gangguan fungsi empedu, cholelithiasis,

42
GANGGUAN FUNGSI EMPEDU, CHOLELITHIASIS, DAN KOLESISTITIS KELOMPOK 7

Upload: irfani-syafri

Post on 11-Jan-2016

57 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Gangguan Fungsi Empedu, Cholelithiasis,

TRANSCRIPT

GANGGUAN FUNGSI EMPEDU, CHOLELITHIASIS,

DAN KOLESISTITIS

KELOMPOK 7

Kelompok

7

1. Rahman (C12113741)2. Muhammad Bilal (C12113742)3. Rudi Abas (C12113743)4. Anyong Said (C12113744)5. Muh. Misrajuddin Syaf (C12113745)6. Rasid Ridha Hi. Adam (C12113746)7. Abdul Halim (C12112259)8. Fenty Aprilianah.H (C12112260)9. Syahraeni Abdullah (C12112261)10. Intan Tryana (C12112262) 11. Harsiah Risky (C12112263)12. Reifen Sahelangi (C12112264)13. Yulianti M.Yunus (C12112265)14. Devi Ismayanti (C12112266)15. Rusnayanti (C12112267)16. Muh. Khaerulrizal (C12112268)

Anfis Secara Singkat

GANGGUANFUNGSIEMPEDU

Gangguan Fungsi Empedu :Atresia Biliaris

DEFINISI

Atresia biliaris adalah suatu kaeadaan dimana terjadi gangguan dari sistem bilier ekstra

hepatik atau dimana saluran empedu tidak terbentuk atau tidak berkembang secara

normal.

ETIOLOGI

Penyebab dari Atresia bilier tidak diketahui dengan pasti . Atresia bilier terjadi selama periode fetus atau neonatal kemungkinan trigger nya adalah salah satu atau kombinasi faktor yaitu: Infeksi dengan virus atau bakteri Masalah sistem imun Komponen empedu yang abnormal Ganguan pertumbuhan dari liver dan duktus biliaris Mutasi genetik dengan perubahan permanen struktur

gen

MANIFESTASI KLINIK

Jaundice

Urin berwarna gelap

Tinja berwarna

Berat badan tidak bertambah atau penambahan berat badan lambat

PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

1. Laboratorium: Pemeriksaan darah, urine, dan feses untuk menilai fungsi hati dengan peninggian bilirubin

2. Biopsi liver3. Imejing

o USGo Skintigrafi : HIDA scano Kholangiografi

- Intra operatif atau perkutaneus kholangiografi melalui kandung empedu yang terlihat- Endoscopic retrograde cholangiopancreatography

(ERCP)o MRI

- MRCP- Peninggian sinyal daerah periportal pada T2 weighted images

PENATALAKSANAAN

Penatalaksanaan pasien dengan atresia biliaris dilakukan melalui prosedur pembedahan. Yang dikenal dengan istilah prosedur kasai atau transplantasi hati. (National Digestive Disease Information Clearinghouse, 2012)

Tujuannya untuk mengangkat daerah yang mengalami atresia dan menyambung hepar langsung ke usus halus sehingga cairan empedu dapat langsung keluar ke usus halus disebut juga Roux-en-Y hepatoportojejunostomy .

CHOLELITHIASIS

DEFINISI

Cholelithiasis merupakan suatu kondisi medis dimana batu empedu terbentuk di dalam kandung empedu.

Cholethiasis pada hakikatnya merupakan endapan satu atau lebih komponen empedu yaitu kolesterol, bilirubin,

garam empedu, kalsium, protein, asam lemak, dan fosfolipid. Batu empedu memiliki komposisi dengan tiga

jenis yaitu pigmen, kolesterol, dan batu campuran.

