i. pengenalan program · the bright organization in future depend on your hand 2 b. lama program...

68
the bright organization in future depend on your hand 1 I. PENGENALAN PROGRAM Program Eksekutif merupakan program baru yang diperkenalkan oleh Biro Keanggotaan dan Kepegawaian cq Bagian Pendidikan dan Pelatihan. Progam ini merupakan terobosan dalam pendidikan dan pelatihan (diklat) dikarenakan menggabungkan antara konsep pengembangan diri dengan model pembelajaran. Konsep pengembangan diri adalah peserta diklat terlebih dahulu diidentifikasi permasalahan yang dihadapi dari sisi kepribadian dan kompetensinya. Setelah peserta diketahui hasil identifikasi kepribadian kemudian peserta menjalani proses konsultasi dengan tujuan terjadi perubahan dalam mind-setting. Begitu juga setelah proses identifikasi kompetensi, kemudian peserta menjalani proses pembelajaran dengan mengacu kepada kompetensi yang dipersyaratkan oleh organisasi dengan tujuan terjadi perubahan kompetensi. A. TUJUAN PROGRAM Secara umum tujuan progam adalah mempersiapkan calon pejabat dan pejabat struktural yang memiliki visi pengembangan organisasi Sekretariat Jenderal DPR RI sekarang dan akan datang. Sedangkan secara khusus dijelaskan dalam tabel berikut: Tujuan Sasaran Cara Pembelajaran Memahami potensi diri. 1. Hilangnya mental block. 2. Masuknya sugesti positif. 1. Mind-therapy. 2. Grapho Analysis. Meningkatkan wawasan organisasi. Mampu menjelaskan segala aspek tentang organisasi. Program tatap muka di kelas dan membaca buku wajib. Meningkatkan pemahaman tentang manajemen keparlemenan. Mampu menjelaskan segala aspek tentang organisasi. Meningkatkan kompetensi jabatan struktural . Meningkatkan kemampuan menganalisis dan menerapkan kompetensi jabatan struktural dalam tugas dan fungsinya Meningkatkan kemampuan presentasi. 1. Mampu menyampaikan gagasan secara verbal. 2. Meningkatnya kepercayaan diri. Presentasi. Meningkatkan kemampuan menulis. Mampu menuangkan gagasan ke dalam tulisan. Menulis makalah.

Upload: others

Post on 27-Jan-2021

4 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • the bright organization in future depend on your hand

    1

    I. PENGENALAN PROGRAM

    Program Eksekutif merupakan program baru yang diperkenalkan oleh Biro Keanggotaan dan Kepegawaian cq Bagian Pendidikan dan Pelatihan. Progam ini merupakan terobosan dalam pendidikan dan pelatihan (diklat) dikarenakan menggabungkan antara konsep pengembangan diri dengan model pembelajaran.

    Konsep pengembangan diri adalah peserta diklat terlebih dahulu diidentifikasi

    permasalahan yang dihadapi dari sisi kepribadian dan kompetensinya. Setelah peserta diketahui hasil identifikasi kepribadian kemudian peserta menjalani proses konsultasi dengan tujuan terjadi perubahan dalam mind-setting. Begitu juga setelah proses identifikasi kompetensi, kemudian peserta menjalani proses pembelajaran dengan mengacu kepada kompetensi yang dipersyaratkan oleh organisasi dengan tujuan terjadi perubahan kompetensi.

    A. TUJUAN PROGRAM Secara umum tujuan progam adalah mempersiapkan calon pejabat dan

    pejabat struktural yang memiliki visi pengembangan organisasi Sekretariat Jenderal DPR RI sekarang dan akan datang. Sedangkan secara khusus dijelaskan dalam tabel berikut:

    Tujuan Sasaran Cara Pembelajaran

    Memahami potensi diri. 1. Hilangnya mental block.

    2. Masuknya sugesti positif.

    1. Mind-therapy. 2. Grapho Analysis.

    Meningkatkan wawasan organisasi.

    Mampu menjelaskan segala aspek tentang organisasi.

    Program tatap muka di kelas dan membaca buku wajib.

    Meningkatkan pemahaman tentang manajemen keparlemenan.

    Mampu menjelaskan segala aspek tentang organisasi.

    Meningkatkan kompetensi jabatan struktural .

    Meningkatkan kemampuan menganalisis dan menerapkan kompetensi jabatan struktural dalam tugas dan fungsinya

    Meningkatkan kemampuan presentasi.

    1. Mampu menyampaikan gagasan secara verbal.

    2. Meningkatnya kepercayaan diri.

    Presentasi.

    Meningkatkan kemampuan menulis.

    Mampu menuangkan gagasan ke dalam tulisan.

    Menulis makalah.

  • the bright organization in future depend on your hand

    2

    B. LAMA PROGRAM Lama progam dirancang diselesaikan dalam 5 bulan.

    C. KURIKULUM Kurikulum program dirancang untuk membentuk mind-setting positif yaitu

    percaya diri dan berjiwa visioner serta menghasilkan individu yang berpengetahuan (reading), mampu mneyampaikan gagasan secara verbal (persentation), dan mampu menulis atau menyampaikan gagasan dalam tulisan (writing). Standarisasi kompetensi sendiri mengacu kepada Standarisasi Jabatan Struktural Setjen DPR RI. Selanjutnya penjelasan lebih rinci disajikan dalam tabel.

    Jenis Komponen Sub Komponen Tujuan

    Mental Block

    Lifetrap 1. Identifikasi mental block.

    2. Menghilangkan mental block.

    Menghancurkan mental block.

    Sugestif Potensi Diri Masuknya nilai-nilai baru.

    Kompetensi Kognitif 1. Pengetahuan tentang organisasi.

    2. Pengetahuan tentang manajemen keparlemenan.

    3. Pemikiran strategis (Strategic Thinking).

    4. Kemampuan penyelesaian masalah (Problem Solving).

    5. Pencarian informasi (Information Seeking).

    6. Perencanaan dan pengorganisasian (Planning and Organizing).

    Meningkatkan kompetensi pada aspek kognitif.

    Afeksi 1. Kepedulian pada keteraturan (CO).

    2. Orientasi berprestasi (Achievement Orientation).

    3. Orientasi pelayanan pelanggan/ pemangku

    Meningkatkan kompetensi di aspek afeksi.

  • the bright organization in future depend on your hand

    3

    kepentingan (Customer Service Orientation).

    4. Kepemimpinan (Team Leadership).

    5. Kerjasama (Team Work).

    6. Relasi Sosial (Social Relationships).

    7. Fleksibilitas (Flexibilities).

    8. Integritas (Integrity).

    Psikomotorik Mampu menerapkan Excel, Word dan Powerpoint.

    Meningkatkan kompetensi di aspek psikomotorik (self development).

    Pendukung Bahasa Inggris. Meningkatkan kompetensi berbahasa inggris (self development).

    D. MODEL PEMBELAJARAN

    Model pembelajaran dilakukan dalam beberapa cara, yaitu:

    1. Pengenalan mental block dan perubahan mind-set pada saat awal program. 2. Model pembelajaran di dalam kelas melalui:

    a. Penjelasan materi oleh Coach dan Narasumber; b. Presentasi dan simulasi oleh peserta; c. Dan sebagainya.

    3. Praktek dari pembelajaran ke dalam tugas sesuai dengan tugas dan fungsi masing-masing peserta.

    4. Membaca buku wajib. 5. Melakukan studi banding kepada Institusi Pemerintah dan Swasta. 6. Pengembangan diri (self development), yaitu:

    a. Peserta mensugesti dirinya untuk selalu lebih baik. b. Pengembangan lebih lanjut oleh pribadi peserta melalui tumbuhnya

    kesadaran membaca. c. Advokasi selama kegiatan di kelas dan luar kelas, termasuk

    melaksanakan tugas. 7. Mentoring, yaitu Coach memberikan pengantar, membimbing dan

    mengevaluasi selama proses di kelas. 8. Konsultasi, yaitu Peserta dapat berkonsultasi dengan Coach di luar kelas.

  • the bright organization in future depend on your hand

    4

    E. PESERTA Peserta yang diikutkan dalam program eksekutif adalah pejabat struktural

    yang sedang menjabat dengan jumlah peserta dibatasi 10 orang agar pelatihan efektif dan fokus.

    F. EVALUASI Agar Program sesuai dengan tujuannya, maka perlu adanya evaluasi

    terhadap program pembelajaran dilakukan melalui penilaian terhadap pengelolaan sumber daya-sumber daya organisasi yaitu kesisteman, SDM, anggaran dan sarana prasarana.

  • the bright organization in future depend on your hand

    5

    II. MENTAL BLOCK A. Mind Setting

    Jika pegawai memiliki penyakit fisik, banyak cara untuk mendeteksi dan

    mengobatinya secepat mungkin. Namun jika pegawai memiliki trauma, luka batin, keyakinan yang membatasi geraknya, khawatir berlebihan dengan lain-lain. Maka tidak mudah pegawai untuk menemukannya dan butuh waktu yang lama untuk memulihkannya.

    Bahaya bagi yang kena penyakit mental block akan membuat dirinya

    mengalami suatu keadaan yang sesungguhnya dia tidak inginkan. Namun, karena dia sendiri yang tidak mau untuk melepaskan dan menghancurkannya, maka akibatnya adalah diri sendiri dan orang sekitarnya akan ikut merasakan dampaknya. Beberapa akibat jika pegawai terkena penyakit mental block: 1. Tidak maju maju. Kehidupan yang pegawai rasakan adalah stagnan,

    berputar-putar di satu tempat saja. Karir pegawai tidak ada peningkatan, yang pegawai jalani hanya sekedarnya saja. Tidak ada lompatan yang menakjubkan, tidak bisa beranjak dari kehidupan yang sekarang menuju kehidupan yang lebih baik. Padahal dirinya menginginkan kehidupan yang lebih baik. Tetapi mental block yang menghalangi dirinya sendiri untuk dapat mencapai dan menikmati kehidupan yang diimpikan.

    2. Sering mengalami kegagalan. Selalu gagal terus menerus bukan disebabkan semata-mata hanya karena menderita mental block. Namun, Gagal yang dimaksud adalah saat ingin mencapai target sesuatu, tapi dihalangi oleh batasan mental yang dibuat sendirinya, dirinya yang membuat tembok penghalang.

    3. Terpuruk dalam kehidupan. Misalnya jika seorang pegawai adalah kepala keluarga, anak dan istri menggantungkan hidupnya kepadanya, dan kebetulan seorang pimpinan yang banyak pihak berharap dan menggantungkan kepadanya. Kemudian yang bersangkutan frustasi, stress, depresi dan menyimpan dendam yang tak berkesudahan. Akhirnya sangat mempengaruhi produktivitas pegawai sebagai sebagai pejabat, sebagai kepala keluarga. Akibatnya menjadi malas, putus asa, mudah menyerah, tidak berani mengambil tantangan atau resiko, penuh dengan ketakutan yang tidak beralasan, dan hasil akhirnya tidak mampu mendapatkan hasil yang diinginkan.

    B. Jebakan Hidup (Lifetraps)

    1. Abandonment, yaitu jebakan kehidupan yang disebabkan oleh kurangnya rasa aman dalam keluarga sewaktu kecil, atau munculnya perasaan tidak aman dan tidak berharga selalu melingkupi seseorang, sehingga ingin tampil sempurna supaya tidak ditinggalkan atau dimarahi.

    2. Mistrust dan abuse, merupakan jebakan kehidupan yang juga berkaitan dengan rasa aman dalam keluarga, terlalu sering dibohongi atau dikecehkan menyebabkan seseorang tumbuh dengan rasa curiga, wa-was dan ketakutan luar bisa, sehingga kehilangan kepercayaan dan pelecehan.

  • the bright organization in future depend on your hand

    6

    3. Dependence yaitu jebakan kehidupan yang menyebabkan seseorang selalu merasa harus tergantung pada orang lain, karena itu orang dengan jebakan kehidupan ini selalu ragu-ragu, bingung dan panik kalau harus membuat keputusan.

    4. Vulnerability , yaitu rasa rapuh yang berlebihan akan merasakan seorang merasa hidup di dunia yang penuh dengan masalah, ancaman, perang, bencana dan penyakit sehingga orang dengan jebakan ini mengalami kerentanan dan kerapuhan.

    5. Emotional deprivation, yaitu jebakan kehidupan yang diderita oleh orang-orang yang semasa kecilnya tidak mendapatkan kehangatan emosi dan cinta secara cukup, sehingga orang dengan jebakan ini merasa kehausan akan cinta dan kehangatan.

