gol c indragiri hulu
TRANSCRIPT
8/7/2019 Gol C Indragiri Hulu
http://slidepdf.com/reader/full/gol-c-indragiri-hulu 1/11
J u rn a ( S a in s d an 'l 'e k ,n o( og i 7(1) 'M a re t 2 0 08 : 2 0 -3 0
INVENTARISASI POTENSI BAHAN GALIAN TAMBANG
DENGAN MENGGUNAKAN
TEKNOLOGI PENGINDERAAN JAUH & GIS
(STUDI KASUS DI INDRAGIRI HULU)
Masberry
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Riau, Pekanbaru 28293
ABSTRACTAn accurate and up-to-date information or data concerning the potentials of mineral re-
sources in a certain area, especially of the mining, is urgently needed by the local govern-
ment because, on the basis of such information, steps for making decisions about mineral
resources management policy could be facilitated. In addition, such an information will also
be very helpful for businessmen as well practitioners interested or involving actively in the
management of mineral resources. Remote sensing technology, a technology able to record
the earth surface by using satellite, has been developed very fast recently. The data obtained
~over a :ery huge area. An analysis of satellite data with a composite of 457 could provideinformation about the widespread of mining materials. However, the validity of the data still
needs field observation. The efforts to inventory, map and explore mineral resources by the
use of an appropriate technology is seriously needed in order to gain an optimum benefits.
Data obt~ined from remote sensing supported by a direct field observation and Geographical
Information System (GIS) could be used as a reference for development planning, as well
as for management and conservation effort of the existing mineral resources.
Key words: inventory, mineral resources, remote sensing and GIS
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kabupaten Indragiri Hulu merupakan daerahmemiliki potensi bahan galian tambang yang dapat
dihandalkan, namun sampai dengan saat ini belum
dikelola secara optimal, diharapkan adanya usaha
optimalisasi pengelolaan sehingga hasilnya dapat
dimanfaatkan terutama untuk peningkatan penda-
patan daerah.
Semakin menjamurnya pengusaha yang ber-
gerak di bidang pertambangan serta berkembangnya
penambangan liar yang dilakukan oleh perorangan
maupun kelompok memerlukan pengawasan, hal ini
merupakan tug as yang sangat berat bagi PemerintahKabupaten. Kekurang cermatan dalam pengawasan
ini akan berakibat pada pemborosan sumber daya
dan menurunnya salah satu sumber pendapatan asli
daerah.
Teknologi Remote Sensing yaitu teknologi
yang mampu merekam permukaan bumi mengguna-
kan satelit telah berkembang dengan pesat. Data
yang diperoleh mencakup daerah yang sangat luas,
dengan satu kali perekaman satelit Landsat-7 TM
dapat meliput seluruh kawasan Indragiri Hulu.
Analisis data satelit dengan komposit 457 dapat
memberikan informasi sebaran bahan galian tam-
bang, namun kebenaran dari informasi ini tetap me-
merlukan pengamatan lapangan. Disisi lain
Teknologi Sistem Informasi juga berkembang den-
gan pesat, khususnya Teknologi Sistem Informasi
Geografis. Sistem Informasi Geografis
(Geographic Information System disingkat dengan
GIS) yaitu sistem berbasis komputer yang dapat
digunakan untuk menyimpan, memanipulasi dan
menganalisis informasi geografis yang dapat diak-
ses oleh berbagai pihak berkepentingan dalam
bentuk informasi tulisan, data dan Gambar atau
peta lengkap dengan posisi geografisnya.Upaya
inventarisasi, pemetaan dan eksplorasi kekayaan
tambang, dengan memanfaatkan teknologi yang
tepat perlu ditingkatkan agar diperoleh manfaat
yang optimal.Data Penginderaan Jauh yang disertai Survey
secara langsung ke lapangan dan Sistem Informasi
Geografis dapat digunakan sebagai bahan acuan
dalam membuat perencanaan pengembangan dan
pedoman pengelolaan bahan galian tambang serta
usaha konservasinya.
TINJAUAN PUSTAKA
Bahan galian tambang merupakan sumber
daya alam yang mengalami proses pembentukan
memerlukan waktu jutaan tahun dan sifat utama-nya tidak terbarukan. Dalam berbagai referensi
Bahan galian ini juga disebut sebagai Sumber
Daya Mineral (SDM) yang dapat dimanfaatkan
20
8/7/2019 Gol C Indragiri Hulu
http://slidepdf.com/reader/full/gol-c-indragiri-hulu 2/11
I t tuen tar isas i Po tens i !J3al ianqa(ian 'Iambanq ('Mas6erry)
.-------------,-----------.---------------,c··-··-··-··-··-··-··-··-··- ..-.
.__--------="=-------____,,"'=----------' ..._.._.._.._.._.._.._.._.._.._..
.. .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . : 1 1 . .. . . . . , . . . . . - ' " "
c : :: : J . .. .. .. . iD.n-H c::::J <- • ...:>r..q.'M
rI I ! li : .. . ,;UII . . .. . . r : : : : : ; : ] C.FS...:.Il
c : : : :: : : J " " " ' . . . . ., J . . . .: " " . . . . .. . . . c : :: : J . . .. . .. . ". " .. . .. . .. . ..
1 : : : i I E I ~S""i'1'oI I I ~'Lh.
c:::J ...~...,....................
-Gambar 1. Peta Administrasi Kabupaten Indragiri Hulu
dibidang industrilproduksi.
Bahan Galian ini begitu penting kedudukannya
di Indonesia maka melalui Peraturan Pemerintah
(PP) no.27 tahun 1980, Pemerintah RI membagi ba-
han galian menjadi 3 golongan yaitu:
Bahan galian strategis disebut pula sebagai ba-
han galian golongan A terdiri dari: minyak bumi,
bitumen cair, lilin beku, gas alam, bitumen padat,
aspal, antrasit, batubara, batubara muda, uranium
radium, thorium, bahan galian radioaktif lainnya,
nikel,kobalt, timah.
Bahan galian vital disebut pula sebagai bahan
galian golongan B. Terdiri dari; besi, mangaan,
molibden, khrom, wolfram, vanidium, titan, bauksit,
tembaga, timbal, seng, emas, perak, platina, air
raksa, arsen, antimon, bismut, ytrium, rhutenium,
cerium, dan logam-Iogam langka lainnya, berillium,
korundum, zirkon, kristal kuarsa, kriolit, fluorspar,barit, yodium, brom, khlor, belerang.
