hasil observasi1212

28
Our Father… Our Father in heaven, Hallowed be your name, Your kingdom come, Your will be done, On earth as in heaven. Give us today our daily bread. Forgive us our sins as we forgive those who sin against us. Save us from the time of trial, And deliver us from evil . Amen. Hail Marie… Hail Mary, full of Grace, The Lord is with thee; Blessed art thou among women, and blessed is the fruit of thy womb, Jesus. Holy Mary, Mother of God,

Upload: irmasetyorini

Post on 26-Dec-2015

9 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: Hasil observasi1212

Our Father…

Our Father in heaven,Hallowed be your name,Your kingdom come,Your will be done,On earth as in heaven.Give us today our daily bread.Forgive us our sins as we forgive those who sin against us.Save us from the time of trial,And deliver us from evil. Amen.

Hail Marie…Hail Mary, full of Grace,The Lord is with thee;Blessed art thou among women,and blessed is the fruitof thy womb, Jesus.Holy Mary, Mother of God,pray for us sinners,now and at the hour of our death. Amen.

Page 2: Hasil observasi1212

LAPORAN TUGAS OBSERVASIHUTAN MANGROVE

Daftar isi.................................................................................................................... i

Kata penghantar......................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN................................................................................... 1

A.Latar belakang................................................................................................. 1

B.Tujuan ............................................................................................................. 3

BAB II TINJAUAN TEORI.............................................................................. 4A.Pengertian Hutan Mangrove........................................................................... 4

B.Karakteristik Ekosistem Mangrove................................................................. 5

C.Karakteristik Fisik Yang Penting Habitat Hutan Mangrove........................... 5

D.Flora Mangrove............................................................................................... 6

E.Fauna Mangrove.............................................................................................. 7

F.Manfaat dan Fungsi Mangrove........................................................................ 7

G.Pola interaksi adaa ekosistem yang berada di hutan mangrove...................... 10

BAB III HASIL OBSERVASI........................................................................... 19

BAB IV MASALAH DAN PEMECAHAN MASALAH............................... 22

A.Masalah........................................................................................................... 22

B.Pemecahan Masalah........................................................................................ 23

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................ 24

A.Kesimpulan................................................................................................... 24

B.Saran............................................................................................................. 25

DAFTAR PUSTAKALampiran( berbentuk foto di file lampiran)

KATA PENGANTAR

Page 3: Hasil observasi1212

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan hidayah -Nya

sehingga kami dapat menyelesaikan laporan observasi di taman nasional gunung ceremai tepat

pada waktunya. Shalawat serta salam tidak lupa kami sampaikan kepada junjungan kita nabi

besar Muhammad SAW yang telah memberikan syafa’at bagi kita membimbing dari zaman

kegelapan menuju jalan yang terang benderang.

Kami sadar dalam penyusunan laporan observasi ini masih jauh dari sempurna, mudah -

mudahan dapat bermanfaat bagi kita semua. Kritik dan saran selalu kami tunggu guna

kesempurnaan.

Ucapan terimakasih kami sampaikan kepada segenap teman - teman yang telah membantu

baik secara moril maupun tenaga guna penyelesaian laporan observasi ini. Juga kepada pihak

terkait yang membantu kelancaran penyusunan laporan observasi ini kami ucapkan banyak

terima kasih.

Akhirnya kami selaku penyusun laporan observasi ini mengucapkan permohonan maaf

yang sebesar - besarnya apabila dalam penyusunan laporan observasi ini masih jauh dari

kesempurnaan.

Cirebon, 22 Desember 2009

Penyusun

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

HUTAN mangrove adalah hutan yang berada di daerah tepi pantai yang dipengaruhi oleh

pasang surut air laut, sehingga lantai hutannya selalu tergenang air. Menurut Steenis (1978)

mangrove adalah vegetasi hutan yang tumbuh di antara garis pasang surut. Nybakken (1988)

bahwa hutan mangrove adalah sebutan umum yang digunakan untuk menggambarkan suatu

komunitas pantai tropik didominasi oleh beberapa spesies pohon yang khas atau semak-semak

yang mempunyai kemampuan untuk tumbuh dalam perairan asin.

Beberapa jenis umum yang dijumpai di Indonesia adalah Bakau (Rhizophora), Api-

api(Avicennia), Pedada(Sonneratia), Tanjang (Bruguiera), Nyirih (Xylocarpus).

Komposisi jenis tumbuhan penyusun ekosistem ditentukan oleh beberapa faktor

lingkungan, terutama jenis tanah, genangan pasangan pasang surut dan salinitas (Bengen 2001).

Pada wilayah pesisir yang terbuka, jenis pohon yang dominan dan merupakan pohon perintis

umumnya adalah api-api dan pedada. Api-api lebih senang hidup pada tanah berpasir agak keras,

sedangkan pedada pada tanah yang berlumpur lembut. Pada daerah yang terlindung dari

hempasan ombak, komunitas mangrove biasanya didominasi oleh pohon bakau. Lebih kearah

daratan (hulu), pada tanah lempung yang agak pejal biasanya tumbuh komunitas tanjang. Nipa

Page 4: Hasil observasi1212

(Nypa) merupakan sejenis palma dan merupakan komponen penyusun ekosistem mangrove

sering kali tumbuh di tepian sungai lebih ke hulu, pengaruh aliran air tawar dominan. Komunitas

Nipa(Nypa fruticans) tumbuh secara optimal di kiri kanan sungai-sungai besar Sumatra,

Kalimantan dan Irian Jaya. Parameter lingkungan yang utama yang menentukan kelangsungan

hidup dan pertumbuhan mangrove adalah: Pasokan air tawar dan salinitas Stabilitas substrat Pasokan nutrien

Ketersediaan air tawar dan salinitas (kadar garam) mengendalikan efisiensi metabolisme

dari ekosistim mangrove. Ketersediaan air bergantung pada:

 Frekuensi dan volume aliran air tawar

 Frekuensi dan volume pertukaran pasang surut

 Tingkat evavorasi

Stabilitas substrat, kondisi yang diperlukan bagi pertumbuhan mangrove adalah nibah

(ratio) antara laju erosi dan pengendapan sedimen, yang sangat dipengaruhi oleh kecepatan aliran

air tawar dan muatan sedimen yang dikandungnya, laju pembilasan oleh arus pasang surut, dan

gaya gelombang. Sedang pasokan nutrien bagi ekosistem mangrove ditentukan oleh berbagai

proses yang saling yang terkait, meliputi input/export dari ion-ion mineral anorganik dan bahan

organik serta pendaurulangan nutrien secara internal melalui jaring makanan berbasis detritus.