    6. Social exclusion, yaitu kondisi di mana seseorang merasa asing atau justeru mengasingkan dirinya di dalam pergaulan sosialnya atau pengasingan sosial.

    7. Defectiveness, yaitu munculnya harga diri yang rendah dan selalu inferior dibandingkan orang, karena itu orang dengan jebakan ini merasa cacat diri.

    8. Failure yaitu jebakan kehidupan di mana seseorang selalu merasa salah dan gagal dalam setiap aspek kehidupannya sehingga orang dengan jebakan ini merasa selalu akan emngalami kegagalan berulang.

    9. Subjugation , yaitu jebakan kehidupan yang menyebabkan seseorang selalu patuh dan menyenangkan orang lain, karena itu bagi orang dengan jebakan ini merasa tabu jika harus berbeda pendapat atau akan menjalankan kepatuhan tanpa syarat.

    10. Unrelenting standards, yaitu jebakan kehidupan yang menimpa orang yang sewwaktu kecilnya terlalu ditekan untuk menjadi yang terbaik dan menjadi nomor satu dengan mengorbankan kebahagian dan kesenangan sebagai anak-anak, atau keharusan melakukan sesuatu dengan standar yang tinggi dan melebihi orang lain.

    11. Entitlement, yaitu jebakan kehidupan yang membuat seseorang selalu berhak atas apa yang diainginkan, atau selalu merasa berhak atas segalanya.

    C. Defense Mechanism

    1. Reppression (Penghilangan secara tiba-tiba dan tanpa sadar berbagai memori, ide atau impuls yang mengancam)

    2. Denial (Menghalangi kejadian-kejadian eksternal masuk ke dalam kesadaran kita/meniadakan sesuatu kejadian)

    3. Rationalization (Menyembunyikan dari diri kita sendiri agar kita tidak perlu mengakui kekurangan yang ada pda diri kita).

    4. Projection (Menuduh orang lain melakukan, bersikap, berpikir sesuatu yang sebenarnya kita sendiri).

    5. Displacement (Memindahkan dorongan agresif kepada orang lain ketika dorongan itu tidak bisa dilakukan karena terget terlalu berkuasa atau menakutkan).

    6. Turning Against Self (Mengarahkan impuls ke dalam daripada mengarahkan kepada target yang seharusnya).

  • the bright organization in future depend on your hand

    7

    7. Reaction Formation (Perubahan impuls yang tidak baik menjadi kebalikannya agar dapat diterima).

    8. Project Identification (jika mengidolakan sisi positif darinya akan muncul) 9. Identification with the aggressor (mengadopsi karakteristik atau sikap dari

    seseorang yang ditakutinya). 10. Over Compensation (usaha menutupi kekurangan diri sendiri dengan

    memfokuskan diri pada karakteristik pribadi yang lebih baik). 11. Undoing (melakukan sesuatu secara berlebihan untuk menutupi

    kelemahannya). 12. Withdrawal (Menghentikan kounikasi atau secara fisik pergi meninggalkan

    keadaan yang tidak nyaman). 13. Daydreaming and fantasy (Meskipun berguna untuk penetapan tujuan dan

    visualisasi, berbagai permasalahan akan timbul ketika hayalan menjadi lebih memuaskan dari kehidupan nyata sebagai jalan untuk lari dari kenyataan yang menyakitkan).

    14. Substance dependency (lari dari masalah) 15. Escaping to illness (Lari dari tanggungjawab, tidak ingin hidup dalam

    kenyataan). 16. Regression (Kembali pada respon yang sebelumnya ketika menghadapi

    kecemasan).

    D. Five Body Syndrome

    No Syndrome Penyebab

    1 The Crying Syndrome (Sindrom menangis)

    Ketidakmampuan untuk membuat keputusan karena:

    Pengkondisian yang dialami pada masa lalu.

    Tindakan atau ulah orang lain.

    Sesuatu yang di luar kendali subjek.

    2 Responsibility Syndrome (Sindrome Tanggungjawab)

    Ketidakmampuan untuk mengambil/ melakukan suatu tanggungjawab.

    Takut dengan beban tanggungjawab.

    3 Sexual Frustation or Guilt Syndrome (frustasi seksual atau perasaan bersalah).

    Seksualitas adalah bagaimana seseorang mengekspresikan dirinya.

    Perasaan bersalah yang muncul akibat kekakuan sistem kepercayaan/ doktrin.

    4 Fight or Reaching Syndrome (Sindrom Bertempur atau Menjangkau).

    Tidak bisa/mau mengungkap sesuatu.

    Menjangkau goal yang tidak terjangkau (goal yang diberikan orang lain).

    5 Flight Syndrome (Sindrome melarikan diri).

    Kebutuhan untuk melarikan diri secara emosi atau fisik.

    Takut bencana.

    Bosan.

    Takut sukses.

  • the bright organization in future depend on your hand

    8

    III. KEMAMPUAN BERPIKIR STRATEGIS

    A. Pengertian

    Kemampuan untuk menyesuaikan tindakan dan keputusan dalam bekerja dengan berpatokan pada kepentingan strategis organisasi dan berorientasi pada pengembangan organisasi ke depan.

    Key Behavior Nilai

    Sama sekali tidak memiliki kesadaran akan kaitan antara kepentingan strategis organisasi dan tugas kerjanya

    1

    Berusaha bekerja sesuai aturan dan tuntutan kerjanya saja 2

    Menyesuaikan tingkah laku kerjanya dengan tujuan/fungsi strategis organisasi. Namun masih doer

    3

    Telah memiliki kesadaran untuk berpikir dengan berorientasi pada masa depan dan mencoba mengambil tindakan untuk merealisasikannya meskipun masih dalam taraf unit/ area kerjanya

    4

    Mengerti dampak atas perubahan/ kondisi eksternal yang terjadi terhadap kepentingan strategis organisasi dan mengambil tindakan untuk mengatasi atau meresponnya

    5

    Membuat rencana perubahan strategis dan direalisasikan dalam tatanan unit kerjanya

    6

    Membuat rencana perubahan strategis dan direalisasikan dalam tatanan organisasi

    7

    B. Kurikulum

    Tujuan Pembelajaran Sasaran Pembelajaran

    Memuat: 1. Tujuan yang pasti. 2. Pemahaman mengenai

    lingkungan, khususnya adalah kekuatan yang mempengaruhi atau menghalangi pemenuhan suatu tujuan organisasi;

    3. Pemahaman mengenai tupoksi beserta SOP kerja dan kesesuaiannya dengan pemenuhan strategi organisasi;

    4. Kreatifitas dalam pengembangan respon efektif untuk semua kekuatan-kekuatan tersebut.

    Sasaran peserta didik: 1. Mampu mengidentifikasi pola atau

    hubungan yang tidak nampak dengan jelas.

    2. Mampu menyimpulkan informasi yang beragam dan tidak lengkap menjadi sesuatu yang jelas.

    3. Mampu mengidentifikasi kunci atau dasar permasalahan di dalam situasi yang kompleks dan menciptakan konsep-konsep baru.

    4. Mampu memahami situasi/ masalah dengan menguraikan masalah tersebut menjadi bagian-bagian kecil, atau melacak implikasi dari situasi tersebut bertahap.

    5. Mampu menyusun bagian-bagian

  • the bright organization in future depend on your hand

    9

    tersebut secara sistematis; membuat perbandingan dari aspek-aspek yang berbeda; menetapkan prioritas secara rasional; mengidentifikasi urutan waktu, hubungan Sebab-Akibat atau hubungan Jika-Maka.

    6. Mampu merumuskan visi, misi, tujuan, program dan kegiatan.

    C. Modul

    1. Manajemen stratejik merupakan suatu sistem yang sebagai satu kesatuan memiliki berbagai komponen yang saling berhubungan dan saling mempengaruhi, dan bergerak secara serentak (bersama-sama) ke arah yang sama pula. a. Komponen pertama adalah perencanaan strategi dengan unsur-

    unsurnya yang terdiri dari visi, misi, tujuan dan strategi utama organisasi.

    b. Komponen kedua adalah perencanaan operasional dengan unsur-unsurnya sasaran dan tujuan operasional, pelaksanaan fungsi-fungsi manajemen berupa fungsi pengorganisasian, fungsi pelaksanaan dan fungsi penganggaran, kebijaksanaan situsional, jaringan kerja internal dan eksternal, fungsi kontrol dan evaluasi serta umpan balik.

    2. Struktur Rencana Strategis

    Visi 1. Untuk mempertahankan dan mengembangkan eksistensi suatu organisasi yang berpandangan jauh ke masa depan, dan berperilaku proaktif dan antisipatif terhadap kondisi masa depan yang diprediksi akan dihadapi. Antisipasi masa depan tersebut dirumuskan dan ditetapkan sebagai visi organisasi yang akan diwujudkan 10 tahun atau lebih masa depan.

    2. Visi dapat diartikan sebagai kondisi ideal yang ingin dicapai dalam eksistensi organisasi di masa depan.

    3. Visi adalah gambaran kondisi masa depan dari suatu organisasi yang belum tampak sekarang tetapi merupakan konsepsi yang dapat dibaca oleh setiap orang (anggota organisasi).

    4. Visi memiliki kekuatan yang mampu mengundang, memanggil, dan menyerukan pada setiap orang untuk memasuki masa depan. Visi organisasi harus dirumuskan oleh manajemen puncak (pucuk pimpinan) organisasi.

    Misi Misi adalah penjabaran secara tertulis mengenai visi agar visi menjadi mudah dimengerti atau jelas bagi seluruh staf perusahaan.

  • the bright organization in future depend on your hand

    10

    Tujuan 1. Tujuan stratejik memuat secara jelas arah mana yang akan dituju atau diinginkan organisasi, yang merupakan penjabaran lebih lanjut atas misi yang telah ditetapkan. Dengan ditetapkannya tujuan stratejik, maka dapat diketahui secara jelas apa yang harus dilaksanakan oleh organisasi dalam memenuhi visi dan misinya untuk periode 1 sampai dengan 5 tahun ke depan.

    2. Lebih lanjut pencapaian tujuan merupakan ukuran keberhasilan sampai sejauh mana visi-misi organisasi telah dicapai.

    Strategi 1. Dimensi internal adalah kondisi organisasi pada saat sekarang, berupa kekuatan, kelemahan, peluang dan hambatan yang harus diketahui secara tepat untuk merumuskan renstra yang berjangka panjang.

    2. Analisis terhadap lingkungan eksternal terdiri dari lingkungan operasional, lingkungan nasional dan lingkungan global (internasional), yang mencakup berbagai aspek atau kondisi, seperti kondisi sosial politik, sosial ekonomi, sosial budaya, kependudukan, kemajuan dan perkembangan ilmu dan teknologi, adat istiadat, agama dan lain-lain.

    3. Analisis Pilihan Strategi: Pada dasarnya setiaporganisasi, dalam menjalankan usahanya, mempunyai strategi. Namun, para pimpinan organisasi kadang-kadang tidak tahu atau tidak menyadarinya. Bentuk strategi berbeda-beda antar-organisasi dan bahkan antar-situasi. Namun ada sejumlah strategi yang sudah umum diketahui, dimana strategi-strategi ini dapat diterapkan pada berbagai bentuk industri dan ukuran perusahaan. Strategi-strategi ini dikelompokkan sebagai strategi generik. Dari bermacam-macam strategi dalam kelompok strategi generik akan dipilih salah satu atau kombinasi beberapa strategi induk (grand strategy) dengan menggunakan cara-cara tertentu.

    4. Upaya pencapaian tujuan organisasi merupakan suatu proses berkesinambungan yang memerlukan pentahapan. Untuk menentukan apakah suatu tahapan sudah dicapai atau belum diperlukan suatu tolak ukur, misalnya kurun waktu dan hasil yang ingin dicapai dirumuskan secara jelas, yaitu dengan angka-angka kuantitatif. Pembuatan sasaran jangka panjang mengacu kepada strategi induk yang telah ditetapkan sebelumnya.

    5. Langkah penting implementasi strategi induk dilakukan dengan membagi-baginya ke dalam berbagai sasaran jangka pendek, misalnya dalam jangka waktu tahunan, secara berkesinambungan dengan memperhatikan skala prioritas serta dapat

  • the bright organization in future depend on your hand

    11

    diukur. Sasaran jangka pendek ini hendaknya mengacu pada strategi fungisonal yang sifatnya operasional.

