ikram muhammad p0900314417digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/digital... · 2021. 1....
TRANSCRIPT
-
KORELASI PERILAKU PEMIMPIN DENGAN KOMITMEN BAWAHAN DI PEMERINTAH KABUPATEN-KOTA
PROVINSI GORONTALO
THE CORRELATION OF LEADER BEHAVIOR WITH SUBORDINATE COMMITMENT IN LOCAL GOVERNMENT OF
GORONTALO PROVINCE
IKRAM MUHAMMAD P0900314417
PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS HASSANUDIN
MAKASSAR 2017
-
ii
KORELASI PERILAKU PEMIMPIN DENGAN KOMITMEN BAWAHAN DI PEMERINTAH KABUPATEN-KOTA PROVINSI GORONTALO
DISERTASI
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar Doktor
Program Studi
Ilmu Administrasi Publik
Disusun dan diajukan oleh
IKRAM MUHAMMAD NPM. P0900314417
Kepada
PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR 2017
-
v
PRA KATA
Puji dan syukur penulis panjatkat kehadiran Allah SWT karena atas
izin dan kuasanyalah sehingga Disertasi dengan Judul: Korelasi Perilaku
Pemimpin dengan Komitmen Bawahan di Pemerintah Kabupaten-Kota
Provinsi Gorontalo ini dapat diselesaikan.
Gagasan yang mendasari penulisan disertasi ini adalah karena
masih kurangnnya studi kepemimpinan yang secara khusus mengukur
perilaku mempengaruhi (influence behavior) di organisasi sektor publik,
padahal pengaruh adalah determinan dalam kepemimpinan. Studi tentang
perilaku mempengaruhi juga masih cenderung dilakukan di sektor privat
daripada sektor publik, padahal karakteristik kedua organisasi tersebut
cenderung berbeda sehingga efektivitas perilaku mempengaruhi
pemimpinpun akan berbeda, sebagaimana juga perbedaan budaya yang
terbukti menghasilkan efektivitas perilaku mempengaruhi yang berbeda.
Untuk itu penelitian ini bermaksud melakukan pengujian di sektor publik
khususnya di organisasi pemerintah daerah melalui pengujian korelasi
antara perilaku pemimpin dengan komitmen tugas dan komitmen
organisasi bawahan di Pemerintah Kabupaten-Kota di Provinsi Gorontalo.
Sebab komitmen tugas dan komitmen organisasi adalah prasyarat
terwujudkan kinerja individual yang berimplikasi terhadap kinerja
organisasi di pemerintah daerah yang lebih baik.
-
vi
Selesainya penulisan disertasi ini selain atas izin Allah SWT, juga
merupakan upaya maksimal yang telah penulis lakukan secara tekun dan
penuh kesabaran. Selain itu, dukungan, bantuan dan masukan banyak
pihak sehingga disertasi ini dapat diselesaikan. Untuk itu, segala
dukungan dan bantuan tersebut penulis ucapkan terima kasih yang tak
terhingga. Melalui kesempatan ini juga, penulis menyampaikan
pernyataan tanda terima kasih kepada pihak-pihak yang telah
memberikan bantuan.
Pertama-tama, penulis menyatakan terima kasih dan perhargaan
setinggi-tinggnya kepada Tim Promotor: Prof. Deddy T. Tikson, Ph.D
(Promotor), DR. Suryadi Lambali, MA (ko-promotor) dan DR. Hj.
Syahribulan, M.Si (ko-promotor) yang telah menyediakan banyak luangan
waktu dan intensif memberikan bimbingan, arahan dan masukan yang
berharga guna penyelesaian penulisan Disertasi ini. Tak heran jika banyak
waktu tersita serta energi yang terbuang sekedar untuk menambah
kualitas penulisan disertasi ini sehingga bermanfaat secara teoritis
maupun empiris.
Terima Kasih kepada Prof. DR. Yulianto Kadji, M.Si selaku penguji
eksternal, Prof. DR. Suratman, M.Si, Prof. DR. H. Muh. Akmal Ibrahim,
M.Si, DR. H. Muhammad Yunus, MA, masing-masing sebagai penguji
internal, yang telah memberikan masukan yang berharga demi
penyempurnaan disertasi ini.
-
vii
Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih dan
penghargaan yang tinggi kepada :
1. Prof. Dr. Dwia Ariestina Palubuhu, MA. Selaku Rektor Universitas
Hasanuddin, beserta stafnya yang telah memberikan kesempatan
kepada penulis untuk mengikuti pendidikan program pascasarjana
Universitas Hasanuddin hingga selesai Program Doktoral penulis.
2. Prof. Dr. Muhammad Ali, MS. selaku direktur program Pascasarjana
Universitas Hasanuddin beserta stafnya yang telah memberikan
kesempatan dan kemudahan-kemudahan kepada penulis untuk
menyelesaikan pendidikan dalam waktu yang telah ditentukan.
3. Prof. Dr. Andi Alimuddin Unde, M.Si. selaku Dekan Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Hasanuddin beserta seluruh
Jajarannya yang telah banyak memberikan dukungan dan kemudahan-
kemudahan layanan yang mengstimulasi penyelesiaan program
Doktoral Administrasi Publik Penulis.
4. Prof. Dr. Haselaman, M.Si. Sebagai Ketua Program Studi S3 Ilmu
Administrasi Publik beserta jajarannya yang telah banyak memberikan
kemudahan dan dukungan selama pelaksanaan studi penulis hingga
penyelesaiannya.
5. Dosen Program Studi S3 Administrasi Publik FISIP Universitas
Hasanuddin yang menambah banyak khasanakah keilmuan penulis
dalam penyelenggaraan program pendidikan dan pengejaran selama
ini.
-
viii
6. DR. Ir. H. Azis Rachman, MM dan DR. Hj. Titin Dunggio, SE., M.Si
selaku Ketua Yayasan Bina Mandiri Gorontalo dan Ketua BPH
Yayasan Bina Mandiri Gorontalo yang telah memberikan ruang,
dukungan dan sumbangsih luar biasa dalam pengembangan karir studi
Penulis dari Magister hingga Doktoral saat ini.
7. Bupati/Wali Kota dan Pimpinan OPD Kabupaten-Kota se Provinsi
Gorontalo yang telah membantu memberikan izin dan mendukung
penulis dalam memberikan tanggapan sebagai data utama yang
digunakan untuk memenuhi syarat penyelesaian studi Program
Doktoral ini.
8. Syamsinah, SE., M.Si dan Drs. Samin Latif, beserta seluruh unsur
pimpinan, Dosen dan Staf STIM Boalemo yang turut memberikan
dukungan luar biasa hingga selesainya studi penulis.
9. Kedua orang tua saya Muhammad Syamsi dan Ramlia Husen yang
saya catut namanya di Disertasi ini karena mereka adalah stimulan
utama setiap capaian-capaian Pribadi Penulis. Capaian inipun
diperuntukan untuk memuliakan mereka. Terima kasih atas doa-
daoanya yang tak terhitung.
10. Khonimatul Khumaidah dan kedua putra saya Naufal Al Azzam I.
Muhammad dan Naufal Al Farizy I. Muhammad, menjadi pelipur lara,
pengokoh dan cahaya mata dalam hari-hari penulis. Tampa mereka
hari-hari dalam penyelesaian studi penulis akan terasa berat.
-
ix
11. Teman-Teman Program S3 Administrasi Publik angkatan 2014/2015
yang tak dapat disebut satu persatu. Terima kasih ada kebersamaan
dan perjuangannya selama ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan disertasi ini masih
jauh dari sempurna, oleh sebab itu penulis sangat mengharapkan koreksi,
saran-saran dan kritik guna kesempurnaan disertasi ini.
Akhir hanya kepada Allah penulis serahkan segala upaya dan
harapan besar moga disertasi ini bermanfaat bagi penulis maupun kepada
semua yang berkompeten untuk pengembangan kepemimpinan di sektor
publik yang lebih baik.
Makassar, 27 November 2017
Ikram Muhammad
-
x
ABSTRAK
IKRAM MUHAMMAD (P0900314417); Korelasi Perilaku Pemimpin dengan Komitmen Bawahan di Pemerintah Kabupaten-Kota Provinsi Gorontalo (dibimbing oleh Deddy T. Tikson sebagai Promotor, Suryadi Lambali dan Syahribullan masing-masing sebagai ko-promotor).
Komitmen pegawai merupakan pendorong utama kinerja individu yang berkontribusi terhadap kinerja organisasi. Dalam penelitian ini, komitmen pegawai dibedakan menjadi komitmen tugas dan komitmen organisasi yang berasosiasi dengan taktik mempengaruhi oleh pemimpin mereka. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan hubungan antara perilaku pemimpin dengan komitmen tugas dan komitmen organisasi bawahan di pemerintah kabupaten-kota Provinsi Gorontalo. Kepala Daerah yang secara konsisten menggunakan taktik mempengaruhi dalam perilaku rasional dianggap akan menghasilkan komitmen tugas dan komitmen organisasi yang lebih baik diantara bawahan.
Penelitian ini menggunakan desain survey terhadap 165 responden, terdiri dari Pimpinan Organisasi Perangkat Daerah di Kota Gorontalo, Kabupaten Gorontalo, Kabupaten Boalemo, Kabupaten Bone Bolango, Kabupaten Pohuwato dan Kabupaten Gorontalo Utara. Adapun sebagai unit analisis adalah perilaku kepemimpinan Kepala Daerah. Sedangkan pengumpulan data menggunakan kuesioner, kemudian dianalisis dengan korelasi asimestris Somers’ d.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa taktik persuasi rasional dan taktik menginspirasi, berkorelasi kuat dengan komitmen tugas dan komitmen organisasi bawahan. Dengan demikian, hanya dua dari 11 taktik mempengaruhi yang berasal dari perilaku rasional, yang mendukung hipotesis. Efektivitas penggunaan kedua taktik tersebut disebabkan oleh kecakapan pribadi Kepala Daerah, pengetahuan dan pengalaman memimpin, serta hubungan interpersonal dalam berkomunikasi yang baik. Sedangkan penggunaan taktik dalam perilaku berbasis hubungan dan perilaku tegas, berkorelasi mendekati nol, sehingga tidak mendukung hipotesis.
Kata Kunci: Perilaku Pemimpin, Taktik Mempengaruhi, Komitmen Tugas,
Komitmen Organisasi, Pemerintah Daerah
-
xi
ABSTRACT
IKRAM MUHAMMAD (P0900314417). The Correlation of Leader Behavior with Subordinate Commitment at Local Government of Gorontalo Province (guided by Deddy T. Tikson as the promoter, Suryadi Lambali and Syahribullan as the co-promoter).
Task and organizational commitments are important determinants to the individual and organizational performance, which in turn giving the effect on the overall organizational performance. This research aimed to find out the relationship between leader behavior and subordinates task and organizational commitment at the government of Gorontalo Province. It was assumed that Regents and Mayor who consistently used tactics of influence within rational behavior, will give rise to the better task and organizational commitments. This study employed survey design for 165 respondents from Regional Government Agency in Gorontalo Province, comprise of City of Gorontalo, Boalemo Regency, Bone Bolango Regency, Pohuwato Regency and Gorontalo Utara Regency. The unit of analysis was the leadership behavior of Regents and Mayor in each Regency and City Government. The data was collected by using questionnaires, then analyzed by asymmetrical Somers' d correlation.