Konsentrasi relatif dan nisbah (ratio) optimal dari nutrien yang diperlukan untuk pemeliharaan

produktivitas ekosistem dan ditentukan oleh :

 Frekuensi,jumlah dan lamanya penggenangan oleh air asin atau air tawar

 Dinamika sirkulasi internal dari kompleks detritus (Odum 1982)

Secara biologi yang menyangkut rantai makanan, ekosistem mangrove merupakan

produsen primer melalui serasah yang dihasilkan. Serasah hutan setelah melalui dekomposisi

oleh sejumlah mikroorganisme, menghasilkan detritus dan berbagai jenis fitoplankton yang akan

dimanfaatkan oleh konsumen primer yang terdiri dari zooplankton, ikan dan udang, kepiting

sampai akhir dimangsa oleh manusia sebagai konsumen utama. Vegetasi hutan mangrove juga

merupakan pendaur ulang hara tanah yang diperlukan bagi tanaman.

B. Tujuan

1. Mendeskripsikan karakteristik hutan mangrove

2. Mengidentifikasi pola interaksi pada ekosistem yang berada di hutan managrove

3. Mengidentifikasi struktur tumbuhan tingkat tinggi dan tumbuhan tingkat rendah.

4. Mengidentifikasi dominasi hewan tingkat tinggi dan hewan tingkat rendah.

Page 5: Hasil observasi1212

5. Mengidentifikasi temuan-temuan/permasalahkan yang ditemukan di tempat observasi dan

solusi permasalahan masalah

6. Memprediksi dan mempersentasikan mengenai keragaman jeenis, kepadatan, dominasi.

BAB II

Tinjauan TeoriA. Pengertian Hutan Mangrove

Hutan bakau atau hutan mangrove adalah hutan yang tumbuh di atas rawa-

rawa berair payau yang terletak pada garis pantai dan dipengaruhi oleh pasang-surut air laut.

Hutan ini tumbuh khususnya di tempat-tempat di mana terjadi pelumpuran dan akumulasi

bahan organik. Baik di teluk-teluk yang terlindung dari gempuran ombak, maupun di

sekitar muara sungai di mana air melambat dan mengendapkan lumpur yang dibawanya dari hulu

Hutan mangrove adalah hutan yang tumbuh di muara sungai, daerah pasang surut atau

tepi laut. Tumbuhan mangrove bersifat unik karena merupakan gabungan dari ciri-ciri tumbuhan

yang hidup di darat dan di laut. Umumnya mangrove

mempunyai sistem perakaran yang menonjolyang disebut akar nafas (pneumatofor). Sistem

perakaran ini merupakan suatu cara adaptasi terhadap keadaan tanah yang miskin oksigen atau

bahkan anaerob.

Hutan Bakau (mangrove) merupakan komunitas vegetasi pantai tropis, yang didominasi

oleh beberapa jenis pohon mangrove yang mampu tumbuh dan berkembang pada daerah pasang

surut pantai berlumpur (Bengen, 2000). Sementara ini wilayah pesisir didefinisikan sebagai

wilayah dimana daratan berbatasan dengan laut. Batas wilayah pesisir di daratan ialah daerah-

daerah yang tergenang air maupun yang tidak tergenang air dan masih dipengaruhi oleh proses-

proses bahari seperti pasang surutnya laut, angin laut dan intrusi air laut, sedangkan batas

wilayah pesisir di laut ialah daerah-daerah yang dipengaruhi oleh proses-proses alami di daratan

seperti sedimentasi dan mengalirnya air tawar ke laut, serta daerah-daerah laut yang dipengaruhi

oleh kegiatan-kegiatan manusia di daratan seperti penggundulan hutan dan pencemaran.

B. Karakteristik Ekosistem Mangrove

Karakteristik terpenting dari penampakan hutan mangrove, terlepas dari habitatnya yang

unik, adalah :

memiliki jenis pohon yang relatif sedikit.

Page 6: Hasil observasi1212

memiliki akar tidak beraturan (pneumatofora) misalnya seperti jangkar melengkung dan

menjulang pada bakau Rhizophora spp, serta akar yang mencuat vertikal seperti pensil

pada pidada Sonneratia spp. dan pada api-api Avicennia spp.

memiliki biji (propagul) yang bersifat vivipar atau dapat berkecambah di pohonnya,

khususnya pada Rhizophora.

memiliki banyak lentisel pada bagian kulit pohon.

Sedangkan tempat hidup hutan mangrove merupakan habitat yang unik dan memiliki ciri-

ciri khusus, diantaranya adalah :

tanahnya tergenang air laut secara berkala, baik setiap hari atau hanya tergenang pada

saat pasang pertama;

tempat tersebut menerima pasokan air tawar yang cukup dari darat;

daerahnya terlindung dari gelombang besar dan arus pasang surut yang kuat;

airnya berkadar garam (bersalinitas) payau (2 - 22 o/oo) hingga asin.

C. Karakteristik Fisik Yang Penting Habitat Hutan Mangrove

Hutan mangrove mempunyai tajuk yang rata dan rapat serta memiliki jenis pohon yang

selalu berdaun. Keadaan lingkungan di mana hutan mangrove tumbuh, mempunyai faktor-faktor

yang ekstrim seperti salinitas air tanah dan tanahnya tergenang air terus menerus. Meskipun

mangrove toleran terhadap tanah bergaram (halophytes), namun mangrove lebih bersifat

facultative daripada bersifat obligative karena dapat tumbuh dengan baik di air tawar. Mangrove

juga berbeda dari hutan darat, dalam hal ini jenis-jenis mangrove tertentu tumbuh menggerombol

di tempat yang sangat luas. Disamping Rhizophora spp, jenis penyusun utama mangrove lainnya

dapat tumbuh secara “coppice”. Asosiasi hutan mangrove selain terdiri dari sejumlah jenis yang

toleran terhadap air asin dan lingkungan lumpur, bahkan juga dapat berasosiasi dengan hutan air

payau di bagian hulunya yang hampir seluruhnya terdiri atas tegakan nipah Nypa fruticans.