Bahan galian non strategis dan non vital, dise-
but pula sebagai bahan galian golongan C, terdiri
dari nitrat, nitrit, fosfat, garam batu (ha lit) , asbes,
talk, mika, grafit, magnetit, yarosit, leusit, tawas
(alum), oker, batu permata, batu setengah permata,
pasir kuarsa, kaolin, feldspar, gipsum, bentonit,
tanah diatomea, tanah serap (fuller earch), batu
apung, trass, obsidian, marmer, batu tulis, batukapur,
dolomit, kalsit, granit, andesit, basalt, trakhit, tanah
liat, pasir, sepanjang tidak mengandung unsur-unsuryang merupakan bahan galian strategis dan vital
dalam skala yang berarti dari segi ekonomi pertam-
bangan.
Bahan Galian industri sebagian besar meru-
pakan bahan galian golongan C, walaupun beberapa
jenis termasuk dalam bahan galian golongan lain-
nya. Secara geologi bahan galian industri terdapat
dalam ketiga jenis batuan yaitu batuan beku ,batuan
sedimen dan batuan metamorf. Bahan Galian terse-
but ada diantaranya merupakan bahan bangunan
alam, tidak lain merupakan bahan galian yang be-
lum tersentuh oleh rekayasa teknik. Namun
demikian dengan perkembangan rekayasa teknik
tidak tertutup kemungkinan ditemukannya bahan
galian industri yang baru.
Geologi Regional Daerah Penelitian
Secara umum daerah penyelidikan masuk ke
dalam satuan batuan Formasi Air Benakat, Formasi
Muaraenim dan Formasi Kerumutan. Struktur ge-
ologi tersusun atas perlipatan-perlipatan berupa an-tiklin dengan sumbu lipatan relative berarah barat
laut -tenggara. Sesar yang dijumpai pada daerah
peninjauan merupakan sesar normal dengan arah
barat laut-tenggara menyudut kurang lebih 15° den-
gan sumbu perlipatan condong ke utara. Sedangkan
morfologi daerah peninjauan umumnya didomiasi
oleh dataran bergelombang lemah sampai sedang.
Morfologi bergelombang umumnya terjadi pada
sumbu antiklin dengan pola aliran sungai-sungai
dendritik berstadia muda hingga dewasa.
Stratigrafi
Berdasarkan Peta Geologi Lembar Rengat
(Suwama, N., Budhitrisna, T., Santoso, S. Mangga,
21
8/7/2019 Gol C Indragiri Hulu
http://slidepdf.com/reader/full/gol-c-indragiri-hulu 3/11
J ur na ( S a in s d an ' l' ek ,n o (o g i7(1) 'M a re t 2 0 08 : 2 0 -3 0
A., 1991), Stratigrafi Kabupaten Indragiri Hulu
menurut para peneliti terdahulu di daerah penelitian
terdapat tiga singkapan Formasi dari muda ke tua
yang batuannya berumur Kuarter.
a. Satuan batuan berumur Kwarter; endapan
pantai atau Alluvial muda (Qac, Qs, Qf, Qrt)
berumur Holosen, tersusun atas lempung, pasirdan kerikil. Batuan ini menempati bagian timur
kabupaten Indragiri Hulu yang merupakan enda-
pan pantai, rawa-rawa, delta dan lembah-Iembah
sungai.
b. Formasi Kasai (QTk); terdiri dari batupasir tu-
faan, batu pasir kuarsa, konglomerat polimik,
tufa, dan batulempung tufaan
c. Formasi Kerumutan (Qtke); terdiri dari batu
pasir kuarsa, batu lempung tufaan, tufa dan lem-
pung pasiran. Formasi ini diendapkan tidak se-
laras di atas formasi Muara Enim pada Plistosen
di lingkungan sungai dan danau.
d. Formasi Palembang (QTpu); berumur pliosen,
tersusun atas tuf asam berbatuapung, batupasir
tufan, bentonit sisipan lignit, dan kayu terkesi-
kan.
e. Formasi Muaraenim (Tmpml); berumur plio-
sen-miosen akhir, tersusun atas perlapisan batu-
pasir tuffan, batulempung tuffan, serpih tuffan,
lensa-Iensa batubara dan konkresi atau urat ok-
sida besi.f. Formasi Airbenakat (Tma); berumur miosen
tengah-miosen akhir, tersusun atas perlapisan
batulempung, batupasir, serpih, lensa-lens a batu-
pasir kuarsa.
g. Formasi Gumai (Tmg); berumur miosen ten-
gah, terdiri dari serpih, batulempung, mudstone,
dan sisipan batupasir, nodul lanau. Pada bagian
atas dan tengah terdapat lensa-lens a mikrit.
h. Formasi Tualang (Tmt); berumur miosen awal
bagian atas batupasir kuarsa dengan sisipan ba-
tulempung,
i. Formasi Lakat (Toml); berumur oligosen-
miosen awal, terdiri dari bagian atas berupa
perselingan batupasir kuarsa dan batulempung
karbonatan lanauan dengan nodul siderit.
j. Formasi Mentulu (PCm); merupakan batuan
alas, terdiri dari batu sabak, fillit, batupasir meta,
bataulanau meta dan batu tanduk.
k. Formasi Pengabuhan (PCp); tersusun oleh ba-
tuan malihan berderajat rendah yang berumur
Karbon -Perem.
l. Formasi Gangsal (PCg); tersusun oleh batuan
malihan berderajat rendah yang berumur Kar-
bon.
Struktur Geologi
Struktur geologi di wilayah Kabupaten Indragiri
Hulu terjadi karena adanya aktivitas tektonik
Zaman Karbon samp ai dengan Resen, terdiri
dari perlipatan, sesar, dan kekar/belahan. Struktur
perlipatan yang terdiri antiklin dan sinklin memiliki
arah umum sumbu perlipatan relatif barat laut-tenggara. Struktur sesar dominan berarah relatif
timur laut-barat daya, terdiri atas sesar mendatar
dan sesar normal. Sedangkan Struktur kekar dijum-
pai pada hampir semua jenis batuan.
