fraud laporan keuangan dalam perspektif fraud …

13
FRAUD LAPORAN KEUANGAN DALAM PERSPEKTIF ………………………………..…. (Pasaribu & Kharisma) 53 FRAUD LAPORAN KEUANGAN DALAM PERSPEKTIF FRAUD TRIANGLE Rowland Bismark Fernando Pasaribu Fakultas Ekonomi Universitas Gunadarma [email protected] Angrit Kharisma Jurusan Akuntansi FE Universitas Gunadarma ABSTRACT This research aims to obtain empirical evidence of the effectiveness of the fraud triangle in detecting fraudulent financial statement. The variables of the fraud triangle are used a proxy external pressure with LEV, financial stability pressure by ACHANGE, nature of industry by RECEIVABLE effective monitoring by BDOUT proxy and change in auditor by CPA. Detecting of fraudulent financial statement in this research uses a proxy earnings management. The population of this research is the manufacturing companies listed on Indonesia Stock Exchange in 2008 - 2016. Statistical data analysis method used is linear regression. The result of this research indicate that the nature of indutry influence the financial statement fraud. Meanwhile, the external pressure, financila stability, ineffective monitoring and change in auditor has no significant impact on financial statement fraud. Keywords: Financial statement fraud, external pressure, nature of industry, financial stability, ineffective monitoring, change in auditor, earnings management. ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh bukti empiris mengenai efektivitas dari fraud triangle dalam mendeteksi kecurangan laporan keuangan. Variabel-variabel dari fraud triangle adalah external pressure yang diproksikan dengan LEV, financial stability yang diproksikan dengan ACHANGE, nature of industry yang diproksikan dengan RECEIVABLE, ineffective monitoring yang diproksikan dengan BDOUT dan chabnge in auditor yang diproksikan dengan CPA. Pendeteksian kecurangan laporan keuangan dalam penelitian ini menggunakan manajemen laba. Populasi dari penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia tahun 2008- 2016. Metode analisis data statistik yang digunakan adalah regresi berganda. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hanya nature of industry yang berpengaruh signifikan terhadap kecurangan laporan keuangan. Sementara itu, external pressure, financial stabiliy, ineffective monitoring dan change in auditor tidak berpengaruh signifikan terhadap kecurangan laporan keuangan. Kata Kunci: Kecurangan laporan keuangan, external pressure, nature of industry, financial stability, ineffective monitoring, change in auditor, manajemen laba. PENDAHULUAN Berkembangnya industri manufaktur tidak terlepas dari peran penting suatu laporan keuangan dalam setiap perusahaan. Dimana laporan keuangan akan digunakan oleh pihak- pihak berkepentingan untuk membuat suatu keputusan ekonomi. Tertuang dalam Statement of Financial Accounting Concept (SFAC) No.1 dalam Diany dan Ratmono (2014) mengenai tujuan dari pelaporan keuangan, salah satunya adalah menyediakan informasi yang berguna untuk para investor dan kreditor yang sudah ada maupun para investor dan kreditor potensial dalam membuat suatu keputusan yang rasional mengenai investasi, kredit, serta keputusan lain yang sejenis. Maka dari itu laporan keuangan haruslah disusun dengan baik berdasarkan Standar Akuntansi

Upload: others

Post on 11-Nov-2021

18 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: FRAUD LAPORAN KEUANGAN DALAM PERSPEKTIF FRAUD …

FRAUD LAPORAN KEUANGAN DALAM PERSPEKTIF ………………………………..…. (Pasaribu & Kharisma)

53

FRAUD LAPORAN KEUANGAN DALAM PERSPEKTIF

FRAUD TRIANGLE

Rowland Bismark Fernando Pasaribu

Fakultas Ekonomi Universitas Gunadarma

[email protected]

Angrit Kharisma

Jurusan Akuntansi FE Universitas Gunadarma

ABSTRACT

This research aims to obtain empirical evidence of the effectiveness of the fraud triangle in detecting

fraudulent financial statement. The variables of the fraud triangle are used a proxy external pressure

with LEV, financial stability pressure by ACHANGE, nature of industry by RECEIVABLE effective

monitoring by BDOUT proxy and change in auditor by CPA. Detecting of fraudulent financial

statement in this research uses a proxy earnings management. The population of this research is the

manufacturing companies listed on Indonesia Stock Exchange in 2008 - 2016. Statistical data

analysis method used is linear regression. The result of this research indicate that the nature of

indutry influence the financial statement fraud. Meanwhile, the external pressure, financila stability,

ineffective monitoring and change in auditor has no significant impact on financial statement fraud.

Keywords: Financial statement fraud, external pressure, nature of industry, financial stability,

ineffective monitoring, change in auditor, earnings management.

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh bukti empiris mengenai efektivitas dari fraud triangle

dalam mendeteksi kecurangan laporan keuangan. Variabel-variabel dari fraud triangle adalah

external pressure yang diproksikan dengan LEV, financial stability yang diproksikan dengan

ACHANGE, nature of industry yang diproksikan dengan RECEIVABLE, ineffective monitoring yang

diproksikan dengan BDOUT dan chabnge in auditor yang diproksikan dengan CPA. Pendeteksian

kecurangan laporan keuangan dalam penelitian ini menggunakan manajemen laba. Populasi dari

penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia tahun 2008-

2016. Metode analisis data statistik yang digunakan adalah regresi berganda. Hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa hanya nature of industry yang berpengaruh signifikan terhadap kecurangan

laporan keuangan. Sementara itu, external pressure, financial stabiliy, ineffective monitoring dan

change in auditor tidak berpengaruh signifikan terhadap kecurangan laporan keuangan.

Kata Kunci: Kecurangan laporan keuangan, external pressure, nature of industry, financial stability,

ineffective monitoring, change in auditor, manajemen laba.

PENDAHULUAN

Berkembangnya industri manufaktur tidak

terlepas dari peran penting suatu laporan

keuangan dalam setiap perusahaan. Dimana

laporan keuangan akan digunakan oleh pihak-

pihak berkepentingan untuk membuat suatu

keputusan ekonomi. Tertuang dalam Statement

of Financial Accounting Concept (SFAC)

No.1 dalam Diany dan Ratmono (2014)

mengenai tujuan dari pelaporan keuangan,

salah satunya adalah menyediakan informasi

yang berguna untuk para investor dan kreditor

yang sudah ada maupun para investor dan

kreditor potensial dalam membuat suatu

keputusan yang rasional mengenai investasi,

kredit, serta keputusan lain yang sejenis. Maka

dari itu laporan keuangan haruslah disusun

dengan baik berdasarkan Standar Akuntansi

Page 2: FRAUD LAPORAN KEUANGAN DALAM PERSPEKTIF FRAUD …

JRAK, Volume 14, No 1 Pebruari 2018

54

Keuangan (SAK) yang telah ditetapkan oleh

Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). Serta

informasi yang disajikan dalam laporan

keuangan tersebut haruslah faktual, objektif

dan tidak menyesatkan bagi para pemakainya.

Laporan keuangan yang tidak memberikan

informasi dengan benar, maka akan

menyesatkan para pengguna laporan keuangan

tersebut dalam membuat suatu keputusan.

Disinilah terjadi celah bagi pihak manajemen

untuk melakukan kecurangan, karena pihak

manjemen ingin selalu berusaha menampilkan

kondisi perusahaan dalam keadaan sebaik

mungkin dimata para pengguna laporan

keuangan tersebut.

Tindakan pemanipulasian laporan keuangan

ini adalah salah satu bentuk tindakan

kecurangan atau fraud. Dimana kecurangan

pelaporan keuangan merupakan suatu usaha

yang dilakukan dengan sengaja oleh

perusahaan untuk mengecoh dan menyesatkan

para pengguna laporan keuangan, terutama

investor dan kreditor, dengan menyajikan dan

merekayasa nilai material dari laporan

keuangan (Sihombing dan Rahardjo, 2014).