D. Flora Mangrove

Tomlinson (1986) membagi flora mangrove menjadi tiga kelompok, yakni :

1. Flora mangrove mayor (flora mangrove sebenarnya), yakni flora yang menunjukkan

kesetiaan terhadap habitat mangrove, berkemampuan membentuk tegakan murni dan

secara dominan mencirikan struktur komunitas, secara morfologi mempunyai bentuk-

bentuk adaptif khusus (bentuk akar dan viviparitas) terhadap lingkungan mangrove, dan

Page 7: Hasil observasi1212

mempunyai mekanisme fisiologis dalam mengontrol garam. Contohnya

adalah Avicennia, Rhizophora, Bruguiera, Ceriops, Kandelia, Sonneratia, Lumnitzera,

Laguncularia dan Nypa.

2. Flora mangrove minor, yakni flora mangrove yang tidak mampu membentuk tegakan

murni, sehingga secara morfologis tidak berperan dominan dalam struktur komunitas,

contoh : Excoecaria, Xylocarpus, Heritiera, Aegiceras. Aegialitis, Acrostichum,

Camptostemon, Scyphiphora, Pemphis, Osbornia dan Pelliciera.

3. Asosiasi mangrove, contohnya adalah Cerbera, Acanthus, Derris, Hibiscus,

Calamus, dan lain-lain.

Flora mangrove umumnya di lapangan tumbuh membentuk zonasi mulai dari pinggir

pantai sampai pedalaman daratan. Zonasi di hutan mangrove mencerminkan tanggapan

ekofisiologis tumbuhan mangrove terhadap gradasi lingkungan. Zonasi yang terbentuk bisa

berupa zonasi yang sederhana (satu zonasi, zonasi campuran) dan zonasi yang kompleks

(beberapa zonasi) tergantung pada kondisi lingkungan mangrove yang bersangkutan. Beberapa

faktor lingkungan yang penting dalam mengontrol zonasi adalah :

Pasang surut yang secara tidak langsung mengontrol dalamnya muka air (water table)

dan salinitas air dan tanah. Secara langsung arus pasang surut dapat menyebabkan

kerusakan terhadap anakan.

Tipe tanah yang secara tidak langsung menentukan tingkat aerasi tanah, tingginya muka

air dan drainase.

Kadar garam tanah dan air yang berkaitan dengan toleransi spesies terhadap kadar garam.

Cahaya yang berpengaruh terhadap pertumbuhan anakan dari species intoleran

seperti Rhizophora, Avicennia dan Sonneratia.

Pasokan dan aliran air tawar

E. Fauna Mangrove

Ekosistem mangrove merupakan habitat bagi berbagai fauna, baik fauna khas mangrove

maupun fauna yang berasosiasi dengan mangrove. Berbagai fauna tersebut menjadikan

mangrove sebagai tempat tinggal, mencari makan, bermain atau tempat berkembang biak.

Fauna mangrove hampir mewakili semua phylum, meliputi protozoa sederhana sampai

burung, dan mamalia. Secara garis besar fauna mangrove dapat dibedakan atas fauna darat

(terrestrial), fauna air tawar dan fauna laut. Akan tetapi fauna yang terdapat di hutan mangrove

Kab Subang termasuk kedalam fauna laut yang didominasi oleh Mollusca dan Crustaceae.

Page 8: Hasil observasi1212

Golongan Mollusca umunya didominasi oleh Gastropoda, sedangkan golongan Crustaceae

didominasi oleh Bracyura.

F. Manfaat dan Fungsi Mangrove

Kawasan pesisir dan laut merupakan sebuah ekosistem yang terpadu dan saling

berkolerasi secara timbal balik (Siregar dan Purwaka, 2002). Masing-masing elmen dalam

ekosistem memiliki peran dan fungsi yang saling mendukung. Kerusakan salah satu komponen

ekosistem dari salah satunya (daratan dan lautan) secara langsung berpengaruh terhadap

keseimbangan ekosistem keseluruhan. Hutan mangrove merupakan elemen yang paling banyak

berperan dalam menyeimbangkan kualitas lingkungan dan menetralisir bahan-bahan pencemar.

Secara Fisik

1) Penahan abrasi pantai.

2) Penahan intrusi (peresapan) air laut.

3) Penahan angin.

4) Menurunkan kandungan gas karbon dioksida (CO2) di udara, dan bahan-bahan pencemar

di perairan rawa pantai.

5) Penyerapan karbon. Proses fotosentesis mengubah karbon anorganik (C02) menjadi karbon

organik dalam bentuk bahan vegetasi. Pada sebagian besar ekosistem, bahan ini

membusuk dan melepaskan karbon kembali ke atmosfer sebagai (C02). Akan tetapi hutan

bakau justru mengandung sejumlah besar bahan organik yang tidak membusuk. Karena

itu, hutan bakau lebih berfungsi sebagai penyerap karbon dibandingkan dengan sumber

karbon.

6) Memelihara iklim mikro. Evapotranspirasi hutan bakau mampu menjaga kelembaban dan

curah hujan kawasan tersebut, sehingga keseimbangan iklim mikro terjaga.

7) Mencegah berkembangnya tanah sulfat masam. Keberadaan hutan bakau dapat mencegah

teroksidasinya lapisan pirit dan menghalangi berkembangnya kondisi alam.

8) Pengendapan lumpur. Sifat fisik tanaman pada hutan bakau membantu proses pengendapan

lumpur. Pengendapan lumpur berhubungan erat dengan penghilangan racun dan unsur

hara air, karena bahan-bahan tersebut seringkali terikat pada partikel lumpur. Dengan

hutan bakau, kualitas air laut terjaga dari endapan lumpur erosi.

9) Penambah unsur hara. Sifat fisik hutan bakau cenderung memperlambat aliran air dan

terjadi pengendapan. Seiring dengan proses pengendapan ini terjadi unsur hara yang

berasal dari berbagai sumber, termasuk pencucian dari areal pertanian.

Page 9: Hasil observasi1212

10) Penambat racun. Banyak racun yang memasuki ekosistem perairan dalam keadaan terikat

pada permukaan lumpur atau terdapat di antara kisi-kisi molekul partikel tanah air.

Beberapa spesies tertentu dalam hutan bakau bahkan membantu proses penambatan racun

secara aktif

Secara Biologi

1) Tempat hidup (berlindung, mencari makan, pemijahan dan asuhan) biota laut seperti ikan

dan udang).

2) Sumber bahan organik sebagai sumber pakan konsumen pertama (pakan cacing, kepiting

dan golongan kerang/keong), yang selanjutnya menjadi sumber makanan bagi konsumen

di atasnya dalam siklus rantai makanan dalam suatu ekosistem.

