar biasa hingga selesainya studi penulis.

    9. Kedua orang tua saya Muhammad Syamsi dan Ramlia Husen yang

    saya catut namanya di Disertasi ini karena mereka adalah stimulan

    utama setiap capaian-capaian Pribadi Penulis. Capaian inipun

    diperuntukan untuk memuliakan mereka. Terima kasih atas doa-

    daoanya yang tak terhitung.

    10. Khonimatul Khumaidah dan kedua putra saya Naufal Al Azzam I.

    Muhammad dan Naufal Al Farizy I. Muhammad, menjadi pelipur lara,

    pengokoh dan cahaya mata dalam hari-hari penulis. Tampa mereka

    hari-hari dalam penyelesaian studi penulis akan terasa berat.

  • ix

    11. Teman-Teman Program S3 Administrasi Publik angkatan 2014/2015

    yang tak dapat disebut satu persatu. Terima kasih ada kebersamaan

    dan perjuangannya selama ini.

    Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan disertasi ini masih

    jauh dari sempurna, oleh sebab itu penulis sangat mengharapkan koreksi,

    saran-saran dan kritik guna kesempurnaan disertasi ini.

    Akhir hanya kepada Allah penulis serahkan segala upaya dan

    harapan besar moga disertasi ini bermanfaat bagi penulis maupun kepada

    semua yang berkompeten untuk pengembangan kepemimpinan di sektor

    publik yang lebih baik.

    Makassar, 27 November 2017

    Ikram Muhammad

  • x

    ABSTRAK

    IKRAM MUHAMMAD (P0900314417); Korelasi Perilaku Pemimpin dengan Komitmen Bawahan di Pemerintah Kabupaten-Kota Provinsi Gorontalo (dibimbing oleh Deddy T. Tikson sebagai Promotor, Suryadi Lambali dan Syahribullan masing-masing sebagai ko-promotor).

    Komitmen pegawai merupakan pendorong utama kinerja individu yang berkontribusi terhadap kinerja organisasi. Dalam penelitian ini, komitmen pegawai dibedakan menjadi komitmen tugas dan komitmen organisasi yang berasosiasi dengan taktik mempengaruhi oleh pemimpin mereka. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan hubungan antara perilaku pemimpin dengan komitmen tugas dan komitmen organisasi bawahan di pemerintah kabupaten-kota Provinsi Gorontalo. Kepala Daerah yang secara konsisten menggunakan taktik mempengaruhi dalam perilaku rasional dianggap akan menghasilkan komitmen tugas dan komitmen organisasi yang lebih baik diantara bawahan.

    Penelitian ini menggunakan desain survey terhadap 165 responden, terdiri dari Pimpinan Organisasi Perangkat Daerah di Kota Gorontalo, Kabupaten Gorontalo, Kabupaten Boalemo, Kabupaten Bone Bolango, Kabupaten Pohuwato dan Kabupaten Gorontalo Utara. Adapun sebagai unit analisis adalah perilaku kepemimpinan Kepala Daerah. Sedangkan pengumpulan data menggunakan kuesioner, kemudian dianalisis dengan korelasi asimestris Somers’ d.

    Hasil penelitian menunjukkan bahwa taktik persuasi rasional dan taktik menginspirasi, berkorelasi kuat dengan komitmen tugas dan komitmen organisasi bawahan. Dengan demikian, hanya dua dari 11 taktik mempengaruhi yang berasal dari perilaku rasional, yang mendukung hipotesis. Efektivitas penggunaan kedua taktik tersebut disebabkan oleh kecakapan pribadi Kepala Daerah, pengetahuan dan pengalaman memimpin, serta hubungan interpersonal dalam berkomunikasi yang baik. Sedangkan penggunaan taktik dalam perilaku berbasis hubungan dan perilaku tegas, berkorelasi mendekati nol, sehingga tidak mendukung hipotesis.

    Kata Kunci: Perilaku Pemimpin, Taktik Mempengaruhi, Komitmen Tugas,

    Komitmen Organisasi, Pemerintah Daerah

  • xi

    ABSTRACT

    IKRAM MUHAMMAD (P0900314417). The Correlation of Leader Behavior with Subordinate Commitment at Local Government of Gorontalo Province (guided by Deddy T. Tikson as the promoter, Suryadi Lambali and Syahribullan as the co-promoter).

    Task and organizational commitments are important determinants to the individual and organizational performance, which in turn giving the effect on the overall organizational performance. This research aimed to find out the relationship between leader behavior and subordinates task and organizational commitment at the government of Gorontalo Province. It was assumed that Regents and Mayor who consistently used tactics of influence within rational behavior, will give rise to the better task and organizational commitments. This study employed survey design for 165 respondents from Regional Government Agency in Gorontalo Province, comprise of City of Gorontalo, Boalemo Regency, Bone Bolango Regency, Pohuwato Regency and Gorontalo Utara Regency. The unit of analysis was the leadership behavior of Regents and Mayor in each Regency and City Government. The data was collected by using questionnaires, then analyzed by asymmetrical Somers' d correlation.

    This research found that the tactics of rational persuasion and inspirational appeal had strong and positive significant correlation with subordinate task and organizational commitments. This means that two of eleven tactics within rational behavior supported the hypotheses. The effectiveness of using these tactics was supposedly caused by personal expertise of the Regents or Mayor. These might knowledge and experience, as well as interpersonal and communication skills. On the contrary, the influence tactics of relationship-based behavior and assertive behavior had small and insignificant correlation with subordinate task and organizational commitments. This statistics was not in line with the hypotheses.

    Keyword: leader behavior, influence tactics, task commitment,

    organization commitment, local Government.

  • xii

    DAFTAR ISI

    HALAMAN

    HALAMAN JUDUL ............................................................................... i

    HALAMAN PENGAJUAN ..................................................................... ii

    HALAMAN PENGESAHAN .................................................................. iii

    PERNYATAAN KEASLIAN DISERTASI .............................................. iv

    PRAKATA ............................................................................................ v

    ABSTRAK ............................................................................................ x

    ABSTRACT .......................................................................................... xi

    DAFTAR ISI ......................................................................................... xii

    DAFTAR TABEL .................................................................................. xvi

    DAFTAR GAMBAR .............................................................................. xix

    DAFTAR SINGKATAN ......................................................................... xx

    DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................... xxi

    BAB I. PENDAHULUAN...................................................................... 1

    A. Latar Belakang ..................................................................... 1

    B. Rumusan Masalah ............................................................... 11

    C. Tujuan Penelitian ................................................................. 13

    D. Signifikansi Penelitian .......................................................... 14

    E. Metode yang Relevan .......................................................... 15

    F. Batasan Masalah/ Lingkup Penelitian .................................. 16

    G. Manfaat Penelitian ............................................................... 17

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................. 19

    A. Kepemimpinan dalam Administrasi Publik ........................... 19

    B. Teori Kepemimpinan ............................................................ 22

    1. Definisi Kepemimpinan ................................................... 22

    2. Perkembangan Studi dan Fokus Kajian Kepemimpinan ................................................................ 26

    3. Level Konseptualisasi Kepemimpinan ............................ 45

  • xiii

    4. Kepemimpinan versus Manajemen ................................ 47

    C. Teori Perilaku Kepemimpinan .............................................. 50

    D. Kuasa dan Perilaku Mempengaruhi ..................................... 55

    E. Perilaku dan Taktik Mempengaruhi ...................................... 62

    F. Pengukuran Taktik Mempengaruhi ...................................... 73

    G. Korelasi Perilaku Pemimpin dengan Perilaku Bawahan ...... 75

    H. Penelitian Terdahulu yang Relevan ..................................... 84

    I. Kerangka Konseptual dan Hipotesis Penelitian ................... 91

    1. Kerangka Konseptual Penelitian..................................... 91

    2. Hipotesis Penelitian ........................................................ 94

    BAB III METODE PENELITIAN ........................................................... 97

    A. Rancangan Penelitian .......................................................... 97

    B. Unit Analisis ......................................................................... 98

    C. Lokasi Penelitian .................................................................. 99

    D. Populasi dan Sampel ........................................................... 99

    E. Teknik Pengumpulan Data ................................................... 101

    F. Variabel dan Definisi Operasional ........................................ 101

    G. Pengukuran Variabel ........................................................... 104

    H. Pengujian Validitas dan Reliabelitas .................................... 106

    I. Analisis Data ........................................................................ 107

    J. Pengujian Hipotesis ............................................................. 110

    BAB IV DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN ...................................... 112

    A. Sejarah Provinsi Gorontalo .................................................. 112

    1. Kota Gorotalo ................................................................. 113

    2. Kabupaten Gorontalo ..................................................... 114

    3. Kabupaten Boalemo ....................................................... 116

    4. Kabupaten Bone Bolango ............................................... 117

    5. Kabupaten Pohuwato ..................................................... 118

    6. Kabupaten Gorontalo Utara ............................................ 120

  • xiv

    B. Letak Geografis Provinsi Gorontalo ..................................... 121

    C. Pemerintahan di Provinsi Gorontalo .................................... 124

    D. Kependudukan ..................................................................... 126

    E. Indeks Pembangunan Manusia............................................ 132

    F. Tingkat Kemiskinan .............................................................. 134

    G. Organisasi Perangkat Daerah (OPD) ................................... 136

    BAB V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ........................... 137

    A. Pengujian Validitas dan Reliabelitas .................................... 137

    B. Deskripsi Responden ........................................................... 139

    C. Pengujian Hipotesis ............................................................. 140

    1. Korelasi Perilaku rasional melalui penggunaan taktik persuasi rasional, menginspirasi, konsultasi dan kolaborasi dengan komitment tugas dan komitmen organisasi bawahan ........................................................ 140

    2. Korelasi Perilaku berbasis hubungan melalui penggunaan taktik penilaian, pertukaran, mengambil hati dan pendekatan pribadi dengan komitmen tugas dan komitmen organisasi bawahan. ............................... 148

    3. Korelasi perilaku tegas melalui penggunaan taktik

    menekan, legitimasi dan koalisi dengan komitmen tugas dan komitmen organisasi bawahan ...................... 156

    D. Pembahasan ........................................................................ 165

    1. Korelasi Perilaku Rasional melalui penggunaan taktik persuasi rasional, menginspiasi, konsultasi dan kolaborasi dengan komitmen tugas dan komitmen organisasi bawahan ........................................................ 166

    2. Korelasi perilaku berbasis hubungan melalui penggunaan taktik penilaian, pertukaran, mengambil hati dan pendekatan pribadi ........................................... 182

    3. Korelasi Perilaku Tegas melalui penggunaan taktik menekan, legitimasi dan koalisi dengan komitmen tugas dan komitmen organisasi bawahan. ..................... 194