Menurut Association of Certified Fraud

Examiners (ACFE), kecurangan adalah

tindakan penipuan atau kekeliruan yang dibuat

oleh seseorang atau badan yang mengetahui

bahwa kekeliruan tersebut dapat

mengakibatkan beberapa manfaat yang tidak

baik kepada individu atau entitas atau pihak

lain. Statement of Auditing Standards No.99

mendefinisikan fraud sebagai suatu Tindak

kesengajaan untuk menghasilkan salah saji

material dalam laporan keuangan yang

merupakan subyek audit. Ada berbagai jenis

kecurangan dan ada banyak cara untuk

mengenalinya lewat pengalaman

pengungkapan kecurangan sebelumnya. Para

akuntan membedakan kecurangan dalam

beberapa kategori yaitu penyelewengan aset

yang terdiri atas pencurian uang tunai atau

persediaan, skimming (pencurian uang lewat

peng-captur-an nomor rekening orang lain),

kecurangan dan penggelapan gaji. Adapun

kecurangan dalam laporan keuangan yang

ditandai dengan kesengajaan untuk membuat

laporan keuangan menjadi salah saji atau

kesalahan jumlah dalam pengungkapan

pelaporan keuangan, dengan maksud menipu

pengguna laporan keuangan.

Skousen et al., (2009) dalam Diany dan

Ratmono (2014) mengajukan teori bahwa

terdapat tiga kondisi yang selalu hadir saat

terjadi kecurangan laporan keuangan. Ketiga

kondisi tersebut adalah tekanan (pressure),

kesempatan (opportunity), dan rasionalisasi

(rationalization) yang kemudian dikenal

dengan istilah fraud triangle. Tekanan adalah

dorongan yang menyebabkan seseorang

melakukan kecurangan. Pada umumnya yang

mendorong terjadinya kecurangan adalah

kebutuhan finansial tapi banyak juga yang

hanya terdorong oleh keserakahan.

Kesempatan adalah peluang yang

memungkinkan kecurangan terjadi. Biasanya

disebabkan karena pengendalian internal suatu

organisasi yang lemah, kurangnya

pengawasan, atau penyalahgunaan wewenang

Gagola (2011) dalam Diany dan Ratmono

(2014). Rasionalisasi menjadi elemen penting

dalam terjadinya kecurangan karena pelaku

mencari pembenaran atas tindakannya.

Pembenaran ini bisa terjadi saat pelaku ingin

membahagiakan keluarga dan orang-orang

yang dicintainya, pelaku merasa berhak

mendapatkan sesuatu yang lebih (posisi, gaji,

promosi) karena telah lama mengabdi pada

perusahaan, atau pelaku mengambil sebagian

keuntungan karena perusahaan telah

menghasilkan keuntungan yang besar.

Beberapa kasus mengenai kecurangan

laporan keuangan di BEI juga telah terjadi,

seperti kasus kecurangan yang dilakukan oleh

PT Kimia Farma Tbk. Kasus ini bermula dari

bukti yang ditemukan oleh Ludovicus Semsi

W selaku partner dari KAP HTM yang

diberikan tugas untuk mengaudit laporan

keuangan PT Kimia Farma Tbk untuk masa 5

bulan yang berakhir pada 31 Mei 2002,

menemukan dan melaporkan adanya kesalahan

dalam penilian persediaan barang jadi dan

kesalahan pencatatan penjualan untuk tahun

yang berakhir per 31 Desember 2001. Dari

hasil pemeriksaan Bapepam diperoleh bukti

bahwa terdapat kesalahan penyajian dalam

laporan keuangan PT Kimia Farma Tbk.

Adapun dampak kesalahan tersebut

mengakibatkan overstated laba pada laba

bersih untuk tahun yang berakhir 31 Desember

2001 sebesar Rp 32,7 miliar yang merupakan

2,3% dari penjualan dan 24,7% dari laba

bersih PT Kimia Farma Tbk. Kesalahan

tersebut timbul pada Unit Industri Bahan Baku

yaitu kesalahan berupa overstated pada

penjualan sebesar Rp 2,7 miliar, pada Unit

Logistik Sentral yaitu kesalahan berupa

Page 3: FRAUD LAPORAN KEUANGAN DALAM PERSPEKTIF FRAUD …

FRAUD LAPORAN KEUANGAN DALAM PERSPEKTIF ………………………………..…. (Pasaribu & Kharisma)

55

overstated pada persediaan barang sebesar Rp

23,9 miliar, dan pada Unit Pedagang Besar

Farmasi (PBF) yaitu berupa kesalahan berupa

overstated pada persediaan barang sebesar Rp

8,1 miliar dan kesalahan berupa overstated

pada penjualan sebesar Rp 10,7 miliar (Siaran

Pers Badan Pengawas Pasar Modal, 2002)

dalam Rachmawati dan Marsono (2014)

Selain itu pada tahun 2005 PT Sari

Husada diduga telah melakukan pelanggaran

pasal 91 dalam perdagangan saham. Pasal

tersebut berisi tentang setiap pihak dilarang

melakukan tindakan, baik langsung maupun

tidak langsung, dengan tujuan menciptakan

gambaran semu atau menyesatkan mengenai

kegiatan pihak perdagangan, keadaan pasar

atau harga efek di Bursa Efek. Selain itu

ditemukan pelanggaran Peraturan Bapepam

berkaitan dengan transaksi share buy back

oleh manajemen dan orang dalam PT. Sari

Husada Tbk. Akhirnya Bapepam melakukan

tindakan tertentu berupa denda kepada

komisaris dan direksi PT. Sari Husada Tbk

(Annual report Bapepam, 2005). Pada tahun

2011 Bapepam menangani kasus investasi PT

Askrindo, secara garis besar kasus ini terkait

dengan adanya rekayasa keuangan yang

dilakukan oleh PT Askrindo dengan cara

melakukan investasi di pasar modal melalui

empat Manajer Investasi/ Perantara Pedagang

Efek, namun sebenarnya investasi tersebut

digunakan untuk menutupi investasi

sebelumnya yang tidak terbayar. Pada

akhirnya rekayasa ini merugikan PT Askrindo.

Kasus ini melibatkan dua industri yaitu pasar

modal dan perasuransian. Untuk itu, kasus ini

ditangani secara komprehensif dengan

koordinasi yang intens antara pemeriksa di

bidang pasar modal dan pemeriksa di bidang

perasuransian. Di samping itu, mengingat

kasus ini juga merupakan pelanggaran tindak

pidana korupsi yang ditangani oleh penyidik

Polri, maka Bapepam-LK juga memberikan

bantuan penuh kepada penyidik, yang antara

lain adalah pemberian keterangan ahli, saksi,

maupun dokumen-dokumen dalam rangka

membantu proses Penyidikan dimaksud

(Annual Report Bapepam 2011).

Penggunaan analisis fraud triangle

untuk mendeteksi adanya kecurangan dalam

laporan keuangan sebelumnya pernah

dilakukan oleh Martantya dan Daljono (2013),

Sihombing dan Raharjo (2014), Fimanaya dan

Syafruddin (2014), serta Rachmawati dan

Marsono (2014). Martantya dan Daljono

(2013) meneliti mengenai pendeteksian

kecurangan laporan keuangan menggunakan

segitiga kecurangan (fraud triangle) dengan

variabel tekanan dan peluang. Berdasarkan

hasil analisis yang telah dilakukan,

disimpulkan bahwa variabel stabilitas

keuangan dengan proksi tingkat pertumbuhan

aset dan variabel target keuangan dengan

proksi return on asset terbukti berpengaruh

secara signifikan terhadap kemungkinan

terjadinya kecurangan laporan keuangan.