This research found that the tactics of rational persuasion and inspirational appeal had strong and positive significant correlation with subordinate task and organizational commitments. This means that two of eleven tactics within rational behavior supported the hypotheses. The effectiveness of using these tactics was supposedly caused by personal expertise of the Regents or Mayor. These might knowledge and experience, as well as interpersonal and communication skills. On the contrary, the influence tactics of relationship-based behavior and assertive behavior had small and insignificant correlation with subordinate task and organizational commitments. This statistics was not in line with the hypotheses.
Keyword: leader behavior, influence tactics, task commitment,
organization commitment, local Government.
-
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN
HALAMAN JUDUL ............................................................................... i
HALAMAN PENGAJUAN ..................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN .................................................................. iii
PERNYATAAN KEASLIAN DISERTASI .............................................. iv
PRAKATA ............................................................................................ v
ABSTRAK ............................................................................................ x
ABSTRACT .......................................................................................... xi
DAFTAR ISI ......................................................................................... xii
DAFTAR TABEL .................................................................................. xvi
DAFTAR GAMBAR .............................................................................. xix
DAFTAR SINGKATAN ......................................................................... xx
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................... xxi
BAB I. PENDAHULUAN...................................................................... 1
A. Latar Belakang ..................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................... 11
C. Tujuan Penelitian ................................................................. 13
D. Signifikansi Penelitian .......................................................... 14
E. Metode yang Relevan .......................................................... 15
F. Batasan Masalah/ Lingkup Penelitian .................................. 16
G. Manfaat Penelitian ............................................................... 17
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................. 19
A. Kepemimpinan dalam Administrasi Publik ........................... 19
B. Teori Kepemimpinan ............................................................ 22
1. Definisi Kepemimpinan ................................................... 22
2. Perkembangan Studi dan Fokus Kajian Kepemimpinan ................................................................ 26
3. Level Konseptualisasi Kepemimpinan ............................ 45
-
xiii
4. Kepemimpinan versus Manajemen ................................ 47
C. Teori Perilaku Kepemimpinan .............................................. 50
D. Kuasa dan Perilaku Mempengaruhi ..................................... 55
E. Perilaku dan Taktik Mempengaruhi ...................................... 62
F. Pengukuran Taktik Mempengaruhi ...................................... 73
G. Korelasi Perilaku Pemimpin dengan Perilaku Bawahan ...... 75
H. Penelitian Terdahulu yang Relevan ..................................... 84
I. Kerangka Konseptual dan Hipotesis Penelitian ................... 91
1. Kerangka Konseptual Penelitian..................................... 91
2. Hipotesis Penelitian ........................................................ 94
BAB III METODE PENELITIAN ........................................................... 97
A. Rancangan Penelitian .......................................................... 97
B. Unit Analisis ......................................................................... 98
C. Lokasi Penelitian .................................................................. 99
D. Populasi dan Sampel ........................................................... 99
E. Teknik Pengumpulan Data ................................................... 101
F. Variabel dan Definisi Operasional ........................................ 101
G. Pengukuran Variabel ........................................................... 104
H. Pengujian Validitas dan Reliabelitas .................................... 106
I. Analisis Data ........................................................................ 107
J. Pengujian Hipotesis ............................................................. 110
BAB IV DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN ...................................... 112
A. Sejarah Provinsi Gorontalo .................................................. 112
1. Kota Gorotalo ................................................................. 113
2. Kabupaten Gorontalo ..................................................... 114
3. Kabupaten Boalemo ....................................................... 116
4. Kabupaten Bone Bolango ............................................... 117
5. Kabupaten Pohuwato ..................................................... 118
6. Kabupaten Gorontalo Utara ............................................ 120
-
xiv
B. Letak Geografis Provinsi Gorontalo ..................................... 121
C. Pemerintahan di Provinsi Gorontalo .................................... 124
D. Kependudukan ..................................................................... 126
E. Indeks Pembangunan Manusia............................................ 132
F. Tingkat Kemiskinan .............................................................. 134
G. Organisasi Perangkat Daerah (OPD) ................................... 136
BAB V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ........................... 137
A. Pengujian Validitas dan Reliabelitas .................................... 137
B. Deskripsi Responden ........................................................... 139
C. Pengujian Hipotesis ............................................................. 140
1. Korelasi Perilaku rasional melalui penggunaan taktik persuasi rasional, menginspirasi, konsultasi dan kolaborasi dengan komitment tugas dan komitmen organisasi bawahan ........................................................ 140
2. Korelasi Perilaku berbasis hubungan melalui penggunaan taktik penilaian, pertukaran, mengambil hati dan pendekatan pribadi dengan komitmen tugas dan komitmen organisasi bawahan. ............................... 148
3. Korelasi perilaku tegas melalui penggunaan taktik
menekan, legitimasi dan koalisi dengan komitmen tugas dan komitmen organisasi bawahan ...................... 156
D. Pembahasan ........................................................................ 165
1. Korelasi Perilaku Rasional melalui penggunaan taktik persuasi rasional, menginspiasi, konsultasi dan kolaborasi dengan komitmen tugas dan komitmen organisasi bawahan ........................................................ 166
2. Korelasi perilaku berbasis hubungan melalui penggunaan taktik penilaian, pertukaran, mengambil hati dan pendekatan pribadi ........................................... 182
3. Korelasi Perilaku Tegas melalui penggunaan taktik menekan, legitimasi dan koalisi dengan komitmen tugas dan komitmen organisasi bawahan. ..................... 194
-
xv
BAB VI PENUTUP ............................................................................... 211
A. Simpulan .............................................................................. 211
B. Implikasi teoritis ................................................................... 214
C. Keterbatasan Penelitian ....................................................... 217
D. Saran ................................................................................... 218
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 221
LAMPIRAN-LAMPIRAN ....................................................................... 232
-
xvi
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Tabel Halaman
2.1 Evolusi Definisi Kepemimpinan ................................................. 23
2.2 Perbandingan proses Manajemen dan Kepemimpinan ............. 49
2.3 Perbandingan Taksonomi Taktik Mempengaruhi ...................... 64
2.4 Pengelompokkan Taktik Mempengaruhi berdasarkan Strategi Mempengaruhi ............................................................. 73
2.5 Komparasi Hasil Penelitian Terduhulu dengan
Penelitian Disertasi .................................................................... 89 3.1 Populasi Pimpinan OPD Pemerintah Kabupaten-Kota
se Provinsi Gorontalo ................................................................ 100 3.2 Jenis Perilaku Pemimpin dan Taktik Mempengaruhi ................. 102 3.3 Jenis Perilaku dan Veriabel Perilaku Komitmen ........................ 104 3.4 Tabel Kontigensi ........................................................................ 108 3.5 Interval Nilai Koefisien Korelasi dan Kekuatan
Hubungan .................................................................................. 109 3.6 Hipotesis Statisik ....................................................................... 110 4.1 Batas-Batas Wilayah Kota Gorontalo ........................................ 113 4.2 Daftar Walikota Gorotalo sejak tahun 1961-2017 ...................... 114 4.3 Batas Wilayah Kabupaten Gorontalo ......................................... 115 4.4 Daftar Bupati Kabupaten Gorontalo ........................................... 115 4.5 Batas Wilayah Kabupaten Boalemo .......................................... 116 4.6 Daftar Bupati Kabupaten Boalemo ............................................ 117 4.7 Batas Wilayah Kabupaten Bone Bolango .................................. 117
4.8 Daftar Bupati Kabupaten Bone Bolango .................................... 118
-
xvii
4.9 Batas Wilayah Kabupaten Pohuwato ........................................ 119
4.10 Daftar Bupati Kabupaten Pohuwato .......................................... 119
4.11 Batas Wilayah Kabupaten Gorontalo Utara ............................... 120
4.12 Daftar Bupati Kabupaten Gorontalo Utara ................................. 121
4.13 Luas Wilayah Provinsi Gorontalo Menurut Kabupaten-Kota ........................................................................................... 121
4.14 Ketinggian dari Permukaan Laut Ibukota Kabupaten-Kota di Provinsi Gorontalo ......................................................... 122
4.15 Jarak Ibukota Kabupaten-Kota dengan Ibukota Provinsi Gorontalo ................................................................................... 123
4.16 Jumlah Kecamatan dan Desa/Kelurahan Menurut Kabupaten-Kota di Provinsi Gorontalo ...................................... 124
4.17 Jumlah Pegawai Negeri Sipil Daerah Menurut Kabupaten-Kota dan Jenis Kelamin di Provinsi Gorontalo ................................................................................... 125
4.18 Jumlah dan Laju pertumbuhan Penduduk Kabupaten /Kota di Provinsi Gorontalo ........................................................ 127
4.19 Jumlah Penduduk dan Rasio Jenis Kelamin Kabupaten-Kota di Provinsi Gorontalo, 2015 ............................................... 128
4.20 Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin di Provinsi Gorontalo, 2015 ......................................... 129
4.21 Distribusi dan Kepadatan Penduduk Menurut Kabupaten-Kota di Provinsi Gorontalo, 2015............................. 131
4.22 Persentase Penduduk Usia 10 Tahun ke Atas menurut Kabupaten-Kota dan Ijazah Tertinggi yang dimiliki di Provinsi Gorontalo, 2015 ........................................................... 131