  • xv

    BAB VI PENUTUP ............................................................................... 211

    A. Simpulan .............................................................................. 211

    B. Implikasi teoritis ................................................................... 214

    C. Keterbatasan Penelitian ....................................................... 217

    D. Saran ................................................................................... 218

    DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 221

    LAMPIRAN-LAMPIRAN ....................................................................... 232

  • xvi

    DAFTAR TABEL

    Nomor Judul Tabel Halaman

    2.1 Evolusi Definisi Kepemimpinan ................................................. 23

    2.2 Perbandingan proses Manajemen dan Kepemimpinan ............. 49

    2.3 Perbandingan Taksonomi Taktik Mempengaruhi ...................... 64

    2.4 Pengelompokkan Taktik Mempengaruhi berdasarkan Strategi Mempengaruhi ............................................................. 73

    2.5 Komparasi Hasil Penelitian Terduhulu dengan

    Penelitian Disertasi .................................................................... 89 3.1 Populasi Pimpinan OPD Pemerintah Kabupaten-Kota

    se Provinsi Gorontalo ................................................................ 100 3.2 Jenis Perilaku Pemimpin dan Taktik Mempengaruhi ................. 102 3.3 Jenis Perilaku dan Veriabel Perilaku Komitmen ........................ 104 3.4 Tabel Kontigensi ........................................................................ 108 3.5 Interval Nilai Koefisien Korelasi dan Kekuatan

    Hubungan .................................................................................. 109 3.6 Hipotesis Statisik ....................................................................... 110 4.1 Batas-Batas Wilayah Kota Gorontalo ........................................ 113 4.2 Daftar Walikota Gorotalo sejak tahun 1961-2017 ...................... 114 4.3 Batas Wilayah Kabupaten Gorontalo ......................................... 115 4.4 Daftar Bupati Kabupaten Gorontalo ........................................... 115 4.5 Batas Wilayah Kabupaten Boalemo .......................................... 116 4.6 Daftar Bupati Kabupaten Boalemo ............................................ 117 4.7 Batas Wilayah Kabupaten Bone Bolango .................................. 117

    4.8 Daftar Bupati Kabupaten Bone Bolango .................................... 118

  • xvii

    4.9 Batas Wilayah Kabupaten Pohuwato ........................................ 119

    4.10 Daftar Bupati Kabupaten Pohuwato .......................................... 119

    4.11 Batas Wilayah Kabupaten Gorontalo Utara ............................... 120

    4.12 Daftar Bupati Kabupaten Gorontalo Utara ................................. 121

    4.13 Luas Wilayah Provinsi Gorontalo Menurut Kabupaten-Kota ........................................................................................... 121

    4.14 Ketinggian dari Permukaan Laut Ibukota Kabupaten-Kota di Provinsi Gorontalo ......................................................... 122

    4.15 Jarak Ibukota Kabupaten-Kota dengan Ibukota Provinsi Gorontalo ................................................................................... 123

    4.16 Jumlah Kecamatan dan Desa/Kelurahan Menurut Kabupaten-Kota di Provinsi Gorontalo ...................................... 124

    4.17 Jumlah Pegawai Negeri Sipil Daerah Menurut Kabupaten-Kota dan Jenis Kelamin di Provinsi Gorontalo ................................................................................... 125

    4.18 Jumlah dan Laju pertumbuhan Penduduk Kabupaten /Kota di Provinsi Gorontalo ........................................................ 127

    4.19 Jumlah Penduduk dan Rasio Jenis Kelamin Kabupaten-Kota di Provinsi Gorontalo, 2015 ............................................... 128

    4.20 Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin di Provinsi Gorontalo, 2015 ......................................... 129

    4.21 Distribusi dan Kepadatan Penduduk Menurut Kabupaten-Kota di Provinsi Gorontalo, 2015............................. 131

    4.22 Persentase Penduduk Usia 10 Tahun ke Atas menurut Kabupaten-Kota dan Ijazah Tertinggi yang dimiliki di Provinsi Gorontalo, 2015 ........................................................... 131

    4.23 Angka Harapan Hidup, Harapan Lama Sekolah, Rata-Rata Lama Sekolah dan Pengeluaran per Kapita yang Disesuaikan Menurut Kabupaten-Kota di Provinsi Gorontalo, 2014-2015 ................................................................ 132

  • xviii

    4.24 Indeks Pembangunan Manusia Menurut Kabupaten-Kota di Provinsi Gorontalo, 2010-2015 ...................................... 134

    4.25 Persentase Penduduk Miskin (%) Menurut Kabupaten-Kota di Provinsi Gorontalo, 2010-2015 ...................................... 135

    4.26 Deskripsi Jumlah Organisasi Perangkat Daerah Kabupaten-Kota di Provinsi Gorontalo ...................................... 136

    5.1 Relibelitas IBQ ........................................................................... 138

    5.3 Relibelitas OCQ ......................................................................... 139

    5.3 Jumlah Responden setiap Kabupaten-Kota .............................. 139

    5.4 Korelasi Perilaku rasional melalui penggunaan taktik persuasi rasional, menginspirasi, konsultasi dan kolaborasi dengan komitmen tugas dan komitmen bawahan di Kabupaten-Kota se Provinsi Gorontalo .................. 140

    5.5 Korelasi Perilaku berbasis hubungan melalui penggunaan taktik penilaian, pertukaran, mengambil hati dan pendekatan pribadi dengan komitmen tugas dan komitmen bawahan di Kabupaten-Kota se Provinsi Gorontalo ................................................................................... 148

    5.6 Korelasi perilaku tegas melalui penggunaan taktik menekan, legitimasi dan koalisi dengan komitmen tugas dan komitmen organisasi bawahan di Kabupaten-Kota se Provinsi Gorontalo ................................................................ 156

    5.7 Korelasi Perilaku Pemimpin dengan Komitmen Bawahan setiap Kabupaten/Kota Provinsi Gorontalo ................ 163

    5.8 Perbandingan Hasil Korelasi Perilaku Pemimpin dengan Komitmen Bawahan dengan Penelitian Sebelumnya............................................................................... 204

    5.9 Arah, Kekuatan dan Signifikansi Korelasi 11 Taktik Mempengaruhi dengan Komitmen Tugas dan Komitmen Organisasi Bawahan di pemerintah kabupaten/kota Provinsi Gorontalo ............................................ 208

  • xix

    DAFTAR GAMBAR

    Nomor Judul Gambar Halaman

    1. Model Kepemimpinan berbasis Bakat Zaccaro, dkk (2004)............ 30

    2. Model kepemimpinan berbasis Skill oleh Mumfod,dkk ................... 32

    3. Model Path-Goal House ................................................................. 38

    4. Level Konseptualisasi Kepemimpinan ............................................ 45

    5. Sumber Kuasa Pemimpin ............................................................... 60

    6. Pengaruh dari Kuasa dan Perilaku Mempengaruhi oleh Pemimpin serta hubungannya dengan hasil mempengaruhi .......... 61

    7. Model kontrak komitmen transaksional-rasional ............................. 83

    8. Kerangka Konseptual Penelitian ..................................................... 92

    9. Peta Provinsi Gorotalo .................................................................... 124

    10. Model Korelasi Perilaku Mempengaruhi Pemimpin dengan Perilaku Komitmen bawahan di Pemerintah Daerah ...................... 206

  • xx

    DAFTAR SINGKATAN

    ASN Aparatur Sipil Negara

    BPS Badan Pusat Statistik

    DPRD Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

    IBQ Influence Behavior Questionnaire

    LBDQ Leader Behavior Description Questionnaire

    LMX Leader Member Exchange

    LPC Least Prefered Co-Wooker Scale

    MDGs Millenium Development Goals

    OCQ Organization Commitment Questionnaire

    OPD Organisasi Perangkat Darah

    POIS Proflie of influence strategies

    RI Republik Indonesia

    RISKESDAS Riset Kesehatan Dasar

    SOPD Satuan Organisasi Perangkat Daerah

    UU Undang-Undang

    UUD Undang-Undang Dasar

  • xxi

    DAFTAR LAMPIRAN

    1. Kuesioner Penelitian ....................................................................... 229

    2. Hasil Uji validitas dan Reliabelitas .................................................. 237

    3. Data Skor Hasil Angket................................................................... 240

    4. Analisis Somers’ d. Taktik Mempengaruhi dengan Komitmen Tugas.............................................................................................. 268

    5. Analisis Somers’d Taktik Mempengaruhi dengan Komitmen Organisasi ...................................................................................... 274

    6. Daftar Riwayat Hidup Penulis ......................................................... 280

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    Pengaruh adalah determinan dari kepemimpinan (Berson & Sosik,

    2007; Hall & Barret, 2007; Fable dan Yukl, 1992; Yukl, Kim & Falbe, 1996;

    Yukl, Chavez dan Seifert, 2008). Agar seseorang dapat menjadi pemimpin

    yang efektif, harus mampu mempengaruhi orang lain agar mau menjalankan

    tugas, program dan dan kebijakannya (Yukl, 2010:151). Penelitian ini

    berusaha untuk menemukan hubungan perilaku pemimpin melalui

    penggunaan taktik mempengaruhi dengan komitmen bawahan di Pemerintah

    Kabupaten-Kota se Provinsi Gorontalo. Untuk tujuan tersebut maka

    penelitian ini menggunakan teori dyadic perilaku mempengaruhi proaktif

    yang pengukurannya melalui Influence Behavior Questionnaire Target-G

    (Yukl, dkk (2008) dikorelasikan dengan perilaku komitmen bawahan yaitu

    komitmen tugas dan komitmen organisasi.

    A. Latar Belakang

    Pada tahun 1930an, kepemimpinan telah didefinisikan sebagai

    pengaruh dan bukan dominasi, yaitu perilaku mempengaruhi orang-orang

    untuk mencapai tujuan bersama (Northouse, 2013:3). Hingga saat ini, setiap

    pendefinisian ataupun konseptualisasi tentang kepemimpinan tak lepas dari

    kata pengaruh dan proses mempengaruhi. Hal ini menunjukkan bahwa

    pengaruh adalah inti dari kepemimpinan. Maxwell (1998:15) bahkan

  • 2

    menegaskan: “The true measure of leadership is influence - nothing more,

    nothing less”. Lebih lanjut Maxwell menguraikan:

    “If you can’t influence people, then they will not follow you. And if people won’t follow, you are not a leader. That’s the Low of Influence. No Metter what anybody else may tell you, remember that leadership is influence-nothing more, noting less (Maxwell, 1998:15).

    Pemimpin yang efektif adalah seseorang yang mampu mempengaruhi

    orang lain agar mau menjalankan permintaan, usulan dan kebijakannya

    (Yukl, 2010:198). Dalam perkembangan studi-studi kepemimpinan sejak

    pada tahun 1940an, melihat kepemimpinan tidak hanya berkenaan dengan

    bakat atau ciri-ciri tertentu, melainkan perilaku yang ditujukan kepada

    bawahan atau pengikutnya. Demikian juga dengan pengaruh yang dimiliki

    oleh seseorang, dapat disebabkan oleh bakat atau kepribadian yang

    dimilikinya, juga dapat terbentuk karena perilaku yang ditunjukannya dalam

    bentuk perilaku mempengaruhi (influence behavior).