Sistem Penginderaan Jauh
Penginderaan jauh merupakan suatu ilmu dan
seni dalam mendapatkan informasi mengenai suatu
objek, fenomena, atau wilayah melalui analisis
Gambar 2. Peta Geologi Regional Daerah Penelitian
c:::JCerenti _Rokan _Other reports
Gambar 3. Stratigrafi Daerah Penelitian
dari Beberapa Peneliti Terdahulu
22
8/7/2019 Gol C Indragiri Hulu
http://slidepdf.com/reader/full/gol-c-indragiri-hulu 4/11
Data
CollectionData Processing
PLATF RMPROCESSED IMAGE
Interpretation
ObyekObject
Information
GROUND TRUTH CHECK
Gambar 5. Sistem Penginderaan Jauh
data yang diperoleh tampa melalui kontak lang-sung dengan objek, fenomena, atau wilayah yang
dikaji tersebut (Lillesand dan Kiefer, 1990). Sis-
tern penginderaan jauh dilngkapi dengan sensor
dan kamera yang merekam objek dialam, sensor
tersebut menangkap sinyal gelombang elektromag-
netik yang dipantulkan oleh objek akibat dari pen-
garuh sinar matahari (Gambar 5).
Dalam pemetaan geologi terutama untuk pe-
metaan potensi sumber daya mineral, tidak terlepas
dari dua macam teknologi, yaitu penginderaan jauh
dan sistim informasi geografi. Didalam pelak-sanaan pemetaan, pengguna penginderaan jauh
memberikan altematif pilihan, terutama di In-
dragiri Hulu yang hampir seluruh wilayahnya ter-
dapat didaerah terpencil dan berhutan, untuk men-
gurangi biaya perlu didukung teknologi pen-
ginderaan jauh. Seiring dengan perkembangan
teknologi komputer yang semakin pesat dewasa ini
serta semakin banyak paket perangkat lunak, pen-
golah citra digital dan sistem informasi geografis
(SIG) yang dioperasikan dengan komputer mikro
(PC). Teknologi penginderaan jauh beserta perang-
kat pengolahannya akan memudahkan interpretasi
suatu objek baik secara digital maupun visual.
I tt uen ta r is a si Po ten si ! J3a li anqa( ian ' Iambanq ('Mas6erry)
BAHAN DAN MET ODE
Inventarisasi potensi bahan galian tambang
dilakukan berdasarkan interpretasi citra satelit yang
dipetakan sesuai dengan hasil survey lapangan.
Dalam hal ini akan diuraikan lebih lanjut tentang
diagram alir kegiatan, spesifikasi teknik pekerjaan,
spesifikasi peralatan cara perhitungan cadangan
masing masing potensi bahan galian.
Data
Data yang digunakan dalam pembuatan peta po-
tensi tambang khususnya bahan galian tambang
adalah data peta rupa bumi, data Citra Satelit, data
potensial tambang, Peta Geologi, Peta Adminis-
trasi, Peta Revisi RTRW dan data-data lain. Berikut
ini akan diuraikan tentang masing masing data
tersebut.
Peta Rupa BumiPeta Rupa Bumi yang digunakan adalah peta yang
dikeluarkan oleh Bakosurtanal dengan skala 1:
250.000. Seluruh Kabupaten Indragiri Hulu disaji-
kan dalam 2 lembar peta. Peta RBI ini digunakan
untuk koreksi geometri citra satelit, jalan dan con-
tour dari cadangan yang terukur.
Citra Satelit.
Citra satelit yang digunakan adalah citra Landsat 7
TM seperti pada Gambar 7.
Adapun spesifikasi scene adalah sebagai berikut:
Tanggal pemotretan:September 2003 & 2004
Path! row : 12660& 12661
Tipe data : r aster
Format: BSQ (Band Sequential)
Jumlah baris : 3500
Jumlah sel per baris : 5000
Data Potensial Tambang yang digunakan sebagai
bahan acuan survey lapangan terdiri dari :
• Data Potensial Tambang INRU Tahun 2003 Di-
nas Pertambangan Propinsi Riau
• Potensi Galian Tambang di Indonesia, PPTM.
Peta Geologi
Peta Geologi yang digunakan adalah Peta yang
dibuat oleh Pusat Pengembangan Teknologi Min-
h !: h ! : ! : ! : ! :" . '" -, ~ " .,'" " '" " " " "
Gambar 6. Citra Landsat Kab. INHU
Data Potensial Tambang
23
8/7/2019 Gol C Indragiri Hulu
http://slidepdf.com/reader/full/gol-c-indragiri-hulu 5/11
J ur na ( S a in s d a n ' l' ek ,n o (o g i 7(1) ' M ar et 2 0 08 : 2 0 -3 0
eral dengan skala 1:250.000.
Peta Administrasi
Peta Administrasi digunakan sebagai bahan acuan
batas-batas administrasi mulai batas propinsi, ka-
bupaten sampai kecamatan. Peta administrasinya
keluaran dari BPN Propinsi Riau dengan skala
1:100.000 dan Bappeda Kabupaten Indragiri Huludengan skala 1 : 250.000.
Peta Revisi RTRW
Peta Revisi RTRW dikeluarkan oleh Bapedda Ka-
bupaten INHU tahun 2004 digunakan untuk acuan
tata guna lahan, Taman Nasional dan Suaka Mar-
gasatwa. Dimana data tersebut digunakan untuk
kesesuaian lahan bagi aktifitas pertambangan.
Data Lain
Data-data lain untuk mengetahui Gambaran umum
Kabupaten Indragiri Hulu digunakan data-data ta-
bel dari Indragiri Hulu dalam Angka tahun 2004.
DIAGRAM ALIR KEGIATAN
Diagram umum proses pembuatan peta dapat
dilihat pada Gambar 8. Peta potensi disusun ber-
dasarkan interpretasi citra satelit Landsat 7 TM
yang diperoleh dari Lapan yang kondisi rielnya
diperoleh dari survey lapangan sehingga diperoleh
cadangan tereka dan cadangan terukur. Proses
pembuatan cadangan tereka dapat dilihat pada dia-
gram alir interpretasi citra satelit seperti padaGambar 9. Data input citra disusun dalam kom-
posisi band 4, 5 dan 7 untuk selanjutnya dilakukan
klasifikasi. Hasil klasifikasi dicek ke lapangan,
untuk kenampakan lahan yang sesuai kemudian
dipetakan, dihasilkan peta hasil interpretasi atau
peta tereka. Survey Lapangan untuk mendapatkan
data potensi pertambangan dilakukan berdasarkan
hasil overlay peta tereka dengan peta Geologi.