3) Tempat hidup berbagai satwa langka, seperti burung. Lebih dari 100 jenis burung hidup

disini, dan daratan lumpur yang luas berbatasan dengan hutan bakau merupakan tempat

mendaratnya ribuan burug pantai ringan migran, termasuk jenis burung langka Blekok

Asia (Limnodrumus semipalmatus).

4) Sumber plasma nutfah. Plasma nutfah dari kehidupan liar sangat besar manfaatnya baik

bagi perbaikan jenis-jenis satwa komersial maupun untuk memelihara populasi

kehidupan liar itu sendiri.

5) Memelihara proses-proses dan sistem alami. Hutan bakau sangat tinggi peranannya dalam

mendukung berlangsungnya proses-proses ekologi, geomorfologi, atau geologi di

dalamnya.

Secara Sosial dan Ekonomi

1) Tempat kegiatan wisata alam (rekreasi, pendidikan dan penelitian). Hutan bakau memiliki

nilai estetika, baik dari faktor alamnya maupun dari kehidupan yang ada di dalamnya.

Selain itu, dalam upaya pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, hutan mangrove

berperan sebagai laboratorium lapang yang baik untuk kegiatan penelitian dan

pendidikan.

2) Penghasil kayu untuk kayu bangunan, kayu bakar, arang dan bahan baku kertas, serta daun

nipah untuk pembuatan atap rumah.

3) Penghasil tannin untuk pembuatan tinta, plastik, lem, pengawet net dan penyamakan kulit.

4) Penghasil bahan pangan (ikan/udang/kepiting, dan gula nira nipah), dan obat-obatan

(daun Bruguiera sexangula untuk obat penghambat tumor, Ceriops tagal dan Xylocarpus

mollucensis untuk obat sakit gigi, dan lain-lain).

Page 10: Hasil observasi1212

5) Tempat sumber mata pencaharian masyarakat nelayan tangkap dan petambak., dan

pengrajin atap dan gula nipah.

6) Transportasi. Pada beberapa hutan mangrove, transportasi melalui air merupakan cara yang

paling efisien dan paling sesuai dengan lingkungan.

G. Pola interaksi adaa ekosistem yang berada di hutan mangrove

Semua organisme hidup akan selalu membutuhkan organisme lain dan

lingkungan hidupnya. Hubungan yang terjadi antara individu dengan

lingkungannya sangat kompleks, bersifat saling mempengaruhi atau timbal

balik. Hubungan timbal balik antara unsur-unsur hayati dengannonhayati membentuk sistem

ekologi didalam ekosistem. Didalam ekosistem terjadi rantai makanan/

aliran energy dan siklus biogeokimia.

Rantai makanan dapat dikategorikan sebagai interaksi antar organisme dalam bentuk

predasi. Rantai makanan merupakan prosespemindahan energi makanan dari sumbernya

melalui serangkaian jasad-jasad dengan cara makan-dimakan yang berulang kali (Romimohtarto

dan Juwana,1999). Terdapat tiga macam rantai pokok (Anonim 2008).yaitu rantai pemangsa,

rantai parasit dan rantai saprofit.

1. Rantai Pemangsa

Landasan utamanya adalah tumbuhan hijau sebagai produsen. Rantai pemangsa

dimulai dari hewan yang bersifat herbivore sebagai konsumen I, dilanjutkan dengan hewan

karnivora yang memangsa herbivore sebagai konsumen ke 2 dan berakhir pada hewan pemangsa

karnivora maupun herbivora sebagai konsumen ke-3.

2 . Rantai Parasit

Rantai parasit dimulai dari organisme besar hingga organisme yang hidup

sebagai parasit. Contoh cacing, bakteri dan benalu.

3. Rantai Saprofit

Dimulai dari organisme mati ke jasad pengurai. Misalnya jamur dan bakteri. Rantai

tersebut tidak berdiri sendiri akan tetapi saling berkaitan satu dengan yang lainnya sehingga

membentuk jaring-jaring makanan.

Secara umum di perairan, terdapat 2 tipe rantai makanan yang terdiri dari :

a) Rantai Makanan Langsung

Rantai makanan langsung adalah peristiwa makan memakan mulai

dari tingkatan trofik terendah yaitufitoplankton sampai ke tingkatan trofik tertinggi yaitu ikan

karnivora berukuran besar, mamalia, burung dan reptil . Hal inidapat dilihat pada ilustrasi berikut

:

.

Page 11: Hasil observasi1212

Dari gambar diatas nampak bahwa rantai makananlangsung,

bukanlah sebuah proses ekologi yang dominanterjadi di dalam ekosistem mangrove. Oleh karena

spesies ikan yang terdapat dalam ekosistem mangrove,

utamanya konsumer trofik tertinggi, kebanyakan adalah ikan pengunjung

pada periode tertentu atau musim tertentu. Nontji (1993) menyatakan bahwa beberapa jenis ikan

komersial mempunyai kaitan dengan mangrove seperti bandeng dan belanak.

Anonim (2009) mengklasifikasikan ikan yang terdapat dalam ekosistem mangrove pada 4

(empat) tipe ikan, yaitu :

 Ikan penetap sejati, yaitu ikan yang seluruh siklus hidupnya

dijalankan di daerah hutan mangrove seperti ikan Gelodok (Periopthalmus sp).

 Ikan penetap sementara, yaitu ikan yang berasosiasi dengan hutan

mangrove selama periode anakan, tetapi pada saat dewasa cenderung menggerombol di

sepanjang pantai yang berdekatan dengan hutan mangrove, seperti ikan

belanak (Mugilidae), ikan Kuweh (Carangidae), dan ikan Kapasan, Lontong (Gerreidae).

 Ikan pengunjung pada periode pasang, yaitu ikan yang berkunjung ke hutan mangrove pada

saat air pasang untuk mencari makan,

contohnya ikan Kekemek, Gelama, Krot (Scianidae), ikan Barakuda / Alu-

alu, Tancak (Sphyraenidae), dan ikan-ikan dari familia Exocietidae serta Carangidae.

 Ikan pengunjung musiman. Ikan-ikan yang termasuk dalam kelompok ini

menggunakan hutan mangrove sebagai tempat asuhan atau untuk memijah serta tempat

perlindungan musiman dari predator.b) Rantai Makanan Detritus.