ETIOLOGI DAN FAKTOR RISIKO

Etiologi empedu sebenarnya masih belum diketahui sepenuhnya, akan tetapi, tampaknya faktor predisposisi terpenting adalah gangguan metabolisme yang menyebabkan terjadinya perubahan komposisi

empedu. Perubahan komposisi empedu kemungkinan merupakan faktor terpenting dalam pembentukan batu empedu. Sejumlah penyelidikan menunjukkan

bahwa penderita batu empedu kolesterol menyekresi empedu yang sangat jenuh dengan kolestrol. Kolesterol yang berlebihan ini mengendap dalam

kandung empedu (dengan cara yang belum dimengerti sepenuhnya) untuk membentuk batu empedu.

Akan tetapi, infeksi mungkin lebih sering timbul sebagai akibat dari terbentuknya batu empedu dibandingkan sebagai penyebab terbentuknya

batu empedu.

CON’T

Beberapa faktor yang diduga berperan dalam pembentukan batu empedu: Faktor Genetik Faktor Etnis Infeksi Helico- bacter pylori

PATOGENESIS KOLELITIASIS

Kolesterol bersifat tidak larut air dan dibuat menjadi larut air melalui agregasi garam empedu dan lesitin yang dikeluarkan bersama-sama ke

dalam empedu. Jika konsentrasi kolesterol melebihi kapasitas solubilisasi empedu (supersaturasi), kolesterol tidak lagi mampu berada dalam keadaan

terdispersi sehingga menggumpal menjadi kristal-kristal kolesterol monohidrat yang padat.

Batu empedu kolesterol dapat terjadi karena tingginya kalori dan pemasukan lemak. Konsumsi lemak yang berlebihan akan menyebabkan penumpukan di dalam tubuh sehingga sel-sel hati dipaksa bekerja keras

untuk menghasilkan cairan empedu.Kolesterol yang berlebihan ini mengendap dalam kandung empedu dengan cara yang belum dimengerti

sepenuhnya.

MANIFESTASI KLINIS

Penderita kolelitiasis sering mengalami gejala kolesistitis akut atau kronis. Bentuk akut ditandai dengan: Nyeri hebat mendadak pada epigastrium atau abdomen kuadran

kanan atas yang dapat menyebar ke punggung dan bahu kanan. Berkeringat banyak atau berjalan mondar-mandir atau berguling ke

kanan dan ke kiri di atas tempat tidur. Nausea dan muntah juga sering terjadi.

Pada anak-anak, gejala klinis yang sering ditemui adalah adanya nyeri bilier dan obstructive jaundice.

KOMPLIKASI

KolesistitisKolangitisHidropsEmpiema

PEMERIKSAAN PENUNJANG

UltrasonografiKoleskintigrafiERCP (Endoscopic retrograde cholangiopancreatography)Pemeriksaan laboratorium: pemeriksaan darah lengkap, tes fungsi hepar, kadar lipase dan amilase serum.

PENATALAKSANAAN

a. Non bedahPengoabatan paliatif untuk pasien ini adalah dengan menghindari

makanan dengan kandungan lemak yang tinggi. Pada fase akut, banyak pasien mencapai remisi dengan istirahat, cairan IV, isap nasogastrik, analgetik dan antibiotic. Adapun penatalaksanaan yang lain seperti : ERCP (Endoscopic retrograde cholangiopancreatography) Extracorporeal Shock Wave Lithotripsy (ESWL) b. Bedah

Tindakan bedah dalam penatalaksanaan batu empedu sering dilakukan kolesistektomi, yaitu pembedahan untuk mengangkat kandung empedu dan atau pengangkatan batu dari duktus coledokus (koledokolitotomi).

ASUHAN KEPERAWATANCHOLELITHIASIS

ASUHAN KEPERAWATAN

Dalam pengkajian keperawatan dapat dilihat aspek: aktivitas/latihan lemah, gelisah Sirkulasi dengan takikardia Berkeringat Eliminasi dengan gejala perubahan feses berwarna tanah liat, steatorea, urine

pekat, gelap, distensi abdomen dengan terba massa pada kuadran atas Sering anoreksia mual/muntah nyeri epigastrium mulai tiba-tiba dan memuncak dalam 30 menit Tandanya nyeri lepas otot tegang atau kaku bilak kuadran kanan atas ditekan tanda Murphy positif seing disertai demam.