    Studi tentang perilaku mempengaruhi oleh pemimpin turut

    disumbangsikan oleh teori social power (French & Raven, 1959:262-269)

    yang menjelaskan sumber-sumber pengaruh dalam kepemimpinan. Dalam

    konteks teori ini terdapat lima jenis kuasa (power) menjadi sumber pengaruh

    seorang pemimpin yaitu kuasa keahlian dan kuasa referensi yang

    diklasifikasi sebagai kuasa personal (personal power), serta kuasa memberi

    hadian, kuasa legitimasi dan kuasa menghukum yang diklasifikasi sebagai

    kuasa organisasi (organization power). Kuasa pemimpin ini memiliki

    hubungan kuat dengan perilaku mempengaruhi yang ditunjukkan oleh

  • 3

    pemimpin. Perilaku ini umumnya telah diidentifikasi dalam bentuk taktik

    mempengaruhi yang digunakan untuk memperoleh tujuan yang diinginkan

    dari individu sasaran (Farmer, dkk, 1997:19).

    Riset atas teori dyadic perilaku mempengaruhi telah menjadi

    fenomena organisasional yang penting dan diuji dalam berbagai bentuk

    tipologi taktik selama dua puluh tahun terakhir. Taktik mempengaruhi

    (influence tactics) dipandang sebagai jembatan yang menghubungkan antara

    pendekatan kuasa-pengaruh (power-influence approach) dengan

    pendekatan perilaku kepemimpinan (the behavior approach). Taktik

    mempengaruhi merupakan model dari teori dyadic perilaku mempengaruhi

    yang berawal dari riset Kipnis, dkk (1980) dengan mengembangkan

    instrumen POIS (Profile of Influences Strategies). Temuan taktik

    mempengaruhi dan instrumen POIS kemudian direvisi Hinkin dan

    Schriesheim (1990) melalui sejumlah penelitian. Pada saat bersamaan, Yukl,

    dkk (1990) juga melakukan riset tentang teori ini dengan mengembangkan

    instrumen penelitian yang disebut dengan Influence Behavior Questionnaire

    (IBQ) yang terus disempurnakan hingga saat ini menjadi IBQ-G (Yukl, dkk,

    2008).

    Tipologi taktik tersebut digunakan dalam setting organisasional baik

    terhadap bosnya, rekan kerja maupun bawahan (Erez dan Rim, 1982).

    Namun demikian, penelitian-penelitian utama atas teori dyadic perilaku

    mempengaruhi (seperti Kipnis, dkk 1980; Hinkin & Schriesheim, 1990;

    maupun Yukl, dkk 1992) cenderung dilakukan terhadap manajer-manajer

  • 4

    perusahaan atau pada sektor bisnis. Sementara sektor publik masih kurang

    menjadi perhatian, padahal organisasi privat dan organisasi publik memiliki

    sejumlah karakteristik yang berbeda sehingga berpengaruh terhadap

    efektivitas taktik yang digunakan. IBQ-G sebagai instrumen yang digunakan

    untuk menguji efektivitas taktik mempengaruhi sebenarnya telah diuji

    validitas dan reliabelitasnya di Yunani oleh Tyrovola, dkk (2011) dengan

    menjadikan tenaga kerja pada dua organisasi publik sebagai partisipan.

    Hasilnya menunjukkan bahwa IBQ-G layak untuk digunakan, dan mereka

    menyarankan agar perlu dilakukan translasi dan standarisasi IBQ untuk diuji

    di setiap Negara agar dapat diberlakukan secara universal.

    Di Indonesia studi kepemimpinan yang menekankan pada power-

    influence masih langka dilakukan, baik dalam ranah organisasi publik

    maupun swasta. Padahal esensi dari kepemimpinan adalah pengaruh dan

    bagaimana mempengaruhi. Dalam organisasi publik atau pemerintah,

    keberadaan kepemimpinan yang efektif menjadi penting untuk

    memaksimalkan kinerja organisasi publik. Kepemimpinan tersebut tidak

    hanya dalam lingkup kepemimpinan nasional, tetapi juga kepemimpinan lokal

    yang memberikan sumbangsih penting dalam mewujudkan cita-cita nasional.

    Konsep Negara Indonesia seperti dalam Pasal 18 Undang-Undang Dasar

    Republik Indonesia Tahun 1945, yaitu pelaksanaan otonomi memiliki prinsip

    demokrasi, otonomi luas dan kewenangan luas, keadilan, pembagian kuasa,

    pengaturan kewenangan, dan penghormatan atas hak-hak asli. Pada Pasal

    18 Ayat (2), disebutkan bahwa:

  • 5

    ”Pemerintahan daerah provinsi, daerah kabupaten, dan kota mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan”.

    Untuk mendukung pelaksanaan otonomi dan tugas perbantuan

    tersebut, maka sejak tahun 2004 diberlakukan pemilihan kepala daerah

    secara langsung yang diatur melalui UU No. 32 Tahun 2004 yang saat ini

    telah diperbaharui menjadi UU No. 23 Tahun 2014, menegaskan bahwa

    tugas Kepala Daerah adalah memimpin pelaksanaan urusan pemerintahan

    yang menjadi kewenangan Daerah berdasarkan ketentuan perundang-

    undangan dan kebijakan yang ditetapkan bersama DRPD (Pasal 65 ayat 1

    abjad a.). Optimalisasi pelaksanaan pemerintahan, pembangunan dan

    pelayanan publik di daerah membutuhkan kepemimpinan yang kuat, baik

    dari sisi personal power maupun perilaku mempengaruhi (influence

    behavior).

    Studi yang dilakukan oleh Prasojo, Teguh Kurniawan & Defy Holidin

    (2007) dalam konteks kinerja reformasi birokrasi di Indonesia, memberikan

    arah kesimpulan yang mirip: sebagian besar proses reformasi birokrasi

    belum berhasil, sebagian kecil berhasil, dan sisanya tidak berjalan sama

    sekali. Yang menarik adalah justru sebagian besar daerah yang dipimpin

    oleh individu yang reformis mampu menunjukkan adanya perubahan

    birokrasi yang baik. Fakta empiris tersebut menunjukkan bahwa

    kepemimpinan menjadi kunci utama keberhasilan dan kemajuan di

    pemerintah daerah. Beberapa daerah yang dipimpin oleh individu-individu

    yang memiliki pengaruh personal dan mampu menerapkan perilaku

  • 6

    mempengaruhi secara efektif dapat memberikan prestasi dalam

    pembangunan dan kemajuan pemerintah daerah, seperti kepemimpinan I

    Made Wirawan Bupati Jembrana-Bali (Nugroho, 2014), Buhari Mata Bupati

    Kolaka 2003-2013 (Sangkala, 2014), David Bobihu Bupati GorontaloTri

    Rismalinda Walikota Surabaya; dan Ridwan Kamil Walikota Bandung dan

    beberapa kepala daerah lainnya.

    Di Indonesia terdapat 34 Provinsi, 416 Kabupaten dan 98 Kota. Salah

    satu Provinsi yang memiliki progresivitas pembangunan yang tinggi adalah

    Provinsi Gorontalo yang terbentuk pada tahun 2000 melalui UU No. 38

    Tahun 2000, dan saat memiliki 5 Kabupaten dan 1 Kota. Pada tahun 2016,

    Provinsi Gorontalo dianugrahi penghargaan oleh Presiden RI dalam kategori

    Perencanaan Progresif di Indonesia. Provinsi Gorontalo juga meraih

    peringkat III indikator MDGs terbaik dan terbaik II pada kategori Laju MDGs

    2013-2015. Hal ini menunjukkan komitmen pemerintah daerah, baik

    Kabupaten-Kota maupun Provinsi dalam pelaksanaan pemerintahan,

    pembangunan maupun pelayanan publik.

    Pada kondisi lainnya saat ini, Provinsi Gorontalo masih dihadapkan

    pada sejumlah masalah seperti tingkat kemiskinan, pemenuhan kesehatan

    dasar hingga kualitas pelayanan publik yang merupakan gambaran tentang

    masalah pembangunan, transformasi sosial hingga politik dan pelayanan

    publik secara makro (Tikson, 2005:12). Pada bulan Agustus 2016, Provinsi

    masih berada pada peringkat 5 provinsi dengan presentasi kemiskinan

    tertinggi se Indonesia yaitu mencapai 17,72% berada dibawah Provinsi

  • 7

    Maluku (19,18) dan di atas Provinsi Bengkulu (17,32) serta jauh di atas

    capaian Kemiskinan Nasional yaitu 11,% (BPS, 2016). Tingginya tingkat

    kemiskinan ini tak lepas dari sumbangan tingkat kemiskinan di masing-

    masing pemerintah Kabupaten-Kota di Provinsi Gorontalo. Selain itu, Riset

    Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013, menepatkan Gorontalo pada

    urutan 8 status Belita Kekurangan Gizi tertinggi dengan persentase

    mencapai 26,1% di atas target MDGs Tahun 2015 yaitu 15,5%. Bahkan riset

    yang telah dilaksanakan sejak tahun 2007 ini menunjukkan bahwa Provinsi

    Gorontalo belum mampu keluar dari 10 besar Provinsi dengan status kurang

    Gizi di Indonesia (Kemenkes RI, 2014). Kementerian Dalam Negeri dalam

    Laporan Evaluasi Kinerja Kementerian/Lembaga dan Pemerintah Provinsi

    tahun 2015 menempatkan Provinsi Gorontalo pada urutan ke 24 dengan nilai

    55,15 dengan predikat CC. Sementara itu, Ombusman RI Perwakilan

    Gorontalo melaporkan bahwa pemerintah daerah masih menduduki

    peringkat pertama sebagai instansi yang paling banyak dikeluhkan

    masyarakat sepanjang tahun 2014 dengan tingkat persentase 30% aduan

    terkait pelayanan pemerintah daerah diberbagai bidang. Masalah

    berkurangnya angka kemiskinan, meningkatnya tingkat pendidikan, tingkat

    kesejahteraan masyarakat dan tingkat kesehatan merupakan bagian dari

    kriteria keberhasilan kepala daerah (Kaloh, 2009:8) dan merupakan indikator

    dari efektivitas kepemimpinan pemerintah daerah dari aspek capaian kerja

    organisasi.