Variabel tekanan eksternal dengan proksi rasio

leverage, variabel kepemilikan manajerial

dengan proksi ada tidaknya kepemilikan

saham oleh orang dalam, dan variabel

efektivitas pengawasan dengan proksi proporsi

komisaris independen terbukti tidak

berpengaruh secara signifikan terhadap

kemungkinan terjadinya kecurangan laporan

keuangan. Variabel ukuran perusahaan yang

dilihat dari total aset tidak dapat dijadikan

kontrol dalam mendeteksi kemungkinan

adanya kecurangan laporan keuangan.

Sihombing dan Raharjo (2014) dalam

penelitiannya mengenai analisis fraud

diamond yang merupakan perkembangan dari

fraud triangle menyimpulkan hasil

penelitiannya yaitu pressure yang diproksikan

dengan leverage ratio, variabel nature of

industry yang diproksikan dengan rasio

perubahan piutang dan variabel rationalization

yang diproksikan dengan rasio perubahan total

akrual terbukti berpengaruh terhadap financial

statement fraud. Namun, penelitianya tidak

membuktikan bahwa variabel financial target

yang diproksikan dengan ROA, variabel

innefective monitoring yang diproksikan

dengan rasio dewan komisaris independen,

change in auditor, dan Capability yang

diproksikan dengan perubahan direksi

memiliki pengaruh terhadap financial

statement fraud.

Fimanaya dan Syafruddin (2014) dalam

penelitiannya mencoba meneliti kecurangan

laporan keuangan dengan menggunakan

segitiga kecurangan (fraud triangle). Hasil

analisisnya menunjukkan bahwa variabel

profitabilitas berpengaruh negatif terhadap

kemungkinan kecurangan laporan keuangan.

Sedangkan variabel leverage keuangan, rasio

perputaran modal, transaksi pihak istimewa,

Page 4: FRAUD LAPORAN KEUANGAN DALAM PERSPEKTIF FRAUD …

JRAK, Volume 14, No 1 Pebruari 2018

56

ukuran perusahaan audit, rasio persediaan per

total aset, pergantian auditor, opini audit, dan

kemampuan Going Concern tidak berpengaruh

signifikan. Selain itu Rachmawati dan

Marsono (2014) dalam penelitiannya

menyimpulkan bahwa yang berpengaruh

terhadap kecurangan pelaporan keuangan

(fraudulent financial reporting) adalah

multijabatan dewan direksi dan pergantian

auditor. Variabel lain yaitu kepemilikan asing,

kemampuan perusahaan dalam memenuhi

kewajibannnya, target keuangan, efektivitas

pengawasan, dan transaksi pihak istimewa

terbukti tidak berpengaruh terhadap

kecurangan pelaporan keuangan (fraudulent

financial reporting).

Berdasarkan beberapa penelitian diatas,

terdapat beberapa perbedaan pendapat yaitu

penelitian yang telah dilakukan oleh

Sihombing dan Raharjo (2014) menunjukkan

hasil bahwa beberapa proksi variabel dalam

laporan keuangan seperti External Pressure

(LEV) berpengaruh terhadap kecenderungan

kecurangan pelaporan keuangan. Berbeda

dengan penelitian yang dilakukan oleh

Fimanaya dan Syafruddin (2014), Martantya

dan Daljono (2013), dan Rachmawati dan

Marsono (2014) yang menyimpulkan bahwa

variabel External Pressure (LEV) tidak

berpengaruh terhadap kecenderungan

kecurangan pelaporan keuangan. Selanjutnya

untuk variabel Change in Auditor (ΔCPA)

dalam penelitian Rachmawati dan Marsono

(2014) menunjukan hasil yang berbeda

dengan Sihombing dan Raharjo (2014) serta

Fimanaya dan Syafruddin (2014), dimana

Rachmawati dan Marsono (2014)

menyimpulkan Change in Auditor (ΔCPA)

berpengaruh terhadap kecenderungan

pelaporan keuangan. Berlatar belakang dari hal

tersebut di atas, maka penelitian ini bertujuan

untuk menganalisis dan menguji secara

empiris pengaruh financial stability, external

pressure, nature of industry, ineffective

monitoring, dan change in auditor terhadap

financial statement fraud pada emiten

manufaktur di bursa efek Indonesia periode

2008-2016

KAJIAN LITERATUR

Jensen dan Meckling (1976) dalam

Racmawati dan Marsono (2014),

mendefinisikan teori agensi sebagai sebuah

kontrak di mana satu atau lebih pemegang

saham (principal) melibatkan manajemen

(agent) untuk melakukan beberapa jasa atas

nama mereka. Manajemen adalah pihak yang

dikontrak oleh pemegang saham untuk bekerja

demi kepentingan pemegang saham dan agen

akan selalu bertindak yang terbaik bagi

kepentingan pemegang saham. Oleh karena itu

manajer harus bertanggungjawab kepada

pemegang saham. Dengan adanya perbedaan

kepentingan antara agen dan principal inilah

yang menyebabkan adanya konflik yang dapat

memicu terjadinya asimetri informasi diantara

kedua belah pihak tersebut. Agen sebagai

pihak internal yang memiliki informasi lebih

banyak jika dibandingkan dengan principal

bisa memanfaatkan keadaan tersebut untuk

mencari celah dalam melakukan kecurangan.

Fraud triangle theory merupakan suatu

gagasan yang meneliti tentang penyebab

terjadinya kecurangan. Gagasan ini pertama

kali diciptakan oleh Donald R. Cressey (1953)

yang dinamakan fraud triangle atau segitiga

kecurangan. Fraud triangle menjelaskan tiga

faktor yang hadir dalam setiap situasi fraud

yaitu:

Tekanan (Pressure). Pressure

merupakan suatu dorongan orang untuk

melakukan fraud. Dimana tekanan dapat

diakibatkan oleh berbagai hal termasuk

tekanan yang bersifat finansial dan non

finansial. Faktor finansial muncul karena

keinginan untuk memiliki gaya hidup yang

berkecukupan secara materi. Sedangkan faktor

non finansial bisa mendorong seseorang

melakukan fraud, yaitu tindakan untuk

menutupi kinerja yang buruk. Selain itu sifat

dasar manusia yang serakah bisa jadi

memberikan tekanan secara internal sehingga

mendorong seseorang melakukan tindakan

kecurangan Sukirman dan Sari (2013). Dalam

SAS No. 99, terdapat empat jenis kondisi

umum terjadi pada pressure yang dapat

mengakibatkan kecurangan. Kondisi tersebut

adalah stabilitas keuangan, tekanan eksternal,

kebutuhan keuangan individu, dan target

keuangan.

Peluang (Opportunity). Opportunity

merupakan peluang atau kesempatan yang

memungkinkan terjadinya fraud. Terbukanya

kesempatan ini dikarenakan si pelaku percaya

bahwa aktivitas mereka tidak akan terdeteksi.

Bahkan andaikan aksi seseorang itu diketahui,

maka tidak ada tindakan yang serius yang akan

Page 5: FRAUD LAPORAN KEUANGAN DALAM PERSPEKTIF FRAUD …

FRAUD LAPORAN KEUANGAN DALAM PERSPEKTIF ………………………………..…. (Pasaribu & Kharisma)

57

diambil. Peluang ini terjadi biasanya terkait

dengan lingkungan dimana kecurangan

memungkinkan untuk dilakukan. Sistem

pengendalian internal yang lemah, manajemen

pengawasan yang kurang memadai serta

prosedur yang tidak jelas ikut andil dalam

membuka peluang terjadinya kecurangan

Sukirman dan Sari (2013). SAS No. 99

menyebutkan bahwa peluang pada kecurangan

laporan keuangan dapat terjadi pada tiga

kategori. Kondisi tersebut adalah kondisi

industri, ketidakefektifan pengawasan, dan

struktur organisasional.

Rasionalisasi (Rationalization).