Pada ekosistem mangrove, rantai makanan yang terjadi adalah

rantai makanan detritus. Sumber utama detritus adalah hasil

penguraianguguran daun mangrove yang jatuh ke perairan oleh bakteri dan fungi (Romimohtarto

dan Juwana 1999).

Rantai makanan detritus dimulai dari proses penghancuranluruhan dan ranting mangrove

oleh bakteri dan fungi (detritivor) menghasilkan detritus. Hancuran bahan organik (detritus)

ini kemudianmenjadi bahan makanan penting (nutrien) bagi cacing, crustacea, moluska, dan

hewan lainnya (Nontji, 1993). Setyawan dkk (2002) menyatakan nutrien di dalam ekosistem

mangrove dapat juga berasal dari luar ekosistem, dari sungai atau laut .

Lalu ditambahkan oleh Romimohtarto dan Juwana (1999) yang menyatakan bahwa bakteri

dan fungi tadi dimakan oleh sebagian protozoa dan avertebrata. Kemudianprotozoa dan

.

Page 12: Hasil observasi1212

avertebrata dimakan oleh karnivor sedang, yang selanjutnya dimakan oleh karnivor tingkat

tinggi.Detritivor pada Ekosistem Mangrove

Adanya sistem akar yang padat, menyebabkan sedimen, yang mengandung

unsur hara, terperangkap. Selain itu model perakaran ini juga menyebabkan gerakan air yang

minimal pada ekosistem ini. Sehingga hewan pengurai (detritivor) memiliki aktivitas

tinggi dengan jumlah yang banyak pada ekosistem ini. Setyawan dkk (2002) menyatakan bahwa

sesendok teh, lumpur mangrove mengandung lebih dari 10 juta bakteri,lebih kaya dari lumpur

manapun. Bakteri yang dimaksud disini adalah bakteri patogen seperti Shigella, Aeromonas dan

Vibrio dimana bakteri ini dapat bertahan pada air mangrove walaupun tercemar bahan kimia

berbahaya. Selain itu, terdapat mikroorganisme lain yang dapat menguraikan molekul organik

pada ekosistem mangrove. Mikroorganisme itu adalah fitoplankton dan zooplankton, dengan

penjelasan sebagai berikut :

I. fitoplankton adalah dari kelas Chlophyceae (alga hijau) dan Chrysophyceae (alga hijau kuning)

yang termasuk didalamnya adalah diatom. Nybaken (1992) menyatakan jenis-jenis

tumbuhan laut mikroskopis yang berlimpah diatas dataran berlumpur, adalah

diatom. Salah satu jenis alga hijau kuning adalah Chyanobacterium.

Alga ini bersifat anoksik dan juga banyak melimpah di perairan. Romimohtaro dan

Juwana (1999) menyatakan oleh kelimpahan organisme jenis ini karena adanya

kandungan unsur hara yang berlebih. Dan ini sangat sesuai dengan kondisi ekosistem

mangrove yang kaya unsur hara dan kecendrungan kandungan oksigen terlarut yang

rendah.

II. Zooplankton. Fitoplankton dimakan oleh zooplankton. Nybaken (1992) menyatakan pada

estuaria, sekitar 50-60 % persen produksi bersih fitoplankton dimakan oleh

zooplankton. Pada dasarnya hampir semua fauna akuatik muda yang terdapat pada

ekosistem mangrove, dikategorikan sebagai zooplankton, (Setyawan dkk, 2002).

Usia muda dari fauna akuatik (larva) sebagian besar berada di ekosistem mangrove.

Dan larva dikategorikan sebagai zooplankton, karena termasuk fauna yang

pergerakannya masih dipengaruhi oleh pergerakan air, sebagaimana pengertian dari

plankton itu sendiri. Oleh karena itu juga Thoha (2007) mengkategorikan

Gastropoda, Bivalva, telur, ikan, dan larva ikan kedalam zooplankton. Seperti yang

sudah dijelaskan sebelumnya, bahwa zooplankton dari Filum Protozoa, memakan

bakteri dan fungi yang terdapat pada ekosistem mangrove. Lebih spesifik, bahwa

Ordo Dinoflagellata dari Kelas Flagellata yang banyak terdapat pada ekosistem

mangrove. Selain itu taksa zooplankton yang sering dan banyak terdapat pada

ekosistem mangrove adalah Copepoda.Thoha(2007).menyatakan bahwa ikan-

Page 13: Hasil observasi1212

ikan pelagis seperti teri,

kembung, lemuru, tembang dan bahkan cakalang berprefensi sebagai

pemangsa Copepoda dan larva Decapoda. Oleh karena itu,terdapat ikan

penetap sementara pada ekosistem mangrove, yang cenderung hidup bergerombol

dikarenakan kaitannya yang erat dengan adanya mangsa pangan pada ekosistem itu

sendiri.

Biota yang paling banyak dijumpai di ekosistem mangrove adalah crustacea dan

moluska. Kepiting, Uca sp dan berbagai spesies Sesarma umumnya dijumpai di hutan Mangrove.

Kepiting-kepiting dari famili Portunidae juga merupakan biota yang umum dijumpai. Kepiting-

kepitingyang dapat dikonsumsi (Scylla serrata), Udang raksasa air tawar (Macrobrachium

rosenbergii) dan udang laut (Penaeus indicus , P. Merguiensis,

P. Monodon, Metapenaeus brevicornis) yang terkenal termasuk produk mangrove yang

bernilai ekonomis dan menjadi sumber mata pencaharianpenduduk sekitar

hutan mangrove. Semua spesies-spesies ini umumnya mempunyai dasar-dasar sejarah hidup yan

g sama yaitu menetaskantelurnya di ekosistem mangrove dan setelah mencapai dewasa

melakukan migrasi ke laut. Ekosistem mangrove juga merupakan tempat memelihara anak- anak

ikan. Migrasi biota ini berbeda-beda tergantung spesiesnya. Udang Penaeus dijumpai melimpah

jumlahnya hinggakedalaman 50 meter sedangkan Metapenaeus paling melimpah dalam kisaran

kedalaman 11-30 meter dan Parapenaeopsis terbatas hanya pada zona 5-20 meter. Penaeid

bertelur sepanjang tahun tetapi periode puncaknya adalah selama Mei -Juni dan Oktober-

Desember yang bertepatan dengan datangnya musim hujan atau angin musim. P.