Pengkajian

ASUHAN KEPERAWATAN

1. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri fisik (obstruksi, proses pembedahan)

2. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan yang berlebihan (mual, muntah, drainase selang yang berlebihan)

3. Ketidakseimbangan nutrisi behubungan dengan ketidakmampuan untuk ingesti dan absorbsi makanan

Diagnosa Keperawatan

ASUHAN KEPERAWATAN

Intervensi untuk Dx 1a. Observasi dan catat lokasi, beratnya (skala 0-10) dan karakter nyeri

(menetap, kolik, hilang timbul)b. Catat respon terhadap obat, dan laporkan kepada dokter jika nyeri hilangc. Tingkatkan tirah baring, biarkan pasien melakukan posisi yang nyamand. Gunakan sprei halus/katun; cairan kalamin; minyak mandi (alpha keri);

kompres dingin/lembab sesuai indikasie. Kontrol suhu lingkunganf. Dorong menggunakan .teknik relaksasi, contoh bimbing imajinasi, visualisasi,

latihan jalan napas dalam. Berikan aktivitas senggang.g. Sediakan waktu untuk mendengar dan mempertahankan kontak dengan

pasien seringh. Pertahankan status puasa, masukan/pertahankan penghisapan NG sesuai

indikasi.

Intervensi

ASUHAN KEPERAWATAN

Intervensi untuk Dx 2a. Perhatikan masukan dan haluaran akurat, pertahankan haluaran kuran dari

masukan, peningkatan berat jenis urine. Kaji memberan mukosa/kulit, nadi perifer, dan pengisian kapiler.

b. Awasi tanda/gejala peningkatan/berlanjutnya mual/muntah, kram abdomen, kelemahan kejang, kejang ringan, kecepatan denyut jantung tak teratur, parestesia, hipoaktif atau tak adanya bising usus, depresi pernapasan

c. Hindarkan dari lingkungan yang berbaud. Lakukan kebersihan oral dengan pencuci mulut; berikan minyake. Gunakan jarum kecil untuk injeksi dan melakukan tekanan pada bekas suntikan

lebih lama dari biasanyaf. Kaji perdarahan yang tidak biasanya, contoh perdarahan terus menerus pada sisi

injeksi, mimisan, perdarahan gusi, ekimosis, petekie, hematemesis/melena.g. Pertahankan pasien puasa sesuai keperluanh. Masukkan selang NG, hubungkan ke penghisap dan pertahankan patensi sesuai

indikasi

Con’t

ASUHAN KEPERAWATAN

Intervensi untuk Dx 3a. Kaji distensi abdomen, bertahak, berhati-hatib. Perkirakan/hitung pemasukan kalori. Jaga komentar tentang nafsu makan

sampai minimal.c. Timbang sesuai indikasid. Konsul tentang kesukaan/ketidaksukaan pasien, makanan yang

menyebabkan distress, dan jadwal makan yang disukai.e. Berikan suasana menyenangkan pada saat makan, hilangkan rangsangan

berbau.f. Berikan kebersihan oral sebelum makang. Tawarkan minuman seduhan saat makan, bila toleranh. Ambulasi dan tingkatkan aktivitas sesuai toleransi

Con’t

ASUHAN KEPERAWATAN

• Pasien malaporkan bahwa nyeri hilang/terkontrol• Pasien menunjukkan keseimbangan cairan adekuat dibuktikan

oleh tanda-tanda vital stabil, membran mukosa lembab, turgor kulit lembab, turgor kulit baik, pengisian kapiler baik, secara individu mengeluarkan cukup urine, dan tidak ada muntah

• Pasien menunjukkan kemajuan berat badan atau mempertahankan berat badan individu yang tepat.