Rationalization yaitu adanya sikap, karakter,

atau serangkaian nilai-nilai etis yang

membolehkan pihak-pihak tertentu untuk

melakukan tindakan kecurangan, atau orang-

orang yang berada dalam lingkungan yang

cukup menekan yang membuat mereka

merasionalisasi tindakan fraud. Rasionalisasi

merupakan salah satu elemen penting

terjadinya fraud. Dimana pelaku mencari

pembenaran atas perbuatannya. Rasionalisasi

merupakan bagian dari fraud triangle yang

paling sulit diukur Skousen et al., (2009)

dalam Rachmanti dan Marsono (2014). Sikap

atau karakter adalah apa yang menyebabkan

satu atau lebih individu untuk secara rasional

melakukan fraud.

Financial Statement Fraud.

Association of Certified Fraud Examiners

(ACFE) mendefinisikan kecurangan (fraud)

sebagai tindakan penipuan atau kekeliruan

yang dibuat oleh seseorang atau badan yang

mengetahui bahwa kekeliruan tersebut dapat

mengakibatkan beberapa manfaat yang tidak

baik kepada individu atau entitas atau pihak

lain Ernst & Young LLP (2009) dalam

Kusumawardhani (2013). Financial statement

fraud sebagai salah saji yang disengaja atau

kelalaian dalam jumlah atau pengungkapan

dalam laporan keuangan yang didesain untuk

merugikan pengguna laporan keuangan.

Penelitian ini akan memproksikan financial

statement fraud dengan earning management

didasarkan oleh pernyataan Razaee (2002)

dalam Sihombing (2014) yang menyatakan

bahwa: ”Suatu financial statement fraud sering

diawali dengan salah saji atau manajemen laba

dari laporan keuangan kuartal yang dianggap

tidak material tetapi akhirnya berkembang

menjadi fraud secara besar-besaran dan

menghasilkan laporan keuangan tahunan yang

menyesatkan secara material”.

Menurut SAS No.99 dalam

Kusumawardhani (2013) terdapat beberapa

jenis kondisi yang umum terjadi pada tekanan,

peluang, dan rasionalisasi, yaitu:

External Pressure. Tekanan eksternal

merupakan tekanan yang berlebihan bagi

manajemen untuk memenuhi persyaratan atau

harapan dari pihak ketiga. Contoh faktor

risiko: ketika perusahaan menghadapi adanya

tren tingkat ekspektasi para analis investasi,

tekanan untuk memberikan kinerja terbaik

bagi investor dan kreditor yang signifikan bagi

perusahaan.

Financial Stability. Stabilitas keuangan

merupakan keadaan yang menggambarkan

kondisi keuangan perusahaan dalam kondisi

stabil. Contoh faktor risiko: perusahaan

mungkin memanipulasi laba ketika stabilitas

keuangan atau profitabilitasnya terancam oleh

kondisi ekonomi.

Nature of Industry. Nature of industry

adalah berkaitan dengan munculnya risiko

bagi perusahaan yang berkecimpung dalam

industri yang melibatkan estimasi dan

pertimbangan yang signifikan jauh lebih besar.

Contoh faktor risiko: penilaian persediaan

mengandung risiko salah saji yang lebih besar

bagi perusahaan yang persediaannya tersebar

di banyak lokasi. Risiko salah saji persediaan

ini semakin meningkat jika persediaan itu

menjadi usang.

Ineffective Monitoring. Ineffective

monitoring adalah keadaan dimana perusahaan

tidak memiliki unit pengawas yang efektif

memantau kinerja perusahaan. Contoh faktor

risiko: adanya dominasi manajemen oleh satu

orang atau kelompok kecil, tanpa kontrol

kompensasi, tidak efektifnya pengawasan

dewan direksi dan komite audit atas proses

pelaporan keuangan dan pengendalian internal

dan sejenisnya.

Change in Auditor. Change in Auditor

adalah penggantian kantor akuntan publik

yang dilakukan perusahaan dan dapat

mengakibatkan masa transisi bagi perusahaan.

Studi yang dilakukan oleh Stice (1991) dan St

Pierre dan Anderson (1984) dalam Sihombing

dan Rahardjo (2014), menunjukkan bahwa

perubahan auditor dapat terjadi karena alasan

yang sah, risiko kegagalan audit dan litigasi

berikutnya akan lebih tinggi dibandingkan

Page 6: FRAUD LAPORAN KEUANGAN DALAM PERSPEKTIF FRAUD …

JRAK, Volume 14, No 1 Pebruari 2018

58

tahun-tahun berikutnya. Loebbecke et al.

(1989) dalam Sihombing dan Rahardjo (2014)

menemukan bahwa sejumlah besar fraud

dalam sampel mereka dilakukan dalam dua

tahun pertama masa jabatan auditor.

Pengaruh External Pressure terhadap

Kecurangan Laporan Keuangan.

Tekanan eksternal (External Pressure)

merupakan tekanan yang berlebihan bagi

manajemen untuk memenuhi persyaratan atau

harapan dari pihak ketiga. Tekanan eksternal

diproksi dengan menggunakan leverage ratio,

yaitu rasio antara total hutang dan total aset.

Dimana kondisi financial leverage suatu

perusahaan menjadi tekanan bagi pihak

manajemen, ketika perusahaan memiliki rasio

leverage yang besar maka direksi dan

manajemen perusahaan akan memilih untuk

menggunakan metode akuntansi yang akan

mengecilkan rasio leverage perusahaan dengan

cara menggeser laba periode mendatang ke

periode saat ini (Watts dan Zimmerman, 1986)

dalam Ansar (2011). Beberapa studi yang

dilakukan oleh Fimanaya dan Syafruddin

(2014), Rachmawati dan Marsono (2014),

Martantya dan Daljono (2013), dan Ansar

(2011) menyimpulkan bahwa tekanan

eksternal tidak berpengaruh terhadap

kecurangan pelaporan keuangan. Sedangkan

penelitian yang dilakukan oleh Sihombing dan

Rahardjo (2014), dan Kurniawati dan Raharja

(2012) menyatakan pendapat sebaliknya

bahwa tekanan eksternal dalam proksi

leverage ratio berpengaruh terhadap

kecurangan laporan keuangan. Dari uraian

diatas, maka dirumuskan hipotesis:

H1: External Pressure tidak berpengaruh

signifikan terhadap kecurangan laporan

keuangan.

Pengaruh Financial Stability terhadap

Kecurangan Laporan Keuangan.

Stabilitas keuangan (Financial Stability)

adalah keadaan dimana perusahaan

menggambarkan kondisi keuangan dalam

kondisi stabil. Stabilitas keuangan diproksi

dengan menggunakan persentase perubahan

total aset. Penelitian yang dilakukan oleh

Skousen et al. (2009) dalam Sihombing dan

Rahardjo (2014) membuktikan bahwa semakin

besar rasio perubahan total aset suatu

perusahaan maka probabilitas dilakukannya

tindak kecurangan pada laporan keuangan

perusahaan tersebut semakin tinggi. Dalam

penelitian Kusumawardhani (2013),

Sihombing dan Rahardjo (2014), dan Molida

dan Chariri (2011)menyimpulkan dalam

penelitian bahwa stabilitas keuangan dengan

proksi rasio perubahan total aset berpengaruh

signifikan terhadap kecurangan laporan

keuangan.

Dari uraian diatas, maka dirumuskan hipotesis:

H2: Financial Stability berpengaruh signifikan

terhadap kecurangan laporan keuangan.

Pengaruh Nature of Industry terhadap

Kecurangan Laporan Keuangan.