4.23 Angka Harapan Hidup, Harapan Lama Sekolah, Rata-Rata Lama Sekolah dan Pengeluaran per Kapita yang Disesuaikan Menurut Kabupaten-Kota di Provinsi Gorontalo, 2014-2015 ................................................................ 132
-
xviii
4.24 Indeks Pembangunan Manusia Menurut Kabupaten-Kota di Provinsi Gorontalo, 2010-2015 ...................................... 134
4.25 Persentase Penduduk Miskin (%) Menurut Kabupaten-Kota di Provinsi Gorontalo, 2010-2015 ...................................... 135
4.26 Deskripsi Jumlah Organisasi Perangkat Daerah Kabupaten-Kota di Provinsi Gorontalo ...................................... 136
5.1 Relibelitas IBQ ........................................................................... 138
5.3 Relibelitas OCQ ......................................................................... 139
5.3 Jumlah Responden setiap Kabupaten-Kota .............................. 139
5.4 Korelasi Perilaku rasional melalui penggunaan taktik persuasi rasional, menginspirasi, konsultasi dan kolaborasi dengan komitmen tugas dan komitmen bawahan di Kabupaten-Kota se Provinsi Gorontalo .................. 140
5.5 Korelasi Perilaku berbasis hubungan melalui penggunaan taktik penilaian, pertukaran, mengambil hati dan pendekatan pribadi dengan komitmen tugas dan komitmen bawahan di Kabupaten-Kota se Provinsi Gorontalo ................................................................................... 148
5.6 Korelasi perilaku tegas melalui penggunaan taktik menekan, legitimasi dan koalisi dengan komitmen tugas dan komitmen organisasi bawahan di Kabupaten-Kota se Provinsi Gorontalo ................................................................ 156
5.7 Korelasi Perilaku Pemimpin dengan Komitmen Bawahan setiap Kabupaten/Kota Provinsi Gorontalo ................ 163
5.8 Perbandingan Hasil Korelasi Perilaku Pemimpin dengan Komitmen Bawahan dengan Penelitian Sebelumnya............................................................................... 204
5.9 Arah, Kekuatan dan Signifikansi Korelasi 11 Taktik Mempengaruhi dengan Komitmen Tugas dan Komitmen Organisasi Bawahan di pemerintah kabupaten/kota Provinsi Gorontalo ............................................ 208
-
xix
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Gambar Halaman
1. Model Kepemimpinan berbasis Bakat Zaccaro, dkk (2004)............ 30
2. Model kepemimpinan berbasis Skill oleh Mumfod,dkk ................... 32
3. Model Path-Goal House ................................................................. 38
4. Level Konseptualisasi Kepemimpinan ............................................ 45
5. Sumber Kuasa Pemimpin ............................................................... 60
6. Pengaruh dari Kuasa dan Perilaku Mempengaruhi oleh Pemimpin serta hubungannya dengan hasil mempengaruhi .......... 61
7. Model kontrak komitmen transaksional-rasional ............................. 83
8. Kerangka Konseptual Penelitian ..................................................... 92
9. Peta Provinsi Gorotalo .................................................................... 124
10. Model Korelasi Perilaku Mempengaruhi Pemimpin dengan Perilaku Komitmen bawahan di Pemerintah Daerah ...................... 206
-
xx
DAFTAR SINGKATAN
ASN Aparatur Sipil Negara
BPS Badan Pusat Statistik
DPRD Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
IBQ Influence Behavior Questionnaire
LBDQ Leader Behavior Description Questionnaire
LMX Leader Member Exchange
LPC Least Prefered Co-Wooker Scale
MDGs Millenium Development Goals
OCQ Organization Commitment Questionnaire
OPD Organisasi Perangkat Darah
POIS Proflie of influence strategies
RI Republik Indonesia
RISKESDAS Riset Kesehatan Dasar
SOPD Satuan Organisasi Perangkat Daerah
UU Undang-Undang
UUD Undang-Undang Dasar
-
xxi
DAFTAR LAMPIRAN
1. Kuesioner Penelitian ....................................................................... 229
2. Hasil Uji validitas dan Reliabelitas .................................................. 237
3. Data Skor Hasil Angket................................................................... 240
4. Analisis Somers’ d. Taktik Mempengaruhi dengan Komitmen Tugas.............................................................................................. 268
5. Analisis Somers’d Taktik Mempengaruhi dengan Komitmen Organisasi ...................................................................................... 274
6. Daftar Riwayat Hidup Penulis ......................................................... 280
-
1
BAB I
PENDAHULUAN
Pengaruh adalah determinan dari kepemimpinan (Berson & Sosik,
2007; Hall & Barret, 2007; Fable dan Yukl, 1992; Yukl, Kim & Falbe, 1996;
Yukl, Chavez dan Seifert, 2008). Agar seseorang dapat menjadi pemimpin
yang efektif, harus mampu mempengaruhi orang lain agar mau menjalankan
tugas, program dan dan kebijakannya (Yukl, 2010:151). Penelitian ini
berusaha untuk menemukan hubungan perilaku pemimpin melalui
penggunaan taktik mempengaruhi dengan komitmen bawahan di Pemerintah
Kabupaten-Kota se Provinsi Gorontalo. Untuk tujuan tersebut maka
penelitian ini menggunakan teori dyadic perilaku mempengaruhi proaktif
yang pengukurannya melalui Influence Behavior Questionnaire Target-G
(Yukl, dkk (2008) dikorelasikan dengan perilaku komitmen bawahan yaitu
komitmen tugas dan komitmen organisasi.
A. Latar Belakang
Pada tahun 1930an, kepemimpinan telah didefinisikan sebagai
pengaruh dan bukan dominasi, yaitu perilaku mempengaruhi orang-orang
untuk mencapai tujuan bersama (Northouse, 2013:3). Hingga saat ini, setiap
pendefinisian ataupun konseptualisasi tentang kepemimpinan tak lepas dari
kata pengaruh dan proses mempengaruhi. Hal ini menunjukkan bahwa
pengaruh adalah inti dari kepemimpinan. Maxwell (1998:15) bahkan
-
2
menegaskan: “The true measure of leadership is influence - nothing more,
nothing less”. Lebih lanjut Maxwell menguraikan:
“If you can’t influence people, then they will not follow you. And if people won’t follow, you are not a leader. That’s the Low of Influence. No Metter what anybody else may tell you, remember that leadership is influence-nothing more, noting less (Maxwell, 1998:15).
Pemimpin yang efektif adalah seseorang yang mampu mempengaruhi
orang lain agar mau menjalankan permintaan, usulan dan kebijakannya
(Yukl, 2010:198). Dalam perkembangan studi-studi kepemimpinan sejak
pada tahun 1940an, melihat kepemimpinan tidak hanya berkenaan dengan
bakat atau ciri-ciri tertentu, melainkan perilaku yang ditujukan kepada
bawahan atau pengikutnya. Demikian juga dengan pengaruh yang dimiliki
oleh seseorang, dapat disebabkan oleh bakat atau kepribadian yang
dimilikinya, juga dapat terbentuk karena perilaku yang ditunjukannya dalam
bentuk perilaku mempengaruhi (influence behavior).
Studi tentang perilaku mempengaruhi oleh pemimpin turut
disumbangsikan oleh teori social power (French & Raven, 1959:262-269)
yang menjelaskan sumber-sumber pengaruh dalam kepemimpinan. Dalam
konteks teori ini terdapat lima jenis kuasa (power) menjadi sumber pengaruh
seorang pemimpin yaitu kuasa keahlian dan kuasa referensi yang
diklasifikasi sebagai kuasa personal (personal power), serta kuasa memberi
hadian, kuasa legitimasi dan kuasa menghukum yang diklasifikasi sebagai
kuasa organisasi (organization power). Kuasa pemimpin ini memiliki
hubungan kuat dengan perilaku mempengaruhi yang ditunjukkan oleh
-
3
pemimpin. Perilaku ini umumnya telah diidentifikasi dalam bentuk taktik
mempengaruhi yang digunakan untuk memperoleh tujuan yang diinginkan
dari individu sasaran (Farmer, dkk, 1997:19).
Riset atas teori dyadic perilaku mempengaruhi telah menjadi
fenomena organisasional yang penting dan diuji dalam berbagai bentuk
tipologi taktik selama dua puluh tahun terakhir. Taktik mempengaruhi
(influence tactics) dipandang sebagai jembatan yang menghubungkan antara
pendekatan kuasa-pengaruh (power-influence approach) dengan
pendekatan perilaku kepemimpinan (the behavior approach). Taktik
mempengaruhi merupakan model dari teori dyadic perilaku mempengaruhi
yang berawal dari riset Kipnis, dkk (1980) dengan mengembangkan
instrumen POIS (Profile of Influences Strategies). Temuan taktik
mempengaruhi dan instrumen POIS kemudian direvisi Hinkin dan
Schriesheim (1990) melalui sejumlah penelitian. Pada saat bersamaan, Yukl,
dkk (1990) juga melakukan riset tentang teori ini dengan mengembangkan
instrumen penelitian yang disebut dengan Influence Behavior Questionnaire
(IBQ) yang terus disempurnakan hingga saat ini menjadi IBQ-G (Yukl, dkk,
2008).
Tipologi taktik tersebut digunakan dalam setting organisasional baik
terhadap bosnya, rekan kerja maupun bawahan (Erez dan Rim, 1982).
Namun demikian, penelitian-penelitian utama atas teori dyadic perilaku
mempengaruhi (seperti Kipnis, dkk 1980; Hinkin & Schriesheim, 1990;
maupun Yukl, dkk 1992) cenderung dilakukan terhadap manajer-manajer
-
4
perusahaan atau pada sektor bisnis. Sementara sektor publik masih kurang
menjadi perhatian, padahal organisasi privat dan organisasi publik memiliki
sejumlah karakteristik yang berbeda sehingga berpengaruh terhadap
efektivitas taktik yang digunakan. IBQ-G sebagai instrumen yang digunakan
untuk menguji efektivitas taktik mempengaruhi sebenarnya telah diuji
validitas dan reliabelitasnya di Yunani oleh Tyrovola, dkk (2011) dengan
menjadikan tenaga kerja pada dua organisasi publik sebagai partisipan.
Hasilnya menunjukkan bahwa IBQ-G layak untuk digunakan, dan mereka
menyarankan agar perlu dilakukan translasi dan standarisasi IBQ untuk diuji
di setiap Negara agar dapat diberlakukan secara universal.
Di Indonesia studi kepemimpinan yang menekankan pada power-
influence masih langka dilakukan, baik dalam ranah organisasi publik
maupun swasta. Padahal esensi dari kepemimpinan adalah pengaruh dan
bagaimana mempengaruhi. Dalam organisasi publik atau pemerintah,
keberadaan kepemimpinan yang efektif menjadi penting untuk
memaksimalkan kinerja organisasi publik. Kepemimpinan tersebut tidak
hanya dalam lingkup kepemimpinan nasional, tetapi juga kepemimpinan lokal
yang memberikan sumbangsih penting dalam mewujudkan cita-cita nasional.
Konsep Negara Indonesia seperti dalam Pasal 18 Undang-Undang Dasar
Republik Indonesia Tahun 1945, yaitu pelaksanaan otonomi memiliki prinsip
demokrasi, otonomi luas dan kewenangan luas, keadilan, pembagian kuasa,
pengaturan kewenangan, dan penghormatan atas hak-hak asli. Pada Pasal
18 Ayat (2), disebutkan bahwa:
-
5
”Pemerintahan daerah provinsi, daerah kabupaten, dan kota mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan”.
Untuk mendukung pelaksanaan otonomi dan tugas perbantuan
tersebut, maka sejak tahun 2004 diberlakukan pemilihan kepala daerah
secara langsung yang diatur melalui UU No. 32 Tahun 2004 yang saat ini
telah diperbaharui menjadi UU No. 23 Tahun 2014, menegaskan bahwa
tugas Kepala Daerah adalah memimpin pelaksanaan urusan pemerintahan
yang menjadi kewenangan Daerah berdasarkan ketentuan perundang-
undangan dan kebijakan yang ditetapkan bersama DRPD (Pasal 65 ayat 1
abjad a.). Optimalisasi pelaksanaan pemerintahan, pembangunan dan
pelayanan publik di daerah membutuhkan kepemimpinan yang kuat, baik
dari sisi personal power maupun perilaku mempengaruhi (influence
behavior).
Studi yang dilakukan oleh Prasojo, Teguh Kurniawan & Defy Holidin
(2007) dalam konteks kinerja reformasi birokrasi di Indonesia, memberikan
arah kesimpulan yang mirip: sebagian besar proses reformasi birokrasi
belum berhasil, sebagian kecil berhasil, dan sisanya tidak berjalan sama
sekali. Yang menarik adalah justru sebagian besar daerah yang dipimpin
oleh individu yang reformis mampu menunjukkan adanya perubahan
birokrasi yang baik. Fakta empiris tersebut menunjukkan bahwa
kepemimpinan menjadi kunci utama keberhasilan dan kemajuan di
pemerintah daerah. Beberapa daerah yang dipimpin oleh individu-individu
yang memiliki pengaruh personal dan mampu menerapkan perilaku
-
6
mempengaruhi secara efektif dapat memberikan prestasi dalam
pembangunan dan kemajuan pemerintah daerah, seperti kepemimpinan I
Made Wirawan Bupati Jembrana-Bali (Nugroho, 2014), Buhari Mata Bupati
Kolaka 2003-2013 (Sangkala, 2014), David Bobihu Bupati GorontaloTri
Rismalinda Walikota Surabaya; dan Ridwan Kamil Walikota Bandung dan
beberapa kepala daerah lainnya.