Pengolahan Citra Satelit Landsat 7 TM
Dalam proses ekstraksi informasi dari suatucitra, pertama kali yang perlu diperhatikan adalah
jenis citra yang digunakan. Hasil rekaman yang
berupa data digital mencerminkan intesitas tenaga
yang dipantulkan atau yang dipancarkan oleh objek
dipermukaan bumi. Karena hasil data citra pen-
ginderaan tak lepas dari kesalahan baik itu yang
bersifat sistematik (yang telah diduga) maupun
yang bersifat asistematik (yang tak terduga) maka
sebelum citra dianalisis maka harus terlebih dahulu
dikoreksi yang meliputi koreksi radiometric dan
koreksi geometri agar informasinya sesuai dengan
keadaan sebenamya di permukaan bumi. yang ke-
mudian dilajutkan dengan pembuatan komposit
wama.
Koreksi geometric
Pada koreksi geometri citra Landsat 7 TM,
untuk transformasi lokasi piksel digunakan trans-
formasi linier dengan mengambil minimal 4 titik
sampel dengan RMS (Root Means Square) kurang
dari 0,05 dengan proyeksi SUTM 48 datum WGS
84, tipe koordinat Easting Northing, karenameskipun secara geomorfologi daerah kajian ber-
bukit-bukit akan tetapi dengan transformasi linier
saja memiliki tingkat error yang kecil, sedangkan
untuk relokasi piksel digunakan algoritma nearest
neighbor.
Berdasarkan hasil pengamatan pada ruang
spectral maupun karateristik respon objek terhadap
panj ang gelombang, maka untuk pengamatan
geologi permukaan digunakan saluran/band Citra
Landsat 7 TM band empat (0,76 - 0,90 urn) dimana
PROSES PEMBUATAN PETA
Gambar 7. Diagram Alir Proses Pembuatan Peta
Gambar 8. Diagram Alir Interpretasi Citra Satelit
24
8/7/2019 Gol C Indragiri Hulu
http://slidepdf.com/reader/full/gol-c-indragiri-hulu 6/11
dipilih agar tanggap terhadap sejumlah biomassa
vegetasi yang terdapat pada daerah kajian. Hal ini
membantu identifikasi tanaman dan akan
memperkuat kontras anatara tanaman-tanah dan
lahan-air. Saluran/band lima (1,55 - 1,75 urn), me-
rupakan suatu saluran yang dikenal penting untuk
penentuan jenis tanaman, kandungan air pada tana-man dan kondisi kelembabapan tanah. Dan salu-
ranlband tujuh (2,08 - 2,35 urn) yang penting un-
tuk pemisah formasi batuan, sedangkan melalui
teknik Look Up Tabel (LUT) dipilih wama merah
(Red) untuk band 4, hijau (Green) untuk band 5
dan biru (Blue) untuk band 7.
Komposit warna
Citra digital disusun oleh piksel-piksel yang
masing-masing mewakili 1 nilai digital. Piksel ini
merupakan unsur penyusun gambar yang mempun-
yai aspek spasial dan aspek spektral, sehingga da-
pat dinyatakan bahwa citra digital beroperasi pada
dua macam ruang yaitu ruang spasial dan ruang
spektral.Ruang spasial adalah ruang yang kita ke-
nal sehari-hari yang dapat dilihat dalam sistem
koordinat (x,y).
Meskipun data satelit tidak menampilkan in-
formasi-informasi secara langsung, aspek ini dapat
diturunkan dengan bantuan data ketinggian melalui
DEM (Digital Elevation Mode!). Model spasialpaling umum dari data digital adalah 'ruang' dua
dimensi berupa koordinat x dan y tiap piksel. Ru-
ang spektral merupakan salah satu titik tolak dalam
pendalaman teknik pengolahan citra.
Interpretasi visual
Pengamatan citra Landsat 7 TM cukup den-
gan mata telanj ang atau dengan lensa pembesar,
tanpa stereoskop dengan menggunakan unsur dasar
interpretasi yaitu rona, pola, tekstur, bentuk,
ukuran, letak, asosiasi, dan bayangan serta unsurdasar interpretasi geologi yaitu relief, pola saluran,
vegetasi dan budaya.
Karena yang tampak pada citra adalah materi
penutup permukaan bumi, maka untuk interpretasi
geologi yang ditekankan adalah delineasi yang
dalam pekerjaan ini dilakukan secara on screen
digitizing dengan menggunakan software Er Map-
per 6.4 terhadap keseragaman relief, pola saluran,
vegetasi dan budaya Gambar 14.
PENYUSUNAN BASIS DATA
Beberapa tahap dalam penyusunan basis data
yaitu digitasi data gratis, editing, tagging, inputing
data atribut,
I tt uen ta r is a si Po ten si ! J3a li anqa( ian ' Iambanq ('Mas6erry)
Digitasi data grafts
Tahap ini terdiri dari kegiatan pembuatan basis
data digital dari data-data gratis yang berupa Peta-
peta acuan (Peta Rupa Bumi, Peta Administrasi,
Peta Revisi RTRW & Peta Geologi) yang terdiri
dari tema batas administrasi baik propinsi, kabu-
paten, kecamatan dan desa, tema j alan yang terdiridari jalan utama dan jalan lain. Untuk pembuatan
data digital dengan basis vektor diperlukan kompo-
nen hardware berupa digitizer Calcom dengan
dilengkapi komponen software yang pada kegiatan
ini digunakan software AutoCAD Map 2000i untuk
kenampakan obyek yang detil. Pada Gambar 9 da-
pat dilihat contoh tampilan menu AutoCAD Map
2000i untuk proses digitizing.
Tampilan hasil proses on screen digitizing
menggunakan Auto CAD dapat dilihat pada Gam-
bar 10. Hasil perubahan format basis data ini selan-
jutnya siap untuk dilakukan editing, tagging dan
inputting data atribut.