Nature of industry berkaitan dengan

munculnya risiko bagi perusahaan yang

berkecimpung dalam industri yang melibatkan

estimasi dan pertimbangan yang signifikan

jauh lebih besar. Summers dan Sweeney

(1998) dalam Sihombing dan Rahardjo (2014)

mencatat bahwa akun piutang dan persediaan

memerlukan penilaian subjektif dalam

memperkirakan tidak tertagihnya piutang dan

obsolete inventory. Mereka menyarankan

bahwa karena adanya penilaian subjektif

dalam menentukan nilai dari akun tersebut,

manajemen dapat menggunakan akun tersebut

sebagai alat untuk manipulasi laporan

keuangan. Dalam penelitian Sihombing dan

Rahardjo (2014) dan Hutomo dan Sudarno

(2012) menyimpulkan bahwa nature of

industry dengan proksi rasio piutang terhadap

penjualan adalah berpengaruh signifikan

terhadap kecurangan laporan keuangan. Dari

uraian diatas, maka dirumuskan hipotesis :

H3 : Nature of Industry berpengaruh signifikan

terhadap kecurangan laporan keuangan.

Pengaruh Ineffective Monitoring terhadap

Kecurangan Laporan Keuangan.

Ineffective monitoring adalah keadaan

dimana perusahaan tidak memiliki unit

pengawas yang efektif memantau kinerja

perusahaan. Terjadinya praktik kecurangan

atau Fraud merupakan salah satu dampak dari

pengawasan atau monitoring yang lemah

sehingga memberi kesempatan kepada agen

atau manajer untuk berperilaku menyimpang

dengan melakukan manajemen laba Andayani

(2010) dalam Sihombing dan Rahardjo (2014).

Page 7: FRAUD LAPORAN KEUANGAN DALAM PERSPEKTIF FRAUD …

FRAUD LAPORAN KEUANGAN DALAM PERSPEKTIF ………………………………..…. (Pasaribu & Kharisma)

59

Praktik kecurangan atau Fraud dapat

diminimalkan salah satunya dengan

mekanisme pengawasan yang baik.

Kusumawardhani (2013) menyimpulkan

bahwa Ineffective Monitoring dengan proksi

rasio dewan komisaris independen

berpengaruh terhadap kecurangan laporan

keuangan, sedangkan penelitian yang

dilakukan oleh Sihombing dan Rahardjo

menyimpulkan sebaliknya. Dari uraian diatas,

maka dirumuskan hipotesis:

H4: Ineffective monitoring berpengaruh

signifikan terhadap kecurangan laporan

keuangan.

Pengaruh Change in Auditor terhadap

Kecurangan Laporan Keuangan.

Auditor adalah pengawas penting dalam

laporan keuangan. Perusahaan yang

melakukan fraud lebih sering melakukan

pergantian auditor. Hal ini dikarenakan untuk

mengurangi kemungkinan pendeteksian tindak

kecurangan laporan keuangan oleh

perusahaan. (Rachmawati dan Marsono,

2014). Schewartz dan Menon (1985) dalam

Fimanaya dan Syafruddin (2014) berpendapat

bahwa perusahaan yang gagal dalam

pengelolaannya, memiliki kecenderungan yang

lebih besar untuk mengganti auditor daripada

perusahaan yang lebih sehat. Lebih lanjut,

Rachmawati dan Marsono (2014), serta

Kurniawati dan Raharja (2012) menyimpulkan

bahwa variabel pengaruh pergantian audit

berpengaruh terhadap kecurangan laporan

keuangan, namun Fimanaya dan Syafruddin

(2014) dan Sihombing dan Rahardjo (2014)

menyatakan sebaliknya. Dari uraian diatas,

maka dirumuskan hipotesis :

H5: Change in Auditor berpengaruh signifikan

terhadap kecurangan laporan keuangan.

METODA PENELITIAN

Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah

laporan keuangan perusahaan manufaktur

periode 2008-2016 di Bursa Efek Indonesia.

Metode pengambilan sampel yang akan

digunakan dalam penelitian ini adalah metode

purposive sampling. Dalam purposive

sampling, dilakukan pengambilan sampel

dengan tujuan yang sudah ada dan sudah

terencana sebelumnya.

Adapun kriteria-kriteria yang digunakan dalam

penelitian sampel adalah:

a. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di

Bursa Efek Indonesia (BEI) selama

periode 2008-2016.

b. Perusahaan yang mempublikasikan

laporan keuangan tahunan dalam website

BEI atau website perusahaan selama

periode 2008-2016 yang dinyatakan

dalam rupiah (Rp).

c. Perusahaan yang menyajikan laporan

tahunannya dan memiliki data yang

lengkap dalam website perusahaan atau

website BEI selama periode 2008-2016.

d. Laporan keuangan perusahaan yang tidak

mengalami kerugian dari tahun 2008-

2016.

e. Laporan tahunan perusahaan memiliki

data-data yang berkaitan dengan variabel

penelitian.

Berdasarkan kriteria tersebut, maka dipilih 20

perusahaan yang dijadikan sampel dengan

enam tahun pengamatan (2008-2016).

Teknik Pengumpulan Data. Pada

penelitian ini, data-data yang diperlukan

adalah data sekunder berupa laporan keuangan

yang dikumpulkan dengan teknik browsing

pada website emiten yang menjadi sampel

penelitian.

Definisi Operasional Variabel

Variabel Dependen. Variabel dependen

dalam penelitian ini adalah kecurangan

laporan keuangan (financial statement fraud).

Kecurangan laporan keuangan disebabkan

karena adanya keinginan dari pembuat laporan

keuangan untuk memanipulasi laporan

keuangan sehingga mengandung salah saji

material. Penelitian ini memproksikan

Financial Statement Fraud dengan earnings

management yaitu: Nilai Discretionary

Accrual dari Modified Jones Model. Rezaee

(2002) dalam Sihombing dan Rahardjo (2014)

yang menyatakan bahwa: ”Suatu Financial

Statement Fraud sering kali diawali dengan

salah saji atau manajemen laba dari laporan

keuangan kuartal yang dianggap tidak material

tetapi akhirnya tumbuh menjadi Fraud secara

Page 8: FRAUD LAPORAN KEUANGAN DALAM PERSPEKTIF FRAUD …

JRAK, Volume 14, No 1 Pebruari 2018

60

besar-besaran dan menghasilkan laporan

keuangan tahunan yang menyesatkan”.

Manajemen laba (DACC) diukur melalui

discretionary accrual yang dihitung dengan

cara menyelisihkan total accruals (TACC) dan

nondiscretionary accruals (NDACC).

Discretionary accruals (DACC) merupakan

tingkat akrual yang tidak normal yang berasal

dari kebijakan manajemen untuk melakukan

rekayasa terhadap laba sesuai dengan yang

mereka inginkan. Dalam menghitung DACC,

digunakan Modified Jones Model. Alasan

penggunaan model ini karena Modified Jones

Model dapat mendeteksi manajemen laba lebih

baik dibandingkan dengan model-model

lainnya sejalan dengan hasil penelitian

Dechow et al. (1995) dalam Ujiyantho dan

Pramuka (2007). Untuk mengukur

discretionary accruals, terlebih dahulu

menghitung total akrual tiap perusahaan i di

tahun t dengan metode modifikasi Jones yaitu:

TAC it = NIit – CFOit ……………….…(1) Dimana,

TAC it = Total akrual

Niit = Laba Bersih

CFOit = Arus kas Operasi

Nilai total accrual (TAC) diestimasi dengan

persaman regresi OLS sebagai berikut:

TACit/Ait-1=β1(1/Ait-1)+β2(ΔRevt/Ait-1-

ΔRect/Ait-1)+β3(PPEt/Ait-1)+e ...........(2)

Dengan menggunakan koefisien regresi diatas,

nilai non discretionary accrual

(NDA) dapat dihitung dengan rumus :

NDAit=β1(1/Ait-1)+β2(ΔRevt/Ait-1-

ΔRect/Ait-1)+β3(PPEt/Ait-1)…... …....…(3)

Selanjutnya discretionary accrual (DA) dapat

dihitung sebagai berikut:

DAit = TACit/Ait-1-NDAit …….…….…(4) Dimana,

Dait= Discretionary Accruals perusahaan i pada

periode ke t

NDAit = Non Discretionary Accruals perusahaan

i pada periode ke t

TACit = Total akrual perusahaan i pada periode ke

t

Niit = Laba bersih perusahaan i pada periode ke t

CFOit = Aliran kas dari aktivitas operasi

perusahaan i pada periode ke- t

Ait-1= Total aktiva perusahaan i pada periode ke t-

1

ΔRevt = Perubahan pendapatan perusahaan i pada

periode ke t

PPEt = Aktiva tetap perusahaan pada periode ke t

ΔRect = Perubahan piutang perusahaan i pada

periode ke t

e = error

Variabel Independen.