Evaluasi

KOLESISTITIS

Definisi

Kolesistitis adalah suatu kondisi medis yang ditandai dengan peradangan

pada kandung empedu dan menyebabkan nyeri perut yang berat.

Con’t

Ada dua tipe kolesistitis:

Kolesistitis akut: peradangan tiba-tiba dari kandung empedu atau reaksi inflamasi akut dinding kandung empedu yang disertai keluhan nyeri perut kanan atas, nyeri tekan, dan demam

Kolesistitis kronis: pembengkakan dan iritasi dari kandung empedu yang menetap pada waktu yang lama, biasanya disebabkan oleh serangan berulang dari kolesistitis akut.

Etiologi

Faktor yang mempengaruhi timbulnya serangan kolisistitis akut adalah stasis

cairan empedu, infeksi kuman, dan iskemia dinding empedu. Penyebab utama kolesistitis akut adalah batu

kandung empedu (90%) yang terletak di duktus sistikus yang menyebabkan

stasis cairan empedu, sedangkan sebagian kecil kasus timbul tanpa

adanya batu empedu (kolesistitis akut akalkulus).

Gejala

Keluhan yang khas pada serangan kolesistitis akut adalah kolik perut di sebelah kanan atas epigastrium dan

nyeri tekan serta kenaikan suhu tubuh. Kadang-kadang rasa sakit menjalar ke pundak atau skapula

kanan dan dapat berlangsung sampai 60 menit tanpa reda.

Con’t

Pada pemeriksaan fisis terasa massa kandung empedu, nyeri tekan disertai

tanda-tanda peritonitis lokal (tanda Murphy)

Pemeriksaan laboratorium menunjukkan adanya leukositosis

serta kemungkinan peninggian serum transaminase dan fosfatase alkali

Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan Ultrasonografi (USG),2. Skintigrafi saluran empedu 3. Pemeriksaan CT Scan abdomen4. Endoscopic retrograde

choledochopancreaticcography (ERCP)

Penatalaksanaan

Pengobatan umum pada kolesistitis akut termasuk: istirahat total pemberian nutrisi parenteral diet ringan obat penghilang rasa nyeri seperti petidin dan

antispasmodik

Pengobatan pada kolesistitis kronik dengan atau tanpa batu empedu yang simtomatik, dianjurkan untuk kolesistektomi.

Asuhan KeperawatanKOLESISTITIS

Pengkajian

• Aktivitas/istirahat.• Sirkulasi• Eliminasi• Makanan dan cairan• Nyeri/kenyamanan• Pernapasan• Keamanan

Diagnosa dan Intervensi Keperawatan

1. Nyeri (akut) berhubungan dengan obstruksi/spasme duktus– Observasi dan catat lokasi dan beratnya (skala 0-10) dan karakter nyeri

(menetap, hilang timbul, kolik).– Catat respon terhadap obat dan laporkan pada dokter bila nyeri hilang.– Tingkatkan tirah baring, biarkan pasien melakukan posisi nyaman.– Gunakan sprei halus/katun; cairan kalamin; minyak mandi (Alpha keri);

kompres dingin/sesuai indikasi.– Kontrol suhu lingkungan.– Dorong menggunakan teknik relaksasi, contoh bimbingan imajinasi,

visualisasi, latihan napas dalam. Berikan aktivitas senggang.– Sediakan waktu untuk mendengar dan mempertahankan kontak dengan

pasien

Con’t

2. Kekurangan volume cairan, resiko tinggi terhadap– Pertahankan masukan dan haluaran akurat, perhatikan haluaran kurang

dari masukan, peningkatan berat jenis urine. Kaji membran mukosa/kulit, nadi perifer, dan pengisian kapiler.

– Awasi tanda/gejala peningkatan/berlanjutnya mual/muntah, kram abdomen, kelemahan, kejang,kejang ringan, kecepatan jantung tak teratur, parestesia, hipoaktif atau tak adanya bising usus, depresi pernapasan.