Editing, tagging, inputting data atribut
Hasil digitasi data-data gratis kemudian diedit
melalui fasilitas yang disediakan oleh AutoCAD
Gambar 9. Menu AutoCAD Map 2000i
II' ,..~y.- ,~. YO._ ~, .. ... .. 1< ••• ~ ,.
I::!1 0 1 0 1 1j.1..tI~ ., . .:,0 ;1 _ . ~ 1:.:.": :'" 1 ' : . ; ; : ; flr,,:i!lo.! ill k h"J - :: 1 . .. ~ , . ;;:'111'.~". . = 0 1 [ : . 1 ; >( ";("'l,j( <1 ; : : 1 . li, '- l.
IH;I··III:O'-.. ' u . . . . . . . . . . . . . : : :i , l l, " ' II . . . . . . . . · ' i:l- ....- "'L-LL~ = . .. .~
: l r l ~ ~ ! J ~ { I ~ ~ G , i " ; ' ~ ~ " " ; 'iC <J ~ • I~ - ' ; S ~ ft>:"_.t,I·~ .;;( •
I /oi!'" I...~""(:4
I ~ ~ i ~ i
Gambar 10. Tampilan AutoCAD untuk
proses onscreen digitizing
25
8/7/2019 Gol C Indragiri Hulu
http://slidepdf.com/reader/full/gol-c-indragiri-hulu 7/11
J ur na ( S ai ns d a n ' l' ek ,n o (o g i 7(1) ' M ar et 2 00 8 : 2 0 -3 0
MAP dimana dapat dilakukan pekerjaan-pekerjaan:
• Untuk mengetahui adanya komponen-komponen
dangle dari garis (overshoot dan undershoot)
maupun pseudoline. Salah satu contoh tampilan
dalam proses editing menggunakan AutoCAD
MAP 2000i dapat dilihat pada Gambar 11.
• Menyediakan fasilitas transformasi koordinatdimana dalam kegiatan ini koordinat lokal di-
transformasi dengan koordinat lapangan hasil
survey dengan menggunakan sistem proyeksi
UTM dengan datum WGS 84 serta pemberian
atributl keterangan (data tabular) grafis hasil
digitasi
• Mengalamatkan (geocode) tabel berisi alamat
dan menampilkannya
• Menentukan atribut feature dimana fasilitas juga
dapat dilakukan dalam Maplnfo Professional
8.0.
Gambar 11. Tampilan AutoCAD MAP 2000i
untuk proses editing
Survey Lapangan
Kegiatan survai lapangan diperlukan untuk
melakukan cheking kesesuaian Peta Rekaan Ba-
tuan Potensial Tambang dengan keadaan se-
benamya (posisi dan kondisi fisik) dilapangan dan
untuk menentukan koordinat titik kontrol yang se-
benamya dengan menggunakan hardware berupa
GPS Navigasi dengan menggunakan metode dif-ferensial untuk menghasilkan error yang kecil.
Pada kegiatan juga dilakukan pengambilan sampel
yang selanjutnya diadakan pemeriksaan komposisi
kimia dari sampel di laboratorium. Prosedur survey
dapat dilihat pada Gambar 12.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Inventarisasi bahan galian tambang dibuat ber-
dasarkan hasil interpretasi citra satelit dan survey
lapangan. Interpretasi sate l it menghasilkan peta
interpretasi atau peta tereka, sedangkan peta ber-
dasarkan hasil survey lapangan disebut dengan
Peta Potensi Bahan Galian Tambang. Untuk lebih
jelasnya masing masing akan diuraikan lebih lanjut
sebagai berikut.
INTERPRETASI CITRA SATELIT
Interpretasi citra satelit dilakukan berdasarkan
diagram alir pada Gambar 8. Pertama tama adalah
membuat data satelit dengan komposisi band 4, 5dan 7 yang menghasilkan Gambar 13.
Dari citra komposit 4,5,7 (Gambar 13) tampak
bahwa daerah kajian, dalam hal ini Kabupaten
Indragiri Hulu secara deduksi dapat
dinterpretasikan bahwa diskripsi fisik yang
berkembang dapat dibedakan menjadi 4 bagian
yang terdiri dari kelompok morfologi perbukitan
bergelombang lemah yang mencakup 30% luas
wilayah Indragiri Hulu dengan kemiringan lahan
Gambar 12. Diagram Alir Survey Lapangan
Gambar 13. Citra Satet Komposisi Band 4, 5, 7
26
8/7/2019 Gol C Indragiri Hulu
http://slidepdf.com/reader/full/gol-c-indragiri-hulu 8/11
yang bervariasi dan bentuk bukit-bukit yang
sebagian memanjang dengan arah umumnya barat-
timur, bukit-bukit yang terisolir/terpisah-pisah
(inselberg) serta bentuk dataran yang mempunyai
lereng relatif landai sampai datar. Daerah ini
bertopografi membulat dengan lembah berbentuk
V dan lereng bukit antara 10-200, pola alirandaerah ini berpola dendritik-trellis.
Morfologi dataran terdapat pada daerah yang
mencakup 40% luas seluruh wilayah Indragiri
Hulu, membentang dari barat ke timur, umumnya
di sebelah barat lebih berkembang dari pada di
sebelah timur, tersusun oleh batuan seperti
batupasir, lempung, dan aluvium dan endapan
rawa dan sungai yang berumur kwarter-resen,
pola pengaliran didaerah ini dendritik, trallis dan
banyak terdapat meander-meander dan merupakan
daerah hunian, kemiringan lereng 0-5%.
Morfologi perbukitan kasar mencakup 10% luas
seluruh wilayah Indragiri hulu, terdapat pada
bagian selatan, bagian bawah bukit tiga puluh,
sanglap, dan bukit limau, umumnya membentuk
bukit berketinggian lebih dari 400 m dengan
topografi kasar lereng bukit 30-600 dan puncaknya
tidak beraturan, lembah sungai berbentuk V dan
pola pengalirannya dendritik. Perbukitan ini
dialasi oleh batubara dan granit. Secara genetik
merupakan perbukitan lipatan.Pada pola trellis, sungai utama dan cabang
sungainya membentuk suatu pola kisi yang mana
sungai utama mengalir mengikuti jalur yang lemah
biasanya jurus lapisan batuan dan cabang
sungainya mengalir disebelah lereng sungai. Pola
demikian dikontrol oleh struktur lipatan yang ada.