Variabel independen merupakan variabel yang

menjelaskan atau mempengaruhi variabel lain.

Variabel independen pada penelitian ini terdiri

dari External Pressure, Financial Stability,

Nature of Industry, Ineffective Monitoring dan

Change in Auditor. Variabel External Pressure

diproksi dengan rasio leverage (LEV),

financial stability diproksi dengan persentase

perubahan asset (ACHANGE), Nature of

Industry dengan proksi rasio perubahan

piutang (RECEIVABLE), Ineffective

Monitoring dengan proksi rasio jumlah dewan

komisaris independen (BDOUT) dan Change

in Auditor (△CPA). Pengukuran variabel

independen dalam penelitian ini menggunakan

analisis regresi linear dengan metode analisis

data menggunakan uji asumsi klasik.

External Pressure. External Pressure

merupakan tekanan yang berlebihan bagi

manajemen untuk memenuhi persyaratan atau

harapan dari pihak ketiga. Untuk mengatasi

tekanan ini kadangkala perusahaan

mendapatkan tambahan utang atau sumber

pembiayaan eksternal agar tetap kompetitif

Skousen et al., (2009) dalam Rachmawati dan

Marsono (2014). Variabel kemampuan

perusahaan dalam memenuhi kewajibannya

(LEV) ini digunakan untuk mengetahui

seberapa besar aktiva yang ada di perusahaan

yang berasal dari hutang. Oleh karena itu

external Pressure pada penelitian ini

diproksikan dengan rasio Leverage (LEV).

Rasio Leverage dihitung dengan rumus:

bLEV = Kewajiban / Total Aset

Financial Stability. Financial Stability

merupakan keadaan yang menggambarkan

kondisi keuangan suatu perusahaan yang

berada dalam kondisi stabil. Kondisi keuangan

perusahaan yang stabil dapat dilihat dari

Page 9: FRAUD LAPORAN KEUANGAN DALAM PERSPEKTIF FRAUD …

FRAUD LAPORAN KEUANGAN DALAM PERSPEKTIF ………………………………..…. (Pasaribu & Kharisma)

61

keadaan asetnya. Dimana aset suatu

perusahaan akan menggambarkan kekayaan

yang dimiliki oleh suatu perusahaan. Saat

stabilitas keuangan suatu perusahaan berada

dalam kondisi yang tidak baik maka pihak

manajemen akan berusaha untuk menjadikan

stabilitas keuangan tersebut dalam kondisi

yang baik kembali. Financial stability diproksi

dengan ACHANGE yang merupakan rasio

perubahan aset selama dua tahun ACHANGE

dihitung dengan rumus:

ACHANGE= (Total Aset t – Total Aset (t-1))

/ Total Aset (t-1)

Nature of Industry. Nature of Industry

merupakan keadaan ideal suatu perusahaan

dalam industri. Kondisi piutang usaha

merupakan suatu bentuk dari nature of

industry yang dapat direspon dengan reaksi

yang berbeda dari masing-masing manajer

perusahaan. Perusahaan yang baik akan

berusaha untuk memperkecil jumlah piutang

dan memperbanyak penerimaan kas

perusahaan. Summers dan Sweeney (1998)

dalam Sihombing dan Rahardjo (2014)

mencatat bahwa akun piutang dan persediaan

memerlukan penilaian subjektif dalam

memperkirakan tidak tertagihnya piutang dan

obsolete inventory. Mereka menyarankan

bahwa karena adanya penilaian subjektif

dalam menentukan nilai dari akun tersebut,

manajemen dapat menggunakan akun tersebut

sebagai alat untuk manipulasi laporan

keuangan. Maka penelitian ini menggunakan

Rasio Perubahan Piutang sabagai proksi dari

Nature of Industry.

RECEIVABLE = (Receivable t / Sales t) -

(Receivable t-1/ Salest-1)

Ineffective Monitoring. Ineffective monitoring

merupakaan keadaan dimana dalam

perusahaan tidak terdapat pengawasan yang

efektif memantau kinerja perusahaan. Hal

tersebut dapat terjadi terjadi karena adanya

dominasi manajemen oleh satu orang atau

kelompok kecil, tanpa kontrol kompensasi,

tidak efektifnya pengawasan dewan direksi

dan komite audit atas proses pelaporan

keuangan dan pengendalian internal dan

sejenisnya (SAS No.99) dalam Sihombing dan

Rahardjo (2014) . Kasus kecurangan atau

fraud dapat diminalkan dengan adanya

mekanisme pengawasan yang baik. Oleh sebab

itu, penelitian ini memproksikan ineffective

monitoring pada rasio jumlah dewan komisaris

independen (BDOUT).

BDOUT = Jumlah Dewan Komisaris

Independen / Jumlah total dewan komisaris

Change in Auditor. Change in auditor dalam

suatu perusahaan dapat dinilai sebagai cara

suatu perusahaan untuk menghilangkan jejak

dan mengurangi kemungkinan terdeteksinya

kecurangan dalam pelaporan keuangan yang

ditemukan oleh auditor sebelumnya. Semakin

sering perusahaan melakukan pergantian

auditor maka dugaan adanya praktik

kecurangan semakin besar pula. Dalam

penelitian ini apabila perusahaan melakukan

pergantian auditor maka dikodekan dengan 1,

sedangkan perusahaan yang tidak melakukan

pergantian auditor dikodekan dengan 0.

Teknik Analisis Data. Teknik analisis data

yang digunakan adalah metode multiregresi.

Pada penelitian ini hubungan antara

discretionary accruals dan proksi dari Fraud

Triangle diuji menggunakan model sesuai

dengan penelitian Skousen et al. (2009) dalam

Sihombing dan Rahardjo (2014), dengan

model regresi :

DACCit = ß0 + ß1LEV + ß2ACHANGE +

ß4RECEIVABLE + ß3BDOUT + ß5ΔCPA

+ εi

Keterangan: ß0 = Koefisien regresi konstanta

ß1,2,3,4,5= Koefisien regresi masing-masing proksi

DACCit = Discretionary accruals perusahaan i

tahun t

LEV = Rasio total kewajiban per total aset

ACHANGE= Rasio perubahan total aset tahun

2008 – 2013

BDOUT = rasio dewan komisaris independen

RECEIVABLE = Rasio perubahan piutang usaha

ΔCPA = Pergantian Auditor Independen

ε = error

HASIL PENELTIAN

Hasil analisis uji multikolinearitas dan

autokorelasi disajikan dalam tabel 1.

Berdasarkan tabel 1 dapat disimpulkan tidak

Page 10: FRAUD LAPORAN KEUANGAN DALAM PERSPEKTIF FRAUD …

JRAK, Volume 14, No 1 Pebruari 2018

62

terjadi multikolinearitas dan autokorelasi pada persamaan yang terbentuk.