    6. Strategi fungsional sifatnya lebih operasional ini mengarah berbagai bidang fungsional dalam perusahaan untuk memperjelas hubungan makna strategi utama dengan identifikasi rincian yang sifatnya spesifik. Strategi fungsional ini menjadi penuntun dalam melakukan berbagai aktivitas agar konsisten bukan hanya dengan strategi utamanyan saja, melainkan juga dengan strategi bidang fungsional lainnya. Di dalam organisasi yang konvesional, bidang-bidang fungsional utamanya adalah bidang keuangan, sumber daya manusia, dsb.

    Program, Pelaksanaan, Pengendalian dan Evaluasi

    1. Agar sasaran yang ingin diraih dapat direalisasikan dengan strategi yang telah ditetapkan, strategi perlu ditindaklanjuti dengan pelaksanaan (action).

    2. Pelaksanaan tidak efektif bila tidak didahului dengan perencanaan. Perencanaan yang baik minimal mengandung asas-asas untuk mencapai tujuan, realistis dan wajar, efisien serta merupakan cerminan dari strategi dan kebijakan organisasi.

    3. Perencanaan yang masih dalam bentuk global hendaknya dibuat dalam bentuk lebih detail, misalnya dalam bentuk program-program kerja, jika program kerja telah disiapkan berikut sumber daya yang dibutuhkan, maka pelaksanaan kerja sudah dapat dimulai.

    4. Pengendalian atau pengawasan dimaksudkan untuk lebih menjamin bahwa semua kegiatan yang diselenggarakan oleh organisasi didasarkan pada rencana yang telah disepakati, sehingga sasaran tidak menyimpang atau keluar dari batas-batas toleransi.

    5. Hasil evaluasi pekerjaan diketahui bahwa ada faktor X yang mengakibatkan terjadinya penyimpangan kerja dari rencana yang ada, dan memang disebabkan salah asumsi atau oleh hal-hal lain yang sifatnya uncontrollable, maka rencana perlu direvisi ulang.

    Indikator 1. Khusus (specific) 2. Terukur (measurable) 3. Dapat dicapai (achievable) 4. Masuk akal (realistic) 5. Tepat waktu (timely)

  • the bright organization in future depend on your hand

    12

    IV. KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH A. Pengertian

    Pemecahan masalah didefinisikan sebagai proses kognitif tingkat tinggi yang memerlukan modulasi dan kontrol lebih dari keterampilan-keterampilan rutin atau dasar. Proses ini terjadi jika suatu organisme atau sistem kecerdasan buatan tidak mengetahui bagaimana untuk bergerak dari suatu kondisi awal menuju kondisi yang dituju.

    Kemampuan untuk menentukan penyebab suatu situasi atau masalah dengan menguraikannya menjadi elemen yang lebih kecil dan mengenali pola hubungan yang ada antar elemen tersebut menjadi sesuatu yang jelas, dan menelusuri implikasi dari hal tersebut.

    Key Behavior Nilai

    Sama sekali tidak bisa memahami masalah yang ada 1

    Menguraikan masalah (mendaftar masalah yang ada) dan mengenali kesamaan pola hubungan yang sederhana dan umum dihadapi

    2

    Melihat hubungan tunggal (A mengakibatkan B); bisa memanfaatkan pengalaman untuk menentukan perbedaan yang ada. Masih kerap bergantung pada SOP dan aturan yang berlaku dalam menyelesaikan masalah.

    3

    Melihat hubungan majemuk, minimal hubungan antar 3 variabel, seperti A dan B menyebabkan C, dan dapat memberikan alternative solusi atas masalah yang ada di luar prosedur atau aturan yang berlaku

    4

    Melihat hubungan majemuk,minimal hubungan antar 4 variabel,seperti A dan B menyebabkan C dan berdampak D. Alternatif solusi yang diajukan bersifat komprehensif dan mandiri dalam menentukan solusi/ keputusan

    5

    Melihat hubungan yang kompleks; melihat big picture (multiple penyebab dan dampak) dan mandiri dalam mengambil keputusan/ solusi

    6

    Tidak hanya melihat big picture namun juga melihat kaitan suatu masalah ke prespektif jangka panjang dan mandiri dalam mengambil keputusan/ solusi

    7

    B. Kurikulum

    Tujuan Pembelajaran Sasaran Pembelajaran

    Memuat: 1. Apa itu masalah dan

    penyelesaian masalah. 2. Strategi penyelesaian masalah

    yang tepat, efektif dan efisien. 3. Tahapan-tahapan penyelesaian

    Sasaran: 1. Memahami strategi dalam

    penyelesaian masalah dan dengan pemahamannya tersebut peserta didik mampu menyusun tahapan dalam proses

    http://id.wikipedia.org/wiki/Kognitifhttp://id.wikipedia.org/wiki/Organismehttp://id.wikipedia.org/wiki/Kecerdasan_buatanhttp://id.wikipedia.org/wiki/Kecerdasan_buatan

  • the bright organization in future depend on your hand

    13

    masalah. 4. Model dan gaya dalam

    penyelesaian masalah.

    penyelesaian masalah. 2. Memahami tahapan dalam proses

    penyelesaian masalah. 3. Memahami tools (dalam

    menyelesaikan masalah. 4. Memahami solusi yang biasa

    digunakan dalam menyelesaikan masalah dan mampu memberi penilaian untung ruginya apabila solusi-solusi tersebut diterapkan.

    5. Mampu berpikir kreatif (mengembangkan beberapa strategi penyelesaian masalah) untuk menciptakan solusi-solusi lain yang lebih strategis

    C. Modul

    Komponen masalah

    Masalah merupakan kesenjangan antara das sollen atau teori dengan das sein atau fakta empiris; antara yang ditetapkan sebagai kebijakan dengan kenyataan implementasi kebijakan. Di dalam masalah terdapat komponen-komponen diantaranya, tantangan, tujuan dan peluang. Berikut cara pendefinisian masalah: 1. Fakta dipisahkan dari opini atau spekulasi. Data objektif

    dipisahkan dari persepsi. 2. Semua pihak yang terlibat diperlakukan sebagai sumber

    informasi. 3. Masalah harus dinyatakan secara eksplisit atau tegas,

    untuk menghindarkan dari pembuatan definisi yang tidak jelas.

    4. Definisi yang dibuat harus menyatakan dengan jelas adanya ketidak-sesuaian antara standar atau harapan yang telah ditetapkan sebelumnya dan kenyataan yang terjadi.

    5. Definisi yang dibuat harus menyatakan dengan jelas, pihak-pihak yang terkait atau berkepentingan dengan terjadinya masalah.

    6. Definisi yang dibuat bukanlah seperti sebuah solusi yang samar.

    Jenis Masalah 1. Masalah sederhana (Simple Problem): a. Ciri dari masalah sederhana adalah, berskala kecil,

    berdiri sendiri (kurang memiliki sangkut paut dengan masalah lain), tidak mengandung konsekuensi yang besar, pemecahannya tidak memerlukan pemikiran luas dan mendalam.

  • the bright organization in future depend on your hand

    14

    b. Pemecahan masalah dilakukan secara individual. Teknik yang biasa digunakan, dilakukan atas dasar intuisi, pengalaman, kebiasaan dan wewenang yang melekat pada jabatannya

    2. Masalah rumit (Complex Problem): a. Ciri dari masalah rumit adalah, berskala besar, tidak

    berdiri sendiri (memiliki kaitan erat dengan masalah lain), mengandung konsekuensi besar, pemecahannya memerlukan pemikiran yang tajam dan analitis.

    b. Pemecahan masalah dilakukan secara kelompok yang melibatkan pimpinan dan segenap staf pembantunya. Jenis dari masalah ini adalah masalah yang terstruktur (structured problems) dan masalah yang tidak terstruktur (unstructured problems).

    3. Masalah yang terstruktur: a. Merupakan masalah yang jelas faktor penyebanya,

    bersifat rutin dan biasanya timbul berulang kali sehingga pemecahannya dapat dilakukan dengan teknik pengambilan keputusan yang bersifat rutin, repetitif dan dibakukan.

    b. Sifat pengambilan keputusannya adalah. relatif lebih mudah atau cepat, salah satu caranya dengan penyusunan metode, prosedur, atau program tetap.

    4. Masalah yang tidak terstruktur: a. Merupakan penyimpangan dari masalah organisasi

    yang bersifat umum, tidak rutin, tidak jelas faktor penyebab dan konsekuensinya, serta tidak repetitif.

    b. Sifat pengambilan keputusannya adalah, relatif lebih solid dan lebih lama, diperlukan teknik pengambilan keputusan yang bersifat non-programmed decision-making.

    “ADADA Model”.

    1. Aims atau objektif atau juga tujuan akhir, maksudnya, pada tahap pertama pembuatan keputusan justru harus dilihat tujuan akhir yang hendak dicapai. Pada tahap awal ini penting bagi Anda untuk mengkaji beberapa hal. Antara lain, alasan perlunya mengambil keputusan; seberapa penting dan genting kondisinya; pengalaman-pengalaman masa lalu yang mungkin adalah hal serupa yang pernah dihadapi dan bisa menjadi pembelajaran penting.

    2. Data merupakan potongan-potongan informasi. Tahap kedua adalah mengumpulkan data sebanyak-banyaknya hingga menjadi informasi yang bermanfaat dalam proses pengambilan keputusan. Data yang baik haruslah berupa fakta dan relevan dengan permasalahan yang sedang Anda hadapi. Sebagian besar orang hanya menyukai informasi yang bersifat positif, sehingga sering kali mereka cenderung terfokus pada data-data yang

  • the bright organization in future depend on your hand

    15

    mendukung suasana hatinya saja. Dan hal ini cukup membahayakan karena kerap kali data yang penting menjadi terlewatkan hanya karena tidak disukai. Hal ini biasanya mengakibatkan dampak yang fatal di kemudian hari.

    3. Alternatives merupakan pilihan-pilihan yang kita miliki. Tahap ketiga merupakan tahapan ketika Anda mulai melihat, mencari, atau menemukan alternatif setelah tahap pengumpulan informasi sudah selesai, atau cukup untuk melihat permasalahan secara utuh.

    4. Decision atau keputusan. Tahap keempat, pengambilan keputusan dilakukan setelah semua alternatif yang ada telah terkuak. Bagian ini merupakan tahap yang paling krusial. Anda tidak saja harus mempertimbangkan dampak-dampak jangka pendek yang mungkin terjadi, tetapi juga dampak jangka panjang yang mungkin dihasilkan dari keputusan Anda saat ini. Anda bisa juga menggunakan scoring pada setiap alternatif yang ada dengan poin-poin tertentu, sehingga akan jauh lebih objektif bagi Anda untuk melihat pilihan yang paling relevan dan dianggap bisa menjawab permasalahan yang ada.

    5. Action atau tindakan. Tahap kelima dalam proses ini. Tahap tindakan ini juga

    yang sering dilupakan oleh banyak pemimpin. Tugas mereka terkesan selesai ketika keputusan telah diambil. Akan tetapi, jika keputusan tidak mampu dilaksanakan, apakah bisa menyelesaikan permasalahan yang ada? Oleh karena itu, penting bagi Anda untuk bukan saja follow-up (menindaklanjuti), tetapi juga follow through(mengawal hingga tuntas).

    Tehnik Penyelesaian Masalah

    1. Curahan Pendapat (brainstorming). Suatu metode untuk menghasilkan ide gagasan yang banyak mengenai topik tertentu secara kreatif dan efisien. Penyampaian ide-ide dilakukakn melalui proses yang bebas dari penilaian dan kritik. Prosesnya: a. Topik atau masalah dirumuskan dan ditulis dengan

    jelas b. Tiap anggota tim secara bergantian memberikan

    idenya. Tak ada penilaian atau kritik c. Begitu ide disampaikan ditulis pada kertas flipchart

    atau papan tulis dengan huruf yang dapat dibaca. d. Demikian proses penyampaian ide terus berlangsung

    sampai ide tersebut habis. e. Jika diperlukan, lakukan klarifikasi, penyederhanaan

    dan kombinasi. Keunggulan brainstorming:

    a. Adanya spektrum pengetahuan yang lebih luas.

  • the bright organization in future depend on your hand

    16

    b. Pencarian alternatif keputusan lebih luas dan variatif. c. Adanya kerangka pandangan yang lebih lebar. d. Resiko keputusan ditanggung kelompok. e. Karena keputusan kelompok, setiap individu

    termotivasi untuk melaksanakan (shared value ). f. Dapat terwujudnya kreativitas dan inovasi yang lebih

    luas, karena adanya berbagai pandangan. Kelemahan brainstorming a. Memakan waktu dan biaya lebih. b. Efisiensi pengambilan keputusan menurun. c. Keputusan kelompok dapat merupakan kompromi

    atau bukan sepenuhnya keputusan kelompok. d. Bila ada anggota yang dominan, keputusan bukan

    mencerminkan keinginan kelompok. 2. Konsensus

    Ide pokok dari konsensus adalah, kesepakatan tentang masalah dan cara pemecahan. Sangat efektif digunakan jika mereka yang terlibat memiliki pengetahuan yang relatif sama.