Sedangkan pada pola dendritik sungai-sungai
utama dan anak -anak sungai berpotongan tegak
lurus dan belahan sungai juga cenderung berbelah
secara tegak lurus. Pola demikian mengikuti jalur
lemah yang ditimbulkan karena adanya strukturpatahan, hanya saj a ada satu sungai besar yang
agaknya tidak mengikuti kedua pola diatas yaitu
sungai Indragiri yang mengalir seolah-olah tak
terpengaruh oleh jenis dan struktur batuan
dibawahnya. Sedangkan pola yang terlihat pada
sungai ini adalah meander dimana sungai berkelok
-kelok tanpa mengikuti alur yang jelas. Sungai
tersebut merupakan sungai Compound Streams
dan Composite Streams, karena mengalir pada
daerah dengan umur geomorfologi dan pada
struktur geologi yang berlainan. Untuk lebih
memperjelas potensi bahan galian tambang, telah
dilakukan klasifikasi yang menghasilkan data
seperti pada Gambar 15 berikut. Pada gambar
I t tuen tar isas i Po tens i !J3al ianqa(ian 'Iambanq ('Mas6erry)
tersebut terlihat bahwa sirtu (termasuk pasir kuarsa
lepas, pasir kuarsa-krakalan, lempung tufaan dan
batu pasir tufaan) berwama kuning-kuning keabu-
abuan, rona cerah-agak gelap.
Gambar 14. Hasil Klasifikasi Citra Satelit
Komposisi 4,5,7
Selanjutnya hasil klasifikasi terse but didigitasi
dan menghasilkan peta tereka seperti pada Gambar
15.
Berdasarkan atas hasil tersebut, kemudian
dengan menggunakan System Informasi Geografis,
maka masing-masing sebaran potensi bahan galian
adalah sebagai berikut: pasir lepas dengan luas
sebaran cadangan 3103332681,2930; lempung
dengan luas sebaran cadangan 2708914355,3493
nr'; pasir tufaan dengan luas sebaran cadangan
780109378,0721 m-; kaolin dengan luas sebarancadangan 772694,7061 rrr'.
PErlA IiIlSILI:>IJa:plU:r"'~1I_;I!R~
K H i u . . . .T F . ; >I 1 N rm ! , .1 . l 1 11 1 f l :l . T .'
~~:IJ\·lf'o~I{LU
-_ ...., ::::J'''''~
-~"'~=,~.~--'" -.~.
Gambar 15. Peta Tereka Hasil Interpertasi Satelit
KEADAAN MINERALISASI BAHAN GALIAN
TAMBANG (Perkiraan Potensi, Penyebaran,
Kadar/ kualitas dan Cadangan)
Perkiraan volume bahan galian tambang
dilakukan berdasarkan hasil pengamatan geologi
permukaan. Dari peta penyebaran bahan galian
tambang dapat ditentukan penyebarannya, baik
secara lateral yang berupa luas pelamparan, dan
penyebaran vertikal atau ketebalannya. Penentuan
volume cadangan dihitung dengan mengalikan luas
27
8/7/2019 Gol C Indragiri Hulu
http://slidepdf.com/reader/full/gol-c-indragiri-hulu 9/11
J u rn a ( S a in s d a n 'l 'e k ,n o( og i 7(1) 'M a r et 2 0 08 : 2 0- 30
eadangan dengan ketebalannya. Ketebalan
eadangan diperoleh dari garis-garis kontur tertinggi
dan kontur terendah pada peta rupa bumi (peta
topografi) yang mengandung suatu bahan galian.
Formula yang digunakan untuk menentukan
volume adalah sebagai berikut:
Vi =h!2 x (Ai-I+AD, jika AI/Ao >0,5
Vtotal=IlOVi
dimana:
Vi volume bahan galian ke-i
Vtotal volume bahan galian total
h interval garis kontur yang membatasi Ai
dan Ai-I
Ai luas bahan galian yang dibatasi oleh
kontur ke iAi-I luas bahan galian yang dibatasi langsung
oleh kontur di bawahnya
Sedangkan jika AI/Ao < 0,5, maka dipakai
formula:
V i = ! ! _ x( A i_ 1+ A i + ~ A i_ 1
XA i )3
rP.T'~ 1'L)'iTji.,::;r"K....n. \. ;. ;~I . r . . .r."
&.,Dl'J '_UE-.."'Ii'IW::..:".GIJsllroE..T.."
I{Hlhl"~IIl!I~LI
,/
Gambar 16. Peta Potensi Bahan Galian Tambang
Garis ketinggian (kontur) yang tampak pada
peta potensi bahan galian tambang ini diperoleh
dari hasil interpretasi eitra (pembuatan profil 3
dimensi), dan garis kontur pada peta rupa bumi
yang kemudian dilakukan koreksi melalui
pengukuran ketinggian di lapangan. Peta sebaran
bahan galian tambang di Kabupaten Indragiri Hulu
dari hasil survei lapangan dapat dilihat pada
Gambar 16.
Adapun potensi sumber daya mineral di wilayah
ini dapat dibagi ke dalam 3 jenis, yakni:I. Bahan Galian Golongan A (strategis)
II. Bahan Galian Golongan B (vital)
III. Bahan Galian Golongan C.
I. Bahan Galian Golongan A (strategis)
Yang termasuk bahan galian golongan A di
wilayah ini dijumpai (Notasi A):
A.1. Minyak bumi
Di wilayah utara yakni di sepanjang Antiklin
Japura, dijumpai sumur-sumur pemboran minyak
bumi yang telah diupayakan oleh Pertamina EPII dan Medeo.
Deskripsi
Formasi-formasi batuan yang menjadi reservoir
hidrokarbon umumnya formasi Muara Enim
(Tmpm) pada Antiklin Japura yang dibatasi oleh
Sesar Barangan di utaranya. (Peta Geologi).
1. Penyebaran
Antiklin Japura berarah Barat Laut- Tenggara
searah dengan struktur regional Pulau Sumatra.