Di Indonesia terdapat 34 Provinsi, 416 Kabupaten dan 98 Kota. Salah
satu Provinsi yang memiliki progresivitas pembangunan yang tinggi adalah
Provinsi Gorontalo yang terbentuk pada tahun 2000 melalui UU No. 38
Tahun 2000, dan saat memiliki 5 Kabupaten dan 1 Kota. Pada tahun 2016,
Provinsi Gorontalo dianugrahi penghargaan oleh Presiden RI dalam kategori
Perencanaan Progresif di Indonesia. Provinsi Gorontalo juga meraih
peringkat III indikator MDGs terbaik dan terbaik II pada kategori Laju MDGs
2013-2015. Hal ini menunjukkan komitmen pemerintah daerah, baik
Kabupaten-Kota maupun Provinsi dalam pelaksanaan pemerintahan,
pembangunan maupun pelayanan publik.
Pada kondisi lainnya saat ini, Provinsi Gorontalo masih dihadapkan
pada sejumlah masalah seperti tingkat kemiskinan, pemenuhan kesehatan
dasar hingga kualitas pelayanan publik yang merupakan gambaran tentang
masalah pembangunan, transformasi sosial hingga politik dan pelayanan
publik secara makro (Tikson, 2005:12). Pada bulan Agustus 2016, Provinsi
masih berada pada peringkat 5 provinsi dengan presentasi kemiskinan
tertinggi se Indonesia yaitu mencapai 17,72% berada dibawah Provinsi
-
7
Maluku (19,18) dan di atas Provinsi Bengkulu (17,32) serta jauh di atas
capaian Kemiskinan Nasional yaitu 11,% (BPS, 2016). Tingginya tingkat
kemiskinan ini tak lepas dari sumbangan tingkat kemiskinan di masing-
masing pemerintah Kabupaten-Kota di Provinsi Gorontalo. Selain itu, Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013, menepatkan Gorontalo pada
urutan 8 status Belita Kekurangan Gizi tertinggi dengan persentase
mencapai 26,1% di atas target MDGs Tahun 2015 yaitu 15,5%. Bahkan riset
yang telah dilaksanakan sejak tahun 2007 ini menunjukkan bahwa Provinsi
Gorontalo belum mampu keluar dari 10 besar Provinsi dengan status kurang
Gizi di Indonesia (Kemenkes RI, 2014). Kementerian Dalam Negeri dalam
Laporan Evaluasi Kinerja Kementerian/Lembaga dan Pemerintah Provinsi
tahun 2015 menempatkan Provinsi Gorontalo pada urutan ke 24 dengan nilai
55,15 dengan predikat CC. Sementara itu, Ombusman RI Perwakilan
Gorontalo melaporkan bahwa pemerintah daerah masih menduduki
peringkat pertama sebagai instansi yang paling banyak dikeluhkan
masyarakat sepanjang tahun 2014 dengan tingkat persentase 30% aduan
terkait pelayanan pemerintah daerah diberbagai bidang. Masalah
berkurangnya angka kemiskinan, meningkatnya tingkat pendidikan, tingkat
kesejahteraan masyarakat dan tingkat kesehatan merupakan bagian dari
kriteria keberhasilan kepala daerah (Kaloh, 2009:8) dan merupakan indikator
dari efektivitas kepemimpinan pemerintah daerah dari aspek capaian kerja
organisasi.
-
8
Aspek lain dari keberhasilan kepemimpinan Kepala Daerah adalah
dari perilaku mempengaruhinya terhadap bawahan yang menghasilkan
komitmen tugas dan komitmen organisasi. Dengan komitmen tugas dan
komitmen organisasi yang dimiliki oleh bawahan maka kinerja individu dan
kinerja organisasi dapat dicapai untuk mewujudkan indikator makro
pembangunan ekonomi dan sosial di atas. Efektivitas kepemimpinan dapat
diukur melalui respon subjektif bawahan terhadap perilaku yang ditunjukkan
pemimpinnya (Yukl, 2010:10; Ali, 2012:230). Semakin positif respon yang
diberikan bawahan maka menggambarkan efektifnya perilaku yang
ditunjukkan oleh oleh Kepala Daerah sebagai pemimpin dalam
mempengaruhi bawahan di pemerintah Daerah.
Perilaku mempengaruhi oleh pemimpin akan menghasilkan respon
langsung dan hasil yang tertunda. Hasil langsung dari perilaku pemimpin
ditunjukkan oleh perilaku reaktif bawahan terhadap tugas yang diberikan.
Perilaku ini disebut dengan komitmen tugas atau komitmen individual.
Sedangkan hasil tertunda adalah implikasi jangka panjang bagi organisasi
disebabkan oleh kesadaran serta partisipasi aktif bawahan secara terus
menerus terhadap organisasi (Yukl, 2010:11; Yukl dan Tracey, 1992; Chong,
dkk, 2013; Chong, 2014). Sejumlah penelitian menemukan adanya sebuah
garis tipis korelasi antara perilaku pemimpin dengan perilaku bawahannya
(Howell & Mandez, 2008; Larsson & Lundholm, 2013; Crossman &
Crossman, 2011).
-
9
Dalam konteks kepemimpinan di pemerintah daerah kabupaten-kota
Provinsi Gorontalo, Kepala Daerah yang terpilih melalui proses pemilihan
langsung membawa visi, misi dan program yang sebelumnya telah dijanjikan
kepada konstituen, selanjutnya menjadi beban bagi Organisasi Perangkat
Daerah (OPD) sebagai pelaksananya. Secara hierarkis, pimpinan OPD
adalah bawahan yang secara langsung menerima dan menterjemahkan visi,
misi, kebijakan dan program kepala Daerah melalui OPDnya masing-masing
dalam Renstra maupun Renja serta kegiatan-kegiatan insidentil lainnya.
Optimalisasi tugas pokok dan fungsi OPD serta pelaksanaan program-
program yang dijanjikan oleh Kepala Daerah juga ditentukan oleh proses
pengaruh yang dilakukannya terhadap bawahan yang secara langsung
menerima tugas dan perintah. Komitmen terhadap tugas dan komitmen
terhadap organisasi ada prasyarat lahirnya kinerja individu dan kinerja
organisasi bawahan di birokrasi pemerintah daerah.
Pada penelitian awal peneliti tentang perilaku mempengaruhi
pemimpin-bawahan ini menemukan adanya kecenderungan penggunaan
kuasa posisi atau kuasa organisasi dalam pelaksanaan pross
mempengaruhi. Hal ini tergambar dari kecenderungan melegitimasi
perilakunya sebagai sebuah kewenangan, menjanjikan tunjangan hingga
mengembangkan jenis hukuman yang efektif untuk mempengaruhi perilaku
bawahan utamanya dalam bentuk komitmen tugas. Penggunaan perilaku ini
diasumsikan lebih efektif memberikan reaksi segera dari bawahan. Padahal
dalam kajian empiris menemukan bahwa perilaku yang bersumber dari
-
10
kuasa personal seperti keahlian dan referensi lebih efektif daripada yang
bersumber dari kuasa organisasi (Yukl, 2010; Lunenburg, 2012).
Dalam pemerintah daerah kabupaten-kota se Provinsi Gorontalo saat
ini dipimpin oleh Kepala Daerah yang memiliki latar belakang yang beragam
baik dari politisi murni, birokrat, pengusaha maupun akademisi. Perbedaan
karakteristik ini berhubungan kuat dengan perilaku dan penggunaan taktik
mempengaruhi setiap Kepala Daerah kepada Bawahannya. Namun disisi
lainnya, karakteristik subjek yang sama yaitu adalah Aparatur Sipil Negara
yang bekerja dalam aturan main yang jelas dan telah membentuk
kepribadian sebagai seorang birokrat dalam waktu yang lama membuat
responnya terhadap perilaku dan taktik mempengaruhi yang digunakan pun
akan cenderung sama. Kepala Daerah yang menugaskan tugas yang
bertentangan dengan aturan, maka akan mendapat respon negatif dari ASN,
sebaliknya juga demikian.
Organisasi publik atau birokrasi pemerintah pun memiliki karakteristik
yang relatif berbeda dengan organisasi privat, sehingga penelitian ini menjadi
penting untuk mengkonfirmasi efektivitas teori dyadic perilaku mempengaruh
yang selama ini cenderung dilakukan di sektor swasta. Secara umum, riset
dengan menggunakan teori dyadic perilaku mempengaruhi di Amerika,
Eropa, Cina, Malaysia, dan lainnya cenderung dilakukan terhadap manajer-
manajer di organisasi bisnis dari pada sektor publik. Padahal, sektor publik
adalah organisasi yang karakteristiknya lebih kompleks dan berbeda dengan
organisasi privat, serta kebutuhan akan kepemimpinan yang efektif
-
11
mempengaruhi perilaku bawahanpun sangat tinggi. Selain itu, perbedaan
aspek budaya juga ternyata berpengaruh terhadap perbedaan efektivitas
penggunaan setiap taktik mempengaruhi (Kennedy, Fu, Yukl, 2003; Fu &
Yukl, 2000; Chong, dkk, 2013, Chong, 2014). Taktik mempengaruhi yang
teridentifikasi efektif di organisasi dan negara tertentu, belum menjadi
jaminan efektivitasnya di organisasi dan negara lainnya. Sehingga dengan
demikian, penelitian terhadap kepemimpinan Kepala Daerah Kabupaten-
Kota se Provinsi Gorontalo akan mengkonfirmasi efektivitas dari setiap
perilaku dan taktik mempengaruhi tersebut dengan mengkorelasikannya
dengan perilaku komitmen bawahan.
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka penelitian ini
dilakukan dengan formulasi judul: Korelasi Perilaku Pemimpin dengan
Komitmen Bawahan di Pemerintah Kabupaten-Kota Provinsi Gorontalo.
B. Rumusan Masalah
Upaya untuk meningkatkan kinerja organisasi publik terus dilakukan,
tak terkecuali di Indonesia. Capaian kinerja organisasi dapat dicapai melalui
kontribusi setiap orang dalam organisasi tersebut, baik kontribusi langsung
maupun tidak langsung. Peran pemimpin untuk mempengaruhi perilaku
komitmen setiap orang dalam organisasi sangat penting, baik komitmen
tugas maupun komitmen organisasi. Secara empiris menunjukkan bahwa
kepemimpinan yang kuat berkorelasi kuat dengan perilaku individu, baik
yang langsung dan jangka pendek (komitmen tugas) maupun tidak langsung
-
12
dan jangka panjang (komitmen organisasi). Salah satu pendekatan penting
dalam studi kepemimpinan yang menjelaskan tentang perilaku
kepemimpinan adalah pendekatan kuasa-pengaruh (Yukl, 2010:14). Kuasa
terkait dengan pengaruh yang dimiliki oleh seseorang dalam kepemimpinan.