    3. Penggunaan Kriteria dan Pembobotan. a. Metode yang dapat digunakan untuk melakukan

    evaluasi dan memilih alternatif keputusan terbaik. Digunakan kriteria dan bobot dengan angka-angka (skoring).

    b. Manfaatnya, dapat mengurangi subyektivitas sehingga penilaian dapat menjadi lebih obyektif, serta dapat digunakan untuk berbagai tujuan seperti pemilihan alternatif proyek, pemilihan pegawai teladan dsb.

    4. Jenis-jenis keputusan ada 2, yaitu : a. Keputusan Terprogram. Merupakan sebuah

    keputusan yang diambil untuk menjawab situasi yang sering kali muncul sehingga ketentuan-ketentuan dalam mengambil keputusan dapat dibuat dan diterapkan.

    b. Keputusan Tidak Terprogram. Merupakan keputusan yang diambil untuk menjawab situasi yang unit, sulit dikenali dan sangat tidak terstruktur, serta membawa konsekuensi penting bagi organisasi.

    5. Keputusan terprogram dan tidak terprogram berbeda karena: a. Kepastian merupakan semua informasi yang

    diperlukan telah tersedia b. Risiko merupakan keputusan memiliki tujuan yang

    jelas dan informasi tersedia, tapi hasil dimasa yang akan datang belum pasti.

    c. Ketidakpastian merupakan informasi tentang alternatif dan peristiwa di masa yang akan datang tidak lengkap.

    d. Ambigu dan konflik merupakan tujuan atau masalah

  • the bright organization in future depend on your hand

    17

    tidak jelas dan sulit untuk dipecahkan e. Manajer berusaha untuk memperoleh informasi

    tentang alternatif keputusan.

    Model dan Gaya Dalam Menyelesaikan Masalah

    Model Klasik Model klasik dalam pengambilan keputusan didasarkan pada asumsi ekonomi rasional dan keyakinan manajer tentang seperti apakah seharusnya keputusan yang ideal itu. Empat asumsi yang menggaris bawahi model ini adalah sebagai berikut : 1. Pembuat keputusan beroperasi untuk mencapai tujuan

    yang diketahui dan disepakati. 2. Keputusan pembuat berusaha untuk kondisi kepastian.

    Semua alternatif dihitung. 3. Kriteria untuk mengevaluasi alternatif diketahui. 4. Pembuat keputusan rasional dan menggunakan logika

    untuk memberikan nilai. Mencoba untuk memaksimalkan tujuan organisasi.

    Model Administratif Model Aministratif merupakan sebuah model dalam pengambilan keputusan yang menggambarkan bagaimana manajer sebenarnya membuat keputusan dalam situasi yang dicirikan dengan keputusan yang tidak terprogram, ketidakpastian, dan ambiguitas. Model administrative mengenali keterbatasan yang dimiliki manusia dan lingkungan yang mempengaruhi tingkat rasionalitas manajer dalam mengambil keputusan. Model Administratif dalam pengambilan keputusannya terdapat 2 konsep yang dapat berperan dalam pembentukannya yaitu : 1. Rasionalitas yang terbatas berarti bahwa manusia

    memilikki keterbatasan atau batas-batas dalam kemampuannya untuk berpikir rasional.

    2. Pemuasan berarti bahwa seorang pengambil keputusan memilih alternative solusi pertama yang dapat memuaskan kriteria minimal dalam membuat sebuah keputusan yang baik.

    3. Intuisi merupakan aspek lain dari pengambilan keputusan dengan model administrative. Intuisi adalah pemahaman yang cepat terhadap situasi genting berdasarkan pengalaman di masa lalu tetapi tanpa pemikiran yang sadar.

    Dalam model administratif asumsi-asumsi ini berfokus pada faktor-faktor di organisasi yang mempengaruhi pengambilan keputusan yang dilakukan oleh individu. Asumsi tersebut yaitu: 1. Tujuan dari pengambilan keputusan sering kali tidak

    jelas, bertentangan, dan kurang adanya konsensus di antara para manajer.

  • the bright organization in future depend on your hand

    18

    2. Prosedur rasional tidak selalu digunakan. 3. Pencarian untuk alternatif terbatas karena manusia,

    informasi dan keterbatasan sumber daya. 4. Sebagian besar manajer akhirnya melakukan pemuasan

    daripada mencari solusi yang paling baik. Model Politik Model poltik ini sangat berguna dalam pengambilan keputusan yang tidak terprogram ketika situasi-situasinya tidak jelas, informasinya terbatas, dan adanya konflik antara manajer tentang tujuan yang akan dicapai atau tindakan apa yang akan dilakukan. Model politik dimulai dengan empat asumsi dasar, yaitu : 1. Organisasi terdiri dari beragam kepentingan. 2. Informasi ambigu dan tidak lengkap. 3. Manajer tidak memiliki sumber daya untuk

    mengidentifikasi semua dimensi masalah. 4. Manajer terlibat dalam mendorong dan menarik

    perdebatan untuk menentukan tujuan dan alternatif. Gaya pribadi pengambilan keputusan mengacu pada perbedaan di antara orang-orang yang berhubungan dengan cara mereka mengevaluasi masalah, mengembangkan alternatif-alternatif, dan membuat pilihan, yaitu : 1. Gaya Direktif. Digunakan oleh orang-orang yang lebih

    memilih solusi masalah yang sederhana dan jelas. Seseorang yang memilih gaya ini biasanya bersifat efisien dan rasional dan memilih untuk mengandalkan peraturan atau prosedur yang ada dalam mengambil keputusan.

    2. Gaya Analisis. Senang mempertimbangkan solusi yang kompleks berdasarkan data sebanyak mungkin yang dapat mereka kumpulkan.

    3. Gaya Konseptual. Orang-orang yang cenderung ke arah gaya konseptual juga senag memperhatikan sejumlah besar informasi. Mereka juga lebih berorientasi social daripada mereka yang menyukai gaya analisis.

    4. Gaya Perilaku. Gaya yang digunakan oleh seorang pemimpin yang memiliki perhatian mendalam terhadap orang sebagai individu.

    Ciri Keputusan yang Baik

    Beberapa faktor yang menyebabkan seorang pemimpin membuat keputusan yang salah diantaranya yaitu : 1. Terpengaruh oleh kesan pertama. Ketika sedang

    memikirkan atau mempertimbangkan sebuah keputusan, pikiran sering kali memberikan bobot yang tidak sesuai dengan informasi pertama yang diterimanya.

    2. Membenarkan keputusan-keputusan yang lalu. Banyak pemimpin yang jatuh ke dalam jebakan dengan membuat pilihan yang membenarkan keputusan-keputusan yang

  • the bright organization in future depend on your hand

    19

    lalu, bahkan jika keputusan tersebut tidak lagi sah. 3. Melihat apa yang akan dilihat. Sangatlah penting bagi

    pemimpin untuk jujur pada dirinya sendiri tentang motif yang dimilikinya serta penting juga bagi manajer untuk menguji semua bukti yang ada dengan cara menilai yang setara.

    4. Mempertahankan status quo. Pemimpin mungkin mendasarkan keputusannya pada apa yang telah berhasil dimasa lalu dan gagal mengeksplorisasi pilihan-pilihan baru, menggali informasi tambahan atau menyelidiki teknologi baru.

    5. Terpengaruh oleh kerangka masalah. Respons keputusan manajer dapat dipengaruhi oleh sekadar bagaimana masalah itu disampaikan oleh kata-kata.

    6. Terlalu percaya diri. Sebagian besar orang memandang terlalu tinggi terhadap kemampuannya dalam memperkirakan hasil yang tidak pasti.

    Pengambilan keputusan yang baik merupakan bagian vital dari manajemen yang baik karena setiap keputusan yang diambil akan menentukan bagaimana sebuah organisasi dapat menyelesaikan masalahnya, mengerahkan sumberdaya yang dimilikinya, dan mencapai tujuan-tujuannya. 1. Berkaitan langsung dengan sasaran dan tujuan. 2. Rasional dalam arti menuntut pendekatan ilmiah. 3. Mudah dan dapat dilaksanakan (feasible, executable) . 4. Dapat difahami dan diterima semua pihak (acceptable) . 5. Menggabungkan pendekatan teori, kemampuan berpikir

    dan pengalaman. 6. Tepat waktu dalam arti jangan mengambil keputusan

    kalau memang belum perlu.

    Langah-langkah dalam Mengambil Keputusan

    Baik keputusan itu terprogram ataupun tidak terprogram dan baik model yang dipilih manajer itu klasik, administratif ataupun politik, terdapat 6 langkah yang biasanya dianggap sebagai proses pengambilan keputusan yang efektif. Langkah-langkah tersebut yaitu : 1. Pengenalan syarat-syarat sebuah keputusan. Dalam

    memngambil sebuah keputusan seorang manajer harus megerti dahulu apa saja syarat-syarat yang perlu diperhatikan. Syarat-syarat tersebut yaitu dalam bentuk masalah maupun peluang. Sebuah masalah muncul ketika pencapaian organisasi kurang dari tujuan yang telah ditentukan. Sebuah peluang muncul ketika manajer melihat pencapaian yang potensial yang melebihi tujuan organisasi saat itu. Manajer melihat kemungkinan untuk meningkatkan kinerja diatas kinerja kerja yang selama ini telah dilakukan.

    2. Diagnosis dan Analisis Sebab-Akibat. Diagnosis adaah

  • the bright organization in future depend on your hand

    20

    langkah dalam pengambilan keputusan dimana manajer menganalisis fator-faktor sebab akibat penting yang berhubungan dengan situasi yang penting. Manajer sebaiknya menanyakan serangkaian pertanyaan untuk menspesifikasikansebab-sebab penting, pertanyaan tersebut: a. Keadaan tidak seimbang seperti apakah yang

    mempengaruhi kita ? b. Kapankah keadaan ini muncul ? c. Dimanakah keadaan ini muncul ? d. Bagaimanakah keadaan ini muncul ? e. Pada siapakah keadaan ini muncul ? f. Apakah kegentingan-kegentingan dari masalah ini ? g. Apakah hubungan-hubungan dari peristiwa ini ? h. Apakah yang menjadi hasil dari aktifitas ini ? i. Pengembangan Alternatif

    3. Untuk keputusan yang terprogram, alternatif-alternatif bisa dengan mudah dikenali dan bahkan biasanya sudah tersedia dalam peraturan dan prosedur organisasi. Namun keputusan yang tidak terprogram mengharuskan adanya pengembangan tindakan baru yang akan dapat menjawab kebutuhan organisasi. Bagi keputusan-keputusan yang dibuat dibawah kondisi dengan ketidak pastian yang tinggi, manajer hanya dapat mengembangkan satu atau dua solusi yang akan bisa menjadi pemuasan dalam mengatasi masalah.

    4. Pemilihan Alternatif yang Dikehendaki. Alternatif yang terbaik adalah yang solusinya paling sesuai dengan tujuan dan nilai-nilai keseluruhan organisasi, serta mencapai hasil yang dikehendaki dengan menggunakan sumber daya paling sedikit. Manajer mencoba menyeleksi pilihan dengan risiko dan ketidakpastian paling sedikit, dan mengukur prospek-prospek menuju sukses. Manajer dapat mengandalkan intuisi dan pengalaman untuk memperkirakan arah tindakan.

    5. Penerapan Alternatif Terpilih. Tahap ini adalah kemampuan manajerial, administratif, dan persuasif yang dimiliki seorang manajer akan digunakan untuk menjamin bahwa alternatif terpilih akan dijalankan. Kesuksesan alternatif terpilih ini akan bergantung pada bisa tidaknya alternatif ini diterjemahkan menjadi suatu tindakan.

    6. Evaluasi dan Umpan Balik. Pada tahap evaluasi, para pengambil keputusan akan mendapatkan informasi tentang seberapa baiknya mereka menerapkan keputusan yang telah mereka ambil dan apakah penerapan ini efektif dalam mencapai tujuan mereka, dan umpan balik memberikan informasi pada pengambil keputusan yang nantinya bisa membentuk siklus pengambilan keputusan yang baru.