  • 8

    Aspek lain dari keberhasilan kepemimpinan Kepala Daerah adalah

    dari perilaku mempengaruhinya terhadap bawahan yang menghasilkan

    komitmen tugas dan komitmen organisasi. Dengan komitmen tugas dan

    komitmen organisasi yang dimiliki oleh bawahan maka kinerja individu dan

    kinerja organisasi dapat dicapai untuk mewujudkan indikator makro

    pembangunan ekonomi dan sosial di atas. Efektivitas kepemimpinan dapat

    diukur melalui respon subjektif bawahan terhadap perilaku yang ditunjukkan

    pemimpinnya (Yukl, 2010:10; Ali, 2012:230). Semakin positif respon yang

    diberikan bawahan maka menggambarkan efektifnya perilaku yang

    ditunjukkan oleh oleh Kepala Daerah sebagai pemimpin dalam

    mempengaruhi bawahan di pemerintah Daerah.

    Perilaku mempengaruhi oleh pemimpin akan menghasilkan respon

    langsung dan hasil yang tertunda. Hasil langsung dari perilaku pemimpin

    ditunjukkan oleh perilaku reaktif bawahan terhadap tugas yang diberikan.

    Perilaku ini disebut dengan komitmen tugas atau komitmen individual.

    Sedangkan hasil tertunda adalah implikasi jangka panjang bagi organisasi

    disebabkan oleh kesadaran serta partisipasi aktif bawahan secara terus

    menerus terhadap organisasi (Yukl, 2010:11; Yukl dan Tracey, 1992; Chong,

    dkk, 2013; Chong, 2014). Sejumlah penelitian menemukan adanya sebuah

    garis tipis korelasi antara perilaku pemimpin dengan perilaku bawahannya

    (Howell & Mandez, 2008; Larsson & Lundholm, 2013; Crossman &

    Crossman, 2011).

  • 9

    Dalam konteks kepemimpinan di pemerintah daerah kabupaten-kota

    Provinsi Gorontalo, Kepala Daerah yang terpilih melalui proses pemilihan

    langsung membawa visi, misi dan program yang sebelumnya telah dijanjikan

    kepada konstituen, selanjutnya menjadi beban bagi Organisasi Perangkat

    Daerah (OPD) sebagai pelaksananya. Secara hierarkis, pimpinan OPD

    adalah bawahan yang secara langsung menerima dan menterjemahkan visi,

    misi, kebijakan dan program kepala Daerah melalui OPDnya masing-masing

    dalam Renstra maupun Renja serta kegiatan-kegiatan insidentil lainnya.

    Optimalisasi tugas pokok dan fungsi OPD serta pelaksanaan program-

    program yang dijanjikan oleh Kepala Daerah juga ditentukan oleh proses

    pengaruh yang dilakukannya terhadap bawahan yang secara langsung

    menerima tugas dan perintah. Komitmen terhadap tugas dan komitmen

    terhadap organisasi ada prasyarat lahirnya kinerja individu dan kinerja

    organisasi bawahan di birokrasi pemerintah daerah.

    Pada penelitian awal peneliti tentang perilaku mempengaruhi

    pemimpin-bawahan ini menemukan adanya kecenderungan penggunaan

    kuasa posisi atau kuasa organisasi dalam pelaksanaan pross

    mempengaruhi. Hal ini tergambar dari kecenderungan melegitimasi

    perilakunya sebagai sebuah kewenangan, menjanjikan tunjangan hingga

    mengembangkan jenis hukuman yang efektif untuk mempengaruhi perilaku

    bawahan utamanya dalam bentuk komitmen tugas. Penggunaan perilaku ini

    diasumsikan lebih efektif memberikan reaksi segera dari bawahan. Padahal

    dalam kajian empiris menemukan bahwa perilaku yang bersumber dari

  • 10

    kuasa personal seperti keahlian dan referensi lebih efektif daripada yang

    bersumber dari kuasa organisasi (Yukl, 2010; Lunenburg, 2012).

    Dalam pemerintah daerah kabupaten-kota se Provinsi Gorontalo saat

    ini dipimpin oleh Kepala Daerah yang memiliki latar belakang yang beragam

    baik dari politisi murni, birokrat, pengusaha maupun akademisi. Perbedaan

    karakteristik ini berhubungan kuat dengan perilaku dan penggunaan taktik

    mempengaruhi setiap Kepala Daerah kepada Bawahannya. Namun disisi

    lainnya, karakteristik subjek yang sama yaitu adalah Aparatur Sipil Negara

    yang bekerja dalam aturan main yang jelas dan telah membentuk

    kepribadian sebagai seorang birokrat dalam waktu yang lama membuat

    responnya terhadap perilaku dan taktik mempengaruhi yang digunakan pun

    akan cenderung sama. Kepala Daerah yang menugaskan tugas yang

    bertentangan dengan aturan, maka akan mendapat respon negatif dari ASN,

    sebaliknya juga demikian.

    Organisasi publik atau birokrasi pemerintah pun memiliki karakteristik

    yang relatif berbeda dengan organisasi privat, sehingga penelitian ini menjadi

    penting untuk mengkonfirmasi efektivitas teori dyadic perilaku mempengaruh

    yang selama ini cenderung dilakukan di sektor swasta. Secara umum, riset

    dengan menggunakan teori dyadic perilaku mempengaruhi di Amerika,

    Eropa, Cina, Malaysia, dan lainnya cenderung dilakukan terhadap manajer-

    manajer di organisasi bisnis dari pada sektor publik. Padahal, sektor publik

    adalah organisasi yang karakteristiknya lebih kompleks dan berbeda dengan

    organisasi privat, serta kebutuhan akan kepemimpinan yang efektif

  • 11

    mempengaruhi perilaku bawahanpun sangat tinggi. Selain itu, perbedaan

    aspek budaya juga ternyata berpengaruh terhadap perbedaan efektivitas

    penggunaan setiap taktik mempengaruhi (Kennedy, Fu, Yukl, 2003; Fu &

    Yukl, 2000; Chong, dkk, 2013, Chong, 2014). Taktik mempengaruhi yang

    teridentifikasi efektif di organisasi dan negara tertentu, belum menjadi

    jaminan efektivitasnya di organisasi dan negara lainnya. Sehingga dengan

    demikian, penelitian terhadap kepemimpinan Kepala Daerah Kabupaten-

    Kota se Provinsi Gorontalo akan mengkonfirmasi efektivitas dari setiap

    perilaku dan taktik mempengaruhi tersebut dengan mengkorelasikannya

    dengan perilaku komitmen bawahan.

    Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka penelitian ini

    dilakukan dengan formulasi judul: Korelasi Perilaku Pemimpin dengan

    Komitmen Bawahan di Pemerintah Kabupaten-Kota Provinsi Gorontalo.

    B. Rumusan Masalah

    Upaya untuk meningkatkan kinerja organisasi publik terus dilakukan,

    tak terkecuali di Indonesia. Capaian kinerja organisasi dapat dicapai melalui

    kontribusi setiap orang dalam organisasi tersebut, baik kontribusi langsung

    maupun tidak langsung. Peran pemimpin untuk mempengaruhi perilaku

    komitmen setiap orang dalam organisasi sangat penting, baik komitmen

    tugas maupun komitmen organisasi. Secara empiris menunjukkan bahwa

    kepemimpinan yang kuat berkorelasi kuat dengan perilaku individu, baik

    yang langsung dan jangka pendek (komitmen tugas) maupun tidak langsung

  • 12

    dan jangka panjang (komitmen organisasi). Salah satu pendekatan penting

    dalam studi kepemimpinan yang menjelaskan tentang perilaku

    kepemimpinan adalah pendekatan kuasa-pengaruh (Yukl, 2010:14). Kuasa

    terkait dengan pengaruh yang dimiliki oleh seseorang dalam kepemimpinan.

    Sedangkan aktualisasinya adalah dalam bentuk perilaku mempengaruhi

    (Influence behavior) atau secara spesifik disebut taktik mempengaruhi

    (influence tactics). Pendekatan ini juga dibangun di atas teori perilaku

    mempengaruhi dyadic dalam kepemimpinan menjelaskan bahwa

    kepemimpinan adalah proses pengaruh interpersonal antara pemimpin

    dengan pengikut. Namun demikian, penelitian dengan menggunakan taktik

    atau perilaku mempengaruhi masih jarang digunakan terutama di Indonesia,

    baik pada organisasi bisnis maupun publik. Studi-studi sebelumnya juga

    menunjukkan adanya perbedaan efektivitas kepemimpinan karena

    perbedaan demografisnya seperti budaya antar negara. Untuk itu teori ini

    perlu diuji dalam kepemimpinan kepala daerah di seluruh kabupaten-kota se

    Provinsi Gorontalo.

    Berdasarkan uraikan tersebut maka dirumuskan pertanyaan penelitian

    sebagai berikut:

    1. Apakah perilaku mempengaruhi rasional pemimpin melalui penggunaan

    taktik persuasi rasional, menginspirasi, konsultasi, kolaborasi berkorelasi

    positif dengan komitmen tugas dan komitmen organisasi bawahan?

    2. Apakah perilaku mempengaruhi berbasis hubungan melalui penggunaan

    taktik penilaian, pertukaran, mengambil hati, pendekatan pribadi

  • 13

    berkorelasi positif dengan komitmen tugas dan komitmen organisasi

    bawahan?

    3. Apakah perilaku mempengaruhi dengan ketegasan melalui penggunaan

    taktik menekan, legitimasi, koalisi berkorelasi negatif dengan komitmen

    tugas dan komitmen organisasi bawahan?

    C. Tujuan penelitian

    Tujuan penelitian ini adalah untuk menjelaskan:

    1. Korelasi perilaku mempengaruhi rasional pemimpin melalui taktik

    persuasi rasional, menginspirasi, konsultasi dan kolaborasi dengan

    komitmen tugas dan komitmen organisasi bawahan.

    2. Korelasi perilaku mempengaruhi berbasis hubungan melalui taktik

    penilaian, pertukaran, mengambil hati dan pendekatan pribadi dengan

    komitmen tugas dan komitmen organisasi bawahan.

    3. Korelasi perilaku mempengaruhi dengan ketegasan melalui taktik

    menekan, legitimasi, dan koalisi dengan komitmen tugas dan komitmen

    organisasi bawahan.