Tabel 1

Hasil Uji Multikolinearitas dan Autokorelasi

Variabel Tolerance VIF

External_pressure 0,950 1,052

Financial_stability 0,968 1,033

Nature_of_industry 0,961 1,040

Ineffective_monitoring 0,971 1,029

Change_in_auditor 0,988 1,013

DW 1.478

Sumber : Hasil olah data

Hasil analisis data disajikan dalam tabel

2. Dari tabel 2 diperoleh persamaan regresi

sebagai berikut:

DAcit = - 0,046 + 0,020 External pressure +

0,016 Financial stability + 0,662 Nature of

industry - 0,017 Ineffective monitoring - 0,001

Change in auditor

Berdasarkan tabel 2 diperoleh hasil, bahwa

ternyata hanya Nature of industry yang

berpengaruh signifikan terhadap kecurangan

laporan keuangan. Secara simultan, External

pressure, Financial stability, Nature of

industry, Ineffective monitoring, Change in

auditor berpengaruh signifikan terhadap

kecurangan laporan keuangan. Lebih lanjut,

model yang terbentuk ternyata hanya mampu

menjelaskan financial fraud sebesar 37,1%

sedangkan sisanya 62,9% dijelaskan oleh

variabel lainnya yang tidak digunakan dalam

penelitian.

Tabel 2

Hasil Uji Hipotesis

Variabel B Sig.t

(Constant) -0,046 0,064

External pressure 0,020 0,476

Financial stability 0,016 0,462

Nature of industry 0,662 0,000

Ineffective monitoring -0,017 0,728

Change in auditor -0,001 0,940

Sig.F .000b

Adj.R2 0.371

Sumber : Hasil olah data

PEMBAHASAN

Hasil penelitian menunjukkan bahwa

tingkat signifikansi external pressure sebesar

0,476 yang lebih besar dari tingkat signifikan

0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa

external pressure tidak berpengaruh signifikan

terhadap financial statement fraud. Hasil

penelitian ini mendukung beberapa hasil

penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh

Fimanaya dan Syafruddin (2014), Martantya

dan Daljono (2013) Rachmawati dan Marsono

(2014), Jao dan Pagalung (2011), Husni

(2013), Rosita dan Gudono (2014) dan

Hutomo dan Sudarno (2012). yang

menyatakan bahwa external pressure tidak

memiliki pengaruh signifikan terhadap

financial statement fraud. Namun penelitian

ini tidak sejalan dengan penelitian sebelumnya

yang dilakukan oleh Nugraha dan Henny

(2015), Sihombing dan Rahardjo (2014),

Astuti (2007), Naftalia dan Marsono (2013),

Agustia (2013) dan Kurniawati dan Raharja

(2012). External pressure tidak berpengaruh

Page 11: FRAUD LAPORAN KEUANGAN DALAM PERSPEKTIF FRAUD …

FRAUD LAPORAN KEUANGAN DALAM PERSPEKTIF ………………………………..…. (Pasaribu & Kharisma)

63

signifikan terhadap financial statement fraud

dapat dikarenakan tekanan eksternal bukan

faktor kuat bagi seseorang untuk melakukan

kecurangan pelaporan keuangan. Tidak

sepenuhnya manajemen mengalami tekanan

eksternal ketika memenuhi kewajibannya.

Mereka mempunyai kewajiban untuk

memenuhi hutangnya, namun manipulasi laba

bukan satu-satunya cara untuk memenuhi

kewajibannya tersebut. Mereka lebih berusaha

meningkatkan kinerjanya agar dapat

menghasilkan keuntungan yang baik untuk

memenuhi kewajibannya Rachmawati dan

Marsono (2014).

Dari table 2 diperoleh informasi bahwa

tingkat signifikansi financial stability sebesar

0,462 yang lebih besar dari tingkat signifikan

0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa

financial stability tidak berpengaruh

signifikan terhadap financial statement fraud.

Hasil penelitian ini mendukung beberapa hasil

penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh

Nugraha dan Henny (2015) dan Molida dan

Chariri (2011) yang menyatakan bahwa

financial stability tidak berpengaruh signifikan

terhadap financial statement fraud. Namun

penelitian ini tidak sejalan dengan

penelitiannya Martantya dan Daljono (2013),

Kusumawardhani (2013), Sihombing dan

Rahardjo (2014) dan Rosita dan Gudono

(2014). financial stability tidak memiliki

pengaruh signifikan terhadap financial

statement fraud yang berarti persentase

perubahan total aset dapat megindikasikan

terjadinya financial statement fraud pada

perusahaan dimana semakin tinggi persentase

perubahan total aset maka semakin tinggi pula

kemungkinan terjadinya financial statement

fraud.

Hasil penelitian juga menunjukkan

bahwa tingkat signifikansi nature of industry

sebesar 0,000 yang lebih kecil dari tingkat

signifikan 0,05 sehingga dapat disimpulkan

bahwa nature of industry berpengaruh

signifikan terhadap Financial Statement

Fraud. Hasil penelitian ini mendukung

beberapa hasil penelitian sebelumnya yang

dilakukan oleh Sihombing dan Rahardjo

(2014) yang menyatakan bahwa nature of

industry memiliki pengaruh signifikan

terhadap Financial Statement Fraud. Namun

penelitian ini tidaksejalan dengan penelitian

sebelumnya yang dilakukan oleh Rosita dan

Gudono (2014) dan Hutomo dan Sudarno

(2012). Hal tersebut dapat dikarenakan

peningkatan jumlah piutang perusahaan dari

tahun sebelumnya dapat menjadi indikasi

bahwa perputaran kas perusahaan tidak baik.

Banyaknya piutang usaha yang dimiliki

perusahaan pasti akan mengurangi jumlah kas

yang dapat digunakan perusahaan untuk

kegiatan operasionalnya. Terbatasnya kas

dapat menjadi dorongan bagi manajemen

untuk memanipulasi laporan keuangan.

Kenaikan piutang usaha yang signifikan dapat

menjadi indikasi yang serius akan adanya

Financial Stability dalam suatu perusahaan.

Apabila perusahaan ingin menarik minat

investor, maka salah satu upaya dalam

mencapai tujuan tersebut yakni dengan

memanipulasi jumlah piutang dagang

Sihombing dan Rahardjo (2014).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa

tingkat signifikansi ineffective monitoring

sebesar 0,728 yang lebih besar dari tingkat

signifikan 0,05 dapat disimpulkan bahwa

ineffective monitoring tidak berpengaruh

signifikan terhadap Financial Statement

Fraud. Hasil penelitian ini mendukung

beberapa hasil penelitian sebelumnya yang

dilakukan oleh Martantya dan Daljono (2013),

Nugraha dan Henny (2015), Sihombing dan

Rahardjo (2014) dan Rachmawati dan

Marsono (2014) yang menyatakan bahwa

ineffective monitoring tidak memiliki pengaruh

signifikan terhadap Financial Statement

Fraud. Namun penelitian ini tidak sejalan

dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan

oleh Rosita dan Gudono (2014), Farida et.al

(2010) dan Kusumawardhani (2013).

Ineffective monitoring tidak memiliki

pengaruh signifikan terhadap Financial

Statement Fraud dapat menjelaskan bahwa

jumlah banyaknya dewan komisaris

independen dalam suatu perusahaan bukan

menjadi faktor yang signifikan dalam

pengawasan operasional perusahaan. Hal

tersebut dapat disebabkan karena fungsi

komisaris independen sebagai fungsi kontrol

terhadap tindakan manajemen yang belum

optimal. Dimana jika terjadi suatu intervensi

kepada dewan komisaris independen maka

akan menyebabkan pengawasan menjadi tidak

independen dan objektif.