  • the bright organization in future depend on your hand

    21

    Pengambilan Keputusan Kelompok

    Pemimpin memang membuat beberapa keputusan sendirian, tetapi para pengambil keputusan sering kali berkelompok. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pengambilan keputusan keputusan kelompok yang inovatif yaitu : 1. Mulailah dengan curahan gagasan. Kunci untuk

    melakukan curahan gagasan yang efektif adalah bahwa setiap orang dapat mengembangkan ide milik rang lain, semua ide dapat diterima meskipun ide tersebut kedengaran gila. Tujuan dari curahan gagasan adalah untuk mengumpulkan ide sebanyak mungkin.

    2. Terlibat dalam perdebatan yang sengit. Kunci yang penting dalam membuat keputusan yang lebih baik adalah dengan melakukan perdebatan yang sengit mengenai masalah yang ada. Perdebatan yang sengit dapat dipicu dengan beberapa cara. Salah satu caranya yaitu dengan meyakinkan diri bahwa suatu kelompok itu memiliki perbedaan usia dan jenis kelamin, bidang keahlian, tingkat hirarki dan pengalaman kerja.

    3. Hindari Groupthink. Groupthink adalah kecenderungan anggota kelompok untuk tidak mengutarakan opini-opini yang bertentangan. Ketika para anggota kelompok yang jatuh dalam groupthink, hasrat untuk selalu harmonis mengalahkan pertimbangan untuk mendapatkan keputusan yang berkualitas. Anggota kelompok lebih mementingkan menjaga persatuan daripada meragukan permasalahan dan alternatif secara realistis.

    4. Tahu kapan harus gagal. Dalam lingkungan yang bergerak cepat, manajer yang baik akan berani mengambil risiko dan belajar dari kesalahan, tetapi manajer yang baik juga tidak ragu untuk menghentikan hal yang tidak akan berhasil.

  • the bright organization in future depend on your hand

    22

    V. KEMAMPUAN PENCARIAN INFORMASI

    A. Pengertian

    Pencarian informasi (information gathering) adalah keinginan untuk mengetahui lebih banyak tentang sesuatu, seseorang atau permasalahan. Hal ini meliputi pencarian informasi secara mendalam, di luar pertanyaan rutin atau lebih dari yang dituntut dalam pekerjaan. Termasuk “menggali’ untuk mendapatkan informasi yang akurat.

    Kemampuan pencarian informasi adalah usaha mencari informasi secara aktif termasuk mengembangkan sistem serta jaringan untuk mengumpulkan informasi yang relevan, tepat waktu dan akurat.

    Key Behavior Nilai

    Tidak menunjukkan usaha untuk mencari informasi 1

    Berusaha mencari informasi saat ada tuntutan saja dan terbatas pada sumber terdekat. Belum ada usaha untuk menggali lebih lanjut

    2

    Berusaha mencari informasi saat ada tuntutan dan terbatas pada sumber terdekat, namun ada usaha untuk menggali lebih lanjut

    3

    Berusaha mencari informasi saat ada tuntutan dan tidak terbatas pada sumber terdekat, berusaha mencari pembanding dan menggali lebih lanjut untuk memastikan keakuratan

    4

    Berusha mencari informasi tidak hanya saat ada tuntutan dan tidak terbatas pada sumber terdekat, berusaha mencari pembanding dan menggali lebih lanjut untuk memastikan keakuratan dan mengetahui dasar permasalahan yang terjadi

    5

    Berusaha mencari informasi informasi tidak hanya saat ada tuntutan dan pada berbagai sumber. Berusaha mencari pembanding dan menggali lebih lanjut secara sistematis (ilmiah) untuk memastikan keakuratan dan mengetahui dasar permasalahan yang terjadi

    6

    Berusaha mencari informasi di berbagai sumber tidak hanya pada saat ada tuntutan. Berusaha mencari pembanding dan menggali lebih lanjut secara sistematis untuk memastikan keakuratan dan mengetahui dasar permasalahan yang ada. Membuat sistem sendiri yang baku dalam mencari informasi dan melibatkan banyak orang

    7

    B. Kurikulum

    Tujuan Pembelajaran Sasaran Pembelajaran

    1. Memuat metode penelusuran informasi:

    2. Pengenalan dan pemanfaatan sumber serta sistem informasi di dalam lingkup kerjanya.

    Sasaran: 1. Memahami bagaimana mencari

    informasi dalam menghadapi suatu permasalahan, hanya menggunakan informasi yang

  • the bright organization in future depend on your hand

    23

    3. Strategi pencarian informasi yang bisa dilakukan.

    diberikan. 2. Mampu mengali informasi kepada

    pihak yang terlibat langsung. 3. Mampu menggunakan informasi

    yang ada. 4. Mampu melakukan penyelidikan

    secara pribadi, yaitu terjun langsung untuk menyelidiki masalah atau situasi lebih dalam dari sekedar pertanyaan rutin.

    5. Mampu mencari dan bertanya kepada orang yang mengetahui permasalahan.

    6. Mampu menanyakan “apa yang terjadi”.

    7. Menggali lebih dalam, yaitu mampu menyampaikan sejumlah pertanyaan untuk mengetahui akar permasalahan, atau potensi kesempatan yang tersembunyi di balik isu yang diutarakan.

    8. Mampu mencari fakta dan opini atau data tambahan.

    9. Mampu melibatkan orang lain yang tidak secara langsung terlibat, meminta pendapat, informasi pendukung, dan pengalaman.

    10. Mampu mencari tahu mengapa sesuatu terjadi.

    11. Mampu melakukan riset, yaitu melakukan upaya sistematik dalam waktu yang terbatas untuk memperoleh data atau umpan balik yang diperlukan, atau penyelidikan mendalam dari sumber yang tidak biasa; Melakukan riset formal melalui surat kabar, majalah, jaringan komputer, atau sumber lainnya. Hal ini bisa termasuk riset pasar, keuangan, atau pesaing.

    12. Menggunakan sistemnya sendiri: Memiliki sistem atau kebiasaan yang dikembangkan sendiri untuk mendapatkan informasi (“Management by walking around”, pertemuan informasl secara periodik, atau penelusuran informasi dari suatu penerbitan,

  • the bright organization in future depend on your hand

    24

    dsb); Mengatur orang-orang untuk melakukan pengumpulan informasi secara periodik untuknya.

    C. Modul

    Penelusuran informasi

    Penelusuran informasi merupakan bagian dari sebuah proses temu kembali informasi yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan pemakai akan informasi yang dibutuhkan, dengan bantuan berbagai alat penelusuran dan temu kembali informasi yang dimiliki perpustakaan / unit informasi. Dari pola telusurnya, penelusuran dapat dibedakan menjadi 2 yaitu: 1. Telusur dokumen: penelusuran dimulai dengan

    identifikasi dokumen dan / atau sumber, baru dari sini dihasilkan informasi aktual.

    2. Telusur informasi: penelusuran dimulai dengan informasi yang diperoleh dari bank data, kumpulan data, atau perorangan.

    Selain itu sebetulnya dilihat dari cara dan juga alat yang digunakan, maka penelusuran dapat pula dibedakan menjadi 2, yaitu: 1. Penelusuran Informasi Konvensional: penelusuran yang

    dilakukan dengan dan melalui cara-cara konvensional/manual seperti menggunakan kartu catalog, kamus, ensiklopedi, bibliografi, indeks, dan sebagainya.

    2. Penelusuran Informasi Digital: penelusuran yang dilakukan dengan dan melalui media digital atau elektronik seperti melalui OPAC (Online Public Access Catalog), Search Engine (di Internet), Database Online, Jurnal Elektronik, Reference Online, dan informasi lain yang tersedia secara elektronik/digital.

    Namun pada layanan penelusuran informasi, pembedaan tersebut seringkali diabaikan dikarenakan banyak pemakai yang memilih menggunakan berbagai cara untuk memperoleh apa yang dikehendaki. Bahkan seringkali terjadi penelusuran informasi menggunakan kombinasi dari perangkat penelusuran konvensional dan digital untuk mendapatkan data atau informasi setepa mungkin.

    Penelusuran informasi di Perpustakaan

    Untuk melakukan penelusuran maka diperlukan berbagai alat dan / atau sumber informasi seperti terlihat dalam tabel berikut:

  • the bright organization in future depend on your hand

    25

    No Alat / Sumber Informasi / Dokumen yang dihasilkan

    1 Katalog Perpustakaan

    Koleksi Bahan Pustaka: Buku, Terbitan Berkala, Laporan, Hasil Konferensi, Koleksi Audio-Visual

    2 Bibliografi Buku Buku, Laporan, Prosiding, dan terbitan monografi lainnya

    3 Abstrak dan Indeks Jurnal

    Artikel Jurnal, Laporan, Paper Konferensi, Beberapa Buku

    4 Current Awareness Services

    Artikel Jurnal,Terbitan Berkala Lainya

    5 Indeks Khusus Laporan, Hasil Konferensi, Thesis, Patents, Standard, Publikasi yang diterbitkan lembaga tertentu

    6 Institusi dan Orang

    Hampir semua jenis informasi / dokumen

    7 CD-ROM dan Media Rekam Lainnya

    Hampir semua jenis informasi / dokumen

    8 Internet / Online Databases

    Berbagai bentuk karya digital seperti e-journal, e-books, e-articles, dan sebagainya.

  • the bright organization in future depend on your hand

    26

    VI. KEMAMPUAN PERENCANAAN DAN PENGORGANISASIAN

    A. Pengertian

    Perencanaan (planning) yaitu tindakan melakukan pengambilan keputusan saat sekarang untuk menghadapi masalah-masalah yang timbul di masa depan yang dekat, menengah dan jauh kedepan. Sedangkan pengorgani-sasian (organizing) yaitu upaya menyusun organisasi atau kelembagaan yang bertugas, berwenang dan bertanggungjawab dalam merealisasikan peren-canaan.

    Key Behavior Nilai

    Tidak mampu menentukan langkah kerja 1

    Mampu menentukan langkah kerjanya sesuai dengan prosedur atau rencana kerja yang biasa berlaku. Hanya to do list

    2

    Mampu menentukan langkah-langkah kerjanya. Mungkin masih bergantung pada prosedur atau rendan kerja baku namun to do list nya yang tidak sekedar harian

    3

    Mampu menentukan langkah-langkah kerjanya sendiri dan mengorganisasikan hal-hal yang berkaitan di dalamnya. Dapat menentukan prioritas pada langkah kerjanya. Bisa membuat rencana kerja jangka pendek (mingguan atau bulanan)

    4

    Mampu menentukan langkah-langkah kerja team-nya (minimal 5 orang) dan mengorganisasikan hal-hal yang berkaitan di dalamnya; perencanaan secara tertulis. Pembuatan rencana termasuk aspek waktu, dan SDM

    5

    Terbiasa membuat rencana dan pengorganisasian kerja team-nya (minimal 10 orang) untuk jangka menengah (minimal 2/3 tahun) dan pengorganisasian telah meliputi: SDM, anggaran, waktu, cara, dll

    6

    Terbiasa membuat rencana dan pengorganisasian kerja team-nya (di atas 10 orang) untuk jangka panjang (4-5 tahun), dan pengorganisasian telah meliputi: SDM, anggaran, waktu, cara, dll

    7

    B. Kurikulum

    Tujuan Pembelajaran Sasaran Pembelajaran

    Memuat: 1. Pemahaman lingkup dan fungsi

    manajemen. 2. Metode perencanaan kerja yang

    strategis, baik untuk jangka pendek, menengah hingga panjang.

    3. Pengenalan skala prioritas kerja.

    Sasaran: 1. Memahami lingkup kerjanya,

    termasuk peraturan-peraturan di dalam tugas.

    2. Mampu mengkategorikan tugas-tugas berdasarkan tingkat urgensi dan target waktu.

    3. Mampu memprioritaskan tugas-tugas berdasarkan tingkat urgensi dan target waktu.

    4. Mampu menyusun perencanaan

  • the bright organization in future depend on your hand

    27

    yang sistematis terhadap masalah jangka pendek dan jangka menengah dengan mengacu pada sumber daya manusia, anggaran, waktu, cara, dll

    5. Mampu membuat langkah-langkah strategis untuk mengantisipasi masalah jangka menengah dan panjang

    6. Mampu mengidentifikasi dan memanfaatkan sumber daya untuk mengelola dan melaksanakan rencana kerja

    7. Mampu mengidentifikasi dan memanfaatkan peluang yang ada di dalam lingkungan kerjanya

    8. Mampu mengorganisasi-kan tugas-tugas

    C. Modul Pembelajaran

    5W What : 1. Apa yang akan dilakukan atau dikerjakan. 2. Dana sumber yang didapat. 3. Dana apa yang akan dihubungkan. 4. SDM apa yang dibutuhkan. 5. Sarana dan prasarana agar tercapai. Where: 1. Dimana melakukan kegiatan. 2. Berpegang kepada aspekbilitas (kemampuan untuk

    menyelesaikan diri). 3. Tersedianya tenaga kerja yang memenuhi berbagai

    persyaratan guna menjamin kelancaran tugas. When: 1. Kapan melakukan tugas. 2. Kemampuan untuk mengelola waktu. 3. Memilih waktu yang tepat untuk mengisi waktu yang

    luang. Who : 1. Menganalisis kebutuhan tenaga kerja baik kuantitatif

    maupun kualitatif. 2. Pola pembinaan karier. 3. Kebijaksanaan didalam pengolahan dan pengajian. 4. Metode dan teknik tentang pengadaan tenaga kerja

    yang akan dilaksanakan.

