global strategy for asthma management and prevention
DESCRIPTION
untuk managemen asma secara globalTRANSCRIPT
Global Strategy for Asthma Management and Prevention
PENDAHULUANPenyakit asma merupakan proses inflamasi kronik
saluran pernafasan yang melibatkan banyak sel dan elemennya
Proses inflamasi kronik ini menyebabkan saluran pernafasan menjadi hiperesponsif, sehingga memudahkan terjadinya bronkokonstriksi, edema dan hipersekresi kelenjar, yang menghasilkan pembatasan aliran udara di saluran pernafasan dengan manifestasi klinis yang bersifat periodik berupa mengi, sesak nafas dan dada terasa berat, batuk-batuk terutama malam hari atau dini hari
Penyakit asma menjadi masalah kesehatan yang serius di seluruh dunia, selain biaya pengobatan yang harus dikeluarkan, juga terganggunya kualitas hidup (lost of productivity) dan kehilangan waktu bersama keluarga (indikasi rawat inap pasien asma), bahkan dapat menyebabkan kematian (asma yang tidak terkontrol)
Penyakit ini dapat mengenai semua golongan umur
Prevalensi asma meningkat setiap tahunnya, terutama pada usia anak-anak.
Prevalensi, mortalitas & morbiditasDiperkirakan lebih 300 juta penduduk dunia
menderita asmaPrevalensi asma di seluruh dunia berkisar antara 1-
18% yang berbeda-beda masing negara, termasuk juga prevalensi berdasarkan umur
Terjadi peningkatan prevalensi asma pada anak-anak, dan kecendrungan ini hampir terjadi pada semua negara
WHO pada tahun mengestimasi lebih dari 15 juta penderita asma diseluruh dunia kehilangan produktifitasnya, dan terjadinya kematian karena asma pada 250.000 orang setiap tahunnya di seluruh dunia
Amerika Serikat, Sekitar 5-18% penduduknya menderita asmaTahun 1982-1992 terdapat peningkatan
sebesar 42%. Jumlah pasien asma anak dibawah umur 16
tahun mencapai 12 juta orangSekitar 470.000 pasien asma dirawat di
rumah sakit dengan angka kematian 5000 orang/tahun
IndonesiaDiperkirakan jumlah pasien asma 2-5% dari
penduduk IndonesiaBerdasarkan Survei Kesehatan Rumah
Tangga (SKRT) tahun 1986 diperkirakan jumlahnya itu 7,6%
Pada SKRT 1992 : asma , bronkitis kronik dan emfisema dinyatakan sebagai penyebab kematian no 4 di Indonesia.
Tahun 1995 : prevalensi asma : 13/1000
Aspek Sosial Ekonomi AsmaMasalah asma sangat terkait dengan aspek
sosial ekonomi yang saling terintegrasi, pada akhirnya menentukan pengetahuan masyarakat tentang asma dan cara perawatan dan penanganannya.
Secara ekonomi : pelayanan kesehatan, obat-obatan, tidak hanya bagi penderita juga beban kepada negara.
Secara sosial : penderita asma kehilangan waktu untuk sekolah dan bekerja (kualitas hidup terganggu)
Faktor Resiko1. Faktor Individu
1. Genetik2. Obesitas3. Jenis Kelamin
2. Faktor Lingkungan 1. Alergen, indoor : tungau rumah, bulu binatang,
kecoak, jamur. Outdoor : serbuk bunga, jamur, dll2. Infeksi3. Occupational sensitizer4. Rokok5. Indoor and out door pollutan6. Diet
3. Faktor lingkungan mencetuskan eksaserbasi dan atau menyebabkan gejala-gejala asma menetap
Alergen di dalam dan luar ruangan Polusi di dalam dan luar ruangan Infeksi pernafasan Aktivitas fisik dan hiperventilasi Perubahan cuaca Sulfur dioksida Makanan, aditif (pengawet, penyedap, pewarna
makanan) dan obat-obatan Ekspresi emosi yang berlebihan Asap rokok Iritan
Pengobatan Asma1. Obat pereda (reliever)2. Obat pengendali (controller)
The Global Initiative for Asthma (GINA) Dibentuk pada tahun 1993 yang berkolaborasi dengan
the National Heart, Lung, and Blood Institute, National Institutes of Health, USA, and the World Health Organization
Tujuan utama GINA : menentukan dan merumuskan strategi penanganan asma , dimana strategi tersebut berdasarkan kepada kesepakatan yang dibentuk oleh para tenaga kesehatan yang merupakan ahli dan kompeten dari seluruh dunia
GINA bekerjasama dengan petugas kesehatan yang profesional, pekerja kesehatan masyarakat di seluruh dunia untuk menurunkan prevalensi asma, angka kesakitan dan angka kematian karena asma
Through resources such as evidence-based strategy documents for asthma management, GINA is working to improve the lives of people with asthma in every corner of the globe.
GINA's Global Strategy for Asthma Management and Prevention presents a comprehensive plan to manage asthma with the goal of reducing chronic disability and premature deaths while allowing patients with asthma to lead productive and fulfilling lives.