Sedangkan aktualisasinya adalah dalam bentuk perilaku mempengaruhi
(Influence behavior) atau secara spesifik disebut taktik mempengaruhi
(influence tactics). Pendekatan ini juga dibangun di atas teori perilaku
mempengaruhi dyadic dalam kepemimpinan menjelaskan bahwa
kepemimpinan adalah proses pengaruh interpersonal antara pemimpin
dengan pengikut. Namun demikian, penelitian dengan menggunakan taktik
atau perilaku mempengaruhi masih jarang digunakan terutama di Indonesia,
baik pada organisasi bisnis maupun publik. Studi-studi sebelumnya juga
menunjukkan adanya perbedaan efektivitas kepemimpinan karena
perbedaan demografisnya seperti budaya antar negara. Untuk itu teori ini
perlu diuji dalam kepemimpinan kepala daerah di seluruh kabupaten-kota se
Provinsi Gorontalo.
Berdasarkan uraikan tersebut maka dirumuskan pertanyaan penelitian
sebagai berikut:
1. Apakah perilaku mempengaruhi rasional pemimpin melalui penggunaan
taktik persuasi rasional, menginspirasi, konsultasi, kolaborasi berkorelasi
positif dengan komitmen tugas dan komitmen organisasi bawahan?
2. Apakah perilaku mempengaruhi berbasis hubungan melalui penggunaan
taktik penilaian, pertukaran, mengambil hati, pendekatan pribadi
-
13
berkorelasi positif dengan komitmen tugas dan komitmen organisasi
bawahan?
3. Apakah perilaku mempengaruhi dengan ketegasan melalui penggunaan
taktik menekan, legitimasi, koalisi berkorelasi negatif dengan komitmen
tugas dan komitmen organisasi bawahan?
C. Tujuan penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk menjelaskan:
1. Korelasi perilaku mempengaruhi rasional pemimpin melalui taktik
persuasi rasional, menginspirasi, konsultasi dan kolaborasi dengan
komitmen tugas dan komitmen organisasi bawahan.
2. Korelasi perilaku mempengaruhi berbasis hubungan melalui taktik
penilaian, pertukaran, mengambil hati dan pendekatan pribadi dengan
komitmen tugas dan komitmen organisasi bawahan.
3. Korelasi perilaku mempengaruhi dengan ketegasan melalui taktik
menekan, legitimasi, dan koalisi dengan komitmen tugas dan komitmen
organisasi bawahan.
Penelitian ini menggunakan format survey lapangan dengan
menggunakan jenis penelitian asosiatif kuantitatif, dengan mengadopsi
taksonomi Influence Behavior Questionnaire (Yukl et.al. 2008:618-620)
dalam mengukur perilaku pemimpin dan komitmen tugas bawahan serta
Organization Commitment Questionnaire dalam mengukur komitmen
organisasi bawahan. Penelitian ini menjadikan kepemimpinan Kepala Daerah
-
14
sebagai unit analisis dan pimpinan-pimpinan SOPD sebagai responden
karena mereka adalah target pertama dalam aktivitas mempengaruhi oleh
Kepala Daerah untuk mewujudkan visi dan misinya, kebijakan, perintah
ataupun usulannya. Tujuannya adalah untuk menemukan korelasi perilaku
pemimpin melalui penggunaan taktik mempengaruhi oleh kepala daerah
dengan komitmen tugas dan komitmen organisasi bawahan. Penelitian ini
dibatasi pengujiannya pada korelasi perilaku pemimpin dengan perilaku
komitmen bawahan, tidak pada rekan kerja ataupun pengaruh terhadap
pemimpin di atasnya. Hasil dari penelitian ini kemudian dibandingkan dengan
teori dan temuan-temuan serupa yang telah dilakukan sebelumnya dalam
pengembangan teori-teori kepemimpinan di organisasi sektor publik
khususnya pada pemerintah daerah. Secara teoritis penelitian ini berasumsi
bahwa penggunaan taktik-taktik mempengaruhi dalam perilaku rasional
secara intensif dalam kepemimpinan Kepala Daerah akan menghasillkan
komitmen tugas dan berimplikasi terhadap komitmen organisasi bawahan
yang lebih baik.
D. Signifikansi penelitian
Penelitian ini penting karena beberapa alasan berikut: Pertama,
penelitian tentang kepemimpinan yang fokus pada power-influence masih
dominan dilakukan pada organisasi privat daripada pada organisasi publik
atau pemerintah. Padahal organisasi publik memiliki karakteristik organisasi
yang jauh lebih rumit dan membutuhkan karakteristik kepemimpinan yang
relevan atau dapat berbeda kepemimpinan di organisasi privat. Kedua,
-
15
sampai saat ini belum ditemukan penelitian yang menggunakan taktik
mempengaruhi yang dilakukan di Indonesia, utamanya lagi yang dilakukan di
organisasi pemerintah, baik pada skala nasional maupun lokal pemerintah
daerah. Padahal inti dari kepemimpinan adalah pengaruh (influence) dan
bagaimana mempengaruhi (influence tactics). Ketiga, Temuan sebelumnya
telah menunjukkan bahwa perbedaan budaya dapat berpengaruh terhadap
efektivitas perilaku mempengaruhi oleh pemimpin (Fu dan Yukl, 2000),
sehingga hasil penelitian ini akan memberikan sumbangsih penting dalam
pengembangan teori kepemimpinan dengan latar belakang budaya yang
berbeda, dibandingkan dengan penelitian-penelitian sebelumnya. Keempat,
penelitian ini akan memetakan taktik mempengaruhi oleh yang dapat
menghasilkan komitmen tugas atau komitmen bawahan terhadap pemimpin
serta dampak langka panjangnya atau komitmen bawahan terhadap
organisasi.
E. Metode Yang Relevan
Untuk menjawab tujuan penelitian ini, maka pendekatan penelitian
yang relevan adalah pendekatan penelitian kuantitatif dengan desain survey
sebagai metode yang paling diminati oleh para peneliti dalam penelitian
perilaku mempengaruhi oleh pemimpin. Penelitian-penelitian utama tentang
model dyadic perilaku mempengaruhi oleh pemimpin baik oleh Kipnis, dkk
(1980), Hinkin & Schriesheim (1990) maupun Yukl, dkk (Yukl & Tracey, 1992;
Falbe & Yukl, 1991; Yukl, Falbe & Young, 1996; Fu & Yukl, 2000, Yukl,
Seifert & Chavez, 2008, Chong, dkk, 2013) maupun penelitian pendukung
-
16
cenderung menggunakan pendekatan kuantitatif dan desan survey sebagai
pilihan utama, sebagaimana ditegaskan juga oleh Yukl (2010) bahwa
penelitian survey adalah jenis penelitian yang paling disukai dalam
pelaksanaan penelitian taktik mempengaruhi.
Penelitian-penelitian tersebut umumnya menggunakan instrumen
POIS yang dikembangkan oleh Kipnis, dkk (1980) maupun hasil revisi oleh
Hinkin & Schriesheim (1990), serta yang paling terkini adalah IBQ (Influence
Behavior Influence) yang dikembangkan oleh Yukl, dkk (2008) dalam
mengukur perilaku mempengaruhi oleh pemimpin. Dalam penelitian ini,
peneliti mengadopsi istrumen yang dikembangkan oleh Yukl, dkk (2008),
sedangkan untuk mengukur komitmen organisasi, peneliti mengadopsi
kuesioner yang dikembangkan oleh Monday, dkk (1979) yaitu commitment
organization questionnaire yang skalanya disesuaikan dengan kondisi
responden yang dijadikan sebagai subjek data.
F. Batasan Masalah/Lingkup Penelitian
Penelitian ini mencakup perilaku mempengaruhi oleh pemimpin dan
komitmen bawahan dalam level komitmen tugas dan komitmen
organisasinya di Pemerintah Kabupaten-Kota se Provinsi Gorontalo dengan
menjadikan Kepala Daerah sebagai objek penelitian dan pimpinan OPD
sebagai responden. Kepemimpinan dalam penelitian ini adalah tentang
perilaku mempengaruhi yang secara spesifik berbentuk taktik mempengaruhi
oleh kepala Daerah terhadap pimpinan-pimpinan OPD sebagai bawahannya.
Perilaku mempengaruhi tersebut juga dapat digunakan untuk mengklasifikasi
-
17
jenis kuasa sebagai sumber pengaruh yang digunakan oleh setiap Kepala
Daerah Kabupaten-Kota di Provinsi Gorontalo. Pemetaan jenis kuasa
didasarkan pada lima klasifikasi kuasa yaitu kuasa keahlian (expert power)
dan kuasa keteladanan (reference power) kuasa penghargaan (reward
power), kuasa hukuman (coercive power) serta kuasa legitimasi (legitimate
power) (French & Raven, 1959). Yukl, dkk (2008) mengembangkan 11 taktik
mempengaruhi yang berkorelasi dengan perilaku komitmen yaitu komitmen
tugas (Yukl & Tracey, 1992, Yukl, dkk, 2008; Lam, dkk, 2015) dan komitmen
organisasi bawahan (Chong, dkk 2013; Chong, 2014, Chong, dkk 2015).
G. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan memberikan manfaat secara teoritis
maupun praktis.
1. Manfaat Teoritis
a. Hasil penelitiian ini diiharapkan dapat menambah pengetahuan,
keterampilan dan pengalaman teoritis dan empiris bagi penulis
dibidang administrasi publik khususnya berkenaan dengan
kepemimpinan di organisasi publik.
b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan informasi
dan menimbulkan inisiatif untuk penelitian-penelitian kepemimpinan di
bidang Ilmu Administrasi Publik pada masa yang akan datang.
c. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya ilmu administrasi
publik dan manajemen publik berupa pengembangan konsep
-
18
kepemimpinan dan korelasinya dengan perilaku bawahan di
lingkungan organisasi pemerintah. Selain itu, diharapkan dapat
dijadikan kerangka acuan atau pembanding dengan penelitian lain
yang relevan atau sejenis.
2. Manfaat Praktis
a. Hasil peneitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada
Bupati/Walikota di Provinsi Gorontalo dalam kepemimpinannya
dengan menggunakan taktik-taktik mempengaruhi yang efektif untuk
mendorong komitmen tugas yang berimplikasi terhadap komitmen
organisasi di Pemerintah Daerah.
b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi
kepemimpinan di Birokrasi pemerintah daerah tentang perilaku
mempengaruhi dyadic yang efektif di Pemerintah Daerah.
c. Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi bagi masyarakat
dalam menilai kepemimpinan kepala daerah di Birokrasi Pemerintah
Daerah.
-
19
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kepemimpinan dalam Administrasi Publik
Dalam disiplin ilmu administrasi publik, telah ada sejumlah studi
penting tentang kepemimpinan (Fernandez, 2005; Kim, 2002; Terry, 2003;
Wright, Moynihan & Pandey, 2012). Namun, dibandingkan dengan disiplin
terkait seperti psikologi dan manajemen bisnis, literatur administrasi publik
relatif masih tertinggal (Trottier, Van Wart, & Wang, 2008). Hansen dan
Villadsen (2010: 247) mengemukakan bahwa dibandingkan dengan disiplin
ilmu lainnya, teori kepemimpinan masih mendapat sedikit perhatian dalam
penelitian manajemen publik.