2. Perhitungan Cadangan
Menurut laporan Menteri ESDM mengenai
Perhitungan Realisasi Alokasi Lifting Minyak
Mentah, maka daerah Inderagiri Hulu memiliki
potensi prognosa lifting 837,72 (ribu barrel);
Total 2005 lifting 834, 60 (ribu barrel) (Menteri
ESDM, 2005).
II. Bahan Galian Golongan B (vital)
Yang termasuk bahan galian golongan B di
wilayah ini dijumpai ((Notasi B):
Deskripsi:Batubara, kilap tanah, hitam keeoklatan, rapuh
mudah haneur, sisa serat kayu. N115°EI12°.
Singkapan batubara dengan batu pasir, tebal
batubara 2-7 m.
Penyebaran:
Potensi batubara di Kabupaten Indragiri Hulu
eukup besar dan terdapat di beberapa wilayah
keeamatan serta belum dimanfaatkan seeara
optimal. Sumber daya batubara di Kabupaten
Indragiri Hulu terbagi dalam 2 blok, yaitu blok
Peranap dan blok Seberida. Lokasi keterdapatanbatubara di Kabupaten Indragiri Hulu adalah di
Keeamatan Batang Gangsal, Keeamatan Batang
Cenaku, Keeamatan Seberida, Keeamatan Rakit
Kulim, Keeamatan Kelayang, Keeamatan
Peranap dan Keeamatan Batang Peranap.
Pada daerah Simpang Granit dijumpai ketebalan
batubara 7 meter berupa perlapisan dengan
kemiringan hampir tegak (dip perlapisan 85°) ini
menunjukkan telah terjadi pensesaran yakni
sesar anjakan atau naik. Kemenerusan lapisan
tersebut ke arah bawah permukaan tanah.
Umumnya ketebalannya sekitar 1 samp ai 4
meter. Lapisan batubara tersebut terdapat dalam
Formasi Telisa (Anggota Bawah Formasi Telisa)
28
8/7/2019 Gol C Indragiri Hulu
http://slidepdf.com/reader/full/gol-c-indragiri-hulu 10/11
dengan kemiringan berkisar antara 8°_12°.
Total cadangan:
Ketebalan rata-rata = 3 m, sebaran
328.351.378 m2, volume = 184.769.635 m',
berat =12.805.703.756 ton.
III. Golongan Bahan Galian yang tidaktermasuk golongan A dan B.
Yang termasuk bahan galian golongan C di
wilayah ini dijumpai (Notasi C):
1. Sirtu (pasir batu) dan Tanah Urug termasuk
di dalamnya pasir kuarsa lepas, lempung
dan tuf lempungan, batupasir tufan.
2. Granit
3. Kaolin
4. Bentonit
Sirtu (pasir batu) dan Tanah Urug
Termasuk di dalamnya:
1. Pasir kuarsa lepas
2. Batu pasir-kerakal kuarsa
3. Lempung dan tuf lempungan
4. Batu pasir tufan
Sirtu dan tanah urug
Sirtu adalah nama singkatan dari pasir dan
batu, hal ini dipertimbangkan dipergunakan
karena sirtu mempunyai komposisi
mineralogi dan ukuran yang sangat beragam.Dengan demikian apabila seseorang
menyebut nama sirtu, para akademisi tidak
dapat menyebutkan Komposisi mineral dan
ukurannya apabila belum mengetahui batuan
asal pembentuknya.
Penyebarannya
Di Kecamatan Batang Cenaku dan
Kecamatan Batang Gangsal. Sebagian telah
ditambang dan dimanfaatkan oleh masyarakat
untuk kepentingan proyek-proyek
pembangunan jalan dan perawatan jalan diKabupaten Indragiri Hulu. Tanah urug
terdapat hampir di semua kecamatan di
Kabupaten Indragiri Hulu.
Pasir kuarsa lepas
Pasir kuarsa lepas mempunyai komposisi
gabungan dari Si02, Fe203, Ah03, Ti02,
CaO, MgO, dan K20, berwarna putih bening
atau warna lain bergantung pada senyawa
pengotornya, kekerasan 7 (skala Mohs), berat
jenis 2,65, titik lebur 1715° C, bentuk kristal
hexagonal, panas sfesifik 0,185, dan
konduktivitas panas 12° - 100° C.
Dalam kegiatan industri, penggunaan pasir
kuarsa sudah berkembang meluas, baik
29
I tt uen ta r is a si Po ten si ! J3a li anqa( ian ' Iambanq ('Mas6erry)
langsung sebagai bahan baku utama maupun
bahan ikutan. Sebagai bahan baku utama,
misalnya digunakan dalam industri gelas kaca,
semen, tegel, mosaik keramik, bahan baku
fero silikon, silikon carbide bahan abrasit
(ampelas dan sand blasting).
Deskripsi:Warna Kuning kecoklatan, ukuran butir pasir-
kerikil, mineral kuarsit, komposisi silika.
Batupasir-batupasir konglomerat, kuarsit,
felspar, lempung, konglomeratan.
Penyebaran:
S. Arang dan Simpang Granit-Danau Rambai
di Batang Gangsal, berupa perbukitan
bergelombang kasar, pemanfaatan lahan
berupa kebunltegalan. Pangkalan kasai, S.
Putihan, Kec. Siberida, Anak Talang,
Kelayang. Pasir Ketapi-Pasir Penyu: pasir
lepas, tersebar mengikuti morfologid a tar an,
juga di meander, sepadan sungai. Di daerah
Pesajian-Bt Peranap berupa sedimen gosong,
meander-bantaran sungai. Pasar Ringgit-
Rengat Barat, berupa pasir lepas, pada
morfologi datar dan bermeander, sepadan
sungai pasir, krikil, kuarsit, felspar, lempung,
bersifat lepas. Pesajian-Bt Peranap berupa:
pasir lepas, gosong, meander, bantaran sungai
kuning kecoklatan, pasir-kerikil, kuarsit,silika.
Kadar/kualitas:
Hasil analisa saringan, analisa gradasi butiran-
metoda mekanik di Laboratorium Bahan dan
Mektan Universitas Riau, menunjukkan bahwa
sampel no.ss 0028, lokasi Pasar Ringgit yang
mempunyai kualitas yang paling baik dengan
kandungan lempung 4,59%, kerikil 0,00%,
pasir 95,41%, kadar Cu 7,24, Cc 0,71.