  • the bright organization in future depend on your hand

    28

    Why: 1. Rencana itu harus mempermudah suatu pekerjaan

    sehingga mudah dilaksanakan. 2. Rencana itu harus mempunyai rincian yang cermat.

    FUNGSI MANAJEMEN (POEMGCE)

    1. Perencanaan (planning) yaitu tindakan melakukan pengambilan keputusan saat sekarang untuk menghadapi masalah-masalah yang timbul di masa depan yang dekat, menengah dan jauh kedepan.

    2. Pengorganisasian (organizing) yaitu upaya menyusun organisasi atau kelembagaan yang bertugas, berwenang dan bertanggungjawab dalam merealisasikan perencanaan.

    3. Pelaksanaan (executing) yaitu realisasi pelaksanaan hal-hal yang telah direncanakan secara konsisten atau sesuai dengan kemungkinan-kemungkinan memperhatikan situasi dan kondisi tertentu dalam realitas kenyataan yang dihadapi, sehingga dapat dilakukan tindakan penyesuaian perencanaan untuk mencapai hasil pelaksanaan yang maksimal.

    4. Pemantauan (monitoring) yaitu upaya untuk memonitor/memantau atau mendeteksi dan mengidentifikasikan seluruh masalah-masalah kegiatan pelaksanaan baik hambatan, kesenjangan dan kendala pelaksanaan rencana-rencana yang sudah disusun sejak awal agar tidak terjadi penyimpangan dan hambatan dari rencana yang sudah disusun.

    5. Pengendalian (guiding) yaitu upaya untuk mengarahkan kearah pelaksanaan, dan mengembalikan arah pelaksanaan ke perencanaan awal yang telah ditetapkan.

    6. Pengawasan (controlling) yaitu upaya mengamati seluruh kegiatan pelaksanaan agar sesuai dengan perencanaan dan pengorganisasian berikut hasil-hasil yang telah terjadi/terlaksanakan sehingga organisasi mampu melakukan/melaksanakan rencana sesuai tugas pokok dan fungsinya, dan rencana tercapai sesuai dengan tujuannya.

    7. Penilaian (evaluating) yaitu upaya pengumpulan keseluruhan data, fakta dan informasi untuk pengambilan keputusan selama proses pelaksanaan (evaluasi formatif) dan pengambilan keputusan menyeluruh tentang pelaksanaan perencanaan.

    FUNGSI PERENCANAAN (4M)

    1. Kesisteman (method) adalah sumber daya yang berbentuk seperangkat peraturan yang membentuk suatu sistem pengelolaan organisasi Setjen DPR RI.

    2. SDM (man) adalah individu-individu yang mengelola organisasi Sekretariat Jenderal DPR RI dalam rangka mencapai tujuan dari dibentuknya organisasi.

  • the bright organization in future depend on your hand

    29

    3. Anggaran (man) adalah sumber daya yang berbentuk uang yang tertuang dalam suatu anggaran yang digunakan untuk menjalankan tugas dan fungsi organisasi Setjen DPR RI.

    4. Sarana dan prasarana (material) adalah sumber daya yang berbentuk fisik yang digunakan untuk mendukung berjalannya tugas dan fungsi organisasi Setjen DPR RI.

    KINERJA (SMART)

    1. Khusus (specific) 2. Terukur (measurable) 3. Dapat dicapai (achievable) 4. Masuk akal (realistic) 5. Tepat waktu (timely)

    METODE MONEV/ EVALUASI (CIPP)

    Komponen model evaluasi yang terdiri dari konteks, input, proses dan produk dimaksudkan sebagai: 1. Konteks (context), yaitu berfokus pada pendekatan

    sistem dan tujuan, kondisi aktual, masalah-masalah dan peluang yang bermanfaat untuk pembuatan keputusan dari perencanaan program yang sedang berjalan, melalui telaah diagnostik yaitu menemukan kesenjangan antara tujuan dengan dampak yang tercapai.

    2. Masukan (input), yaitu berfokus pada kemampuan sistem, strategi pencapaian tujuan, implementasi desain dan cost-benefit dari rancangan yang melayani pembuatan keputusan tentang perumusan tujuan-tujuan operasional.

    3. Proses (process), yaitu memiliki fokus untuk menyediakan informasi bagi pembuatan keputusan day to day decision making untuk melaksanakan program, mambuat catatan, atau merekam pelaksanaan program dan mendeteksi atau pun meramalkan pelaksanaan program.

    4. Produk (product), yaitu berfokus pada mengukur pencapaian tujuan selama proses dan pada akhir program.

  • the bright organization in future depend on your hand

    30

    VII. KEPEDULIAN PADA KETERATURAN

    A. Pengertian

    Usaha untuk mencapai kualitas atau untuk mengurangi ketidakpastian dan ketidakcermatan pada hasil kerja sendiri maupun unit/kelompok kerjanya.

    Peduli Pada Keteraturan adalah kemampuan untuk peduli dan melaksanakan pekerjaan secara teratur dalam rangka mencapai sasaran kerja, atau dorongan untuk mengurangi ketidakpastian di lingkungannya dengan mengelola atau mengorganisir hal-hal yang detil dan memastikan akurasi/ketepatan. Pada aspek ini juga perlu dilengkapi dengan kepedulian terhadap kualitas dan keakuratan adalah dorongan untuk mengurangi ketidakpastian dalam suatu lingkungan. Hal ini tampak dalam bentuk pemantauan dan pemeriksaan pekerjaan atau informasi dan menekankan pada kejelasan peran, fungsi, dan lain-lain.

    Key Behavior Nilai

    Tidak peduli terhadap kualitas sehingga hasil kerja banyak kesalahan.

    1

    Kurang berusaha menjaga kualitas hasil kerjanya dan hasil kerja kurang cermat. Kurang minat menekuni masalah detil.

    2

    Berusaha memperhatikan kualitas dan ketelitian kerjanya sendiri. Masih cukup tertarik akan masalah detil.

    3

    Memeriksa ulang pekerjaannya sendiri dan orang lain (team-nya) yang terkait, cukup mampu menjaga ketelitian kerjanya. Ada interest akan masalah detil.

    4

    Memeriksa ulang pekerjaan sendiri dan team-nya secara rutin dan membuat sanksi atas pelanggaran yang terjadi sehingga dapat memastikan hasil kerja yang sesuai prosedur dan cermat.

    5

    Tidak hanya point 5 terpenuhi namun juga membuat seperangkat alat yang membantunya dalam mengelola pekerjaannya agar lebih teratur, cermat dan sesuai dengan standar kualitas yang berlaku.

    6

    Point 6 terpenuhi dan alat pengontrolan kualitas yang ia buat sudah menjangkau unit yang luas (tidak hanya unit yang dipimpinnya).

    7

    B. Kurikulum

    Tujuan Pembelajaran Sasaran Pembelajaran

    Memuat: 1. Pengetahuan tentang tahapan

    kerja. 2. Pengetahuan tentang metode

    kontrol yang efektif dan efisien. 3. Pengenalan dan pengembangan

    Sasaran: 1. Menunjukkan perhatian terhadap

    kejelasan, yaitu bekerja dengan cermat untuk menciptakan kejelasan.

    2. Mampu memperhatikan kualitas,

  • the bright organization in future depend on your hand

    31

    sistem pengecekan/ monitoring. 4. Strategi dokumentasi.

    yaitu memperhatikan kualitas, keteraturan kerja dan hal-hal detil.

    3. Mampu memahami kejelasan peran, harapan, informasi, tugas, dll, atau memahami kebijakan, pedoman, dan prosedur.

    4. Mampu memeriksa pekerjaan, yaitu mampu memeriksa kembali ketepatan data, informasi, hasil kerja sendiri.

    5. Mampu memeriksa ulang, yaitu memeriksa ulang keakuratan informasi atau pekerjaan sendiri, yaitu secara konsisten memastikan pencapaian kualitas dan keteraturan.

    6. Mampu memonitor keakuratan dan kualitas pekerjaan orang lain, yaitu mampu memantau kualitas pekerjaan orang lain, untuk memastikan bahwa prosedur ditaati.

    7. Mampu memeriksa pekerjaan orang lain untuk memastikan bahwa prosedur telah diikuti dan keakurasian telah dicapai.

    8. Mampu mendokumentasikan dengan jelas dan detil tentang kegiatan diri sendiri maupun orang lain.

    9. Mampu memonitor perkembangan pekerjaan, yaitu mampu memantau perkembangan suatu pekerjaan dan membandingkan dengan rencana kegiatan atau target yang telah ditentukan.

    10. Mampu memantau data, menemukan kelemahan atau data yang terlewatkan dan mencari informasi untuk melengkapinya.

    11. Mampu memonitor data atau proyek, yaitu memonitor perkembangan proyek terhadap tenggat waktu maupun tahapan (milestone).

    12. Mampu memonitor data, menemukan kelemahan atau data yang hilang untuk memastikan keteraturan.

  • the bright organization in future depend on your hand

    32

    C. Modul

    Tahap Kerja Rangkaian keteraturan adalah rangkaian dimana bagian-bagian yang membentuk rangkaian tersebut memiliki harmonisasi serta kesesuaian yang dapat memenuhi tujuan tertentu dari hubungan rangkaian tersebut. Tingkat Kedalaman Perilaku : 1. Memperhatikan Kualitas

    a. Memperhatikan kualitas, keteraturan kerja dan hal-hal detil.

    b. Meminta kejelasan peran, harapan, informasi, tugas, dll. Seringkali dalam bentuk tulisan.

    c. Bekeja dengan mengikuti kebijakan, pedoman, dan prosedur.

    2. Memeriksa Ulang a. Memeriksa ulang keakuratan informasi atau pekerjaan

    sendiri. b. Secara konsisten memastikan pencapaian kualitas

    dan keteraturan.

    3. Memonitor Kualitas Pekerjaan Orang lain a. Memantau kualitas pekerjaan orang lain, untuk

    memastikan bahwa prosedur ditaati. b. Mendokumentasikan dengan jelas dan detil tentang

    kegiatan diri sendiri maupun orang lain. 4. Memonitor Perkembangan Pekerjaan

    a. Memantau perkembangan suatu pekerjaan dan membandingkan dengan rencana kegiatan atau target yang telah ditentukan.

    b. Memantau data, menemukan kelemahanatau data yang terlewatkan dan mencari informasi untuk melengkapinya.

  • the bright organization in future depend on your hand

    33

    VIII. ORIENTASI BERPRESTASI

    A. Pengertian

    Dorongan dan usaha untuk menunjukkan hasil kerja yang melebihi standar (bisa berupa standar (tuntutan)) kerja yang diminta manajemen, yang biasa berlaku,atau yang sudah pernah dicapai sebelumnya.

    Dorongan untuk berprestasi (need of achievement) adalah keinginan/tekad untuk bekerja dengan baik atau melampaui standar prestasi. Standar tersebut bisa berupa prestasi diri sendiri di masa lampau (improvement), ukuran yang objektif (results orientation), melebihi orang lain (competitiveness), sasaran yang menantang atau sesuatu yang belum dilakukan orang lain (innovation). Hal ini menunjukan dorongan untuk bertindak secara lebih baik dan efisien.

    Key Behavior Nilai

    Tidak mampu dan mau memenuhi tuntutan kerjanya. 1

    Masih sebatas usaha memenuhi tuntutan kerja, kadang tercapai, kadang tidak.

    2

    Berusaha memenuhi apa yang menjadi tuntutan kerjanya (lebih banyak berhasilnya) tapi cara yang dilakukan masih sebatas cara yang baku.

    3

    Tahu apa yang menjadi target kerjanya dan berusaha memenuhi itu dan jika memungkinkan melebihi itu.

    4

    Berusaha meningkatkan kinerjanya, dengan usaha-usaha yang mengarah pada perbaikan cara kerja.