Kepemimpinan adalah salah satu aspek yang penting dan
menentukan dalam ilmu administrasi, baik administrasi publik maupun
administrasi niaga. Hal ini disebabkan oleh pengaruh dan sumbangsihnya
yang besar bagi keberhasilan proses maupun hasil dari aktivitas
administrasi. Sebagaimana ditegaskan bahwa administrasi adalah suatu
proses kerja sama dari sekelompok orang untuk mencapai tujuan tertentu
secara efektif, efisien dan rasional (Siagian, 2004:2; Gie, 1993:9, Pasolong,
2013:3), administrasi membutuhkan manajemen sebagai instrument
operasionalnya. Aktivitas manajemen tidak akan maksimal kecuali ada
intervensi dari kepemimpinan yang kuat sebagai pengarah, penggerakan
maupun pengendalian aktivitas orang-orang dalam organisasi.
-
20
Tak heran jika dikatakan bahwa inti dari administrasi adalah
organisasi dan manajemen, dan inti dari manajemen adalah kepemimpinan,
sementara inti dari kepemimpinan adalah hubungan manusia dan
pengambilan keputuan. (Silalahi, 2009:99-100, Nawawi dan Hadari,
2004:19). Ketiganya memiliki relasi yang kuat satu dengan yang lainnya
untuk mewujudkan efektivitas dan efisiensi proses maupun hasil.
Ditegaskan juga bahwa kepemimpinan merupakan cabang dari
kelompok ilmu administrasi, khususnya ilmu administrasi Negara (publik).
Sedangkan ilmu administrasi adalah salah satu cabang dari ilmu-ilmu sosial,
dan merupakan salah satu dari perkembangan dari filsafat (Kartono, 2009:2)
Frederickson and Smith (2003:114) mengemukakan bahwa aspek paling
menarik dari kebangkitan kembali manajemen dalam administrasi publik
adalah keunggulan kepemimpinan sebagai energisasi dan legitimasi ide.
Sedangkan Denhardt and Denhardt (2006:356) menegaskan bahwa tugas
kepemimpinan publik adalah (1) membantu kelompok atau organisasi
memahami kebutuhan dan potensi; (2) mengintegrasikan dan
mengartikulasikan visi kelompok; dan (3) bertindak sebagai "pemicu" atau
stimulus terhadap tindakan kelompok.
Pendapat tersebut di atas menegaskan bahwa dalam administrasi
publik, kepemimpinan yang kuat sangat dibutuhkan untuk mewujudkan apa
yang menjadi tujuan dan orientasi administrasi publik itu sendiri, baik dalam
konteks pemerintahan, pembangunan maupun pelayanan publik. Oleh
Pasolong (2008:19) dijelaskan tiga alasan dari pentingnya kepemimpinan:
-
21
(1)Tidak ada faktor apapun yang memberikan banyak manfaat terhadap organisasi selain dari kepemimpinan yang efektif, pemimpin diperlukan untuk menentukan tujuan, mengalokasi sumber daya, memfokuskan perhatian kepada tujuan, mengkoordinasikan perubahan, membina hubungan dengan pengikutnya, (2) bukti lain yang dapat dipetik dari pentingnya kepemimpinan adalah mengapa organisasi ketika dipimpin oleh pemimpin tertentu cukup berhasil, namun ketika diganti pemimpin lain tidak berhasil meningkatkan kinerja organisasi. (3) biaya memilih pemimpin sangat besar. Teori Kepemimpinan dalam teori-teori administrasi publik dapat
diposisisikan dalam aliran perilaku manusia dari delapan aliran yang
dikelompokkannya, meliputi aliran proses administrasi, aliran empirisme
administrasi, aliran perilaku manusia, aliran analisis birokrasi, aliran sistem
sosial, aliran pengambilan keputuan, aliran matematik dan aliran integratif
(Caiden, 1982:212-222). Dengan demikian, kepemimpinan dalam
administrasi publik berhubungan dengan teori perilaku atau berkenaan
pengaruh dan bagaimana mempengaruhi perilaku orang lain untuk bekerja
secara efektif, efisien dan rasional serta bergairah (suka rela). Dalam
perkembangannya, studi tentang kepemimpinan terus mengalami
perkembangan dengan menghadirkan perspektif-perspektif baru yang
menyempurnakan teori atau perspektif-perspektif sebelumnya.
Studi awal kepemimpinan secara ilmiah dilakukan sejak tahun 1930an
yang lebih memusatkan diri pada bakat atau ciri-ciri ideal dari seorang
pemimpin. Walaupun dalam perspektif seni, usia kepemimpinan
sesungguhnya telah lama diterapkan seusia umur manusia di muka bumi ini
sendiri.
-
22
B. Teori Kepemimpinan
1. Definisi Kepemimpinan
Penelitian tentang kepemimpinan Kepala Daerah sangat penting
karena posisi dan perannya yang vital bagi penyelenggaraan pembangunan,
pemerintahan maupun pelayanan publik di Indonesia saat ini. Untuk itu,
terlebih dahulu perlu diberikan deskripsi dan batasan konsep tentang
kepemimpinan melalui pendefinisian tentang kepemimpinan dimaksud dalam
konteks penelitian ini.
Kata "kepemimpinan" secara Etimologi dengan baik dijelaskan oleh
Grace (2003:3), yang mencatat bahwa kata “kepemimpinan” berevolusi
dalam bahasa Inggris selama milenium terakhir. Asal-usul kata-kata
"memimpin" (lead), "pemimpin" (leader) dan "kepemimpinan" (leadership)
berasal dari akar budaya pra-Anglo-Saxon. Kepemimpinan berasal dari kata
"memimpin" (lead) dengan akar kata "loedan" atau "lithan", yang berarti
"untuk bepergian” (to travel), meskipun kata "memimpin" diartikan
"menyebabkan untuk pergi bersama dengan diri sendiri" atau "membawa
atau mengambil orang atau binatang ke suatu tempat", kata kepemimpnan
muncul di Oxford English Dictionary (OED) selama 825 CE modern dengan
definisi kepemimpinan yaitu untuk membimbing dengan mengacu pada aksi
dan opini; untuk membawa dengan persuasi atau nasihat atau ke kondisi;
untuk melakukan dengan argumen atau representasi suatu kesimpulan;
untuk mendorong untuk melakukan sesuatu. Sementara itu, menurut Rivai
dan Mulyadi, (2002:6) jika ditelusuri dari sisi bahasa, kepemimpinan
-
23
(leadership) berasal dari kata leader. Kata leader muncul pada 1300-an
sedangkan kata leadership muncul kemudian yaitu sekitar tahun 1700-an.
Secara terminologi, definisi kepemimpinan terus mengalami evolusi
seiring dengan beralihnya paradigma (shifting paradigm) dalam studi-studi
kepemimpinan sehingga tidak ada definisi baku yang dijadikan rujukan
umum dalam penelitian-penelitian kepemimpinan. Hal ini sebagaimana
ditegaskan oleh Benis (1959:259):
“sepertinya, konsep kepemimpinan selalu kabur atau kembali menjadi tidak jelas karena artinya yang kompleks dan mendua. Jadi kita harus berjanji untuk menemukan dan menghentikan perkembangan istilah kepemimpinan, tetapi konsep ini tidak ada yang tuntas mendefinisikannya”.
Evolusi definisi kepemimpinan seiring dengan berkembangnya studi-
studi kepemimpinan dan ragam fokus dan lokusnya. Northouse (2013:2-4)
menguraikan bahwa definisi kepemimpinan mengalami evoslusi seiring
dengan berkembangnya studi-studi kepemimpinan sejak tahun 1900 s.d
Abad 21. Evolusi definisi kepemimpinan tersebut adalah sebagai berikut:
Tabel 2.1. Evolusi Definisi Kepemimpinan Tahun Definisi Kepemimpinan
1900-1929 Definisi kepemimpinan muncul dalam tiga dekade pertama abad ke-20 menekankan pada kontrol dan sentralisasi kuasa dengan tema umum dominasi. Misalnya, pada konferensi tentang kepemimpinan pada tahun 1927, kepemimpinan didefinisikan sebagai "kemampuan untuk menekankan hasrat pemimpin terhadap orang-orang yang dipimpin dan mendorong kepatuhan, penghargaan, loyalitas, dan kerjasama" (Moore, 1927:124).
1930-an Bakat (Traits) menjadi fokus untuk mendefinisikan kepemimpinan, dengan pandangan yang berubah bahwa kepemimpinan adalah pengaruh, bukan dominasi. Kepemimpinan juga didefinisikan sebagai interaksi karakter
-
24
pribadi khusus yang dimiliki seseorang dengan yang dimiliki kelompok. Dicatat juga bahwa walaupun sikap dan aktivitas dari banyak orang dipengaruhi oleh satu orang, para pengikut juga mempengaruhi pimpinannya.
1940-an Lahirnya pendekatan kelompok yang mendefinisikan kepemimpinan sebagai perilaku individu saat mengarahkan aktivitas kelompok (Hemphill, 1949). Pada saat yang sama, kepemimpinan dengan persuasi dibedakan dari “sikap dan metode dalam mengawasi orang” atau kepemimpinan dengan pemaksaan (Copeland, 1942).
1950-an Tiga tema yang mendominasi definisi kepemimpinan pada dekade ini: - Keberlangsungan teori kelompok, yang membentuk
kepemimpinan sebagai apa yang dilaukan pemimpin dalam kelompok;
- Kepemimpinan sebagai hubungan yang mengembangkan tujuan bersama, yang mendefinisikan kepemimpinan berdasarkan pada perilaku pemimpin; dan
- Keefektifan, dimana kepemimpinan ditentukan oleh kemampuan untuk mempengaruhi seluruh keefektifan kelompok.
1960-an Walaupun merupakan masa-masa yang kacau untuk masalah dunia, ada tahun 1960-an terdapat keselarasan diantara ilmuan kepemimpinan. Definisi utama tentang kepemimpinan sebagai perilaku mempengaruhi orang-orang untuk mencapai tujuan bersama, telah digarisbawahi oleh Seeman (1960:53) yang menggabarkan kepemimpinan sebagai “tindakan oleh orang-orang yang mempengaruhi orang lain dalam arah yang sama”.
1970-an Fokus pada kelompok memberi jalan kepada pendekatan perilaku organisasi, dimana kepemimpinan dilihat sebagai "memulai dan mempertahankan kelompok atau organisasi untuk mencapai tujuan kelompok atau organisasi" (Rost, 1991:59). Tetapi, definisi Burn (1978:425) merupakan konsep terpenting tentang kepemimpinan: "Kepemimpinan adalah proses mobilisasi timbal balik oleh orang-orang dengan motif dan nilai-nilai tertentu, beragam sumber daya ekonomi, politik, dan lainnya, dalam konteks persaingan dan konflik untuk mewujudkan tujuan secara mandiri atau bersama oleh pemimpin dan pengikut".
1980an. Pada dekade ini dipenuhi karya akademisi dan karya populer tentang kepemimpinan, sehingga topik ini menjadi pusat perhatian akademisi dan publik. Sebagai hasilnya, sejumlah definisi untuk kepemimpinan menjadi terlalu berlebihan dengan sejumlah tema yang tetap ada:
-
25
- Lakukan seperti yang diinginkan Pemimpin. Definisi kepemimpinan umumnya tetap menyampaikan pesan bahwa kepemimpinan adalah membuat pengikut melakukan apa yang dinginkan pemimpin.