Berdasarkan hasil olah data juga

diperoleh informasi bahwa tingkat signifikansi

Page 12: FRAUD LAPORAN KEUANGAN DALAM PERSPEKTIF FRAUD …

JRAK, Volume 14, No 1 Pebruari 2018

64

change in auditor sebesar 0,940 yang lebih

besar dari tingkat signifikan 0,05 sehingga

dapat disimpulkan bahwa change in auditor

tidak berpengaruh signifikan terhadap

Financial Statement Fraud. Hasil penelitian

ini mendukung beberapa hasil penelitian

sebelumnya yang dilakukan oleh Fimanaya

dan Syafruddin (2014), Sihombing dan

Rahardjo (2014) dan Kurniawati dan Raharja

(2012) yang menyatakan bahwa change in

auditor tidak memiliki pengaruh signifikan

terhadap Financial Statement Fraud. Namun

penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian

sebelumnya yang dilakukan oleh Rachmawati

dan Marsono (2014). Change in auditor tidak

memiliki pengaruh signifikan terhadap

Financial Statement Fraud dapat menjelaskan

pergantian auditor belum sepenuhnya bisa

mengindikasikan terjadinya financial

statement fraud dapat dikarenakan perusahaan

yang memiliki motivasinya positif akan

menggunakan auditor independen yang benar-

benar independen dan objektif dalam

melakukan audit untuk kepentingan perbaikan

kinerja perusahaan di masa depan. Namun

apabila suatu perusahaan mulai tidak puas

dengan kinerja auditor yang tidak dapat

diintervensi atau dipengaruhi perusahaan agar

memanipulasi hasil auditan maka

kecenderungan fraud akan semakin tinggi

(Stice, 1991) dalam Sihombing dan Rahardjo

(2014).

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Penelitian ini bertujuan untuk

menganalisis dan menguji secara empiris

pengaruh terhadap Financial Statement Fraud

pada perusahaan manufaktur yang terdaftar

pada Bursa Efek Indonesia tahun 2008-2016.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa hanya

nature of industry yang berpengaruh signifikan

terhadap financial statement fraud sedangkan

external pressure external pressure, financial

stability, ineffective monitoring, dan change in

auditor tidak berpengaruh signifikan.

Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, berikut

beberapa saran untuk dapat dijadikan sebagai

masukan atau rekomendasi: a) Penelitian

selanjutnya diharapkan dapat memperluas area

populasi penelitian yakni menggunakan

keseluruhan perusahaan baik manufaktur

maupun non manufaktur dan menggunakan

rentang waktu yang lebih lama agar hasil

pengujian lebih akurat; b) Penelitian

selanjutnya diharapkan dapat menambah

variabel proksi dari fraud triangle agar

cakupan variabel penelitian menjadi lebih luas;

c) Penelitian selanjutnya diharapkan dapat

menggunakan pengukuran yang lain

disamping discretionary accrual untuk

Financial Statement Fraud agar dapat

memberi alternatif serta perbandingan untuk

meningkatkan kualitas penelitian selanjutnya.

DAFTAR REFERENSI

Agustia, Dian. 2013. Pengaruh Faktor Good

Corporate Governance, Free Cash Flow,

dan Leverage Terhadap Manajemen Laba.

Jurnal Akuntansi dan Keuangan

Universitas Airlangga, 15(1).

Astuti, Dewi Saptantinah Puji. 2007. Analisis

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi

Motivasi Manajemen Laba Di Seputar

Right Issue. Jurnal Ilmiah Akuntansi dan

Bisnis Universitas Slamet Riyadi

Surakarta. 2(2).

Diany, Yuvita Avrie dan Dwi Ratmono. 2014.

Determinasi Kecurangan Laporan

Keuangan: Pengujian Teori Fraud

Triangle. Diponegoro Journal of

Accounting, 3(2).

Farida, Yusriati Nur, Prasetyo, Y. dan

Herwiyanti, E. 2010. Pengaruh Penerapan

Corporate Governance Terhadap

Timbulnya Earnings Management Dalam

Menilai Kinerja Keuangan Pada

Perusahaan Perbankan Di Indonesia.

Jurnal Bisnis dan Akuntansi Universitas

Jendral Soedirman, 12(2).

Fimanaya, Fira dan Muchamad Syafruddin.

2014. Analisis Faktor-faktor Yang

Mempengaruhi Kecurangan Laporan

Keuangan (Studi empiris pada Perusahaan

Non Keuangan yang Terdaftar di Bursa

Efek Indonesia Tahun 2008-2011).

Diponegoro Journal of Accounting.

Volume, 3(3).

Page 13: FRAUD LAPORAN KEUANGAN DALAM PERSPEKTIF FRAUD …

FRAUD LAPORAN KEUANGAN DALAM PERSPEKTIF ………………………………..…. (Pasaribu & Kharisma)

65

Husni, Raudhatul. 2013. Pengaruh Mekanisme

Good Corporate Governance, Leverage

dan Profitabilitas Terhadap Manajemen

Laba (Studi Empiris Perusahaan Property

dan Real Estate yang Terdaftar di Bursa

Efek Indonesia Tahun 2008-2010). Jurnal

Ekonomi Universitas Andalas, 1(1).

Hutomo, Oki Suryo dan Sudarno. 2012. Cara

Mendeteksi Fraudulent Financial

Reporting Dengan Menggunakan Rasio-

rasio Financial (Studi Kasus Perusahaan

Yang terdaftar di Annual Report

BAPEPAM). Diponegoro Journal of

Accounting.

Jao, Robet dan Gagaring Pagalung. 2011.

Corporate Governance, Ukuran

Perusahaan dan Leverage Terhadap

Manajemen Laba Perusahaan Manufaktur

Indonesia. Jurnal Akuntansi dan Auditing

Universitas Hasanuddin, 8(1).

Kurniawati, Ema dan Surya Raharja. 2012.

Analisis Faktor-Faktor Yang

Mempengaruhi Financial Statement Fraud

Dalam Perspektif Fraud Triangle.

Diponegoro Journal of Accounting.

Kusumawardhani, Prisca. 2013. Deteksi

Financial Statement Fraud dengan

Analisis Fraud Triangle pada Perusahaan

Perbankan yang Terdaftar di BEI. e-

Jurnal Universitas Negeri Surabaya, 1(3).

Martantya dan Daljono. 2013. Pendeteksian

Kecurangan Laporan Keuangan Melalui

Faktor Risiko Tekanan dan Peluang

(Studi Kasus pada Perusahaan yang

Mendapat Sanksi dari Bapepam Periode

2002-2006). Diponegoro Journal of

Accounting, 2(2).

Molida, Resti dan Anis Chariri. 2011.

Pengaruh Fiancial Stability, Personal

Financial Need dan Ineffective

Monitoring Pada Financial Statement

Fraud dalam Perspektif Fraud Triangle.

Diponegoro Journal of Accounting.

Naftalia, Veliandina Chivan dan Marsono.

2013. Pengaruh Leverage terhadap

Manajemen Laba dengan Corporate

Governance sebagai Variabel

Pemoderasi. Diponegoro Journal of

Accounting, 2(3).

Nugraha, Noval Dwi Aditya dan Deliza

Henny. 2015. Pendeteksian Laporan

Keuangan Melalui Faktor Risiko,

Tekanan dan Peluang (Berdasarkan Press

Release OJK 2008-2011). e-Jurnal

Akuntansi Trisakti, 2(1).

Rachmawati, Kurnia Kusuma dan Marsono.

2014. Pengaruh Faktor-Faktor dalam

Perspektif Fraud Triangle Terhadap

Fraudulent Financial Reporting (Studi

Kasus pada Perusahaan Berdasarkan

Sanksi Bapepeam Periode 2008-2012).

Diponegoro Journal of Accounting, 3(2).

Rosita, Deviana dan Gudono. 2014. Analisis

Faktor Tekanan Dan Peluang Dalam

Fraud Triangle Terhadap Perilaku

Kecurangan Pelaporan Keuangan. e-

Jurnal Akuntansi Universitas Gajah

Mada, 10.

Sihombing, Kennedy Samuel dan Shiddiq Nur

Rahardjo. 2014. Analisis Pengaruh Fraud

Diamond dalam Mendeteksi Financial

Statement Fraud pada Perusahaan

Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek

Indonesia (BEI) Tahun 2010-2012.

Diponegoro Journal of Accounting, 3(2).

Sukirman dan Maylia Pramono Sari. 2013.

Model Deteksi Kecurangan Berbasis

Faud Triangle (Studi Kasus pada

Perusahaan Publik di Indonesia). Jurnal

Akuntansi dan Auditing Universitas

Semarang, 9(2).