    5

    Menyukai tugas-tugas menantang, menentukan target prestasi yang lebih tinggi dari tuntutan dan berusaha meningkatkan kerjanya.

    6

    Berusaha mencapai keberhasilan yang tinggi tidak hanya untuk diri atau unit kerja yang dipimpinnya dan terbukti secara konsisten.

    7

    B. Kurikulum

    Tujuan Pembelajaran Sasaran Pembelajaran

    Memuat: 1. Pengenalan potensi diri. 2. Strategi pengelolaan serta

    pemanfaatan potensi diri; termasuk di dalamnya adalah strategi untuk meningkatkan kapasitas diri sekaligus strategi untuk meminimalisir hambatan dalam pencapaian target pribadi .

    3. Pengetahuan tentang standar prestasi.

    Sasaran: 1. Mamahami arti penting standar

    prestasi dalam bekerja. 2. Mampu fokus terhadap tugas. 3. Mampu bekerja dengan memenuhi

    standar kinerja yang baik. 4. Bekerja dengan baik untuk

    mencapai suatu target. 5. Mencoba bekerja dengan baik

    atau benar; Mengekspresikan keinginan untuk bekerja dengan

  • the bright organization in future depend on your hand

    34

    4. Pengetahuan tentang target organisasi, target unit kerja dan kesesuaiannya dengan target pribadi.

    5. Pemahaman tentang lingkup kerja; kapasitas organisasi serta kapasitas unit kerja.

    6. Pengetahuan tentang metode kerja dan strategi menerapkan metode kerja yang efektif dan efisien.

    7. Analisa cost-benefit.

    lebih baik. 6. Merasa tidak puas bila melihat

    ketidakefisienan di tempat kerja (misalnya mengeluh karena waktu yang terbuang) tapi tidak melakukan tindakan perbaikan yang spesifik.(tidak sesuai dengan tujuan diklat).

    7. Memenuhi standar prestasi atau target yang ditetapkan oleh manajemen dengan memahami persyaratan yang ditentukan (kualitas maupun waktu) dan mampu membuat ‘milestone’ (target perantara), jadwal dan tenggat waktu untuk setiap tugas.

    8. Mampu memperbaiki sistem atau metode kerja untuk meningkatkan kinerja.

    9. Mampu bekerja dengan lebih efisien, lebih cepat, dengan biaya lebih rendah.

    10. Mampu meningkatkan pelayanan kepada pelanggan.

    11. Mampu menetapkan dan mencapai sasaran yang menantang, dalam arti sasaran yang cukup sulit untuk dicapai namun realistis.

    12. Mampu merealisasikan ide-ide baru yang belum pernah dicoba.

    13. Mampu membuat target untuk diri sendiri yang melebihi target yang diberikan oleh perusahaan yang mengharuskan untuk bekerja lebih keras tetapi masih dalam batas yang realistis.

    14. Mampu membuat analisis cost-benefit, yaitu mampu membuat keputusan dan menetapkan prioritas atau memilih sasaran berdasarkan perhitungan input dan output.

    15. Mampu memikirkan tentang resiko dan keuntungan yang ditimbulkan dari suatu tindakan.

    16. Mampu menganalisa hasil kerja baik dari segi finansial maupun non finansial.

    17. Mampu melakukan studi atau

  • the bright organization in future depend on your hand

    35

    analisa kelayakan. 18. Mampu mengambil resiko

    wirausaha yang diperhitungkan. 19. Mampu membuat komitmen dalam

    menyediakan sumber daya dan waktu yang signifikan (dalam situasi yang tidak pasti) untuk meningkatkan keuntungan.

    20. Mampu mencoba membuat produk baru seraya mengambil tindakan untuk meminimalkan resiko, misalnya melakukan riset pasar.

    C. Modul

    Jenis-jenis Goal Orientation

    1. Teori goal orientation (goal orientation theory) merupakan teori kognitif sosial yang berhubungan dengan motivasi berprestasi. Teori ini muncul pada awal abad ke-20 dan berkembang menjadi bagian penting dalam kerangka kerja teoritis di bidang motivasi akademik setelah pertengahan tahun 1980-an. Sehingga pembahasan teori orientasi goal selalu dikaitkan dengan teori motivasi.

    2. Selain teori goal orientation ada teori motivasi lain yakni teori atribusi. Kedua teori ini mempunyai fokus berbeda. Teori atribusi membahas tentang kepercayaan (belief) siswa akan kesuksesan dan kegagalan. Teori goal orientation menguji alasan-alasan mengapa siswa terlibat dalam aktivitas akademik. Teori goal orientation lebih berpengarih pada bidang pendidikan.

    3. Carol Dweck (1986) mendefinisikan goal orientation sebagai pereferensi tujuan dalam berprestasi. Menurut kamus Oxford goal orientation diartikan sebagai bangunan motivasi yang mengacu pada definisi sukses. Konteks sukses dihubungkan sebagai pemenang atau mengalahkan orang lain, mempunyai ego goal orientation, perbaikan individu dan menguasai tugas.

    4. Pintrich (2000) membedakan goal orientation menjadi dua yaitu mastery goal (mastery-oriented) dan performance goal (performance-oriented). Mastery goal merupakan tujuan dalam pengertian yang sebenarnya atau menguasai tugas. Siswa yang berorientasi menguasai tugas akan tertarik pada perbaikan diri dan cenderung membandingkan tingkat pencapaian diri pada saat ini dengan sebelumnya.

    5. Performance goal (performance-oriented) adalah goal

  • the bright organization in future depend on your hand

    36

    untuk menunjukkan kemampuan diri melalui komparasi dengan orang lain. Siswa dengan performance-oriented tertarik dalam kompetisi, menunjukkan kompetensinya dan pencapaianya kepada siswa lain. Mereka juga cenderung menggunakan siswa lain sebagai pembanding daripada diri mereka sendiri.

    6. Carol Dweck (1986) membagi goal orientation menjadi dua: learning goal orientation dan performance goal orientation. Learning goal orientation adalah preferensi dalam membangun kompetensi melalui pengembangan kemampuan (ability) dan penguasaan (mastery) dalam menghadapi situasi tertentu. Learning goal orientation ini sama dengan mastery goal.

    7. Performance goal orientation merupakan preferensi dalam menunjukkan kompetensi dengan mencari penilaian positif dan menghindari penilaian negatif. Sehingga performance goal orientation meliputi dua hal yaitu keinginan mendapat penilaian baik dan menghindari penilaian buruk.

    8. Don Valle Walle (2001) membagi goal orientation menjadi tiga: learning goal orientation, proving goal orientation, dan avoiding goal orientation. Learning goal orientation adalah keinginan mengembangkan diri dengan mempelajari skill baru, menguasai situasi baru, dan memperbaiki kompetensi diri. Proving goal orientation adalah keinginan menunjukkan kompetensi dan menghindari penilaian negatif dari orang lain. Avoiding goal orientation adalah keinginan individu menghindari situasi yang bisa menyangkal kompetensinya dan menghindari penilaian negatif dari orang lain.

    9. Terminologi lain mengenai mastery goal dan performance goal dikaitkan dengan approach (pendekatan) dan avoidance (penghindaran). Approach dalam mastery goal dikaitkan dengan pembelajaran yaitu tertarik menguasai tugas-tugas akademik dalam arti sesungguhnya. Sedangkan avoid dalam mastery goal adalah menghindari tidak memahami tugas. Avoid dalam performance goal adalah tertarik menghindari terlihat tidak kompeten atau bodoh.

    Implikasi dalam goal orientation yang bisa diterapkan.

    1. Menggunakan TARGET (task, authority, recognition, grouping, evaluating, time) yang dikembangkan oleh Joyce Epstein untuk menguji dan memberikan instruksi praktis sesuai dengan teori goal orientation.

    2. Tugas-tugas (task) diperiksa dan diubah untuk mendorong siswa fokus pada penguasaan tugas tanpa memperhatikan performa siswa lain.

  • the bright organization in future depend on your hand

    37

    3. Otoritas (authority) mengacu pada bagaimana mengontrol siswa dalam menyelesaikan tugas. Ini lebih memungkinkan siswa menggunakan mastery goal dengan memberikan beberapa pilihan dalam mengerjakan tugas.

    4. Pengakuan (recognition), yaitu pendidik mengakui keberadaan siswa atas penyelesaian tugas mereka sebagai personal, bukan membandingkan performa mereka dengan yang lain.

    5. Pengelompokan (grouping) memandu pengajar bagaimana mengatur siswa tanpa melihat kemampuan akademik dalam pengajaran. Jika siswa dikelompokkan berdasarkan pencapaian akademik akan mendorong siswa mengadopsi performance goal. Siswa akan menggunakan mastery goal jika pendidik mengelompokkan siswa berdasarkan ketertarikan mereka.

    6. Evaluasi (evaluation) adalah bagaimana pendidik menilai siswa. Evaluasi guru bisa berdasarkan penguasaan siswa pada tugas atau seberapa cepat dan akurat siswa menyelesaikan tugas dibandingkan dengan yang lain.

    7. Waktu (time) adalah bagaimana menyusun waktu dan berapa banyak waktu yang digunakan di kelas. Beberapa pendidik memberikan waktu cukup untuk menyelesaikan tugas kompleks. Menyusun waktu berkaitan dengan pembatasan waktu bagi siswa dalam menyelesaikan tugas.

  • the bright organization in future depend on your hand

    38

    IX. ORIENTASI PELAYANAN PADA PELANGGAN

    A. Pengertian

    Seberapa jauh kepedulian dan upaya seseorang untuk memberikan pelayanan kepada pihak-pihak yang menjadi pelanggannya baik internal maupun eksternal

    Orientasi pelayanan pelanggan (customer service orientation) adalah keinginan untuk membantu atau melayani orang lain untuk memenuhi kebutuhan mereka, artinya berusaha untuk mengetahui dan memenuhi kebutuhan pelanggan (Pelanggan diartikan secara luas, yaitu meliputi pelanggan internal dan eksternal).

    Key Behavior Nilai

    Kurang menunjukkan kepedulian 1

    Bekerja berdasarkan tuntutan, kurang menyadari pihak-pihak yang menjadi pelanggan

    2

    Sudah ada kesadaran akan tanggung jawab kerjanya dan memberikan tindak lanjut atas keluhan pelanggan

    3

    Bertanggungjawab secara pribadi. Ada kesadaran bahwa posisi kerjanya dalam bidang pelayanan terhadap pelanggan sehingga tanggap dan berusaha menyelesaikannya dengan segera, atau memastikan bahwa permasalahan pelayanan yang ada terselesaikan dengan baik

    4

    Bertindak agar segala sesuatu lebih baik bagi pelanggan. Memastikan bahwa permasalahan yang ada tidak terulang lagi dengan menyelesaikan pokok permasalahan yang ada. Berusaha menggali tingkat kepuasan mereka atas pelayanan yang diberikan

    5

    Berusaha mencari cara untuk mengetahui tingkat kepuasan pelanggan atas pelayanan yang diberikan dan kebutuhan-kebutuhan mereka yang belum terpenuhi dan berusaha mengambil tindakan untuk merealisasikannya agar ada peningkatan dalam pelayanan

    6

    Concern dalam memberikan pelayanan sudah dalam prespektif jangka panjanng

    7

    B. Kurikulum

    Tujuan Pembelajaran Sasaran Pembelajaran

    Memuat: 1. Pengenalan pelanggan:

    identifikasi pelanggan di dalam lingkup kerja, identifikasi karakteristiknya, identifikasi kebutuhannya, dll

    2. Strategi memuaskan pelanggan

    Sasaran agar peserta didik: 1. Mampu merespon pelanggan

    dengan tepat. 2. Mampu menindaklanjuti

    permintaan, pelayanan dan keluhan pelanggan.

    3. Mampu mengabarkan pelanggan

  • the bright organization in future depend on your hand

    39

    3. Pengembangan diri terkait kemampuan adaptasi, kemampuan membina relasi, serta kemampuan komunikasi

    4. Pengetahuan tentang pelanggan.

    5. Pengetahuan tentang pelanggan.

    tentang kemajuan proyek. 4. Mampu memelihara komunikasi

    yang baik, yaitu mampu memelihara komunikasi yang baik dengan pelanggan mengenai harapan bersama.

    5. Mampu memonitor kepuasan pelanggan.

    6. Mampu menyampaikan informasi yang berguna kepada pelanggan.

    7. Mampu memberikan pelayanan yang ramah dan menyenangkan.

    8. Mampu mengambil tanggung jawab pribadi, yaitu mengambil tanggung jawab untuk menyelesaikan masalah pelayanan atau tidak melemparkan atau lepas tangan dari masalah pelanggan yang ditangani.