    Penelitian ini menggunakan format survey lapangan dengan

    menggunakan jenis penelitian asosiatif kuantitatif, dengan mengadopsi

    taksonomi Influence Behavior Questionnaire (Yukl et.al. 2008:618-620)

    dalam mengukur perilaku pemimpin dan komitmen tugas bawahan serta

    Organization Commitment Questionnaire dalam mengukur komitmen

    organisasi bawahan. Penelitian ini menjadikan kepemimpinan Kepala Daerah

  • 14

    sebagai unit analisis dan pimpinan-pimpinan SOPD sebagai responden

    karena mereka adalah target pertama dalam aktivitas mempengaruhi oleh

    Kepala Daerah untuk mewujudkan visi dan misinya, kebijakan, perintah

    ataupun usulannya. Tujuannya adalah untuk menemukan korelasi perilaku

    pemimpin melalui penggunaan taktik mempengaruhi oleh kepala daerah

    dengan komitmen tugas dan komitmen organisasi bawahan. Penelitian ini

    dibatasi pengujiannya pada korelasi perilaku pemimpin dengan perilaku

    komitmen bawahan, tidak pada rekan kerja ataupun pengaruh terhadap

    pemimpin di atasnya. Hasil dari penelitian ini kemudian dibandingkan dengan

    teori dan temuan-temuan serupa yang telah dilakukan sebelumnya dalam

    pengembangan teori-teori kepemimpinan di organisasi sektor publik

    khususnya pada pemerintah daerah. Secara teoritis penelitian ini berasumsi

    bahwa penggunaan taktik-taktik mempengaruhi dalam perilaku rasional

    secara intensif dalam kepemimpinan Kepala Daerah akan menghasillkan

    komitmen tugas dan berimplikasi terhadap komitmen organisasi bawahan

    yang lebih baik.

    D. Signifikansi penelitian

    Penelitian ini penting karena beberapa alasan berikut: Pertama,

    penelitian tentang kepemimpinan yang fokus pada power-influence masih

    dominan dilakukan pada organisasi privat daripada pada organisasi publik

    atau pemerintah. Padahal organisasi publik memiliki karakteristik organisasi

    yang jauh lebih rumit dan membutuhkan karakteristik kepemimpinan yang

    relevan atau dapat berbeda kepemimpinan di organisasi privat. Kedua,

  • 15

    sampai saat ini belum ditemukan penelitian yang menggunakan taktik

    mempengaruhi yang dilakukan di Indonesia, utamanya lagi yang dilakukan di

    organisasi pemerintah, baik pada skala nasional maupun lokal pemerintah

    daerah. Padahal inti dari kepemimpinan adalah pengaruh (influence) dan

    bagaimana mempengaruhi (influence tactics). Ketiga, Temuan sebelumnya

    telah menunjukkan bahwa perbedaan budaya dapat berpengaruh terhadap

    efektivitas perilaku mempengaruhi oleh pemimpin (Fu dan Yukl, 2000),

    sehingga hasil penelitian ini akan memberikan sumbangsih penting dalam

    pengembangan teori kepemimpinan dengan latar belakang budaya yang

    berbeda, dibandingkan dengan penelitian-penelitian sebelumnya. Keempat,

    penelitian ini akan memetakan taktik mempengaruhi oleh yang dapat

    menghasilkan komitmen tugas atau komitmen bawahan terhadap pemimpin

    serta dampak langka panjangnya atau komitmen bawahan terhadap

    organisasi.

    E. Metode Yang Relevan

    Untuk menjawab tujuan penelitian ini, maka pendekatan penelitian

    yang relevan adalah pendekatan penelitian kuantitatif dengan desain survey

    sebagai metode yang paling diminati oleh para peneliti dalam penelitian

    perilaku mempengaruhi oleh pemimpin. Penelitian-penelitian utama tentang

    model dyadic perilaku mempengaruhi oleh pemimpin baik oleh Kipnis, dkk

    (1980), Hinkin & Schriesheim (1990) maupun Yukl, dkk (Yukl & Tracey, 1992;

    Falbe & Yukl, 1991; Yukl, Falbe & Young, 1996; Fu & Yukl, 2000, Yukl,

    Seifert & Chavez, 2008, Chong, dkk, 2013) maupun penelitian pendukung

  • 16

    cenderung menggunakan pendekatan kuantitatif dan desan survey sebagai

    pilihan utama, sebagaimana ditegaskan juga oleh Yukl (2010) bahwa

    penelitian survey adalah jenis penelitian yang paling disukai dalam

    pelaksanaan penelitian taktik mempengaruhi.

    Penelitian-penelitian tersebut umumnya menggunakan instrumen

    POIS yang dikembangkan oleh Kipnis, dkk (1980) maupun hasil revisi oleh

    Hinkin & Schriesheim (1990), serta yang paling terkini adalah IBQ (Influence

    Behavior Influence) yang dikembangkan oleh Yukl, dkk (2008) dalam

    mengukur perilaku mempengaruhi oleh pemimpin. Dalam penelitian ini,

    peneliti mengadopsi istrumen yang dikembangkan oleh Yukl, dkk (2008),

    sedangkan untuk mengukur komitmen organisasi, peneliti mengadopsi

    kuesioner yang dikembangkan oleh Monday, dkk (1979) yaitu commitment

    organization questionnaire yang skalanya disesuaikan dengan kondisi

    responden yang dijadikan sebagai subjek data.

    F. Batasan Masalah/Lingkup Penelitian

    Penelitian ini mencakup perilaku mempengaruhi oleh pemimpin dan

    komitmen bawahan dalam level komitmen tugas dan komitmen

    organisasinya di Pemerintah Kabupaten-Kota se Provinsi Gorontalo dengan

    menjadikan Kepala Daerah sebagai objek penelitian dan pimpinan OPD

    sebagai responden. Kepemimpinan dalam penelitian ini adalah tentang

    perilaku mempengaruhi yang secara spesifik berbentuk taktik mempengaruhi

    oleh kepala Daerah terhadap pimpinan-pimpinan OPD sebagai bawahannya.

    Perilaku mempengaruhi tersebut juga dapat digunakan untuk mengklasifikasi

  • 17

    jenis kuasa sebagai sumber pengaruh yang digunakan oleh setiap Kepala

    Daerah Kabupaten-Kota di Provinsi Gorontalo. Pemetaan jenis kuasa

    didasarkan pada lima klasifikasi kuasa yaitu kuasa keahlian (expert power)

    dan kuasa keteladanan (reference power) kuasa penghargaan (reward

    power), kuasa hukuman (coercive power) serta kuasa legitimasi (legitimate

    power) (French & Raven, 1959). Yukl, dkk (2008) mengembangkan 11 taktik

    mempengaruhi yang berkorelasi dengan perilaku komitmen yaitu komitmen

    tugas (Yukl & Tracey, 1992, Yukl, dkk, 2008; Lam, dkk, 2015) dan komitmen

    organisasi bawahan (Chong, dkk 2013; Chong, 2014, Chong, dkk 2015).

    G. Manfaat Penelitian

    Hasil penelitian ini diharapkan memberikan manfaat secara teoritis

    maupun praktis.

    1. Manfaat Teoritis

    a. Hasil penelitiian ini diiharapkan dapat menambah pengetahuan,

    keterampilan dan pengalaman teoritis dan empiris bagi penulis

    dibidang administrasi publik khususnya berkenaan dengan

    kepemimpinan di organisasi publik.

    b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan informasi

    dan menimbulkan inisiatif untuk penelitian-penelitian kepemimpinan di

    bidang Ilmu Administrasi Publik pada masa yang akan datang.

    c. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya ilmu administrasi

    publik dan manajemen publik berupa pengembangan konsep

  • 18

    kepemimpinan dan korelasinya dengan perilaku bawahan di

    lingkungan organisasi pemerintah. Selain itu, diharapkan dapat

    dijadikan kerangka acuan atau pembanding dengan penelitian lain

    yang relevan atau sejenis.

    2. Manfaat Praktis

    a. Hasil peneitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada

    Bupati/Walikota di Provinsi Gorontalo dalam kepemimpinannya

    dengan menggunakan taktik-taktik mempengaruhi yang efektif untuk

    mendorong komitmen tugas yang berimplikasi terhadap komitmen

    organisasi di Pemerintah Daerah.

    b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi

    kepemimpinan di Birokrasi pemerintah daerah tentang perilaku

    mempengaruhi dyadic yang efektif di Pemerintah Daerah.

    c. Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi bagi masyarakat

    dalam menilai kepemimpinan kepala daerah di Birokrasi Pemerintah

    Daerah.

  • 19

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. Kepemimpinan dalam Administrasi Publik

    Dalam disiplin ilmu administrasi publik, telah ada sejumlah studi

    penting tentang kepemimpinan (Fernandez, 2005; Kim, 2002; Terry, 2003;

    Wright, Moynihan & Pandey, 2012). Namun, dibandingkan dengan disiplin

    terkait seperti psikologi dan manajemen bisnis, literatur administrasi publik

    relatif masih tertinggal (Trottier, Van Wart, & Wang, 2008). Hansen dan

    Villadsen (2010: 247) mengemukakan bahwa dibandingkan dengan disiplin

    ilmu lainnya, teori kepemimpinan masih mendapat sedikit perhatian dalam

    penelitian manajemen publik.

    Kepemimpinan adalah salah satu aspek yang penting dan

    menentukan dalam ilmu administrasi, baik administrasi publik maupun

    administrasi niaga. Hal ini disebabkan oleh pengaruh dan sumbangsihnya

    yang besar bagi keberhasilan proses maupun hasil dari aktivitas

    administrasi. Sebagaimana ditegaskan bahwa administrasi adalah suatu

    proses kerja sama dari sekelompok orang untuk mencapai tujuan tertentu

    secara efektif, efisien dan rasional (Siagian, 2004:2; Gie, 1993:9, Pasolong,

    2013:3), administrasi membutuhkan manajemen sebagai instrument

    operasionalnya. Aktivitas manajemen tidak akan maksimal kecuali ada

    intervensi dari kepemimpinan yang kuat sebagai pengarah, penggerakan

    maupun pengendalian aktivitas orang-orang dalam organisasi.

  • 20

    Tak heran jika dikatakan bahwa inti dari administrasi adalah

    organisasi dan manajemen, dan inti dari manajemen adalah kepemimpinan,

    sementara inti dari kepemimpinan adalah hubungan manusia dan

    pengambilan keputuan. (Silalahi, 2009:99-100, Nawawi dan Hadari,

    2004:19). Ketiganya memiliki relasi yang kuat satu dengan yang lainnya

    untuk mewujudkan efektivitas dan efisiensi proses maupun hasil.

    Ditegaskan juga bahwa kepemimpinan merupakan cabang dari

    kelompok ilmu administrasi, khususnya ilmu administrasi Negara (publik).

    Sedangkan ilmu administrasi adalah salah satu cabang dari ilmu-ilmu sosial,

    dan merupakan salah satu dari perkembangan dari filsafat (Kartono, 2009:2)

    Frederickson and Smith (2003:114) mengemukakan bahwa aspek paling

    menarik dari kebangkitan kembali manajemen dalam administrasi publik

    adalah keunggulan kepemimpinan sebagai energisasi dan legitimasi ide.

    Sedangkan Denhardt and Denhardt (2006:356) menegaskan bahwa tugas

    kepemimpinan publik adalah (1) membantu kelompok atau organisasi

    memahami kebutuhan dan potensi; (2) mengintegrasikan dan

    mengartikulasikan visi kelompok; dan (3) bertindak sebagai "pemicu" atau

    stimulus terhadap tindakan kelompok.