- Pengaruh (Influence). Mungkin, kata yang paling sering digunakan dalam definisi kepemimpinan tahun 1980-an, pengaruh. Kata ini dianalisis dari setiap sudut pandang. Bagaimana, dalam upaya untuk membedakan kepemimpinan dari manajemen, akademiksi menyatakan bahwa kepemimpinan adalah pengaruh yang tidak bersifat memaksa.
- Bakat (Trait). Dicetus oleh Buku Laris In Search of Excellence (Peters & Waterman, 1982) gerakan Kepemimpinan-sebagai-kehebatan membuat bakat kepemimpinan kembali menjadi sorotan. Sebagai hasilnya, banyak pemahaman orang tentang kepemimpinan didasarkan pada orientasi bakat.
- Transformasi (transformation). Burn (1978:83) dipuji karena memulai gerakan yang mendefinisikan kepemimpinan sebagai proses transformasional. Definisi tersebut menyatakan, kepemimpinan terjadi "ketika satu atau lebih orang terlibat dengan orang lain dengan cara tertentu sehingga pemimpin dan pengikutnya yang mengangkat ke tingkat motivasi dan moral yang lebih tinggi.
Abad 21 Setelah puluhan tahun disonansi, pakar kepemimpinan setuju tentang satu hal: Mereka dapat menghasilkan suatu definisi bersama tentang kepemiminan. Debatpun terus berlanjut, seperti apakah kepemimpinan dan manajemen adalah proses yang terpisah, sementara yang lain menekankan pada sifat, keterampilan, atau aspek hubungan kepemimpinan. Karena faktor seperti pengaruh global yang berkembang dan perbedaan generasi, maka kepemimpinan akan terus memiliki makna yang berbeda untuk setiap orang yang berda. Intinya, kepemimpinan adalah konsep yang kompleks sehingga suatu definisi yang pasti akan sulit didapatkan
Diadaptasi dari: Northouse (2013:2-4)
Evolusi definisi tersebut menunjukkan adanya perbedaan pendekatan
dan paradigma yang dibangun. Namunpun demikian, kita dapat
mengidenfikasi beberapa unsur utama dalam definisi kepemimpinan, yaitu:
a. Kepemimpinan adalah suatu proses,
b. Kepemimpinan melibatkan pengaruh
-
26
c. Kepemimpinan terjadi pada kelompok, dan
d. Kepemimpinan melibatkan tujuan bersama (Northose, 2013:5).
Yukl (2010:3) menekankan bahwa sebagian besar definisi
mencerminkan asumsi bahwa kepemimpinan berkaitan dengan aktivitas
yang disengaja dari seseorang untuk menekankan pengaruhnya yang kuat
terhadap orang lain untuk membimbing, membuat struktur, memfasilitasi
aktivitas dan hubungan di dalam kelompok atau organisasi. Oleh karena itu,
dalam penelitian ini, definisi kepemimpinan menekankan pada pengaruh dan
proses mempengaruhi pemimpin terhadap bawahannya untuk mencapai
tujuan yang diinginkan secara bersama.
Pengaruh dalam konteks ini adalah power yang digunakan oleh
pemimpin dalam proses mempengaruhi. Sementara proses mempengaruhi
adalah perilaku mempengaruhi atau secara spesifik adalah taktik
mempengaruhi oleh pemimpin terhadap bawahannya, rekan kerja ataupun
pimpinannya. Ukuran keberhasilan kepemimpinan adalah pada komitmen
tugas yang dimiliki bawahan sebagai output dari proses mempengaruhi dan
berimplikasi terhadap komitmen organisasi.
2. Perkembangan Studi dan Fokus Kajian Kepemimpinan
Yukl (2010) mendalilkan bahwa teori-teori kepemimpinan yang
dikembangkan selama abad terakhir telah mengalami perubahan besar
dalam fokus utama yaitu kepada pemimpin, kepada pemimpin-bawah
(leader-followers), kepada pemimpin-konteks (to leader-context). Hal ini
dapat disingkat sebagai berikut:
-
27
1) Fokus pada Pemimpin:
a. Kepribadian (Great man & Trait Theories)
b. Pengaruh (Power and persuasion theories)
c. Perilaku (Action of the leader)
2) Fokus kepada situasi dan konteks:
a. Teori kepemimpinan situasional (Situational Leadership Theory)
b. Model Kontegensi (Contigency model)
c. Teori Path-Goal (Path-Goal Theory)
d. Teori Subtitusi Kepemimpinan (Leadership Subtitute Theory)
3) Fokus kepada Pemimpin-Bawahan
a. Teori Pertukaran Pemimpin-Anggota (Leader-Member Exchange)
b. Teori Kepemimpinan Transaksional (Transactional Leadership)
c. Teori Kepemimpinan Transformasional (Transformation Leadership)
d. Teori Kepemimpinan Pelayan (Servant Leadership)
Dalam buku Leadership In Organization yang dijadikan referensi
diberbagai perguruan tinggi di dunia, Yukl (2010) mengelompokkan teori
kepemimpinan ke dalam lima pendekatan utama, yaitu: Pertama, adalah
traits based approach, yaitu konsep kepemimpinan yang didasarkan kepada
sikap (personality), motif, nilai, dan keterampilan si pemimpin. Kedua, adalah
behavior based approach yaitu tinjauan kepemimpinan berdasarkan perilaku
si pemimpin. Ketiga, adalah power influence approach, yaitu pemimpin
berdasarkan pengaruh kuasa. Keempat, adalah situational based approach,
yaitu tinjauan kepemimpinan yang didasarkan oleh peran penting dari situasi.
-
28
Dan kelima, adalah integrative approach, yaitu pendekatan terintegrasi
meliputi perilaku pemimpin dan bawahannya.
a. Pendekatan Bakat (Traits Based Approach)
Fokus dari pendekatan ini adalah karakteristik yang dimiliki oleh
seorang pemimpin. Pemimpin dilahirkan dengan bakat-bakat tertentu yang
membuat mereka besar. Ini adalah premis dari "Great Man" teori, yang diakui
bahwa "kuasa sebagai yang diberikan dalam jumlah yang sangat terbatas
orang-orang yang warisan dan takdir membuat mereka pemimpin (Bennis &
Nanus, 1985:5). Pendekatan tersebut adalah yang paling dini (1930 – 1940)
yang disebut dengan pendekatan bakat, dengan mendasarkan asumsi
bahwa beberapa orang mempunyai bakat memimpin yang memiliki ciri
tertentu yang tidak dimiliki orang lain. Pendekatan bakat adalah pendekatan
yang paling awal untuk mempelajari kepemimpinan. Pendekatan ini
menekankan pada bakat pemimpin seperti kepribadian, motivasi, nilai dan
keterampilan (Yukl, 2010:13).
Pada awal abad ke-20, kepemimpinan bakat dipelajari untuk
menentukan apa yang membuat orang-orang tertentu pemimpin besar.
Teori-teori ini difokuskan pada identifikasi kualitas bawahan dan karakteristik
yang dimiliki oleh para pemimpin sosial, politik, dan militer yang besar. Ia
percaya bahwa manusia dilahirkan dengan sifat-sifat ini, dan hanya orang
"besar" yang dimiliki ciri-ciri tersebut. Selama ini, penelitian terkonsentrasi
pada penentuan ciri-ciri tertentu yang jelas pemimpin dibedakan dari
pengikut (Northouse, 2013:15).
-
29
Walaupun pendekatan bakat merupakan salah satu upaya sistematis
pertama untuk belajar kepemimpinan, tetapi istilah bakat telah menjadi
sumber dari ambiguitas dan kebingungan yang cukup besar dalam literatur,
kadang mengacu pada beragam kepribadian, temperamen, disposisi, dan
kemampuan, serta setiap kualitas abadi individu, termasuk atribut fisik dan
demografis (Zaccarro et al, 2004:103). Beberapa penelitian yang
memfokuskan diri pada teori ini adalah:
1) Zaccaro, dkk (2004) tentang kepemimpinan berbasis Bakat
Pada tahun 2004 Zaccaro, Kemp & Bader menulis tentang Leader
Traits and Atributes dalam membangun sebuah model untuk memehami
pemimpin bakat (leader traits) yang didasarkan pada atas dua premis: (a)
kepemimpinan muncul dari gabungan pengaruh dari beberapa ciri-ciri
kepemimpinan sebagai lawan dari independensi penilaian dari ciri-ciri
lainnya, dan (b) sifat pemimpin berbeda dalam pengaruh proksimal mereka
dalam kepemimpinannya (Zaccaro et al., 2004). Zaccaro, et al., (2014:122)
menggambarkan model tersebut sebagai berikut:
-
30
Gambar 1. Model Kepemimpinan berbasis Bakat Zaccaro, dkk (2004).
Model pada Gambar 1 di atas menunjukkan bahwa terdapat tiga
bentuk prediktor distall dan tiga bentuk prediktor proksimal dalam
lingkaran yang tumpang tindih. Ini merupakan premis bahwa setiap
bentuk prediktor beroperasi secara bersama-sama dengan prediktor
lainnya untuk mempengaruhi hasil tertentu. Setiap bentuk perlu
didefinisikan tetapi tidak cukup untuk prediksi kriteria yang ditargetkan.
Dengan demikian, keterampilan dan keahlian berasal dari pengaruh
gabungan dari kapasitas kognitif, orientasi kepribadian, dan motif.
2) Robert Kanz (1955) tentang Keterampilan Kepemimpinan
Katz dalam Harvard Business Review, berjudul "Skill of an Effective
Administrator" dari tahun 1955, menegaskan tiga kemampuan yang
berbeda yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin yaitu: (1)
personality
Motive Values
Cognitive abilities
Problem soving skill
Ekspertise/ tacit
knowladge
Social Appraisal skill
Leader Process
Leader Emergence
Leader Effectiveness
Leader advancement and
promotion
Leader’s operating environment
Distall Atributes Proximal Attributes Leadership Criteria
-
31
Keterampilan teknis (technical skill), (2) Keterampilan hubungan manusia
(human skill) dan (3) Keterampilan konseptual (conceptual skill). Menurut
Katz (dalam Northouse, 2007:43), semakin tinggi seseorang dalam
organisasi maka keterampilan teknis kurang dibutuhkan dan lebih
diperlukan keterampilan konseptualnya. Di sisi lain, semakin rendah
posisi dalam organisasi maka keterampilan lebih teknis lebih dibutuhkan
dan keterampilan konseptual kurang diperlukan. Namun dalam
keterampilan hubungan manusia (human skill) selalu diperlukan, tidak
peduli tingkat atau posisi organisasi manapun.
3) Mumford, Zaccaro, Connelly dan Marks (2000) Model Kepemimpinan
berbasis Skill.