Cadangan:
Sebaran =1.178.354.488,581m2, ketebalan 10m, volume = 11.783.544.886 m', berat =
153.186.083.516 ton.
Granit
Granit merupakan salah satu batuan beku, yang
bertekstur granitik dan struktur holokristalin,
serta mempunyai komposisi kimia ±70% Si02
dan ± 15% Ah03, sedangkan mineral lainnya
terdapat dalam jumlah kecil, seperti biotit,
muskovit, hornblende, dan piroksen. Umumnya
granit berwarna putih keabuan, Sebagai batu
hias warna granit lainnya adalah merah, merah
muda, coklat, abu-abu, biru, hijau dan hitam,
hal ini tergantung pada komposisi mineralnya.
8/7/2019 Gol C Indragiri Hulu
http://slidepdf.com/reader/full/gol-c-indragiri-hulu 11/11
J ur na ( S a in s d a n ' l' ek ,n o (o g i 7(1) ' M ar et 2 0 08 : 2 0 -3 0
Kaolin
Kaolin merupakan masa batuan yang tersusun
dari material lempung dengan kandungan besi
yang rendah, dan umumnya berwama putih
atau agak keputihan. Kaolin mempunyai
komposisi hidrous alumunium silikat
(2H20.Ah03.2Si02), dengan disertai mineralpenyerta.
Proses pembentukan kaolin (kaolinisasi) dapat
terjadi melalui proses pelapukan dan proses
hidrotermal alterasi pada batuan beku
felspartik. Endapan kaolin ada dua macam,
yaitu: endapan residual dan sedimentasi.
Sifat-sifat mineral kaolin antara lain, yaitu: ke-
kerasan 2-2,5, berat jenis 2,6-2,63, plastis,
mempunyai daya hantar panas dan listrik yang
rendah, serta pH bervariasi.
Deskripsi:
Wama putih, berukuran lempung, mineral
silika, kekerasan lembek.
Penyebaran:
Penyebaran kaolin di daerah penelitian tersebar
di Desa Bulu Rumbai, Danau Rumbai,
Pangkalan Kasai, Kecamatan Siberida, Sungai
Akar, Kecamatan Batang Gangsal, Kecamatan
Peranap. Endapannya terdapat dibawah pasir
kuarsa, deposit kaolin terbesar di Desa Danau
Rumbai. Di daerah ini juga dilakukanpengeboran sedalam 2 m dengan menggunakan
Bor Tangan (Hand Auger).
Cadangan:
Sebaran =44.900.333,117 nr', tebal rata-rata =
3 m, volume = 224.501.666 m', berat =
3.592.026.649 ton.
Bentonit
Bentonit adalah istilah pada lempung yang
mengandung monmorillonit dalam dunia
perdagangan dan termasuk kelompokdioktohedral. Penamaan jenis lempung
tergantung dari penemu atau peneliti, misal ahli
geologi, mineralogi, mineral industri dan lain-
lain.
Bentonit dapat dibagi menjadi 2 golongan
berdasarkan kandungan alumunium silikat
hydrous, yaitu activated clay danfuller's Earth.
Activated clay adalah lempung yang kurang
memiliki daya pemuc at, tetapi daya
pemucatnya dapat ditingkatkan melalui
pengolahan tertentu. Sementara itu, fuller's
earth digunakan di dalam fulling atau
pembersih bahan wool dari lemak.
Penyebaran:
Tersingkap di belakang kantor Kalurahan Desa
Semelinang Tebing, Kecamatan Peranap dan di
tepi Sungai Batang Kuantan Kec. Peranap.
Cadangan:
Sebaran =7.590.138,445 nr', ketebalan rata-rata
=4 m, berat =30.360.553,78 ton.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Kabupaten Daerah Tingkat II Indragiri Hulu
memiliki potensi bahan galian tambang yang besar
dinilai dari aspek komoditas. Bahan galian tambang
yang paling prospek adalah minyak bumi, batubara,
kaolin, bentonit, pasir kuarsa dan granit. Batubara
di Kabupaten Indragiri Hulu terbagi dalam 2 blok
yaitu: Blok Peranap dan Blok Seberida.
Melihat berkembangnya kegiatan sub-sektor ini
menimbulkan berbagai harapan bagi pembangunan,
seperti penyerapan tenaga kerja, pembangunan
ekonomi daerah, penganekaragaman komoditi
mineral serta peningkatan pendapatan asli daerah
(PAD).
Saran
Perlu segera dieksplorasi lebih lanjut daerah-daerah
yang prospek tambang, terutama lokasi -lokasi layak
tambang yang mempunyai deposit prospek dan
volume cadangan besar yakni, batu bara, kaolin,
bentonit, pasir kuarsa.Perlu evaluasi secara menyeluruh terhadap potensi
bahan galian tambang dan faktor-faktor pendukung
pertambangannya di Propinsi Daerah Tingkat I
Riau demi pengembangan sektor pertambangan
khususnya dan peningkatan Pendapatan Asli
Daerah dan Masyarakat luas pada umumnya.
DAFTAR PUSTAKA
Bemmelen, R. W.Van. 1949. The Geology of Indonesia,
Vol. lA, General geology of Indonesia and adja-
cent archipelagos Govt printing office the Hagus.
Direktorat Jendral Pertambangan Umum. Jenis Ba-
han Galian yang diusahakan oleh Perusahaan Per-
tambangan Swasta Nasional, Perusahaan Daerah
dan Koperasi, Pameran Produksi Indonesia, 1990.
Direktorat Pertambangan Depertemen Pertamban-
gan. Buku Pedoman Bahan Galian Indonesia, 1950
- 1965.
De Coster, G.L. 1974. The Geology of the Central and
South Sumatra Basins. Proc. 3rdAnnual Conf. IPA,
77-110.
Jensen, J. R. 1986. Introductory Digital Image Process-
ing, Printice - Hall, USA
Lillesand, T. M. & Kiefer R.W. 1979. Remote Sensingand Image Interpretasion, Jhon Wiley and Sons,
Newyork.
Susanto. 1994. Penginderaan Jauh Jilid 2. Gadjah Mada
University prees Edisi II, Yogjakarta.
30