Merquiensis setelah post larva ditemukan pada bulan November dan Desember dan setelah 3 -

4 bulan berada di mangrove mencapai juvenile dan pada bulan Maret sampai

Juni juvenil berpindah ke air yang dangkal. Setelah mencapaidewasa atau

lebih besar, udang akan bergerak lebih jauh lagi keluar garis pantai untuk bertelur dengan

kedalaman melebihi 10 meter. Waktu untuk bertelur dimulai bulan Juni dan berlanjut sampai

akhir Januari.Keragaman Jenis Tumbuhan dan Hewan di Hutan Mangrove

Bakau merupakan pohon besar, dengan akar tunjang yang menyolok dan bercabang-

cabang. Tinggi total 4-30 m, dengan tinggi akar mencapai 0.5-2 m atau lebih di atas lumpur, dan

diameter batang mencapai 50 cm. Bakau merupakan salah satu jenis pohon penyusun utama

ekosistem hutan bakau.

Daun tunggal, terletak berhadapan, terkumpul di ujung ranting, dengan kuncup tertutup

daun penumpu yang menggulung runcing. Helai daun eliptis, tebal licin serupa kulit, hijau atau

Page 14: Hasil observasi1212

hijau muda kekuningan, berujung runcing, bertangkai, 3,5-13 × 7-23 cm. Daun penumpu cepat

rontok, meninggalkan bekas serupa cincin pada buku-buku yang menggembung.

Bunga berkelompok dalam payung tambahan yang bertangkai dan menggarpu di ketiak, 2-

4-8-16 kuntum, berbilangan 4. Tabung kelopak bertaju sekitar 1,5 cm, kuning kecoklatan atau

kehijauan, melengkung. Daun mahkota putih berambut atau gundul agak kekuningan,

bergantung jenisnya. Perbungaan terjadi sepanjang tahun. Buah berbentuk telur memanjang

sampai mirip buah pir yang kecil, hijau coklat kotor. Hipokotiltumbuh memanjang, silindris,

hijau, kasar atau agak halus berbintil-bintil.

Pohon Api-api menyukai rawa-rawa mangrove, tepi pantai yang berlumpur, atau di

sepanjang tepian sungai pasang surut. Beberapa jenisnya, seperti A. marina, memperlihatkan

toleransi yang tinggi terhadap kisaran salinitas, mampu tumbuh di rawa air tawar hingga di

substrat yang berkadar garam sangat tinggi.

Kebanyakan jenisnya merupakan jenis pionir dan oportunistik, serta mudah tumbuh

kembali. Pohon-pohon api-api yang tumbang atau rusak dapat segera trubus (bersemi kembali),

sehingga mempercepat pemulihan tegakan yang rusak.

Akar nafas api-api yang padat, rapat dan banyak sangat efektif untuk menangkap dan

menahan lumpur serta pelbagai sampah yang terhanyut di perairan. Jalinan perakaran ini juga

menjadi tempat mencari makanan bagi aneka jenis kepiting bakau, siput dan teritip.

Tubuh Blekok sawah berukuran kecil (45 cm), bersayap putih, cokelat bercoret-coret.

Pada waktu berbiak: kepala dan dada kuning tua, punggung nyaris hitam, tubuh bagian atas

lainnya cokelat becoret-coret, tubuh bagian bawah putih, ketika terbang sayap terlihat sangat

kontras dengan punggung yang gelap / hitam. Tak berbiak dan remaja: Coklat bercoret-coret iris

kuning, paruh kuning, ujung paruh hitam, kaki hijau buram. Biasanya Burung Blekok sawah

hidup sendirian atau dalam kelompok tersebar, berdiri diam-diam dengan tubuh pada posisi

rendah dan kepala ditarik kembali sambil menunggu mangsa. Setiap sore terbang dengan

kepakan sayap perlahan-lahan, berpasangan atau bertigaan, beramai-ramai menuju tempat

istirahat. Bersarang dengan dengan koloni burung air lain. Berkembangbiak : Desember- Mei,

Januari-Agustus.

Kepiting, selain untuk menjadi bahan makanan secara ekologis kepiting juga berfungsi

untuk menjaga keseimbangan ekosistem dan memainkan peranan penting di daerah mangrove.

Daun yang dimangsa kepiting dan dikeluarkan dalam bentuk faeces terbukti lebih cepat terurai

Page 15: Hasil observasi1212

dibandingkan dengan daun yang tidak dimangsa. Hal ini menyebabkan proses perputaran energi

berjalan cepat di mangrove. Selain itu, keberadaan lubang-lubang kepiting, secara tidak langsung

mampu mengurangi kadar racun tanah mangrove yang terkenal anoksik. Lubang-lubang ini

membantu terjadinya proses pertukaran udara di tanah mangrove. Kepiting bakau (Scylla sp)

merupakan-satu-satunya spesies dari famili Portunidea yang memiliki assosiasi yang dekat

dengan lingkungan mangrove/hutan bakau, sehingga dikenal dengan nama kepiting bakau atau

mud crab.

Klasifikasi Bakau

Kingdom :Plantae 

Subkingdom :Tracheobionta 

SuperDivisi :Spermatophyta 

Divisi :Magnoliophyta 

Kelas :Magnoliopsida 

SubKelas :Rosidae 

Ordo :Myrtales 

Famili :Rhizophoraceae 

Genus :Rhizophora 

Spesies : Rhizophora mangle

Klasifikasi Api-api

Kingdom :Plantae 

Subkingdom :Tracheobionta 

SuperDivisi :Spermatophyta 

Divisi :Magnoliophyta 

Kelas :Magnoliopsida 

SubKelas :Asteridae 

Ordo :Scrophulariales 

Famili :Acanthaceae 

Genus :Avicennia 

Spesies : Avicennia albaKlasifikasi Blekok sawah

Kingdom :Animalia 

Phylum :Chordata 

Kelas :Aves 

Ordo :Ciconiiformes 

Famili :Ardeidae 

Page 16: Hasil observasi1212

Genus :Ardeola 

Species :Ardeola speciosa

Klaifikasi Ikan mujair

Kelas : Pisces

Sub kelas : Teleostei

Ordo : Percomorphi

Sub-ordo : Percoidea

Famili : Cichlidae

Genus : Oreochromis

Species : Oreochromis mossambicus

Klasifikasi kepiting

Phylum : Arthropoda

Sub Phylum : Crustacea

Class : Malacostaca

Ordo : Decapoda

Famili : Callinidae

Genus : Parathelpusa

Species : Parathelpusa sp

BAB III

HASIL OBSERVASI

Setelah kami melakukan observasi di kawasan hutan mangrov yang berada di Kabupaten