– Hindarkan dari lingkungan yang berbau.– Lakukan kebersihan oral dengan pencuci mulut, berikan minyak.– Gunakan jarum kecil untuk injeksi dan melakukan tekanan pada bekas

suntikan lebih lama dari biasanya.– Kaji pendarahan yang tidak biasanya.

Con’t

3. Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh.– Kaji distensi abdomen, sering bertahak, berhati-hati, menolak

bergerak.– Perkirakan/hitung pemasukan kalori. – Timbang sesuai indikasi– Konsul tentang kesukaan/ketidaksukaan pasien, makanan yang

menyebabkan distres, dan jadwal makan yang disukai.– Berikan suasana yang menyenangkan pada saat makan, hilangkan

rangsangan berbau.– Berikan kebersihan oral sebelum makan.– Tawarkan minuman seduhan saat makan, bila toleran.– Ambulasi dan tingkatkan aktivitas sesuai toleransi.

Con’t

4. Diagnosa kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) , tentang kondisi, prognosis dan pengobatan

– Berikan penejelasan/alasan tes dan persiapannya.– Kaji ulang proses penyakit/prognosis. Diskusikan perawatan dan pengobatan.

Dorong pertanyaan, ekspresi masalah.– Kaji ulang program obat, kemugkinan efek samping.– Diskusikan program penurunan berat badan bila diindikasikan.– Anjurkan pasien untuk menghindari makanan/minuman tinggi lemak atau

zat iritan gaster– Kaji ulang tanda/gejala yang memerlukan intervensi medik. – Anjurkan pasien istirahat pada posisi semi fowler setelah makan.– Anjurkan pasien membatasi mengunyah permen keras/jerami, atau merokok.– Diskusikan penghindaran produk mengandung aspirin, meniup lewat hidung

keras-keras, gerakan tegang pada usus, olahraga kontak.

Daftar Pustaka

Doengoes, et al. (2000). Rencana asuhan keperawatan. Jakarta: EGC. Dugdale, D.C. (2012). Cholangitis. Retrieved from The New York Times website : http://

health.nytimes.com/health/guides/disease/cholangitis/overview.html Gustawan, I.W., Aryasa, N.A., Karyana, I.P.G., & Putra, S.I.G.N. (2007). Kolelitiasis pada anak. Maj

Kedokt Indon, 57(9), 353-362. URL : uda.ac.id/jurnal/files/Jurnal%206%20-%20MENDA%20II.pdf Guyton, A.C., & Hall, J.E.(2007). Buku ajar fisiologi kedokteran (11th ed). Jakarta : EGC National Digestive Disease Information Clearinghouse. (2012). Biliary atresia. Retrieved from http://

digestive.niddk.nih.gov/DDISEASES/pubs/atresia/BiliaryAtresia_508.pdf Nurman, A. (1999). Penatalaksanaan batu empedu. J Kedokter Trisakti, 18(1), 1-8. URL :

www.univmed.org/wp-content/uploads/2011/02/Vol.18_no.1_1.pdf Price, S. A., & Wilson, L. M. (2005). Patofisiologi:konsep klinis proses-proses penyakit (6th ed., Vol. 1).

Jakarta: EGC Sudoyo, et al. (2009). Buku ajar ilmu penyakit dalam (V ed.,Vol. I). Jakarta Pusat: Internapublishing Wilkinson, J.M., & Ahern, N.R. (2011). Buku saku diagnosa keperawatan : diagnosis NANDA, intervensi

NIC, kriteria hasil NOC (9th ed.). Jakarta : EGC repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/34994/.../Chapter%20II.pdf http://www.persify.com/id/perspectives/medical-conditions-diseases/kolesistitis-_-9510001031152 http://pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2012/05/pustaka_unpad_atresia_biliaris.pdf

TERIMA KASIH