    Pendapat tersebut di atas menegaskan bahwa dalam administrasi

    publik, kepemimpinan yang kuat sangat dibutuhkan untuk mewujudkan apa

    yang menjadi tujuan dan orientasi administrasi publik itu sendiri, baik dalam

    konteks pemerintahan, pembangunan maupun pelayanan publik. Oleh

    Pasolong (2008:19) dijelaskan tiga alasan dari pentingnya kepemimpinan:

  • 21

    (1)Tidak ada faktor apapun yang memberikan banyak manfaat terhadap organisasi selain dari kepemimpinan yang efektif, pemimpin diperlukan untuk menentukan tujuan, mengalokasi sumber daya, memfokuskan perhatian kepada tujuan, mengkoordinasikan perubahan, membina hubungan dengan pengikutnya, (2) bukti lain yang dapat dipetik dari pentingnya kepemimpinan adalah mengapa organisasi ketika dipimpin oleh pemimpin tertentu cukup berhasil, namun ketika diganti pemimpin lain tidak berhasil meningkatkan kinerja organisasi. (3) biaya memilih pemimpin sangat besar. Teori Kepemimpinan dalam teori-teori administrasi publik dapat

    diposisisikan dalam aliran perilaku manusia dari delapan aliran yang

    dikelompokkannya, meliputi aliran proses administrasi, aliran empirisme

    administrasi, aliran perilaku manusia, aliran analisis birokrasi, aliran sistem

    sosial, aliran pengambilan keputuan, aliran matematik dan aliran integratif

    (Caiden, 1982:212-222). Dengan demikian, kepemimpinan dalam

    administrasi publik berhubungan dengan teori perilaku atau berkenaan

    pengaruh dan bagaimana mempengaruhi perilaku orang lain untuk bekerja

    secara efektif, efisien dan rasional serta bergairah (suka rela). Dalam

    perkembangannya, studi tentang kepemimpinan terus mengalami

    perkembangan dengan menghadirkan perspektif-perspektif baru yang

    menyempurnakan teori atau perspektif-perspektif sebelumnya.

    Studi awal kepemimpinan secara ilmiah dilakukan sejak tahun 1930an

    yang lebih memusatkan diri pada bakat atau ciri-ciri ideal dari seorang

    pemimpin. Walaupun dalam perspektif seni, usia kepemimpinan

    sesungguhnya telah lama diterapkan seusia umur manusia di muka bumi ini

    sendiri.

  • 22

    B. Teori Kepemimpinan

    1. Definisi Kepemimpinan

    Penelitian tentang kepemimpinan Kepala Daerah sangat penting

    karena posisi dan perannya yang vital bagi penyelenggaraan pembangunan,

    pemerintahan maupun pelayanan publik di Indonesia saat ini. Untuk itu,

    terlebih dahulu perlu diberikan deskripsi dan batasan konsep tentang

    kepemimpinan melalui pendefinisian tentang kepemimpinan dimaksud dalam

    konteks penelitian ini.

    Kata "kepemimpinan" secara Etimologi dengan baik dijelaskan oleh

    Grace (2003:3), yang mencatat bahwa kata “kepemimpinan” berevolusi

    dalam bahasa Inggris selama milenium terakhir. Asal-usul kata-kata

    "memimpin" (lead), "pemimpin" (leader) dan "kepemimpinan" (leadership)

    berasal dari akar budaya pra-Anglo-Saxon. Kepemimpinan berasal dari kata

    "memimpin" (lead) dengan akar kata "loedan" atau "lithan", yang berarti

    "untuk bepergian” (to travel), meskipun kata "memimpin" diartikan

    "menyebabkan untuk pergi bersama dengan diri sendiri" atau "membawa

    atau mengambil orang atau binatang ke suatu tempat", kata kepemimpnan

    muncul di Oxford English Dictionary (OED) selama 825 CE modern dengan

    definisi kepemimpinan yaitu untuk membimbing dengan mengacu pada aksi

    dan opini; untuk membawa dengan persuasi atau nasihat atau ke kondisi;

    untuk melakukan dengan argumen atau representasi suatu kesimpulan;

    untuk mendorong untuk melakukan sesuatu. Sementara itu, menurut Rivai

    dan Mulyadi, (2002:6) jika ditelusuri dari sisi bahasa, kepemimpinan

  • 23

    (leadership) berasal dari kata leader. Kata leader muncul pada 1300-an

    sedangkan kata leadership muncul kemudian yaitu sekitar tahun 1700-an.

    Secara terminologi, definisi kepemimpinan terus mengalami evolusi

    seiring dengan beralihnya paradigma (shifting paradigm) dalam studi-studi

    kepemimpinan sehingga tidak ada definisi baku yang dijadikan rujukan

    umum dalam penelitian-penelitian kepemimpinan. Hal ini sebagaimana

    ditegaskan oleh Benis (1959:259):

    “sepertinya, konsep kepemimpinan selalu kabur atau kembali menjadi tidak jelas karena artinya yang kompleks dan mendua. Jadi kita harus berjanji untuk menemukan dan menghentikan perkembangan istilah kepemimpinan, tetapi konsep ini tidak ada yang tuntas mendefinisikannya”.

    Evolusi definisi kepemimpinan seiring dengan berkembangnya studi-

    studi kepemimpinan dan ragam fokus dan lokusnya. Northouse (2013:2-4)

    menguraikan bahwa definisi kepemimpinan mengalami evoslusi seiring

    dengan berkembangnya studi-studi kepemimpinan sejak tahun 1900 s.d

    Abad 21. Evolusi definisi kepemimpinan tersebut adalah sebagai berikut:

    Tabel 2.1. Evolusi Definisi Kepemimpinan Tahun Definisi Kepemimpinan

    1900-1929 Definisi kepemimpinan muncul dalam tiga dekade pertama abad ke-20 menekankan pada kontrol dan sentralisasi kuasa dengan tema umum dominasi. Misalnya, pada konferensi tentang kepemimpinan pada tahun 1927, kepemimpinan didefinisikan sebagai "kemampuan untuk menekankan hasrat pemimpin terhadap orang-orang yang dipimpin dan mendorong kepatuhan, penghargaan, loyalitas, dan kerjasama" (Moore, 1927:124).

    1930-an Bakat (Traits) menjadi fokus untuk mendefinisikan kepemimpinan, dengan pandangan yang berubah bahwa kepemimpinan adalah pengaruh, bukan dominasi. Kepemimpinan juga didefinisikan sebagai interaksi karakter

  • 24

    pribadi khusus yang dimiliki seseorang dengan yang dimiliki kelompok. Dicatat juga bahwa walaupun sikap dan aktivitas dari banyak orang dipengaruhi oleh satu orang, para pengikut juga mempengaruhi pimpinannya.

    1940-an Lahirnya pendekatan kelompok yang mendefinisikan kepemimpinan sebagai perilaku individu saat mengarahkan aktivitas kelompok (Hemphill, 1949). Pada saat yang sama, kepemimpinan dengan persuasi dibedakan dari “sikap dan metode dalam mengawasi orang” atau kepemimpinan dengan pemaksaan (Copeland, 1942).

    1950-an Tiga tema yang mendominasi definisi kepemimpinan pada dekade ini: - Keberlangsungan teori kelompok, yang membentuk

    kepemimpinan sebagai apa yang dilaukan pemimpin dalam kelompok;

    - Kepemimpinan sebagai hubungan yang mengembangkan tujuan bersama, yang mendefinisikan kepemimpinan berdasarkan pada perilaku pemimpin; dan

    - Keefektifan, dimana kepemimpinan ditentukan oleh kemampuan untuk mempengaruhi seluruh keefektifan kelompok.

    1960-an Walaupun merupakan masa-masa yang kacau untuk masalah dunia, ada tahun 1960-an terdapat keselarasan diantara ilmuan kepemimpinan. Definisi utama tentang kepemimpinan sebagai perilaku mempengaruhi orang-orang untuk mencapai tujuan bersama, telah digarisbawahi oleh Seeman (1960:53) yang menggabarkan kepemimpinan sebagai “tindakan oleh orang-orang yang mempengaruhi orang lain dalam arah yang sama”.

    1970-an Fokus pada kelompok memberi jalan kepada pendekatan perilaku organisasi, dimana kepemimpinan dilihat sebagai "memulai dan mempertahankan kelompok atau organisasi untuk mencapai tujuan kelompok atau organisasi" (Rost, 1991:59). Tetapi, definisi Burn (1978:425) merupakan konsep terpenting tentang kepemimpinan: "Kepemimpinan adalah proses mobilisasi timbal balik oleh orang-orang dengan motif dan nilai-nilai tertentu, beragam sumber daya ekonomi, politik, dan lainnya, dalam konteks persaingan dan konflik untuk mewujudkan tujuan secara mandiri atau bersama oleh pemimpin dan pengikut".

    1980an. Pada dekade ini dipenuhi karya akademisi dan karya populer tentang kepemimpinan, sehingga topik ini menjadi pusat perhatian akademisi dan publik. Sebagai hasilnya, sejumlah definisi untuk kepemimpinan menjadi terlalu berlebihan dengan sejumlah tema yang tetap ada:

  • 25

    - Lakukan seperti yang diinginkan Pemimpin. Definisi kepemimpinan umumnya tetap menyampaikan pesan bahwa kepemimpinan adalah membuat pengikut melakukan apa yang dinginkan pemimpin.

    - Pengaruh (Influence). Mungkin, kata yang paling sering digunakan dalam definisi kepemimpinan tahun 1980-an, pengaruh. Kata ini dianalisis dari setiap sudut pandang. Bagaimana, dalam upaya untuk membedakan kepemimpinan dari manajemen, akademiksi menyatakan bahwa kepemimpinan adalah pengaruh yang tidak bersifat memaksa.

    - Bakat (Trait). Dicetus oleh Buku Laris In Search of Excellence (Peters & Waterman, 1982) gerakan Kepemimpinan-sebagai-kehebatan membuat bakat kepemimpinan kembali menjadi sorotan. Sebagai hasilnya, banyak pemahaman orang tentang kepemimpinan didasarkan pada orientasi bakat.

    - Transformasi (transformation). Burn (1978:83) dipuji karena memulai gerakan yang mendefinisikan kepemimpinan sebagai proses transformasional. Definisi tersebut menyatakan, kepemimpinan terjadi "ketika satu atau lebih orang terlibat dengan orang lain dengan cara tertentu sehingga pemimpin dan pengikutnya yang mengangkat ke tingkat motivasi dan moral yang lebih tinggi.