Subang sebelum kami memaparkan tentang hasil pengamtan yang kami dapdi sana disini kami

akan memaparkan terlebih dahulu sedikit tentang Kabupaten Subang, Kabupaten Subang

memiliki garis pantai sepanjang 68 km. Tambak yang telah dikembangkan di kawasan tersebut

Page 17: Hasil observasi1212

telah mencapai 10.000 ha yang tersebar di 4 kecamatan, yaitu Blanakan, Pamanukan, Legon

Kulon dan Pusakanegara. Dibandingkan dengan kawasan lain pesisir. Kabupaten Subang masih

memiliki jalur hijau (Green Belt) cukup baik. Selama kurun waktu tahun 1999, produksi

perikanan budidaya tambak di Kabupaten Subang mengalami peningkatan sebesar 8,1 % di

banding dengan tahun sebelumnya (dari 6.308,9 ton menjadi 6.819,0 ton). Produksi budidaya

tambak tersebut merupakan pencapaian dari luas lahan sebesar 8.254,28 ha atau produktivitas

mencapai 826 kg/ha/th. Beberapa jenis komoditi yang mengalami kenaikan mencolok adalah

kakap, udang windu (228,9 % dan udang putih (172,4 %). Sedangkan produksi udang api-api

menurun sebesar 76,5 % dari 1.589 ton menjadi 374,2 ton. Terjadinya peningkatan produksi ini

disebabkan oleh semakin meningkatnya keuletan, kegigihan, dan ketekunan para petani

ikan/nelayan dalam meningkatkan usahanya, di samping tidak terlepas dari adanya dukungan

pemerintah dalam usaha membantu memperbaiki taraf hidup rakyat.

Kabupaten Subang merupakan daerah dengan tingkat kontribusi produksi perikanan

terbesar ketiga setelah Kabupaten Indramayu dan Kabupaten Cirebon. Rata-rata produksi

perikanan di daerah ini adalah sebesar 15.514,75 ton per tahunnya. Dengan jumlah alat tangkap

rata-rata sebanyak 665 unit, maka hasil tangkapan rata-rata per satuan unit alat tangkap dapat

dihitung sebesar 23,80 ton per unit alat tangkap.

Hasil pengamatan yang telah kami lakukan di hutan mangrove yang ada di kabupaten

subang tepatnya di Desa mayangan Kec Legon kulon Kab Subang, disana kami menjumpai

beberapa jenis tumbuhan diantaranya yang kami jumpai adalah Bakau (Rhizophora), Api-

api(Avicennia), Pedada(Sonneratia), Tanjang (Bruguiera), Nyirih (Xylocarpus). Tapi yang paling

banyak yang kami jumpai di sana adalah jenis pohon Bakau (Rhizophora) dan Api-

api(Avicennia) dimana kedua jenis pohon tersebut merupakan jenis pohon (karakteristik)yang

ada di kawasan hutan mangrove, Bakau merupakan pohon besar, dengan akar tunjang yang

menyolok dan bercabang-cabang. Tinggi total 4-30 m, dengan tinggi akar mencapai 0.5-2 m atau

lebih di atas lumpur, dan diameter batang mencapai 50 cm. Bakau merupakan salah satu jenis

pohon penyusun utama ekosistem hutan bakau. denagn klasifikasi sebagai berikut:

Klasifikasi Bakau

Kingdom :Plantae 

Subkingdom :Tracheobionta 

SuperDivisi :Spermatophyta 

Divisi :Magnoliophyta 

Kelas :Magnoliopsida 

SubKelas :Rosidae 

Page 18: Hasil observasi1212

Ordo :Myrtales 

Famili :Rhizophoraceae 

Genus :Rhizophora 

Spesies : Rhizophora mangle

Pohon Api-api menyukai rawa-rawa mangrove, tepi pantai yang berlumpur, atau di

sepanjang tepian sungai pasang surut. Beberapa jenisnya, seperti A. marina, memperlihatkan

toleransi yang tinggi terhadap kisaran salinitas, mampu tumbuh di rawa air tawar hingga di

substrat yang berkadar garam sangat tinggi.

Klasifikasi Api-api

Kingdom :Plantae 

Subkingdom :Tracheobionta 

SuperDivisi :Spermatophyta 

Divisi :Magnoliophyta 

Kelas :Magnoliopsida 

SubKelas :Asteridae 

Ordo :Scrophulariales 

Famili :Acanthaceae 

Genus :Avicennia 

Spesies : Avicennia alba

Jenis hewan yang kami jumpai di sana kami hanya menjumpai jenis burung yaitu Burung Blekok

sawah, Tubuh Blekok sawah berukuran kecil (45 cm), bersayap putih, cokelat bercoret-coret.

Pada waktu berbiak: kepala dan dada kuning tua, punggung nyaris hitam, tubuh bagian atas

lainnya cokelat becoret-coret, tubuh bagian bawah putih, ketika terbang sayap terlihat sangat

kontras dengan punggung yang gelap / hitam. Tak berbiak dan remaja: Coklat bercoret-coret iris

kuning, paruh kuning, ujung paruh hitam, kaki hijau buram. Biasanya Burung Blekok sawah

hidup sendirian atau dalam kelompok tersebar, berdiri diam-diam dengan tubuh pada posisi

rendah dan kepala ditarik kembali sambil menunggu mangsa.Klasifikasi Blekok sawah

Kingdom :Animalia 

Phylum :Chordata 

Kelas :Aves 

Ordo :Ciconiiformes 

Famili :Ardeidae 

Page 19: Hasil observasi1212

Genus :Ardeola 

Species :Ardeola speciosa

Sedangkan kepiting yang di ceritakan diatas yang merupakan fauna yang ada dihutan mangrove,

kami tidak menjumpainya.

Kepadatan dari masing-masing jenis hewan dan tumbuhan dari hasil pengamatan kami di

hutan mangrove yang kami amati yang berada di hutan mangrove di Desa mayangan Kec Legon

kulon Kab Subang adalah sebagai berikut:

 Pohon Bakau : 60 %

 Pohon Api-api: 30%

 Burung Blekok: 10%

Sedangkan di kawasan pemukiman dekat kawasan ini warga banyak yang memanfaatkan

pinggiran kawasan hutan di jadikan tambak, baik itu tambak udang maupun tambak ikan air

payau seperti yang kami jumpai yaitu tambak ikan bandeng .