Manajemen AsmaDalam pengobatan asma harus ada saling bekerja
sama antara pihak-pihak yang terkaitManajemen asma yang direkomendasikan adalah,
adanya kolaborasi 5 unsur yang terkait :1. Kerjasama dokter-pasien2. Identifikasi dan menghindarkan faktor resiko3. Asessment (evaluasi) terhadap pengobatan dan
monitor asma4. Manajemen yang baik untuk asma eksaserbasi akut5. Adanya pertimbangan-pertimbangan lain yang
dianggap penting
Kerjasama Dokter pasienEdukasiKesepakatan untuk mencapai tujuan bersamaSelf monitoringRegular reviewWritten action plan
Asessment (evaluasi) terhadap pengobatan dan monitor asmaSetiap pasiean asma harus dievaluasi apakah
dia menjalani terapi dengan baikInstrumen yang dapat digunakan untuk pasien
asma untuk menilai pengobatan : Instrumen Asthma Controll Test, Asthma ControlQuestioner, Asthma Therapy Questioner, Asthma Control Scoring System
Identifikasi dan menghindarkan faktor resikoMenghindari dan menghilangkan faktor
resiko yang berhubungan dengan allergen
Pertimbangan khususAsma pada kehamilanPembedahan (surgery)ObesityAspirin induced asmaGastrooesofageal refluk
Implementasi di Pelayanan KesehatanImplementasi tentang penangananan asma harus
dilaksanakan setiap tingkat pelayanan kesehatan dan juga melibatkan stakeholder di setiap tingkat pelayanan, mulai dari dokter umum sampai ke dokter spesialis
Penerapan nya harus disesuaikan dengan kondisi setempat dan juga sosial ekonominya (tidak sama untuk setiap daerah) /cost effectiveness
Salah satu unsur penting dalam implementasi adanya evaluasi terhadap program dan tetap menjaga mutu pelayanan terhadap pasien asma
Program Pengendalian Asma ASMA tergolong penyakit saluran pernafasan
kronik yang membutuhkan perhatian khusus, mengingat penyakit ini tergolong serius. Di Indonesia, penyakit asma termasuk penyakit yang mendapat perhatian khusus pemerintah.
Program Pengendalian Asma pun diatur dalam Kepmenkes No. 1023/Menkes/SK/XI/2008 Tentang Pedoman Pengendalian Asma.
Program tersebut antara lain:1. Komunikasi, Informasi dan Edukasi:
Meningkatkan pengetahuan, motivasi dan partisipasi masyarakat. Merubah sikap dan perilaku dalam pengendalian asma. Meningkatkan kemandirian masyarakat dalam pengendalian asma. 2. Meningkatkan kerjasama aktif seluruh komponen masyarakat. 3. Memberikan perlindungan dan menurunkan jumlah kelompok masyarakat yang terpapar faktor risiko asma (Penerapan hunian bebas rokok, Kawasan tanpa rokok di TTU, Mall, Tempat kerja, Sarana pendidikan), dan upaya menurunkan polusi udara melalui program kesehatan lingkungan.
Program tersebut antara lain:4. Penemuan kasus secara aktif dan pasif
termasuk tatalaksananya, melalui revitalisasi Puskesmas untuk meningkatkan pelayanan kesehatan penyakit asma di fasilitas pelayanan dasar. 5. Pengumpulan data Faktor Risiko dan Kasus, termasuk diseminasi informasi dan tindak lanjut, melalui kegiatan surveilans epidemiologi.
Pengembangan program juga telah dilakukan antara lain : 1. Kegiatan Pengendalian Asma terintegrasi dengan Program Tb dan Pneumonia melalui Pendekatan Practical Approach To Lung Health (PAL) berdasarkan pendekatan sindrom dalam tatalaksana pasien gangguan saluran pernafasan. PAL baru diujicoba di 3 Propinsi (DKI Jakarta, Jawa Barat & Lampung) 2. Pengendalian Asma melalui Pemberdayaan Masyarakat (POSBINDU PTM), dengan cara wawancara dan deteksi dini dengan alat penunjang sederhana (peakflow meter), dan tindak lanjut dini melalui konseling dan merujuk ke Puskesmas.
Pencegahan:Pencegahan primer
ditujukan untuk mencegah sensitisasi pada bayi dengan risiko asma (orangtua asma), dengan cara :
• Penghindaran asap rokok dan polutan lain selama kehamilan dan masa perkembangan bayi/anak
• Diet hipoalergenik ibu hamil, asalkan / dengan syarat diet tersebut tidak mengganggu asupan janin
• Pemberian ASI eksklusif sampai usia 6 bulan• Diet hipoalergenik ibu menyusui
Pencegahan sekunder ditujukan untuk mencegah inflamasi pada
anak yang telah tersentisisasi dengan cara menghindari pajanan asap rokok, serta allergen dalam
ruangan terutama tungau debu rumah.
Pencegahan tersierditujukan untuk mencegah manifestasi asma pada anak
yang telah menunjukkan manifestasi penyakit alergi.
Sebuah penelitian multi senter yang dikenal dengan nama ETAC Study (early treatment of atopic children) mendapatkan bahwa pemberian Setirizin selama 18 bulan pada anak atopi dengan dermatitis atopi dan IgE spesifik terhadap serbuk rumput (Pollen) dan tungau debu rumah menurunkan kejadian asma sebanyak 50%.
Perlu ditekankan bahwa pemberian setirizin pada penelitian ini bukan sebagai pengendali asma (controller).
Terima kasih