    Abad 21 Setelah puluhan tahun disonansi, pakar kepemimpinan setuju tentang satu hal: Mereka dapat menghasilkan suatu definisi bersama tentang kepemiminan. Debatpun terus berlanjut, seperti apakah kepemimpinan dan manajemen adalah proses yang terpisah, sementara yang lain menekankan pada sifat, keterampilan, atau aspek hubungan kepemimpinan. Karena faktor seperti pengaruh global yang berkembang dan perbedaan generasi, maka kepemimpinan akan terus memiliki makna yang berbeda untuk setiap orang yang berda. Intinya, kepemimpinan adalah konsep yang kompleks sehingga suatu definisi yang pasti akan sulit didapatkan

    Diadaptasi dari: Northouse (2013:2-4)

    Evolusi definisi tersebut menunjukkan adanya perbedaan pendekatan

    dan paradigma yang dibangun. Namunpun demikian, kita dapat

    mengidenfikasi beberapa unsur utama dalam definisi kepemimpinan, yaitu:

    a. Kepemimpinan adalah suatu proses,

    b. Kepemimpinan melibatkan pengaruh

  • 26

    c. Kepemimpinan terjadi pada kelompok, dan

    d. Kepemimpinan melibatkan tujuan bersama (Northose, 2013:5).

    Yukl (2010:3) menekankan bahwa sebagian besar definisi

    mencerminkan asumsi bahwa kepemimpinan berkaitan dengan aktivitas

    yang disengaja dari seseorang untuk menekankan pengaruhnya yang kuat

    terhadap orang lain untuk membimbing, membuat struktur, memfasilitasi

    aktivitas dan hubungan di dalam kelompok atau organisasi. Oleh karena itu,

    dalam penelitian ini, definisi kepemimpinan menekankan pada pengaruh dan

    proses mempengaruhi pemimpin terhadap bawahannya untuk mencapai

    tujuan yang diinginkan secara bersama.

    Pengaruh dalam konteks ini adalah power yang digunakan oleh

    pemimpin dalam proses mempengaruhi. Sementara proses mempengaruhi

    adalah perilaku mempengaruhi atau secara spesifik adalah taktik

    mempengaruhi oleh pemimpin terhadap bawahannya, rekan kerja ataupun

    pimpinannya. Ukuran keberhasilan kepemimpinan adalah pada komitmen

    tugas yang dimiliki bawahan sebagai output dari proses mempengaruhi dan

    berimplikasi terhadap komitmen organisasi.

    2. Perkembangan Studi dan Fokus Kajian Kepemimpinan

    Yukl (2010) mendalilkan bahwa teori-teori kepemimpinan yang

    dikembangkan selama abad terakhir telah mengalami perubahan besar

    dalam fokus utama yaitu kepada pemimpin, kepada pemimpin-bawah

    (leader-followers), kepada pemimpin-konteks (to leader-context). Hal ini

    dapat disingkat sebagai berikut:

  • 27

    1) Fokus pada Pemimpin:

    a. Kepribadian (Great man & Trait Theories)

    b. Pengaruh (Power and persuasion theories)

    c. Perilaku (Action of the leader)

    2) Fokus kepada situasi dan konteks:

    a. Teori kepemimpinan situasional (Situational Leadership Theory)

    b. Model Kontegensi (Contigency model)

    c. Teori Path-Goal (Path-Goal Theory)

    d. Teori Subtitusi Kepemimpinan (Leadership Subtitute Theory)

    3) Fokus kepada Pemimpin-Bawahan

    a. Teori Pertukaran Pemimpin-Anggota (Leader-Member Exchange)

    b. Teori Kepemimpinan Transaksional (Transactional Leadership)

    c. Teori Kepemimpinan Transformasional (Transformation Leadership)

    d. Teori Kepemimpinan Pelayan (Servant Leadership)

    Dalam buku Leadership In Organization yang dijadikan referensi

    diberbagai perguruan tinggi di dunia, Yukl (2010) mengelompokkan teori

    kepemimpinan ke dalam lima pendekatan utama, yaitu: Pertama, adalah

    traits based approach, yaitu konsep kepemimpinan yang didasarkan kepada

    sikap (personality), motif, nilai, dan keterampilan si pemimpin. Kedua, adalah

    behavior based approach yaitu tinjauan kepemimpinan berdasarkan perilaku

    si pemimpin. Ketiga, adalah power influence approach, yaitu pemimpin

    berdasarkan pengaruh kuasa. Keempat, adalah situational based approach,

    yaitu tinjauan kepemimpinan yang didasarkan oleh peran penting dari situasi.

  • 28

    Dan kelima, adalah integrative approach, yaitu pendekatan terintegrasi

    meliputi perilaku pemimpin dan bawahannya.

    a. Pendekatan Bakat (Traits Based Approach)

    Fokus dari pendekatan ini adalah karakteristik yang dimiliki oleh

    seorang pemimpin. Pemimpin dilahirkan dengan bakat-bakat tertentu yang

    membuat mereka besar. Ini adalah premis dari "Great Man" teori, yang diakui

    bahwa "kuasa sebagai yang diberikan dalam jumlah yang sangat terbatas

    orang-orang yang warisan dan takdir membuat mereka pemimpin (Bennis &

    Nanus, 1985:5). Pendekatan tersebut adalah yang paling dini (1930 – 1940)

    yang disebut dengan pendekatan bakat, dengan mendasarkan asumsi

    bahwa beberapa orang mempunyai bakat memimpin yang memiliki ciri

    tertentu yang tidak dimiliki orang lain. Pendekatan bakat adalah pendekatan

    yang paling awal untuk mempelajari kepemimpinan. Pendekatan ini

    menekankan pada bakat pemimpin seperti kepribadian, motivasi, nilai dan

    keterampilan (Yukl, 2010:13).

    Pada awal abad ke-20, kepemimpinan bakat dipelajari untuk

    menentukan apa yang membuat orang-orang tertentu pemimpin besar.

    Teori-teori ini difokuskan pada identifikasi kualitas bawahan dan karakteristik

    yang dimiliki oleh para pemimpin sosial, politik, dan militer yang besar. Ia

    percaya bahwa manusia dilahirkan dengan sifat-sifat ini, dan hanya orang

    "besar" yang dimiliki ciri-ciri tersebut. Selama ini, penelitian terkonsentrasi

    pada penentuan ciri-ciri tertentu yang jelas pemimpin dibedakan dari

    pengikut (Northouse, 2013:15).

  • 29

    Walaupun pendekatan bakat merupakan salah satu upaya sistematis

    pertama untuk belajar kepemimpinan, tetapi istilah bakat telah menjadi

    sumber dari ambiguitas dan kebingungan yang cukup besar dalam literatur,

    kadang mengacu pada beragam kepribadian, temperamen, disposisi, dan

    kemampuan, serta setiap kualitas abadi individu, termasuk atribut fisik dan

    demografis (Zaccarro et al, 2004:103). Beberapa penelitian yang

    memfokuskan diri pada teori ini adalah:

    1) Zaccaro, dkk (2004) tentang kepemimpinan berbasis Bakat

    Pada tahun 2004 Zaccaro, Kemp & Bader menulis tentang Leader

    Traits and Atributes dalam membangun sebuah model untuk memehami

    pemimpin bakat (leader traits) yang didasarkan pada atas dua premis: (a)

    kepemimpinan muncul dari gabungan pengaruh dari beberapa ciri-ciri

    kepemimpinan sebagai lawan dari independensi penilaian dari ciri-ciri

    lainnya, dan (b) sifat pemimpin berbeda dalam pengaruh proksimal mereka

    dalam kepemimpinannya (Zaccaro et al., 2004). Zaccaro, et al., (2014:122)

    menggambarkan model tersebut sebagai berikut:

  • 30

    Gambar 1. Model Kepemimpinan berbasis Bakat Zaccaro, dkk (2004).

    Model pada Gambar 1 di atas menunjukkan bahwa terdapat tiga

    bentuk prediktor distall dan tiga bentuk prediktor proksimal dalam

    lingkaran yang tumpang tindih. Ini merupakan premis bahwa setiap

    bentuk prediktor beroperasi secara bersama-sama dengan prediktor

    lainnya untuk mempengaruhi hasil tertentu. Setiap bentuk perlu

    didefinisikan tetapi tidak cukup untuk prediksi kriteria yang ditargetkan.

    Dengan demikian, keterampilan dan keahlian berasal dari pengaruh

    gabungan dari kapasitas kognitif, orientasi kepribadian, dan motif.

    2) Robert Kanz (1955) tentang Keterampilan Kepemimpinan

    Katz dalam Harvard Business Review, berjudul "Skill of an Effective

    Administrator" dari tahun 1955, menegaskan tiga kemampuan yang

    berbeda yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin yaitu: (1)

    personality

    Motive Values

    Cognitive abilities

    Problem soving skill

    Ekspertise/ tacit

    knowladge

    Social Appraisal skill

    Leader Process

    Leader Emergence

    Leader Effectiveness

    Leader advancement and

    promotion

    Leader’s operating environment

    Distall Atributes Proximal Attributes Leadership Criteria

  • 31

    Keterampilan teknis (technical skill), (2) Keterampilan hubungan manusia

    (human skill) dan (3) Keterampilan konseptual (conceptual skill). Menurut

    Katz (dalam Northouse, 2007:43), semakin tinggi seseorang dalam

    organisasi maka keterampilan teknis kurang dibutuhkan dan lebih

    diperlukan keterampilan konseptualnya. Di sisi lain, semakin rendah

    posisi dalam organisasi maka keterampilan lebih teknis lebih dibutuhkan

    dan keterampilan konseptual kurang diperlukan. Namun dalam

    keterampilan hubungan manusia (human skill) selalu diperlukan, tidak

    peduli tingkat atau posisi organisasi manapun.

    3) Mumford, Zaccaro, Connelly dan Marks (2000) Model Kepemimpinan

    berbasis Skill.

    Mumford, Zaccaro, Connelly dan Marks (2000) mengusulkan sebuah

    model baru yang didasarkan pada keterampilan yang harus dimiliki oleh

    seorang pemimpin. Model ini memiliki 5 komponen, diantaranya:

    - Atribut Individu (Individual Attribute),

    - Kompetensi (Competencies),

    - Kepemimpinan Hasil (Leadership Outcomes),

    - Pengalaman Karir (Career Experiences) dan

    - Pengaruh lingkungan (Enviromental Influences)

    Model ini dikenal juga sebagai model kemampuan karena meneliti

    hubungan antara pengetahuan seorang pemimpin dan keterampilan

    (yaitu, kemampuan) dan kinerja pemimpin. Kemampuan yang membuat

  • 32

    kepemimpinan dapat efektif. Model Skill Kepemimpinan ini digambarkan

    sebagai berikut:

    Gambar 2. Model kepemimpinan berbasis Skill oleh Mumfod,dkk

    4) McClelland (1985) tentang Motivasi Berprestasi (The Achive Motive)

    McClelland (1985) membagi motivasi manajer menjadi tiga kategori. Tipe

    pertama adalah manajer yang merasa puas bila menghasilkan tugas-

    tugas yang sulit dan menantang. Manajer semacam ini dikelompokkan

    sebagai tipe high need for achievement. Tipe kedua adalah mereka yang

    merasa puas bila berhasil menjaga suasana rukun dalam lingkungan

    kerjanya. Tipe ini disebut high need for affiliation, manajer ini biasanya

    senang bekerja bersama-sama dengan orang banyak. Tipe yang ketiga

    adalah mereka yang merasa puas bila berhasil menguasai orang lain dan

    mengalahkan saingan-saingannya. Manajer semacam ini dikategorikan

    sebagai high need for power. Umumnya mereka berambisi menjadi

    General Cognitive ability

    Crystallized Cognitive Ability

    Motivaion Personality

    Problem-Solving Skill Social Judgment skill

    Knowladge

    Prob

    lem

    Sol

    ving

    Perfo

    rman

    ce

    Environmental Influences

    Career Experience

  • 33

    pejabat dengan posisi tersebut maka dia memiliki kuasa (Mc Clelland,

    1985; Legino, 2009:88).