    9. Mampu menyelesaikan masalah secara cepat dan tidak defensif, walaupun harus mengalami kerugian.

    10. Mampu bertindak untuk pelanggan, yaitu menyediakan diri setiap saat, terutama pada saat pelanggan sedang dalam masa kritis.

    11. Mampu bertindak lebih dari yang biasa diharapkan pelanggan.

    12. Mampu menanggapi kebutuhan mendasar pelanggan, yaitu memahami bisnis pelanggan dan/atau mencari informasi mengenai kebutuhan mendasar yang sesungguhnya dari pelanggan lebih dari apa yang pernah diutarakannya.

    13. Mampu memberikan jasa atau produk yang sesuai dengan kebutuhan pelanggan (memakai perspektif pelanggan).

    14. Mampu menggunakan persfektif jangka panjang, yaitu mampu bekerja dengan menggunakan perspektif jangka panjang dalam menjawab masalah pelanggan.

    15. Mampu bertindak sebagai penasihat yang terpercaya.

  • the bright organization in future depend on your hand

    40

    16. Mampu mencari keuntungan jangka panjang untuk pelanggan.

    17. Mampu tidak terlibat dalam proses pengambilan keputusan di pihak pelanggan.

    C. Modul

    Kepuasan/ Ketidakpuasan pelanggan.

    1. Definisi mengenaI kepuasan/ketidakpuasan pelanggan. a. Day (Tse dan Wilton, 1988) menyatakan bahwa

    kepuasan/ketidakpuasan pelanggan adalah respon pelanggan terhadap evaluasi ketidaksesuaian (disconfirmation) yang dirasakan antara harapan sebelumnya (atau norma kinerja lainnya) dan kinerja aktual produk yang dirasakan setelah pemakaiannya.

    b. Wilkie (1990) mendefinisikan sebagai suatu tanggapan emosional pada evaluasi terhadap pengalaman konsumsi suatu produk atau jasa.

    c. Engel, et al., (1996) menyatakan bahwa kepuasan pelanggan merupakan evaluasi purnabeli di mana alternatif yang dipilih sekurang-kurangnya sama atau melampaui harapan pelanggan, sedangkan ketidakpuasan timbul apabila hasil (outcome) tidak memenuhi harapan.

    d. Kotler, et al., (1996) menyatakan bahwa kepuasan pelanggan adalah tingkat perasaan seseorang setelah membandingkan kinerja (atau hasil) yang ia rasakan dibandingkan dengan harapannya.

    2. Pada dasarnya pengertian kepuasan pelanggan mencakup perbedaan antara harapan dan kinerja atau hasil yang dirasakan. Pengertian ini didasarkan pada disconfirmation paradigm dari Oliver (Engel, et al., 1990).

    3. Meskipun umumnya definisi yang diberikan di atas menitikberatkan pada kepuasan/ketidakpuasan terhadap produk atau jasa, pengertian tersebut juga dapat diterapkan dalam penilaian kepuasan/ketidakpuasan terhadap suatu perusahaan tertentu karena keduanya berkaitan erat.

    4. Menurut Schnaars (1991), terciptanya kepuasan pelanggan dapat memberikan beberapa manfaat, di antaranya hubungan antara perusahaan dan pelanggannya menjadi harmonis, memberikan dasar yang baik bagi pembelian ulang dan terciptanya loyalitas pelanggan, dan membentuk suatu rekomendasi dari mulut ke mulut (word-of-mouth) yang menguntungkan bagi perusahaan.

  • the bright organization in future depend on your hand

    41

    X. KEPEMIMPINAN

    A. Pengertian

    Keinginan dan usaha untuk mengambil peran sebagai pemimpin dalam suatu kelompok kerja dan memastikan kejelasan peran dan kontribusi masing-masing anggota kelompok.

    Kepemimpinan Kelompok adalah keinginan untuk mengambil peran sebagai pemimpin dalam suatu kelompok dan memastikan adanya kejelasan diantara anggota kelompok. Kepemimpinan Kelompok umumnya (tetapi tidak selalu) muncul dari posisi atau otoritas formal. Kelompok juga dapat diartikan secara luas sebagai kelompok apapun dimana seseorang mengambil peran sebagai pemimpin.

    Key Behavior Nilai

    Tidak berminta dan mampu menjadi pemimpin 1

    Kurang berminat dan mampu menjadi pemimpin 2

    Mau berperan sebagai pemimpin baik atas inisiatif sendiri ataupun tuntutan kerja namun usaha masih sebatas fungsi normal: memimpin rapat dan membagi tugas pada anggota

    3

    Cukup berminat menjadi pemimpin dan melaksanakan fungsi formal dan informative (memberikan informasi, mengarahkan dan menjelaskan) bagi anggota kelompok

    4

    Berminat menjadi pemimpin dan melaksanakan fungsi formal, informative dan dukungan (meningkatkan efektivitas kelompok: mendorong dan memotivasi) bagi anggota kelompok, dan cukup efektif sebagai pemimpin kelompok

    5

    Berminat menjadi pemimpin dan melaksanakan fungsi formal, informative, dukungan (meningkatkan efektivitas kelompok: mendorong dan memotivasi) bagi anggota kelompok, dan efektif sebagai pemimpin kelompok. Efektivitas bisa dilihat dari peningkatan hasil kerja kelompok.

    6

    Berminat menjadi pemimpin dan melaksanakan fungsi formal, informative, dukungan, dan pembela (melindungi, memastikan pemenuhan kebutuhan SDM, informasi, sumber daya) bagi anggota kelompok

    7

    B. Kurikulum

    Tujuan Pembelajaran Sasaran Pembelajaran

    Memuat: 1. Pengembangan diri terkait

    kepemimpinan; kepercayaan diri, keterampilan interpersonal, kemampuan komunikasi, kemampuan persuasi.

    2. Pemahaman tentang tipe kepribadian manusia

    Sasaran: 1. Mampu mengadakan rapat atau

    pertemuan dengan baik. 2. Mampu mengemukakan tujuan

    dan agenda dalam pertemuan. 3. Mampu mengatur alokasi waktu

    dengan baik dalam pertemuan atau pembicaraan.

  • the bright organization in future depend on your hand

    42

    Pemahaman tentang tipe kepribadian manusia (misal: MBTI) dan strategi menghadapinya (disesuaikan dengan tipe kepribadian diri sendiri).

    3. Strategi pengelolaan diri. 4. Strategi pengelolaan tugas. 5. Strategi pengelolaan kelompok. 6. Manajemen konflik. 7. Strategi memimpin rapat/ diskusi 8. Pemahaman tentang

    kepemimpinan yang efektif. 9. Pengetahuan tentang tipe, model

    gaya kepemimpinan. 10. Pemimpin dalam perubahan.

    4. Mampu membagi tugas kepada anggota kelompok.

    5. Mampu membagi informasi, yaitu memastikan anggota kelompok mendapatkan informasi yang diperlukan, menjelaskan alasan dari suatu keputusan yang menyangku kelompok, memberikan kejelasan tentang sasaran kelompok dan bagaimana kontribusi setiap peran anggota dalam mencapai sasaran tersebut.

    6. Mampu meningkatkan efektivitas kelompok: Meningkatkan efektivitas, moral dan produktivitas kelompok.

    7. Mampu memastikan kebutuhan praktis kelompok terpenuhi: mendapatkan orang yang tepat, sumber daya, dan informasi.

    8. Mampu melakukan tindakan-tindakan yang bertujuan untuk membangun semangat kelompok.

    9. Mampu menjaga kelompok dan reputasinya.

    10. Mampu melindungi kelompok dan reputasinya.

    11. Mampu membela anggotanya baik secara terbuka (di depan umum) atau secara tertutup.

    12. Mampu memastikan adanya dukungan pengembangan baik bagi individu maupun kelompok.

    13. Mampu bertindak sebagai pemimpin, yaitu memastikan bahwa orang lain dapat menerima misi, sasaran, agenda, iklim, kebijakan.

    14. Mampu menjadi contoh baik “set a good example”.

    15. Mampu menerapkan norma perilaku kelompok.

    16. Mengkomunikasikan visi, yaitu mampu membuat orang percaya dan komit terhadap visi dan misi organisasi;Menimbulkan antusiasme, energi dan komitmen bagi kelompoknya

  • the bright organization in future depend on your hand

    43

    C. Modul

    Tipe Kepemimpinan

    Situasi lingkungan bisnis yang secara dinamis terus berubah menuntut perusahaan untuk dapat beradaptasi dengan lingkungannya. Kegagalan dalam mengenal perubahan dan kecepatan beradaptasi dapat menyebabkan perusahaan tidak memiliki daya saing yang baik. Ada empat tipe kepemimpinan yang dapat digunakan untuk berbagai organisasi: 1. Directive: Adalah salah satu tipe kepemimpinan tertua

    dan seringkali disebut juga dengan pendekatan otoriter. Dalam tipe ini, pemimpin akan menyuruh seseorang untuk melakukan sesuatu dan mengharapkan mereka untuk segera melakukannya.

    2. Participative: Dalam tipe ini, pemimpin mencari input dari pihak lain dan mengajak orang-orang yang relevan dengan pembahasan untuk pengambilan keputusan

    3. Laissez-faire: Mendorong inisiatif dari banyak pihak agar bersama-sama memikirkan bagaimana proses pengerjaan sampai menghasilkan outcome.

    4. Adaptive: Gaya kepemimpinan yang mengalir dan menyesuaikan gaya sesuai dengan keadaan lingkungan dan individu yang berpartisipasi.

    Model Kepemimpinan

    1. Model kontinuum Otokratik-Demokratik. Gaya dan perilaku kepemimpinan tertentu selain berhubungan dengan situasi dan kondisi yang dihadapi, juga berkaitan dengan fungsi kepemimpinan tertentu yang harus diselenggarakan. Contoh: dalam hal pengambilan keputusan, pemimpin bergaya otokratik akan mengambil keputusan sendiri, ciri kepemimpinan yang menonjol ketegasan disertai perilaku yang berorientasi pada penyelesaian tugas.Sedangkan pemimpin bergaya demokratik akan mengajak bawahannya untuk berpartisipasi. Ciri kepemimpinan yang menonjol di sini adalah menjadi pendengar yang baik disertai perilaku memberikan perhatian pada kepentingan dan kebutuhan bawahan.

    2. Model ” Interaksi Atasan-Bawahan”. Menurut model ini, efektivitas kepemimpinan seseorang tergantung pada interaksi yang terjadi antara pemimpin dan bawahannya dan sejauhmana interaksi tersebut mempengaruhi perilaku pemimpin yang bersangkutan. Seorang akan menjadi pemimpin yang efektif, apabila: * Hubungan atasan dan bawahan dikategorikan baik; * Tugas yang harus dikerjakan bawahan disusun pada tingkat struktur yang tinggi; * Posisi kewenangan pemimpin tergolong kuat.

    3. Model Situasional. Model ini menekankan bahwa efektivitas kepemimpinan seseorang tergantung pada

  • the bright organization in future depend on your hand

    44

    pemilihan gaya kepemimpinan yang tepat untuk menghadapi situasi tertentu dan tingkat kematangan jiwa bawahan. Dimensi kepemimpinan yang digunakan dalam model ini adalah perilaku pemimpin yang berkaitan dengan tugas kepemimpinannya dan hubungan atasan-bawahan. Berdasarkan dimensi tersebut, gaya kepemimpinan yang dapat digunakan adalah: Memberitahukan; Mengajak bawahan berperan serta; Melakukan pendelegasian.

    4. Model ” Jalan- Tujuan ”: Seorang pemimpin yang efektif menurut model ini adalah pemimpin yang mampu menunjukkan jalan yang dapat ditempuh bawahan. Salah satu mekanisme untuk mewujudkan hal tersebut yaitu kejelasan tugas yang harus dilakukan bawahan dan perhatian pemimpin kepada kepentingan dan kebutuhan bawahannya. Perilaku pemimpin berkaitan dengan hal tersebut harus merupakan faktor motivasional bagi bawahannya.

    5. Model “Pimpinan-Peran serta Bawahan” :: Perhatian utama model ini adalah perilaku pemimpin dikaitkan dengan proses pengambilan keputusan. Perilaku pemimpin perlu disesuaikan dengan struktur tugas yang harus diselesaikan oleh bawahannya. Salah satu syarat penting untuk paradigma tersebut adalah adanya serangkaian ketentuan yang harus ditaati oleh bawahan dalam menentukan bentuk dan tingkat peran serta bawahan dalam pengambilan keputusan. Bentuk dan tingkat peran serta