Mumford, Zaccaro, Connelly dan Marks (2000) mengusulkan sebuah
model baru yang didasarkan pada keterampilan yang harus dimiliki oleh
seorang pemimpin. Model ini memiliki 5 komponen, diantaranya:
- Atribut Individu (Individual Attribute),
- Kompetensi (Competencies),
- Kepemimpinan Hasil (Leadership Outcomes),
- Pengalaman Karir (Career Experiences) dan
- Pengaruh lingkungan (Enviromental Influences)
Model ini dikenal juga sebagai model kemampuan karena meneliti
hubungan antara pengetahuan seorang pemimpin dan keterampilan
(yaitu, kemampuan) dan kinerja pemimpin. Kemampuan yang membuat
-
32
kepemimpinan dapat efektif. Model Skill Kepemimpinan ini digambarkan
sebagai berikut:
Gambar 2. Model kepemimpinan berbasis Skill oleh Mumfod,dkk
4) McClelland (1985) tentang Motivasi Berprestasi (The Achive Motive)
McClelland (1985) membagi motivasi manajer menjadi tiga kategori. Tipe
pertama adalah manajer yang merasa puas bila menghasilkan tugas-
tugas yang sulit dan menantang. Manajer semacam ini dikelompokkan
sebagai tipe high need for achievement. Tipe kedua adalah mereka yang
merasa puas bila berhasil menjaga suasana rukun dalam lingkungan
kerjanya. Tipe ini disebut high need for affiliation, manajer ini biasanya
senang bekerja bersama-sama dengan orang banyak. Tipe yang ketiga
adalah mereka yang merasa puas bila berhasil menguasai orang lain dan
mengalahkan saingan-saingannya. Manajer semacam ini dikategorikan
sebagai high need for power. Umumnya mereka berambisi menjadi
General Cognitive ability
Crystallized Cognitive Ability
Motivaion Personality
Problem-Solving Skill Social Judgment skill
Knowladge
Prob
lem
Sol
ving
Perfo
rman
ce
Environmental Influences
Career Experience
-
33
pejabat dengan posisi tersebut maka dia memiliki kuasa (Mc Clelland,
1985; Legino, 2009:88).
Inti dari studi-studi ini adalah mencoba untuk mengidentifikasi dan
menjelaskan ciri atau karakteristik kepemimpinan yang dimiliki oleh seorang
pemimpin yang menjadi pembeda dari pengikut-pengikutnya. Namun studi ini
tidak menimbulkan kepuasan karena tidak dapat menjelaskan hubungannya
dengan efektivitas kepemimpinan sehingga melahirkan pendekatan berikut
yaitu pendekatan perilaku.
b. Pendekatan Perilaku (Behavior Approach)
Studi kepemimpinan dengan pendekatan perilaku lahir sehubungan
dengan ketidakpuasan atas pendekatan bakat yang ditemukan tidak ada
satu jenis sifat pun yang bisa menjamin keberhasilan atau efektivitas
kepemimpinan. Hal ini disebabkan karena para peneliti mengabaikan
kemungkinan faktor lain yang memungkinkan mempengaruhi faktor sifat
dengan kesuksesan yaitu faktor perilaku dalam kepemimpinan.
Perspektif ini merupakan sebuah perspektif yang berbeda untuk teori
kepemimpinan bakat, yaitu dengan mempertimbangkan apa yang
sebenarnya pemimpin lakukan sebagai lawan karakteristik yang
mendasarinya. Pada tahun 1940-an, para peneliti mulai menjadi kurang
peduli dengan mengidentifikasi sifat-sifat individu kepemimpinan dan mulai
lebih tertarik pada perilaku kepemimpinan. Oleh karena itu, sejumlah model
dan teori telah dikembangkan untuk mengeksplorasi. Salah satu pendekatan
yang berfokus pada perilaku pemimpin adalah pendekatan gaya.
-
34
Pendekatan ini berfokus pada apa yang pemimpin lakukan dan bagaimana
mereka bertindak (Northouse, 2013:69).
Beberapa penelitian yang menekankan pada studi ini adalah
penelitian dari The Ohio State University Study, University of Michigan, Studi
Blake dan Mouton tentang Leadership Grid.
Ulasan dan bahasan tentang pendekatan perilaku ini akan dibahas
dalam sub bab tersendiri dalam Disertasi ini.
c. Pendekatan Kuasa-Pengaruh (Power-Influece Approach)
Penelitian power-influence menguji proses pengaruh yang terjadi
antara pemimpin dengan pengikutnya (Yukl, 2010:15). Penelitian ini
berusaha menjelaskan efektivitas kepemimpinan berdasarkan jumlah dan
jenis kuasa yang dimiliki oleh pemimpin dan bagaimana kuasa tersebut
digunakan. Kuasa dalam konteks tersebut tidak hanya ditinjau dari
bagaimana ia mempengaruhi bawahan (subordinate), tetapi juga terhadap
bos ataupun rekan kerja atau mitra bisnis lainnya. Adapun beberapa
penelitian yang memberikan sumbangan penting dalam teori ini adalah:
(1) Teori Kuasa Sosial (social power) yang dikembangkan oleh French dan
Raven (1959) mengklasifikasi tipe kuasa menurut sumbernya, yaitu kuasa
memberi penghargaan (reward power), kuasa memaksa (coercive
power), kekuataan memiliki legitimasi (legitimate Power), kuasa keahlian
(expert power) dan kuasa referensi (referent power).
(2) Taksonomi taktik mempengaruhi yang dilakukan oleh Kipnis, dkk (1980),
hingga Yukl, et.al (2008)
-
35
Pendekatan inilah yang menjadi fokus penelitian peneliti, sehingga
bagian ini akan dibahas secara detail pada sub bab lainnya.
d. Pendekatan Situasional (Situational Approach)
Lahirnya studi kepemimpinan situasional disebabkan oleh
ketidakpuasan para ahli kepemimpinan atas hasil yang ditunjukkan oleh studi
kepemimpinan perilaku. Kritik atas studi kepemimpinan perilaku sehingga
melahirkan studi kepemimpinan pendekatan situasional adalah sebagai
berikut:
- Penelitian tentang gaya belum menunjukkan bagaimana gaya pemimpin
yang berhubungan dengan hasil kinerja.
- Pendekatan gaya telah gagal menemukan gaya universal kepemimpinan
yang bisa efektif dalam hampir setiap situasi.
- Pendekatan gaya menunjukkan bahwa gaya kepemimpinan yang paling
efektif adalah gaya yang tinggi-tinggi (tinggi pada tugas dan tinggi pada
hubungan). Namun, beberapa hasil penelitian tidak setuju dengan ini dan
berpendapat bahwa situasi tertentu mungkin memerlukan gaya
kepemimpinan yang berbeda (Northouse, 2013:79).
Pada akhir tahun 1960 dan awal tahun 1970an beberapa teori
situasional dan kontigensi muncul. Teori tersebut dibangun dari observasi
tentang bagaimana variabel situasi berpengaruh dan menghasilkan
kepemimpinan yang efektif. Premis dasar dari pendekatatan situasional ini
adalah situasi yang berbeda menuntut jenis kepemimpinan yang berbeda.
-
36
Pendekatan ini dikembangkan oleh Fiedler (1964), House’s, (1971) serta
Hersey dan Blanchard (1988).
Teori kontingensi kepemimpinan diusulkan pertama kali oleh psikolog
Austria Fred Edward Fiedler (1964) dalam artikelnya "A Contigency Model of
Leadership Effectiveness." Teori ini menekankan pentingnya kedua
kepribadian pemimpin dan situasi di mana pemimpin yang beroperasi.
Fiedler dan rekan-rekannya mempelajari pemimpin dalam berbagai konteks
tapi kebanyakan dalam konteks militer dan model mereka didasarkan pada
hasil penelitian mereka. Secara garis besar menurut mereka terdapat dua
gaya kepemimpinan: (1) Motivasi pada tugas (task-motivated) dan (2)
Motivasi pada hubungan (relationship-motivated).
Tugas mengacu pada tugas prestasi, dan hubungan-motivasi
mengacu pada hubungan interpersonal. Fiedler mengukur gaya
kepemimpinan dengan menggunakan Least Preferred Co-Worker Scale
(skala LPC). Para pemimpin skor tinggi pada skala ini adalah hubungan
termotivasi dan mereka mencetak rendah tugas termotivasi. Fiedler
menjelaskan bagaimana situasi menengahi hubungan antara efektivitas
kepemimpinan dengan ukuran ciri yang disebut “nilai (LPC) rekan kerja yang
paling disukai” (Yukl, 2010:252; Robbins, 2013:297; Northouse 2013:114).
Fiedler mengasumsikan bahwa gaya kepemimpinan individu adalah
tetap. Jika situasi membutuhkan pemimpin berorientasi tugas dan orang
dalam posisi kepemimpinan berorientasi hubungan, baik situasi harus diubah
atau pemimpin harus diganti untuk mencapai efektivitas optimal. Fiedler
-
37
mendefinisikan kesukaan sebagai batasan dimana situasi memberikan
kendali kepada seorang pemimpin atas para bawahan. Tiga situasi yang
diidentifikasi fiedler adalah hubungan pimpinan-anggota, Struktur tugas dan
Kuasa Poisisi (Yukl, 2010:253; Robbins, 2013: 297). Namun seiring dengan
dikembangkannya teori-teori kepemimpinan situasional yang lebih baik, teori
LPC cenderung ditinggalkan tetapi tetap dianggap telah memberikan
kontribusi atas lahirnya teori kepemimpinan situasional.
Teori kepemimpinan situasional berikutnya yang cukup mendominasi
dibangunnya pengembangan teori kepemimpinan situasional adalah teori
dari Robert House’s (1971) dengan teori Path-Goalnya yang berakar pada
teori harapan yang dikembangkan oleh Victor Vroom dan juga Martin G.
Evans. Menurut House (1971:324), pemimpin berperan mencari jalan untuk
memotivasi bawahannya dengan cara meningkatkan kepuasan mereka
antara lain dengan memperhatikan aspek-aspek situasi seperti suasana
kerja, lingkungan kerja dan karakteristik bawahannya. Ketika kohesivitas tim
rendah, gaya kepemimpinan suportif yang digunakan sedangkan dalam
situasi di mana kinerja yang berorientasi norma tim yang ada, gaya direktif
atau gaya berorientasi prestasi bekerja lebih baik. Pemimpin harus
menerapkan gaya direktif untuk menghadapi norma-norma tim yang
menentang tujuan resmi tim. Jadi semakin terstruktur suatu pekerjaan,
semakin jelas tujuannya, dan semakin terbangun rasa percaya diri bawahan,
maka upaya untuk terus-menerus menjelaskan suatu pekerjaan atau
pengarahan merupakan tindakan pemimpin yang tidak diharapkan oleh
-
38
bawahan. Namun, tak kala pekerjaan tidak terstruktur secara baik, tujuan
tidak jelas, dan bawahan kurang pengalaman, kemudian gaya kepemimpinan
direktif akan lebih diterima oleh para bawahan. Pengembangan teori ini
melahirkan empat gaya kepemimpinan yang dapat mempengaruhi kepuasan
dan kinerja karyawan, sebagaimana model yang digambarkan berikut:
Gambar 3. Model Path-Goal House
Keempat gaya kepemimpinan di atas, dapat dijelaskan sebagai
berikut:
- Kepempimpinan direktif: disini pemimpin memberikan pedoman, yang
memungkinkan bawahan tahu apa yang diharapkan dari mereka,
menetapkan standar kinerja bagi mereka, dan mengontrol perilaku