    Inti dari studi-studi ini adalah mencoba untuk mengidentifikasi dan

    menjelaskan ciri atau karakteristik kepemimpinan yang dimiliki oleh seorang

    pemimpin yang menjadi pembeda dari pengikut-pengikutnya. Namun studi ini

    tidak menimbulkan kepuasan karena tidak dapat menjelaskan hubungannya

    dengan efektivitas kepemimpinan sehingga melahirkan pendekatan berikut

    yaitu pendekatan perilaku.

    b. Pendekatan Perilaku (Behavior Approach)

    Studi kepemimpinan dengan pendekatan perilaku lahir sehubungan

    dengan ketidakpuasan atas pendekatan bakat yang ditemukan tidak ada

    satu jenis sifat pun yang bisa menjamin keberhasilan atau efektivitas

    kepemimpinan. Hal ini disebabkan karena para peneliti mengabaikan

    kemungkinan faktor lain yang memungkinkan mempengaruhi faktor sifat

    dengan kesuksesan yaitu faktor perilaku dalam kepemimpinan.

    Perspektif ini merupakan sebuah perspektif yang berbeda untuk teori

    kepemimpinan bakat, yaitu dengan mempertimbangkan apa yang

    sebenarnya pemimpin lakukan sebagai lawan karakteristik yang

    mendasarinya. Pada tahun 1940-an, para peneliti mulai menjadi kurang

    peduli dengan mengidentifikasi sifat-sifat individu kepemimpinan dan mulai

    lebih tertarik pada perilaku kepemimpinan. Oleh karena itu, sejumlah model

    dan teori telah dikembangkan untuk mengeksplorasi. Salah satu pendekatan

    yang berfokus pada perilaku pemimpin adalah pendekatan gaya.

  • 34

    Pendekatan ini berfokus pada apa yang pemimpin lakukan dan bagaimana

    mereka bertindak (Northouse, 2013:69).

    Beberapa penelitian yang menekankan pada studi ini adalah

    penelitian dari The Ohio State University Study, University of Michigan, Studi

    Blake dan Mouton tentang Leadership Grid.

    Ulasan dan bahasan tentang pendekatan perilaku ini akan dibahas

    dalam sub bab tersendiri dalam Disertasi ini.

    c. Pendekatan Kuasa-Pengaruh (Power-Influece Approach)

    Penelitian power-influence menguji proses pengaruh yang terjadi

    antara pemimpin dengan pengikutnya (Yukl, 2010:15). Penelitian ini

    berusaha menjelaskan efektivitas kepemimpinan berdasarkan jumlah dan

    jenis kuasa yang dimiliki oleh pemimpin dan bagaimana kuasa tersebut

    digunakan. Kuasa dalam konteks tersebut tidak hanya ditinjau dari

    bagaimana ia mempengaruhi bawahan (subordinate), tetapi juga terhadap

    bos ataupun rekan kerja atau mitra bisnis lainnya. Adapun beberapa

    penelitian yang memberikan sumbangan penting dalam teori ini adalah:

    (1) Teori Kuasa Sosial (social power) yang dikembangkan oleh French dan

    Raven (1959) mengklasifikasi tipe kuasa menurut sumbernya, yaitu kuasa

    memberi penghargaan (reward power), kuasa memaksa (coercive

    power), kekuataan memiliki legitimasi (legitimate Power), kuasa keahlian

    (expert power) dan kuasa referensi (referent power).

    (2) Taksonomi taktik mempengaruhi yang dilakukan oleh Kipnis, dkk (1980),

    hingga Yukl, et.al (2008)

  • 35

    Pendekatan inilah yang menjadi fokus penelitian peneliti, sehingga

    bagian ini akan dibahas secara detail pada sub bab lainnya.

    d. Pendekatan Situasional (Situational Approach)

    Lahirnya studi kepemimpinan situasional disebabkan oleh

    ketidakpuasan para ahli kepemimpinan atas hasil yang ditunjukkan oleh studi

    kepemimpinan perilaku. Kritik atas studi kepemimpinan perilaku sehingga

    melahirkan studi kepemimpinan pendekatan situasional adalah sebagai

    berikut:

    - Penelitian tentang gaya belum menunjukkan bagaimana gaya pemimpin

    yang berhubungan dengan hasil kinerja.

    - Pendekatan gaya telah gagal menemukan gaya universal kepemimpinan

    yang bisa efektif dalam hampir setiap situasi.

    - Pendekatan gaya menunjukkan bahwa gaya kepemimpinan yang paling

    efektif adalah gaya yang tinggi-tinggi (tinggi pada tugas dan tinggi pada

    hubungan). Namun, beberapa hasil penelitian tidak setuju dengan ini dan

    berpendapat bahwa situasi tertentu mungkin memerlukan gaya

    kepemimpinan yang berbeda (Northouse, 2013:79).

    Pada akhir tahun 1960 dan awal tahun 1970an beberapa teori

    situasional dan kontigensi muncul. Teori tersebut dibangun dari observasi

    tentang bagaimana variabel situasi berpengaruh dan menghasilkan

    kepemimpinan yang efektif. Premis dasar dari pendekatatan situasional ini

    adalah situasi yang berbeda menuntut jenis kepemimpinan yang berbeda.

  • 36

    Pendekatan ini dikembangkan oleh Fiedler (1964), House’s, (1971) serta

    Hersey dan Blanchard (1988).

    Teori kontingensi kepemimpinan diusulkan pertama kali oleh psikolog

    Austria Fred Edward Fiedler (1964) dalam artikelnya "A Contigency Model of

    Leadership Effectiveness." Teori ini menekankan pentingnya kedua

    kepribadian pemimpin dan situasi di mana pemimpin yang beroperasi.

    Fiedler dan rekan-rekannya mempelajari pemimpin dalam berbagai konteks

    tapi kebanyakan dalam konteks militer dan model mereka didasarkan pada

    hasil penelitian mereka. Secara garis besar menurut mereka terdapat dua

    gaya kepemimpinan: (1) Motivasi pada tugas (task-motivated) dan (2)

    Motivasi pada hubungan (relationship-motivated).

    Tugas mengacu pada tugas prestasi, dan hubungan-motivasi

    mengacu pada hubungan interpersonal. Fiedler mengukur gaya

    kepemimpinan dengan menggunakan Least Preferred Co-Worker Scale

    (skala LPC). Para pemimpin skor tinggi pada skala ini adalah hubungan

    termotivasi dan mereka mencetak rendah tugas termotivasi. Fiedler

    menjelaskan bagaimana situasi menengahi hubungan antara efektivitas

    kepemimpinan dengan ukuran ciri yang disebut “nilai (LPC) rekan kerja yang

    paling disukai” (Yukl, 2010:252; Robbins, 2013:297; Northouse 2013:114).

    Fiedler mengasumsikan bahwa gaya kepemimpinan individu adalah

    tetap. Jika situasi membutuhkan pemimpin berorientasi tugas dan orang

    dalam posisi kepemimpinan berorientasi hubungan, baik situasi harus diubah

    atau pemimpin harus diganti untuk mencapai efektivitas optimal. Fiedler

  • 37

    mendefinisikan kesukaan sebagai batasan dimana situasi memberikan

    kendali kepada seorang pemimpin atas para bawahan. Tiga situasi yang

    diidentifikasi fiedler adalah hubungan pimpinan-anggota, Struktur tugas dan

    Kuasa Poisisi (Yukl, 2010:253; Robbins, 2013: 297). Namun seiring dengan

    dikembangkannya teori-teori kepemimpinan situasional yang lebih baik, teori

    LPC cenderung ditinggalkan tetapi tetap dianggap telah memberikan

    kontribusi atas lahirnya teori kepemimpinan situasional.

    Teori kepemimpinan situasional berikutnya yang cukup mendominasi

    dibangunnya pengembangan teori kepemimpinan situasional adalah teori

    dari Robert House’s (1971) dengan teori Path-Goalnya yang berakar pada

    teori harapan yang dikembangkan oleh Victor Vroom dan juga Martin G.

    Evans. Menurut House (1971:324), pemimpin berperan mencari jalan untuk

    memotivasi bawahannya dengan cara meningkatkan kepuasan mereka

    antara lain dengan memperhatikan aspek-aspek situasi seperti suasana

    kerja, lingkungan kerja dan karakteristik bawahannya. Ketika kohesivitas tim

    rendah, gaya kepemimpinan suportif yang digunakan sedangkan dalam

    situasi di mana kinerja yang berorientasi norma tim yang ada, gaya direktif

    atau gaya berorientasi prestasi bekerja lebih baik. Pemimpin harus

    menerapkan gaya direktif untuk menghadapi norma-norma tim yang

    menentang tujuan resmi tim. Jadi semakin terstruktur suatu pekerjaan,

    semakin jelas tujuannya, dan semakin terbangun rasa percaya diri bawahan,

    maka upaya untuk terus-menerus menjelaskan suatu pekerjaan atau

    pengarahan merupakan tindakan pemimpin yang tidak diharapkan oleh

  • 38

    bawahan. Namun, tak kala pekerjaan tidak terstruktur secara baik, tujuan

    tidak jelas, dan bawahan kurang pengalaman, kemudian gaya kepemimpinan

    direktif akan lebih diterima oleh para bawahan. Pengembangan teori ini

    melahirkan empat gaya kepemimpinan yang dapat mempengaruhi kepuasan

    dan kinerja karyawan, sebagaimana model yang digambarkan berikut:

    Gambar 3. Model Path-Goal House

    Keempat gaya kepemimpinan di atas, dapat dijelaskan sebagai

    berikut:

    - Kepempimpinan direktif: disini pemimpin memberikan pedoman, yang

    memungkinkan bawahan tahu apa yang diharapkan dari mereka,

    menetapkan standar kinerja bagi mereka, dan mengontrol perilaku