BAB IV

MASALAH DAN PEMECAHAN MASALAH

A. Masalah

Bentuk tekanan terhadap kawasan mangrove yang paling besar adalah pengalih-fungsian

(konversi) lahan mangrove menjadi tambak udang/ikan, sekaligus pemanfaatan kayunya untuk

diperdagangkan. Selain itu, juga tumbuhnya berbagai konflik akibat berbagai kepentingan antar

lintas instansi sektoral maupun antar lintas wilayah administratif.

Selain itu juga terdapat permasalahan lain diantaranya adalah fenomena abrasi yang makin

parah juga membuat masyarakat di sepanjang pesisir pantai Subang dicekam kekhawatiran.

Hempasan gelombang Laut Jawa di wilayah itu, mengancam sedikitnya 68 kilometer pantai dari

Blanakan hinga Pusakanegara. Lebih dari 58 hektare daratan yang terdapat di pesisir tersebut

dilaporkan telah lenyap ditelan gelombang

B. Pemecahan masalah

Pemecahan masalah Secara ideal adalah pemanfaatan kawasan mangrove harus

mempertimbangkan kebutuhan masyarakat tetapi tidak sampai mengakibatkan kerusakan

terhadap keberadaan mangrove. Selain itu, yang menjadi pertimbangan paling mendasar adalah

pengembangan kegiatan yang menguntungkan bagi masyarakat dengan tetap mempertimbangkan

Page 20: Hasil observasi1212

kelestarian fungsi mangrove secara ekologis (fisik-kimia dan biologis). Perlu juga

mengembangkan mata pencaharian alternatif bagi masyarakat sekitar mangrove dengan

mengandalkan bahan baku non-kayu dan diversifikasi bahan baku industri kehutanan dan arang.

Masyarakat merubah pola konsumsi bahan bakar dari minyak tanah dan arang bakau menjadi

arang leban dan tempurung kelapa dan menggunakan tungku hemat energi atau anglo.

Upaya yang dilakukan pemerintah dalam menjaga kelestarian ekosistem pesisir dan laut

adalah dengan membentuk kebijakan-kebujakan yang dituangkan dalam berbagai program yang

dapat diimplementasikan pada masyarakat dalam kontes pengelolaan guna pemanfatan yang

optimal akan sumber daya pesisir yang berwawasan lingkungan. Dalam hal ini bagaimana

memanfaatkan sumberdaya pesisir dengan baik, arif dan bijaksana dengan memperhatikan aspek

ekonomi, sosial budaya dan lingkungan tetap berada dalam keadaan seimbang. Upaya mengatasi

ancaman degradasi melalui penetapan kawasan konservasi di pesisir dan laut (Agardy,

1997 dalam Begen, 2002), hal ini dilakukan guna melindungi ekosistem dan sumberdaya yang

ada sehingga dapat berperan secara optimal dan berkelanjutan. Upaya ini juga bertujuan untuk

melindungi habitat-habitat kritis, mempertahankan kualitas sumber daya, melindungi

keanekaragaman hayati dan melindungi proses-proses ekologi. Kegiatan tersebut di tetapkan

dalam Peraturan Pemerintah dan Undang-Undang serta Peraturan Daerah.

Selain upaya penetapan kawasan konservasi di dilakukan juga kegiatan rehabilitasi hutan

mangrove dengan tujuan untuk memperbaiki lahan yang mengalami kerusakan atau penurunan

produksi pohon-pohon bakau sehingga dapat berfungsi kembali seperti sediakalanya. Kegiatan

rehabilitasi ini dilakukan dengan cara menanam kembali pohon bakau (berupa stek atau biji buah

bakau) dan langkah yang paling ideal ialah menghutankan seluruh kawasan pantai dengan

mangrove akan tetapi membutuhkan dana yang cukup besar. Hutan mangrove yang telah rusak

harus ditanami kembali. Karena hanya itu yang bisa menangkal abrasi. Abrasi dampaknya tak

hanya merusak pantai, tetapi juga menurunkan hasil tangkapan nelayan.

Solusi terpenting dari permasalahan abrasi adalah dengan memberikan penyuluhan kepada

masyarakat untuk mulai sadar akan arti pentingnya menjaga pantai, termasuk melestarikan hutan

mangrove karena masih rendahnya kesadaran masyarakat menjadikan kawasan hijau hancur

tanpa bisa dicegah. Mulai sekarang harus dikampanyekan pentingnya hutan mangrove. Hutan

mangrove itu bukan penghalang, justru penyelamat. Masih banyak masyarakat pesisir

beranggapan hutan mangrove itu penghalang, sehingga ditebangi dan dialihfungsikan menjadi

areal pertambakan.

Page 21: Hasil observasi1212

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A.kesimpulan

Hutan bakau sebagai salah satu dari tipe formasi hutan, adalah komunitas hutan tersendiri

yang merupakan tumbuhan utama intertidal tropic, dan terdiri atas banyak flora dan fauna yang

hidup di area sub tropic pesisir pantai. Dengan demikian dapat dipahami keberadaannya yang

khas dan tempat tumbuhnya terbatas sehingga perlu diamankan dari berbagai bentuk

intervensi.Hutan bakau dengan keragaman hayatinya juga menyimpan khazanah ilmu

pengetahuan tentang flora dan fauna yang memiliki makna bagi kebutuhan hidup manusia dalam

berbagai aspeknya.

B.Saran

DAFTAR PUSTAKA

 http://anekaplanta.wordpress.com/2009/01/27/peranan-dan-fungsi-hutan-bakau-mangrove-dalam-ekosistem-pesisir/

 http://www.pikiran-rakyat.com/prprint.php?mib=beritadetail&id=41840

 http://www.elsdainstitute.or.id/in/[Berita & Kegiatan]/?id1=3&id_bet= http://konservasi.unnes.ac.id/v2/berita-89-b003-blekok-sawah.htm

 http://id.wikipedia.org/wiki/Mujair

 http://www.bapeda-jabar.go.id/docs/perencanaan/20080603_115936.pdf http://www.imred.org/?q=content/ekosistem-mangrove-di-indonesia http://rudyct.com/PPS702-ipb/04212/zeinyta_a_h.htm http://www.slideshare.net/NURRIJAL/kepiting-bakau http://id.wikipedia.org/wiki/Hutan_bakau